gambaran status kesehatan gigi dan mulut ......hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks kebersihan...

77
GAMBARAN STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA TUNAGANDA (TUNARUNGU DAN TUNAGRAHITA) TINGKAT SD DAN SMP DI SEKOLAH LUAR BIASA GANDA YAYASAN BHAKTI MITRA UTAMA BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Program Diploma III Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung DISUSUN OLEH NINDYA APSARI NIM. P17325112045 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG JURUSAN KEPERAWATAN GIGI 2015

Upload: others

Post on 20-Oct-2020

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • GAMBARAN STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT

    SISWA TUNAGANDA (TUNARUNGU DAN TUNAGRAHITA)

    TINGKAT SD DAN SMP DI SEKOLAH LUAR BIASA GANDA

    YAYASAN BHAKTI MITRA UTAMA BALEENDAH

    KABUPATEN BANDUNG

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan

    Program Diploma III Jurusan Keperawatan Gigi

    Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

    DISUSUN OLEH

    NINDYA APSARI

    NIM. P17325112045

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

    POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

    JURUSAN KEPERAWATAN GIGI

    2015

  • LEMBAR PENGUJIAN

    Karya Tulis Ilmiah dengan Judul

    GAMBARAN STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA

    TUNAGANDA (TUNARUNGU DAN TUNAGRAHITA) TINGKAT SD

    DAN SMP DI SEKOLAH LUAR BIASA GANDA YAYASAN BHAKTI

    MITRA UTAMA BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG

    Diujikan pada Hari Selasa Tanggal 4 Bulan Agustus Tahun 2015

    Penguji I

    Drg. Rr. Megananda Hiranya Putri, M.Kes

    NIP. 196504121991032001

    Penguji II Penguji III

    Denden Ridwan Chaerudin, S.Si.T., M.DSc Drg. Sri Mulyanti, M.Kes

    NIP. 197111141997031002 NIP.196508301993122001

  • LEMBAR PENGESAHAN

    Karya Tulis Ilmiah dengan Judul

    GAMBARAN STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA

    TUNAGANDA (TUNARUNGU DAN TUNAGRAHITA) TINGKAT SD

    DAN SMP DI SEKOLAH LUAR BIASA GANDA YAYASAN BHAKTI

    MITRA UTAMA BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG

    Disahkan pada Hari ……. Tanggal ……. Bulan ……. Tahun …….

    Menyetujui,

    Dosen Pembimbing

    Drg. Sri Mulyanti, M.Kes

    NIP. 196508301993122001

    Mengetahui,

    Ketua Jurusan Keperawatan Gigi

    Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

    Drg. Hj. Hetty Anggrawati K., M.Kes., AIFO

    NIP. 195610051987122001

  • LEMBAR PERSEMBAHAN

    Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena

    itu bila kau sudah selesai (mengerjakan yang lain). Dan

    berharaplah kepada Tuhanmu (Q.S Al-Insyirah: 6-8)

    Teruslah berusaha walau sekelilingmu meragukan kamu.

    Teruslah tersenyum karena orang-orang yang kamu sayang

    menginginkan senyummu. Percayalah, Tuhan tidak akan

    mengubah nasib kaumnya tanpa usaha kaum itu. Teruslah

    melangkah karena orang-orang yang menyayangimu akan selalu

    menopangmu.

    Alhamdulillahirobbil alamin, akhirnya karya tulis ilmiah

    yang sederhana ini dapat terselesaikan.

    Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang kukasihi dan kusayangi,

    papa, mama dan kakak ku. Terimakasih atas segala dukungan, kasih sayang,

    perhatian, kesabaran, dan cinta kasih

    yang telah memberikanku semangat

    dan inspirasi dalam menyelesaikan karya tulis ini.

  • GAMBARAN STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA

    TUNAGANDA (TUNARUNGU DAN TUNAGRAHITA) TINGKAT SD

    DAN SMP DI SEKOLAH LUAR BIASA GANDA YAYASAN BHAKTI

    MITRA UTAMA BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG

    Nindya Apsari 1), Sri Mulyanti

    2)

    ABSTRAK

    Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang mempunyai

    keterbatasan fisik, mental intelektual, sosial, dan emosional. Anak tunaganda

    merupakan anak yang mengalami lebih dari satu keterbatasan, dimana

    keterbatasan tersebut dapat menjadi hambatan dalam memelihara kesehatan gigi

    dan mulutnya.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks kebersihan gigi dan

    mulut, serta indeks pengalaman karies pada anak berkebutuhan khusus yang

    menyandang tunaganda (tunarungu dan tunagrahita). Jenis penelitian ini adalah

    deskriptif. Populasi penelitian adalah siswa/siswi tunaganda (tunarungu dan

    tunagrahita) tingkat SD dan SMP di Sekolah Luar Biasa Ganda Yayasan Bhakti

    Mitra Utama Baleendah Kabupaten Bandung. Sampel penelitian diambil dengan

    menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 11 orang.

    Setelah itu, data yang dihasilkan, diolah dan disajikan dalam bentuk tabel

    distribusi frekuensi.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks kebersihan gigi dan mulut

    pada responden tingkat SD sebanyak 4 dari 6 responden memiliki kriteria OHI-S

    buruk (36,3%). Sedangkan pada tingkat SMP sebanyak 3 dari 5 responden

    memiliki kriteria OHI-S sedang (27,3%). Indeks pengalaman karies gigi tetap

    responden tingkat SD dan SMP termasuk dalam kriteria rendah, yaitu sebesar 1,9.

    Indeks pengalaman karies gigi sulung pada responden tingkat SD sebanyak 4 dari

    6 responden memiliki indeks def-t buruk (66,7%).

    Kata kunci : Status kesehatan gigi dan mulut, anak tunaganda

  • KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan

    Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

    Ilmiah dengan judul “Gambaran Status Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa

    Tunaganda (Tunarungu dan Tunagrahita) Tingkat SD dan SMP di Sekolah Luar

    Biasa Ganda Yayasan Bhakti Mitra Utama Baleendah Kabupaten Bandung”.

    Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat

    dalam menyelesaikan program Diploma III Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik

    Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung.

    Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis sangat menyadari akan

    segala kekurangan, baik akibat kendala pribadi maupun secara teknis. Maka dari

    itu, penulis berharap atas kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai

    pihak.

    Pada penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis tidak terlepas dari bantuan

    berupa bimbingan dan petunjuk serta dorongan dari berbagai pihak, baik secara

    langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

    terimakasih kepada :

    1. Dr. Ir. H. Oesman Syarif, MKM, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

    Kementerian Kesehatan Bandung

    2. drg. Hj. Hetty Anggrawati, M.Kes AIFO, selaku Ketua Jurusan Politeknik

    Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung, sekaligus sebagai pembimbing

  • akademik yang selalu memberikan dukungan, motivasi, dan bimbingan serta

    doa agar penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini selesai dengan baik dan lancar.

    3. drg. Sri Mulyanti, M.Kes, selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang

    telah banyak memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan dalam

    penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

    4. Hera Nurnaningsih, M.Kes, selaku wali tingkat yang selalu memberi

    semangat dan motivasi kepada mahasiswanya.

    5. drg. Rr. Megananda Hiranya Putri, M.Kes dan Denden Ridwan Chaerudin,

    S.Si.T., M.DSc selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam

    penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

    6. Agus Suryana, S.Sos, selaku petugas perpustakaan yang telah membantu

    dalam pencarian sumber materi dan memberikan masukan serta motivasi.

    7. Dosen-dosen Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kementerian

    Kesehatan Bandung yang telah memberikan bimbingannya.

    8. Kepala Sekolah Luar Biasa Ganda Yayasan Bhakti Mitra Utama Baleendah

    Kabupaten Bandung yang telah membantu penulis dalam proses penulisan

    Karya Tulis Ilmiah.

    9. Keluarga tercinta, Papa, Mama, Mas Gili, Mba Uci, dan Teh Hana yang

    selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat dan motivasi kepada penulis.

    10. Sahabat SMA, Atik, Yustiana, Reza dan Riffa yang selalu memberikan

    dukungan dan semangat kepada penulis.

    11. Sahabat seperjuangan Fitra, Anisa R, Ninda, Fani, Fanny, Mia, Dyota, dan

    Nurazizah yang sangat membantu dalam proses penelitian.

  • 12. Seluruh teman-teman seperjuangan angkatan 2015 atas semua bantuan,

    motivasi, dan dukungan serta kebersamaan yang diberikan kepada penulis

    selama ini.

    13. Semua pihak yang telah memberikan gagasan dan dukungan yang tidak

    mungkin disebutkan satu persatu sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat

    diselesaikan.

    Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

    kesempurnaan, untuk kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

    harapkan demi perbaikan karya-karya penulis di masa yang akan datang.

    Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

    Semoga segala kebaikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.

    Bandung, Agustus 2015

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGUJIAN

    LEMBAR PENGESAHAN

    LEMBAR PERSEMBAHAN

    ABSTRAK

    KATA PENGANTAR ........................................................................ i

    DAFTAR ISI ..................................................................................... iv

    DAFTAR TABEL............................................................................... vi

    DAFTAR GAMBAR.......................................................................... vii

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... viii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang………………………………….………… 1

    B. Rumusan Masalah …………………………………….….. 4

    C. Tujuan Penelitian ………....……...................……………. 4

    D. Manfaat Penelitian ……………………………………….. 5

    E. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………….. 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ( KAJIAN TEORI, KERANGKA TEORI )

    A. KAJIAN TEORI…………………………………...…….. 7

    1. Status Kesehatan Gigi Dan Mulut …………………… 7

    2. Plak ………………………………………………....... 8

    3. Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut ………………….. 8

    a. Cara Perhitungan …………………………………. 9

    b. Skor dan Kriteria …………………………………. 11

    4. Karies ………………………………………………... 12

    5. Indeks Karies Gigi …………………………………… 15

    6. Tunaganda

    a. Pengertian ................................................................ 16

    b. Karakteristik ............................................................ 17

    7. Tunarungu

    a. Pengertian ................................................................ 19

    b. . Karakteristik ........................................................... 20

    8. Tunagrahita

    a. Pengertian ............................................................... 21

    b. Klasifikasi ............................................................... 21

    c. Karakteristik ............................................................ 23

    9. Anak Tunaganda dengan Kesehatan Gigi dan Mulut . 24

    B. KERANGKA TEORI ....................................................... 25

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ................................................................. 26

    B. Waktu dan Tempat ........................................................... 26

    C. Populasi dan Sampel ........................................................ 27

  • D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................... 27

    E. Alat dan Bahan Pengumpulan Data .................................. 28

    F. Prosedur Penelitian ........................................................... 29

    G. Analisa Data .................................................................... 30

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian........................................................... 31

    B. Pembahasan................................................................ 35

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan................................................................. 43

    B. Saran .... .................................................................... 44

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 Gigi indeks 10

    Tabel 2.2 Kriteria skor debris indeks 11

    Tabel 2.3 Kriteria skor kalkulus indeks 12

    Tabel 4.1 Distribusi frekuensi indeks OHI-S pada siswa/siswi 32

    tunaganda (tunarungu dan tunagrahita) di SLBG

    YBMU Baleendah Kabupaten Bandung

    Tabel 4.2 Distribusi frekuensi indeks DMF-T pada siswa/siswi 33

    tunaganda (tunarungu dan tunagrahita) di SLBG

    YBMU Baleendah Kabupaten Bandung

    Tabel 4.3 Distribusi frekuensi indeks def-t pada siswa/siswi 34

    tunaganda (tunarungu dan tunagrahita) di SLBG

    YBMU Baleendah Kabupaten Bandung

  • DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Faktor etiologi karies 13

    Gambar 4.1 Indeks OHI-S siswa/siswi tunaganda 32

    (tunarungu dan tunagrahita) tingkat SD dan SMP di

    SLBG YBMU Baleendah Kabupaten Bandung

    Gambar 4.2 Indeks DMF-T siswa/siswi tunaganda 33

    (tunarungu dan tunagrahita) tingkat SD dan SMP di

    SLBG YBMU Baleendah Kabupaten Bandung

    Gambar 4.3 Indeks def-t siswa/siswi tunaganda 34

    (tunarungu dan tunagrahita) tingkat SD dan SMP di

    SLBG YBMU Baleendah Kabupaten Bandung

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Lembar informed consent

    Lampiran 2 Lembar kuesioner

    Lampiran 3 Lembar pemeriksaan indeks kebersihan gigi dan mulut (OHI-S)

    Lampiran 4 Lembar pemeriksaan indeks pengalaman karies

    Lampiran 5 Master tabel status OHI-S, DMF-T, dan def-t siswa/siswi

    tunaganda (tunarungu dan tunagrahita) di SLBG YBMU Baleendah

    Kabupaten Bandung Bulan Mei 2015

    Lampiran 6 Rekapan hasil penelitian

    Lampiran 7 Foto penelitian

    Lampiran 8 Surat izin penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes Bandung

    Jurusan Keperawatan Gigi

    Lampiran 9 Surat keterangan telah melaksanakan penelitian dari SLBG YBMU

    Baleendah Kabupaten Bandung

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Anak berkebutuhan khusus atau penyandang cacat adalah anak yang

    mempunyai keterbatasan fisik, mental-intelektual, sosial, maupun

    emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses

    pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak lain

    seusianya ( Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

    Republik Indonesia, 2013 ).

    Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1997, tentang

    Penyandang Cacat, menyatakan bahwa penyandang cacat mempunyai hak

    dan kesempatan yang sama dalam berbagai aspek kehidupan. Hak tersebut

    diperjelas dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang

    Perlindungan Anak, yang menegaskan bahwa semua anak termasuk anak

    penyandang cacat mempunyai hak dan kelangsungan hidup, tumbuh dan

    berkembang, perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi serta hak untuk

    didengar pendapatnya (Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat

    Direktorat Bina Kesehatan Anak Kementerian Kesehatan RI, 2010).

    Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi penduduk

    Indonesia dengan disabilitas atau kecacatan sedang sampai sangat berat

    sebesar 11 %, bervariasi dari yang tertinggi di Sulawesi Selatan (23,8%)

    dan yang terendah di Papua Barat (4,6%), sedangkan di Jawa Barat

  • sebesar 12,7%. Selain memuat data tentang prevalensi anak dengan

    disabilitas atau kecacatan, berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, didapat

    data indeks DMF-T di Provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 4,1 dan termasuk

    kategori sedang.

    Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit masyarakat yang dapat

    menyerang semua golongan umur. Apabila tidak dirawat atau diobati dapat

    menjadi semakin parah karena adanya sifat progresif. Status kesehatan gigi

    dan mulut meliputi pemeriksaan karies dan kebersihan gigi dan mulut,

    karena kedua keadaan ini diderita oleh masyarakat Indonesia (Depkes RI,

    2004).

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Rukayah tahun 2014

    pada siswa tunarungu di SLB Cicendo Bandung, didapatkan data bahwa

    sebanyak 21 dari 30 responden memiliki kategori OHI-S buruk yaitu

    sebesar 70%, indeks DMF-T buruk sebanyak 12 responden (40%), dan

    indeks def-t buruk sebanyak 20 responden (66,6%). Hasil pemeriksaan

    tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan fisik pada anak, yang menyebabkan

    fungsi dan kemampuan mereka dalam memelihara kesehatan gigi yang

    terbatas.

    Sekolah Luar Biasa Ganda Yayasan Bhakti Mitra Utama Baleendah

    Kabupaten Bandung merupakan salah satu dari sebelas SLB untuk penderita

    tunaganda di Indonesia. Anak tunaganda adalah anak yang mengalami lebih

    dari satu hambatan, yang menyandang cacat fisik dan mental ( InfoDATIN

    Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2014 ). Di SLB

  • tersebut terdapat beberapa kombinasi keterbatasan, salah satunya adalah

    tunarungu dengan kombinasi tunagrahita. Tunarungu merupakan anak yang

    memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak

    permanen ( Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina

    Kesehatan Anak Kementerian Kesehatan RI, 2010 ). Sedangkan tunagrahita

    merupakan anak yang mempunyai tingkat intelektual di bawah rata-rata

    (Delphie, 2006). Salah satu ciri anak tunaganda menurut Kementerian

    Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia yaitu

    anak tunaganda seringkali tidak mampu mengurus kebutuhan dasar mereka

    sendiri, seperti makan, berpakaian, buang air kecil, dan lain sebagainya.

    Anak tunaganda (tunarungu dan tunagrahita) yang terdapat di SLBG YBMU

    Baleendah Kabupaten Bandung merupakan anak tunaganda ringan yang

    mampu didik dan mampu latih.

    Berdasarkan informasi yang penulis dapat dari Kepala Sekolah SLBG

    YBMU Baleendah Kabupaten Bandung, diketahui bahwa di sekolah

    tersebut beberapa tahun yang lalu sempat tersedia poli gigi yang disediakan

    untuk para siswa/siswi nya, akan tetapi sekarang sudah ditutup, karena

    kendala tenaga kesehatan seperti dokter gigi dan perawat gigi.

    Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

    penelitian mengenai “Gambaran Status Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa

    Tunaganda (Tunarungu dan Tunagrahita ) Tingkat SD dan SMP di Sekolah

    Luar Biasa Ganda Yayasan Bhakti Mitra Utama Baleendah Kabupaten

    Bandung.”

  • B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah

    dalam penelitian ini adalah Bagaimana Gambaran Status Kesehatan Gigi

    dan Mulut Siswa Tunaganda ( Tunarungu dan Tunagrahita ) Tingkat SD dan

    SMP di Sekolah Luar Biasa Ganda Yayasan Bhakti Mitra Utama Baleendah

    Kabupaten Bandung ?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Diketahuinya gambaran status kesehatan gigi dan mulut siswa

    tunaganda (tunarungu dan tunagrahita) tingkat SD dan SMP di SLBG

    YBMU Baleendah Kabupaten Bandung.

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengetahui nilai OHI-S pada siswa tunaganda (tunarungu dan

    tunagrahita) tingkat SD dan SMP di SLBG YBMU Baleendah

    Kabupaten Bandung.

    b. Mengetahui nilai DMF-T pada siswa tunaganda (tunarungu dan

    tunagrahita) tingkat SD dan SMP di SLBG YBMU Baleendah

    Kabupaten Bandung.

    c. Mengetahui nilai def-t pada siswa tunaganda (tunarungu dan

    tunagrahita) tingkat SD dan SMP di SLBG YBMU Baleendah

    Kabupaten Bandung.

  • D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Menambah pengetahuan, pengalaman, wawasan, dan informasi

    mengenai gambaran status kesehatan gigi dan mulut pada siswa

    tunaganda (tunarungu dan tunagrahita) tingkat SD dan SMP di SLBG

    YBMU Baleendah Kabupaten Bandung.

    2. Manfaat Praktis

    a) Bagi Institusi Pendidikan Poltekkes Kemenkes Bandung, dapat

    menambah referensi di Perpustakaan mengenai status kesehatan gigi

    dan mulut pada anak penderita tunaganda (tunarungu dan

    tunagrahita).

    b) Bagi SLBG YBMU Baleendah Kabupaten Bandung, dapat

    menambah informasi mengenai status kesehatan gigi dan mulut

    siswa tunaganda di SLB tersebut, sehingga dapat dijadikan gambaran

    untuk mengadakan Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut di Sekolah,

    agar status kesehatan gigi dan mulut siswa SLB tersebut bisa

    meningkat menjadi lebih baik.

    c) Bagi penentu kebijakan (Pemerintah), dapat dijadikan gambaran

    untuk lebih memperhatikan kesehatan pada anak berkebutuhan

    khusus, khusus nya di bidang kesehatan gigi dan mulut.

  • E. Ruang Lingkup Penelitian

    Dalam penelitian ini yang menjadi ruang lingkupnya adalah status

    kesehatan gigi dan mulut pada siswa tunaganda (tunarungu dan tunagrahita)

    tingkat SD dan SMP di SLBG YBMU Baleendah Kabupaten Bandung.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA (KAJIAN TEORI, KERANGKA TEORI)

    A. KAJIAN TEORI

    1. Status Kesehatan Gigi dan Mulut

    Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit masyarakat yang

    dapat menyerang semua golongan umur. Apabila tidak dirawat atau

    diobati dapat menjadi semakin parah karena adanya sifat progresif. Status

    kesehatan gigi dan mulut meliputi pemeriksaan karies dan kebersihan

    gigi dan mulut, karena kedua keadaan ini diderita oleh masyarakat

    Indonesia (Depkes RI, 2004). Menurut Depkes RI (2008), status

    kesehatan gigi dan mulut dapat diukur dengan derajat keparahan penyakit

    gigi dan mulut masyarakat, untuk itu diperlukan indikator- indikator dan

    standar penilaian yang sesuai dengan WHO, seperti indikator kesehatan

    gigi dan status periodontal. Untuk penilaian status karies dapat

    menggunakan indeks Decay Missing Filling-Tooth (DMF-T) serta

    diinterpretasikan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh World

    Health Organization (WHO). Sedangkan untuk penilaian status

    kebersihan gigi dan mulut dapat menggunakan indeks Oral Hygiene

    Index Simplified (OHI-S).

  • 2. Plak

    Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada

    permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak

    dalam suatu matriks interseluler jika seseorang melalaikan kebersihan

    gigi dan mulutnya (Putri, M.H., dkk., 2010).

    Berbeda halnya dengan lapisan terdahulu, plak gigi tidak dapat

    dibersihkan hanya dengan cara berkumur ataupun semprotan air dan

    hanya dapat dibersihkan dengan cara mekanis (Putri, M.H., dkk., 2010).

    Jika jumlahnya sedikit plak tidak dapat terlihat, kecuali diwarnai

    dengan larutan disklosing atau sudah mengalami diskolorasi oleh

    pigmen-pigmen yang berada dalam rongga mulut. Jika menumpuk, plak

    akan terlihat berwarna abu-abu, abu-abu kekuningan, dan kuning. (Putri,

    M.H., dkk., 2010).

    3. Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut

    Mengukur kebersihan gigi dan mulut merupakan upaya untuk

    menentukan keadaan kebersihan gigi dan mulut seseorang. Pada

    umumnya, untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut digunakan suatu

    indeks. Indeks adalah suatu angka yang menunjukkan keadaan klinis

    yang didapat pada waktu dilakukan pemeriksaan, dengan cara mengukur

    luas dari permukaan gigi yang ditutupi oleh plak maupun kalkulus.

  • a. Cara perhitungan

    Cara perhitungan indeks kebersihan gigi dan mulut menurut

    Green and Vermillion menggunakan indeks yang dikenal dengan Oral

    Hygiene Index Simplified ( OHI-S ), yaitu dengan cara menjumlahkan

    seluruh skor indeks debris dan indeks kalkulus. (Putri, M.H., dkk.,

    2010)

    Indeks debris adalah suatu nilai yang menunjukkan adanya

    deposit lunak yang terdiri dari kumpulan-kumpulan bakteri yang

    berkembangbiak dalam suatu matriks atau endapan lunak yang terjadi

    karena adanya sisa makanan yang melekat pada gigi.

    Indeks kalkulus adalah suatu nilai yang menunjukkan adanya

    deposit atau endapan keras berwarna kekuning-kuningan, kecoklatan

    hingga kehitaman yang melekat pada permukaan gigi yang terjadi

    akibat debris yang mengalami pengapuran dan melekat erat pada

    permukaan gigi.

    Perolehan nilai OHI-S diperoleh dari rumus sebagai berikut.

    OHI-S = Debris Indeks + Calculus Indeks

    Dalam perhitungan ini, Green and Vermillion memilih enam

    permukaan gigi indeks tertentu yang cukup dapat mewakili segmen

    depan maupun belakang dari seluruh pemeriksaan gigi yang ada

    dalam rongga mulut. Gigi-gigi yang dipilih sebagai gigi indeks beserta

  • permukaan indeks yang dianggap mewakili tiap segmen adalah

    sebagai berikut.

    Tabel 2.1

    Gigi Indeks

    Gigi Permukaan Gigi

    16 Bukal

    11 Labial

    26 Bukal

    36 Lingual

    31 Labial

    46 Lingual

    Jika gigi indeks pada suatu segmen tidak ada, lakukan

    pergantian gigi tersebut dengan ketentuan sebagai berikut (Putri,

    M.H., dkk., 2010)

    1) Jika gigi molar pertama tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi

    molar kedua, jika gigi molar pertama dan kedua tidak ada,

    penilaian dilakukan pada molar ketiga, akan tetapi jika molar

    pertama, kedua, dan ketiga tidak ada maka tidak ada penilaian

    untuk segmen tersebut.

    2) Jika gigi insisif pertama kanan atas tidak ada, dapat diganti oleh

    gigi insisif pertama kiri atas, dan jika gigi insisif pertama kiri

    bawah tidak ada, dapat diganti dengan gigi insisif pertama kanan

    bawah, akan tetapi jika gigi insisif pertama kanan atau kiri tidak

    ada, maka tidak ada penilaian untuk segmen tersebut.

    3) Gigi indeks dianggap tidak ada pada keadaan-keadaan seperti :

    gigi hilang karena dicabut, gigi yang merupakan sisa akar, gigi

    yang merupakan mahkota jaket, mahkota gigi sudah hilang atau

  • rusak lebih dari ½ bagiannya pada permukaan indeks akibat

    karies maupun fraktur, gigi yang erupsinya belum mencapai ½

    tinggi mahkota klinis.

    4) Penilaian dapat dilakukan jika minimal ada dua gigi indeks yang

    dapat diperiksa.

    b. Skor dan Kriteria

    1) Debris

    Perolehan nilai debris didapatkan dari rumus sebagai berikut.

    DI = Jumlah nilai debris

    Jumlah gigi indeks yang diperiksa

    Tabel 2.2

    Kriteria skor debris

    Skor Kondisi

    0 Gigi bersih atau tidak terdapat plak

    1 Plak menutup tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal

    2 Plak menutup lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 permukaan

    yang diperiksa

    3 Plak menutup lebih dari 2/3 permukaan yang diperiksa

    Menurut Green and Vermillion , kriteria penilaian debris yaitu

    sebagai berikut.

    Baik : Jika nilainya antara 0-0,60

    Sedang : Jika nilainya antara 0,70-1,80

    Buruk : Jika nilainya 1,90-3,00

  • 2) Kalkulus

    Perolehan nilai kalkulus didapatkan dari rumus sebagai

    berikut.

    CI = Jumlah nilai kalkulus

    Jumlah gigi indeks yang diperiksa

    Tabel 2.3

    Kriteria skor kalkulus

    Skor Kondisi

    0 Tidak ada kalkulus

    1 Kalkulus supragingiva menutup tidak lebih dari 1/3 permukaan

    servikal yang diperiksa

    2 Kalkulus supragingiva menutup lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3

    permukaan yang diperiksa, atau ada bercak-bercak kalkulus

    subgingiva di sekeliling servikal gigi

    3 Kalkulus supragingiva menutup lebih dari 2/3 permukaan atau ada

    kalkulus subgingiva yang kontinu di sekeliling servikal gigi

    Kriteria penilaian dari OHI-S menurut teknik Green and

    Vermillion yaitu :

    Baik : Jika nilainya 0,0-1,20

    Sedang : Jika nilainya 1,30-3,00

    Buruk : Jika nilainya 3,10-6,00

    4. Karies

    Karies adalah interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak atau

    biofilm, dan diet ( komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh

    bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat ) sehingga

  • terjadi demineralisasi pada gigi. Streptococcus mutans merupakan

    organisme penyebab karies, karena mempunyai sifat yang menempel pada

    email, menghasilkan serta dapat hidup di lingkungan asam, berkembang

    pesat di lingkungan yang kaya akan sukrosa, dan menghasilkan bakteriosin

    yaitu substansi yang dapat membunuh organisme kompetitornya (Putri,

    M.H., dkk., 2010). Faktor etiologi terjadinya karies dapat dilihat pada

    Gambar 2.1.

    Gambar 2.1 Faktor Etiologi Karies

    Faktor – faktor Penyebab Karies Gigi (Kidd, E.A.M., dkk., 2012) :

    a. Mikroorganisme

    Streptococcus mutans dan lactobacillus adalah bakteri

    penyebab karies. Streptococcus mutans dan lactobacillus ini

    merupakan kuman kariogenik karena mampu membuat asam

    dari karbohidrat yang dapat diragikan. Kuman – kuman

    tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat

    menempel pada permukaan gigi, karena kemampuannya

  • membuat polisakarida ekstra sel yang sangat lengket dari

    karbohidrat makanan. Polisakarida ini yang terutama terdiri

    dari polimer glukosa, menyebabkan matriks plak gigi

    mempunyai konsistensi seperti gelatin. Akibatnya bakteri –

    bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat

    satu sama lain, dan karena plak makin tebal maka hal ini akan

    menghambat fungsi saliva dalam menetralkan plak tersebut

    (Kidd, E.A.M., dkk., 2012).

    b. Karbohidrat

    Karbohidrat dengan berat molekul yang rendah seperti

    gula akan meresap ke dalam plak dan dimetabolisme dengan

    cepat oleh bakteri. Dengan demikian, makanan dan minuman

    yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan

    cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan

    demineralisasi email (Kidd, E.A.M., dkk., 2012).

    c. Gigi

    Bagian – bagian gigi yang rentan terhadap karies adalah

    (Kidd, E.A.M., dkk., 2012) :

    1) Pit dan fissure pada permukaan oklusal molar dan premolar.

    2) Permukaan halus di daerah aproximal sedikit di bawah titik

    kontak.

    3) Email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi

    gingival.

  • 4) Permukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah

    tempat melekatnya plak pada pasien denga resesi gingival

    karena penyakit periodontium.

    5) Tepi tumpatan terutama tumpatan yang kurang.

    6) Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan

    jembatan.

    d. Waktu

    Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan

    kembali mineral selama berlangsungnya proses karies,

    menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode

    perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu,

    bila saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak

    menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu,

    melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian,

    sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk

    menghentikan penyakit ini. (Putri, M.H., 2010 cit. Andiani,

    2012).

    5. Indeks Karies Gigi

    Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan klinis penyakit

    karies gigi (Herijulianti, E., dkk., 2002). Indeks yang digunakan yaitu :

    a. Indeks DMF-T ( untuk gigi tetap )

    D = Decay ( gigi tetap yang berlubang )

  • M = Missing ( gigi tetap yang dicabut karena berlubang )

    F = Filling ( gigi tetap yang sudah ditambal karena berlubang )

    T = Teeth ( jumlah gigi tetap yang mengalami decay, missing,

    filling )

    Kekurangan Indeks DMF-T yaitu :

    1) Tidak dapat menggambarkan banyaknya karies yang sebenarnya,

    karena jika pada gigi terdapat dua karies atau lebih, karies yang

    dihitung adalah tetap satu gigi.

    2) Indeks DMF-T tidak dapat membedakan kedalaman dari karies.

    b. Indeks def-t ( untuk gigi sulung )

    d = decay (gigi sulung yang berlubang dan masih bisa

    ditambal)

    e = extoliasi (gigi sulung yang telah/harus dicabut karena

    berlubang)

    f = filling (gigi sulung yang telah ditambal )

    t = teeth (jumlah gigi sulung yang mengalami decay,

    extoliasi, dan filling)

    6. Tunaganda

    a. Pengertian

    Di Asia Timur, belum banyak perhatian terhadap peserta didik

    yang memiliki kombinasi keluarbiasaan seperti tunanetra dan

    tunagrahita, cerebralpalsy dan tunarungu, tunarungu dan tunanetra,

  • tunalaras dan tunagrahita, atau lainnya yang memiliki kelainan dua

    kali lipat atau lebih. Dengan tingkat kelainan yang berat dan sangat

    berat ( Johnston & Magrab, 1976, cit. Delphie, 2006 ).

    Definisi dari penderita tunaganda adalah mereka yang

    mempunyai kelainan perkembangan mencakup kelompok yang

    mempunyai hambatan-hambatan perkembangan neorologis yang

    disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam

    kemampuan seperti intelegensi, gerak, bahasa, atau hubungan-

    hubungan pribadi di masyarakat. ( Johnston & Magrab, 1976, cit.

    Delphie, B., 2006 )

    Anak Tunaganda adalah anak yang memiliki dua ketunaan atau

    lebih yang masing-masing perpaduan ketunaan tersebut memiliki ciri

    khas dalam belajar sehingga diperlukan pelayanan pendidikan

    khusus dan alat bantu belajar yang khusus. (Widjajantin, 2004 cit.

    Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina

    Kesehatan Anak Kementerian Kesehatan RI, 2010)

    b. Karakteristik

    Menurut Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat

    Direktorat Bina Kesehatan Anak Kementerian Kesehatan RI, ada

    beberapa karakteristik yang terdapat pada anak penderita

    tunaganda, diantaranya :

    a. Memiliki ketunaan lebih dari satu;

    b. Semakin parah apabila tidak segera mendapatkan bantuan;

  • c. Sulit dievaluasi;

    d. Pertumbuhan dan perkembangannya lebih lambat dari

    usianya;

    e. Kemampuan orientasi dan mobilitasnya terbatas;

    f. Cenderung menyendiri;

    g. Memiliki emosi tidak stabil;

    h. Perkembangan emosi pada umumnya tidak sesuai dengan

    usianya;

    i. Tingkat kecerdasan yang cenderung rendah.

    Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

    Perlindungan Anak Republik Indonesia, ciri-ciri atau tanda-tanda

    anak dengan gangguan ganda yaitu :

    a. Memiliki perpaduan dua hambatan atau lebih, misalnya

    disabilitas penglihatan dengan gangguan spektrum autisma,

    disabilitas penglihatan dengan disabilitas pendengaran, down

    syndrome atau disabilitas intelektual dengan disabilitas

    pendengaran, dan lain sebagainya

    b. Memiliki hambatan dalam berinteraksi sosial;

    c. Memiliki kemampuan yang sangat terbatas dalam

    mengekspresikan atau mengerti orang lain;

    d. Pada umumnya mengalami keterlambatan perkembangan

    fisik dan motorik;

  • e. Seringkali tidak mampu mengurus kebutuhan dasar mereka

    sendiri seperti makan, berpakaian, buang air kecil, dan lain

    sebagainya;

    f. Jarang berperilaku dan berinteraksi secara konstruktif.

    7. Tunarungu

    a. Pengertian

    Anak tunarungu adalah mereka yang mengalami kekurangan atau

    kehilangan kemampuan mendengar sebagian atau seluruhnya,

    diakibatkan tidak berfungsinya sebagian atau seluruh indera

    pendengaran ( Delphie, B., 2006 ).

    Mereka yang mengalami gangguan pendengaran terdiri atas dua

    kategori, yaitu mereka yang tuli sejak dilahirkan ( congenitally deaf ),

    dan mereka yang tuli setelah dilahirkan ( adventitiously deaf ).

    Derajat kemampuan berdasarkan ukuran instrumen audiometer

    menyebabkan klasifikasi anak dengan gangguan pendengaran adalah

    sebagai berikut . ( Gregory, S., dkk., 1998, cit. Delphie, B., 2006 )

    1) Pendengaran normal ( 0-26 dB )

    2) Anak dengan kesulitan mendengar tingkat ringan, masih mampu

    mendengar bunyi-bunyi yang jauh. Individu tesebut membutuhkan

    terapi bicara ( 27-40 dB )

  • 3) Anak dengan kesulitan mendengar tingkat menengah, dapat

    mengerti bahasa percakapan. Individu tesebut membutuhkan alat

    bantu dengar ( 41-55 dB )

    4) Anak dengan kesulitan mendengar tingkat menengah berat. Kurang

    mampu mendengar dari jarak dekat, memerlukan alat bantu dengar

    dan membutuhkan latihan berbicara secara khusus ( 56-70 dB )

    5) Anak yang mengalami ketulian, hanya mampu mendengarkan suara

    keras yang berjarak kurang lebih satu meter. Kesulitan

    membedakan suara yang berhubungan dengan bunyi secara tetap

    (71-90 dB )

    6) Anak yang mengalami ketulian sangat berat. Tidak dapat

    mendengar suara. Sangat membutuhkan bantuan khusus secara

    intensif terutama dalam keterampilan percakapan atau

    berkomunikasi ( 91 dB – dan seterusnya )

    b. Karakteristik

    Anak Tunarungu mengalami gangguan komunikasi secara verbal

    karena kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya,

    sehingga mereka menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi.

    Oleh karena itu, komunikasi dengan orang normal mengalami

    hambatan. Selain itu mereka memiliki sifat ego-sentris yang melebihi

    anak normal, cepat marah dan mudah tersinggung. Kesehatan fisik

    pada umumnya sama dengan anak normal lainnya. ( Direktorat

  • Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Anak

    Kementerian Kesehatan RI, 2010 )

    8. Tunagrahita

    a. Pengertian

    Anak Tunagrahita adalah anak yang mempunyai tingkat

    intelektual di bawah rata-rata ( Delphie, B., 2006 ). Istilah lain untuk

    anak tunagrahita yaitu anak dengan hendaya perkembangan. Diambil

    dari kata Children with developmental impairment. Kata

    impairment diartikan sebagai hendaya atau penurunan

    kemampuan atau berkurangnya kemampauan dalam segi

    kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas (American Heritage

    Dictionary,1982; Maslim.R.,2000, cit. Delphie, B., 2006).

    Anak Tunagrahita adalah anak yang memiliki intelegensi yang

    signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan

    ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa

    perkembangan. (Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat

    Direktorat Bina Kesehatan Anak Kementerian Kesehatan RI, 2010)

    b. Klasifikasi

    Anak tunagrahita memiliki klasifikasi berbeda. Ada yang

    ringan, sedang, berat dan sangat berat.

  • 1) Menurut AAMD dan PP No. 72 tahun 1991

    a) Tunagrahita ringan

    Anak yang termasuk ke dalam kelompok

    tunagrahita ringan yaitu anak yang mempunyai

    kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran

    akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja,

    tetapi kecerdasan dan adaptasi sosialnya terhambat.

    Prevalensi anak tunagrahita ringan kira-kira 75 % dari

    jumlah seluruh anak tunagrahita.

    b) Tunagrahita sedang

    Anak yang termasuk ke dalam kelompok

    tunagrahita sedang yaitu anak yang memiliki kemampuan

    intelektual umum dan adaptasi perilaku dibawah

    tunagrahita ringan. Pada umumnya anak-anak tunagrahita

    sedang dapat diketahui sewaktu bayi atau selagi kecil

    karena keterlambatan perkembangannya dan kadang-

    kadang dapat terlihat dari penampilan fisiknya. Prevalensi

    (perkiraan jumlah) anak tunagrahita sedang kira-kira 20 %

    dari seluruh jumlah anak tunagrahita.

    c) Tunagrahita berat dan sangat berat

    Anak yang tergolong dalam kelompok tunagrahita

    berat atau sangat berat pada umumnya hampir tidak

    memiliki kemampuan untuk dilatih dalam mengurus diri

  • sendiri, melakukan sosialisasi dan bekerja. Sepanjang

    hidupnya mereka akan selalu bergantung pada orang lain.

    Prevalensi anak tunagrahita berat dan sangat berat kira-

    kira 5 % dari jumlah seluruh anak tunagrahita.

    2) Menurut Tingkatan IQ

    WHO mengklasifikasikan anak tunagrahita sebagai

    berikut.

    a) Tunagrahita ringan : IQ 50-70

    b) Tunagrahita sedang : IQ 30-50

    c) Tunagrahita berat atau sangat berat : IQ

  • 9. Anak Tunaganda dengan Kesehatan Gigi dan Mulut

    Pembinaan kesehatan anak dalam program pembangunan

    kesehatan difokuskan untuk menurunkan angka kematian bayi dan

    meningkatkan kualitas hidup anak. Dalam rangka meningkatkan kualitas

    hidup anak, dikembangkan dan dilaksanakan berbagai program kesehatan

    anak tanpa adanya diskriminasi, yang berarti memberikan pelayanan

    kesehatan kepada semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus atau

    anak penyandang cacat, baik yang berada di Sekolah Luar Biasa atau di

    institusi lainnya, maupun yang ada di masyarakat. (Direktorat Jenderal

    Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Anak

    Kementerian Kesehatan RI, 2010)

    Pelayanan kesehatan anak di SLB dapat dilakukan dengan

    pendekatan UKS yang pelaksanaannya dilakukan secara komprehensif

    dan berkesinambungan dengan tujuan agar derajat kecacatan yang

    menyebabkan gangguan fungsi tidak semakin bertambah, mempercepat

    atau meningkatkan fungsi pemulihan, sehingga mengurangi

    ketergantungan terhadap orang lain. (Direktorat Jenderal Bina Kesehatan

    Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Anak Kementerian Kesehatan RI,

    2010)

    Sama halnya dengan kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut

    pada anak penderita tunaganda pun harus diperhatikan, karena mereka

    mempunyai keterbatasan dalam mengurus kebutuhan dasar mereka

    sendiri, yang apabila tidak diperhatikan oleh orangtua atau helper di

  • rumah dapat berakibat pada status kesehatan gigi dan mulut mereka yang

    kurang baik.

    B. KERANGKA TEORI

    Anak Tunaganda

    (Tunarungu dan Tunagrahita)

    Indeks OHI-S Indeks DMF-T/def-t

    Status Kesehatan Gigi dan Mulut

    1. Mikroorganisme

    2. Karbohidrat

    3. Gigi

    4. Waktu

    1. Plak

    2. Waktu

    menyikat gigi

    3. Teknik

    menyikat gigi

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

    penelitian deskriptif. Tujuan utama metode deskriptif adalah membuat

    gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif. Keadaan

    yang digambarkan adalah nilai OHI-S, DMF-T, dan def-t pada siswa

    tunaganda (tunarungu dan tunagrahita) tingkat SD dan SMP di SLBG

    YBMU Baleendah Kabupaten Bandung.

    B. Waktu dan Tempat

    1. Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan mulai bulan November-Juni 2015,

    yang meliputi kegiatan persiapan surat izin, pengumpulan data,

    pengolahan data, dan penyusunan data.

    2. Tempat Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di SLBG YBMU Baleendah

    Kabupaten Bandung.

  • C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa tunaganda ( tunarungu

    dan tunagrahita ) tingkat SD dan SMP di SLBG YBMU Baleendah

    Kabupaten Bandung yang berjumlah 11 orang siswa.

    2. Sampel

    Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan teknik

    total sampling, yaitu 11 orang siswa.

    D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

    1. Jenis Data

    Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data

    sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan

    langsung kondisi kebersihan gigi dan mulut , pemeriksaan karies,

    serta kuesioner yang diisi oleh siswa/siswi tunaganda. Sedangkan data

    sekunder adalah data yang berisi nama siswa tunaganda (tunarungu

    dan tunagrahita) tingkat SD dan SMP yang diperoleh dari SLBG

    YBMU Baleendah Kabupaten Bandung.

    2. Cara Pengumpulan Data

    a. Data Primer

    Data primer diperoleh dari pemeriksaan langsung kondisi

    kebersihan gigi dan mulut, pemeriksaan karies dan lembar

  • kuesioner yang akan diisi oleh siswa/siswi tunaganda. Setelah data

    terkumpul, dihitung, kemudian disajikan dalam bentuk tabel.

    b. Data Sekunder

    Data sekunder diperoleh dari SLBG YBMU Baleendah

    Kabupaten Bandung yang berisi data nama siswa tunaganda

    (tunarungu dan tunagrahita) tingkat SD dan SMP.

    E. Alat dan Bahan Pengumpulan Data

    Alat Penelitian :

    1. Lembar kuesioner ,

    2. Alat diagnostik (kacamulut, dan sonde),

    3. APD (masker, sarung tangan),

    4. Pasta gigi,

    5. Sikat gigi,

    6. Gelas kumur,

    7. Nampan,

    8. Nier bekken atau bengkok,

    9. Senter, dan

    10. Alat tulis (buku, dan pulpen).

    Bahan Penelitian :

    1. Pasta Gigi 3. Tissue

    2. Kapas 4. Alkohol 70%

  • F. Prosedur Penelitian

    Penelitian dilakukan dengan cara :

    1. Persiapan

    a. Surat dari pihak Institusi Jurusan Keperawatan Gigi untuk

    melakukan penelitian di SLBG YBMU Baleendah Kabupaten

    Bandung.

    b. Persiapan lembar kuesioner

    c. Persiapan alat dan bahan untuk pemeriksaan

    2. Pelaksanaan

    a. Pengumpulan data

    1) Memberikan lembar informed consent kepada orangtua atau

    wali siswa/siswi tunaganda

    2) Pengisian lembar informed consent oleh orangtua atau wali

    siswa/siswi tunaganda

    3) Memberikan lembar kuesioner pada siswa/siswi tunaganda

    4) Pengisian lembar kuesioner oleh siswa/siswi tunaganda

    5) Pemeriksaan langsung OHI-S, DMF-T, dan def-t

    b. Pemeriksaan data

    c. Pengolahan data

  • G. Analisa Data

    Data yang dihasilkan, diolah dan disajikan dengan menggunakan

    metode analisa data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

    ( Notoatmodjo, S., 2005 )

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada anak tunaganda (tunarungu dan

    tunagrahita) di SLBG YBMU Baleendah Kabupaten Bandung berjumlah

    11 responden, 6 responden tingkat Sekolah Dasar (SD) dan 5 responden

    tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

    Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan lembar

    informed consent untuk mendapatkan persetujuan dari orangtua/wali serta

    wali kelas responden dan dilanjutkan dengan memberikan lembar

    kuesioner kepada siswa/siswi tunaganda (tunarungu dan tunagrahita)

    untuk mengetahui perilaku pemeliharaan dan pengetahuan responden

    tentang kesehatan gigi dan mulut. Tahap selanjutnya, peneliti melakukan

    pemeriksaan gigi dan mulut secara langsung kepada responden dengan

    menggunakan metode pengukuran kebersihan gigi dan mulut dengan

    indeks OHI-S, dan metode pengukuran indeks pengalaman karies gigi

    dengan indeks DMF-T (untuk gigi tetap) serta indeks def-t (untuk gigi

    sulung).

    Data hasil penelitian disajikan dengan bentuk tabel distribusi

    frekuensi sebagai berikut :

  • 0%

    10%

    20%

    30%

    40%

    TingkatSD

    TingkatSMP

    0% 0%

    18,20%

    27,30%

    36,30%

    18%

    Baik Sedang Buruk

    Tabel 4.1

    Tabel Distribusi Frekuensi Indeks OHI-S Siswa/siswi Tunaganda

    (Tunarungu dan Tunagrahita) di SLBG YBMU Baleendah

    Kabupaten Bandung

    No Responden Jumlah

    Responden

    (N)

    Kriteria Persentase

    OHI-S

    (%)

    1.

    Tingkat SD

    0 Baik (0-1,20) 0%

    2 Sedang (1,30-

    3,00)

    18,2%

    4 Buruk (3,10-

    6,00)

    36,3%

    2.

    Tingkat

    SMP

    0 Baik (0-1,20) 0%

    3 Sedang (1,30-

    3,00)

    27,3%

    2 Buruk (3,10-

    6,00)

    18,2%

    Jumlah 100%

    Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas, indeks

    kebersihan gigi dan mulut pada siswa/siswi tunaganda (tunarungu

    dan tunagrahita) tingkat SD menunjukkan bahwa 4 dari 6

    responden memiliki kriteria OHI-S buruk (36,3%). Sedangkan di

    tingkat SMP menunjukkan bahwa 3 dari 5 responden memiliki

    kriteria OHI-S sedang (27,3%).

    Gambar 4.1 Indeks OHI-S Siswa/siswi Tunaganda

    (Tunarungu dan Tunagrahita) Tingkat SD dan SMP di SLBG

    YBMU Baleendah Kabupaten Bandung

  • Tabel 4.2

    Tabel Distribusi Frekuensi Indeks DMF-T Siswa/siswi Tunaganda

    (Tunarungu dan Tunagrahita) di SLBG YBMU Baleendah

    Kabupaten Bandung

    No

    Kriteria

    Jumlah

    Persentase

    1. Sangat rendah (0,0-1,1) 0 0%

    2. Rendah (1,2-2,6) 11 100%

    3. Sedang (2,7-4,4) 0 0%

    4. Tinggi (4,5-6,5) 0 0%

    5. Sangat tinggi (>6,6) 0 0%

    Jumlah

    11

    100%

    Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas, indeks

    pengalaman karies gigi tetap pada siswa/siswi tunaganda

    (tunarungu dan tunagrahita) tingkat SD dan SMP termasuk dalam

    kriteria rendah, yaitu sebesar 1,9.

    0,00%

    20,00%

    40,00%

    60,00%

    80,00%

    100,00%

    Jumlah

    0,00%

    100%

    Sangat rendah Rendah Sedang

    Tinggi Sangat tinggi

    Gambar 4.2 Indeks DMF-T Siswa/siswi Tunaganda (Tunarungu

    dan Tunagrahita) Tingkat SD dan SMP di SLBG YBMU

    Baleendah Kabupaten Bandung

  • Tabel 4.3

    Tabel Distribusi Frekuensi Indeks def-t Siswa/siswi Tunaganda

    (Tunarungu dan Tunagrahita) di SLBG YBMU Baleendah

    Kabupaten Bandung

    No Responden Jumlah

    Responden

    (N)

    Kriteria Persentase

    def-t (%)

    1. Tingkat SD 2 Baik (≤2) 33,3%

    4 Buruk (≥2) 66,7%

    2. Tingkat SMP - Baik (≤2) -

    - Buruk (≥2) -

    Jumlah 100%

    Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas, indeks

    pengalaman karies gigi sulung pada siswa/siswi tunaganda

    (tunarungu dan tunagrahita) tingkat SD menunjukkan bahwa 4 dari

    6 responden memiliki indeks def-t buruk (66,7%).

    0,00%

    10,00%

    20,00%

    30,00%

    40,00%

    50,00%

    60,00%

    70,00%

    Tingkat SD

    33,30%

    66,70%

    Baik Buruk

    Gambar 4.3 Indeks def-t Siswa/siswi Tunaganda (Tunarungu dan

    Tunagrahita) Tingkat SD dan SMP di SLBG YBMU Baleendah

    Kabupaten Bandung

  • B. Pembahasan

    Responden tunaganda tingkat SD yang memiliki keterbatasan

    pendengaran (tunarungu) termasuk dalam klasifikasi tunarungu tingkat

    menengah, dimana mereka hanya dapat mengerti bahasa percakapan

    (Gregory, S., dkk., 1998, cit. Delphie, B., 2006). Sedangkan responden

    tunarungu tingkat SMP, termasuk dalam klasifikasi tunarungu tingkat

    ringan, dimana mereka masih bisa mendengar bunyi-bunyi yang jauh, dan

    hanya membutuhkan terapi bicara. (Gregory, S., dkk., 1998, cit. Delphie,

    B., 2006). Oleh karena itu, pada saat penelitian, peneliti melibatkan

    responden tingkat SMP untuk membantu peneliti dalam melakukan

    komunikasi dengan responden tingkat SD dalam prosedur pengambilan

    data dengan cara menerjemahkan bahasa isyarat.

    Kombinasi tunagrahita dalam responden tunaganda tingkat SD dan

    SMP termasuk dalam klasifikasi tunagrahita ringan. Hal tersebut sejalan

    dengan klasifikasi anak tunagrahita menurut AAMD dan PP No. 72 tahun

    1991, yang menyatakan bahwa anak tunagrahita ringan mempunyai

    kemampuan berkembang dalam pelajaran akademik, dan penyesuaian

    sosial.

    Untuk menunjang hasil pemeriksaan kebersihan gigi dan mulut

    serta pemeriksaan karies, peneliti memberikan lembar kuesioner kepada

    responden, dengan tujuan untuk melihat kebiasaan dan pengetahuan

    responden dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut. Teknis pengisian

    kuesioner sendiri, untuk responden tingkat SMP dapat mengisi sendiri

  • kuesioner tersebut, berbeda halnya dengan responden tingkat SD, dimana

    mereka mengisi kuesioner didampingi oleh guru kelas, karena mereka

    belum bisa membaca dengan baik.

    Dari hasil penelitian, didapatkan data bahwa indeks OHI-S

    responden tingkat SD sebagian besar memiliki indeks OHI-S dengan

    kriteria buruk, indeks DMF-T dengan kriteria baik, dan indeks def-t

    dengan kriteria buruk. Sedangkan pada responden tingkat SMP sebagian

    besar memiliki indeks OHI-S dengan kriteria sedang dan indeks DMF-T

    dengan kriteria baik.

    Pada tabel 4.1 yaitu tabel tentang kebersihan gigi dan mulut

    menunjukkan bahwa indeks kebersihan gigi dan mulut pada siswa/siswi

    tunaganda (tunarungu dan tunagrahita) tingkat SD sebanyak 2 responden

    memiliki kriteria OHI-S sedang (18,2%) dan 4 responden memiliki kriteria

    OHI-S buruk (36,3%). Berdasarkan hasil observasi saat dilakukan kegiatan

    Sikat Gigi Massal (SGM), teknik atau cara menyikat gigi responden tidak

    tepat dan tidak semua bagian gigi terbersihkan dengan baik. Selain itu,

    hambatan komunikasi pun menjadi salah satu faktor yang berpengaruh

    terhadap kebersihan gigi dan mulut, yaitu hambatan dalam menerima dan

    menyerap informasi mengenai kesehatan gigi dan mulut. Hal tersebut

    sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa anak dengan gangguan

    intelektual mungkin mengalami kesulitan untuk mempertahankan dan

    mengingat informasi. Selain itu, anak penyandang tunagrahita karena

    keterbatasan mentalnya tidak bisa diberitahu hanya sekali, harus dilakukan

  • berulangkali sehingga menjadi terampil dan terbiasa melakukannya sendiri

    (Wijaya, 2013, cit. Sihotang, S., 2014). Sama halnya dengan responden

    tingkat Sekolah Dasar (SD), responden tingkat Sekolah Menengah

    Pertama (SMP) pun rata-rata memiliki kebersihan gigi dan mulut dengan

    kriteria sedang dan buruk. Pada tingkat SMP sebanyak 3 responden

    memiliki kriteria OHI-S sedang (27,3%) dan 2 responden memiliki kriteria

    OHI-S buruk (18,2%). Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan

    bahwa penderita cacat mempunyai keterbatasan untuk melaksanakan

    prosedur membersihkan mulut (Noerdin, 1999, cit. Widasari, D., 2010).

    Berdasarkan hasil kuesioner pada responden tingkat SD dan SMP, didapat

    data bahwa rata-rata responden kurang tepat dalam hal waktu dan teknik

    atau cara menyikat gigi, serta kurangnya konsumsi buah dan sayur yang

    berserat. Berdasarkan informasi yang penulis dapat dari Kepala Sekolah

    SLBG YBMU Baleendah Kabupaten Bandung, di Sekolah tersebut tidak

    pernah dilakukan Sikat Gigi Massal (SGM) secara rutin kepada para

    siswa. Hal tersebut juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

    kebersihan gigi dan mulut siswa. Pemeriksaan kebersihan gigi dan mulut

    pada responden dapat dilakukan dengan cara menggunakan larutan

    disklosing atau tanpa menggunakan larutan disklosing (Putri., dkk., 2010).

    Dalam penelitian ini, peneliti memilih tidak menggunakan larutan

    disklosing, melainkan menggunakan kacamulut dan sonde. Hal tersebut

    karena keterbatasan peneliti dalam menjelaskan instruksi penggunaan

    larutan disklosing kepada responden.

  • Berdasarkan hasil penelitian di atas, kebersihan gigi dan mulut

    responden tingkat SD lebih buruk dibandingkan tingkat SMP, hal tersebut

    karena responden tingkat SD lebih sulit untuk diajak berkomunikasi dan

    masih membutuhkan bantuan dari helper untuk memelihara kebersihan

    gigi dan mulut. Berbeda dengan responden tingkat SMP yang lebih mudah

    diajak untuk berkomunikasi, dan mereka lebih banyak mengetahui tentang

    cara untuk memelihara kebersihan gigi dan mulut dibandingkan responden

    tingkat SD. Untuk meningkatkan kebersihan gigi dan mulut dari kriteria

    sedang dan buruk menjadi baik, dapat dilakukan dengan cara mengadakan

    penyuluhan secara rutin kepada siswa/siswi tentang cara memelihara

    kebersihan gigi dan mulut menggunakan metode dan media yang menarik

    serta memudahkan siswa/siswi untuk menyerap informasi. Metode yang

    tepat untuk digunakan yaitu metode demonstrasi dengan media visual

    berupa penampilan video yang diperagakan oleh model. Hal tersebut

    dimaksudkan agar siswa/siswi lebih mudah untuk menyerap informasi,

    mengingat keterbatasan fisik yang dimiliki oleh siswa/siswi di Sekolah

    tersebut. Selain itu, bisa juga dengan mengadakan kegiatan Sikat Gigi

    Massal (SGM) setiap minggunya, karena dengan diadakannya kegiatan

    tersebut, siswa/siswi akan lebih terampil dalam hal menyikat gigi.

    Pada tabel 4.2 yaitu tabel tentang pengalaman karies gigi tetap

    menunjukkan bahwa indeks pengalaman karies gigi tetap pada siswa/siswi

    tunaganda (tunarungu dan tunagrahita) tingkat SD dan SMP termasuk

    dalam kriteria rendah, yaitu sebesar 1,9. Hal tersebut karena rata-rata usia

  • responden tingkat SD yaitu responden dengan usia 6-8 tahun. Dimana

    pada usia tersebut gigi tetap yang sudah erupsi yaitu gigi molar 1 rahang

    atas, insisivus 1 rahang atas, molar 1 rahang bawah, insisivus 1 rahang

    bawah, serta insisivus 2 rahang bawah (Usri K., dkk., 2012). Hal tersebut

    sesuai dengan keadaan gigi yang ditemukan pada responden, dimana 6

    responden tingkat SD baru memiliki 8 gigi tetap dalam mulutnya, oleh

    karena itu rata-rata gigi tetap masih dalam keadaan yang bagus.

    Sedangkan pada responden tingkat SMP dengan rentang usia 14-16 tahun,

    dimana pada usia tersebut seluruh gigi tetap (kecuali molar 3 rahang atas

    dan rahang bawah) sudah erupsi dengan sempurna. Berdasarkan hasil

    kuesioner yang didapat penulis, tiga responden tingkat SMP tersebut

    memiliki pengetahuan yang cukup baik dalam memelihara kesehatan gigi

    dan mulut, walaupun ketiganya gemar mengkonsumsi makanan dan

    minuman yang manis dan lengket. Selain itu, indeks DMF-T tergolong

    rendah, karena faktor-faktor penyebab karies tidak hanya dipengaruhi oleh

    pola makan saja, tetapi dipengaruhi pula oleh mikroorganisme plak,

    waktu, gigi, dan saliva (Putri M.H., dkk., 2010).

    Berdasarkan hasil penelitian di atas, untuk mencegah bertambahnya

    nilai DMF-T pada responden, dapat dilakukan dengan cara mengadakan

    program UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) dengan

    menyelenggarakan program promotif berupa pelajaran mengenai

    kesehatan gigi dan mulut, serta preventif berupa sikat gigi massal.

    (Herijulianti, E., dkk., 2002). Selain itu, kegiatan-kegiatan dalam program

  • UKGS yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan gigi dan

    mulut, diantaranya : 1) Kegiatan preventif, yaitu kegiatan yang bertujuan

    untuk mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut, dapat dilakukan

    dengan cara mengadakan kegiatan SGM (Sikat Gigi Massal) yang

    bertujuan untuk merubah pola tingkah laku responden dalam memelihara

    kesehatan gigi dan mulut, serta kegiatan TAF (Topikal Aplikasi Fluor)

    atau berkumur fluor, karena fungsi fluor yaitu untuk memperkuat struktur

    email, sehingga dapat mencegah terjadinya gigi berlubang. 2) Kegiatan

    promotif, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan

    gigi dan mulut, dapat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan

    kesehatan gigi dan mulut yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan

    kesehatan gigi dan mulut, serta merubah pola tingkah laku responden

    dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut. 3) Kegiatan kuratif, yaitu

    kegiatan yang bertujuan untuk mengobati penyakit gigi dan mulut, dapat

    dilakukan dengan cara melakukan perawatan penambalan yang difokuskan

    pada gigi tetap, sehingga status gigi berlubang berubah menjadi gigi yang

    sudah ditambal.

    Pada tabel 4.3 yaitu tabel tentang pengalaman karies gigi sulung

    menunjukkan bahwa indeks pengalaman karies gigi sulung pada

    siswa/siswi tunaganda (tunarungu dan tunagrahita) tingkat SD sebanyak 2

    responden memiliki indeks def-t baik (33,3%) dan 4 responden memiliki

    indeks def-t buruk (66,7%). Hal tersebut sejalan dengan teori yang

    menyatakan bahwa sebagian besar penderita tunagrahita mempunyai

  • kesehatan mulut yang buruk dari penderita normal, karena kondisi

    keterbelakangan anak tersebut menyebabkan fungsi dan kemampuan

    mereka dalam kesehatan giginya terbatas, serta kurangnya pengetahuan

    dan perhatian orangtua terhadap kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak

    dengan keterbelakangan mental (Effendi, 2011, cit. Sihotang, S., 2014).

    Berdasarkan hasil observasi saat kegiatan Sikat Gigi Massal (SGM),

    seluruh responden tingkat SD kurang tepat dalam teknik atau cara

    menyikat gigi, hal tersebut didukung dengan hasil kuesioner yang didapat,

    bahwa selain waktu dan teknik atau cara menyikat gigi yang tidak tepat,

    responden pun sangat gemar mengkonsumsi makanan yang manis dan

    lengket (seperti coklat, permen, es krim), minuman yang manis (sirup, teh

    manis), tidak rutin kontrol ke klinik gigi atau puskesmas (responden hanya

    memeriksakan gigi jika sakit atau ada keluhan saja), serta pengetahuan

    tentang makanan, minuman yang baik dan tidak baik untuk kesehatan gigi

    dan mulut yang kurang.

    Berdasarkan hasil penelitian di atas, untuk mencegah

    bertambahnya nilai def-t, dapat dilakukan dengan cara mengadakan

    program UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) dengan program yang

    tercakup didalamnya, dengan tujuan agar status kesehatan gigi dan mulut

    siswa/siswi lebih terpantau, sehingga diharapkan jumlah gigi susu yang

    berlubang tidak semakin bertambah. Selain itu, dengan diadakannya

    program UKGS di Sekolah, siswa/siswi menjadi lebih berani dan terbiasa

    mengenal alat-alat untuk pemeriksaan gigi dan mulut, karena berdasarkan

  • hasil observasi yang penulis dapatkan saat penelitian, rata-rata responden

    takut melihat alat-alat pemeriksaan gigi dan mulut, seperti kacamulut dan

    sonde, sehingga diperlukan pendekatan terlebih dahulu pada responden

    agar tidak menimbulkan rasa trauma untuk periksa gigi.

  • BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Dari hasil penelitian maka penulis dapat mengambil kesimpulan

    sebagai berikut :

    1. Indeks kebersihan gigi dan mulut pada siswa/siswi tunaganda

    (tunarungu dan tunagrahita) tingkat SD sebanyak 2 responden memiliki

    kriteria OHI-S sedang (18,2%) dan 4 responden memiliki kriteria OHI-

    S buruk (36,3%). Sedangkan pada tingkat SMP sebanyak 3 responden

    memiliki kriteria OHI-S sedang (27,3%) dan 2 responden memiliki

    kriteria OHI-S buruk (18,2%).

    2. Indeks pengalaman karies gigi tetap pada siswa/siswi tunaganda

    (tunarungu dan tunagrahita) tingkat SD dan SMP termasuk dalam

    kriteria rendah yaitu sebesar 1,9.

    3. Indeks pengalaman karies gigi sulung pada siswa/siswi tunaganda

    (tunarungu dan tunagrahita) tingkat SD sebanyak 2 responden memiliki

    indeks def-t baik (33,3%) dan 4 responden memiliki indeks def-t buruk

    (66,7%).

  • B. Saran

    Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis

    mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :

    1. Perlu adanya perhatian khusus dari tenaga kesehatan atau puskesmas

    setempat mengenai kesehatan gigi dan mulut pada SLB (Sekolah Luar

    Biasa)

    2. Pihak Sekolah mengadakan kerjasama dengan tenaga kesehatan atau

    puskesmas setempat untuk mengadakan program UKGS (Usaha

    Kesehatan Gigi Sekolah), yang didalamnya mencakup kegiatan SGM

    (Sikat Gigi Massal), penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, serta

    pemeriksaan yang meliputi perawatan penambalan dan TAF (Topical

    Aplikasi Fluoride) atau berkumur fluor yang merupakan salah satu

    kegiatan preventif (pencegahan) agar gigi tidak berlubang. Kegiatan

    SGM dan penyuluhan dilakukan secara rutin dan berkala kepada

    responden agar dapat merubah pola tingkah laku responden dalam

    memelihara kesehatan gigi dan mulut, sehingga kesehatan gigi dan

    mulut dapat meningkat menjadi lebih baik.

    3. Mengadakan penyuluhan dan pelatihan kepada orangtua atau helper

    responden mengenai kesehatan gigi dan mulut, agar dapat memberikan

    perhatian dan pengawasan terhadap responden saat di rumah dalam hal

    menjaga kesehatan gigi dan mulut.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Andiani, A. 2012. Gambaran Kebersihan Gigi dan Mulut serta Karies Gigi pada

    Anak Sekolah Dasar di SDN. Hegarmanah Kec. Jatinangor Kab.

    Sumedang (Karya Tulis Ilmiah). Bandung: Poltekkes Kemenkes Bandung

    Jurusan Keperawatan Gigi

    Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013.

    Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Tahun 2013. Jakarta : Bakti

    Husada

    Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. 2014. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah

    (UKGS). http://dkk.sukoharjokab.go.id . Tanggal 3 Januari 2015

    Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Anak

    Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak

    di Sekolah Luar Biasa (SLB) bagi Petugas Kesehatan.

    Delphie, B. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : PT

    Refika Aditama

    Depkes 2004 dan Depkes 2008 tentang Kesehatan Gigi dan Mulut.

    http://dkk.sukoharjokab.go.id . Tanggal 3 Januari 2015

    Herijulianti, E., Tati S., Sri A. 2002. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta : EGC

    Putri, M.H ., Eliza H., Neneng N. 2010. Ilmu Pencegahan Penyakit

    Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta : EGC

    Kidd, E.A.M., Bechal S.J., 2012. Dasar-dasar Karies Penyakit dan

    Penanggulangan. Jakarta : EGC

    Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik

    Indonesia. 2013. Panduan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus

    Bagi Pendamping ( Orangtua, Keluarga, dan Masyarakat ).

    Laela, D.S . 2007. Teknik Penulisan Usulan Penelitian dan Karya Tulis Ilmiah.

    Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Bandung

    Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT.Rineka

    Cipta

    Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2014. Penyandang

    Disabilitas Pada Anak.

    Rukayah, U.S . 2014. Gambaran OHI-S, def-t, dan DMF-T Pada Murid Tuna

    Rungu Sekolah Dasar di Sekolah Luar Biasa Cicendo Bandung (Karya

    Tulis Ilmiah). Bandung: Poltekkes Kemenkes Bandung Jurusan

    Keperawatan Gigi

  • Sihotang, S. 2014. Gambaran Frekuensi, Waktu, dan Metode Menyikat Gigi

    Terhadap Kebersihan Gigi dan Mulut Pada Anak Tunagrahita di SLB

    Nurul Iman (Karya Tulis Ilmiah). Bandung: Poltekkes Kemenkes Bandung

    Jurusan Keperawatan Gigi

    Usri, K., Eriska L., Tenny S.D., Nunung R., Asep J.A., Dudi A., Irman S. 2012.

    Diagnosis & Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Edisi 2. Bandung: LSKI

    Widasari, D. 2010. Perbedaan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Anak Tuna

    Rungu dengan Anak Tidak Tuna Rungu Usia 6 Sampai 12 Tahun

    (Skripsi). Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

  • LAMPIRAN

  • Lampiran 1

    Surat Persetujuan Orangtua / Wali

    ( Informed Consent )

    Setelah mendapatkan penjelasan tentang penelitian yang berjudul :

    “ Gambaran Status Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Siswa Tunaganda (

    Tunarungu dan Tunagrahita ) Tingkat SD dan SMP di Sekolah Luar Biasa Ganda

    Yayasan Bakti Mitra Utama Baleendah Kabupaten Bandung. “

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini.

    Nama :

    Alamat :

    Orangtua / wali dari

    Nama :

    Kelas :

    Bersedia / memberikan izin kepada peneliti untuk mengikut sertakan putra

    atau putri kami dalam penelitian tersebut.

    Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan penuh rasa tanggung jawab.

    Bandung, Mei 2015

    Wali Kelas Orangtua / Wali

    ( ) ( )

  • Lampiran 2

    LEMBAR KUESIONER

    NAMA SISWA :

    KELAS :

    UMUR :

    Berilah tanda silang ( X ) pada huruf a, b, dan c pada jawaban yang

    dianggap paling benar !

    1. Berapa kali anda menyikat gigi dalam sehari ?

    a. 1 kali

    b. 2 kali

    c. Tidak pernah

    2. Kapan waktu anda menyikat gigi ?

    a. Pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur

    b. Pagi saat mandi dan malam sebelum tidur

    c. Pada saat mandi pagi dan sore

    3. Bagaimana gerakan anda saat menyikat gigi ?

    a. Gerakan ke atas dan ke bawah

    b. Gerakan maju mundur

    c. Gerakan memutar dan maju mundur

  • 4. Apakah anda suka mengkonsumsi makanan yang berserat (seperti buah

    dan sayur) ?

    a. Sering ( setiap hari )

    b. Kadang-kadang ( seminggu tiga kali )

    c. Tidak pernah

    5. Apakah anda suka mengkonsumsi makanan yang manis dan lengket

    (seperti coklat, permen, dan es krim) ?

    a. Sering ( setiap hari )

    b. Kadang-kadang (seminggu tiga kali )

    c. Tidak pernah

    6. Apakah anda suka mengkonsumsi minuman yang manis (seperti sirup dan

    teh manis) ?

    a. Sering ( setiap hari )

    b. Kadang-kadang (seminggu tiga kali )

    c. Tidak pernah

    7. Apakah anda rutin memeriksakan gigi ke klinik gigi atau puskesmas ?

    a. 6 bulan sekali

    b. Kadang-kadang jika sakit gigi

    c. Tidak pernah

  • 8. Buah dan sayur yang mengandung vitamin C sangat berguna bagi

    kesehatan gigi dan mulut. Apa akibat nya jika kita kurang mengkonsumsi

    vitamin C ?

    a. Gusi berdarah

    b. Gigi menjadi rapuh

    c. Luka pada sudut mulut

    9. Makanan apa saja yang baik untuk kesehatan gigi dan mulut ?

    a. Susu, ikan, coklat, buah-buahan

    b. Telur, ikan, sayuran, buah-buahan

    c. Telur, sayuran, buah-buahan, permen

    10. Makanan apa saja yang tidak baik untuk kesehatan gigi dan mulut ?

    a. Buah-buahan, coklat, es krim

    b. Permen, sayururan, coklat

    c. Permen, coklat, es krim

  • Lampiran 3

    LEMBAR PEMERIKSAAN INDEKS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT

    NAMA :

    KELAS :

    UMUR :

    Gigi Indeks

    DI

    Skor DI = …/…

    = …

    Kriteria DI = …

    CI

    Skor CI = …/…

    = …

    Skor OHI-S = …/ … + … / … = …

    Kriteria OHI-S = …

  • Lampiran 4

    LEMBAR PEMERIKSAAN INDEKS PENGALAMAN KARIES

    NAMA :

    KELAS :

    UMUR :

    18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

    51 52 53 54 55 61 62 63 64 65

    85 84 83 82 81 71 72 73 74 75

    48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37

    38

    Index Pengalaman Karies

    DMF-T : def-t :

    D = d =

    M = e =

    F = f =

    DMF-T= def-t =

  • Lampiran 5

    MASTER TABEL STATUS OHI-S, DMF-T, DAN DEF-T SISWA

    TUNAGANDA (TUNARUNGU DAN TUNAGRAHITA) DI SLBG YBMU

    BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG BULAN MEI 2015

    1. Tingkat SD

    No Nama DI CI OHI-

    S

    Kriteria

    OHI-S

    D M F DMF-

    T

    d e f def

    -t

    1 AS 2,20 0 2,20 Sedang 1 0 0 1 1 1 0 2

    2 DL 2,50 0,67 3,17 Buruk 2 0 0 2 2 2 0 4

    3 MF 1,60 0 1,60 Sedang 1 0 0 1 9 0 0 9

    4 NP 2,67 0 2,67 Sedang 0 0 0 0 7 0 0 7

    5 R 2,00 0 2,00 Sedang 2 0 0 2 0 0 0 0

    6 S 2,67 0,50 3,17 Buruk 2 0 0 2 4 3 0 7

    JUMLAH 8 0 0 8 23 6 0 29

  • 2. Tingkat SMP

    No Nama DI CI OHI-

    S

    Kriteria

    OHI-S

    D M F DMF-

    T

    d e f def

    -t

    1 ESP 1,33 0 1,33 Sedang 1 0 0 1 - - - -

    2 IH 1,83 1,33 3,17 Buruk 7 0 0 7 - - - -

    3 RD 1,17 0,17 1,33 Sedang 2 0 0 2 - - - -

    4 SAL 2,33 0,83 3,17 Buruk 3 0 0 3 - - - -

    5 WS 1,67 1,33 3,00 Sedang 0 0 0 0 - - - -

    JUMLAH 13 0 0 13 - - - -

  • Lampiran 6

    REKAPAN HASIL PENELITIAN

    A. Tabel Indeks OHI-S

    1. Tingkat SD

    Kriteria Jumlah

    Responden

    (N)

    Persentase

    OHI-S

    (%)

    Baik (0-1,20) 0 0%

    Sedang (1,30-3,00) 2 18,2%

    Buruk (3,10-6,00) 4 36,3%

    Baik = 0 x 100% = 0 %

    11

    Sedang = 2 x 100% = 18,2 %

    11

    Buruk = 4 x 100% = 36,3 %

    11

    2. Tingkat SMP

    Kriteria Jumlah

    Responden

    (N)

    Persentase

    OHI-S

    (%)

    Baik (0-1,20) 0 0%

    Sedang (1,30-3,00) 3 27,3%

    Buruk (3,10-6,00) 2 18,2%

    Baik = 0 x 100% = 0 %

    11

    Sedang = 3 x 100% = 27,3 %

    11

    Buruk = 2 x 100% = 18,2 %

    11

  • B. Tabel Indeks DMF-T

    1. Tingkat SD dan SMP

    No

    Kriteria

    Jumlah

    Persentase

    1 Sangat rendah (0,0-1,1) 0 0%

    2 Rendah (1,2-2,6) 11 100%

    3 Sedang (2,7-4,4) 0 0%

    4 Tinggi (4,5-6,5) 0 0%

    5 Sangat tinggi (>6,6) 0 0%

    Jumlah

    11

    100%

    Sangat rendah = 0 x 100% = 0 %

    11

    Rendah = 11 x 100% = 100 %

    11

    Sedang = 0 x 100% = 0 %

    11

    Tinggi = 0 x 100% = 0 %

    11

    Sangat tinggi = 0 x 100% = 0 %

    11

  • C. Tabel Indeks def-t

    1. Tingkat SD

    Kriteria Jumlah

    Responden

    (N)

    Persentase

    def-t (%)

    Baik (≤2) 2 33,3%

    Buruk (≥2) 4 66,7

    Baik = 2 x 100% = 33,3 %

    11

    Buruk = 4 x 100% = 66,7 %

    11

    2. Tingkat SMP

    Kriteria Jumlah

    Responden

    (N)

    Persentase

    DMF-T

    (%)

    Baik (≤2) - -

    Buruk (≥2) - -

    D. Tabel Hasil Kuesioner No Pertanyaan Tepat / Ya Tidak Tepat / Tidak

    Jumlah Persentase Jumlah Persentase

    1.

    Berapa kali anda

    menyikat gigi dalam

    sehari ?

    8

    72,7%

    3

    27,3%

    2.

    Kapan waktu anda

    menyikat gigi ?

    4

    36,4%

    7

    63,6%

    3.

    Bagaimana gerakan

    anda saat menyikat

    gigi ?

    0

    0%

    11

    100%

    4.

    Apakah anda suka

    mengkonsumsi

    makanan yang

    berserat (seperti buah

    5

    45,4%

    6

    54,6%

  • dan sayur) ?

    5.

    Apakah anda suka

    mengkonsumsi

    makanan yang manis

    dan lengket (seperti

    coklat, permen, dan es

    krim) ?

    11

    100%

    0

    0%

    6.

    Apakah anda suka

    mengkonsumsi

    minuman yang manis

    (seperti sirup dan teh

    manis) ?

    11

    100%

    0

    0%

    7.

    Apakah anda rutin

    memeriksakan gigi ke

    klinik gigi atau

    puskesmas ?

    4

    36,4%

    7

    63,6%

    8.

    Buah dan sayur yang

    mengandung vitamin

    C sangat berguna bagi

    kesehatan gigi dan

    mulut. Apa akibat nya

    jika kita kurang

    mengkonsumsi

    vitamin C ?

    1

    9,1%

    10

    90,9%

    9.

    Makanan apa saja

    yang baik untuk

    kesehatan gigi dan

    mulut ?

    4

    36,4%

    7

    63,6%

    10.

    Makanan apa saja

    yang tidak baik untuk

    kesehatan gigi dan

    mulut ?

    3

    27,3%

    8

    72,7%

  • Lampiran 7

    FOTO PENELITIAN

    1. Persiapan

    Persiapan alat dan bahan

    Persiapan Lembar Pemeriksaan dan

    Lembar Kuesioner

  • 2. Pelaksanaan

    Perkenalan dengan responden

    Pengisian Lembar Kuesioner

  • Pemeriksaan OHIS, DMF-T dan def-t

    Kegiatan SGM