gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

Upload: pwindarini

Post on 15-Oct-2015

671 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    1/31

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

    dewasa. Pada masa ini, remaja banyak mengalami perubahan baik secara fisik

    maupunsecara psikologis yang mengakibatkan perubahan sikap dan tingkah laku

    remaja tersebut, seperti mulai memperhatikan penampilan diri, tertarik dengan

    lawan jenis, berusaha menarik perhatian, dan timbul perasaan cinta yang

    kemudian akan menimbulkan doronganseksual (Imran dalam Adnani dan Citra,

    2009).

    Terjadinya perubahan fisik pada remaja diikuti dengan perubahan sistem

    reproduksinya, hal ini sering sekali kurang disadari oleh remaja sehingga mereka

    tidak memahami dan mengetahui apa yang sebaiknya dilakukan agar

    kesehatannya terjaga. Saat ini banyak remaja kurang mendapatkan penerangan

    mengenai kesehatan reproduksi. Pengetahuan remaja tentang kesehatan

    reproduksi masih sangat rendah. Berdasarkan survey BKKBN tahun diperkirakan

    17,1% perempuan dan 10,4% laki-laki mengetahui secara benar tentang masa

    subur dan resiko kehamilan (BKKBN, 2008). Pengetahuan yang rendah tentang

    kesehatan reproduksi akibat dari kurangnya informasi mengenai kesehatan

    reproduksi dapat meningkatkan resiko terjadinya Kehamilan yang tidak

    diinginkan (KTD), abortus, dan infeksi menular seksual.

    Salah satu resiko kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan

    reproduksi adalah kehamilan yang tidak diinginkan dimana kehamilan sering kali

    berakhir dengan aborsi. Hasil survei Badan Koordinasi Keluarga Berencana

    Nasional (BKKBN) (2010) mengatakan bahwa rata-rata dari 100 remaja di

    wilayah Jabodetabek, sekitar 54% pernah melakukan hubungan seksual pranikah.

    Kejadian seks pranikah di Surabaya mencapai 47%, di Bandung dan Medan 52%.

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    2/31

    2

    Perilaku seks bebas di kalangan remaja berefek pada kasus infeksi penularan

    HIV/AIDS yang cenderung berkembang di Indonesia.(BKKBN, 2010)

    Dampak lain yang dapat ditimbulkan akibat ketidaktahuan mengenai

    informasi kesehatan reproduksi yang baik adalah terjadi penyimpangan perilaku

    seksual, yaitu melakukan berbagai penyimpangan hubungan seksual. Hal ini

    tentunya beresiko menyebabkan terjadinya Infeksi Menular Seksual (IMS).

    Berdasarkan penelitian WHO pada tahun 2005 tercatat 448 juta kasus baru

    infeksi menular seksual (sifilis, gonorrhea, klamydia, dan trichomonas) yang

    terjadi pada orang dewasa berusia 15 49 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa

    kelompok umur yang paling banyak menderita IMS adalah kelompok belia.

    Remaja merupakan kelompok yang berisiko untuk terkena IMS, diperkirakan 1

    dari setiap 20 remaja tertular IMS dengan persentase tertinggi terjadi pada usia

    15-24 tahun (Soetjiningsih, 2011. Azhari, 2002).

    Berdasarkan dari fakta yang ada dapat terlihat bahwa kecenderungan

    remaja untuk melakukan berbagai tindakan yang membahayakan kesehatan

    mereka sendiri semakin meningkat, namun di sisi lain ternyata pengetahuan para

    remaja itu sendiri mengenai aspek kesehatan reproduksi masih sangat rendah,

    sehingga remaja perlu untuk diberikan pendidikan mengenai kesehatan

    reproduksi. Pendidikan reproduksi yang dimaksud adalah memberikan informasi

    kepada remaja sehingga para remaja tahu bagaimana cara menghindari terjadinya

    hubungan seksual sebelum waktunya dan membentuk remaja yang mempunyai

    sikap dan perilaku seksual yang sehat dan bertanggung jawab (Imran (2000)

    dalam Adnani dan Citra, 2009). Pada umumnya, anak remaja terdapat pada

    kelompok siswa SMU dimana pada masa ini terjadi peralihan dari masa anak-anak

    menuju masa dewasa. Berbagai masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi pada

    anak SMU. Salah satu SMU yang terdapat di kecamatan Medan Timur adalah

    SMU Al-Fattah, untuk itu peneliti merasa tertarik untuk mengetahui sejauh mana

    pengetahuan siswa SMA Al-Fattah Medan mengenai kesehatan reproduksi.

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    3/31

    3

    1.2 Rumusan Masalah

    Masih rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan

    masih tingginya jumlah siswa SMP dan SMA yang melakukan hubungan seks di

    luar nikah maka dirasa perlu untuk mengetahui bagaimanakah gambaran

    pengetahuan siswa-siswi SMA Al-Fattah Medan mengenai kesehatan reproduksi

    remaja dan bahaya seks bebas pada remaja.

    1.3 Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa

    SMA Al-Fattah Medan mengenai kesehatan reproduksi remaja dan bahaya seks

    bebas berdasarkan jenis kelamin, umur, dan tingkat kelas.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1. Bagi RespondenMenambah pengetahuan responden mengenai kesehatan reproduksi

    remaja serta resiko yang dapat ditimbulkan akibat penyimpangan

    hubungan seksual.

    2. Bagi Puskesmas Glugur Darat

    Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan dalam

    memberikan informasi tentang pengetahuan remaja mengenal

    kesehatan reproduksi sehingga dapat dijadikan untuk peningkatan

    program Unit Kesehatan Sekolah (UKS) di puskesmas.

    3. Bagi Pemerintah Kecamatan Medan Timur

    Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai suatu masukan

    dalam program kerja pemerintah demi terciptanya masyarakat yang

    sehat.

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    4/31

    4

    4. Bagi Peneliti

    Sebagai proses pembelajaran dan menambah pengalaman dalam

    melakukan sebuah penelitian serta meningkatkan pengetahuan peneliti

    sehubungan dengan kesehatan reproduksi.

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    5/31

    5

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kesehatan Reproduksi

    Kesehatan reproduksi secara umum didefinisikan sebagai kondisi sehat

    dari sistem fungsi dan proses alat reproduksi yang kita miliki. Pengertian sehat

    tersebut tidak semata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga

    sehat secara mental dan sosiokultural. (BKKBN, 2004)

    Kesehatan reproduksi adalah ilmu yang mempelajari alat dan fungsi

    reproduksi, baik pada laki-laki maupun perempuan, yang merupakan bagian

    integral dari sistem tubuh manusia lainnya serta hubungannya secara timbal balik

    dengan lingkungannya. (Pangkahila, 2005)

    Kesehatan reproduksi adalah suatu kondisi yang sempurna dari fisik, mental

    dan keadaan sosial (tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan/kecacatan)

    dalam setiap persoalan yang berhubungan dengan sistem, fungsi serta proses

    reproduksi. Konsep dan definisi lainnya yang juga disepakati dan berkaitan

    dengan kesehatan reproduksi, yaitu kesehatan seksual, hak seksual, dan hak

    reproduksi. (Imamah, 2009)

    2.1.1 Kesehatan Reproduksi Remaja

    Kesehatan reproduksi remaja secara umum didefinisikan sebagai kondisi

    sehat dan sistem, fungsi, dan proses alat reproduksi yang dimiliki oleh remaja.

    Remaja perlu memahami tentang kesehatan reproduksi, khususnya kesehatan

    reproduksi remaja, karena keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kesehatan

    reproduksi mempunyai konsekuensi atau akibat jangka panjang dalam

    perkembangan dan kehidupan sosial remaja (BKKBN, 2008).

    Menurut Arma (2007), pendidikan seksual adalah suatu kegiatan pendidikan

    yang berusaha untuk memberikan pengetahuan agar remaja dapat mengubah

    perilaku seksualnya ke arah yang lebih bertanggung jawab.

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    6/31

    6

    Menurut Mutadin (2002), pendidikan seksual merupakan cara pengajaran

    atau pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah

    hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan

    seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan

    seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar.

    2.2 Remaja

    Remaja adalah individu baik perempuan, maupun laki-laki yang berada

    pada masa/usia antara anak-anak dan dewasa. United Nations menyebut remaja

    bagi mereka yang berusia 15-24 tahun (BKKBN, 2001). Di Indonesia, batasan

    remaja mendekati batasan PBB tentang pemuda kurun usia 14-24 tahun yang

    dikemukakan dalam Sensus Penduduk (Arma, 2007).

    Masa remaja adalah merupakan masa peralihan baik secara fisik, psikis

    maupun sosial dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Remaja adalah asset

    sumber daya manusia yang merupakan tulang punggung penerus generasi di masa

    mendatang. Bila dilihat dari komposisi penduduk menurut kelompok umur dan

    jenis kelamin, jumlah remaja menempati posisi yang lebih besar dibanding dengan

    komposisi umur lainnya. Besarnya jumlah penduduk usia remaja ini adalah

    merupakan peluang dan bukan menjadi masalah bagi pemerintah.

    J.J. Rosseau membagi perkembangan jiwa manusia menurut

    perkembangan perasaan dan membaginya dalam 4 tahap, yaitu (Arma, 2007):

    1. Umur 0-4 atau 5 tahun : masa kanak-kanak (infancy).

    2. Umur 5-12 tahun : masa bandel (savage stage).

    3. Umur 12-15 tahun : bangkitnya akal (rasio), nalar (reason) dan kesadaran

    (self consciousness).

    4. Umur 15-20 tahun : masa kesempurnaan remaja (adolescence proper) dan

    merupakan puncak perkembangan emosi.

    2.2.1 Tumbuh Kembang Remaja

    Individu pada masa remaja akan mengalami situasi pubertas, dimana ia

    akan mengalami perubahan yang mencolok secara fisik maupun secara

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    7/31

    7

    emosional/psikologis dibandingkan dengan masa sebelumnya, yaitu masa kanak-

    kanak.

    A. Perkembangan Fisik (Biologik) Remaja

    Pada masa remaja, seseorang mengalami pertumbuhan fisik yang lebih

    cepat dibandingkan dengan masa sebelumnya. Hal ini terlihat pada organ

    seksualnya, dimana biologik sampai pada kesiapan untuk melanjutkan keturunan.

    Pada wanita, ciri sekunder individu dewasa terjadi karena beberapa jenis

    hormon/zat dalam tubuh, terutama estrogen dan progesterone, mulai berperan

    aktif sehingga mulai tumbuh payudara, pinggul mulai melebar dan membesar.

    Disamping itu, akan mulai tumbuh rambut halus di sekitar ketiak dan

    vagina/kemaluan, dan perubahan lainnya seperti, kulit dan rambut mulai

    berminyak, keringat bertambah banyak, lengan dan tungkai kaki bertambah

    panjang, tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar, dan lainnya

    (BKKBN, 2001). Pada wanita, kedua indung telur (ovarium) akan menghasilkan

    sel telur (ovum). Hormon kelamin wanita mempersiapkan rahim (uterus) untuk

    menerima hasil konsepsi bila sel telur dibuahi oleh sperma, juga mempersiapkan

    vagina sebagai penerima penis saat bersenggama. Sejak saat ini wanita akan

    mengalami ovulasi dan menstruasi. Ovulasi adalah proses keluarnya ovum dari

    ovarium, dan jika tidak dibuahi, maka ovumakan mati dan terjadilah menstruasi.

    Menstruasi adalah peristiwa alamiah keluarnya darah dari vagina yang berasal

    dari uterus akibat lepasnya endometrium sebagai akibat dari ovum yang tidak

    dibuahi (Arma, 2007).

    Sama halnya dengan perempuan, ciri seks sekunder pada laki-laki

    terutama akan disebabkan oleh hormon testosterone yang menyebabkan

    tumbuhnya rambut di sekitar ketiak dan kemaluan, tumbuh jenggot dan kumis,

    terjadi perubahan suara menjadi berat, tubuh bertambah berat dan tinggi, keringat

    bertambah banyak, kulit dan rambut mulai berminyak, lengan dan tungkai kaki

    bertambah panjang, pundak dan dada bertambah besar dan bidang, tumbuh jakun,

    penis dan buah zakar membesar, dan lainnya (BKKBN, 2001). Pada pria, sejak

    usia ini testis akan menghasilkan sperma yang tersimpan dalam skrotum. Kelenjar

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    8/31

    8

    testis akan menghasilkan sperma, dan penis dapat digunakan untuk bersenggama

    dalam perkawinan. Seorang pria dapat menghasilkan puluhan sampai jutaan

    sperma sekali ejakulasi dan mengalami mimpi basah, dimana sperma keluar

    dengan sendirinya secara alamiah (Arma, 2007).

    Perubahan fisik baik pada remaja perempuan maupun pada remaja laki-

    laki akan berhenti pada usia sekitar 20 tahun, yang berakibat tubuh tidak akan

    bertambah tinggi lagi, payudara tidak akan membesar lagi, dan pinggul tidak akan

    bertambah lebar (BKKBN, 2001).

    B. Perkembangan Psikososial Remaja

    Kesadaran akan bentuk fisik yang bukan lagi anak-anak akan menjadikan

    remaja sadar meninggalkan tingkah laku anak-anaknya dan mengikuti norma,

    serta aturan yang berlaku (Arma, 2007). Perubahan psikologis terjadi disebabkan

    oleh adanya perubahan-perubahan kebutuhan, konflik nilai antara keluarga dan

    dunia luar, serta terjadinya perubahan fisik. Perubahan psikologis yang dimaksud

    seperti remaja menjadi sangat sensitif, sering bersikap irasional, mudah

    tersinggung, bahkan stress (BKKBN, 2008).

    Menurut Havigrust aspek psikologis yang menyertai masa remaja adalah

    (Arma, 2007) :

    1. Menerima kenyataan (realitas) jasmani.2. Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman sebaya.3. Menjalankan peran-peran sosial menurut jenis kelamin sesuaikan dengan

    norma.

    4. Mencapai kebebasan emosional (tidak tergantung) pada orang tua atau orangdewasa lain.

    5. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep untuk bermasyarakat.6. Memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan atau jabatan.7. Mencapai kebebasan ekonomi, merasa mampu hidup dengan nafkah sendiri.

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    9/31

    9

    8. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan.

    2.3 Perilaku Seksual Remaja

    Menjadi remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak

    penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani dan

    pematangan organ-organ reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka

    hadapi. Perasaan seksual yang menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap remaja

    meskipun kadarnya berbeda satu dengan yang lain, begitu juga kemampuan untuk

    mengendalikannya. Ketika mereka harus berjuang mengenali sisi-sisi diri yang

    mengalami perubahan fisik, psikis, dan social akibat pubertas, masyarakat justru

    berupaya keras menyembunyikan segala hal tentang seks. Tidak tersedianya

    informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi memaksa remaja

    mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri (Asfriyati, 2005).

    Perilaku remaja yang tidak sehat akan menimbulkan beberapa manifestasi

    khususnya di kalangan remaja sendiri, diantaranya (Arma, 2007):

    1. Dampak kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja putri baik terhadapkesehatan.

    2. Pengguguran kandungan, terutama yang dilakukan secara tidak aman.3. Dampak sosial ekonomi dari kehamilan yang tidak diinginkan.4. Masalah penyakit menular seksual.5. Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual.

    2.3.1 Kehamilan Yang Tidak Diinginkan (KTD) Pada Remaja

    Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang

    oleh karena suatu sebab maka keberadaannya tidak diinginkan atau diharapkan

    oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut.

    2.3.1.1 Penyebab KTD pada Remaja

    Penyebab KTD pada remaja antara lain (BKKBN, 2001):

    1. Karena kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar mengenai prosesterjadinya kehamilan, dan metode pencegahan kehamilan. Kehamilan ini

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    10/31

    10

    akan semakin memberatkan remaja perempuan jika pasangannya tidak

    bertanggung jawab atas kehamilan yang terjadi.

    2. Kehamilan Tidak Diinginkan dapat terjadi akibat tindakan perkosaan.Dalam hal ini meskipun remaja putri memiliki pengetahuan yang cukup,

    tetapi ia tidak bisa menghindarkan diri dari tindakan seksual yang

    dipaksakan terhadapnya

    3. Kehamilan Tidak Diinginkan bisa terjadi pada remaja yang telah menikahdan telah menggunakan cara pencegahan kehamilan, namun tidak berhasil.

    2.3.1.2 Dampak Kehamilan Remaja

    A. Dampak sosial

    Kehamilan yang terjadi pada remaja memberi dampak yang berat pada

    remaja. Dikucilkan, diberhentikan dari pekerjaan, dan menjadi bahan pembicaraan

    yang tidak enak dalam masyarakat harus selalu diterima olehnya. Kemungkinan

    untuk diusir dari keluarga karena keluarga tidak tahan menahan aib yang harus

    diterima akibat perbuatannya juga harus diterima olehnya. Satu cara lain yang

    harus dihadapi oleh remaja itu sendiri untuk menutupi semua adalah perkawinan.

    Meskipun hal itu terpaksa dilakukannya namun ia tidak memiliki pilihan lain

    untuk menyelamatkan nama baik keluarga (Asfriyati, 2005)

    B. Dampak Medis

    Dampak medis yang terjadi pada kehamilan remaja adalah persalinan

    premature, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan akibat

    kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan. Keadaan gizi yang

    buruk, tingkat sosial ekonomi yang rendah, dan stress juga dapat memudahkan

    terjadi infeksi saat hamil, terlebih pada kala nifas. Keadaan lain yang dapat terjadi

    adalah anemia kehamilan, keracunan kehamilan, dan kematian ibu yang tinggi

    akibat menggugurkan kehamilan (Manuaba, 1998).

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    11/31

    11

    2.3.2 Aborsi Pada Remaja

    Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil kehamilan

    sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Abortus yang tidak aman (unsafe

    abortion) adalah abortus yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten

    sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian.

    Melahirkan mengandung resiko bagi semua perempuan, apalagi bila

    remaja perempuan memutuskan untuk mengakhiri kehamilan yang tidak

    dikehendaki. Karena hal ini tidak dibenarkan oleh hukum di Indonesia, pada

    umumnya mereka mencari orang yang dapat melakukan pengguguran kandungan,

    seringkali oleh mereka yang tidak ahli dan bekerja dengan kondisi yang tidak

    memenuhi persyaratan medis (Azhari, 2002).

    Sebagian remaja mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan dengan

    cara-cara yang tidak aman, malah berbahaya bagi kesehatannya sendiri, misalnya:

    1. Meminum ramuan atau jamu baik yang dibuat sendiri maupun yang dibeli.2. Memijat peranakannya atau dengan mencoba mengeluarkan janin dengan

    lat-alat yang membahayakan dengan bantuan dukun pijat.

    3. Meminum obat-obatan yang diberikan oleh dokter atau bidan.Cara tersebut dapat mengakibatkan perdarahan, infeksi, hingga kematian calon

    ibu. Jika dengan cara-cara tersebut kehamilan tidak berhasil diakhiri,

    kemungkinan janin mengalami kecacatan mental maupun fisik dalam masa

    pertumbuhannya. Di samping itu, aborsi juga berdampak pada kondisi psikologis.

    Perasaan bersalah seringkali menghantui pasangan khususnya wanita setelah

    mereka melakukan aborsi ini (BKKBN, 2001).

    2.3.3 Infeksi Menular Seksual

    Infeksi menular seksual adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan

    seksual yang lebih berisiko bila hubungan seksual dilakukan dengan berganti-

    ganti pasangan, baik melalui vagina, oral, maupun anal (BKKBN, 2008).

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    12/31

    12

    Infeksi menular seksual menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus

    dianggap serius. Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan

    menyebabkan penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan, dan kematian.

    Oleh karena bentuk dan letak alat kelamin yang menonjol, pada laki-laki

    gejala penyakit menular seksual lebih mudah dikenali, dilihat, dan dirasakan,

    sedangkan pada perempuan sebagian besar tanpa gejala, sehingga sering kali tidak

    disadari.

    Gejala IMS pada laki-laki diantaranya adalah bintil-bintil berisi cairan,

    lecet, atau borok pada penis/alat kelamin; luka tidak sakit, keras, dan berwarna

    merah pada alat kelamin; adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam;

    rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin; rasa sakit yang hebat saat buang air

    kecil; kencing nanah atau darah yang berbau busuk; bengkak panas dan nyeri pada

    pangkal paha. Sedangkan gejala IMS pada perempuan antara lain rasa sakit atau

    nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual; rasa nyeri pada perut bagian

    bawah; pengeluaran lendir pada vagina; keputihan berwarna putih susu,

    bergumpal, dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin atau

    sekitarnya; keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal; timbul

    bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual; bintil-bintil berisi cairan, lecet,

    atau borok pada alat.

    Beberapa pencegahan terjadinya infeksi menular seksual adalah dengan

    tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah, kemudian menghindari

    hubungan seksual yang tidak aman atau berisiko, selalu menggunakan kondom

    untuk mencegah penularan penyakit menular seksual, serta selalu menjaga

    kebersihan alat kelamin (BKKBN, 2001)

    2.4 Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

    melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

    pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian

    besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

    merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    13/31

    13

    Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

    pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

    pengetahuan. Hasil penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2005),

    mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku

    baru), di dalam diri orang tersebut menjadi proses yang berurutan yakni:

    1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam artimengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

    2. Interest, dimana orang merasa tertarik terhadap stimulus atau objektersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.

    3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulustersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

    4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apayang dikehendaki oleh stimulus.

    5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

    pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

    Pengetahuan seseorang individu terhadap sesuatu dapat berubah dan berkembang

    sesuai kemampuan, kebutuhan, pengalaman, dan tinggi rendahnya mobilitas

    materi informasi tentang sesuatu di lingkungannya. Pengetahuan yang dicakup

    dalam daerah kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2007):

    1. Tahu (know) adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajarisebelumnya. Untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

    dipelajari antara lain dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

    menyatakan.

    2. Memahami (comprehension) adalah kemampuan untuk memahami secarabenar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

    tersebut secara benar.

    3. Aplikasi (application) adalah kemampuan untuk menggunakan materiyang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    14/31

    14

    4. Analisis (analysis) adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atauobjek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur

    organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.

    5. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk meletakkan ataumenghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

    baru.

    6. Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi ataupenilaian terhadap suatu materi atau obyek.

    2.4.1 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja

    Pengetahuan remaja terhadap reproduksi sehat sangat tergantung pada

    informasi yang diterima baik dari penyuluhan maupun dari media massa serta

    kemampuan untuk menyerap dan menginterpretasikan informasi tersebut.

    Pendidikan seksualitas adalah suatu kegiatan pendidikan yang berusaha

    untuk memberikan pengetahuan agar remaja dapat mengubah perilaku seksualnya

    kearah yang lebih bertanggung jawab. Sekolah sebagai institusi formal yang

    merupakan tempat sebagian besar kelompok remaja adalah wadah yang tepat

    untuk memberikan pengetahuan kepada remaja tentang kesehatan reproduksi atau

    perilaku seksual yang sehat dan aman melalui pendidikan yang dimasukkan dalam

    kurikulum.

    Pada dasarnya, tujuan pendidikan kesehatan reproduksi remaja adalah

    untuk membekali para remaja dalam menghadapi gejolak biologisnya agar mereka

    tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah karena mengetahui risiko yang

    dapat mereka hadapi. Seandainya mereka tetap melakukannya juga (tidak semua

    orang dapat dicegah untuk melakukannya), mereka dapat mencegah risiko buruk

    yang dapat terjadi. Jika risiko terjadi juga, mereka akan menghadapinya secara

    bertanggung jawab.

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    15/31

    15

    2.5. Kerangka Konsep Penelitian

    Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

    Berdasarkan kerangka konsep di atas akan diteliti tingkat pengetahuan

    remaja SMA Al-Fattah Medan mengenai kesehatan reproduksi dan bahaya seks

    bebas.

    TingkatPengetahuan

    Remaja SMA

    Al-Fattah Medan

    KesehatanReproduksi dan

    Bahaya Seks

    Bebas

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    16/31

    16

    BAB 3

    METODE PENELITIAN

    3.1. Jenis Penelitian

    Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan penelitian dengan jenis

    studi deskriptif, yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja SMA

    Al-Fattah Medan mengenai kesehatan reproduksi dan bahaya seks bebas.

    3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini akan dilakukan di SMA Al-Fattah Medan yang terletak di

    Jalan Cemara No. 174 Medan, Sumatera Utara. Pemilihan tempat dilakukan

    secara purposive, yaitu ditentukan sendiri oleh peneliti. Penelitian ini akan

    dilaksanakan pada September 2013.

    3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

    3.3.1 Populasi Penelitian

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid SMA Al-Fattah

    Medan. Untuk data ordinal, teknik penarikan sampel akan dilakukan secaraa non-

    probability sampling, yaitu consecutive sampling, dimana responden yang telah

    memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sampel yang diinginkan peneliti

    berkesempatan menjadi sampel penelitian hingga terpenuhinya jumlah sampel

    yang telah ditentukan peneliti.

    1. Kriteria inklusi :1.1Bersedia menjadi responden1.2Siswa/I SMA Al-Fattah Medan

    2. Kriteria eksklusi2.1.Responden dalam keadaan tidak sehat ( jiwa dan raga )2.2.Bukan Siswa/I SMA Al-Fattah Medan

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    17/31

    17

    3.3.2. Sampel Penelitian

    Besar sampel minimal akan dihitung dengan menggunakan rumus :

    n = N. Z 1 - /2 . p . (1-p)

    (N-1) . d + Z2

    . 1-/2 . p. (1-p )

    Keterangan :

    N = Populasi

    Z 1 - /2 = Nilai distribusi normal baku dengan tertentu

    n = Besar sampel yang diinginkan

    p = Nilai Proporsi di populasi

    d = Kesalahan (absolute) yang dapat ditolerir

    Dari persamaan di atas dapat ditentukan jumlah sampel sebagai berikut:

    n = N.Z. 1 - /2 .p .(1- p)

    (N-1) . d +Z2 . 1-/2 .p . (1- p )

    = (248) .(1, 96)2.(0,5) .(1-0,5)

    (248-1) . (0,1) + (1,96)2.(0,5) .(1-0,5 )

    n = 69,440

    Maka besar n (sampel) dibulatkan menjadi 70 siswa

    3.4. Teknik pengumpulan data

    Pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari:

    1. Data primer yang diperoleh langsung dari responden berdasarkankuesioner yang ada.

    2. Data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas Glugur Darat mengenaijumlah sekolah di Kecamatan Medan Timur.

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    18/31

    18

    Peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden dan menjelaskan

    tujuan dan prosedur penelitian. Peneliti menanyakan kesediaan responden untuk

    menjadi subjek dalam penelitian. Setelah itu peneliti membagikan kuesioner pada

    responden dan menunggu sampai responden selesai mengisi kuesioner (kira-kira

    kurang dari 10 menit). Lalu peneliti mengecek kelengkapan kuesioner yang

    diberikan apakah sudah diisi dengan lengkap oleh responden. Bila semua data

    yang dibutuhkan peneliti telah dikumpulkan, selanjutnya peneliti akan

    menganalisa data.

    3.5. Uji Validitas dan Reabilitas

    Kuesioner yang akan diberikan kepada responden akan melewati uji

    validasi dan uji realibilitas terlebih dahulu. Validitas adalah suatu indeks yang

    menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Dalam uji

    validitas peneliti akan menggunakan teknik korelasi Product moment yang

    rumusnya sebagai berikut :

    N ( X Y) - ( X Y)a

    R =

    {N X2( X)2 } {N Y 2- ( Y)2 }

    Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur

    dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauhmana

    hasil pengukuran tersebut tetap konsisten jika dilakukan pengukuran dua kali atau

    lebih terhadap gejala yang sama. Menggunakan uji Cronbach (Cronbach Alpha)

    dengan rumus sebagai berikut :

    k . r

    =

    1 + ( k1). R

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    19/31

    19

    3.6. Pengolahan dan Analisa data

    Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui

    beberapa tahapan, antara lain tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan

    kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua

    jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua codingyaitu memberi kode atau

    angka tertentu pada kuisioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi

    dan analisa, tahap ketiga processing yaitu memasukkan data dari kuisioner

    kedalam program komputer dengan menggunakan program SPSS versi 17,0 tahap

    keempat adalah melakukan cleaningyaitu mengecek kembali data yang telah di

    entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Data akan disajikan dalam

    bentuk tabel.

    3.7. Alat Ukur

    Alat ukur dalam penelitian adalah kuesioner dengan 20 pertanyaan, yaitu

    20 pertanyaan untuk pengetahuan.

    3.8. Cara Ukur

    Cara ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

    memiliki makna skor 1 untuk pertanyaan yang dijawab benar dan skor 0 untuk

    pertanyaan yang dijawab salah. Skor maksimum yang didapati jika responden

    menjawab seluruh pertanyaan dengan benar adalah 20.

    3.9. Hasil Ukur

    Hasil ukur dalam penelitian ini adalah jumlah total skor dari pertanyaan

    yang diberikan dan akan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:

    1. Baik : jika total nilai yang diperoleh > 75 % (skor 1620)

    2. Sedang : jika total nilai yang diperoleh 4075 % (skor 815)

    3. Kurang : jika total nilai yang diperoleh < 40 (skor 07)

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    20/31

    20

    3.10. Skala Ukur

    Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal. Pada skala ordinal

    terdapat data dengan informasi peringkat, dengan nilai variabel yang tidak dapat

    dimanipulasi secara matematis baik ditambah, dibagi ataupun dikalikan

    (Sastroasmoro, 2007).

    3.11. Tahapan Penelitian

    Langkah-langkah penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-

    siswi SMA Al-Fattah mengenai kesehatan reproduksi dan bahaya seks bebas di

    Kecamatan Medan Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 adalah sebagai

    berikut:

    1. Survei lapangan, meliputi pemerintahan setempat dan lokasi penelitianpada Minggu I, antara lain :

    a. Melapor ke Kepala Puskesmas Glugur Darat kecamatan MedanTimur

    b. Melapor ke Kepala Sekolah SMA Alfattah.2. Pengisian kuesioner

    Pengisian kuesioner dilakukan dengan mengumpulkan 70 orang siswa-

    siswi SMA di aula sekolah tersebut yang disertai dengan penyuluhan

    mengenai bahaya rokok terhadap kesehatan pada tanggal 14 September

    2013.

    3. Penyuluhan kepada siswa siswi SMA Al-Fattah kecamatan MedanTimur Kotamadya Medan mengenai bahaya rokok terhadap kesehatan.

    4. Menyusun laporan penelitian berdasarkan data yang diperoleh.5. Diskusi dengan pembimbing.6. Presentasi laporan penelitian.

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    21/31

    21

    3.12. Definisi Operasional

    1. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

    melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

    2. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi remaja adalah pengetahuan

    yang meliputi perubahan yang terjadi saat remaja dan permasalahan

    seksual pada remaja termasuk dampak dari melakukan hubungan seksual

    pranikah.

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    22/31

    22

    BAB 4

    HASIL PENELITIAN

    4.1. Hasil Penelitian

    4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

    Penilitian dilakukan di SMA Al-Fattah Medan yang berlokasi di Jalan

    Cemara Nomor 174 Kecamatan Medan Timur, kota Medan, Propinsi Sumatera

    Utara. SMA Al-Fattah memiliki 248 murid yang terbagi dalam 3 tingkatan kelas.

    Dari 248 murid tersebut, diketahui jumlah murid laki-laki adalah 114 orang dan

    murid perempuan adalah 134 orang.

    4.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

    Jumlah responden yang terlibat dalam studi ini adalah sebanyak 70

    responden.

    Tabel 4.1 Karakteristik Responden di SMA Al-Fattah Medan

    Karakteristik Frekuensi %

    Umur

    15

    16

    17

    18

    Jenis Kelamin

    14

    20

    23

    13

    20

    28.6

    32,8

    18,6

    Laki-laki 34 48,6

    Perempuan 36 51,4

    Kelas

    X 20 28,6

    XI

    XII

    25

    25

    35,7

    35,7

    Jumlah 70 100

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    23/31

    23

    Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 70 responden usia

    responden berkisar 15 18 tahun dengan rata-rata umur responden adalah 16,8

    tahun. Jumlah responden berusia 15 tahun, 16 tahun, 17 tahun, dan 18 tahun

    secara berturut-turut adalah 14 responden (20%), 20 responden (28,6%), 23

    responden (32,8%), dan 13 responden (18,6%). Dari tabel 5.1 dapat diketahui juga

    bahwa terdapat 34 responden berjenis kelamin laki-laki (48,6%) dan 36 responden

    berjenis kelamin perempuan (51,4%). Distribusi responden berdasarkan kelas

    diketahui bahwa 20 responden (28,2%) berasal dari kelas X. Responden yang

    berasal dari kelas XI dan XII memiliki jumlah yang sama, yaitu 25 responden

    (35,7%).

    4.1.3. Pengetahuan

    Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi

    Sumber Informasi Frekuensi %

    Orang Tua 34 48,5

    Kakak/Saudara

    Teman Sebaya

    Media Formal

    Media Elektronik

    35

    67

    46

    62

    50

    95,7

    65,7

    88,5

    Tabel 4.2 menunjukkan bahwa teman sebaya memberikan persentase

    terbesar sebagai sumber informasi bagi remaja, yaitu 95,7% sebanyak 67

    responden, sedangkan orang tua memberi kontribusi yang paling kecil, yaitu 34

    responden dari total keseluruhan responden yang ada (48,5%).

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    24/31

    24

    Tabel 4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Jawaban Responden

    No Pertanyaan Frekuensi Jawaban RespondenBenar (%) Salah (%)

    1 Pengertian kesehatan reproduksi remaja 55 (78,57) 15 (21,43)

    2 Perubahan fisik umum remaja 43 (61,42) 27 (38,58)

    3 Perubahan psikologis remaja 47 (67,14) 23 (32,86)

    4 Mimpi basah sebagai tanda pubertas

    pada laki-laki66 (94,28) 4 (5,72)

    5 Menstruasi sebagai tanda pubertas pada

    perempuan68 (97,14) 2 (2,86)

    6 Perubahan fisik pada remaja perempuan 65 (92,8) 5 (7,2)

    7 Perubahan fisik pada remaja laki-laki 69 (98,57) 1 (1,43)

    8 Pengertian menstruasi/haid 67 (95,71) 3 (4,29)

    9 Pengertian mimpi basah 69 (98,57) 1 (1,43)

    10 Buah zakar (testis) sebagai organ

    penghasil sperma pada laki-laki33 (47,14) 37 (52,86)

    11 Indung telur (ovarium) sebagai organ

    penghasil sel telur pada perempuan58 (82,85) 12 (17,15)

    12 Proses terjadinya kehamilan 66 (94,28) 4 (5,72)

    13 Usia reproduktif laki-laki 57 (81,43) 13 (18,57)

    14 Usia reproduktif perempuan 52 (74,28) 18 (25,72)

    15 Usia optimal perempuan untuk hamil 60 (85,71) 10 (14,29)

    16 Pengertian hubungan seksual pranikah 52 (74,28) 18 (25,72)

    17 Akibat hubungan seksual pranikah 36 (51,43) 34 (48,57)

    18 Dampak kehamilan usia remaja 31 (44,28) 39 (55,72)

    19 Dampak aborsi dengan cara yang tidak

    aman21 (30) 49 (70)

    20 Penyakit infeksi menular seksual 15 (21,43) 55 (78,57)

    Responden diberikan skor untuk tiap-tiap pertanyaan yang dijawab, yaitu 1

    untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah.

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    25/31

    25

    Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa terdapat 4 pertanyaan dengan persentase

    jawaban benar dibawah 50%, yaitu pertanyaan nomor 10, 18, 19, dan 20 dengan

    persentase jawaban benar secara berturut-turut adalah 47,14% (33 responden),

    44,28% (31 responden), 30% (21 responden), dan 32,86% (23 responden).

    Tabel 4.4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden

    Tingkat Pengetahuan Frekuensi %

    Baik (> 75%) 35 50

    Sedang (4070%)

    Kurang (< 40%)

    33

    2

    47,14

    2,85

    Jumlah 70 100

    Dalam penelitian ini didapati hasil tingkat pengetahuan dari 70 responden

    adalah 35 responden (50%) berpengetahuan baik, 33 (47,14%) responden

    berpengetahuan sedang, dan 2 responden (2,85%) berpengetahuan yang kurang.

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    26/31

    26

    BAB 5

    PEMBAHASAN

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

    melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

    melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

    rasa dan raba (Notoatmodjo, 2007). Dalam penelitian ini telah dilakukan

    pembagian kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan responden.

    Dalam penelitian ini didapati hasil tingkat pengetahuan dari 70 responden

    adalah 35 responden (50%) berpengetahuan baik, 33 (47,14%) responden

    berpengetahuan sedang, dan 2 responden (2,85%) berpengetahuan yang kurang.

    Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartika dan

    Kamidah (2013) menunjukkan bahwa 49,3% dari 67 responden yang diteliti

    memiliki pengetahuan sedang mengenai kesehatan reproduksi. Hal ini

    menunjukkan tingkat pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi masih

    belum memadai.

    Mayoritas responden mendapatkan informasi mengenai kesehatan

    reproduksi adalah dari teman sebaya (95,7%). Berdasarkan tabel 5.2, kontribusi

    orang tua sebagai sumber informasi mengenai kesehatan reproduksi masih rendah,

    hanya sekitar 48,5%. Hal ini menunjukkan bahwa topik kesehatan reproduksi

    masih sangat jarang dan tabu dibicarakan dalam keluarga. Oleh karena itu, remaja

    cenderung untuk mencari informasi dari sumber lain yang belum jelas

    kebenarannya.

    Pengetahuan responden mengenai dampak kehamilan di usia remaja dan

    bahaya aborsi tidak aman masih rendah, yaitu secara berturut-turut 44,28% dan

    30%. Pengetahuan responden mengenai penyakit infeksi menular seksual juga

    masih sangat rendah, yaitu 21,43%. Berdasarkan jawaban dalam kuesioner yang

    dibagikan, mayoritas siswa-siswi SMA Al-Fattah hanya mengetahui satu jenis

    penyakit menular seksual, yaitu HIV/AIDS. Hal ini dapat disebabkan oleh

    kurangnya pendidikan seksual pada remaja dan minimnya sumber informasi yang

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    27/31

    27

    dapat didapatkan oleh remaja mengenai dampak hubungan seksual pranikah,

    seperti kehamilan usia muda, aborsi, dan infeksi menular seksual.

    Pendidikan seksual di Indonesia dan sumber informasi mengenai

    kesehatan reproduksi juga masih sangat minim sehingga masyarakat cenderung

    mendapatkan informasi yang kurang tepat mengenai kesehatan reproduksi. Hal

    ini menyebabkan kesadaran akan perilaku seks bebas pada masyarakat masih

    teramat kurang, selain dikarenakan adanya norma agama di Indonesia yang masih

    menganggap pembicaraan mengenai kesehatan reproduksi itu tabu. Remaja

    sebagai penerus generasi bangsa selayaknya mendapatkan informasi yang dapat

    dipercaya, relevan, dan akurat mengenai kesehatan reproduksi dan perilaku

    seksual. Peran orang tua dan guru sebagai pembimbng dan sumber informasi

    utama mengenai hal ini sebaiknya lebih dominan dalam kehidupan seksual

    remaja.

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    28/31

    28

    BAB 6

    KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1. Kesimpulan

    Dari uraian yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini dapat

    disimpulkan yaitu :

    1. Gambaran pengetahuan remaja SMA Al-Fattah mengenai kesehatanreproduksi dan bahaya seks bebas adalah 50% (35 responden)

    berpengetahuan baik, 47,14% (33 responden) berpengetahuan sedang, dan

    2,85% (2 responden) berpengetahuan rendah.

    2. Media informasi terbanyak yang digunakan siswa untuk memperolehpengetahuan tentang kesehatan reproduksi adalah teman sebaya, yaitu

    sekitar 95,7% (67 responden), sedangkan media informasi yang paling

    sedikit digunakan oleh siswa untuk memperoleh pengetahuan tentang

    kesehatan reproduksi remaja adalah orang tua, yaitu 48,5% (34

    responden).

    6.2. Saran

    1. Diharapkan peran orang tua dan guru sebagai pembimbng dan sumberinformasi utama mengenai kesehatan reproduksi dan seks bebas sebaiknya

    lebih dominan dalam kehidupan seksual remaja.

    2. Dengan tingginya peran teman sebaya sebagai sumber informasi mengenaikesehatan reproduksi di kalangan remaja, diharapkan dilakukan

    pemberdayaan Pendidikan Remaja Sebaya (PRS) di lingkungan sekolah.

    3. Sebaiknya pihak sekolah mengadakan penyuluhan atau pendidikan khususmengenai kesehatan reproduksi remaja yang sehat, agar remaja memiliki

    sikap dan tindakan yang bertanggung jawab mengenai kesehatan

    reproduksinya.

    4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebihbesar dan melibatkan beberapa institusi pendidikan agar hasil yang

    diperoleh dapat lebih representatif dan dapat digunakan sebagai data dasar

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    29/31

    29

    dalam menentukan kebijakan pemerintah terutama di bidang kesehatan

    dan pendidikan.

    5. Dibutuhkan peran serta dan kerjasama antara guru, orang tua, petugasmedis, masyarakat, dan pemerintah, baik secara formal maupun non

    formal guna memberikan dan melakukan pengawasan terhadap proses

    reproduksi yang sehat pada remaja dan penyampaian informasi mengenai

    kesehatan reproduksi remaja.

  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    30/31

    30

    DAFTAR PUSTAKA

    Adnani, H dan Citra , 2009. Motivasi Belajar dan Sumber-Sumber Informasi

    Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seksual Remaja di SMUN

    2 Banguntapan Bantul. Jurnal Kesehatan Surya Medika Yogyakarta.

    Arma, A.J.A., 2007. Pengaruh Perubahan Sosial Terhadap Perilaku Seks

    Remaja dan Pengetahuan Kespro Sebagai Alternatif Penangkalnya. Info

    Kesehatan Masyarakat : The Journal of Public Health. 11 (2) : 189- 197.

    Asfriyati. 2005. Masalah Kehamilan Pranikah Pada Remaja Ditinjau Dari

    Kesehatan Reproduksi. Info Kesehatan Masyarakat, 9(1):61-62.

    Azhari, 2002. Masalah Abortus dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. Fakultas

    Sriwijaya Palembang.

    Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2001. Remaja Mengenal

    Dirinya. Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi.

    Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2004. Remaja Hari Ini Adalah

    Pemimpin Masa Depan. BKKBN. Jakarta.

    Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2008. Gender Dalam Kesehatan

    Reproduksi. Pusat Pelatihan Gender dan Peningkatan Kualitas Perempuan.

    Imamah. 2009.Perempuan dan Kesehatan Reproduksi. Egalita 4(2): 199206.

    Kartika, Riske Chandra. Kamidah. 2013.Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja

    tentang Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Seks Pranikah pada Siswa

    Kelas XI di SMAN Colomandu. Gaster 10 (1): 7784.

    Manuaba, I.B.G., 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

    Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta:EGC.

    Mutadin, Zainun, 2002. Pendidikan Seksual pada Remaja. Diperoleh dari:

    http://www.e-psikologi.com/epsi/individual_detail.asp?id=385. [diakses

    pada 13 September 2013].

    Notoadmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:PT Rineka

    Cipta.

    Notoadmodjo, S. 2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:PT Rineka

    Cipta.

    http://www.e-psikologi.com/epsi/individual_detail.asp?id=385http://www.e-psikologi.com/epsi/individual_detail.asp?id=385http://www.e-psikologi.com/epsi/individual_detail.asp?id=385
  • 5/26/2018 Gambaran pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

    31/31

    31

    Pangkahila, A., 2007. Perilaku Seksual Remaja. Dalam: Soetjiningsih, ed.

    Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:Sagung Seto.

    Pangkahila, W., 2005. Peranan Seksologi Dalam Kesehatan Reproduksi. Dalam:

    Martaadisoebrata, D, ed. Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta:Yayasan

    Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

    PATH, 2000. Kesehatan Reproduksi Remaja : Membangun Perubahan Yang

    Bermakna. Outlook 16. Available from:

    http://www.path.org/files/Indonesian 16-3.pdf [Accesed 13 September

    2013].

    Pranoto, J., 2009.Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Terhadap Tindakan

    Hubungan Seksual Pranikah di SMK Negeri X Medan. Fakultas Kedokteran

    Universitas Sumatera Utara.

    Setiyohadi, B., 2006. Kesehatan Remaja. Dalam : Sudoyo, A, ed.Buku Ajar Ilmu

    Penyakit Dalam. Jakarta:Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam

    FK UI.

    Soetjiningsih, 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:

    Sagung Seto. Hal. 136137.

    Waspodo, D., 2005. Kesehatan Reproduksi Remaja.Dalam : Martaadisoebrata, D.

    ed. Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

    Prawirohardjo.

    http://www.path.org/files/Indonesian%2016-3.pdfhttp://www.path.org/files/Indonesian%2016-3.pdfhttp://www.path.org/files/Indonesian%2016-3.pdf