gambaran histologi organ hepar,...

63
GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, PANKREAS, DAN GINJAL TIKUS JANTAN STRAIN SPRAGUE DAWLEY DENGAN TEKNIK PERFUSI PBS Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Oleh: FAISAL RAVIF 1113103000028 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2016 M

Upload: ngobao

Post on 17-Sep-2018

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR,

PANKREAS, DAN GINJAL TIKUS JANTAN STRAIN

SPRAGUE DAWLEY DENGAN TEKNIK PERFUSI

PBS

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Oleh:

FAISAL RAVIF

1113103000028

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2016 M

Page 2: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ciputat, 21 November 2016

Faisal Ravif

Materai

6000

Page 3: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, PANKREAS, DAN GINJAL

TIKUS JANTAN STRAIN SPRAGUE DAWLEY DENGAN TEKNIK

PERFUSI PBS

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Pendidikan Dokter, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Faisal Ravif

NIM: 1113103000028

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2016 M

Page 4: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Penelitian berjudul GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR,

PANKREAS, DAN GINJAL TIKUS JANTAN STRAIN SPRAGUE

DAWLEY DENGAN TEKNIK PERFUSI PBS. yang diajukan oleh Faisal

Ravif (NIM 1113103000028), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan pada. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi

Kedokteran dan Pendidikan Dokter.

Ciputat, 2 Desember 2016

Page 5: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Alhamdulilahirabbil’alamin, puji serta syukur saya panjatkan kehadirat

Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan

penelitian ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita,

Nabi besar Muhammad SAW, yang membawa cahaya kebenaran sampai akhir

zaman.

Penelitian ini tidak dapat terlepas dari bantuan berupa masukan, kritik

maupun saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dr. Achmad Zaki, S.Ked, M.Epid, Sp. OT selaku

Ketua Program Studi Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, serta seluruh dosen Program Studi Pendidikan

Dokter yang selalu membimbing serta memberikan ilmu kepada saya

selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Nurlaely Mida Rachmawati, S.Si, M. Biomed, DMS dan Dr. Devy

Ariany, M. Biomed selaku dosen pembimbing penelitian saya, yang selalu

membimbing, mengarahkan, dan menyemangati saya dalam

menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

3. Kedua orang tua saya yang tercinta, Bpk. Ir. Dadang Suryajaya Johor Ning

dan Ibu dr. Vera Linda Chen Bahrun yang selalu memberikan nasihat,

cinta serta kasih sayang, mendoakan serta menyuntikkan semangat dalam

hidup saya.

4. Dr. Flori Ratnasari selaku penanggungjawab (PJ) modul riset PSPD 2013.

drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku Satuan Pelaksana Tugas (STP)

laboratorium Riset. Ibu Nurlaely Mida R, S. Si, M.Biomed, DMS selaku

STP Animal house. Ibu Endah Wulandari, M. Biomed selaku STP

Page 6: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

vi

laboratorium Biokimia. Ibu Rr. Ayu Fitri Hapsari, M. Biomed selaku STP

laboratorium Histologi yang telah memberikan izin atas penggunaan lab

pada penelitian ini.

5. Untuk teman seperjuangan penelitian, Fiizhda Baqarizky, Galang

Prahanarendra, Abdul Rasyid, Fakhri Muhammad, Muhammad Azharan

Alwi, Muhammad Imam Alkautsar, Putri Junitasari, Annisa Mardhiyah,

dan Pathur Rahman Nasution.

6. Teman – teman terdekat saya, Siti Fauziah, Faraz Raihan, Rohman

Sungkono, Muhammad Azmi Awaluddin, Ichtiarsyah Suminar, Kirana

Widanarni, dan Hafiz Muhammad Ikhsan yang selalu menyemangati dan

membantu saya dalam menyelesaikan penelitian ini serta urusan akademik

lainnya.

7. Seluruh mahasiswa PSPD 2013, teman seperjuangan dalam menjalani

proses pendidikan dokter ini.

8. Laboran yang terlibat Mba Din, Ibu Ai, Ibu Lilis, Mba Suryani, Mas

Rachmadi. Juga pada Mas Haris dan Mas Panji yang sangat membantu

berlangsungnya penelitian ini.

Saya sangat mengharapkan kritik dan saran dalam penelitian ini agar dapat

terus dilanjutkan dan bermanfaat untuk berbagai pihak karena penelitian ini

masih jauh dari kesempurnaan. Demikian laporan penelitian ini saya susun,

semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca

pada umumnya.

Ciputat, 10 November 2016

Page 7: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

vii

ABSTRAK

Faisal Ravif. Program Studi Pendidikan Dokter. Gambaran Histologi Organ

Hepar, Pankreas, dan Ginjal Tikus Jantan Strain Sprague Dawley dengan

Teknik Perfusi PBS. 2016

Histoteknik merupakan suatu metode atau cara untuk membuat sajian

histologi dari spesimen tertentu dengan suatu rangkaian proses sehingga menjadi

sajian yang siap untuk diamati dan dianalisa. Perfusi adalah proses pengaliran

cairan fiksatif atau pengganti darah ke dalam jaringan hewan coba. Dalam tahapan

histoteknik perfusi merupakan suatu teknik yang menggabungkan euthanasia

dengan fiksasi. Phosphate Buffered Saline (PBS) adalah larutan fisiologis yang

memiliki sifat isotonik, bertujuan untuk menggantikan posisi darah, sebagai

tempat pertumbuhan mikroba dan tidak beracun bagi sel. Sampel organ yang

digunakan dalam penelitian ini adalah hepar, pankreas, dan ginjal dari tikus jantan

strain Sprague dawley, yang di nekropsi dengan perfusi PBS dan diwarnai dengan

pewarnaan HE. Institusi pendidikan kedokteran seharusnya memiliki laboratorium

yang terakreditasi untuk menunjang pembelajaran dan penelitian mahasiswanya.

Faktor yang mempengaruhi validitas dan kualitas suatu penelitian meliputi

kelengkapan peralatan laboratorium, kemampuan dan pengalaman dari operator,

kemampuan mengontrol mutu dan pengendalian mutu terhadap hasil pekerjaan

dan analisisnya, serta petunjuk analisis baku atau Standard Operational

Procedure (SOP) yang digunakan. Laboratorium Animal House dan histologi

pada Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah berdiri

sejak tahun 2005 belum memiliki SOP mengenai histoteknik, lebih tepatnya SOP

mengenai perfusi. Maka, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data bagi

penyusunan SOP baku mengenai histoteknik yang dapat dilaksanakan di

laboratorium Animal House dan Histologi kampus FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Gambaran histologi yang dihasilkan dari organ hepar dan ginjal tikus

jantan strain Sprague dawley yang dinekropsi dengan perfusi PBS dan diwarnai

dengan pewarnaan HE cukup baik, struktur khas dari tiap organ dapat diamati

dengan cukup baik. Namun, pada gambaran histologi dari organ pankreas tikus

strain Sprague dawley yang dinekropsi dengan perfusi PBS dan diwarnai dengan

pewarnaan HE tidak baik, gambaran khas dari organ pankreas tidak dapat

diidentifikasi. Taut antar sel pada organ hepar dan ginjal terlihat agak renggang

karena kurang optimalnya pengaturan kecepatan dan tekanan pada proses perfusi.

Data yang didapat dari hasil penelitian ini tidak dapat digunakan sebagai data

acuan dalam pembuatan SOP histoteknik pada laboratorium Animal House dan

Histologi kampus FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kata kunci : Perfusi, PBS, ginjal, hepar, pankreas.

Page 8: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

viii

Histotechniques is a method to make a histologic preparation of a

specimen through a series of processes than ready to be observed and analyzed.

Perfusion is a method to distribute fixative liquids or blood substitutes into

vascular and tissues of the specimen. In histotechniques, perfusion is a method

which combine euthanasia and tissue fixation. Phosphate Buffered Saline (PBS)

is a physiological liquid that is isotonic, who has the main function of substituting

blood as a media for microbes to grow and PBS is not toxic to cells. Organs which

is used in this study are liver, pancreas, and kidney of a male Sprague Dawley

mice that is processed through PBS perfusion then stained with Hematoxylin and

Eosin staining. Medical school or institution should have an accredited laboratory

to support learning process and researches of its students. The factors which affect

the validity and quality of a research includes, the completeness of equipment’s at

the laboratory, skill and experience of the operator, quality control skills and

quality control of research result and analyses, and last, the Standard Operating

Procedure of all the treatment and analysis technique in the laboratory. Animal

House laboratory and Histology laboratory of Medical and Health Sciences

Faculty UIN Syarif Hidayatullah Jakarta do not have a Standard Operating

Procedure about histotechniques yet, especially perfusion technique. The purpose

of this study is to obtain data to form a Standard Operating Procedure about

histotechniques that can be applied to Animal House laboratory and Histology

Laboratory of Medical and Health Sciences Faculty UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Histological images from liver and kidney of Sprague dawley mice that is

processed through PBS perfusion then stained with Hematoxylin and Eosin

staining is good, the typical structures of each organ can be observed quite well.

But, histological images from pancreas of Sprague dawley mice that is processed

through PBS perfusion then stained with Hematoxylin and Eosin staining is not

good, typical structures of the organ can’t be observed. Links between cells in the

liver and kidney looks tenuous. Data obtained from this study can not be used as

reference data to form the histotechniques SOP on Animal House laboratory and

Histology Laboratory of Medical and Health Sciences Faculty UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Keywords : Perfusion, PBS, Kidney, liver, pancreas

Page 9: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 3

1.3.1 Tujuan Umum ............................................................ 3

1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 3

1.4.1 Bagi Peneliti ............................................................... 3

1.4.2 Bagi Institusi .............................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori .......................................................................... 4

2.1.1 Teknik Nekropsi ......................................................... 4

2.1.2 Metode Perfusi ........................................................... 4

2.1.2.1 Langkah-langkah Metode Perfusi ............... 6

2.1.3 Perfusi PBS ................................................................ 9

2.1.4 Pengolahan dan Pembuatan Blok ............................... 10

2.1.4.1 Fiksasi ......................................................... 10

2.1.4.2 Dehidrasi ..................................................... 10

2.1.4.3 Pembeningan (Clearing) ............................. 11

2.1.4.4 Penanaman (Embedding) ............................ 11

2.1.4.5 Pembuatan blok (Blocking) ......................... 12

2.1.4.6 Pemotongan organ ....................................... 12

2.1.5 Pewarnaan HE ............................................................ 15

2.1.6 Gambaran Histologi Hepar Normal ........................... 16

2.1.7 Gambaran Histologi Pankreas Normal....................... 18

2.1.8 Gambaran Histologi Ginjal Normal ........................... 19

2.2 Kerangka Teori.......................................................................... 20

Page 10: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

x

2.3 Kerangka Konsep ...................................................................... 21

2.4 Definisi Operasional.................................................................. 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ....................................................................... 22

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 22

3.2.1 Waktu Penelitian ........................................................ 22

3.2.2 Tempat Penelitian....................................................... 22

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................ 22

3.4 Cara Kerja Penelitian ................................................................ 22

3.4.1 Alat dan Bahan Penelitian .......................................... 22

3.4.2 Adaptasi Hewan Coba ................................................ 24

3.4.2 Tahapan Nekropsi (Perfusi) ....................................... 24

3.4.2 Tahap Pemrosesan Jaringan ....................................... 25

3.4.4.1 Dehidrasi ..................................................... 25

3.4.4.2 Clearing ...................................................... 25

3.4.4.3 Blocking....................................................... 26

3.4.4.4 Pemotongan Jaringan .................................. 26

3.4.4.5 Tahapan Pewarnaan HE .............................. 27

3.4.4.6 Foto Jaringan ............................................... 28

3.5 Alur Penelitian .......................................................................... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Makroskopik ............................................................ 29

4.2 Organ Hepar .............................................................................. 32

4.3 Organ Pankreas ......................................................................... 34

4.4 Organ Ginjal .............................................................................. 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .............................................................................. 38

5.2 Saran .......................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 39

LAMPIRAN ............................................................................................... 41

Page 11: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alat dan bahan perfusi ...................................................................... 6

Gambar 2.2 Pengaliran cairan fiksatif pada selang .............................................. 6

Gambar 2.3 Pengaliran cairan buffer pada selang ................................................ 7

Gambar 2.4 Tahapan nekropsi ............................................................................. 7

Gambar 2.5 Penusukan jarum pada jantung tikus ................................................ 8

Gambar 2.6 Pengaliran cairan buffer ke hewan coba ........................................... 8

Gambar 2.7 Pengaliran cairan fiksatif ke hewan coba ......................................... 9

Gambar 2.8.a Hepar tikus normal 4x ................................................................... 16

Gambar 2.8.b Hepar tikus normal 20x ................................................................. 16

Gambar 2.8.c Hepar tikus normal 40x ................................................................. 16

Gambar 2.9.a Pankreas tikus normal 4x ............................................................... 18

Gambar 2.9.b Pankreas tikus normal 20x ............................................................ 18

Gambar 2.9.c Pankreas tikus normal 40x ............................................................. 18

Gambar 2.10.a Ginjal tikus normal 4x ................................................................. 19

Gambar 2.10.b Ginjal tikus normal 20x ............................................................... 19

Gambar 2.10.c Ginjal tikus normal 40x ............................................................... 19

Gambar 4.1.a. Pengaturan sudut pada perfusi ...................................................... 30

Gambar 4.1.b Tanda perfusi sudah optimal ......................................................... 30

Gambar 4.1.c Perfusi selesai ................................................................................ 30

Gambar 4.2.a Hepar tikus perfusi PBS 10x (insert: trias porta) ......................... 32

Gambar 4.2.b Hepar tikus perfusi PBS 40x (insert: hepatosit) ............................ 32

Gambar 4.3.a Pankreas tikus perfusi PBS 20x ..................................................... 34

Gambar 4.3.b Pankreas tikus perfusi PBS 40x (insert: tidak dapat diidentifikasi) ..... 34

Gambar 4.4.a Ginjal tikus perfusi PBS 20x ........................................................ 36

Gambar 4.4.b Ginjal tikus perfusi PBS 40x (insert: glomerulus) ........................ 36

Gambar 4.4.c Ginjal tikus perfusi PBS 40x (insert: tubulus) .............................. 36

Gambar 6.1 Hepar PBS A perbesaran 4x .............................................................. 43

Gambar 6.2 Hepar PBS A perbesaran 10x ............................................................ 43

Gambar 6.3 Hepar PBS A perbesaran 20x ............................................................ 43

Gambar 6.4 Hepar PBS A perbesaran 40x ............................................................ 43

Gambar 6.5 Hepar PBS B perbesaran 4x .............................................................. 43

Gambar 6.6 Hepar PBS B perbesaran 10x ............................................................ 43

Gambar 6.7 Hepar PBS B perbesaran 20x ............................................................ 44

Gambar 6.8 Hepar PBS B perbesaran 40x ............................................................ 44

Gambar 6.9 Hepar PBS C perbesaran 4x .............................................................. 44

Gambar 6.10 Hepar PBS C perbesaran 10x .......................................................... 44

Gambar 6.11 Hepar PBS C perbesaran 20x .......................................................... 44

Gambar 6.12 Hepar PBS C perbesaran 40x .......................................................... 44

Gambar 6.13 Pankreas PBS A perbesaran 4x ....................................................... 44

Gambar 6.14 Pankreas PBS A perbesaran 10x ..................................................... 44

Gambar 6.15 Pankreas PBS A perbesaran 20x ..................................................... 45

Gambar 6.16 Pankreas PBS A perbesaran 40x ..................................................... 45

Gambar 6.17 Pankreas PBS B perbesaran 4x ....................................................... 45

Gambar 6.18 Pankreas PBS B perbesaran 10x ..................................................... 45

Gambar 6.19 Pankreas PBS B perbesaran 20x ..................................................... 45

Gambar 6.20 Pankreas PBS B perbesaran 40x ..................................................... 45

Page 12: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

xii

Gambar 6.21 Pankreas PBS C perbesaran 4x ....................................................... 45

Gambar 6.22 Pankreas PBS C perbesaran 10x ..................................................... 45

Gambar 6.23 Pankreas PBS C perbesaran 20x ..................................................... 46

Gambar 6.24 Pankreas PBS C perbesaran 40x ..................................................... 46

Gambar 6.25 Ginjal PBS A perbesaran 4x ............................................................ 46

Gambar 6.26 Ginjal PBS A perbesaran 10x .......................................................... 46

Gambar 6.27 Ginjal PBS A perbesaran 20x.......................................................... 46

Gambar 6.28 Ginjal PBS A perbesaran 40x.......................................................... 46

Gambar 6.29 Ginjal PBS B perbesaran 4x ............................................................ 46

Gambar 6.30 Ginjal PBS B perbesaran 10x .......................................................... 46

Gambar 6.31 Ginjal PBS B perbesaran 20x .......................................................... 47

Gambar 6.32 Ginjal PBS B perbesaran 40x .......................................................... 47

Gambar 6.33 Ginjal PBS C perbesaran 4x ............................................................ 47

Gambar 6.34 Ginjal PBS C perbesaran 10x .......................................................... 47

Gambar 6.35 Ginjal PBS C perbesaran 20x .......................................................... 47

Gambar 6.36 Ginjal PBS C perbesaran 40x .......................................................... 47

Gambar 6.37 Hepar PBS A perbesaran 4x - 2016 ................................................ 47

Gambar 6.38 Hepar PBS A perbesaran 10x - 2016 .............................................. 47

Gambar 6.39 Hepar PBS A perbesaran 20x - 2016 .............................................. 48

Gambar 6.40 Hepar PBS A perbesaran 40x - 2016 .............................................. 48

Gambar 6.41 Hepar PBS B perbesaran 4x - 2016 ................................................. 48

Gambar 6.42 Hepar PBS B perbesaran 10x - 2016 ............................................... 48

Gambar 6.43 Hepar PBS B perbesaran 20x - 2016 ............................................... 48

Gambar 6.44 Hepar PBS B perbesaran 40x - 2016 ............................................... 48

Page 13: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Gambaran organ hepar yang diperfusi dengan PBS ............................ 32

Tabel 4.2 Gambaran organ pankreas yang diperfusi dengan PBS ....................... 34

Tabel 4.3 Gambaran organ ginjal yang diperfusi dengan PBS ............................ 35

Page 14: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Tikus Sehat .......................................................... 42

Lampiran 2 Gambar preparat ................................................................................ 43

Lampiran 3 Riwayat Hidup Penulis ..................................................................... 49

Page 15: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Histoteknik merupakan cara atau metode untuk membuat sajian histologi

dari spesimen tertentu. Proses pembuatan sajian tersebut melalui serangkaian

tahapan untuk akhirnya dapat menjadi sajian yang siap untuk diamati atau

dianalisis. Sajian histologi yang baik dituntut untuk dapat memberikan hasil yang

baik dan dapat dianalisis dengan benar. 1,2,3

Proses histoteknik memiliki urutan proses yang cukup banyak, dimulai

dari nekropsi dan diakhiri dengan pewarnaan. Salah satu teknik dalam

melakukan nekropsi adalah perfusi.1,3 Teknik perfusi adalah proses dialirkannya

cairan melalu pembuluh darah. Tindakan ini bertujuan agar proses fiksasi,

berlangsung lebih cepat. Dasar dari teknik perfusi adalah menunda proses

autolisis jaringan secepat mungkin agar sajian histologi yang didapat mendekati

keadaan jaringan saat hewan hidup.3 Dengan menggunakan metode perfusi,

bahan kimia dapat mencapai setiap sudut dari organ melalui pembuluh darah,

sehingga keadaan jaringan yang dihasilkan kurang lebih sama dengan jaringan

hewan dalam keadaan hidup.4 Dengan kelebihan tersebut, teknik ini dapat

menjadi alternatif teknik fiksasi untuk jaringan tertentu yang dapat dilakukan di

UIN-SH sehingga hasil gambaran histologi yang dihasilkan lebih baik.

Dalam penelitian ini, akan dibahas salah satu zat yang digunakan dalam

proses nekropsi, yaitu teknik perfusi dengan Phosphate-Buffered Saline (PBS)

steril. PBS merupakan cairan isotonik yang berfungsi sebagai pengganti darah,

sebagai tempat perkembangan mikroba untuk memperlambat proses

pembusukan.5 Berdasarkan hasil dari penelitian M. Imam (2016), teknik

nekropsi pada organ ginjal, hepar, dan pankreas dengan perfusi Akuades-

Formalin akan menghasilkan sajian histologi yang baik, sehingga dapat

digunakan sebagai salah satu acuan dalam pembuatan SOP histoteknik pada

laboratorium Animal House dan laboratorium histologi kampus FKIK UIN

Page 16: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

2

Syarif Hidayatullah Jakarta.6 Sementara, hasil dari penelitian Putri Junita (2015),

gambaran histologi organ ginjal, hepar, dan pankreas yang dihasilkan dari

penggunaan teknik nekropsi dengan perfusi PBS-Formalin pada organ ginjal,

hepar, dan pankreas akan menghasilkan sajian histologi yang kurang baik.7

Laboratorium memiliki peranan yang besar dalam suatu institusi

pendidikan kedokteran. Keberadaan laboratorium dalam sebuah institusi

kedokteran juga dapat menjadi representatif dari kualitas institusi tersebut.

Dalam pelaksanaan kegiatan percobaan yang dilakukan di dalam laboratorium,

dibutuhkan sebuah pedoman baku atau yang biasa disebut dengan Standard

Operating Procedure (SOP) untuk membantu peneliti dalam proses pengerjaan

penelitian sehingga dapat memberikan hasil yang baik. Laboratorium Animal

House dan Histologi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah berdiri sejak tahun 2005 belum memiliki

pedoman baku mengenai histoteknik, khususnya teknik perfusi. Oleh karena itu,

tujuan peneliti melakukan penelitian ini untuk membantu mengumpulkan data

yang akan dijadikan SOP dalam teknik perfusi laboratorium Animal House dan

Histologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran histologi dari organ hepar, ginjal, dan pankreas

tikus jantan strain Sprague dawley yang dinekropsi dengan perfusi PBS yang

diwarnai dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE)?

Page 17: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

3

1.3 Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Mendapatkan data untuk menyusun SOP baku histoteknik,

yang akan digunakan di laboratorium Animal House dan laboratorium

Histologi kampus FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Tujuan Khusus

i. Mengetahui gambaran histologi organ hepar, ginjal dan

pankreas tikus jantan strain Sprague dawley yang diperfusi

dengan PBS.

ii. Mengetahui kelebihan serta kekurangan dari organ hepar,

ginjal dan pankreas yang dinekropsi dengan perfusi PBS

yang diwarnai dengan pewarnaan HE.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

i. Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman terkait

penelitian yang bersifat eksperimental serta menambah

wawasan terkait dengan histoteknik.

ii. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Bagi Institusi

i. Didapatkannya protokol nekropsi yang baik bagi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 18: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teknik Nekropsi

Nekropsi dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh dari sebuah perlakuan

yang dilakukan terhadap organ/jaringan/sel dari hewan coba. Prosedur dari nekropsi

ini cukup rumit dan membutuhkan teknik yang tidak mudah dalam pengerjaan nya.

Nekropsi dilakukan segera setelah hewan coba mati, hal ini bertujuan agar tidak

terjadinya degenerasi jaringan hewan coba setelah kematian. Setelah kematian hewan

coba, akan terjadi proses autolisis yang berawal di sel epitel saluran cerna dan

sumsum tulang belakang, lalu berlanjut ke organ hati, limpa, dan ginjal.3

2.1.2. Metode Perfusi

Perfusi merupakan metode pada histoteknik, untuk proses fiksasi cairan ke

dalam jaringan dengan waktu yang cukup cepat, sehingga gambaran histologi yang

diperoleh mewakili keadaan sesaat sebelum kematian. Metode ini membutuhkan

peran pembuluh darah, yang akan menyalurkan dan memberikan akses ke setiap

jaringan dalam waktu yang cepat. Sel akan memulai proses autolisis segera setelah

terjadinya anoksia (kekurangan oksigen). Jadi, semakin cepat larutan fiksatif sampai

ke setiap sel, maka proses autolisis pun semakin cepat berhenti.4,8

Metode perfusi sudah banyak dilaksanakan di berbagai laboratorium riset.

Darah akan dikeluarkan dan dikuras dengan menyuntikkan larutan garam fisiologis.

Cara memasukkan larutan pada metode ini ada 2 macam, yaitu metode gravitasi dan

pompa peristaltik. Metode gravitasi menggunakan bantuan dari gaya gravitasi

sehingga metode ini paling mudah dilakukan. Kelemahan dari metode ini adalah,

apabila ada sel darah yang menyumbat suatu pembuluh darah kapiler akan

menyebabkan cairan yang dimasukkannya tidak dapat sampai pada daerah tersumbat

secara bersamaan sehingga tujuan keseragaman hasil akan sulit didapatkan.

Page 19: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

5

Sedangkan metode pompa peristaltik merupakan proses mendorong cairannya

menggunakan bantuan pompa peristaltik, metode ini membuat hasil yang didapat

akan lebih maksimal dan keseragaman hasil akan lebih optimal.4,8

Salah satu kelemahan dari metode perfusi adalah jaringan yang lunak akan

menyusut setelah dilakukan perfusi. Untuk mencegah hal tersebut perlu dijaga

perbandingan jumlah cairan di dalam dan di luar sel. Setiap sel memiliki pompa ion

pada permukaannya, umumnya berupa pompa natrium. Secara kontinu natrium akan

masuk ke dalam sel, dan kalium dipompa ke luar agar perbandingan 10:1 antara

jumlah natrium di luar dan di dalam sel tetap terjaga. Salah satu faktor yang dapat

mengganggu metabolisme energi sel, adalah perlakuan perfusi ini, yang dapat

menyebabkan rusaknya pompa ion. Akibatnya, natrium, air, dan cairan ekstraseluler

akan masuk ke dalam sel hingga keseimbangan konsentrasi zat-zat tersebut di luar

dan di dalam sel tercapai. Hal ini menyebabkan sel membengkak dan mengisi ruang

ekstraseluler. Pada akhir perfusi, permeabilitas membran akan meningkat dan cairan

perfusi akan keluar dari sel menuju ke ruang pembuluh darah. sel tidak mengembang

kembali dan organ akan kolaps ke arah dalam seluruhnya, sehingga pengerutan

jaringan dapat dihindarkan.4,8

Larutan perfusi dialirkan dengan kecepatan 20-25 ml/menit untuk tikus

dewasa. Teknik perfusi juga menggunakan tekanan awal 80 mmHg dan

dipertahankan sampai larutan perfusi selesai. Selain itu, tekanan dapat ditingkatkan

maksimal sampai 130 mmHg. Selama perfusi, kecepatan dan tekanan yang

dianjurkan harus dipertahankan agar mencegah kerusakan pada organ yang telah

dilakukan perfusi sehingga hasil gambaran yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang

diharapkan.9

Page 20: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

6

2.1.2.1. Langkah-langkah Metode Perfusi

Siapkan perlengkapan perfusi sesuai dengan gambar berikut.

Gambar 2.1 Alat dan bahan perfusi (sumber: Fixation and Fixatives, popular

Fixative Solutions, 2012).10

Gambar 2.2 Pengaliran cairan fiksatif pada selang (sumber: Fixation and

Fixatives, popular Fixative Solutions, 2012).10

Selanjutnya, persiapkan perlengkapan perfusi. Mulai dengan jalur fiksasi.

Letakkan syringe pada pipa fiksasi dan siram lubang pipa dengan buffer untuk

Page 21: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

7

menghilangkan gelembung udara. Tutup katup pada ujung jarum. Letakkan pipa

fiksatif ke dalam botol fiksatif tanpa terkena gelembung udara.4

Gambar 2.3 Pengaliran cairan buffer pada selang (sumber: Fixation and

Fixatives, popular Fixatives Solutions, 2012).10

Buka katup pada ujung jarum, lalu putar katup buffer seperti posisi nomor 2

pada gambar agar cairan dapat mengalir. Siram pipa buffer dengan cairan buffer

untuk mengeluarkan udara pada pipa dan terakhir tutup katup pada ujung jarum.

Letakkan pipa pada botol buffer, lalu uji tekanan dan pastikan pipa telah berjalan

dengan sempurna dengan memompa bulb manometer sembari melihat melihat jarum

pengukurannya. Alat perfusi sudah siap untuk memulai prosedur.4

Gambar 2.4 Tahapan nekropsi (sumber: Fixation and Fixatives, popular

Fixative Solutions, 2012).10

Page 22: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

8

Lakukan insisi lateral pada hewan coba melewati kulit dan dinding perut.

Dilanjutkan dengan insisi pada diafragma secara horizontal untuk melihat jantung.

Kemudian potong bagian kanan dan kiri tulang iga (costae) hingga tulang scapulae.

Pasang klem pada ujung sternum dengan hemostat lalu letakkan hemostat di atas

kepala hewan coba.4

Gambar 2.5 Penusukan jarum pada jantung tikus (sumber: Fixation and

Fixatives, popular Fixative Solutions, 2012).10

Kemudian, gunting ujung ventrikel untuk membuat lubang kecil. Tusukkan

jarum perfusi melalui potongan ventrikel menuju aorta asendens, kemudian fiksasi

posisi jarum perfusi dengan 1 set hemostat. Lalu fiksasi sekitar ujung jarum perfusi

menggunakan satu hemostat untuk mencegah kebocoran. Lanjutkan dengan membuat

insisi kecil pada atrium kanan.4

Gambar 2.6 Pengaliran cairan buffer ke hewan coba (sumber: Fixation and

Fixatives, popular Fixative Solutions, 2012).10

Page 23: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

9

Kemudian, pasang jarum pada pipa perfusi. Buka katup dan pompa cairan

buffer ke dalam jaringan, pastikan tidak ada udara yang bercampur selama proses ini.

Pompa dengan tekanan 80 mmHg dan jaga tekanan hingga selesai.4

Gambar 2.7 Pengaliran cairan fiksatif ke hewan coba (sumber: Fixation and

Fixatives, popular Fixative Solutions, 2012). 10

Ketika perfusi dengan buffer akan habis (200 ml), tutup keran buffer untuk

membiarkan cairan fiksatif masuk. Tekanan dapat ditingkatkan hingga 130 mmHg.4

2.1.3. Perfusi PBS

PBS (Phosphate Buffer Saline) adalah larutan fisiologis yang bisa digunakan

dalam prosedur immune-histokimia, immunoassays, prosedur mikrobiologi, kultur

jaringan dan sel, serta pengenceran suatu sampel. Larutan ini bersifat isotonik dan

tidak beracun terhadap sel serta bertujuan untuk menjaga kadar pH dan

mempertahankan osmolaritas sel.5

Jika suatu sel di perfusi menggunakan larutan yang hipertonik maka sel

tersebut akan mudah menyusut, sebaliknya apabila menggunakan larutan yang

hipotonik maka sel tersebut akan membengkak. Maka dari itu, dianjurkan

menggunakan pelarut isotonik seperti PBS.5

Page 24: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

10

2.1.4. Pengolahan Pembuatan Blok

2.1.4.1. Fiksasi

Fiksasi merupakan suatu usaha untuk mempertahankan komponen sel agar

tidak mudah rusak dan tidak mengalami perubahan. Fiksasi dilakukan dengan

merendam bahan/jaringan dalam larutan formalin.1,2 Pada reaksi fiksasi, akan terjadi

reaksi cross-link antara larutan formalin dengan protein jaringan, larutan formalin

sebagai larutan fiksasi memiliki permeabilitas yang tinggi terhadap membran sel

sehingga memungkinkan untuk terjadinya cross-linking dengan sel yang utuh.12

Teknik fiksasi dibagi menjadi 2 metode, perfusi dan non-perfusi.2 Tujuan dari fiksasi

ini adalah untuk mencegah atau menahan proses degeneratif yang terjadi sesaat

setelah jaringan kehabisan pasokan darah. Proses penghancuran sel oleh enzim

intraselular yang keluar saat membran organel ruptur, dan dekomposisi bakterial yang

dilakukan oleh mikroorganisme yang mungkin sudah terjadi pada organ adalah proses

yang harus dicegah. Difusi dan kehilangan zat mudah larut harus dihindarkan sejauh

mungkin dengan menggunakan metode cross-link ke komponen yang tidak mudah

larut.13

Fiksasi jaringan dilakukan dengan merendam jaringan ke dalam larutan

fiksasi. Larutan formalin adalah larutan fiksasi yang paling sering digunakan.1,2

2.1.4.2. Dehidrasi

Dehidrasi adalah proses pengeluaran seluruh cairan dari jaringan agar jaringan

tersebut nantinya dapat diisi oleh parafin untuk membuat blok preparat. Proses

dehidrasi sangat penting karena apabila air tidak dihilangkan dapat mempengaruhi

kualitas sediaan, karena air tidak dapat bercampur dengan parafin. Bahan kimia yang

sering digunakan untuk proses dehidrasi diantaranya adalah etil alkohol.1,2

Proses dehidrasi dilakukan bertahap dengan menggunakan alkohol bertingkat.

Dimulai dari alkohol pada konsentrasi 30%, 50%, 70%, 80%, 95%, dan akhinya

sampai ke tingkat alkohol absolut. Proses dehidrasi ini akan berjalan lebih cepat

apabila botol yang berisi alkohol tersebut digoyangkan secara terus-menerus.

Page 25: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

11

Jaringan tidak boleh terlalu lama dicelupkan karena akan menyebabkan jaringan

tersebut menjadi rapuh dan sangat keras.1,2

2.1.4.3. Pembeningan (Clearing)

Pembeningan adalah suatu tahap untuk mengeluarkan alkohol dari jaringan

dan menggantinya dengan suatu larutan yang dapat berikatan dengan parafin. Bahan

kimia yang digunakan adalah xylol dan toluol. Proses ini dimaksudkan untuk

membuat sediaan/jaringan menjadi jernih, transparan, tembus sinar sehingga

memungkinkan bagian/komponen jaringan dapat diamati dengan bantuan mikroskop

cahaya. Pembeningan dapat dilakukan dengan menggunakan zat penjernih seperti

xylol, toluol, minyak cedar, kloroform, minyak cengkeh, ataupun minyak anilin.1,2

Xylol atau xylene memiliki kelebihan yaitu prosesnya cepat, mudah didapat

dan harganya tidak terlalu mahal, akan tetapi kekurangan dari menggunakan xylol

adalah jaringan yang dijernihkan tidak begitu jelas menjadi transparan.1,2

Pada toluol atau toluene, bahan kimia ini lebih sering digunakan di

laboratorium karena harganya relatif murah, mudah didapat, prosesnya cepat, dan

jaringan akan menjadi jernih atau transparan bila prosesnya telah selesai dan

sempurna. Sedangkan kekurangan dari menggunakan toluol adalah, jika jaringan

terlalu lama direndam dalam toluol jaringan akan menjadi keras dan sulit diiris.

Jaringan hanya dapat dipindahkan ke bahan kimia ini dari alkohol absolut.1,2

2.1.4.4. Penanaman (Embedding)

Penanaman (Embedding) merupakan proses untuk mengeluarkan cairan

pembening dari jaringan dan digantikan dengan parafin. Jaringan harus terbebas dari

cairan pembening karena nantinya akan mengkristal, dan saat dipotong jaringan akan

mudah robek. Berdasarkan metode prosesnya, jaringan akan dibenamkan dalam

larutan parafin selama 3x dan dalam jangka waktu tertentu sembari dipanaskan agar

parafin tidak membeku. Keuntungan dari menggunakan parafin dengan titik lebur

Page 26: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

12

rendah adalah jaringan tidak mudah menjadi rapuh. Sedangkan keuntungan memakai

paraplast, sifat parafin nya sangat elastis sehingga tidak murah sobek atau rusak

ketika dipotong.1,2

2.1.4.5. Pembuatan blok (Blocking)

Pembuatan blok merupakan proses pembuatan preparat agar dapat dipotong

menggunakan mikrotom. Proses ini menggunakan parafin sebagai alat perekat

jaringan agar mudah dipotong. Proses pembuatan blok dimulai dengan menyiapkan

tempat blocking, menuangkan parafin, dan dilanjutkan dengan memasukan organ

kedalam parafin yang sudah disediakan. Selanjutnya setelah blok parafin mengeras,

dapat dikeluarkan dari tempat blocking dan dapat dilanjutkan ke proses selanjutnya.

1,2

Blok parafin yang sudah mengeras dan akan dipotong harus diberi label atau

disebut affixing, metode ini bertujuan agar organ yang akan dipotong nanti diketahui.

Pengecoran (Blocking) adalah proses pembuatan blok preparat agar dapat dipotong

dengan mikrotom.1,2

2.1.4.6. Pemotongan organ

Pemotongan organ dilakukan menggunakan pisau khusus yang biasa disebut

mikrotom. Mikrotom adalah alat yang dilengkapi dengan pisau yang tajam dan dapat

mengiris potongan block dengan sangat tipis dan sesuai dengan ukuran ketebalan

yang kita inginkan.13

Terdapat berbagai jenis mikrotom yaitu:

1. Hand microtome

Merupakan jenis mikrotom yang sangat sederhana dan biasanya digunakan

untuk memotong tumbuhan dan jaringan hewan, tetapi mikrotom jenis ini sangat

terbatas kemampuannya untuk memotong jaringan setipis mungkin.

Page 27: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

13

2. Rocking microtome

Mikrotom jenis ini merupakan jenis yang hanya bisa memotong jaringan yang

lembut dan tingkat kesulitannya rendah. Untuk jaringan yang lebih sulit,

contohnya jaringan yang tingkat kekakuannya tinggi dapat menggunakan jenis

rotary microtome atau base sledge microtome dibandingkan dengan rocking

microtome.

3. Rotary microtome

Mikrotom jenis ini memiliki banyak keuntungan dan jenis yang paling cocok

dengan metode blok parafin. Mikrotom ini juga dapat memotong jaringan

yang sangat besar dan tingkat kesulitan yang besar. Dengan metode ini, blok

dapat dipotong hingga ketebalan 0,5 sampai 2 mikrometer.

4. Freezing microtome

Metode ini memiliki banyak keuntungan, diantaranya prosesnya cepat,

jaringan yang mengkerut lebih sedikit dibandingkan dengan metode parafin

serta hampir semua metode pewarnaan dapat dilakukan menggunakan metode

ini. Selain keuntungan ada juga keburukannya yaitu irisan yang tipis dan

irisan yang seri sulit untuk diperoleh.

5. Base sledge microtome

Mikrotom jenis ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan. Karena

mikrotom jenis ini dapat memotong berbagai jenis, ukuran, dan tingkat

kekerasan suatu jaringan. Cara pengoperasian dari mikrotom ini secara

hidrolik, sehingga memudahkan pemotongan dan dapat memotong bahan

yang sangat keras sekalipun.11

Prosedur persiapan pemotongan jaringan yaitu:

1. Mempersiapkan pisau mikrotom

Jaringan yang akan dipotong harus menggunakan pisau yang tajam.

Maka dari itu, pisau harus dipastikan ketajamannya dan harus diasah

terlebih dahulu agar jaringan nantinya akan terpotong dengan baik.

Selanjutnya, pisau mikrotom diletakkan dengan sudut tertentu dan diatur

Page 28: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

14

ketebalan yang diinginkan. Kemudian blok parafin yang telah direkatkan

pada holder, diletakkan pada tempatnya di mikrotom.

2. Persiapkan kaca objek

Sebelum jaringan yang telah dipotong dimasukkan ke kaca objek,

terlebih dahulu dilakukan pelapisan kaca objek menggunakan zat perekat

contohnya albumin, gelatin, starch, cellulose, sodium siliate, resin, poly-L-

lysine.

3. Persiapkan water bath dengan suhu 37-40ºC

4. Persiapkan kuas untuk memudahkan pengambilan jaringan yang telah

dipotong.1

Prosedur pemotongan blok parafin yaitu:

1. Blok parafin yang berisi jaringan diletakkan pada dudukan mikrotom dan

dikunci dengan kuat.

2. Atur sudut kemiringan pisau mikrotom, sudut biasanya berkisar 20-30

derajat.

3. Atur ketebalan yang diinginkan, ketebalan yang dipakai biasanya 5-7

mikrometer.

4. Gerakkan blok preparat ke arah pisau sedekat mungkin dan potonglah

blok preparat secara teratur ketebalannya. Buang pita-pita parafin yang

tanpa jaringan sampai mendapatkan potongan yang mengandung preparat

jaringan.

5. Pita parafin yang mengandung jaringan dipindahkan menggunakan kuas

kedalam water bath dengan suhu 37-40ºC dan diamkan beberapa saat

sampai pita parafin yang berisi potongan jaringan mengembang dan tidak

menggulung.

6. Setelah pita parafin mengembang dengan baik, tempelkan pita parafin

pada kaca objek yang sebelumnya sudah direkatkan dengan albumin.

Masukkan kaca objek kedalam water bath sampai mendapatkan pita

parafin beserta jaringannya dan keluarkan secara perlahan.

Page 29: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

15

7. Letakkan kaca objek yang berisi pita parafin diatas hotplate dengan suhu

40-45°C dan biarkan beberapa jam. Atau, kaca objek dapat dilewatkan di

atas api hingga pita parafin melekat di kaca objek.

8. Setelah air mengering dan pita parafin sudah melekat dengan kuat, kaca

objek dapat dilanjutkan ke proses pewarnaan.1

2.1.5. Pewarnaan HE

Pewarnaan HE merupakan salah satu jenis pewarnaan yang sering digunakan

untuk mewarnai inti dan sitoplasma. Pewarnaan ini terdiri atas dua zat pewarna, yaitu

Hematoksilin yang dipakai untuk mewarnai inti sel menjadi biru, sedangkan yang

kedua adalah Eosin yang dipakai untuk mewarnai sitoplasma dan berperan juga

sebagai counterstain dari Hematoksilin, Eosin akan mewarnai sitoplasma menjadi

merah.13,14

i. Hematoksilin:

Hematoksilin akan mengikat inti sel dengan ikatan yang lemah, ikatan

yang lemah ini dapat berubah apabila ditambahkan dengan senyawa

lain seperti tembaga, aluminium, krom dan besi. Sebelum dapat

dijadikan sebagai pewarna inti sel, hematoksilin harus di oksidasi

terlebih dahulu menjadi hematein. Hematein tidak mudah terlarut

dalam air dan alkohol, namun hematein dapat larut pada etilen glikol

dan gliserol.14

ii. Eosin:

Eosin merupakan zat warna turunan dari fluorescein, dimana

fluorescein ini banyak digunakan untuk mewarnai antibodi akan tetapi

tidak terlihat pada mikroskop cahaya biasa. Pewarna ini juga

fluoresens, akan tetapi pada umumnya digunakan sebagai pewarna

Page 30: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

16

merah. Eosin merupakan pewarna sitoplasmik yang sangat baik,

karena eosin memberikan beberapa corakan pada jaringan. Berbagai

macam corakan pada jaringan ini dapat bertambah apabila pewarna

yang digunakan lebih dari satu.14

2.1.6 Gambaran Histologi Hepar Normal

a)

c)

Gambar 2.8 Hepar tikus (a) Gambaran normal perbesaran 4x, terlihat gambaran trias

porta (TP) ; (b) Gambaran normal perbesaran 20x, terlihat gambaran vena porta (VP),

duktus biliaris (DB), arteri hepatika (AH), sel Kupffer (SK), dan hepatosit (He) ; (c)

Gambaran normal perbesaran 40x, terlihat gambaran duktus biliaris (DB), hepatosit

(He), arteri hepatika (AH), dan sel Kupffer (SK). (Atlas of Laboratory Mouse

Histology, 2004).15

b)

Page 31: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

17

Gambaran hepar pada tikus memiliki 4 lobus utama yang pembagiannya

didasari oleh jaringan ikat yang memisahkan 4 lobus tersebut. Terdapat gambaran

vena sentralis pada bagian tengah dan pinggir dari trias portal (Cabang dari arteri

hepatika, sel poligonal, dan saluran empedu). Parenkim hati terdiri atas sel hepar atau

hepatosit, yang berupa sel poligonal besar dengan nukleus sentral yang berukuran

besar. Diantara hepatosit terdapat sinusoid yang berjejer dengan endothelium

fenestrata. Permukaan apikal dari hepatosit membentuk kanalikuli empedu, yang

bersatu membentuk bile duct dengan epitel kubus sebagai pelapisnya.15

Pada perbesaran 4x memperlihatkan bagian dari lobus hepar, termasuk trias

portal dan vena sentralis. Pada perbesaran 10x dan 20x menunjukan gambaran ductus

biliaris, arteri hepatica, dan vena portal, dan pada perbesaran 20x dan 40x

menunjukan gambaran sel hepatosit dan sel kupfer secara lebih mendetail.

Page 32: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

18

2.1.7 Gambaran Histologi Pankreas Normal

a) (b)

(c)

Gambar 2.10 Pankreas tikus perbesaran (a.) 4x, terlihat gambaran pulau langerhans

(PL) dan pankreas eksokrin (ExPa) ; (b.) 20x, terlihat gambaran pulau langerhans

(PL) ; (c) 40x, terlihat gambaran pulau langerhans (PL) dan sel acini (Ac) (Atlas of

Laboratory Mouse Histology, 2004).15

Pankreas memiliki dua fungsi, yaitu fungsi endokrin (pulau Langerhans) dan

eksokrin (serous acini). Pulau Langerhans berbentuk seperti sel poligon berwarna

putih yang dikelilingi oleh sinusoid. Pulau Langerhans terletak dekat dengan

pembuluh darah dan duktus pankreas. 15

Pada perbesaran 4x pankreas dipisahkan menjadi lobulus oleh septa. Pada

perbesaran 20x dan 40x menunjukan detail dari pulau Langerhans yang dikelilingi

oleh acini dari fungsi eksokrin pankreas. Pada perbesaran tersebut vasklular dari

pulau Langerhans dapat terlihat.

Page 33: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

19

2.1.8 Gambar Histologi Ginjal Normal

a) b)

c)

Gambar 2.8 Ginjal normal (a) Perbesaran 4x, terlihat gambaran tubulus (Tu) dan

glomerulus (Gl) ; (b) Perbesaran 20x, terlihat gambaran glomerulus (Gl), tubulus

kontortus proksimal (TKP), dan tubulus kontortus distal (TKD); (c) Gambaran

glomerulus Perbesaran 40x, terlihat gambaran glomerulus (Gl), kapsula bowman

(KB), tubulus kontortus proksimal (TKP), dan tubulus kontortus distal (TKD). (Atlas

of Laboratory Mouse Histology, 2004).15

Secara umum bagian dari ginjal terdiri atas korteks, medula, dan sebuah

papila yang sangat panjang. Papila masuk menuju pelvis renalis. Satu bagian

fungsional ginjal terdiri atas glomerolus, kapsula Bowman, dan tubulus ginjal.

Pada lapisan korteks ginjal dapat ditemukan gambaran glomerolus, yang

berukuran kecil pada gambaran histologis ginjal tikus. Selain glomerulus dapat juga

Page 34: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

20

diidentifikasi gambaran tubulus kontortus distal. Gambaran epitel pada kapsula

bowman adalah epitel squamosa. Sedangkan gambaran epitel pada tubulus kontortus

proksimal menunjukan gambaran berupa sel epitel kubus dengan mikrovili.15

Pada perbesaran 4x dapat terlihat gambaran kapsula ginjal, pada perbesaran

4x dan 10x akan nampak gambaran glomerulus dan tubulus kontortus pada korteks.

Lalu pada perbesaran 20x dan 40x akan nampak epitel dari tubulus ginjal. Selain itu

pada perbesaran tersebut akan tampak glomerolus dan kapsula bowman.

2.2. Kerangka Teori

Fiksasi

Dehidrasi

Clearing

Embedding

Perawatan Hewan

Nekropsi

Perfusi

Perfusi dengan

Phosphate-

Buffered Saline

Pembuatan Blok

Pemotongan

Jaringan

Pewarnaan HE

Identifikasi

Mikroskopik

Blocking

Page 35: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

21

2.3. Kerangka Konsep

2.4. Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara pengukuran

1 Gambaran preparat

organ ginjal tikus

-Gambaran glomerulus

-Gambaran tubulus

kontortus.

-Gambaran ruang

kapsula Bowman

Mikroskop

Olympus

BX-41

Identifikasi dengan

perbesaran 4x, 10x,

20x, dan 40x

2 Gambaran preparat

organ hepar tikus

-Gambaran hepatosit

-Gambaran vena porta

Mikroskop

Olympus

BX-41

Identifikasi dengan

perbesaran 4x, 10x,

20x, dan 40x

3 Gambaran preparat

organ pankreas tikus

-Gambaran kelenjar

eksokrin

-Gambaran kelenjar

endokrin

Mikroskop

Olympus

BX-41

Identifikasi dengan

perbesaran 4x, 10x,

20x, dan 40x

Belum memiliki SOP Baku di

Animal House dan Laboratorium

Histologi FKIK UIN-SH Jakarta

SOP perfusi pada

Animal House FKIK

UIN-SH Jakarta

Laboratorium Fakultas

Kedokteran Ilmu Kesehatan

UIN-SH Jakarta

SOP pewarnaan

jaringan pada

Laboratorium Histologi

FKIK UIN-SH Jakarta Pembuatan SOP

Histoteknik

Laboratorium FKIK

UIN-SH Jakarta

Page 36: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

22

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain eksperimental.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Agustus 2014.

3.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Animal House, Biokimia, Biologi,

Farmakologi, dan Histologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan jl.

Kertamukti No. 05, Pisangan Ciputat 15419, Tangerang Selatan.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus jantan strain

Sprague dawley, 80 hari, memiliki berat badan 200 gram. Hewan coba

tersebut diperoleh dari Departemen Patologi Institut Pertanian Bogor (IPB)

(Lampiran 1).13

Pada penelitian ini, digunakan organ hepar, pankreas, serta ginjal dari hewan

coba.

3.4. Cara Kerja Penelitian

3.4.1. Alat dan Bahan Penelitian

a. Tahap Nekropsi

Kapas, minor set surgeon, Zipline plastic bag, papan potong, dan eter

untuk anestesi.

b. Tahap Perfusi

Page 37: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

23

Alat perfusi menggunakan set infus dengan ukuran jarum 23G dan

PBS (Phosphate-Buffered Saline).

c. Tahap Dehidrasi

Gelas ukur 1000 ml dan 500 ml, Beaker glass 1000 ml dan 250 ml,

corong kaca, akuades, alkohol absolut CH3CH2OH Mallinckrodt

Chemicals, dan alkohol 95%

d. Tahap Parafinnisasi

Incubator dan Paraplast Leica Microsystem.

e. Tahap Clearing dan Embedding

Hotplate stirrer (sRS 710 HA), vials stopper tools neck.

f. Tahap Blocking

Cetakan blocking dan Spiritus

g. Tahap Pemotongan

Bunsen, mikrotom geser, korek api gas, water bath, kulkas, beaker glass

200 ml, putih telur, gliserin, dan es batu.

h. Tahap Pewarnaan

Kaca objek, cover glass, staining jar, mikroskop shimadzu T025A, spatula

kaca, timer, Hematoksilin, eosin, xylol, Canada balsam, akuades, H2SO4,

alcohol absolut CH3CH2OH, alcohol 95%.

i. Tahap Foto Jaringan

Kotak preparat, kamera preparat, computer lab, DVD foto, mikroskop

Olympus BX41.

Page 38: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

24

j. Tahap keseluruhan

Tissue, tissue berpori

3.4.2. Adaptasi Hewan Coba

Setelah hewan coba tiba di laboratorium Animal House, hewan coba diberikan

makan dan minum ad libitum dan dipindahkan dalam kandang yang berisikan 3 ekor

tikus. Lalu perilaku hewan coba diamati dan diadaptasi selama 14 hari.16

3.4.3. Tahapan Nekropsi (Perfusi)

Siapkan alat dan bahan. Alat serta bahan yang dipakai di laboratorium Animal

House untuk metode perfusi adalah set infus dengan ukuran jarum 23G, penyangga

set infus dengan ketinggian 72,5 cm, dan PBS (Phosphate Buffer Saline). PBS

merupakan larutan yang bersifat isotonik yang digunakan untuk menggantikan darah

sebagai tempat tumbuhnya mikroba, saat PBS digunakan sebagai larutan perfusi,

mikroba memiliki tempat untuk hidup sehingga proses pembusukan jaringan dapat

dihambat. Karena proses pembusukan jaringan dihambat, gambaran histologi yang

didapat akan menyerupai keadaan jaringan saat hewan coba hidup. Lakukan anestesi

menggunakan eter. Bila dilakukan rangsang tekan pada kaki atau ekor tikus dan tikus

tidak memberi respon, maka proses anestesi sudah berjalan dengan baik. Tikus

diletakkan pada papan nekropsi dan dilakukan pembedahan pada bagian

abdominothoracal. Setelah alat perfusi telah disambungkan dengan botol cairan

perfusi pada ketinggian 72,5 cm dari papan nekropsi, jarum perfusi ditusuk pada

bagian vena kava inferior dan potong vena kava inferior di bagian belakang jarum

dengan hati-hati. Larutan perfusi PBS dialirkan dengan kecepatan 20 ml/menit.

Pembuluh darah arteri dan vena intercostalis serta hepar diperhatikan hingga menjadi

pucat, hal ini menandakan bahwa proses perfusi sudah selesai. Lakukan nekropsi

organ-organ yang dibutuhkan (hepar, pankreas, ginjal). Organ dipotong dengan

ketebalan 0,5 cm dan direndam ke dalam larutan formalin 10%.

3.4.4. Tahap Pemrosesan Jaringan

Page 39: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

25

3.4.4.1. Dehidrasi

Proses dehidrasi menggunakan alkohol dengan variasi konsentrasi

50%, 70%, 80%, 90%. Pengenceran alkohol dilaksanakan dengan cara

penghitungan sebagai berikut:

1. Pengenceran alkohol 50% = 500 ml alkohol 95% + 450 ml akuades

2. Pengenceran alkohol 70% = 700 ml alkohol 95% + 250 ml akuades

3. Pengenceran alkohol 80% = 800 ml alkohol 95% + 150 ml akuades

4. Pengenceran alkohol 90% = 900 ml alkohol 95% + 50 ml akuades

Setiap konsentrasi larutan alkohol tersebut dipindahkan ke 3 buah pot

plastik, dimana masing-masing pot terisi setinggi 2/3 pot plastik. Setiap pot

dengan konsentrasi alkohol yang sama diberi label I, II, III untuk

menandakan urutan proses dehidrasi.

Tahap dehidrasi dimulai dengan memasukkan potongan hepar, ginjal

dan pankreas ke dalam pot plastik berlabel I, II, lalu III. Potongan organ

direndam selama 15 menit secara berurutan ke dalam larutan alkohol 50%,

70%, 80%, 90% dan 95%.

3.4.4.2. Clearing

Tahapan Clearing bertujuan untuk mengeluarkan alkohol dari jaringan, karena

alkohol dan parafin tidak dapat bersatu, sehingga larutan yang akan dimasukkan

ke dalam jaringan dapat berikatan dengan parafin. Pada tahapan ini digunakan

larutan toluol : alkohol (1:1) dan toluol murni.

Pertama, potongan organ dimasukkan ke dalam larutan toluol : alkohol (1:1)

dan direndam selama 25 menit. Kemudian potongan organ tersebut dipindahkan

dan direndam kembali ke dalam larutan toluol murni selama 60 menit hingga

berubah warna menjadi bening. Perendaman di larutan toluol murni diperpanjang

Page 40: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

26

sampai potongan menjadi bening apabila dalam waktu 60 menit potongan belum

berubah bening, dengan batas maksimal perendaman 120 menit, karena nantinya

akan menyebabkan pengerasan pada jaringan sehingga sulit untuk dilakukan

pemotongan.

3.4.4.3. Blocking

Tahapan ini merupakan proses pembuatan blok preparat agar nantinya dapat

dipotong dengan mikrotom. Cairkan parafin di hotplate stirrer dan tuangkan

sedikit ke dalam cetakan blok. Masukkan potongan organ secara perlahan dan

diposisikan agak di atas dari parafin, lalu tuangkan kembali parafin hingga organ

terendam.

3.4.5. Pemotongan Jaringan

Proses ini merupakan proses pemotongan jaringan dengan menggunakan

mikrotom. Tahapan pertama, rekatkan blok parafin diatas blok kayu dengan cara

memanaskan salah satu bagian di sisi blok parafin sampai agak mencair,

kemudian langsung tempelkan ke blok kayu. Letakkan blok parafin dan balok

kayu tersebut pada holder (pemegang) mikrotom dan kencangkan. Lakukan

pemotongan jaringan ini dengan ketebalan 6 µm. Jika diperlukan, atur sudut

kemiringan pisau mikrotom pada sudut 20-30 derajat.

Setelah blok parafin berhasil dipotong, angkat potongan dengan kuas dan

rendam potongan tersebut dalam water bath dengan suhu air 37-40oC hingga

potongan terlihat meregang. Kemudian, oleskan putih telur yang telah dicampur

dengan gliserin pada kaca objek secukupnya. Ambil potongan dengan kaca objek

yang dimasukkan ke dalam water bath. Letakkan kaca objek tersebut pada

hotplate dengan suhu 40-45oC hingga kering. Setelah kaca objek kering dan

potongan melekat dengan kuat pada kaca objek, angkat dari hotplate dan

potongan dapat diwarnai.

Page 41: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

27

3.4.6. Tahapan Pewarnaan HE

Sebelum proses pewarnaan dimulai masukkan xylol, alkohol dengan

konsentrasi 70%, 80%, 90%, alkohol absolut, alkohol asam, hematoksilin, eosin

dan aquades ke dalam staining jar dengan isi ¾ dari volume maksimum.

Masukkan dan rendam cawan yang berisi preparat kedalam staining jar yang

berisi xylol selama 10 menit, rendam 2 kali. Lalu pindahkan dan rendam cawan ke

dalam staining jar berisi alkohol absolut selama 5 menit, rendam 2 kali.

Pindahkan dan rendam cawan ke dalam staining jar berisi alkohol konsentrasi

90% selama 1 menit.

Pindah dan rendam cawan ke dalam staining jar berisi alkohol konsentrasi

80% selama 1 menit. Lalu pindah dan rendam cawan ke dalam staining jar berisi

alkohol konsentrasi 70% selama 1 menit. Pindah dan rendam cawan ke dalam

staining jar berisi akuades selama 4 menit. Pindahkan kembali cawan tersebut

dan rendam ke dalam staining jar yang berisi Hematoksilin dengan durasi hepar 4

menit; ginjal 2 menit; pankreas 1 menit. Selama durasi itu dilakukan pengamatan

dibawah mikroskop untuk menghindari terjadinya overstaining hematoksilin.

Lakukan perendaman cawan di dalam staining jar berisi akuades sebanyak 3 kali

dengan durasi 1 menit. Pindahkan dan rendam cawan ke dalam staining jar berisi

alkohol asam selama 30 detik.

Kemudian pindahkan dan rendam cawan kedalam staining jar yang sudah

dialiri air mengalir selama 1 menit. Pindahkan dan rendam cawan ke dalam

staining jar berisi Eosin selama 1 menit. Selama durasi itu dilakukan pengamatan

dibawah mikroskop untuk menghindari terjadinya overstaining eosin.

Lakukan pemindahan dan perendaman cawan di dalam staining jar berisi

akuades sebanyak 3 kali dengan durasi 1 menit. Pindahkan secara berurutan dan

rendam cawan ke dalam staining jar yang berisi alkohol dengan konsentrasi

Page 42: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

28

meningkat dari 70% sampai alkohol absolut selama 1 menit dan xylol sebanyak 2

kali 3 menit.

Segera teteskan dan ratakan canada balsam secukupnya di atas preparat dan

ditutup dengan cover glass. Amati di bawah mikroskop dan jangan biarkan ada

gelembung udara pada preparat. Berikan nama organ/kode organ serta tanggal

pembuatan. Tunggu hingga kering. Preparat siap disimpan.

3.4.7. Foto Jaringan

Preparat diamati dan difoto dengan menggunakan mikroskop Olympus BX41

dan software Olympus DP2-BSW. Preparat diamati dari perbesaran 4x, 10x, 20x,

dan 40x.

3.5. Alur Penelitian

Page 43: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

29

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Makroskopik

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Gregory J. Gage et, al. alat yang

seharusnya digunakan adalah alat perfusi yang memiliki pengukur kecepatan dan

tekanan. Kecepatan normal perfusi pada umumnya 20-25 ml/menit, sedangkan

tekanan yang dibutuhkan di awal adalah 80 mmHg, yang akan ditingkatkan secara

bertahap sampai batas maksimal 130 mmHg. Tujuan dari pengaturan tekanan dan

kecepatan tersebut agar hasil organ tikus yang diperfusi dapat tetap baik, maksimal

dan keseragaman hasil dapat tercapai. Pada penelitian kali ini, alat yang digunakan

berbeda dengan teori, kecepatan dan tekanan aliran larutan perfusi pada set infus

tidak dapat diatur agar tetap konstan, sehingga hasil yang didapat pada beberapa

organ tidak sesuai dengan teori.4,8

Berdasarkan artikel yang disusun oleh Miles Cunningham et al.8 disebutkan

bahwa untuk mengeluarkan seluruh darah dari dalam kapiler hewan yang diperfusi

tanpa menimbulkan kerusakan apapun dibutuhkan tekanan sebesar 300 mm Hg,

tekanan ini dapat dicapai dengan meletakkan alat perfusi pada ketinggian 4,08 m.

Pada artikel disebutkan pula untuk mencapai tekanan fisiologis sebesar 120 mm Hg,

alat perfusi harus diletakkan pada ketinggian 1,63 m. Dengan alat perfusi yang

digunakan, berupa infus set dengan penyangga setinggi 72,5 cm tekanan yang

didapatkan sebesar 53,37 mm Hg, hasil ini didapat dengan menghitung menggunakan

perbandingan tinggi dengan tekanan, dengan penghitungan . Saat tekanan

perfusi berada dibawah tekanan fisiologis dapat menyebabkan darah tidak seluruhnya

keluar dari kapiler. Saat darah tidak keluar seluruhnya dari kapiler, akan

menyebabkan cairan perfusi tidak dapat mencapai jaringan yang terhalangi oleh darah

pada daerah yang diperdarahi oleh kapiler tersebut, saat cairan perfusi tidak mencapai

jaringan tertentu, maka akan terjadi autolisis sel yang seharusnya dihentikan saat

proses perfusi.4,8

Page 44: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

30

Pada penelitian kali ini, jarum berukuran 23G dimasukkan melalui ventrikel kiri

(Gambar 4.1.a). Selain itu, keterampilan teknik penusukan dan pengaliran cairan

perfusi haruslah terlatih dan cepat, karena akan mempengaruhi keberhasilan dari

perfusi.

Gambar 4.1 Gambaran Makroskopik hasil perfusi. (a) Pengaturan sudut pada perfusi

; (b) Tanda perfusi sudah optimal ; (c) Perfusi selesai.

Pada penelitian kali ini, perfusi dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 60

menit, mengalirkan larutan PBS dengan kecepatan 20 ml/menit, melalui apeks dari

(a) (b)

(c)

Page 45: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

31

jantung tikus. Sembari larutan PBS dialirkan, darah yang ada di dalam pembuluh

darah arteri dan vena dari seluruh tubuh tikus akan keluar melalui lubang yang dibuat

di vena kava inferior tikus, dan digantikan dengan larutan PBS. Dalam waktu kurang

lebih 30 menit, organ hepar akan mulai berubah warna menjadi pucat, hal ini

dikarenakan hepar, sebagai tempat perombakan sel darah merah, kehilangan sel darah

merah selama dilakukan proses perfusi dan digantikan dengan larutan PBS. Arteri

dan vena interkostalis juga akan berubah pucat karena kehilangan darah yang

digantikan oleh larutan PBS, berubah pucatnya warna organ hepar dan arteri serta

vena interkostalis dari tikus merupakan indikator perfusi sudah dilaksanakan dengan

optimal.

Page 46: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

32

4.2 Organ Hepar

Tabel 4.1 Gambaran organ Hepar yang diperfusi dengan PBS

No. Kode Organ Hepatosit Vena Porta

1. A Normal Normal

2. B Normal Normal

3. C Normal Tidak dapat di identifikasi

(a)

(b)

Gambar 4.2. Hepar tikus (a) kiri: Perfusi PBS perbesaran 10x (insert: vena porta), kanan: gambaran

hepar normal perbesaran 10x, terlihat gambaran vena porta (VP) dan duktus biliaris (DB); (b) kiri:

Perfusi PBS perbesaran 40x (insert: hepatosit), kanan: gambaran hepar normal perbesaran 40x, terlihat

gambaran duktus biliaris (DB), hepatosit (He), arteri hepatika (AH), dan sel Kuppfer (SK).

Page 47: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

33

Pada hepar perfusi PBS (Gambar 4.2.a) terlihat taut antar sel rapat, bentuk sel

polyhedral, batas antar sel tidak dapat diidentifikasi, sitoplasma berwarna dominan

merah gelap, tetapi ada banyak sebaran sel berwarna ungu (sel Kupffer), nucleus dari

hepatosit berbentuk bulat dan berwarna ungu dengan sitoplasma berwarna merah

gelap, pada perbesaran 10x dapat dilihat adanya gambaran trias porta yang terdiri atas

vena porta, duktus biliaris, dan arteri hepatika. Namun saat perbesaran lensa

mikroskop dinaikkan, arteri hepatika tidak terlihat. Gambar berwarna kekuningan

dikarenakan waktu pengambilan gambar berselang 2 tahun dari pembuatan

sediaan.4,17

Page 48: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

34

4.3 Organ Pankreas

Tabel 4.2 Gambaran organ Pankreas yang diperfusi dengan PBS.

No. Kode Organ Kelenjar Eksokrin Kelenjar Endokrin

1. A Tidak dapat teridentifikasi Tidak dapat teridentifikasi

2. B Tidak dapat teridentifikasi Tidak dapat teridentifikasi

3. C Tidak dapat teridentifikasi Tidak dapat teridentifikasi

(a)

(b)

Gambar 4.3. Pankreas tikus (a) kiri: Perfusi PBS perbesaran 20x, kanan: gambaran normal

pankreas perbesaran 20x, terlihat gambaran pulau langerhans (PL); (b) kiri: Perfusi PBS

perbesaran 40x (insert: tidak dapat di identifikasi), kanan: gambaran normal pankreas perbesaran

40x, terlihat gambaran pulau langerhans (PL) dan sel acini (Ac).

Page 49: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

35

Pada pankreas perfusi PBS (Gambar 4.4.b insert), didapatkan jaringan yang

bertumpuk-tumpuk sehingga terlihat sebagai keadaan overstain hematoksilin.

Keadaan tersebut disebabkan karena pada proses pembuatan blok, ada tahapan

yang kurang maksimal dalam pengerjaannya, sehingga pankreas menjadi keras

dan sulit dipotong. Dan karena tekanan yang diberikan saat perfusi kurang dari

tekanan fisiologis, sehingga darah tidak seluruhnya keluar, menyebabkan perfusi

tidak maksimal dan terjadi perubahan sel karena proses autolisis sudah terjadi,

karena terjadinya autolisis, menyebabkan jaringan tidak dapat di identifikasi.

4.4 Organ Ginjal

Tabel 4.3 Gambaran organ ginjal yang diperfusi dengan PBS.

No. Kode Organ Glomerulus Tubulus Ruang Kapsula Bowman

1 A Normal Normal Normal

2 B Normal Normal Normal

3 C Normal Normal Normal

Page 50: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

36

(a)

(b)

(c)

Gambar 4.4 Ginjal tikus (a) kiri: Perfusi PBS A perbesaran 20x, kanan: gambaran normal ginjal

perbesaran 20x, terlihat gambaran glomerulus (Gl), tubulus kontortus proksimal (TKP), dan tubulus

kontortus distal (TKD) ; (b) kiri: Perfusi PBS A perbesaran 40x (insert: glomerulus dengan sel epitel

yang tersusun tidak beraturan serta penampakan kapsula bowman), kanan: gambaran normal ginjal

perbesaran 40x, terlihat gambaran glomerulus (Gl), kapsula bowman (KB), tubulus kontortus

proksimal (TKP), dan tubulus kontortus distal (TKD) ; (c) kiri: Perfusi PBS A perbesaran 40x (insert:

tubulus), kanan: gambaran normal ginjal perbesaran 40x, terlihat gambaran glomerulus (Gl), kapsula

bowman (KB), tubulus kontortus proksimal (TKP), dan tubulus kontortus distal (TKD).

Page 51: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

37

Pada ginjal perfusi PBS (Gambar 4.3.a) gambaran glomerulus dan tubulus

ginjal dapat dikenali, tubulus ginjal pada perfusi PBS terlihat cukup jelas dan agak

renggang.

Bentuk glomerulus pada preparat tampak baik. Sel endotel glomerulus dapat

dikenali dan terlihat cukup banyak sel endotel, kapsula Bowman terlihat normal dan

dapat di identifikasi (Gambar 4.3.b insert). Gambaran dari inti sel tubulus ginjal yang

diperfusi PBS tersusun tidak teratur (Gambar 4.3.c insert). Kondisi tersebut

disebabkan oleh teknik perfusi. Pada penelitian ini teknik perfusi dilakukan dengan

kecepatan 20 ml/menit dengan tekanan yang tidak dapat diukur. Tekanan yang rendah

dapat merusak jaringan dengan mekanisme jejas sel yaitu autolisis, dikarenakan

larutan PBS tidak dapat menjangkau seluruh jaringan, sehingga mikroba memulai

proses pembusukan.4,17

Page 52: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

38

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan:

1. Perfusi PBS tidak memberikan gambaran yang baik pada organ pankreas,

gambaran khas dari organ pankreas tidak dapat diidentifikasi berupa

kelenjar eksokrin dan endokrin dikarenakan pada saat perfusi

dilaksanakan, pengaturan kecepatan dan ketinggian tidak optimal sehingga

data yang digunakan pada penelitian ini tidak dapat digunakan sebagai

data dalam pembuatan SOP baku histoteknik di laboratorium Animal

House dan laboratorium Histologi kampus FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Gambaran histologi dari organ hepar dan ginjal memberikan gambaran

yang cukup baik. Gambaran khas dari organ ginjal dapat diidentifikasi,

seperti glomerulus dan tubulus, serta gambaran khas dari organ hepar,

seperti vena porta dan hepatosit dapat diidentifikasi. Pada organ hepar,

ginjal dan pankreas taut antar sel terlihat renggang akibat kurang

optimalnya pengaturan kecepatan dan tekanan pada proses perfusi.

5.2 Saran

1. Pengadaan alat yang sesuai dengan standar dan literatur.

2. Setelah alat yang sesuai dengan standar dan literatur tersedia, dilakukan

uji coba sehingga dapat menghasilkan SOP yang dapat digunakan pada

laboratorium Animal House dan laboratorium Histologi kampus FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Untuk penelitian selanjutnya, apabila alat belum tersedia yang sesuai

dengan standar, dapat mengatur ketinggian dari tiang penyangga infus set

untuk perfusi dengan bantuan gravitasi, agar tekanan yang dihasilkan saat

perfusi dapat mengeluarkan keseluruhan darah dari kapiler hewan coba.

Page 53: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

39

4. Untuk penelitian selanjutnya agar banyak berlatih menggunakan

microtome sehingga saat melakukan pemotongan organ tidak

mendapatkan hasil potongan yang terlalu tebal sehingga sulit

diidentifikasi.

5. Untuk penelitian selanjutnya agar mendokumentasikan setiap tahapan dan

perlakuan, agar memudahkan penyusunan pembahasan sesuai dengan apa

yang sudah dikerjakan.

Page 54: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

40

DAFTAR PUSTAKA

1. Jusuf, Ahmad Aulia. Histoteknik Dasar. Bagian Histologi Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. 2009.

2. Suntoro, Handari. Metode Pewarnaan: Histologi dan Histokimia. Bagian

Anatomi dan Mikroteknik Hewan Fakultas Biologi UGM. Jakarta: Penerbit

Bhiratara Karya Aksara. 1983

3. Hedrich, Hans. The Laboratory Mouse. Amsterdam, Netherlands: Elsevier.

2004

4. Gage, Gregory J. Klipke, Daryl R. et al. Whole Animal Perfusion Fixations for

Rodents. Pubmed. 2012 (65)

5. Medicago, AB. Smartbuffers Phosphate Buffered Saline (PBS) pH 7,4 and 7,2.

2011

6. Alkautsar, Imam. Studi Awal Histoteknik: Perfusi dan Gambaran Aqua

Formalin Terhadap Organ Ginjal, Hepar, dan Pankreas Tikus Strain Sprague

Dawley. Laporan Penelitian FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016

7. Junita Sari, Putri. Studi Awal: Histoteknik Perfusi PBS-Formalin dan

Gambaran Histologi Organ Hepar, Pankreas, dan Ginjal Tikus Strain

Sprague Dawley. Laporan Penelitian FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2015

8. Cunningham, Miles. Scouten, Charles W. et al. Sacrifice Perfusion in Animal

Research. Leica Biosystems, Wetzlar, Germany. McLean Hospital of Harvard

University, Belmont, MA, USA. 2012

9. Tian Du, Fu et al. A Modified Perfusion Method to Improve the Quality of

Procured Donor Pancreas in Rats. Gastroenterology Research. 2012. 5(6):

227-231

10. Rolls, Geoffrey. Fixation and Fixatives: Popular Fixative Solutions. Leica

Biosystems, Wetzlar, Germany. 2012

Page 55: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

41

11. Clockenbush, Cordula. Kast, Juergen. Optimization of Formaldehyde Cross-

Linking for Protein Interaction Analysis of Non-Tagged Integrin β1. Journal

of Biomedicine and Biotechnology. 2010

12. Rolls, Geoffrey. Fixation and Fixatives: Process of Fixation and the Nature

of Fixatives. Leica Biosystems, Wetzlar, Germany. 2012

13. Steven, Leary et al. AVMA Guidelines for the Euthanasia of Animals: 2013

Edition. Schaumburg: American Veterinary Medical Association. 2013

14. Waheed, Usman. Histotechniques Laboratory Techniques in Histopathology:

a Handbook for Medical Technologist. LAP LAMBERT Academic

Publishing. 2012

15. Conti, Claudio J. Benavides, Fernando. et al. Atlas of Laboratory Mouse

Histology. Texas Histopages. 2004

16. Askary, Fadel. Efek Pemberian Ekstrak Nigella sativa Terhadap Kadar

Glukosa Darah dan Trigliserida Pada Tikus Diabetes Mellitus yang Diinduksi

Streptozotocin. Laporan Penelitian FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2014

17. Kumar V, Cotran RS, Robbin SL. Buku Ajar Patologi Edisi ke-7. Vol 1.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007.

Page 56: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

42

LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Keterangan Tikus Sehat

Page 57: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

43

Lampiran 2

Gambar Preparat

Gambar 6.1 Hepar PBS A perbesaran 4x Gambar 6.2 Hepar PBS A perbesaran 10x

Gambar 6.3 Hepar PBS A perbesaran 20x Gambar 6.4 Hepar PBS A perbesaran 40x

Gambar 6.5 Hepar PBS B perbesaran 4x Gambar 6.6 Hepar PBS B perbesaran 10x

Page 58: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

44

Gambar 6.7 Hepar PBS B perbesaran 20x Gambar 6.8 Hepar PBS B perbesaran 40x

Gambar 6.9 Hepar PBS C perbesaran 4x Gambar 6.10 Hepar PBS C perbesaran 10x

Gambar 6.11 Hepar PBS C perbesaran 20x Gambar 6.12 Hepar PBS C perbesaran 40x

Gambar 6.13 Pankreas PBS A perbesaran 4x Gambar 6.14 Pankreas PBS A perbesaran 10x

Page 59: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

45

Gambar 6.15 Pankreas PBS A perbesaran 20x Gambar 6.16 Pankreas PBS A perbesaran 40x

Gambar 6.17 Pankreas PBS B perbesaran 4x Gambar 6.18 Pankreas PBS B perbesaran 10x

Gambar 6.19 Pankreas PBS B perbesaran 20x Gambar 6.20 Pankreas PBS B perbesaran 40x

Gambar 6.21 Pankreas PBS C perbesaran 4x Gambar 6.22 Pankreas PBS C perbesaran 10x

Page 60: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

46

Gambar 6.23 Pankreas PBS C perbesaran 20x Gambar 6.24 Pankreas PBS C perbesaran 40x

Gambar 6.25 Ginjal PBS A perbesaran 4x Gambar 6.26 Ginjal PBS A perbesaran 10x

Gambar 6.27 Ginjal PBS A perbesaran 20x Gambar 6.28 Ginjal PBS A perbesaran 40x

Gambar 6.29 Ginjal PBS B perbesaran 4x Gambar 6.30 Ginjal PBS B perbesaran 10x

Page 61: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

47

Gambar 6.31 Ginjal PBS B perbesaran 20x Gambar 6.32 Ginjal PBS B perbesaran 40x

Gambar 6.33 Ginjal PBS C perbesaran 4x Gambar 6.34 Ginjal PBS C perbesaran 10x

Gambar 6.35 Ginjal PBS C perbesaran 20x Gambar 6.36 Ginjal PBS C perbesaran 40x

Gambar 6.37 Hepar PBS A perbesaran 4x - 2016 Gambar 6.38 Hepar PBS A perbesaran 10x –

Page 62: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

48

2016

Gambar 6.39 Hepar PBS A perbesaran 20x -

2016

Gambar 6.40 Hepar PBS A perbesaran 40x -

2016

Gambar 6.41 Hepar PBS B perbesaran 4x - 2016 Gambar 6.42 Hepar PBS B perbesaran 10x -

2016

Gambar 6.43 Hepar PBS B perbesaran 20x -

2016

Gambar 6.44 Hepar PBS B perbesaran 40x -

2016

Page 63: GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN HEPAR, …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37384/1/FAISAL... · PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

49

Lampiran 3

Riwayat Hidup Penulis

Identitas

Nama : Faisal Ravif

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Juni 1995

Agama : Islam

Alamat : Telaga Kahuripan, Bukit Indraprasta blok A2/11

Parung - Bogor.

e-Mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

2000 - 2001 : TK Bustanul Anfal Ciseeng

2001 - 2007 : SDBI Madania Parung

2007 - 2010 : SMP Negeri 1 Kota Bogor

2010 - 2013 : SMA Negeri 3 Kota Bogor

2013 - sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta