gambaran pelaksanaan cuci tangan …thesis.umy.ac.id/datapublik/t53245.pdf · mencuci tangan akan...
TRANSCRIPT
1
GAMBARAN PELAKSANAAN CUCI TANGAN
PENGUNJUNG DI BANGSAL AR ROYAN RS PKU
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II
Naskah Publikasi
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat
Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh
Anend Karala
20110320049
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
2
3
4
Gambaran Pelaksanaan Cuci Tangan Pengunjung di Bangsal Ar Royan RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
Anend Karala1, Novita Kurniasari
2
Karya Tulis Ilmiah, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2015
INTISARI
Pengunjung rumah sakit beresiko terkena Health Care Associated
Infections (HAIs). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
pelaksanaan cuci tangan pengunjung di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Unit II, mengidentifikasi 5 momen, 6 langkah dan durasi waktu dalam cuci
tangan.
Desain penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan metode cross
sectional. Jumlah sampel yaitu 105 pengunjung dengan menggunakan teknik
accidental sampling. Analisa data yang digunakan adalah data distribusi
frekuensi.
Hasil penelitian ini didapatkan pelaksanaan 5 momen cuci tangan sebagian
besar tidak melakukan cuci tangan yaitu pada momen apabila tangan kotor
sebanyak 100 pengunjung. Pelaksanaan 6 langkah cuci tangan menggunakan air
dan sabun yang tidak benar ada 28 pengunjung. Pelaksanaan prosedur 6 langkah
cuci tangan menggunakan handrub yang tidak benar ada 49 pengunjung.
Pelaksanaan durasi waktu cuci tangan menggunakan air dan sabun yang tidak
tepat ada 28 pengunjung. Pelaksanaan waktu (durasi) cuci tangan menggunakan
handrub yang tidak tepat ada 49 pengunjung.
Pelaksanaan cuci tangan pengunjung di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit II masih tergolong belum sesuai dilihat dari 5 momen cuci
tangan, 6 langkah cuci tangan dan durasi waktu cuci tangan. Penelitian ini dapat
menjadi masukan untuk TIM PKRS dan bagian manajemen pengelolaan RS, agar
dapat meningkatkan pelaksaan cuci tangan pengunjung.
Kata Kunci: Cuci Tangan, Pengunjung
5
Implementation Overview of Visitors Hand Hygiene at RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
Anend Karala1, Novita Kurniasari
2
Student Research Project, School of Nursing, Medical and Health Faculty,
Muhammadiyah University of Yogyakarta, 2015
ABSTRACT
The hospital’s visitors have high risk of HAIs. This research was to know
how the RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II visitors in perfoming hand
hygiene in 5 moments, 6 steps an in appropriate time.
This study design was observational descriptive with cross sectional
method. The total sample was 105 visitors using accidental sampling technique.
Data analysis used was frequency distribution data.
Results of this study, the implementation of the five moments of hand
washing largely do not wash their hands at the moment when the hands are dirty
as many as 100 visitors . Implementation of the 6 steps of hand washing with soap
and water are not true there are 28 visitors . 6 step implementation procedure of
hand washing using improper handrub no 49 visitors . Implementation of the
duration of hand washing with soap and water are not appropriate there are 28
visitors . Implementation of time ( duration) of washing hands handrub improper
use existing 49 visitors .
Implementation of visitors hand hygiene at RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit II was is still considered not appropriate if viewed from five
moments of hand hygiene, 6 steps of hand hygiene and the duration of hand
hygiene. This research can be an advice to TIM PKRS team to increase visitors
hand hygiene.
Keywords: Hand hygiene, Visitors
6
PENDAHULUAN
Masyarakat yang menerima
pelayanan kesehatan di rumah sakit,
tenaga kesehatan dan pengunjung
rumah sakit beresiko terkena Health
Care Associated Infections (HAIs).
HAIs adalah infeksi yang di dapat
dari rumah sakit, baik dari perawatan
atau datang untuk berkunjung ke
rumah sakit.2 HAIs muncul setelah
72 jam seseorang setelah berada di
rumah sakit dan muncul gejala saat
orang itu masih berada di rumah sakit
ataupun setelah keluar dari rumah
sakit.14
Infeksi yang didapatkan dari
pelayanan kesehatan menjadi
penyebab utama kematian dan angka
sakit. HAIs menyebabkan 1,4 juta
kematian setiap saat di seluruh
belahan dunia. Angka kejadian HAIs
di negara maju cukup tinggi seperti di
Amerika, case fatality rate HAIs 2-
6% dan diantara 200 pasien ada 1
yang dirawat dan meninggal karena
HAIs. 10
Di Indonesia sendiri terdapat
data dari 110 RSU pendidikan
ditemukan angka kejadian HAIs
cukup tinggi, sekitar 6-16% dengan
rata-rata 9,8%.2 Sedangkan angka
normal HAIs tidak boleh lebih dari
1,5%.3
HAIs bukan hanya merugikan
para pasien dan orang yang bekerja di
rumah sakit tetapi juga merugikan
pihak rumah sakit atau perusahaan
dimana penderita infeksi ini bekerja
atau singgah sementara.1 HAIs
menyebabkan pasien akan lebih lama
dirawat di rumah sakit, mortalitas dan
biaya pelayanan semakin meningkat
dan semakin mempersulit
pengobatan.8
Rumah sakit menjadi tempat
berinteraksinya antara pasien,
pengunjung, dan petugas kesehatan.
7
Pengunjung dihadapkan dengan
resiko HAIs karena berkunjung
kerumah sakit. Pengunjung dapat
menjadi sumber HAIs di rumah sakit.
Pengunjung yang bebas keluar masuk
dan tidak teratur dapat menimbulkan
HAIs.8
Pengujung dan pasien yang
mencuci tangan akan terlindungi dari
bakteri yang ada pada tangan.
Misalnya Staphylococcus Aureus,
Pseudomonas Auregi dan organisme
lainnya yang potensial menyebabkan
infeksi pada pasien. Mencuci tangan
tidak hanya melindungi pasien dari
infeksi bakteri patogen yang dibawa
oleh pengunjung, namun juga
melindungi pengunjung dari infeksi
bakteri patogen yang berasal dari
pasien.
Mencuci tangan saat ini bisa
menjadi salah satu hal penting untuk
dilakukan agar mengurangi penularan
mikroorganisme dan mencegah
infeksi. Apabila menjaga kebersihan
tangan dengan baik dan benar, maka
dapat mencegah penularan
mikroorganisme dan menurunkan
angka kejadian HAIs. 4
Mencuci tangan tidak hanya
melindungi pasien dari infeksi bakteri
patogen yang dibawa oleh
pengunjung, namun juga melindungi
pengunjung dari infeksi bakteri
patogen yang berasal dari pasien. Saat
seluruh orang yang berada di rumah
sakit mampu melaksanakan cuci
tangan dengan baik dan benar maka
akan terhindar dari HAIs. Diharapkan
semua pelaku yang berada di rumah
sakit dapat melaksanakan sesuai
dengan yang disarankan untuk selalu
mencuci tangan sesuai prosedur
rumah sakit.9
Pelaksanaan cuci tangan harus
sesuai prosedur yang sesuai dengan
8
standar untuk mencegah
perkembangbiakan di sela-sela jari.
sudah menetapkan cuci tangan yang
benar dan tepat, yaitu 6 langkah cuci
tangan, 5 moment cuci tangan dan
ketepatan durasi waktu yang
dibutuhkan apabila menggunakan
handrub dan handwash. 13
Berdasarkan hasil studi
pendahuluan yang dilakukan pada
tanggal 7 November 2014, pada pukul
08:00 sampai 10:30 di Bangsal Ar-
Royan RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit II, dari 10
pengunjung hanya 4 yang melakukan
cuci tangan. Langkah cuci tangan
pengunjung tidak sesuai dengan
standar 6 langkah cuci tangan, 5
momen dan durasi waktu.
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui gambaran
pelaksanaan cuci tangan pengunjung
di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit II sesuai dengan 5
momen cuci tangan, 6 langkah cuci
tangan dan durasi waktu cuci tangan
dari WHO.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif observasional
dengan pendekatan kuantitatif.
Tehnik pengambilan sampel yang
digunakan adalah accidental
sampling. Jumlah responden terdiri
dari 105 pengunjung rumah sakit di
bangsal Ar Royan. Variabel dalam
penelitian ini adalah variabel tunggal,
yaitu pelaksanaan cuci tangan
pengunjung di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.
Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah lembar
observasi berupa checklist terdiri dari
5 momen cuci tangan, prosedur
pelaksanaan 6 langkah cuci tangan
menggunakan air dan sabun dengan
9
durasi waktu cuci tangan 40-60 detik
dan prosedur pelaksanaan 6 langkah
cuci tangan menggunakan handrub
dengan durasi waktu cuci tangan 20-
30 detik.
Analisa data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah univariat
dalam bentuk distribusi frekuensi dan
persentase. Peneliti memperhatikan
prinsip-prinsip etik dalam penelitian.
Prinsip tersebut adalah prinsip
responden memiliki hak untuk
memutuskan bersedia menjadi subyek
atau tidak, tidak menyebarluaskan
hasil penelitian dan menjaga
kerahasiaan identitas responden.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan Prosedur 5
Momen Hand Hygiene
Diagram 1 Pelaksanaan 5
momen cuci tangan di
Bangsal Ar Royan pada
Agustus 2015 (n=105)
Keterangan Momen:
1. Segera setelah tiba
dirumah sakit 2. Sebelum dan sesudah
kontak dengan rumah
sakit 3. Sesudah dari kamar
mandi 4. Setelah meninggalkan
rumah sakit
5. Apabila tangan kotor
2. Pelaksanaan Prosedur 6
Langkah Cuci Tangan
Diagram 2 Frekuensi Pelaksanaan 6
Langkah Cuci Tangan di Bangsal Ar
Royan menggunakan Air dan Sabun
pada Agustus 2015 (n=30)
26,7%
41,0%
11,4%
72,4%
4,8%
73,3%
59,0%
88,6%
27,6%
95,2%
0,0%
20,0%
40,0%
60,0%
80,0%
100,0%
Moment1
Moment2
Moment3
Moment4
Moment5
6,7%
93,3%
benar
kurangbenar
10
Diagram 3 Frekuensi Pelaksanaan 6
Langkah Cuci Tangan di Bangsal Ar
Royan menggunakan handrub pada
Agustus 2015 (n=75)
3. Pelaksanaan Prosedur
Waktu Cuci Tangan
Diagram 4 Frekuensi Pelaksanaan
Rentang waktu untuk prosedur Cuci
Tangan di Bangsal Ar Royan
menggunakan air dan sabun pada
Agustus 2015 (n=3
Diagram 5 Frekuensi Pelaksanaan
Rentang Waktu untuk Prosedur Cuci
Tangan di Bangsal Ar Royan
Menggunakan handrub pada Agustus
2015 (n=75)
Berdasarkan diagram 1
sebagian besar pengunjung tidak
melakukan cuci tangan pada momen
pengunjung berada. Momen yang
sebagian besar dilakukan pada
momen 4 yaitu pengunjung yang cuci
tangan setelah meninggalkan rumah
sakit terdapat 76 (72,4) dan 29 (27,6)
tidak dilakukan. Dan sebagian besar
tidak dilakukan pada momen 5 yaitu
pengunjung yang cuci tangan apabila
tangan kotor terdapat 5 (4,8%) dan
tidak dilakukan 100 (95,2).
Diagram 2 diatas diketahui
bahwa hasil dari 30 (100%)
pelaksanaan cuci tangan 6 langkah
menggunakan air dan sabun, 2 (6,7%)
pelaksanaan cuci tangan dengan benar
dan 28 (93,3%) pelaksanaan cuci
tangan dilakukan dengan kurang
benar.
Diagram 3 diatas
menunjukkan hasil dari 75 (100%)
34,7%
65,3%
benar
kurangbenar
6,7%
93,3%
benar
kurangbenar
34,7%
65,3%
tepat
kurangtepat
11
pelaksanaan cuci tangan
menggunakan handrub, pelaksanaan
cuci tangan benar 26 (34,7%) dan 49
(65,3%) dilakukan dengan kurang
benar.
Diagram 4 diatas diketahui
bahwa dari 30 pelaksanaan rentang
waktu cuci tangan menggunakan air
dan sabun, 2 (6,7%) tepat dilakukan
dengan rentang waktu yang
digunakan yaitu <40 detik dan >60
detik dan 28 (93,3%) pelaksanaan
yang kurang tepat dilakukan yaitu 40-
60 detik.
Pada diagram 5 menunjukkan
bahwa dari 75 pelaksanaan rentang
waktu cuci tangan menggunakan
handrub, 49 (65,3) kurang tepat
dilakukan dengan rentang waktu yang
digunakan yaitu <20 detik dan >30
detik dan 26 (34,7) pelaksanaan yang
tepat dilakukan yaitu 20-30 detik.
Pembahasan
Momen yang sebagian besar
dilakukan pengunjung pada momen
ke 4 yaitu setelah meninggalkan
rumah sakit dan sebagian besar yang
pengunjung tidak lakukan pada
momen 5 yaitu saat tangan kotor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
momen yang paling banyak tidak
dilakukan cuci tangan yaitu pada
momen apabila tangan kotor.
Berdasarkan analisis peneliti pada
saat dilakukan observasi, sebagian
besar pengunjung menganggap
tangannya tidak kotor, sedangkan saat
observasi dapat dilihat bahwa
pengunjung berjabat tangan,
memegang bed pasien, makan juga
minum didalam ruang pasien tanpa
cuci tangan sebelumnya ataupun
setelahnya. Pengunjung sendiri tidak
sadar bahwa tangannya telah kotor
terkontaminasi sesuatu dari luar
12
ataupun karena aktivitas yang terjadi
didalam ruangan pasien. Indikasi
dilakukannya cuci tangan pada
momen ini agar mikroorganisme tidak
bertambah ataupun berpindah dari
tangan maupun ke tempat lainnya
melalui perantara.11
Momen sebelum melakukan
prosedur bersih/ steril didapatkan
hasil bahwa perawat sebagian besar
tidak melakukan HH saat berada pada
momen ini. Berdasarkan analisis
peneliti, perawat tidak melakukan HH
pada momen ini mungkin perawat
malas untuk bolak-balik melakukan
HH karena jarak wastafel dan
handrub yang jauh.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa momen setelah meninggalkan
rumah sakit menunjukkan paling
banyak dilakukan pengunjung karena
saat berada pada momen tersebut
pengunjung merasa kotor setelah
masuk dari ruangan pasien ataupun
bangsal. Hal ini menggambarkan
tingkat kesadaran pengunjung yang
cukup tinggi pada momen ini karena
pengunjung sendiri merasa bahwa
pada momen ini memiliki resiko
tinggi untuk terjadinya HAIs. Indikasi
dilakukan cuci tangan pada momen
ini adalah karena setelah kontak
didalam ruangan pasien, pengunjung
juga akan melakukan aktivitas
selanjutnya diluar rumah sakit, maka
cuci tangan harus dilakukan untuk
memutus rantai mikroorganisme yang
dapat dibawa dari dalam ruangan
pasien ataupun rumah sakit, juga
untuk melindungi pengunjung sendiri
dari perpindahan mikroorganisme
dari pasien yang telah dikunjungi. 13
Cuci tangan harus
memperhatikan area permukaan
tangan yang akan di bersihkan. Cuci
tangan biasanya dilakukan tidak
13
sesuai prosedur 6 langkah dapat
menyebabkan beberapa bagian
permukaan area yang belum bersih
sehingga bakteri masih menempel
pada area tertentu dan menyebabkan
bertambahnya kuman ataupun bakteri
diarea tersebut. Langkah yang paling
jarang dilakukan pengunjung pada
langkah ke 5 dan 6 nilainya baik pada
ai dan sabun maupun dengan
menggunakan handrub sama
tingginya pada bagian yang tidak
dilakukan.
Langkah 5 yaitu jempol
tangan digosok memutar dengan
telapak tangan sebaliknya. Pada
penelitian ini didapatkan hasil
sebagian besar pengunjung yang tidak
melakukan langkah ini dengan benar.
Handrub lebih banyak digunakan
pada cuci tangan ini. Jika langkah ini
tidak dilakukan maka dapat
menimbulkan resiko HAIs yang
tinggi karena di jempol tangan
banyak terdapat bakteri ataupun
kuman (Lihat gambar 4.1). Ibu jari
memang dilakukan terpisah agar
dapat menurunkan resiko terjadinya
HAIs.
Langkah ke 6 yaitu jari
menguncup gosok memutar pada
telapak tangan satunyya dan
sebaliknya. Pada penelitian ini
didapatkan hasil bahwa pengunjung
banyak yang tidak melakukan
langkah ini, baik dengan air sabun
ataupun handrub. Berdasarkan
analisis peneliti pengunjung tidak
mengetahui langkah yang benar
berkaitan dengan kurang pengetahuan
dari pengunjung sendiri juga
kurangnya fasilitas dari rumah sakit
berupa poster dan himbauan yang
seharusnya ditempel disetiap bagian
ruangan. Pada langkah ini apabila
terlewatkan, kuman akan tertinggal
14
didaerah kuku dan menjadi sarang
mikroorganisme dapat menyebabkan
infeksi apabila tidak dibersihkan.
Langkah ini harus dilakukan karena
untuk mencegah berkumpulnya
mikroba pada area kuku. 12
Seperti
terlihat pada gambar 1
Gambar 4.1
Pada penelitian ini didapatkan
hasil pelaksanaan cuci tangan dengan
durasi menggunakan air dan sabun
dilakukan sangat kurang tepat.
Berdasarkan hasil observasi peneliti,
sebagian besar pelaksanaan durasi
waktu dilakukan 10-30 detik
menggunakan air dan sabun dan 10-
15 detik dengan menggunakan
handrub. Waktu yang
direkomendasikan WHO untuk air
dan sabun 40-60 detik dan handrub
20-30 detik.
Berdasakan analisis peneliti
kurang tepatnya durasi waktu cuci
tangan dikarenakan langkah cuci
tangan yang tidak tepat membuat
pengaruh terhadap durasi waktu cuci
tangan. Durasi waktu cuci tangan
dibagi menjadi dua ya itu
mengguunakan air dan sabun dengan
durasi yang benarr 40-60 detik lalu
untuk handrub 20-30 detik. 13
Durasi waktu cuci tangan
yang belum sesuai dikarenakan faktor
kurangnya pengetahuan dalam
melakukan cuci tangan.5
KESIMPULAN
Pelaksanaan Cuci Tangan
pengunjung di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
masih tergolong belum sesuai, dapat
15
dilihat dari 5 momen cuci tangan, 6
langkah cuci tangan dan durasi waktu
cuci tangan.
SARAN
Bagi instansi Rumah Sakit
Penelitian ini dapat menjadi masukan
untuk TIM PKRS dan bagian
manajemen pengelolaan RS, agar
dapat meningkatkan pelaksanaan cuci
tangan pengunjung, baik melalui
pemenuhan fasilitas cuci tangan, dan
yang paling penting adalah media
berupa poster yang seharusnya
ditempelkan dibagian dinding
disamping wastafel maupun handrub
juga menggencarkan kegiatan
promotif dengan leaflet agar
pengunjung dapat cuci tangan dengan
benar.
UCAPAN TERIMAKASIH
1. Novita Kurniasari, S.Kep., Ns.,
M. Kep selaku pembimbing yang
telah banyak membimbing serta
memberikan masukan kepada
penulis dalam menyusun Karya
Tulis Ilmiah ini.
2. Ambar Relawati, S, Kep., Ns.,
M.Kep selaku penguji yang
memberikan masukan demi
kelancaran dalam proses
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Darmadi. (2008). Infeksi
Nosokomial; Problematika dan
Pengendaliannya. Jakarta:
Salemba Medika.
2. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (DepKes RI). (2007).
Pedoman Manajerial
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya.
Jakarta: Depkes RI.
3. Depkes RI & Perdalin. (2008).
Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya: Kesiapan
Menghadapi Emerging Infectious
Disease. Ed. 2. Jakarta.
Depertemen Kesehatan Republik
Indonesia
4. Ernawati, E., Tri, A. R., Wiyanto,
S. (2014). Penerapan Hand
Hygiene Perawat di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit. Jurnal
Kedokteran Brawijaya. Diakses
10 Februari 2015. Diakses pada 5
november 2014. http://
16
jkb.ub.ac.id /index.php /jkb/
article/ view File /523/ 409.
5. Eviyanti. (2014). Hubungan
Tingkat Pengetahuan Hand
Hygiene Dengan Kepatuhan
Pelaksanaan Hand Hygiene Pada
Peserta Program Pendidikan
Profesi Perawat. Karya Tulis
Ilmiah.
6. Geffers, C& Gastmeier, P.
(2011). Nosokomial Infections
and Multidrug-resistant
Organisms in Germany.
Deutsches Arzteblatt
International; 108(6): 87-93.
Medicine Articles.. http:// www.
Ncbi. nlm. nih. gov /pmc / arti
cles / PMC3047718/.
7. Lanikawati, P. (2014). Kepatuhan
Petugas Kesehatan Mencuci
Tangan Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Penambehan
Senopati Bantul. Karya Tulis
Ilmiah.
8. Notoatmodjo, S. (2005).
Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
9. Saragih R., & Rumpea, N.
(2011). Hubungan Antara
Pengetahuan Perawat Dengan
Tingkat Kepatuhan Perawat
Melakukan Cuci Tangan di
Rumah Sakit Columbia Asia
Medan. Jurnal kesehatan.
Diakses 11 November 2014.
http://uda.ac.id/jurnal/files/7.pdf.
10. Soedarmo, dkk. (2008). Buku
Ajar, Infeksi dan Pediatri Tropis.
Ed. 2. Jakarta: IDAI.
11. Houghty, G S. (2012).
Rancangan Penerapan WHO
Hand Hygiene Strategy. Nursing
Current. Diakses pada 14 Juli
2015. http:// dspace. library. uph.
edu :8080/ bitstream/
123456789/2323 /2/ ncj- 01- 02-
2013-
rancangan_penerapan_who_hand
.pdf.
12. World Health Organization.
(2009). Hand Hygiene:Why,
How & When?. Hopitaux
Universitaires de Geneve (HUG).
Diakses 21 November 2014.
http://www.who.int/gpsc/5may/H
and_Hygiene_Why_How_and_
When_Brochure.pdf.
13. ______. (2009). A Guide to the
Implementation of the WHO
Multimodal Hand Hygiene
Improvement Strategy. Diakses 3
Februari 2015. http: // whqli
bdoc. who. int /hq /2009
/WHO_IER_PSP_2009. 02_eng.
pdf.
14. ______.(2011).HAIs Surveilance.
http://www.who.int/bulletin/volu
mes/89/10/11-088179/en/