gambaran pelaksanaan pemilukada dki 2012

38
GAMBARAN PELAKSANAAN PEMILU KADA DI INDONESIA Disampaikan dalam acara Sosialisasi Peraturan Pemilu Kada Tahun 2012 bagi Komponen Masyarakat oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Puncak 28 September 2011 Ahsanul Minan

Upload: denis-toruan

Post on 24-Jul-2015

206 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Gambaran umum

TRANSCRIPT

Page 1: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

GAMBARAN PELAKSANAAN PEMILU KADA DI INDONESIA

Disampaikan dalam acara Sosialisasi Peraturan Pemilu Kada Tahun 2012 bagi Komponen Masyarakat oleh Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta, Puncak 28 September 2011

Ahsanul Minan

Page 2: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

Pokok Bahasan

Bagaimana sejarah proses dan mekanisme pengisian jabatan Kepala Daerah di Indonesia ?Bagaimana standard ideal pemilu ?Bagaimana potret penyelenggaraan Pemilu Kada tahun 2010 ?Apa permasalahan utama yang dihadapi ?Apa yang perlu diwaspadai dalam penyelenggaraan Pemilu Kada di DKI ?Bagaimana karakter konflik dalam Pemilu Kada ?

Page 3: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

Sekilas Sejarah Pemilu Kada-1Dalam rentang sejarah Indonesia, proses pengisian jabatan politik kepala daerah sudah berlangsung sejak zaman colonial. Pemerintahan Hindia Belanda menjalankan system rekrutmen kepala daerah dengan sistem penunjukan atau pengangkatan oleh penguasa kolonial atau tepatnya gubernur jenderal, dengan kewajiban pribumi yang menduduki jabatan memberikan kompensasi ekonomi (upeti). Sedangkan pada masa penjajahan Jepang, sistem rekrutmen kepala daerah juga tidak demokratis karena kepala daerah diangkat atau ditunjuk oleh penguasa Jepang ¹.

Setelah Indonesia merdeka, beberapa peraturan perundang-undangan yang menyinggung kedudukan kepala daerah dibuat antara lain adalah undang - undang nomor 1 tahun 1945 ², UU nomor 22/1948 tentang pemerintahan di daerah ³. Sehubungan dengan adanya perubahan bentuk negara menjadi negara serikat dengan ditetapkannya Undang - Undang Dasar Sementara Tahun 1950 terjadi pula perubahan pada undang - undang yang mengatur tentang pemerintahan daerah, yaitu undang - undang nomor 1 tahun 1957. UU ini pada dasarnya mulai mengintrodusir system pemilihan kepala daerah secara langsung, namun karena situasi politik yang belum kondusif, UU ini belum dapat dilaksanakan hingga selanjutnya keluar UU undang - undang nomor 18/1965 tentang pokok - pokok pemerintahan daerah, dimana UU ini kembali mempertegas peran pemerintah pusat dalam proses rekrutmen kepala daerah. Pemerintahan Orde Baru menerbitkan undang - undang nomor 5 tahun 1974 tentang pokok - pokok pemerintahan di daerah fengan nuansa yang masih sama. Bahkan dalam beberapa kasus, kepala daerah yang dipilih bukanlah pilihan nomor 1 yang diusulkan DPRD setempat. Pada tahun 1985, kandidat nomor 1 gubernur Riau, Ismail Suko dikalahkan oleh Imam Munandar yang merurpakan kandidat nomor 2. pada pemilihan bupati Sukabumi, calon nomor 2 Ragam Santika juga akhirnya dipilih sebagai bupati.

1. Ari Barata, Sejarah Pemilu Kepala Daerah di Indonesia, http://politik.kompasiana.com/2010/11/30/sejarah-pemilu-kepala-daerah-di-indonesia/

2. Dalam undang - undang tersebut dinyatakan bahwa kepala daerah menjalankan fungsi eksekutifnya sebagai pemimpin komite nasional daerah, juga menjadi anggota dan ditetapkan sebagai ketua legislatif dalam badan perwakilan daerah. Pada masa undang -undang nomor 1 tahun 1945, kepala daerah yang diangkat adalah kepala daerah pada masa sebelumnya, hal itu dilakukan karena situasi politik, keamanan, dan hukum ketatanegaraan pada saat itu tidak baik.

3. Dalam UU ini, Kepala daerah propinsi (gubernur) diangkat oleh presiden dari calon yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi. Untuk kepala daerah kabupaten, diangkat oleh menteri dalam negeri dari calon yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten. Demikian juga untuk kepala daerah desa (kota kecil) yang diangkat oleh kepala daerah propinsi dari calon yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Desa (kota kecil).

4. Dalam undang - undang ini, kepala daerah diangkat dan diberhentikan oleh presiden atau menteri dalam negeri melalui calon - calon yang diajukan oleh DPRD.

Page 4: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

Sekilas Sejarah Pemilu Kada-2

Seiring dengan dimulainya era reformasi, terjadi sedikit pergeseran system pemilihan kepala daerah. Melalui undang - undang nomor 22 tahun 1999, diatur bahwa pemilihan kepala daerah yang dipilih oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Hal ini berbeda dengan di masa - masa sebelumnya, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah hanya mengusulkan nama - nama calon kepala daerah dan kemudian kepala daerah tersebut dipilih oleh presiden dari calon - calon tersebut. Artinya, system yang diintrodusir dalam UU ini sudah mulai mengarah kepada system demokrasi perwakilan, di mana hal ini konsisten dengan kehendak politik saat itu yang mulai memberlakukan system desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah.

Transformasi system pemilihan kepala daerah ini semakin berkembang dengan disahkannya undang - undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang didalamnya memandatkan pemberlakuan system pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung. Implementasi Pemilu Kada secara langsung sesuai dengan Undang - undang ini terlaksana pertama kali pada tanggal 1 juni 2005. Tidak berhenti di sini, perbaikan system Pemilu Kada kembali terjadi dengan keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi No 5/PUU-V/2007 yang menganulir UU 32/2004 pasal 56, 59 dan 60 tentang persyaratan pencalonan kepala daerah, sehingga memberikan ruang kepada calon perseorangan (independen) untuk turut berkompetisi menjadi kontestan dalam Pilkada. Dalam kerangka penyesuaian terhadap putusan MK tersebut, dilakukan perubahan atas UU nomor 3 tahun 2004 melalui pengesahan UU nomor 12 tahun 2008, dimana di dalamnya diatur persyaratan dan prosedur pencalonan bagi calon perseorangan dalam Pemilu Kada.

Page 5: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

STANDARD IDEAL PEMILU

Page 6: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

15 Standard Internasional Pemilu-1*

1. Penyusunan kerangka hokum, Kerangka hukum pemilu harus disusun sedemikian rupa sehing-ga tidak bermakna ganda, mudah dipahami, dan harus dapat menyo-roti semua unsur sistem pemilu yang diperlukan untuk memastikan pemilu yang demokratis;

2. Pemilihan sistem pemilu, di dalam sistem pemilu ha-rus terdapat badan-badan yang dipilih, frekuensi pemilu, dan lemba-ga penyelenggara pemilu;

3. Penetapan daerah pemilihan, dimana Daerah pemi- lihan dibuat sedemikian rupa sehingga setiap suara setara untuk mencapai derajat keterwakilan yang efektif;

4. Hak untuk memilih dan dipilih, Semua warga negara yangmemenuhi syarat dijamin bisa ikut dalam pemilihan tanpa diskriminasi;

5. Badan penyelenggara pemilu harus dijamin bisa bekerja indepen-den. Hal ini merupakan persoalan penting karena mesin-mesin pe- laksana pemilu membuat dan melaksanakan keputusan yang dapatmempengaruhi hasil pemilu. Oleh karena itu, badan tersebut harus bekerja dalam kerangka waktu yang cukup, memiliki sumberdaya  yang mumpuni, dan tersedia dana yang memadai. Kerangka hukum harus membuat ketentuan tentang me-kanisme untuk memproses, memutuskan, dan menangani keluhandalam pemilu secara tepat waktu;

6. Pendaftaran pemilih dan daftar pemilih, Kerangka hukum harus mewajibkan penyimpanan daftar pemilihsecara transparan dan akurat, melindungi hak warga negara yang me-menuhi syarat untuk mendaftar, dan mencegah pendaftaran orangsecara tidak sah atau curang;

7. Akses kertas suara bagi partai politik dan kandidat, Semua partai politik dan kandidat dijamin dapat bersaing dalampemilu atas dasar perlakuan yang adil. Pendaftaran partai politik danketentuan akses kertas suara pada waktu pemilu perlu diatur secara berbeda;

8. Kampanye pemilu yang demokratis, Kerangka hukum harus menjamin setiap partai politik dan kandi-dat menikmati kebebasan mengeluarkan pendapat dan kebebasan berkumpul, serta memiliki akses terhadap para pemilih dan semua pihak yang terkait (stakeholder ) dalam proses pemilihan;

5. International Idea, Standard-standard Internasional untuk Pemilihan Umum, http://www.idea.int/publications/ies/upload/STANDAR-STANDAR_INTERNASIONAL_UNTUK_PEMILU.pdf

Page 7: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

15 Standard Internasional Pemilu-2

9. Akses ke media dan kebebasan berekspresi, Semua partai politik dan kandidat memiliki akses ke media. Ke-rangka hukum harus menjamin mereka diperlakukan secara adil olehmedia yang dimiliki atau dikendalikan oleh negara;

10. Pembiayaan dan pengeluaran, semua partai politik dankandidat diperlakukan secara adil oleh ketentuan hukum yang meng-atur pembiayaan dan pengeluaran kampanye;

11. Pemungutan suara, Kerangka hukum harus memastikan tempat pemungutan suara dapat diakses semua pemilih. Terdapat pencatatan yang akurat ataskertas suara dan jaminan kerahasiaan kertas suara;

12. Penghitungan dan rekapitulasi suara, Penghitungan suara yang adil, jujur, dan terbuka merupakan da-sar dari pemilu yang demokratis. Oleh karena itu, kerangka hukumharus memastikan agar semua suara dihitung dan ditabulasi atau di-rekapitulasi dengan akurat, merata, adil, dan terbuka;

13. Peranan wakil partai dan kandidat, Guna melindungi integritas dan keterbukaan pemilu, perwakilanpartai dan kandidat harus dapat mengamati semua proses pemungu- tan suara. Kerangka hukum harus menjelaskan hak dan kewajibanperwakilan partai dan kandidat di tempat pemungutan suara danpenghitungan suara;

14. Pemantauan pemilu, Untuk menjamin transparansi dan meningkatkan kredibilitas, ke-rangka hukum harus menetapkan bahwa pemantau pemilu dapatmemantau semua tahapan pemilu;

15. Kepatuhan terhadap hukum; dan penegakan peraturan pemilu, Kerangka hukum pemilu harus mengatur mekanisme dan penye- lesaian hukum yang efektif untuk menjaga kepatuhan terhadap un-dang-undang pemilu.

Page 8: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

Standard Pemilu Demokratis

Ketentuan-ketentuan yang mengatur setiap tahapan pemilu dirumuskan berdasarkan asas-asas pemilu: langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, akuntabel, dan edukatif.Ketentuan-ketentuan yang mengatur setiap tahapan pemilu terdapat kepastian hukum (predictable procedures), yaitu: mengatur semua hal yang perlu diatur (tidak ada kekosongan hukum), ketentuan yang satu dengan ketentuan yang lain tidak saling bertentangan (konsisten), dan ketentuan yang mengandung makna tunggal (tidak multitafsir). Ketentuan-ketentuan yang mengatur setiap tahapan pemilu dan sistem pendukungnya bersifat efektif (mencapai tujuan yang ditetapkan), dan efesien (baik dalam prosedur, jangka waktu, sarana, tenaga, dan biaya).Ketentuan-ketentuan yang mengatur setiap tahapan terdapat sistem pengawasan guna menjamin pemilu berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sehingga proses dan hasil pemilu mencapai integritas tinggi.

Ramlan Surbakti dalam Buku Panduan Komisi Pemilihan Umum, Partnership for Governance Reform.

Page 9: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

Asas Pemilu di Indonesia

UU nomor 32 tahun 2004 menyebutkan bahwa Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.UU nomor 22 tahun 2007 Pasal 2 menyebutkan bahwa Penyelenggara Pemilu berpedoman kepada asas:a. mandiri;b. jujur;c. adil;d. kepastian hukum;e. tertib penyelenggara Pemilu;f. kepentingan umum;g. keterbukaan;h. proporsionalitas;i. profesionalitas;j. akuntabilitas;k. efisiensi; danl. efektivitas

Page 10: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

POTRET PEMILU KADA

Page 11: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

PEMILU KADA memiliki karakteristik yang berbeda dengan Pemilu Legislatif dan Pilpres, yang dapat dilihat dari indikator:

• Tingkat kompetisi dan kontestasi antar pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sangat besar. Hal ini disebabkan karena terjadinya kristalisasi kepentingan dan dukungan politik kepada 2 (dua) hingga 10 (sepuluh) pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

• Besarnya potensi konflik antar pendukungan pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, yang dipicu oleh dekatnya jarak dan ikatan kepentingan dan ikatan emosional pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dengan pendukung mereka.

• Besarnya potensi ketidaknetralan dan parsialitas penyelenggara PemiluKada maupun pengawas PemiluKada, mengingat pengalaman empiric selama ini menunjukkan bahwa arena kompetisi antar pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah juga merambah kepada wilayah pemasangan “orang” mereka dalam institusi penyelenggara PemiluKada.

• Tingginya potensi pelanggaran terutama menyangkut isu-isu spesifik, antara lain politik uang, abuse of power, dan manipulasi dana kampanye.

Page 12: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

Statistik Penyelenggaraan Pemilukada 2010

• 244 Pemilukada direncanakan, 224 terlaksana

• 230 PHPU Daerah masuk ke MK, 26 dikabulkan, tolak 149, tidak diterima 45, tarik kembali 4

• Jumlah Putusan 224, sisa 6• 22 daerah yang melaksanakan

pemungutan suara 2 putaran• 103 daerah calon incumbent

menang Pemilu Kada; 4 daerah diusung dari unsur perseorangan, & 209 daerah yg calon diusung dari partai politik; 3 daerah incumbent diusung dari unsur perseorangan.

Page 13: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

PERMASALAHAN DALAM PEMILU KADA

Page 14: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

Problematika dalam Penyelenggaraan Pemilukada

Problem perundang-undangan

Problem Penyelenggaraan

Problem di tingkat Penyelenggara

Problem di tingkat Kontestan

Problem di tingkat masyarakat

Page 15: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

Problem di Ranah PeraturanPeraturan tentang Pemilu Kada tidak terkodifikasi dan tersebar ke dalam banyak peraturan perundang-undangan. Hal ini menyulitkan dan berpotensi menimbulkan overlapping.Terdapat beberapa kontradiksi antar pengaturan dalam beberapa peraturan yang menyangkut Pemilu kada, misalnya yang menyangkut penggunaan NIK dalam pendaftaran pemilih.Tersebarnya kewenangan dalam penegakan hukum Pemilu Kada ke dalam banyak institusi sehingga menyebabkan proses penegakan hukum menjadi lebih rumit.

Page 16: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

Problem di Ranah Penyelenggaran

•Sumber data yang dipergunakan dalam pemutakhiran daftar pemilih.

•Konflik internal parpol pengusung pasangan calon•Pembuktian keterpenuhan persyaratan calon.•Ketersediaan anggaran Pemilu Kada•Netralitas PNS•Penyelahgunaan anggaran APBD untuk kampanye Pemilu Kada

•Intimidasi, teror dan konflik

Page 17: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

Problem di Ranah Penyelenggara

Ketidaknetralan penyelenggara PemiluKetidakprofessionalan penyelenggara PemiluBersikap diskriminatifBersikap tertutup (tidak membuka akses informasi)Bersikap tidak transparanBersikap pasif dalam menindaklanjuti laporan pelanggaran administratifKonflik antar institusi penyelenggara Pemilu KadaKeterlambatan pembentukan Panwaslu KadaSistem koordinasi KPU dan KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota dalam Pemilu Kada yang tidak jelas dan terkesan saling lempar tanggung jawab.

Page 18: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

KENDALA DI RANAH PESERTA PEMILU KADA

• Kompetisi yang tidak fair• Abuse of power• Vote buying (Money politics)• Praktek penyuapan terhadap penyelenggara pemilu untuk

melakukan manipulasi hasil perolehan suara• Rendahnya kepercayaan peserta Pemilu Kada terhadap

integritas penyelenggara• Keterbatasan jumlah saksi• Penggunaan tim sukses illegal/bayangan• Kecenderungan untuk “menyimpan” dugaan pelanggaran

Pemilu Kada untuk dibongkar di MK.

Page 19: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

KENDALA DI TINGKAT MASYARAKAT

Meningkatnya apatisme dan skeptisisme masyarakat

Meningkatnya pragmatisme masyarakat

Lemahnya kesadaran partisipatif masyarakat untuk terlibat dalam pemantauan Pemilu Kada.

Page 20: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

TITIK RAWAN DALAM PEMILU KADA

Page 21: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

TITIK RAWAN PELANGGARAN DALAM PEMILU KADAPENDAFTARAN PEMILIH

Titik rawan antara lain:

warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih tetapi tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap;

warga negara yang belum memenuhi syarat sebagai pemilih tetapi terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap;

pemilih terdaftar lebih dari satu kali dengan modus antara lain:

nama sama, tempat/tanggal lahir sama, alamat sama, nomor identitas kependudukan sama;

nama sama, tempat/tanggal lahir berbeda, alamat berbeda, nomor identitas kependudukan sama;

nama sama, tempat/tanggal lahir sama, alamat berbeda, nomor identitas kependudukan sama;

nama berbeda, tempat/tanggal lahir berbeda, alamat berbeda, nomor identitas kependudukan sama; dan

nama dan identitas pemilih yang sama, tetapi terdaftar di TPS berbeda;

pemilih sudah meninggal dunia tetapi masih terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap;

pemilih belum memenuhi persyaratan domisili sekurang-kurangnya 6 bulan di wilayah penyelenggaraan Pemilu Kada;

calon pemilih yang telah pindah domisili ke daerah lain;

anggota TNI/Polri aktif yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap;

pemilih yang tidak memiliki nomor identitas kependudukan;

pemilih yang terdaftar di Daftar Pemilih Sementara tetapi tidak terdaftar di Daftar Pemilih Tetap;

pemilih tidak dikenal karena terjadi mobilisasi pemilih dari daerah yang bukan melaksanakan Pemilu Kada;

selisih jumlah pemilih yang terlalu mencolok antara Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Pemilu Kada;

data pemilih tertukar dengan data pemilih dari TPS lain;

pemilih yang tidak dicantumkan tanggal lahirnya dalam Daftar Pemilih Tetap.

Page 22: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

TAHAPAN PENCALONANDualisme kepengurusan dalam tubuh partai politik. Sistem rekrutmen calon di internal partai dan konflik internal parpol (Kasus Pati). Pemalsuan atau penggunaan dokumen palsu dalam pemenuhan persyaratan calon (ijazah, surat keterangan sehat, dll)Tidak ada ruang untuk mengajukan keberatan dari pasangan calon/Parpol terhadap penetapan pasangan calon yang ditetapkan oleh KPU. Dalam hal terjadi konflik internal Parpol, KPU berpihak kepada salah satu pasangan calon/pengurus parpol tertentu sehingga parpol yang sebenarnya memenuhi syarat namun gagal mengajukan pasangan calon. Akibat lebih lanjut, partai politik maupun konstituen kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kepala daerah yang merupakan preferensi merek

TITIK RAWAN PELANGGARAN DALAM PEMILU KADA

Page 23: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

TAHAPAN KAMPANYE

a. Pelanggaran ketentuan masa cuti

b. Manuver politik incumbent untuk menjegal lawan politik

c. Care taker yang memanfaatkan posisi untuk memenangkan PILKADA

d. Money politics

e. Pemanfaatan fasilitas negara dan pemobilisasian birokrasi

f. Kampanye negative

g. Pelanggaran etika dalam kampanye

h. Curi start kampanye, kampanye terselubung, dan kampanye di luar waktu yang telah ditetapkan

MASALAH DANA KAMPANYE

1. Manipulasi laporan dana kampanye

2. Keterlambatan dalam penyampaian laporan dana kampanye

3. Penggunaan dana APBD oleh calon incumbent

4. Sumbangan dari pihak-pihak yang dilarang

5. Pelanggaran ambang batas penerimaan sumbangan

TITIK RAWAN PELANGGARAN DALAM PEMILU KADA

Page 24: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

TAHAPAN PEMUNGUTAN, PENGHITUNGAN DAN REKAPITULASI SUARA

Belum terwujudnya transparansi mengenai hasil penghitungan suara dan rekapitulasi penghitungan suara.

Manipulasi penghitungan dan rekapitulasi penghitungan suara dilakukan oleh PPK, KPU Kab/kota, dan KPU Provinsi.

Belum lengkapnya instrument untuk mengontrol akuntabilitas PPK, KPU Kabupaten/Kota, dan KPU Provinsi.

Keterbatasan saksi-saksi yang dimiliki oleh para pasangan calon.

Keterbatasan anggota Panwas mengontrol hasil penghitungan dan rekapitulasi hasil penghitungan suar

TITIK RAWAN PELANGGARAN DALAM PEMILU KADA

Page 25: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

KONFLIK/SENGKETA PEMILU KADA

Page 26: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

JENIS SENGKETA PEMILU KADA

Sengketa Proses

Sengketa Hasil

Wewenang

Panwaslu Kada

Wewenang

Mahkamah

Konstitusi

Page 27: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

KONFLIK PEMILU KADA

Page 28: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

JENIS KONFLIK DALAM PEMILUKADA

Konflik yang berbasis tahapan dalam Pemilukada. Konflik jenis ini antara lain mencakup konflik yang terjadi pada tahapan penetapan pasangan calon, kampanye, penghitungan dan rekapitulasi suara.

Konflik yang berbasis non-tahapan pemilukada. Konflik jenis ini kebanyakan berakar dari residu konflik di masa lalu, misalnya konflik antar etnis, perebutan sumber daya ekonomi, dan lain-lain yang muncul kembali dalam proses penyelenggaraan tahapan Pemilukada.

Page 29: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

KARAKTERISITIK KONFLIK DALAM PEMILUKADA

Konflik yang muncul karena adanya perbedaan pemahaman terhadap ketentuan perundang-undangan Pemilu atau keputusan penyelenggara Pemilukada. Konflik jenis ini biasanya terjadi sesaat dan hanya pada tahapan pemilukada yang sedang/telah berlangsung.Konflik yang berakar dari residu konflik sebelumnya dan muncul kembali dalam proses penyelenggaraan tahapan Pemilukada karena dipicu oleh provokasi dari pihak-pihak tertentu. Sifat konflik ini biasanya akan berlangsung secara lebih panjang.Konflik yang muncul karena adanya masalah dalam proses penyelenggaran Pemilukada dan masih terkait dengan residu konflik sebelumnya. Misalnya konflik yang melibatkan dua kelompok yang sama yang sebelumnya pernah terlibat dalam konflik di masa lalu, misalnya kejadian konflik di Kab. Gowa dimana konflik melibatkan dua calon kepala daerah yang pada pemilukada sebelumnya juga sama-sama berkompetisi.

Page 30: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

IDENTIFIKASI KONFLIK DALAM PEMILU KADA TAHUN 2010

Structure Factor:

Temperamen dan Tradisi (Kabupaten Bima);

Relasi Peta Kekuatan Pada Pemilu Kada Sebelumnya (Kabupaten Soppeng);

Konflik Internal Dalam Kelompok Tertentu (Kabupaten Maros, Humbang Hasudutan);

Konflik Antara Penguasa (Incumbent) dan Keturunan Raja (Kabupaten Gowa);

Kekecewaan Paslon Yang Kalah Dalam Pemilu Kada (Kabupaten Gowa);

Kekecewaan Paslon Yang Tidak Lolos Seleksi (Kabupaten Kebumen, Sumbawa Barat, Mojokerto);

Kekecewaan Masyarakat Terhadap Kepala Daerah Yang Tidak Netral Dalam Pemilu Kada (Kabupaten Tana Toraja);

Kekecewaan Masyarakat Terhadap Kinerja KPU dan Pengawas Pemilu Kada Kabupaten (Kabupaten Tana Toraja, Humbang Hasudutan);

Issu SARA (Kabupaten Bengkayang);

Konflik Berbasis Kultur Sosial Masyarakat Lokal (Kabupaten Bengkayang).

Accelerator:

Kebijakan Pemerintah Daerah;

Pasangan Calon Incumbent Non Acceptable Dan Memiliki Track Record Buruk;

Sikap Dan Kebijakan KPU;

Kebijakan Aparat Penegak Hukum;

Kohesi Kepentingan Dengan Pilgub;

Pemberitaan Media;

Tim Kampanye Paslon;

LSM, Preman , dan Ormas;

Keterlibatan “Orang Asing” (Penyusup).

Page 31: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

Trigger:

Securitizing Agent:Pemerintah;KPU;Aparat Penegak Hukum;Kontraktor/Botoh;Tim Kampanye/Konsultan.

IDENTIFIKASI KONFLIK DALAM PEMILU KADA TAHUN 2010

No Tahapan No Non Tahapan

1 Tahapan Pencalonan 1 Quick Count 2 Kampanye (Black Campaigne) 2 Netralitas 3 Money Politik 4 Rekapitulasi 5 Pemutakhiran Data

Page 32: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

PERAN PANWASLUKADA DALAM PENCEGAHAN KONFLIK PEMILUKADA

UU nomor 32 tahun 2004, pasal 66 ayat (4) huruf d memberikan mandat kepada Panwaslukada untuk menyelesaikan sengketa Pemilukada. Sengketa Pemilukada ini mencakup sengketa yang muncul dalam proses penyelenggaraan tahapan pemilukada, bukan menyangkut sengketa hasil Pemilukada yang menjadi ranah kewenangan MK.Mandat peran penyelesaian konflik ini lebih bersifat pasif, artinya panwaslukada berperan menyelesaikan sengketa yang dilaporkan kepadanya.Meskipun bersifat pasif, namun karena sengketa/konflik dalam Pemilukada memiliki dimensi yang luas dan rumit, maka sejalan dengan tugas Panwaslukada untuk mengawasi tahapan pemilukada, Panwaslukada belum tampak mampu mengoptimalkan kinerjanya untuk mendeteksi secara dini potensi konflik yang ada sehingga tidak membesar dan pecah.

Page 33: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

SENGKETA HASIL PEMILU KADA

Page 34: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

LINGKUP KEWENANGAN MK DALAM PHPU

• Memeriksa dan memutus sengketa hasil Pemilu Kada terkait dengan perbedaan hasil penghitungan perolehan suara, yang mempengaruhi hasil Pemilu Kada. Obyek perselisihan yang dapat digugat adalah Keputusan KPUD tentang penetapan hasil rekapitulasi penghitungan suara Pemilu Kada di daerah bersangkutan.

• Memeriksa dan memutus merupakan pelanggaran yang terjadi dalam proses penyelenggaraan Pemilu Kada yang mempengaruhi hasil Pemilu Kada. Bentuk pelanggaran ini dirumuskan oleh MK sebagai pelanggaran yang massif, terstruktur, dan sistematis, yakni melibatkan sedemikian banyak orang, direncanakan secara matang, dan melibatkan pejabat dan/atau penyelenggara Pemilu secara berjenjang (vide Putusan Mahkamah dalam Perkara Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 bertanggal 2 Desember 2008)

Page 35: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

PUTUSAN MK DALAM PHPU PEMILU KADA 2010

Keterlibatan birokrasi/PNS (9 daerah)

Permohonan Pemohon yang dikabulkan

(25 daerah)

Faktor Petugas/Penyelenggara Pemilu

(6 daerah)

Intimidasi, tekanan atau kekerasan (1 daerah)

Praktik politik uang (14 daerah)

DPT atau surat pemberitahuan

(2 daerah)

Pemungutan/penghitungan suara

(3 daerah)FaktorPengawas Pemilu

(4 daerah)

Faktor Paslon/Pihak Terkait/Incumbent

(19 daerah)

Pencalonan(3 daerah)

EVALUASI PEMILUKADA 2010 PERLUDEM

Page 36: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

KARAKTER PUTUSAN MK TERKAIT PELANGGARAN M-S-T

No. Bentuk Pelanggaran M-S-T Daerah1. Syarat Administrasi Pencalonan Kota Tebing tinggi

2. Politik uangPolitisasi Birokrasi

Kabupaten Konawe Selatan

3. Kelalaian Petugas Penyelenggara Pemilu (coblos tembus) Kabupaten Lamongan

4. Memanipulasi SuaraKelalaian Petugas Penyelenggara PemiluPolitik Uang

Kabupaten Sintang

5. Politik Uang Politisasi Birokrasi

Kabupaten Gresik

6. Kelalaian Petugas Penyelenggara Pemilu Kota Surabaya

7. Politik Uang Mandailing Natal

8. Politik UangIntimidasi

Kotawaringin Barat

9. Politisasi BirokrasiPolitik Uang

Kota Tanjungbalai

10. Politisasi Birokrasi Politik Uang

Kabupaten Sumbawa

Page 37: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

TERIMA KASIH

Page 38: Gambaran Pelaksanaan Pemilukada DKI 2012

Ahsanul Minan

Ahsanul Minan lahir pada bulan April 1976, di Tuban, Jawa Timur.

Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah pertama di Tuban, lalu melanjutkan sekolah menengah atas di Madrasah Aliyah Negeri Program Khusus di Solo, Jawa Tengah.

Pendidikan tingginya ditempuh di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Surakarta.

Saat ini sedang menempuh studi magister hukum di Universitas Indonesia, jurusan Hukum Tata Negara.

Selama kuliah, ia aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Solo.

Di samping menempuh pendidikan formal, Minan juga beberapa kali mengikuti short-term training di beberapa negara, antara lain di Australia, Jerman, Malaysia, Srilangka.

Mendirikan Institute for Research and Empowering Society (INRES), sebuah NGO yang bergerak di bidang community organizing untuk isu penguatan local autonomy dan public services.

Pada tahun 2003-2004, menjadi anggota Panitia Pengawas Pemilu Provinsi Jawa Tengah.

Sempat 2 tahun menjadi staf ahli DPR RI, lalu bekerja pada Asean Inter-parliamentary Myanmar Caucuss (AIPMC).

Pada tahun 2008-2009, Minan menjadi Project Officer untuk Program Election Support di kantor Partnership for Governance Reform. Pada saat yang sama, Minan bekerja sebagai staf ahli Bawaslu RI.

Pertengahan 2009-2011,  menjadi Consultant UNDP untuk Electoral Dispute Setllement dengan penugasan untuk memberikan konsultansi kepada Badan Pengawas Pemilu RI, dan Consultant UNDP untuk program Electoral Resources and Information Centre (ERIC) dengan penugasan untuk memberikan asistensi kepada KPU dalam membangun sistem pelayanan informasi publik. 

Di samping itu, Minan juga aktif memberikan pelatihan dalam berbagai bidang antara lain capacity development untuk anggota parlemen, partai politik, dan community development

Saat ini bekerja sebagai program manager untuk program anti money politic di Management System International (MSI).