gathut cakil

5
Kelincahan Bambangan Cakil Melalui Wanita Malam 18 April 2014, Pertunjukkan Kolaborasi Kethoprak dengan Tari klasik dan tari kreasi dari UKM Kesenian Jawa Universitas Negeri Semarang memiliki magnet untuk menarik ratusan penikmat seni. Pertunjukkan dimulai pada pukul 20.00 WIB. Pertunjukan ini bertempat di gedung B6 FBS UNNES. Suasana jawa kental terasa saat pertama menjejakkan kaki di depan gedung B6. Saka yang dibungkus dengan kain batik serta suguhan jajanan pasar memperkuat suasana. Pintu masuk gedung ditutupi dengan kain hitam, jalan menuju arena penonton dibuat seperti lorong yang terbuat dari kain hitam. Arena penonton sudah hampir penuh sampai bagian belakang, pengunjung datang dari berbagai kalangan, dari mahasiswa UNNES sampai penduduk luar negri dan luar kota. Arena penonton berbaur dengan pengrawit. Letak seperangkat gamelan berada di area penonton bagian depan-kiri, luasnya memakan seperempat luas area penonton. Para penonton duduk dengan rapih dan tertib di atas karpet yang sudah disediakan panitia. Ruangan gelap gulita, gemuruh suara penonton yang tadinya mengisi gedung seketika hening, pertunjukan pun dimulai. Pertunjukan diawali dengan tari Bambangan Cakil. Lampu panggung perlahan menyala secara ekspand, dari gelap gulita secara perlahan panggung diterangi cahaya kuning redup di tengah panggung. Gending jawa mulai dilantunkan para pengrawit. Di tengah panggung berdiri seorang penari laki- laki. Gathut Kaca lengkap dengan kostum wayangnya yang gemerlap terkena lighting. Sang Gathut Kaca menari dengan gaya Tari Surakarta Putra menegaskan karakter berwibawa dan menyiratkan sifat tirtagonis dalam diri Gathut Kaca. Beberapa menit kemudian muncullah empat Cakil berbaju merah dengan lincah melompat dan meroda menuju tengah panggung. Tokoh Cakil menggunakan mekak merah, jarik, irah-irahan dan moncong dengan gigi dan taring yang tajam. Mereka juga mengenakan keris sebagai pusaka dan senjata. Wajahnya merah bata, matanya hitam tajam, karakter “sangar” jelas terlihat pada diri para cakil.

Upload: puput-putriaji

Post on 15-Apr-2016

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kritik tari

TRANSCRIPT

Page 1: Gathut Cakil

Kelincahan Bambangan Cakil Melalui Wanita

Malam 18 April 2014, Pertunjukkan Kolaborasi Kethoprak dengan Tari klasik dan tari kreasi dari UKM Kesenian Jawa Universitas Negeri Semarang memiliki magnet untuk menarik ratusan penikmat seni. Pertunjukkan dimulai pada pukul 20.00 WIB. Pertunjukan ini bertempat di gedung B6 FBS UNNES. Suasana jawa kental terasa saat pertama menjejakkan kaki di depan gedung B6. Saka yang dibungkus dengan kain batik serta suguhan jajanan pasar memperkuat suasana. Pintu masuk gedung ditutupi dengan kain hitam, jalan menuju arena penonton dibuat seperti lorong yang terbuat dari kain hitam. Arena penonton sudah hampir penuh sampai bagian belakang, pengunjung datang dari berbagai kalangan, dari mahasiswa UNNES sampai penduduk luar negri dan luar kota. Arena penonton berbaur dengan pengrawit. Letak seperangkat gamelan berada di area penonton bagian depan-kiri, luasnya memakan seperempat luas area penonton. Para penonton duduk dengan rapih dan tertib di atas karpet yang sudah disediakan panitia. Ruangan gelap gulita, gemuruh suara penonton yang tadinya mengisi gedung seketika hening, pertunjukan pun dimulai.

Pertunjukan diawali dengan tari Bambangan Cakil. Lampu panggung perlahan menyala secara ekspand, dari gelap gulita secara perlahan panggung diterangi cahaya kuning redup di tengah panggung. Gending jawa mulai dilantunkan para pengrawit. Di tengah panggung berdiri seorang penari laki-laki. Gathut Kaca lengkap dengan kostum wayangnya yang gemerlap terkena lighting. Sang Gathut Kaca menari dengan gaya Tari Surakarta Putra menegaskan karakter berwibawa dan menyiratkan sifat tirtagonis dalam diri Gathut Kaca. Beberapa menit kemudian muncullah empat Cakil berbaju merah dengan lincah melompat dan meroda menuju tengah panggung. Tokoh Cakil menggunakan mekak merah, jarik, irah-irahan dan moncong dengan gigi dan taring yang tajam. Mereka juga mengenakan keris sebagai pusaka dan senjata. Wajahnya merah bata, matanya hitam tajam, karakter “sangar” jelas terlihat pada diri para cakil.

Satu keunikan tarian Bambangan Cakil pada malam ini adalah semua pemain Cakil adalah perempuan. Para Cakil menari dengan rampak dengan pola lantai yang cukup dinamis. Perangan diawali dengan adegan para Cakil berputar mengelilingi Gathut Kaca kemudian berperang satu per satu menyerang Gathut Kaca. Dengan gerakan meloncat, menendang, menghantam dan menangkis serta gerakan tangan yang tegas dan cepat dari kawanan Cakil, penonton bisa merasakan adrenalin dari perangan Cakil dan Gathut Kaca ini. Gathut Kaca tetap tegas melawan serangan Cakil namun tidak menghilangkan kesan wibawanya, penari ini tetap menari dengan “sareh”. Satu per satu Cakil berperang melawan Gathut Kaca, namun Gathut Kaca tetap tak terkalahkan. Lampu panggung kerlap kerlip berwarna merah dan biru ditambah aksen dari kendang mendukung suasana perangan.

Tarian berlanjut dengan perangan cundrik. Gerakan menusuk dan menangkis kerap di lontarkan satu sama lain. Suasana semakin menegangkan. Lampu dan iringan tari terus mendukung suasana. Gerakan meloncat sekaligus menusuk yang dilakukan Cakil saat menyerang Gathut Kaca. Adegan yang cukup panas terasa saat Gathut Kaca meloncat dan berdiri diatas Cakil kemudian memukulnya. Klimaks dari tarian ini semakin meninggi, satu per satu Cakil dikalahkan Oleh Bambangan Kaca. Tarian berakhir dengan kemenangan Sang Gathut Kaca dan para Cakil yang pergi meninggalkan panggung. Lampu panggung yang tadinya kerlap kerlip mendukung adegan perangan kembali memancarkan cahaya kuning

Page 2: Gathut Cakil

yang meredup menjadi gelap gulita. Sorak sorai dan tepuk tangan dari penonton menandakan kepuasan dari hati mereka atas pertunjukan ini.

Sebuah pertunjukan yang unik, satu kalimat yang spontan terlontarkan setelah menyaksikan pertunjukan ini. Cerita yang tertata dengan rapih serta susunan alur dan klimaks yang apik membuat tarian ini bisa dikatakan suatu suguhan yang cukup menarik. Empat tokoh Cakil yang seluruhnya diperankan oleh wanita menjadi daya tarik tersendiri, gerakannya lincah dan tegas. Kreatifitas koreografer menjadi nyawa bagi tarian ini. Penari Gathut Kaca yang diperankan oleh seorang Laki-laki tetap menunjukkan ketegasannya dalam menari tanpa menghilangkan karakter tokoh tersebut.

Gerak tari dalam tarian ini kebanyakan dilakukan dengan berurutan satu per satu seperti pada saat satu per satu tokoh Cakil menyerang Gathut kaca pada saat adegan perangan, gerakan rampak lebih jarang dilakukan. Gerakan para Cakil yang diperankan oleh perempuan memang tak setegas gerakan yang dilakukan oleh laki-laki. Ada satu atau dua ragam gerak ketika dilakukan bersamaan terlihat kurang rampak. Aspek penjiwaan para penari pada tokoh yang diperankan cukup bagus, terutama pada tokoh Cakil. Gerak yang lincah dan dinamis serta pengaturan pola lantai memperkuat sajian tari Bambangan Cakil.

Kesenian tradisional Indonesia terutama Tari Klasik jawa memiliki kekuatan dan mutu tersendiri. Gaya yang Nampak “dalam”, ada dinamika dan kelembutan gerakan ritmis. Dalam dalam hal ini adalah dalam setiap gerakannya merupakan simbol dan memiliki makna. Tabuhan Karawitan yang memperkuat terciptanya suasana yang diinginkan koreografer. Dalam pertunjukan Bambangan Cakil, sang koreografer memiliki sebuah inovasi dengan menjadikan para wanita sebagai pemeran tokoh Cakil. Pastilah butuh perjuangan yang keras dan latihan yang cukup disiplin agar mendapatkan hasil yang maksimal. Kesuksesan sebuah pertunjukan dilihat dari respon para penikmatnya. Kesuksesan ini membuktikan bahwa tari gagahan tidak hanya bisa ditarikan oleh laki-laki tetapi juga bisa ditarikan oleh perempuan. Tari Bambangan Cakil ini berhasil menghibur dan mendapatkan respon yang baik dari penonton.

Page 3: Gathut Cakil

TUGAS KRITIK TARI I

TARI BAMBANGAN CAKIL

Nama : Puput Putriaji

NIM : 2501412145

JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI DAN MUSIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014