ge oooooooooo 0000

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari bagaimana listrik bisa mengalir di dalam bumi, untuk diamati di permukaan. Sehingga dari pengamatan di atas permukaan dapat mengetahui kondisi di dalam permukaan (di dalam bumi). Dalam metode geolistrik secara pokok yang diukur berupa beda potensial dari jenis bebatuan yang berada di dalam bumi. Karena yang diukur pada metode geolistrik adalah beda potensial, maka tentu harus ada arus yang mengalir di dalam bumi. Metode geolistrik yang biasa digunakan untuk menentukan tahanan jenis adalah metode wenner dan metode schlumberger. Metode wenner merupakan metode dengan pengakuisisian data secara lateral mapping sedangkan metode schlumberger mengunakan pengakuisisi data secara vertical sounding. Pada lateral mapping cara ini digunakan untuk mengetahui kecenderungan harga resistivitas di suatu areal tertentu. Setiap titik target akan dilalui beberapa titik pengukuran. Sedangkan vertical sounding digunakan untuk mengetahui distribusi harga resistor di bawah suatu titik sounding di permukaan bumi. 1

Upload: masyitah-fitrida

Post on 01-Dec-2015

75 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang

mempelajari bagaimana listrik bisa mengalir di dalam bumi, untuk diamati di

permukaan. Sehingga dari pengamatan di atas permukaan dapat mengetahui

kondisi di dalam permukaan (di dalam bumi). Dalam metode geolistrik secara

pokok yang diukur berupa beda potensial dari jenis bebatuan yang berada di

dalam bumi. Karena yang diukur pada metode geolistrik adalah beda potensial,

maka tentu harus ada arus yang mengalir di dalam bumi.

Metode geolistrik yang biasa digunakan untuk menentukan tahanan jenis

adalah metode wenner dan metode schlumberger. Metode wenner merupakan

metode dengan pengakuisisian data secara lateral mapping sedangkan metode

schlumberger mengunakan pengakuisisi data secara vertical sounding. Pada lateral

mapping cara ini digunakan untuk mengetahui kecenderungan harga resistivitas di

suatu areal tertentu. Setiap titik target akan dilalui beberapa titik pengukuran.

Sedangkan vertical sounding digunakan untuk mengetahui distribusi harga resistor

di bawah suatu titik sounding di permukaan bumi.

Untuk membuktikan apakah konfigurasi wenner menggunakan akuisisi

data secara mapping dan apakah konfigurasi schlumberger menggunakan akuisisi

data secara sounding maka dilakukan percobaan kali ini. Percobaan dilakukan

dengan mengukur tahanan jenis pasir dengan kedua metode tersebut. Setelah

didapatkan data maka dilakukan pembuktian dengan cara membandingkan data.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam percobaan ini adalah bagaimana

membuktikan akuisisi vertical sounding pada metode konfigurasi Schlumberger

dan akuisisi lateral mapping pada metode konfigurasi Wenner?

1

1.3 Batasan Masalah

Pada praktikum kali ini, batasan masalahnya yaitu:

a. Media pasir dianggap homogen.

b. Jarak elektroda adalah 5 cm dan 10 cm pada metode wenner dan 5 cm

pada metode schlumberger.

1.4 Tujuan

Adapun tujuan masalah dari praktikum ini adalah membuktikan akuisisi

vertical sounding pada metode konfigurasi Schlumberger dan akuisisi lateral

mapping pada metode konfigurasi Wenner.

1.5 Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah sebagai informasi ilmiah bahwa akuisisi

lateral mapping digunakan pada metode konfigurasi Wenner dan akuisisi lateral

mapping pada metode konfigurasi Wenner.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Aliran Listrik Dalam Batuan

1. Konduksi Aliran Listrik dalam Batuan Secara Elektronik

Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak elektron

bebas sehingga arus listrik di alirkan dalam batuan atau mineral oleh elektron-

elektron bebas tersebut. Aliran listrik ini juga di pengaruhi oleh sifat atau

karakteristik masing-masing batuan yang di lewatinya. Salah satu sifat atau

karakteristik batuan tersebut adalah resistivitas (tahanan jenis) yang menunjukkan

kemampuan bahan tersebut untuk menghantarkan arus listrik. Semakin besar nilai

resistivitas suatu bahan maka semakin sulit bahan tersebut menghantarkan arus

listrik, begitu pula sebaliknya. Resistivitas memiliki pengertian yang berbeda

dengan resistansi (hambatan), dimana resistansi tidak hanya bergantung pada

bahan tetapi juga bergantung pada faktor geometri atau bentuk bahan tersebut,

sedangkan resistivitas tidak bergantung pada faktor geometri. (Anonim a, 2011)

Jika di tinjau suatu silinder dengan panjang L, luas penampang A, dan

resistansi R, maka dapat di rumuskan:

...............................................................(1)

Gambar 2.1. Silinder konduktor

Di mana secara fisis rumus tersebut dapat di artikan jika panjang silinder

konduktor (L) dinaikkan, maka resistansi akan meningkat, dan apabila diameter

silinder konduktor diturunkan yang berarti luas penampang (A) berkurang maka

resistansi juga meningkat. Di mana ρ adalah resistivitas (tahanan jenis) dalam

Ωm. Sedangkan menurut hukum Ohm, resistivitas R dirumuskan :

3

L

...................................................................(2)

Sehingga didapatkan nilai resistivitas (ρ)

..................................................................(3)

2. Resistansi/Tahanan Jenis Batuan

Dari semua sifat fisika batuan dan mineral, resistivitas memperlihatkan

variasi harga yang sangat banyak. Pada mineral-mineral logam, harganya berkisar

pada m Ω −8 10 hingga m Ω 7 10 . Begitu juga pada batuan-batuan lain, dengan

komposisi yang bermacam-macam akan menghasilkan range resistivitas yang

bervariasi pula. Sehingga range resistivitas maksimum yang mungkin adalah dari

1,6 x 8 10− (perak asli) hingga m Ω 16 10 (belerang murni).

Konduktor biasanya didefinisikan sebagai bahan yang memiliki resistivitas

kurang dari m Ω −8 10 , sedangkan isolator memiliki resistivitas lebih dari m Ω 7

10 . Dan di antara keduanya adalah bahan semikonduktor. Di dalam konduktor

berisi banyak elektron bebas dengan mobilitas yang sangat tinggi. Sedangkan

pada semikonduktor, jumlah elektron bebasnya lebih sedikit. Isolator dicirikan

oleh ikatan ionik sehingga elektron-elektron valensi tidak bebas bergerak.

Secara umum, berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan dan mineral

dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (Telford W and Sheriff, 1982):

• Kondukror baik : 8 10− < ρ < m Ω 1

• Konduktor pertengahan : 1 < ρ < m Ω 7 10

• isolator : ρ > m Ω 7 10

Kebanyakan mineral membentuk batuan penghantar listrik yang tidak baik

walaupun beberapa logam asli dan grafit menghantarkan listrik Resistivitas yang

terukur pada material bumi utamanya ditentukan oleh pergerakan ion-ion

bermuatan dalam pori-pori fluida. Air tanah secara umum berisi campuran terlarut

yang dapat menambah kemampuannya untuk menghantar listrik, meskipun air

tanah bukan konduktor listrik yang baik.

4

B. Aliran Listrik Dalam Bumi

Dengan mengasumsikan bumi homogen, yang memiliki resistivitas yang

seragam (ρ), kemudian diinjeksikan arus +I pada titik C1, yang akan mengalir

secara radial setengah bola di dalam bumi sehingga equipotensial di belahan tadi

akan dipusatkan di titik C1 (gambar 2.1). Persamaan (2.3) dan (2.4) di daera

Bernilai tetap, pada integrasi bernilai nol ketika V=0 pada r=~.

Jika ada dua elektroda arus dipermukaan sumber +I di titik C1 dan –I dititik C2

(gambar 2.3) dan persamaan (2.5) memungkinkan jumlah distribusi potensial dari

kombinasi sumber masukan ditemukan disetiap tempat.

Potensial titik P1 diberikan :

......................................(6)

5

Gambar 2.2. Penampang vertikal ketika arus diinjeksikan

pada permukaan seragam

C. METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

Geolistrik merupakan alat yang dapat diterapkan untuk beberapa metode

geofisika, di mana prinsip kerja metode tersebut adalah mempelajari aliran listrik

di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini

meliputi pengukuran potensial, arus, dan medan elektromagnetik yang terjadi baik

secara alamiah maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi (buatan). Metode

geofisika tersebut di antaranya adalah metode potensial diri, metode arus telurik,

magnetotelurik, elektromagnetik, IP (Induced Polarization), dan resistivitas

(tahanan jenis). (Oldenburg, 1999).

Dari sekian banyak metode geofisika yang diterapkan dalam geolistrik,

metode tahanan jenis adalah metode yang paling sering di gunakan. Metode ini

pada prinsipnya bekerja dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi

melalui dua elektroda arus sehingga menimbulkan beda potensial. Dan beda

potensial yang terjadi diukur melalui dua elektroda potensial. Hasil pengukuran

arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda yang berbeda dapat

digunakan untuk menurunkan variasi harga tahanan jenis lapisan dibawah titik

ukur (sounding point). Metode ini lebih efektif dan cocok di gunakan untuk

eksplorasi yng sifatnya dangkal, jarang memberikan informasi lapisan di

6

r

r+dr

+I C1

Arus injeksi Ground surface

Bidang equipotensial

kedalaman lebih dari 1000 kaki atau 1500 kaki. Oleh karena itu metode ini jarang

digunakan untuk eksplorasi minyak tetapi lebih banyak di gunakan dalam bidang

engineering geology seperti penentuan kedalaman basement (batuan dasar),

pencarian reservoir (tandon) air, dan eksplorasi geothermal (panas bumi).

Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda arus dan potensialnya,

dikenal beberapa jenis metode geolistrik tahanan jenis, antara lain metode

Schlumberger, metode Wenner, metode Dipole Dipole dan metode Pole Dipole.

(Bing, 2000).

1. Konfigurasi Schlumberger

Gambar 2.3. Skema Konfigurasi Schlumberger

Pada metode tahanan jenis konfigurasi Schlumberger, bumi diasumsikan

sebagai bola padat yang mempunyai sifat homogen isotropis. Dengan asumsi ini,

maka seharusnya resistivits yang terukur merupakan resistivitas sebenarnya dan

tidak bergantung atas spasi elektroda.

....................................................(7)

dengan :

ρa = apparent resistivity (resistivitas semu) yang bergantung pada spasi

elektroda.

a = MN (spasi elektroda potensial)

na = AM = NB

(n+1)a = MB = AN

2. Konfigurasi Wenner

7

I

V

A B M N a

na na

Gambar 2.4. Skema Konfigurasi Wenner

..........................................................(8)

3. Konfigurasi Wenner-Schlumberger

Konfigurasi Wenner-Schlumberger adalah konfigurasi dengan sistem aturan spasi

yang konstan dengan catatan faktor “n” untuk konfigurasi ini adalah perbandingan

jarak antara elektroda C1-P1 (atau C2-P2) dengan spasi antara P1-P2 seperti pada

Gambar 3. Jika jarak antar elektroda potensial (P1 dan P2) adalah a maka jarak

antar elektroda arus (C1 dan C2) adalah 2na + a. Proses penentuan resistivitas

menggunakan 4 buah elektroda yang diletakkan dalam sebuah garis lurus (Sakka,

2002).

Gambar 3. Bentuk konfigurasi Wenner-Schlumberger beserta faktor geometri

k

8

I

V

A B M N a a a

Gambar 4. Pengaturan elektroda konfigurasi Wenner-Schlumberger

4. Faktor Geometri

Dalam melakukan eksplorasi tahanan jenis (resistivitas) diperlukan

pengetahuan secara perbandingan posisi titik pengamatan terhadap sumber arus.

Perbedaan letak titik tersebut akan mempengaruhi besar medan listrik yang akan

diukur. Besaran koreksi terhadap perbedaan letak titik pengamatan tersebut

dinamakan faktor geometri. Faktor geometri diturunkan dari beda potensial yang

terjadi antara elektroda potensial MN yang diakibatkan oleh injeksi arus pada

elektroda arus AB.

Faktor Geometri atau sering dilambangkan dengan “k” merupakan besaran

yang penting dalam pendugaan tahanan jenis vertikal maupun horizontal. Besaran

ini tetap untuk kepentingan eksplorasi dapat diperoleh berbagai variasi nilai

tahanan jenis terhadap kedalaman. Hasil pengukuran dilapangan sesudah dihitung

nilai tahanan jenisnya merupakan fungsi dari konfigurasi elektroda dan berkaitan

dengan kedalaman penetrasinya . semakin panjang rentang antar elektroda,

semakin dalam penetrasi arus yang diperoleh yang tentu juga sangat ditentukan

oleh kuat arus yang dialirkan melalui elektroda arus. faktor geometri yang

besarnya tergantung pada konfigurasi elektrode yang digunakan ( Djoko, 2002).

Berikut ini penjabaran persamaan untuk menghitung nilai faktor geometri

konfigurasi schlumberger:

9

10

11

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada:

Hari/ Tanggal : Sabtu, 22 Juni 2013

Tempat : SMAN 6 , Jl. Tanjung Raya 2, Pontianak Timur.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah

sebagai berikut :

1. Catu daya, sebagai sumber tegangan.

2. Penjepit, berfungsi sebagai penghubung kabel dengan elektroda.

3. Meteran, berfungsi sebagai pengukur jarak A, M, N dan B.

4. Kabel penghubung, berfungsi sebagai penghubung.

5. Paku ukuran 4 inch , sebagai elektroda.

6. Besi elektroda, berfungsi sebagai pengkonduktiv pasir.

3.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

3.3.1 Konfigurasi Wenner

1. Ditanam besi dengan ukuran 0,4 meter ke dalam media pasir secara

horizontal dengan jarak 10 cm dari permukaan pasir. Pasir diatur dengan

padat agar tidak berongga.

2. Ditentukan posisi rentang area yang akan di hitung tahanan jenisnya

dengan membentangkan meteran sepanjang 60 cm.

3. Diatur jarak antara arus dan beda potensial dengan menggunakan metode

konfigurasi wenner. Seperti gambar di bawah ini:

12

Gambar 3.1 Skema Konfigurasi Wenner

4. Ditancapkan 4 buah elektroda dengan spasi 5 cm.

5. Dijepit elektroda dan multimeter seperti pada gambar.

6. Diinjeksikan arus listrik selama 5 detik, dimatikan kemudian dibaca nilai

arus dan tegangan pada multimeter.

7. Dicatat data hasil pengamatan pada tabel yang disediakan.

8. Diubah – ubah jarak elektroda arus sepanjang 10 cm dan 5 cm dan dicatat

hasil pengamatan.

b.3.2 Konfigurasi Schlumberger

1. Ditanam besi dengan ukuran 0,4 meter ke dalam media pasir secara

vertikal dengan jarak 10 cm dari permukaan pasir. Pasir diatur dengan

padat agar tidak berongga.

2. Ditentukan posisi rentang area yang akan di hitung tahanan jenisnya

dengan membentangkan meteran sepanjang 60 cm.

3. Diatur jarak antara arus dan beda potensial dengan menggunakan metode

konfigurasi Schlumberger. Seperti gambar di bawah ini:

13

Gambar 3.2 Skema Konfigurasi Schlumberger

4. Ditancapkan 4 buah paku sebaggai elektoda pada jarak tertentu.

5. Dijepit paku yang telah terhubung dengan kabel geolistrik pada pasir.

6. Diinjeksikan arus listrik selama 5 detik, dimatikan kemudian dibaca nilai

arus dan tegangan pada multimeter.

7. Dicatat data hasil pengamatan pada tabel yang disediakan.

8. Diukur nilai arus dan tegangan pada multimeter pada daerah pasir homogen

sebagai perbandingan, dicatat hasilnya.

14

3.4 Bagan Alir (Flow Chart)

15

Mulai

Selesai

Konfigurasi Wenner Konfigurasi Schlumberger

Ditanam anomali secara horizontal

dengan jarak 10 cm dari permukaan

pasir

Ditanam anomali secara vertikal

dengan jarak 10 cm dari permukaan

pasir

Jarak antar elektroda diatur 5 cm

Diubah jarak paku

Paku ditancapkan ke pasir

Hasil arus dan tegangan

dicatat

Paku dihubungkan ke arus dan tegangan

Arus listrik diinjeksikan selama 5 hitungan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Metode Tahanan Jenis Geolistrik

Batuan dan mineral yang ada di bumi memiliki sifat listrik. Sifat listrik

batuan maupun mineral terdiri atas potensial listrik alami, konduktivitas listrik,

dan konstanta dielektrik. Konduktivitas listrik adalah sifat yang paling dominan

dibandingkan yang lainnya. Arus listrik dapat mengalir pada batuan mineral

melalui 3 cara yaitu konduksi elektronik, elektrolitik dan dielektrik. Metode

tahaonan jenis ( resistivitas ) menggunakan sumber arus listrik. Arus listrik

diinjeksikan ke tanah melalui elektroda elektroda arus. Pengukuran beda potensial

dilakukan dengan menggunakan elektroda potensial yang ditancapkan pada tanah

di daerah sekitar tempat arus listrik diinjeksikan.

Dengan mengetahui arus yang diinjeksikan dan mengukur beda potensial

di sekitar tempat arus diinjeksikan, maka nilai tahanan jenis tanah dapat diperoleh.

Nilai tahanan jenis yang diperoleh dari hasil pengukuran disebut sebagai apparent

resistivity atau resistivitas semu. Metode ini mengasumsikan bahwa bumi

mempunyai sifat homogen isotropis. Dalam kondisi yang sesungguhnya, tanah

bersifat tidak homogen karena bumi terdiri atas lapisan – lapisan dengan ρ yang

berbeda beda, sehingga nilai resistivitas yang kita peroleh merupakan nilai

resistivitas yang mewakili nilai resistivitas seluruh lapisan yang terlalui oleh garis

ekipotensial.

Pada percobaan digunakan survey geofisika dibagi menjadi dua cara:

mapping dan sounding. Mapping dimaksudkan untuk mengetahui variasi

horizontal tahanan jenis batuan pada kedalaman tertentu. Sedangkan sounding

dimaksudkan untuk mengetahui variasi tahanan jenis batuan terhadap kedalaman

(secara vertikal). Gabungan antara teknik sounding dan mapping adalah teknik

sounding-mapping yang menggambarkan variasi resistivitas 1D.

4.2 Faktor Geometri

Faktor geometri merupakan besaran koreksi letak kedua elektroda

potensial terhadap kedua elektroda arus. Pada percobaan Wenner, faktor

geometrik yang dihasilkan pada tiap – tiap pergeseran kedua elektroda potensial

16

dan kedua elektroda arus adalah sama, hal ini terjadi karena besi yang berada di

dalam pasir tertanam secara horizontal terdapat pada 1 lapisan yang sama. Faktor

geometri yang didapat pada percobaan Wenner dengan jarak antar elektroda 0,05

meter sebesar 0,314 sedangkan pada jarak antar elektroda 0,1 meter sebesar 0,628.

Hal ini bearti semakin besar jarak antar elektroda maka faktor geometri yang

dihasilkan juga akan semakin besar. Untuk pasir homogen nilai faktor geometri

yang didapat pada pengukuran saat percobaan adalah sebesar 0,628. Hal ini bearti

besar faktor geometri bergantung pada jarak antar elektroda. Semakin besar jarak

antar elektroda maka akan semakin besar pula nilai faktor geometrinya.

Pada percobaan schlumberger, faktor geometri yang didapat pada saat

pengukuran semakin besar dengan adanya penambahan jarak elektroda arus

dengan elektroda potensial (AM dan NB). Hal ini dikarenakan besi yang tertanam

secara vertical sounding tepat di tengah – tengah media pasir. Jadi semakin dekat

jarak elektoda dengan besi yang terdapat di dalam media pasir tersebut maka

factor geometrinya akan semakin kecil dan sebaliknya. Besar nilai geometri yang

didapat ialah 1,96 x 10-4 ; 11,78 x 10-4 ; 19,63 x 10-4 ; 29,44 x 10-4. Sedangkan

pada pasir homogen factor geometrinya sebesar 1,96 x 10-1.

4.3 Resistivitas (nilai kualitatif grafik)

Pada praktikum didapatkan nilai factor geometri dan nilai hambatan

jenis, kemudian didapatkan nilai resistivitas pasir terhadap kedalaman pasir yang

dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

17

Grafik 1. Resistivitas Terhadap kedalaman

Untuk mencari resistivitas terhadap kedalaman pada saat eksperimen maka

konfigurasi yang digunakan adalah metode konfigurasi schlumberger karena pada

metode ini besi elektroda yang digunakan untuk mengkonduktivitaskan pasir di

simpan tegak lurus dari permukaan atau disebut vertical sounding. Dimana pada

praktikum kali ini elektoda yang digunakan adalah paku. Paku disusun dengan

konfigurasi schlumberger dimana elektroda A M N B disusun sejajar, kemudian

elektroda A dan B di pindah-pindahkan sesuai jarak yang diinginkan. Pengubahan

jarak elektroda dilakukan dari jarak elektroda yang kecil kemudian membesar

secara gradual. Jarak elektroda ini sebanding dengan kedalaman lapisan batuan

yang terdeteksi. Makin dalam lapisan batuan, maka semakin besar pula jarak

elektroda. sehingga , Jika dilihat dari grafik dapat diketahui bahwa didapatkan jika

semakin besar kedalamannya dari permukaan maka nilai resistivitasnya semakin

besar pula.

Konfigurasi metode wenner pada praktikum ini digunakan untuk mencari

resistivitas pasir terhadap jarak paku (elektroda) yang ditancapkan yang

diinjeksikan arus.

18

Gambar 2. Resistivitas Terhadap Jarak(0.05 m)

Gambar 3. Resistivitas terhadap jarak(0,10 m)

Pada grafik 2, merupakan hasil dari plot nilai jarak dan nilai rho dari pasir yang

merupakan perhitungan nilai resistivitas berdasarkan konfigurasi schlumberger.

Dapat dilihat jika semakin dekat jarak elektroda(paku) terhadap besi

elektroda(sebagai pengkonduktivitas pasir), maka semakin kecil nilai resistivitas

nya terhadap jarak ini dikarenakan pasir dianggap tidak homogen maka rho-nya

bernilai kecil, sebaliknya jika semakin jauh jarak elektroda(paku) terhadap besi

elektroda maka semakin besar pula nilai resisitivitas pasirnya.

19

Pada grafik 3, merupakan grafik yang menjelaskan mengenai nilai resistivitas

terhadap jarak untuk mengetahui banyaknya lapisan penyusun dan jenis material

penyusun dari pasir ini dengan menggunakan konfigurasi Wenner. Pada

konfigurasi Wenner ini susunan elektroda ANMB nya di atur jarak perpindannya

sebesar 0,05 m. Dengan menginjeksikan ke permukaan bawah bumi kemudian

diukur nilai beda potensial listrik dan arus listrik, maka dapat diperoleh nilai

resistivitas di bawah permukaan. Pada grafik dapat dilihat jika semakin dalam

permukaan maka semakin kecil nilai resitivitasnya dan semakin renggang jarak

antar elektroda maka semakin dalam permukaan yang dapat diukur resistivitasnya.

Selain itu dari grafik kita dapat melihat jika pada pasir, memiliki 2 lapisan

penyusunnya.

Maka dilihat dari ketiga grafik tersebut dapat diambil kesimpulan jika

jarak elektroda (paku) berada pada dekat daerah besi elektroda yang ditanam

maka nilai resisitivitasnya bernilai rendah, ini dikarenakan arus yang diinjeksikan

telah diserap oleh elektroda, dan nilai arus serta tergangan yang terbaca pada

multimeter bernilai rendah.

Pada penelitian, pengambilan data dengan konfigurasi schlumberger

menghasilkan kurva berpola hampir linear. Hal ini dikarenakan ketika arus

diinjeksikan dengan jarak antar elektroda 5 cm dan seterusnya, datum tepat berada

pada anomali yang terletak secara vertical di kedalaman 10 cm dari permukaan

pasir. Panjang anomali sepanjang 40 cm cukup membuat anomali yang dominan

di sepanjang daerah vertikal karena kotak memiiki panjang 60 cm serta keadaan

media dengan pasir homogen. Penanaman anomali yang tidak begitu dalam

membuat hampir seluruh datum tepat mengenai anomali. Hal ini berdampak

dengan nilai resistivitas semu yang bernilai kecil pada pengambilan data disetiap

datum. Sedangkan pada pengambilan data dengan konfigurasi wenner, dihasilkan

kurva berpola V. Hal ini dikarenakan terdapat dua resistivitas semu yang terbaca.

Pertama adalah resistivitas semu pasir dan kedua adalah resistivitas semu anomali.

Maka dari itu terpola grafik yang berbentuk V. Untuk nilai resistivitas yang besar

adalah resistivitas semu pasir sedangkan resistivitas yang kecil adalah resistivitas

semu anomali.

20

4.4. Pola arus

Jadi syarat batas untuk arus yang memasuki suatu luasan tertentu sama

dengan arus yang meninggalkannya. Saat jarak diantara dua arus elektroda adalah

terbatas potensial yang dekat pada titik permukaan akan dipengaruhi oleh kedua

arus elektroda tersebut. Adanya sifat bahwa pembesaran jarak elektroda arus

diikuti pula oleh pembesaran jarak elektroda potensial menyebabkan jenis

konfigurasi Wenner dapat mendeteksi ketidak-homogenan lokal dari lokasi yang

diamati. Semakin besar jarak antar elektroda menyebabkan semakin dalam tanah

yang dapat diukur

4.5. Keunggulan dan Kekurangan dari Metode Konfigurasi Wenner-Schlumberger

Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan

tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena

elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda AB. Disini bisa digunakan alat

ukur multimeter dengan impedansi yang relatif lebih kecil. Sedangkan

kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan di dekat

permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan. Data yang didapat

dari cara konfigurasi Wenner, sangat sulit untuk menghilangkan factor non

homogenitas batuan, sehingga hasil perhitungan menjadi kurang akurat.

Keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah kemampuan untuk

mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu

dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak

elektroda MN/2. Sedangkan Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah

21

pembacaan tegangan pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak

AB yang relative jauh, sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai

karakteristik ‘high impedance’ dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa mendisplay

tegangan minimal 4 digit atau 2 digit di belakang koma. Atau dengan cara lain

diperlukan peralatan pengirimarus yang mempunyai tegangan listrik DC yang

sangat tinggi.

Hasil pendugaan konfigurasi resistivitas dari masing-masing konfigurasi

dapat berbeda-beda. Masing-masing konfigurasi elektroda memiliki kelebihan dan

kekurangannya baik di dalam pelaksanaannya di lapangan maupun saat

pengolahan data. Untuk mengetahui keakuratan hasil pendugaan yang diperoleh

dari konfigurasi tersebut, data hasil pendugaan diolah dengan menggunakan

metode pencocokan kurva. Sedangkan untuk mengetahui keakuratan hasil

pendugaan dari konfigurasi tersebut, maka perlu dikorelasikan dengan data peta

Hidrogeologi pada lokasi pengambilan data ataupun komposisi penyusun media.

4.6. Resistivitas Semu

Tahanan jenis yang terukur pada percobaan adalah tahanan jenis semu

(apparent) dari berbagai mineral , tahanan jenis ini disebut dengan apparent

resistivity (tahanan jenis semu). Tahanan jenis semu merupakan tahanan jenis dari

suatu medium fiktif homogen yang ekuivalen dengan medium berlapis yang

ditinjau untuk satu lapisan saja, sehingga nilai tahanan jenis yang diukur seolah-

olah merupakan nilai tahanan jenis untuk satu lapisan saja. Konsep tahanan jenis

semu dengan menganggap medium berlapis terdiri dari 2 lapisan yang mempunyai

resistivitas berbeda (ρ_1 dan ρ_2). Medium ini dianggap sebagai medium satu

lapis homogen yang memiliki satu nilai resistivitas yaitu resistivitas semu ρ_a

dalam pengukuran. Analisa data tahanan jenis semu akan meghasilkan nilai

tahanan jenis sebenarnya dari material bumi.

22

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan pengambilan data maka dapat disimpulkan bahwa

akuisisi data sounding terbukti pada konfigurasi schlumberger dan dapat

dibuktikan dengan hasil tahanan jenis yang bernilai kecil dan mirip. Sedangkan

untuk akuisisi data lateral terbukti pada konfigurasi wenner dan dapat dibuktikan

dengan bervariasinya nilai resistivitas yang bervariasi tidak saling mendekati.

5.2 Saran

Untuk mempermudah perbandingan antara akuisisi vertical sounding dan

akuisisi lateral mapping sebaiknya ketika besi ditanamkan secara vertical dan

horizontal diambil data dengan menggunakan konfigurasi schlumberger dan

konfigurasi wenner.

23

DAFTAR PUSTAKA

Bangku Sarjana. 2011.” Sifat Kelistrikan suatu bahan,

http://poetrafic.wordpress.com/2011/01/12/sifat-kelistrikan-suatu-batuan/”.

Diakses pada tanggal 20 Juni 2013.

Bing, Z., dan S.A. Greenhalgh. 2000. “Cross Hole Resistivity Tomography Using

Different Electrode Congfigirations”. Geophys. Prosp

Koefoed. O. 1979. “Geosounding Principles”. Elseveir Science Publ. Co. inc

Oldenburg. D. W., and Y. Li. 1999. “estimating Depth Of Investigation in Dc

Resistivity and IP Surveys”. Geophysics.

Sakka, 2002. Metoda Geolistrik Tahanan Jenis. Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam – UNHAS, Makassar.

Santoso , Djoko. 2002 . “Pengantar Teknik Geofisika.Bandung”. ITB

Telford, WM., 1990. “Applied Geophysics Second Edition”. Cambridge

University.

24