game puzzle rangka manusia 4

90
GAME PUZZLE RANGKA MANUSIA (Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Medan Tembung Tahun Ajaran 2013/2014) A. Latar Belakang Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan terutama bagi guru pada tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) karena pada tingkat inilah yang pertama dan paling utama dalam membentuk peserta didik. Bagi peserta didik, tingkat SD/MI merupakan tempat awal terjadinya interaksi antara siswa dengan guru, interaksi antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan warga sekolah yang lainnya dan interaksi yang lebih khusus lagi terjadi melalui proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang merupakan proses komunikasi dua arah, dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar terpusat pada peserta didik. 1 1 Tantri, Tanggu Dan Pudjawan, Pengaruh Model pembelajaran Quantum Teaching Bermuatan Permainan Puzzle Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas IV SD Gugus I Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung Tahun Pelajaran 1

Upload: putra-tasik

Post on 28-Jan-2016

51 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Game Puzzle Rangka Manusia 4

TRANSCRIPT

GAME PUZZLE RANGKA MANUSIA

(Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Medan

Tembung Tahun Ajaran 2013/2014)

A. Latar Belakang

Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak

yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan terutama bagi guru pada tingkat

Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) karena pada tingkat inilah yang

pertama dan paling utama dalam membentuk peserta didik. Bagi peserta didik,

tingkat SD/MI merupakan tempat awal terjadinya interaksi antara siswa dengan

guru, interaksi antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan warga sekolah

yang lainnya dan interaksi yang lebih khusus lagi terjadi melalui proses

pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang merupakan proses komunikasi dua

arah, dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar terpusat pada

peserta didik.1

Setiap guru (terutama guru SD/MI) harus menggunakan strategi dan media

pembelajaran yang tepat karena peningkatan mutu pendidikan berkaitan erat

dengan proses pembelajaran dalam kelas. Saat pembelajaran dalam kelas

berlangsung, akan ditemui masalah atau persoalan yang menghambat proses

pembelajaran dan berpengaruh langsung terhadap pencapaian prestasi belajar

siswa.

1 Tantri, Tanggu Dan Pudjawan, Pengaruh Model pembelajaran Quantum Teaching Bermuatan Permainan Puzzle Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas IV SD Gugus I Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung Tahun Pelajaran 2012/2013, Jurnal Penelitian Pendidikan, (Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan PGSD dan Teknologi Pendidikan, 2012), h. 2.

1

Setiap materi pembelajaran yang diajarkan pasti berbeda dan memiliki

tujuan yang berbeda, oleh karenanya akan ditemui masalah pembelajaran yang

berbeda dan membutuhkan penerapan strategi pembelajaran yang berbeda pula.

Begitu juga halnya dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), materi

pembelajaran yang berbeda dan sudah tercantum dalam buku pelajaran menjadi

hal pokok bagi guru dalam membuat perencanaan pembelajaran yang tepat.

Berdasarkan survey awal pada hari selasa tanggal 22 Januari 2013 di

Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Medan Tembung, peneliti memahami apa

yang menjadi masalah pada proses pembelajaran IPA yang dilaksanakan di kelas,

yakni:

1. Guru masih mengeluh tentang materi pelajaran yang terlalu banyak dan

kurangnya waktu untuk mengajarkan semua materi pembelajaran sehingga

pembelajaran berlangsung hanya seperti formalitas semata

2. Keterbatasan kemampuan pendidik dalam pemanfaatan media

pembelajaran, tidak tersedianya media pembelajaran yang dibutuhkan dan

media pembelajaran yang tersedia sudah rusak

3. Rendahnya daya tangkap siswa terhadap materi pembelajaran membuat guru

pengampu mata pelajaran IPA mengalami kesulitan dalam mengaktifkan

siswa untuk terlibat langsung dalam proses penggalian dan penelaahan

materi pelajaran

4. Jumlah siswa setiap kelas cukup besar (30-40 siswa). Terkait dengan

jumlah siswa yang cukup besar di setiap kelas, proses belajar dihadapkan

pada kenyataan rendahnya kemampuan pendidik menggunakan dan

2

mengelola sarana dan prasarana pembelajaran, sehingga hal tersebut juga

menyebabkan guru kurang dapat mengenali sikap dan perilaku individual

siswa secara baik. Hal ini dapat berdampak pada kurangnya perhatian siswa

terhadap materi pembelajaran

5. Siswa masih beranggapan mata pelajaran IPA sebagai mata pelajaran yang

bersifat teoritis semata. Akibatnya, ketika mengikuti pembelajaran IPA

siswa merasa cukup mencatat dan menghafal materi yang disampaikan oleh

guru, bahkan tugas-tugas yang diberikan dikerjakan secara tidak serius.2

Masalah-masalah dalam penyelenggaraan pembelajaran IPA sebagaimana

dikemukakan di atas, jelas membawa pengaruh pada kualitas, proses dan hasil

pembelajaran. Kondisi semacam ini tentu tidak sejalan dengan semangat untuk

menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa, apabila pada proses

pembelajaran guru masih menerapkan strategi dan pendekatan pembelajaran

konvensional yang memandang siswa sebagai objek, komunikasi lebih banyak

berlangsung searah, dan penilaian hanya menekankan aspek kognitif, maka

pembelajaran yang kurang bermakna ini akan semakin meluas pada materi

pembelajaran berikutnya.

Dalam usaha meningkatkan kualitas proses dan prestasi pembelajaran

mata pelajaran IPA, guru diharapkan mampu menciptakan variasi dalam kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan media dan alat peraga pengajaran dalam

proses pembelajaran. Strategi penggunaan alat peraga tersebut dapat membuat

situasi menjadi nyata bagi murid-murid sehingga membantu memotivasi murid-

2 Rosida Hasibuan, Guru Senior Dan Guru Kelas IV Abu Bakar MIN Medan Tembung Tahun Ajaran 2012/2013, Wawancara Pribadi Pada Survey Awal, Medan, Selasa, 22 Januari 2013.

3

murid dan mampu membangkitkan minat murid-murid terhadap persoalan yang

dihadapi.3

Semua bentuk belajar bukanlah konsekwensi otomatis dari perenungan

informasi ke dalam benak siswa begitu juga dengan belajar IPA. Belajar

memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan

pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang maksimal tanpa

adanya kegiatan belajar aktif. Belajar aktif memerlukan sarana dan media

pembelajaran. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan,dan bersemangat.

Sehingga siswa akan lebih mudah menyerap ilmu pengetahuan dan dapat bertahan

untuk mengikuti proses pembelajaran dengan adanya media yang digunakan

dalam menyampaikan materi.

Dari survey lanjutan yang dilakukan pada kamis 20 Juni 2013 di Madrasah

Ibtidaiyah Negeri (MIN) Medan Tembung diperoleh Daftar Kumpulan Nilai

(DKN) harian semester ganjil mata pelajaran IPA pada materi Rangka Manusia.

Data nilai dalam DKN tersebut merupakan nilai yang diperoleh peserta didik

ketika pembelajaran yang disampaikan (dalam hal ini Ibu Sahmi Wita Nasution

selaku guru mata pelajaran IPA) masih menerapkan pembelajaran konvensionanl.

Kemudian diklasifikasikan dengan nilai tertinggi, terendah dan nilai rata-rata

siswa.4

3 Max A. Sobel Dan Evan M. Maletsky, Mengajar Matematika (Sebuah Buku Sumber, Alat Peraga, Aktivitas Dan Strategi Untuk Guru Matematika SD, SMP Dan SMA) Edisi Ketiga,(Jakarta: Erlangga, 2007), h. 67

4 Sahmi Wita Nasution, Guru Pengampu Mata Pelajaran IPA MIN Medan Tembung Tahun Ajaran 2010/2011 s/d 2013/2014, “Prosedural Pembelajaran IPA di MIN Medan Tembung Dan Pengambilan Data Daftar Kumpulan Nilai (DKN)”, Wawancara Dengan, Medan, Kamis 20 Juni 2013, Pukul 11.00 – 13.30 Wib.

4

Tabel 1Daftar Kumpulan Nilai Harian IPA Tahun Ajaran 2010/2011

No.

2010/2011NAMA SISWA NILAI

1 ABDUL KARIM LBS 6,002 DIMAS PRAYOGA 6,003 MUHAMMAD BAIZA 7,304 M RAIHAN AL FARUQ 6,305 KHAIRINAS SRG 7,206 ABDUL RAJAB LBS 7,407 AGUS S. DARMAWAN NST 5,508 AIDA UTAMI 6,409 ANGGI RAMADHANI SRG 7,1010 BAGUS RISWADI SYAHPUTRA 5,8011 DADANG HIDAYAT HRP 4,7012 DAHLIA DARMAYANTI NST 7,5013 DARA PUSPITA 6,7014 DELA WAHDANA POHAN 7,0015 DEVI NOVIDA 5,6016 DIMANGGARA 7,5017 VADILAH REZEKI SRG 7,4018 FATMA RAMADHANI HRP 7,5019 HABIB MAULANA HRP 4,6020 HAFIZH ZIDANI ALFAZHRI NST 7,2021 IBRA MAULANA 5,5022 JIDDAN FARHAN 7,0023 KARIMUDDIN HAKIM HSB 3,6024 MAULANA DERMAWAN 6,1025 MUHAMMAD ARIF 7,0026 M. IKHWANUL ARFAN NASUTION 4,7027 MHD RIKY FADILLAH 7,1028 M. SELFIN WIBIANSYAH 7,0029 MUHAMMAD SYARIF ABDILLAH 3,6030 MIFTA NADYA WAHYUNI 7,0032 MULYANA MEI FANI 6,8333 NADHIRA FAHIRA NASUTION 6,5034 PAISAL SANIY NASUTION 6,5835 POETRIKU PRADHANA 7,3336 RAHMAD IRFAN HARAHAP 7,1037 RAHMAD RAMADANI BONGSU LUBIS 6,4038 SATRIA PRATAMA 7,0039 SUNANTA PRATAMA 6,8340 TEGUH ARDHI SISWORO 5,70       JUMLAH 243,57  RATA-RATA 6,41

5

  NILAI TERENDAH 3,60  NILAI TERTINGGI 7,50

Diolah dari daftar kumpulan nilai yang diperoleh dari lokasi penelitian Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Medan Tembung.

Data nilai harian siswa di atas memaparkan bahwa siswa dengan nilai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 18 siswa, berarti tingkat kelulusan

siswa hanya 45 %, sebanyak 22 siswa tidak mencapai KKM berati 55 % tidak

lulus.

Tabel 2Daftar Kumpulan Nilai Harian IPA Tahun Ajaran 2011/2012

No.2011/2012

NAMA SISWA NILAI1 ALDI PRADICA QODRI 6,502 AMELIA NABILA AMANDA 7,003 ALIF FADLY ROZY 5,404 DARA AZUMA MANURUNG 6,105 DEBI ARIZKI RAHMAN 4,706 DINI SAFIRA 6,407 FEBY ALLIFYA 3,608 FIONA AULIA 6,509 FRIDAYAH SHINTA MAHARANI 7,1010 HIZA MAHENDRA 6,9011 HUMAIRAH PUTRI HASRIN 4,3012 INDAH PERMATA SARI 7,2013 IRMA NINGSIH 3,5014 JULIANI SYAHFITRI 6,8015 KARTIKA JUNIATI 5,4016 KHOIRUL AZWAR 6,8017 MUHAMMAD RIZKI 5,7018 MUHAMMAD AIDIL 7,2019 M. RAFI MUMTAZ NASUTION 7,1020 NADILA RAHMADINI 6,3021 NUR AINUN NISA 6,7022 PANJI KESUMA ARIANTO 2,7023 PUTRI MAISYAROH 7,2024 PUTRI NABILA 6,9025 RAHMAT HIDAYAT 6,0026 RAHMA PUTRI 6,0027 REZA NOVITA 5,7028 RIRIN PUTRI ALI 7,0029 RIRIN SALSABILA 7,4030 SARAH APRILIA 5,8031 SHOUFI RAMADHAN NASUTION 7,3032 SITI HAWA SIREGAR 6,60

6

33 TEGAR AMINATA 5,80       JUMLAH 201,60  RATA-RATA 6,11  NILAI TERENDAH 2,70  NILAI TERTINGGI 7,40

Diolah dari daftar kumpulan nilai yang diperoleh dari lokasi penelitian Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Medan Tembung.

Dari paparan data nilai harian siswa di atas diperoleh keterangan bahwa

siswa yang mencapai nilai KKM hanya 9 siswa berarti tingkat kelulusan siswa

hanya 28 % dan 23 siswa tidak mencapai KKM berarti yang tidak lulus 72 %.

Tabel 3Daftar Kumpulan Nilai Harian IPA Tahun Ajaran 2012/2013

No.2012/2013

NAMA SISWA NILAI1 AHMAD PAUZI NST 6,102 AHMAD FADHIL NUR RANGKUTI 8,203 ANGGI ANGGRAINI LUBIS 7,904 ANGGI SAFITRI NASUTION 8,105 ANWAR FAUZI SITUMORANG 5,606 ANGGI PRAYOGI ROHAM S 5,307 ANIS SA'ADAH 5,108 CUT MUTIAH 5,809 DHEA ANANDA 5,4010 DINDA RAFA ADILLA 6,5011 DINDA Z. MUNAWAROH BATUBARA 6,3012 ELSA HARAHAP 6,2013 ERLANGGA SAPUTRA LUBIS 5,3014 FARHAN FADHILA IMRY 6,1015 FAUZI AL QODRI 5,4016 FAJAR SIDDIK 8,3017 FITRI NABILLA PASARIBU 6,7018 IRSAN SAPUTRA BATUBARA 7,2019 KHAIRAH FIDDARAIN 7,4020 MUHAMMAD AL- QORNI 6,9021 M. ARFI AL FARIZ 7,4022 MUHAMMAD FARIDZ 7,1023 MHD. HARIS SIAGIAN 6,7024 MUHAMMAD BACHRI FIRDAUS 5,1025 M. SALMAN ALFARIZI NST 6,3026 MAULIDAH YUNI NASUTION 5,3027 MEGA AGUSTINA HASIBUAN 7,6028 MUTIA RANI PANE 8,5029 NURHIDAYATI LUBIS 6,40

7

30 RANTIKA DEWI 7,2031 RITA DAMAYANTI SILITONGA 5,7032 ZAHRINA LUBIS 5,90       JUMLAH 209,00  RATA-RATA 6,53  NILAI TERENDAH 5,10  NILAI TERTINGGI 8,50

Diolah dari daftar kumpulan nilai yang diperoleh dari lokasi penelitian Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Medan Tembung.

Dari olahan data nilai harian siswa di atas diperoleh keterangan bahwa

siswa yang mencapai KKM hanya 11 siswa berarti tingkat kelulusan siswa hanya

35 % dan 21 siswa tidak mencapai KKM berarti tingkat yang tidak lullus 65 %.

Data yang dipaparkan pada tabel 1, 2 dan 3 di atas menjadi pembuktian bahwa

setiap tahun sebagian besar siswa memperoleh nilai yang belum mencapai KKM.

Berdasarkan masalah pembelajaran dan pemaparan data di atas, perlu

dilakukan suatu penelitian dengan menggunakan media pembelajaran yang

mengandung nilai permainan. Menurut hemat penulis, permainan yang dekat

dengan dunia anak berusia SD/MI salah satunya adalah permainan Puzzle, oleh

karenanya penulis menyusun rencana penelitian menggunakan media “Game

Puzzle Rangka Manusia” yang dibuat sendiri oleh penulis menggunakan peralatan

sederhana. Saat penggunaan media tersebut, dalam proses pembelajaran nantinya

akan digunakan media audio visual dan media alat peraga (torso) sebagai alat

bantu. Pembuatan dan penggunaan media ini diharapkan merangsang peningkatan

kemampuan profesional guru dalam merancang media pembelajaran sendiri

sehingga mampu melaksanakan pembelajaran yang lebih menyenangkan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian yang akan dilakukan adalah:

8

1. Bagaimana proses pembuatan Game Puzzle Rangka Manusia?

2. Bagaimana menciptakan proses pembelajaran yang baik dengan

memanfaatkan Game Puzzle Rangka Manusia sebagai media pembelajaran?

3. Bagaimana pemanfaatan Game Puzzle Rangka Manusia untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:

1. Memahami bagaimana proses pembuatan media Game Puzzle Rangka

Manusia menggunakan peralatan sederhana

2. Memudahkan guru merancang pembelajaran yang lebih variatif dan inovatif

sehingga dengan penggunaan media Game Puzzle Rangka Manusia siswa

menjadi aktif dalam proses penggalian dan penelaahan materi pelajaran

walaupun siswa dalam ruang kelas mencapai 30-40 orang

3. Media Game Puzzle Rangka Manusia menjadi solusi bagi guru untuk

menyampaikan materi rangka manusia menjadi lebih nyata sehingga peserta

didik benar-benar memahami materi tersebut melekat dalam kehidupan

sehari-hari

4. Dengan menggunakan media Game Puzzle Rangka Manusia prestasi belajar

siswa pada mata pelajaran IPA materi pembelajaran rangka manusia

diharapkan mampu mencapai atau melebihi KKM

D. Manfaat Penelitian

9

Adapun mafaat yang dapat diperoleh dari penggunaan Game Puzzle

Rangka Manusia sebagai media pembelajaran dalam proses belajar IPA materi

rangka manusia:

1. Sebagai panduan bagi guru atau peneliti lain mengenai prosedural

pembuatan media pembelajaran sendiri dengan menggunakan peralatan

sederhana. Sehingga, dalam proses pembelajaran guru tidak hanya

menggunakan media pembelajaran yang dapat di beli dengan mudah di

pasaran dan peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis mampu

membuat media pembelajaran dengan bentuk yang lainnya.

2. Untuk mencari peningkatan prestasi belajar siswa, diarahkan untuk

memberikan pemahaman kepada siswa bahwa materi pembelajaran IPA

bukan konseptual semata, melainkan berkaitan langsung dengan kehidupan

nyata, pembelajaran materi tersebut memang melekat dalam diri siswa dan

berpengaruh langsung dalam kehidupan sehari-hari siswa.

3. Bagi kepala sekolah bermanfaat untuk pemantauan pengembangan

perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses semua materi pembelajaran

yang dilakukan oleh guru khususnya pelajaran IPA dengan fokus

pembahasan rangka manusia.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian ini dibatasi pada mata pelajaran IPA kelas IV yang

mencakup:

10

1. Standar Kompetensi: Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan dengan fokus

memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta

pemeliharaannya

2. Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh

manusia dengan fungsinya dan enerapkan cara memelihara kesehatan kerangka

tubuh

3. Uraian Materi:

a. Bagian-bagian rangka manusia

b. Fungsi rangka manusia

c. Perawatan rangka manusia

F. Originalitas Penelitian

Setiap rencana penelitian yang akan dilakukan harus benar-benar berbeda

dengan penelitian yang pernah dilaksanakan oleh peneliti lain, agar karya ilmiah

yang disusun benar-benar orisinil dan tidak mengandung unsur plagiasi

sedikitpun. Dibawah ini dipaparkan beberapa penelitian terdahulu untuk melihat

persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti lain dengan rencana

penelitian yang akan dilakukan.

Tabel 4Analisis Penelitian Yang Akan Dilakukan Dengan Penelitian Sebelumnya

No Nama Peneliti, Bentuk, Metode Judul Dan Tahun Penelitian

Tujuan Penelitian Kesimpulan Penelitian

1. Hadi Sutopo (Mhasiswa Pascasarjana UNJ), Disertasi, Reasearch And Development (R&D), Pengembangan Model Pembelajaran Pembuatan Aplikasi Multimedia Khususnya Puzzle Game Pada Mata Kuliah Multimedia Di Universitas Tarumanagara Dan Fakultas Teknologi Informasi Universitas Persada

Mengembangkan model pembelajaran pembuatan aplikasi multimedia khususnya puzzle game dalam bentuk CD-ROM, yang menjadi bagian dari mata kuliah Multimedia.

1. Dengan model pembelajaran pembuatan aplikasi multimedia khususnya puzzle game mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan untuk membuat desain dan pemrograman dalam membuat puzzle game.

2. Keterampilan pemrograman dan desain akan mendorong kreativitas mahasiswa untuk

11

Indonesia YAI Tahun Akademik 2007/2008, Tahun 2010.

membuat aplikasi multimedia seperti visualisasi, company profile, pembelajaran, hiburan dan lainnya. Agar dapat menciptakan aplikasi multimedia yang baik, mahasiswa harus menguasai desain dan pemrograman serta mampu mengembangkan kreativitasnya.

3. Dosen mata kuliah lain dapat mengembangkan model pembelajaran dengan komputer karena memudahkan mahasiswa untuk memahami materi kuliah, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Any Herawati (Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang), Tesis, Metode Penulisannya Menggunakan Mixed Research, Pembelajaran Kooperatif TAI Dan game Puzzle Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMA Negeri 3 Malang, Tahun 2012.

1. Meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep mata pelajaran matematika fungsi komposisi dan fungsi invers menggunakan model Pembelajaran Kooperatif TAI dan Game Puzzle di SMA negeri 3 Malang

2. Memahami prosedural penerapan model Pembelajaran Kooperatif TAI dan Game Puzzle dalam meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep mata pelajaran matematika fungsi komposisi dan fungsi invers di SMA negeri 3 Malang

3. Untuk meneliti respon siswa terhadap penerapan model Pembelajaran Kooperatif TAI dan Game Puzzle dalam meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep mata pelajaran

1. Pembelajaran kooperatif TAI Dan Game Puzzle yang dirancang pada Bab III dan dilaksanakan pada siswa XI IPA 1 SMA Negeri 3 Malang berhasil meningktakan motivasi belajar dan pemahaman konsep mata pelajaran matematika fungsi komposisi dan fungsi invers

2. Pembelajaran Kooperatif TAI dan Game Puzzle yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep mata pelajaran matematika dalam penelitian tersebut memiliki beberapa tahap.

a. Tahapan persiapan pembelajaran

b. Tahapan Penyajian materic. Tahap belajar individud. Tahap belajar kelompoke. Tahap diskusi kelasf. Tahap tes individualg. Tahap penerapan game

puzzleh. Tahap penerapan

kelompoki. Guru memberikan tes akhir

3. Respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif TAI dan game puzzle ini

12

matematika fungsi komposisi dan fungsi invers di SMA negeri 3 Malang

adalah sangat positif yang berarti siswa menganggap bahwa model pembelajaran ini menyenangkan, tidak membosankan, meningkatkan pemahaman siswa dan memberi motivasi belajar untuk memperoleh skor tes hasil belajar

3. Angga Tri Aprilia (Mahasiswa Universitas Negeri Malang), Skripsi, penelitian tindakan kelas, Penerapan Media Crossword Puzzle Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV B SDN Penanggung Kecamatan Klojen Kota Malang, Tahun 2012.

1. Mendeskripsikan penerapan media crossword puzzle dalam pembelajaran IPS materi koperasi, Mendeskripsikan peningkatan Aktivitas belajar siswa pembelajaran IPS materi koperasi, Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar IPS materi koperasi.

1. Penggunaan media crossword puzzle membuat siswa menjadi lebih aktif, senang, bersemangat belajar, serta pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna bagi siswa.

2. Dengan menggunakan media crossword puzzle aktivitas belajar siswa menjadi meningkat

3. Dengan penggunaan media crossword puzzle hasil belajar siswa menjadi meningkat.

4. Pipit Pudji Astutik (Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang Prodi Pendidikan Dasar), Tesis, Metode Penelitian Memodifikasi Model 4D (Four D Model), Pengembangan Bahan Ajar Materi KPK dan FPB Berbasis Pendidikan Matematika Realistik (PMR) berbantuan Puzzle, Tahun 2013.

Menghasilkan bahan ajar materi KPK dan FPB berbasis Pendidikan Matematika Realistik (PMR) berbantuan Puzzle yang valid, praktis dan efektif untuk siswa kelas IV SDN Tunjung sekar.

Bahan ajar yang telah disusun berbasis Pendidikan Matematika Realistik (PMR) berbantuan Puzzle memiliki kelebihan dan kelemahan. Oleh karenanya, pengembangan bahan ajar ini hanya pada sampai tahap D3 dari D4. Untuk penyebaran (diseminasi) sebaiknya perlu dilakukan uji validasi terlebih dahulu. Karena, bahan ajar ini berdasarkan hasil analisis masalah pembelajaran dan analisis karakteristik siswa dalam pembelajaran matematika di SDN Tanjungsekar 3 Kota Malang.

5. Gendot Budiyono (Mahasiswa Pascasarjana Prodi Pendidikan dasar), Tesis, Penelitian Tindakan Kelas Dengan Pendekatan Kualitatif, Penerapan Metode Group Investigation Dipadu Dengan Game Puzzle untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 1

1.Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 1 Bondowoso tahun pelajaran 2009/2010 dengan menggunkan Metode Group Investigation dipadu dengan Game Puzzle

2. Meningkatkan Hasil

1. Sintaks Group Investigation yang terdiri dari selesksi topik, perencanaan kooperatif, implementasi, analisis dan sintesis, presentasi dan evaluasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa

2. Penerapan metode Group Investigation yang diapdu dengan Game Puzzle dapat

13

Bondowoso, Tahun 2011. Belajar Biologi Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 1 Bondowoso tahun pelajaran 2009/2010 dengan menggunkan Metode Group Investigation dipadu dengan Game Puzzle

meningkatkan aktivitas siswa, dari nilai aktivitas siswa siklus I 73,63% menjadi 89,57% pada siklus II.

3. Penerapan metode Group Investigation yang diapdu dengan Game Puzzle dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa meningkat dari 74,07% pada siklus I menjadi 96,26% pada siklus II. Hasil belajar afektif secara klasikal tidak mengalami peningkatan dari siklus I dan II yaitu 96,29% tetapi mengalami peningkatan pada rata-rata kelas dari siklus I 81,29 menjadi 89,26 pada siklus II. Hasil belajar psikomotor meningkat dari 77,785 pada siklus I menjadi 100% pada siklus II.

6. Dianita Solikha Rahayu, Tesis, Penelitian Tindakan kelas Model Hopkins, Penerapan Media Puzzle Untuk meningkatkan, Keterampilan membaca Al-Quran Siswa Slow Learner Di SDN merjosari III Malang, Tahun 2013.

1. Mendeskripsikan Penerapan Media Puzzle Untuk meningkatkan, Keterampilan membaca Al-Quran Siswa Slow Learner Di SDN merjosari III Malang

2. Mengetahui peningkatkan, Keterampilan membaca Al-Quran Siswa Slow Learner Di SDN merjosari III Malang

1. Penerapan media puzzle dapat meningkatkan, Keterampilan membaca Al-Quran Siswa Slow Learner Di SDN merjosari III Malang

2. Berdasrkan hasil uji coba menyatakan bahwa media puzzle efektif digunakan untuk meningkatkan keterampilan membaca Al-Quran Siswa Slow Learner Di SDN merjosari III Malang

G. Hipotesis Penelitian

Dengan memahami usia siswa pada tingkat pendidikan SD/MI khususnya

kelas IV yang masih memiliki keinginan bermain yang begitu besar serta

berdasarkan penelitian terdahulu yang dipaparkan pada tabel 4 di atas, hipotesis

penelitian ini adalah dengan penggunaan media Game Puzzle Rangka Manusia

proses pembelajaran mejadi lebih aktif dan menyenangkan serta dapat

14

meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi rangka

manusia di MIN Medan Tembung.

H. Definisi Operasional

Dari judul penelitian Game Puzzle Rangka Manusia (Penelitian Tindakan

Kelas Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Kelas Iv Di

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Medan Tembung Tahun Ajaran 2013/2014)

pembatasan istilah pada penelitian tersebut dijelaskan di bawah ini.

1. ” Game Puzzle Rangka Manusia “ adalah media pembelajaran berbentuk

permainan menysusun bagian-bagian rangka manusia yang dibuat sendiri oleh

peneliti menggunakan peralatan sederhana.

2. “Penelitian Tindakan Kelas” adalah penelitian reflektif yang dilakukan oleh

guru, hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian

mengajar serta merupakan penelitian tentang, untuk dan oleh

masyarakat/kelompok sasaran dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi dan

kolaborasi antara peneliti dan kelompok sasaran.5

3. “Meningkatkan Prestasi Belajar” dalam penelitian ini maksudnya adalah suatu

upaya yang dilakukan guru dalam mengemas pembelajaran dengan

menggunakan media Game Puzzle Rangka Manusia dibantu dengan media

Audio Visual Dan Alat Peraga Torso agar proses belajar lebih baik lagi dan

prestasi belajar siswa pun meningkat.

4. ”Mata Pelajaran IPA” ini merupakan salah satu mata pelajaran eksakta yang

diajarkan mulai dari SD/MI, SMP/MTs dan SMA?MA. Dalam penelitian ini,

5 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Indeks, 2011), h. 8.

15

materi IPA yang menjadi pokok penelitian adalah IPA pada tingkat SD/MI

semester I (Ganjil) yaitu ”Rangka Manusia” pada BAB I dalam buku pelajaran

Akrab Dengan Dunia IPA yang disusun oleh Muchammad Azam.

5. ”Madrasah Ibtidaiyah Negeri Medan Tembung (MIN) Medan Tembung”

merupakan lokasi penelitian yang ada di Kecamatan Medan Tembung tepatnya

beralamt di Jl. Pertiwi Ujung No. 96 Kelurahan Bantan Kecamatan Medan

Tembung.

I. Kajian Pustaka

1. Pengertian Belajar

Di bawah ini dipaparkan pengertian belajar menurut para ahli pendidikan:

1. Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Psikologi Belajar, bahwa belajar

adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat.6

2. Slameto menjelaskan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, berupa hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.7

3. Menurut Suryasubrata, seseorang disebut belajar bila: belajar itu membawa

perubahan (dalam diri behavior changes, aktual maupun potensial),

perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan kecakapan baru dan

perubahan itu terjadi karena usaha sengaja.8

6 Syaful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta,2008), h 12 .7 Slameto, Belajar Dan Factor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta,

1991), h. 2.8 Suryasubrata, Psikologi Pendidikan,(Jakarta: Rajawali Press, 1993), hlm. 246

16

4. Sardiman menerangkan belajar adalah suatu perubahan, dalam hal ini yang

dimaksud dengan perubahan adalah tingkah laku. Jadi setelah belajar,

individu-individu akan mengalami perubahan baik yang dapat kita lihat dari

bentuk perbuatan maupun dalam bentuk fisikis. Perubahan dalam

kecakapan, keterampilan, dan juga pengetahuan.9

5. Oemar Hamalik mengatakan belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dan

perkembangan ataupun perubahan dalam diri seseorang yang menyatakan

dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.

Tingkah laku yang baru itu adalah pengetahuan, pengertian, sikap,

kebiasaan, sifat sosial, emosional dan pertumbuhan fisik.10

6. Winkel juga menjelaskan bahwa belajar adalah Suatu aktivitas mental psikis

yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan

perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.

Perubahan itu bersifat relatif, konstan, dan berbekas.11

7. Menurut Tabarani Rusyan dalam bukunya pendekatan dalam proses belajar

mengajar mengemukakan pendapat Belajar adalah memodifikasi atau

memperteguh kelakuan melalui pengalaman. pengertian ini berbeda dengan

pengertian lama tentang belajar yang menyatakan bahwa belajar adalah

memperoleh pengetahuan,bahwa belajar adalah latihan-latihan pembentuk

kebiasaan secara otomatis, dan seterusnya.12

9 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali, 1992), h. 2110 Oemar Hamalik, Metode Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan Belajar (Bandung: Tarsito,

1975), h. 28. 11 Winkel, W, Psikologi Pendidikan (Bandung: Gramedia, 2003), h. 36.12 Tabrani Rusyan, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja

Rosdakarya , 1989), h 7.

17

Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap

diri seorang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi

antara seseorang dengan lingkungannya. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu

telah belajar adalah adanya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan

dan sikapnnya.

Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar disimpulkan

bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi

dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dalam ajaran Islam banyak menunjukkan pentinngnya belajar untuk diri

sendiri dan juga untuk orang lain. Allah berfirman tentang cara bagaimana

mengarahkan dan mengajari orang lain hendaknya disampaikan dengan cara yang

lemah lembut. Firman Allah dalam Al-Quran Surat An-Nahl ayat 125:

Artinya: “serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang

baikSesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang

siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk”.(Q.S Al-Nahl 125).

Dari ayat Al-Quran di atas menganjurkan bahwa dalam menyampaikan

materi kepada peserta didik dengan cara yang baik maka hasil yang akan

diperoleh juga akan baik. Berdasarkan ayat di atas pula Rasululllah SAW

18

menjelaskan tentang kewajiban setiap muslim untuk menuntut ilmu pengetahuan,

seperti diriwayatkan oleh Muslim.

ل�م� س� و� ع�ل�يه� الله� ل�ى ص� الله� ول� س� ر� ال� ق� ال� ق� ة� ير� ر� ه� ا�ب�ي ل�ك� : ع�ن س� و�م�ن

ن�ة� الج� ا ال�ى ط�ر�يق� ل�ه� الله� ل� ه� س� لم�ا ع� يه� ف� ي�لت�م�س ا مسلم (ط�ر�يق� )رواه

“Dari Abu Hurairah R.A., ia berkata: Bahwasannya Rasulullah SAW

bersabda: Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan

memudahkan bagi orang itu karena ilmu tersebut jalan menuju ke surga”. (H.R.

Muslim).13

Dari beberapa Definisi di atas maka belajar memeliki ciri-ciri yaitu:

(1) Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu.

Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengethauan atau kognitif saja

tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan

(psikomotor)

(2) perubahan itu merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang

terjadi pada individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan

lingkungan . interaksi ini dapat berupa interaksi fisik dan psikis

(3) perubahan  perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen.

Definisi belajar di atas sejalan dengan kesimpulan belajar di bawah ini:

1. Belajar adalah suatu usaha, yang berarti perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, sistematis, dengan mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik maupun mental

2. Belajar bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam diri antara lain perubahan tingkah laku diharapkan ke arah positif dan ke depan

3. Belajar juga bertujuan untuk mengadakan perubahan sikap, dari sikap negatif menjadi positif, dari sikap tidak hormat menjadi hormat, dan sebagainya

13 Muhammad Faiz Al-Math, 1100 Hadist Terpilih (Jakarta: Gema Insan Pers, 1995), h. 206.

19

4. Belajar bertujuan mengadakan perubahan kebiasaan dari kebiasaan buruk, menjadi kebiasaan baik. Kebiasaan buruk yang harus dirubah tersebut untuk menjadi bekal hidup seseorang agar dia dapat membedakan mana yang dianggap baik di tengah-tengah masyarakat untuk dihindari dan mana pula yang harus dipelihara

5. Belajar bertujuan mengadakan perubahan pengetahuan berbagai bidang ilmu, misalnya tidak tahu membaca menjadi tahu membaca, tidak dapat menulis jadi dapat menulis, dari tidak tahu berhitung menjadi tahu berhitung, dari tidak tahu berbahasa Arab menjadi bisa berbahasa Arab.

6. Belajar dapat mengadakan perubahan dalam hal keterampilan, misalnya: keterampilan bidang olag raga, bidang kesenian, bidang teknik dan sebagainya.14

Dari berbagai definisi belajar yang telah dikemukakan para ahli di atas,

penulis mendefinisikan belajar sebagai suatu usaha sadar yang dilakukan untuk

mengadakan perubahan dalam diri seseorang yang mencakup perubahan tingkah

laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan dan keterampilan.

2. Prestasi Belajar Siswa

Proses belajar mengajar di kelas mempunyai tujuan yang bersifat

transaksional, artinya diketahui secara jelas dan operasional oleh guru dan siswa.

Tujuan akan tercapai jika siswa memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan

di dalam proses belajar mengajar tersebut. Oleh sebab itu hasil belajar harus

dirumuskan dengan baik untuk dapat dievaluasi pada akhir pembelajaran. Hasil

belajar matematika tentu saja harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan

matematika yang telah dicantumkan dalam garis-garis besar program pengajaran

matematika di sekolah dengan tidak melupakan hakikat matematika itu sendiri.

Hasil belajar yang mendasari suksesnya pelaksanaan pendidikan adalah

merubah pandangan atau persepsi setiap individu yang terlibat langsung dalam

pendidikan. Dari berbagai definisi belajar maka perubahan tingkah laku itu bisa

14 Mardianto, Psikologi Pendidikan Landasan Bagi Pengembangan Strategi Pembelajaran, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2009), h. 35-36

20

saja dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru, perubahan dalam

sikap dan kebiasaan, perubahan pandangan, kegemaran dan lain-lain. Kegiatan

dan usaha untuk mencapai tingkah laku merupakan proses belajar sedangkan

perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar.

Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu “Hasil dan Belajar”. Hasil

merupakan akibat dari yang ditimbulkan karena berlangsungnya suatu proses

kegiatan. Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh

perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya. Hamalik mengatakan bahwa : “Hasil belajar adalah terjadinya

perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapa diamati dan diukur dalam

bentuk perubahan pengetahuan sikap dan ketrampilan. Perubahan tersebut

diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan

dengan sebelumnya, misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang

sopan menjadi sopan”.15

Selanjutnya Nana Sudjana dalam bukunya penilaian hasil proses belajar

mengajar hasil belajar adalah: “kemampuan–kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya .16 Horward Kingsley membagi tiga

macam hasil belajar , yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan

pengertian, (c) sikap dan cita-cita.

Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar , yakni (a)

informasi verbal, (b) ketrampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan

(e) keterampilan motoris. Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang

15 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran (Bandung: Bumi Aksara, 2007), h. 30.16 Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2005), h. 22.

21

secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah , yakni ranah kognitif, ranah

afektif , ranah psikomotoris.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

tujuh aspek, yakni pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis ,dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat tinggi .

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek , yakni

penerimaan , jawaban atau reaksi , penilaian , organisasi , dan internalisasi .

Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan

reflex, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d)

keharmonisan dan ketetapan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan

ekspresif dan interpretatife. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil

belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai

oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam

menguasai isi bahan pengajaran .

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin

dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materil, dan

lain-lainl.17

Salah satu tugas pokok guru ialah mengevaluasi taraf keberhasilan

rencana dan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Untuk melihat sejauh mana

taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar peserta didik secara tepat(valid) dan

dapat dipercaya (reliable), kita memerlukan informasi yang didukung oleh data

17 Ibid ,h. 28.

22

yang objektif dan memadai tentang indikator-indikator perubahan prilaku dan

pribadi peserta didik.

Dengan demikian teranglah sejauh mana kecermatan evaluasi atas taraf

keberhasilan proses belajar mengajar itu akan banyak bergantung pada tingkat

ketepatan, kepercayaan, keobjektifan, dan keresponaktifan informasi yang

didukung oleh data yang diperoleh.

Siswa yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan

pembelajaran atau tujuan intruksional. Dalam hal ini tujuan pengajaran tidak

hanya sekedar pada dimensi kognitif saja, tetapi juga pada aspek afektif, dan

psikomotorik. ketiga dimensi tujuan belajar ini sesuai dengan tiga ranah hasil

belajar menurut Bleong dalam Abdurrahman yaitu : kognitif, afektif dan

psikomotorik. Selanjutnya, adapun karakteristik perubahan hasil belajar menurut

Syah ada tiga perubahan,yaitu: “ (1) perubahan itu intensional, (2) perubahan itu

positif dan aktif, (3) perubahan itu efektif dan fungsional “.18

3. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Abu Ahmadi Dan Widodo Supriyono menerangkan bahwa

faktor-faktor yang memepengaruhi prestasi belajar siswa ada dua hal yaitu:

1. Faktor internal, yaitu faktor jasmaniah, psikologi yang terdiri atas faktor

intelektif yang meliputi faktor kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan

nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki, faktor non intelektif yaitu unsur-

unsur kepribadian tertentu, kemudian faktor internal yang terakhir faktor

kematangan fisik maupun psikis.

18 Syah. Psikologi Belajar,( Jakarta :PT Raja Grafindo Persada, 2003),h. 144.

23

2. Faktor eksternal yaitu faktor sosial terdiri atas lingkungan keluarga, sekolah,

masyarakat dan lingkungan kelompok. Faktor budaya, faktor lingkungan fisik

dan faktor lingkungan spiritual atau keamanan.19

Sejalan dengan hal di atas Dimyati dan Mujiono merincikan lagi faktor-

faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah sebagai berikut, yaitu:

1. Faktor Internal

1. Sikap terhadap belajar. Sikap terhadap belajar dapat menerima, menolak,

atau mengabaikan kesempatan belajar. Sikap tersebut dapat berpengaruh

terhadap hasil belajar.

2. Motivasi belajar. Motivasi belajar pada siswa dapat lemah, lemahnya

motivasi dapat melemahkan kegiatan belajar yang selanjutnya akan

menurunkan hasil belajar.

3. Konsentrasi belajar. Konsentrasi belajar merupakan kemampuan

memusatkan perhatian pada pelajaran. Untuk meningkatkan konsentrasi

diperlukan strategi belajar mengajar yang tepat dan mempertimbangkan

waktu belajar serta selingan istirahat.

4. Mengolah bahan belajar. Merupakan kemampuan siswa untuk menerima

isi dan cara memahami materi pelajaran yang telah dan akan diberikan,

sehingga menjadi bermakna bagi siswa.

5. Menyimpan perolehan hasil belajar. Kemampuan siswa menyimpan

perolehan hasil belajar dapat berlangsung dalam waktu lama dan pendek.

Bagi siswa yangberkemampuan tinggi hasil belajar dapat melekat lama,

19 Abu Ahmadi Dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 130-131

24

sedangkan siswa yang berkemampuan sedang hasil belajar lebih mudah

lupa.

6. Rasa percaya diri. Timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan

berhasil.

7. Intelegensi dan keberhasilan belajar. Intelegensi merupakan suatu

kecakapan global untuk dapat bertindak secara terarah. Kecakapan siswa

dalam bertindak dan berpikir mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa

dalam memperoleh prestasi belajar. Perolehan hasil belajar yang rendah

disebabkan intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar.

8. Kebiasaan belajar. Kebiasaan belajar sangat mempengaruhi kesuksesan

dalam mencapai tujuan.20

b. Faktor Eksternal

1. Guru sebagai pembina siswa belajar. Guru adalah pengajar yang

mendidik, bukan sekedar mentransfer pengetahuan tetapi juga membentuk

sikap dan tingkah laku dari peserta didik. Oleh karena itu, guru harus

menggunakan metode-metode yang bervariasi dalam menyampaikan

pembelajaran agar peserta didik tidak bosan atau jenuh dalam proses

pembelajaran.

2. Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana yang memadai dapat

membatu meningkatkan hasil belajar. Karena sarana dan prasarana ini dapat

memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan

oleh seorang guru.

20 Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran ( Jakarta:. Rineka Cipta, 1999), h. 228.

25

3. Kebijaksanaan Penilaian. Keputusan tentang hasil belajar merupakan

puncak harapan siswa. Siswa secara kejiwaan terpengaruh oleh hasil belajar,

oleh karena itu guru harus aktif dan bijaksana dalam penilaian.

4. Lingkungan sosial siswa di sekolah. Lingkungan sosial belajar yang

kondusif sangat berpengaruh pada hasil belajar dan menumbuhkan perilaku

yang positif.21

Sejalan dengan hal di atas Slameto dan Oemar Hamalik juga menjelaskan

faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya tetapi dapat

digolongkan menjadi 2 golongan yaitu: faktor intern dan faktor ekstren. Menurut

Slameto “faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang

belajar, faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu”. 22 Selain itu dan

dengan penjelasan yang hampir sama Slameto memaparkan “faktor yang

mempengaruhi belajar ada dua jenis, yaitu: faktor intern dan faktor ekstren, faktor

intern dibahas menjadi 3 bagian, yaitu: faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor

kelelahan. Faktor ekstren dikelompokkan menjadi 3 faktor , yaitu: faktor keluarga,

faktor sekolah dan faktor masyarakat”.

Seperti yang diungkapkan Hamalik hasil belajar akan tampak pada setiap

perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah: (1).

Pengetahuan, (2). Pengertian, (3). Kebiasaan, (4). Keterampilan, (5). Apresiasi,

(6). Emosional, (7). Hubungan sosial, (8). Jasmani, (9). Etis atau budi pekerti,

(10). Sikap”. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom “hasil belajar dalam rangka

21 Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran ( Jakarta:. Rineka Cipta, 1999), h. 228.

22 Slameto, op. cit., h. 54.

26

studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain koognitif, afektif dan

psokomotor”.23

Hasil belajar juga terpengaruh bagaimana cara menyajikan secara

menyenangkan dan tak terlupakan, dalam hal ini ada cara untuk mengakhiri

sebuah pelajaran agar siswa mengingat apa yang telah dia pelajari dan memahami

cara penerapannya di masa mendatang. Fokusnya ialah pada apa yang sudah kita

kerjakan kepada mereka, namun mereka sudah lupa tentangnya, menurut

Silberman tehni-tehniknya dirancang untuk melakukan salah satu atau beberapa

dari yang berikut ini: a) Peninjauan: mengingat dan mengihtisarkan apa yang telah

dipelajari, b) Penilaian diri: mengevaluasi perubahan-perubahan pengetahuan,

keterampilan atau sikap, c) Perencanaan masa mendatang: menentukan bagaimana

siswa akan melanjutkan belajarnya secara pelajaran berakhir, d) Ungkapan

perasaan terakhir: menyampaikan pikiran, perasaan dan persoalan yang dihadapi

siswa pada akhir pelajaran.24

Prestasi yang dicapai siswa sudah pasti berbeda-beda, hal ini disebabkan

siswa memkiliki bakat, kemampuan, ciri dan keunikan yang membedakan antara

satu siswa dengan siswa yang lainnya. Prestasi belajar yang dicapai oleh seorang

individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya

baik dari dalam diri (faktor internal) maupun faktor dari luar diri (faktor eksternal)

individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

penting sekali diketahui dan dipahami oleh tenaga pendidik dan peserta didik agar

23 Hamalik, op. cit., h. 117.24 Santika, op.cit., h. 45.

27

tenaga pendidik mampu mengarahkan dan membantu peserta didik dalam

mencapai prestasi yang sebaik-baiknya setelah proses pembelajaran dilaksanakan.

Secara sederhana faktor yang mempengaruhi prestasi siswa dapat dilihat

dalam bentuk skema di bawah ini:

Skema di atas menggambarkan bahwa dalam proses pembelajaran yang

dijalani oleh siswa faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, mulai dari

peserta didik itu memasuki suatu lembaga pendidikan hingga akhirnya selesai

sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

4. Cara Mendapatkan Prestasi Belajar Yang Baik

Dalam mendapatkan hasil belajar yang baik tidak lepas dalam peran

bagaimana guru mengajarkan materi pelajaran, cara pembelajaran IPA yang

efektif dan insfitatif menurut harus diberikan melalui kegiatan bermain yang

menyenangkan dan didukung oleh lingkungan yang penuh ketenangan, kasih

sayang serta memberikan keleluasan kepada anak untuk sepenuhnya untuk

bereksplorasi”.

28

Guru, Metode Kurikulum

Siswa Yang Berhasil (Out Put)

Proses Pembelajaran

Siswa

Baru Masuk

Lingkungan, Sarana Dan Prasarana

Pengajaran yang mengasah kecerdasan majemuk siswa sekolah dasar lebih

menyenangi kegiatan yang sifatnya bermain. Guru harus dapat memberikan

metode pembelajaran yang menyenangkan sekaligus dapat mengasah kecerdasan

majemuk mereka”. Bagian ini berisi tehnik-tehnik pengajaran yang bisa

digunakan pada saat mengajarkan inti dari pelajaran anda. Beraneka ragam

altennatif disediakan dan semuanya secara halus menekankan siswa untuk

memikirkan, merasakan dan menerapkan.

Ada beberapa alternatif yang dapat membantu siswa mendapatkan

pengetahuan dan keterampilan. Menurut Silberman alternatif-alternatif itu antara

lain: a). Proses belajar mengajar satu kelas penuh: pengajaran yang dipimpin oleh

guru yang mensimulasi seluruh siswa, b). Diskusi kelas: dialog dan debat tentang

persoalan-persoalan utama, c). Pengajuan pertanyaan: siswa meminta penjelasan,

d). Kegiatan belajar kalaboratif: tugas dikerjakan secara bersama dalam

kelompok kecil, e) Pengajaran oleh teman sekelas: pengajaran oleh teman sendiri,

f). Kegiatan belajar mandiri: aktifitas kegiatan yang dilakukan perseorangan, g).

Kegiatan belajar aktif: kegiatan yang membantu siswa memahami perasaan, nilai-

nilai dan sikap mereka.25

Tingkat keberhasilan setiap guru berbeda-beda tergantung persepsi guru

tersebut. Akan tetapi ada satu acuan keberhasilan tersebut menurut Djamarah dan

Aswan “suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatan

berhasil apabila tujuan instruksional khusus (TIK)-nya atau yang sekarang

disebut sebagai indikator dapat tercapai”.26

25 Silberman, Active Learning (Bandung: Nusa Media, 2009), h. 13.26 Djamara dan Aswa, op. cit., h. 107.

29

Sehubungan dengan hal ini keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas

beberapa tingkatan atau taraf. Menurut Djamarah dan Aswan tingkatan

keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:

1). Istimewa/maksimal: apabila seluruh bahan pengajaran yang diajarkan itu

dapat dikuasai oleh siswa,

2). Baik sekali/optimal: apabila sebagian besar 76% s.d. 99% bahan pengajaran

yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa,

3). Baik/minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75%

saja dikuasai oleh siswa,

4). Kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai

oleh siswa.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan

kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari

Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu:

Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan

keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan

refleks, (b) ketrampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perceptual, (d)

30

keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan ketrampilan kompleks, dan (f) gerakan

ekspresif dan interpretative.

5. Pengertian Media

Menurut Mujiono dalam proses belajar mengajar ada empat komponen

penting yang berpengaruh bagi keberhasilan belajar siswa, yaitu bahan belajar,

suasana belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subyek

pembelajaran. Komponen-komponen tersebut sangat penting dalam proses belajar,

sehingga melemahnya satu atau lebih komponen dapat menghambat tercapainya

tujuan belajar yang optimal.

Media sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar dan

sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran dipilih atas dasar tujuan dan

bahan pelajaran yang telah ditetapkan, oleh karena itu guru sebagai subyek

pembelajaran harus dapat memilih media dan sumber belajar yang tepat, sehingga

bahan pelajaran yang disampaikan dapat diterima sisa dengan baik.

Media menurut Gerlach dan Ely adalah manusia, materi atau yang

membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,

keterampilan atau sikap. Di dalam pengertian ini guru, buku, teks dan lingkungan

sekolah merupakan media secara lebih khusus, pengertian media dalam belajar

mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photogtafis atau elektronis

untuk menangkap, memperoses dan menyusun kembali informasi visual atau

verbal.27

Media merupakan suatu alat yang dapat memudahkan seorang guru dalam

mengajarkan mata pelajaran. Media yang dipergunakan atau dimanfaatkan mulai

27 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 3.

31

dari yang sederhana sampai yang rumit harus disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai dan situasi yang efektif.

Menurut Achsin “bahwa perluasan konsep tentang media, dimana

teknologi bukan sekedar benda, alat, bahan atau perkakas tetapi tersimpul pula

sikap, perbuatan, organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan

ilmu”. 28

Berdasarkan Definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang

besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media

pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan

belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa.

6. Macam-macam Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi

tergantung pada sudut mana melihatnya. Sell dan Richey “Berdasarakan

perkembangan teknologi tersebut media pembelajaran dapat dikelompokkan ke

dalam empat kelompok, yaitu (1). Media hasil teknologi cetak, (2). Media hasil

teknologi audio visual, (3). Media hasil teknologi yang berdasarkan komputer, (4).

Media hasil gabungan teknologi cetak dan computer”. Lain halnya pendapat

Kemp dan Dayton “mengelompokkan media ke dalam delapan jenis, yaitu (1).

Media cetakan, (2). Media panjang (3). Overhead transparacis, (4). Rekaman

audio tape, (5). Seri slide dan flim strifs, (6). Penyajian multi-image, (7).

Rekaman video dan film hidup, dan (8). Komputer”.29

28 Ibid, h. 5.29 Sadiman dkk, Media Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), h. 28.

32

Dari beberapa penjelasan dari para ahli maka dapat disimpulkan bahwa

media memiliki ragam jenis dan kegunaannya, saat proses belajar mengajar tidak

terlepas dengan penggunaan media sebagai fasilitator, sehingga dapat membantu

siswa dalam proses pembelajaran.

7. Penggunaan Media Pembelajaran

Hamalik mengemukakan bahwa “pemakaian media pembelajaran dalam

proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,

membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan pengaruh-

pengaruh psikologis terhadap siswa”. Menurut Djamarah dan Aswan “ media

sumber belajar adalah alat bantu yang berguna dalam kegiatan belajar

mengajar”.30 Berdasarkan penjelasan ini maka dapat dikemukakan bahwa yang

dimaksudkan dengan media pembelajaran adalah alat dan bahan yang

dipergunakan untuk menyalurkan informasi dari pengajar kelompok pembelajar.

Dalam hal ini bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari

proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan

tujuan pembelajar di sekolah pada khususnya.

8. Fungsi Dan Manfaat Media Pembelajaran

Dalam suatu proses belajar mengajar ada dua unsur yang amat penting

yaitu metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan.

Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media

pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus

diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas

30 Djamarah dan Aswan, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 3.

33

dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung dan

konteks pembelajaran termasuk karekteristik siswa.

Levie dan Lentz mengemukakan “empat fungsi media pembelajaran,

khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi efektif, (c) fungsi

kognitif dan (d) fungsi kompensatoris”. Menurut Arsyad “Salah satu fungsi utama

media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi

iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru”.

Dalam pemakaian media pembelajaran memiliki manfaat seperti yang

dikemukakan Hamalik bahwa “pemakaian media pembelajaran dalam proses

belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,

membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa

pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa”.31

Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat

membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi

pelajaran pada saat itu. Disamping membangkitkan motivasi dan minat siswa,

media pengajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman,

menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data

dan memadatkan informasi.

9. Game Puzzle Rangka Manusia

Puzzle berasal dari bahasa inggris yang berarti teka-teki atau bongkar

pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang diaminkan dengan

31 Ibid, h. 15.

34

bongkar pasang.32 Dalam Winatiningrum, senda memaparkan bahwa ada

beberapa manfaat Game Puzzle bagi peserta didik dalam mengikuti proses

pembelajaran, yaitu:

1. Membantu untuk mengerjakan apa yang telah diketahui dalam bentuk yang

lebih sedrhana, sehingga lebih mudah dihafalkan karena membnetuk satu

bangun yang tertentu

2. Membantu untuk mengingat kembali dan merevisikonsep pembelajaran,

membuat peta catatan kerja dan belajar yang sangat baik untuk keperluan

presentasi

3. Membantu untuk mendiagnosis apa yang telah diketahui oleh siswa dalam

bentuk struktur yang mereka bangun seperti menjadi bagan atau gambar

yang sesuai

4. Membantu untuk mengetahuiadanya miskonsepsi pada siswa, contohnya

ketika ujian berlangsung akan terlihat jawaban siswa yang benar-benar

memahamu materi dengan yang tidak

5. Membantu untuk mengetahui kesalahan konsep yang diterima siswa sebagai

dasar untuk pembelajaran selanjutnya sehingga akhirnya efektif untuk

memperbaiki kesalahan konsep yang diterima siswa

6. Membantu untuk mengecek pemahaman siswa akan konsep yang dipelajari,

dimana bagan/gambar yang dibuat oleh siswa sudah benar atau masih salah

7. Membantu untuk merencanakan intruksional pembelajaran, evaluasi dan

untuk mengukur keberhasilan tujuan pembelajaran.33

32 Misbach muzammil, 2010)h. 34.

35

Berdasarkan pemaparan di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa

Game Puzzle adalah sejenis permainan anak-anak yang bertujuan memasangkan

potongan gambar yang satu dengan potongan gambar yang lainnya sehingga

membentuk gambar yang sempurna. Dalam penelitian yang akan dilakukan, akan

dibuat sejenis game edukasi berbentuk puzzle yang terbuat dari gambar rangka

manusia dan dirancang sendiri oleh peneliti dengan berbagai macam alat dan

bahan serat pembuatannya melalui beberapa tahap pengerjaan, game tersebut akan

dibuat secara manual dan tidak memakai cetakan mesin. Pada lmpiran tesis ini

nantinya akan dicantumkan foto proses pembuatan game trsebut.

10. Alat Peraga (Torso)

Dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam khusunya pada tingkat

sekolah dasar diperlukan berbagai macam media pendidikan, agar peserta didik

lebih mudah memahami segala materi pembelajaran yang disampaikan. Dalam hal

kaitannya dengan pembelajaran IPA yang berkaitan dengan materi rang dan alat

indera manusia maka juga harus ditunjukkan kepada peserta didik replika organ

tulang yang ada dalam tubuh yang dinamakan dengan torso.

11. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

a. Pengertian IPA

Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh

meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap dan nila ilmiah. Pengembangan aspek-

aspek tersebut dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kecakapan

33 Winatiningrum, Penerapan Metode Bongkar Pasang/Puzzle Untuk Meningkatkan kualitas Proses Dan Hasil Belajar IPS-Sejarah Kelas VII-A SMP Negeri 4 Kediri, PTK tidak Diterbitkan, Dinas Pendidikan Kota Kediri, 2008, h. 21.

36

hidup (life skills) melalui seperangkat kompetensi, agar siswa dapat bertahan

hidup, menyesuaikan diri, dan berhasil dimasa yang akan datang. Kemampuan ini

membutuhkan pemikiran, antara lain berfikir sistematis, logis, kritis yang dapat

dikembangkan melalui pembelajaran IPA.

Pembelajaran IPA di sekolah dasar merupakan penguasaan siswa terhadap

pengetahuan tentang alam sekitar, yang dipelajari dari fakta-fakta, prinsip-prinsip,

dan proses penemuan. Pengetahuan siswa tentang alam tersebut dapat mencetak

siswa dalam bersikap ilmiah. Namun materi IPA yang diberikan harus disesuaikan

dengan usia dan karakteristik siswa yang bersangkutan. Maksudnya, materi IPA

yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan tingkatan kelas, sehingga

penguasaan pengetahuan tentang IPA dapat bermanfaat baik bagi dirinya maupun

bagi kelestarian lingkungan alam sekitar.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI

dijelaskan mengenai pembelajaran IPA yaitu : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga

IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik

untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan

lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses

pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara

ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat

37

membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam

tentang alam sekitar.

Dari penjelasan tersebut pendidikan IPA menekankan pada pemberian

pengalaman belajar secara langsung. Dalam pembelajaran IPA siswa difasilitasi

untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses. Dalam pembelajaran

tersebut siswa difasilitasi untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses

(keterampilan atau kerja ilmiah) dan sikap ilmiah dalam memperoleh pengetahuan

ilmiah tentang dirinya dan alam sekitar. Keterampilan proses ini meliputi:

keterampilan mengamati dengan seluruh indera; keterampilan menggunakan alat

dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja;

mengajukan pertanyaan; menggolongkan data; menafsirkan data;

mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, serta menggali dan memilah

informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan

masalah sehari-hari.

IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan

cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,

observasi. Pembelajaran IPA sangat penting untuk diberikan di sekolah dasar,

karena IPA sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Untuk itu, tujuan

mata pelajaran IPA di SD/MI secara umum adalah agar siswa dapat menghargai

alam yang ada di sekitar lingkungan siswa dengan cara melestarikan dan

memanfaatkannya, sehingga dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Hakikat Pembelajaran IPA di MI

38

Pembelajaran merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia yang

sekaligus membedakan manusia dengan hewan. Hewan juga belajar tetapi lebih

ditentukan oleh insting, sedangkan bagi manusia, belajar berarti rangkaian

kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Oleh

karena itu, berbagai pandangan yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan

proses budaya untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dan berlangsung

sepanjang hayat. Dalam hal ini, pendidikan IPA juga memegang peranan yang

menentukan bagi perkembangan manusia karena Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga

IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuanyang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan.

J. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain Penelitian

Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Alasan mengapa penelitian ini

dilakukan adalah untuk memaparkan dan memperbaiki proses pembelajaran

dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung guna meningkatkan hasil belajar

siswa dengan alat bantu media audio visual, salah satu alat bantunya dirancang

dengan aplikasi macromedia Flash 8 pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) dengan pokok pembahasan Rangka dan Alat Indera.

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MIN Medan Tembung Tahun Pelajaran

2013/2014 yang berlokasi di Jl. Pertiwi Ujung No. 96 Subjek dalam penelitian ini

39

adalah siswa Kelas IV MIN Medan Tembung sebanyak 1 ruang kelas (Kelas IV

C/Hambali) denga jumlah siswa adalah 32 siswa. Objek penelitian dalam

penelitian tindakan kelas ini adalah aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran IPA.

2. Kehadiran Peneliti

Pelaksanaan penelitian ini rencananya dilaksanakan selama 3 bulan. Yang

dimulai dari kegiatan pembangunan komunikasi dengan segala pihak yang

berkaitan dengan pelaksanaan penelitian (terutama pihak sekolah tempat

penelitian dilaksanakan), survey singkat, pengidentifikasian masalah, persiapan

hal-hal lain yang dibutuhkan pada saat `penelitian hingga pada pelaksanaan

tindakan. Pada tabel di bawah ini dipaparkan rincian singkat kehadiran peneliti di

lokasi penelitian.

Tabel 2

Rincian kegiatan penelitian di MIN Medan Tembung

No. Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan

1 Minggu, 20 Januari 2013 Komunikasi awal dengan

salah satu tenaga

pendidik di lokasi

penelitian dengan Ibu

Sida yang merupakan

guru kelas V A.

Komunikasi melalui

telepon selular

mengenai lokasi

penelitian.

2 Selasa, 22 Januari 2013 Survey awal mulai pukul

07.00 wib s/d 12.00 wib.

Wawancara awal

denga Ibu Wita guru

40

mata pelajaran IPA.

3 Kamis, 13 Juni 2013 Pengajuan pembimbing

tesis dan pengajuan surat

penelitian di kampus.

Diajukan di

resepsionis sekolah

pascasarjana UIN

MALIKI Malang.

4 Jumat, 14 Juni 2013 Pengambilan surat

penelitian dan surat

pembimbing.

Bertempat di

resepsionis UIN

MALIKI Malang

5 Sabtu, 15 Juni 2013 Berangkat ke medan

Pukul 11.00 wib.

Naik bus ALS

(Antar Lintas

Sumatera) dengan

perjalanan 4 hari 3

malam.

6 Selasa, 18 Juni 2013 Masih dalam perjalanan

menuju medan.

Pukul 20.00 wib

sampai di medan.

7 Kamis, 20 Juni 2013 Mengantar surat

Research ke lokasi

penelitian

Ke Ruangan Tata

Usaha

8 28 Juni 2013 Studi pustaka di

perpustakaan daerah

sumatera utara(PUSDA

SUMUT)

Pukul 08.00 – 15.00

wib.

9 4 Juli 2013 Wawancara dengan Pukul 09.00-12.00

41

kepala sekolah di MIN

medan tembung

wib

10 15 Juli 2013 Pengambilan lengkap

profil, foto serta video

Sekolah MIN Medan

Tembung

Pukul 09.00 13.00

wib

11 14 Agustus 2013 Memberikan pengantar

pembelajaran di kelas

dengan media audio

visual yang telah

disiapkan.

Pukul 09.30-10.30

wib

12 24 Agustus 2013 Pre test dan

Pembelajaran di kelas

Siklus I Menggunakan

media yang sudah

disiapkan.

Pukul 08.00-10.00

wib. Dibantu oleh

guru IPA

13 31 Agustus 2013 Pembelajaran Siklus II,

Pemberian latihan.

Pukul 08.00-10.00

wib

14 31 Agustus 2013 Evaluasi penelitian yang

telah dilaksanakan dan

perpisahan bersama

kepala sekolah dan

dewan guru.

Dilakukan sebelum

pulang ke malang

pukul 11.00 wib

hingga selesai.

42

BAGAN MODEL PTK

PERENCANAAN

SIKLUS I

PENGAMATAN

PERENCANAAN

SIKLUS II

PENGAMATAN

REFLEKSI PELAKSANAAN

PELAKSANAANREFLEKSI

?

Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk

siklus yang akan berlangsung lebih dari satu siklus bergantung dari tingkat

keberhasilan dari target yang akan dicapai, dimana setiap siklus bisa terdiri dari

satu atau lebih pertemuan.

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu memberikan tes

awal kepada siswa kelas IV C/Hambali yang bertujuan untuk mengetahui

kemampuan awal siswa. Setelah diberikan tes, barulah dapat diketahui apakah

kemampuan siswa dalam menerima pelajaran cukup baik atau tidak. Dengan

berpatokan peda tes awal tersebut maka dilaksanakan penelitian ini dengan

prosedur yang tersusun oleh Arikunto yang terdiri dari 4 tahapan, yaitu:

1. Perencanaan 3. Pengamatan

2. Pelaksanaan 4. Refleksi34

34 Arikunto, Penelitian Tindak Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 16.

43

Gambar 1. Bagan disusun berdasarkan pendapat oleh Suarsimi Arikunto

Pelaksanaan penelitian ini direncanakan dalam 2 siklus. Adapun

tahapannya sebagai berikut:

Siklus I

a. Tahapan perencanaan

Pada tahap perencanan, peneliti bersama guru kelas membahas teknisi

pelaksanaan penelitian tindakan kelas, antara lain:

3. Menentukan kelas yang akan diteliti serta menentukan materi yang akan

diajarkan sesuai silabus dan kurikulum, yaitu materi kebebasan berorganisasi

yang membahas tentang bagaimana bagaimana berorganisasi di lingkungan

sekolah.

4. Membuat rencana pembelajaran ( RPP) sesuai dengan metode yang digunakan

5. Menyiapkan alat – alat yang akan dipakai sesuai dengan materi yang

dipelajarai

6. Menyiapkan beberapa pertanyaan untuk membangkitkan keaktifan siswa dalam

mengungkapkan pendapat

7. Membuat soal – soal tugas yang akan diberikan pada masing – masing siswa

berdasarkan kompetensi dasar yang dipelajari

8. Membuat lembar observai tentang keaktifan.

9. Menyusun tes untuk mengukur hasil belajar siswa selama tindakan penelitian

diterapkan.

44

b. Tahapan Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini tindakan yang diambil adalah: peneliti melaksanakan

pembelajaran dengan menggunakan Media Audio Visual Alat Peraga Dan Game

Edukatif IPA yang sesuai dengan skenario yang telah disusun pada tahap

perencanaan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain :

1. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas IV C/Hambali MIN Medan

Tembung.

2. Memberikan pengarahan kepada siswa bahwa pembelajaran yang dilakukan

mempergunakan media audio visual.

3. Menerapkan Media Audio Visual Alat Peraga Dan Game Edukatif sesuai

dengan relevansinya pada materi yang sedang diajarkan, sehingga siswa dapat

mengerti dan mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Pada saat

pembelajaran berlangsung, guru dapat menjawab dan menerangkan kembali

jika siswa mengalami kesulitan.

4. Guru mengamati aktifitas siswa dalam pembelajaran.

5. Membimbing siswa membuat kesimpulan mengenai pembelajaran yang

dilakukan dengan menggunakan media audio visual.

6. Guru menanyakan tanggapan siswa mengenai proses belajar mengajar dengan

menggunakan Media Audio Visual Alat Peraga Dan Game Edukatif IPA.

7. Setelah proses belajar mengajar siswa diberikan tugas post test I.

c. Tahapan Observasi

Observasi yang dilakasanakan meliputi implementasi dalam monitoring

pada proses pembelajaran di kelas secara langsung. Observasi terhadap

45

pelaksanaan tindakan secara khusus dan proses pembelajarn secara umum dengan

menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi dilaksanakan

selama proses pembelajaran berlangsung dibantu seorang guru kelas menyangkut

keaktifan siswa dalam mengikutu pembelajaran. Observasi ini bertujuan untuk

mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah disusun dan guna

mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan

yang sesuai dengan yang dikehendaki. Adapun rincian observasi yang dilakukan

di dalam kelas bisa di lihat seprti tabel di bawah ini.

Tabel 3. Daftar obserbasi kondisi siswa saat kegiatan belajar mengajar pada

siklus I

No Nama Siswa Aspek yang di nilaiPenilaian

Ket.Orang Persentase

1 …….Tidak memperhatikan

penjelasan guru

2 …….

Mengobrol dan

bercanda dengan

teman sewaktu

guru menjelaskan

3 ……. Keberanian siswa

dalam bertanya

dan

mengemukakan

46

pendapat

4 …….

Kreativitas siswa

membuat catatan,

ringkasan

sewaktu guru

menjelaskan

5 …….

Interaksi dengan guru

sewaktu selama

kegiatan

pembelajaran

6 DstMengerjakan tugas

lain

b. Tahap Repleksi

Kegiatan refleksi dilakukan dengan untuk mempertimbangkan pedoman

mengajar yang dilakukan serta melihat kesesuaian yang dicapai dengan yang

diinginkan dalam pembelajaran yang pada akhirnya kelemahan dan kekurangan

untuk kemudian diperbaiki dalam siklus kedua.

1. Refleksi dilaksanakan setelah diperoleh pembelajaran berlangsung dan

diperoleh hasil teks.

2. Refleksi dilaksanakan dengan cara menganalisis hasil teks dan observasi kelas.

3. Penelitian dibantu oleh guru pada saat proses refleksi.

47

Siklus II

Apabila dalam melakukan siklus pertama peneliti belum menunjukkan

hasil yang memuaskan, pada tingkat ini kemampuan siswa dalam mengungkapkan

pendapat belum teraplikasi dalam pembelajaran, maka dalam hal ini dilaksanakan

siklus II dengan tahap-tahap sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Dalam tahapan perencanaan pada siklus II sama dengan tahapan

perencanaan pada siklus I. Tahapan siklus II disusun berdasarkan data dari hasil

refleksi dan analisis dari siklus I.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan kegiatan yang

telah direncanakan, antara lain :

1. Melakukan apersepsi tentang materi yang telah dipelajar pada pertemuan atau

siklus sebelumnya

2. Menjelaskan kembali kepada siswa tentang teknisi pembelajaran yang akan

dilakukan yaitu belajar dengan menggunakan media audio visual.

3. Melanjutkan kembali materi sesuai dengan yang sudah ditentukan

4. Menerapkan Media Audio Visual Alat Peraga Dan Game Edukatif IPA sesuai

dengan relevansinya pada materi yang sedang diajarkan, sehingga siswa dapat

mengerti dan mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Pada saat

pembelajaran berlangsung, guru dapat menjawab dan menerangkan kembali

jika siswa mengalami kesulitan.

5. Guru mengamati aktifitas siswa dalam pembelajaran.

48

6. Membimbing siswa membuat kesimpulan mengenai pembelajaran yang

dilakukan dengan menggunakan media audio visual.

7. Guru menanyakan tanggapan siswa mengenai proses belajar mengajar dengan

menggunakan Media Audio Visual Alat Peraga Dan Game Edukatif IPA.

8. Setelah proses belajar mengajar siswa diberikan tugas post test II

c. Tahapan Observasi

Observasi yang dilaksanakan meliputi implementasi dalam monitoring

pada proses pembelajaran di kelas secara berlangsung. Kegiatan yang diamati

meliputi aktifitas guru dan anak didik dalam pembelajaran. Observasi ini

bertujuan untuk mengetahui kesulitan tindakan dengan rencana yang telah

disusun dan guna mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat

menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang dikehendaki. Adapun rincian

observasi yang dilakukan di dalam kelas bisa di lihat seprti tabel di bawah ini.

Tabel 4. Daftar obserbasi kondisi siswa saat kegiatan belajar mengajar pada

siklus II

No Nama Siswa Aspek yang di nilaiPenilaian

Ket.Orang Persentase

1 …….Tidak memperhatikan

penjelasan guru

2 ……. Mengobrol dan

bercanda dengan teman

sewaktu guru

49

menjelaskan

3 …….

Keberanian siswa

dalam bertanya dan

mengemukakan

pendapat

4 …….

Kreativitas siswa

membuat catatan,

ringkasan sewaktu guru

menjelaskan

5 …….

Interaksi dengan guru

sewaktu selama

kegiatan pembelajaran

6 Dst Mengerjakan tugas lain

d. Tahap Refleksi

Kegiatan refleksi ini dilaksanakan pada setiap akhir pertemuan selama

siklus II tahap ini mengamati secara rinci segala sesuatu yang terjadi dalam

pembelajaran pada siklus II, sehingga peneliti dapat menemukan hasil

pembelajaran yang ingin dicapai.

3. Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang digunakan penulis adalah :

1. Test

50

Dalam hal pengumpulan data. Tes merupakan pertanyaan, latihan yang

digunakan untuk mengukur kemampuan yang dimiliki siswa. Pengumpulan data

dengan menggunakan tes yang berupa informasi mengenai pengetahuan, sikap,

bakat dan lainnya dapat dilakukan dengan tes atau pengukuran bekal awal atau

hasil belajar dengan berbagai prosedur penilaian.

Tahap ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan

dari tindakan yang telah dilakukan, tingkat keberhasilan ditentukan dengan

melihat criteria yang telah ditetapkan yaitu:

<65 = siswa tidak tuntas belajar

>65 = siswa tuntas belajar

Data criteria ketuntasan minimal di atas peneliti ambil berdasarkan KKM yang

telah ditentukan dari madrasah yang bersangkutan. tahap test dilakukan dalam 3

tahapan, yaitu test awal (pre test) dilaksanakan sembelum menggunakan Media

Audio Visual Alat Peraga Dan Game Edukatif, test I (post test I) dilakukan pada

siklus I dan test II (post test II) dilakukan pada siklus II.

2. Observasi

Observasi dimaksud untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan

rencana yang telah disusun dan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan

tindakan telah dilakukan, kemudian dapat diperoleh hasil perubahan yang sesuai

dengan yang dikendaki. Kegiatan yang diamati meliputi aktifitas guru dan

aktifitas siswa dalam pembelajaran.

3. Wawancara

51

Wawancara dilakukan pada saat tatap muka langsung dengan kepala

sekolah, guru kelas dan siswa, untuk mengetahui kesulitan–kesulitan yang

dihadapi siswa selama proses belajar mengajar.

4. Analisis Data

Tehnik analisis data yang akan dilakukan berupa:

1. Reduksi Data

Proses reduksi data yang dilakukan dengan cara menyeleksi,

menyederhanakan dan mentransformasikan data yang telah disajikan dalam

traskip catatan lapangan. Kegiatan reduksi data ini bertujuan untuk memilih dan

mengelompokan jawaban siswa dari jenis kesalahan yang ditakutkan dalam

menyelesaikan soal-soal pada materi kebebasan berorganisasi.

2. Paparan Data

Data kesulitan siswa dalam menjawab soal yang telah direduksi kemudian

disajikan dalam bentuk paparan data kesulitan dalam menjawab soal-soal pada

materi kebebasan berorganisasi. Demikian juga dengan data tindakan yang telah

dilakukan disajikan dalam bentuk paparan tindakan.

3. Verifikasi

Kegiatan verifikasi dilakukan terhadap paparan data. Verifikasi terhadap

kesalahan-kesalahan jawaban siswa tindakan untuk mengatasi kesulitan siswa

untuk menyelesaikan soal dan menarik kesimpulan dari data penelitian

4. Menarik Kesimpulan

Adapun menganalisis data adalah dengan memakai analisa data persentase

dan kuantitas data.

52

5. Analisis Persentase

Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya

tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini. Hal ini dilihat dari seberapa

persentasi keberhasilan yang dicapai dilihat dari seberapa persentasi keberhasilan

yang dicapai dilihat dari aktivitas belajar.

Dengan rumus : jumlah siswa yang mengalami perubahan × 100 %

Jumlah siswa keseluruhan

Analisis data dengan peningkatan persentase dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a) Melakukan pengecekan data yang sudah masuk

b) Tahap pengumpulan data. Dalam hal ini reduksi data yang dilakukan adalah

menyeleksi hal-hal yang pokok, merangkum dan memfokuskan pada

pembedaan hasil atas jawaban siswa pada lembar jawaban. Kegiatan reduksi

ini bertujuan untuk melihat kesalahan jawaban siswa dalam menyelesaikan

soal-soal pada pembelajaran pada materi kebebasan berorganisasi melalui

media audio visual.

c) Tahap penafsiran hasil. Tahap ini dilakukan dari hasil data yang telah

dikumpulkan. Penafsiran data merupakan tahap memperediksi hasil

sementara dari hasil data yang diperoleh. Dengan kata lain tahap ini

berbentuk dugaan sementara hasil data yang ada.

d) Tahap tindak lanjut yaitu merumuskan langkah-langkah perbaikan untuk

siklus pembelajaran serta pengambilan kesimpulan.

53

e) Meniympulkan apakah tindakan pembelajaran ini terjadi peningkatan

kemampuan membaca pada siswa. Dalam kegiatan ini ditarik beberapa

kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan

yang diambil merupakan dasar bagi pelaksanaan siklus selanjutnya dan perlu

tidaknya siklus dilanjutkan atas permasalahan yang diduga.

Berdasarkan ketuntasan belajar, siswa yang memperoleh nilai dari 65 s/d

100 dikatakan berhasil atau tuntas belajar jika ketuntasan belajar di kelas sudah

mencapai 80% maka ketuntasan belajar secara klasikal tercapai.

6. Kriteria Keberhasilan

Tingkat keberhasilan ditentukan dengan melihat dari kreteria yang telah

ditatapkan, yaitu kriteria menentukan tingkat persentase jumlah siswa dari tiap

indicator dibagi lima bagian yaitu :

Tabel 3. Tingkat Keberhasilan Siswa

Tingkat keberhasilan Arti

80% ≥ 100%

60% ≥ 79%

40% ≥ 59%

20% ≥ 39%

0% ≥ 20%

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang

5. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk memperkuat keshahihan data dan temuan hasil penelitian, maka

penulis mengacu pada penggunaan standar yang disarankan oleh Lincoln dan

Guba, terdiri dari: (1) Keterpercayaan atau credibility, (2) dapat ditransfer atau

54

transferability, (3) dapat dipegang kebenarannya atau dependability, dan (4) dapat

dikonfirmasikan atau confirmability. Masing-masing dari proses penjaminan

keabsahan data yang dikembangkan oleh Lincoln dan Guba akan diuraikan

sebagai berikut:

1. Keterpercayaan (Credibility)

Aktivitas untuk membuat lebih terpercaya (credibly) temuan-temuan dan

interpretasi dalam penelitian ini diperoleh dengan cara:

a. Keikutsertaan peneliti dalam kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan

tidak tergesa-gesa, sehingga pengumpulan data dan informasi tentang situasi

social dan fokus penelitian akan diperoleh secara sempurna.

b. Ketekunan pengamanan (persistent observation) terhadap media

pembelajaran, untuk memperoleh informasi yang sahih.

c. Melakukan triangulasi yaitu informasi yang diperoleh dari beberapa sumber

diperiksa silang antara data wawancara dengan data pengamatan dan sumber

informasi yang diperoleh dari seseorang informan akan dicross-chek dengan

informasi dari informasi lain.

d. Mendiskusikan dengan teman sejawat yang tidak berperan serta dalam

penelitian, sehingga penelitian akan mendapat masukan dari orang lain.

e. Analisis kasus negative (inegative case analysis) yaitu menganalisis dan

mencari kasus atau keadaan yang menyanggah temuan penelitian, sehingga

tidak ada bukti lagi yang menolak temuan hasil penelitian.

f. Pengujian ketetapan referensi terhadap data temuan dan intervretasi. Pada

laporan penelitian, peneliti akan membedakan antara data yang dikumpulkan

55

dari lapangan dan interpretasi peneliti terhadap data tersebut. Pernyataan-

pernyatan interfretasi dapat ditandai dengan tanda baca “buka dan tutup

kurung ()” atau akan dinyatakan dengan ungkapan “menurut peneliti…..”. hal

ini adalah untuk membantu menjamin tingkat keterpercayaan hasil penelitian.

2. Dapat Ditransfer (Transferability)

Kelayakan transfer hasil penelitian ini sangat relative dan bergantung

pada konteks dan stuasi lain yang mempunyai kriteria sejenis. Kemungkinan

transfer pada situasi lain juga ditentukan oleh latar penelitian yang lebih kurang

serupa dengan setting penelitian ini. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti

akan semaksimal mungkin mendeskrifsikan latar penelitian secara detail dan kaya

agar dapat menjadi acuan bagi karakteristik latar penelitian lain yang sejenis untuk

membantu menjamin tingkat transferability.

3. Dapat Diandalkan (Dependability)

Dapat diandalkan (dependability) berarti juga dapat dipercaya. Untuk

menjamin hal ini peneliti akan berusaha semaksimal mungkin untuk konsisten

dalam keseluruhan proses penelitian. Segala aktifitas peneliti akan dicatat dalam

bentuk memo untuk membantu proses analisis data. Di samping itu, sebagaimana

yang telah disebutkan di atas, peneliti juga akan menggunakan kamera sebagai

alat bantu mengumpulkan data sekaligus berfungsi sebagai alat pembuktian untuk

menjamin tingkat keterandalan ini. Alat perekam dalam proses wawancara juga

akan membantu dalam menjamin keterandalan untuk menghindari bias interfretasi

peneliti.

4. Dapat Dikonfirmasikan (Confirmability)

56

Aktivitas cross-checking dan triangulasi dalam analisis data akan

membantu menjamin tingkat confirmabilityi. Data yang diperoleh dari seseorang

informan akan dikonfirmasikan kembali kepada informan tersebut dan juga

informan lain sampai mendapatkan pengakuan yang seragam. Di samping itu, data

yang diperoleh dengan wawancara akan diuji silang atau dikonfirmasi dengan data

yang diperoleh melalui observasi.

57