gangguan pendengaran pada geriatri

7
Gangguan Pendengaran pada Geriatri Perubahan patologik pada organ auditori akibat proses degenerasi pada usia lanjut dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Jenis ketulian yang terjadi pada kelompok geriatri umumnya tuli sensorineural, namun juga dapat berupa tuli konduktif atau tuli campuran. Secara alamiah organ-organ pendengaran akan mengalami proses degenerasi. Pada telinga luar perubahan yang paling jelas adalah berkurangnya elastisitas jaringan daun telinga dan liang telinga. Kelenjar-kelenjar sebasea dan seruminosa mengalami gangguan fungsi sehingga produksinya berkurang, selain itu juga terjadi penyusutan jaringan lemak yang seharusnya berperan sebagai bantalan di sekitar liang telinga. Hal-hal tersebut diatas menyebabkan kulit daun telinga maupun liang telinga menjadi kering dan mudah mengalami trauma. Serumen juga cenderung mengumpul, mengeras dan menempel dengan jaringan kulit liang telinga. Bagian liang telinga 2/3 dalam (dikelilingi oleh jaringan tulang) juga berpotensi mengalami perlukaan pada upaya untuk mengeluarkan kotoran telinga yang keras, karena kulit yang melapisinya menjadi lebih tipis oleh sebab itu diperlukan perhatian khusus pada saat pemasangan alat bantu dengar, karena berkurangnya toleransi kulit liang telinga terhadap Terdapat kecenderungan pengumpulan serumen yang disebabkan oleh meningkatnya produksi serumen dari bagian 1/3 luar liang telinga, bertambah banyaknya rambut liang telinga yang tampak lebih tebal dan panjang, produk serumen yang lebih

Upload: m-fitrah-hidayat

Post on 05-Nov-2015

221 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

kedokteran

TRANSCRIPT

Gangguan Pendengaran pada GeriatriPerubahan patologik pada organ auditori akibat proses degenerasi pada usia lanjut dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Jenis ketulian yang terjadi pada kelompok geriatri umumnya tuli sensorineural, namun juga dapat berupa tuli konduktif atau tuli campuran.Secara alamiah organ-organ pendengaran akan mengalami proses degenerasi. Pada telinga luar perubahan yang paling jelas adalah berkurangnya elastisitas jaringan daun telinga dan liang telinga. Kelenjar-kelenjar sebasea dan seruminosa mengalami gangguan fungsi sehingga produksinya berkurang, selain itu juga terjadi penyusutan jaringan lemak yang seharusnya berperan sebagai bantalan di sekitar liang telinga. Hal-hal tersebut diatas menyebabkan kulit daun telinga maupun liang telinga menjadi kering dan mudah mengalami trauma. Serumen juga cenderung mengumpul, mengeras dan menempel dengan jaringan kulit liang telinga.Bagian liang telinga 2/3 dalam (dikelilingi oleh jaringan tulang) juga berpotensi mengalami perlukaan pada upaya untuk mengeluarkan kotoran telinga yang keras, karena kulit yang melapisinya menjadi lebih tipis oleh sebab itu diperlukan perhatian khusus pada saat pemasangan alat bantu dengar, karena berkurangnya toleransi kulit liang telinga terhadapTerdapat kecenderungan pengumpulan serumen yang disebabkan oleh meningkatnya produksi serumen dari bagian 1/3 luar liang telinga, bertambah banyaknya rambut liang telinga yang tampak lebih tebal dan panjang, produk serumen yang lebih keras maupun adanya sumbatan akibat pemasangan alat bantu dengar. Menurut Mahoney (1987) prevalensi serumen yang mengeras (serumen prop) pada populasi lanjut adalah 34%.Bagian telinga lainnya seperti membran timpani, tulang-tulang pendengaran, otot-otot di telinga tengah juga mengalami perubahan walaupun tidak terlalu bermakna.Etholm dan Belal (1974) meneliti perubahan meneliti perubahan mikroskopis struktur telinga tengah dan menjumpai beberapa hal seperti berikut : (1) Membran timpani menipis dan lebih kaku, (2) Artritis sendi sering terjadi pada persendian antara tulang-tulang pendengaran, (3) Atrofi dan degenerasi serabut-serabut otot pendengaran di telinga tengah, dan (4) Proses penulangan dan perkapuran pada tulang rawan disekitar tuba eustasius. Perubahan-perubahan yang terjadi pada bagian sistem hantaran bunyi tersebut ternyata tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap ambang pendengaran.Struktur telinga bagian dalam juga mengalami perubahan pada kelompok usia lanjut. Komponen telinga dalam baik berupa bagian sensorik, saraf, pembuluuh darah, jaringan penunjang maupun sinaps saraf sangat rentan terhadap perubahan akibat proses degeneratif. Organ korti merupakan bagian dari koklea yang paling rentan terhadap perubahan proses degenerasi yang dialami populasi usia lanjut. Proses degenerasi yang terjadi pada sel-sel rambut luar dibagian basal koklea sangat besar pengaruhnya dalam penurunan ambang pendengaran dalam usia lanjut. A. TULI KONDUKTIF PADA GERIATRIPada telinga luar dan telinga tengah, degenerasi dapat menyebabkan perubahan ataupun kelainan berupa, (1) Berkurangnya elastisitas dan bertambah besarnya ukuran pinna daun telinga, (2) Atrofi dan bertambah kakunya liang telinga, (3) Penumpukan serumen, (4) Membran timpani bertambah tebal dan kaku, (5) Kekakuan sendi tulang-tulang pendengaran.Pada usia lanjut kelenjar-kelenjar serumen mengalami atrofi, sehingga produksi kelenjar serumen berkurang dan menjadi lebih kering, sehingga sering terjadi serumen prop yang akan mengakibatkan tuli konduksi. Membran timpani yang bertambah kaku dan tebal juga akan menyebabkan gangguan konduksi, demikian pula hanya dengan kekakuan yang terjadi pada persendian tulang tulang pendengaran. B. TULI SENSORINEURAL PADA GERIATRI (PRESBIAKUSIS) Presbiakusis adalah tuli sensorineural frekuensi tinggi, umumnya terjadi mulai usia 65 tahun, simetris pada telinga kanan dan kiri. Presbiakusis dapat mulai pada frekuensi 1000 Hz atau lebih. Progresifitas penurunan pendengaran dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, pada laki-laki lebih cepat dibandingakan perempuan.ETIOLOGIPresbiakusis merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga kejadian presbiakusis mempunyai hubungan dengan faktor-faktor herediter, pola makanan, metabolisme, arteriosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multi faktor. Menurunnya fungsi pendengaran secara berangsur merupakan efek kumulatif dari pengaruh faktor-faktor tersebut.

PATOLOGIProses degenerasi menyebabkan perubahan struktur koklea dan nervus VIII. Pada koklea perubahan yang mencolok ialah atrofi dan degenerasi sel-sel rambut penunjang pada organ korti. Proses atrofi disertai dengan perubahan vaskuler juga terjadi pada stria vaskularis. Selain itu terdapat pula perubahan, berupa berkurangnya jumlah dan ukuran sel-sel ganglion dan saraf. Hal yang sama terjadi juga pada myelin akson saraf. KLASIFIKASIBerdasarkan perubahan patologis yang terjadi, Schuknecht dkk menggolongkan presbiakusis menjadi 4 jenis yaitu, (1) Sensorik, (2) Neural, (3) Metabolik (strial presbyacusis) dan (4) Mekanik (cochlear presbyacusis). Menurut penelitian prevalensi terbanyak adalah jenis metabolik (34,6%). Sedangkan prevalensi jenis lainnya adalah neural (30,7%), mekanik (22,8%), dan sensorik (11,9%).JenisPatologi

1. SensorikLesi terbatas pada koklea. Atrofi organ korti, jumlah sel sel rambut dan sel sel penunjang berkurang.

2. NeuralSel-sel neuron pada koklea dan jaras auditorik berkurang

3. Metabolik (Strial Presbyacusis)Atrofi stria vaskularis. Potensial mikrofonik menurun. Fungsi sel dan keseimbangan biokimia/ bioelektrik koklea berkurang.

4. Mekanik (Cochlear Presbyacusis)Terjadi perubahan gerakan mekanik duktus koklearis. Atrofi ligamentum spiralis.Membran basilaris lebih kaku

GEJALA KLINISGejala klinik bervariasi antara masing-masing pasien dan berhubungan dengan perubahan yan terjadi pada koklea dan saraf sekitarnya. Keluhan utama presbiakusis berupa berkurangnya pendengaran secara perlahan lahan dan progresif, simetris pada kedua telinga. Kapan berkurangnya pendengaran tidak diketahui pasti.Keluhan lainnya adalah telinga berdenging (tinitus nada tinggi). Pasien dapat mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya, terutama bila diucapkan dengan cepat dengan latar belakang yang bising. Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga, hal ini disebabkan oleh faktor kelelahan saraf (recruitment).DIAGNOSISDengan pemeriksaan otoskopik, tampak membran timpani suram, mobilitasnya berkurang. Pada tes penala didapatkan tuli sensorineural. Pemeriksaan audiometri nada murni menunjukan suatu tuli saraf nada tinggi, bilateral dan simetris. Pada tahap awal, terdapat penurunan yang tajam (sloping) setelah frekuensi 2000 Hz. Gambaran ini khas pada presbiakusis jenis sensorik dan neural. Garis ambang dengar pada audiogram jenis metabolik dan mekanik lebih mendatar, kemudian pada tahap berikutnya berangsur-angsur terjadi penurunan. Pada semua jenis presbiakusis tahap lanjut juga terjadi penurunan pada frekuensi yang lebih rendah.Pemeriksaan audiometri tutur menunjukan adanya ganguan diskriminasi wicara (speech discrimination). Keadaan ini jelas terlihan pada presbiakusis jenis neural dan koklear.PENATALAKSANAANRehabilitasi sebagai upaya mengembalikan fungsi pendengaran dilakukan dengan pemasangan alat bantu dengar (Hearing Aid). Ada kalanya pemasangan alat bantu dengar perlu dikombinasikan dengan latihan membaca ujaran (Speech Reading) dan latihan mendengar atau (Audiotory Training); prosedur pelatihan tersebut dilakukan bersama ahli terapi wicara (Speech Therapist).Tujuan rehabilitasi pendengaran adalah memperbaiki efektivitas pasien dalam komunikasi sehari-hari. Pembentukan suatu program rehabilitasi untuk mencapai tujuan ini tergantung pada penilaian menyeluruh terhadap gangguan komunikasi pasien secara individual serta kebutuhan komunikasi sosial dan pekerjaan.Membaca gerak bibir dan latihan pendengaran merupakan suatu komponen tradisional dari rehabilitasi pendengaran. Pasien harus dibantu untuk memanfaatkan secara maksimal isyarat-isyarat visual sambil mengenali beberapa dalam membaca gerak bibir. Selama latihan pendengaran, pasien dapat melatih diskriminasi bicara dengan cara mendengarkan kata-kata bersuku satu dalam lingkungan yang sunyi dan yang bising.