ge jth/(-/repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19629...inl shalawat dan salam juga...

74
/gE jTH/ (-/ STUD! ANALITIS PANDANGAN ...... .... A "" .... ISRA'ILIYYAT RASYID RIDHA DALAM TAFSIR AL-MANAR Olell : Ahmad Zaki Mubamk 9935016837 FAKULTAS USHULUDDINDAN FILSAFAT JURUSAN TAFSIR-HADITS UIN SYARIF I-IIDAYATULLAH JAKARTA 1424 H / 2004 M

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • /gE jTH/ (-/

    STUD! ANALITIS PANDANGAN...... .... A "" ....

    ISRA'ILIYYAT RASYID RIDHA DALAM TAFSIR AL-MANAR

    Olell :

    Ahmad Zaki Mubamk9935016837

    FAKULTAS USHULUDDINDAN FILSAFATJURUSAN TAFSIR-HADITS

    UIN SYARIF I-IIDAYATULLAHJAKARTA

    1424 H / 2004 M

  • STUD! ANALITIS J>ANDANGANISRA'iLIYYAT RASYID RfDHA DALAM TAFSIR AL-MANAR

    Sluipsi

    Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan FilsafatUntuk memenuhi Syarat-syarat

    Mencapai Gelar 5arjana 51 Jurusan Tafsir-Hadits

    Oleh:

    Ahmad Zaki Mubarok99350]6837

    Pembimbing II

    ~~JlDrs.Eva Nugraha MANIP. 150289433

    FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFATJURUSAN TAFSIR HADIS

    UIN SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

    ] 424 H 12004

  • PENGESAHAN PANITIA UJIAN

    Skripsi yang berjudul Studi analitis Pandangan Isra'iliyyat Rasyid RidhiiDalam Tafsir aI-ManaI' telah diajukan dalam Sidang Munaqasyah FakultasUshuluddin dan Filsafat "UIN Syarif Hidayatullah Jakarta" pada tanggal 27 Januari2004. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarsarjana Program Strata Satu (SI) padajunJsan Tafsir Hadis.

    Jakarta, 27 Januari 2004

    Sidang Munaqasyah

    Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Mcrangkap Anggota

    ~

    Drs." ahruclclin AR.Nn. 150 202 341

    ~s. Bustamin, MBANIP. 150289320

    Anggota

    /Eva Nugraha, S.Ag., M.AgNIP. 150289433

    --

    r

    ~ rs. Kusmana, Nf.ANIP. 150275659

    ,.J

    Drs. Zae al rifin Z. M.A

    " : hr""", "f)Yr

    /Dr. Faizah AI' yibromalisi, M.ANIP. 15 6331

  • J/./lu lianyaCaIi satu, tali a/lu utuli .

    J/./lu tiaa(aapat menget:iakfln segaCanya, tali a/lu msa

    mengerjakfln sesuatu. ..

    'Karena a(u tiaa(aapat mengerjakfln sega[anya,

    makfl a(u tiaa/lakfln menaCa(mengerjakfln "sesuatu"

    yang msa a(u !(grja/lan !

  • KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur selalu kita panjatkan kepada Allah Swt, karena atas

    rahmat, hidayah dan inayah-Nya lah pcnulis dapat menyclesaikan penulisan skripsi

    inL Shalawat dan salam juga sclalu kita limpahkan kcpada pcmimpin umat, Nabi

    bcsar Muhammad SAW, bcscrta kcluarga, para sahabat, dan tcrutama sckali kcpada

    umatnya dari Masyriq sampai Maghrib agar selalu mcmperoleh keberkalmn darinya.

    Selanjutnya, pcnulis ingin berterima kasih kepada orang-orang yang telah

    banyak membantu di dalam penyusunan karya tulis ini, di antaranya :

    I. Bapak DR. Amtsal Bachtiar MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan

    Filsafat.

    2. Bapak Drs. Zahruddin AR.M.Msi, sciaku Kctua Jurusan Tafsir Hadits dan

    Bapak Drs. Bustamin MBA, selaku Sekretaris Jurusan Tafsir Hadits.

    3. Bapak Drs. Zainal Arifin Z, MA, selaku Pcmbimbing Pertama yang tclah

    meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing penulis dengan sabar.

    Semoga Allah SWT mcmbalas segala budi baiknya dengan pahala yang

    berlipat ganda.

    4. Bapak Eva Nugraha, S.Ag, M.Ag, sclaku pembimbing kcdua yang dengan

    sabar dan pcnuh dedikasi serta tanggllngjawab lclah mcmbimbing pcnlliis

    sampai dengan selcsainya penulisan skriipsi ini. Scmoga Allah mcmbalas

    kebaikannya.

  • 5. Para Dosen Ushuluddin dan Filsafat yang terhormat, klmsusnya yang pernah

    membimbing penlliis dari semester I sid va di UIN tercinta ini

    6. Kepala perpllstakaan DIN Syarif Hidayatllllah Jakarta, kepala perpllstakaan

    Fakllitas UShllluddin dan Filsafat, kepala perpllstakaan Islam Iman Jama'

    yang telah memberikan fasilitas bagi penulis di dalam mencari bahan-bahan

    karya tulis ini.

    7. Ayahanda tereinta Abdul Khamid Baidhowi dan Ibllnda terkasih Djamilah

    Kholil. Hanya keL"Uatan kasih dan doa, akhimya ananda bisa lIsai

    menyelesaikan satu ujian dalam bingkai kehidupan ananda dan masih banyak

    lagi lIjian-ujian hidllp laiJlIlya yang akan ananda templlh selanjutnya. Tuntun

    dan bimbing ananda agar tetap menjadi manusia yang santun dan lebih bijak

    dalam manjalani hidup. JazakulI1ullah khairan ahsanalJaza '.

    8. Saudara-saudaraku termanis, Mbak Nadhir & Mas Aly yang harrnonis. Mas

    Ahfas & Mbak Niha yang romantis, Jazil dan Gus Kalltsar yang baik hati dan

    tidak sombong, keponakan-keponakan yang selalu eerah eeria Asny dan Hafy.

    Tanpa kalian semlla, dunia seakan sllnyi. Serta segcnap keluarga bcsar Bani

    Baidhowi dan Bani Kholil, terima kasih atas support dan do'anya.

    9. Keluarga Besar TH-F '99, Abdullah al-Mahdi Sukabllmi, Ahmad Rifki STh.I

    Jakarta, Ahmad Zaky Abdullah STILI Jakarta, Aan Bekasi, Askolan Padang,

    Edy brekeJe Jakarta, Ervan Nllrtawaf STh.I Ciplltat Raya, Asma Batam, Ozy

    Bogor, Imam Muzakki STI1.1 Gresik, Fatah STh.I Cirebon, Nasihin Cirebon,

    Imas Sllbang, Fallima STh.I Lamongan, Iwan Ciplltat Raya, Jaja Mihatja

  • STh.I Bekasi, Umi Hani STh.I Pekalongall, Ifa Faizah STh.I PUlwakarta,

    Syarif Jakarta, Pudin STh.! Subang, Muhammad Cilacap, Hcnrizal Harahap

    Batak, IZlUI Auzad Banyuwangi, Ali Cilcdug, Wahyu Jakarta, FailUs

    Nahidudin Tangerang, M. Muadz Fahmi Grcsik (yang belum ber-STh.I,

    diharap daftar terlebih dahulu) dan segenap angkatan '99 UIN serta selulUh

    mahasiswa UIN Jakarta, I love You all.

    10. Teman-teman alumni Krapyak glUp Ciputat, 4 Segawon: Riyadh Azhar STh.I,

    Syukron Fajar, Ahmad Fatony dan tcman-tCl1lan sc-all1lamatcr Djogdja

    lainllya. Serta seluruh penghuni al-Husna tcrcinta. Teril1la kasih atas

    kebersal1laan kalian.

    JJ. liens Community group Ciputat, banyak petualangan berharga yang penulis

    dapatkan, untuk menjadi scorang manusia pembclajar. Satu eatatan penting

    "Banyak orang yang ingin merubah dllnia dan sekelilingnya, tapi sedikit dari

    mereka yang mall mengllbah dirinya"

    12. Serta Pihak lainnya yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.

    ~.. ,

  • PEDOMAN TRANSlITERASI

    - a W fb .'y - 0 q

    w t

  • Bab II

    Daftar lsihal

    Kata Pengantar """ ,.'"" .. ", .. ""." ,.. ,., " """"' , "., .. ,.. ".,', ' .. ",',.,,,'

    Pedoman Transliterasi, .. ,.. ,.. "" .. ,.. , "., .. ,.. , "", .. ,.. , ,.. ',' .. ,.. ,,' ,.. ,.. , ,. IV

    Daftar lsi., , , , , , , ,.. ,..", ,.,., ', .. , ,.. V

    B~I : PENDAHULUAN

    a. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1

    b. Perumusan dan Pembatasan Masalah.................. 6

    c. Tluuan Penulisan, , , , , , , 7

    d, Metode Penulisan , , , " " 8

    e. Sistematika Penyusunan """, ""'''' .. ,.,' .. ,." .. ,.. ,.. ,.. "" .. ,.",.,.""" .. ,.. ,.. ,.. 10

    SEKILAS TENTANG TOKOH DAN ]/-JJZWR AL-MANAR

    A. Sketsa Biografi Rasyld Ridhil dan Latar Belakang Intelek1:ualnya .. , 12

    B. Rilsyid Ridha dan Konstelasi IntelektuaI Islam Modern 14

    1. Persentuhannya dengan Muhammad'Abduh .." 14

    2. Beberapa Ciri Pokok Pemikiran Rasyid Ridhii dan Karya-kmya

    I1miahnya '''., ,.. , ,.. ,., .. ,., .. ,.. ,.. " ' , , ,." .. ,."."., " 16

    C. Sekilas Tentang Taf~ir af-Mandr .." .." "" .........."""" "" .18

    I, Realitas Historis Seputar Penyusunan Taftir af-Mand,. 19

  • 2. Karaklerislik Penalsiran dalam Y'lli·ir al-Ivfamir 22

    a. Sislemalika Penulisan 22

    b. Metodologi Penatsiran .. 23

    c. Corak Penafsiran 24

    Bab III: GAMBARAN UMUM TENTANG lSR/NLIYYAT DALAM STUD!

    TAl-SIR AL-QUR'AN

    A. Pengertian lsrii'iliyydl 27

    B. Latar Belakang Muncul dan Berkembangnya lsrii'iliyydl 30

    C. lsrii'iliyydl dalam Litaralur Tafsir 34

    D. Hukum Meriwayatkan lsrii'iliyydl 36

    E. Implikasi Kisah Isrii'i1iyydl dalam Penafsiran 42

    Bab IV: STUD! ANALITIS I(AJIAN ISlvi'iLIyYAT DALAM TAFSlR AL-

    JllANAR

    A. Reposisi Isrii'iIi).ydl dalam Pandangan Rasyid Ridhil 43

    B. Aplikasi dan Analisa Penafsiran Rasyld Ridhfr tentang

    Kisah lsrii'iliyydl dalam Taftir ai-Mandl' 45

    Bab V : PENUTUP

    Kesimpulan......................................................................................... 56

    Daftar Pustaka....................................................................................................... 58

    Lampiran 60

  • BABI

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belalmng Permasalahan

    Dinamika penafsiran Al-Qur'an tidak pernah mengalami kemandekan sejak

    kitab suci tersebut diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW sampai saat ini.

    Berbagai macam corak penafsiran telah ditawarkan oleh para mufasir baik klasik

    maupun modem. Aktifitas eksegetik bahkan tidak akan sampai pada titik final selama

    akal masih eksis dalam diri manusia. Ketidakpuasan terhadap prinsip, pendekatan dan

    hasil penafsiran seseorang merupakan bukti atas hal tersebut. J

    AI-Qur'an yang menyatakan dirinya sebagai sebuah petunjuk, otomatis sarat

    dengan berbagai macam ajaran. Di antaranya tertuang dalam kisah-kisah agar

    manusia mengambil pelajaran, baik yang tersurat maupun yang tersirat dalam

    ungkapan al-Qur'an. Dalall1 kitab-kitab terdahulu baik Taurat ataupun Injil, juga

    mell1uat kisah-kisah seperti al-Qur'an, namun terdapat perbedaan baik dari segi

    pengungkapannya, bahkan gaya bahasanya. Penl,'Ungkapan yang dipakai dalall1 al-

    Qur'an lebih bersifat global. Artinya, dalall1 mengungkapan suatu peristiwa tertentu

    al-Qur'an tidak ll1erinci tempat kejadian, saat kejadian dan nama-nama tokoh yang

    terlibat serta jalannya peristiwa. Al-Qur'an hanya menyajikan beberapa fragmen yang

    berkaitan dengan substansi tema yang mengandung pelajaran, sedangkan kitab-kitab

    1 Sahiron Samsuddin, «Metode lntratckstuulitas M. Syahrur dalam Penafsiran al-Qur1an",dalam Abdul Mustaqim, Sahiron Samsuddin (ed.), Sllidi al-Qllr'an Konlemporer; Wacana Hal'llHerbagai Melodologi Taj"ir (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2002), him. ]3 I

  • 2

    yang lain mengungkapkan secara panjang lebar dan meJ1jelaskan rincian secara detaiL

    Hal ini membuka peluang besar masuknya kisah-kisah yang bersumber dari tradisi

    Yahudi maupun Nasrani ke dalam khazanah Islam, baik dalam penafsiran al-Qur'an

    ataupun Hadis2

    Di zaman Rasulullah masih hidup, umat Islam tidak banyak menemukan

    kesulitan dalam memahami "petuJ1juk", sebab manakala mereka menemukan

    kesulitan dalam suatu ayat, mereka akan langsung bertanya pada Rasulullah.

    Kemudian, beliau menjelaskan kandungan maksud ayat tersebut. Akan tetapi,

    sepeninggal Rasulullah, umat Islam banyak menemukan kesulitan. Meskipun mereka

    mengerti bahasa Arab, al-Qur'an terkadang mengandung isyarat-isyarat ysng belum

    bisa dijangkau oleh pikiran orang-orang Arab. Oleh sebab itu, merekapun

    membutuhkan tafsir yang dapat membimbing dan menghantarkan mereka untuk

    memahami isyarat-isyarat seperti itu.

    Langkah pertama yang mereka ambil ialah melihat hadis Rasulullah, karena

    mereka berkeyakinan bahwa beliaulah satu-satunya orang yang banyak mengetahui

    makna-makna wahyu Allah. Di samping itu, mereka mengambil langkah dengan

    menafsirkan satu ayat dengan ayat lail1l1ya dan gaya penafsiran semisal ini kemudian

    dikenal dengan nama Ia.f.~ir bil ma'tsu,.] Setelah Rasulullah SAW wafat, lcaum

    Muslimin tidak mengalami slagnasi dal"vah atas ajaran yang telah disampaikan oleh

    2 Muhammad Chirzin, al-Qur'an dan Ulu/1lu! Qur'an, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti PrimaVasa, 1998), hIm. 77

    J Ibid, him. 276

  • 3

    Nabi SAW. Mereka segera memusatkan perhatiannya pada al-Qur'an dan Sunah

    Nabi, baik pemahamannya, pengajarannya, pembukuannya, pengulasannya, maupun

    penafsirannya. Belum ada peninggalan suatu agama manapun yang mendapat

    perhatian begitu besar dari para pengikutnya seperti terhadap al-Qur'an dan Sunah

    Nabi. 4

    Langkah selanjutnya yang mereka tempuh ialah menanyakannya kepada

    sahabat yang terlibat langsung serta memahami konteks posisi ayat tersebllt.

    Manakala mereka tidak menemllkan jawaban dalam keterangan Nabi (hadis) atau

    sahabat, yang memahami bentuk konteks posisi ayat itu, mereka terpaksa melakukan

    ijtihad, dan lantas berpegangan pada pendapatnya sendiri, khususnya yang

    mempunyai kapasitas intelektual mumpuni seperti, All bin Abl Thillib (w. 40 H),

    Ubay bin Ka'ab (w. 20 H) dan Ibn Mas'lid (w. 32 H)5

    Selain bertanya kepada sahabat senior sebagai sumber infonnasi bagi

    penafsiran al-Qur'an, mereka juga bertanya kepada orang-orang ahli kitab, yaitu kaum

    Yahudi dann Nasrani. Hal itu sahabat lakukan lantaran sebagian masalah dalam al-

    Qur'an memiliki persamaan dengan yang ada dalam kitab suei mereka, terutama

    berbagai tema yang menyangkut umat-umat terdahulu. Penafsiran semaeam itu terus

    berkembang sejalan dengan perkembangan pemikiran manusia dan kebutuhannya

    akan urgensi al-QlIr'an sebagai "pellinjuk" bagi kehidllpannya, sampai-sampai lanpa

    4 Muhammad Husain adz-Dzahabl, J.,rii'i1iyydl dalam Tafsir dan Hadis, terj. Didin Hafidudin,(Bogar: Penerbit Litera Antar Nusa), 1988, hIm. 3

    , Ibid

  • 4

    disadari bercampurlah hadis-hadis dengan lsra'iliyyd/. Kehadiran lsra'iliyydt dalam

    penafsiran al-Qur'an itulah yang menjadi ajang polemik di kalangan para ahli tafsir

    al-Qur'an6

    Sebagai mana diketahui, berdasar hadis Nabi :

    Dari kutipan hadis di atas, Nabi mempersilahkan mengambil berita dari Bani

    Israil. Setelah tiadanya Nabi, sahabat misalnya Ibn 'Abbiis (w. 65 H), bertanya

    kepada Ah! a!-Ki/db tentang hal tertentu berkaitan deangan penafsiran ayat-ayat al-

    Qur'an yang dalam Taurat dan Injil diterangkan. Mereka yang ditanya adalah para Ah!

    Kitdb yang telah masuk Islam.

    Tindakan ini menjadi semacam acuan bagi generasi setelah sahabat, yaitu

    generasi tiibi'ln. Bahkan, pengambilan /sra'iliyyd/ semakin banyak (kadarnya) di

    antara sumber riwayat lainnya seiring dengan semakin banyaknya AM a!-Kitdb yang

    masuk Islam pada masa Tiibi'in8 Mereka banyak menanyakan terutama kisah-kisah

    6 Ialaludin Rahmat, et.al, Be/ajar nmdah UluJ11uIQur'an: Studi Khazanah AI-Qur'an, (Jakarta:Lentera, 2002), hIm 276 /

    ~ r

    7 Bukhari, Shalrih Bukliari/; Kitab ahiidis al-anbiyii', hadis no. 3461, artinya: "Sampaikanlahdariku walau hanya satu ayat, dan

    8 Manna' Khal1l AI-Qaththiin, Studi llmu al-Qur'an, TeJj. Mudzakir A.S (Jakarta: Litera Ant",·Nusa, 2002), him. 354

  • 5

    al-Qur'an kepada Ahl a/-Kildb didapati kisah-kisah serupa pada kitab mereka secara

    terurai.

    Pemakaian Isra'iliyydl terus berlanjut, sebut saja kitab-kitab tafsir masyhur

    yang sering kita dengar alh-Thabarf (w. 310 H) dalam Jami' al-Baydn pada abad 3 H,

    Tafsir Ibn Kasfr (w. 774 H) dan al-KMzin pada abad 8 H, Jaldl al-Dfn (w. 911 H)

    dalam Taftir Jaldlain pada abad 9 H dan sederetan mufasir kondang yang turnt pula

    mewarnai kajian tafsirnya dengan memasukkan cerita-cerita Isra'iliyydl. Rentang

    waktu pemakaian Isra'fliyydl, sebagai mana disebutkan telah mentradisi dalam

    penulisan tafsir.

    Pada abad ke-14 Hijriah terjadi gerakan yang mulai meninggalkan atau tidak

    menggunakan Isra'fliyydl, tindakan ini dilakukan oleh Muhammad 'Abduh dan

    Rasyid Ridhii. Gerakan anti Isra'fliyydl yang mereka dcngungkan sedikit banyak telah

    memberi dinamika barn tentang masalah Isra'iliyyat dalam penafsiran. Ini terlihat

    dalam tafsir Rasyid Ridhii, yakni Taftir al-Manar. Pengarang kitab ini secara tegas

    menolak bentuk periwayatan kisah lsra'iliyydt. Ini disebabkan karena makin

    maraknya periwayatan lsra'iliyyat yang sanad dan perawinya dikenal dhiiij; sehillgga

    dikhawatirkan banyak cerita-cerita yang diadopsi dari Kaum Yahudi dan Nasrani

    tersebut, kualitas periwayatan dan materi cerita tidak sah dan bertentangan dengan

    ajaran Islam. 9

    9 Menurut Quraisy S~iLJi\b, tujuan 'Abduh merasionalkan ajaran-ajaran agama sertamempersempi wilayah "ghaib" karena menllrutnya, kesemuanya itll merupakan sebab-sebab tumbllhsuburnya. !sra'iliyydt Qllraisy Shihiib, Studi Kritis Tqj'ir at-Mandr, hIm. 44

  • 6

    MeJihat fenomena sejarah di atas, jelas telah ditemukan adanya pergeseran

    cara pandang tentang Isrti'lliyytit di kalangan para ahli tafsir kontemporer. Dengan

    bertitik tolak di atas, pellUlis bempaya mengkaji lebih dalam sejauh mana gerakan

    anti !srti'iliyydt yang dipelopori oleh 'Abduh dan Ridhii dalam Taj~ir aI-Mandl'.

    B. Pembatasan dan Perulllnslln Masalah

    Pembatasan kajian tentang tema ini meliputi beberapa hal, Mengingat Tafsir

    ini bukan hanya ditafsiri oleh RasYld Ridhii, melainkan sebagian dari tafsir ini juga

    ditafsiri oleh gum beliau Muhammad 'Abduh. Malca pembahasan ini membatasi

    masalah kajian IsTti'iliyydt dari sudut pemahaman Rasyld Ridhii dalam Taj~iT al-

    Mandl', dan mengkaji komentarnya dalam pe~umpaannya dengan ayat-ayat yang

    membahas tentang cerita-cerita ISTti'iliyydt, dan penuilis batasi pada sebagian kisah-

    kisah Nabi Nuh, Nabi Yusuf dan Nabi Musa mengingat banyaknya tema ayat-ayat

    yang banyak ditafsiekan dengan !sTti'iliyydt di dalam tafsir tersebut. Di samping itu,

    penulis juga membatasi pemaknaan Isrti'iliyyiit pada pengertian bahwa !sTii'iliyyiit

    adalah Cerita yang berkaitan dengan sejarah Bani 1srail mengandung pengertian

    seluruh manuskrip yang berkaitan dengan Bani 1srail yang berasal dari tradisi sampai

    dengan masa Nabi 1sa a.s yang berdasarkan pada berbagai sumber. If)

    Perumusan masalah mengenai tema yang akan kami angkat meliputi beberapa

    point penting, di antaranya: menganalisis anggapan sementara orang terhadap TajliT

    10 Abd. Aziz Dahlan~ Ensile/opedfa lfukum islam, (J3karla: lchtiar Baru Van [-(oeve, 1997),him. 755

  • 7

    af-Mandr yang diasumsikan sebagai penggerak dan gerakan anti Isrii'iliyydl. Hal ini

    mengingat bahwa pembahasan tentang konsep lsrii'ili)ydl sendiri sampai saat ini

    masih menjadi bahan kajian dan tennasuk persoalan kontroversial. l1 Adapun

    pernmusan masalahnya adalah "bagaimana kisah-kisah Isrii'iliyydl yang terdapat

    dalam Taft'ir af-Mandr?"

    C. Tujulln dan Manfallt Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dengan tujuan agar hasilnya dapat mel11benkan

    manfaat bagi slapa saJa yang l11engkajinya dan terntal11a yaitu sebagai syarat

    memperoleh gelar sa~jana (S I) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    Adapun manfaat yang hendak digali, yaitu:

    I. Untuk Memperluas pemahaman dan wawasan yang luas terhadap

    pemahal11an l11engenai kisah-kisah ahf af-kitdb tentang penafsiran

    ayat-ayat al-Qur'an yang semakin berkembang.

    2. Untuk memberikan cara pandang (pandangan) barn mengenai

    pemahaman dan penafsiran al-Qur'an terutama penjelasan tentang

    kisah-kisah Isrii'iliyydl.

    11 Tcrjadi kontrovcrsi mcngenai hukum mcriwayatkan lsrli'iliyydl. Bagi yang sctujumengemukakan dalili~dalil yang membolehkan, bagi yang menolak mcngemukakan daliIi-dalil yangrnelarang hn'i'i1iyydl. Lihae Adz-Dzahabi. Op.CiI. him. 43-50

  • 8

    3, Untuk memberikan persepsi bahwa al-Qur'an adalah kitab suci yang

    multi infel]Jretable yang biasa diselami dari berbagai arah dan akan

    sclalu terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman,

    4, Untuk memberikan pemahaman yang lebih terhadap tokoh Rasyid

    Ridha yang akan dibahas yaitu dalam uraian mengenai masalah

    lsrli'iliyydt,

    5. Untuk dapat digunakan sebagai mestinya bagi seluruh mahasiswa

    tafsir-hadits pada khususnya dan masyanlkat luas pada umunya.

    D. Metodologi Penelitian

    Adapun metodelogi penelitian yang dilakukan dalam penelitian il1i, yaitu

    metode penelitian kepustakaan (Librmy research). Data diambiJ dari tuJisan ataupun

    karya-karya para uJama Ulum al-Qur'an yang telah diterjemahkan ke daJam bahasa

    Indonesia atau belum, ataupun artikel-artikel jurnal para pemikir Islam Indonesia

    yang relevan dengan maksud penelitian dan mempunyai gambaran yang bagus

    tentang pemikiran yang diusungnya, Hal itu di karenakan, bahwa penelitian ini lebih

    bersifat empirik dan oleh karenanya langkah-Iangkah yang di gunakan pun hampir

    persis sarna dengan umumnya metodelogi tersebut, seperti adanya telmik

    pens'Umpulan data, teknik analisa, hasil dan laporan serta kesimpulan.

    Dalam pengumpulan sumber ini, penulis membagi dua antara sumber data

    primer dan sekunder, sumber primer meliputi data-data yang secant fokus

    membicarakan pernbahasan penting dalam kajian terna yang penulis angkat. Oi

  • 9

    antaranya ialah: Kitab Tajvir al-Manelr l2 itu sendiri sebagai referensi utama. Selain

    itu, buku karya Muhammad Husayn adz-Dzahabi yaitu IsriJ'iliyy(j1 Dalam Ta/sir dan

    Hadis l3 serta at-Taf.~ir wa al-Muti·sil'l/n. Kemudianjuga Buku Studi Kritik Taf.i·ir al-

    Mandl' karya M. Qurasy Shihab. 14

    Sedangkan untuk sumber sekundernya, adalah data-data yang mempunyai

    kapasitas sebagai penunjang dalam penyusunan skripsi ini, semisal buku Kisah-

    kisah al-Qur'an dan Orang-orang Terdahulu karya Shalah al-Khalidiy I5, serta

    beberapa buku yang berkaitan dengan terna skripsi.

    I. Metodologi Penelitiall

    a. Metode Deskriptif-Analitis.

    Metode deskriptif sangatlah penting terutama dalam studi tokoh,

    mengingat metode diupayakall untuk menggarnbarkan dengan jenis~jenis

    penulisan biografi. Metode ini tidak saja membantu pada penuturan suatu

    persoalan, mclainkan menganalisa dan mengklarifikasi. Penggunaan

    metode analitis dipakai untuk mengkaji secara kritis sehingga analisa

    tentang permasalahan yang dibahas lebih obyektif. Dalam metode ini

    .2 M. Rasyid Ridha. Taj,ir at-Malldr. (Beirut: Dar al-Fikr)

    [3 M. Husayn adz-Dzahabi !srii'iliyydt da/am Tqf.\'ir dan Hadis, tClj. Didin Hafidudin, (Bogar:Penerbit Litera Antal' Nusa, 1988)

    !'I M. Quraisy Shihab. SllIdi Krilis Taj.'lr al-Malldr. (Bandllng: Pustaka Hidayah. 1994)

    15 Shalah al-Khalidiy, Kisah-kisah al-Qur'an Pelajaran dari Orang-orang terdahl/llI,(Jakarta: Gema Insani Press, 1996)

  • 10

    diarahkan untuk dapat melukiskan keadaan obyek / peristiwa tanpa

    pretensi membuat kesimpulan-kesimpulan yang berlaku secara llInum.'6

    b. Metode Analitis isi.

    Metode ini meliput pengumpulan dokumen dan arsip, atau disebut

    juga dengan metode Content Analysis atau analitis Dokumen. Dengan

    metode ini diharapkan dapat memberi pandangan umum tentang data

    k ··17yang aJI.

    2. Teknik penulisan

    Mengenai metode penulisan, penulis mengacu pedoman pada buku

    "Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi, lAIN Syarif Hidayatu!/ah,

    E. Sisematika Penyusunan

    Adapun sistematika penulisan skripsi ini, sama dengan sistematika penulisan

    pada penelitian-penelitian lainnya. Seperti : dimulai dengan kata pengantar, daftar isi

    dan dibagi menjadi beberapa bab dan sub bab serta di akhiri dengan kesimpulan dan

    saran.

    Agar lebih jelas, penulis memberikan gambaran pembagian bab-bab tersebut,

    yaitu :

    16 Winarno Surahman, Melode Pelle/ilioll. (Jakarta: Puslaka, 1997), him. 23

    17 Consuela G.Savilla, et.al., Pellgolllor Melod%gi Penelilioll, (Jakarta: Penerbit UniversitasIndonesia-Ul press, 1993), Cet.!, hIm. 85

  • BABI

    11

    : Merupakan bab pendahuluan yang terdiri atas alasan pemilihan judul,

    latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, metodologi penelitian dan

    sistematika penulisan.

    BABIl : Memuat tentang pembahasan tentang penulis Taj~ir a/-Manar, yakni

    Rasyid Ridha. Mencakup peJjalanan intelektualnya dan persinggungannya dengan

    kajian Islam modern serta karya-karya ilmiah yang tclah disusunnya. Selain itu,

    mcmbahas tentang bagaimana realitas sejarah pada waktll tafsir ini dikarang dan

    menjabarkan karakteristik penafsiran, dari sistematika pcnulisan tafsir, mctode

    penafsiran dan corak khas dari tafsir ini.

    BAB III : Bcrisi tentang gambaran umW11 tentang pengertian Isra'iliyyat dan

    scluk beluk mengcnai lsra'fliyyiit tcrmasuk soal perkcmbangan lsrii'fliyyat dalam

    khazanah penafsiran dan hal-hal yang melatar belakangi tumbuh xuburnya Isra'fliyyat

    dalam kajian tafsir, di samping itu, juga mcngllpas tcntang kisah-kisah Isra'i/iyyat

    yang terdapat dalam kitab-kitab tafsir. Serta mengukur implikasi Isra'fliyyat dalam

    penafsiran.

    BABIV : Menjabarkan tentang studi analisa tcrhadap penafsiran Rasyld Ridhii

    dalam a/-ManaI'. Meliputi, aplikasi dan mcnyoal penafsiran ayat-ayat. Isrii'iliyydt

    dalam Tafsir A/-ManaI'. Serta menganalisis penafsiran Rasyld Ridhii tentang

    lsra'iliyyat. Dan memposisikan kembali lsrii'fliyydt.dalam penafsiran.

    BAB V : Di dalam bab ini berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan.

    1& Azyumardi, et.a!., Pedoman PenulisGn Skrip,,>'i, Tests, dan Diserfasi, lAIN SyartfHidayailitlah, (Jkt: Logos bekerja sarna dengan lAIN Jkt Press), 2002

  • BAB II

    SEKILAS TENTANG TOKOH DAN TAFSIR AL-MANAR

    A. Sketsa Biografi Rasyid Ridhii dan LataI' Belalrnng Intelektual

    Sayyid Muhammad Rasyid Ridha lahir pada tahun 1865 M di al-Qalamun

    suatu desa di Libanon yang letaknya tidak jauh dari kota Tripoli Syiria. Ia berasal dari

    keturunan aI-Husain eueu Nabi Muhammad SAW. Ayahnya seorang ulama dan

    penganut Tariqat Syadzlliyah. Oleh karenanya, beliau sedikit banyak mendapat

    sentuhan sebagaimana kebiasaan pengikut Tarikat tersebut. Pendidikan di masa belia,

    ia dimasukkan ke madrasah tradisionaI di a1-Qalarnun. Setelah dewasa (1882 M) ia

    meneruskan di Madrasah al-Wathiiniyah al-Isliimiyah di Tripoli di bawah asuhan

    Syekh Husayn al-Jisr. I Di samping guru tersebut, ia juga belajar pada guru-guru yang

    lain meski pengamh mereka kepadanya tidak sebesar pengaruh syeikh al-Jisr. Di

    antara guru-guru tersebut antara lain: Syeikh Mahmud Nasyabah seorang ahli dalam

    bidang hadis, Muhammad al-Qawijiy ahli hadist, Abdul Ghani ar-Riifi, yang

    mengajarkannya kitab Nail al-Aulhiir, Muhammad al-Husaini, dan Muhammad

    Kiimil ar-Riifi.2 Selain belajar bahasa Arab ia juga banyak mempelajari bahasa

    I Yusran Asmuni, Penganlar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan da/am DuniaIslam, (Jakarta: RajawaH Press, 1998), him. 82

    2 M. Quraisy Shihab, Stud; Kr;tis Taft;r a/-Manar, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1994), him.61

  • 13

    Perancis dan Turki, di sampmg pengetahuan-pengetahuan agama juga diajarkan

    pengetahuan modern.3

    Setelah Madrasah al-wathaniyah itu bubar Rasyid Ridhii meneruskan

    pelajarannya di salah satu sekolah agama di kota yang sal11a. Nal11un hubungan

    dengan Husyain al-Jisr bcljalan terus dan guru inilah yang l11e!1iadi pel11bil11bing

    baginya di l11asa l11uda. Di sal11ping itu, ia banyak dipengaruhi oleh ide-ide Jal11ii1 al-

    din al-Mghiini (w. 1897 M)4 dan Muhanmlad 'Abduh (w. 1905 M) 5 l11elalui Majalah

    'Urwat al- Wutsqa.

    Sewaktu 'Abduh dibuang di Libanon ia l11endapat kesempatan untuk berjumpa

    dan berdialog dengannya. Ide-ide Husayn al-Jisr sejalan dengan pemikiran

    Jamaluddin dan Abduh sangat l11empengaruhi jiwanya. SeJain itu ia l11el11peroleh

    3 Yusran Asmuni, Op.CiI, hIm. 82

    4 Tak ada swnber primer yang mendukung bahwa tempat lahir dan besarnya di Afghanislan,seperli yang biasa diakuinya. Kini banyak sumber memperlihatkan bahwa dia tak mungkin orangAfghanistan, tetapi lahir dan mendapat pendidikan Syi'ah di Iran. la merupakan salah satu tokoh yangpoertama kali menyatakan kembali pada tradisi muslim dengan eara sesuai dengan berbagai problempenting yang mWlcul akibat Barat semakin mengusik Timur Tengah di abad ke-19. Lihat: Nikki R.Keddie, Sayyid Jamal ai-Din ai-Afghani, dalam Ali Rahmeena (ed.), Para Perintis Zaman Baru Islam,(Bandung: Mizan, 1998), CeUII, hlm.7.Dalam pcngembaraannya ke Paris, is mendirikan kumpulan al-Unvat al-Wutsqa. Di antara tujuanmemperkuat rasa peraudaraan umat Islam, membela Islam dan membawa Islam lebih maju. Di Parisinilah ia berlemu dengan muridnya 'Abduh. Lihat Yusran AsmWli, Pengantar Studi Pemikiran danGerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam, (Jakarta: R.~ja Grafindo Persada, 1998), Cet. II, hIm. 78

    5 'Abduh lahir di desa Mahillah Mesir, ayahnya bernama 'Abdull bin Khairillah, mempunyasilsilah keturW1an dari bangsa Turki dan ibWlya mempWlyai keturunan dengan Umar bin Khaththab.Lihat: Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta: PT. lchtiar Baru Van Boeve, 1997)JiIid 1, hIm. IAbduh menyadari kemWlduran masyarakat muslim bila di konlraskan dengan masyarakal Eropaa.Menurut analisisnya, kondisi lemah dan terbelakang tersebul disebabkan oleh factor eksternal, seperlihegemoni Eropa yang mengancam eksistensi masyarakat Islam, dan oleh realitas internal, sepertisituasi yang diciptakan oleh kaum muslim itu sendiri. Bersama Jamal ai-Din dan Rasyld Ridhii dalamorganisasi al~Un,'dt al-Wutsqa, ia berusaha menyuarakan ke seluruh dunia Islam supaya merekabangkit dari tidurnya. Lihat: Yvone Haddad, Muhammad 'Abduh: Perintis Pembaharuanlslam, dalamAli Rahmeena (ed.), Op. CiI, hIm. 37

  • 14

    tambahan ilmu dan semangat keagamaan melalui membaca kitab-kitab yang ditulis

    al-Ghazali (w. 1111 H), antara lain Ihya' Uliim ai-Din. Dengan berbekal keilmuan di

    atas, Rasyid Ridha mulai mencoba dan menerapkan ide-idenya ketika masih berada di

    Syiria, tetapi usahanya mendapat tantangan dari pihak Kerajaan Usmani. Untuk itu ia

    memutuskan untuk pindah ke Mesir pada tahun 1898 M, yang notabene lebih dekat

    dengan Muhammad 'Abduh Dua tahull kemudian ia menerbitkall majalah yang

    bernama al-Maniir untuk menyebarluaskan ide-idenya dalam usaha pembaharuan. 6

    B. Rasyid Ridhfi dan Konstelasi Intelektual Islam Modern

    1. Perlemllallllya dengan Muhammad 'Abdllh

    Majalah Al-Urwiit al-Wutsqii yang diterbitkan oleh Jamiil ad-Din al-

    Afghani dan Muhammad 'Abduh di Paris, yang tersebar ke seluruh dunia

    Islam turut dibaca pula oleh Rasyid Ridhii dan memberi pengaruh yang sallgat

    besar pada jiwanya, sehingga merubah siikap pemuda yang beljiwa sufi ini

    me!1iadi seorang pemuda yang penuh semangat sebagaimana yang ia tulis:

    Dengan membacanya (al-Urwiit al-Wutsqii), Rasyid Ridhil

    berpelldapat bahwa ia menelllUkan suatu jalan barn dalam memahami ajaran

    Islam, yakni bahwa Islam bukan hanya agama rohani-ukhrawi semata, tetapi

    dia adalah agama rohani dan jasmani, ukhrawi dan duniawi, yang beliujuan

    6 Ibid, him. 83

  • 15

    antara lain untuk memberi petunjuk kepada manusia nntuk menguasainya

    dengan sungguh-sungguh.7

    Kekagumannya kepada Muhammad 'Abduh bertambah mendalam

    sejak 'Abduh kembali ke Beirut untuk kedua kalinya pada 1885 dan mengajar

    sambil mengarang. Pertemuan antara keduanya terjadi ketika 'Abduh

    berkunjung ke Tripoli untuk menemui temannya, Abdullah al-Barakah yang

    mengajar di sekolah al-Khanfuiyah. Pada penemuan pertama ini Rasyid Ridha

    sempat menanyakan kepada 'Abduh tentang kitab tafsir yang terbaik menurut

    pengertiannya. Oleh 'Abduh dijawab bahwa Tafsir al-Kasysydf karangan

    Zamakhsyari Cw. 528 H) adalah yang terbaik karena ketelitian redaksinya

    serta segi-segi sastra bahasa yang diuraikannya.8

    Pertemuan kedua terjadi 1312 H/1894 M, juga di Tripoli. Lima tahun

    kemudian teljadi pertemuan ketiga di Mesir. Rasyid Ridhil. mengemukakan

    keinginan untuk menerbitkan suatu surat kabar yang mengolah masalah

    social, budaya, dan agama. Akhirnya 'Abduh menyetujui dan memilih nama

    al-Mandr dari sekian banyak nama yang diusulkan oleh Ridha.9

    7 Fakhrnddin Faix., Hermeneutika Qur'ani: Amara Teks, kOJ1leks dan Kontekstualisasi,(Yogyakarta: Qalam, 2003), him. 62-63

    8 • M Quraisy Syihab, 01'.Cit, him. 63-65

    9 Ibid

  • 16

    2. Bcbcrapa Ciri Pokok Pcmikiran Muhammad Rasy'id Ridhil dan Karya-

    Imrya Ilmiahnya

    Pemikiran-pemikiran pembaharuan yang diajukan Rasyid Ridha tidak

    banyak berbeda dengan ide-ide Muhammad 'Abduh dan Jamal aI-din a!-

    Afghani, Ia berpendapat bahwa umat Islam mundur karena tidak menganut

    ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Dalam Islam telah banyak masuk bid'ah

    yang merugikan bagi perkembangan dan kemajuan umat. Terhadap sikap

    fanatik yang terdapat dalam zamannya ia menganjurkan supaya toleransi

    bermadzhab dihidupkan. 1O

    Rasyid Ridha sebagai Muhammad 'Abduh, menghargai akal manusia.

    Sungguhpun penghargaannya terhadap akal tidak setinggi gurunya, akal

    menumtnya dapat dipakai terhadap ajaran-ajaran mengenai hidup

    bermasyarakat, tetapi tidak terhadap ibadat. Ijtihad dalam urusan ibadat tidak

    diperlukan lagi. Ijtihad diperlukan hanya untuk soal-soal hidup

    bermasyarakat. Sebagai pengikut al-Afghfmi, Rasyld Ridhil juga melihat

    perlunya dihidupkannya kembali kesatuan umat lslanl. Salah satu sebab lain

    dari kemunduran umat ialah perpecahan yang terjadi di kalangan mereka.

    Meski pemikiran Rasyid Ridha banyak persamaan dengan ai-Afghani

    dan 'Abduh, namun terdapat ciri yang khas dari alur pemikiran Rasyld Ridhii

    dengan guru-gurunya tersebut. 'Abduh lebih liberal dibanding Rasyid Ridhii,

    'Abduh tidak mau terikat pada salah satu aliran atau madzhab yang ada dalam

    10 Ibid, him. 6}

  • 17

    Islam. Sedangkan Rasyid Ridhi\ sebaliknya masih memegang madzhab dan

    masih terikat pada pendapat-pendapat Ibn Hanbal (w. 241 H)II dan Ibn

    Taymiyah (w. 728 H).12 Serta penyokong gerakan Muhammad Abd al-

    Wahab!l]

    Di antara karya beliau yang cukup fenomenal adalah Taftil" al-

    Mantir. Di samping itu in juga berhasil menu lis sckian banyak karya iJmiah,

    antara lain adalah sebagai :berikut :14

    1. AI-Hikmah Asy-Syai'iyah fi Muhdkamat al-Dadiriyah wa al-Rifti'iyah.

    Buleu ini adalah bantahan kepada Abdul Hadi ash-Shayyiid yang

    mengeciJkan tokoh sufi besar. 'Abd al-Qiidir al-JayJiini juga

    menjelaskan kekeliruan-kekeliruan yang dilakukan yang diJalmkan oleh

    para penganut tasawuf.

    2. Al-Azhtir, berisi tentang sejarah al-Azhar, perkembangan dan misinya dan

    beberapa bantahan terhadap uJama al-Azhar yang menentang pendapnt-

    pendapatnya.

    3. Ttirikh al-Usttidz aI-Imam, berisi riwayat hidup Muhammad 'Abduh dan

    perkembangan masyarakat Mesir pada masanya.

    11 Nama lengkapnya Ahmad bin Muhammad bin Hanbal. Beliau adalah pendiri MadxhabHanbaliyyah, lahir di Baghdad, ahli hadis, fiqih, Lil,at: Abdul Aziz Dahlan (00), Ensiklopedia ffukumIslam, (Jakarta: PT. 1ebtiar Bam Vall Hoeve, 1997), him. 55

    12 Lahir di Harran dan besar di Damaskus, ia mengikuti jejak orang tuanya sebagai penglillutMadzhab Hanbali.Lihat: Ibid, him. 60

    13 Lilla!: Harwi Nasution, Pembaharuan dalam Islam : Sejarah Pemikiran. dan Gerakan,(Jakarta: Bulan Bintang, 1975), him. 71-76

    14 M.Quraisy Shihiib, Op.CIl, hIm. 65-66

  • 18

    4. Nida' Ii al-Jins al-Lathif, berisi uraian tentang hak dan kewajiban-

    kewajiban wanita.

    5. Dzikr al-Maulid an-Nabawfi.

    6. Ristilatu HI/jjah aI-Islam al-Ghazalf.

    7. AI-Sunnah wa al-Syi'ah.

    8. AI·Wahdah al-Islamiyah.

    9. Haqfqat aI-RiM

    IO.Majalah aI-ManaI', yang terbit sejak 1315 HlI698 M sampai dengan

    1354 Hl1935 M.

    II.AI-Muhfiwarah al-Muslfh wa al-MuqalLid. 15

    12. Yusr alIslfim wa UshUl at-Tasyrf' al-AIIL 16

    Rasyid Ridhil wafat pada 23 Jumadil 'Ula 1354 H bertepatan dengan 22

    Agustus 1935 M.17

    c. Sekilas Tentang al-Manar

    Tafsir ini bernama Taftir AI-Qur'an AI-Haf,:im. Tafsir ini lebih populer

    dengan sebutan Tqfsir aI-ManaI', karena kandungallnya berasal dari majalah al-

    Maniir yang peruah ditertibkan secara serial dan periodikl8 Tafsir ini pada

    dasarnya merupakan hasil karya tiga orang tokoh Islam, yakni Jamaluddin al-

    15 Abdul Aziz Dahlan, Op.Cil, hIm. 1488

    16 Ibid

    17 M.Quraisy Shihilb, Op.Cil, hlm.66

    " Tharneem Ushama, Melodologi Taftir al-Qur'an: Kajiall Krilis Obyeklifdan KOllperensi[.terj. Hasan Basri dan Amroeni, (Jakarta: Rioraa Cipto, 2000), Cet. I, hlm.80

  • 19

    Afghani, Muhammad 'Abduh, Muhammad Rasyid Ridhii. Tokoh peltama

    menanamkan gagasan-gagasan perbaikan masyarakat kepada sahabat dan

    mnridnya, Muhammad 'Abduh. Oleh tokoh kedua ini gagasan-gagasan itu

    dicerna, diterima dan diolah kemudian disampaikan melalui penafSiran ayat-ayat

    AI-Qnr'an dan diterima oleh antara lain tokoh ketiga yang untuk selanjutnya

    menulis semua yang disampaikan oleh sahabat dan gnrunya tersebut dalam

    bentuk ringkasan dan penjelasan yang kemudian dimuat secara berturut-turut

    dalam majalah ai-ManaI' yang dipimpin dengan judul "Taftir AI-Qur'an AI-

    Hakim" - Disadnr dari kuliah Muhammad 'Abduh. 19

    'Abduh sempat menyampaikan kuliah-kuliah tafsirnya dari surat al-

    Hitihah sampai surah an-Nisii' ayat 126. Kemudian menafsirkan ayat-ayat secara

    "sendirian" yang pada garis besarnya mengikuti metode yang dipakai 0 leh

    Muhammad 'Abduh sampai dengan ayat 52 sural! Yusuf. AI-ManaI' terbit pertama

    kali pada 22 Syawal 1315 H / 17 Maret 1898 M berupa mingguan sebanyak

    delapan halaman dan mendapat sambutan hangat di berbagai Negara, termasnk

    Eropa bahkan sampai ke Indonesia. 20

    1. ReaIitas Hlstolis Seputar Penyusullan Tafsir al-MOII{ir

    Pada dasarnya para penafsir adalah pengkaji yang berkarya dalanl

    kerangka pemikiran dan kondisi zamannya. Tidak mengherankan jika

    '9 M.Quraisy Shihab, Op.CiI, hIm. 64-65

    "Ibid

  • 20

    dikaitkan dengan corak dan cara mereka menyikapi dan menafsirkan al-

    Qur'an, corak al-Adab al-ljtima'f yang menjadi dasar metode dalam al-Mal1lir

    merupakan satu landasan yang kuat untuk menyatakan bahwa kitab tafsir ini

    sangat erat hubungannya dengan realitas historis yang terjadi di saat kitab ini

    di susun.

    Melihat setting sejarah ketika ditulisnya Talsir al-Manar ini, dapat

    dikatakan dalam tafsir ini termuat misi dan semangat pembaharuan para

    penyusunnya (baik ai-Afghani, 'Abduh ataupun Ridhii), khususnya dalanl

    rangka melak.'Ukan emansipasi agar umat Islam bangkit dad kondisi

    terbelakang dan kejumudannya. Situasi sosial-politik umat Islam, khususnya

    Mesir patut dijadikan Iandasan untuk melihat setting yang dimaksud, karena

    di sanalah poras dan pusat perhatian Rasyid Ridhii dan kedua gurunya. 21

    Sebagai dikutip oIeh Fakhruddin Faiz, Abd al-Ati' Muhammad AIunad

    dalam Idtabnya Fikr aI-Siyasi aI-Imam Muhammad 'Abduh, menyatakan

    bahwa segala aktifitas 'Abduh tenllasuk di dalanmya keljasarnanya dengan

    muridnya daIa01 menulis al-Manar pada hakekatnya bertujuan untuk

    memperkukuh segi-segi mental spiritual kaum Muslim dengan cara

    menghilangkan kecemasan yang meliputi pikiran mereka pada saat-saat

    perubahan sosial yang dialami oleh masyarakat pada abad- I9, 22

    " Fakhruddin Faiz, Op.Cit. him. 71

    22 Ibid, him. 71

  • 21

    Periode saat TqfSir al-Maniir tersebut Disusun, terjadi kemunduran

    Khilafah Usmani, yang kekuasaannya juga meneakup Mesir. KhiJafah Usmiini

    ketika itu lebih memperhatikan ketangguhan kekuasaanya, akibatnya

    kekhalifahan Usmani seeara fisik nampak kuat, namun esensinya ia Jemah

    karena rendahnya taraf berpikir dan tingkat kesejahteraan rakyatnya. Kondisi

    Mesir saat itu digambarkan sangatlah jelek. Mesir pada saat itu sedang

    tenggelam dalam kondisi hutang yang menyebabkan eampur tangan EropaY

    Menurut 'Abdub, kondisi sebagian umat Islam saat itu adalah kondisi

    jnmud, statis dan tidak berkembang. Di sisi lain tradisi lokal umat Islam yang

    diwarnai oleh animisme dan keenggal1an pemakaian akal turut pula

    mempengaruhi kemunduran tersebut. ;>.

    Meski demikian lambat laun kesadaran akan ketertinggalan itu mulai

    disadari, terlebih setelah muneulnya kaul11 terdidik dan terpelajar, baik dari

    pendidikan lokal atau Barat. Maka, muneul para tokoh dlffi eendikiawal1

    pembaharu yang membawa misi untuk mengel1taskan l1mat Islam dari segala

    keterpurukannya. Kemudian, muneul pula gelombang reformasi dan

    pembaharuan dari para terpelajar. Ada dua pandangan dari kalangan

    pembaharu ini: yaitu pertama mereka yang menginginkan pembaharuan

    dilakukan seeara evolutifdan pelan-pelal1 dengan fokns meratakan pendidikan

    2J Ibid, hIm. 74-75

    24 Hanm Nasution, Op.Cit. hhn. 62-63

  • 449

    22

    di kalangan bangsa Mesir. Dan kelompok kedua, mereka menginginkan

    perubahan ssecara revolusioner dan cepat. 25

    2. Karakteristik Penafsiran Dalam Tafsir At-Manar

    Telah dikemukakan di atas, bahwa pada dasarnya Rasyid Ridhii

    mengikuti metode dan corak tafsir yang digunakan oleh gum beliau. Namun

    seperti yang diakui sendiri oleh Ridhii, terdapat perbedaan

    Untuk mengkaji lebih tajam tentang karakteristik Qari Tafsir at-Manar

    ini, berikut akan kami uraikan tiga point penting, yaitu :

    a. Sistematika Penulisan

    Kitab ini telah diterbitkan dalam 12 jilid. Kitab tafsir ini disusun

    menurut sistematika mushaf AI-Qur'an, tetapi penafsirannya hanya sampai

    surah Yusuf, ayat 101 karena penulisnya wafat. Namun yang dicetak

    dalarn bentuk kitab, penafsirannya hanya sarnpai pada Surat Yusuf ayat

    52. Di daJarn kitab ini, Rasyid Ridhii menganalisis masalah-masalah

    pokok dan cabang ajaran agama, menjelaskan kesalahpaharnan terhadap

    agama, serta menguraikan hikmah penetapan syariat dan hukum- hukum

    Allah SWT (sunatullah) yang terdapat pada manusia dan alam. Semua itu

    25 Mulcti Ali, Alam Pemikian Islam Modern di Timur Tengah, (Jak3rta: Jambatan, 1995), hIm.

  • 23

    disajikan daJam bahasa yang sederhana dengan menghindari istilah

    keilmllan dan tanpa terikat oleh pendapat para Illllfasir26

    b. Metodologi l'enajsiran

    al-Farmawf membagi metode tafsir yang selmna ini dipakai 1I1ama

    . d· d· nmenJa I empat mete e, ymtll:

    1. metode lahllliy:2. Illetode ijmaliy;3. Illetode muqaran;4. metode maudhzi'iy

    Kemlldian dari empat metode tersebllt, metode tahfliy diperinci

    menjadi beberapa corak, yakni:28

    1. tajsir as-shCifiy;2. ta{vir a/~fiqhiy;3. ta/sir aljalsajiy;4. taf'·ir al- 'ibnf;5. laisir al-adab al-ijlima'f;

    DaTi pembagian di atas Taisir al-Manar merujuk pada metode

    Tahlily, yakni suatu metode penafsiran yang bermaksud menjelaskan

    kandungan ayat-ayat al-Qur'an dan seluruh aspelmya mufasir mengikuti

    susunan ayat secara lartib mushajj;.

    26 www.pesantrenonline.com

    27 'Abd al-Hayy al-FarmawJ, Metode 7'c!fsir Malldhll'(v, terj .. Suryan A. Jamrah, (Jakarta:Rajawali Press, 1994), hlm.IO-J J

  • 24

    c. Corak Penafsiran

    Hal yang membedakall kitab tafsir ini dmi kitab tafsir lainnya

    adalab bahwa di dalam kitab ini Rasyid Ridhii menganalisis secma

    panjang lebar masalah-masalah sosial yang aktual pada masanya. Atas

    dasar itu, metode yang digunakall dalam kitab ini, menurut Muhammad

    Husayn adz-Dzalmbi . disebut metode adah al- ijlima'! (sosio-kultural).29

    Corak ini menitikberatkan penjelasan ayat-ayat Al-Qur'an pada

    ketelitian redaksinya, kemudiall menynsun kalldullgallllya dalam suatu

    redaksi yang indah dengall mellonjolkan aspek petunjuk al-Qur'an bagi

    kehidupan, serta menghubungkan pengertian ayat-ayat tersebut dengan

    sunatullab yang berlaku dalam masyarakat dan pembangunan dunia tanpa

    mengguna1(an istilah-istilah disiplin ilmu kecuali dalam batas-batas yang

    sangat dibutuhkan. 30

    Tafsir jenis ini dipelopori oleh Muhammad 'Abduh sang guru dari

    Rasyid Ridhii. Oleh 'Abduh al-Qur'an dilihat sebagai hidayah, petunjuk

    keagamaan dan spiritual.3l Dalam pandangan 'Abduh, al-Qur'an pada

    intinya bukanlah sumber hukum atau dogma belaka, tetapi al-Qur'an

    merupakan kitab yang seharusnya uruat Islam dapat merumuskan

    28 ibid, him. I I

    29 www.pesantrenonline.com

    30 Fahruddin Faiz, Op.Cit, hlm.70

    31 M. Rasyid Ridhii Tqftir ol-Monor,juz I, (Beirut: Dar al-fikr) him. 17

  • 25

    jawaban~iawaban dan pemikiran-pemikirannya mengenai dunia kini dan

    dunia masa depan. Dia menekankan bahwa al-Qur'an temtama hams

    dibaca sebagai petunjuk moral yang dapat diterapkan pada kondisi

    modern.32

    Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tafsir jenis ini bermaksud

    memahami pemyataan-pernyataan al-Qur'an sehingga bisa membawa

    kepada perbuatan dan diperolehnya hidayah yang tersembunyi dibaliknya

    dalam rangka mercalisasikan misi al-Qur'an sebagai hudan wa rahmatan.

    Dalam upaya mereal isasikan penafsiran dengan corak semacam

    1m, 'Abduh banyak membuang pengetahuan dari tafsir-tafsir klasik. la

    mengisi ruang itu dengan memberikan nasehat-nasehat yang praktis untuk

    mcmecahkan problem-problem kontemporer yang dihadapi umat Islam.33

    Maka menurut 'Abduh seorang mufassir setidaknya harus

    memiliki lima kemampuan, yaitu: 34

    1. lImu bahasa untuk memahami hakikat setiap lafadz yang

    dipakai oleh al-Qur'an karena setiap lafaldz mempunyai makna

    yang berbeda pada kurun dan tempat yang berbeda;

    2. Ilmu balaghah, untuk mengetahui struktur bahasa;

    :l2 Ihsan Ali Fauzi, Kalll11 A4us/iJ1ljJl dan Taf\'ir al-Qur'un 5;urvey J]ibliografis Alas Kwyt1-kw)'a do/am Baha.m Arab), Jurnal Ulumul Qur'an, no.05, edisi April-Juni 1990, him. 19

    33 J.J.G Hansen, Diskursus Tafsir A/-Qur'all Modem, te~. Hairussalim Syarif HidayatulJah,(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1997), him. 26

    34 M.Rasyid Ridha, Op.Cit., Juz I, hIm. 23-24

  • 26

    3. Ilmu Humaniora untuk membantu memahami ayat yang

    menyinggung tentang kemanusiaan;

    4. Ilmu sejarah transformasi hidayah umat Islam dengan aI-

    Qur'an;

    5. !Imu sejarah Nabi Muhammad SAW.

    Pada dasarnya pokok-pokok penafsiran Rasyld Ridhii dengan

    Muhammad 'Abduh hampir sama, namun ada perbedaan yang cukup

    signifikan antara keduanya. Secara ringkas bisa disimpulkan bahwasanya

    penafsiran 'Abduh dan Rasyld Ridhii terdapat beberapa perbedaan, yakni

    terletak pada: 35

    I. Pemakaian metode penafsiran yang memperhatikan aspek

    bahasa dan redaksional, yang lebih banyak dilakukan oleh

    Rasyld Ridhii;

    2. Penggunaan hadis, yang menonjoI dari penafsiran Ridha dan

    sangat sedikit dari 'Abduh;

    3. Perhatiannya terhadap susunan redaksi dan kosakata, yang

    ditambahkan oleh Ridhii terhadap penafsiran gUfllnya;

    4. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dalam penafsiranyang sangat

    intensif dielaborasi oIeh 'Abduh.

    35 Fakhruddin Faiz, Op.Cit., him. 72

  • BABIlI

    GAMBARAN UMUM TENTANG ISRfNL/fYAT

    A. Pengertian Isrft'iliyyftt

    Secara epistemologi, fsrd'iliyyd/ adalah bentuk jamak dari kata tunggal

    fsrfi'iliyya/. Vakni benlllk kala yang dinisbalkan pada kala fsrfi'il yang berasaJ dari

    bahasa Ibrani, Ism yang berarli hamba dan if yang bennakna Tuhan. t Dalam

    prespektifhistoris, Isrfi'il berkailan dengan Nabi Ya'qflb bin Jshaq bin Ibrahim a.s, di

    mana ketllrunan beliau yang berjllmlah dlla belas itu disebllt Banilsra, jl 2 Terkadang

    Isrfi'iliyya/ identik dengan Vahudi, kendati sebenamya tidak demikian. Bani Israil

    merujuk pada garis keturuan bangsa, sedangkan Vahudi merujuk pada pola pikir,

    tennasuk di dalamnya agama dan dogma. Menurul adz-Dzahabi, perbedaan Yahudi

    dan Nasrani, bahwa yang terakhir disebllt ini ditujukan pada mereka yang beriman

    kepada risalah Isa a.s3 Dua kelompok masyarakat ini, menurut Quraisy Shihiib yang

    minimal disepakati oleh seluruh ulama, dinamakan ahl al-kildb4

    I Zainul Hasan Rifa'i, "Kisah Isra'iliyat dalam Penafsiran", dalam Sukardi K.D (ed.), BelajarMudah Ulul11 al-Qur'all: Sludi Khazallah al-Qur'all, (Jakarta: Lentera, 2002, hlm.277

    2 Muhammad Chirzin, AI-Qur'all dall Ululllul Qur'alI, (Yq,'Yakarta: PT. Dana BhahiPrimaYasa, 1998 hlm.78

    3 Supiana, dan M. Karman, Ulul11ul Qur'all dan Pellgellalan Dasar Me/adalagi, (Bandung:Pustaka Islamika) him. 197

    4 M.Quraisy Shihab, Wmvasan al-Qur'an, (Bandung: Mizan), 1996, CeLl him. 147-148.Namun perlu dieatat disini bahwa Abduh dan Rasyid Ridha memasukkanMajusi, Sahi'in, Hindu,Budha, Konfusius, Shinto dan agama lainnya sebagai ohlal-kilob. Untukjelasnyalihatol-Momir; JilidXI, (Beirut: Dar al-Fikr), him. 200

  • 29

    Setelah mereka kembali ke negeri asal mereka membawa bermacam-macam benta

    keagamaan yang mereka temui dari negara-negara yang mereka jumpai.8

    Shiibir Tu'aimah, seorang mufasir dari Mesir menyatakan bahwa khasanah

    !srd'iliy, baik yang berkaitan dengan historis maupun keagamaan mengandung

    pengertian seIuruh manuskIip yang ditinggalkan oleh atau dikaitkan kepada Bani

    Israil yang berasal dari tradisi yang terus berlanjut dari generasi ke generasi lainnya,

    sampai muncul Nabi Isa a.s dan sampai kepada umat Islam dalam bentuk buku

    berdasarkan berbagai sumber dan PeIjanjian Lama9

    Formulasi tentang !srd'iliyyat berkembang di kalangan para pakar tafsir dan

    hadis sesuai dengan perkembangan pemikiran manusia. Bahkan di kalangan mereka

    ada yang berpendapat bahwa ]srd'iliyydt mencakup informasi-informasi yang tidak

    ada dasamya. Sarna sekali dalam manuskrip kuno dan hanya sekedar sebuah

    manipulasi yang dilancarkan oleh musuh Islam yang diselundupkan pada tafsir dan

    hadis untuk merusak akidah umat Islam dari dalam.

    Meskipun !srd'iliyyat banyak diwamai oleh kalangan Yahudi, kaum Nasrani

    juga turut ambil bagian dalam konstelasi penafsiran versi ini. Hanya ]srd'iliyydt saja,

    dalam hal ini, Imum Yahudi lebih populer dan Iebih dominan. Karenanya, kata

    Yahudi lebih dimenangkan (daIam kajian semantik bahasa Arab dikenaI sebagai

    8 M. Quraisy Shihiib, Membul1likall AI-Qur'all, (Bandung : Mizan, 1993), hIm. 46

    , Abdul Aziz Dahlan (et.al.),Eilklopedia Hllkllm Islam, (Jakarta: PT. lehtiar Baru Van Hoeve,1997), him. 755

  • 30

    laqlib lantaran kaum Yahudi lebih lama berinteraksi dengan umat Islam di kalangan

    mereka banyak juga yang masuk Islam. 10

    ISl'd'fliyydt bersumber pada Taurat dan Injil, yang dimaksud Taurat di sini

    adalah seluruh kitab yang ada di kalangan umat Yahudi tem1asuk kitab Zabur dan

    lainnya. Selain itu ISl'a 'fliyydt juga bersumber pada tradisi, nasehat-nasehat dan

    syarah yang diriwayatkan orang Yahudi dari Nabi Musa a.s secara tidak tertulis dan

    diterima masyarakat Yahudi sampai dibukukan dalam sebuah kitab yang diberi nama

    Talmud. lJ Bahkan sebagian Ulama tafsir dan hadis telah memperluas makna dengan

    ISl'd'fliyyal cerita yang dimasukkan di luar kalangan Islam secara keseluruhan l2

    B. Latar Belakang Muneul dan Berkembangnya Isrii'iliyyiit

    Sejak tahoo 70 Masehi kaum Ahl al-ki/ab yang sebagian besar orang-orang

    Yahudi telah berimigrasi ke jazirah Arab untuk menghindari tekanan dari pimpinan

    Romawi yakni Hilus. Mereka juga sering melakukan perjalanan, baik ke Yaman

    ataupun Syiria. Dengan demikian, disadari atau tidak terjadilah proses percampuran

    antara tradisi bangsa Arab dengan khasanah Yahudi tersebut. 13 Dengan kata lain,

    10 Zainul Hasan Rifa'i, Op.Cit, him. 277

    II Demikian juga halnya dengan berbagai etika Yahudi, kisah, sejarah, syari'at, dan hikayatyang ada pada masyarakat Yahudi. Begitupun dengan kisah, sejarah, syari'at dan syarah berbagai Injiljuga termasuk sumber ISl'd'i1iyyat. Abdul Aziz Dahlan (ed.), Op.Cit, hlm.755

    12 M. Husayn adz-Dzahabi, Op.Cit, him. 17

    13 Manna' al-Qaththiin, Studi 1111Iu-ilmual-Qur 'am, Bogar: Litera Antar Nusa, 2000, him. 42

  • 31

    adanya kisah lsra'fliyydt merupakan konsekuensi logis dari proses akulturasi budaya

    dan ilmu pengetahuan antara umat Islam dan kaum Yahudi serta Nasrani. 14

    Di samping itu harus diakui bahwa masyarakat Madinah dan sekitarnya -

    tempat Islam berkembang - termasuk masyarakat yang heterogen, dengan Yahudi

    dan Arab sebagai etnis yang paling dominan. Mereka yang masuk Islam dari

    kalangan Yahudi (suku Bani Qainuqa', suku Quraizah, a/-Nazfr, Khaibar, Taima, dan

    Fadak) dan Nasrani serta Majusi masih tetap membawa kesan-kesan kepercayaan

    agama mereka dahulu. 15

    Selain itu, hal penting yang mendorong tumbuh suburnya lsrd'fliyyat dalam

    dunia Islam adalah ketika Nabi SAW dan sahabatnya berinteraksi dengan orang-

    orang Yahudi untuk menyampaikan Islam kepada tokoh Yahudi dan secara sosial,

    Nabi SAW menyusun sebuah tatanan masyarakat heterogen dalam peJ:ianjian Piagam

    Madinah. Dalam persinggungan faham dan kemasyarakatan ini tidak luput dari

    perdebatan, bertukar pikiran dan penjelasan-penjelasan yang diperlukan dalam hidup

    kemasyarakatan ketika itu, hingga melahirkan sejumlah besar pendeta Yahudi

    memeluk Islam, seperti 'Abdullah bin Salam (w. 43 H),16 'Abdullah bin Suriya, Ka'ab

    " M. Quraisy Shihab, Op.Cit, him. 46

    15 Supiana - M. Karman, U/ul11ul Qur'an dan Pengenakm Metodo!ogi 'l'ql'iir, (Bandung:Pustaka Islamika, 2002), hlm.199

    16 Nama scbenarnya Abu Yusuf 'Abdullah ibn Haris dari Bani ()aiJ1lmah kcturunan NabiYilsuf a.s, nama Jahilinya al-Hasyln, setelah masuk Islam Nabi SAW menmlantinya d'engan 'Abdullah.Dia termasuk pemimpin Balli 'A 1{(dari suku Khadn?j. Lihat: adz-Dzahabi, Op.Cit, him. 101-105

  • 32

    al-Akhbiir (w. 32 H)17 dan lain-lain. Merekalah yang mel11beri andil dalam

    menyumbangkan kebudayaan Israil terhadap budaya Islam.

    Pada era Rasulullah, informasi dad kaul11 Yahudi tidak banyak berkembang

    dalam penafsiran, sebab beliaulah penjeJas berbagai masaJah atau pengertian yang

    berhubungan dengan ayat-ayat aJ-Qur'an. Permasalahan yang kemudian muneuJ

    adaJah bahwa sepeninggaJ Rasulullah, para Sahabat dituntut kehati-hatiannya daJam

    l11elakukan ijtihad manakala mereka l11enjumpai masalah tentang kisah-kisah orang-

    orang terdahuJu. Hal ini terjadi l11engingat kadang-kadang ada persamaan antara aJ-

    Qur'an, Taurat dan Injil. Pada l11asa sahabat inilah kisah fsrii'ili;ydf l11ulai

    berkembang dan tumbuh subur. Kisah ini semakin berkembang pesat di kalangan

    Tiibi'in dan mencapai puncaknya pada masa Tiibi'i at-Tiibi'in. lni disebabkan pada

    masa itu teIjadi keeenderungan mengambiJ eerita tersebut seeara kurang selektif.

    DaJam artian banyak periwayatan hadis tidak melalui jalur kode etik metodologi

    penelitian ilmu-ilmu hadis. 18

    Pada masa sahabat fsrii'iliyyaf diseleksi sedemikian rupa, sehingga sedikit

    sekali yang diterima mereka. Itupun terbatas pada kisah-kisah masa laJu yang

    tidak menyangkut akidah dan hukul11. Kemudian kehati-hatian yang dimiliki dan

    17 Nama lengkapnya Abu Isbaq Ka'ab Ibn Ali' al-Himyari, yang dipanggil dengan Abu Ishaq,Semasa hidup ia sudah dewasa dan beragama Yahudi. Ia banyak tahu tentang kitabnya, sehinggadigelari Ka'ab al-Akhbar. Mengenai masuk Islamnya, sebagian menyebut pada masa 'Umar r.a,sebagian menyebut pada masa Abu Bakar 3.S. Sesungguhnya banyak cerita yang diriwayatkan dandinisbatkan kepadanya cerita-cerita Isrd'i1iyyat. Scbagian daTi penisbahan itu ada yang jelaskebenarannya dan sebagian lagi diyakini ada yang lidak benar. Namun jumhur uIama dalam larh a al-Ta'dil menyalakan bahwa ia lermasuk orang yang terpercaya. Lihat: adz-Dzahabi, !srailiyyat, him.110-121

    IS!hid. him. 20

  • 33

    tradisi para sahabat dalam menerima Isra'iliyyat di zaman tilbi'ln mulai longgar.

    Sehingga banyak cerita-cerita Isra'iliyyat yang menyebar. Selanjutnya sesudah

    masa tabiin pem1asaslahan Isra'iliyydt melebar dan meluas ke dalam tafsir al-

    Qur'an, sehingga banyak ditemukan kisah d lsra'iliyyat alam kitab-kitab tafsir. 19

    Menurut Ylisuf al-Qaradhawl, ada dua hal yang mendasari mcngapa umat

    Islam dengan mudahnya mengambil kisah-kisah tersebut. Pertama, mengingat

    hadis riwayat Bukhari tentang diperbolehkannya mengambil eerita dari Bani

    Israil. Kedua, mereka meriwayatkan kisah-kisah tersebut di alam tafsir, karena

    mayoritas kisah itu berkaitan dengan masalah-masalah yang memang tidak

    banyak dibicarakan yang akurasinya tidak diketahui orang-orang Muslim20

    Pendapat lain menyatakan bahwa timbulnya Isrd'iliyyat adalah, pertama,

    karena semakin banyaknya orang-orang Yahudi yang masuk Islam. Sebelumnya

    mereka adalah kaum yang berperadaban tinggi. Tatkala masuk Islam mereka tidak

    melepaskan seluruh ajaran-ajaran yang mereka anut terlebih dulu, sehingga dalam

    pemahamannya sering kali tereampur antara ajaran yang mereka anut terdahulu

    dengan ajaran Islam. Ditambah lagi dengan masuknya para ulama Yahudi ke

    dalam Islam. Mereka dianggap punya andil besar terhadap tersebamya kisah

    Isrd'iliyydt dalam kalangan Islam. Kedua, adanya keinginan dari kaum Muslim

    19 Abdul Aziz Dahlan (ed.), Op.CiI, hIm. 756

    20 Lihat: Yusuf Qaradhawl, BagaimanG bejnleraksi dengall al-Qur'alJ, terj. Khatuf Suhardi.(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2000), him. 390-391

  • 34

    sendiri untuk mengetahui sepenuhnya dan memasukkan kisah-kisah dari Bangsa

    Yahudi dan Nasrani dalam tafsir-tafsir mereka.21

    C. !sra'iliyyiit Dalam Litcmtur Tarsir

    Pada perkembangan selanjutnya, terjadilah pentadwinan tafsir seeara besar-

    besaran oleh para tabi'in. Banyak karya yang muneul pada masa ini, seperti yang

    telah kami paparkan pada bab pertama. Namun, di antara karya-karya tersebut terjadi

    keraneuan periwayatan !srii'iliyyiit Keberagaman kitab tafsir yang memuat itu

    !srd'1!iyyat berbeda kuantitas dan kualitasnya antara satu dengan yang lainnya. Ada

    yang memberi komentar tentang kisah !sra'iliyyat ada pula yang tidak. Dalam hal ini,

    adz-Dzahabi mengklasifikasi kitab tafsir yang memuat !sra'iliyydt sebagai berikut :22

    I. Kitab yang meriwayatkan lengkap dengan sanad tapi ada sedikit kritikan di

    dalall1nya. Kitab yang masuk dalall1 kategori ini adalah: ath-l1Jabari 23 dengan

    kitabnya, Jami' al-Bayan jf Tafi;ir al-Qur'an.

    2. Kitab tafsir yang ll1eriwayatkan !srd'iliyyat lengkap dengan sanad tapi

    menjelaskan kebatilan yang ada dalam sanad tersebut. Yang termasuk dalam

    21 M. Khalil Arsyad, Op.Cit, hlm ..62

    22 Lihat: M. Husayn adz-Dzahabl, Op.Cit, him. 136-240

    23 Bcliau adalah Abu Ja1far Muhammad bin Jarlr bin Yazld bin Katsir bin Ghalib ath-Thabariy. Imam yang agung, pongarang tafsir dan tarikh. Dilahirkan pada tahun 224 H dan wafat tahun310 H. LihatIbui, him. 139

  • 35

    klasifikasi ini ada1ah Ibn Kalsfr24 dengan nama kitabnya Taft;ir al-Qur'an al-

    Adhfm.

    3. Kitab yang menyodorkan Isrd'fliyydl tanpa menyebutkan sanad atau memberi

    komentar apapun tentangnya, atau tidak menjelaskan mana riwayat yang

    benar dan mana yang salah. Yang tergolong demikian adalah kitab laftir

    Muqdlil karyalbn Sulaimdn (w. 150 H).

    4. Kitab yang meriwayatkan Isrd'fliyydl tanpa sanad dan kadang-kadang

    menunjukkan ke1emahan atau menyatakan dengan ketidak shahihannya,

    namun dalam meriwayatkan tidak memberi kritik ataupun komentar kendati

    riwayat yang dibawanya itu bertentangan dengan syariat ls1am. Kitab yang

    masuk dalam klasifikasi ini adalah karya al-Khdzin25 yang berjuduI Lubdb al-

    Ta'wflfl Ma'dni al-Tanzfl.

    5. Kitab yang meriwayatkan Isrd'fliyydl tanpa sanad dan menjelaskan kepalsuan

    dan kebatilannya. Tafsir ini sangat pedas mengkritik Isrd'fliyydl. Yakni karya

    al-Alusf6 yang bemama Rzih al-Ma'dni if Taftir al-Qur'an wa as-Sab' al-

    Ma'dn/.

    24 Ibn Katsir adalab seorang imam, hafidz, Imaduddin, Abu al-Fida', Ismail bin Amr binKatsir bin Dhaw bin Kasir bin Zar'a al-Bishri (orang Bashra) kemudian ad-Damsyiqi, ahli tafsir, ahlihadist dan fiqh madzhab Syafi'i. Ia dilahirkn tahun 700 H, dan walut pada tahun 774. Lihatotobiografinya di kitab Dural'll! Kamillahfi A'yallil Ma'ah ars-1:vomillah dan dalam Kitab 1flabaqa/ al-Ml(/m:virill karya ad-Daudi. Lihat: Nur Faizin Maswan, K(!iiall Diskrip/!f 1(if.,ir 11m Karsir,(Yogyakarta: Menara Kudus) 2002, hJm. 35

    25 Ia adalah Ishaq Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim Tsa'iabi an-Naisabur!. Walut tahun427 H. Liha!: adz-Dzahabi, Gp. Cit, him. 182

    26 Khiizin adalah Ala'uddin Abu ai-Hasan Ali bin Muhammad bin Ibrahim bin amr binKhalili asy-Syathi, dinisbatkan kepada Syaibah tukang pemeras susu, ai-Baghdadi asy-Syafi'i, terkenal

  • 36

    6. Kitab tafsir yang dengan pedas dan tegas menyerang para mufassir yang

    memuat lsrd'fliyydt dalam tafsirnya. Meskipun del11ikian, l11enurut adz-

    Dzahabi pengarang kitab ini tanpa disadari dia telah menal11pilkan kisah

    Israiliayat dalam karangannya tesebut. Di antara kitab yang demikian tadi

    adalah Taj~ir al-}.;fandr karya Rasyfd Ridhd.

    Klasifikasi literatur tafsir tentang kajian lsrd'ilzvydt yang diteliti oleh adz-

    Dzahabl ini. Masih perIu pengkajian lebih dalam bagi para pakar tafsir. Hal ini

    mengingat pengaruh lsrd'fliyyat cukup besar terhadap perkembangan tafsir yang

    terus berkel11bang.

    D. Hukum Meriwayatlmn lsrii'fliyyiit

    Dari segi kandungannya secara garis besar, lsrd'fliyydt terbagi menjadi

    tiga bagian. Pertal11a, kisah lsrd'fliyydt yang benar isinya dan sesuai dengan al-

    Qur'an dan Hadis. Kedua, kisah lsrd'iliyydt yang bertentangan dengan al-Qur'an

    dan Hadis. Ketiga, kisah lsrd'fliyydt yang tidak diketahui benar tidaknya. Dari

    ketiga kategori itu, Ibn Taymiyyah (w. 728 B) berpendapat bahwa cerita

    lsrd'fliyydt yang shahih boleh diteril11a, cerita yang dusta harus ditolak dan yang

    tidak diketahui kebenarannya tidak dibenarkan dan tidak disalahkan (tawaqquf).

    dengan nama Khazin, karena ia adalah seorang penjaga (khazin) buku-buku yang berada di percetakanSami'as-sathiyah di Damaskus. Ia dilahirkan di Baghdad tahun 678 H, wafht di Halb tahun 741 H.Liha!: adz-Dzahabi, Op.CU, him. 192

  • 35

    klasifikasi ini adaJah Ibn Katsir24 dengan nama kitabnya Taf\'ir al-Qur'an al-

    Adhfm.

    3. Kitab yang menyodorkan Isrd'fliyydt tanpa menyebutkan sanad atau memberi

    komentar apapun tentangnya, atau tidak menjeJaskan mana riwayat yang

    benar dan mana yang salah. Yang tergolong demikian adalah kitab ta/sir

    Muqdtil karya Ibn Sulaimdn (w. 150 1-1).

    4. Kitab yang meriwayatkan Isrd'fliyydt tanpa sanad dan kadang-kadang

    menunjukkan keJemahan atau menyatakan dengan ketidak shahihannya,

    namun dalam meriwayatkan tidak memberi kritik ataupun komentar kendati

    riwayat yang dibawanya itu bertentangan dengan syariat Islam. Kitab yang

    masuk daJam klasifikasi ini adaJah karya al_Khdzin25 yang berjudul LuMb at-

    Ta'wflfi Ma'dni at-Tanzi!.

    5. Kitab yang meriwayatkan Isrd'iliyydt tanpa sanad dan menjelaskan kepalsuan

    dan kebatiJannya. Tafsir ini sangat pedas mengkritik Isrd'iliyydt. Yakni karya

    al-Alusf6 yang bernama Rail al-Ma'c1ni fi Tafsir al-Qur'an wa as-Sab' al-

    Jvfa'c1ni.

    24 Ibn Katsir adalah seorang imam, hafidz, Imaduddin, Abu al-Fida', Ismail bin Amr binKatsir bin Dhaw bin Kasir bin Zar'a al-Bishri (orang Bashra) kemudian ad-Damsyiqi, ahli tafsir, ahlihadist dan fiqh madzhab Syafi'i. Ia dilahirkn tahun 700 H, dan wafat pada tahun 774. Lihatotobiografinya di kitab Durand Kaminahji A'yanil Ma'ah als-Tsaminah dan dalam Kitab Thabaqat a1-Mujassirin karya ad-Daudi. Lihat: Nur Faizin Maswan, Kajian Diskripl!! Taf";r Ibn Katsir,(Yogyakarta: Menara Kudus) 2002, him. 35

    2$ Ia adalah lshaq Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim Tsa'iabi an-Naisaburi. \Vafat tahun427 H. Lihat: adz-Dzahabi, Op.CiI., him. 182

    26 Khfrzin adalah Ala'uddin Abu ai-Hasan All bin Muhammad bin Ibrahim bin amr binKhallli asy-Syathi, dinisbatkan kepada Syaibah tukang pemeras susu, ai-Baghdadi asy-Syafi'i, terkenaldengan nama Khilzin, karena ia adalah seorang penjaga (khazin) buku~buku yang berada di percetakanSami'as-sathiyah di Damaskus. Ia dilahirkan di Baghdad tahun 678 H, wafat di Halb tahun 741 H.Lihat: adz-Dzahabi, 01'.Cit., him. 192

  • 36

    6. Kitab tafsir yang dengan pedas dan tegas menyerang para mufassir yang

    memuat Isl'd'iliyydt dalam tafsimya. Meskipun demikian, menumt adz-

    Dzahabi pengarang kitab ini tanpa disadari dia telah menampilkan kisah

    Israiliayat dalam karangannya tesebut. Di antara kitab yang demikian tadi

    adalah Taj~il' eil-Mandl' karya Rasyid Ridhd.

    Klasifikasi literatur tafsir tentang kajian fsl'd'iliyydt yang diteliti oleh adz-

    Dzahabi ini. Masih perlu pengkajian lebih dalam bagi para pakar tafsir. Hal ini

    mengingat pengamh Isl'd'iliyyat cukup besar terhadap perkembangan tafsir yang

    terus berkembang.

    D. Hukum Meriwayatkan lsl'fi'il~vyiit

    Dari segi kandungannya secara garis besar, fsl'd'iliyydt terbagi menjadi

    tiga bagian. Pertama, kisah Isl'd'iliyydl yang benar isinya dan sesuai dengan al-

    Qur'an dan Hadis. Kedua, kisah Isl'd'iliyydl yang bertentangan dengan al-Qur'an

    dan Hadis. Ketiga, kisah Isl'd'iliyydl yang tioak diketahui benar tidaknya. Dari

    ketiga kategori itu, Ibn Taymiyyah (w. 728 H) berpendapat bahwa cerita

    Isl'd'iliyydt yang shahih baleh diterima, cerita yang dusta hams ditolak dan yang

    tidak diketahui kebenarannya tidak dibenarkan dan tidak disalahkan (tawaqquf).

  • 37

    Demikian pula dengan pendapat jumhur ulama tentang hukum periwayatan

    !sra'iliyyal.27 Hal ini didasarkan pada I-Iadis Nabi :

    Secara umum ada dua pendapat ulama yang memberikan pendapat tentang

    diakui atau tidaknya !sra'fliyyal. Pertama adalah kelompok yang membolehkan

    !sra'fliyyaf untuk diceritakan. Dalil mereka yang paling populer adalah hadis

    sebagai berikut:

    Di samping itu, akan diuraikan beberapa ayat al-Qur'an yang ayat-ayat al-Qur'anyang dijadikan dalil.

    27 Supiana - M. Karman, Op.Cif, hIm. 202

    28 Bukhari, Shah!h Bukillir!, Kitab Tafsir, (Beirut: Dar al-Fikr), hadis no. 4485, artinya:"Janganlah kamu kalian membenarkan AM al-Kitob dan jangan pula mendustakannya, ucapkanlah:"kami beriman kepada Allah dan kepada kitab yang diturunkan kepadamu"

    29 Ibid, Kitab al-Ahadis al-Anbiya', hadis no. 3461, artinya: "Sampaikanlah dariku walauhanya satu ayat, dan ceritakanlah dari bani Israil karena yang demikian itu tidak dilarang. Tetapibarang siapa berdusta at8s namaku dengan sengaja, maka bersiap-siaplah menempati neraka".

    30 QS. al-A'raf ayat 163, Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negen yang terletak didekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan(yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu,

  • 38

    JlS9 rA"'~ ~l JJJ1...r-u'J ~ JLIj wl4! wYI".~ ';S""'Y" 4i1;. ~-931I.J~ (.S"'"y"y .dl.J;';l

  • 39

    2. Orang-orang Yahudi adalah kaum pendusta terhadap apa yang mereka

    riwayatkan, Allah Ta'dld berfinnan:

    3. Kaum Yahudi sangat berambisi untuk mengacaukan akidah umat Islam dan

    merealisasikan melalui lsrd'iliyydl, sesuai dengan Finnan Allah SWT:

    34 QS. al-Mii'idah ayat 41, artinya: "Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan olehorang-orang yang bersegera (memperJihatkan) kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yangmengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan(juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita)bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datangkepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Merekamengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu, makaterimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah" Barangsiapa yang Allahmenghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yangdatang) daripada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan halimereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar."

    35 QS.al-Mii'idah ayat 13, artinya: " (Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutukmereka, dan Kami jadikan hati mcreka keras membatu. Mercka suka merobah perkataan (Allah) daritempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telahdiperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari merekakecuali sedikit di antara mercka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mercka dan biarkanlahmereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baiJc"

    36 QS. An-Nisii' ayat 156, artinya: "Dan karena kekafiran mercka (tcrhadap ·Isa), dan tuduhanmereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zioa), tI

  • 40

    4. Orang-orang Yahudi menutup-nutupi kebenaran sedangkan mereka

    mengetahui dan mengubah kepeda kebathilan, Allah Ta'(jfd berfinnan:

    5. Ilmu pengetahuan kaum Yahudi sebenarnya hanyalah berupa dugaan belaka,

    sesuai Finnan Allah:

    6. Sesungguhnya kisah orang-orang dahulu adalah termasuk hal-hal ghaib di

    masa lampau dan hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui, sebagaimana

    Firman Allah SWT:

    37 QS. al-Baqarah ayat J09, artinya: "Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agarmereka dapal mengembalikan kamu kepada kekafiran selelah kamu beriman, karena dengki yang(timbul) dari diri mcreka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma'afkanlah danbiarkanlah mereka, sampai Allah mendalangkan perinlah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atassegala sesuatu. If

    JU Os. al-Baqarah ayat 75, artinya: "Apakah karnu masih mengharapkan mcreka alean percayakepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mellf,'Ubahnyasetelah mereka memahaminya, sedang mereka mengelahui?"

    39 QS. al-Baqarah ayal 78, artinya: "Dan di anlara mereka ada yang bula huruf, lidakmengelahui Al Kilab (Taural), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga".

  • 41

    7. Orang-orang Yahudi meninggalkan kebenaran secara sengaJa, mengikuti

    kebathilan dengan sadar dan lsra 'fliyyat mereka sarat dengan kemungkaran.

    Allah 1'a'ala berfirman dalam al-Qur'an:

    40 QS. al-Baqarah ayat 101-103, artimya: " Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasuldari sisi Allah yang membcnarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orangyang dibed Kitab (Taurat) melemparkan Kitab Allah ke belakang (punggung) nya seolah-olah merekatidak mengetahui (bahwa itu adalah Kitab Allah). Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh sya;tan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan hal1Wa Sulaiman itu mengerjakansihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir(rnengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dUllorang malaikat di negeri BaMl yaitu Harul dan MaruI, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu)kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cohaan (bagimu), sebab itujanganlah kamu kafir lt • Maka mereka mcmpeJajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihif itu,rnereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidakmemberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun keeunli dengan izin Allah. Dan merckamempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat Demi,sesungguhnya mercka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihiritu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mercka menjual dirinyadengan sihir, kalau mereka mengetahui. Sesungguhnya kalau mereka bedman dan bertakwa, (niscayamereka akan mendapat pahala), dan sesungl,'Uhnya pahala dad sisi Allab adalah lebih baik, kalaumereka mengetahui. U

    41 QS. Yusuf ayat 102, artinya: "Demikian itu (adalah) di antara berita-berita yang ghaib yangKami wahyukan kepadamu (Muhammad); padahal kamu tidak berada pada sisi mereka, ketika merekamemutuskan reneananya (untuk memasukkall Yusuf ke dalam sumur) dan mereka sedang mengaturtipu daya."

  • 42

    E. Implikasi Kisah Isra'iliyyat dalam Pemahaman al-Qur'an

    Campur baurnya periwayatan lsrd'fliyydt yang sanad dan periwayatannya

    diketahui dhdif akan memberi dampak yang sangat besar dalam perkembangan

    tafsir dan kemurnian ajaran Islam.

    Setidaknya ada empat point yang diakibatkan maraknya lsrd'fliyydt dalam

    kajian tafsir dan Hadis, seperti yang dikutip Zainul Hasan Rifa'i dari adz-

    Dzahabi di antaranya : 42

    1. lsrd'fliyydt akan merusale aqidah lealli11 Muslimin, seperti yang

    dikemukakan oleh Muqiitil tentang kisah Nabi Dawud dengan istri

    panglima Uria. Dan Kisah Nabi Muhammad dengan Zainab binti Jabsyl,

    yang jelas-jelas mendiskriditkan pribadi Nabi SAW yang ma'shum serta

    menggambarkan Nabi sebagai pemburu seksual.

    2. Merusak citra agama Islam, bahwa memberi kesan Islam adalah agama

    khurafat, tahayul, dan menyesatkan

    3. Dapat menghilangkan kepercayaan pada ulama salaf, baik dari kalangan

    sahabat ataupun Tiibi'ln.

    4. lsrd'fliyyiit dapat memalingkan manUSla dari maksud dan tujuan yang

    terkandung dalam al-Qur'an.

    42 Adz-dzahab~Gp. Cit., him. 22

  • BABN

    STUD! ANALITIS TAFSIRAL-lI1ANAR TENTANG

    KISAH-KISAH ISR/i'iLIYYAT

    A. Posisi ]sra'fliyyiit Menurut Pandangan Rasyid Ridha

    Rasyid Ridhil seperti halnya 'Abduh sangat berhati-hati terhadap riwayat-

    riwayat yang mengemukakan pendapat-pendapat sahabat. Apalagi jika pendapat

    sahabat itu berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga untuk mengllatkannya salah

    satllnya dibutuhlcan pemilciran yang mendalam. Yalcni pemilciran yang bulcannya

    tertuju pada al-Qur'an tetapi tertuju pada pendapat seseorang tentang ayat al-Qur'an.

    Hal ini dianggap tidalc sejalan dengan tuntutan aI-Qur'an.

    Ulama-ulama tafsir mengaklli bahwa banyalc sekali riwayat-riwayat yang

    mengemulcakan pendapat-pendapat sahabat yang nilainya jauh dari predikat shahih,

    lchususnya yang mengatas namalcan Ali Ibn Abi Thillib (w. 40 H) dan Ibn 'Abbas

    (w.68 H). Dari sini, Rasyid Ridha dijllmpai sangat hati-hati dalam riwayat-riwayat

    sahabat terutama Ibn 'Abbas, sehingga ia menggunakan berbagai argumentasi untuk

    menolalcnya.

    Sikap Rasyid Ridha terhadap lsrd'iliyydt dikemukakannya dalam

    muqqadimah tafsimya dengan mengutip pendapat Ibn Taymiyah (728 H).

    Menurut Ibn Taymiyah seperti yang dinukil Rasyld Ridhii dalamjuz I, hIm. 9;

  • 44

    Jii u~, '::IL.3 , ~ ~J~ ..iiI~ ~\ ue by> ,,' )W '::I~ u\S 1..0lf~y\·:g:!~ ue W§J ~JJ l.;.l.lt5.S '-;-llliJl )\AI ue

    [Artinya: "Apa yang disampaikan secara shahih dari Nabi SAW, maka iaditerima, tapi apap-apa yang tidak (disampaikan secara shahih) misalnya yangdisampaikan dari ahl al-kiUlb semacam Ka'ab atau Wahab (maka seorangbetawaqquf dalam membenarkan (menerima) atau mendllstakannya]."

    Selanjutnya Ridhii menuliskan:

    [artinya: Bertawaqquf hanyalah dalam hal-hal yang disampaikan secarashahih dari kitab-kitab para Nabi seperti Taurat dan Injll yang berada ditangan mereka. Kita tidak membenarkan mereka dalam hal tersebut karenakemungkinan ia termasuk hal-hal yang telah diubah, tidak jugamendustakannya karena kemungkinan hal-hal tadi termasuk yang merekapelihara]

    Dalam mengomentari pendapat di atas Rasyld Ridhii menulis:

    Anda melihat bahwa Imam ini (Ibn Taymiyah) telah menetapkan llntukbertawaquf dalam hal membenarkan semua apa yang dikenal dengan sebagaiIsrii'iliyyiit - ini selain dalam masalah-masalah yang telah terbuh.'iikekeliruannya melalui isi redaksinya sendiri. Beliau menyatakan secara tegasdalam hal ini, riwayat-riwayat Ka'ab al-Akhbar dan Wahab, walaupun ulama-ulama Al1arh wa al-Ta'dil telah terpedaya dengan keduanya hinggakeadaannya bila terbukti bagi mereka apa yang terbukti bagi kita sekarangmenyangkut kebohongan Ka'ab dan Wahab, dan bahwa keduanya telahmenisbatkan kepada Taurat dan kitab rasul-rasul dan apa-apa yang tennaktubdi dalamnya atau berkisar padanya " 2

    Dalam sikap Muhammad Rasyld Ridhii ini terdapat beberapa catatan yang

    perlu digaris bawahi, yaitu: Menurut adz-Dzahabl dalam al-l'aj~ir wa al-

    , M. Rasyld Ridhii, Talsir al-Mandr, Jilid 1, him. 9

    2 Ibid.

  • 45

    Mujassiri'm, terdapat kekeliruan dalam pemahaman Rasyid Ridhil terhadap

    redaksi Ibn Taymiyah yang dinukilnya ini, karena Rasyid Ridhii menduga bahwa

    Ibn Taymiyah menetapkan untuk beltawaqquf menyangkut segala sesuatu yang

    diketahui bersumber dari Isra'iliyya!- hal ini tentunya selain yang telah jelas

    kekeliruannya. Sedang Ibnu Taymiyah menetapkan bertawaquf dalam hal-hal

    yang tidak diketahui kekeliruan atau kebenarannya dengan Islam dapat diterima

    dan yang bertentangan hams ditolak3

    Selanjutnya walallplln Rasyid Ridha dengan gigih menolak

    dikemllkakannya Isril'iliyyilt, khususnya dalam penafsiran al-Qur'an, namun

    ditemukan sekian banyak Isra'iliyya! dalam tafsirannya. Penjelasan tambahan

    tersebut akan diuraikan pada sub-bab di bawah ini.

    u. Aplikasi Penafsiran Rasyid Ridhil Tentang Kisah ISl'fi'iliyyfi( Dalam Al-

    ManJiJ·

    Dalam tafsir ini terdapat beberapa pembahasan ayat-ayat yang berbicara

    tentang pemahaman Isra 'fliyya! menurut sudut pandang pengarang kitab In!.

    Misalnya ketika Rasyid Ridhii mengemukakan tafsir terhadap finnan Allah:

    3 Liha! adz-Dzahabl, at-Tafsir \Va al-M/!fassinin, (Mesir: Maklabah Wahbah, 1985), Jilid I,him. 191-192

    4 QS. AI-A'riif ayat: 69 Artinya: "Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datangkepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oJeh seorang laki-Jaki di antaramu untuk memberiperingatan kepadamu? Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai

  • 46

    Rasyid Ridhii menafsirkan "!Jal1 Tuhal1 /elah melehihkal1 /uhuh dan

    perawakanmu" sebagai berikut:

    [artinya: Bahwasanya Allah SWT menambah mereka keluasan dengankekuatan dalam kerajaan dan kebudayaan dibanding dengan makhluk lain.Atau menambah keluasan tubuh mereka, karena sesungguhlllya mereka itutinggi dan kuat tubuhnya. Kellludian ia menyatakan: bahwa di dalalll Taj~iral-Ma'/sur terdapat riwayat-riwayat Isrci'fliyyd/ yang Illelebih-Iebihkanpanjang dan kuatnya tubuh mereka, akan tetapi riwayat mereka itu tidak bisadijadikan pegangan, serta tidak bisa dijadikan hujjah].

    Di sini kita bisa menel11ukan cerita Isrd'Wyyd/ dan beliau l11encukupkan dengan

    berisyarah kepadanya serta menerangkan kebatilannya.

    Kadang pula ia mengel11ukakan riwayat-riwayat Isrti'fliyyd/ yang dinukil

    oleh para mufasir, kemudian dibandingkan dengan yang terdapat di dalam kitab

    Taurat, sebagai dahl untuk l11endustakan riwayat tersebut. Baginya Kitab Tawriit,

    seakan-akan dijadikan pokok sandaran untuk menganalogikan riwayat-riwayat

    Isrd 'Wyyd/. Seperti dalam Surah Al-Mii'idah :22:

    pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah Ienyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkankekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada Kaum Nuh itu). Maka ingatIah nikmat-nikmat AIIahsupaya kamu mendapat keberuntungan. 1I

    5 M. Rasyld Ridhii, Op. Cit, Jilid 8, hIm. 498

  • 47

    1'.'':. \ }J '. - .- L 1'::iJ ".1 13\- -. LJ;,. L:.' • L d. \ - , G\ Jc;~ -.?-..?:!~ '+"'" (.J' ,...9 lJ:tJ ' . .J9 ~ u, ~.>",' y

    6-.{: \j U(3L',. \ ' , '. - '. (37uY:?'- < T'=" -.?-~ U<

    lJA ·ftU U:!-,4J1 ;:.'}y. ~J U" -,JjWI ~I ~ tiJj\";' t..'1.Ji:- lJA lA.JJ-P, U.)4\",o\1 ~ .:l~1 ~ UlS. ~I ~lyJl u1.,)t1 y.u'} I;:.ljJ \..., ~I lS'-"Y'~ 0.!ill y:uc ~';il u~1 d ~~, f"~13jC, "-"~ 4J:;....l,) J ~~ lJAJ L.Y:>j'il cill:i J~ 'Jy.:'-,!J Iy >">')·;)\ U.:l-,'ilUlS. ~IJj ~3,

  • 48

    "y~1 ~ U:¢.L..JI ~I u1yt- tA,y{; 1~3 ( )L..,c.3 ~ j.l.J ~\..;9.GUc l~ ~\ /J 4!\j3~ :\"'), "''> U..w13

    [artinya: "Kisah ini diuraikan secara terperinci pada pasal tiga belas dan ernpatbelas dalarn kitab Sifru al-Adad, yang rnerupakan lernbaran keempat darilembaran-Iembaran yang terdapat di dalam Taurat. Dikemukakan bahwasanyapara penyelidik rnelakukan penyelidikan di daerah Kan'an, sebagaimana yangdiperintahkan. Ketika mereka kernbali mematahkan pohon kurma yang adauntaian buahnya, lalu dipikul oleh dua orang. Mereka berkata kepada Musayang sedang berada di tengah Bani Israil: Kami telah sampai pada daerahyang kal11i tuju, temyata ia merupakan daerah yang mengandung susu panmadu dan ini buahnya. Hanya saja penduduk di sana sangat kuat dan kotanyadibentengi dengan benteng yang sangat kuat. Semua penduduk yang karnilihat adalah tinggi badannya. Di sini kami melihat orang yang gagah darikalangan Bani Inaq. "]

    Menurut Dzahabi, Kitab Taurat adalah kitab yang banyak dimasuki oleh

    perubahan dan penggantian, oleh karena itu jika berhukum kepadanya maka tidak

    sah. Dzahabi juga beranggapan bahwa earn del11ikian seyo!''Yanya tidak diikuti

    oleh Rasyid Ridhii. lO

    Kemudian tak kalah menariknya, Ridhii meneoba l11enetapkan bahwa

    Taurat eukup pantas dijadikan tafsir terhadap sebagian nash-nash al-Qur'an.

    Misalnya dalarn Finnan Allah Ta 'ala:

    9 Ibid

    10 M. Husayn adz-Dzahabi, lsrd'iliyydt, op. Cit, him. 225

  • 49

    Ia mengemukakan bahwa riwayat-riwayat yang dikemukakan sebagian

    mufasir tentang keadaan taufan, kemudian ia memberikan komentar untuk

    membatalkanya sebagai berikut:

    wI.!):. loG1wI L.JA jCl4W1 ~IyJl Jj;ll lY'\.,tc 0!1 J~ J.Ji9l4 )w';J1~)3L.JA LJ\.;JI w.ll.::..;! ';lL, J.Ji9l4 LA ';l)3 (JI)/(y.o'11 ~ illl~ 1.:l\.cL.3, jb.JI

    12.4k- 3~ .1 jjiJl j\.h.,\

    [Artinya: "Atsar yang utama untuk diterima adalah ucapan Thnu 'Abbas yangpertama, karena sesuai dengan apa yang dapat ditangkap dari bahasa yaitutaufan hujan, sedang selain dari itu adalah tennasuk lsra 'fliyyat. Riwayatyang paling utama untuk diteril11a adalah yang tidak bertentangan dengan al-Qur'an dan lel11baran-lembaran Taurat itu sendiri yang telah ditukilnya."]

    Dan l11isalnya ketika Ridhii menafsirkan ayat-ayat yang berhubungan

    dengan kisah Nabi Yusuf, mulai dari awal surah sampai kepada finnan-Nya:

    Ia menutup tafsir ayat-ayat tersebut dengan pemyataan:

    ~ ~I L;=J L.JA 3

  • 50

    [Artinya: "lni adalah pasal permulaan dari kisah Nabi Yusuf yang merupakansuguhan yang hak, karena di dalamnya mengandung makna yang tinggi danpelajaran. Sesungguhnya telah menganggap keji kepadanya para tukangriwayat cerita-cerita lama dan orang-orang yang membuat cerita ]srd 'fliyydt,sebab mereka beranggapan bahwa itu termasuk berita Kitab Taurat, padahalbukan."]

    Ketika ia menafsirkan Surah Yusuf :20

    (':!.li\1 &.J\:i.\1 ..We...l~ J ~I i.Y» ')\]\4 U:U..:uc. ULS .wI U:!fiill ~ -)J\.iy...=- -) WJyuJl ~I ($y:u.,JI uj)1 i.Y> L,P ~~ J§L:uJ1i'~1 1.kA,1.J..l i.Y> W,.J.:I}4 i.Y> yy:l ~J, ~I i.Y> L,p 300 ~ UJ¥U:!y:u,J1 Ul~ ..l~~I ue~ 41JJ w..J..l UJ~ 4,j1 ..l~ lJ,l1 ueJ.

    •16y yJI .i~ F>1.J..l.l1 ~ F>..l.ic

    [Artinya: "Adapun Yusuf dijualnya dengan harga yang murah, di dalam Sifruat-Takwin dikemukakan dua puluh misqal dari emas. Ulama' tarlkh dahulutelah menetapkan ukuran misqal dengan lima belas gram dengan timbanganyang dikenal pada zaman kita saat ini, sehingga harga menjadi tiga ratus gramemas dan hampir mendekati sembiIan puluh empat dirham. Diriwayatkan dariIbn Mas'ud bahwa harga tersebut adalah dua puluh dirham. Kemungkinan IbnMas'lid mendengar dari Yahudi"]

    lni adalah tafsiran Rasyid Ridhil dengan tanpa mencocokkan pengertian

    "harga kurang" dengan apa yang dinyatakan dalam Siji'u al Takwin, padahal itu

    tidak bisa dijadikan pegangan. Terkesan Ridha berupaya mengkompromikan apa

    yang terdapat dalam Sifru al-Takwin dengan riwayat Ibn Mas'lid Cw. 32 H).

    J5 QS. YGsuf ayat: 20 Aliinya: ''Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitubeberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatillya kepada Yusuf."

  • 51

    Begitu juga ketika ia menafsirkan

    [Artinya: "Di dalam Taftir al-Ma'tsCtr terdapat riwayat-riwayat tentang sifatular yang merupakan perubahan dari tongkat Nabi Musa dan menggerakkanular itu di hadapan Fir'aun. Tidaklah semua riwayat itu cerita Isra 'iliyyat yangtidak shahih sanadnya, kemudian ia mengemukakan riwayat dari Wahab binMunabbih, yaitu: Sesungguhnya tongkat ketika berubah menjadi ular dandatang kepada orang-orang maka mereka lari darinya. Matilah ketika itu duapuluh lima orang saling berbunuhan di antara mereka dan Fir'aun puntermasuk orang yang lari."]

    Dari tanggapan Ridha tersebut, dapat disimpulkan bahwa Rasyud Ridha

    menganggap lemah periwayatan Tafsir-tafsir al-Ma'tsCtr dalam menafsiri ayat

    tersebut yang membenarkan keshahihan Wahab bin Munabbih. Sebab, Ridha

    telah mengklaim bahwa riwayat Wahab tidak diketahui sumbernya, baik secara

    aql dan naq[19

    16 M. Rasyld Ridha, Op.CiI, Jilid 12, him. 271 Lihat: Perjanjilm Lama, Op.CiI, KitHbKejadian, pasal 37, ayat 28

    17 Q.S. al-A'raf ayat: 107 Artinya: "Maka Musa menjatuhkan tongkatnya, lalu sekctika itujuga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya,lJ

    "M. Rasyld Ridha, Op.CiI, Jilid 9, him. 99

    19 M. Busayn adz-Dzahabi, !srd'i1iyydl,Op.CiI, him. 239

  • 52

    Dan dalam Firman Allah Ta 'ala lainnya,

    Kita tahu ia menafsirkan : "Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang

    lautan" sebagai berikut:

    Sesungguhnya mereka menyeberang lautan itu dengan pertolongan AllahSWT dan memperkut posisi mereka dengan cara mcmbelah lautan danmemudahkan urusan. Seolah-olah Dzat Allah SWT bersama mereka. Denganmaksud, bahwa kami memperkuat mereka dengan sebagian malaikat kami,lalu dengannya mereka dapat menyeberang lautan itu.

    Kemudian Rasyid Ridhii mengemukakan bukti sahihnya kedua makna

    tersebut dengan keterangan yang terdapat dalam Sifru al-KhurzJj, sebagai dalil

    terhadap makna yang pertama ia mengemukakan:

    J.;.jly..ol ~ J1.::..:l) y:,. p~ i::: ..U.;jI~ lY' y;,c WlUlI ~\ yJ ~.3~.3 0:l.;.bl\ f+;l~~ rL,c lY' .:ly:>C ~ \ j4J ~L,I .J:!-'-":! y)1 uLS( JU.3

    .21~.3lj4J.3 ~~ 1.s4 ~li lY'.:ly:>C ~

    '0 QS.al-A'riif ayat: 138 Artinya: "Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu,maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani Israilberkata: "Rai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyaibeberapa tuhan (berhala)". Musa menjawab: Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidakmengetahui (sifat-sifat Tuhan)".

    21 Lihat: Perjanjian Lama, Keluaran, Pasal 13, Ayat 21, hIm. 82

  • 53

    [Artinya: "Dan pada akhir pasal tiga belas di dalam SiFu al-Khurllj,disebutkan tentang berangkatnya Bani Israil. Ia menyatakan (Tuhan berjalandi hadapan meelea pada waktu siang, pada gumpalan awan, untukmemberitahu mereka tentang jalan yang akan ditempuh. Pada waktu malamhari gumpalan cahaya api untuk menerangi mereka, agar mereka bisa be~jalanpada waktu siang maupun malam."]

    Lalu sebagai dalil terhadap makna yang kedua, ia menyatakan:

    [Artinya: "Kemudian pada pasal empat belas Sifru al-Khuruj, Malaikat-malaikat Allah memindahkan di hadapan bala tentara Bani Israil sehinggamereka berada di belakangnya. Dipindahkan pula gumpalan awan dari depanbelakang dan masuk di antara bala tentara Mesir dengan bala tentara lsrail,kemudian dari sana timbullah awan gelap. Di sana malam diterangi, sehinggatidak ada seorang pun di antara dua golongan itu yang mendekat di sepanjangmalam"]

    Setelah ia menukil dua hal dalam Sifi'u al-Khurii) tersebut, ia menyatakan:

    "!tu adalah sebagian dar} . isi ki~ab t~w;:at,. yan~ shahih untuk mejadi tafsirterhadap firman Allah: j¥1 (J;,i1Y-"J

  • 54

    i.Y' 4.lS.9, ~jC)/3 ~Iyc .l::.WI LJ.o~I 11l. ~ i