gambaran karakteristik balita stunting di desa …repository.unjaya.ac.id/240/1/vani puspita...

38
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA PERPUSTAKAAN i GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA PLERET BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Disusun Oleh : VANI PUSPITA MAHARANI 1112041 PROGRAM STUDI KEBIDANAN (D-3) STIKES JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2015

Upload: others

Post on 25-Oct-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

i

GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING

DI DESA PLERET BANTUL YOGYAKARTA

TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan

Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Disusun Oleh :

VANI PUSPITA MAHARANI

1112041

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (D-3)

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

2015

Page 2: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Page 3: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Page 4: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Page 5: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

v

MOTTO

Setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah bila dikerjakan tanpa

keengganan.

Jangan tunda sampai besok apa yang bisa engkau kerjakan hari ini.

Berusahalah jangan sampai terlengah walau sedetik saja, karena atas kelengahan

kita tak akan bisa dikembalikan seperti semula.

Pengetahuan adalah kekuatan.

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang.

Teman yang paling setia hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.

Page 6: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tiada yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang selain Engkau Ya Allah.

Syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Mu Ya Rabb, saya bisa

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan

untuk :

Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Pelda Martam dan Ibu Prinarni yang

selalu memberikan doa dan semangat. Betapa tak ternilai kasih sayang dan

pengorbanan kalian kepada saya. Terima kasih atas dukungan kalian.

Untuk saudara saya Kak Vina Puspita Anggraini, SE., Kak Bringpol Putut

Pujianto, SH., dan adek Syifa Azalia Zahra terima kasih atas dukungan dan doa

untuk kesuksesan saya.

Dosen-dosenku yang telah menjadi orang tua kedua saya yang namanya tak bisa

saya sebutkan satu persatu yang selalu memberikan motivasi untuk saya. Terima

kasih untuk ilmu yang telah kalian berikan.

Dosen pembimbingku Ibu Ratna Prahesti, SST yang terus memotivasi saya

untuk selalu fokus menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Terima Kasih untuk

ilmu dan bimbingan ibu selama ini.

Sahabat-sahabat tersayang kak eyen yang ngakunya saudara kedua, Kak Ge

yang ngakunya saudara bungsu, sahabat 5cm (Ge, Rian, Ian, Galuh, Nopi),

sahabat D’scigenois, calon ibu dokter Diah, calon ibu persit Fradina, calon-calon

uztadzah Ica, Endah, Putri dan sahabat anak rantau Sorong-Jogja. Terima kasih

karena kalian siap menampung curahan hati saya, tempat sharing dan tempat

gossip tentunya, makasih juga motivasi dan semangat yang selalu kalian berikan.

Teman-teman almamaterku yang tak bisa disebutkan satu persatu, mari kita

lanjutkan perjuangan kita di luar sana, mengabdi kepada masyarakat, jaga nama

baik almamater dan buat harum nama kampus kita. Saat yang saya rindukan

saat berkumpul dengan kalian semua di kelas. Bangga menjadi angkatan kelas A

(2012)

Page 7: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul

“Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta Tahun

2015”

Usulan penelitian ini telah dapat diselesaikan atas bimbingan, arahan, dan

bantuan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dan pada

kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih dengan

setulus-tulusnya kepada :

1. Kuswanto Hardjo, dr., M. Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

2. Reni Merta Kusuma, M. Keb selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan STIKES

Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

3. Muhamat Nofiyanto, M. Kep selaku Ketua LPPM yang memberikan ijin untuk

pelaksanaan penelitian

4. Ratna Prahesti, S.ST selaku pembimbing penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan, masukan, dan motivasi

dalam menyusun karya tulis ilmiah

5. Ida Nursanti, S. Kep., Ns., MPH selaku penguji karya tulis ilmiah

6. dr. Fauzan selaku Ketua Puskesmas Pleret Bantul yang sudah memberikan ijin

untuk pelaksanaan penelitian

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan usulan penelitian yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya,

sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan

penulis semoga karya tulis ilmiah ini berguna bagi semua.

Yogyakarta, Agustus 2015

Vani Puspita Maharani

Page 8: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i

HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………... iii

HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………….. iv

HALAMAN MOTTO …………………………………………………… v

HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………… vi

KATA PENGANTAR …………………………………………………… vii

DAFTAR ISI …………………………………………………………….. viii

DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. ix

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. x

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. xi

INTISARI ………………………………………………………………... xii

ABSTRACT ……………………………………………………………… xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………….. 4

C. Tujuan Penelitian ………………………………………………… 5

D. Manfaat Penelitian ………………………………………………. 5

E. Keaslian Penelitian ……………………………………………… 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori …………………………………………………… 9

1. Balita …………………………………………………………. 9

2. Pertumbuhan Balita ………………………………………….. 10

3. Gizi …………………………………………………………… 14

4. Stunting ………………………………………………………. 27

B. Kerangka Teori …………………………………………............... 34

C. Kerangka Konsep ………………………………………………… 35

D. Pertanyaan Penelitian …………………………………………….. 35

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ……………………………………………. 36

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………. 36

C. Populasi …………………………………………………………. 36

D. Metode Sampling dan Sampel Penelitian ……………………….. 37

E. Variabel Penelitian ……………………………………………… 37

F. Definisi Operasional ……………………………………………. 37

G. Alat dan Metode Pengumpulan Data …………………………… 38

H. Uji Validitas dan Reliabilitas …………………………………… 39

Page 9: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

ix

I. Metode Pengolahan dan Analisis Data …………………………. 40

J. Etika Penelitian …………………………………………………. 41

K. Pelaksanaan Penelitian ………………………………………….. 42

BAB IV PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian …………………………………………………. 44

B. Pembahasan …………………………………………………….. 47

C. Keterbatasan Penelitian ………………………………………… 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan …………………………………………………….. 54

B. Saran ……………………………………………………………. 55

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kategori Status GiziAnak …………………………….. 27

Tabel 3.1 Definisi Operasional …………………………………… 37

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Balita Stunting di Desa Pleret Bantul

Yogyakarta Tahun 2015 ………………………………… 46

Page 11: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.2 Kerangka Teori …………………………………………. 34

Gambar 2.3 Kerangka Konsep ………………………………………. 35

Page 12: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Ka. BAPPEDA Kab. Bantul

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Ka. Kantor Kesatuan Bangsa Kab. Bantul

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian Ka. Puskesmas Pleret Kab. Bantul

Lampiran 4. Surat Balasan Puskesmas Pleret Bantul Yogyakarta

Lampiran 5. Lembar Konsul KTI

Lampiran 6. Jadwal Penyusunan KTI

Lampiran 7. Data Penelitian

Page 13: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xii

GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING

DI DESA PLERET BANTUL YOGYAKARTA

TAHUN 2015

Vani Puspita Maharani1, Ratna Prahesti

2, Ida Nursanti

3

INTISARI

Latar Belakang : Stunting adalah pertumbuhan yang terhambat (tumbuh pendek).

Stunting terjadi akibat kegagalan pada saat proses tumbuh kembang seorang anak

karena kondisi kesehatan dan asupan gizi yang tidak optimal. Stunting menurut

WHO Child Growth Standart didasarkan pada indeks panjang badan dibanding

umur (PB/U) atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) dengan batas (z-score)

kurang dari -2 SD. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal

15 Mei 2015 di Puskesmas Pleret Bantul Yogyakarta terdapat prevalensi balita

stunting paling tinggi pada tahun 2015 di Desa Pleret dengan jumlah balita yang

ditimbang di Posyandu sebesar 930 balita. Berdasarkan indikator TB/U terdapat

balita normal sebanyak 608, balita pendek sebanyak 173, balita sangat pendek

sebanyak 130 dan balita tinggi sebanyak 19.

Tujuan : Mengetahui gambaran karakteristik balita stunting di Desa Pleret Bantul

Yogyakarta tahun 2015 berdasarkan status gizi berat badan menurut umur (BB/U),

jenis kelamin, dan umur balita.

Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah survey deskriptif. Jumlah

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 303 responden dengan

menggunakan total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil

data di bagian status gizi Puskesmas Pleret bantul Yogyakarta dan menggunakan

analisa univariat.

Hasil Penelitian : Karakteristik balita stunting berdasarkan status gizi berat badan

menurut umut (BB/U) paling banyak terdapat pada balita dengan status gizi

kurang yaitu 234 balita (77,2%), balita stunting berdasarkan jenis kelamin paling

banyak terdapat pada balita stunting dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 178

balita (58,7%), dan balita stunting berdasarkan umur paling banyak terdapat pada

balita stunting kelompok batita (2-3 tahun) yaitu 132 (43,6%).

Kesimpulan : Balita stunting dalam penelitian ini sebagian besar memiliki status

gizi kurang yaitu 234 balita (77,2%).

Kata Kunci : Balita, Stunting

1Mahasiswa Program Studi Kebidanan (D3) Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

2Dosen Pembimbing Jurusan Kebidanan (D3) Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

3Dosen Penguji

Page 14: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xiii

THE CHARACTERISTICS OF CHILDREN STUNTING’S OVERVIEW

IN THE VILLAGE OF PLERET BANTUL YOGYAKARTA

2015

Vani Puspita Maharani1, Ratna Prahesti

2, Ida Nursanti

3

ABSTRACT

Background : Stunting is stunted growth (growing short). Stunting occurs due to

a failure during the growth process of a child because of health and nutrition

conditions were not optimal. Stunting according to WHO Child Growth Standards

are based on body length than age index (LB/A) or height compared to age

(HB/A) with the boundary (z-score) of less than -2 SD. Based on preliminary

studies were conducted on May 15, 2015 in Puskesmas Pleret Bantul Yogyakarta

toddlers prevalence of stunting are highest in 2015 in the village of Pleret the

number of infants who weighed in Posyandu are 930 toddlers. Based on indicators

of TB / U are as many as 608 normal infants, toddlers as many as 173 are short,

very short infants are 130 and toddlers as many high are 19.

Objectiv : To determine the characteristic description of stunting children in the

village of Pleret Bantul Yogyakarta 2015 based on the nutritional status of weight

for age (W/A), sex, and age of a toddler.

Methods : This type of research is descriptive survey. The samples that used in

this study were 303 respondents using total sampling. Data collection is done by

taking the data on the nutritional status and health center in Pleret Bantul

Yogyakarta using univariate analysis.

Results : Characteristics of the nutritional status of children under five stunted by

weight for age (W/A) are most numerous in the nutritional status of children under

five with less that 234 infants (77.2%), infants stunted by gender are most

numerous in stunting infants with type male is 178 infants (58.7%), and toddler

stunting by age are most numerous in the group stunting infants toddlers (2-3

years) of 132 (43.6%).

Conclusions : The stunting toddlers in this research mostly have less nutritional

status are 234 toddlers (77,2%).

Keywords : Toddlers, Stunting

1Student of study program of Midwifery (D3) School of Health Jenderal Achmad Yani

Yogyakarta2

Lead Lecture rmajor of midwifery (D3) School of Health Jenderal Achmad Yani Yogyakarta3

Examiner Lecturer major

Page 15: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Stunting adalah pertumbuhan yang terhambat (tumbuh pendek).

Stunting terjadi akibat kegagalan pada saat proses tumbuh kembang

seorang anak karena kondisi kesehatan dan asupan gizi yang tidak optimal.

Stunting sering berkaitan erat dengan kondisi sosial ekonomi, paparan

suatu penyakit, dan asupan gizi yang kurang secara kuantitas dan kualitas

(WHO, 2014). Stunting menurut WHO Child Growth Standart didasarkan

pada indeks panjang badan dibanding umur (PB/U) atau tinggi badan

dibanding umur (TB/U) dengan batas (z-score) kurang dari -2 SD (WHO,

2010).

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan sering ditemui pada

anak yang berusia kurang dari 24 bulan. Sejak 1000 hari pertama

kehidupan mulai dari kehamilan sampai di usia dua tahun merupakan

window of opportunity, yaitu kesempatan yang singkat untuk melakukan

sesuatu yang menguntungkan, sehingga melalui asupan makanan yang

kaya zat gizi akan membantu anak-anak tumbuh untuk memenuhi

kebutuhan potensi fisik dan kognitif yang optimal (Barker, 2007).

Pemerintah telah berkomiten untuk mengurangi stunting dan

meningkatkan standar sanitasi. Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional telah menargetkan penurunan angka stunting anak di bawah lima

tahun menjadi 32% pada tahun 2015. Dengan angka stunting anak balita

Page 16: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

2

pada tahun 2013 yang masih 37%, artinya masih ada 5% penurunan yang

perlu dikejar dalam waktu dekat (Sabuna dan Hokon, 2015).

Masyarakat beranggapan bahwa kasus stunting terjadi karena faktor

genetik, tetapi faktor genetik hanya berperan 5% dalam kasus stunting.

Faktor yang paling besar menyebabkan stunting adalah permasalahan

malnutrisi pada jangka panjang yang dialami anak pada masih berada

dalam kandungan sang ibu. Cara lain untuk mencegah stunting ialah

memantau tumbuh kembang anak dengan memeriksakannya ke posyandu

terdekat untuk mendeteksi dini terjadinya kemungkinan gangguan pada

pertumbuhan anak dan lebih memprioritaskan keperluan asupan gizinya

(Sabuna dan Hokon, 2015).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013

menunjukkan prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 37,2%

(terdiri dari 18% sangat pendek dan 19,2% pendek) yang berarti terjadi

peningkatan tahun 2010 (35,6%) dan tahun 2007 (36,8%). Indonesia masih

harus bekerja sama mengatasi stunting ini, karena batas non public health

yang ditetapkan WHO tahun 2005 adalah prevalensi stunting rendah

<20%, sedang 20-29% dan tinggi 30-39 ≥ 40%. Sedangkan saat ini

prevalensi balita pendek di seluruh provinsi di Indonesia masih diatas 20%

atau tepatnya 37,2%. Dengan demikian dapat dikatakan prevalensi

stunting di Indonesia masih tinggi.

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki empat

Kabupaten yaitu Kulonprogo, Bantul, Sleman, Gunung Kidul dan Kota

Page 17: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

3

Yogyakarta. Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan DIY Tahun 2012,

prevalensi stunting di Bantul pada tahun 2012 sebesar 15,92%. Prevalensi

stunting di Bantul diperkirakan akan semakin bertambah mengingat

jumlah balita yang terkena gizi buruk di Kabupaten Bantul menempati

prevalensi paling tinggi dibandingkan pada empat Kabupaten lain di

Provinsi DIY. Kabupaten Bantul memiliki 17 Kecamatan dan 27

Puskesmas, berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul tahun

2013, prevalensi kasus balita gizi buruk yang paling tertinggi terdapat di

Puskesmas Pleret dengan 7 balita yang mengalami gizi buruk.

Kasus gizi di Kabupaten Bantul menyebar di 17 Kecamatan yang

ada di Kabupaten Bantul yang menyebabkan terjadinya balita stunting.

Beberapa kebijakan telah disusun dan dikeluarkan oleh pemerintah untuk

menanggulangi masalah gizi. Sejak tahun 1970 pemerintah telah

melaksanakan program usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK). Program

UPGK adalah kegiatan yang berintikan pendidikan gizi melalui

pemberdayaan keluarga dan masyarakat yang didukung oleh kegiatan

lintas sektoral. Pada tahun 1985 kegiatan utama UPGK diintegrasikan

dalam kegiatan Posyandu. Posyandu yang ada di Kabupaten Bantul saat

ini sudah merata ada di setiap dusun (Dinkes Kabupaten Bantul, 2013).

Berbagai macam perbaikan gizi sudah lama dilaksanakan pemerintah

pusat maupun pemerintah Daerah Kabupaten Bantul, akan tetapi sampai

saat ini masalah balita stunting masih banyak ditemukan di masyarakat,

bahkan meningkat setelah dilanda bencana alam gempa bumi. Adanya

Page 18: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

4

fakta masih banyak ditemukan balita stunting menunjukkan bahwa

program pemerintah untuk menanggulangi masalah gizi belum berhasil

dengan optimal (Dinkes Kabupaten Bantul, 2013).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 15 Mei 2015

di Puskesmas Pleret Bantul Yogyakarta yang memiliki 5 Desa binaan

yaitu Desa Wonokromo, Desa Pleret, Desa Segoroyoso, Desa Bawuran,

dan Desa Wonolelo. Berdasarkan hasil penilaian status gizi di Puskesmas

Pleret Bantul terdapat prevalensi balita stunting paling tinggi pada tahun

2015 di Desa Pleret dengan jumlah balita yang ditimbang di Posyandu

sebesar 930 balita. Berdasarkan indikator TB/U terdapat balita normal

sebanyak 608, balita pendek sebanyak 173, balita sangat pendek sebanyak

130 dan balita tinggi sebanyak 19.

Dari latar belakang dan studi pendahuluan di atas maka penyusun

tertarik untuk meneliti tentang gambaran karakteristik balita stunting di

Desa Pleret Bantul Yogyakarta Tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan

masalah pada penelitian ini adalah “ Bagaimanakah Gambaran

Karakteristik Balita Stunting di Desa Pleret Bantul Yogyakarta Tahun

2015 ?“

Page 19: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui gambaran karakteristik balita stunting di Desa Pleret

Bantul Yogyakarta tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui karakteristik balita stunting berdasarkan status gizi berat

badan menurut umur (BB/U)

b. Diketahui karakteristik balita stunting berdasarkan jenis kelamin

c. Diketahui karakteristik balita stunting berdasarkan umur.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan untuk mengadakan

penelitian serta sebagai usaha peningkatan pengetahuan peneliti dan

pembaca mengenai balita stunting.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi Kader Posyandu Balita di Desa Pleret

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

wawasan kepada Kader Posyandu di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

untuk lebih meningkatkan pelayanan terutama memantau

pertumbuhan dan mendeteksi balita stunting.

Page 20: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

6

2. Bagi perpustakaan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi baru bagi

para pengunjung perpustakaan dalam menambah wawasan ilmu

pengetahuan tentang balita stunting.

3. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

data dasar untuk melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut

dengan variabel yang belum diteliti tentang kejadian balita stunting.

E. Keaslian Penelitian

1. Kusuma, E. (2013). Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 2-

3 Tahun di Kecamatan Semarang Timur. Penelitian ini menguunakan

metode observasional dengan desain case-control pada balita 2-3 tahun

di wilayah Kecamatan Semarang Timur. Pengambilan sampel dilakukan

dengan consecutive sampling, 36 subjek pada tiap kelompok. Data

identitas subjek dan responden, panjang badan lahir, pendidikan orang

tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga dan jumlah anggota

keluarga diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner. Data tinggi

badan anak dan tinggi badan orang tua diukur menggunakan microtoise.

Analisis bivariat menggunakan Chi-square dengan melihat Odds Ratio

(OR) dan multivariat dengan regresi logistic ganda. Perbedaan dengan

penelitian ini adalah jenis penelitian, metode penelitian, lokasi

Page 21: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

7

penelitian, dan hasil penelitian. Persamaan dengan penelitian ini adalah

sama-sama melakukan penelitian tentang stunting.

2. Wiyogowati, C. (2012). Kejadian Stunting Pada Anak Berumur

Dibawah Lima Tahun (0-59 Bulan) di Provinsi Papua Barat Tahun

2010 (Analisis Data Riskesdas 2010). Penelitian ini menggunakan

desain penelitian cross sectional, populasinya adalah seluruh rumah

tangga yang memiliki anggota rumah tangga berumur 0-59 bulan

dengan pengambilan sampel secara two stage sampling. Pengumpulan

data dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang data rumah

tangga dan individu yang dilakukan dengan teknik wawancara

menggunakan kuesioner RKD10.RT untuk data rumah tangga dan

RKD10.IND untuk data individu. Kuesioner RKD10.RT yang

digunakan pada penelitian ini tentang anggota rumah tangga, fasilitas

pelayanan kesehatan, sanitasi lingkungan, dan pengeluaran rumah

tangga. Untuk kuesioner RKD10.IND yang digunakan pada penelitian

ini tentang kesehatan anak yang mencakup kesehatan bayi dan anak

balita (imunisasi) dan ASI dan MP-ASI, konsumsi makanan individu,

dan pengukuran tinggi/panjang badan dan berat badan. Analisis

deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai variabel-

variabel yang akan diteliti, analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui

hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, dan

analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

banyak variabel independen dengan suatu variabel dependen. Perbedaan

Page 22: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

8

dengan penelitian ini adalah jenis penelitian, metode penelitian, lokasi

penelitian, dan hasil penelitian. Persamaan dengan penelitian ini adalah

sama-sama melakukan penelitian tentang stunting.

Page 23: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran umum lokasi penelitian

Puskesmas Pleret merupakan satu dari 27 Puskesmas di

Kabupaten Bantul yang terletak di Kecamatan Pleret, Kabupaten

Bantul, Yogyakarta dengan luas 3664,12 Ha. Wilayah kerja Puskesmas

Pleret terdiri dari 5 (lima) Desa dan 47 Dusun yaitu Desa Wonokromo

terdapat 12 dusun, Desa Pleret terdapat 11 dusun, Desa Segoyoroso

terdapat 9 dusun, Desa Bawurun terdapat 7 dusun, dan Desa Wonolelo

terdapat 8 dusun.

Desa Pleret merupakan salah satu Desa di Kecamatan Pleret dan

salah satu Desa yang masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Pleret.

Desa Pleret memiliki 18 Posyandu balita yaitu Garuda I, Garuda II,

Garuda III, Nuri, Rajawali, Cendrawasih I, Cendrawasih II, Sinar

Mentari, Teratai Putih I, Teratai Putih II, Melati, Kepodang I,

Kepodang II, Kutilang, Mliwis I, Mliwis II, Merpati, dan Kaswari.

Pelayanan di Puskesmas Pleret Bantul di buka setiap hari senin-

kamis dan sabtu pukul 08.00 – 12.00 WIB dan hari jumat pukul 08.00-

11.00 WIB. Pelayanan di Puskesmas Pleret Bantul khususnya bidang

KIA yaitu pada hari Senin pelayanan deteksi dini tumbuh kembang

(DTKB), hari Selasa, Jumat, dan Sabtu pelayanan keluarga berencana

(KB), hari Rabu pelayanan Imunisasi, dan hari Kamis pelayanan

pemeriksaan ibu hamil.

Page 24: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

45

Puskesmas Pleret Bantul juga mengadakan perbaikan gizi

masyarakat antara lain program usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK).

Program UPGK adalah kegiatan yang berintikan pendidikan gizi

melalui pemberdayaan keluarga dan masyarakat yang didukung oleh

kegiatan lintas sektoral. UPGK biasa dilakukan di dalam kegiatan

Posyandu. Sasaran usaha perbaikan gizi adalah balita, ibu hamil, ibu

nifas, pasangan usia subur, lansia, dan anggota masyarakat lain.

Program di Puskesmas Pleret juga dilakukan untuk masyarakat yang

menderita status gizi kurang atau status gizi buruk yaitu dengan

memberikan penyuluhan dan uang sebesar Rp. 300.000,00 tiap

bulannya oleh pemerintah untuk biaya keperluan seperti susu maupun

makanan bergizi.

Desa Pleret merupakan salah satu Desa yang memiliki balita

stunting paling banyak dibandingkan Desa lainnya dan balita stunting

terbagi di 18 Posyandu Balita yaitu Posyandu Garuda I sebanyak 12

balita stunting, Garuda II sebanyak 1 balita stunting, Garuda III

sebanyak 5 balita stunting, Nuri sebanyak 10 balita stunting, Rajawali

sebanyak 14 balita stunting, Cendrawasih I sebanyak 14 balita stunting,

Cendrawasih II sebanyak 16 balita stunting, Sinar Mentari sebanyak 8

balita stunting, Teratai Putih I sebanyak 10 balita stunting, Teratai Putih

sebanyak 11 balita stunting, Melati sebanyak 25 balita stunting,

Kepodang I sebanyak 35 balita stunting, Kepodang II sebanyak 8 balita

stunting, Kutilang sebanyak 27 balita stunting, Mliwis I sebanyak 14

Page 25: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

46

balita stunting, Mliwis II sebanyak 25 balita stunting, Merpati sebanyak

45 balita stunting, dan Kaswari sebanyak 23 balita stunting.

2. Karakteristik subjek penelitian

Karakteristik dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan status

gizi berat badan menurut umur (BB/U), jenis kelamin, dan umur balita

stunting.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Balita Stunting di Desa

Pleret Bantul Yogyakarta

Sumber : Data Sekunder, 2015

a. Karakteristik Balita Stunting Berdasarkan Status Gizi Berat Badan

Menurut Umur (BB/U)

Dari tabel 4.1 diatas, balita stunting berdasarkan status gizi

berat badan menurut umut (BB/U) paling banyak terdapat pada balita

dengan status gizi kurang yaitu 234 balita (77,2%) dan paling sedikit

terdapat pada balita dengan status gizi lebih yaitu 2 balita (0,7%).

Variabel F % Total

BB/U

a. Gizi Baik

b. Gizi Kurang

c. Gizi Lebih

d. Gizi Buruk

57

234

2

10

18,8

77,2

0,7

3,3

18,8

96,0

96,7

100,0

Jenis Kelamin

a. Laki-laki

b. Perempuan

178

125

58,7

41,3

58,7

100,0

Umur

a. Bayi (0-1 tahun)

b. Batita (1-3 tahun)

c. Prasekolah (3-5 tahun)

60

132

111

19,8

43,6

36,6

19,8

63,4

100,0

Page 26: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

47

b. Karakteristik Balita Stunting Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari tabel 4.1 diatas, balita stunting berdasarkan jenis

kelamin paling banyak terdapat pada balita stunting dengan jenis

kelamin laki-laki yaitu 178 balita (58,7%).

c. Karakteristik Balita Stunting Berdasarkan Umur

Dari tabel 4.1 diatas, balita stunting berdasarkan umur paling

banyak terdapat pada balita stunting kelompok batita (2-3 tahun)

yaitu 132 balita (43,6%) dan paling sedikit terdapat pada balita

stunting kelompok bayi (0-1 tahun) yaitu 60 balita (19,8%).

B. Pembahasan

1. Karakteristik Balita Stunting Berdasarkan Status Gizi Berat Badan

Menurut Umur (BB/U) di Desa Pleret Bantul Yogyakarta Tahun 2015

Pada tabel 4.1 dapat dilihat proporsi kejadian stunting pada balita

lebih banyak ditemukan pada balita yang memiliki status gizi kurang yaitu

234 balita (77,2%) dibandingkan balita yang memiliki status gizi baik

yaitu 57 balita (18,8%), gizi lebih yaitu 2 balita (0,7%) dan gizi buruk

yaitu 10 balita (3,3%).

Hasil penelitian yang sama dikemukakan oleh Simanjuntak (2011),

bahwa ada hubungan yang bermakna antara konsumsi energi dengan

kejadian stunting pada balita. Kegagalan pertumbuhan (stunting)

dihasilkan dari kurangnya asupan gizi yang merupakan faktor risiko paling

besar dalam menentukan perkembangan anak (Wachs, 2008). Pada

Page 27: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

48

Penelitian ini ditemukan balita yang mempunyai status gizi kurang yaitu

234 balita (77,2%) dan status gizi buruk yaitu 10 balita (3,3%) memiliki

risiko terjadinya stunting, sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Wiyogowati (2012), dengan sampel anak berumur dibawah lima tahun (0-

59 bulan) menemukan bahwa mayoritas responden untuk energi masih

rendah dimana dari 291 responden yaitu 54,9% mengkonsumsi energi

dalam jumlah yang rendah dan hanya terdapat 35,7% mengkonsumsi

energi dalam jumlah yang tinggi. Bayi dan balita yang stunting cenderung

memiliki asupan energi rendah dibandingkan dengan yang tidak stunting.

Kekurangan gizi mempengaruhi sejumlah besar anak-anak di Negara

berkembang. Kekurangan gizi terjadi dari berbagai faktor yaitu sering

terkait buruknya kualitas makanan, asupan makanan tidak cukup, dan

penyakit infeksi (El Sayed, 2001).

Dengan tidak adanya gizi yang memadai, tubuh anak akan

menghemat energi dengan membatasi kenaikan berat badan dan kemudian

membatasi pertumbuhan linier. Studi cross-sectional dan longitudinal dari

beberapa Negara telah menemukan hubungan antara stunting dan

kesehatan serta perkembangan anak yang disebabkan oleh banyak faktor

seperti kekurangan gizi dan infeksi (Darity, 2008). Balita stunting pada

penelitian ini banyak ditemukan pada pendidikan ibu dengan tamatan SD

dimana yang mempengaruhi balita mengalami kejadian stunting.

Pendidikan ibu yang rendah menyebabkan ketidaktahuan ibu mengenai

pola hidup bersih dan sehat serta makanan yang bergizi bagi anaknya.

Page 28: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

49

Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan

pendidikan ibu dengan tamatan SD berhubungan secara signifikan dengan

stunting pada balita (Ramli dkk, 2009).

Hasil penelitian juga menunjukkan balita stunting lebih banyak

ditemukan di wilayah pedesaan dibandingkan di wilayah perkotaan. Balita

yang tempat tinggalnya di pedesaan memiliki risiko menjadi stunting

sebesar 1,3 kali dibanding balita yang tempat tinggalnya di perkotaan

(WHO, 2003). Balita stunting juga banyak ditemukan pada status ekonomi

keluarga yang rendah dibandingkan balita dengan status ekonomi keluarga

tinggi. Stunting biasanya tinggi di tempat-tempat terjadinya perbedaan

status sosial. Ketidaksertaan sosial ekonomi berkaitan dengan ketersediaan

pangan, kualitas makanan, kebersihan, ketersediaan kecukupan pasokan

air minum serta pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi.

Pada penelitian ini juga ditemukan sebanyak 57 balita (18,8%)

dengan riwayat status gizi baik yang mengalami stunting. Hal ini dapat

disebabkan oleh ketidakcukupan asupan zat gizi pada balita yang

menyebabkan terjadinya growth faltering (gagal tumbuh). Asupan zat gizi

yang rendah serta paparan terhadap infeksi memberikan dampak growth

faltering yang lebih berat pada balita normal (Kusharisupeni, 2002). Akan

tetapi, jika diberikan dukungan asupan gizi yang adekuat maka pola

pertumbuhan normal akan terkejar (catch up). Hal ini juga dipengaruhi

oleh status ekonomi dimana status ekonomi yang rendah berdampak pada

Page 29: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

50

ketidakmampuan untuk mendapatkan pangan yang cukup dan berkualitas

karena rendahnya kemampuan daya beli (Ulfani dkk, 2011).

Balita stunting terjadi tidak hanya pada balita yang mempunyai

status gizi kurang saja. Dari hasil penelitian ditemukan balita stunting

dengan status gizi lebih yaitu 2 balita (0,7%). Hal ini dapat terjadi karena

keturunan gen atau hormonal di dalam keluarga serta kemungkinan balita

tersebut mengalami gizi lebih atau obesitas. Gizi lebih pada anak bisa

disebabkan bermacam-macam, demikian pula teori terjadinya penimbunan

lemak yang berlebihan tersebut. Gizi lebih umumnya terjadi jika suplai

energi melebihi kebutuhan energi individu anak (Samsudin, 2004).

2. Karakteristik Balita Stunting Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Pleret

Bantul Yogyakarta Tahun 2015

Pada tabel 4.1 dapat dilihat proporsi kejadian stunting pada balita

lebih banyak ditemukan pada jenis kelamin laki-laki yaitu 178 balita

(58,7%) dibandingkan balita dengan jenis kelamin perempuan yaitu 125

balita (41,3%). Balita dengan jenis kelamin laki-laki sering melakukan

aktifitas yang berat dan kurang adanya istirahat sehingga asupan yang di

konsumsinya tidak sesuai dengan aktifitas yang dilakukanya sehari-hari.

Hal ini juga dibutuhkan pengetahuan orang tua mengenai asupan gizi yang

di konsumsi anaknya. Orang tua yang berpendidikan rendah kurang

mengatahui asupan makanan yang bergizi. Terdapat hubungan yang

bermakna secara statistik antara jenis kelamin dengan stunting. Hasil yang

Page 30: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

51

sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramli (2009) bahwa anak

usia 0-59 bulan berjenis kelamin laki-laki berhubungan secara signifikan

dengan stunting dan penelitian Teshome (2009) yang dilakukan pada balita

prevalensi stunting pada laki-laki (61,3%) lebih tinggi dibandingkan

dengan perempuan (38,7%) dan berhubungan secara signifikan.

Hasil studi longitudinal yang dilakukan Crookston (2010) yang

diikuti dari umur 6-18 bulan sampai 4,5-6 tahun menemukan bahwa jenis

kelamin berhubungan secara signifikan dengan stunting. Dalam penelitian

Kusuma (2013) sebagian besar balita stunting berjenis kelamin laki-laki

yaitu sebanyak 44 balita, sementara perempuan hanya 26 balita. Penelitian

ini juga terungkap bahwa anak laki-laki lebih mungkin menjadi stunting

dibandingkan anak perempuan pada masa kecil. Perbedaan antara laki-laki

dan perempuan mungkin berkaitan dengan efek gabungan dari perbedaan

waktu percepatan pertumbuhan dan mungkin perbedaan dalam mengejar

potensi dalam konteks kekurangan gizi.

3. Karakteristik Balita Stunting Berdasarkan Umur di Desa Pleret Bantul

Yogyakarta Tahun 2015

Pada tabel 4.1 dapat dilihat proporsi kejadian stunting pada

kelompok batita (1-3 tahun) dibandingkan kelompok bayi (0-1 tahun)

yaitu 60 balita (19,8%) dan kelompok prasekolah (3-5 tahun) yaitu 111

balita (36,6%). Anak di bawah 5 tahun merupakan kelompok yang

menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat namun kelompok ini juga

Page 31: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

52

merupakan kelompok yang sering menderita kekurangan gizi (Proverawati

dan Asufah, 2009). Hal ini sesuai dengan penelitian Teshome (2009) yaitu

proporsi stunting tertinggi ditemukan pada kelompok umur 13-24 bulan

dan yang paling rendah pada kelompok umur 0-6 bulan.

Stunting merupakan sebuah proses kumulatif yang dimulai di

dalam rahim dan terus berkembang sampai sekitar tiga tahun setelah

kelahiran. Periode dua tahun pertama kehidupan sebagai masa yang paling

kritis dalam proses pertumbuhan. Laju pertumbuhan pada tahun pertama

kehidupan adalah lebih cepat dibandingkan pada usia lainnya. Anatara

kelahiran dan usia 1 tahun, panjang badan anak-anak rata-rata meningkat

dengan 50% menjadi tiga kali berat lahir mereka.

Analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan secara

statistik antara umur balita dengan stunting (p>0,05). Hal tersebut sesuai

dengan penelitian El Sayed (2001) menyebutkan bahwa umur (dalam

bulan) tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian stunting. Hal

berbeda dikemukakan oleh penelitian Teshome (2009) berdasarkan

analisis statistik stunting berhubungan secara signifikan dengan umur

balita. Penelitian yang dilakukan oleh Hong & Mishra (2009)

menyebutkan bahwa umur berhubungan secara signifikan dengan stunting

pada balita (p<0,05) dengan prevalensi tertinggi pada kelompok umur 36-

47 bulan.

Page 32: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

53

C. Keterbatasan Penelitian

1. Variabel penelitian yang dilakukan peneliti hanya variabel yang terdapat

pada data catatan status gizi di Puskesmas Pleret Bantul Yogyakarta,

sehingga ada faktor lain yang dapat menyebabkan balita stunting tetapi

tidak dapat diteliti.

2. Pengumpulan data menggunakan data sekunder sehingga hasil penelitian

terbatas pada data status gizi balita yang diberikan oleh petugas Puskesmas

Pleret dan karakteristik keluarga yang berpengaruh terhadap balita stunting

tidak dapat diteliti.

Page 33: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

54

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di Desa Pleret Bantul tentang gambaran

karakteristik balita stunting didapatkan gambaran sebagai berikut :

a. Karakteristik balita stunting berdasarkan status gizi berat badan menurut

umut (BB/U) paling banyak terdapat pada balita dengan status gizi

kurang yaitu 234 balita (77,2%) dan paling sedikit terdapat pada balita

dengan status gizi lebih yaitu 2 balita (0,7%).

b. Karakteristik balita stunting berdasarkan jenis kelamin paling banyak

terdapat pada balita stunting dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 178

balita (58,7%).

c. Karakteristik balita stunting berdasarkan umur paling banyak terdapat

pada balita stunting kelompok batita (2-3 tahun) yaitu 132 (43,6%) dan

paling sedikit terdapat pada balita stunting kelompok bayi (0-1 tahun)

yaitu 60 balita (19,8%).

Page 34: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

55

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian diatas terdapat beberapa saran yang diharapkan

akan memberi masukan yang membangun bagi pihak-pihak terkait :

1. Bagi Kader Posyandu Balita di Desa Pleret

Dapat digunakan sebagai masukan kepada Kader Posyandu di Desa

Pleret Bantul Yogyakarta tentang gambaran karakteristik balita stunting

di Desa Pleret Bantul Yogyakarta dan diharapkan untuk lebih

meningkatkan pelayanan di Posyandu agar lebih memantau pertumbuhan

sejak dini sehingga tidak ada lagi balita stunting.

2. Bagi perpustakaan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Dapat digunakan sebagai referensi untuk para pengunjung

perpustakaan terkait dengan gambaran karakteristik balita stunting di

Desa Pleret Bantul Yogyakarta dan sebagai analisis lebih lanjut untuk

penelitian ke depannya

3. Bagi peneliti lain

Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut dan

mengembangkannya untuk mencapai hasil yang optimal serta meneliti

variabel yang lebih luas mengenai balita stunting.

Page 35: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

56

DAFTAR PUSTAKA

Abuya, A. A., Kimani, K. J., dan Elijah, O. O. (2010). Influence of maternal

educationon child health in Kenya.

Adriani, M. dan Wirjatmadi, B. (2012). Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Almatsier, S., Soetarjo, S., Soekarti, M. (2011). Gizi Seimbang Dalam Daur

Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Anugraheni, H. (2012). Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak usia 12-36

Bulan di Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. Skripsi: Universitas

Diponegoro Semarang.

Aries, M., Hardinsyah, H. T. (2012). Determinan Gizi Kurang dan Stunting Anak

Umur 0-36 Bulan Berdasarkan Data Program Keluarga Harapan (PKH)

2007. Jurnal Gizi dan Pangan,

Arifin, D. Z., Irdasari, S. Y., Sukandar, H. (2012). Analisis Sebaran dan Faktor

Risiko Stunting pada Balita di Kabupaten Purwakarta. Epidemiologi

Komunitas FKUP Bandung.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Astari, L. D., Nasoetion, A., Dwiriani, C. M. (2005). Hubungan Karakteristik

Keluarga Pola Pengasuhan dan Kejadian Stunting Pada Anak 6-12 Bulan.

Media Gizi dan Keluarga, 29(2): 40-46

Avianti, I. (2006). Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi

Berdasarkan Tinggi Badan menurut Umur Pada Anak Umur 2 Tahun di

Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah. Tesis: Universitas Gadjah

Mada Yogyakarta.

Baliawati. (2004). Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Komisi Ilmu Rekayasa

Perencanaan Pembangunan Nasional.

Barker D. J. P. 2007. Introduction: The window of opportunity. J Nutr, 137: 1058-

1059.

Budiarto. (2012). Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.

Jakarta: EGC.

Page 36: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

57

Candra, A., Puruhita, N., Susanto, J. C. (2011). Faktor Risiko Stunting pada Anak

Usia 1-2 Tahun di Kota Semarang. Media Medika Indonesia.

Crookston. (2010). Children Who Recover From Early Stunting and Children

Who Are Not Stunted Demonstrate Levels of Cognition. The Journal of

Nutrition. ProQuest. 140 (11) : 1996.

Damanik, M. R., Ekayanti, I., Hariyadi, D. (2010). Analisis Pengaruh Pendidikan

Ibu Terhadap Status Gizi Balita di Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Gizi

dan Pangan. 5(2): 69-77.

Darity, W. A. (2008). Stunted Growth International Encylopedia of The Social

Sciences, 2 nd Edition. 8:187-189. Detroit Macmillan References USA.

Dinkes Kabupaten Bantul. (2013). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.

El Sayed. (2001). Malnutrition among Pre school Children in Alexandria, Egypt.

Journal Health Popular Nutrition. Centre for Health and Population

Research. 4 : 275-280.

Gibney, M. J., Margetts, B. M., Kaerney, J. M., Arab, L. (2009). Gizi Kesehatan

Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Gibson, R. S. (2005). Principles of Nutritional Assesment 2th

ed. Oxford

University Press. New York.

Hayati, A. W., Hardinsyah, Jalal, F., Madanijah, S., Briawan, D. (2012).

Determinan Stunting Anak Baduta. Widya Karya Nasional Pangan dan

Gizi X-LIPI. Jakarta.

Hautvast. (2004). Food Consumption of young stunted and non stunted children in

rural Zambia. European Journal of Clinical Nutrition 53, 50-59. Stockton

Press.

Hong, R., Mishra, V. (2006). Effect of Wealth Inequality on Chronic

Undernutrition in Cambodian Children. Journal Health Popul Nutr, 24(1) :

89-99.

Jahari, A. B. (2002). Penilaian Status Gizi Dengan Antropometri (Berat Badan

dan Tinggi Badan). Prosiding Konggres Nasional Persagi dan Temu

Ilmiah XII. Jakarta.

______. (2012). Median Berat Badan dan Tinggi Badan Normal Orang Indonesia

Berdasarkan data Riskesdas 2007 dan 2010. Widya Karya Nasional

Pangan dan Gizi X-LIPI. Jakarta.

Page 37: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

58

Kementrian Kesehatan RI Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

Direktorat Bina Gizi. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :

1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status

Gizi Anak. Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013.

Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Kusharisupeni. (2002). Growth Faltering Pada Bayi di Kabupaten Indramayu

Jawa Barat. Makara Kesehatan. 6:1-5.

Marmi. (2012). Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Neonatus Anak Prasekolah.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maryunani A. (2013). Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Jakarta:

CV: Trans Info Media

Milman, A., Fronggilo, E.A., Onis, M.d., & Hwang, J. (2005). Differential

Impovement among countries in child stunting is associated with longterm

development and specific interventions. J. Nutr, 135: 1415-1422.

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

______. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pongou, R., Ezzati, M., Salomon, J. (2006). Household and Community

Socioeconomic and Environmental Determinants of Child Nutritional

Status in Cameroon. BMC Public health, 6:98.

Proverawati, A. dan Asfuah, S. (2009). Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Rahayu, L. S. (2011). Hubungan Pendidikan Orangtua dengan Perubahan Status

Stunting dari Usia 6-12 Bulan ke Usia 3-4 Tahun. Tesis: Universitas

Gadjah Mada Yogyakarta.

Ramli, A. K. E., Inder, K. J., Bowe, S. J., Jacobs, J., Dibley, M. (2009).

Prevalance and Risk Factors For Stunting and Severe Stunting Among

Underfives in North Maluku Province of Indonesia. BMC Pediatrics, 9:64.

Riskesdas. (2013). Riskesdas Dalam Angka Provinsi DIY. Kementerian Kesehatan

RI.

Roesli U. (2009). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya.

Sabuna, R. dan Hokon, A. (2015). Stunting : Tantangan Yang Harus Segera

Diatasi. Harian Pagi Timor Express Kupang. 11 Jnauari 2015. Kupang.

Page 38: GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA STUNTING DI DESA …repository.unjaya.ac.id/240/1/Vani Puspita Maharani... · “Gambaran Karakteristik Balita Stunting Di Desa Pleret Bantul Yogyakarta

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

59

Samsudin. (2004). Gizi Lebih Pada Anak dan Masalahnya. Risalah Widyakarya

Pangan dan Gizi V. Jakarta:LIPI.

Simanjuntak. (2011). Hubungan Antara Berat Badan Lahir Dan Faktor-Faktor

Lainnya Dengan Stunting (Pendek) Pada Anak Usia 12-59 Bulan Di

Sulawesi Tahun 2010 (Analisis Data Riskesdas 2010). Tesis Pasca Sarjana

Fakultas Kesehatan Masyarakat. UI Depok.

Soetjiningsih. (2013). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Supariasa. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

Teshome. (2009). Magnitude And Determinants Of Stunting In Children Uder

Five Years Of Age In Food Surplus Region Of Ethiopia : The Case Of

West Gojam Zone. Ethiopia Health and Nutrition Research Institute. 23 (2)

: 98-106.

Umeta, M., West, C. E., Verhoef, H., Haidar, J., and Hautvast, G. A. J. (2003).

Factors Associated With Stunting in Infants Aged 5-11 months in the

Dodota-Sire District, Rural Ethiopia. J. Nutr, 133: 1064-1069.

Ulfani, DH., Martianto, D., Baliwati, YF. (2011). Faktor-Faktor Sosial Ekonomi

dan Kesehatan Masyarakat Kaitannya Dengan Masalah Gizi

Underweight, Stunting dan Wasted di Indonesia. Jurnal gizi dan pangan.

6:59-65.

Wachs, T. D. (2008). Mechanism Linking Parental Education and Stunting. The

Lancet 371 : 280, ProQuest.

World Health Organization. (2005). Global Database on Child Growth and

Malnutrition.

______. (2006). Child Growth Standards : length/height-for-age, weight-for-age,

weight for height and body mass index-for-age : methods and

development. Geneva. Departement of Nutrition for Health and

Development

______. (2010). Nutrition landscape information system (NLIS) country profile

indicators: interpretation guide. Geneva