gambaran persepsi faktor risiko jatuh pada...

88
GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI WERDHA BUDI MULIA 4 MARGAGUNA JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) OLEH: PERMATA HIDAYAT ASHAR NIM: 1111104000023 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M/1437 H

Upload: vanlien

Post on 07-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA

LANSIA DI PANTI WERDHA BUDI MULIA 4 MARGAGUNA

JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH:

PERMATA HIDAYAT ASHAR

NIM: 1111104000023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M/1437 H

Page 2: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

ii

Page 3: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

iii

Page 4: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

iv

Page 5: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

v

Page 6: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Permata Hidayat Ashar

Tempat/TglLahir : Payakumbuh, 12 Mei 1993

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Status : Belum Menikah

Alamat : Jalan Tanjung Gadang no.4 RT 06 RW 08 Payakumbuh Barat

Riwayat Pendidikan

1. SD :SD Negri 26 Bunian Payakumbuh

2. SMP :SMP Islam Raudhatul Jannah Payakumbuh

3. SMA :SMA Negri 3 Payakumbuh

4. PT :S1 Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Jakarta

Pengalaman Organisasi

1. Ketua Osis SMP Islam Raudhatul Jannah Payakumbuh (2005-2006)

2. PASKIBRAKA Payakumbuh Sumatera Barat (2009)

3. Ketua Tim Yamaha Ecoyouth SMA Negri 3 Payakumbuh (2010)

4. Anggota Departemen Kebudayaan dan Olahraga BEM PSIK (2012-2013)

Page 7: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

vii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM OF

NURSING

Thesis, January 2016

Permata Hidayat Ashar, NIM: 1111104000023

Descripyion of Fall Risk Factors Perception in Elderly at Social Home Tresna Werdha

Budi Mulia 4 Margaguna South Jakarta.

(xxi+81Halaman+9Tabel+ 2Gambar+6Lampiran)

ABSTRACT

Elderly is the final stage of human growth, the moment one enters the stage of the elderly, they

will undergo a variety of changes that cause risk of falling. The risk of falls in the elderly in

addition influenced by internal factors in the elderly, the risk of falling is also influenced by

extrinsic factors that exist around the elderly. The purpose of this study is to describe the risk of

falls in the elderly in Tresna Elderly Social Institution (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna

South Jakarta. This type of research is a quantitative study with a descriptive approach to 38

respondents elderly. Data collected by using a questionnaire risk factors for falls in the elderly.

The result are, client with cardiovascular deseas 71,1% had risk of falls. Client with

movement disability 50% had risk of falls. Client with nerve deseas 68,4% had risk of

falls. Client with visual disability 63,2% had risk of falls. Client with hearing disability

50% had risk of falls. Client thats wear walker, 42,1% had risk for fall. Client with

insecure environtment, 81,6% had for fall. Client with problem in daily activity, 73,7%

had risk for fall. Client with previous disease 50% had risk for fall. The result is expected

to be a reference for developing a prevention program falls in the elderly who are at risk of

falling.

Keywords: Elderly, Fall risk, Intrinsic Factor, Ektsrinsic Factor

Reading List: 93(1998-2015)

Page 8: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

viii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU

KEPERAWATAN

Skripsi, Januari2016

Permata Hidayat Ashar, NIM:1111104000023

GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA LANSIA DI PANTI

SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 4 MARGAGUNA JAKARTA SELATAN

(xxi+81Halaman+9Tabel+ 2Gambar+6Lampiran)

ABSTRAK

Lansia merupakan tahap akhir pertumbuhan manusia, saat seseorang memasuki tahap lansia

maka mereka akan mengalami berbagai perubahan yang menyebabkannya beresiko

mengalami jatuh. Resiko jatuh pada lansia selain dipengaruhi oleh faktor internal pada lansia,

resiko jatuh juga dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik yang ada disekitar lansia. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran resiko jatuh pada lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Jenis penelitian adalah

penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif pada 38 responden lansia.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner faktor resiko jatuh pada lansia.

Hasil penelitian didapatkan klien dengan masalah jantung 71,1% beresiko jatuh. Klien

dengan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. Klien dengan gangguan syaraf

68,4% beresiko jatuh. Klien dengan gangguan penglihatan 63,2% beresiko jatuh. Klien

dengan gangguan pedengaran 50% beresiko jatuh. Klien yang menggunakan alat bantu

jalan 18,4% beresiko jatuH. Klien yang menilai lingkungannya tidak aman 81,6%

beresiko jatuh. Klien yang tidak melakukan kegiatan aktivitas 73,7% beresiko jatuh.

Klien yang memiliki riwayat penyakit 50% beresiko jatuh. Hasil penelitian ini diharapkan

menjadi acuan untuk mengembangkan program pencegahan jatuh pada lansia yang

beresiko jatuh di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta

Selatan .

Kata kunci: Lansia, Resiko Jatuh, Faktor Intrinsik, Faktor Eksrinsik

Daftar Bacaan: 93(1998-2015)

Page 9: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Subhanahuwata’ala, kita memuji, meminta pertolongan

dan memohon pengampunan kepada-Nya, dan kita berlindung kepada Allah dari keburukan

diri dan kejahatan amal perbuatan kita. Aku bersaksi tidak ada Dzat yang berhak diibadahi

kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu Rasulullah Shollallahu ‘alaihi

wasalam.

Atas berkat rahmat, karunia, dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Gambaran Persepsi Faktor Risiko Jatuh Pada Lansia di Panti Werdha Budi

Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan”.

Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar

Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Jakarta serta menerapkan dan mengembangkan teori-teori

yang penulis peroleh selama kuliah.

Penulis telah berusaha untuk menyajikan suatu tulisan ilmiah yang rapi dan sistematik

sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Penulis menyadari bahwa penyajian skripsi ini jauh

dari sempurna. Hal ini disebabkan masih terbatasnya pengetahuan, pengalaman, dan

kemampuan penulis dalam melihat fakta, memecahkan masalah yang ada, serta

mengeluarkan gagasan ataupun saran-saran. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang

berguna untuk menyempurnakan skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka dan rasa

terima kasih.

Page 10: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

x

Sesungguhnya banyak pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan yang tak

terhingga nilainya hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tuaku, Bunda Asma Murni dan Ayah Harmolis yang telah mendidik, mencurahkan

semua kasih sayang tiada tara, mendo’akan keberhasilan penulis, serta memberikan

bantuan baik moril maupun materil kepada penulis selama proses menyelesaikan proposal

skripsi ini. Tak lupa Abangku Berlian, Kakakku Intan dan Adikku Arif, Taufik, Agung,

dan seluruh keluargaku yang selalu memberikan semangat tanpa pamrih.

2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku Ketua Program Studi dan Ibu Ernawati, S.Kp,

M.Kep, Sp.KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Ns. Uswatun Khasanah, MNS dan Ibu Maftuhah, M.Kep, Ph.D selaku Dosen

Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu

serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar kepada penulis selama proses

pembuatan skripsi ini.

5. Ibu Nia Damiaty, S.Kp, MNS selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih sebesar-

besarnya untuk beliau yang telah membimbing dan memberi motivasi selama 4 tahun

duduk di bangku kuliah.

6. Bapak / Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis serta

seluruh staf dan karyawan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Page 11: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

xi

7. Segenap Staf Pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada saya selama duduk di bangku kuliah.

8. Seluruh Lansia di panti werdha budi mulia 4 margaguna yang bersedia menjadi responden

dalam penelitian ini.

9. Sahabat tercinta, di Saung Bunin, Iqbal, Ilzam, Alfian, Gilang, Rizal, Syahir, Azmi, Andi,

Anjay, Diza, Audy, dan Trisna yang selalu menyemangati, menghibur, membantu serta

memberi referensi terbaik bagi penelitian ini dan terkhusus untuk Centia Sari Yusuf yang

selalu memberikan motivasi, menemani serta memberi arahan terbaik demi terselesainya

penelitian ini.

10. Teman-teman PSIK 2011, yang telah berjuang bersama selama 4 tahun di bangku kuliah

ini dan memotivasi dalam mencapai cita -cita.

Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna,

namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Ciputat, Januari 2016

Permata Hidayat Ashar

Page 12: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

xii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................................... i

Surat Pernyataan ................................................................................................................ ii

Surat Pengesahan ............................................................................................................... iii

Pernyataan Persetujuan ...................................................................................................... iv

Surat Pengesahan ............................................................................................................... v

Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................................ vi

Abstract .............................................................................................................................. vii

Abstrak ............................................................................................................................... viii

Kata Pengantar ................................................................................................................... ix

Daftar Isi ............................................................................................................................ xii

Daftar Tabel ........................................................................................................................ xiv

Daftar Gambar dan Bagan .................................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Populasi Berisiko ...................................................................................................... 8

B. Lanjut Usia ............................................................................................................... 11

C. Jatuh .......................................................................................................................... 16

D. Kerangka Teori ......................................................................................................... 30

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ..................................................................................................... 31

B. Definisi Operasional ................................................................................................. 32

BAB IV METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ...................................................................................................... 34

B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................................. 34

C. Populasi dan Sampel ................................................................................................. 35

Page 13: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

xiii

D. Alat Pengumpul Data ............................................................................................... 36

E. Uji Validitas dan Realibilitas .................................................................................... 38

F. Langkah Pengumpulan Data .................................................................................... 39

G. Etika Penelitian ........................................................................................................ 40

H. Pengolahan Data ....................................................................................................... 42

I. Analisis Data .............................................................................................................. 43

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ....................................................................... 44

B. Analisis Univariat ..................................................................................................... 45

BAB VI KERANGKA KONSEP DANDEFINISI OPERASIONAL

A. Gambaran Faktor Intrinsik Risiko Jatuh .................................................................. 50

B. Gambaran Faktor Ektrinsik Risiko Jatuh ................................................................. 55

C. Gambaran Faktor Situasional Risiko Jatuh .............................................................. 56

D. Keterbatasan Penelitian ............................................................................................ 57

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulam ............................................................................................................. 59

B. Saran ......................................................................................................................... 60

Daftar Pustaka

Page 14: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

xiv

DAFTAR TABEL

No. Tabel

Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin dan Umur Responden.......................................45

Tabel 5.2 Gambaran Gangguan Jantung...................................................................46

Tabel 5.3 Gambaran Gangguan Anggota Gerak.......................................................46

Tabel 5.4 Gambaran Gangguan Sistem Saraf...........................................................46

Tabel 5.5 Gambaran Gangguan Penglihatan.............................................................47

Tabel 5.6 Gambaran Gangguan Pendengaran...........................................................47

Tabel 5.7 Gambaran Alat Bantu Berjalan.................................................................48

Tabel 5.8 Gambaran Lingkungan.............................................................................48

Tabel 5.9 Gambaran Aktivitas..................................................................................49

Tabel 5.10 Gambaran Riwayat Penyakit....................................................................49

Page 15: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

xv

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN

Gambar 2.1 Kerangka Teori...........................................................................................30

Gambar 3.1 Kerangka Konsep.......................................................................................31

Page 16: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi secara

alami di dalam kehidupan manusia. Menurut WHO dalam Health in South

East-Asia tahun 2010, proporsi penduduk tua dalam populasi mengalami

perkembangan yang sangat cepat terlebih pada Negara di kawasan Asia

Tenggara. Indonesia sebagai salah satu negara yang berada di kawasan Asia

Tenggara, memiliki riwayat peningkatan jumlah lansia yang signifikan

seiring dengan peningkatan kualitas kesehatan yang berdampak pada

peningkatan angka harapan hidup yakni sebesar 14 juta jiwa lansia sejak

tahun 1971 hingga tahun 2009 (Komnas Lansia, 2010).

Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2009, jumlah

penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 19,32 juta orang

(8,37%) dari total seluruh penduduk Indonesia. Dibandingkan dengan tahun

sebelumnya, terjadi peningkatan jumlah penduduk lansia dimana pada tahun

2005 jumlah penduduk lansia sebesar 16,80 juta orang. Angka ini naik

menjadi 18,96 juta orang pada tahun 2007, dan menjadi 19,32 juta orang

pada tahun 2009. Propinsi yang menjadi peringkat pertama dengan proporsi

penduduk lansia tertinggi ditempati oleh Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta (14,02%) kemudian diikuti oleh propinsi lainnya.

Page 17: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

2

Memasuki usia tua akan mengalami kondisi kemunduran fisik yang

ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi ompong,

pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,gerakan lambat,

dan gerakan tubuh yang tidak proporsional. Selain itu lansia juga akan

mengalami kemunduran kemampuan kognitif, serta psikologis, artinya

lansia mengalami perkembangan dalam bentuk perubahan-perubahan yang

mengarah padaperubahan yang negatif. Akibatnya perubahan fisik lansia

akan mengalami gangguan mobilitas fisik yang akan membatasi

kemandirian lansia dalam memenuhi aktifitas sehari-hari (Nugroho, 2000).

Salah satu masalah fisik yang dapat mengakibatkan kecacatan atau

kematian yang sering terjadi pada lansia yang harus dicegah dan perlu

mendapatkan perhatian dari masyarakat keperawatan adalah jatuh,sebab

kecelakaan dan jatuh merupakan masalah yang sering menyebabkan

kecacatan, cidera, depresi, dan cidera fisik terhadap lansia, karena

bertambahnya usia kondisi fisik, mental, dan fungsi tubuh pun menurun

(Nugroho, 2012).Penelitian yang dilaksanakan di Pelayanan lansia di Veresa

Italia pada 1 Juli 2004 sampai 31 Desember 2007 terhadap 293 lansia,

terjadi kasus jatuh sebanyak 695 kali dimana pada wanita sebanyak 221

orang (75,4%) dan 72 pria (24,6%) , serta 133 (45,4%) orang yang telah

mengalami jatuh sebelumnya, penelitian ini juga menggambarkan bahwa

pada 152 lansia jatuh tidak mengalami cidera sedangkan 141 lainnya

mengalami cidera. Cidera yang terjadi meliputi cidera ringan sebanyak 95

orang serta cidera berat sebanyak 46 orang (Baranzini et al, 2004).

Page 18: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

3

Berdasarkan survei masyarakat di Amerika Serikat didapatkan sekitar

30 % lansia umur lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahunnya. Separuh dari

angka tersebut mengalami jatuh berulang. Insiden jatuh di masyarakat

Amerika Serikat pada umur lebih dari 65 tahun sebanyak 1800 kejadian per-

tahun yang menyebabkan kematian (Centers for Disease Control and

Prevention, CDC, 2014). Penelitian yang dlaksanakan di Iran pada tahun

2010-2011 terhadap 180 lansia menunjukkan angka kejadian jatuh pada

lansia di empat puluh pelayanan lansia, dua kali atau lebih selama satu tahun

(Salehi et al, 2014). Di Indonesia terdapat Insiden jatuh, tercatat dari 115

penghuni panti sebanyak 30 lansia atau sekitar 43.47% mengalami jatuh

(Darmojo, 2004).

Faktor resiko yang menyebabkan jatuh pada lansia terbagi menjadi 2

bagian, yaitu yang pertama berdasarkan Faktor instrinsik, faktor ini

menggambarkan variabel-variabel yang menentukan mengapa seseorang

dapat jatuh pada waktu tertentu dan orang lain dalam kondisi yang sama

mungkin tidak jatuh (Stanley, 2006). Faktor intrinsik tersebut antara lain

adalah gangguan muskuloskeletal misalnya menyebabkan gangguan gaya

berjalan, kelemahan ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkop yaitu

kehilangan kesadaran secara tiba-tiba yang disebabkan oleh berkurangnya

aliran darah ke otak dengan gejala lemah, penglihatan gelap, keringat

dingin, pucat dan pusing (Lumbantobing, 2004). Kedua berdasarkan faktor

ekstrinsik, faktor ini merupakan faktor dari luar (lingkungan sekitarnya)

diantaranya cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin,

tersandung benda-benda, tempat berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil,

Page 19: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

4

atau tergeletak di bawah, tempat tidur atau WC yang rendah atau jongkok,

obat-obatan yang diminum dan alat-alat bantu berjalan (Maryam, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan Ediawati (2012), tentang “Gambaran

tingkat kemandirian Activity Of Daily Living (ADL) dengan risiko jatuh

pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Jakarta Timur”

menunjukkan lansia yang memiliki tingkat kemandirian sekitar (97,9%)

dalam melakukan ADL pada indeks katz dan risiko jatuh sekitar (44,1%)

pada skala morse falls.

Studi pendahuluan telah dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha

Budi Mulia 4 Margaguna, terdapat 208 penghuni lansia yang terdiri dari 69

orang berjenis kelamin laki-laki dan 139 orang berjenis kelamin perempuan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala panti Sosial Tresna Werdha

Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan pada tanggal 6 April 2015, terdata

67 orang lansia penghuni yang berisiko tinggi untuk jatuh dan dalam

sebulan terakhir terdapat 3 kejadian jatuh pada lansia wanita di panti

tersebut. Observasi lingkungan telah dilakukan di semua area yang ada di

panti seperti area kamar tidur, kamar mandi, aula, taman, mushalla,

lapangan olahraga dan lainnya dan didapatkan beberapa aspek yang dapat

menyebabkan risiko jatuh pada lansia yakni tidak adanya pembatas pada

kasur, beberapa lantai yang tidak rata dan lantai keramik yang retak atau

pecah.

Oleh karena itu, perawat komunitas sebagai profesi kesehatan yang

dekat dengan lansia di komunitas memiliki peran besar dalam mencegah

Page 20: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

5

kejadian jatuh dengan mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan

jatuh terhadap lansia. Setelah faktor-faktor tersebut teridentifikasi, perawat

dapat berperan sebagai edukator, konselor, motivator serta merancang

program untuk meminimalisir kejadian jatuh di suatu komunitas lansia

sehingga berdampak pada peningkatan angka kesehatan terhadap lansia.

Hasil pemaparan studi pendahuluan dan beberapa hasil literature

riview dari beberapa jurnal penelitian diatas peniliti tertarik untuk meneliti

“Gambaran Persepsi Tentang Faktor Risiko Jatuh pada Lansia di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, data tentang kejadian jatuh di dunia dan

di Indonesia tinggi. Kejadian jatuh pada lansia dapat disebabkan oleh faktor

intrinsic, faktor ektrinsik dan faktor situasional. Apabila tidak dicegah bagi

lansia yang beresiko mengalami jatuh, maka lansia tersebut dapat

mengalami cidera, disabilitas bahkan kematian.

Hasil studi pendahuluan diatas, kejadian jatuh di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulia 4 Margaguna cukup tinggi yaitu 3 lansia dalam 1 bulan

terakhir dan terdapat 67 lansia berisiko mengalami jatuh. Akibat dari

kejadian jatuh tersebut juga menyebabkan lansia tidak dapat berjalan, efek

lainnya juga dapat menurunkan kualitas hidup lansia tersebut. Di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna belum terdapat program

khusus dalam pencegahan jatuh, hanya ada seminggu sekali program senam

lansia yang merupakan salah satu jenis aktivitas fisik.

Page 21: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

6

Dari uraian dalam latar belakang diatas, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran persepsi tentang faktor risiko

jatuh pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna

Jakarta Selatan?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umun

Untuk mengetahui gambaran persepsi tentang faktor risiko jatuh pada

lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta

Selatan.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada penelitian ini adalah:

a. Menggambarkan persepsi tentang faktor intrinsik risiko jatuh pada

lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta

Selatan.

b. Menggambarkan persepsi tentang faktor ekstrinsik risiko jatuh pada

lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta

Selatan.

c. Menggambarkan persepsi tentang faktor situasional risiko jatuh pada

lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta

Selatan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Page 22: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

7

Hasil penelitian ini dapat sebagai masukan dan tambahan ilmu bagi

profesi keperawatan di seputar lanjut usia dalam hal faktor–faktor yang

berhubungan dengan kejadian jatuh terhadap lansia.

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi berguna untuk masyarakat

khususnya masyarakat yang mempunyai anggota keluarga lanjut usia

agar mengetahui dan mencegah faktor–faktor yang dapat mengakibatkan

kejadian jatuh terhadap lansia.

3. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

petugas Panti Sosial Tresna Wherda dalam mengkaji, menganalisis serta

mengatasi faktor–faktor yang dapat mengakibatkan kejadian jatuh

terhadap lansia.

4. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran untuk

pengembangan penelitian selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang tujuannya

untuk memperoleh informasi tentang gambaran faktor-faktor yang

berhubungan dengan risiko jatuh pada lansia. Pengumpulan data dilakukan

dengan menyebarkan kuesioner dan observasi. Informant dalam penelitian

ini adalah lanjut usia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia

4 Margaguna dan termasuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini.

Page 23: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

8

Informant pendukung adalah kepala bagian Sie Keperawatan Panti Sosial

Tresna Werdha (PSTW) dan Petugas penanggung jawab ruangan wbs

sebagai crosscheck data.

Page 24: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Populasi Berisiko

Populasi merupakan kumpulan orang yang memiliki karakteristik

umum personal dan lingkungan seperti umur, ras, jenis kelamin, kelas

sosial, diagnosa medis, tingkat kecacatan, paparan toksin, serta partisipasi

dalam perilaku mencari kesehatan (Maures & Smith, 2000). Definisi risiko

menurut Hanafi (2006) risiko merupakan besarnya penyimpangan antara

tingkat pengembalian yang diharapkan (expectedreturn–ER) dengan tingkat

pengembalian aktual (actual return).

Populasi berisiko adalah populasi yang memiliki faktor risiko umum

atau terpapar oleh risiko yang dapat menimbulkan ancaman kesehatan.

(Minnesota Department of Health Center for Public Health Nursing, 2003).

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa at risk adalah

kemungkinan suatu pupulasi yang memiliki faktor risiko terkena penyakit

atau terkena peristiwa yang menyebabkan risiko sehingga memerlukan

kebutuhan atau perhatian khusus. Contoh populasi berisiko adalah lanjut

usia karena lansia memiliki faktor risiko lebih besar untuk terkena penyakit

atau keterbatasan dalam perawatan diri karena terjadi perubahan fisiologis

dan psikososial (Federal Management Agency National Response

Framework dalam North Carolina Center for Public Health Preparedness,

2010).

Page 25: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

9

Berikut ini merupakan karakteristik dari At risk:

1. Biologi dan Usia

Pada teori biologi dikenal dengan istilah ‘pemakaian dan perusakan’

yang terjadi karena kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel-sel

tubuh menjadi lelah (pemakaian). Pada teori ini juga didapatkan

terjadinya peningkatan jumlah kolagen dalam tubuh lansia, tidak ada

perlindungan terhadap radiasi, penyakit, dan kekurangan gizi (Wahjudi

Nugroho, 2000). Perubahan fisiologis terkait dengan usia misalnya

perubahan fisiologis dan psikososial yang terjadi pada lansia (Miller,

2004 & Mauk, 2010). Penuaan dalam perspektif fisiologis adalah proses

perubahan yang terjadi dalam sistem tubuh sedangkan teori biologis

menyatakan bahwa perubahan yang terjadi adalah bagaimana tubuh dapat

mempengaruhi penuaan (Stanhope & Lancaster, 2004). Perubahan

tersebut dapat mengakibatkan dampak negatif bagi kesehatan misalnya

perubahan anatomis pada sistem neurologis yang berdampak pada sistem

lainnya baik fisiologis maupun psikososial (Miller, 2004 & Mauk, 2010)

2. Sosial

a Interaksi sosial

Interaksi sosial terjadi berdasarkan atas hukum pertukaran barang

dan jasa (Maryamet al, 2008). Berbudaya sosial merupakan cara

hidup populasi dan merefleksikan perbedaan suatu kelompok

berdasarkan wilayah geografi. Lansia dengan budaya yang berbeda

Page 26: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

10

dapat memiliki kendala bahasa yang mempengaruhi interaksi sosial

dan perawatan kesehatan (Wallace, 2008).

b Penarikan diri

Perubahan dalam hubungan sosial terjadi pada lansia seperti

menghindar dari masyarakat yang dapat menyebabkan isolasi sosial

dan depresi (Mauk, 2010).

3. Ekonomi

Perubahan ekonomi pada lansia dikaitkan dengan pensiun, pensiun

berdampak pada berkurangnya pendapatan dan behentinya karir

lansia. Lansia yang hidup sendiri memiliki status ekonomi kemiskinan

yang lebih tinggi daripada lansia yang hidup dengan pasangan. Status

ekonomi yang rendah akan mempengaruhi akses terhadap pelayanan

kesehatan sehingga dapat meningkatkan insidensi penyakit (Mauk,

2010). Lansia dengan sumber finansial yang adekuat dapat memenuhi

kebutuhan yang berhubungan dengan kesehatan (Stanhope &

Lancaster, 2004).

4. Gaya Hidup

Perubahan lansia seperti pada sistem neurologis berdampak pada

kerusakan kognitif seperti demensia yang dapat terjadi karena faktor

gaya hidup.Perubahan pada sistem kardiovaskuler seperti hipertensi

juga dapat merupakan akibat dari faktor risiko perilaku atau gaya

hidup (Wallace, 2008).

Page 27: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

11

B. Lanjut Usia

1. Definisi

Lansia atau usia lanjut merupakan tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia (Keliat, 1999 dalam Maryam, 2010). Menua (menjadi

tua = aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan

yang diderita (Darmojo, 2009).

Penuaan didefinisikan secara subyektif dan obyektif. Secara subyektif

penuaan didefinisikan menurut makna dan pengalaman personal. Secara

obyektif, penuaan dihubungkan dengan lanjut usia (Miller, 2004).

Lansia juga didefinisikan sebagai orang yang kemampuan fungsionalnya

dipengaruhi oleh perubahan akibat penuaan dari faktor risiko. Definisi

lansia tidak hanya berdasarkan umur kronologis tetapi berdasarkan pada

karakteristik fisiologis dan psikososial yang dihubungkan dengan

maturitas (Miller, 2004).

2. Klasifikasi Usia

Menurut kesepakatan Depsos yang dirujuk dari berbagai lintas sektor,

penduduk lanjut usia adalah sekelompok penduduk yang berusia lebih

dari 60 tahun, sedangkan menurut Depkes penduduk usia lanjut

dikelompokkan menjadi usia prasenilis 45-59 tahun, usia lanjut 60 tahun

ke atas. Kelompok usia risiko tinggi 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun

ke atas dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2009).

Page 28: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

12

Berikut ini merupakan pengelompokan usia lansia:

a. Menurut Departemen Kesehatan:

1) Kelompok Pertengahan Umur

Kelompok usia dalam masa virilitas, yaitu masa persiapan usia

lanjut yang menampakan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa

(45-59 tahun).

2) Kelompok Usia Lanjut Dini

Kelompok dalam masa prasenium, yaitu kelompok yang mulai

memasuki usia lanjut (60-65).

3) Kelompok Usia Lanjut

Kelompok dalam masa senium (65 tahun keatas).

4) Kelompok Usia Lanjut dengan Risiko Tinggi

Kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia

lanjut yang hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat

atau cacat.

b. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2007) lanjut usia

meliputi:

1) Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia antara 60-74

tahun.

2) Usia lanjut tua (old) adalah kelompok usia antara 75-90 tahun.

3) Usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia di atas 90 tahun.

Page 29: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

13

3. Perubahan Fungsional Akibat Menua

Perubahan fungsional akibat penuaan terjadi pada fungsi fisiologis dan

psikologis diantaranya adalah perubahan pada fungsi neurologis, sensori,

muskuloskeletal, dan kognitif (Miller, 2004; Wallace, 2008; Mauk,

2010).

a. Perubahan Sistem Neurologis

Perubahan pada sistem neurologis diantaranya adalah penurunan berat

otak, aliran darah ke otak dan berkurangnya neuron. Perubahan

anatomis tersebut menyebabkan lansia kehilangan memori, menjadi

lambat dalam bereaksi, masalah keseimbangan dan gangguan tidur

(Mauk, 2010; Wallace, 2008). Perubahan sistem saraf pada lansia

mempengaruhi sistem organ lainnya. Perubahan sistem saraf di otak

berpengaruh pada stabilitas tubuh (Mauk, 2010). Perubahan pada saraf

motorik mengakibatkan perubahan dalam reflek, kerusakan kognitif

dan emosi, serta penurunan jumlah sel otot yang dapat mengakibatkan

kelemahan otot. Perubahan pada sistem saraf pusat mempengaruhi

proses komunikasi dan sistem organ lain seperti sistem penglihatan,

vestibuler dan propiosepsi (Digiovanna, 2000 dalam Mauk, 2010).

Gangguan pada pengiriman pesan tersebut dapat mempengaruhi

keseimbangan yang terjadi melalui 3 tahap yaitu transduksi, transmisi,

dan modulasi (Joesoef, 1997 & Nurjaman, 1998 dalam Bintoro, 2000).

Page 30: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

14

Tahap tranduksi adalah penerimaan rangsangan dari luar oleh reseptor

visual, propioseptif dan vestibuler. Rangsangan tersebut dapat berupa

cahaya, sentuhan, gerakan, tekanan dan lingkungan. Pada tahap

transmisi, rangsangan dikirim ke pusat keseimbangan di otak.

Informasi yang diterima di otak akan diolah untuk dilakukan proses

modulasi dan diterima neuromuskuloskeletal sebagai efektor untuk

beradaptasi dalam mempertahankan keseimbangan (Joesoef, 1997 &

Nurjaman, 1998 dalam Bintoro, 2000).

b. Perubahan Sistem Sensori

Perubahan sistem sensori terdiri dari sentuhan, pembauan, perasa,

penglihatan, dan pendengaran (Mauk, 2010). Perubahan pada indera

pembauan dan pengecapan dapat mempengaruhi lansia dalam

mempertahankan nutrisi yang adekuat (Wallace, 2008). Penurunan

sensitivitas sentuhan terjadi pada lansia seperti berkurangnya

kemampuan neuron sensori yang secara efisien memberikan sinyal

deteksi, lokasi dan identifikasi sentuhan atau tekanan pada kulit

(Stevens & Choo, 1996 & Digiovanna, 2000 dalam Mauk, 2010).

Lansia juga terjadi kehilangan sensasi dan propiosepsi serta resepsi

informasi yang mengatur pergerakan tubuh dan posisi (Shaffer &

Harrison, 2007 dalam Mauk, 2010).

Kehilangan pendengaran pada lansia terjadi sebagai hasil perubahan

dari telinga bagian dalam (Digiovanna, 2000, Tortora & Derrickson,

2006 dalam Mauk, 2010). Telinga bagian dalam terdiri dari kokhlea

Page 31: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

15

dan organ-organ keseimbangan. Sistem vestibular bersama-sama

dengan mata dan propioseptor membantu dalam mempertahankan

keseimbangan fisik tubuh atau ekuilibrium. Gangguan pada sistem

vestibular dapat mengarah pada pusing dan vertigo yang dapat

mengganggu keseimbangan (Patt, 1998 & Ress, et al, 1999 dalam

Mauk, 2010).

Faktor resiko dari perubahan pendengaran pada lansia adalah proses

penyakit, medikasi ototoksik, dan pengaruh lingkungan. Konsekuensi

fungsionalnya adalah berpengaruh terhadap pemahaman dalam

berbicara, gangguan komunikasi, kebosanan, apatis, isolasi sosial,

rendah diri, serta ketakutan dan kecemasan yang berhubungan dengan

bahaya keamanan lingkungan (Miller, 2004).

c. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal adalah

berkurangnya massa dan kekuatan otot, berkurangnya massa dan

kekuatan tulang (Mauk, 2010). Lansia mengalami penurunan kekuatan

dan kelenturan otot seperti kekuatan genggaman tangan, kekuatan

kaki berkurang pada pria, genggaman tangan dan kekuatan kaki pada

wanita (Lord, et al, 2007). Sistem muskuloskeletal berhubungan

dengan mobilitas dan keamanan yang dapat mempengaruhi seluruh

aktivitas sehari-hari. Mobilitas yang aman dan keseimbangan juga

dipengaruhi oleh sistem sensori seperti penglihatan dan pendengaran,

hipotensi postural, dan sistem saraf pusat (Miller, 2004). Lansia

Page 32: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

16

wanita lebih memiliki control muscular yang kurang sehingga

mempengaruhi ekstremitas bawah.

Ketidakseimbangan pada posisi tegak dipengaruhi oleh perubahan

akibat penuaan seperti berkurangnya reflek, kerusakan fungsi

propioseptif, berkurangnya sensasi vibrasi dan posisi tulang sendi

pada ekstremitas bawah (Tideiksaar, 1989 dalam Miller, 2004). Faktor

risiko dari mobilitas yang tidak aman adalah lingkungan yang tidak

aman, medikasi, dan kerusakan kognitif (Miller, 2004). Konsekuensi

fungsional negatif yang diakibatkan dari perubahan sistem

muskuloskeletal dan faktor risikonya ialah berkurangnya kekuatan

otot, kelenturan dan koordinasi, terbatasnya rentang gerak sendi,

meningkatnya risiko jatuh dari fraktur (Miller, 2004).

d. Perubahan Fungsi Kognitif

Perubahan psikososial berhubungan dengan perubahan kognitif dan

afektif (Mauk, 2010). Kemampuan kognitif lansia juga dipengaruhi

oleh faktor personal dan lingkungan seperti tingkat pendidikan,

persepsi diri dan pengharapan, serta status kesehatan mental seperti

kecemasan dan depresi (Birren & Morison, 1961, Green, 1969 dalam

Miller, 2004). Perubahan psikososial juga berdampak pada kepuasan

hidup dan perubahan arti hidup (Mauk, 2010).

C. Jatuh

1. Definisi

Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi

mata, yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak

Page 33: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

17

terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa

kehilangan kesadaran atau luka (Darmojo, 2004).

Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang sadar

menjadi berada di permukaan tanah tanpa disengaja dan tidak termasuk

jatuh akibat pukulan keras, kehilangan kesadaran, atau kejang. Kejadian

jatuh tersebut adalah dari penyebab yang spesifik yang jenis dan

konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam keadaan sadar

mengalami jatuh (Stanley, 2006).

Jatuh adalah kejadian tiba-tiba dan tidak sengaja yang mengakibatkan

seseorang terbaring atau terduduk dilantai yang lebih rendah tanpa

kehilangan kesadaran (Maryam, 2010).

Kejadian jatuh pada lansia dipengaruhi oleh faktor intrinsik seperti

gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekuatan

sendi, sinkope dan dizziness, serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang

licin dan tidak rata, tersandung benda-benda, penglihatan kurang karena

cahaya kurang terang dan lain-lain (Darmojo, 2004).

Faktor risiko jatuh ditentukan oleh:

a. Sistem sensorik

Sistem sensorik yang berperan adalah sistem penglihatan (visus) dan

pendengaran, perubahan pada mata akan menimbulkan gangguan

pendengaran dan pada telinga akan menimbulkan gangguan

pendengaran.

Page 34: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

18

b. Sistem saraf pusat

Penyakit pada susunan saraf pusat (SSP), seperti stroke dan parkinson,

sering diderita oleh lanjut usia dan menyebabkan gangguan fungsi

SSP sehingga tidak baik terhadap sensorik.

c. Kognitif

Dimensia diasosiasikan dengan risiko jatuh pada lansia

d. Muskuloskeletal

Faktor ini sangat berperan terhadap kejadian jatuh pada lansia.

Gangguan muskuloskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan dan

ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis, misalnya:

kekakuan jaringan penghubung, berkurangnya massa otot,

perlambatan konduksi saraf dan lapang pandang dapat menyebabkan

penurunan kualitas sendi, ektremitas dan goyangan badan.

2. Faktor penyebab jatuh

Faktor-faktor pada lansia dapat dibagi 2 golongan besar, yaitu:

a. Faktor Intrinsik

Faktor yang berasal dari dalam tubuh lansia sendiri,yaitu gangguan

jantung dan sirkulasi darah, gangguan sistem anggota gerak, misalnya

kelemahan otot ekstremitas bawah dan kekuatan sendi, gangguan

Page 35: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

19

sistem susunan saraf misalnya neuropati perifer, gangguan

pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan psikologis, infeksi

telinga, gangguan adaptasi gelap, pengaruh obat-obatan yang dipakai

(diazepam, antidepresi, dan antihipertensi), vertigo, atritis lutut,

sinkop dan pusing, serta penyakit sistemik lainnya.

1) Gangguan Jantung

Merupakan gangguan berupa kehilangan oksigen dan makanan ke

jantung karena aliran darah ke jantung melalui arteri koroner

berkurang. Tanda dan gejala penyakit jantung pada lanjut usia

adalah sering kali merasakan nyeri pada daerah prekordial dan

sesak nafas yang mengakibatkan rasa cepat lelah dan biasanya

terjadi ditengah malam. Gejala lainnya adalah kebingungan,

muntah-muntah, dan nyeri pada perut karena pengaruh dari

bendungan hepar atau keluhan imsomnia (Darmojo 2004).

2) Gangguan Gerak

Gangguan gerak atau sering disebut dengan gangguan

ekstrapiramidal merupakan kelainan regulasi terhadap gerakan

volunter. Gangguan ini merupakan bagian sindroma neurologic

berupa gerakan berlebihan atau gerakan yang berkurang namun

tidak berkaitan dengan kelemahan (paresis). Insiden dan prevalensi

gangguan gerak bertambah sesuai dengan bertambahnya usia. Hal

tersebut diakibatkan karena penggunaan obat-obatan yang dapat

mencetuskan terjadinya gangguan tersebut (Miller 2005).

Page 36: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

20

Gangguan gerak pada lansia disebabkan karena proses penuaan

yang mengakibatkan kelainan pada ganglia basal, dibagi menjadi 2

yaitu hipokinetik dan hiperkinetik. Gangguan hipokinetik diartikan

adanya hipokinesia (berkurangnya amplitude gerakan),

bradikinesia (melambatnya gerakan), akinesia (hilangnya gerakan),

seperti pada penyakit parkinson. Sedangkan pada gangguan

hiperkinetikterjadinya gerakan berlebih, abnormal, dan involunter

seperti pada tremor, atheosis, dystonia, hemibalismus, chorea,

myoclonus dan tie (Miller, 2005).

3) Gangguan Neurologis

Perubahan pada sistem neurologis diantaranya adalah penurunan

berat otak, aliran darah ke otak dan berkurangnya neuron.

Perubahan anatomis tersebut menyebabkan lansia kehilangan

memori, menjadi lambat dalam bereaksi, masalah keseimbangan

dan gangguan tidur (Mauk, 2010). Perubahan sistem saraf pada

lansia mempengaruhi sistem organ lainnya. Perubahan sistem saraf

di otak berpengaruh pada stabilitas tubuh (Mauk, 2010). Perubahan

pada saraf motoric mengakibatkan perubahan dalam reflek,

kerusakan kognitif dan emosi, serta penurunan jumlah sel otot yang

dapat mengakibatkan kelemahan otot. Perubahan pada sistem araf

pusat mempengaruhi proses komunikasi dan sistem organ lain

seperti sistem penglihatan, vestibular, dan propiosepsi (Digiovanna,

2000 dalam Mauk, 2010).

Page 37: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

21

4) Gangguan Penglihatan

Gangguan penglihatan meningkatkan insiden jatuh pada lansia

(Salzman, 2010; Skinner, 1984 dalam Howe, et al, 2008). Penuaan

menyebabkan gangguan penglihatan tersebut juga dihubungkan

dengan kemampuan dalam mengontrol pergerakan mata dan

persepsi terhadap warna karena sensitivitas terhadap warna

berkurang pada lansia (Feitosa, et al., 2006 & Meyers, et al., 2004

dalam Petrifsky & Cuneo, 2008). Gangguan penglihatan adalah

perubahan yang terjadi pada ukuran pupil menurun dan reaksi

terhadap cahaya berkurang dan juga terhadap akomodasi, lensa

menguning dan berangsur menjadi lebih buram mengakibatkan

katarak, sehingga mempengaruhi kemampuan untuk melihat

menerima dan membedakan warna-warna (Cieayundacitra, 2010).

Mata adalah organ sensorik yang menstransmisikan rangsangan

melalui jarak pada otak ke lobus oksipitalis dimana rasa

penglihatan ini diterima sesuai dengan proses penuaan yang terjadi,

tentunya banyak perubahan yang terjadi diantaranya alis berubah

kelabu, dapat menjadi kasar pada pria, dan menjadi tipis pada sisi

temporalis baik pada pria maupun wanita. Konjungtiva menipis dan

berwarna kekuningan, produksi air mata oleh kelenjar lakrimalis

yang berfungsi untuk melembabkan dan melumasi konjungtiva

akan menurun dan cenderung cepat menguap sehingga

mengakibatkan konjungtiva lebih kering (Cieayundacitra, 2010).

Page 38: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

22

5) Gangguan Pendengaran

Kehilangan pendengaran pada lansia terjadi sebagai hasil

perubahan dari telinga bagian dalam (Digivanna, 2000; Tortora &

Derrickson, 2006 dalam Mauk, 2010). Telinga bagian dalam terdiri

dari kokhlea dan organ-organ keseimbangan. Sistem vestibular

bersama-sama dengan mata dan propioseptor membantu dalam

mempertahankan keseimbangan fisik tubuh atau ekuilibrium.

Gangguan pada sistem vestibular dapat mengarah pada pusing dan

vertigo yang dapat mengganggu keseimbangan (Patt, 1998 & Ress,

et al, 1999 dalam Mauk, 2010).

Faktor risiko dari perubahan pendengaran pada lansia adalah proses

penyakit, medikasi ototoksik, dan pengaruh lingkungan.

Konsekuensi fungsionalnya adalah berpengaruh terhadap

pemahaman dalam berbicara, gangguan komunikasi, kebosanan,

apatis isolasi sosial, rendah diri, seta ketakutan dan kecemasan

yang berhubungan dengan bahaya keamanan lingkungan (Miler,

2005).

b. Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrisik adalah faktor yang berasal dari luar atau lingkungan,

faktor ekstrisik ini antara lain adalah cahaya ruangan yang kurang

terang, lantai yang licin, benda-benda dilantai, alas kaki yang kurang

pas, tali sepatu, kursi roda tidak terkunci, dan naik turun tangga.

Penyebab luar lain yang menyebakan jatuh pada lansia yaitu gangguan

gaya berjalan, gangguan keseimbangan, obat-obatan, penyakit

Page 39: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

23

tertentuseperti depresi, demensia, diabetes melitus, hipertensi, dan

lingkungan yang tidak aman (Miller, 2005).

1) Alat Bantu Berjalan

Penggunaan alat bantu berjalan dalam jangka waktu lama dapat

mempengaruhi keseimbangan sehingga dapat menyebabkan jatuh

(Safe Saskatchewan and the Seniors’ Falls Provincial Steering

Commite, 2010). Ukuran, tipe dan cara menggunakan alat bantu

jalan seperti walker, tongkat, kursi roda, dan kruk berkontribusi

menyebabkan gangguan keseimbangan dan jauh (Centers for

Disease Control anf Prevention, CDC 2014).

2) Lingkungan

Lingkungan merupakan suatu keadaan atau kondisi baik bersifat

mendukung atau bahaya yang dapat mempengaruhi jatuh pada

lansia (Prabuseso, 2006). Kejadian jatuh di dalam ruangan lebih

sering terjadi di kamar mandi, kamar tidur, dan dapur. Sekitar 10%

kejadian jatuh terjadi di tangga terutama saat turun karena lebih

berbahaya daripada naik tangga (Mauk, 2010). Lingkungan yang

sering dihubungkan dengan jatuh pada lansia antara lain alat-alat

bantu atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau

tergeletak di bawah, tempat tidur tidak atau kamar mandi yang

rendah dan licin, tempat berpegangan yang tidak kuat atau sulit

dijangkau, lantai tidak datar, licin atau menurun, karpet yang tidak

digelar dengan baik, penerangan yang tidak baik (kurang terang

Page 40: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

24

atau menyilaukan), alat kaki yang tidak tepat ukuran, berat maupun

cara penggunaannya yang salah (APS Health Care, 2010).

Keseimbangan berkurang seiring bertambahnya usia karena

perubahan yang terjadi pada lansia (Sihvonen, 2004). Penelitian

yamg dilakukan Maciel dan Guerra (2005) terhadap 310 lansia

yang berusia lebih dari 60 tahun menemukan hubungan antara usia

75 tahun dan keseimbangan yang buruk (Gai, et al, 2010).

Tinetti (2003, dalam gai, et al, 2010) juga menyatakan bahwa lebih

dari sepertiga penduduk berusia 65 tahun atau lebih di dunia

mengalami jatuh dan setengahnya merupakan kejadian berulang.

Jatuh merupakan dampak langsung dari gangguan keseimbangan

(Gai, et al 2010).

Penelitian yang dilakukan pada 120 lansia dengan gangguan

vestibuler di San Paulo, Brazil menghasilkan bahwa rentang usia

berhubungan dengan keseimbangan yang diukur dengan tes Berg

Balance Scale (BBS) yaitu alpha kurang dari 0,001. Skor dari tes

keseimbangan BBS rendah pada lansia berusia 80 tahun atau lebih

(Gazzola, et al. 2006).

c. Faktor Situasional

1) Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari, seperti

berjalan, naik atau turun tangga, melakukan hobi, rekreasi dan

olahraga (Allender & Spradley, 2001). Kategori aktivitas fisik

dapat dibagi berdasarkan tipe, frekuensi, durasi, dan intensitas.

Page 41: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

25

Aktivitas fisik dapat dilakukan dengan frekuensi 1-3 dalam

seminggu dan durasi 15-60 menit (Morris & Schoo, 2004).

Aktivitas fisik secara teratur dapat meningkatkan kemandirian

lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Howe et al., 2007

dalam Salzman, 2010). Latihan fisik juga berpotensi meningkatkan

kualitas tidur, fungsu pencernaan, kardivaskuler, mobilitas,

kekuatan dan keseimbangan, densitas tulang dan meningkatkan

masa hidup (Clemen-Stone et al., 2002).

Penelitian yang dilakukan Weerdesteyn, et al (2006) dengan

sampel 113 lansia dengan riwayat jatuh didapatkan hasil bahwa

kejadian jatuh berkurang 46% pada kelompok lansia yang

dilakukan program latihan dua kali seminggu selama lima minggu,

Lansia yang melakukan latihan keseimbangan fisik meningkat

keseimbangannya dari pada sebelumnya (Maryam, et al., 2009).

2) Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit kronis yang diderita lansia selama bertahun-

tahun biasanya menjadikan lansia lebih mudah jatuh seperti

penyakit stroke, hipertensi, hilangnya fungsi penglihatan, dizziness,

dan sinkope sering menyebabkan jatuh (Darmojo, 2009).

Penyakit kardivaskuler misalnya hipotensi ortostatik (Moylan &

Binder, 2007, Alexander & Goldberg, 2005 dalam Salzman, 2010).

Hipotensi ortostatik adalah penurunan tekanan darah yang terjadi

tiba-tiba saat berubah posisi dari posisi terlentang ke posisi duduk

atau tegak (Salzman, 2010). Hipotensi ortostatik juga didefinisikan

Page 42: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

26

sebagai penurunan tekanan darah diastolik 10 mmHg dalam waktu

3 menit berdiri dibandingkan dengan tekanan darah dari duduk atau

terlentang. Hipotensi ortostatik dapat diketahui dengan melakukan

pengukuran tekanan darah alteri sistemik secara berulang yaitu saat

istirahat dan setelah berdiri selama 3 menit (Cordeiro, et al., 2009).

3. Akibat Jatuh

Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisik dan

psikologis. Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh

adalah patah tulang panggul. Jenis fraktur lain yang sering terjadi akibat

jatuh adalah fraktur pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis serta

kerusakan jaringan lunak. Dampak psikologis adalah walaupun cedera

fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat

memiliki banyak konsekuensi termasuk ansietas, hilangnya rasa percaya

diri, pembatasan dalam aktivitas sehari-hari, falafobia atau fobia jatuh

(Stanley, 2006).

4. Komplikasi

Menurut Kane (1994), yang dikutip oleh Darmojo (2004), komplikasi-

komplikasi jatuh adalah:

a. Perlukaan (Injury)

Perlukaan (injury) mengakibatkan rusaknya jaringan lunak yang terasa

sangat sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya

arteri/vena, patah tulang atau fraktur misalnya fraktur pelvis, femur,

humerus, lengan bawah, tungkai atas.

b. Disabilitas

Page 43: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

27

Mengakibatkan penurunan mobilitas yang berhubungan dengan

perlukaan fisik dan penurunan mobilitas akibat jatuh yaitu kehilangan

kepercayaan diri dan pembatasan gerak.

5. Pencegahan

Menurut Tinetti (1992), yang dikutip dari Darmojo (2004), ada 3usaha

pokok untuk pencegahan jatuh yaitu:

a. Identifikasi Faktor Resiko

Pada setiap lanjut usia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari

adanya faktor instrinsik risiko jatuh, perlu dilakukan penilaian

keadaan sensorik, neurologis, muskuloskeletal dan penyakit sistemik

yang sering menyebabkan jatuh. Keadaan lingkungan rumah yang

berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan.

Penerangan rumah harus cukup tetapi tidak menyilaukan. Lantai

rumah datar, tidak licin, bersih dari benda-benda kecil yang susah

dilihat, peralatan rumah tangga yang sudah tidak aman (lapuk, dapat

bergerser sendiri) sebaiknya diganti, peralatan rumah ini sebaiknya

diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu jalan/tempat

aktivitas lanjut usia. Kamar mandi dibuat tidak licin sebaiknya diberi

pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka. WC sebaiknya

dengan kloset duduk dan diberi pegangan di dinding.

b. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait)

Setiap lanjut usia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya

dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Bila

goyangan badan pada saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka

Page 44: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

28

diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medis. Penilaian gaya

berjalan juga harus dilakukan dengan cermat, apakah kakinya

menapak dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita

mengangkat kakidengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan

otot ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan.

Semuanya itu harus dikoreksi bila terdapat kelainan/penurunan.

c. Mengatur/ mengatasi faktor situasional

Faktor situasional yang bersifat serangan akut yang diderita lanjut usia

dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lanjut usia secara

periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan

mengusahakan perbaikan lingkungan, factor situasional yang berupa

aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan lanjut

usia. Aktifitas tersebut tidak boleh melampaui batasan yang

diperbolehkan baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik. Maka di

anjurkan lanjut usia tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat

melelahkan atau berisiko tinggi untuk terjadinya jatuh.

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan bersifat individual, artinya berbeda untuk tiap kasus

karena perbedaan faktor-faktor yang bekerjasama mengakibatkan jatuh.

Bila penyebab merupakan penyakit akut penangananya menjadi lebih

mudah, lebih sederhana, dan langsung bisa menghilangkan penyebab

jatuh secara efektif. Tetapi lebih banyak pasien jatuh karena kondisi

kronik, multifaktorial sehingga diperlukan terapi gabungan antara obat,

Page 45: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

29

rehabilitasi, perbaikan lingkungan, dan perbaikan kebiasaan lanjut usia

itu.

Pada kasus lain intervensi diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh

ulangan, misalnya pembatasan bepergian/aktivitas fisik, penggunaan alat

bantu gerak. Untuk penderita dengan kelemahan otot ekstremitas bawah

dan penurunan fungsional terapi difokuskan untuk meningkatkan

kekuatan dan ketahanan otot sehingga memperbaiki fungsionalnya.

Sering terjadi kesalahan, terapi rehabilitasi hanya diberikan sesaat

sewaktu penderita mengalami jatuh, padahal terapi ini diperlukan secara

terus-menerus sampai terjadi peningkatan kekuatan otot dan status

fungsional. Terapi untuk penderita dengan penurunan gait dan

keseimbangan difokuskan untuk mengatasi penyebab/faktor yang

mendasarinya. Penderita dimasukkan dalam progam gait training dan

pemberian alat bantu berjalan. Biasanya progam rehabilitasi ini dipimpin

oleh fisioterapis. Penderita dengan dizziness syndrom, terapi ditujukan

pada penyakit kardiovaskuler yang mendasari, menghentikan obat-obat

yang menyebabkan hipotensi postural seperti beta bloker, diuretic dan

antidepresan. Terapi yang tidak boleh dilupakan adalah memperbaiki

lingkungan rumah/tempat kegiatan lanjut usia seperti tersebut di

pencegahan jatuh (Darmojo, 2004).

Page 46: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

30

D. Kerangka Teori

Teori yang sudah dipaparkan pada tinjauan pustaka dapat digambarkan pada

skema 2.1

Skema 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Dsrmojo, 2004; Miller, 2005; Salzman, 2010; Mauk, 2010; CDC, 2014; Probosuseso, 2006;

Maryam, 2009; Darmojo, 2009

Faktor intrinsik

a. Gangguan Jantung (Darmojo,

2004)

b. Gangguan Gerak (Miller, 2005)

c. Gangguan Sistem Saraf

d. Gangguan penglihatan

(Salzman, 2010)

e. Gangguan pendengaran (Mauk,

2010)

Dampak

Fungsional

negatif: Jatuh

Faktor

yang

mempe-

ngaruhi

Faktor situasional

a. Aktivitas fisik (Maryam et

al., 2009)

b. Riwayat penyakit

(Darmojo, 2009)

Faktor ekstrinsik

a. Penggunaan alat bantu

jalan (CDC, 2014)

b. Lingkungan (Prabuseso,

2006)

Page 47: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

31

BAB III

Kerangka Konsep dan Definisi Operasional

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan kerangka yang menunjukkan jenis serta

hubungan antar variabel yang diteliti. Kerangka konsep menggambarkan

batasan ruang lingkup penelitian serta menunjukkan keterkaitan antar

variabel. Kerangka konsep memberikan informasi yang jelas dan

mempermudah peneliti untuk memilih desain penelitian (Sastroasmoro &

Ismael, 2011). Kerangka konsep dikembangkan berdasarkan tujuan

penelitian yang telah dirumuskan (Notoatmodjo, 2010). Oleh karena itu

penelitian ini membuat kerangka konsep dalam skema 3.1 sebagai berikut:

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Dependen

Faktor- faktor risiko jatuh

1. Faktor intrinsik

a. Gangguan Jantung

b. Gangguan Gerak

c. Gangguan Saraf

d. Gangguan penglihatan

e. Gangguan pendengaran

2. Faktor ekstrinsik

a. Alat bantu berjalan

b. Lingkungan

3. Faktor situasional

a. Aktivitas

b. Riwayat penyakit

Dampak

Fungsional

negatif: Jatuh

Page 48: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

32

B. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Faktor

Intrinsik

Gangguan

Jantung

Gangguan yang

terjadi pada jantung

akibat kekurangan

oksigen dan

makanan yang

berasal dari aliran ke

jantung

Kuesioner Lembar pernyataan terdiri dari 4 pertanyaan dengan skala likert

1. Ada ≥

Median (9)

2. Tidak ada

<Median (9)

Nominal

Gangguan

Gerak

Gangguan yang

terjadi pada lansia

dan keterbatasan

gerakan dalam

melakukan aktivitas

Kuesioner Lembar

pertanyaan

terdiri dari 4

pertanyaan

dengan skala

likert

1. Ada ≥

Median (11)

2. Tidak ada <

Median (11)

Nominal

Gangguan

sistem saraf

(SSP)

Gangguan yang

terjadi pada sistem

saraf pusat

Kuesioner Lembarpernyat

aanterdiridari2

pertanyaanden

gan skala likert

1. Ada ≥

Median (5)

2. Tidak ada<

Median (5)

Nominal

Gangguan

penglihatan

Gangguan yang

terjadi pada sistem

penglihatan seperti

pandangan kabur,

buram dan gelap saat

ini

Kuesioner Lembar

pernyataan

terdiri dari4

pertanyaanden

gan skala likert

1. Ada ≥

Median (9)

2. Tidak ada<

Median (9)

Nominal

Gangguan

pendengaran

Gangguan yang

terjadi pada telinga

dan mengakibatkan

penurunan fungsi

pendengaran pada

salah satu ataupun

kedua telinga

Kuesioner Lembar

pernyataan

terdiri dari 4

pertanyaan

dengan skala

likert

1. Ada ≥

Median (8.5)

2. Tidak ada<

Median (8.5)

Nominal

Page 49: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

33

Faktor

Ekstrinsik

Alat bantu

berjalan

Alat bantu yang

digunakan lansia

untuk berjalan

Kuesioner Lembar

pernyataan

terdiri dari 7

pertanyaan

dengan skala

gutman

1. Berisiko ≥

Median (2)

2. Tidak

berisiko

<Median (2)

Nominal

Lingkungan Suatu kondisi yang

bersifat mendukung

atau berbahaya

terhadap lansia

seperti penerangan

yang kurang, benda-

benda dilantai,

keadaan toilet, dan

lantai yang licin

Kuesioner Lembar

pernyataan

terdiri dari 10

pertanyaan

dengan skala

gutman

1. Berisiko ≥

Median (6)

2. Tidak

berisiko

<Mdian (6)

Nominal

Faktor

Situasional

Aktivitas

fisik

Suatu kegiatan

sehari-hari yang

dilakukan lansia di

panti seperti

aktivitas berjalan,

naik tangga atau

turun tangga dan

berolahraga

Kuesioner Lembar

pernyataan

terdiri dari 4

pertanyaan

dengan skala

likert

1. Berisiko <

Median (9)

2. Tidak

berisiko ≥ (9)

Nominal

Riwayat

penyakit

Suatu keadaan yang

pernah dialami

lansia selama

bertahun-tahun

seperti riwayat

stroke, hipertensi,

hilangnya fungsi

penglihatan

Kuesioner Lembar

pernyataan

terdiri dari 5

pertanyaan

dengan skala

likert

1. Ada< Median

(12)

2. Tidak ada ≥

(12)

Nominal

Page 50: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

34

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun

sedemikian rupa sehingga dapat menuntun penelitian untuk dapat

memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Sastroasmoro, 2002).

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif untuk

mengetahui gambaran faktor risiko jatuh pada lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni-Agustus tahun 2015 dilakukan

di Panti Sosial Tresna Wherda Budi Mulia 4 Margaguna. Panti Sosial

Tresna Wherda Budi Mulia 4 Margaguna berada dibawah pengelolaan

pemerintah provinsi DKI Jakarta yang didirikan pada 1965 dengan lokasi

pertama terletak di kawasan Ceger, Jakarta Timur dan sekarang berada di

lokasi Margaguna Pondok Indah, Jakarta Selatan. Kapasitas panti itu

sesungguhnya hanya untuk 200 orang, akan tetapi karena keterbatasan

jumlah panti wherda jumlah penghuni di paanti tersebut mencapai 208

lansia. Alasan peneliti menggunakan Panti Sosial Tresna Wherda Budi

Mulia 4 Margaguna sebagai tempat pengambilan data karena merupakan

tempat komunitas lansia yang merupakan program pemerintah yang

Page 51: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

35

mayoritas penghuninya merupakan warga terlantar di ibukota.

Kesepakatan antara peneliti bersama kepala panti sosial telah memudahkan

peneliti dalam melakukan standarisasi alat-alat yang dibutuhkan dalam

penelitian.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang

telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah

lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4

Margaguna Jakarta Selatan sebanyak 208 lansia.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Dalam

penelitian keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan

kriteria eksklusi, di mana kriteria tersebut menentukan dapat atau

tidaknya sampel tersebut digunakan (Hidayat, 2008). Jadi dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan teknik nonprobability sampling

jenis purposive sampling dengan jumlah sampel 38 responden. Purposive

sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih

sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti

(Nursalam, 2008).

Page 52: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

36

Berikut kriteria inklusi dan eklusi dalam penelitian ini:

a. Kriteria inklusi:

1) Merupakan penghun Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4

Margaguna Jakarta Selatan

2) Bersedia menjadi responden dalam penelitian

3) Mampu mengingat dan melakukan arahan

4) Dapat berkomunikasi dengan baik dan menggunakan bahasa

indonesia

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dimana jumlah sampel

berdasarkan teori Gay minimal sebanyak 10% dari jumlah populasi

(Umar, 2011). Pada penelitian ini responden sebanyak 38 orang.

D. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa

kuesioner, akan tetapi peneliti menggunakan metode pengumpulan data

yaitu dengan wawancara terhadap lansia dimana peneliti menyebutkan

pernyataan isi kuesioner dan mengisi kuesioner tersebut sesuai dengan

jawaban lansia. Kuesioner ini terdiri dari beberapa pernyataan yang

mengacu pada kerangka konsep. Pertanyaan terdiri dari 4 bagian A, B, dan

C. Kuesioner ini diadopsi dan dimodifikasi dari kuesioner Sutomo (2011)

mengenai analisis faktor yang mempengaruhi resiko jatuh terhadap lansia.

Kuesioner ini terdiri dari 3 bagian yaitu, faktor intrinsik, faktor ekstrinsik,

dan faktor situasional.

Page 53: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

37

a. Faktor intrinsik, berisi pernyataan tentang faktor dalam seperti gangguan

jantung 4 pernyataan, gangguan sistem anggota gerak 4 pernyataan,

gangguan sistem saraf pusat 2 pernyataan, gangguan penglihatan 4

pertanyaan, dan gangguan pendengaran 4 pernyataan. Pada kuesioner

bagian ini, peneliti menggunakan skala likert yang terdiri dari empat

pilihan jawaban pada setiap poin pertanyaan. Untuk penelitian ini, data

yang didapatkan tidak terdistribusi secara normal, sehingga untuk

penentuan hasil ukur menggunakan median dari data yang didapatkan

(Azwar, 2013).

b. Faktor ekstrinsik, berisi pernyataan tentang faktor luar seperti

penggunaan alat bantu jalan yang memuat 7 pernyataan dan faktor

lingkungan memuat 10 pernyataan. Pada kuesioner bagian ini, peneliti

menggunakan skala gutman yang terdiri dari dua pilihan jawaban pada

setiap poin pertanytaan. Untuk faktor ekstrinsik pada penelitian ini, data

yang didapatkan tidak terdistribusi secara normal, sehingga untuk

penentuan hasil ukur juga menggunakan median dari data yang

didapatkan (Azwar, 2013).

c. Faktor situasional, berisi tentang faktor situasional seperti aktivitas lansia

yang memuat 4 pernyataan dan riwayat penyakit yang diderita lansia

dengan memuat 4 pernyataan. Pertanyaan diukur menggunakan skala

likert dari setiap elemennya. Data yang didapatkan juga tidak

terdistribusi secara normal, sehingga menggunakan median dalam hasil

ukurnya (Azwar, 2013).

Page 54: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

38

E. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

1. Sebelum kuesioner dibagikan kepada sampel, peneliti terlebih dahulu

melakukan uji coba kuesioner yang dilaksanakan dengan responden yang

memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian yaitu di Panti

Werdha Wisma Mulia Jakarta Barat dengan jumlah responden 20 orang.

2. Faktor intrinsik dengan jumlah 18 pernyataan memiliki nilai validitas

0.361 dan realibilitasnya cronbach’s Alpha sebesar 0.874. Hal ini

membuktikan bahwa kuesioner ini dapat digunakan sebagai instrumen

penelitian.

3. Faktor ektrinsik dengan jumlah 17 pernyataan memiliki nilai validitas

0.361 dan realibilitasnya cronbach’s Alpha sebesar 0.765. Hal ini

membuktikan bahwa kuesioner ini dapat digunakan sebagai instrumen

penelitian.

4. Faktor situasional dengan jumlah 9 pernyataan memiliki nilai validitas

0.361 dan realibilitasnya cronbach’s Alphasebesar 0.770. Hal ini

membuktikan bahwa kuesioner ini dapat digunakan sebagai instrumen

penelitian.

Page 55: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

39

F. Langkah-langkah pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan pertanyaan

dalam bentuk kuesioner yang diisi oleh responden yang termasuk dalam

kriteria yang telah ditentukan.

Adapun langkah-langkah untuk pengumpulan data, yaitu:

1. Memperoleh persetujuan pembimbing untuk melakukan tindak lanjut

dalam penelitian.

2. Peneliti meminta surat izin untuk melakukan penelitian dari FK UIN

3. Peneliti menyerahkan surat permohonan izin penelitian dari Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan kepada Kepala PSTW Budi Mulia 4

Margaguna .

4. Setelah penelitian disetujui oleh Kepala PSTW Budi Mulia 4 Margaguna.

Peneliti akan melakukan uji validitas dan reliabilitas pada lansia yang

berusia 65 tahun ke atas di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna.

5. Setelah instrumen telah dinyatakan valid dan reliabel, maka menyeleksi

calon responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan

sebelumnya.

6. Dengan menggunakan tekhnik sampling jenuh peneliti menentukan calon

responden sebanyak 67 dari PSTW Budi Mulia 4 Margaguna.

7. Setelah mendapatkan calon responden yang sesuai kriteria yang telah

ditentukan, peneliti melakukan informed consent pada calon responden

jika calon responden bersedia menjadi responden, mereka dapat

membaca lembar persetujuan dan menandatanganinya.

Page 56: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

40

8. Setelah responden menyetujui dan menandatangani lembar persetujuan,

responden selanjutnya diberikan penjelasan mengenai cara pengisian

kuesioner dan responden dianjurkan bertanya apabila ada pertanyaan atau

pernyataan yang kurang jelas.

9. Waktu pengisian kuesioner adalah selama kurang lebih 30 menit untuk

masing-masing responden, sedangkan proses pengambilan data dilakukan

selama 15 hari dan disesuaikan dengan kondisi panti.

10. Responden diharapkan menjawab seluruh pertanyaan didalam kuesioner

dan setelah selesai, lembar kuesioner dikembalikan kepada peneliti.

Kuesioner yang telah diisi selanjutnya akan diolah dan dianalisa oleh

peneliti.

G. Etika penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan

(Hidayat, 2008).

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan informed

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek tersedia, maka mereka

Page 57: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

41

harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,

maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang

harus ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi pasien,

tujuan dilakukan tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen,

prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat,

kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset.

4. Prinsip Mamfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

terhadap subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.

b. Bebas dari eksploitasi

Page 58: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

42

Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan

yang tidak menguntungkan, dan tidak merugikan subjek.

c. Benefits ratio

Penelitian harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan

yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.

H. Pengolahan data

Hidayat (2008) mengungkapkan bahwa dalam penelitian terdapat

langkah-langkahpengolahan data yang harus ditempuh. Di antaranya:

1. Editing

Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Kegiatan yang dilakukan

dalam editing adalah pengecekan dari sisi kelengkapan relevansi, dan

konsistensi jawaban. Kelengkapan data diperiksa dengan cara

memastikan bahwa jumlah kuisioner yang terkumpul sudah memenuhi

jumlah sampel minimal yang ditentukan dan memeriksa apakah setiap

pertanyaan dalam kuisioner sudah terjawab danjelas. Relevansi dan

konsistensi jawaban diperiksa dengan cara melihat apakah ada data yang

bertentangan dengan data lain.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat

penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.

Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya

Page 59: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

43

dalam satu buku (code 53 book) untuk memudahkan kembali melihat

lokasi dan arti suatu kode darisuatu variabel. Dalam coding, data yang

berbentuk huruf diubah menjadi data berbentuk angka atau bilangan.

Misal, untuk jawaban Tidak Pernah diberi kode 0, jawaban Kadang-

kadang diberi kode 1, dan seterusnya.

3. Entry

Entry merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

kedalam master tabel atau data base komputer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel

kontingensi. Program untuk analisis data menggunakan komputer.

4. Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan teknik analisis, khususnya terhadap data penelitian

akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan

yang hendak dianalisis.

I. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini meliputi analisis univariat. Analisis

Univariat atau analisis deskriptif merupakan analisis data yang disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral, atau grafik

(Saryono, 2011). Analisis deskriptif membantu peneliti mengorganisasikan

data dan dapat digunakan untuk menyimpulkan data serta mengekplorasi

variasi data (Burn & Grove, 2009). Analisis univariat pada penelitian ini

meliputi faktor intrinsik dan ekstrinsik pada Lansia berusia 65 tahun ke atas.

Page 60: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

44

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4

Margaguna Jakarta Selatan. Panti sosial ini terdiri dari beberapa wisma

pondokan bagi lansia laki-laki dan perempuan yang dikategorikan menjadi

kategori lansia renta, lansia setengah renta, dan lansia mandiri namun

terdapat pula wisma khusus yang diperuntukkkan bagi lansia yang

mengalami psikotik.

Pada Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta

Selatan terdapat beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi risiko

terjadinya jatuh lansia seperti, tinggi lantai yang tidak rata, penerangan yang

kurang di beberapa area, beberapa kasur tidak ada pagar pembatas, lantai

kamar mandi yang licin dan tidak adanya pegangan, serta beberapa kamar

mandi yang masih menggunakan toilet jongkok.

Page 61: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

45

B. Analisa Univariat

1. Data Demografi

Tabel 5.1

Distribusi Jenis Kelamin dan Umur Responden Lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Jenis Kelamin

Laki-Laki

Perempuan

16

22

42,1%

57,9%

Usia

60-74 tahun

75-90 tahun

>90 tahunn

29

8

1

77,1%

21%

2,6%

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa responden paling banyak adalah

perempuan yaitu berjumlah 22 responden (57.9%) dan usia lansia yang

paling banyak menjadi responden adalah 60-74 tahun (erderly) dengan

jumlah 29 responden.

2. Faktor Intrinsik

a. Gagguan Jantung

Tabel 5.2

Gambaran Persepsi Gangguan Jantung Pada Lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna

Jakarta Selatan

T

a

bel 5.2 menjelaskan bahwa pada responden yang mengalami gangguan

jantung sebanyak 27 (71,1%) berisiko jatuh. Sedangkan pada responden

yang tidak memiliki gangguan jantung yaitu sebanyak 11 (28,%) tidak

berisiko jatuh.

Gangguan Jantung Jumlah

(n)

Persentase (%)

Ada 27 71,1%

Tidak Ada 11 28,9%

Total 38 100%

Page 62: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

46

b. Gangguan Anggota Gerak

Tabel 5.3

Gambaran Persepsi Anggota Gerak pada Lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna

Jakarta Selatan

Tabel 5.3 menjelaskan bahwa pada responden yang mengalami

gangguan anggota gerak sebanyak 19 (50%) berisiko jatuh.

Sedangkan pada responden yang tidak memiliki gangguan anggota

gerak yaitu sebanyak 19 (50%) tidak berisiko jatuh.

c. Gangguan Sistem Saraf

Tabel 5.4

Gambaran Persepsi Gangguan Sistem Saraf Pada Lansia di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna

Jakarta Selatan

T

abel 5.3 menjelaskan bahwa pada responden yang mengalami

gangguan sistem saraf sebanyak 26 (68,4%) berisiko jatuh. Sedangkan

pada responden yang tidak memiliki sistem saraf yaitu sebanyak 12

(31.6%) tidak berisiko jatuh.

Gangguan Anggota Gerak Jumlah

(n)

Persentase

(%)

Ada 19 50%

Tidak Ada 19 50%

Total 38 100%

Gangguan Persyarafan Jumlah

(n)

Persentase

(%)

Ada 26 68,4%

Tidak Ada 12 31,6%

Total 38 100%

Page 63: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

47

d. Gangguan Penglihatan

Tabel 5.5

Gambaran Persepsi Gangguan Penglihatan Pada Lansia di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna

Jakarta Selatan

T

a

bel 5.5 menjelaskan bahwa pada responden yang mengalami

gangguan penglihatan sebanyak 24 (63,2%) berisiko jatuh. Sedangkan

pada responden yang tidak memiliki gangguan penglihatan yaitu

sebanyak 14 (36.8%) tidak berisiko jatuh.

e. Gangguan Pendengaran

Tabel 5.6

Gambaran Persepsi Gangguan Pendengaran Pada Lansia di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna

Jakarta Selatan

Tabel 5.6 menjelaskan bahwa pada responden yang mengalami

gangguan pendengaran sebanyak 19 (50%) berisiko jatuh. Sedangkan

pada responden yang tidak memiliki gangguan pendengaran yaitu

sebanyak 19 (50%) tidak berisiko jatuh.

Gangguan Pengelihatan Jumlah

(n)

Persentase

(%)

Ada 24 63,2%

Tidak Ada 14 36,8%

Total 38 100%

Gangguan Pendengaran Jumlah Persentase

Ada 19 50%

Tidak Ada 19 50%

Total 38 100%

Page 64: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

48

2. Faktor Ekstrinsik

a. Alat Bantu Berjalan

Tabel 5.7

Gambaran Alat Bantu Berjalan Pada Lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulia 4 Margaguna

Jakarta Selatan

Tabel 5.7 menjelaskan bahwa pada responden yang menggunakan alat

bantu berjalan sebanyak 16 (42,1%) berisiko jatuh. Sedangkan pada

responden yang tidak menggunakan alat bantu berjalan yaitu sebanyak

22 (57,9%) tidak berisiko jatuh.

b. Lingkungan dan Risiko Jatuh

Tabel 5.8

Gambaran Persepsi Lingkungan dan Pada Lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna

Jakarta Selatan

T

a

b

e

l 5.8 menjelaskan bahwa pada responden yang menilai lingkungan

tidak aman sebanyak 31 (81,6%) berisiko jatuh. Sedangkan pada

responden yang menilai lingkungan aman yaitu sebanyak 7 (18,4%)

tidak berisiko jatuh.

Mengguakan Alat Bantu

Berjalan

Jumlah

(n)

Persentase

(%)

Ada 16 42,1%

Tidak Ada 22 57,9%

Total 38 100%

Gangguan Lingkungan

Sekitar

Jumlah

(n)

Persentase

(%)

Aman 7 18,4%

Tidak aman 31 81,6%

Total 38 100%

Page 65: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

49

3. Faktor Situasional

a. Aktivitas

Tabel 5.9

Gambaran Persepsi Aktivitas Pada Lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulia 4 Margaguna

Jakarta Selatan

Tabel 5.9 menjelaskan bahwa pada responden yang melakukan

kegiatan aktivitas sebanyak 10 (26,3%) tidak berisiko jatuh.

Sedangkan pada responden yang tidak melakukan kegiatan aktivitas

yaitu sebanyak 28 (73,7%) berisiko jatuh.

b. Riwayat Penyakit

Tabel 5.10

Gambaran Persepsi Riwayat Penyakit Pada Lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

Tabel 5.10 menjelaskan bahwa pada responden yang memiliki

riwayat penyakit sebanyak 19 (50%) berisiko jatuh. Sedangkan pada

responden yang tidak memiliki riwayat penyakit yaitu sebanyak 19

(50%) tidak berisiko jatuh.

Kegiatan Aktivitas Jumlah

(n)

Persentase

(%)

Tidak melakukan 28 73,7%

Melakukan 10 26,3%

Total 38 100%

Riwayat Penyakit Jumlah

(n)

Persentase

(%)

Ada 19 50%

Tidak Ada 19 50%

Total 38 100%

Page 66: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

50

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Gambaran Faktor Intrinsik Risiko Jatuh

Faktor intrinsik risiko jatuh pada lansia meliputi gangguan jantung, gangguan pada

sistem anggota gerak, gangguan sistem saraf, gangguan penglihatan, dan gangguan

pendengaran (Darmojo, 2009). Faktor intrinsik tersebut akan dibahas berikut ini.

1. Gangguan jantung

Responden yang memilki gangguan jantung sebanyak 27 (71,1%) berisiko

jatuh dari 38 responden. Hal ini sejalan dengan penelitian Kurniawan (2014)yang

menyatakan bahwa 62.6 % responden dengan penyakit hipertensi berisiko jatuh

tinggi dari 57 responden. Gangguan jantung merupakan gangguan berupa kehilangan

oksigen dan makanan ke jantung karena aliran darah ke jantung melalui arteri

koroner berkurang. Penyakit jantung pada lanjut usia ditandai dengan seringnya

merasakan nyeri pada daerah prekordial dan sesak nafas yang mengakibatkan rasa

cepat lelah dan biasanya terjadi ditengah malam. Gejala lainnya adalah kebingungan,

muntah-muntah, dan nyeri pada perut karena pengaruh dari bendungan hepar atau

keluhan insomnia (Darmojo 2009).

Page 67: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

51

Gangguan jantung pada lansia seperti hipertensi dimana tekanan darah

sistolik sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi

dari 90mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses

menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan

pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal jantung sehingga dapat

menyebabkan kejadian jatuh pada lansia (Darmojo et al.,2000)

2. Gangguan Sistem Anggota Gerak

Responden yang memiliki gangguan anggota gerak sebanyak 19 (50%)

berisiko jatuh dari 38 responden. Penelitian ini serupa dengan penelitian Sutomo

(2011) dimana terdapat 25 responden (56.8%) yang memiliki gangguan sistem

anggota gerak dan beresiko jatuh dari 44 responden. Gangguan anggota gerak

atau disebut dengan gangguan ekstrapiramidal merupakan kelainan regulasi

terhadap gerakan volunter. Gangguan ini merupakan bagian sindroma neurologik

berupa gerakan berlebihan atau gerakan yang berkurang namun tidak berkaitan

dengan kelemahan (paresis). Insiden dan prevalensi gangguan gerak bertambah

sesuai dengan bertambahnya usia. Hal tersebut diakibatkan oleh proses penuaan

itu sendiri atau diakibatkan karena penggunaan obat-obatan yang dapat

mencetuskan terjadinya gangguan tersebut (Miller, 2005).

Gangguan gerak dibagi menjadi dua kategori yaitu, hippokinetik dan

hiperkinetik. Gangguan hipokinetik diartikan adanya hipokinesia (berkurangnya

amplitudo gerakan), bradkinesia (melambatnya gerakan), akinesia (hilangnya

gerakan) seperti pada penyakit parkinson, sedangkan gangguan hiperkinetik

terjadinya gerakan berlebih, abnormal, dan involunter, seperti pada tremor,

athetosis, dystonia, hemibalismus, chorea, myoclonus dan tie (Salzman, 2010).

Page 68: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

52

Gangguan anggota gerak memicu terjadinya perubahan keseimbangan pada

lansia. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh 3 faktor yakni efek penuaan,

kecelakaan, dan faktor penyakit. Namun dari tiga hal tersebut faktor penuaan

adalah faktor utaman penyebab gangguan keseimbangan postural pada lansia

(Avers, 2007). Jika keseimbangan postural lansia tidak dikontrol, maka akan

dapat meningkatkan risiko jatuh pada lansia (Siburian, 2006).

3. Gangguan Sistem Saraf Pusat (SSP)

Responden yang memiliki gangguan sistem saraf pusat sebanyak 26 (68,4)

dari 38 responden. Penelitian ini serupa dengan penelitian Sutomo (2011) dimana

terdapat 28 responden (63.3%) yang memiliki gangguan sistem saraf pusat

beresiko jatuh dari 44 responden. Penuaan otak kehilangan 100.000 neuron/tahun.

Neuron dapat mengirimkan signal kepada beribu-ribu sel lain dengan kecepatan

200 mil/jam. Terjadi penebalan atropi cerebral (berat otak menurun 10%) antara

usia 30-60 tahun. Secara berangsur-angsur tonjolan dendrite di neuron hilang

disusul membengkaknya batang dendrit dan batang sel. Secara progresif terjdi

fragmentasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat deposit lipofusin (pigment

wear and tear) yang terbentuk di sitoplasma, kemungkinan berasal dari lisosom

atau mitokondria. RNA, mitokondria dan enzyme sitoplasma menghilang. Inklusi

dialin eosinofil dan badan levy, neurofibriler menjadi kurus dan degenerasi

granulovakuole. Corpora amilasea terdapat dimana-dimana dijaringan otak

(Muttaqin, 2008).

Berbagai perubahan degenerative ini meningkat pada individu lebih dari 60

tahun dan menyebabkan gangguan persepsi, analasis dan integritas, input sensorik

menurun menyebabkan gangguan kesadaran sensorik (nyeri sentuh, panas,

Page 69: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

53

dingin, posisi sendi). Tampilan sensori motorik untuk menghasilkan ketepatan

melambat (Muttaqin, 2008).

Lansia juga terjadi kehilangan sensasi dan propiosepsi serta resepsi informasi

yang mengatur pergerakan tubuh dan posisi serta hilangnya fiber sensori, reseptor

vibrasi dan sentuhan dari ekstremitas bawah menyebabkan berkurangnya

kemampuan memperbaiki pergerakan pada lansia yang dapat mengakibatkan

ketidakseimbangan dan jatuh (Mauk, 2010).

4. Gangguan Penglihatan

Responden yang memiliki gangguan penglihatan sebanyak 24 (63,2%)

beresiko jatuh dari 38 responden. Hal ini didukung dengan penelitian Elderberg

(2006) dengan judul “Evaluation and Management of Fall Risk in Older Adult”

yang menyatakan bahwa kelemahan otot, penurunan gaya berjalan, penyakit

kronis, dan penurunan sensorik lansia merupakan faktor instrinsik risiko

terjadinya jatuh pada lansia.

Mata adalah organ sensorik yang mentransmisikan rangsang melalui jarak

pada otak ke lobus oksipitalis dimana rasa penglihatan ini diterima sesuai dengan

proses penuaan yang terjadi, diantaranya alis berubah menjadi kelabu, dapat

menjadi kasar pada pria. Konjungtiva menipis dan berwarna kekuningan,

produksi air mata oleh kelebjar lakrimalis yang berfungsi untuk melembabkan

dan melumasi kongjungtiva akan menurun dan cenderung cepat menguap,

sehingga menyebabkan kongjungtiva mengering (Sutomo, 2011).

Gangguan penglihatan merupakan perubahan yang terjadi pada ukuran pupil,

akomodasi dan reaksi terhadap cahaya berkurang, lensa menguning dan berangsur

angsur menjadi lebih buram dan mengakibatkan katarak, sehingga mempengaruhi

kemampuan untuk melihat, menerima dan membedakan warna. Gangguan

Page 70: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

54

ketajaman pada penglihatan disebabkan oleh presbiop kelainan lensa mata

(refleksi lensa mata berkurang), kekeruhan pada lensa (katarak), tekanan dalam

mata meninggi (Glaukoma), dan radang saraf mata (Cieayumdacitra, 2010).

Gangguan sistem penglihatan pada lansia merupakan salah satu masalah

penting yang dihadapi lansia. Ini terjadi akibat penurunan fungsi penglihatan pada

lansia tersebut, mengakibatkan kepercayaan dirilansia berkurang dan

mempengaruhi dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari sehingga jika tidak

ditangani dapat meningkatkan risiko jatuhpada lansia (Cieayumdacitra, 2010).

5. Gangguan Pendengaran

Responden yang memiliki gangguan pendengaran sebanyak 19 (50%)

beresiko jatuh dari 38 responden. Penelitian ini serupa dengan penelitian Sutomo

(2011) dimana terdapat 35 responden (79.5%) yang memiliki gangguan

pendengaran beresiko jatuh dari 44 responden. Hal ini didukung dengan

penelitian Elderberg (2006) dengan judul “Evaluation and Management of Fall

Risk in Older Adult” yang menyatakan bahwa kelemahan otot, penurunan gaya

berjalan, penyakit kronis, dan penurunan sensorik lansia merupakan faktor

instrinsik risiko terjadinya jatuh pada lansia. Gangguan pendengaran merupakan

suatu keadaan yang menyertai kelanjutan usia dengan penurunan fungsi

pendengaran pada salah satu ataupun kedua telinga sehingga dapat

mengakibatkan risiko jatuh pada lansia. Sekitar 30-35% orang berusia diantara

65-75 tahun akan mengalami gangguan pendengaran secara perlahan lahan akibat

proses penuaan yang dikenal dengan istilah presbicius, akibatnya seringkali

orang-orang disekitarnya akan berbicara dengan suara yang lebih lantang dan

keras pada lansia, namun dengan demikian bukan berarti senakin keras suara

Page 71: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

55

yang diucapkan akan terdengar lebih baik bagi mereka karena suara yang terlalu

keras pun bisa memperburuk keadaan (Cieayundacitra, 2010).

B. Gambaran Faktor Ekstrinsik Resiko Jatuh

1. Penggunaan Alat Bantu

Responden yang menggunakan alat bantu berjalan sebanyak 16 (42,1%) 38

responden. Penelitian ini serupa dengan penelitian Achmanagara (2012) dimana

terdapat 12 responden (25,0%) yang menggunakan alat bantu berjalan beresiko jatuh

dari 48 responden. Penggunaan alat bantu berjalan memang membantu

meningkatkan keseimbangan,. Namun disii lain menyebabkan langkah yang terputus

dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak

menggunakan roda, karena itu penggunaan alat bantu berjalan ini haruslah

direkomendasikan secara individual. Apabila kasus gangguan berjalan pada lansia

tidak dapat ditangani dengan obat-obatan maupun pembedahan, maka salah satu

penanganannya adalah dengn alat bantu berjalan seperti cane (tongkat),

crutch(tongkat ketiak), dan walker.

Ketika memilih alat bantu berjalan, anatomi tubuh dan sudut siku harus

diperhatikan karena banyak dari mereka yang tidak dapat bantuan profesional dalam

memilih alat bantu berjalan sehingga mengakibatkan bertambah buruknya gaya

berjalan sehingga dapat memocu resiko jatuh (Darmojo, 2004).

2. Lingkungan

Responden menilai area tidak aman sebanyak 31 (81,6%) dari 38 responden.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jamebozorgi et al (2013) yang

menjelaskan bahwa lingkungan yang kurang baik merupakan salah satu penyebab

jatuh pada lansia dimana didapatkan 72.3% lansia berisiko jatuh tinggi di Tehran

Hospitals dari 125 responden. Lingkungan merupakan faktor yang dapat

Page 72: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

56

mempengaruhi keseimbangan dan berkontribusi pada risiko jatuh, kejadian jatuh

didalam ruangan lebih sering terjadi seperti di kamar mandi, kamar tidur, toilet, dan

dapur. Sekitar 10% jatuh sering terjadi saat turun tangga karena lebih berbahaya

daripada saat naik tangga.

Lingkungan yang tidak aman dapat dilihat pada lingkungan diluar rumah, panti,

ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, dan tangga atau lorong (Mauk, 2010).

Menurut Darmojo (2004), Lingkungan yang tidak aman menyebabkan lansia dengan

segala keterbatasannya sulit untuk mempertahankan posisi, stabilitas, dan proyeksi

pusat tubuh pada landasan penunjang baik saat kondisi statis dan dinamis sehingga

mengganggu keseimbangan.

C. Gambaran Faktor Situasional Risiko Jatuh

1. Aktivitas

Responden yang tidak melakukan kegiatan aktivitas sebanyak 28 (73,7%) dari

38 responden. Hal ini sejalan dengan penelitian Suhartini (2004) di Kelurahan

Jambangan Jawa Timur, menunjukkan bahwa sebagian besar lansia yang tidak

melakukan kegiatan aktivitas yaitu (73.1%) berisiko jatuh tinggi. Hal ini disebabkan

penurunan fungsi dan kekuatan otot tubuh karena kurangnya gerakan atau aktivitas

yang dilakukan lansia. Sebagian besar risiko jatuh terjadi saat lansia melakukan

aktivitas sehari-sehari seperti berjalan, naik turun tangga, dan mengganti posisi.

Jatuh juga terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas berbahaya seperti mendaki

gunung atau olahraga berat. Kelelahan juga menyebabkan risiko jatuh pada lansia.

Jatuh juga sering terjadi pada lansia yang imobile (jarang bergerak) ketika tiba-tiba

ingin pindah tempat atau mengambil sesuatu tanpa pertolongan (Darmojo, 2009).

Page 73: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

57

2. Riwayat Penyakit

Responden yang memiliki riwayat penyakit sebanyak 19 (50%) berisiko jatuh

dari 38 responden. Hal ini sejalan dengan penelitian Yenny (2006) tentang

prevalensi penyakit kronis lanjut usia di Jakarta Selatan, menyatakan bahwa 61.4%

lansia menderita penyakit persendian berisiko tinggi terhadap jatuh. Penyakit kronis

yang diderita lansia sering menyebabkan resiko jatuh, misalnya osteoatritis.

Osteoatritis adalah suatu penyakit gangguan pada sendi yang bergerak, sendi yang

paling sering terserang oleh osteoatritis adalah sendi yang harus memikul beban

tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra lumbal dan servikal, dan sendi-sendi pada

jari. Penyakit ini menyebabkan gangguan pada sistem muskuloskeletal karena

seseorang yang terserang penyakit ini mengalami nyeri dan kekakuan pada sendi.

Hal ini menyebabkan pergerakan menjadi terbatas karena menurunnya fungsi tulang

rawan untuk menopang badan (Carter, 2005). Hal ini dapat mengganggu

produktivitas seseorang dan memungkinkan untuk terjadinya perubahan dalam gaya

berjalan yang normal menjadi tidak normal. Perubahan gaya berjalan yang tidak

normal dapat meningkatkan risiko untuk jatuh (Morse, 1997).

D. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa dalam melakukan penelitian ini masih banyak kesalahan

dan kekurangan. Dalam hal pelaksanaan penelitian ini masih memiliki keterbatasan

antara lain dalam hal persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan. Keterbatasan

peneliti dalam melakukan penelitian yang hanya dilakukan di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan menyebabkan penelitian ini belum

mapu mewakili pupulasi lansia secara keseluruhan.

Page 74: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

58

Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini mengacu terhadap

instrumen yang sudah baku dan mengadopsi instrumen pada penelitian lain yang sudah

ada nilai validitas dan realibilitasnya.

Dalam hal pelaksanaan saat pengambilan sampel ternyata tidak semudah yang

diharapkan terutama untuk karakteristik responden. Seharusnya untuk karakteristik

riwayat penyakit bisa diukur oleh peneliti dengan menggunakan kartu status atau

menanyakan pada petugas panti langsung, namun data ini diukur dengan menanyakan

kepada responden. Hal ini memiliki keterbatasan kurang validnya data, karena berupa

data yang hanya berdasarkan subyektivitas responden dan tidak dapat dipastikan

kebenarannya oleh peneliti.

Page 75: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

59

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik lansia yang menjadi responden penelitian di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan sebagian besar berjenis kelamin

wanita (57.9%) dengan jumlah 22 responden lansia dan umur lansia yang paling

banyak menjadi responden adalah lansia yang berumur antara 60-74 tahun (elderly)

dengan jumlah 29 responden (71.1%).

2. Faktor resiko jatuh intrinsik didapatkan lansia dengan masalah jantung sebanyak 27

(71,1%), gangguan anggota gerak 19 (50%) , gangguan persyarafan sebanyak 26

(68,4%), gangguan penglihatan sebanyak 24 (63,2%), dan gangguan pendengaran 19

(50%) beresiko jatuh dari 38 responden.

3. Faktor resiko jatuh ekstrinsik didapatkan responden yang menggunakan alat bantu

jalan sebanyak 16 (42,1%) dan responden yang menilai lingkungan tidak aman

sebanyak 31 (81,6%) beresiko jatuh dari 38 responden.

Page 76: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

60

4. Faktor resiko jatuh situasional didapatkan responden yang tidak melakukan kegiatan

aktivitas fisik sebanyak 28 (73,7%) dan responden yang memiliki riwayat penyakit

sebanyak 19 (50%) beresiko jatuh dari 38 responden.

B. Saran

1. Bagi pelayanan keperawatan gerontik

a. Melihat tingginya angka penyebab jatuh dari faktor intrinsik diatas, pelayanan

keperawatan harus ditingkatkan berfokus pada kesehatan lansia itu sendiri.

b. Untuk faktor ekstrinsik sendiri, maka diaanggap perlu untuk menciptakan

lingkungan yang aman dan nyaman untuk meminimalisir terjadinya jatuh pada

lansia.

c. Faktor situasional juga menjadi faktor risiko terjadinya jatuh pada lansia, untuk

itu perlu pengawasan terhadap aktivitas yang dilakukan dan waktu kontrol

kesehatan bagi lansia.

2. Bagi pengembangan penelitian keperawatan selanjutnya

Perlu mengkaji lagi risiko jatuh pada lansia dengan menggunakan pengukuran bukan

lagi menggunakan kuesioner agar hasilnya lebih maksimal. Peneliti selanjutnya

diharapkan dapat menghubungkan seberapa kuat hubungan faktor-faktor risiko jatuh

dengan kejadian jatuh pada lansia.

3. Bagi pengembangan ilmu keperawatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan intervensi

keperawatan dan dapat memberikan informasi atau gambaran untuk pengembangan

penelitian selanjutnya.

Page 77: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

DAFTAR PUSTAKA

Achmanagara, A. Andriyani. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal

dengan Keseimbangan Lansia di Desa Pamijen Sokaraja

Banyumas. Jakarta: Balai penerbit UI. 2012.

APS Healthcare. Fall prevention program resource manual. North

Huntingdon: Southwestern PA Healthcare Quality Unit. 2010.

Avers. What you need to know about balance and falls.

Http://www.apta.org/AMT/Template.cfm?Section&template=/C

M/HTMDisplay fm&ContentlD=20396. Diakses tanggal 15

Desember 2015. 2007.

Badan Pusat Statistik. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009, Jakarta :

KOMNAS LANSIA. 2010.

Badan Pusat Statistik.Survei Sosial Ekonomi Nasional

(SUSENAS)Tahun 2009.Jakarta: BPS. 2009.

Bintoro, A.C. Kecepatan rerata aliran darah otak sistem

vertebrobasilar pada pasien vertigo sentral. 27 Januari 2015.

Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.2010.

Eprints.undip.ac.id/12209/1/2000FK643.pdf. 27 Januari 2015.

Cordeiro, R.C., Perracini, M.R., Jardim, J.R., & Ramos, L.B. Factors

associated with functional balance and mobility among elderly

diabetic outpatiens. Arq Bras Endocrinal Metab. Journal. 53(7).

834-843. 2009.

Dahlan, M. Sopiyudin b. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan.

Jakarta: Salemba Medika. 2009.

Darmojo.GeriatriIlmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4, Jakarta : Balai

Penerbit FKUI. 2009.

Darmojo R.B, Mariono, HH. Geriatri, Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.

Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2004.

Darmojo, R.B.Teori proses menua. Dalam: Martono H, Pranarka K

(editor). Buku ajar boedhi-darmojo geriatri (ilmu kesehatan usia

lanjut). 2009.

Darmojo, Boedhi,et al.Beberapa masalah penyakit pada Usia Lanjut.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2000.

Depkes RI. 2009 Februari. Data penduduk sasaran program

pembangunan kesehatan 2007-2011. Diakses tanggal 05 januari

Page 78: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

2015

http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/data/%20Pendudu

k%20Sasaran%20Program.pdf

Elderberg, H. K. Evaluation and Management of Fall Risk in Older

Adult. New York, 11(10): 1-40. 2006.

Gai, J., Gomes, L., Nobrega, O.T., & Rodrigues, M.P. Factors related

to falls among elderly women resident in a community. Assoc

Med Brasil Journal, 56(3), 327-32. 2010.

Gazzola, J.M., Perracini, M.R., Gananca, M.M., & Gananca, F.F.

Functional balance assosiated factors in the elderly with

chronic vestibular disorder. Brazillian Journal of

Otorhinolaryngologyi, 72(5), 683-690. 2006.

Howe, TE., Rochester, L., Jackson, A., Backs, PMH., & Blair, VA.

Exercise for improving balance in older people. Glasgow: John

Wiley & Sons. 2008.

Jamebozorgi, A. A., Kavoosi, A., Shafiee, Z., Kahlaee, A, H., & Raei,

M. Investigation of the prevalent Fall-Related Risk Factors of

Fractures in Erderly to Tehran Hospitals. Medical journal of

Islamic Republic of Iran, 27 (1), 23-30. 2013.

Lumbantobing, SM. Neurogeriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

2004.

Lord, S. R., Sherrington, C., Menz, H. B., & Close, J.C.T. Falls in

older people. New York: Cambridge University Press. 2007.

Kurniawan A. Budi. Hubungan Pengetahuan dan Prilaku Keluarga

dengan Risiko Jatuh pada Lansia di Desa Pondok Karanganom

Klaten. Yogyakarta: UMY. 2014.

Mamduh M. Hanafi (Edisi 2). Manajamen Risiko. Jakarta: EGC. UPP

STIM YKPN. 2014.

Maryam, R.S.Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:

Salemba Medika. 2008..

Maures, F. A., & Smith, C. Community/ public health nursing

practice: Health for families and populations (3 ed). St. Louis:

Saunders Elsevier. 2000.

Mauk, K.L. Gerontological nursing competencies for care (2nd ed).

Sudbury: Janes and Barlett Publisher. 2010.

Minnesota Department of Health Center for Public Health

Nursing.http://www.health.state.mn.us/divs/cfh/ophp/resources/

docs/population-based-practice_definition.pdf (diakses tanggal

03 januari 2015). 2003

Page 79: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

Miller, Carol A. Nursing for wellness in older adults: Theory and

practice (4th ed.) Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

2004.

Morris, M., & Schoo, A. Exercise and physical activity. Philadelphia:

Butterworth-Heineman Elselvier Science Limited. 2004.

Morse. Preventing patient falls. California: SAGE Publications Inc.

1997.

Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta. 2010.

Nugroho.W. Keperawatan Gerontik dan Geriatri. (Edisi 3) Jakarta :

EGC. 2008.

Nugroho, Wahyudi, Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta:

EGC. 2000.

Petrofsky, J.S., & Cuneo, M. Correlation between gait, balance, and

age when people are standing and walking in normal, subdued,

and no light conditions. Physical & Occupational Therapy in

Geriatrics, 26(3), 23-40. 2008.

Potter. A. P.,& Perry, A.G.Fundamental of nursing: Concepts,

process, and practice. Mosby: Missouri. 2001

Probosuseno. Mengapa Lansia sering tiba-tiba Roboh?. Diakses dari

http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/lansia280506.ht

m., tanggal 13 januari, 2015). 2006

Safe Saskatchewan and the Seniors’ Fall Provincial Steering

Commite. A five-year strategic framework (2010-2015):

Towards a vision of seniors living fall free lives. Regina: Safe

Saskatchewan. 2010.

Siburian, P. Mengenal Lansia yang Mudah Terserang Penyakit.

Diunduh tanggal15 Desember 2015. 2006.

Stanley, M., & Beare, P. G. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.

Jakarta: EGC. 2006.

Swanson, J.M., & Nies, M.A. Community health nursing: Promoting

the health of aggregates (2ᵑ ᵈ ed.) Philadelphia: Saunders

Company.1997.

Stanhope, M., & Lancaster, J. Community health nursing (4th ed). St

Louis Missouri: Mosby Co. 2004.

Sihvonen, Sanna. Postural balance and aging: cross-sectional

comparative studies and a balance training intervention. Januari

19, 20015 University of Jyvaskyla, Faculty of Sport and Health

Page 80: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

Science.

2004.https://jyx.jyu.fi/dspace/bitstream/handle/123456789/1349

5/951391920X.pdf?sequence.

Salzman, B. Gait and balance disorders in olders adults.American

Family Phisician, 82(1). 61-68. 2010.

Suhartini. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian lanjut usia:

Studi kasus di Kelurahan Jombangan. 2004. Diakses tanggal 15

desember 2015 http/www.damandiri.or.id

Tood., C&Skelton, D. What are the main risk factors for falls among

older people and what are the most effective interventions to

prevent these falls? Copenhagen: WHO Regional Office for

Europe. 2004.

Wallace, M. Essentials of gerontological nursing. New York:

Springer Publishing Company. 2008.

Weerdesteyn, V ., Niet, M.D., Duijinhoven, H.J.R., van, & Gaurts,

A.C.H. 2008. Falls in individuals with stroke. Journal of

Rehabilitation Research & Development, 45 (8), 1195-1214.

World Health Organization. WHO Global report on falls prevention in

older age. Geneva:Who Press. 2010.

Page 81: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

( INFORMED CONSENT )

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur : ( ) 45-59 tahun ( ) 60-74 tahun ( ) 75-90

( ) diatas 90 tahun

Jenis Kelamin : ( Laki-laki / Perempuan *)

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti, saya menyatakan Bersedia menjadi

responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas nama

Permata Hidayat Ashar dengan judul “Gambaran Faktor Risiko Jatuh pada Lansia di

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan”.

Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sukarela tanpa ada paksaan dan tekanan

dari pihak manapun dan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta,....September 2015

Hormatsaya,

Page 82: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

KUESIONER FAKTOR RISIKO JATUH DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI

MULIA 4 MARGAGUNA JAKARTA SELATAN

No. Responden:

Tanggal :

A. Pernyataan Faktor Intrinsik

Petunjuk: Berilah pendapat saudara dengan member tanda check list (√) pada kolom jawaban

yang telah disediakan untuk :

1 = Sangat tidak setuju

2 = Tidak setuju

3 = Setuju

4 = Sangat setuju

No Pernyataan STS TS S SS

1 2 3 4

Gangguan Jantung

1 Saya mengalami gangguan jantung selama 6 bulan terakhir

2 Jantung saya terasa berdebar-debar

3 Saya pada saat banyak bergerak dada saya sebelah kiri terasa

sakit

4 Saya tidak pernah sakit jantung selama ini

GangguanSistemAnggotaGerak

5 Saya megalami gangguan anggota gerak saat ini

6 Kaki kanan saya sulit digerakkan

7 Saya saat berjalan, kaki saya sakit

8 Badan saya tidak bias bergerak

Gangguan system saraf gerak

9 Saya mengalami gangguan saraf 6 bulan yang lalu

Page 83: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

10 Saya tidak mengalami gangguan saraf

Gangguan penglihatan

11 Saya tidak melihat orang orang dari jarak dekat

12 Pandangan saya sangat kabur melihat benda – benda disekitar

13 Saya tidak bias membedakan warna biru dengan warna hitam

14 Saya melihat ruangan ini sangat gelap

Gangguan Pendengaran

15 Saya menggunakan alat bantu pendengaran

16 Saya tidak bias mendengar bila dipanggil dengan nada rendah

17 Saya mengalami gangguan pendengaran seperti tuli

18 Telinga saya terasa sakit saat mendengar suara keras

B. Pernyataan Faktor Ekstrinsik

Petunjuk: Berilah pendapat saudara dengan member tanda check list (√) pada kolom jawaban

yang telah disediakan untuk:

0 = Tidak

1 = Ya

No Pernyataan Ya Tidak

Alat Bantu Berjalan

1 Apakah anda mengunakan alat bantu berjalan atau dibantu petuga

spanti?

2 Apakah anda menggunakan walker?

3 Apakah anda mengunakan alat bantu seperti tongkat?

4 Apakah anda menggunakan kruk?

5 Apakah anda mengunakan kaki palsu?

6 Apakah anda mengunakan kursi roda?

7 Apakah anda menggunakan alas kaki didalam panti seperti sandal?

Lingkungan

Page 84: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

8 Apakah penerangan ruangan panti cukup (tidak gelap)?

9 Apakah sinar matahari dapat masuk kedalam panti?

10 Apakah lantai panti licin?

12 Apakah penataan barang-barang didalam panti rapi tidak

berantakan?

13 Apakah didalam panti ada tangga atau lantai yang rata?

14 Apakah lantai kamar mandi anda licin?

15 Apakah tempat buang air besar tidak memakai kloset duduk?

16 Apakah tempat tidur anda terlalu tinggi dan tidak ada pagar?

17 Apakah WC dekat dengan kamar anda?

18 Apakah tempat duduk anda terlalu tinggi?

Keterangan:

1. Tidak berisiko< 5

2. Berisiko ≥ 5

Page 85: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

C. Pernyataan Faktor Situasional

Petunjuk: Berilah pendapat saudara dengan member tanda check list (√) pada kolom jawaban

yang telah disediakan untuk:

1 = Sangat tidak setuju

2 = Tidak setuju

3 = Setuju

4 = Sangat setuju

No Pernyataan STS TS S SS

1 2 3 4

Aktivitas

1 Saya melakukan aktivitas dalam kegiatan sehari-hari

dengan menggunakan tangga.

2 Saya saat melakukan aktivitas sering mendaki gunung.

3 Olahraga adalah aktivitas yang sering saya lakukan setiap

bangun pagi.

4 Saya ingin berpindah tempat dari duduk ke berdiri.

Riwayat Penyakit

5 Saya mengalami riwayat penyakit stroke selama 6 bulan

yang lalu

6 Saya mengalami tekanan darah tinggi saat ini

7 Saya mempunyai penyakit persendian (atritis), kalau cuaca

dingin suka kambuh.

8 Saya tidak mengalami penyakit katarak

9 Saya menderita penyakit paru obstruksi kronis (PPOK).

Page 86: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

Faktor Intrinsik

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

p1 .275 38 .000 .850 38 .000

p2 .293 38 .000 .847 38 .000

p3 .252 38 .000 .871 38 .000

p4 .247 38 .000 .823 38 .000

p5 .197 38 .001 .866 38 .000

p6 .192 38 .001 .880 38 .001

p7 .309 38 .000 .830 38 .000

p8 .275 38 .000 .857 38 .000

p9 .270 38 .000 .857 38 .000

p10 .259 38 .000 .817 38 .000

p11 .276 38 .000 .856 38 .000

p12 .293 38 .000 .854 38 .000

p13 .261 38 .000 .832 38 .000

p14 .281 38 .000 .797 38 .000

p15 .302 38 .000 .752 38 .000

p16 .240 38 .000 .872 38 .000

p17 .239 38 .000 .835 38 .000

p18 .270 38 .000 .842 38 .000

Page 87: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

Faktor Ekstrinsik

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

p1 .379 38 .000 .628 38 .000

p2 .496 38 .000 .473 38 .000

p3 .433 38 .000 .586 38 .000

p4 .518 38 .000 .400 38 .000

p6 .459 38 .000 .550 38 .000

p7 .508 38 .000 .439 38 .000

p8 .538 38 .000 .152 38 .000

p9 .538 38 .000 .152 38 .000

p10 .518 38 .000 .400 38 .000

p11 .472 38 .000 .528 38 .000

p12 .393 38 .000 .621 38 .000

p13 .472 38 .000 .528 38 .000

p14 .379 38 .000 .628 38 .000

p15 .518 38 .000 .400 38 .000

p16 .535 38 .000 .302 38 .000

p17 .446 38 .000 .570 38 .000

a. Lilliefors Significance Correction

b. p5 is constant. It has been omitted.

Page 88: GAMBARAN PERSEPSI FAKTOR RISIKO JATUH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30621/1/PERMATA... · ngan gangguan anggota gerak 50% beresiko jatuh. K. lien dengan

Faktor situasional

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

p1 .328 38 .000 .809 38 .000

p2 .321 38 .000 .826 38 .000

p3 .302 38 .000 .815 38 .000

p4 .282 38 .000 .843 38 .000

p5 .263 38 .000 .844 38 .000

p6 .282 38 .000 .843 38 .000

p7 .222 38 .000 .852 38 .000

p8 .248 38 .000 .875 38 .001

p9 .251 38 .000 .861 38 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Statistics

GJantung GGerak GSyaraf Pengelihatan Pendengaran AlatBantu Lingkungan Aktivitas Penyakit

N Valid 38 38 38 38 38 38 38 38 38

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 9.26 10.18 4.71 9.03 8.37 2.34 6.11 9.76 11.95

Median 9.00 11.00 5.00 9.00 8.50 2.00 6.00 9.00 12.00