gambaran histopatologi organ otak monyet ekor … · 4. ibu drh. silvia a. prabandari, apvet dan...

24
GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DENGAN GANGGUAN MEMORI TERINDIKASI PENYAKIT NEURODEGENERATIF TIPE ALZHEIMER VINKA AFTINATA KUSUMAPUTRI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2018

Upload: phamkhue

Post on 06-Mar-2019

263 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR … · 4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang ... seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala

GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET

EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DENGAN GANGGUAN

MEMORI TERINDIKASI PENYAKIT NEURODEGENERATIF

TIPE ALZHEIMER

VINKA AFTINATA KUSUMAPUTRI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2018

Page 2: GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR … · 4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang ... seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Gambaran

Histopatologi Organ Otak Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dengan

Gangguan Memori Terindikasi Penyakit Neurodegeneratif Tipe Alzheimer adalah

benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam

bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2018

Vinka Aftinata Kusumaputri

NIM B04140180

Page 3: GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR … · 4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang ... seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala

ABSTRAK

VINKA AFTINATA KUSUMAPUTRI. Gambaran Histopatologi Organ Otak

Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dengan Gangguan Memori

Terindikasi Penyakit Neurodegeneratif Tipe Alzheimer. Dibimbing oleh HUDA

SHALAHUDIN DARUSMAN dan DEWI RATIH AGUNGPRIYONO.

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) adalah hewan yang dapat mengalami

penimbunan amiloid beta secara alamiah, seperti kondisi penyakit neurodegeneratif

pada manusia. Studi ini dilakukan untuk mempelajari aspek histopatologi pada

jaringan otak 9 monyet ekor panjang dengan latar belakang penurunan kognitif dan

positif uji ELISA terhadap amiloid beta 42. Pengamatan histopatologis jaringan

otak dilakukan pada preparat dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin. Temuan lesio

kemudian dianalisa secara kualitatif dan semikuantitatif. Berdasarkan pengamatan

yang dilakukan, ditemukan lesio patologis yang menyerupai biomarker penyakit

Alzheimer, yaitu neurofibrillary tangle (NFT), granulovacuolar disease (GVD),

senile plaque (SP) dan apoptosis pada organ otak monyet ekor panjang tersebut.

Lesio NFT dan GVD ditemukan pada tujuh dari sembilan individu, sedangkan lesio

SP dan apoptosis masing-masing ditemukan pada satu individu dari sembilan

individu yang diamati. Seluruh temuan histopatologi didapatkan dari lobus otak

yang sama. Temuan ini diharapkan dapat melengkapi informasi mengenai

penggunaan monyet ekor panjang sebagai hewan model penyakit Alzheimer.

Kata kunci : hewan model, histologi, monyet ekor panjang, otak, penyakit

Alzheimer.

ABSTRACT

VINKA AFTINATA KUSUMAPUTRI. Brain Histopathology of Macaque

(Macaca fascicularis) with Memory Impairment Indicated by Alzheimer Type

Neurodegenerative Disease. Supervised by HUDA SHALAHUDIN DARUSMAN

and DEWI RATIH AGUNGPRIYONO.

Cynomolgus monkey (Macaca fascicularis) is one of animal which may

experienced amyloid beta 42 accumulation spontaneously, similar with Alzheimer

disease in human. The aim of this study was to investigate the histopathology

aspects of brain tissue from cynomolgus monkey with cognitive decline and ELISA

positive to amyloid beta 42 as the backgrounds. Brain histopatothology observation

were done with Haematoxylin Eosin staining and the lesion were then analyzed by

qualitative and semiquantitative methods. Based on the qualitative observation, this

study found neurofibrillary tangle (NFT), granulovacuolar disease (GVD), senile

plaque (SP), and apoptopic neuron in the cynomolgus monkey’s brain. NFT and

GVD lesion were found in seven from nine individuals, SP and apoptopic neurons

was found in one from nine individuals observed in this study. All of the

histopathological findings was found in the same corresponding lobulus of brain.

This findings expected to give more information about cynomolgus monkey use as

an animal models for Alzheimer type neurodegenerative disease.

Key words : Alzheimer disease, animal model, brain, cynomolgus monkey,

histology.

Page 4: GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR … · 4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang ... seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala

GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET

EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DENGAN GANGGUAN

MEMORI TERINDIKASI PENYAKIT NEURODEGENERATIF

TIPE ALZHEIMER

VINKA AFTINATA KUSUMAPUTRI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2018

Page 5: GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR … · 4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang ... seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala
Page 6: GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR … · 4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang ... seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

penelitian ini adalah penyakit Alzheimer dengan judul Gambaran Histopatologi

Organ Otak Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dengan Gangguan

Memori Terindikasi Penyakit Neurodegeneratif Tipe Alzheimer.

Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Drh. Huda Shalahudin Darusman, Msi, PhD yang telah menjadi

pembimbing, dosen, keluarga dan sahabat di saat yang bersamaan. Terima

kasih atas seluruh ilmu, pengalaman, kesempatan, petualangan dan

keceriaan yang telah dibagi pada penulis hingga penulis bisa melewati

penelitian yang terasa menyenangkan.

2. Ibu Drh. Dewi Ratih Agungpriyono, PhD APVet yang telah memberikan

banyak saran dan masukan serta membimbing penulis dengan penuh

kesabaran dan ketulusan hati selama penulisan karya ilmiah ini.

3. Staf Laboratorium Patologi FKH IPB, Pak Sholeh dan Pak Kasnadi serta

Mbak Kiki yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini,

4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang

telah memberikan banyak ilmu baru, dukungan, dan doronganq, hingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan penuh semangat.

5. Keluarga besar PSSP terutama Ibu Isti Kartika Sari, Msi dan Mbak Tita

Ratnasari yang telah memberikan dorongan, semangat, dan doa hingga

penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

6. Keluarga tercinta, Bunda Rabiah Penniati Triputra Rasahan, Bapak

Almarhum R. Achmad Kosasih Kusumaputra Natakusumah, dan Kak

Anneis Nutfatillah Kusumaputri, serta keluarga besar Ali Rasahan atas

dukungan tiada henti, doa yang tulus dan kasih sayang yang berlimpah sejak

penulis lahir ke dunia hingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

7. Para sahabat, Ramadhani Sari, Bitara Ugi, Ghifani Azhar, Hanifah Lestari

Nurfitri, serta keluarga WW yang telah selalu menghibur, menyemangati

dalam suka dan duka, serta menjaga kewarasan penulis pada setiap gejolak

yang menghampiri.

8. Kawan satu-satunya, Kang Ismail Agung Rusmadipraja, terima kasih

banyak atas pendampingan tak bersyarat yang selama ini telah diberikan

kepada penulis selama ini.

Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, Agustus 2018

Vinka Aftinata Kusumaputri

Page 7: GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR … · 4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang ... seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Penyakit Alzheimer 2

Diagnosa Penyakit Alzheimer 3

Diagnosa Banding Penyakit Alzheimer 3

Hewan Model Penyakit Alzheimer 3

Sistem Saraf Pusat 4

Perubahan Histopatologi Sistem Saraf Pusat 5

Neurofibrillary Tangles (NFT) 5

Granulovacuolar Disease (GVD) 5

Senile Plaque (SP) 5

Apoptosis 6

Hirano bodies 6

Cerebral amyloid angiopathy (CAA) 6

METODE PENELITIAN 7

Waktu dan Tempat Penelitian 7

Bahan dan Alat 7

Prosedur Penelitian 7

Pembuatan Preparat Histopatologi 8

Pewarnaan Preparat 8

Pengamatan Preparat 8

Pengolahan Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Neurofibrillary Tangles (NFT) 9

Granulovacuolar Disease (GVD) 11

Senile Plaque (SP) 12

Apoptosis 13

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

RIWAYAT HIDUP 17

Page 8: GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR … · 4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang ... seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyakit Alzheimer adalah penurunan kondisi fisik susunan saraf pusat

dengan tanda-tanda gangguan pada penyimpanan memori, kemampuan kognitif,

emosional dan disorientasi yang fatal. Data statistik Kemenkes RI (2016)

menunjukkan Alzheimer merupakan penyakit yang diderita oleh 46 juta jiwa di

seluruh dunia, dengan 22 juta jiwa di antaranya berasal dari Asia. Estimasi

penderita penyakit Alzheimer di Indonesia pada tahun 2013 mencapai satu juta

jiwa, serta diperkirakan akan meningkat menjadi dua kali lipat lebih banyak pada

tahun 2030.

Penyakit Alzheimer paling banyak ditemukan pada manusia berusia lebih

dari 65 tahun, namun beberapa kasus juga menunjukkan bahwa penyakit ini dapat

ditemukan pada manusia usia 40 tahun. Diagnosa penyakit Alzheimer dapat

dilakukan dengan pemeriksaan Computed Tomography Scan atau Magnitude

Resonance Imaging (MRI) setelah pasien mengalami serangkaian gejala, yaitu

demensia atau kepikunan. Kepikunan dianggap wajar terjadi pada kelompok usia

lanjut (>65 tahun), maka seringkali kerusakan saraf pusat ini tidak segera

terdiagnosa pada tubuh pasien. Kesulitan diagnosa penyakit Alzheimer ditunjukkan

dengan terdiagnosanya secara tepat 1 dari 4 pasien penderitanya (Prince et al.

2016). Gejala demensia pun terjadi bertahun-tahun sejak saraf pusat pertama kali

mengalami kerusakan yang bersifat irreversible. Mengingat sifat kerusakan yang

irreversible tersebut, maka kini terapi Alzheimer hanya berfungsi untuk menjaga

status vital penderita, tidak bersifat kuratif.

Penggunaan hewan model yang sesuai dengan proses perjalanan penyakit

(patogenesis) Alzheimer menjadi tahapan yang penting dalam proses

pengembangan metode diagnosa serta pengobatan penyakit Alzheimer. Tikus atau

mencit transgenik telah dijadikan hewan model untuk mempelajari mekanisme

dasar penyakit Alzheimer. Hewan ini dinilai memiliki kelemahan karena perbedaan

struktur anatomi saraf pusat dengan manusia, serta induksi transgenik yang

dilakukan pada hewan ini tidak dapat menjelaskan kealamiahan asal-usul penyakit,

seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala klinis progresif yang ditimbulkan.

Penggunaan hewan model lainnya untuk penyakit Alzheimer tersebut perlu

dipelajari.

Menurut penelitian Darusman et al. (2013a; 2014b), salah satu primata

Indonesia monyet ekor panjang atau Macaca fascicularis merupakan hewan yang

ideal untuk dijadikan model penyakit neurodegeneratif tipe Alzheimer. Hal ini

dinilai karena penelitian Darusman et al. (2013b) mengemukakan tipe penurunan

kapasitas kognitif serta keberadaan biomarker utama penyakit Alzheimer yaitu

amiloid beta 1-42 yang serupa di antara manusia dan monyet ekor panjang

(Darusman et al. 2013b). Penelitian selanjutnya yang dilakukan Darusman et al.

(2014a) menguatkan validitas penggunaan monyet ekor panjang sebagai hewan

model penyakit neurodegeneratif tipe Alzheimer karena adanya perubahan

Page 9: GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR … · 4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang ... seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala

2

morfologi otak berupa atrofi korteks serebral dan hipokampus otak serta temuan

plak amiloid serta protein Tau sebagai tanda definitif penyakit Alzheimer.

Penelitian mengenai kerusakan saraf pusat secara mikroskopik pada

penyakit neurodegeneratif yang diderita monyet ekor panjang belum banyak

dilakukan, khususnya yang berkaitan dengan patologi neurodegnratif tipe

Alzheimer tersebut. Hal ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

perjalanan penyakit dan memperkuat validasi penggunaan monyet ekor panjang

sebagai hewan model pada penyakit neurodegeneratif.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

patogenesa serta gambaran histopatologi penyakit neurodegeneratif tipe Alzheimer

yang terjadi pada monyet ekor panjang dengan gangguan memori terindikasi

penyakit neurodegeneratif tipe Alzheimer.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi

mengenai gambaran histopatologi pada monyet ekor panjang dengan gangguan

memori yang terindikasi penyakit neurodegenratif tipe Alzheimer. Selain itu,

diharapkan penelitian ini dapat memperkuat hipotesa penggunaan monyet ekor

panjang sebagai hewan model penyakit neurodegeneratif tipe Alzheimer.

TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Alzheimer

Menurut Kelly (2008), penyakit Alzheimer adalah kondisi di mana otak

mengalami penyusutan dan kematian secara perlahan. Penyakit ini memengaruhi

penghantaran impuls saraf serta aktivitas neurotransmitter. Seiring berjalannya

waktu, penyakit Alzheimer akan meyebabkan kematian sel saraf serta jaringan di

seluruh bagian otak. Pada penderita Alzheimer, penyakit ini berawal dengan

hilangnya memori secara ringan serta secara bertahap penderita akan kehilangan

kemampuan untuk mengambil keputusan, berpikir, nalar, dan kehilangan

kesadaran. Selain itu penderita akan mengalami pergantian personaliti dan perilaku.

Kehilangan kemampuan intelektual secara progresif ini disebut demensia.

Page 10: GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR … · 4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang ... seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala

3

Tiga area otak yang paling banyak dipengaruhi oleh penyakit Alzheimer

adalah korteks serebri, hipokampus, serta ventrikel. Ditemukan pembentukan

gumpalan serta sel saraf yang kusut pada bagian korteks serebri, hipokampus yang

mengalami penyusutan, serta ventrikel atau ruang berisi cairan otak yang

mengalami pembesaran.

A. Diagnosa Penyakit Alzheimer

Menurut Gauthier (2007), selain kasus mutasi gen yang ditemukan pada

individu presymptomatic, tidak ada marker biologi yang teridentifikasi untuk

penderita penyakit Alzheimer yang memungkinkan deteksi praklinik atau diagnosa

definitif pramorbid. Temuan perubahan susunan saraf pusat yang berbeda-beda

pada setiap individu penderita membuat penyakit Alzheimer semakin sulit untuk

didiagnosa secara akurat. Diagnosa terhadap Alzheimer telah ditetapkan oleh

institusi gangguan saraf dan penyakit komunikatif Amerika Serikat (National

Institute of Neurological and Communicative Disorder) yang meliputi tahap

pemeriksaan klinis dan kognitif terhadap demensia tipe Alzheimer, pengukuran

kadar biomarker amiloid dan protein Tau, dan pemeriksaan patologi dan morfologi

otak dengan teknik MRI struktural (Dubois et al. 2010).

B. Diagnosa Banding Penyakit Alzheimer

Menurut Lewis dan Trempe (2017), vascular dementia merupakan

penyebab demensia yang paling sering ditemukan kedua setelah Alzheimer.

Demensia ini disebabkan oleh artherosklerosis, atau “pengerasan arteri”, di otak.

Menurut Pozo et al. (2011), terdapat akumulasi intrasel dari α-synuclein – limpahan

protein terminal sinaptik yang juga menjadi diagnosa banding penyakit Alzheimer,

yaitu penyakit Parkinson. Selain itu, lewy body dementia pun menjadi diagnosa

banding penyakit Alzheimer yang memiliki kemiripan berdasarkan kematian

neuron yang dialami (Lewis dan Trempe 2017). Penyakit lainnya yang menjadi

diagnosa penyakit Alzheimer adalah penyakit Pick. Penyakit ini menyebabkan

penderitanya mengalami perubahan personaliti biasanya mendahului hilangnya

memori dan gangguan kemampuan berbahasa, seperti gejala penderita penyakit

Alzheimer.

Hewan Model Penyakit Alzheimer

Studi yang dilakukan Duyckaerts et al. (2008), menggunakan mencit dan

tikus transgenik sebagai hewan model penyakit Alzheimer dapat menunjukkan

informasi tentang penyakit Alzheimer secara selular, jaringan dan organ. Namun,

hewan ini tidak dapat memberikan informasi patogenitas penyakit Alzheimer

karena hewan tersebut mendapatkan induksi. Hal ini melatarbelakangi penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Darusman et al. (2014b) untuk menggunakan hewan

Page 11: GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR … · 4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang ... seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala

4

primata sebagai hewan model penyakit Alzheimer karena hewan tersebut secara

alamiah akan mengalami kerusakan otak degeneratif sesuai dengan penderita

penyakit Alzheimer. Kedekatan filogeni dan kesamaan struktur anatomi otak

dengan manusia pun menjadi pertimbangan yang rasional untuk memilih hewan

primata sebagai hewan model penyakit Alzheimer. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan hewan primata memiliki tanda yang sesuai seperti manusia penderita

Alzheimer terutama pada aspek kemunduran kognitif. Hal ini memperkuat

pertimbangan penggunaan hewan primata sebagai model penyakit Alzheimer.

Hewan primata yang lazim digunakan pada penelitian neurodegenratif adalah

monyet ekor panjang atau Macaca fascicularis. Namun, penelitian serupa juga

pernah dilakukan pada primata lainnya, yaitu simpanze (Pan troglodytes), gorila

(Gorilla gorilla gorilla), orangutan (Pongo pygmaeus), monyet resus (Macaca

mulatta), dan monyet ekor singa (Macaca silenus).

Sistem Saraf Pusat

Menurut Boolootian (1976), serebrum adalah bagian paling kompleks dari

sistem saraf pusat. Bagian kelabu atau substansia grissea dari otak besar yang

berada di superficial otak disebut korteks serebral. Korteks membagi organ otak

menjadi lobus frontal, temporal, parietal, oksipital dan limbikus. Bagian yang

berbeda dari korteks mengontrol bagian tubuh berbeda. Lobus frontalis, memiliki

fungsi mengontrol gerakan sadar yang bersifat motoris dan mengontrol emosi.

Lobus parietalis, berfungsi menerima rangsangan dari organ indra. Lobus

temporalis, berfungsi dalam pendengaran dan keseimbangan serta emosi dan

memori. Lobus oksipitalis, memberikan gambaran visual dari retina dan

mengartikan penglihatan. Lobus limbikus, aktif dalam memori dan emosi serta

respon perilaku (Nowinski 2011).

Menurut Garman (2011), sebagian besar neuron memiliki multiple dendrit

yang muncul dari badan sel. Namun, terdapat pula beberapa sel yang hanya

memiliki akson tunggal. Akson adalah bagian yang secara khusus melakukan

transport, konduksi antar gelombang depolarisasi dan transmisi sinaps. Substansi

Nissl yang muncul pada neuron ukuran besar, menggambarkan rough reticulum

endoplasmic (RER). Neuron besar dikarakterisasi dengan badan sel yang relatif

besar, nuklei dengan nukleoli tunggal dan keberadaan substansi Nissl. Hal ini tidak

dapat ditemukan pada neuron berukuran kecil. Hematoksilin Eosin dapat

menggambarkan sitoplasma yang bersifat eosinofilik dan dapat pula berguna untuk

melakukan pengamatan pada neuron degenerasi.

Page 12: GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR … · 4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang ... seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala

5

Perubahan Histopatologi Sistem Saraf Pusat

Lesio yang dapat ditemukan pada monyet ekor panjang terindikasi penyakit

Alzheimer adalah neurofibrillary tangles, granulovacuolar disease, senile plaque,

apoptosis, hirano bodies, dan cerebral amyloid angiopathy.

Neurofibrillary Tangles (NFT)

NFT merupakan protein tau terpilin berbentuk mikrotubuli yang mengalami

proses misfolded dan secara tidak normal mengalami hiperfosforilasi. Menurut

Pozo et al. (2011) tau adalah protein mikrotubuli yang terasosiasi secara normal

pada axon, yang secara fisiologi memfasilitasi transport axonal dengan mengikat

dan menstabilkan mikrotubuli. Pozo et al. (2011) menggambarkan lesio NFT

sebagai inklusi filamen intraneuronal di dalam regio perikaryal pada neuron

piramidal. Menurut Perl et al. (2010), NFT muncul sebagai fibril yang menebal

mengelilingi nukleus dan memanjang hingga bagian apikal dendrit di dalam neuron

piramid. Jika NFT muncul di dalam neuron dengan konfigurasi yang lebih bundar,

inklusi muncul sebagai pilinan serat melingkar, yang disebut globoid NFT. NFT

dapat diamati dengan pewarnaan Silver nitrat, Thioflavin-S, Merah Kongo, dan

Hematoksilin Eosin (Pozo et al. 2011; Elder et al. 2010; Uchihara et al. 2016;

Hyman et al. 2011).

Granulovacuolar Disease (GVD)

Menurut Reisberg (1983), GVD sangat deskriptif untuk beberapa perubahan

yang muncul di dalam sel. Secara spesifik, interior sel yang mengalami degenerasi

ini dipenuhi dengan vakuola dan material granula. Menurut Pozo et al. (2011),

GVD adalah lesio yang muncul pada sitoplasma neuron piramida hipokampus dari

pasien penyakit Alzheimer. GVD mengandung akumulasi double-membrane

bodies dalam jumlah yang banyak.

Menurut Pozo et al. (2011) GVD diperkirakan berasal dari retikulum

endoplasmik yang menggambarkan stress granules, karena GVD positif untuk

beberapa stress kinases. Berdasarkan marker autophagic yang positif, dapat diduga

bahwa GVD adalah tahap akhir dari vakuola autophagi. GVD dapat diamati di

bawah mikroskop dengan Silver nitrate, Immunohistokimia, dan Hematoksilin

Eosin (Pozo et al. 2011; Perl et al. 2010).

Senile Plaque (SP)

Menurut Cvetkovic-Dozic et al. (2001), SP adalah fokus dengan perbesaran

axon, terminal sinaptik dan dendrit, terkait dengan amiloid ekstraselular. SP muncul

sebagai area spherical dengan inti positif amiloid yang dikelilingi dengan material

argentophilic. Menurut Pozo et al. (2011) SP adalah akumulasi ekstraselular dan

deposisi peptida amiloid beta dengan asam amino 40 atau 42, dua produk

Page 13: GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR … · 4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang ... seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala

6

metabolisme amyloid precursor protein (APP) setelah pembelahan berurutan

dengan enzim beta dan gama sekretase di neuron.

Menurut Cvetkovic-Dozic et al. (2001), terdapat beberapa subtipe plak, dua

yang paling menonjol adalah plak diffuse dan klasik. Diffuse atau plak immature

mengandung amiloid beta dalam bentuk tak teragregasi, bebas dari keterkaitan

neuritik. Bentuk ini dapat melakukan agregasi pada beberapa tahap penyakit. Plak

klasik mengandung fibril dengan agregasi inti amiloid beta yang dikelilingi oleh

lingkaran dengan dystrophic neurites, mikroglia aktif dan astrosit reaktif pada tepi.

Dystrophic neurites di dalam plak mengandung axon, dendrit dan terminal sinaptik

yang memanjang. SP dapat diamati di bawah mikroskop dengan pewarnaan

Thioflavin-S, Merah Kongo, dan Hematoksilin eosin (Pozo et al. 2011; Nogueira

et al. 2016; Uchihara et al. 2016; Hyman et al. 2011; Heuer et al. 2012; Perl 2010;

Kristianingrum 2014).

Apoptosis

Menurut Gorman (2008), apoptosis didefinisikan sebagai ‘nekrosa

penyusutan’, karena menggambarkan kondensasi dan fragmentasi pada nuklei yang

menyusut. Apoptosis muncul pada diagnosa postmortem jaringan otak penderita

penyakit Alzheimer, menunjukkan adanya caspases aktif yaitu enzim yang

berperan pada program kematian sel. Model in vitro menunjukkan bahwa beta

amiloid dapat menginduksi apoptosis, hal ini diperkuat Overmyer (2002), sel

apoptosis dapat dipicu oleh keberadaan sinyal eksternal seperti amiloid beta.

Menurut Garman (2011), apoptosis dapat diamati di bawah mikroskop dengan

pewarnaan Hematoksilin Eosin.

Hirano bodies

Degenerasi hirano bodies adalah lesio yang dapat ditemukan pada

sitoplasma neuron piramidal pada hipokampus. Hirano bodies menyerupai badan

inklusi intrasitoplasmik yang bersifat eosinofilik yang mengandung filamen

berukuran 6-10 nm (Remedios dan Chhabra, 2008). Pada penderita penyakit

Alzheimer, jumlah hirano bodies secara abnormal mengalami peningkatan dan

tersebar di neuron pada stratum piramidal. Hirano bodies ini dapat dideteksi dengan

pewarnaan immunohistokimia (Pozo et al. 2011). Menurut Remedios dan Chhabra

(2008), hirano bodies dapat memengaruhi bagian otak yang memiliki fungsi

pembentukan memori baru, sehingga keberadaan lesio ini dapat mengakibatkan

penurunan kemampuan kognitif.

Cerebral Amyloid Angiopathy (CAA)

Menurut Heuer et al. (2012), cerebral amyloid angiopathy (CAA) adalah

akumulasi amiloid beta pada dinding atau tunika media pembuluh darah cerebral.

Pada manusia, CAA memengaruhi arteri dan arteriol leptomeningeal, dan muncul

Page 14: GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR … · 4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang ... seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala

7

lebih sedikit pada vena dan kapiler. CAA kapiler memiliki korelasi yang kuat

dengan petologi penyakit Alzheimer serta penurunan kognitif. CAA dapat dideteksi

menggunakan pewarnaan imunohistokimia dengan antibodi terhadap amiloid beta.

CAA yang terjadi pada tingkat yang parah mengakibatkan dinding pembuluh darah

yang melemah, sehingga dapat mengakibatkan hemoragi lobar (Pozo et al. 2011).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Pembuatan preparat histopatologi dan pengamatan preparat dilakukan pada

laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

Dramaga. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2017 hingga bulan Mei

2018.

Bahan dan Alat

Bahan yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah blok parafin jaringan otak

sembilan individu monyet ekor panjang berusia di atas 20 tahun terindikasi penyakit

Alzheimer yang sudah pernah digunakan pada penelitian Darusman et al. (2013a,

2013b). Hewan yang digunakan pada penelitian tersebut telah mendapatkan

persetujuan dari Instutional Animal Care and Use Committee (IACUC) Pusat Studi

Satwa Primata dengan lisensi PRC IPB 13-11-IR. Alkohol dengan konsentrasi

bertingkat (70%, 80%, 90%, 95%), alkohol absolut, silol, parafin, larutan Mayer’s

haematoxylin, larutan Eosin, air, bersih, serta perekat Permount. Alat yang

dibutuhkan adalah mikrotom, kaca obyek, staining jar, rak untuk pewarnaan kaca

penutup, dan mikroskop cahaya.

Prosedur Penelitian

Dilakukan prosedur pembuatan preparat histopatologi hingga pewarnaan

menggunakan pewarnaan Hematoksilin Eosin pada studi ini. Pengamatan

kemudian dilakukan pada 100 neuron dari setiap individu, lalu data dianalisa secara

kualitatif dan semikuantitatif tipe ordinal. Konfirmasi terhadap hasil pengamatan

scara kualitatif dilaksanakan oleh peneliti patologi yang tersertifikas di

Departermen Klinik, Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB

agar hasil yang ditemukan sesuai dengan gambar histopatologi pada rujukan.

Page 15: GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR … · 4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang ... seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala

8

Pembuatan Preparat Histopatologi

Pada proses pembuatan preparat histopatologi jaringan otak dibutuhkan

bahan utama berupa blok parafin jaringan otak monyet ekor panjang dari lobus

temporal yang telah digunakan oleh penelitian sebelumnya (Darusman et al 2014a,

2014b). Selanjutnya blok tersebut diiris dengan ketebalan 3 – 5 µm menggunakan

alat mikrotom dan potongan tersebut dilekatkan pada kaca obyek.

Pewarnaan Preparat

Preparat jaringan otak yang telah dilekatkan pada kaca objek kemudian

melalui proses deparafinisasi dengan dilakukan pencelupan ke dalam larutan silol

sebanyak 2 kali ulangan selama 30 menit pada setiap larutan. Proses rehidrasi

kemudian dilakukan secara bertahap pada jaringan tersebut dalam larutan alkohol

absolut selama 2 menit kemudian dipindahkan dalam larutan alkohol bertingkat

mulai dari 95% hingga 70% masing-masing selama 1 menit, lalu dicuci dengan air

mengalir. Perendaman jaringan otak kemudian dilakukan di dalam pewarnaan

Mayer’s haematoxylin selama 8 menit kemudian jaringan dicuci dengan air

mengalir selama 2 menit.

Proses pewarnaan Eosin selanjutnya dilakukan selama 2-3 menit, kemudian

jaringan dicuci dengan air mengalir. Tahapan selanjutnya adalah proses dehidrasi

dengan menggunakan larutan alkohol 95% dan alkohol absolut sebanyak 2 kali

pengulangan, masing-masing selama 2 menit. Lalu dilakukan perendaman preparat

dengan silol sebanyak 2 kali pengulangan masing-masing selama 2 menit. Tahapan

terakhir jaringan ditutup dengan kaca penutup menggunakan bahan perekat

Permount.

Pengamatan Preparat

Setiap preparat jaringan otak Macaca fascicularis yang telah diwarnai

dengan Hematoksilin Eosin diamati dibawah mikroskop cahaya. Pengamatan

dilakukan dengan perbesaran 40x untuk mengamati 100 neuron pada setiap organ

otak beserta pembuluh darah dan jaringan di sekelilingnya.

Pengolahan Data

Hasil yang diperoleh berdasarkan pengamatan lesio yang terdapat pada 100

neuron, serta keseluruhan jaringan yang terdapat pada preparat histopatologi.

Analisa lesio secara semikuantitatif tipe ordinal dan deskriptif dilakukan pada

penelitian ini. Gibson-Corley et al. (2013) analisa secara semikuantitatif tipe

ordinal membagi suatu temuan lesio dalam beberapa tingkat, yaitu tingkat 0 jika

Page 16: GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR … · 4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang ... seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala

9

tidak ditemukan lesio, I jika terdapat <25% lesio, II jika terdapat 26-50% lesio, III

jika terdapat 51-75% lesio, dan IV jika terdapat 76-100% lesio.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pengamatan histopatologi dari sembilan organ otak monyet

ekor panjang terindikasi penyakit neurodegeneratif tipe Alzheimer, ditemukan

empat jenis lesio yang diperkirakan sebagai biomarka penyakit Alzheimer. Lesio

yang ditemukan berupa neurofibrillary tangle (NFT), granulovacuolar disease

(GVD), senile plaque (SP), dan apoptosis.

Neurofibrillary tangle (NFT)

Ditemukan lesio yang menyerupai NFT pada manusia pada pengamatan

regio mediotemporal dan hipokampus. Hasil pengamatan morfologi lesio tersebut

ditunjukkan pada Gambar 1.

A B C Gambar 1 Perbandingan morfologi literatur NFT dengan hasil pengamatan. (A) NFT dengan

perbesaran 400x. Gambar direproduksi dari Frontal Cortex (2013); (B dan C) dan hasil

pengamatan NFT.

Hasil pengamatan menunjukkan terdapatnya neuron yang memiliki

gumpalan berwarna gelap pada bagian serabut. Hal ini serupa dengan NFT yang

ditemukan pada penyakit Alzheimer yang dialami manusia. Berdasarkan literatur,

NFT adalah sebuah lesio yang ditandai dengan penebalan serabut neuron (Pozo et

al. 2011). Pada pengamatan regio mediotemporal dan hipokampus ditemukan lesio

menyerupai NFT yang berbentuk memanjang pada serabut neuron serta NFT

berbentuk globoid, yaitu NFT yang muncul dalam neuron yang berbentuk lebih

bulat. Hasil perhitungan NFT selengkapnya disajikan pada Tabel 1.

Page 17: GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR … · 4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang ... seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala

10

Tabel 1 Hasil pengamatan histopatologi lesio NFT

Tatto Regio Temuan lesio

NFT (%)

MF 9661 4 Mediotemporal 10

Hipokampus 34

MF 9661 3 Mediotemporal -

MF 9661 2 Mediotemporal 7

312.3 Mediotemporal -

112.3 Mediotemporal 4

112.2 Mediotemporal 2

68.3 Mediotemporal 41

Hipokampus 40

85.3 Mediotemporal 16

11P Mediotemporal 30

Pengamatan lesio NFT dengan metode semikuantitatif tipe ordinal pada

regio mediotemporal dari sembilan individu yang diamati menunjukkan bahwa

terdapat dua individu pada tingkat 0, lima individu pada tingkat I dan dua individu

pada tingkat II. Sedangkan, pada pengamatan regio hipokampus dari dua individu,

keduanya menunjukkan keparahan pada tingkat II. Hasil pengamatan menunjukkan

bahwa terdapatnya perbedaan jumlah NFT pada setiap regio serebrum yang

berbeda. Keberadaan NFT lebih tinggi pada daerah hipokampus dibandingkan

dengan mediotemporal. Hal ini mungkin serupa dengan perkembangan penyakit

Alzheimer pada manusia yang terjadi lebih dulu di daerah hipokampus daripada

bagian lainnya. NFT yang terbentuk pada serebrum dapat terjadi karena protein tau

yang mengalamai proses misfolded dan secara tidak normal mengalami

hiperfosforilasi. Hal ini diakibatkan oleh terjadinya penumpukan amiloid yang

menyebabkan terhentinya hubungan antar sinaps sehingga banyak sel neuron

mengalami kematian dan proses metabolisme sel yang abnormal (Pozo et al. 2011).

Keberadaan NFT menjelaskan terjadinya penurunan kognitif pada monyet

ekor panjang terindikasi penyakit Alzheimer yang dikemukakan pada penelitian

Darusman (2014b) sebelumnya. Penurunan awal memori episodik yang menonjol

pada penderita Alzheimer terjadi karena isolasi stuktur medial lobus temporal dari

asosiasi isokorteks dan nuklei subkortikal karena mengalami degenerasi NFT yang

besar. Penurunan domain kognitif tambahan tersebut berupa disfungsi eksekutif

(korteks prefrontal), apraxia (korteks parietal), penurunan navigasi visuospasial

(korteks oksipitoparietal), penurunan persepsi visual (korteks oksipotoparietal), dan

memori semantik (korteks anterior temporal) sehingga menimbulkan sindrom

demensia (Pozo et al. 2011).

Page 18: GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR … · 4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang ... seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala

11

Granulovacuolar Disease (GVD)

Hasil pengamatan menunjukkan beberapa neuron yang memiliki lesio

seperti GVD pada manusia. Lesio tersebut merupakan vakuola bersifat basofilik

pada sitoplasma neuron. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa

GVD merupakan sel yang mengalami degenerasi dengan tanda vakuola dan

material granula (Reisberg 1983).

A B C Gambar 2 Perbandingan morfologi GVD literatur dengan hasil pengamatan. (A) GVD dengan

perbesaran 40x, gambar direproduksi dari University of California San Fransisco (2003);

(B dan C) hasil pengamatan GVD.

Terdapat jumlah temuan GVD yang berbeda pada setiap regio serebrum.

Hasil pengamatan regio hipokampus dan mediotemporal yang dilakukan pada studi

ini disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil pengamatan histopatologi lesio GVD

Tatto Regio

Temuan Lesio

GVD (%)

MF 9661 4 Mediotemporal 3

Hipokampus 14

MF 9661 3 Mediotemporal 5

MF 9661 2 Mediotemporal 2

312.3 Mediotemporal -

112.3 Mediotemporal 1

112.2 Mediotemporal -

68.3 Mediotemporal 5

Hipokampus 7

85.3 Mediotemporal 3

11P Mediotemporal 17

Hasil analisa lesio GVD pada regio mediotemporal dengan metode

semikuantitatif tipe ordinal adalah dua individu pada tingkat 0, dan tujuh individu

pada tingkat I. Hasil pengamatan pada dua individu yang diamati pada regio

hipokampus, yaitu keduanya pada tingkat I. Pengamatan ini menunjukkan jumlah

yang tidak berkorelasi terhadap perbedaan regio. Menurut Funk et al. (2011), GVD

Page 19: GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR … · 4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang ... seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala

12

diobservasi pada penyakit Alzheimer dan dapat dideteksi pada neuron piramidal

hipokampus. GVD juga dapat menyerang bagian otak lainnya dan dapat ditemukan

pada demensia yang terkait dengan penuaan diikuti dengan degenerasi lobus

frontotemporal.

Keparahan GVD pada monyet ekor panjang terindikasi penyakit Alzheimer

berkorelasi dengan keparahan NFT. Hal ini sesuai dengan Funk et al. (2011) yang

meyatakan keparahan GVD meningkat seiring peningkatan densitas lesio NFT dan

berkorelasi tinggi dengan penurunan kinerja memori episodik. Hal ini menunjukkan

bahwa terbentuknya GVD menyerupai pembentukan NFT, yang diakibatkan karena

penumpukan amiloid pada penyakit Alzheimer yang mengakibatkan terputusnya

hubungan antar sinaps. Putusnya hubungan antar sinaps mengakibatkan terjadinya

kerusakan atau kematian sel neuron, dan GVD merupakan salah satu tahapannya

Funk et al. (2011).

Senile Plaque (SP)

Hasil pengamatan sembilan organ otak monyet ekor panjang menunjukkan

hanya satu individu yang terdapat lesio menyerupai SP pada manusia. Pada individu

dengan tattoo MF 9661 2, lesio ini ditemukan pada regio mediotemporal sebagai

gumpalan eosinofilik yang berbetuk lingkaran di luar sel neuron. SP yang

ditemukan pada individu MF 9661 2 merupakan SP yang memiliki subtipe diffuse.

A B C Gambar 3 Perbandingan morfologi SP literatur dengan hasil pengamatan. (A) SP dengan perbesaran

40x, gambar direproduksi dari Anonim (2013); (B dan C) hasil pengamatan SP.

Menurut Pozo et al. (2011), studi patologiklinik menyatakan bahwa amiloid

tidak berkorelasi dengan keparahan atau durasi demensia. Keberadaan amiloid

mungkin mencapai jumlah yang tinggi pada awal gejala kognitif atau bahkan pada

tahap praklinik, namun ukuran plak tidak berkembang secara signifikan dengan

progresi penyakit.

Temuan SP hanya pada satu individu yang megalami tingkat NFT rendah

dari keseluruhan individu, serupa dengan penelitian Darusman (2014b) yang

menyatakan bahwa SP dan NFT tidak ditemukan pada lokasi yang sama. Hal ini

bertolak belakang dengan lesio patologi pada Alzheimer di manusia.

Page 20: GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR … · 4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang ... seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala

13

Apoptosis

Salah satu dari sembilan preparat histopatologi monyet ekor panjang

terindikasi penyakit Alzheimer dengan tattoo 312.3 menunjukkan gambaran neuron

yang menyusut dan bersifat eosinofilik pada regio mediotemporal. Hal ini sesuai

dengan literatur yang menggambarkan bahwa apoptosis merupakan sel yang

mengalami kondensasi dan fragmentasi pada nuklei yang menyusut (Garman

2011).

A B C Gambar 4 Perbandingan morfologi apoptosis literatur dengan hasil pengamatan. (A) Literatur

apoptosis dengan perbesaran 277x. Gambar direproduksi dari Garman (2011); (B dan C)

hasil pengamatan apoptosis.

Lesio apoptosis yang ditemukan mencapai 95%, berdasarkan analisis

semikuantitatif tipe ordinal menyatakan bahwa lesio ini mencapai derajat IV. Sel

yang mengalami apoptosis pada seluruh lapang pandang pada individu 312.3

menyebabkan tidak ditemukannya pengamatan lesio NFT dan GVD. Hal ini

disebabkan bentuk sel neuron yang menyusut.

Menurut Overmyer (2002), sel apoptosis dapat dipicu oleh keberadaan

sinyal eksternal seperti amiloid beta. Hal ini memberikan kemungkinan bahwa

temuan apoptosis yang ditemukan pada individu dengan tattoo 312.3 diakibatkan

oleh keberadaan amiloid beta.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Seluruh individu monyet ekor panjang yang dipelajari memiliki potensi

terindikasi penyakit neurodegeneratif tipe Alzheimer dengan gambaran

histopatologi lesio neurofibrillary tangle (NFT), granulovacuolar disease (GVD),

senile plaque (SP) dan apoptosis. NFT dan GVD memiliki korespondensi dengan

tingkat keparahan penyakit. Temuan histopatologi NFT tidak berkorespondensi

dengan SP yang diamati. Studi ini memperkuat hipotesa penggunaan monyet ekor

panjang sebagai hewan model penyakit Alzheimer dengan fokus patologi amiloid.

Page 21: GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR … · 4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang ... seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala

14

Saran

Perubahan lesio histopatologi yang diamati pada studi ini dapat dijadikan

variabel pengamatan bagi penelitian selanjutnya terkait penyakit neurodegeneratif

pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Pewarnaan khusus seperti

imunohistokimia, kongo merah, dan silver nitrat dapat dilakukan untuk melakukan

validasi lebih lanjut terhadap lesio yang sudah ditemukan pada preparat dengan

pewarnaan Hematoksilin Eosin.

DAFTAR PUSTAKA

[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Lansia yang

sehat, lansia yang jauh dari demensia. Depkes [Internet]. [diunduh 2017 Jul

24]. Tersedia pada:

http://www.depkes.go.id/article/print/16031000003/menkes-lansia-yang-

sehat-lansia-yang-jauh-dari-demensia.html.

Anonim. 2013. Alzheimer’s Update: Researchers Find Link Between Beta-Amyloid

and Plaque Blocking Brain Function. [Internet]. [diakses 2018 Juni 2].

Tersedia pada: https://www.medicaldaily.com/alzheimers-update-

researchers-find-link-between-beta-amyloid-and-plaque-blocking-brain-

function.

Boolootian RA, Stilees KA. 1976. College Zoology. Ninth Edition. New York (US):

Macmillan Publishing Co, Inc.

Cvetkovic-Dozic D, Skender-Gazibara M, Dozic S. 2011. Neuropathological

hallmarks of Alzheimer’s disease. Archive of Oncology. 9(3):195-199.

Darusman HS, Call J, Sajuthi D, Schapiro SJ, Gjedde A, Kalliokoski O, Hau J

(2013a) Delayed response task performance as a function of age in

cynomolgus monkeys (Macaca fascicularis). Primatas. 19: 1-9.

Darusman HS, Sajuthi D, Kalliokoski O, Jacobsen KR, Call J, Schapiro SJ, Gjedde

A, Abelson KSP, Hau J. (2013b) Correlations between serum levels of beta

amyloid, cerebrospinal levels of tau and phospho tau, and delayed response

tasks in young and aged cynomolgus monkeys (Macaca fascicularis).

Medical Primatology. 42: 137-146.

Darusman HS, Pandelaki J, Mulyadi R, Sajuthi D, Putri IA, Kalliokoski OH, Call

J, Abelson KS, Schapiro SJ, Gjedde A, Hau J. (2014a) Poor memory

performance in aged cynomolgus monkeys with hippocampal atrophy,

depletion of amyloid beta 1-42 and accumulation of tau proteins in

cerebrospinal fluid. In Vivo. 28(2):173-84. Darusman HS, Kalliokoski O, Sajuthi D, Schapiro SJ, Gjedde A, Hau J. (2014b)

The success rate in a complicated spatial memory test is determined by age,

sex, life history and search strategies in cynomolgus monkeys. In Vivo.

28(5):741-50.

Page 22: GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR … · 4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang ... seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala

15

Dubois B, Feldman HH, Jacova C, Cummings JL, DeKosky ST, Barberger-Gateau

P, Delacourte A, Fox NC, Galasko D, Gautier S, Hamper L, JIcha GA,

Meguro L, O’Brien J, Paquier F, Robert P, Rossor M, Saloway M, Sarazin M,

de Souza LC, Stern Y, Visser PJ, Seltens P. 2010. Revising the definition of

Alzheimer’s disease: a nex lexicon. Lancet Neurol 9: 1118-1127.

Duyckaerts C, Potier MC and Delatour B. 2008. Alzheimer’s disease model and

human neurophatology: Similarities and differences. Acta Neropatrol 115:5-

38.

Elder GA, Sosa MAG, Gasperi RD. 2010. Transgenic mouse models of

Alzheimer’s Disease. Mt Sinai J Med. 77(1): 69-81.

Frontal Cortex. 2009. Alzheimer Disease. [Internet]. [diakses 2018 Juni 2]. Tersedia

pada: http://frontalcortex.com/?page=oll&topic=24&qid=121.

Funk KE, Mrak RE, Kuret J. 2011. Granulovacuolar degeneration bodies of

Alzheimer disease resemble late-stage autphagic organelles. Neuropathol

Appl Neurobiol. 37(3): 295-396.

Garman RH. 2011. Histology of Central Nervous System. Toxicologic Pathology.

39: 23-25.

Gauthier, S. 2007. Clinical Diagnosis and Management of Alzheimer’s Disease.

London (UK): Informa Health.

Gibson-Corley KN, Olivier AK, Meyerholz DK. 2013. Principles for valid

histopathologic scoring in research. Vet Pathol. 50(6).

Gorman AM. 2008. Neuronal cell death in neurodegenerative diseases: recurring

themes around protein handling. J Cell Mol Med. 12(6a):2263-2280.

Heuer E, Rosen RF, CIntroA, Walker LC. 2012. Nonhuman primate models of

Alzheimer-Like cerebral proteopathy. Curr Pharm Des.18(8): 1159-1169.

Hyman BT, Phelps CH, Beach TG, Bigio EH, Carins NJ, Carrillo MC, Dickson

DW, Duyckaerts C, Frosch MP, Masliah E, Mirra SS, Nelson PT, Schneider

JA, Thal DR, Thies B, Trojanowski JQ, Vinters HV, Montine TJ. 2012.

National Institute on Aging-Alzheimer’s Association guidelines for the

neuropathologic assessment of Alzheimer’s disease. Acta Neuropathol.

123:1-11.

Kelly, EB. 2008. Alzheimer’s Disease. New York [USA]: Chelsea House.

Kristianingrum, YP. 2014. Potensi Terapi Hormon Tetosteron terhadap Ekspresi B

Amyloid pada Marmut sebagai Model Penyakit Alzheimer. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Lekagul B, Mc Neely. 1988. Mammals of Thailand 2nd edition. Bangkok [TH]:

Kurusapha Ladprao Press.

Lewis TJ, Trempe CL. 2017. The End of Alzheimer’s: The Brain and Beyond.

London (UK): Elsevier.

Napier JR, Npier PH. 1985. The Natural History of the Primates. Cambrige (UK):

The MIT Pr.

Nogueira ML, Epelbaum S, Steyaert JM, Dubois B, Schwartz. 2016. Mechanical

stress models of Alzheimer’s disease pathology. Alzheimer’s and Dementia.

Nowinski WL. 2011. Introduction to Brain Anatomy. Berlin (DE): Springer

Science.

Ong P, Richardson M. 2008. Macaca fascicularis. The IUCN Red List of

Threatened Species [Internet]. [diunduh 2017 Aug 19]. Tersedia pada:

http://www.iucnredlist.org/details/12551/0.

Page 23: GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR … · 4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang ... seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala

16

Overmyer M. 2002. Gliosis in relation to Alzheimer’s Hallmark Lesions in Aging

and Alzheimer Disease. Kuopio (FI): University of Kuopio.

Perl DP. 2010. Neuropathology of Alzeheimer’s Disease. Mt Sinai J Med. 77(1):32-

34.

Pozo AS, Frosch MP, Maliah E, Hyman BT. 2011. Neuropathological alterations

in Alzheimer Disease. Cold Spring Harb Perspect Med. 2011;1:a006189.

Reisberg B. 1983. A Guide to Alzheimer’s Disease. New York (US): The Free

Press.

Remedios CG, Chhabra D. 2008. Actin-Binding Proteins and Disease. New York

(US): Springer.

Uchihara T, Endo K, Kondo H, Okabayashi S, Shimozawa N, Yasutomi Y, Adachi

E, Kimura N. 2016. Tau pathology in aged cynomolgus mokeys is

progressive supranuclear palsy/corticobasal degeneration- but not Alzheimer

disease-like –Ultrastuctural mapping of tau by EDX. Acta Neuropathologica

Communications.

University of California San Fransisco. 2003. Neurofibrillary Tangles and

Granulovacuolar Degeneration. [Internet]. [diakses 2018 juni 2]. Tersedia

pada: http://missinglink.ucsf.edu/lm/ids_104_neurodegenerative/case1.

Page 24: GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN OTAK MONYET EKOR … · 4. Ibu Drh. Silvia A. Prabandari, APVet dan Ibu Lis Rosmanah, SSi, MSi yang ... seperti lamanya perjalanan penyakit dan gejala

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada 17 Mei 1996 dari ayah Raden Achmad

Kosasih Kusumaputra Natakusumah (alm) dan Ibu Rabiah Penniati Triputra

Rasahan. Penulis adalah putri kedua dari dua bersaudara. Tahun 2014 penulis lulus

dari SMAN 9 Kota Bogor dan pada tahun yang sama penulis diterima di Fakultas

Kedokteran Hewan lewat jalur Ujian Talenta Mandiri IPB. Selama mengikuti

perkuliahan, penulis aktif di Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia

sebagai anggota Pengurus Cabang IPB (2015) dan Himpunan Profesi Satwa Liar

FKH IPB.