gangguan kepribadian dsm v

53
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWA TEXTBOOK READING DSM V PERSONALITY DISORDER OLEH : RIRI KUMALA SARI H1A 008 026 DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU PENYAKIT JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 1

Upload: pryta-widyaningrum

Post on 20-Nov-2015

379 views

Category:

Documents


95 download

DESCRIPTION

gangguan kepribadian

TRANSCRIPT

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWATEXTBOOK READING DSM VPERSONALITY DISORDER

OLEH :RIRI KUMALA SARIH1A 008 026

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU PENYAKIT JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAMRUMAH SAKIT JIWA PROVINSI NTBTAHUN 2014

Gangguan Kepribadian Histrionic Kriteria diagnosis 301.50 (F60.4)Pola pervasive mencari perhatian yang berlebihan, dimulai sejak dewasa muda dan dapat terjadi pada beberapa kondisi, yaitu 5 (atau lebih) dari :1. Pada situasi tidak mengenakkan dimana pasien bukan merupakan pusat perhatian.2. Interaksi dengan orang lain dengan karakteristik seksual yang sering menggoda/ seductive atau perilaku provokatif.3. Menunjukkan ekspresi emosi yang dangkal dan cepat berubah.4. Menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian.5. Cara berbicara yang impresionistik dan tidak mendetail. 6. Menunjukkan diri yang dramatis, teatrikal dan emosi serta ekspresi yang berlebihan.7. Sugestibel (mudah terpengaruh oleh orang lain atau mudah terpengaruh oleh situasi).8. Mempertimbangkan hubungan yang lebih erat dari yang sebenarnya.

Karakteristik Diagnosis Ciri diagnosis gangguan kepribadian histrionic yaitu pervasive dan emosional yang berlebihan dan perilaku mencari perhatian. Pola ini dimulai sejak dewasa muda.Individu dengan pola kepribadian histrionic seringkali merasa tidak nyaman atau tidak dihargai ketika mereka bukan merupakan pusat perhatian (kriteria 1). Seringkali dramatis, mereka cenderung menarik perhatian ke diri mereka melalui sifat antusias dan keterbukaan. Kualitas-kualitas ini semakin lama akan semakin berkurang namun individu-individu ini menuntut perhatian lebih. Jika mereka bukan merupakan pusat perhatian, mereka akan melakukan sesuatu yang dramatis (seperti membuat-buat cerita) untuk menarik focus perhatian ke diri mereka sendiri. Kebutuhan ini seringkali terlihat dalam perilaku mereka terhadap seorang klinisi (seperti penyampaian gejala fisik maupun psikis yang dramatic dan berubah-ubah tiap kunjungan, sering memuji, dll).Penampakan dan perilaku dari individu dengan gangguan ini seringkali bersifat provokatif secara seksual yang tidak sesuai dengan situasi (kriteria 2). Perilaku ini ditujukan tidak hanya pada orang-orang tertentu, namun pada masyarakat luas. Ekspresi emosional dapat bersifat dangkal dan berubah-ubah secara cepat (kriteria 3). Individu dengan gangguan ini seringkali menggunakan tampakan fisik untuk menarik perhatian orang-orang lain (kriteria 4), sehingga mereka menggunakan uang mereka secara berlebian untuk baju dan dandan. Mereka sulit menerima kritik mengenai bagaimana mereka terlihat di foto dan mereka seringkali memancing pujian dari orang lain.Individu-individu ini memiliki gaya bicara yang impresionis dan kurang detail (kriteria 5). Opini-opini kuat diekspresikan dengan dramatis, namun alasan-alasan yang mendasari seringkali tidak jelas dan difus, tanpa fakta yang mendukung dan detail. Individu dengan ganggaun ini dikarakteristikkan dengan dramatisasi diri, teateritikal, dan ekspresi emosi yang berlebihan (kriteria 6). Mereka dapat membuat teman dan kenalan mereka merasa malu dengan emosi mereka yang berlebihan di depan publik. Namun emosi mereka tampaknya cepat padam dan cepat timbul kembali sehingga orang lain mengira mereka berpura-pura.Individu dengan gangguan kepribadian histrionic memiliki sugestibilitas yang tinggi (kriteria 7). Opini dan perasaan mereka dengan mudah dipengaruhi oleh orang lain. Mereka sering memiliki kepercayaan yang berlebihan, terutama pada tokoh-tokoh khusus yang mereka anggap dapat menyelesaikan masalah dengan mudah. Mereka memiliki tendensi untuk berprasangka dan menyesuaikan pendirian mereka dengan cepat. Individu dengan gangguan ini sering kali merasa hubungan mereka dengan orang lain lebih dekat dari yang sebenarnya, sehingga mereka menyapa kenalan mereka dengan my dear, dear friend atau menyebut klinisi yang baru dijumpainya satu kali atau dua kali dengan nama depan (kriteria 8).Karakteristik terkait yang mendukung diagnosisIndividu dengan gangguan kepribadian histrionic sering kali memiliki kesulitan untuk mendapatkan kemesraan emosi pada hubungan dengan kekasihnya dan secara seksual. Tanpa disadari, mereka sering kali berperan sebagai (contoh : korban, putri) dalam hubungan mereka dengan orang lain. Mereka akan berusaha mengontrol kekasih mereka dengan manipulasi emosi atau rayuan pada satu sisi, sedangkan di sisi lain mereka menunjukkan sisi ketergantungan pada kekasih mereka. Individu dengan gangguan ini sering memiliki gangguan hubungan dengan teman yang berjenis kelamin sama karena provokasi seksual mereka sering dianggap sebagai ancaman terhadap hubungan pertemanan mereka. Individu-individu ini sering kali meminta perhatian konstan dari teman-teman mereka. Mereka menginginkan sesuatu yang baru, stimulasi dan kesenangan dan memiliki tendensi untuk merasa bosan dengan rutinitas yang mereka jalani. Individu-individu ini seringkali tidak dapat mentoleransi atau merasa frustasi dengan kegembiraan yang tertunda dan tindakan mereka sering kali dilakukan untuk mendapatkan kepuasan dengan cepat. Meskipun mereka sering memulai pekerjaan mereka dengan antusiasme yang tinggi, namun antusias mereka berkurang dengan cepat. Hubungan jangka panjang sering kali sulit dijalani untuk mendapatkan kesenangan pada hubungan baru.Risiko bunuh diri tidak diketahui, namun pengalaman klinis menunjukkan bahwa individu dengan gangguan ini memiliki risiko bunuh diri yang lebih tinggi dan menginginkan perhatian lebih dan memaksa untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik. Gangguan kepribadian histrionic telah dihubungkan dengan rasio gangguan gejala somatik yang lebih tinggi, gangguan konversi (gangguan gejala fungsional neurologi) dan gangguan depresi mayor. Gangguan kepribadian borderline, narsistik, antisosial dan dependen seringkali juga menyertai.PrevalensiData dari tahun 2001-2002 berdasarkan survey epidemiologic nasional terhadap alcohol dan kondisi yang berkaitan menunjukkan prevalensi gangguan kepribadian histrionic sebesar 1,84%.Masalah diagnosis yang terkait budayaNorma untuk perilaku interpersonal, tampakan personal dan ekspresi emosional sangat bervariasi menurut budaya, jenis kelamin dan kelompok umur. Perlu mempertimbangkan beberapa sifat (emosional, seductive, ciri interpersonal yang dramatic, senang mencari hal yang baru, sosiabilitas, impresionabilitas dan tendensi terhadap somatisasi) untuk membuktikan gangguan kepribadian histrionic. Sangat penting untuk mengevaluasi apakah mereka menyebabkan gangguan klinis yang signifikan.

Masalah diagnosis terkait jenis kelaminDari sisi klinis, gangguan ini lebih sering didiagnosis pada wanita, namun rasio jenis kelamin tidak berbeda signifikan. Di sisi lain, beberapa penelitian menggunakan analisa structural melaporkan prevalensi yang hampir rama pada pria dan wanita.Diagnosis diferensialGangguan kepribadian lain dan karakteristik personalnya. Gangguan kepribadian lain sering dikelirukan dengan gangguan kepribadian histrionic karena mereka memiliki beberapa kesamaan. Sangat penting untuk membedakan diantara gangguan-gangguan kepribadian ini berdasarkan karakteristik masing-masing. Bagaimanapun, apabila individu memiliki karakteristik kepribadian yang masuk kriteria satu atau lebih gangguan kepribadian selain gangguan kepribadian histrionic, kesemuanya dapat didiagnosis. Meskipun kepribadian borderline dapat juga memiliki ciri seperti mencari perhatian, perilaku manipulative dan emosi yang cepat berganti. Hal ini dibedakan dengan adanya perilaku yang self destructive, gangguan kemarahan pada hubungan yang dekat dan perasaan kekosongan yang dalam yang dirasakan kronis serta gangguan identitas. Individu dengan gangguan kepribadian antisosial dan gangguan kepribadian histrionic memiliki tendensi untuk menjadi impulsive, superfisial, mencari kepuasan, sembrono, seductive, dan manipulative. Namun, individu dengan gangguan kepribadian histrionic lebih berlebihan pada emosi mereka dan tidak berkaitand dengan perilaku antisosial. Individu dengan gangguan kepribadian histrionic manipulative untuk mendapatkan perhatian, sedangkan pada gangguan kepribadian antisosial manipulative untuik mendapatkan keuntungan, kekuatan atau materi. Meskipun individu dengan gangguan kepribadian narsistik juga mencari perhatian dari orang lain, mereka biasanya menginginkan pujian terhadap superioritas mereka, sedangkan individu dengan gangguan kepribadian histrionic ingin terlihat sebagai individu yang lemah atau dependen apabila ini dibutuhkan untuk mendapatkan perhatian. Individu dengan kepribadian narsistik sering melebih-lebihkan keakraban hubungan mereka dengan orang lain, namun mereka lebih condong untuk menegaskan status VIP atau kekayaan teman-teman mereka. Pada gangguan kepribadian dependen, individu sangat bergantung pada orang lain secara berlebihan, terutama untuk mendapatkan pujian dan bimbingan, namun tanpa karakteristik emosional yang berlebihan seperti pada individu dengan gangguan kepribadian histrionic.Banyak individu yang menunjukkan karakteristik kepribadian histrionic. Hanya ketika krakteristik ini tidak fleksibel, maladaptive, dan terus menerus hingga menyebabkan gangguan fungsional yang signifikan atau gangguan subjektif barulah dikatakan mengalami gangguan kepribadian histrionic.Perubahan kepribadian akibat kondisi medis yang lain. Gangguan kepribadian histrionic harus dibedakan dengan perubahan kepribadian akibat kondisi medis, dimana karakteristik tersebut muncul akibat efek kondisi medis tersebut terhadap system saraf pusat.Gangguan penggunaan zat. Gangguan kepribadian histrionic juga harus dibedakan dengan gejala yang dapat timbul berkaitan dengan penggunaan obat-obatan yang persisten.

Gangguan Kepribadian NarsistikKriteria diagnosis 301.81 (F60.81)Pola perfasif terhadap kehebatan / grandiosity (pada fantasi atau perilaku), kebutuhan untuk dipuji, kurangnya empati, dimulai dari usia dewasa muda dan dapat timbul pada beberapa kondisi tertentu seperti diindikasikan pada 5 atau lebih sebagai berikut :1. Merasa diri sangat penting (contoh : melebih-lebihkan pencapaian dan bakat, ingin diakui superior tidak sepadan dengan pencapaiannya).2. Memiliki fantasi yang tidak terbatas terhadap kesuksesan, kekuatan, kebrilianan, kecantikan atau cinta yang ideal. 3. Percaya bahwa dirinya special dan unik dan hanya dapat dimengerti oleh, atau semestinya berhubungan dengan orang special yang lain atau orang dengan status yang tinggi (atau institusi).4. Membutuhkan pujian yang berlebih.5. Has a sense of entitlement (contoh : ekspektasi tidak beralasan terhadap perlakuan baik atau komplians otomatis dengan ekspektasinya)6. Ekspoliatif secara interpersonal (contoh : mencari keuntungan terhadap orang lain untuk mencapai tujuannya).7. Kurang empati : tidak ingin mengetahui perasaan dan kebutuhan orang lain.8. Sering iri terhadap orang lain atau merasa orang lain iri terhadapnya.9. Menujukkan sikap arogan dan angkuh.

Karakteristik diagnosisKarakteristik esensial dari gangguan kepribadian narsistik adalah pola pervasive grandiosity, keinginan untuk dipuji dan kurangnya empati yang dimulai sejak dewasa muda dan dapat muncul pada beberapa kondisi.Individu dengn gangguan ini merasa dirinya sangat penting (kriteria 1). Mereka merasa kemampuan mereka lebih dan melebih-lebihkan hasil pencapaian mereka, sering tampak sebagai orang yang sombong dan angkuh. Secara implisit mereka sering melebih-lebihkan diri mereka dan merasa kontribusi orang lain kurang atas pencapaian tersebut. Individu dengan gangguan kepribadian narsistik sering memiliki fantasi mengenai kesuksesan yang tidak terhingga, kekuatan, kebrilianan, kecantikan atau cinta yang ideal (kriteria 2). Mereka sering menginginkan pujian dan keistimewaan dan membandingkan diri mereka dengan orang-orang yang berpengaruh.Individu dengan gangguan kepribadian narsistik percaya bahwa mereka lebih superior, special, atau unik dan ingin orang lain untuk mengenal mereka demikian (kriteria 3). Mereka berpikir bahwa mereka hanya dapat dimengerti dan hanya berhubungan dengan orang-orang yang special atau memiliki status social yang tinggi maupun orang-orang yang dipandang unik, sempurna, atau berbakat. Individu dengan gangguan ini percaya bahwa kebutuhan mereka special dan diluar pengetahuan orang biasa. Harga diri mereka merasa ditingkatkan dan tercermin dari nilai ideal dari orang-orang yang berasosiasi dengan mereka. Mereka ingin berhubungan dengan orang-orang yang dianggap top (dokter, hakim, instruktur) atau berhubungan dengan institusi terbaik namun mereka tidak menghargai orang yang mengecewakan mereka.Individu dengan gangguan kepribadian narsistik secara umum membutuhkan pujian yang berlebih (kriteria 4). Harga diri mereka tanpa terkecuali sangat rapuh. Mereka sering berpikir seberapa baik mereka telah bertindak dan sebagaimana mereka dihargai oleh orang lain. Hal ini sering berbentuk sebagai kebutuhan mereka akan pujian dan perhatian konstan. Mereka ingin kedatangan mereka disambut riuh mereka merasa keheranan apabila orang lain tidak iri hati akan kepemilikan mereka. Mereka sering memancing pujian dari orang lain. A sense of entitlement is evident in these individuals unreasonable expectation of especially favorable treatment (kriteria 5). Mereka merasa kesal apabila hal tersebut tidak terjadi. Sebagai contoh, mereka mengasumsi bahwa mereka tidak perlu menunggu di antrian dan prioritas mereka sangat penting dibandingkan orang lain dan orang lain harus mengalah pada mereka. Mereka juga merasa kesal apabila orang lain gagal untuk membantu pekerjaan penting mereka. Adanya hal ini ditambah dengan kurangnya sensitifitas terhadap kebutuhan dan keinginan orang lain, dapat mengakibatkan eksploitasi orang lain tanpa disadari (kriteria 6). Mereka ingin diberikan apa yang mereka inginkan dan butuhkan, tanpa memperdulikan orang lain. Sebagai contoh, individu-individu ini mengharapkan dedikasi dari orang lain dan sering kali melakukan pekerjaan berlebihan sehingga tidak menyadari efeknya terhadap kehidupan mereka. Mereka sering kali menjalin hubungan dengan orang-orang yang dianggap akan membantu mereka dalam mencapai tujuan atau dapat meningkatkan derajat mereka. Mereka sering merampas hak spesial mereka karena mereka menganggap diri mereka special.Individu dengan gangguan kepribadian narsisti secara umum memiliki empati yang kurang dan sulit mengenal keinginan, perasaan dan kebutuhan orang lain (kriteria 7). Mereka beranggapan orang lain berpikir mengenai kesejahteraan mereka. Mereka selalu memikirkan kepentingan mereka secara berlebihan sedangkan tidak memperdulikan orang lain yang juga memiliki perasaan dan kebutuhan yang sama dengan mereka. Mereka sering merasa tidak sabar ketika orang lain berbicara mengenai masalah dan kekhawatiran mereka. Individu-individu ini mungkin tidak menyadari seberapa besar pernyataan mereka dapat menyakiti orang lain (contoh : dengan gembira menceritakan pada mantan kekasih bahwa "Saya sekarang dalam hubungan seumur hidup, menyombongkan kesehatan di depan seseorang yang sakit). Bila diakui, kebutuhan, keinginan, atau perasaan orang lain cenderung dipandang sebagai tanda-tanda kelemahan atau kerentanan. Mereka yang berhubungan dengan individu dengan gangguan kepribadian narsistik biasanya merasakan perasaan yang dingin dan kurangnya rasa timbal balik.Individu-individu ini seringkali iri dengan orang lain atau percaya bahwa orang lain iri dengan mereka (kriteria 8). Mereka mungkin iri akan keberhasilan atau harta orang lain, merasa bahwa mereka lebih baik dan layak keberhasilan, pujian, atau hak-hak istimewa. Mereka mungkin secara kasar tidak memikirkan kontribusi orang lain, terutama ketika orang lain menerima pujian atas prestasi mereka. Sombong dan perilaku angkuh merupakan ciri orang-orang ini. Mereka sering menampilkan sikap sombong, menghina, atau merendahkan (kriteria 9). Sebagai contoh, individu dengan gangguan ini mungkin mengeluh tentang kecerobohan seorang pelayan sebagai tindakan "kekasaran" atau "kebodohan" atau menyimpulkan evaluasi medis dengan evaluasi yang merendahkan klinisi.Karakteristik yang mendukung diagnosisKerentanan terhadap harga diri membuat individu dengan gangguan kepribadian narsistik sangat sensitif terhadap "luka" dari kritik atau kekalahan. Meskipun mereka mungkin tidak menunjukkan secara lahiriah, kritik dapat menghantui orang-orang ini dan mungkin menyebabkan mereka merasa dipermalukan, terhina, dan kosong. Mereka mungkin bereaksi dengan jijik, marah, atau serangan balik menantang. Hal-hal tersebut sering mengakibatkan penarikan diri secara sosial yang dapat menyamarkan kerendahan hati dan sifat bijaksananya. Hubungan interpersonal biasanya terganggu karena merasa berhak untuk dikagumi, dan mengabaikan perasaan orang lain. Melalui ambisi dan kepercayaan diri yang berlebihan dapat menyebabkan pencapaian prestasi yang tinggi, kinerja dapat terganggu karena intoleransi terhadap kritik atau kekalahan.Kadang-kadang mereka mencerminkan keengganan untuk mengambil risiko dalam situasi kompetitif atau lainnya di mana mereka mungkin untuk kalah. Perasaan malu atau penghinaan dan kritik terhadap diri yang berkelanjutan dapat dikaitkan dengan adanya penarikan sosial, mood depresi, dan gangguan depresi persisten (dysthymia) atau gangguan depresi mayor. Sebaliknya, periode berkelanjutan perasaan kebesaran/ grandiosity mungkin terkait dengan suasana hypomanik. Gangguan kepribadian narsistik juga berhubungan dengan anoreksia nervosa dan gangguan penggunaan zat (terutama yang berkaitan dengan kokain). Gangguan kepribadian histrionik, borderline, antisosial, dan paranoid mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian narsistik.Prevalensi Estimasi prevalensi untuk gangguan kepribadian narsistik, berdasarkan definisi DSM-IV,berkisar dari 0% menjadi 6,2% pada masyarakat.Pengembangan dan perjalanan penyakitSifat narsisistik sangat umum pada remaja dan tidak selalu menunjukkan bahwa individu akan terus memiliki gangguan kepribadian narsisistik. Individu dengan gangguan kepribadian narsistik mungkin memiliki kesulitan khusus menyesuaikan diri dengan timbulnya keterbatasan fisik dan pekerjaan yang melekat dalam proses penuaan.Masalah diagnosis terkait jenis kelaminDari mereka didiagnosis dengan gangguan kepribadian narsistik, 50% -75% adalah laki-laki.

Diagnosis DiferensialGangguan kepribadian lain dan karakteristik kepribadian. Gangguan kepribadian lainnya dapat dikelirukan dengan gangguan kepribadian narsistik karena mereka beberapa ciri yang sama. Oleh karena itu, penting untuk membedakan antara gangguan ini didasarkan pada perbedaan dalam ciri karakteristik mereka. Namun, jika seorang individu memiliki ciri kepribadian yang memenuhi kriteria untuk satu atau lebih gangguan kepribadian selain gangguan kepribadian narsistik, semua dapat didiagnosis. Ciri yang paling berguna dalam membedakan gangguan kepribadian narsistik dari gangguan kepribadian histrionik, antisosial, dan borderline, adalah pada gaya interaktif yang centil dan tidak berperasaan yang merupakan karakteristik dari gangguan kepribadian narsistik. Stabilitas relatif dari citra diri serta relatif kurangnya sifat self-destruktif, impulsif, dan kekhawatiran akan ditinggalkan juga membantu membedakan gangguan kepribadian narsistik dari gangguan kepribadian borderline. Kebanggaan yang berlebihan dalam prestasi, kurangnya tampilan emosional, dan tidak perduli terhadap sensitivitas orang lain membantu membedakan gangguan kepribadian narsistik dari gangguan kepribadian histrionik. Meskipun individu dengan gangguan kepribadian borderline, histrionik, dan narsistik mungkin memerlukan banyak perhatian, orang-orang dengan gangguan kepribadian narsistik khusus butuh untuk dikagumi orang lain. Individu dengan gangguan kepribadian antisosial dan narsistik berbagi kecenderungan untuk menjadi keras hati, superfisial, eksploitatif, dan tidak memiliki empati. Namun, gangguan kepribadian narsistik tidak selalu meliputi karakteristik impulsif, agresi, dan kebohongan. Selain itu, individu dengan gangguan kepribadian antisosial mungkin tidak membutuhkan kekaguman dan iri hati orang lain, dan orang-orang dengan gangguan kepribadian narsistik biasanya tidak memiliki riwayat adanya conduct disorder pada masa kecilnya atau perilaku kriminal di masa dewasa. Baik dalam gangguan kepribadian narsistik dan gangguan kepribadian obsesif kompulsif, individu memiliki komitmen untuk perfeksionisme dan percaya bahwa orang lain tidak bisa melakukan hal-hal sebaik mereka. Berbeda pada orang-orang dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif yang memiliki kritik terhadap dirinya sendiri, individu dengan gangguan kepribadian narsistik lebih mungkin untuk percaya bahwa mereka telah mencapai kesempurnaan. Kecurigaan dan penarikan sosial biasanya membedakan mereka dengan gangguan kepribadian schizotypal atau paranoid dari orang-orang dengan gangguan kepribadian narsistik. Ketika hal ini terdapat pada individu dengan gangguan kepribadian narsistik, hal ini terutama berasal dari kekhawatiran terungkapnya ketidaksempurnaan atau kekurangan yang dimilikinya. Banyak orang yang sukses menampilkan ciri-ciri kepribadian yang mungkin dianggap narsistik. Hanya ketika karakter ini tidak fleksibel, maladaptif, dan terus menerus serta menyebabkan gangguan fungsional yang signifikan atau tekanan subjektif barulah disebut gangguan kepribadian narsistik.Mania atau hypomania. Kebesaran mungkin muncul sebagai bagian dari episode manik atau hypomanik, tetapi hubungan dengan perubahan mood atau gangguan fungsional dapat membantu membedakan episode ini dengan gangguan kepribadian narsistik.Gangguan penggunaan zat. Gangguan kepribadian narsistik juga harus dibedakan dari gejala yang dapat berkembang dalam hubungan dengan penggunaan zat terus-menerus.

Gangguan Kepribadian Cluster CAvoidant Personality DisorderKriteria diagnostik 301,82 (F60.6)Sebuah pola pervasive dari inhibisi sosial, perasaan tidak mampu, dan hipersensitivitas terhadap evaluasi negatif, dimulai dari awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) sebagai berikut:1. Menghindari kegiatan kerja yang melibatkan kontak interpersonal yang signifikan karena ketakutan kritik, ketidaksetujuan, atau penolakan.2. Tidak ingin ikut terlibat dengan orang-orang kecuali yakin akan disukai.3. Menunjukkan sikap menahan diri dalam hubungan dekat karena takut dipermalukan atau ditertawakan.4. Terdapat preokupasi merasa dikritik atau ditolak dalam situasi sosial.5. Merasa dihambat dalam situasi interpersonal yang baru karena perasaan tidak mampu.6. Melihat diri secara sosial tidak layak, secara pribadi tidak menarik, atau lebih rendah dari orang lain.7. Merasa enggan untuk mengambil risiko pribadi atau untuk terlibat dalam setiap kegiatan baru karena mereka khawatir merasa memalukan.Karakteristik diagnostikKarakteristik penting dari gangguan kepribadian avoidant adalah pola meresap inhibisi sosial, perasaan tidak mampu, dan hipersensitivitas terhadap evaluasi negatif yang dimulai saat awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks.Individu dengan gangguan kepribadian avoidant menghindari aktivitas kerja yang melibatkan kontak interpersonal signifikan karena takut kritik, ketidaksetujuan, atau penolakan (kriteria 1). Penawaran kenaikan pangkat pada pekerjaan dapat menurun karena tanggung jawab baru dapat menghasilkan kritik dari rekan kerja. Orang-orang menghindari membuat teman baru kecuali mereka yakin mereka akan disukai dan diterima tanpa kritik (kriteria 2). Sampai mereka terbukti sebaliknya, orang lain dianggap tidak setuju. Individu dengan gangguan ini tidak akan bergabung dalam kegiatan kelompok kecuali ada tawaran berulang dan terdapat dukungan dan pengasuhan. Keintiman interpersonal sulit bagi orang-orang ini, meskipun mereka mampu menjalin hubungan erat ketika ada jaminan penerimaan. Mereka mungkin bertindak dengan menahan diri, mengalami kesulitan berbicara tentang diri mereka sendiri, dan menahan perasaan intim karena takut terkena, diejek, atau dipermalukan (kriteria 3).Karena individu dengan gangguan ini memiliki preokupasi terhadap kritik atau penolakan dalam situasi sosial, mereka mungkin memiliki ambang rendah untuk mendeteksi reaksi tersebut (kriteria 4). Jika seseorang bahkan sedikit mencela atau kritis, mereka mungkin merasa sangat terluka. Mereka cenderung pemalu, tenang, dan "tak terlihat" karena takut akan direndahkan atau ditolak. Mereka merasa bahwa tidak peduli apa yang mereka katakan, orang lain akan melihatnya sebagai "salah", dan sehingga mereka tidak dapat mengatakan apa-apa sama sekali. Mereka bereaksi keras terhadap isyarat halus yang cenderung mengejek atau mencemooh. Meskipun kerinduan mereka untuk menjadi aktif peserta dalam kehidupan sosial, mereka takut menempatkan kesejahteraan mereka di tangan orang lain. Individu dengan gangguan kepribadian avoidant terhambat dalam situasi interpersonal yang baru karena mereka merasa tidak mampu dan memiliki harga diri yang rendah (Kriteria 5). Keraguan tentang social dan daya tarik pribadi menjadi sangat nyata dalam interaksinya dengan orang asing. Orang-orang ini merasa mereka tidak layak secara sosial, secara pribadi tidak menarik, atau lebih rendah dari orang lain (Kriteria 6). Mereka biasa enggan untuk mengambil risiko pribadi atau untuk terlibat dalam setiap kegiatan baru karena ini dapat terbukti memalukan (kriteria 7). Mereka cenderung melebih-lebihkan potensi bahaya dari situasi biasa,dan gaya hidup yang terbatas merupakan akibat dari kebutuhan mereka untuk kepastian dan keamanan. Seseorang dengan gangguan ini dapat membatalkan wawancara kerja karena takut malu tidak berpakaian tepat. Gejala somatik marjinal atau masalah lain dapat menjadi alasan untuk menghindari kegiatan baru.Karakteristik yang berhubungan dalam membantu diagnosisIndividu dengan gangguan kepribadian avoidant sering waspada menilai gerakan dan ekspresi dari orang-orang sekitarnya. Sikap mereka yang takut dan tegang dapat menimbulkan ejekan dan cemoohan dari orang lain, yang pada gilirannya menegaskan dugaan mereka.Orang-orang ini sangat cemas tentang kemungkinan bahwa mereka akan bereaksi terhadap kritik dengan tersipu-sipu atau menangis. Mereka dideskripsikan oleh orang lain sebagai "pemalu", "penakut", "kesepian," dan "terisolasi." Masalah utama yang terkait dengan gangguan ini terjadi pada fungsi social dan kerja. Harga diri yang rendah dan hipersensitivitas terhadap penolakan mengakibatkan kontak interpersonal yang terbatas. Individu ini mungkin menjadi relatif terisolasi dan biasanya tidak memiliki dukungan jaringan sosial yang besar yang dapat membantu mereka saat krisis. Mereka menginginkan kasih sayang dan penerimaan dan mungkin berfantasi tentang hubungan ideal dengan orang lain. Perilaku avoidant juga dapat mempengaruhi fungsi kerja karena orang-orang ini mencoba untuk menghindari jenis situasi sosial yang mungkin penting untuk memenuhi tuntutan dasar dari pekerjaan atau untuk kemajuan. Gangguan lain yang sering didiagnosis dengan gangguan kepribadian avoidant termasuk gangguan depresi, bipolar, dan kecemasan, terutama gangguan kecemasan sosial (social fobia). Gangguan kepribadian avoidant sering didiagnosis dengan gangguan kepribadian dependen, karena individu dengan gangguan kepribadian avoidant menjadi sangat melekat dan tergantung pada teman mereka. Gangguan kepribadian avoidant juga cenderung untuk dapat didiagnosis dengan gangguan kepribadian borderline dan dengan gangguan kepribadian Cluster A (misalnya, gangguan kepribadian paranoid, skizoid, atau schizotypal).PrevalensiData dari 2001-2002 Survei Epidemiologi Nasional Alkohol dan Kondisi Terkait menunjukkan prevalensi sekitar 2,4% untuk gangguan kepribadian avoidant.Pengembangan dan perjalanan penyakitPerilaku avoidant sering dimulai pada masa bayi atau masa kanak-kanak dengan rasa malu, isolasi, dan takut orang asing dan situasi yang baru. Meskipun rasa malu di masa kecil adalah prekursor umum gangguan kepribadian avoidant, pada sebagian besar individu gangguan ini cenderung untuk menghilang secara bertahap seiring usia. Sebaliknya, individu yang terus mengembangkan gangguan kepribadian avoidant mungkin menjadi semakin malu dan avoidant selama masa remaja dan awal masa dewasa, ketika hubungan sosial dengan orang-orang baru menjadi sangat penting. Ada beberapa bukti bahwa pada orang dewasa, gangguan kepribadian avoidant cenderung menjadi berkurang atau berkurang seiring dengan usia. Diagnosis ini harus digunakan dengan hati-hati pada anak-anak dan remaja, yang memiliki perilaku pemalu dan avoidant yang sesuai dengan tahapan perkembangan.Masalah diagnosis terkait budayaMungkin terdapat variasi dalam sejauh mana kelompok budaya dan etnis yang berbeda menganggap sifat malu-malu dan menghindar ini adalah hal yang wajar. Selain itu, perilaku avoidant mungkin merupakan hasil dari masalah dalam penyesuaian diri yang disebabkan oleh imigrasi.Masalah diagnostic terkait jenis kelaminGangguan kepribadian avoidant tampaknya sama seringnya terjadi pada pria dan wanita.Diagnosis DiferensialGangguan kecemasan. Tampaknya ada banyak tumpang tindih antara gangguan kepribadian avoidant dan gangguan kecemasan sosial (fobia sosial), begitu banyak sehingga mereka terdapat konseptualisasi alternatif terhadap kondisi yang sama atau mirip. Penghindaran juga merupakan ciri baik pada gangguan kepribadian avoidant dan agoraphobia, dan mereka sering terjadi bersama-sama.Gangguan kepribadian lain dan ciri-ciri kepribadian. Gangguan kepribadian lainnya dapat dikelirukan dengan gangguan kepribadian avoidant karena mereka memiliki ciri tertentu yang sama. Oleh karena itu, penting untuk membedakan antara gangguan ini didasarkan pada perbedaan dalam ciri karakteristik mereka. Namun, jika seorang individu memiliki ciri kepribadian yang memenuhi kriteria untuk satu atau lebih gangguan kepribadian di samping gangguan kepribadian avoidant, semua dapat didiagnosis. Baik pada gangguan kepribadian avoidant dan gangguan kepribadian dependen yang ditandai dengan perasaan tidak mampu, hipersensitivitas terhadap kritik, dan kebutuhan untuk diyakinkan. Meskipun fokus perhatian utama dalam gangguan kepribadian avoidant adalah menghindari penghinaan dan penolakan, dalam gangguan kepribadian dependen fokus pada diatasi. Namun, gangguan kepribadian avoidant dan gangguan kepribadian dependen sangat mungkin terjadi bersamaan. Seperti gangguan kepribadian avoidant, gangguan kepribadian skizoid dan gangguan kepribadian schizotypal dicirikan oleh isolasi sosial. Namun, orang dengan gangguan kepribadian avoidant ingin memiliki hubungan dengan orang lain dan merasa kesepian, sedangkan orang-orang dengan skizoid atau gangguan kepribadian schizotypal mungkin senang keadaan isolasi sosial mereka. Gangguan kepribadian paranoid dan gangguan kepribadian avoidant keduanya ditandai oleh keengganan untuk curhat orang lain. Namun, dalam gangguan kepribadian avoidant, keengganan disebabkan lebih takut malu atau yang dirasakan, bukan takut akan niat jahat orang lain.Banyak orang menampilkan ciri-ciri kepribadian avoidant. Hanya ketika karakter ini tidak fleksibel, maladaptif, dan terus menerus dan menyebabkan gangguan fungsional yang signifikan atau subyektif barulah disebut gangguan kepribadian avoidant.Perubahan kepribadian karena kondisi medis lain. Gangguan kepribadian avoidant harus dibedakan dari perubahan kepribadian akibat kondisi medis lain, dimana sifat-sifat yang muncul disebabkan efek dari kondisi medis lain pada sistem saraf pusat.Gangguan penggunaan zat. Gangguan kepribadian avoidant juga harus dibedakan dari gejala yang dapat berkembang dalam hubungan dengan penggunaan zat terus-menerus.

Gangguan Kepribadian DependenKriteria diagnosis 301.6 (F60.7)Kebutuhan yang pervasif dan berlebihan yang perlu ditatalaksanai yang mengarah ke perilaku yang patuh dan bergantung pada orang lain, takut akan perpisahan, dimulai dari dewasa muda dan dapat terjadi pada beberapa kondisi yang diindikasikan oleh 5 (atau lebih) kondisi sebagai berikut:1. Memiliki kesulitan dalam mengambil keputusan sehari-hari tanpa saran yang berlebih dan diberikan penentraman hati oleh orang lain.2. Membutuhkan orang lain untuk mengambil pertanggung jawaban atas banyak hal dalam hidupnya.3. Memiliki kesulitan untuk mengekspresikan ketidaksetujuan dengan orang lain karena takut kehilangan dukungan dari orang lain. (tidak termasuk takut akan balas jasa.)4. Sulit untuk memulai tindakan sendiri (karena kurangnya kepercayaan diri terhadap pengambilan keputusan atau kemampuan dibandingkan dengan kurangnya motivasi atau energy).5. Dapat melakukan hal-hal yang melebihi batas wajar untuk mendapatkan perhatian dan dukungan dari orang lain, hingga merelakan untuk melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan bagi dirinya sendiri. 6. Merasa tidak nyaman atau tidak berdaya apabila sendiri karena ketakutan akan tidak dapatnya mengurus diri sendiri.7. Mencari hubungan lain dengan segera untuk menjadi sumber dukungan ketika hubungan dekatnya dengan orang lain berakhir.8. Merasa ketakutan ditinggalkan untuk merawat dirinya sendiri.Karakteristik diagnosisKarakteristik esensial dari gangguan kepribadian dependen adalah kebutuhan yang pervasive dan berlebihan untuk diurusi oleh orang lain yang mengarah ke perilaku ketergantungan dan patuh pada orang lain serta takut akan perpisahan. Pola ini dimulai dari usia dewasa muda dan terdapat pada beberapa kondisi. Perilaku tunduk ini bertujuan untuk mendapatkan perawatan dan berasal dari persepsi diri sendiri akan ketidakmampuannya untuk menjalani secara adekuat fungsinya tanpa bantuan dari orang lain.Individu dengan gangguan kepribadian dependen kesulitan untuk mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari (contoh : warna baju yang akan digunakan untuk bekerja atau apakah harus membawa payung atau tidak) tanpa saran dari orang lain (kriteria 1). Individu-individu ini condong untuk menjadi pribadi yang pasif dan mengizinkan orang lain untuk mengambil inisiatif dan berasumsi tanggung jawab untuk berbagai area mayor dalam kehidupan mereka (kriteria 2). Pasien dewasa dengan gangguan ini biasanya bergantung pada orangtua atau pasangannya untuk memutuskan dimana mereka harus tinggal, jenis pekerjaan yang seharusnya dilakukan dan tetangga mana yang harus dijadikan teman. Remaja dengan gangguan ini sering kali membiarkan orangtua mereka untuk memutuskan pakaian apa yang akan mereka pakai , dengan siapa mereka harus bergaul, bagaimana mereka harus menghabiskan waktu luang dan pendidikan yang harus mereka tempuh. Gangguan kepribadian dependen dapat timbul pada individu dengan kondisi medis yang serius atau kecacatan, namun pada kasus-kasus tersebut kesulitan dalam bertanggung jawab harus lebih dari batas normal yang berkaitan dengan kondisi medis tersebut atau disabilitas tersebut.Akibat takut hilangnya dukungan, individu dengan gangguan kepribadian dependen sering kali memiliki kesulitan dalam mengekspresikan ketidaksetujuan dengan individu lain, terutama pada orang tempat mereka bergantung (kriteria 3). Individu-individu ini merasa tidak dapat melakukan pekerjaan sendiri sehingga mereka setuju dengan hal-hal yang mereka anggap salah dibandingkan kehilangan bantuan dari orang lain yang mereka anggap dapat membantu mereka. Mereka tidak dapat marah dengan orang lain yang bantuannya dibutuhkan oleh mereka karena takut akan dimusuhi oleh mereka. Apabila individu tersebut dapat mengekspreksikan ketidaksetujuannya secara realistis, perilaku in tidak termasuk dalam bukti gangguan kepribadian dependen. Individu dengan gangguan ini memiliki kesulitan dalam mengawali suatu proyek atau melakukan pekerjaan secara independen (kriteria 4). Mereka kurang memiliki kepercayaan diri dan percaya bahwa mereka butuh bantuan untuk memulai dan melanjutkan tugasnya. Mereka akan menunggu orang lain untuk memulai karena mereka merasa orang lain akan melakukan hal tersebut dengan lebih baik. Individu-individu ini yakin bahwa mereka tidak dapat berfungsi secara independen dan merasa diri tidak layak dan membutuhkan bantuan orang lain. Mereka dapat berfungsi secara adekuat apabila orang lain dapat memantau dan menyetujui tindakan mereka. Mereka dapat merasa takut tampil lebih kompeten, karena mereka merasa bahwa hal tersebut akan mengakibatkan mereka kehilangan dukungan mereka. Karena mereka bergantung pada orang lain untuk mengatasi masalah mereka, mereka sering tidak belajar menilai kemampuan hidup secara independen, sehingga mereka akan terus menerus menjadi individu yang dependen.Individu-individu dengan gangguan kepribadian dependen dapat melakukan hal-hal diluar batas kewajaran untuk mendapatkan perhatian dan dukungan dari orang lain, hingga ke titik mereka rela melakukan tugas-tugas yang tidak menyenangkan apabila perilaku tersebut dapat mendatangkan perhatian bagi mereka (kriteria 5). Mereka rela melakukan keinginan orang lain, meskipun permintaan tersebut tidak masuk akal. Kebutuhan mereka untuk menjaga ikatan tersebut sering kali berakibat terjadinya ketidakseimbangan atau gangguan pada hubungan interpersonal yang dijalani. Mereka seringkali berkorban atau mentoleransi pelecehan secara verbal, fisik maupun seksual (Harus diperhatikan bahwa hal ini sebaiknya dipertimbangkan sebagai bukti adanya gangguan kepribadian dependen hanya ketika hal tersebut dapat secara jelas dipastikan bahwa pilihan lain tersedia bagi individu tersebut). Individu dengan gangguan ini merasa tidak nyaman atau tidak berdaya ketika sendiri (kriteria 6). Mereka akan mengikuti orang lain dan menghindari keadaan sendirian, meskipun mereka tidak berminat atau tidak terlibat dalam urusan tersebut. Ketika hubungan dekat berakhir (contoh : perpisahan dengan kekasih, kematian dari orang yang merawat mereka), individu dengan gangguan kepribadian dependen dapat mencari hubungan lain segera untuk memenuhi kebutuhan perhatian dan dukungan yang mereka butuhkan (kriteria 7). Kepercayaan mereka bahwa mereka tidak dapat bertahan apabila tidak adanya hubungan dekat yang kemudian memotivasi individu ini untuk dengan cepat dan tidak diskriminatif untuk menjalin hubungan dengan individu lain. Individu dengan gangguan ini sering merasa takut ditinggalkan sendirian (kriteria 8). Mereka melihat diri mereka sebagai individu yang sangat dependen terhadap saran dan bantuan dari orang penting bagi mereka. Sebagai pertimbangan untuk membuktikan kriteria ini, rasa takut yang dialami haruslah berlebihan dan tidak realistis. Sebagai contoh : pria tua dengan penyakit kanker yang pindah ke rumah anaknya untuk mendapatkan perawatan dari anaknya menunjukkan perilaku dependen yang semestinya diberikan dalam situasi individu tersebut.Karakteristik terkait yang mendukung diagnosisIndividu dengan gangguan kepribadian dependen sering ditandai dengan sikap pesimis dan meragukan diri sendiri, sering kali merasa kemampuannya lebih rendah dan secara konstan merasa dirinya bodoh. Mereka dapat menerima kritik dan ketidaksetujuan sebagai bukti dari ketidakbergunaan mereka dan sering kehilangan kepercayaan terhadap diri mereka sendiri. Mereka sering mencari proteksi lebih dan dominasi lebih dari orang lain. Fungsi okupasi dapat mengalami gangguan apabila dibutuhkan inisiasi yang independen. Mereka sering menghindari posisi dengan tanggung jawab besar dan merasa cemas ketika diminta untuk mengambil keputusan. Hubungan social condong terbatas dengan orang-orang tempatnya bergantung. Terdapat peningkatan risiko terjadinya gangguan depresif, gangguan ansietas, dan gangguan pengaturan (adjustment disorder). Gangguan kepribadian dependen sering timbul bersama dengan gangguan kepribadian lain, terutama gangguan kepribadian borderline, avoidant dan histrionic. Penyakit kronis atau perpisahan serta gangguan ansietas pada masa anak-anak atau masa remaja merupakan predisposisi individu mengalami gangguan ini.Prevalensi Data dari tahun 2001-2002 Survei Epidemiologis Nasional Akohol dan Kondisi terkait mengestimasi prevalensi kejadian gangguan kepribadian dependen sebesar 0,49% dan gangguan kepribadian dependen yang diestimasi, berdasarkan kemungkinan subsample dari Survey Komorbiditas Nasional tahap II sebesar 0,6%.Perkembangan dan perjalanan penyakitDiagnosis ini sebaiknya ditegakkan dengan hati-hati, terutama pada anak-anak dan remaja yang sering terdapat perilaku dependen yang normal selama perkembangan mereka.Masalah diagnosis terkait budayaDerajat perilaku dependen yang masih dianggap wajar bervariasi menurut usia dan kelompok sosiokultural. Usia dan factor budaya penting untuk dipertimbangkan dalam mengevaluasi ambang diagnosis masing-masing kriteria. Perilaku dependen sebaiknya dipertimbangkan sebagai karakteristik gangguan hanya ketika terdapat perilaku yang melebihi batas wajar norma-norma budaya dan merefleksikan hal-hal yang tidak realistis. Masalah diagnosis terkait jenis kelaminDari sisi kinis, gangguan kepribadian dependen didiagnosis lebih sering pada wanita, meskipun beberapa penelitian melaporkan prevalensi yang hampir sama pada pria dan wanita.Diagnosis diferensialGangguan mental lain dan kondisi medis. Gangguan kepribadian dependen harus dibedakan dengan ketergantung yang timbul akibat gangguan mental (contoh : depresi, panic, agoraphobia) dan gangguan yang timbul akibat kondisi medis lain.Gangguan kepribadian lain dan karakteristik personal. Gangguan kepribadian lain sering dikelirukan dengan gangguan kepribadian dependen karena mereka memiliki beberapa ciri yang mirip. Sangat penting untuk membedakan gangguan ini berdasarkan karakteristik personalnya. Namun, apabila individu tersebut memiliki karakteristik personal yang masuk kriteria satu atau lebih gangguan kepribadian ditambah adanya gangguan kepribadian dependen, semuanya dapat didiagnosis. Meskipun banyak gangguan kepribadian yang memiliki ciri dependen, gangguan kepribadian dependen dapat dibedakan dengan adanya sikap bergantung, tunduk dan reaktif pada gangguan ini. Baik pada gangguan kepribadian dependen maupun gangguan kepribadian borderline memiliki ciri takut akan perpisahan ; namun individu dengan gangguan kepribadian borderline merespon terhadap perpisahan tersebut dengan adanya kekosongan emosi, kemarahan dan permintaan, sedangkan pada gangguan kepribadian dependen merespon dengan sikap yang tenang dan patuh serta langsung mencari pengganti hubungan tersebut untuk mendapatkan perhatian dan dukungan. Gangguan kepribadian borderline kemudian dapat dibedakan dari gangguan kepribadian dependen dari pola tipikal hubungan yang tidak stabi dan intens. Individu dengan gangguan kepribadian histrionic, sama seperti individu dengan gangguan kepribadian dependen, memiliki kebutuhan kuat terhadap penentraman hati dan persetujuan orang lain, biasanya terlihat kekanak-kanakan dan ketergantungan. Bagaimanapun, tidak seperti gangguan kepribadian dependen, yang memiliki karakteristik tidak menonjolkan diri dan perilaku yang patuh, gangguan kepribadian histrionic memiliki karakteristik senang berkumpul-kumpul dan senang keramaian serta ingin perhatian dari orang lain. Baik pada gangguan kepribadian dependen dan gangguan kepribadian avoidant memiliki perasaan yang merasa dirinya kurang, hipersensitif terhadap kritik dan butuh penentraman hati. Namun, individu dengan gangguan kepribadian avoidant sangat takut dihina dan ditolak sehingga mereka cenderung menarik diri dari pergaulan sampai mereka yakin sepenuhnya mereka diterima. Kontrasnya, pada individu dengan gangguan kepribadian dependen, memiliki pola mencari dan menjaga koneksi dengan orang-orang yang dianggapnya penting, bukannya menghindari dan menarik diri dari pergaulan.Banyak individu yang menunjukkan sifat kepribadian dependen. Hanya ketika sifat-sifat ini menjadi tidak fleksibel, maladaptive dan terus menerus serta mengakibatkan gangguan fungsional yang signifikan atau gangguan subjektif, barulah mereka disebut sebagai gangguan kepribadian dependen.Perubahan kepribadian akibat kondisi medis lain. Gangguan kepribadian dependen harus dibedakan dengan perubahan kepribadian akibat kondisi medis, dimana sifat tersebut muncul akibat gangguan pada system saraf pusat.Gangguan penggunaan zat. Gangguan kepribadian dependen harus dibedakan dengan gejala yang timbul yang berhubungan dengan penggunaan zat yang persisten.

Gangguan kepribadian obsesif kompulsifKriteria diagnosis 301.4 (F60.5)Pola pervasive preokupasi terhadap sesuatu yang berurutan, perfeksionisme dan control mental dan interpersonal, serta tidak adanya fleksibilitas, keterbukaan dan efisiensi, dimulai dari usia dewasa muda dan terdapat pada beberapa kondisi yang diindikasikan 4 atau lebih kondisi sebagai berikut :1. Terdapat preokupasi terhadap detail, peraturan , urutan-urutan, organisasi atau jadwal sampai ke taraf dimana poin utama aktivitas tersebut hilang.2. Menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu penyelesaian tugas (contoh : tidak dapat menyelesaikan pekerjaan akibat standar-standar berlebihan yang ditetapkan sendiri).3. Sangat berdedikasi berlebihan terhadap pekerjaan hingga tidak melakukan kegiatan rekreasi dan social (bukan karena kebutuhan ekonomi).4. Sangat teliti dan cermat yang berlebihan serta tidak fleksibel mengenai hal-hal atau moralitas, etika dan nilai-nilai (tidak termasuk budaya dan agama).5. Tidak dapat membuang benda-benda bekas atau benda yang tidak bernilai meskipun sudah tidak memiliki nilai penting lagi.6. Malas mendelegasikan tugas atau untuk bekerja dengan orang lain kecuali mereka mengumpulkan tepat seperti apa yang diinginkan.7. Memiliki gaya hidup yang hemat mengenai diri sendiri dan orang lain; uang dilihat sebagai sesuatu yang seharusnya disimpan untuk kemungkinan timbulnya masalah/ bencana yang dialami di kemudian hari.8. Menunjukkan sikap yang kaku dan keras kepala.Karakteristik diagnosisKarakteristik esensial dari gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah adanya preokupasi terhadap sesuatu yang berurutan, perfeksionisme dan control mental dan interpersonal, serta tidak adanya fleksibilitas, keterbukaan dan efisiensi. Pola ini dimulai pada usia dewasa muda dan terdapat pada beberapa kondisi.Individu dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif mencoba untuk mempertahankan control dengan mematuhi peraturan-peraturan, detail yang sepele, prosedur, urutan-urutan, jadwal, atau bentuk hingga ke taraf poin hingga aktivitas tersebut hilang (kriteria 1). Mereka sangat berhati-hati dan sering melakukan repetisi, memperhatikan hal-hal yang tidak biasa dan detail-detail dan secara berulang mengecek kemungkinan kesalahan-kesalahan. Mereka terlupa akan kenyataan bahwa orang lain dapat menjadi kesal dan tidak sadar akan ketidaknyamanan akibat tindakan mereka. Contohnya, ketika individu-individu salah meletakkan urutan-urutan hal yang harus dilakukan, mereka akan menghabiskan waktu yang lebih untuk melihat urutan-urutan tersebut dibandingkan menghabiskan waktu untuk mengingat kembali dari memori dan tetap melanjutkan untuk menyelesaikan tugas. Mereka tidak dapat mengalokasikan waktu, dan tugas yang paling penting tidak dilakukan hingga ke batas waktu terakhir. Perfeksionisme dan performa standard diri yang tinggi dapat menyebabkan disfungsi yang signofikan dan distress pada pasien dengan gangguan ini. Mereka sangat memperhatikan detail-detail dari pekerjaan mereka dan menginginkan pekerjaan mereka sempurna sehingga pekerjaan tersebut tidak selesai (kriteria 2). Sebagai contoh, penyelesaian tugas laporan tertulis tertunda akibat laporan tersebut yang direvisi berkali-kali untuk mencapai kesempurnaan sehingga tenggat waktu tidak dapat dipenuhi dan aspek kehidupan individu tersebut yang tidak merupakan focus aktivitas masa kini akan terganggu.Individu-individu dengan gangguan kepribadian menunjukkan dedikasi berlebihan terhadap pekerjaan hingga tidak melakukan kegiatan rekreasi dan social (kriteria 3). Perilaku ini tidak dilandasi dengan keperluan ekonomi. Mereka sering merasa bahwa mereka tidak memiliki waktu untuk bersantai di akhir minggu dan berekreasi. Mereka sering menunda aktivitas rekreasi, seperti liburan. Ketika mereka mengambil waktu untuk rekreasi, mereka merasa sangat tidak nyaman kecuali mereka membawa sesuatu untuk bekerja sehingga mereka tidak membuang waktu. Mereka memiliki konsentrasi yang tinggi terhadap pekerjaan rumah tangga (contoh : melakukan bersih-bersih yang berlebihan). Ketika mereka menghabiskan waktu dengan teman-teman, sering kali pada aktivitas yang terorganisir secara formal seperti olahraga. Hobi atau aktivitas rekreasional dilihat sebagai tugas serius yang membutuhkan pengaturan yang hati-hati dan pekerjaan yang sulit dilakukan. Mereka menginnginkan performa yang sempurna. Mereka melakukan pekerjaan dengan terstruktur (contoh : memberitau balita untuk mengendarai sepeda pada garis yang lurus).Individu dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif sangat teliti dan cermat yang berlebihan serta tidak fleksibel mengenai hal-hal atau moralitas, etika dan nilai-nilai (kriteria 4). Mereka sering memaksa diri mereka untuk mengikuti prinsip moral yang kaku dan sangat tegas terhadap standar performa. Mereka juga sering mengkritik diri sendiri terhadap kesalahan mereka. Individu dengan gangguan ini sangat menjunjung tinggi otoritas dan peraturan-peraturan dan tidak terdapat pengecualian terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut untuk situasi khusus. Individu dengan gangguan ini tidak dapat membuang benda-benda bekas atau benda yang tidak bernilai meskipun sudah tidak memiliki nilai penting lagi (kriteria 5). Mereka menganggap membuang-buang barang bekas tersebut merupakan hal yang boros karena kita tidak pernah tau ketika membutuhkan sesuatu dan menjadi kesal bila seseorang mencoba untuk membuang barang yang mereka simpan. Pasangan atau teman sekamar mereka dapat mengeluhkan ukuran ruang yang mereka pakai untuk menyimpan barang-barang bekas, majalah, peralatan yang sudah rusak, dan sebagainya.Individu dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif rentan untuk mendelegasikan tugas atau untuk bekerja dengan orang lain (kriteria 6). Mereka bersikukuh bahwa segala hal dapat dilakukan sesuai dengan cara mereka dan orang lain harus menyesuaikan diri terhadap cara melakukan suatu hal. Mereka sering memberikan instruksi yang mendetail mengenai bagaimana cara melakukan hal-hal. (contoh : hanya terdapat satu cara untuk mencuci perabotan, membangun rumah anjing, dan lain-lain) dan merasa terkejut dan kesal apabila orang lain menyarankan alternative lain. Pada waktu lain, mereka sering menolak tawaran bantuan dari orang lain karena mereka merasa bahwa orang lain tidak dapat melakukan hal dengan benar.Individu dengan gangguan ini menjaga standar cara kehidupannya jauh dibawah yang dapat mereka mampu, merasa bahwa pengeluarannya harus dikontrol ketat untuk menjaga kemungkinan timbulnya masalah/ bencana yang dialami di kemudian hari (kriteria 7). Gangguan kepribadian obsesif kompulsif dikarakteristikkan dengan sikap yang kaku dan keras kepala (kriteria 8). Individu dengan gangguan ini sangat mengkhawatirkan mereka tidak dapat melakukan hal dengan benar sehingga mereka memiliki masalah dalam mengikuti ide orang lain. Individu-individu ini merencanakan kegiatan dengan sangat mendetail dan cermat dan tidak mau mempertimbangkan perubahan. Sangat tenggelam dalam perspektifnya sendiri, mereka memiliki kesulitan dalam mengerti sudut pandang orang lain. Teman-teman mereka dapat merasa frustasi dengan kekakuan mereka. Karakteristik terkait dalam mendukung diagnosisKetika peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan tidak memberi jawaban yang benar, pengambilan keputusan dapat membutuhkan waktu dan proses yang lama. Individu dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif memiliki kesulitan dalam menentukan tugas mana yang butuh prioritas atau apakah cara terbaik dalam melakukan tugas tertentu sehingga mereka kesulitan dalam memulainya. Mereka rentan merasa kesal atau marah pada situasi dimana mereka tidak dapat mengontrol lingkungan fisik dan interpersonal mereka, meskipun kemarahan tersebut tidak diekspresikan secara langsung. Sebagai contoh, individu dapat merasa marah ketika pelayanan pada rumah makan yang kurang memuaskan, namun mereka tidak mengeluh ke bagian manajemen, tetapi mereka berfikir berapa banyak tip yang harus diberikan. Pada situasi lain, kemarahan dapat diekspresikan pada masalah-masalah kecil. Individu dengan gangguan ini sangat memperhatikan status hubungan dan dominasi dari hubungan tersebut dan sering memperlihatkan rasa hormat yang berlebihan terhadap otoritas yang mereka hormati dan sebaliknya pada otoritas yang mereka tidak hormati.Individu dengan gangguan ini biasanya mengekspresikan rasa suka mereka dengan cara yang resmi dan merasa tidak nyaman akan keberadaan orang yang ekspresif secara emosional. Hubungan sehari-hari mereka sangat formal dan serius, dan mereka sering kali kaku pada situasi-situasi dimana orang lain gembira dan tersenyum. (contoh : menyapa kekasih di bandara). Mereka berbicara ketika mereka yakin apa yang mereka katakana tersebut sempurna. Terdapat preokupasi dengan logika dan intelektual, serta tidak dapat mentoleransi perilaku senang teman-temannya. Mereka memiliki kesulitan dalam mengekspresikan perasaan mereka, jarang memuji orang. Individu dengan gangguan ini sering mengalami kesulitan dalam pekerjaan, terutama ketika menghadapi situasi baru yang membutuhkan fleksibilitas dan kesepakatan.Individu dengan gangguan ansietas, termasuk gangguan ansietas general, gangguan ansietas social (fobia social), dan fobia spesifik dan gangguan obsesif kompulsif memiliki peningkatan risiko untuk mengalami gangguan kepribadian yang termasuk kriteria gangguan kepribadian obsesif kompulsif. Bagaimanapun, terlihat bahwa mayoritas dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif tidak memiliki pola perilaku yang masuk ke dalam kriteria gangguan kepribadian. Banyak dari ciri gangguan kepribadian obsesif kompulsif tumpang tindih dengan gangguan kepribadian tipe A (contoh : preokupasi terhadap pekerjaan, sifat kompetitif, urgensi terhadap waktu), dan ciri-ciri ini dapat ditemukan pada individu dengan risiko infark miokard. Dapat terjadi hubungan antara gangguan kepribadian obsesif kompulsif dan gangguan depresif dan bipolar serta gangguan makan.Prevalensi Gangguan kepribadian obsesif kompulsif merupakan satu gangguan kepribadian yang terbanyak ditemukan pada populasi umum, dengan estimasi prevalensi berkisar antara 2,1% hingga 7,9%.Masalah diagnosis terkait dengan budayaDalam menganalisa individu dengan gangguan obsesif kompulsif, klinisi sebaiknya tidak memasukkan perilaku yang menggambarkan kebiasaan atau ciri interpersonal yang secara kultural terkait pada kelompok-kelompok tertentu. Budaya tertentu menempatkan penekanan yang kuat terhadap pekerjaan dan produktivitas individu sehingga mengakibatkan perilaku pada kelompok tersebut tidak dapat dipertimbangkan merupakan ciri dari gangguan kepribadian obsesif kompulsif. Masalah diagnosis terkait jenis kelaminPada studi sistematis, gangguan kepribadian obsesif kompulsif didiagnosis sekitar dua kali lebih sering pada laki-laki.Diagnosis diferensial Gangguan obsesif kompulsifGangguan obsesif kompulsif dapat secara mudah dibedakan dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif dari adanya obsesi dan kompulsi pada gangguan obsesif kompulsif. Ketika kriteria gangguan kepribadian obsesif kompulsif dengan gangguan obsesif kompulsif terpenuhi, kedua diagnosis tersebut harus ditegakkan. Hoarding disorderDiagnosis hoarding disorder sebaiknya dipertimbangkan terutama ketika sikap pengumpulan / hoarding tersebut berlebih (contoh : mengumpulkan timbunan objek yang tidak berguna). Ketika kriteria gangguan kepribadian obsesif kompulsif dan hoarding disorder terpenuhi, kedua diagnosis tersebut dapat ditegakkan. Gangguan kepribadian lain dan sifat personalGangguan kepribadian lain dapat dikelirukan dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif karena mereka memiliki beberapa ciri secara yang sama. Namun, penting untuk membedakan gangguan-gangguan ini berdasarkan perbedaan karakteristik masing-masing. Bagaimanapun, bila individu memiliki karakteristik kepribadian yang memenuhi kriteria satu atau lebih kriteria gangguan kepribadian ditambah gangguan kepribadian obsesif kompulsif, seluruhnya dapat didiagnosis. Individu dengan gangguan kepribadian narsistik dapat menyatakan komitmen terhadap perfeksionisme dan merasa bahwa orang lain tidak dapat melakukan hal-hal sebaik mereka, namun individu-individu ini merasa bahwa mereka telah mencapai kesempurnaan, sedangkan mereka dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif biasanya masih merasa dirinya kurang (self critical). Individu dengan gangguan kepribadian narsistik atau antisosial memiliki kemurahan hati yang kurang, sedangkan mereka dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif memiliki ekonomi yang hemat terhadap diri sendiri dan orang lain. Pada gangguan kepribadian schizoid dan gangguan kepribadian obsesif kompulsif memiliki karakteristik dari adanya formalitas yang tampak dan kurangnya social. Pada gangguan kepribadian obsesif kompulsif, terdapat ketidaknyamanan dalam emosi dan kecintaan terhadap pekerjan yang berlebih, sedangkan pada gangguan kepribadian schizoid terdapat kurangnya kapasitas intim yang sangat penting. Sifat kepribadian obsesif kompulsif biasanya adaptif, terutama pada situasi yang membutuhkan performa yang lebih. Hanya ketika sifat-sifat ini tidak fleksibel, maladaprif dan terus menerus serta mengakibatkan gangguan fungsional yang signifikan barulah disebut gangguan kepribadian obsesif kompulsif. Perubahan kepribadian akibat kondisi medis lainGangguan kepribadian obsesif kompulsif harus dibedakan dengan perubahan kepribadian akibat kondisi medis lain, dimana sifat tersebut muncul sebagai tambahan efek kondisi medis terhadap system saraf pusat. Gangguan penggunaan zatGangguan kepribadian obsesif kompulsif harus dibedakan dari gejala yang timbul akibat penggunaan zat yang terus menerus.

Gangguan Kepribadian LainnyaPerubahan kepribadian akibat kondisi medis lainKriteria diagnosis310.1 (F07.0)A. Gangguan kepribadian persisten yang mencerminkan perubahan dari pola karakteristik personal individu yang sebelumnya.Catatan : pada anak-anak, gangguan meliputi deviasi bermakna dari perkembangan normal atau perubahan signifikan B. Terdapat bukti adanya riwayat, pemeriksaan fisik, atau penemuan laboratoris yang membuktikan bahwa gangguan tersebut merupakan akibat langsung patofisiologi kondisi medis yang lain.C. Gangguan bukan merupakan akibat gangguan jiwa yang lain (termasuk gangguan jiwa yang lain akibat kondisi medis yang lain).D. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama terjadinya delirium.E. Gangguan mengakibatkan distress klinis yang signifikan atau gangguan pada social, okupasional, atau fungsi area penting lain.Spesifikasikan apakah gangguan tersebut merupakan : Tipe labil : apabila memiliki ciri predominasi labilitas afektif. Tipe disinhibisi : apabila ciri predominan merupakan control impulse yang lemah, dibuktikan dengan adanya sexual indiscretions, dan lain-lain. Tipe agresif : apabila ciri predominan merupakan perilaku yang agresif. Tipe apathetic : apabila ciri predominan ditandai dengan apatis yang bermakna. Tipe paranoid : apabila ciri predominan adalah kecurigaan atau ide paranoid. Tipe lain : apabila tidak terdapat ciri seperti pada subtype yang lain. Tipe campuran : ketika satu atau lebih predominasi ciri predominasi kondisi klinis. Tipe yang tidak dapat dispesifikasikanCatatan pengkodean : termasuk nama kondisi medis lain (contoh : 310.1 [F70.0] perubahan kepribadian akibat epilepsy lobus temporal). Kondisi medis lain sebaiknya diberikan kode dan didaftar secara terpisah sebelum gangguan kepribadian akibat kondisi medis lain (contoh : 345.40 [G40.209] epilepsy lobus temporal; 310.1 [F07.0] perubahan kepribadian akibat epilepsy lobus temporal).Subtype Perubahan kepribadian dapat dispesifikkan lagi dengan mengindikasikan presentasi klinis yang mempredominasi klinis.Karakteristik diagnosisKarakteristik esensial perubahan kepribadian akibat kondisi medis yang lain adalah gangguan kepribadian persisten yang ditentukan akibat efek patofisiologi langsung kondisi medis. Gangguan kepribadian merepresentasikan perubahan dari pola karakteristik kepribadian individu sebelumnya. Pada anak-anak, kondisi ini dapat dimanifestasikan sebagai deviasi bermakna perkembangan normal disbanding dari perubahan pola kepribadian yang stabil (kriteria A). harus terdapat bukti dari riwayat klinis, pemeriksaan fisik dan penemuan laboratorium dimana perubahan kepribadian tersebut merupakan efek fisiologis akibat kondisi medis lain. (kriteria B). diagnosis tidak ditegakkan bila gangguan tersebut lebih baik dijelaskan akibat gangguan mental yang lain (kriteria C). diagnosis tidak dapat ditegakkan bila gangguan tersebut terjadi secara eksklusif selama terjadinya delirium (kriteria D). Gangguan tersebut juga harus menyebabkan gangguan klinis signifikan atau gangguan pada social, okupasional, atau pada fungsi area lain yang penting (kriteria E). Manifestasi klinis yang sering muncul dari perubahan kepribadian termasuk instabilitas afektif, control impuls yang kurang, kemarahan dan agresi yang meledak lebih dari normal terhadap stressor psikososial, apatis yang bermakna, kecurigaan atau ide paranoid. Fenomena perubahan diindikasikan menggunakan subtype yang terdaftar pada kriteria. Pada individu dengan gangguan ini sering dikarakteristikkan oleh orang lain sebagai bukan dirinya.Manifestasi klinis pada individu bergantung pada lokalisasi dan kejadian proses patologis. Sebagai contoh, kerusakan pada lobus frontal dapat mengakibatkan gejala seperti kurangnya kebijaksanaan, disinhibisi dan euphoria. Stroke pada hemisfer kanan sering mengakibatkan perubahan kepribadian berkaitan dengan unilateral spatial neglect , anosognosia (ketidakmampuan individu mengenal secara langsung atau deficit fungsional seperti adanya hemiparesis), gangguan motoric dan deficit neurologis lain.Karakteristik terkait yang mendukung diagnosisBerbagai kondisi medis dan neurologis dapat mengakibatkan perubahan kepribadian termasuk neoplasma system saraf pusat, trauma kepala, penyakit serebrovaskular, penyakit Huntington, epilepsy, kondisi infeksius yang melibatkan system saraf pusat (contoh : HIV), kondisi endokrin (contoh : hipotiroidisme, hipo dan hiperadrenocortikisme ), dan kondisi autoimun dengan keterlibatan system saraf pusat (contoh : SLE). Penemuan pemeriksaan fisik terkait, penemuan laboratorium terkait dan pola prevalensi dan onsetnya menunjukkan kondisi medis dan neurologis terkait.Diferensial diagnosisKondisi medis kronik berkaitan dengan nyeri dan disabilitas. Kondisi medis kronik berkaitan dengan nyeri dan disabilitas dapat juga berkaitan dengan perubahan kepribadian. Diagnosis perubahan kepribadian akibat kondisi medis lain ditegakkan bila ketika mekanisme patofisiologi yang langsung dapat ditentukan. Diagnosis ini tidak ditegakkan bila perubahan tersebut akibat adaptasi perilaku atau psikologi atau respon terhadap kondisi medis lain (contoh : perilaku dependen akibat kebutuhan dukungan orang lain setelah mengalami trauma kepala, penyakit kardiovaskular, atau demensia).Delirium atau gangguan neurokognitif. Perubahan kepribadian merupakan ciri yang sering dikaitkan dengan delirium atau gangguan neurokognitif mayor. Diagnosis terpisah gangguan kepribadian akibat kondisi medis lain tidak ditegakkan apabila perubahan terjadi secara eksklusif selama terjadinya delirium. Bagaimanapun diagnosis perubahan kepribadian akibat kondisi medis lain dapat ditegakkan sebagai diagnosis tambahan dari gangguan neurokognitif mayor apabila perubahan kepribadian tersebut merupakan bagian prominen dari manifestasi klinis.Gangguan jiwa lain akibat kondisi medis lain. Diagnosis perubahan kepribadian akibat kondisi medis lain tidak ditegakkan bila gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan jiwa lain akibat kondisi medis lain (contoh : gangguan depresi akiba tumor otak).Gangguan penggunaan zat. Perubahan kepribadian dapat terjadi dalam konteks gangguan penggunaan zat, terutama bila gangguan tersebut dalam jangka waktu yang lama. Klinisi sebaiknya menanyakan mengenai penggunaan zat tersebut. Apabila klinisi ingin mengetahui etiologi dan hubungan antara perubahan kepribadian dan penggunaan zat, dapat menggunakan kategori yang tidak dapat dipesifikasi untuk zat yang spesifik (contoh : gangguan yang tidak didapat dispesifikasi akibat penggunaan stimulansia).Gangguan-gangguan jiwa lain. Perubahan kepribadian yang bermakna dapat menjadi ciri yang berkaitan dengan gangguan jiwa lain (contoh : skizofrenia, gangguan delusional, gangguan depresi dan bipolar, gangguan disruptif lain yang dapat dispesifikasi dan tidak dapat dispesifikasi, impulse control, conduct disorder, gangguan panic). Bagaimanapun, pada gangguan-gangguan ini, tidak ada factor psikososial spesifik yang ditentukan yang berkaitan dengan etiologi perubahan kepribadian. Gangguan kepribadian lainnya. Perubahan kepribadian akibat kondisi medis lain dapat dibedakan dengan gangguan kepribadian dengan kebutuhan untuk perubahan klinis signifikan dari fungsi kepribadian dan adanya kondisi klinis yang menjadi etiologi spesifik.

Gangguan kepribadian lain yang spesifik 301.89 (F60.89)Kategori ini berlaku untuk gejala klinis dengan karakteristik gangguan kepribadian yang menyebabkan distress klinis signifikan atau gangguan pada sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang penting lainnya tetapi tidak memenuhi kriteria untuk setiap gangguan dalam kelomok diagnosis gangguan kepribadian. Kategori gangguan kepribadian tertentu lainnya digunakan dalam situasi di mana klinisi memilih untuk mengkomunikasikan alasan tertentu bahwa gejala klinis tidak memenuhi kriteria untuk setiap gangguan kepribadian tertentu. Hal ini dilakukan dengan menulis "gangguan kepribadian tertentu lainnya" diikuti oleh alasan tertentu (misalnya, "ciri kepribadian campuran").

Gangguan kepribadian yang tidak spesifik 301.9 (F60.9)Kategori ini berlaku untuk manifestasi klinis dengan karakteristik gangguan kepribadian yang menyebabkan distress klinis signifikan atau penurunan sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang penting lainnya tetapi tidak memenuhi kriteria penuh untuk setiap gangguan dalam kelas diagnostic gangguan kepribadian. Kategori gangguan kepribadian yang tidak ditentukan digunakan dalam situasi di mana klinisi memilih untuk tidak menspesifikasikan alasan bahwa kriteria tidak terpenuhi untuk gangguan kepribadian tertentu, dan termasuk di mana ada informasi yang cukup untuk membuat diagnosis yang lebih spesifik.

1