gambaran efektivitas penggunaan obat antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

83
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik Tunggal dan Kombinasi Dalam Mengendalikan Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun 2012 SKRIPSI WAHYU PUTRI LESTARI NIM.109102000062 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN JAKARTA SEPTEMBER 2013

Upload: vumien

Post on 17-Sep-2018

217 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik Tunggal dan Kombinasi Dalam Mengendalikan Gula

Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun 2012

SKRIPSI

WAHYU PUTRI LESTARI

NIM109102000062

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

JAKARTA

SEPTEMBER 2013

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik Tunggal dan Kombinasi Dalam Mengendalikan Gula Darah

Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun 2012

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

WAHYU PUTRI LESTARI

NIM109102000062

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

JAKARTA

2013

iii

HALAMAN PERYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama Wahyu Putri Lestari

NIM 109102000062

Tanda Tangan

Tanggal 30 September 2013

iv

v

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama Wahyu Putri Lestari

Program Studi Strata-1 Farmasi

Judul Skripsi Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik Tunggal dan Kombinasi Dalam Mengendalikan Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun 2012 Penelitian yang dilakukan bersifat observasional dengan desain Cross Sectional terhadap Rekam Medik pasien DM Tipe II Pengambilan data dilakukan secara retrospektif selama 2 bulan yaitu mulai dari awal bulan Mei sampai Juni 2013 Hasil penelitian ini untuk persentase karakterisktik (meliputi jenis kelamin usia dan IMT) dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan Komplikasi Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal selebihnya ADO kombinasi Efektiv terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4 sedangkan penggunaan ADO kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3 Kata Kunci Diabetes Mellitus Tipe II ADO tunggal dan kombinasi Efektivitas gula darah sewaktu terkendali

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Nama Wahyu Putri Lestari

Program Studi Strata-1 Pharmacy

Judul Skripsi Description Effectiveness use antidiabetics single and combination in Controlling Blood Sugar At the Patients Diabetes Mellitus Type II in the RSUP Fatmawati 2012

This study aimed to determine the description Effectiveness use antidiabetic single and combination in controlling blood sugar at the patients Diabetic Mellitus Type II in Inpatient Lotus Floor V South in the RSUP Fatmawati 2012 An observational study was conducted with Cross-Sectional design of the medical record patients DM Type II Data is collect retrospektif during May to June 2013 The research results of 97 patient Diabetic Mellitus Type II in RSUP Fatmawati period 2012 found more female gender with ages ranging from between 50-lt60 years and with BMI between 25-299 patient have DM Tipe II with complication Use of antidiabetic drugs is the most widely ADO Single rest ADO combined The Effectivenes uncontrolled blood sugar use of ADO single most widely Metformin because the control of blood sugar control as seen on day 4 while the use of ADO combinations are Gludepatic with Gliquidone because blood sugar control as seen in control on day 3

Keywords Diabetes Mellitus Type II ADO single and combination effectiveness when the uncontrolled blood sugar

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa

mencurahkan segala rahmat-Nya kepada kita semua khususnya penulis dalam

menyelesaikan skripsi yang berjudul ldquoGambaran Efektivitas Penggunaan Obat

Antidiabetik Oral dan Kombinasi Dalam Mengendalikan Gula Darah Pada Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun

2012rdquo ini Shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW teladan bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di Instalasi Rekam Medik

pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUP Fatmawati serta teori yang

didapat dari berbagai literatur Dalam menyelesaikan masa perkuliahan sampai

penulisan skripsi ini tentu banyak berbagai kesulitan dan halangan yang

menyertai sehingga penulis tidak terlepas dari doa bantuan dan bimbingan

banyak pihak Oleh karena itu ucapan terima kasih penulis haturkan kepada

1 Ibu Dr Delina Hasan MKes Apt sebagai Pembimbing I dan ibu Dra Setianti

Haryani MFarm Apt sebagai Pembimbing II yang telah memberikan ilmu

nasehat waktu tenaga dan pikiran selama penelitian dan penulisan skripsi ini

2 Kementerian Agama Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin yang telah

memberikan bimbingan arahan dan ldquoBeasiswa Santri Jadi Dokterrdquo selama

menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Bapak Prof Dr (hc) dr MK Tadjudin SpAnd selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

4 Bapak Drs Umar Mansur MSc Apt selaku ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

5 Ibu Sabrina MSi Apt selaku pembimbing akademik yang telah memberikan

arahan selama masa perkuliahan

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6 Bapak dan Ibu staf pengajar serta karyawan yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

7 Kedua orang tua tercinta Ayahanda Sigit Hardiyanto Sp dan Ibunda Sumarni

Spd yang selalu ikhlas tanpa pamrih memberikan kasih sayang dukungan

moral material nasehat-nasehat serta lantunan doa di setiap waktu

8 Mbak Wulan dan Mas Ito yang selalu memberikan arahan semangat dan

dukungan

9 Teman-teman di Program Studi Farmasi Yunita Sari Eriska Boru Saragih

serta teman-teman EDTA-C tercinta atas semangat dan kebersamaan kita

selama perkuliahan berlangsung Semoga ukhuwah yang telah terjalin tidak

pernah putus dan akan terus berlanjut

10 Teman seperjuangan selama penelitian di RSUP Fatmawati Ika Susanti Dwi

Permatasari Misriana dan Fitri Nurmayanti atas bantuan yang telah diberikan

11 Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan

penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari

Allah SWT Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

ini oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini

Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Jakarta 30 September 2013

Penulis

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama Wahyu Putri Lestari NIM 109102000062 Program Studi Strata-1 Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jenis Karya Skripsi demi pengembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui skripsikarya ilmiah saya dengan judul

GAMBARAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK TUNGGAL DAN KOMBINASI DALAM

MENGENDALIKAN GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP)

FATMAWATI TAHUN 2012 untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta Demikian pernyataan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Jakarta Pada tanggal 30 September 2013

Yang menyatakan

(Wahyu Putri Lestari)

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISTILAH

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

12 Rumusan Masalah

13 Pertanyaan Penelitian

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

142 Tujuan Khusus

15 Manfaat Penelitian

16 Ruang Lingkup

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

212 Definisi Diabetes Mellitus

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

x

xi

xv

xvi

xvii

xvii

1

1

3

3

4

4

4

4

5

6

6

6

7

8

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik

217 Diagnosis Diabetes Mellitus Tipe II

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik Oral

232 Obat Antidiabetik Tunggal

233 Obat Antidiabetik Kombinasi

234 Obat-obat Antidiabetik Oral

2341 Golongan Sulfonilurea

2342 Golongan Meglitinid

2343 Golongan Biguanid

2344 Golongan Penghambat α-Glukosida

2345 Golongan Thiazolidinedion

BAB 3 KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

32 Definisi Operasional

BAB 4 METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi Penelitian

412 Waktu Penelitian

42 Desain Penelitian

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi Penelitian

432 Sampel Penelitian

44 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

441 Kriteria Inklusi

442 Kriteria Eksklusi

45 Pengumpulan Data

9

10

11

12

12

13

13

14

14

15

16

18

19

20

22

23

23

24

26

26

26

26

26

26

26

26

27

27

27

27

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

46 Rencana Analisis

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

52 Hasil Analisis Data Berdasarkan karateristik Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V

Selatan RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

522 Usia

523 Indeks Massa Tubuh

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Awal (saat masuk di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Akhir (sebelum keluar di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

543 Evaluasi Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang Menjalani Terapi

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antididabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe

II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati

28

29

29

29

29

30

30

31

31

32

33

33

33

34

35

35

36

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Penggunaan ADO Dalam Mengendalikan

Gula Darah di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Jenis

kelamin

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Usia

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan IMT

5624 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diognosis

5625 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada

Pasien DM Tipe II di RSUP Fatmawati

5627Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO

Dalam Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati Periode 2012

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

62 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

37

38

38

38

38

39

39

40

41

42

45

46

46

46

47

51

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Kriteria Diagnosis untuk Diabetes Mellitus

22 Penggolongan obat Antidiabetik oral

23 Golongan Sulfonilurea

24 Golongan Meglitinid

25 Gologan Biguanid

26 Golongan Penghambat α-Glikosidase

27 Golongan Thiazolidinedion

51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

52 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

53 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi komplikasi

56 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat

masuk RSUP Fatmawati)

57 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir

(setelah pemberian ADO)

58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian kadar gula

darah sewaktu

59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

511 Distribusi penggunaan ADO dalam mengendalikan GDS

12

15

16

19

20

21

22

29

30

30

31

32

33

33

34

35

36

37

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis Kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

Gambar 5 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi

Komplikasi

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar gula darah

awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar Gula Darah

Akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pegendalian Kadar

Gula Darah Sewaktu

Gambar 9 Diagram jumlah ADO tunggal dan kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM Tipe II

Gambar 10 Diagram jumlah obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

51

51

52

52

53

53

54

54

55

55

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Diagnosa

Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Terapi

Obat yang diberikan

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Lampiran 7 Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

51

52

53

55

56

60

63

65

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISTILAH

ADA American Diabetes Association

ADO Obat Antidiabetik

BB Berat Badan

DM Diabetes Mellitus

GDM Gestational Diabetes Mellitus

GDS Gula Darah Sewaktu

IDDM Diabetes Mellitus tergantung insulin (insulin- dependent diabetes mellitus)

IMT Indeks Massa Tubuh

NIDDM Diabetes tidak tergantung Insulin (non-insulin-dependent diabetes mellitus)

PERKENI Perkumpulan Endokrin Indonesia

PJK Penyakit Jantung Koroner

RM Rekam Medik

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral

WHO World Health Organization

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit kronik yang terjadi pada

jutaan orang didunia (American Diabetes Assosiation ADA 2010) Diabetes

merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya

peningkatan kadar gula darah (hiperglikemi) yang terjadi akibat kelainan

sekresi insulin aktivitas insulin dan keduanya (Smeltzer 2008)

Menurut WHO (2011) jumlah penderita Diabetes Mellitus di

Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah Amerika Serikat

India dan Cina WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang

diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang WHO memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 84 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 213 juta pada tahun 2030 Senada dengan WHO

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009 memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM dari 70 juta pada tahun 2009 menjadi 120

juta pada tahun 2030 Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi laporan

keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM

sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI 2011)

Berdasarkan data Riskesdas 2007 angka prevalensi Diabetes Mellitus

(DM) pada penduduk usia 15 tahun ke atas yang tinggal di daerah perkotaan

di Indonesia adalah 57 Diabetes Mellitus yang paling banyak ditemukan di

Indonesia adalah Diabetes Mellitus Tipe II (DM Tipe II) (Soegondo 2002)

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

Menurut Perkumpulan Endokrinilogi Indonesia (PERKENI 2011)

Sampai saat ini penanganan Diabetes Mellitus dilakukan terutama dengan

mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal Pendekatan terapi

tergantung pada tipe Diabetes Pada Diabetes Mellitus Tipe I penanganan

dilakukan dengan Insulin sedangkan pendekatan farmakologis utama untuk

mengatasi Diabetes Mellitus Tipe II adalah penggunaan obat Oral

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Antidiabetes (ODA) Pengobatan DM Tipe II sering mengharuskan

penggunaan terapi beberapa antidiabetika (terapi tunggal maupun kombinasi)

termasuk terapi kombinasi antidiabetika oral yang berbeda golongan atau

kombinasi dengan Insulin untuk mencapai kadar glukosa darah normal

(Dipiro 2005)

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan Diabetes Mellitus Tipe

II di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi tahun 2011 diketahui

bahwa jumlah penderita DM 500 pasien dengan menempati urutan ke 8 dari

10 besar penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Untuk

jumlah prevalensi profil penggunaan obat Antidiabetik dari penelitian

sebelumnya di Rumah sakit Umum Pusat Fatmawati pada tahun 2012 bulan

Januari-Maret dilaporkan untuk obat antidiabetik tunggal berdasarkan

golongan yaitu Sulfonilurea 57 Biguanida 35 Acarbose 8 sedangkan

untuk obat antidiabetik kombinasinya Sulfonilurea dengan Biguanid terbanyak

digunakan yaitu sebesar 43 (Irmayanti 2012)

Melihat kenaikan prevalensi DM secara global maka perlu dilakukan

suatu penelitian tentang gambaran efektivitas penggunaan obat Antidiabetik

tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah Sehingga pada akhir

penelitian ini diketahui efektivitas obat Antidiabetik dalam mengendalikan

gula darah yang terbaik dalam proses terapi Diabetes Mellitus Tipe II dengan

tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Karena selain

sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati digunakan juga sebagai Rumah

Sakit Pendidikan Selain itu jumlah prevalensi pasien DM di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka disusunlah rumusan

masalah penelitian sebagai berikut

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus

Tipe II semakin meningkat Menurut WHO jumlah penderita Diabetes

Mellitus di Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah

Amerika Serikat India dan Cina

Pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 500 pasien Diabetes Mellitus Tipe II

dengan menempati urutan ke 8 dari 10 besar penyakit rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II harus selalu minum obat untuk

mengendalikan gula darah

Diantara Obat tunggal dan kombinasi yang di resepkan dokter di RSUP

Fatmawati belum diketahui mana yang lebih efektiv dalam mengendalikan

gula darah

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Bagaimana penggunaan obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan kepada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

3 Bagaimana efektivitas obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan pada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat

antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula

darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui karakteristik pasien DM Tipe II meliputi jenis

kelamin usia dan IMT diagnosis penyakit serta data hasil

pemeriksaan laboratorium kadar gula darah yang menjalani

rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Mengetahui gambaran penggunaan obat Antidiabetik tunggal

dan kombinasi yang sering digunakan oleh pasien DM Tipe II

yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2012

3 Mengetahui efektivitas dengan menilai terkendalinya kadar gula

darah dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat Secara Metodologi

Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi untuk mencari obat yang efektiv dalam

mengendalikan gula darah untuk penanganan Diabetes Mellitus Tipe II

152 Manfaat Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada apoteker dokter

dan tenaga kesehatan lainnya dalam membuat kebijakan di Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dalam memilih obat-obatan

yang efektif pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 Ruang Lingkup

Masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetik sangatlah

luas Namun dalam penelitian ini hanya meneliti pada gambaran efektivitas

penggunaan obat Antidiabetik dalam mengendalikan gula darah Penelitian

dilakukan di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V Selatan di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dengan besar sampel 97 dimana 73 pasien

menggunakan Antidiabetik tunggal dan 24 pasien menggunakan Antidiabetik

kombinasi dengan waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2013 berdasarkan

data rekam medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan desain penelitian

bersifat Cross Sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah

DM dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550

sebelum masehi Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli

Mesir kuno dari Jerman George Ebers dan kemudian disebut sebagai The

Ebers Papyrus (Sinaga 2008)

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu

penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang

disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa

nyeri Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi penulis India Sushrutha

memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)

(Sinaga 2008)

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang

pertama kali memberi nama diabetes yang berarti ldquomengalir terusrdquo dan

mellitus yang berarti ldquomanisrdquo Disebut diabetes karena selalu minum

dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus

berupa urine yang banyak (poliuria) Disebut mellitus karena urine

penderita ini mengandung glukosa (Sinaga 2008)

Pada tahun 1921 Frederick Banting dan Charles Best berhasil

membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah Dengan demikian jelas bahwa

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang

disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti 2005) dalam (Fitrania

2008)

Akhirnya pada tahun 1945 Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO

(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia yang kemudian temuan OHO ini

berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya

(Fitrania 2008)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 2: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik Tunggal dan Kombinasi Dalam Mengendalikan Gula Darah

Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun 2012

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

WAHYU PUTRI LESTARI

NIM109102000062

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

JAKARTA

2013

iii

HALAMAN PERYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama Wahyu Putri Lestari

NIM 109102000062

Tanda Tangan

Tanggal 30 September 2013

iv

v

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama Wahyu Putri Lestari

Program Studi Strata-1 Farmasi

Judul Skripsi Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik Tunggal dan Kombinasi Dalam Mengendalikan Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun 2012 Penelitian yang dilakukan bersifat observasional dengan desain Cross Sectional terhadap Rekam Medik pasien DM Tipe II Pengambilan data dilakukan secara retrospektif selama 2 bulan yaitu mulai dari awal bulan Mei sampai Juni 2013 Hasil penelitian ini untuk persentase karakterisktik (meliputi jenis kelamin usia dan IMT) dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan Komplikasi Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal selebihnya ADO kombinasi Efektiv terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4 sedangkan penggunaan ADO kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3 Kata Kunci Diabetes Mellitus Tipe II ADO tunggal dan kombinasi Efektivitas gula darah sewaktu terkendali

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Nama Wahyu Putri Lestari

Program Studi Strata-1 Pharmacy

Judul Skripsi Description Effectiveness use antidiabetics single and combination in Controlling Blood Sugar At the Patients Diabetes Mellitus Type II in the RSUP Fatmawati 2012

This study aimed to determine the description Effectiveness use antidiabetic single and combination in controlling blood sugar at the patients Diabetic Mellitus Type II in Inpatient Lotus Floor V South in the RSUP Fatmawati 2012 An observational study was conducted with Cross-Sectional design of the medical record patients DM Type II Data is collect retrospektif during May to June 2013 The research results of 97 patient Diabetic Mellitus Type II in RSUP Fatmawati period 2012 found more female gender with ages ranging from between 50-lt60 years and with BMI between 25-299 patient have DM Tipe II with complication Use of antidiabetic drugs is the most widely ADO Single rest ADO combined The Effectivenes uncontrolled blood sugar use of ADO single most widely Metformin because the control of blood sugar control as seen on day 4 while the use of ADO combinations are Gludepatic with Gliquidone because blood sugar control as seen in control on day 3

Keywords Diabetes Mellitus Type II ADO single and combination effectiveness when the uncontrolled blood sugar

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa

mencurahkan segala rahmat-Nya kepada kita semua khususnya penulis dalam

menyelesaikan skripsi yang berjudul ldquoGambaran Efektivitas Penggunaan Obat

Antidiabetik Oral dan Kombinasi Dalam Mengendalikan Gula Darah Pada Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun

2012rdquo ini Shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW teladan bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di Instalasi Rekam Medik

pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUP Fatmawati serta teori yang

didapat dari berbagai literatur Dalam menyelesaikan masa perkuliahan sampai

penulisan skripsi ini tentu banyak berbagai kesulitan dan halangan yang

menyertai sehingga penulis tidak terlepas dari doa bantuan dan bimbingan

banyak pihak Oleh karena itu ucapan terima kasih penulis haturkan kepada

1 Ibu Dr Delina Hasan MKes Apt sebagai Pembimbing I dan ibu Dra Setianti

Haryani MFarm Apt sebagai Pembimbing II yang telah memberikan ilmu

nasehat waktu tenaga dan pikiran selama penelitian dan penulisan skripsi ini

2 Kementerian Agama Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin yang telah

memberikan bimbingan arahan dan ldquoBeasiswa Santri Jadi Dokterrdquo selama

menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Bapak Prof Dr (hc) dr MK Tadjudin SpAnd selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

4 Bapak Drs Umar Mansur MSc Apt selaku ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

5 Ibu Sabrina MSi Apt selaku pembimbing akademik yang telah memberikan

arahan selama masa perkuliahan

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6 Bapak dan Ibu staf pengajar serta karyawan yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

7 Kedua orang tua tercinta Ayahanda Sigit Hardiyanto Sp dan Ibunda Sumarni

Spd yang selalu ikhlas tanpa pamrih memberikan kasih sayang dukungan

moral material nasehat-nasehat serta lantunan doa di setiap waktu

8 Mbak Wulan dan Mas Ito yang selalu memberikan arahan semangat dan

dukungan

9 Teman-teman di Program Studi Farmasi Yunita Sari Eriska Boru Saragih

serta teman-teman EDTA-C tercinta atas semangat dan kebersamaan kita

selama perkuliahan berlangsung Semoga ukhuwah yang telah terjalin tidak

pernah putus dan akan terus berlanjut

10 Teman seperjuangan selama penelitian di RSUP Fatmawati Ika Susanti Dwi

Permatasari Misriana dan Fitri Nurmayanti atas bantuan yang telah diberikan

11 Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan

penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari

Allah SWT Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

ini oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini

Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Jakarta 30 September 2013

Penulis

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama Wahyu Putri Lestari NIM 109102000062 Program Studi Strata-1 Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jenis Karya Skripsi demi pengembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui skripsikarya ilmiah saya dengan judul

GAMBARAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK TUNGGAL DAN KOMBINASI DALAM

MENGENDALIKAN GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP)

FATMAWATI TAHUN 2012 untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta Demikian pernyataan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Jakarta Pada tanggal 30 September 2013

Yang menyatakan

(Wahyu Putri Lestari)

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISTILAH

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

12 Rumusan Masalah

13 Pertanyaan Penelitian

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

142 Tujuan Khusus

15 Manfaat Penelitian

16 Ruang Lingkup

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

212 Definisi Diabetes Mellitus

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

x

xi

xv

xvi

xvii

xvii

1

1

3

3

4

4

4

4

5

6

6

6

7

8

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik

217 Diagnosis Diabetes Mellitus Tipe II

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik Oral

232 Obat Antidiabetik Tunggal

233 Obat Antidiabetik Kombinasi

234 Obat-obat Antidiabetik Oral

2341 Golongan Sulfonilurea

2342 Golongan Meglitinid

2343 Golongan Biguanid

2344 Golongan Penghambat α-Glukosida

2345 Golongan Thiazolidinedion

BAB 3 KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

32 Definisi Operasional

BAB 4 METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi Penelitian

412 Waktu Penelitian

42 Desain Penelitian

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi Penelitian

432 Sampel Penelitian

44 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

441 Kriteria Inklusi

442 Kriteria Eksklusi

45 Pengumpulan Data

9

10

11

12

12

13

13

14

14

15

16

18

19

20

22

23

23

24

26

26

26

26

26

26

26

26

27

27

27

27

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

46 Rencana Analisis

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

52 Hasil Analisis Data Berdasarkan karateristik Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V

Selatan RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

522 Usia

523 Indeks Massa Tubuh

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Awal (saat masuk di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Akhir (sebelum keluar di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

543 Evaluasi Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang Menjalani Terapi

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antididabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe

II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati

28

29

29

29

29

30

30

31

31

32

33

33

33

34

35

35

36

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Penggunaan ADO Dalam Mengendalikan

Gula Darah di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Jenis

kelamin

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Usia

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan IMT

5624 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diognosis

5625 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada

Pasien DM Tipe II di RSUP Fatmawati

5627Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO

Dalam Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati Periode 2012

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

62 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

37

38

38

38

38

39

39

40

41

42

45

46

46

46

47

51

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Kriteria Diagnosis untuk Diabetes Mellitus

22 Penggolongan obat Antidiabetik oral

23 Golongan Sulfonilurea

24 Golongan Meglitinid

25 Gologan Biguanid

26 Golongan Penghambat α-Glikosidase

27 Golongan Thiazolidinedion

51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

52 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

53 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi komplikasi

56 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat

masuk RSUP Fatmawati)

57 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir

(setelah pemberian ADO)

58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian kadar gula

darah sewaktu

59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

511 Distribusi penggunaan ADO dalam mengendalikan GDS

12

15

16

19

20

21

22

29

30

30

31

32

33

33

34

35

36

37

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis Kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

Gambar 5 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi

Komplikasi

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar gula darah

awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar Gula Darah

Akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pegendalian Kadar

Gula Darah Sewaktu

Gambar 9 Diagram jumlah ADO tunggal dan kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM Tipe II

Gambar 10 Diagram jumlah obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

51

51

52

52

53

53

54

54

55

55

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Diagnosa

Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Terapi

Obat yang diberikan

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Lampiran 7 Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

51

52

53

55

56

60

63

65

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISTILAH

ADA American Diabetes Association

ADO Obat Antidiabetik

BB Berat Badan

DM Diabetes Mellitus

GDM Gestational Diabetes Mellitus

GDS Gula Darah Sewaktu

IDDM Diabetes Mellitus tergantung insulin (insulin- dependent diabetes mellitus)

IMT Indeks Massa Tubuh

NIDDM Diabetes tidak tergantung Insulin (non-insulin-dependent diabetes mellitus)

PERKENI Perkumpulan Endokrin Indonesia

PJK Penyakit Jantung Koroner

RM Rekam Medik

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral

WHO World Health Organization

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit kronik yang terjadi pada

jutaan orang didunia (American Diabetes Assosiation ADA 2010) Diabetes

merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya

peningkatan kadar gula darah (hiperglikemi) yang terjadi akibat kelainan

sekresi insulin aktivitas insulin dan keduanya (Smeltzer 2008)

Menurut WHO (2011) jumlah penderita Diabetes Mellitus di

Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah Amerika Serikat

India dan Cina WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang

diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang WHO memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 84 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 213 juta pada tahun 2030 Senada dengan WHO

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009 memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM dari 70 juta pada tahun 2009 menjadi 120

juta pada tahun 2030 Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi laporan

keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM

sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI 2011)

Berdasarkan data Riskesdas 2007 angka prevalensi Diabetes Mellitus

(DM) pada penduduk usia 15 tahun ke atas yang tinggal di daerah perkotaan

di Indonesia adalah 57 Diabetes Mellitus yang paling banyak ditemukan di

Indonesia adalah Diabetes Mellitus Tipe II (DM Tipe II) (Soegondo 2002)

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

Menurut Perkumpulan Endokrinilogi Indonesia (PERKENI 2011)

Sampai saat ini penanganan Diabetes Mellitus dilakukan terutama dengan

mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal Pendekatan terapi

tergantung pada tipe Diabetes Pada Diabetes Mellitus Tipe I penanganan

dilakukan dengan Insulin sedangkan pendekatan farmakologis utama untuk

mengatasi Diabetes Mellitus Tipe II adalah penggunaan obat Oral

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Antidiabetes (ODA) Pengobatan DM Tipe II sering mengharuskan

penggunaan terapi beberapa antidiabetika (terapi tunggal maupun kombinasi)

termasuk terapi kombinasi antidiabetika oral yang berbeda golongan atau

kombinasi dengan Insulin untuk mencapai kadar glukosa darah normal

(Dipiro 2005)

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan Diabetes Mellitus Tipe

II di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi tahun 2011 diketahui

bahwa jumlah penderita DM 500 pasien dengan menempati urutan ke 8 dari

10 besar penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Untuk

jumlah prevalensi profil penggunaan obat Antidiabetik dari penelitian

sebelumnya di Rumah sakit Umum Pusat Fatmawati pada tahun 2012 bulan

Januari-Maret dilaporkan untuk obat antidiabetik tunggal berdasarkan

golongan yaitu Sulfonilurea 57 Biguanida 35 Acarbose 8 sedangkan

untuk obat antidiabetik kombinasinya Sulfonilurea dengan Biguanid terbanyak

digunakan yaitu sebesar 43 (Irmayanti 2012)

Melihat kenaikan prevalensi DM secara global maka perlu dilakukan

suatu penelitian tentang gambaran efektivitas penggunaan obat Antidiabetik

tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah Sehingga pada akhir

penelitian ini diketahui efektivitas obat Antidiabetik dalam mengendalikan

gula darah yang terbaik dalam proses terapi Diabetes Mellitus Tipe II dengan

tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Karena selain

sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati digunakan juga sebagai Rumah

Sakit Pendidikan Selain itu jumlah prevalensi pasien DM di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka disusunlah rumusan

masalah penelitian sebagai berikut

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus

Tipe II semakin meningkat Menurut WHO jumlah penderita Diabetes

Mellitus di Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah

Amerika Serikat India dan Cina

Pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 500 pasien Diabetes Mellitus Tipe II

dengan menempati urutan ke 8 dari 10 besar penyakit rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II harus selalu minum obat untuk

mengendalikan gula darah

Diantara Obat tunggal dan kombinasi yang di resepkan dokter di RSUP

Fatmawati belum diketahui mana yang lebih efektiv dalam mengendalikan

gula darah

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Bagaimana penggunaan obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan kepada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

3 Bagaimana efektivitas obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan pada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat

antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula

darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui karakteristik pasien DM Tipe II meliputi jenis

kelamin usia dan IMT diagnosis penyakit serta data hasil

pemeriksaan laboratorium kadar gula darah yang menjalani

rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Mengetahui gambaran penggunaan obat Antidiabetik tunggal

dan kombinasi yang sering digunakan oleh pasien DM Tipe II

yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2012

3 Mengetahui efektivitas dengan menilai terkendalinya kadar gula

darah dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat Secara Metodologi

Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi untuk mencari obat yang efektiv dalam

mengendalikan gula darah untuk penanganan Diabetes Mellitus Tipe II

152 Manfaat Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada apoteker dokter

dan tenaga kesehatan lainnya dalam membuat kebijakan di Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dalam memilih obat-obatan

yang efektif pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 Ruang Lingkup

Masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetik sangatlah

luas Namun dalam penelitian ini hanya meneliti pada gambaran efektivitas

penggunaan obat Antidiabetik dalam mengendalikan gula darah Penelitian

dilakukan di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V Selatan di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dengan besar sampel 97 dimana 73 pasien

menggunakan Antidiabetik tunggal dan 24 pasien menggunakan Antidiabetik

kombinasi dengan waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2013 berdasarkan

data rekam medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan desain penelitian

bersifat Cross Sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah

DM dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550

sebelum masehi Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli

Mesir kuno dari Jerman George Ebers dan kemudian disebut sebagai The

Ebers Papyrus (Sinaga 2008)

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu

penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang

disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa

nyeri Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi penulis India Sushrutha

memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)

(Sinaga 2008)

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang

pertama kali memberi nama diabetes yang berarti ldquomengalir terusrdquo dan

mellitus yang berarti ldquomanisrdquo Disebut diabetes karena selalu minum

dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus

berupa urine yang banyak (poliuria) Disebut mellitus karena urine

penderita ini mengandung glukosa (Sinaga 2008)

Pada tahun 1921 Frederick Banting dan Charles Best berhasil

membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah Dengan demikian jelas bahwa

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang

disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti 2005) dalam (Fitrania

2008)

Akhirnya pada tahun 1945 Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO

(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia yang kemudian temuan OHO ini

berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya

(Fitrania 2008)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 3: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

iii

HALAMAN PERYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama Wahyu Putri Lestari

NIM 109102000062

Tanda Tangan

Tanggal 30 September 2013

iv

v

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama Wahyu Putri Lestari

Program Studi Strata-1 Farmasi

Judul Skripsi Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik Tunggal dan Kombinasi Dalam Mengendalikan Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun 2012 Penelitian yang dilakukan bersifat observasional dengan desain Cross Sectional terhadap Rekam Medik pasien DM Tipe II Pengambilan data dilakukan secara retrospektif selama 2 bulan yaitu mulai dari awal bulan Mei sampai Juni 2013 Hasil penelitian ini untuk persentase karakterisktik (meliputi jenis kelamin usia dan IMT) dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan Komplikasi Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal selebihnya ADO kombinasi Efektiv terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4 sedangkan penggunaan ADO kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3 Kata Kunci Diabetes Mellitus Tipe II ADO tunggal dan kombinasi Efektivitas gula darah sewaktu terkendali

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Nama Wahyu Putri Lestari

Program Studi Strata-1 Pharmacy

Judul Skripsi Description Effectiveness use antidiabetics single and combination in Controlling Blood Sugar At the Patients Diabetes Mellitus Type II in the RSUP Fatmawati 2012

This study aimed to determine the description Effectiveness use antidiabetic single and combination in controlling blood sugar at the patients Diabetic Mellitus Type II in Inpatient Lotus Floor V South in the RSUP Fatmawati 2012 An observational study was conducted with Cross-Sectional design of the medical record patients DM Type II Data is collect retrospektif during May to June 2013 The research results of 97 patient Diabetic Mellitus Type II in RSUP Fatmawati period 2012 found more female gender with ages ranging from between 50-lt60 years and with BMI between 25-299 patient have DM Tipe II with complication Use of antidiabetic drugs is the most widely ADO Single rest ADO combined The Effectivenes uncontrolled blood sugar use of ADO single most widely Metformin because the control of blood sugar control as seen on day 4 while the use of ADO combinations are Gludepatic with Gliquidone because blood sugar control as seen in control on day 3

Keywords Diabetes Mellitus Type II ADO single and combination effectiveness when the uncontrolled blood sugar

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa

mencurahkan segala rahmat-Nya kepada kita semua khususnya penulis dalam

menyelesaikan skripsi yang berjudul ldquoGambaran Efektivitas Penggunaan Obat

Antidiabetik Oral dan Kombinasi Dalam Mengendalikan Gula Darah Pada Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun

2012rdquo ini Shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW teladan bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di Instalasi Rekam Medik

pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUP Fatmawati serta teori yang

didapat dari berbagai literatur Dalam menyelesaikan masa perkuliahan sampai

penulisan skripsi ini tentu banyak berbagai kesulitan dan halangan yang

menyertai sehingga penulis tidak terlepas dari doa bantuan dan bimbingan

banyak pihak Oleh karena itu ucapan terima kasih penulis haturkan kepada

1 Ibu Dr Delina Hasan MKes Apt sebagai Pembimbing I dan ibu Dra Setianti

Haryani MFarm Apt sebagai Pembimbing II yang telah memberikan ilmu

nasehat waktu tenaga dan pikiran selama penelitian dan penulisan skripsi ini

2 Kementerian Agama Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin yang telah

memberikan bimbingan arahan dan ldquoBeasiswa Santri Jadi Dokterrdquo selama

menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Bapak Prof Dr (hc) dr MK Tadjudin SpAnd selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

4 Bapak Drs Umar Mansur MSc Apt selaku ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

5 Ibu Sabrina MSi Apt selaku pembimbing akademik yang telah memberikan

arahan selama masa perkuliahan

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6 Bapak dan Ibu staf pengajar serta karyawan yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

7 Kedua orang tua tercinta Ayahanda Sigit Hardiyanto Sp dan Ibunda Sumarni

Spd yang selalu ikhlas tanpa pamrih memberikan kasih sayang dukungan

moral material nasehat-nasehat serta lantunan doa di setiap waktu

8 Mbak Wulan dan Mas Ito yang selalu memberikan arahan semangat dan

dukungan

9 Teman-teman di Program Studi Farmasi Yunita Sari Eriska Boru Saragih

serta teman-teman EDTA-C tercinta atas semangat dan kebersamaan kita

selama perkuliahan berlangsung Semoga ukhuwah yang telah terjalin tidak

pernah putus dan akan terus berlanjut

10 Teman seperjuangan selama penelitian di RSUP Fatmawati Ika Susanti Dwi

Permatasari Misriana dan Fitri Nurmayanti atas bantuan yang telah diberikan

11 Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan

penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari

Allah SWT Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

ini oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini

Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Jakarta 30 September 2013

Penulis

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama Wahyu Putri Lestari NIM 109102000062 Program Studi Strata-1 Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jenis Karya Skripsi demi pengembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui skripsikarya ilmiah saya dengan judul

GAMBARAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK TUNGGAL DAN KOMBINASI DALAM

MENGENDALIKAN GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP)

FATMAWATI TAHUN 2012 untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta Demikian pernyataan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Jakarta Pada tanggal 30 September 2013

Yang menyatakan

(Wahyu Putri Lestari)

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISTILAH

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

12 Rumusan Masalah

13 Pertanyaan Penelitian

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

142 Tujuan Khusus

15 Manfaat Penelitian

16 Ruang Lingkup

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

212 Definisi Diabetes Mellitus

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

x

xi

xv

xvi

xvii

xvii

1

1

3

3

4

4

4

4

5

6

6

6

7

8

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik

217 Diagnosis Diabetes Mellitus Tipe II

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik Oral

232 Obat Antidiabetik Tunggal

233 Obat Antidiabetik Kombinasi

234 Obat-obat Antidiabetik Oral

2341 Golongan Sulfonilurea

2342 Golongan Meglitinid

2343 Golongan Biguanid

2344 Golongan Penghambat α-Glukosida

2345 Golongan Thiazolidinedion

BAB 3 KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

32 Definisi Operasional

BAB 4 METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi Penelitian

412 Waktu Penelitian

42 Desain Penelitian

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi Penelitian

432 Sampel Penelitian

44 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

441 Kriteria Inklusi

442 Kriteria Eksklusi

45 Pengumpulan Data

9

10

11

12

12

13

13

14

14

15

16

18

19

20

22

23

23

24

26

26

26

26

26

26

26

26

27

27

27

27

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

46 Rencana Analisis

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

52 Hasil Analisis Data Berdasarkan karateristik Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V

Selatan RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

522 Usia

523 Indeks Massa Tubuh

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Awal (saat masuk di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Akhir (sebelum keluar di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

543 Evaluasi Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang Menjalani Terapi

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antididabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe

II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati

28

29

29

29

29

30

30

31

31

32

33

33

33

34

35

35

36

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Penggunaan ADO Dalam Mengendalikan

Gula Darah di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Jenis

kelamin

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Usia

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan IMT

5624 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diognosis

5625 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada

Pasien DM Tipe II di RSUP Fatmawati

5627Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO

Dalam Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati Periode 2012

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

62 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

37

38

38

38

38

39

39

40

41

42

45

46

46

46

47

51

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Kriteria Diagnosis untuk Diabetes Mellitus

22 Penggolongan obat Antidiabetik oral

23 Golongan Sulfonilurea

24 Golongan Meglitinid

25 Gologan Biguanid

26 Golongan Penghambat α-Glikosidase

27 Golongan Thiazolidinedion

51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

52 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

53 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi komplikasi

56 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat

masuk RSUP Fatmawati)

57 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir

(setelah pemberian ADO)

58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian kadar gula

darah sewaktu

59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

511 Distribusi penggunaan ADO dalam mengendalikan GDS

12

15

16

19

20

21

22

29

30

30

31

32

33

33

34

35

36

37

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis Kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

Gambar 5 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi

Komplikasi

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar gula darah

awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar Gula Darah

Akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pegendalian Kadar

Gula Darah Sewaktu

Gambar 9 Diagram jumlah ADO tunggal dan kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM Tipe II

Gambar 10 Diagram jumlah obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

51

51

52

52

53

53

54

54

55

55

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Diagnosa

Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Terapi

Obat yang diberikan

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Lampiran 7 Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

51

52

53

55

56

60

63

65

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISTILAH

ADA American Diabetes Association

ADO Obat Antidiabetik

BB Berat Badan

DM Diabetes Mellitus

GDM Gestational Diabetes Mellitus

GDS Gula Darah Sewaktu

IDDM Diabetes Mellitus tergantung insulin (insulin- dependent diabetes mellitus)

IMT Indeks Massa Tubuh

NIDDM Diabetes tidak tergantung Insulin (non-insulin-dependent diabetes mellitus)

PERKENI Perkumpulan Endokrin Indonesia

PJK Penyakit Jantung Koroner

RM Rekam Medik

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral

WHO World Health Organization

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit kronik yang terjadi pada

jutaan orang didunia (American Diabetes Assosiation ADA 2010) Diabetes

merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya

peningkatan kadar gula darah (hiperglikemi) yang terjadi akibat kelainan

sekresi insulin aktivitas insulin dan keduanya (Smeltzer 2008)

Menurut WHO (2011) jumlah penderita Diabetes Mellitus di

Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah Amerika Serikat

India dan Cina WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang

diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang WHO memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 84 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 213 juta pada tahun 2030 Senada dengan WHO

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009 memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM dari 70 juta pada tahun 2009 menjadi 120

juta pada tahun 2030 Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi laporan

keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM

sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI 2011)

Berdasarkan data Riskesdas 2007 angka prevalensi Diabetes Mellitus

(DM) pada penduduk usia 15 tahun ke atas yang tinggal di daerah perkotaan

di Indonesia adalah 57 Diabetes Mellitus yang paling banyak ditemukan di

Indonesia adalah Diabetes Mellitus Tipe II (DM Tipe II) (Soegondo 2002)

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

Menurut Perkumpulan Endokrinilogi Indonesia (PERKENI 2011)

Sampai saat ini penanganan Diabetes Mellitus dilakukan terutama dengan

mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal Pendekatan terapi

tergantung pada tipe Diabetes Pada Diabetes Mellitus Tipe I penanganan

dilakukan dengan Insulin sedangkan pendekatan farmakologis utama untuk

mengatasi Diabetes Mellitus Tipe II adalah penggunaan obat Oral

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Antidiabetes (ODA) Pengobatan DM Tipe II sering mengharuskan

penggunaan terapi beberapa antidiabetika (terapi tunggal maupun kombinasi)

termasuk terapi kombinasi antidiabetika oral yang berbeda golongan atau

kombinasi dengan Insulin untuk mencapai kadar glukosa darah normal

(Dipiro 2005)

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan Diabetes Mellitus Tipe

II di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi tahun 2011 diketahui

bahwa jumlah penderita DM 500 pasien dengan menempati urutan ke 8 dari

10 besar penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Untuk

jumlah prevalensi profil penggunaan obat Antidiabetik dari penelitian

sebelumnya di Rumah sakit Umum Pusat Fatmawati pada tahun 2012 bulan

Januari-Maret dilaporkan untuk obat antidiabetik tunggal berdasarkan

golongan yaitu Sulfonilurea 57 Biguanida 35 Acarbose 8 sedangkan

untuk obat antidiabetik kombinasinya Sulfonilurea dengan Biguanid terbanyak

digunakan yaitu sebesar 43 (Irmayanti 2012)

Melihat kenaikan prevalensi DM secara global maka perlu dilakukan

suatu penelitian tentang gambaran efektivitas penggunaan obat Antidiabetik

tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah Sehingga pada akhir

penelitian ini diketahui efektivitas obat Antidiabetik dalam mengendalikan

gula darah yang terbaik dalam proses terapi Diabetes Mellitus Tipe II dengan

tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Karena selain

sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati digunakan juga sebagai Rumah

Sakit Pendidikan Selain itu jumlah prevalensi pasien DM di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka disusunlah rumusan

masalah penelitian sebagai berikut

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus

Tipe II semakin meningkat Menurut WHO jumlah penderita Diabetes

Mellitus di Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah

Amerika Serikat India dan Cina

Pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 500 pasien Diabetes Mellitus Tipe II

dengan menempati urutan ke 8 dari 10 besar penyakit rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II harus selalu minum obat untuk

mengendalikan gula darah

Diantara Obat tunggal dan kombinasi yang di resepkan dokter di RSUP

Fatmawati belum diketahui mana yang lebih efektiv dalam mengendalikan

gula darah

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Bagaimana penggunaan obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan kepada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

3 Bagaimana efektivitas obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan pada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat

antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula

darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui karakteristik pasien DM Tipe II meliputi jenis

kelamin usia dan IMT diagnosis penyakit serta data hasil

pemeriksaan laboratorium kadar gula darah yang menjalani

rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Mengetahui gambaran penggunaan obat Antidiabetik tunggal

dan kombinasi yang sering digunakan oleh pasien DM Tipe II

yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2012

3 Mengetahui efektivitas dengan menilai terkendalinya kadar gula

darah dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat Secara Metodologi

Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi untuk mencari obat yang efektiv dalam

mengendalikan gula darah untuk penanganan Diabetes Mellitus Tipe II

152 Manfaat Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada apoteker dokter

dan tenaga kesehatan lainnya dalam membuat kebijakan di Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dalam memilih obat-obatan

yang efektif pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 Ruang Lingkup

Masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetik sangatlah

luas Namun dalam penelitian ini hanya meneliti pada gambaran efektivitas

penggunaan obat Antidiabetik dalam mengendalikan gula darah Penelitian

dilakukan di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V Selatan di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dengan besar sampel 97 dimana 73 pasien

menggunakan Antidiabetik tunggal dan 24 pasien menggunakan Antidiabetik

kombinasi dengan waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2013 berdasarkan

data rekam medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan desain penelitian

bersifat Cross Sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah

DM dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550

sebelum masehi Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli

Mesir kuno dari Jerman George Ebers dan kemudian disebut sebagai The

Ebers Papyrus (Sinaga 2008)

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu

penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang

disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa

nyeri Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi penulis India Sushrutha

memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)

(Sinaga 2008)

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang

pertama kali memberi nama diabetes yang berarti ldquomengalir terusrdquo dan

mellitus yang berarti ldquomanisrdquo Disebut diabetes karena selalu minum

dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus

berupa urine yang banyak (poliuria) Disebut mellitus karena urine

penderita ini mengandung glukosa (Sinaga 2008)

Pada tahun 1921 Frederick Banting dan Charles Best berhasil

membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah Dengan demikian jelas bahwa

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang

disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti 2005) dalam (Fitrania

2008)

Akhirnya pada tahun 1945 Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO

(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia yang kemudian temuan OHO ini

berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya

(Fitrania 2008)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 4: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

iv

v

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama Wahyu Putri Lestari

Program Studi Strata-1 Farmasi

Judul Skripsi Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik Tunggal dan Kombinasi Dalam Mengendalikan Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun 2012 Penelitian yang dilakukan bersifat observasional dengan desain Cross Sectional terhadap Rekam Medik pasien DM Tipe II Pengambilan data dilakukan secara retrospektif selama 2 bulan yaitu mulai dari awal bulan Mei sampai Juni 2013 Hasil penelitian ini untuk persentase karakterisktik (meliputi jenis kelamin usia dan IMT) dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan Komplikasi Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal selebihnya ADO kombinasi Efektiv terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4 sedangkan penggunaan ADO kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3 Kata Kunci Diabetes Mellitus Tipe II ADO tunggal dan kombinasi Efektivitas gula darah sewaktu terkendali

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Nama Wahyu Putri Lestari

Program Studi Strata-1 Pharmacy

Judul Skripsi Description Effectiveness use antidiabetics single and combination in Controlling Blood Sugar At the Patients Diabetes Mellitus Type II in the RSUP Fatmawati 2012

This study aimed to determine the description Effectiveness use antidiabetic single and combination in controlling blood sugar at the patients Diabetic Mellitus Type II in Inpatient Lotus Floor V South in the RSUP Fatmawati 2012 An observational study was conducted with Cross-Sectional design of the medical record patients DM Type II Data is collect retrospektif during May to June 2013 The research results of 97 patient Diabetic Mellitus Type II in RSUP Fatmawati period 2012 found more female gender with ages ranging from between 50-lt60 years and with BMI between 25-299 patient have DM Tipe II with complication Use of antidiabetic drugs is the most widely ADO Single rest ADO combined The Effectivenes uncontrolled blood sugar use of ADO single most widely Metformin because the control of blood sugar control as seen on day 4 while the use of ADO combinations are Gludepatic with Gliquidone because blood sugar control as seen in control on day 3

Keywords Diabetes Mellitus Type II ADO single and combination effectiveness when the uncontrolled blood sugar

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa

mencurahkan segala rahmat-Nya kepada kita semua khususnya penulis dalam

menyelesaikan skripsi yang berjudul ldquoGambaran Efektivitas Penggunaan Obat

Antidiabetik Oral dan Kombinasi Dalam Mengendalikan Gula Darah Pada Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun

2012rdquo ini Shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW teladan bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di Instalasi Rekam Medik

pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUP Fatmawati serta teori yang

didapat dari berbagai literatur Dalam menyelesaikan masa perkuliahan sampai

penulisan skripsi ini tentu banyak berbagai kesulitan dan halangan yang

menyertai sehingga penulis tidak terlepas dari doa bantuan dan bimbingan

banyak pihak Oleh karena itu ucapan terima kasih penulis haturkan kepada

1 Ibu Dr Delina Hasan MKes Apt sebagai Pembimbing I dan ibu Dra Setianti

Haryani MFarm Apt sebagai Pembimbing II yang telah memberikan ilmu

nasehat waktu tenaga dan pikiran selama penelitian dan penulisan skripsi ini

2 Kementerian Agama Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin yang telah

memberikan bimbingan arahan dan ldquoBeasiswa Santri Jadi Dokterrdquo selama

menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Bapak Prof Dr (hc) dr MK Tadjudin SpAnd selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

4 Bapak Drs Umar Mansur MSc Apt selaku ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

5 Ibu Sabrina MSi Apt selaku pembimbing akademik yang telah memberikan

arahan selama masa perkuliahan

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6 Bapak dan Ibu staf pengajar serta karyawan yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

7 Kedua orang tua tercinta Ayahanda Sigit Hardiyanto Sp dan Ibunda Sumarni

Spd yang selalu ikhlas tanpa pamrih memberikan kasih sayang dukungan

moral material nasehat-nasehat serta lantunan doa di setiap waktu

8 Mbak Wulan dan Mas Ito yang selalu memberikan arahan semangat dan

dukungan

9 Teman-teman di Program Studi Farmasi Yunita Sari Eriska Boru Saragih

serta teman-teman EDTA-C tercinta atas semangat dan kebersamaan kita

selama perkuliahan berlangsung Semoga ukhuwah yang telah terjalin tidak

pernah putus dan akan terus berlanjut

10 Teman seperjuangan selama penelitian di RSUP Fatmawati Ika Susanti Dwi

Permatasari Misriana dan Fitri Nurmayanti atas bantuan yang telah diberikan

11 Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan

penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari

Allah SWT Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

ini oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini

Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Jakarta 30 September 2013

Penulis

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama Wahyu Putri Lestari NIM 109102000062 Program Studi Strata-1 Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jenis Karya Skripsi demi pengembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui skripsikarya ilmiah saya dengan judul

GAMBARAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK TUNGGAL DAN KOMBINASI DALAM

MENGENDALIKAN GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP)

FATMAWATI TAHUN 2012 untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta Demikian pernyataan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Jakarta Pada tanggal 30 September 2013

Yang menyatakan

(Wahyu Putri Lestari)

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISTILAH

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

12 Rumusan Masalah

13 Pertanyaan Penelitian

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

142 Tujuan Khusus

15 Manfaat Penelitian

16 Ruang Lingkup

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

212 Definisi Diabetes Mellitus

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

x

xi

xv

xvi

xvii

xvii

1

1

3

3

4

4

4

4

5

6

6

6

7

8

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik

217 Diagnosis Diabetes Mellitus Tipe II

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik Oral

232 Obat Antidiabetik Tunggal

233 Obat Antidiabetik Kombinasi

234 Obat-obat Antidiabetik Oral

2341 Golongan Sulfonilurea

2342 Golongan Meglitinid

2343 Golongan Biguanid

2344 Golongan Penghambat α-Glukosida

2345 Golongan Thiazolidinedion

BAB 3 KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

32 Definisi Operasional

BAB 4 METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi Penelitian

412 Waktu Penelitian

42 Desain Penelitian

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi Penelitian

432 Sampel Penelitian

44 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

441 Kriteria Inklusi

442 Kriteria Eksklusi

45 Pengumpulan Data

9

10

11

12

12

13

13

14

14

15

16

18

19

20

22

23

23

24

26

26

26

26

26

26

26

26

27

27

27

27

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

46 Rencana Analisis

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

52 Hasil Analisis Data Berdasarkan karateristik Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V

Selatan RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

522 Usia

523 Indeks Massa Tubuh

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Awal (saat masuk di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Akhir (sebelum keluar di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

543 Evaluasi Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang Menjalani Terapi

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antididabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe

II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati

28

29

29

29

29

30

30

31

31

32

33

33

33

34

35

35

36

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Penggunaan ADO Dalam Mengendalikan

Gula Darah di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Jenis

kelamin

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Usia

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan IMT

5624 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diognosis

5625 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada

Pasien DM Tipe II di RSUP Fatmawati

5627Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO

Dalam Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati Periode 2012

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

62 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

37

38

38

38

38

39

39

40

41

42

45

46

46

46

47

51

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Kriteria Diagnosis untuk Diabetes Mellitus

22 Penggolongan obat Antidiabetik oral

23 Golongan Sulfonilurea

24 Golongan Meglitinid

25 Gologan Biguanid

26 Golongan Penghambat α-Glikosidase

27 Golongan Thiazolidinedion

51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

52 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

53 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi komplikasi

56 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat

masuk RSUP Fatmawati)

57 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir

(setelah pemberian ADO)

58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian kadar gula

darah sewaktu

59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

511 Distribusi penggunaan ADO dalam mengendalikan GDS

12

15

16

19

20

21

22

29

30

30

31

32

33

33

34

35

36

37

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis Kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

Gambar 5 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi

Komplikasi

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar gula darah

awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar Gula Darah

Akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pegendalian Kadar

Gula Darah Sewaktu

Gambar 9 Diagram jumlah ADO tunggal dan kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM Tipe II

Gambar 10 Diagram jumlah obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

51

51

52

52

53

53

54

54

55

55

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Diagnosa

Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Terapi

Obat yang diberikan

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Lampiran 7 Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

51

52

53

55

56

60

63

65

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISTILAH

ADA American Diabetes Association

ADO Obat Antidiabetik

BB Berat Badan

DM Diabetes Mellitus

GDM Gestational Diabetes Mellitus

GDS Gula Darah Sewaktu

IDDM Diabetes Mellitus tergantung insulin (insulin- dependent diabetes mellitus)

IMT Indeks Massa Tubuh

NIDDM Diabetes tidak tergantung Insulin (non-insulin-dependent diabetes mellitus)

PERKENI Perkumpulan Endokrin Indonesia

PJK Penyakit Jantung Koroner

RM Rekam Medik

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral

WHO World Health Organization

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit kronik yang terjadi pada

jutaan orang didunia (American Diabetes Assosiation ADA 2010) Diabetes

merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya

peningkatan kadar gula darah (hiperglikemi) yang terjadi akibat kelainan

sekresi insulin aktivitas insulin dan keduanya (Smeltzer 2008)

Menurut WHO (2011) jumlah penderita Diabetes Mellitus di

Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah Amerika Serikat

India dan Cina WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang

diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang WHO memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 84 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 213 juta pada tahun 2030 Senada dengan WHO

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009 memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM dari 70 juta pada tahun 2009 menjadi 120

juta pada tahun 2030 Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi laporan

keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM

sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI 2011)

Berdasarkan data Riskesdas 2007 angka prevalensi Diabetes Mellitus

(DM) pada penduduk usia 15 tahun ke atas yang tinggal di daerah perkotaan

di Indonesia adalah 57 Diabetes Mellitus yang paling banyak ditemukan di

Indonesia adalah Diabetes Mellitus Tipe II (DM Tipe II) (Soegondo 2002)

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

Menurut Perkumpulan Endokrinilogi Indonesia (PERKENI 2011)

Sampai saat ini penanganan Diabetes Mellitus dilakukan terutama dengan

mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal Pendekatan terapi

tergantung pada tipe Diabetes Pada Diabetes Mellitus Tipe I penanganan

dilakukan dengan Insulin sedangkan pendekatan farmakologis utama untuk

mengatasi Diabetes Mellitus Tipe II adalah penggunaan obat Oral

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Antidiabetes (ODA) Pengobatan DM Tipe II sering mengharuskan

penggunaan terapi beberapa antidiabetika (terapi tunggal maupun kombinasi)

termasuk terapi kombinasi antidiabetika oral yang berbeda golongan atau

kombinasi dengan Insulin untuk mencapai kadar glukosa darah normal

(Dipiro 2005)

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan Diabetes Mellitus Tipe

II di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi tahun 2011 diketahui

bahwa jumlah penderita DM 500 pasien dengan menempati urutan ke 8 dari

10 besar penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Untuk

jumlah prevalensi profil penggunaan obat Antidiabetik dari penelitian

sebelumnya di Rumah sakit Umum Pusat Fatmawati pada tahun 2012 bulan

Januari-Maret dilaporkan untuk obat antidiabetik tunggal berdasarkan

golongan yaitu Sulfonilurea 57 Biguanida 35 Acarbose 8 sedangkan

untuk obat antidiabetik kombinasinya Sulfonilurea dengan Biguanid terbanyak

digunakan yaitu sebesar 43 (Irmayanti 2012)

Melihat kenaikan prevalensi DM secara global maka perlu dilakukan

suatu penelitian tentang gambaran efektivitas penggunaan obat Antidiabetik

tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah Sehingga pada akhir

penelitian ini diketahui efektivitas obat Antidiabetik dalam mengendalikan

gula darah yang terbaik dalam proses terapi Diabetes Mellitus Tipe II dengan

tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Karena selain

sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati digunakan juga sebagai Rumah

Sakit Pendidikan Selain itu jumlah prevalensi pasien DM di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka disusunlah rumusan

masalah penelitian sebagai berikut

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus

Tipe II semakin meningkat Menurut WHO jumlah penderita Diabetes

Mellitus di Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah

Amerika Serikat India dan Cina

Pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 500 pasien Diabetes Mellitus Tipe II

dengan menempati urutan ke 8 dari 10 besar penyakit rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II harus selalu minum obat untuk

mengendalikan gula darah

Diantara Obat tunggal dan kombinasi yang di resepkan dokter di RSUP

Fatmawati belum diketahui mana yang lebih efektiv dalam mengendalikan

gula darah

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Bagaimana penggunaan obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan kepada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

3 Bagaimana efektivitas obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan pada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat

antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula

darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui karakteristik pasien DM Tipe II meliputi jenis

kelamin usia dan IMT diagnosis penyakit serta data hasil

pemeriksaan laboratorium kadar gula darah yang menjalani

rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Mengetahui gambaran penggunaan obat Antidiabetik tunggal

dan kombinasi yang sering digunakan oleh pasien DM Tipe II

yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2012

3 Mengetahui efektivitas dengan menilai terkendalinya kadar gula

darah dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat Secara Metodologi

Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi untuk mencari obat yang efektiv dalam

mengendalikan gula darah untuk penanganan Diabetes Mellitus Tipe II

152 Manfaat Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada apoteker dokter

dan tenaga kesehatan lainnya dalam membuat kebijakan di Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dalam memilih obat-obatan

yang efektif pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 Ruang Lingkup

Masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetik sangatlah

luas Namun dalam penelitian ini hanya meneliti pada gambaran efektivitas

penggunaan obat Antidiabetik dalam mengendalikan gula darah Penelitian

dilakukan di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V Selatan di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dengan besar sampel 97 dimana 73 pasien

menggunakan Antidiabetik tunggal dan 24 pasien menggunakan Antidiabetik

kombinasi dengan waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2013 berdasarkan

data rekam medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan desain penelitian

bersifat Cross Sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah

DM dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550

sebelum masehi Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli

Mesir kuno dari Jerman George Ebers dan kemudian disebut sebagai The

Ebers Papyrus (Sinaga 2008)

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu

penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang

disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa

nyeri Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi penulis India Sushrutha

memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)

(Sinaga 2008)

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang

pertama kali memberi nama diabetes yang berarti ldquomengalir terusrdquo dan

mellitus yang berarti ldquomanisrdquo Disebut diabetes karena selalu minum

dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus

berupa urine yang banyak (poliuria) Disebut mellitus karena urine

penderita ini mengandung glukosa (Sinaga 2008)

Pada tahun 1921 Frederick Banting dan Charles Best berhasil

membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah Dengan demikian jelas bahwa

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang

disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti 2005) dalam (Fitrania

2008)

Akhirnya pada tahun 1945 Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO

(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia yang kemudian temuan OHO ini

berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya

(Fitrania 2008)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 5: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

v

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama Wahyu Putri Lestari

Program Studi Strata-1 Farmasi

Judul Skripsi Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik Tunggal dan Kombinasi Dalam Mengendalikan Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun 2012 Penelitian yang dilakukan bersifat observasional dengan desain Cross Sectional terhadap Rekam Medik pasien DM Tipe II Pengambilan data dilakukan secara retrospektif selama 2 bulan yaitu mulai dari awal bulan Mei sampai Juni 2013 Hasil penelitian ini untuk persentase karakterisktik (meliputi jenis kelamin usia dan IMT) dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan Komplikasi Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal selebihnya ADO kombinasi Efektiv terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4 sedangkan penggunaan ADO kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3 Kata Kunci Diabetes Mellitus Tipe II ADO tunggal dan kombinasi Efektivitas gula darah sewaktu terkendali

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Nama Wahyu Putri Lestari

Program Studi Strata-1 Pharmacy

Judul Skripsi Description Effectiveness use antidiabetics single and combination in Controlling Blood Sugar At the Patients Diabetes Mellitus Type II in the RSUP Fatmawati 2012

This study aimed to determine the description Effectiveness use antidiabetic single and combination in controlling blood sugar at the patients Diabetic Mellitus Type II in Inpatient Lotus Floor V South in the RSUP Fatmawati 2012 An observational study was conducted with Cross-Sectional design of the medical record patients DM Type II Data is collect retrospektif during May to June 2013 The research results of 97 patient Diabetic Mellitus Type II in RSUP Fatmawati period 2012 found more female gender with ages ranging from between 50-lt60 years and with BMI between 25-299 patient have DM Tipe II with complication Use of antidiabetic drugs is the most widely ADO Single rest ADO combined The Effectivenes uncontrolled blood sugar use of ADO single most widely Metformin because the control of blood sugar control as seen on day 4 while the use of ADO combinations are Gludepatic with Gliquidone because blood sugar control as seen in control on day 3

Keywords Diabetes Mellitus Type II ADO single and combination effectiveness when the uncontrolled blood sugar

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa

mencurahkan segala rahmat-Nya kepada kita semua khususnya penulis dalam

menyelesaikan skripsi yang berjudul ldquoGambaran Efektivitas Penggunaan Obat

Antidiabetik Oral dan Kombinasi Dalam Mengendalikan Gula Darah Pada Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun

2012rdquo ini Shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW teladan bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di Instalasi Rekam Medik

pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUP Fatmawati serta teori yang

didapat dari berbagai literatur Dalam menyelesaikan masa perkuliahan sampai

penulisan skripsi ini tentu banyak berbagai kesulitan dan halangan yang

menyertai sehingga penulis tidak terlepas dari doa bantuan dan bimbingan

banyak pihak Oleh karena itu ucapan terima kasih penulis haturkan kepada

1 Ibu Dr Delina Hasan MKes Apt sebagai Pembimbing I dan ibu Dra Setianti

Haryani MFarm Apt sebagai Pembimbing II yang telah memberikan ilmu

nasehat waktu tenaga dan pikiran selama penelitian dan penulisan skripsi ini

2 Kementerian Agama Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin yang telah

memberikan bimbingan arahan dan ldquoBeasiswa Santri Jadi Dokterrdquo selama

menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Bapak Prof Dr (hc) dr MK Tadjudin SpAnd selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

4 Bapak Drs Umar Mansur MSc Apt selaku ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

5 Ibu Sabrina MSi Apt selaku pembimbing akademik yang telah memberikan

arahan selama masa perkuliahan

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6 Bapak dan Ibu staf pengajar serta karyawan yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

7 Kedua orang tua tercinta Ayahanda Sigit Hardiyanto Sp dan Ibunda Sumarni

Spd yang selalu ikhlas tanpa pamrih memberikan kasih sayang dukungan

moral material nasehat-nasehat serta lantunan doa di setiap waktu

8 Mbak Wulan dan Mas Ito yang selalu memberikan arahan semangat dan

dukungan

9 Teman-teman di Program Studi Farmasi Yunita Sari Eriska Boru Saragih

serta teman-teman EDTA-C tercinta atas semangat dan kebersamaan kita

selama perkuliahan berlangsung Semoga ukhuwah yang telah terjalin tidak

pernah putus dan akan terus berlanjut

10 Teman seperjuangan selama penelitian di RSUP Fatmawati Ika Susanti Dwi

Permatasari Misriana dan Fitri Nurmayanti atas bantuan yang telah diberikan

11 Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan

penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari

Allah SWT Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

ini oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini

Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Jakarta 30 September 2013

Penulis

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama Wahyu Putri Lestari NIM 109102000062 Program Studi Strata-1 Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jenis Karya Skripsi demi pengembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui skripsikarya ilmiah saya dengan judul

GAMBARAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK TUNGGAL DAN KOMBINASI DALAM

MENGENDALIKAN GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP)

FATMAWATI TAHUN 2012 untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta Demikian pernyataan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Jakarta Pada tanggal 30 September 2013

Yang menyatakan

(Wahyu Putri Lestari)

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISTILAH

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

12 Rumusan Masalah

13 Pertanyaan Penelitian

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

142 Tujuan Khusus

15 Manfaat Penelitian

16 Ruang Lingkup

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

212 Definisi Diabetes Mellitus

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

x

xi

xv

xvi

xvii

xvii

1

1

3

3

4

4

4

4

5

6

6

6

7

8

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik

217 Diagnosis Diabetes Mellitus Tipe II

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik Oral

232 Obat Antidiabetik Tunggal

233 Obat Antidiabetik Kombinasi

234 Obat-obat Antidiabetik Oral

2341 Golongan Sulfonilurea

2342 Golongan Meglitinid

2343 Golongan Biguanid

2344 Golongan Penghambat α-Glukosida

2345 Golongan Thiazolidinedion

BAB 3 KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

32 Definisi Operasional

BAB 4 METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi Penelitian

412 Waktu Penelitian

42 Desain Penelitian

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi Penelitian

432 Sampel Penelitian

44 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

441 Kriteria Inklusi

442 Kriteria Eksklusi

45 Pengumpulan Data

9

10

11

12

12

13

13

14

14

15

16

18

19

20

22

23

23

24

26

26

26

26

26

26

26

26

27

27

27

27

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

46 Rencana Analisis

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

52 Hasil Analisis Data Berdasarkan karateristik Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V

Selatan RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

522 Usia

523 Indeks Massa Tubuh

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Awal (saat masuk di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Akhir (sebelum keluar di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

543 Evaluasi Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang Menjalani Terapi

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antididabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe

II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati

28

29

29

29

29

30

30

31

31

32

33

33

33

34

35

35

36

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Penggunaan ADO Dalam Mengendalikan

Gula Darah di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Jenis

kelamin

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Usia

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan IMT

5624 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diognosis

5625 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada

Pasien DM Tipe II di RSUP Fatmawati

5627Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO

Dalam Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati Periode 2012

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

62 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

37

38

38

38

38

39

39

40

41

42

45

46

46

46

47

51

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Kriteria Diagnosis untuk Diabetes Mellitus

22 Penggolongan obat Antidiabetik oral

23 Golongan Sulfonilurea

24 Golongan Meglitinid

25 Gologan Biguanid

26 Golongan Penghambat α-Glikosidase

27 Golongan Thiazolidinedion

51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

52 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

53 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi komplikasi

56 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat

masuk RSUP Fatmawati)

57 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir

(setelah pemberian ADO)

58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian kadar gula

darah sewaktu

59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

511 Distribusi penggunaan ADO dalam mengendalikan GDS

12

15

16

19

20

21

22

29

30

30

31

32

33

33

34

35

36

37

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis Kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

Gambar 5 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi

Komplikasi

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar gula darah

awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar Gula Darah

Akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pegendalian Kadar

Gula Darah Sewaktu

Gambar 9 Diagram jumlah ADO tunggal dan kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM Tipe II

Gambar 10 Diagram jumlah obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

51

51

52

52

53

53

54

54

55

55

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Diagnosa

Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Terapi

Obat yang diberikan

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Lampiran 7 Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

51

52

53

55

56

60

63

65

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISTILAH

ADA American Diabetes Association

ADO Obat Antidiabetik

BB Berat Badan

DM Diabetes Mellitus

GDM Gestational Diabetes Mellitus

GDS Gula Darah Sewaktu

IDDM Diabetes Mellitus tergantung insulin (insulin- dependent diabetes mellitus)

IMT Indeks Massa Tubuh

NIDDM Diabetes tidak tergantung Insulin (non-insulin-dependent diabetes mellitus)

PERKENI Perkumpulan Endokrin Indonesia

PJK Penyakit Jantung Koroner

RM Rekam Medik

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral

WHO World Health Organization

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit kronik yang terjadi pada

jutaan orang didunia (American Diabetes Assosiation ADA 2010) Diabetes

merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya

peningkatan kadar gula darah (hiperglikemi) yang terjadi akibat kelainan

sekresi insulin aktivitas insulin dan keduanya (Smeltzer 2008)

Menurut WHO (2011) jumlah penderita Diabetes Mellitus di

Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah Amerika Serikat

India dan Cina WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang

diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang WHO memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 84 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 213 juta pada tahun 2030 Senada dengan WHO

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009 memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM dari 70 juta pada tahun 2009 menjadi 120

juta pada tahun 2030 Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi laporan

keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM

sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI 2011)

Berdasarkan data Riskesdas 2007 angka prevalensi Diabetes Mellitus

(DM) pada penduduk usia 15 tahun ke atas yang tinggal di daerah perkotaan

di Indonesia adalah 57 Diabetes Mellitus yang paling banyak ditemukan di

Indonesia adalah Diabetes Mellitus Tipe II (DM Tipe II) (Soegondo 2002)

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

Menurut Perkumpulan Endokrinilogi Indonesia (PERKENI 2011)

Sampai saat ini penanganan Diabetes Mellitus dilakukan terutama dengan

mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal Pendekatan terapi

tergantung pada tipe Diabetes Pada Diabetes Mellitus Tipe I penanganan

dilakukan dengan Insulin sedangkan pendekatan farmakologis utama untuk

mengatasi Diabetes Mellitus Tipe II adalah penggunaan obat Oral

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Antidiabetes (ODA) Pengobatan DM Tipe II sering mengharuskan

penggunaan terapi beberapa antidiabetika (terapi tunggal maupun kombinasi)

termasuk terapi kombinasi antidiabetika oral yang berbeda golongan atau

kombinasi dengan Insulin untuk mencapai kadar glukosa darah normal

(Dipiro 2005)

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan Diabetes Mellitus Tipe

II di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi tahun 2011 diketahui

bahwa jumlah penderita DM 500 pasien dengan menempati urutan ke 8 dari

10 besar penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Untuk

jumlah prevalensi profil penggunaan obat Antidiabetik dari penelitian

sebelumnya di Rumah sakit Umum Pusat Fatmawati pada tahun 2012 bulan

Januari-Maret dilaporkan untuk obat antidiabetik tunggal berdasarkan

golongan yaitu Sulfonilurea 57 Biguanida 35 Acarbose 8 sedangkan

untuk obat antidiabetik kombinasinya Sulfonilurea dengan Biguanid terbanyak

digunakan yaitu sebesar 43 (Irmayanti 2012)

Melihat kenaikan prevalensi DM secara global maka perlu dilakukan

suatu penelitian tentang gambaran efektivitas penggunaan obat Antidiabetik

tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah Sehingga pada akhir

penelitian ini diketahui efektivitas obat Antidiabetik dalam mengendalikan

gula darah yang terbaik dalam proses terapi Diabetes Mellitus Tipe II dengan

tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Karena selain

sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati digunakan juga sebagai Rumah

Sakit Pendidikan Selain itu jumlah prevalensi pasien DM di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka disusunlah rumusan

masalah penelitian sebagai berikut

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus

Tipe II semakin meningkat Menurut WHO jumlah penderita Diabetes

Mellitus di Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah

Amerika Serikat India dan Cina

Pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 500 pasien Diabetes Mellitus Tipe II

dengan menempati urutan ke 8 dari 10 besar penyakit rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II harus selalu minum obat untuk

mengendalikan gula darah

Diantara Obat tunggal dan kombinasi yang di resepkan dokter di RSUP

Fatmawati belum diketahui mana yang lebih efektiv dalam mengendalikan

gula darah

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Bagaimana penggunaan obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan kepada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

3 Bagaimana efektivitas obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan pada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat

antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula

darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui karakteristik pasien DM Tipe II meliputi jenis

kelamin usia dan IMT diagnosis penyakit serta data hasil

pemeriksaan laboratorium kadar gula darah yang menjalani

rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Mengetahui gambaran penggunaan obat Antidiabetik tunggal

dan kombinasi yang sering digunakan oleh pasien DM Tipe II

yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2012

3 Mengetahui efektivitas dengan menilai terkendalinya kadar gula

darah dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat Secara Metodologi

Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi untuk mencari obat yang efektiv dalam

mengendalikan gula darah untuk penanganan Diabetes Mellitus Tipe II

152 Manfaat Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada apoteker dokter

dan tenaga kesehatan lainnya dalam membuat kebijakan di Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dalam memilih obat-obatan

yang efektif pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 Ruang Lingkup

Masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetik sangatlah

luas Namun dalam penelitian ini hanya meneliti pada gambaran efektivitas

penggunaan obat Antidiabetik dalam mengendalikan gula darah Penelitian

dilakukan di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V Selatan di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dengan besar sampel 97 dimana 73 pasien

menggunakan Antidiabetik tunggal dan 24 pasien menggunakan Antidiabetik

kombinasi dengan waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2013 berdasarkan

data rekam medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan desain penelitian

bersifat Cross Sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah

DM dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550

sebelum masehi Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli

Mesir kuno dari Jerman George Ebers dan kemudian disebut sebagai The

Ebers Papyrus (Sinaga 2008)

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu

penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang

disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa

nyeri Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi penulis India Sushrutha

memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)

(Sinaga 2008)

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang

pertama kali memberi nama diabetes yang berarti ldquomengalir terusrdquo dan

mellitus yang berarti ldquomanisrdquo Disebut diabetes karena selalu minum

dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus

berupa urine yang banyak (poliuria) Disebut mellitus karena urine

penderita ini mengandung glukosa (Sinaga 2008)

Pada tahun 1921 Frederick Banting dan Charles Best berhasil

membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah Dengan demikian jelas bahwa

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang

disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti 2005) dalam (Fitrania

2008)

Akhirnya pada tahun 1945 Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO

(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia yang kemudian temuan OHO ini

berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya

(Fitrania 2008)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 6: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama Wahyu Putri Lestari

Program Studi Strata-1 Farmasi

Judul Skripsi Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik Tunggal dan Kombinasi Dalam Mengendalikan Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun 2012 Penelitian yang dilakukan bersifat observasional dengan desain Cross Sectional terhadap Rekam Medik pasien DM Tipe II Pengambilan data dilakukan secara retrospektif selama 2 bulan yaitu mulai dari awal bulan Mei sampai Juni 2013 Hasil penelitian ini untuk persentase karakterisktik (meliputi jenis kelamin usia dan IMT) dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan Komplikasi Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal selebihnya ADO kombinasi Efektiv terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4 sedangkan penggunaan ADO kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3 Kata Kunci Diabetes Mellitus Tipe II ADO tunggal dan kombinasi Efektivitas gula darah sewaktu terkendali

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Nama Wahyu Putri Lestari

Program Studi Strata-1 Pharmacy

Judul Skripsi Description Effectiveness use antidiabetics single and combination in Controlling Blood Sugar At the Patients Diabetes Mellitus Type II in the RSUP Fatmawati 2012

This study aimed to determine the description Effectiveness use antidiabetic single and combination in controlling blood sugar at the patients Diabetic Mellitus Type II in Inpatient Lotus Floor V South in the RSUP Fatmawati 2012 An observational study was conducted with Cross-Sectional design of the medical record patients DM Type II Data is collect retrospektif during May to June 2013 The research results of 97 patient Diabetic Mellitus Type II in RSUP Fatmawati period 2012 found more female gender with ages ranging from between 50-lt60 years and with BMI between 25-299 patient have DM Tipe II with complication Use of antidiabetic drugs is the most widely ADO Single rest ADO combined The Effectivenes uncontrolled blood sugar use of ADO single most widely Metformin because the control of blood sugar control as seen on day 4 while the use of ADO combinations are Gludepatic with Gliquidone because blood sugar control as seen in control on day 3

Keywords Diabetes Mellitus Type II ADO single and combination effectiveness when the uncontrolled blood sugar

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa

mencurahkan segala rahmat-Nya kepada kita semua khususnya penulis dalam

menyelesaikan skripsi yang berjudul ldquoGambaran Efektivitas Penggunaan Obat

Antidiabetik Oral dan Kombinasi Dalam Mengendalikan Gula Darah Pada Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun

2012rdquo ini Shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW teladan bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di Instalasi Rekam Medik

pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUP Fatmawati serta teori yang

didapat dari berbagai literatur Dalam menyelesaikan masa perkuliahan sampai

penulisan skripsi ini tentu banyak berbagai kesulitan dan halangan yang

menyertai sehingga penulis tidak terlepas dari doa bantuan dan bimbingan

banyak pihak Oleh karena itu ucapan terima kasih penulis haturkan kepada

1 Ibu Dr Delina Hasan MKes Apt sebagai Pembimbing I dan ibu Dra Setianti

Haryani MFarm Apt sebagai Pembimbing II yang telah memberikan ilmu

nasehat waktu tenaga dan pikiran selama penelitian dan penulisan skripsi ini

2 Kementerian Agama Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin yang telah

memberikan bimbingan arahan dan ldquoBeasiswa Santri Jadi Dokterrdquo selama

menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Bapak Prof Dr (hc) dr MK Tadjudin SpAnd selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

4 Bapak Drs Umar Mansur MSc Apt selaku ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

5 Ibu Sabrina MSi Apt selaku pembimbing akademik yang telah memberikan

arahan selama masa perkuliahan

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6 Bapak dan Ibu staf pengajar serta karyawan yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

7 Kedua orang tua tercinta Ayahanda Sigit Hardiyanto Sp dan Ibunda Sumarni

Spd yang selalu ikhlas tanpa pamrih memberikan kasih sayang dukungan

moral material nasehat-nasehat serta lantunan doa di setiap waktu

8 Mbak Wulan dan Mas Ito yang selalu memberikan arahan semangat dan

dukungan

9 Teman-teman di Program Studi Farmasi Yunita Sari Eriska Boru Saragih

serta teman-teman EDTA-C tercinta atas semangat dan kebersamaan kita

selama perkuliahan berlangsung Semoga ukhuwah yang telah terjalin tidak

pernah putus dan akan terus berlanjut

10 Teman seperjuangan selama penelitian di RSUP Fatmawati Ika Susanti Dwi

Permatasari Misriana dan Fitri Nurmayanti atas bantuan yang telah diberikan

11 Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan

penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari

Allah SWT Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

ini oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini

Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Jakarta 30 September 2013

Penulis

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama Wahyu Putri Lestari NIM 109102000062 Program Studi Strata-1 Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jenis Karya Skripsi demi pengembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui skripsikarya ilmiah saya dengan judul

GAMBARAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK TUNGGAL DAN KOMBINASI DALAM

MENGENDALIKAN GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP)

FATMAWATI TAHUN 2012 untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta Demikian pernyataan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Jakarta Pada tanggal 30 September 2013

Yang menyatakan

(Wahyu Putri Lestari)

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISTILAH

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

12 Rumusan Masalah

13 Pertanyaan Penelitian

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

142 Tujuan Khusus

15 Manfaat Penelitian

16 Ruang Lingkup

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

212 Definisi Diabetes Mellitus

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

x

xi

xv

xvi

xvii

xvii

1

1

3

3

4

4

4

4

5

6

6

6

7

8

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik

217 Diagnosis Diabetes Mellitus Tipe II

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik Oral

232 Obat Antidiabetik Tunggal

233 Obat Antidiabetik Kombinasi

234 Obat-obat Antidiabetik Oral

2341 Golongan Sulfonilurea

2342 Golongan Meglitinid

2343 Golongan Biguanid

2344 Golongan Penghambat α-Glukosida

2345 Golongan Thiazolidinedion

BAB 3 KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

32 Definisi Operasional

BAB 4 METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi Penelitian

412 Waktu Penelitian

42 Desain Penelitian

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi Penelitian

432 Sampel Penelitian

44 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

441 Kriteria Inklusi

442 Kriteria Eksklusi

45 Pengumpulan Data

9

10

11

12

12

13

13

14

14

15

16

18

19

20

22

23

23

24

26

26

26

26

26

26

26

26

27

27

27

27

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

46 Rencana Analisis

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

52 Hasil Analisis Data Berdasarkan karateristik Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V

Selatan RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

522 Usia

523 Indeks Massa Tubuh

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Awal (saat masuk di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Akhir (sebelum keluar di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

543 Evaluasi Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang Menjalani Terapi

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antididabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe

II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati

28

29

29

29

29

30

30

31

31

32

33

33

33

34

35

35

36

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Penggunaan ADO Dalam Mengendalikan

Gula Darah di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Jenis

kelamin

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Usia

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan IMT

5624 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diognosis

5625 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada

Pasien DM Tipe II di RSUP Fatmawati

5627Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO

Dalam Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati Periode 2012

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

62 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

37

38

38

38

38

39

39

40

41

42

45

46

46

46

47

51

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Kriteria Diagnosis untuk Diabetes Mellitus

22 Penggolongan obat Antidiabetik oral

23 Golongan Sulfonilurea

24 Golongan Meglitinid

25 Gologan Biguanid

26 Golongan Penghambat α-Glikosidase

27 Golongan Thiazolidinedion

51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

52 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

53 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi komplikasi

56 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat

masuk RSUP Fatmawati)

57 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir

(setelah pemberian ADO)

58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian kadar gula

darah sewaktu

59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

511 Distribusi penggunaan ADO dalam mengendalikan GDS

12

15

16

19

20

21

22

29

30

30

31

32

33

33

34

35

36

37

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis Kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

Gambar 5 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi

Komplikasi

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar gula darah

awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar Gula Darah

Akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pegendalian Kadar

Gula Darah Sewaktu

Gambar 9 Diagram jumlah ADO tunggal dan kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM Tipe II

Gambar 10 Diagram jumlah obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

51

51

52

52

53

53

54

54

55

55

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Diagnosa

Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Terapi

Obat yang diberikan

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Lampiran 7 Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

51

52

53

55

56

60

63

65

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISTILAH

ADA American Diabetes Association

ADO Obat Antidiabetik

BB Berat Badan

DM Diabetes Mellitus

GDM Gestational Diabetes Mellitus

GDS Gula Darah Sewaktu

IDDM Diabetes Mellitus tergantung insulin (insulin- dependent diabetes mellitus)

IMT Indeks Massa Tubuh

NIDDM Diabetes tidak tergantung Insulin (non-insulin-dependent diabetes mellitus)

PERKENI Perkumpulan Endokrin Indonesia

PJK Penyakit Jantung Koroner

RM Rekam Medik

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral

WHO World Health Organization

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit kronik yang terjadi pada

jutaan orang didunia (American Diabetes Assosiation ADA 2010) Diabetes

merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya

peningkatan kadar gula darah (hiperglikemi) yang terjadi akibat kelainan

sekresi insulin aktivitas insulin dan keduanya (Smeltzer 2008)

Menurut WHO (2011) jumlah penderita Diabetes Mellitus di

Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah Amerika Serikat

India dan Cina WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang

diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang WHO memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 84 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 213 juta pada tahun 2030 Senada dengan WHO

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009 memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM dari 70 juta pada tahun 2009 menjadi 120

juta pada tahun 2030 Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi laporan

keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM

sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI 2011)

Berdasarkan data Riskesdas 2007 angka prevalensi Diabetes Mellitus

(DM) pada penduduk usia 15 tahun ke atas yang tinggal di daerah perkotaan

di Indonesia adalah 57 Diabetes Mellitus yang paling banyak ditemukan di

Indonesia adalah Diabetes Mellitus Tipe II (DM Tipe II) (Soegondo 2002)

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

Menurut Perkumpulan Endokrinilogi Indonesia (PERKENI 2011)

Sampai saat ini penanganan Diabetes Mellitus dilakukan terutama dengan

mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal Pendekatan terapi

tergantung pada tipe Diabetes Pada Diabetes Mellitus Tipe I penanganan

dilakukan dengan Insulin sedangkan pendekatan farmakologis utama untuk

mengatasi Diabetes Mellitus Tipe II adalah penggunaan obat Oral

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Antidiabetes (ODA) Pengobatan DM Tipe II sering mengharuskan

penggunaan terapi beberapa antidiabetika (terapi tunggal maupun kombinasi)

termasuk terapi kombinasi antidiabetika oral yang berbeda golongan atau

kombinasi dengan Insulin untuk mencapai kadar glukosa darah normal

(Dipiro 2005)

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan Diabetes Mellitus Tipe

II di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi tahun 2011 diketahui

bahwa jumlah penderita DM 500 pasien dengan menempati urutan ke 8 dari

10 besar penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Untuk

jumlah prevalensi profil penggunaan obat Antidiabetik dari penelitian

sebelumnya di Rumah sakit Umum Pusat Fatmawati pada tahun 2012 bulan

Januari-Maret dilaporkan untuk obat antidiabetik tunggal berdasarkan

golongan yaitu Sulfonilurea 57 Biguanida 35 Acarbose 8 sedangkan

untuk obat antidiabetik kombinasinya Sulfonilurea dengan Biguanid terbanyak

digunakan yaitu sebesar 43 (Irmayanti 2012)

Melihat kenaikan prevalensi DM secara global maka perlu dilakukan

suatu penelitian tentang gambaran efektivitas penggunaan obat Antidiabetik

tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah Sehingga pada akhir

penelitian ini diketahui efektivitas obat Antidiabetik dalam mengendalikan

gula darah yang terbaik dalam proses terapi Diabetes Mellitus Tipe II dengan

tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Karena selain

sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati digunakan juga sebagai Rumah

Sakit Pendidikan Selain itu jumlah prevalensi pasien DM di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka disusunlah rumusan

masalah penelitian sebagai berikut

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus

Tipe II semakin meningkat Menurut WHO jumlah penderita Diabetes

Mellitus di Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah

Amerika Serikat India dan Cina

Pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 500 pasien Diabetes Mellitus Tipe II

dengan menempati urutan ke 8 dari 10 besar penyakit rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II harus selalu minum obat untuk

mengendalikan gula darah

Diantara Obat tunggal dan kombinasi yang di resepkan dokter di RSUP

Fatmawati belum diketahui mana yang lebih efektiv dalam mengendalikan

gula darah

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Bagaimana penggunaan obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan kepada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

3 Bagaimana efektivitas obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan pada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat

antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula

darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui karakteristik pasien DM Tipe II meliputi jenis

kelamin usia dan IMT diagnosis penyakit serta data hasil

pemeriksaan laboratorium kadar gula darah yang menjalani

rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Mengetahui gambaran penggunaan obat Antidiabetik tunggal

dan kombinasi yang sering digunakan oleh pasien DM Tipe II

yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2012

3 Mengetahui efektivitas dengan menilai terkendalinya kadar gula

darah dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat Secara Metodologi

Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi untuk mencari obat yang efektiv dalam

mengendalikan gula darah untuk penanganan Diabetes Mellitus Tipe II

152 Manfaat Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada apoteker dokter

dan tenaga kesehatan lainnya dalam membuat kebijakan di Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dalam memilih obat-obatan

yang efektif pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 Ruang Lingkup

Masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetik sangatlah

luas Namun dalam penelitian ini hanya meneliti pada gambaran efektivitas

penggunaan obat Antidiabetik dalam mengendalikan gula darah Penelitian

dilakukan di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V Selatan di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dengan besar sampel 97 dimana 73 pasien

menggunakan Antidiabetik tunggal dan 24 pasien menggunakan Antidiabetik

kombinasi dengan waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2013 berdasarkan

data rekam medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan desain penelitian

bersifat Cross Sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah

DM dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550

sebelum masehi Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli

Mesir kuno dari Jerman George Ebers dan kemudian disebut sebagai The

Ebers Papyrus (Sinaga 2008)

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu

penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang

disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa

nyeri Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi penulis India Sushrutha

memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)

(Sinaga 2008)

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang

pertama kali memberi nama diabetes yang berarti ldquomengalir terusrdquo dan

mellitus yang berarti ldquomanisrdquo Disebut diabetes karena selalu minum

dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus

berupa urine yang banyak (poliuria) Disebut mellitus karena urine

penderita ini mengandung glukosa (Sinaga 2008)

Pada tahun 1921 Frederick Banting dan Charles Best berhasil

membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah Dengan demikian jelas bahwa

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang

disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti 2005) dalam (Fitrania

2008)

Akhirnya pada tahun 1945 Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO

(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia yang kemudian temuan OHO ini

berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya

(Fitrania 2008)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 7: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Nama Wahyu Putri Lestari

Program Studi Strata-1 Pharmacy

Judul Skripsi Description Effectiveness use antidiabetics single and combination in Controlling Blood Sugar At the Patients Diabetes Mellitus Type II in the RSUP Fatmawati 2012

This study aimed to determine the description Effectiveness use antidiabetic single and combination in controlling blood sugar at the patients Diabetic Mellitus Type II in Inpatient Lotus Floor V South in the RSUP Fatmawati 2012 An observational study was conducted with Cross-Sectional design of the medical record patients DM Type II Data is collect retrospektif during May to June 2013 The research results of 97 patient Diabetic Mellitus Type II in RSUP Fatmawati period 2012 found more female gender with ages ranging from between 50-lt60 years and with BMI between 25-299 patient have DM Tipe II with complication Use of antidiabetic drugs is the most widely ADO Single rest ADO combined The Effectivenes uncontrolled blood sugar use of ADO single most widely Metformin because the control of blood sugar control as seen on day 4 while the use of ADO combinations are Gludepatic with Gliquidone because blood sugar control as seen in control on day 3

Keywords Diabetes Mellitus Type II ADO single and combination effectiveness when the uncontrolled blood sugar

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa

mencurahkan segala rahmat-Nya kepada kita semua khususnya penulis dalam

menyelesaikan skripsi yang berjudul ldquoGambaran Efektivitas Penggunaan Obat

Antidiabetik Oral dan Kombinasi Dalam Mengendalikan Gula Darah Pada Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun

2012rdquo ini Shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW teladan bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di Instalasi Rekam Medik

pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUP Fatmawati serta teori yang

didapat dari berbagai literatur Dalam menyelesaikan masa perkuliahan sampai

penulisan skripsi ini tentu banyak berbagai kesulitan dan halangan yang

menyertai sehingga penulis tidak terlepas dari doa bantuan dan bimbingan

banyak pihak Oleh karena itu ucapan terima kasih penulis haturkan kepada

1 Ibu Dr Delina Hasan MKes Apt sebagai Pembimbing I dan ibu Dra Setianti

Haryani MFarm Apt sebagai Pembimbing II yang telah memberikan ilmu

nasehat waktu tenaga dan pikiran selama penelitian dan penulisan skripsi ini

2 Kementerian Agama Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin yang telah

memberikan bimbingan arahan dan ldquoBeasiswa Santri Jadi Dokterrdquo selama

menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Bapak Prof Dr (hc) dr MK Tadjudin SpAnd selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

4 Bapak Drs Umar Mansur MSc Apt selaku ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

5 Ibu Sabrina MSi Apt selaku pembimbing akademik yang telah memberikan

arahan selama masa perkuliahan

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6 Bapak dan Ibu staf pengajar serta karyawan yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

7 Kedua orang tua tercinta Ayahanda Sigit Hardiyanto Sp dan Ibunda Sumarni

Spd yang selalu ikhlas tanpa pamrih memberikan kasih sayang dukungan

moral material nasehat-nasehat serta lantunan doa di setiap waktu

8 Mbak Wulan dan Mas Ito yang selalu memberikan arahan semangat dan

dukungan

9 Teman-teman di Program Studi Farmasi Yunita Sari Eriska Boru Saragih

serta teman-teman EDTA-C tercinta atas semangat dan kebersamaan kita

selama perkuliahan berlangsung Semoga ukhuwah yang telah terjalin tidak

pernah putus dan akan terus berlanjut

10 Teman seperjuangan selama penelitian di RSUP Fatmawati Ika Susanti Dwi

Permatasari Misriana dan Fitri Nurmayanti atas bantuan yang telah diberikan

11 Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan

penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari

Allah SWT Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

ini oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini

Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Jakarta 30 September 2013

Penulis

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama Wahyu Putri Lestari NIM 109102000062 Program Studi Strata-1 Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jenis Karya Skripsi demi pengembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui skripsikarya ilmiah saya dengan judul

GAMBARAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK TUNGGAL DAN KOMBINASI DALAM

MENGENDALIKAN GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP)

FATMAWATI TAHUN 2012 untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta Demikian pernyataan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Jakarta Pada tanggal 30 September 2013

Yang menyatakan

(Wahyu Putri Lestari)

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISTILAH

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

12 Rumusan Masalah

13 Pertanyaan Penelitian

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

142 Tujuan Khusus

15 Manfaat Penelitian

16 Ruang Lingkup

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

212 Definisi Diabetes Mellitus

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

x

xi

xv

xvi

xvii

xvii

1

1

3

3

4

4

4

4

5

6

6

6

7

8

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik

217 Diagnosis Diabetes Mellitus Tipe II

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik Oral

232 Obat Antidiabetik Tunggal

233 Obat Antidiabetik Kombinasi

234 Obat-obat Antidiabetik Oral

2341 Golongan Sulfonilurea

2342 Golongan Meglitinid

2343 Golongan Biguanid

2344 Golongan Penghambat α-Glukosida

2345 Golongan Thiazolidinedion

BAB 3 KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

32 Definisi Operasional

BAB 4 METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi Penelitian

412 Waktu Penelitian

42 Desain Penelitian

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi Penelitian

432 Sampel Penelitian

44 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

441 Kriteria Inklusi

442 Kriteria Eksklusi

45 Pengumpulan Data

9

10

11

12

12

13

13

14

14

15

16

18

19

20

22

23

23

24

26

26

26

26

26

26

26

26

27

27

27

27

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

46 Rencana Analisis

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

52 Hasil Analisis Data Berdasarkan karateristik Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V

Selatan RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

522 Usia

523 Indeks Massa Tubuh

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Awal (saat masuk di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Akhir (sebelum keluar di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

543 Evaluasi Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang Menjalani Terapi

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antididabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe

II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati

28

29

29

29

29

30

30

31

31

32

33

33

33

34

35

35

36

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Penggunaan ADO Dalam Mengendalikan

Gula Darah di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Jenis

kelamin

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Usia

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan IMT

5624 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diognosis

5625 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada

Pasien DM Tipe II di RSUP Fatmawati

5627Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO

Dalam Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati Periode 2012

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

62 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

37

38

38

38

38

39

39

40

41

42

45

46

46

46

47

51

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Kriteria Diagnosis untuk Diabetes Mellitus

22 Penggolongan obat Antidiabetik oral

23 Golongan Sulfonilurea

24 Golongan Meglitinid

25 Gologan Biguanid

26 Golongan Penghambat α-Glikosidase

27 Golongan Thiazolidinedion

51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

52 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

53 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi komplikasi

56 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat

masuk RSUP Fatmawati)

57 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir

(setelah pemberian ADO)

58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian kadar gula

darah sewaktu

59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

511 Distribusi penggunaan ADO dalam mengendalikan GDS

12

15

16

19

20

21

22

29

30

30

31

32

33

33

34

35

36

37

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis Kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

Gambar 5 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi

Komplikasi

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar gula darah

awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar Gula Darah

Akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pegendalian Kadar

Gula Darah Sewaktu

Gambar 9 Diagram jumlah ADO tunggal dan kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM Tipe II

Gambar 10 Diagram jumlah obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

51

51

52

52

53

53

54

54

55

55

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Diagnosa

Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Terapi

Obat yang diberikan

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Lampiran 7 Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

51

52

53

55

56

60

63

65

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISTILAH

ADA American Diabetes Association

ADO Obat Antidiabetik

BB Berat Badan

DM Diabetes Mellitus

GDM Gestational Diabetes Mellitus

GDS Gula Darah Sewaktu

IDDM Diabetes Mellitus tergantung insulin (insulin- dependent diabetes mellitus)

IMT Indeks Massa Tubuh

NIDDM Diabetes tidak tergantung Insulin (non-insulin-dependent diabetes mellitus)

PERKENI Perkumpulan Endokrin Indonesia

PJK Penyakit Jantung Koroner

RM Rekam Medik

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral

WHO World Health Organization

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit kronik yang terjadi pada

jutaan orang didunia (American Diabetes Assosiation ADA 2010) Diabetes

merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya

peningkatan kadar gula darah (hiperglikemi) yang terjadi akibat kelainan

sekresi insulin aktivitas insulin dan keduanya (Smeltzer 2008)

Menurut WHO (2011) jumlah penderita Diabetes Mellitus di

Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah Amerika Serikat

India dan Cina WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang

diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang WHO memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 84 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 213 juta pada tahun 2030 Senada dengan WHO

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009 memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM dari 70 juta pada tahun 2009 menjadi 120

juta pada tahun 2030 Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi laporan

keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM

sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI 2011)

Berdasarkan data Riskesdas 2007 angka prevalensi Diabetes Mellitus

(DM) pada penduduk usia 15 tahun ke atas yang tinggal di daerah perkotaan

di Indonesia adalah 57 Diabetes Mellitus yang paling banyak ditemukan di

Indonesia adalah Diabetes Mellitus Tipe II (DM Tipe II) (Soegondo 2002)

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

Menurut Perkumpulan Endokrinilogi Indonesia (PERKENI 2011)

Sampai saat ini penanganan Diabetes Mellitus dilakukan terutama dengan

mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal Pendekatan terapi

tergantung pada tipe Diabetes Pada Diabetes Mellitus Tipe I penanganan

dilakukan dengan Insulin sedangkan pendekatan farmakologis utama untuk

mengatasi Diabetes Mellitus Tipe II adalah penggunaan obat Oral

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Antidiabetes (ODA) Pengobatan DM Tipe II sering mengharuskan

penggunaan terapi beberapa antidiabetika (terapi tunggal maupun kombinasi)

termasuk terapi kombinasi antidiabetika oral yang berbeda golongan atau

kombinasi dengan Insulin untuk mencapai kadar glukosa darah normal

(Dipiro 2005)

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan Diabetes Mellitus Tipe

II di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi tahun 2011 diketahui

bahwa jumlah penderita DM 500 pasien dengan menempati urutan ke 8 dari

10 besar penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Untuk

jumlah prevalensi profil penggunaan obat Antidiabetik dari penelitian

sebelumnya di Rumah sakit Umum Pusat Fatmawati pada tahun 2012 bulan

Januari-Maret dilaporkan untuk obat antidiabetik tunggal berdasarkan

golongan yaitu Sulfonilurea 57 Biguanida 35 Acarbose 8 sedangkan

untuk obat antidiabetik kombinasinya Sulfonilurea dengan Biguanid terbanyak

digunakan yaitu sebesar 43 (Irmayanti 2012)

Melihat kenaikan prevalensi DM secara global maka perlu dilakukan

suatu penelitian tentang gambaran efektivitas penggunaan obat Antidiabetik

tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah Sehingga pada akhir

penelitian ini diketahui efektivitas obat Antidiabetik dalam mengendalikan

gula darah yang terbaik dalam proses terapi Diabetes Mellitus Tipe II dengan

tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Karena selain

sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati digunakan juga sebagai Rumah

Sakit Pendidikan Selain itu jumlah prevalensi pasien DM di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka disusunlah rumusan

masalah penelitian sebagai berikut

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus

Tipe II semakin meningkat Menurut WHO jumlah penderita Diabetes

Mellitus di Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah

Amerika Serikat India dan Cina

Pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 500 pasien Diabetes Mellitus Tipe II

dengan menempati urutan ke 8 dari 10 besar penyakit rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II harus selalu minum obat untuk

mengendalikan gula darah

Diantara Obat tunggal dan kombinasi yang di resepkan dokter di RSUP

Fatmawati belum diketahui mana yang lebih efektiv dalam mengendalikan

gula darah

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Bagaimana penggunaan obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan kepada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

3 Bagaimana efektivitas obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan pada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat

antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula

darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui karakteristik pasien DM Tipe II meliputi jenis

kelamin usia dan IMT diagnosis penyakit serta data hasil

pemeriksaan laboratorium kadar gula darah yang menjalani

rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Mengetahui gambaran penggunaan obat Antidiabetik tunggal

dan kombinasi yang sering digunakan oleh pasien DM Tipe II

yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2012

3 Mengetahui efektivitas dengan menilai terkendalinya kadar gula

darah dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat Secara Metodologi

Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi untuk mencari obat yang efektiv dalam

mengendalikan gula darah untuk penanganan Diabetes Mellitus Tipe II

152 Manfaat Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada apoteker dokter

dan tenaga kesehatan lainnya dalam membuat kebijakan di Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dalam memilih obat-obatan

yang efektif pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 Ruang Lingkup

Masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetik sangatlah

luas Namun dalam penelitian ini hanya meneliti pada gambaran efektivitas

penggunaan obat Antidiabetik dalam mengendalikan gula darah Penelitian

dilakukan di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V Selatan di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dengan besar sampel 97 dimana 73 pasien

menggunakan Antidiabetik tunggal dan 24 pasien menggunakan Antidiabetik

kombinasi dengan waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2013 berdasarkan

data rekam medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan desain penelitian

bersifat Cross Sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah

DM dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550

sebelum masehi Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli

Mesir kuno dari Jerman George Ebers dan kemudian disebut sebagai The

Ebers Papyrus (Sinaga 2008)

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu

penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang

disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa

nyeri Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi penulis India Sushrutha

memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)

(Sinaga 2008)

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang

pertama kali memberi nama diabetes yang berarti ldquomengalir terusrdquo dan

mellitus yang berarti ldquomanisrdquo Disebut diabetes karena selalu minum

dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus

berupa urine yang banyak (poliuria) Disebut mellitus karena urine

penderita ini mengandung glukosa (Sinaga 2008)

Pada tahun 1921 Frederick Banting dan Charles Best berhasil

membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah Dengan demikian jelas bahwa

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang

disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti 2005) dalam (Fitrania

2008)

Akhirnya pada tahun 1945 Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO

(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia yang kemudian temuan OHO ini

berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya

(Fitrania 2008)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 8: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa

mencurahkan segala rahmat-Nya kepada kita semua khususnya penulis dalam

menyelesaikan skripsi yang berjudul ldquoGambaran Efektivitas Penggunaan Obat

Antidiabetik Oral dan Kombinasi Dalam Mengendalikan Gula Darah Pada Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Tahun

2012rdquo ini Shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW teladan bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di Instalasi Rekam Medik

pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUP Fatmawati serta teori yang

didapat dari berbagai literatur Dalam menyelesaikan masa perkuliahan sampai

penulisan skripsi ini tentu banyak berbagai kesulitan dan halangan yang

menyertai sehingga penulis tidak terlepas dari doa bantuan dan bimbingan

banyak pihak Oleh karena itu ucapan terima kasih penulis haturkan kepada

1 Ibu Dr Delina Hasan MKes Apt sebagai Pembimbing I dan ibu Dra Setianti

Haryani MFarm Apt sebagai Pembimbing II yang telah memberikan ilmu

nasehat waktu tenaga dan pikiran selama penelitian dan penulisan skripsi ini

2 Kementerian Agama Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin yang telah

memberikan bimbingan arahan dan ldquoBeasiswa Santri Jadi Dokterrdquo selama

menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Bapak Prof Dr (hc) dr MK Tadjudin SpAnd selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

4 Bapak Drs Umar Mansur MSc Apt selaku ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

5 Ibu Sabrina MSi Apt selaku pembimbing akademik yang telah memberikan

arahan selama masa perkuliahan

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6 Bapak dan Ibu staf pengajar serta karyawan yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

7 Kedua orang tua tercinta Ayahanda Sigit Hardiyanto Sp dan Ibunda Sumarni

Spd yang selalu ikhlas tanpa pamrih memberikan kasih sayang dukungan

moral material nasehat-nasehat serta lantunan doa di setiap waktu

8 Mbak Wulan dan Mas Ito yang selalu memberikan arahan semangat dan

dukungan

9 Teman-teman di Program Studi Farmasi Yunita Sari Eriska Boru Saragih

serta teman-teman EDTA-C tercinta atas semangat dan kebersamaan kita

selama perkuliahan berlangsung Semoga ukhuwah yang telah terjalin tidak

pernah putus dan akan terus berlanjut

10 Teman seperjuangan selama penelitian di RSUP Fatmawati Ika Susanti Dwi

Permatasari Misriana dan Fitri Nurmayanti atas bantuan yang telah diberikan

11 Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan

penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari

Allah SWT Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

ini oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini

Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Jakarta 30 September 2013

Penulis

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama Wahyu Putri Lestari NIM 109102000062 Program Studi Strata-1 Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jenis Karya Skripsi demi pengembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui skripsikarya ilmiah saya dengan judul

GAMBARAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK TUNGGAL DAN KOMBINASI DALAM

MENGENDALIKAN GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP)

FATMAWATI TAHUN 2012 untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta Demikian pernyataan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Jakarta Pada tanggal 30 September 2013

Yang menyatakan

(Wahyu Putri Lestari)

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISTILAH

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

12 Rumusan Masalah

13 Pertanyaan Penelitian

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

142 Tujuan Khusus

15 Manfaat Penelitian

16 Ruang Lingkup

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

212 Definisi Diabetes Mellitus

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

x

xi

xv

xvi

xvii

xvii

1

1

3

3

4

4

4

4

5

6

6

6

7

8

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik

217 Diagnosis Diabetes Mellitus Tipe II

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik Oral

232 Obat Antidiabetik Tunggal

233 Obat Antidiabetik Kombinasi

234 Obat-obat Antidiabetik Oral

2341 Golongan Sulfonilurea

2342 Golongan Meglitinid

2343 Golongan Biguanid

2344 Golongan Penghambat α-Glukosida

2345 Golongan Thiazolidinedion

BAB 3 KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

32 Definisi Operasional

BAB 4 METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi Penelitian

412 Waktu Penelitian

42 Desain Penelitian

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi Penelitian

432 Sampel Penelitian

44 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

441 Kriteria Inklusi

442 Kriteria Eksklusi

45 Pengumpulan Data

9

10

11

12

12

13

13

14

14

15

16

18

19

20

22

23

23

24

26

26

26

26

26

26

26

26

27

27

27

27

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

46 Rencana Analisis

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

52 Hasil Analisis Data Berdasarkan karateristik Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V

Selatan RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

522 Usia

523 Indeks Massa Tubuh

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Awal (saat masuk di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Akhir (sebelum keluar di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

543 Evaluasi Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang Menjalani Terapi

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antididabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe

II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati

28

29

29

29

29

30

30

31

31

32

33

33

33

34

35

35

36

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Penggunaan ADO Dalam Mengendalikan

Gula Darah di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Jenis

kelamin

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Usia

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan IMT

5624 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diognosis

5625 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada

Pasien DM Tipe II di RSUP Fatmawati

5627Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO

Dalam Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati Periode 2012

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

62 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

37

38

38

38

38

39

39

40

41

42

45

46

46

46

47

51

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Kriteria Diagnosis untuk Diabetes Mellitus

22 Penggolongan obat Antidiabetik oral

23 Golongan Sulfonilurea

24 Golongan Meglitinid

25 Gologan Biguanid

26 Golongan Penghambat α-Glikosidase

27 Golongan Thiazolidinedion

51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

52 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

53 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi komplikasi

56 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat

masuk RSUP Fatmawati)

57 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir

(setelah pemberian ADO)

58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian kadar gula

darah sewaktu

59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

511 Distribusi penggunaan ADO dalam mengendalikan GDS

12

15

16

19

20

21

22

29

30

30

31

32

33

33

34

35

36

37

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis Kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

Gambar 5 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi

Komplikasi

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar gula darah

awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar Gula Darah

Akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pegendalian Kadar

Gula Darah Sewaktu

Gambar 9 Diagram jumlah ADO tunggal dan kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM Tipe II

Gambar 10 Diagram jumlah obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

51

51

52

52

53

53

54

54

55

55

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Diagnosa

Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Terapi

Obat yang diberikan

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Lampiran 7 Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

51

52

53

55

56

60

63

65

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISTILAH

ADA American Diabetes Association

ADO Obat Antidiabetik

BB Berat Badan

DM Diabetes Mellitus

GDM Gestational Diabetes Mellitus

GDS Gula Darah Sewaktu

IDDM Diabetes Mellitus tergantung insulin (insulin- dependent diabetes mellitus)

IMT Indeks Massa Tubuh

NIDDM Diabetes tidak tergantung Insulin (non-insulin-dependent diabetes mellitus)

PERKENI Perkumpulan Endokrin Indonesia

PJK Penyakit Jantung Koroner

RM Rekam Medik

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral

WHO World Health Organization

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit kronik yang terjadi pada

jutaan orang didunia (American Diabetes Assosiation ADA 2010) Diabetes

merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya

peningkatan kadar gula darah (hiperglikemi) yang terjadi akibat kelainan

sekresi insulin aktivitas insulin dan keduanya (Smeltzer 2008)

Menurut WHO (2011) jumlah penderita Diabetes Mellitus di

Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah Amerika Serikat

India dan Cina WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang

diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang WHO memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 84 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 213 juta pada tahun 2030 Senada dengan WHO

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009 memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM dari 70 juta pada tahun 2009 menjadi 120

juta pada tahun 2030 Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi laporan

keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM

sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI 2011)

Berdasarkan data Riskesdas 2007 angka prevalensi Diabetes Mellitus

(DM) pada penduduk usia 15 tahun ke atas yang tinggal di daerah perkotaan

di Indonesia adalah 57 Diabetes Mellitus yang paling banyak ditemukan di

Indonesia adalah Diabetes Mellitus Tipe II (DM Tipe II) (Soegondo 2002)

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

Menurut Perkumpulan Endokrinilogi Indonesia (PERKENI 2011)

Sampai saat ini penanganan Diabetes Mellitus dilakukan terutama dengan

mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal Pendekatan terapi

tergantung pada tipe Diabetes Pada Diabetes Mellitus Tipe I penanganan

dilakukan dengan Insulin sedangkan pendekatan farmakologis utama untuk

mengatasi Diabetes Mellitus Tipe II adalah penggunaan obat Oral

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Antidiabetes (ODA) Pengobatan DM Tipe II sering mengharuskan

penggunaan terapi beberapa antidiabetika (terapi tunggal maupun kombinasi)

termasuk terapi kombinasi antidiabetika oral yang berbeda golongan atau

kombinasi dengan Insulin untuk mencapai kadar glukosa darah normal

(Dipiro 2005)

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan Diabetes Mellitus Tipe

II di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi tahun 2011 diketahui

bahwa jumlah penderita DM 500 pasien dengan menempati urutan ke 8 dari

10 besar penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Untuk

jumlah prevalensi profil penggunaan obat Antidiabetik dari penelitian

sebelumnya di Rumah sakit Umum Pusat Fatmawati pada tahun 2012 bulan

Januari-Maret dilaporkan untuk obat antidiabetik tunggal berdasarkan

golongan yaitu Sulfonilurea 57 Biguanida 35 Acarbose 8 sedangkan

untuk obat antidiabetik kombinasinya Sulfonilurea dengan Biguanid terbanyak

digunakan yaitu sebesar 43 (Irmayanti 2012)

Melihat kenaikan prevalensi DM secara global maka perlu dilakukan

suatu penelitian tentang gambaran efektivitas penggunaan obat Antidiabetik

tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah Sehingga pada akhir

penelitian ini diketahui efektivitas obat Antidiabetik dalam mengendalikan

gula darah yang terbaik dalam proses terapi Diabetes Mellitus Tipe II dengan

tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Karena selain

sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati digunakan juga sebagai Rumah

Sakit Pendidikan Selain itu jumlah prevalensi pasien DM di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka disusunlah rumusan

masalah penelitian sebagai berikut

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus

Tipe II semakin meningkat Menurut WHO jumlah penderita Diabetes

Mellitus di Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah

Amerika Serikat India dan Cina

Pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 500 pasien Diabetes Mellitus Tipe II

dengan menempati urutan ke 8 dari 10 besar penyakit rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II harus selalu minum obat untuk

mengendalikan gula darah

Diantara Obat tunggal dan kombinasi yang di resepkan dokter di RSUP

Fatmawati belum diketahui mana yang lebih efektiv dalam mengendalikan

gula darah

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Bagaimana penggunaan obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan kepada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

3 Bagaimana efektivitas obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan pada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat

antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula

darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui karakteristik pasien DM Tipe II meliputi jenis

kelamin usia dan IMT diagnosis penyakit serta data hasil

pemeriksaan laboratorium kadar gula darah yang menjalani

rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Mengetahui gambaran penggunaan obat Antidiabetik tunggal

dan kombinasi yang sering digunakan oleh pasien DM Tipe II

yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2012

3 Mengetahui efektivitas dengan menilai terkendalinya kadar gula

darah dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat Secara Metodologi

Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi untuk mencari obat yang efektiv dalam

mengendalikan gula darah untuk penanganan Diabetes Mellitus Tipe II

152 Manfaat Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada apoteker dokter

dan tenaga kesehatan lainnya dalam membuat kebijakan di Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dalam memilih obat-obatan

yang efektif pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 Ruang Lingkup

Masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetik sangatlah

luas Namun dalam penelitian ini hanya meneliti pada gambaran efektivitas

penggunaan obat Antidiabetik dalam mengendalikan gula darah Penelitian

dilakukan di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V Selatan di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dengan besar sampel 97 dimana 73 pasien

menggunakan Antidiabetik tunggal dan 24 pasien menggunakan Antidiabetik

kombinasi dengan waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2013 berdasarkan

data rekam medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan desain penelitian

bersifat Cross Sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah

DM dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550

sebelum masehi Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli

Mesir kuno dari Jerman George Ebers dan kemudian disebut sebagai The

Ebers Papyrus (Sinaga 2008)

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu

penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang

disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa

nyeri Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi penulis India Sushrutha

memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)

(Sinaga 2008)

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang

pertama kali memberi nama diabetes yang berarti ldquomengalir terusrdquo dan

mellitus yang berarti ldquomanisrdquo Disebut diabetes karena selalu minum

dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus

berupa urine yang banyak (poliuria) Disebut mellitus karena urine

penderita ini mengandung glukosa (Sinaga 2008)

Pada tahun 1921 Frederick Banting dan Charles Best berhasil

membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah Dengan demikian jelas bahwa

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang

disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti 2005) dalam (Fitrania

2008)

Akhirnya pada tahun 1945 Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO

(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia yang kemudian temuan OHO ini

berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya

(Fitrania 2008)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 9: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6 Bapak dan Ibu staf pengajar serta karyawan yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

7 Kedua orang tua tercinta Ayahanda Sigit Hardiyanto Sp dan Ibunda Sumarni

Spd yang selalu ikhlas tanpa pamrih memberikan kasih sayang dukungan

moral material nasehat-nasehat serta lantunan doa di setiap waktu

8 Mbak Wulan dan Mas Ito yang selalu memberikan arahan semangat dan

dukungan

9 Teman-teman di Program Studi Farmasi Yunita Sari Eriska Boru Saragih

serta teman-teman EDTA-C tercinta atas semangat dan kebersamaan kita

selama perkuliahan berlangsung Semoga ukhuwah yang telah terjalin tidak

pernah putus dan akan terus berlanjut

10 Teman seperjuangan selama penelitian di RSUP Fatmawati Ika Susanti Dwi

Permatasari Misriana dan Fitri Nurmayanti atas bantuan yang telah diberikan

11 Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan

penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari

Allah SWT Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

ini oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini

Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Jakarta 30 September 2013

Penulis

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama Wahyu Putri Lestari NIM 109102000062 Program Studi Strata-1 Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jenis Karya Skripsi demi pengembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui skripsikarya ilmiah saya dengan judul

GAMBARAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK TUNGGAL DAN KOMBINASI DALAM

MENGENDALIKAN GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP)

FATMAWATI TAHUN 2012 untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta Demikian pernyataan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Jakarta Pada tanggal 30 September 2013

Yang menyatakan

(Wahyu Putri Lestari)

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISTILAH

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

12 Rumusan Masalah

13 Pertanyaan Penelitian

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

142 Tujuan Khusus

15 Manfaat Penelitian

16 Ruang Lingkup

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

212 Definisi Diabetes Mellitus

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

x

xi

xv

xvi

xvii

xvii

1

1

3

3

4

4

4

4

5

6

6

6

7

8

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik

217 Diagnosis Diabetes Mellitus Tipe II

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik Oral

232 Obat Antidiabetik Tunggal

233 Obat Antidiabetik Kombinasi

234 Obat-obat Antidiabetik Oral

2341 Golongan Sulfonilurea

2342 Golongan Meglitinid

2343 Golongan Biguanid

2344 Golongan Penghambat α-Glukosida

2345 Golongan Thiazolidinedion

BAB 3 KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

32 Definisi Operasional

BAB 4 METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi Penelitian

412 Waktu Penelitian

42 Desain Penelitian

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi Penelitian

432 Sampel Penelitian

44 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

441 Kriteria Inklusi

442 Kriteria Eksklusi

45 Pengumpulan Data

9

10

11

12

12

13

13

14

14

15

16

18

19

20

22

23

23

24

26

26

26

26

26

26

26

26

27

27

27

27

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

46 Rencana Analisis

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

52 Hasil Analisis Data Berdasarkan karateristik Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V

Selatan RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

522 Usia

523 Indeks Massa Tubuh

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Awal (saat masuk di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Akhir (sebelum keluar di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

543 Evaluasi Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang Menjalani Terapi

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antididabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe

II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati

28

29

29

29

29

30

30

31

31

32

33

33

33

34

35

35

36

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Penggunaan ADO Dalam Mengendalikan

Gula Darah di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Jenis

kelamin

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Usia

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan IMT

5624 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diognosis

5625 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada

Pasien DM Tipe II di RSUP Fatmawati

5627Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO

Dalam Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati Periode 2012

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

62 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

37

38

38

38

38

39

39

40

41

42

45

46

46

46

47

51

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Kriteria Diagnosis untuk Diabetes Mellitus

22 Penggolongan obat Antidiabetik oral

23 Golongan Sulfonilurea

24 Golongan Meglitinid

25 Gologan Biguanid

26 Golongan Penghambat α-Glikosidase

27 Golongan Thiazolidinedion

51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

52 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

53 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi komplikasi

56 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat

masuk RSUP Fatmawati)

57 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir

(setelah pemberian ADO)

58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian kadar gula

darah sewaktu

59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

511 Distribusi penggunaan ADO dalam mengendalikan GDS

12

15

16

19

20

21

22

29

30

30

31

32

33

33

34

35

36

37

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis Kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

Gambar 5 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi

Komplikasi

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar gula darah

awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar Gula Darah

Akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pegendalian Kadar

Gula Darah Sewaktu

Gambar 9 Diagram jumlah ADO tunggal dan kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM Tipe II

Gambar 10 Diagram jumlah obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

51

51

52

52

53

53

54

54

55

55

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Diagnosa

Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Terapi

Obat yang diberikan

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Lampiran 7 Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

51

52

53

55

56

60

63

65

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISTILAH

ADA American Diabetes Association

ADO Obat Antidiabetik

BB Berat Badan

DM Diabetes Mellitus

GDM Gestational Diabetes Mellitus

GDS Gula Darah Sewaktu

IDDM Diabetes Mellitus tergantung insulin (insulin- dependent diabetes mellitus)

IMT Indeks Massa Tubuh

NIDDM Diabetes tidak tergantung Insulin (non-insulin-dependent diabetes mellitus)

PERKENI Perkumpulan Endokrin Indonesia

PJK Penyakit Jantung Koroner

RM Rekam Medik

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral

WHO World Health Organization

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit kronik yang terjadi pada

jutaan orang didunia (American Diabetes Assosiation ADA 2010) Diabetes

merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya

peningkatan kadar gula darah (hiperglikemi) yang terjadi akibat kelainan

sekresi insulin aktivitas insulin dan keduanya (Smeltzer 2008)

Menurut WHO (2011) jumlah penderita Diabetes Mellitus di

Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah Amerika Serikat

India dan Cina WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang

diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang WHO memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 84 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 213 juta pada tahun 2030 Senada dengan WHO

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009 memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM dari 70 juta pada tahun 2009 menjadi 120

juta pada tahun 2030 Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi laporan

keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM

sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI 2011)

Berdasarkan data Riskesdas 2007 angka prevalensi Diabetes Mellitus

(DM) pada penduduk usia 15 tahun ke atas yang tinggal di daerah perkotaan

di Indonesia adalah 57 Diabetes Mellitus yang paling banyak ditemukan di

Indonesia adalah Diabetes Mellitus Tipe II (DM Tipe II) (Soegondo 2002)

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

Menurut Perkumpulan Endokrinilogi Indonesia (PERKENI 2011)

Sampai saat ini penanganan Diabetes Mellitus dilakukan terutama dengan

mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal Pendekatan terapi

tergantung pada tipe Diabetes Pada Diabetes Mellitus Tipe I penanganan

dilakukan dengan Insulin sedangkan pendekatan farmakologis utama untuk

mengatasi Diabetes Mellitus Tipe II adalah penggunaan obat Oral

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Antidiabetes (ODA) Pengobatan DM Tipe II sering mengharuskan

penggunaan terapi beberapa antidiabetika (terapi tunggal maupun kombinasi)

termasuk terapi kombinasi antidiabetika oral yang berbeda golongan atau

kombinasi dengan Insulin untuk mencapai kadar glukosa darah normal

(Dipiro 2005)

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan Diabetes Mellitus Tipe

II di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi tahun 2011 diketahui

bahwa jumlah penderita DM 500 pasien dengan menempati urutan ke 8 dari

10 besar penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Untuk

jumlah prevalensi profil penggunaan obat Antidiabetik dari penelitian

sebelumnya di Rumah sakit Umum Pusat Fatmawati pada tahun 2012 bulan

Januari-Maret dilaporkan untuk obat antidiabetik tunggal berdasarkan

golongan yaitu Sulfonilurea 57 Biguanida 35 Acarbose 8 sedangkan

untuk obat antidiabetik kombinasinya Sulfonilurea dengan Biguanid terbanyak

digunakan yaitu sebesar 43 (Irmayanti 2012)

Melihat kenaikan prevalensi DM secara global maka perlu dilakukan

suatu penelitian tentang gambaran efektivitas penggunaan obat Antidiabetik

tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah Sehingga pada akhir

penelitian ini diketahui efektivitas obat Antidiabetik dalam mengendalikan

gula darah yang terbaik dalam proses terapi Diabetes Mellitus Tipe II dengan

tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Karena selain

sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati digunakan juga sebagai Rumah

Sakit Pendidikan Selain itu jumlah prevalensi pasien DM di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka disusunlah rumusan

masalah penelitian sebagai berikut

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus

Tipe II semakin meningkat Menurut WHO jumlah penderita Diabetes

Mellitus di Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah

Amerika Serikat India dan Cina

Pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 500 pasien Diabetes Mellitus Tipe II

dengan menempati urutan ke 8 dari 10 besar penyakit rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II harus selalu minum obat untuk

mengendalikan gula darah

Diantara Obat tunggal dan kombinasi yang di resepkan dokter di RSUP

Fatmawati belum diketahui mana yang lebih efektiv dalam mengendalikan

gula darah

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Bagaimana penggunaan obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan kepada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

3 Bagaimana efektivitas obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan pada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat

antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula

darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui karakteristik pasien DM Tipe II meliputi jenis

kelamin usia dan IMT diagnosis penyakit serta data hasil

pemeriksaan laboratorium kadar gula darah yang menjalani

rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Mengetahui gambaran penggunaan obat Antidiabetik tunggal

dan kombinasi yang sering digunakan oleh pasien DM Tipe II

yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2012

3 Mengetahui efektivitas dengan menilai terkendalinya kadar gula

darah dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat Secara Metodologi

Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi untuk mencari obat yang efektiv dalam

mengendalikan gula darah untuk penanganan Diabetes Mellitus Tipe II

152 Manfaat Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada apoteker dokter

dan tenaga kesehatan lainnya dalam membuat kebijakan di Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dalam memilih obat-obatan

yang efektif pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 Ruang Lingkup

Masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetik sangatlah

luas Namun dalam penelitian ini hanya meneliti pada gambaran efektivitas

penggunaan obat Antidiabetik dalam mengendalikan gula darah Penelitian

dilakukan di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V Selatan di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dengan besar sampel 97 dimana 73 pasien

menggunakan Antidiabetik tunggal dan 24 pasien menggunakan Antidiabetik

kombinasi dengan waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2013 berdasarkan

data rekam medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan desain penelitian

bersifat Cross Sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah

DM dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550

sebelum masehi Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli

Mesir kuno dari Jerman George Ebers dan kemudian disebut sebagai The

Ebers Papyrus (Sinaga 2008)

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu

penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang

disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa

nyeri Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi penulis India Sushrutha

memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)

(Sinaga 2008)

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang

pertama kali memberi nama diabetes yang berarti ldquomengalir terusrdquo dan

mellitus yang berarti ldquomanisrdquo Disebut diabetes karena selalu minum

dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus

berupa urine yang banyak (poliuria) Disebut mellitus karena urine

penderita ini mengandung glukosa (Sinaga 2008)

Pada tahun 1921 Frederick Banting dan Charles Best berhasil

membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah Dengan demikian jelas bahwa

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang

disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti 2005) dalam (Fitrania

2008)

Akhirnya pada tahun 1945 Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO

(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia yang kemudian temuan OHO ini

berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya

(Fitrania 2008)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 10: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama Wahyu Putri Lestari NIM 109102000062 Program Studi Strata-1 Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jenis Karya Skripsi demi pengembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui skripsikarya ilmiah saya dengan judul

GAMBARAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK TUNGGAL DAN KOMBINASI DALAM

MENGENDALIKAN GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP)

FATMAWATI TAHUN 2012 untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta Demikian pernyataan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Jakarta Pada tanggal 30 September 2013

Yang menyatakan

(Wahyu Putri Lestari)

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISTILAH

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

12 Rumusan Masalah

13 Pertanyaan Penelitian

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

142 Tujuan Khusus

15 Manfaat Penelitian

16 Ruang Lingkup

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

212 Definisi Diabetes Mellitus

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

x

xi

xv

xvi

xvii

xvii

1

1

3

3

4

4

4

4

5

6

6

6

7

8

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik

217 Diagnosis Diabetes Mellitus Tipe II

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik Oral

232 Obat Antidiabetik Tunggal

233 Obat Antidiabetik Kombinasi

234 Obat-obat Antidiabetik Oral

2341 Golongan Sulfonilurea

2342 Golongan Meglitinid

2343 Golongan Biguanid

2344 Golongan Penghambat α-Glukosida

2345 Golongan Thiazolidinedion

BAB 3 KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

32 Definisi Operasional

BAB 4 METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi Penelitian

412 Waktu Penelitian

42 Desain Penelitian

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi Penelitian

432 Sampel Penelitian

44 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

441 Kriteria Inklusi

442 Kriteria Eksklusi

45 Pengumpulan Data

9

10

11

12

12

13

13

14

14

15

16

18

19

20

22

23

23

24

26

26

26

26

26

26

26

26

27

27

27

27

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

46 Rencana Analisis

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

52 Hasil Analisis Data Berdasarkan karateristik Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V

Selatan RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

522 Usia

523 Indeks Massa Tubuh

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Awal (saat masuk di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Akhir (sebelum keluar di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

543 Evaluasi Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang Menjalani Terapi

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antididabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe

II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati

28

29

29

29

29

30

30

31

31

32

33

33

33

34

35

35

36

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Penggunaan ADO Dalam Mengendalikan

Gula Darah di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Jenis

kelamin

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Usia

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan IMT

5624 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diognosis

5625 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada

Pasien DM Tipe II di RSUP Fatmawati

5627Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO

Dalam Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati Periode 2012

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

62 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

37

38

38

38

38

39

39

40

41

42

45

46

46

46

47

51

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Kriteria Diagnosis untuk Diabetes Mellitus

22 Penggolongan obat Antidiabetik oral

23 Golongan Sulfonilurea

24 Golongan Meglitinid

25 Gologan Biguanid

26 Golongan Penghambat α-Glikosidase

27 Golongan Thiazolidinedion

51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

52 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

53 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi komplikasi

56 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat

masuk RSUP Fatmawati)

57 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir

(setelah pemberian ADO)

58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian kadar gula

darah sewaktu

59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

511 Distribusi penggunaan ADO dalam mengendalikan GDS

12

15

16

19

20

21

22

29

30

30

31

32

33

33

34

35

36

37

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis Kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

Gambar 5 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi

Komplikasi

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar gula darah

awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar Gula Darah

Akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pegendalian Kadar

Gula Darah Sewaktu

Gambar 9 Diagram jumlah ADO tunggal dan kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM Tipe II

Gambar 10 Diagram jumlah obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

51

51

52

52

53

53

54

54

55

55

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Diagnosa

Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Terapi

Obat yang diberikan

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Lampiran 7 Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

51

52

53

55

56

60

63

65

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISTILAH

ADA American Diabetes Association

ADO Obat Antidiabetik

BB Berat Badan

DM Diabetes Mellitus

GDM Gestational Diabetes Mellitus

GDS Gula Darah Sewaktu

IDDM Diabetes Mellitus tergantung insulin (insulin- dependent diabetes mellitus)

IMT Indeks Massa Tubuh

NIDDM Diabetes tidak tergantung Insulin (non-insulin-dependent diabetes mellitus)

PERKENI Perkumpulan Endokrin Indonesia

PJK Penyakit Jantung Koroner

RM Rekam Medik

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral

WHO World Health Organization

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit kronik yang terjadi pada

jutaan orang didunia (American Diabetes Assosiation ADA 2010) Diabetes

merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya

peningkatan kadar gula darah (hiperglikemi) yang terjadi akibat kelainan

sekresi insulin aktivitas insulin dan keduanya (Smeltzer 2008)

Menurut WHO (2011) jumlah penderita Diabetes Mellitus di

Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah Amerika Serikat

India dan Cina WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang

diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang WHO memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 84 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 213 juta pada tahun 2030 Senada dengan WHO

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009 memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM dari 70 juta pada tahun 2009 menjadi 120

juta pada tahun 2030 Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi laporan

keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM

sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI 2011)

Berdasarkan data Riskesdas 2007 angka prevalensi Diabetes Mellitus

(DM) pada penduduk usia 15 tahun ke atas yang tinggal di daerah perkotaan

di Indonesia adalah 57 Diabetes Mellitus yang paling banyak ditemukan di

Indonesia adalah Diabetes Mellitus Tipe II (DM Tipe II) (Soegondo 2002)

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

Menurut Perkumpulan Endokrinilogi Indonesia (PERKENI 2011)

Sampai saat ini penanganan Diabetes Mellitus dilakukan terutama dengan

mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal Pendekatan terapi

tergantung pada tipe Diabetes Pada Diabetes Mellitus Tipe I penanganan

dilakukan dengan Insulin sedangkan pendekatan farmakologis utama untuk

mengatasi Diabetes Mellitus Tipe II adalah penggunaan obat Oral

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Antidiabetes (ODA) Pengobatan DM Tipe II sering mengharuskan

penggunaan terapi beberapa antidiabetika (terapi tunggal maupun kombinasi)

termasuk terapi kombinasi antidiabetika oral yang berbeda golongan atau

kombinasi dengan Insulin untuk mencapai kadar glukosa darah normal

(Dipiro 2005)

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan Diabetes Mellitus Tipe

II di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi tahun 2011 diketahui

bahwa jumlah penderita DM 500 pasien dengan menempati urutan ke 8 dari

10 besar penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Untuk

jumlah prevalensi profil penggunaan obat Antidiabetik dari penelitian

sebelumnya di Rumah sakit Umum Pusat Fatmawati pada tahun 2012 bulan

Januari-Maret dilaporkan untuk obat antidiabetik tunggal berdasarkan

golongan yaitu Sulfonilurea 57 Biguanida 35 Acarbose 8 sedangkan

untuk obat antidiabetik kombinasinya Sulfonilurea dengan Biguanid terbanyak

digunakan yaitu sebesar 43 (Irmayanti 2012)

Melihat kenaikan prevalensi DM secara global maka perlu dilakukan

suatu penelitian tentang gambaran efektivitas penggunaan obat Antidiabetik

tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah Sehingga pada akhir

penelitian ini diketahui efektivitas obat Antidiabetik dalam mengendalikan

gula darah yang terbaik dalam proses terapi Diabetes Mellitus Tipe II dengan

tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Karena selain

sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati digunakan juga sebagai Rumah

Sakit Pendidikan Selain itu jumlah prevalensi pasien DM di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka disusunlah rumusan

masalah penelitian sebagai berikut

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus

Tipe II semakin meningkat Menurut WHO jumlah penderita Diabetes

Mellitus di Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah

Amerika Serikat India dan Cina

Pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 500 pasien Diabetes Mellitus Tipe II

dengan menempati urutan ke 8 dari 10 besar penyakit rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II harus selalu minum obat untuk

mengendalikan gula darah

Diantara Obat tunggal dan kombinasi yang di resepkan dokter di RSUP

Fatmawati belum diketahui mana yang lebih efektiv dalam mengendalikan

gula darah

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Bagaimana penggunaan obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan kepada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

3 Bagaimana efektivitas obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan pada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat

antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula

darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui karakteristik pasien DM Tipe II meliputi jenis

kelamin usia dan IMT diagnosis penyakit serta data hasil

pemeriksaan laboratorium kadar gula darah yang menjalani

rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Mengetahui gambaran penggunaan obat Antidiabetik tunggal

dan kombinasi yang sering digunakan oleh pasien DM Tipe II

yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2012

3 Mengetahui efektivitas dengan menilai terkendalinya kadar gula

darah dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat Secara Metodologi

Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi untuk mencari obat yang efektiv dalam

mengendalikan gula darah untuk penanganan Diabetes Mellitus Tipe II

152 Manfaat Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada apoteker dokter

dan tenaga kesehatan lainnya dalam membuat kebijakan di Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dalam memilih obat-obatan

yang efektif pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 Ruang Lingkup

Masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetik sangatlah

luas Namun dalam penelitian ini hanya meneliti pada gambaran efektivitas

penggunaan obat Antidiabetik dalam mengendalikan gula darah Penelitian

dilakukan di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V Selatan di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dengan besar sampel 97 dimana 73 pasien

menggunakan Antidiabetik tunggal dan 24 pasien menggunakan Antidiabetik

kombinasi dengan waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2013 berdasarkan

data rekam medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan desain penelitian

bersifat Cross Sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah

DM dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550

sebelum masehi Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli

Mesir kuno dari Jerman George Ebers dan kemudian disebut sebagai The

Ebers Papyrus (Sinaga 2008)

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu

penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang

disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa

nyeri Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi penulis India Sushrutha

memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)

(Sinaga 2008)

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang

pertama kali memberi nama diabetes yang berarti ldquomengalir terusrdquo dan

mellitus yang berarti ldquomanisrdquo Disebut diabetes karena selalu minum

dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus

berupa urine yang banyak (poliuria) Disebut mellitus karena urine

penderita ini mengandung glukosa (Sinaga 2008)

Pada tahun 1921 Frederick Banting dan Charles Best berhasil

membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah Dengan demikian jelas bahwa

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang

disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti 2005) dalam (Fitrania

2008)

Akhirnya pada tahun 1945 Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO

(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia yang kemudian temuan OHO ini

berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya

(Fitrania 2008)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 11: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISTILAH

BAB 1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

12 Rumusan Masalah

13 Pertanyaan Penelitian

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

142 Tujuan Khusus

15 Manfaat Penelitian

16 Ruang Lingkup

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

212 Definisi Diabetes Mellitus

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

x

xi

xv

xvi

xvii

xvii

1

1

3

3

4

4

4

4

5

6

6

6

7

8

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik

217 Diagnosis Diabetes Mellitus Tipe II

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik Oral

232 Obat Antidiabetik Tunggal

233 Obat Antidiabetik Kombinasi

234 Obat-obat Antidiabetik Oral

2341 Golongan Sulfonilurea

2342 Golongan Meglitinid

2343 Golongan Biguanid

2344 Golongan Penghambat α-Glukosida

2345 Golongan Thiazolidinedion

BAB 3 KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

32 Definisi Operasional

BAB 4 METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi Penelitian

412 Waktu Penelitian

42 Desain Penelitian

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi Penelitian

432 Sampel Penelitian

44 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

441 Kriteria Inklusi

442 Kriteria Eksklusi

45 Pengumpulan Data

9

10

11

12

12

13

13

14

14

15

16

18

19

20

22

23

23

24

26

26

26

26

26

26

26

26

27

27

27

27

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

46 Rencana Analisis

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

52 Hasil Analisis Data Berdasarkan karateristik Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V

Selatan RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

522 Usia

523 Indeks Massa Tubuh

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Awal (saat masuk di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Akhir (sebelum keluar di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

543 Evaluasi Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang Menjalani Terapi

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antididabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe

II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati

28

29

29

29

29

30

30

31

31

32

33

33

33

34

35

35

36

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Penggunaan ADO Dalam Mengendalikan

Gula Darah di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Jenis

kelamin

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Usia

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan IMT

5624 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diognosis

5625 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada

Pasien DM Tipe II di RSUP Fatmawati

5627Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO

Dalam Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati Periode 2012

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

62 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

37

38

38

38

38

39

39

40

41

42

45

46

46

46

47

51

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Kriteria Diagnosis untuk Diabetes Mellitus

22 Penggolongan obat Antidiabetik oral

23 Golongan Sulfonilurea

24 Golongan Meglitinid

25 Gologan Biguanid

26 Golongan Penghambat α-Glikosidase

27 Golongan Thiazolidinedion

51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

52 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

53 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi komplikasi

56 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat

masuk RSUP Fatmawati)

57 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir

(setelah pemberian ADO)

58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian kadar gula

darah sewaktu

59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

511 Distribusi penggunaan ADO dalam mengendalikan GDS

12

15

16

19

20

21

22

29

30

30

31

32

33

33

34

35

36

37

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis Kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

Gambar 5 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi

Komplikasi

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar gula darah

awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar Gula Darah

Akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pegendalian Kadar

Gula Darah Sewaktu

Gambar 9 Diagram jumlah ADO tunggal dan kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM Tipe II

Gambar 10 Diagram jumlah obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

51

51

52

52

53

53

54

54

55

55

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Diagnosa

Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Terapi

Obat yang diberikan

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Lampiran 7 Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

51

52

53

55

56

60

63

65

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISTILAH

ADA American Diabetes Association

ADO Obat Antidiabetik

BB Berat Badan

DM Diabetes Mellitus

GDM Gestational Diabetes Mellitus

GDS Gula Darah Sewaktu

IDDM Diabetes Mellitus tergantung insulin (insulin- dependent diabetes mellitus)

IMT Indeks Massa Tubuh

NIDDM Diabetes tidak tergantung Insulin (non-insulin-dependent diabetes mellitus)

PERKENI Perkumpulan Endokrin Indonesia

PJK Penyakit Jantung Koroner

RM Rekam Medik

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral

WHO World Health Organization

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit kronik yang terjadi pada

jutaan orang didunia (American Diabetes Assosiation ADA 2010) Diabetes

merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya

peningkatan kadar gula darah (hiperglikemi) yang terjadi akibat kelainan

sekresi insulin aktivitas insulin dan keduanya (Smeltzer 2008)

Menurut WHO (2011) jumlah penderita Diabetes Mellitus di

Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah Amerika Serikat

India dan Cina WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang

diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang WHO memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 84 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 213 juta pada tahun 2030 Senada dengan WHO

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009 memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM dari 70 juta pada tahun 2009 menjadi 120

juta pada tahun 2030 Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi laporan

keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM

sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI 2011)

Berdasarkan data Riskesdas 2007 angka prevalensi Diabetes Mellitus

(DM) pada penduduk usia 15 tahun ke atas yang tinggal di daerah perkotaan

di Indonesia adalah 57 Diabetes Mellitus yang paling banyak ditemukan di

Indonesia adalah Diabetes Mellitus Tipe II (DM Tipe II) (Soegondo 2002)

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

Menurut Perkumpulan Endokrinilogi Indonesia (PERKENI 2011)

Sampai saat ini penanganan Diabetes Mellitus dilakukan terutama dengan

mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal Pendekatan terapi

tergantung pada tipe Diabetes Pada Diabetes Mellitus Tipe I penanganan

dilakukan dengan Insulin sedangkan pendekatan farmakologis utama untuk

mengatasi Diabetes Mellitus Tipe II adalah penggunaan obat Oral

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Antidiabetes (ODA) Pengobatan DM Tipe II sering mengharuskan

penggunaan terapi beberapa antidiabetika (terapi tunggal maupun kombinasi)

termasuk terapi kombinasi antidiabetika oral yang berbeda golongan atau

kombinasi dengan Insulin untuk mencapai kadar glukosa darah normal

(Dipiro 2005)

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan Diabetes Mellitus Tipe

II di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi tahun 2011 diketahui

bahwa jumlah penderita DM 500 pasien dengan menempati urutan ke 8 dari

10 besar penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Untuk

jumlah prevalensi profil penggunaan obat Antidiabetik dari penelitian

sebelumnya di Rumah sakit Umum Pusat Fatmawati pada tahun 2012 bulan

Januari-Maret dilaporkan untuk obat antidiabetik tunggal berdasarkan

golongan yaitu Sulfonilurea 57 Biguanida 35 Acarbose 8 sedangkan

untuk obat antidiabetik kombinasinya Sulfonilurea dengan Biguanid terbanyak

digunakan yaitu sebesar 43 (Irmayanti 2012)

Melihat kenaikan prevalensi DM secara global maka perlu dilakukan

suatu penelitian tentang gambaran efektivitas penggunaan obat Antidiabetik

tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah Sehingga pada akhir

penelitian ini diketahui efektivitas obat Antidiabetik dalam mengendalikan

gula darah yang terbaik dalam proses terapi Diabetes Mellitus Tipe II dengan

tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Karena selain

sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati digunakan juga sebagai Rumah

Sakit Pendidikan Selain itu jumlah prevalensi pasien DM di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka disusunlah rumusan

masalah penelitian sebagai berikut

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus

Tipe II semakin meningkat Menurut WHO jumlah penderita Diabetes

Mellitus di Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah

Amerika Serikat India dan Cina

Pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 500 pasien Diabetes Mellitus Tipe II

dengan menempati urutan ke 8 dari 10 besar penyakit rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II harus selalu minum obat untuk

mengendalikan gula darah

Diantara Obat tunggal dan kombinasi yang di resepkan dokter di RSUP

Fatmawati belum diketahui mana yang lebih efektiv dalam mengendalikan

gula darah

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Bagaimana penggunaan obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan kepada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

3 Bagaimana efektivitas obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan pada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat

antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula

darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui karakteristik pasien DM Tipe II meliputi jenis

kelamin usia dan IMT diagnosis penyakit serta data hasil

pemeriksaan laboratorium kadar gula darah yang menjalani

rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Mengetahui gambaran penggunaan obat Antidiabetik tunggal

dan kombinasi yang sering digunakan oleh pasien DM Tipe II

yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2012

3 Mengetahui efektivitas dengan menilai terkendalinya kadar gula

darah dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat Secara Metodologi

Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi untuk mencari obat yang efektiv dalam

mengendalikan gula darah untuk penanganan Diabetes Mellitus Tipe II

152 Manfaat Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada apoteker dokter

dan tenaga kesehatan lainnya dalam membuat kebijakan di Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dalam memilih obat-obatan

yang efektif pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 Ruang Lingkup

Masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetik sangatlah

luas Namun dalam penelitian ini hanya meneliti pada gambaran efektivitas

penggunaan obat Antidiabetik dalam mengendalikan gula darah Penelitian

dilakukan di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V Selatan di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dengan besar sampel 97 dimana 73 pasien

menggunakan Antidiabetik tunggal dan 24 pasien menggunakan Antidiabetik

kombinasi dengan waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2013 berdasarkan

data rekam medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan desain penelitian

bersifat Cross Sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah

DM dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550

sebelum masehi Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli

Mesir kuno dari Jerman George Ebers dan kemudian disebut sebagai The

Ebers Papyrus (Sinaga 2008)

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu

penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang

disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa

nyeri Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi penulis India Sushrutha

memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)

(Sinaga 2008)

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang

pertama kali memberi nama diabetes yang berarti ldquomengalir terusrdquo dan

mellitus yang berarti ldquomanisrdquo Disebut diabetes karena selalu minum

dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus

berupa urine yang banyak (poliuria) Disebut mellitus karena urine

penderita ini mengandung glukosa (Sinaga 2008)

Pada tahun 1921 Frederick Banting dan Charles Best berhasil

membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah Dengan demikian jelas bahwa

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang

disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti 2005) dalam (Fitrania

2008)

Akhirnya pada tahun 1945 Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO

(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia yang kemudian temuan OHO ini

berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya

(Fitrania 2008)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 12: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik

217 Diagnosis Diabetes Mellitus Tipe II

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik Oral

232 Obat Antidiabetik Tunggal

233 Obat Antidiabetik Kombinasi

234 Obat-obat Antidiabetik Oral

2341 Golongan Sulfonilurea

2342 Golongan Meglitinid

2343 Golongan Biguanid

2344 Golongan Penghambat α-Glukosida

2345 Golongan Thiazolidinedion

BAB 3 KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

32 Definisi Operasional

BAB 4 METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi Penelitian

412 Waktu Penelitian

42 Desain Penelitian

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi Penelitian

432 Sampel Penelitian

44 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

441 Kriteria Inklusi

442 Kriteria Eksklusi

45 Pengumpulan Data

9

10

11

12

12

13

13

14

14

15

16

18

19

20

22

23

23

24

26

26

26

26

26

26

26

26

27

27

27

27

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

46 Rencana Analisis

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

52 Hasil Analisis Data Berdasarkan karateristik Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V

Selatan RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

522 Usia

523 Indeks Massa Tubuh

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Awal (saat masuk di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Akhir (sebelum keluar di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

543 Evaluasi Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang Menjalani Terapi

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antididabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe

II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati

28

29

29

29

29

30

30

31

31

32

33

33

33

34

35

35

36

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Penggunaan ADO Dalam Mengendalikan

Gula Darah di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Jenis

kelamin

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Usia

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan IMT

5624 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diognosis

5625 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada

Pasien DM Tipe II di RSUP Fatmawati

5627Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO

Dalam Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati Periode 2012

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

62 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

37

38

38

38

38

39

39

40

41

42

45

46

46

46

47

51

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Kriteria Diagnosis untuk Diabetes Mellitus

22 Penggolongan obat Antidiabetik oral

23 Golongan Sulfonilurea

24 Golongan Meglitinid

25 Gologan Biguanid

26 Golongan Penghambat α-Glikosidase

27 Golongan Thiazolidinedion

51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

52 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

53 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi komplikasi

56 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat

masuk RSUP Fatmawati)

57 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir

(setelah pemberian ADO)

58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian kadar gula

darah sewaktu

59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

511 Distribusi penggunaan ADO dalam mengendalikan GDS

12

15

16

19

20

21

22

29

30

30

31

32

33

33

34

35

36

37

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis Kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

Gambar 5 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi

Komplikasi

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar gula darah

awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar Gula Darah

Akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pegendalian Kadar

Gula Darah Sewaktu

Gambar 9 Diagram jumlah ADO tunggal dan kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM Tipe II

Gambar 10 Diagram jumlah obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

51

51

52

52

53

53

54

54

55

55

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Diagnosa

Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Terapi

Obat yang diberikan

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Lampiran 7 Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

51

52

53

55

56

60

63

65

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISTILAH

ADA American Diabetes Association

ADO Obat Antidiabetik

BB Berat Badan

DM Diabetes Mellitus

GDM Gestational Diabetes Mellitus

GDS Gula Darah Sewaktu

IDDM Diabetes Mellitus tergantung insulin (insulin- dependent diabetes mellitus)

IMT Indeks Massa Tubuh

NIDDM Diabetes tidak tergantung Insulin (non-insulin-dependent diabetes mellitus)

PERKENI Perkumpulan Endokrin Indonesia

PJK Penyakit Jantung Koroner

RM Rekam Medik

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral

WHO World Health Organization

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit kronik yang terjadi pada

jutaan orang didunia (American Diabetes Assosiation ADA 2010) Diabetes

merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya

peningkatan kadar gula darah (hiperglikemi) yang terjadi akibat kelainan

sekresi insulin aktivitas insulin dan keduanya (Smeltzer 2008)

Menurut WHO (2011) jumlah penderita Diabetes Mellitus di

Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah Amerika Serikat

India dan Cina WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang

diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang WHO memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 84 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 213 juta pada tahun 2030 Senada dengan WHO

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009 memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM dari 70 juta pada tahun 2009 menjadi 120

juta pada tahun 2030 Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi laporan

keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM

sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI 2011)

Berdasarkan data Riskesdas 2007 angka prevalensi Diabetes Mellitus

(DM) pada penduduk usia 15 tahun ke atas yang tinggal di daerah perkotaan

di Indonesia adalah 57 Diabetes Mellitus yang paling banyak ditemukan di

Indonesia adalah Diabetes Mellitus Tipe II (DM Tipe II) (Soegondo 2002)

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

Menurut Perkumpulan Endokrinilogi Indonesia (PERKENI 2011)

Sampai saat ini penanganan Diabetes Mellitus dilakukan terutama dengan

mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal Pendekatan terapi

tergantung pada tipe Diabetes Pada Diabetes Mellitus Tipe I penanganan

dilakukan dengan Insulin sedangkan pendekatan farmakologis utama untuk

mengatasi Diabetes Mellitus Tipe II adalah penggunaan obat Oral

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Antidiabetes (ODA) Pengobatan DM Tipe II sering mengharuskan

penggunaan terapi beberapa antidiabetika (terapi tunggal maupun kombinasi)

termasuk terapi kombinasi antidiabetika oral yang berbeda golongan atau

kombinasi dengan Insulin untuk mencapai kadar glukosa darah normal

(Dipiro 2005)

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan Diabetes Mellitus Tipe

II di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi tahun 2011 diketahui

bahwa jumlah penderita DM 500 pasien dengan menempati urutan ke 8 dari

10 besar penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Untuk

jumlah prevalensi profil penggunaan obat Antidiabetik dari penelitian

sebelumnya di Rumah sakit Umum Pusat Fatmawati pada tahun 2012 bulan

Januari-Maret dilaporkan untuk obat antidiabetik tunggal berdasarkan

golongan yaitu Sulfonilurea 57 Biguanida 35 Acarbose 8 sedangkan

untuk obat antidiabetik kombinasinya Sulfonilurea dengan Biguanid terbanyak

digunakan yaitu sebesar 43 (Irmayanti 2012)

Melihat kenaikan prevalensi DM secara global maka perlu dilakukan

suatu penelitian tentang gambaran efektivitas penggunaan obat Antidiabetik

tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah Sehingga pada akhir

penelitian ini diketahui efektivitas obat Antidiabetik dalam mengendalikan

gula darah yang terbaik dalam proses terapi Diabetes Mellitus Tipe II dengan

tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Karena selain

sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati digunakan juga sebagai Rumah

Sakit Pendidikan Selain itu jumlah prevalensi pasien DM di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka disusunlah rumusan

masalah penelitian sebagai berikut

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus

Tipe II semakin meningkat Menurut WHO jumlah penderita Diabetes

Mellitus di Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah

Amerika Serikat India dan Cina

Pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 500 pasien Diabetes Mellitus Tipe II

dengan menempati urutan ke 8 dari 10 besar penyakit rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II harus selalu minum obat untuk

mengendalikan gula darah

Diantara Obat tunggal dan kombinasi yang di resepkan dokter di RSUP

Fatmawati belum diketahui mana yang lebih efektiv dalam mengendalikan

gula darah

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Bagaimana penggunaan obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan kepada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

3 Bagaimana efektivitas obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan pada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat

antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula

darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui karakteristik pasien DM Tipe II meliputi jenis

kelamin usia dan IMT diagnosis penyakit serta data hasil

pemeriksaan laboratorium kadar gula darah yang menjalani

rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Mengetahui gambaran penggunaan obat Antidiabetik tunggal

dan kombinasi yang sering digunakan oleh pasien DM Tipe II

yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2012

3 Mengetahui efektivitas dengan menilai terkendalinya kadar gula

darah dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat Secara Metodologi

Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi untuk mencari obat yang efektiv dalam

mengendalikan gula darah untuk penanganan Diabetes Mellitus Tipe II

152 Manfaat Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada apoteker dokter

dan tenaga kesehatan lainnya dalam membuat kebijakan di Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dalam memilih obat-obatan

yang efektif pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 Ruang Lingkup

Masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetik sangatlah

luas Namun dalam penelitian ini hanya meneliti pada gambaran efektivitas

penggunaan obat Antidiabetik dalam mengendalikan gula darah Penelitian

dilakukan di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V Selatan di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dengan besar sampel 97 dimana 73 pasien

menggunakan Antidiabetik tunggal dan 24 pasien menggunakan Antidiabetik

kombinasi dengan waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2013 berdasarkan

data rekam medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan desain penelitian

bersifat Cross Sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah

DM dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550

sebelum masehi Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli

Mesir kuno dari Jerman George Ebers dan kemudian disebut sebagai The

Ebers Papyrus (Sinaga 2008)

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu

penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang

disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa

nyeri Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi penulis India Sushrutha

memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)

(Sinaga 2008)

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang

pertama kali memberi nama diabetes yang berarti ldquomengalir terusrdquo dan

mellitus yang berarti ldquomanisrdquo Disebut diabetes karena selalu minum

dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus

berupa urine yang banyak (poliuria) Disebut mellitus karena urine

penderita ini mengandung glukosa (Sinaga 2008)

Pada tahun 1921 Frederick Banting dan Charles Best berhasil

membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah Dengan demikian jelas bahwa

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang

disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti 2005) dalam (Fitrania

2008)

Akhirnya pada tahun 1945 Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO

(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia yang kemudian temuan OHO ini

berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya

(Fitrania 2008)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 13: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

46 Rencana Analisis

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

52 Hasil Analisis Data Berdasarkan karateristik Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V

Selatan RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

522 Usia

523 Indeks Massa Tubuh

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Awal (saat masuk di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Kadar

Gula Darah Sewaktu Akhir (sebelum keluar di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati)

543 Evaluasi Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang Menjalani Terapi

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antididabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe

II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati

28

29

29

29

29

30

30

31

31

32

33

33

33

34

35

35

36

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Penggunaan ADO Dalam Mengendalikan

Gula Darah di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Jenis

kelamin

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Usia

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan IMT

5624 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diognosis

5625 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada

Pasien DM Tipe II di RSUP Fatmawati

5627Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO

Dalam Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati Periode 2012

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

62 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

37

38

38

38

38

39

39

40

41

42

45

46

46

46

47

51

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Kriteria Diagnosis untuk Diabetes Mellitus

22 Penggolongan obat Antidiabetik oral

23 Golongan Sulfonilurea

24 Golongan Meglitinid

25 Gologan Biguanid

26 Golongan Penghambat α-Glikosidase

27 Golongan Thiazolidinedion

51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

52 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

53 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi komplikasi

56 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat

masuk RSUP Fatmawati)

57 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir

(setelah pemberian ADO)

58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian kadar gula

darah sewaktu

59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

511 Distribusi penggunaan ADO dalam mengendalikan GDS

12

15

16

19

20

21

22

29

30

30

31

32

33

33

34

35

36

37

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis Kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

Gambar 5 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi

Komplikasi

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar gula darah

awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar Gula Darah

Akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pegendalian Kadar

Gula Darah Sewaktu

Gambar 9 Diagram jumlah ADO tunggal dan kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM Tipe II

Gambar 10 Diagram jumlah obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

51

51

52

52

53

53

54

54

55

55

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Diagnosa

Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Terapi

Obat yang diberikan

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Lampiran 7 Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

51

52

53

55

56

60

63

65

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISTILAH

ADA American Diabetes Association

ADO Obat Antidiabetik

BB Berat Badan

DM Diabetes Mellitus

GDM Gestational Diabetes Mellitus

GDS Gula Darah Sewaktu

IDDM Diabetes Mellitus tergantung insulin (insulin- dependent diabetes mellitus)

IMT Indeks Massa Tubuh

NIDDM Diabetes tidak tergantung Insulin (non-insulin-dependent diabetes mellitus)

PERKENI Perkumpulan Endokrin Indonesia

PJK Penyakit Jantung Koroner

RM Rekam Medik

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral

WHO World Health Organization

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit kronik yang terjadi pada

jutaan orang didunia (American Diabetes Assosiation ADA 2010) Diabetes

merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya

peningkatan kadar gula darah (hiperglikemi) yang terjadi akibat kelainan

sekresi insulin aktivitas insulin dan keduanya (Smeltzer 2008)

Menurut WHO (2011) jumlah penderita Diabetes Mellitus di

Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah Amerika Serikat

India dan Cina WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang

diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang WHO memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 84 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 213 juta pada tahun 2030 Senada dengan WHO

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009 memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM dari 70 juta pada tahun 2009 menjadi 120

juta pada tahun 2030 Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi laporan

keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM

sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI 2011)

Berdasarkan data Riskesdas 2007 angka prevalensi Diabetes Mellitus

(DM) pada penduduk usia 15 tahun ke atas yang tinggal di daerah perkotaan

di Indonesia adalah 57 Diabetes Mellitus yang paling banyak ditemukan di

Indonesia adalah Diabetes Mellitus Tipe II (DM Tipe II) (Soegondo 2002)

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

Menurut Perkumpulan Endokrinilogi Indonesia (PERKENI 2011)

Sampai saat ini penanganan Diabetes Mellitus dilakukan terutama dengan

mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal Pendekatan terapi

tergantung pada tipe Diabetes Pada Diabetes Mellitus Tipe I penanganan

dilakukan dengan Insulin sedangkan pendekatan farmakologis utama untuk

mengatasi Diabetes Mellitus Tipe II adalah penggunaan obat Oral

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Antidiabetes (ODA) Pengobatan DM Tipe II sering mengharuskan

penggunaan terapi beberapa antidiabetika (terapi tunggal maupun kombinasi)

termasuk terapi kombinasi antidiabetika oral yang berbeda golongan atau

kombinasi dengan Insulin untuk mencapai kadar glukosa darah normal

(Dipiro 2005)

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan Diabetes Mellitus Tipe

II di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi tahun 2011 diketahui

bahwa jumlah penderita DM 500 pasien dengan menempati urutan ke 8 dari

10 besar penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Untuk

jumlah prevalensi profil penggunaan obat Antidiabetik dari penelitian

sebelumnya di Rumah sakit Umum Pusat Fatmawati pada tahun 2012 bulan

Januari-Maret dilaporkan untuk obat antidiabetik tunggal berdasarkan

golongan yaitu Sulfonilurea 57 Biguanida 35 Acarbose 8 sedangkan

untuk obat antidiabetik kombinasinya Sulfonilurea dengan Biguanid terbanyak

digunakan yaitu sebesar 43 (Irmayanti 2012)

Melihat kenaikan prevalensi DM secara global maka perlu dilakukan

suatu penelitian tentang gambaran efektivitas penggunaan obat Antidiabetik

tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah Sehingga pada akhir

penelitian ini diketahui efektivitas obat Antidiabetik dalam mengendalikan

gula darah yang terbaik dalam proses terapi Diabetes Mellitus Tipe II dengan

tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Karena selain

sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati digunakan juga sebagai Rumah

Sakit Pendidikan Selain itu jumlah prevalensi pasien DM di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka disusunlah rumusan

masalah penelitian sebagai berikut

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus

Tipe II semakin meningkat Menurut WHO jumlah penderita Diabetes

Mellitus di Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah

Amerika Serikat India dan Cina

Pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 500 pasien Diabetes Mellitus Tipe II

dengan menempati urutan ke 8 dari 10 besar penyakit rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II harus selalu minum obat untuk

mengendalikan gula darah

Diantara Obat tunggal dan kombinasi yang di resepkan dokter di RSUP

Fatmawati belum diketahui mana yang lebih efektiv dalam mengendalikan

gula darah

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Bagaimana penggunaan obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan kepada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

3 Bagaimana efektivitas obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan pada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat

antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula

darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui karakteristik pasien DM Tipe II meliputi jenis

kelamin usia dan IMT diagnosis penyakit serta data hasil

pemeriksaan laboratorium kadar gula darah yang menjalani

rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Mengetahui gambaran penggunaan obat Antidiabetik tunggal

dan kombinasi yang sering digunakan oleh pasien DM Tipe II

yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2012

3 Mengetahui efektivitas dengan menilai terkendalinya kadar gula

darah dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat Secara Metodologi

Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi untuk mencari obat yang efektiv dalam

mengendalikan gula darah untuk penanganan Diabetes Mellitus Tipe II

152 Manfaat Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada apoteker dokter

dan tenaga kesehatan lainnya dalam membuat kebijakan di Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dalam memilih obat-obatan

yang efektif pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 Ruang Lingkup

Masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetik sangatlah

luas Namun dalam penelitian ini hanya meneliti pada gambaran efektivitas

penggunaan obat Antidiabetik dalam mengendalikan gula darah Penelitian

dilakukan di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V Selatan di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dengan besar sampel 97 dimana 73 pasien

menggunakan Antidiabetik tunggal dan 24 pasien menggunakan Antidiabetik

kombinasi dengan waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2013 berdasarkan

data rekam medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan desain penelitian

bersifat Cross Sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah

DM dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550

sebelum masehi Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli

Mesir kuno dari Jerman George Ebers dan kemudian disebut sebagai The

Ebers Papyrus (Sinaga 2008)

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu

penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang

disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa

nyeri Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi penulis India Sushrutha

memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)

(Sinaga 2008)

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang

pertama kali memberi nama diabetes yang berarti ldquomengalir terusrdquo dan

mellitus yang berarti ldquomanisrdquo Disebut diabetes karena selalu minum

dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus

berupa urine yang banyak (poliuria) Disebut mellitus karena urine

penderita ini mengandung glukosa (Sinaga 2008)

Pada tahun 1921 Frederick Banting dan Charles Best berhasil

membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah Dengan demikian jelas bahwa

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang

disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti 2005) dalam (Fitrania

2008)

Akhirnya pada tahun 1945 Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO

(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia yang kemudian temuan OHO ini

berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya

(Fitrania 2008)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 14: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Penggunaan ADO Dalam Mengendalikan

Gula Darah di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Jenis

kelamin

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Usia

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan IMT

5624 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diognosis

5625 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada

Pasien DM Tipe II di RSUP Fatmawati

5627Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO

Dalam Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati Periode 2012

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

62 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

37

38

38

38

38

39

39

40

41

42

45

46

46

46

47

51

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Kriteria Diagnosis untuk Diabetes Mellitus

22 Penggolongan obat Antidiabetik oral

23 Golongan Sulfonilurea

24 Golongan Meglitinid

25 Gologan Biguanid

26 Golongan Penghambat α-Glikosidase

27 Golongan Thiazolidinedion

51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

52 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

53 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi komplikasi

56 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat

masuk RSUP Fatmawati)

57 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir

(setelah pemberian ADO)

58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian kadar gula

darah sewaktu

59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

511 Distribusi penggunaan ADO dalam mengendalikan GDS

12

15

16

19

20

21

22

29

30

30

31

32

33

33

34

35

36

37

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis Kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

Gambar 5 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi

Komplikasi

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar gula darah

awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar Gula Darah

Akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pegendalian Kadar

Gula Darah Sewaktu

Gambar 9 Diagram jumlah ADO tunggal dan kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM Tipe II

Gambar 10 Diagram jumlah obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

51

51

52

52

53

53

54

54

55

55

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Diagnosa

Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Terapi

Obat yang diberikan

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Lampiran 7 Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

51

52

53

55

56

60

63

65

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISTILAH

ADA American Diabetes Association

ADO Obat Antidiabetik

BB Berat Badan

DM Diabetes Mellitus

GDM Gestational Diabetes Mellitus

GDS Gula Darah Sewaktu

IDDM Diabetes Mellitus tergantung insulin (insulin- dependent diabetes mellitus)

IMT Indeks Massa Tubuh

NIDDM Diabetes tidak tergantung Insulin (non-insulin-dependent diabetes mellitus)

PERKENI Perkumpulan Endokrin Indonesia

PJK Penyakit Jantung Koroner

RM Rekam Medik

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral

WHO World Health Organization

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit kronik yang terjadi pada

jutaan orang didunia (American Diabetes Assosiation ADA 2010) Diabetes

merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya

peningkatan kadar gula darah (hiperglikemi) yang terjadi akibat kelainan

sekresi insulin aktivitas insulin dan keduanya (Smeltzer 2008)

Menurut WHO (2011) jumlah penderita Diabetes Mellitus di

Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah Amerika Serikat

India dan Cina WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang

diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang WHO memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 84 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 213 juta pada tahun 2030 Senada dengan WHO

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009 memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM dari 70 juta pada tahun 2009 menjadi 120

juta pada tahun 2030 Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi laporan

keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM

sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI 2011)

Berdasarkan data Riskesdas 2007 angka prevalensi Diabetes Mellitus

(DM) pada penduduk usia 15 tahun ke atas yang tinggal di daerah perkotaan

di Indonesia adalah 57 Diabetes Mellitus yang paling banyak ditemukan di

Indonesia adalah Diabetes Mellitus Tipe II (DM Tipe II) (Soegondo 2002)

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

Menurut Perkumpulan Endokrinilogi Indonesia (PERKENI 2011)

Sampai saat ini penanganan Diabetes Mellitus dilakukan terutama dengan

mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal Pendekatan terapi

tergantung pada tipe Diabetes Pada Diabetes Mellitus Tipe I penanganan

dilakukan dengan Insulin sedangkan pendekatan farmakologis utama untuk

mengatasi Diabetes Mellitus Tipe II adalah penggunaan obat Oral

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Antidiabetes (ODA) Pengobatan DM Tipe II sering mengharuskan

penggunaan terapi beberapa antidiabetika (terapi tunggal maupun kombinasi)

termasuk terapi kombinasi antidiabetika oral yang berbeda golongan atau

kombinasi dengan Insulin untuk mencapai kadar glukosa darah normal

(Dipiro 2005)

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan Diabetes Mellitus Tipe

II di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi tahun 2011 diketahui

bahwa jumlah penderita DM 500 pasien dengan menempati urutan ke 8 dari

10 besar penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Untuk

jumlah prevalensi profil penggunaan obat Antidiabetik dari penelitian

sebelumnya di Rumah sakit Umum Pusat Fatmawati pada tahun 2012 bulan

Januari-Maret dilaporkan untuk obat antidiabetik tunggal berdasarkan

golongan yaitu Sulfonilurea 57 Biguanida 35 Acarbose 8 sedangkan

untuk obat antidiabetik kombinasinya Sulfonilurea dengan Biguanid terbanyak

digunakan yaitu sebesar 43 (Irmayanti 2012)

Melihat kenaikan prevalensi DM secara global maka perlu dilakukan

suatu penelitian tentang gambaran efektivitas penggunaan obat Antidiabetik

tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah Sehingga pada akhir

penelitian ini diketahui efektivitas obat Antidiabetik dalam mengendalikan

gula darah yang terbaik dalam proses terapi Diabetes Mellitus Tipe II dengan

tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Karena selain

sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati digunakan juga sebagai Rumah

Sakit Pendidikan Selain itu jumlah prevalensi pasien DM di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka disusunlah rumusan

masalah penelitian sebagai berikut

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus

Tipe II semakin meningkat Menurut WHO jumlah penderita Diabetes

Mellitus di Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah

Amerika Serikat India dan Cina

Pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 500 pasien Diabetes Mellitus Tipe II

dengan menempati urutan ke 8 dari 10 besar penyakit rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II harus selalu minum obat untuk

mengendalikan gula darah

Diantara Obat tunggal dan kombinasi yang di resepkan dokter di RSUP

Fatmawati belum diketahui mana yang lebih efektiv dalam mengendalikan

gula darah

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Bagaimana penggunaan obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan kepada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

3 Bagaimana efektivitas obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan pada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat

antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula

darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui karakteristik pasien DM Tipe II meliputi jenis

kelamin usia dan IMT diagnosis penyakit serta data hasil

pemeriksaan laboratorium kadar gula darah yang menjalani

rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Mengetahui gambaran penggunaan obat Antidiabetik tunggal

dan kombinasi yang sering digunakan oleh pasien DM Tipe II

yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2012

3 Mengetahui efektivitas dengan menilai terkendalinya kadar gula

darah dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat Secara Metodologi

Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi untuk mencari obat yang efektiv dalam

mengendalikan gula darah untuk penanganan Diabetes Mellitus Tipe II

152 Manfaat Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada apoteker dokter

dan tenaga kesehatan lainnya dalam membuat kebijakan di Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dalam memilih obat-obatan

yang efektif pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 Ruang Lingkup

Masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetik sangatlah

luas Namun dalam penelitian ini hanya meneliti pada gambaran efektivitas

penggunaan obat Antidiabetik dalam mengendalikan gula darah Penelitian

dilakukan di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V Selatan di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dengan besar sampel 97 dimana 73 pasien

menggunakan Antidiabetik tunggal dan 24 pasien menggunakan Antidiabetik

kombinasi dengan waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2013 berdasarkan

data rekam medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan desain penelitian

bersifat Cross Sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah

DM dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550

sebelum masehi Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli

Mesir kuno dari Jerman George Ebers dan kemudian disebut sebagai The

Ebers Papyrus (Sinaga 2008)

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu

penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang

disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa

nyeri Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi penulis India Sushrutha

memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)

(Sinaga 2008)

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang

pertama kali memberi nama diabetes yang berarti ldquomengalir terusrdquo dan

mellitus yang berarti ldquomanisrdquo Disebut diabetes karena selalu minum

dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus

berupa urine yang banyak (poliuria) Disebut mellitus karena urine

penderita ini mengandung glukosa (Sinaga 2008)

Pada tahun 1921 Frederick Banting dan Charles Best berhasil

membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah Dengan demikian jelas bahwa

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang

disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti 2005) dalam (Fitrania

2008)

Akhirnya pada tahun 1945 Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO

(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia yang kemudian temuan OHO ini

berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya

(Fitrania 2008)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 15: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

21 Kriteria Diagnosis untuk Diabetes Mellitus

22 Penggolongan obat Antidiabetik oral

23 Golongan Sulfonilurea

24 Golongan Meglitinid

25 Gologan Biguanid

26 Golongan Penghambat α-Glikosidase

27 Golongan Thiazolidinedion

51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

52 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

53 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi komplikasi

56 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat

masuk RSUP Fatmawati)

57 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir

(setelah pemberian ADO)

58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian kadar gula

darah sewaktu

59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

511 Distribusi penggunaan ADO dalam mengendalikan GDS

12

15

16

19

20

21

22

29

30

30

31

32

33

33

34

35

36

37

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis Kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

Gambar 5 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi

Komplikasi

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar gula darah

awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar Gula Darah

Akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pegendalian Kadar

Gula Darah Sewaktu

Gambar 9 Diagram jumlah ADO tunggal dan kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM Tipe II

Gambar 10 Diagram jumlah obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

51

51

52

52

53

53

54

54

55

55

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Diagnosa

Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Terapi

Obat yang diberikan

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Lampiran 7 Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

51

52

53

55

56

60

63

65

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISTILAH

ADA American Diabetes Association

ADO Obat Antidiabetik

BB Berat Badan

DM Diabetes Mellitus

GDM Gestational Diabetes Mellitus

GDS Gula Darah Sewaktu

IDDM Diabetes Mellitus tergantung insulin (insulin- dependent diabetes mellitus)

IMT Indeks Massa Tubuh

NIDDM Diabetes tidak tergantung Insulin (non-insulin-dependent diabetes mellitus)

PERKENI Perkumpulan Endokrin Indonesia

PJK Penyakit Jantung Koroner

RM Rekam Medik

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral

WHO World Health Organization

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit kronik yang terjadi pada

jutaan orang didunia (American Diabetes Assosiation ADA 2010) Diabetes

merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya

peningkatan kadar gula darah (hiperglikemi) yang terjadi akibat kelainan

sekresi insulin aktivitas insulin dan keduanya (Smeltzer 2008)

Menurut WHO (2011) jumlah penderita Diabetes Mellitus di

Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah Amerika Serikat

India dan Cina WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang

diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang WHO memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 84 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 213 juta pada tahun 2030 Senada dengan WHO

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009 memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM dari 70 juta pada tahun 2009 menjadi 120

juta pada tahun 2030 Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi laporan

keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM

sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI 2011)

Berdasarkan data Riskesdas 2007 angka prevalensi Diabetes Mellitus

(DM) pada penduduk usia 15 tahun ke atas yang tinggal di daerah perkotaan

di Indonesia adalah 57 Diabetes Mellitus yang paling banyak ditemukan di

Indonesia adalah Diabetes Mellitus Tipe II (DM Tipe II) (Soegondo 2002)

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

Menurut Perkumpulan Endokrinilogi Indonesia (PERKENI 2011)

Sampai saat ini penanganan Diabetes Mellitus dilakukan terutama dengan

mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal Pendekatan terapi

tergantung pada tipe Diabetes Pada Diabetes Mellitus Tipe I penanganan

dilakukan dengan Insulin sedangkan pendekatan farmakologis utama untuk

mengatasi Diabetes Mellitus Tipe II adalah penggunaan obat Oral

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Antidiabetes (ODA) Pengobatan DM Tipe II sering mengharuskan

penggunaan terapi beberapa antidiabetika (terapi tunggal maupun kombinasi)

termasuk terapi kombinasi antidiabetika oral yang berbeda golongan atau

kombinasi dengan Insulin untuk mencapai kadar glukosa darah normal

(Dipiro 2005)

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan Diabetes Mellitus Tipe

II di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi tahun 2011 diketahui

bahwa jumlah penderita DM 500 pasien dengan menempati urutan ke 8 dari

10 besar penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Untuk

jumlah prevalensi profil penggunaan obat Antidiabetik dari penelitian

sebelumnya di Rumah sakit Umum Pusat Fatmawati pada tahun 2012 bulan

Januari-Maret dilaporkan untuk obat antidiabetik tunggal berdasarkan

golongan yaitu Sulfonilurea 57 Biguanida 35 Acarbose 8 sedangkan

untuk obat antidiabetik kombinasinya Sulfonilurea dengan Biguanid terbanyak

digunakan yaitu sebesar 43 (Irmayanti 2012)

Melihat kenaikan prevalensi DM secara global maka perlu dilakukan

suatu penelitian tentang gambaran efektivitas penggunaan obat Antidiabetik

tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah Sehingga pada akhir

penelitian ini diketahui efektivitas obat Antidiabetik dalam mengendalikan

gula darah yang terbaik dalam proses terapi Diabetes Mellitus Tipe II dengan

tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Karena selain

sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati digunakan juga sebagai Rumah

Sakit Pendidikan Selain itu jumlah prevalensi pasien DM di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka disusunlah rumusan

masalah penelitian sebagai berikut

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus

Tipe II semakin meningkat Menurut WHO jumlah penderita Diabetes

Mellitus di Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah

Amerika Serikat India dan Cina

Pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 500 pasien Diabetes Mellitus Tipe II

dengan menempati urutan ke 8 dari 10 besar penyakit rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II harus selalu minum obat untuk

mengendalikan gula darah

Diantara Obat tunggal dan kombinasi yang di resepkan dokter di RSUP

Fatmawati belum diketahui mana yang lebih efektiv dalam mengendalikan

gula darah

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Bagaimana penggunaan obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan kepada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

3 Bagaimana efektivitas obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan pada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat

antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula

darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui karakteristik pasien DM Tipe II meliputi jenis

kelamin usia dan IMT diagnosis penyakit serta data hasil

pemeriksaan laboratorium kadar gula darah yang menjalani

rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Mengetahui gambaran penggunaan obat Antidiabetik tunggal

dan kombinasi yang sering digunakan oleh pasien DM Tipe II

yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2012

3 Mengetahui efektivitas dengan menilai terkendalinya kadar gula

darah dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat Secara Metodologi

Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi untuk mencari obat yang efektiv dalam

mengendalikan gula darah untuk penanganan Diabetes Mellitus Tipe II

152 Manfaat Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada apoteker dokter

dan tenaga kesehatan lainnya dalam membuat kebijakan di Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dalam memilih obat-obatan

yang efektif pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 Ruang Lingkup

Masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetik sangatlah

luas Namun dalam penelitian ini hanya meneliti pada gambaran efektivitas

penggunaan obat Antidiabetik dalam mengendalikan gula darah Penelitian

dilakukan di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V Selatan di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dengan besar sampel 97 dimana 73 pasien

menggunakan Antidiabetik tunggal dan 24 pasien menggunakan Antidiabetik

kombinasi dengan waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2013 berdasarkan

data rekam medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan desain penelitian

bersifat Cross Sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah

DM dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550

sebelum masehi Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli

Mesir kuno dari Jerman George Ebers dan kemudian disebut sebagai The

Ebers Papyrus (Sinaga 2008)

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu

penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang

disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa

nyeri Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi penulis India Sushrutha

memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)

(Sinaga 2008)

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang

pertama kali memberi nama diabetes yang berarti ldquomengalir terusrdquo dan

mellitus yang berarti ldquomanisrdquo Disebut diabetes karena selalu minum

dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus

berupa urine yang banyak (poliuria) Disebut mellitus karena urine

penderita ini mengandung glukosa (Sinaga 2008)

Pada tahun 1921 Frederick Banting dan Charles Best berhasil

membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah Dengan demikian jelas bahwa

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang

disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti 2005) dalam (Fitrania

2008)

Akhirnya pada tahun 1945 Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO

(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia yang kemudian temuan OHO ini

berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya

(Fitrania 2008)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 16: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis Kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

Gambar 5 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi

Komplikasi

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar gula darah

awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Kadar Gula Darah

Akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pegendalian Kadar

Gula Darah Sewaktu

Gambar 9 Diagram jumlah ADO tunggal dan kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM Tipe II

Gambar 10 Diagram jumlah obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

51

51

52

52

53

53

54

54

55

55

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Diagnosa

Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Terapi

Obat yang diberikan

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Lampiran 7 Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

51

52

53

55

56

60

63

65

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISTILAH

ADA American Diabetes Association

ADO Obat Antidiabetik

BB Berat Badan

DM Diabetes Mellitus

GDM Gestational Diabetes Mellitus

GDS Gula Darah Sewaktu

IDDM Diabetes Mellitus tergantung insulin (insulin- dependent diabetes mellitus)

IMT Indeks Massa Tubuh

NIDDM Diabetes tidak tergantung Insulin (non-insulin-dependent diabetes mellitus)

PERKENI Perkumpulan Endokrin Indonesia

PJK Penyakit Jantung Koroner

RM Rekam Medik

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral

WHO World Health Organization

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit kronik yang terjadi pada

jutaan orang didunia (American Diabetes Assosiation ADA 2010) Diabetes

merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya

peningkatan kadar gula darah (hiperglikemi) yang terjadi akibat kelainan

sekresi insulin aktivitas insulin dan keduanya (Smeltzer 2008)

Menurut WHO (2011) jumlah penderita Diabetes Mellitus di

Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah Amerika Serikat

India dan Cina WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang

diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang WHO memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 84 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 213 juta pada tahun 2030 Senada dengan WHO

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009 memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM dari 70 juta pada tahun 2009 menjadi 120

juta pada tahun 2030 Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi laporan

keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM

sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI 2011)

Berdasarkan data Riskesdas 2007 angka prevalensi Diabetes Mellitus

(DM) pada penduduk usia 15 tahun ke atas yang tinggal di daerah perkotaan

di Indonesia adalah 57 Diabetes Mellitus yang paling banyak ditemukan di

Indonesia adalah Diabetes Mellitus Tipe II (DM Tipe II) (Soegondo 2002)

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

Menurut Perkumpulan Endokrinilogi Indonesia (PERKENI 2011)

Sampai saat ini penanganan Diabetes Mellitus dilakukan terutama dengan

mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal Pendekatan terapi

tergantung pada tipe Diabetes Pada Diabetes Mellitus Tipe I penanganan

dilakukan dengan Insulin sedangkan pendekatan farmakologis utama untuk

mengatasi Diabetes Mellitus Tipe II adalah penggunaan obat Oral

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Antidiabetes (ODA) Pengobatan DM Tipe II sering mengharuskan

penggunaan terapi beberapa antidiabetika (terapi tunggal maupun kombinasi)

termasuk terapi kombinasi antidiabetika oral yang berbeda golongan atau

kombinasi dengan Insulin untuk mencapai kadar glukosa darah normal

(Dipiro 2005)

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan Diabetes Mellitus Tipe

II di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi tahun 2011 diketahui

bahwa jumlah penderita DM 500 pasien dengan menempati urutan ke 8 dari

10 besar penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Untuk

jumlah prevalensi profil penggunaan obat Antidiabetik dari penelitian

sebelumnya di Rumah sakit Umum Pusat Fatmawati pada tahun 2012 bulan

Januari-Maret dilaporkan untuk obat antidiabetik tunggal berdasarkan

golongan yaitu Sulfonilurea 57 Biguanida 35 Acarbose 8 sedangkan

untuk obat antidiabetik kombinasinya Sulfonilurea dengan Biguanid terbanyak

digunakan yaitu sebesar 43 (Irmayanti 2012)

Melihat kenaikan prevalensi DM secara global maka perlu dilakukan

suatu penelitian tentang gambaran efektivitas penggunaan obat Antidiabetik

tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah Sehingga pada akhir

penelitian ini diketahui efektivitas obat Antidiabetik dalam mengendalikan

gula darah yang terbaik dalam proses terapi Diabetes Mellitus Tipe II dengan

tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Karena selain

sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati digunakan juga sebagai Rumah

Sakit Pendidikan Selain itu jumlah prevalensi pasien DM di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka disusunlah rumusan

masalah penelitian sebagai berikut

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus

Tipe II semakin meningkat Menurut WHO jumlah penderita Diabetes

Mellitus di Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah

Amerika Serikat India dan Cina

Pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 500 pasien Diabetes Mellitus Tipe II

dengan menempati urutan ke 8 dari 10 besar penyakit rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II harus selalu minum obat untuk

mengendalikan gula darah

Diantara Obat tunggal dan kombinasi yang di resepkan dokter di RSUP

Fatmawati belum diketahui mana yang lebih efektiv dalam mengendalikan

gula darah

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Bagaimana penggunaan obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan kepada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

3 Bagaimana efektivitas obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan pada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat

antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula

darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui karakteristik pasien DM Tipe II meliputi jenis

kelamin usia dan IMT diagnosis penyakit serta data hasil

pemeriksaan laboratorium kadar gula darah yang menjalani

rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Mengetahui gambaran penggunaan obat Antidiabetik tunggal

dan kombinasi yang sering digunakan oleh pasien DM Tipe II

yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2012

3 Mengetahui efektivitas dengan menilai terkendalinya kadar gula

darah dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat Secara Metodologi

Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi untuk mencari obat yang efektiv dalam

mengendalikan gula darah untuk penanganan Diabetes Mellitus Tipe II

152 Manfaat Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada apoteker dokter

dan tenaga kesehatan lainnya dalam membuat kebijakan di Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dalam memilih obat-obatan

yang efektif pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 Ruang Lingkup

Masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetik sangatlah

luas Namun dalam penelitian ini hanya meneliti pada gambaran efektivitas

penggunaan obat Antidiabetik dalam mengendalikan gula darah Penelitian

dilakukan di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V Selatan di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dengan besar sampel 97 dimana 73 pasien

menggunakan Antidiabetik tunggal dan 24 pasien menggunakan Antidiabetik

kombinasi dengan waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2013 berdasarkan

data rekam medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan desain penelitian

bersifat Cross Sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah

DM dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550

sebelum masehi Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli

Mesir kuno dari Jerman George Ebers dan kemudian disebut sebagai The

Ebers Papyrus (Sinaga 2008)

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu

penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang

disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa

nyeri Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi penulis India Sushrutha

memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)

(Sinaga 2008)

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang

pertama kali memberi nama diabetes yang berarti ldquomengalir terusrdquo dan

mellitus yang berarti ldquomanisrdquo Disebut diabetes karena selalu minum

dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus

berupa urine yang banyak (poliuria) Disebut mellitus karena urine

penderita ini mengandung glukosa (Sinaga 2008)

Pada tahun 1921 Frederick Banting dan Charles Best berhasil

membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah Dengan demikian jelas bahwa

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang

disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti 2005) dalam (Fitrania

2008)

Akhirnya pada tahun 1945 Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO

(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia yang kemudian temuan OHO ini

berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya

(Fitrania 2008)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 17: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Diagnosa

Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Terapi

Obat yang diberikan

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Lampiran 7 Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

51

52

53

55

56

60

63

65

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISTILAH

ADA American Diabetes Association

ADO Obat Antidiabetik

BB Berat Badan

DM Diabetes Mellitus

GDM Gestational Diabetes Mellitus

GDS Gula Darah Sewaktu

IDDM Diabetes Mellitus tergantung insulin (insulin- dependent diabetes mellitus)

IMT Indeks Massa Tubuh

NIDDM Diabetes tidak tergantung Insulin (non-insulin-dependent diabetes mellitus)

PERKENI Perkumpulan Endokrin Indonesia

PJK Penyakit Jantung Koroner

RM Rekam Medik

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral

WHO World Health Organization

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit kronik yang terjadi pada

jutaan orang didunia (American Diabetes Assosiation ADA 2010) Diabetes

merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya

peningkatan kadar gula darah (hiperglikemi) yang terjadi akibat kelainan

sekresi insulin aktivitas insulin dan keduanya (Smeltzer 2008)

Menurut WHO (2011) jumlah penderita Diabetes Mellitus di

Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah Amerika Serikat

India dan Cina WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang

diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang WHO memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 84 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 213 juta pada tahun 2030 Senada dengan WHO

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009 memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM dari 70 juta pada tahun 2009 menjadi 120

juta pada tahun 2030 Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi laporan

keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM

sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI 2011)

Berdasarkan data Riskesdas 2007 angka prevalensi Diabetes Mellitus

(DM) pada penduduk usia 15 tahun ke atas yang tinggal di daerah perkotaan

di Indonesia adalah 57 Diabetes Mellitus yang paling banyak ditemukan di

Indonesia adalah Diabetes Mellitus Tipe II (DM Tipe II) (Soegondo 2002)

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

Menurut Perkumpulan Endokrinilogi Indonesia (PERKENI 2011)

Sampai saat ini penanganan Diabetes Mellitus dilakukan terutama dengan

mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal Pendekatan terapi

tergantung pada tipe Diabetes Pada Diabetes Mellitus Tipe I penanganan

dilakukan dengan Insulin sedangkan pendekatan farmakologis utama untuk

mengatasi Diabetes Mellitus Tipe II adalah penggunaan obat Oral

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Antidiabetes (ODA) Pengobatan DM Tipe II sering mengharuskan

penggunaan terapi beberapa antidiabetika (terapi tunggal maupun kombinasi)

termasuk terapi kombinasi antidiabetika oral yang berbeda golongan atau

kombinasi dengan Insulin untuk mencapai kadar glukosa darah normal

(Dipiro 2005)

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan Diabetes Mellitus Tipe

II di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi tahun 2011 diketahui

bahwa jumlah penderita DM 500 pasien dengan menempati urutan ke 8 dari

10 besar penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Untuk

jumlah prevalensi profil penggunaan obat Antidiabetik dari penelitian

sebelumnya di Rumah sakit Umum Pusat Fatmawati pada tahun 2012 bulan

Januari-Maret dilaporkan untuk obat antidiabetik tunggal berdasarkan

golongan yaitu Sulfonilurea 57 Biguanida 35 Acarbose 8 sedangkan

untuk obat antidiabetik kombinasinya Sulfonilurea dengan Biguanid terbanyak

digunakan yaitu sebesar 43 (Irmayanti 2012)

Melihat kenaikan prevalensi DM secara global maka perlu dilakukan

suatu penelitian tentang gambaran efektivitas penggunaan obat Antidiabetik

tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah Sehingga pada akhir

penelitian ini diketahui efektivitas obat Antidiabetik dalam mengendalikan

gula darah yang terbaik dalam proses terapi Diabetes Mellitus Tipe II dengan

tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Karena selain

sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati digunakan juga sebagai Rumah

Sakit Pendidikan Selain itu jumlah prevalensi pasien DM di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka disusunlah rumusan

masalah penelitian sebagai berikut

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus

Tipe II semakin meningkat Menurut WHO jumlah penderita Diabetes

Mellitus di Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah

Amerika Serikat India dan Cina

Pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 500 pasien Diabetes Mellitus Tipe II

dengan menempati urutan ke 8 dari 10 besar penyakit rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II harus selalu minum obat untuk

mengendalikan gula darah

Diantara Obat tunggal dan kombinasi yang di resepkan dokter di RSUP

Fatmawati belum diketahui mana yang lebih efektiv dalam mengendalikan

gula darah

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Bagaimana penggunaan obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan kepada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

3 Bagaimana efektivitas obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan pada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat

antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula

darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui karakteristik pasien DM Tipe II meliputi jenis

kelamin usia dan IMT diagnosis penyakit serta data hasil

pemeriksaan laboratorium kadar gula darah yang menjalani

rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Mengetahui gambaran penggunaan obat Antidiabetik tunggal

dan kombinasi yang sering digunakan oleh pasien DM Tipe II

yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2012

3 Mengetahui efektivitas dengan menilai terkendalinya kadar gula

darah dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat Secara Metodologi

Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi untuk mencari obat yang efektiv dalam

mengendalikan gula darah untuk penanganan Diabetes Mellitus Tipe II

152 Manfaat Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada apoteker dokter

dan tenaga kesehatan lainnya dalam membuat kebijakan di Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dalam memilih obat-obatan

yang efektif pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 Ruang Lingkup

Masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetik sangatlah

luas Namun dalam penelitian ini hanya meneliti pada gambaran efektivitas

penggunaan obat Antidiabetik dalam mengendalikan gula darah Penelitian

dilakukan di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V Selatan di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dengan besar sampel 97 dimana 73 pasien

menggunakan Antidiabetik tunggal dan 24 pasien menggunakan Antidiabetik

kombinasi dengan waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2013 berdasarkan

data rekam medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan desain penelitian

bersifat Cross Sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah

DM dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550

sebelum masehi Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli

Mesir kuno dari Jerman George Ebers dan kemudian disebut sebagai The

Ebers Papyrus (Sinaga 2008)

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu

penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang

disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa

nyeri Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi penulis India Sushrutha

memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)

(Sinaga 2008)

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang

pertama kali memberi nama diabetes yang berarti ldquomengalir terusrdquo dan

mellitus yang berarti ldquomanisrdquo Disebut diabetes karena selalu minum

dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus

berupa urine yang banyak (poliuria) Disebut mellitus karena urine

penderita ini mengandung glukosa (Sinaga 2008)

Pada tahun 1921 Frederick Banting dan Charles Best berhasil

membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah Dengan demikian jelas bahwa

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang

disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti 2005) dalam (Fitrania

2008)

Akhirnya pada tahun 1945 Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO

(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia yang kemudian temuan OHO ini

berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya

(Fitrania 2008)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 18: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISTILAH

ADA American Diabetes Association

ADO Obat Antidiabetik

BB Berat Badan

DM Diabetes Mellitus

GDM Gestational Diabetes Mellitus

GDS Gula Darah Sewaktu

IDDM Diabetes Mellitus tergantung insulin (insulin- dependent diabetes mellitus)

IMT Indeks Massa Tubuh

NIDDM Diabetes tidak tergantung Insulin (non-insulin-dependent diabetes mellitus)

PERKENI Perkumpulan Endokrin Indonesia

PJK Penyakit Jantung Koroner

RM Rekam Medik

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral

WHO World Health Organization

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit kronik yang terjadi pada

jutaan orang didunia (American Diabetes Assosiation ADA 2010) Diabetes

merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya

peningkatan kadar gula darah (hiperglikemi) yang terjadi akibat kelainan

sekresi insulin aktivitas insulin dan keduanya (Smeltzer 2008)

Menurut WHO (2011) jumlah penderita Diabetes Mellitus di

Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah Amerika Serikat

India dan Cina WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang

diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang WHO memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 84 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 213 juta pada tahun 2030 Senada dengan WHO

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009 memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM dari 70 juta pada tahun 2009 menjadi 120

juta pada tahun 2030 Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi laporan

keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM

sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI 2011)

Berdasarkan data Riskesdas 2007 angka prevalensi Diabetes Mellitus

(DM) pada penduduk usia 15 tahun ke atas yang tinggal di daerah perkotaan

di Indonesia adalah 57 Diabetes Mellitus yang paling banyak ditemukan di

Indonesia adalah Diabetes Mellitus Tipe II (DM Tipe II) (Soegondo 2002)

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

Menurut Perkumpulan Endokrinilogi Indonesia (PERKENI 2011)

Sampai saat ini penanganan Diabetes Mellitus dilakukan terutama dengan

mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal Pendekatan terapi

tergantung pada tipe Diabetes Pada Diabetes Mellitus Tipe I penanganan

dilakukan dengan Insulin sedangkan pendekatan farmakologis utama untuk

mengatasi Diabetes Mellitus Tipe II adalah penggunaan obat Oral

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Antidiabetes (ODA) Pengobatan DM Tipe II sering mengharuskan

penggunaan terapi beberapa antidiabetika (terapi tunggal maupun kombinasi)

termasuk terapi kombinasi antidiabetika oral yang berbeda golongan atau

kombinasi dengan Insulin untuk mencapai kadar glukosa darah normal

(Dipiro 2005)

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan Diabetes Mellitus Tipe

II di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi tahun 2011 diketahui

bahwa jumlah penderita DM 500 pasien dengan menempati urutan ke 8 dari

10 besar penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Untuk

jumlah prevalensi profil penggunaan obat Antidiabetik dari penelitian

sebelumnya di Rumah sakit Umum Pusat Fatmawati pada tahun 2012 bulan

Januari-Maret dilaporkan untuk obat antidiabetik tunggal berdasarkan

golongan yaitu Sulfonilurea 57 Biguanida 35 Acarbose 8 sedangkan

untuk obat antidiabetik kombinasinya Sulfonilurea dengan Biguanid terbanyak

digunakan yaitu sebesar 43 (Irmayanti 2012)

Melihat kenaikan prevalensi DM secara global maka perlu dilakukan

suatu penelitian tentang gambaran efektivitas penggunaan obat Antidiabetik

tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah Sehingga pada akhir

penelitian ini diketahui efektivitas obat Antidiabetik dalam mengendalikan

gula darah yang terbaik dalam proses terapi Diabetes Mellitus Tipe II dengan

tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Karena selain

sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati digunakan juga sebagai Rumah

Sakit Pendidikan Selain itu jumlah prevalensi pasien DM di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka disusunlah rumusan

masalah penelitian sebagai berikut

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus

Tipe II semakin meningkat Menurut WHO jumlah penderita Diabetes

Mellitus di Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah

Amerika Serikat India dan Cina

Pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 500 pasien Diabetes Mellitus Tipe II

dengan menempati urutan ke 8 dari 10 besar penyakit rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II harus selalu minum obat untuk

mengendalikan gula darah

Diantara Obat tunggal dan kombinasi yang di resepkan dokter di RSUP

Fatmawati belum diketahui mana yang lebih efektiv dalam mengendalikan

gula darah

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Bagaimana penggunaan obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan kepada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

3 Bagaimana efektivitas obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan pada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat

antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula

darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui karakteristik pasien DM Tipe II meliputi jenis

kelamin usia dan IMT diagnosis penyakit serta data hasil

pemeriksaan laboratorium kadar gula darah yang menjalani

rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Mengetahui gambaran penggunaan obat Antidiabetik tunggal

dan kombinasi yang sering digunakan oleh pasien DM Tipe II

yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2012

3 Mengetahui efektivitas dengan menilai terkendalinya kadar gula

darah dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat Secara Metodologi

Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi untuk mencari obat yang efektiv dalam

mengendalikan gula darah untuk penanganan Diabetes Mellitus Tipe II

152 Manfaat Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada apoteker dokter

dan tenaga kesehatan lainnya dalam membuat kebijakan di Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dalam memilih obat-obatan

yang efektif pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 Ruang Lingkup

Masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetik sangatlah

luas Namun dalam penelitian ini hanya meneliti pada gambaran efektivitas

penggunaan obat Antidiabetik dalam mengendalikan gula darah Penelitian

dilakukan di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V Selatan di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dengan besar sampel 97 dimana 73 pasien

menggunakan Antidiabetik tunggal dan 24 pasien menggunakan Antidiabetik

kombinasi dengan waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2013 berdasarkan

data rekam medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan desain penelitian

bersifat Cross Sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah

DM dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550

sebelum masehi Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli

Mesir kuno dari Jerman George Ebers dan kemudian disebut sebagai The

Ebers Papyrus (Sinaga 2008)

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu

penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang

disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa

nyeri Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi penulis India Sushrutha

memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)

(Sinaga 2008)

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang

pertama kali memberi nama diabetes yang berarti ldquomengalir terusrdquo dan

mellitus yang berarti ldquomanisrdquo Disebut diabetes karena selalu minum

dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus

berupa urine yang banyak (poliuria) Disebut mellitus karena urine

penderita ini mengandung glukosa (Sinaga 2008)

Pada tahun 1921 Frederick Banting dan Charles Best berhasil

membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah Dengan demikian jelas bahwa

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang

disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti 2005) dalam (Fitrania

2008)

Akhirnya pada tahun 1945 Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO

(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia yang kemudian temuan OHO ini

berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya

(Fitrania 2008)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 19: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit kronik yang terjadi pada

jutaan orang didunia (American Diabetes Assosiation ADA 2010) Diabetes

merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya

peningkatan kadar gula darah (hiperglikemi) yang terjadi akibat kelainan

sekresi insulin aktivitas insulin dan keduanya (Smeltzer 2008)

Menurut WHO (2011) jumlah penderita Diabetes Mellitus di

Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah Amerika Serikat

India dan Cina WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang

diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang WHO memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 84 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 213 juta pada tahun 2030 Senada dengan WHO

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009 memprediksi

kenaikan jumlah penyandang DM dari 70 juta pada tahun 2009 menjadi 120

juta pada tahun 2030 Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi laporan

keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM

sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI 2011)

Berdasarkan data Riskesdas 2007 angka prevalensi Diabetes Mellitus

(DM) pada penduduk usia 15 tahun ke atas yang tinggal di daerah perkotaan

di Indonesia adalah 57 Diabetes Mellitus yang paling banyak ditemukan di

Indonesia adalah Diabetes Mellitus Tipe II (DM Tipe II) (Soegondo 2002)

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

Menurut Perkumpulan Endokrinilogi Indonesia (PERKENI 2011)

Sampai saat ini penanganan Diabetes Mellitus dilakukan terutama dengan

mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal Pendekatan terapi

tergantung pada tipe Diabetes Pada Diabetes Mellitus Tipe I penanganan

dilakukan dengan Insulin sedangkan pendekatan farmakologis utama untuk

mengatasi Diabetes Mellitus Tipe II adalah penggunaan obat Oral

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Antidiabetes (ODA) Pengobatan DM Tipe II sering mengharuskan

penggunaan terapi beberapa antidiabetika (terapi tunggal maupun kombinasi)

termasuk terapi kombinasi antidiabetika oral yang berbeda golongan atau

kombinasi dengan Insulin untuk mencapai kadar glukosa darah normal

(Dipiro 2005)

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan Diabetes Mellitus Tipe

II di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi tahun 2011 diketahui

bahwa jumlah penderita DM 500 pasien dengan menempati urutan ke 8 dari

10 besar penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Untuk

jumlah prevalensi profil penggunaan obat Antidiabetik dari penelitian

sebelumnya di Rumah sakit Umum Pusat Fatmawati pada tahun 2012 bulan

Januari-Maret dilaporkan untuk obat antidiabetik tunggal berdasarkan

golongan yaitu Sulfonilurea 57 Biguanida 35 Acarbose 8 sedangkan

untuk obat antidiabetik kombinasinya Sulfonilurea dengan Biguanid terbanyak

digunakan yaitu sebesar 43 (Irmayanti 2012)

Melihat kenaikan prevalensi DM secara global maka perlu dilakukan

suatu penelitian tentang gambaran efektivitas penggunaan obat Antidiabetik

tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah Sehingga pada akhir

penelitian ini diketahui efektivitas obat Antidiabetik dalam mengendalikan

gula darah yang terbaik dalam proses terapi Diabetes Mellitus Tipe II dengan

tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Karena selain

sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati digunakan juga sebagai Rumah

Sakit Pendidikan Selain itu jumlah prevalensi pasien DM di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka disusunlah rumusan

masalah penelitian sebagai berikut

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus

Tipe II semakin meningkat Menurut WHO jumlah penderita Diabetes

Mellitus di Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah

Amerika Serikat India dan Cina

Pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 500 pasien Diabetes Mellitus Tipe II

dengan menempati urutan ke 8 dari 10 besar penyakit rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II harus selalu minum obat untuk

mengendalikan gula darah

Diantara Obat tunggal dan kombinasi yang di resepkan dokter di RSUP

Fatmawati belum diketahui mana yang lebih efektiv dalam mengendalikan

gula darah

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Bagaimana penggunaan obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan kepada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

3 Bagaimana efektivitas obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan pada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat

antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula

darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui karakteristik pasien DM Tipe II meliputi jenis

kelamin usia dan IMT diagnosis penyakit serta data hasil

pemeriksaan laboratorium kadar gula darah yang menjalani

rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Mengetahui gambaran penggunaan obat Antidiabetik tunggal

dan kombinasi yang sering digunakan oleh pasien DM Tipe II

yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2012

3 Mengetahui efektivitas dengan menilai terkendalinya kadar gula

darah dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat Secara Metodologi

Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi untuk mencari obat yang efektiv dalam

mengendalikan gula darah untuk penanganan Diabetes Mellitus Tipe II

152 Manfaat Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada apoteker dokter

dan tenaga kesehatan lainnya dalam membuat kebijakan di Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dalam memilih obat-obatan

yang efektif pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 Ruang Lingkup

Masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetik sangatlah

luas Namun dalam penelitian ini hanya meneliti pada gambaran efektivitas

penggunaan obat Antidiabetik dalam mengendalikan gula darah Penelitian

dilakukan di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V Selatan di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dengan besar sampel 97 dimana 73 pasien

menggunakan Antidiabetik tunggal dan 24 pasien menggunakan Antidiabetik

kombinasi dengan waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2013 berdasarkan

data rekam medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan desain penelitian

bersifat Cross Sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah

DM dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550

sebelum masehi Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli

Mesir kuno dari Jerman George Ebers dan kemudian disebut sebagai The

Ebers Papyrus (Sinaga 2008)

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu

penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang

disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa

nyeri Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi penulis India Sushrutha

memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)

(Sinaga 2008)

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang

pertama kali memberi nama diabetes yang berarti ldquomengalir terusrdquo dan

mellitus yang berarti ldquomanisrdquo Disebut diabetes karena selalu minum

dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus

berupa urine yang banyak (poliuria) Disebut mellitus karena urine

penderita ini mengandung glukosa (Sinaga 2008)

Pada tahun 1921 Frederick Banting dan Charles Best berhasil

membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah Dengan demikian jelas bahwa

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang

disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti 2005) dalam (Fitrania

2008)

Akhirnya pada tahun 1945 Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO

(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia yang kemudian temuan OHO ini

berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya

(Fitrania 2008)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 20: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Antidiabetes (ODA) Pengobatan DM Tipe II sering mengharuskan

penggunaan terapi beberapa antidiabetika (terapi tunggal maupun kombinasi)

termasuk terapi kombinasi antidiabetika oral yang berbeda golongan atau

kombinasi dengan Insulin untuk mencapai kadar glukosa darah normal

(Dipiro 2005)

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan Diabetes Mellitus Tipe

II di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi tahun 2011 diketahui

bahwa jumlah penderita DM 500 pasien dengan menempati urutan ke 8 dari

10 besar penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Untuk

jumlah prevalensi profil penggunaan obat Antidiabetik dari penelitian

sebelumnya di Rumah sakit Umum Pusat Fatmawati pada tahun 2012 bulan

Januari-Maret dilaporkan untuk obat antidiabetik tunggal berdasarkan

golongan yaitu Sulfonilurea 57 Biguanida 35 Acarbose 8 sedangkan

untuk obat antidiabetik kombinasinya Sulfonilurea dengan Biguanid terbanyak

digunakan yaitu sebesar 43 (Irmayanti 2012)

Melihat kenaikan prevalensi DM secara global maka perlu dilakukan

suatu penelitian tentang gambaran efektivitas penggunaan obat Antidiabetik

tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula darah Sehingga pada akhir

penelitian ini diketahui efektivitas obat Antidiabetik dalam mengendalikan

gula darah yang terbaik dalam proses terapi Diabetes Mellitus Tipe II dengan

tempat penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Karena selain

sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati digunakan juga sebagai Rumah

Sakit Pendidikan Selain itu jumlah prevalensi pasien DM di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati cukup tinggi

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka disusunlah rumusan

masalah penelitian sebagai berikut

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus

Tipe II semakin meningkat Menurut WHO jumlah penderita Diabetes

Mellitus di Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah

Amerika Serikat India dan Cina

Pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 500 pasien Diabetes Mellitus Tipe II

dengan menempati urutan ke 8 dari 10 besar penyakit rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II harus selalu minum obat untuk

mengendalikan gula darah

Diantara Obat tunggal dan kombinasi yang di resepkan dokter di RSUP

Fatmawati belum diketahui mana yang lebih efektiv dalam mengendalikan

gula darah

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Bagaimana penggunaan obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan kepada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

3 Bagaimana efektivitas obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan pada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat

antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula

darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui karakteristik pasien DM Tipe II meliputi jenis

kelamin usia dan IMT diagnosis penyakit serta data hasil

pemeriksaan laboratorium kadar gula darah yang menjalani

rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Mengetahui gambaran penggunaan obat Antidiabetik tunggal

dan kombinasi yang sering digunakan oleh pasien DM Tipe II

yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2012

3 Mengetahui efektivitas dengan menilai terkendalinya kadar gula

darah dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat Secara Metodologi

Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi untuk mencari obat yang efektiv dalam

mengendalikan gula darah untuk penanganan Diabetes Mellitus Tipe II

152 Manfaat Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada apoteker dokter

dan tenaga kesehatan lainnya dalam membuat kebijakan di Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dalam memilih obat-obatan

yang efektif pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 Ruang Lingkup

Masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetik sangatlah

luas Namun dalam penelitian ini hanya meneliti pada gambaran efektivitas

penggunaan obat Antidiabetik dalam mengendalikan gula darah Penelitian

dilakukan di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V Selatan di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dengan besar sampel 97 dimana 73 pasien

menggunakan Antidiabetik tunggal dan 24 pasien menggunakan Antidiabetik

kombinasi dengan waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2013 berdasarkan

data rekam medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan desain penelitian

bersifat Cross Sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah

DM dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550

sebelum masehi Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli

Mesir kuno dari Jerman George Ebers dan kemudian disebut sebagai The

Ebers Papyrus (Sinaga 2008)

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu

penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang

disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa

nyeri Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi penulis India Sushrutha

memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)

(Sinaga 2008)

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang

pertama kali memberi nama diabetes yang berarti ldquomengalir terusrdquo dan

mellitus yang berarti ldquomanisrdquo Disebut diabetes karena selalu minum

dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus

berupa urine yang banyak (poliuria) Disebut mellitus karena urine

penderita ini mengandung glukosa (Sinaga 2008)

Pada tahun 1921 Frederick Banting dan Charles Best berhasil

membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah Dengan demikian jelas bahwa

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang

disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti 2005) dalam (Fitrania

2008)

Akhirnya pada tahun 1945 Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO

(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia yang kemudian temuan OHO ini

berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya

(Fitrania 2008)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 21: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka disusunlah rumusan

masalah penelitian sebagai berikut

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus

Tipe II semakin meningkat Menurut WHO jumlah penderita Diabetes

Mellitus di Indonesia menduduki rangking ke 4 terbesar di dunia setelah

Amerika Serikat India dan Cina

Pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 500 pasien Diabetes Mellitus Tipe II

dengan menempati urutan ke 8 dari 10 besar penyakit rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II harus selalu minum obat untuk

mengendalikan gula darah

Diantara Obat tunggal dan kombinasi yang di resepkan dokter di RSUP

Fatmawati belum diketahui mana yang lebih efektiv dalam mengendalikan

gula darah

13 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Bagaimana penggunaan obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan kepada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

3 Bagaimana efektivitas obat Antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

diberikan pada pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat

antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula

darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui karakteristik pasien DM Tipe II meliputi jenis

kelamin usia dan IMT diagnosis penyakit serta data hasil

pemeriksaan laboratorium kadar gula darah yang menjalani

rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Mengetahui gambaran penggunaan obat Antidiabetik tunggal

dan kombinasi yang sering digunakan oleh pasien DM Tipe II

yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2012

3 Mengetahui efektivitas dengan menilai terkendalinya kadar gula

darah dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat Secara Metodologi

Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi untuk mencari obat yang efektiv dalam

mengendalikan gula darah untuk penanganan Diabetes Mellitus Tipe II

152 Manfaat Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada apoteker dokter

dan tenaga kesehatan lainnya dalam membuat kebijakan di Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dalam memilih obat-obatan

yang efektif pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 Ruang Lingkup

Masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetik sangatlah

luas Namun dalam penelitian ini hanya meneliti pada gambaran efektivitas

penggunaan obat Antidiabetik dalam mengendalikan gula darah Penelitian

dilakukan di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V Selatan di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dengan besar sampel 97 dimana 73 pasien

menggunakan Antidiabetik tunggal dan 24 pasien menggunakan Antidiabetik

kombinasi dengan waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2013 berdasarkan

data rekam medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan desain penelitian

bersifat Cross Sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah

DM dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550

sebelum masehi Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli

Mesir kuno dari Jerman George Ebers dan kemudian disebut sebagai The

Ebers Papyrus (Sinaga 2008)

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu

penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang

disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa

nyeri Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi penulis India Sushrutha

memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)

(Sinaga 2008)

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang

pertama kali memberi nama diabetes yang berarti ldquomengalir terusrdquo dan

mellitus yang berarti ldquomanisrdquo Disebut diabetes karena selalu minum

dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus

berupa urine yang banyak (poliuria) Disebut mellitus karena urine

penderita ini mengandung glukosa (Sinaga 2008)

Pada tahun 1921 Frederick Banting dan Charles Best berhasil

membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah Dengan demikian jelas bahwa

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang

disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti 2005) dalam (Fitrania

2008)

Akhirnya pada tahun 1945 Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO

(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia yang kemudian temuan OHO ini

berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya

(Fitrania 2008)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 22: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14 Tujuan Penelitian

141 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran efektivitas penggunaan obat

antidiabetik tunggal dan kombinasi dalam mengendalikan gula

darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

142 Tujuan Khusus

1 Mengetahui karakteristik pasien DM Tipe II meliputi jenis

kelamin usia dan IMT diagnosis penyakit serta data hasil

pemeriksaan laboratorium kadar gula darah yang menjalani

rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

2 Mengetahui gambaran penggunaan obat Antidiabetik tunggal

dan kombinasi yang sering digunakan oleh pasien DM Tipe II

yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati tahun 2012

3 Mengetahui efektivitas dengan menilai terkendalinya kadar gula

darah dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

15 Manfaat Penelitian

151 Manfaat Secara Metodologi

Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi untuk mencari obat yang efektiv dalam

mengendalikan gula darah untuk penanganan Diabetes Mellitus Tipe II

152 Manfaat Secara Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada apoteker dokter

dan tenaga kesehatan lainnya dalam membuat kebijakan di Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dalam memilih obat-obatan

yang efektif pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 Ruang Lingkup

Masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetik sangatlah

luas Namun dalam penelitian ini hanya meneliti pada gambaran efektivitas

penggunaan obat Antidiabetik dalam mengendalikan gula darah Penelitian

dilakukan di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V Selatan di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dengan besar sampel 97 dimana 73 pasien

menggunakan Antidiabetik tunggal dan 24 pasien menggunakan Antidiabetik

kombinasi dengan waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2013 berdasarkan

data rekam medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan desain penelitian

bersifat Cross Sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah

DM dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550

sebelum masehi Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli

Mesir kuno dari Jerman George Ebers dan kemudian disebut sebagai The

Ebers Papyrus (Sinaga 2008)

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu

penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang

disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa

nyeri Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi penulis India Sushrutha

memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)

(Sinaga 2008)

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang

pertama kali memberi nama diabetes yang berarti ldquomengalir terusrdquo dan

mellitus yang berarti ldquomanisrdquo Disebut diabetes karena selalu minum

dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus

berupa urine yang banyak (poliuria) Disebut mellitus karena urine

penderita ini mengandung glukosa (Sinaga 2008)

Pada tahun 1921 Frederick Banting dan Charles Best berhasil

membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah Dengan demikian jelas bahwa

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang

disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti 2005) dalam (Fitrania

2008)

Akhirnya pada tahun 1945 Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO

(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia yang kemudian temuan OHO ini

berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya

(Fitrania 2008)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 23: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 Ruang Lingkup

Masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetik sangatlah

luas Namun dalam penelitian ini hanya meneliti pada gambaran efektivitas

penggunaan obat Antidiabetik dalam mengendalikan gula darah Penelitian

dilakukan di Instalasi Rawat Inap Teratai lantai V Selatan di Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dengan besar sampel 97 dimana 73 pasien

menggunakan Antidiabetik tunggal dan 24 pasien menggunakan Antidiabetik

kombinasi dengan waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2013 berdasarkan

data rekam medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II dengan desain penelitian

bersifat Cross Sectional dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah

DM dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550

sebelum masehi Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli

Mesir kuno dari Jerman George Ebers dan kemudian disebut sebagai The

Ebers Papyrus (Sinaga 2008)

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu

penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang

disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa

nyeri Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi penulis India Sushrutha

memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)

(Sinaga 2008)

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang

pertama kali memberi nama diabetes yang berarti ldquomengalir terusrdquo dan

mellitus yang berarti ldquomanisrdquo Disebut diabetes karena selalu minum

dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus

berupa urine yang banyak (poliuria) Disebut mellitus karena urine

penderita ini mengandung glukosa (Sinaga 2008)

Pada tahun 1921 Frederick Banting dan Charles Best berhasil

membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah Dengan demikian jelas bahwa

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang

disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti 2005) dalam (Fitrania

2008)

Akhirnya pada tahun 1945 Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO

(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia yang kemudian temuan OHO ini

berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya

(Fitrania 2008)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 24: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

21 Penyakit Diabetes Mellitus

211 Sejarah Diabetes Mellitus

Gejala banyak kencing dan haus yang kemungkinan besar adalah

DM dilaporkan dalam sebuah catatan zaman Mesir kuno tahun 1550

sebelum masehi Catatan ini ditemukan pada tahun 1862 oleh seorang ahli

Mesir kuno dari Jerman George Ebers dan kemudian disebut sebagai The

Ebers Papyrus (Sinaga 2008)

Di Mesir pada tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal suatu

penyakit dengan gejala sering kencing dan dalam jumlah banyak yang

disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa

nyeri Kemudian pada tahun 400 sebelum Masehi penulis India Sushrutha

memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease)

(Sinaga 2008)

Aretaeus pada tahun 250 sesudah Masehi merupakan orang yang

pertama kali memberi nama diabetes yang berarti ldquomengalir terusrdquo dan

mellitus yang berarti ldquomanisrdquo Disebut diabetes karena selalu minum

dalam jumlah yang banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus

berupa urine yang banyak (poliuria) Disebut mellitus karena urine

penderita ini mengandung glukosa (Sinaga 2008)

Pada tahun 1921 Frederick Banting dan Charles Best berhasil

membuat ekstrak pankreas yang setelah disuntikkan terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah Dengan demikian jelas bahwa

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit menahun (kronis) yang

disebabkan karena kekurangan Insulin (Subekti 2005) dalam (Fitrania

2008)

Akhirnya pada tahun 1945 Frank dan Fuchs mencoba tablet OHO

(Obat Hipoglikemik Oral) pada manusia yang kemudian temuan OHO ini

berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaannya

(Fitrania 2008)

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 25: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

212 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom hiperglikemia kronis

karena kekurangan insulin relatif resistensi atau keduanya Ini

mempengaruhi lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

bahwa akan mempengaruhi 370 juta pada tahun 2030 (Kumar amp Clark

2009)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi Insulin

kerja Insulin atau kedua-duanya

Diabetes Mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau

meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidrat arang

(glukosa) didalam tubuh Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat diabetes = penerusan mellitus = manis madu) (Tjay amp

Rahardja 2007)

Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom klinik yang ditandai oleh

poliuri polidipsi dan polifagi disertai dengan peningkatan kadar glukosa

darah atau hiperglikemik (glukosa puasa ge 1β6 mgdL atau postprandial ge

β00 mgdL atau glukosa sewaktu ge β00 mgdL) (Farmakologi dan Terapi

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita Diabetes Mellitus Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan

populasi penderita diabetes (Kannan 2012)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 26: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

213 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus yang berbeda penyakit ini

dibedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya

Klasifikasi diabetes yang utama adalah (Smeltzer 2001)

Tipe I Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [IDDM])

Pada Diabetes MellitusTipe I ini terdapat ketidak mampuan untuk

menghasilkan Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa

yang tidak terukur oleh hati Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial (sesudah makan)

Tipe II Diabetes tidak tergantung Insulin (Non-Insulin-Dependent

Diabetes Mellitus [NIDDM])

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan tipe Diabetes yang lebih

umum lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe I

Penderita DM Tipe II mencapai 90-95 dari keseluruhan populasi

penderita diabetes umumnya berusia di atas 45 tahun tetapi akhir-akhir

ini penderita DM Tipe II di kalangan remaja dan anak-anak populasinya

meningkat

Akibat resistensi Insulin atau gangguan Insulin tidak selalu

dibutuhkan Insulin kadang-kadang cukup dengan diet dan Antidiabetik

oral Diabetes Mellitus Tipe II merupakan gangguan Insulin yang berbeda

dengan Diabetes MellitusTipe I Kasus Diabetes Mellitus Tipe II terdapat

lebih dari 90 kasus di seluruh dunia dibandingkan Diabetes Mellitus

Tipe I

Diabetes Mellitus Tipe II biasanya menyerang orang berusia sekitar

40 tahun dimana hormon Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti

kecacatan dalam produksi Insulin resistensi terhadap Insulin atau

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 27: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap Insulin

yang ditandai dengan meningkatnya kadar Insulin di dalam darah

Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini Sekitar 80 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II mengalami obesitas karena obesitas berkaitan

dengan resistensi Insulin Penyakit Diabetes Mellitus Tipe II ini dapat

dikendalikan dengan diet olah raga atau obat antidiabetes

Diabetes Mellitus Gestasional (Gestational Diabetes Mellitus

[GDM])

GDM didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang pertama diakui

selama kehamilan GDM mempersulit sekitar 7 dari seluruh kehamilan

(Dipiro 2005) Hiperkalemia terjadi selama masa kehamilan karena

sekresi dari hormon plasenta sehingga menyebabkan resistensi insulin

Diabetes gestasional terjadi pada 14 dari semua wanita hamil dan

meningkat resikonya pada mereka yang memiliki masalah hipertensi

dalam kehamilan (Smeltzer 2008)

214 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada Diabetes Mellitus Tipe II jumlah Insulin normal atau

mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor Insulin yang terdapat pada

permukaan sel yang kurang Reseptor Insulin dapat diibaratkan sebagai

lubang kunci pintu masuk ke dalam sel Pada keadaan ini jumlah Insulin

banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang masuk ke dalam sel

sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di dalam

pembuluh darah meningkat (Subekti 2002)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Pada Diabetes Mellitus Tipe II terdapat dua masalah utama

yang berhubungan dengan Insulin yaitu resistensi Insulin dan gangguan

sekresi Insulin Normalnya Insulin akan terkait dengan reseptor khusus

pada permukaan sel Sebagai akibat terikatnya Insulin dengan reseptor

tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi adalah metabolisme glukosa

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 28: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didalam sel Resistensi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini Dengan demikian Insulin menjadi

tidak efektif untuk mestimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan

(Smeltzer 2001)

215 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II (Smeltzer 2001)

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi Insulin dan

gangguan sekresi Insulin pada Diabetes Mellitus Tipe II masih belum

diketahui Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi Insulin Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus

Tipe II Menururt Smeltzer (2008) faktor resiko Diabetes Mellitus antara

lain

Usia

Umur manusia mengalami perubahan fisiologi yang menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun Diabetes Mellitus sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin

Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita Diabetes MellitusTipe II adalah mereka

yang mengalami kegemukan Makin banyak jaringan lemak jaringan

tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja Insulin terutama bila

lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut Lemak ini akan memblokir kerja Insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah

Riwayat Keluarga (memegang peran besar)

Diabetes Mellitus diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita Diabetes Mellitus karena kelainan gen mengakibatkan

tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik Tetapi resiko

terkena Diabtes Mellitus juga tergantung pada faktor kelebihan berat

badan kurang gerak tubuh dan stres Sekitar 50 pasien Diabetes

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 29: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mellitus Tipe II mempunyai orang tua yang menderita diabetes dan lebih

sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes

Kelompok Etnik

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika Hispanik dan orang

Amerika di Afrika mempunyai resiko lebih besar terkena Diabetes

Mellitus Tipe II

216 Gejala Klinik Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut (Farmaceutical Care) Diabetes seringkali muncul tanpa

gejala Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai

sebagai isyarat kemungkinan diabetes

Adapun gejala-gejala khas Diabetes Mellitus secara umum adalah

sebagai berikut (PERKENI 2006)

bull Keluhan klasik DM berupa poliuria polidipsia polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

bull Keluhan lain dapat berupa lemah badan kesemutan gatal mata kabur

dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita

Pasien dengan DM tipe II sering tidak bergejala Namun adanya

komplikasi mungkin menunjukkan bahwa mereka memiliki DM selama

beberapa tahun (Dipiro 2008) Pada Diabates Mellitus Tipe II gejala yang

dikeluhkan umumnya hampir tidak ada Diabetes Mellitus Tipe II

seringkali muncul tanpa diketahui dan penanganan baru dimulai beberapa

tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah

terjadi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II umumnya lebih mudah terkena

infeksi sukar sembuh dari luka daya penglihatan makin buruk dan

umumnya menderita hipertensi hiperlipidemia obesitas dan juga

komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf (Pharmaceutical Care 2005)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 30: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

217 Diagnosis Diabetes Melitus Tipe II

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal

merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mgdL (SI

78 mmolL) atau kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200 mgdL (SI

111 mmoll) Pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria

diagnostik penyakit diabetes (Smeltzer 2001)

Skrining untuk DM tipe II sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun bagi

orang yang usianya ge 45 dan lebih sering bagi orang yang riwayat

keluarga DM obesitas tanda-tanda resistensi Insulin dan jarang olah raga

(Dipiro 2005)

Tabel 21 Kriteria diagnostik untuk DM (ADA 2010)

Kadar glukosa sewaktu Konsentrasi plasma glukosa geβ00 mgdL (111 mmolL)

Puasa Konsentrasi plasma glukosa ge1β6 mgdL (70 mmolL)

2 jam setelah pemberian

glukosa

geβ00 mgdL (111 mmolL) selama TTGO

HbA1C ge6γ

22 Terapi Non Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II (Tjay amp Rahardja

2010)

Pengaturan Nutrisi Terapi nutrisi (diet) untuk mencapai berat badan ideal bagi kesehatan

(rendah kalori rendah kolesterol) Diet yang baik merupakan kunci

keberhasilan penatalaksanaan diabetes Diet yang dianjurkan adalah makanan

dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak

sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

1 Karbohidrat 60-70

2 Protein 10-15

3 Lemak 20-25

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 31: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi umur stres

akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

mempertahankan berat badan ideal

Olahraga

Bermanfaat bagi kebanyakan pasien berolah raga secara teratur dapat

menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal Saat ini ada

dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis

dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes Prinsipnya tidak

perlu olah raga berat olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan

sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan

23 Terapi Farmakologi Diabetes Mellitus Tipe II

231 Terapi Obat Antidiabetik (ADO)

Tujuan utamanya terapi adalah mengontrol kadar glukosa darah dan

lipid plasma dan menurunkan tekanan darah jika meningkat Pasien

sebaiknya disarankan menurunkan berat badan dan berhenti merokok

karena keduanya merupakan faktor resiko tambahan untuk hipertensi dan

penyakit kardiovaskular dan keduannya lebih sering terjadi pada Diabetes

Tipe II (Greenstein amp wood 2007) Jika tidak tercapai kontrol glikemik

yang baik dengan perubahan pola makan maka diberikan Antidiabetik oral

Obat-obat Antidiabetik oral terutama ditujukan untuk membantu

penanganan pasien Diabetes Mellitus Tipe II Pemilihan obat Antidiabetik

oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi Diabetes Bergantung

pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien farmakoterapi

Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat Pemilihan dan penentuan rejimen

hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan

Diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum

termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada (Pharmaceutical

Care)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 32: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

232 Obat Antidiabetik Tunggal (Pharmaceutical care)

Terapi tunggal yaitu dengan memberikan hanya satu jenis obat

saja Intervensi farmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah

belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani Dalam

pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral

atau disebut juga Obat Antidiabetik Oral (ADO) dan pemberian secara

injeksi yaitu Insulin

233 Obat Antidiabetik Kombinasi (Pharmaceutical care)

Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga

kelompok ADO jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa darah

belum tercapai Dapat juga menggunakan kombinasi ADO dengan Insulin

apabila ada kegagalan pemakaian ADO baik tunggal maupun kombinasi

Terapi dengan ADO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-

combination dalam bentuk tablet tunggal) harus dipilih dua macam obat

dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda Bila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dapat pula diberikan kombinasi tiga

ADO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi ADO dengan Insulin

Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana Insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai terapi dengan kombinasi tiga ADO dapat

menjadi pilihan (PERKENI 2011)

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa

ADO Kombinasi yang umum adalah antara golongan Sulfonilurea dengan

Biguanida Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi

pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor Insulin sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek

saling menunjang Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua

golongan ini dapat efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya

tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 33: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

234 Obat-Obat Antidiabetik Oral

Obat Antidiabetik Oral adalah senyawa kimia yang dapat

menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral (Siswandono

2008) Menurut (Farmakologi dan Terapi 2007) Ada 5 golongan

Antidiabetik Oral (ADO) yang dapat digunakan untuk Diabetes Mellitus dan

telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan Sulfonilurea Meglitinid

Biguanid Penghambat α-Glikosidase dan Tiazolidinedion Kelima

golongan ini dapat diberikan pada Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak

dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja

Tabel 22 Penggolongan obat Antidiabetik oral (Pharmaceutical Care 2005)

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Tolbutamid

Klorpropamid

Tolazomida

Glibenklamid

Glipizid

Gliklazid

Glimepirid

Glikuidon

Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

sehingga hanya efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih berfungsi dengan baik

Meglitinida

Repaglinid Merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas

Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin oleh

pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar) menurunkan

produksi glukosa hati Tidak merangsang sekresi

insulin oleh kelenjar pankreas

Tiazolidindion Rosiglitazon

Pioglitazon

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin

pada otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Inhibitor α-

Glukosidase

Akarbose

Miglitol

Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang

mencerna karbohidrat sehingga memperlambat

absorpsi glukosa ke dalam darah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 34: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2341 Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi Sulfonilurea

Generasi I TolbutamidTolazomid dan Klorpropamid

Generasi II Gliburid Glipizid Gliklazid dan Glimepirid berpotensi

hipoglikemik paling besar dan daya kerjanya atas dasar berat badan

10-100x lebih kuat (Tjay amp Rahardja 2007)

Merupakan obat antidiabetik oral yang paling dahulu ditemukan

Sampai beberapa tahun yang lalu dapat dikatakan hampir semua obat

antidiabetik oral merupakan golongan Sulfonilurea Obat antidiabetik oral

golongan Sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk

penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang

serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya Senyawa-senyawa

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati

ginjal dan tiroid

Tabel 23 Golongan Sulfonilurea

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Generasi Ke II

Gliklazid Dimetabolisme dihati dan

diskresi melalui ginjal Lama

kerja labih dari 12 jam dengan

waktu paruh 10 jam (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

10 jam

Dosis oral 1-3 dd 80-320 mg

hr dosis maksimum 320mg

hari diminum setelah makan

(DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik (Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala sehingga tidak begitu sering

menyebabkan efek hipoglikemik

(Soegondo 2002)

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 35: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glimepirid Durasi kerja sampai 24 jam

dimetabolisme di hati menjadi

metabolit inaktif (Dipiro

2008)

Dosis 1 dd 1-4 mg maks 6 mg

sehari ac (DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Dibandingkan dengan

Glibenklamid Glimepirid

lebih jarang menimbulkan efek

hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo

2002)

Glibenklamid Potensinya 200x lebih kuat dari

Tolbutamid Durasi kerja

sampai 24 jam dimetabolisme

di hati dieliminasi frac12 di ginjal

dan frac12 di feses (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

4 jam

Dosis

Permulaan 1 dd 25-5 mg bila

perlu dinaikkan setiap minggu

sampai maksimal 2 dd 10 mg

Dosis tunggal harian sebesar 1

mg terbukti efektif dan dosis

maksimal yang dianjurkan

adalah 8 mg (Katzung 2010)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik(Dipiro 2008)

Efek samping

Gejala saluran cerna dan sakit

kepala Memiliki efek hipoglikemik

yang poten sehingga pasien perlu

diingatkan untuk

melakukan jadwal makan yang ketat

(Soegondo 2002)

Kombinasi Obat

Metformin digunakan sekali sehari

sebagai mono terapi atau dalam

bentuk kombinasi dengan insulin

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 36: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glipizid Durasi kerja sampai 20 jam

dalam darah 98 terikat

protein plasma potensinya

100x lebih kuat dari

Tolbutamid Dimetabolisme

dihati menjadi inaktif sekitar

10 diekresikan melalui ginjal

dlam keadaan utuh (Dipiro

2008)

Waktu Paruh

2-4 jam

Dosis 1 dd 25-5 mg frac12 jam

ac maksimal 3 dd 15 mg

(DIH 2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek samping

Edema flu hypertensi aritmia sakit

kepala insomnia migren depresi

Jarang menimbulkan Hipoglikemia

dibandingkan gliburid juga pada

gangguan fungsi hatiginjal pada

orang usia lanjut (Taketomo 2003)

Kombinasi Obat

Metformin

Glikuidon Diabsorsi dari usus (95) dan

mencapai kadar maksimum

dalam plasma setelah 2-3 jam

Dosis 1 dd 15 mg pada waktu

makan pagi maksimal 2 dd 30

mg (DIH2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas sehingga hanya

efektif pada penderita diabetes yang

sel-sel く pankreasnya masih

berfungsi dengan baik

Efek Samping

Hipoglikemia

2342 Golongan Meglitinid

Obat-obat antidiabetik oral golongan glinida ini merupakan obat

antidiabetik generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan

sulfonilurea Kedua golongan senyawa antidiabetik oral ini bekerja

meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas Umumnya

senyawa obat antidiabetik golongan meglitinid dan turunan fenilalanin ini

dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-obat antidiabetik oral lainnya

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 37: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 24 Golongan Meglitinid

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Repaglinid Durasi kerja sampai 4 jam

dimetabolisme di CYP 3A4 menjadi

metabolit inaktif diekresikan

disaluran empedu (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3-4 dd 1-2 mg frac12 jam ac (DIH

2009)

Mekanisme

Merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan

(Soegondo 2002)

Nateglinid Durasi kerja sampai 4 jam diabsorbsi

dalam waktu 20 menit setelah

pemberian oral dimetabolisme

disitokrom P450 2C9 dan 3A4

menjadi metabolit aktif lemah

dieliminasi di ginjal (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

1 jam

Dosis 3 dd 60 mg ac maksimal 3 dd

180 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kecepatan

sintesis insulin oleh pankreas

Efek samping

Hipoglikemia dan gangguan

saluran pencernaan (ISPA)

(soegondo2002)

2343 Golongan Biguanid

Obat antidiabetik oral golongan Biguanida bekerja langsung pada hati

(hepar) menurunkan produksi glukosa hati Senyawa-senyawa golongan

biguanida tidak merangsang sekresi Insulin dan hampir tidak pernah

menyebabkan hipoglikemia Satu-satunya senyawa Biguanid yang masih

dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah Metformin Metformin

masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk Indonesia karena

frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi

1700 mghari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 38: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 Tabel Golongan Biguanid

Nama

Obat

Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Metformin Durasi kerja sampai 24 jam tidak

berikatan dengan protein plasma

tidak terjadi metabolismedan

diekresikan oleh ginjal sebagai

senyawa aktif (Sukandar 2009)

Waktu Paruh

3-6 jam

Dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd

850 mg bila perlu setelah 1-2

minggu perlahan-lahan dinaikan

sampai maksimal 3 dd 1 g

Mekanisme Bekerja langsung pada

hati (hepar) menurunkan produksi

glukosa hati Tidak merangsang

sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas

Efek Samping

flu palpitasi sakit kepala asodosis

laktat anoreksia diare dangangguan

penyerapan vitamin B12 (Taketomo

2003) terjadi pada hingga 20

pasien (Katzung 2010)

Kombinasi Obat

Gliburid Glipizid Glibenklamid dan

Rosiglitazon

2344 Golongan Penghambat α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa

glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus Enzim-enzim α-glukosidase

(maltase isomaltase glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis

oligosakarida pada dinding usus halus Inhibisi kerja enzim ini secara efektif

dapat mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya sehingga

dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita

diabetes Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar

glukosa plasma puasa kurang dari 180 mgdl

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan

tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu Obat-obat inhibitor α-

glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi

dengan obat hipoglikemik lainnya

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 39: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 26 Golongan Pengahambat α-Glikosidase

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Akarbose Durasi kerja sampai 1-3 jam

Di Absorpsi lt2

dimetabolisme disaluran cerna

oleh bakteri intestinal dan

enzim pencernaan dieliminasi

di empedu (Dipiro 2008)

Dosis permulaan 3 dd 50 mg

bila perlu dinaikkan setelah 1-2

minggu sampai maksimal 3 dd

100 mgDianjurkan untuk

memberikannya bersama suap

pertama setiap kali makan

(DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efeksamping

sakit kepala vertigo Urticaria

Erytema diare perut kembung nyeri

dan hepatitis (Taketomo 2003)

Obat Kombinasi

Acarbose dapat diberikan dalam terapi

kombinasi dengan Sulfonilurea

Metforminatau Insulin(Soegondo

2002)

Miglitol Durasi kerja sampai 1-3 jam

dieliminasi di renal (ISO

Farmakoterapi 2009)

Dosis Permulaan 3 dd 50 mg

ac berangsur-angsur dinaikan

dalam waktu 4-12 minggu

menjadi dosis pemeliharaan 3

dd 100 mg (DIH 2009)

Mekanisme

Menghambat kerja enzim-enzim

pencenaan yang mencerna karbohidrat

sehingga memperlambat absorpsi

glukosa ke dalam darah

Efek samping

Sama dengan Akarbose tetapi

resorpsinya dari saluran cerna jauh lebih

baik Karena itu efek sampingnya

mengenai gangguan lambung usus lebih

sedikit (Jansman FGA 1997)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 40: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2235 Golongan Thiazolidinedion

Senyawa golongan Thiazolidinedion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPARけ (peroxisome

proliferator activated receptor-gamma) di otot jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Tabel 27 Golongan Thiazolidinedion

Nama Obat Farmakologi

Farmakokinetik Farmakodinamik

Rosiglitazon Durasi kerja sampai 24

jam di metabolisme di

CYP2C8 dan 2C9 menjadi

metabolit inaktif yang

diekresikan di renal

(Dipiro 2008)

Waktu Paru

3-4 jam

Dosis

Bersama Metformin atau

Sulfonilurea 1-2 dd 4 mg

ac atau pc (DIH 2009)

Mekanisme

Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap

insulin pada otot jaringan lemak dan

hati untuk menurunkan resistensi insulin

Efek samping

Nyeri punggung sakit kepala

hiperglikemia luka sinusitis anemia

ketika digunakan bersamaan dengan

metformin udem ketika digunakan

bersamaan dengan insulin (Dipiro

2008)

Pioglitazon Durasi kerja sampai 24

jam dimetabolisme di

CYP2C8 dan 3A4

diekresikan melalui urin

dan tinja (Dipiro 2008)

Waktu Paruh

16-24 jam

Dosis

1 dd 15-30 mg ac atau pc

Dosis awal yang

direkomendasi

Mekanisme Meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin pada otot

jaringan lemak dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin

Efek Samping

Udem sakit kepala hipoglikemia

sinusitis gangguan gigi ISP

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 41: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL

31 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini disusun berdasarkan teori yang ada dalam

tinjauan pustaka yang terdiri dari variabel dependen dan variabel

indepanden sehingga dapat terlihat setiap variabel yang terlibat dalam

penelitian baik sebagai variabel dependen maupun variabel independen

Jenis Antidiabetik yang digunakan

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

Gula Darah

Jenis Kelamin Usia IMT

Diagnosis

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 42: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Pengamatan Skala

1 Usia Merupakan umur seseorang yang

dilihat dari Rekam Medik pasien

yang menderita DM Tipe II yang

dilihat dari tanggal lahir sampai

dirawat ( WHO1999)

- 20-lt30 tahun

- 30-lt40 tahun

- 40-lt50 tahun

- 50-lt60 tahun

- ge 60 tahun

Interval

2 Jenis

Kelamin

Identitas untuk membedakan

antara laki-laki dan perempuan

- Laki-laki

- Perempuan

Nominal

3 IMT Merupakan nilai dari status gizi

seseorang yang ditentukan dari

IMT dengan rumus

= BB (Kg)TB2(m)

(PERKENI 2010)

- Kurang lt 185 - Normal 185-229 - Lebih ge 230 o Dengan risiko

230-249 o Obes I 250-

299 o Obes II gt 30

Nominal

4 Diagnosis

Penyakit DM

Upaya untuk menegakan atau

mengetahui jenis penyakit yang

diderita oleh seseorangStatus ini

ditentukan dengan keputusan

dokter (Smeltzer 2008)

- DM Tanpa

Komplikasi

- DM

dengan

Komplikasi

Nominal

5 DM Tanpa

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan tidak

ada komplikasi penyakit hanya

penyakit DM Tipe II saja

- DM Tipe II Nominal

6 DM Dengan

Komplikasi

Diabetes Mellitus dengan ada

komplikasi penyakit bukan hanya

DM Tipe II saja ada juga penyakit

lain

- Neuropati

- Nefropati

- PJK

- Stroke

- Hipertensi

Nominal

7 Kadar Gula

darah

Merupakan data kadar gula darah

pada pasien DM yang dilihat

dengan data hasil laboratorium

ADA (2003)

- Kadar gula darah

sewaktu ge200

mgdl

Nominal

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 43: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8 Efektivitas Suatu kondisi pasien yang

terkendali (70-140 mgdl) atau

tidak terkendali (ge200 mgdl)

kadar gula darahnya setelah

pemberian obat yang dinyatakan

oleh dokter dari status pasien

efektivitasnya dilihat dari hari ke

berapa kadar gula darah terkendali

(Soegondo 2002)

- Terkendali

- Tidak Terkendali

Nominal

9 ADO

Tunggal

ADO Tunggal yaitu dengan

memberikan hanya satu jenis obat

saja (PERKENI 2011)

- Satu jenis obat

Antidiabetik

Nominal

10 ADO

Kombinasi

ADO kombinasi yaitu dengan

memberikan kombinasi dua atau

tiga kelompok ADO jika dengan

ADO tunggal sasaran kadar

glukosa darah belum tercapai

(PERKENI 2011)

- Dua jenis obat

Antidiabetik

Nominal

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 44: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

41 Lokasi dan Waktu Penelitian

411 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati

412 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2013

42 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

dengan desain Cross Sectional diharapkan dengan adanya desain ini tujuan

penelitian dapat tercapai

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Populasi pada penelitian adalah semua data Rekam Medik pasien

Diabetes Mellitus tipe II yang di rawat di Instalasi Rawat Inap Teratai

Lantai V Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati

432 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi Jumlah minimal

sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro dan

Ismael 2010)

n = Zα2x PQ

d2

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 45: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan

n Estimasi besar sampel

Zα Nilai untuk derajat kemaknaan 5 yaitu 196

P 05 (Proporsi)

Q 1 ndash P = 05

d Nilai untuk ketepatan relatif 10 yaitu 01

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut

n =岫 岻 岫 岻

Jadi minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien Diabetes Mellitus Tipe II

44 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

441 Kriteria Inklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus

Tipe II

2 Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat

Inap Lantai V Teratai Selatan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati

3 Rekam medik pasien mendapat obat Antidiabetik Oral

442 Kriteria Eksklusi

1 Rekam Medik pasien yang menderita penyakit DM Tipe II

menggunakan terapi Insulin

2 Data rekam medik yang tidak lengkap

45 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapatkan dari

1 Data Rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif

2 Data yang dikumpulkan antara lain

a Nama usia jenis kelamin

b Berat badan tinggi badan

c Diagnosa dokter

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 46: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d Obat-obat Antidiabetik yang digunakan

e Hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium

46 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang

ada antara lain

1 Karakteristik dari pasien (Jenis kelamin Usia dan IMT)

2 Sebaran analisis diagnosis pasien (Makrovaskular dan Mikrovaskular)

3 Analisis Pemeriksaan Laboratorium (GDS saat masuk RSUP

Fatmawati GDS saat keluar RSUP Fatmawati dan penurunan kadar

gula darah sewaktu)

4 Sebaran efektivitas terapi Diabetes Mellitus Tipe II yang diberikan

(ADO Tunggal dan ADO Kombinasi)

Catatan

Menurut WHO (1999) American Diabetic Association (2003)

Kadar Normal Gula Darah Sewaktu adalah 70-140 mgdl

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 47: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

51 Hasil

Dari jumlah 97 sampel pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang

menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Data tersebut diambil dari bagian Instalasi Rekam

Medik untuk melihat gambaran dari setiap variabel yang diteliti sesuai

dengan kriteria inklusi

52 Hasil Analisis Data Bedasarkan Karakteristik Pasien Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

521 Jenis Kelamin

Tabel 51 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien DM tipe II

N

Laki-laki 32 33

Perempuan 65 67

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat Jenis kelamin

yang paling banyak adalah perempuan (67)

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 48: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

522 Usia

Tabel 52 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Jumlah Pasien DM tipe II

N

20-lt30 4 4

30-lt40 4 4

40-lt50 27 28

50-lt60 34 35

ge60 28 29

Total 97 100

Pengelompokan Usia diatas berdasarkan WHO (1999)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat usia yang

paling banyak adalah 50-lt60 tahun (35)

523 Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 3 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan IMT

Indeks Massa Tubuh Jumlah pasien DM Tipe II

N

lt185 (Kurang) 6 6

185-229 (Normal) 17 18

23-249 ( dengan risiko) 25 26

25-299 (Obesitas I) 37 38

gt30 (Obesitas II) 12 12

Total 97 100

Ket DM Diabetes Mellitus

IMT Indeks Massa Tubuh

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 49: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengelompokan IMT diatas berdasarkan Perkumpulan Endokrin

Indonesia (PERKENI 2010) Tabel diatas menunjukkan bahwa

dari 97 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya

secara retrospektif terlihat IMT yang paling tinggi adalah IMT

antara 25-299 (38)

53 Data Hasil Analisis Diagnosis Penyakit

531 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Hasil

Diagnosis di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati

Tabel 54 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan hasil diagnosis

Diagnosis Jumlah Pasien DM tipe II

N

DM Tanpa Komplikasi 27 28

DM Dengan Komplikasi 70 72

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

hasil diagnosis yang paling banyak adalah DM Tipe II dengan

komplikasi (72)

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 50: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

532 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan

Klasifikasi Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai

V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 55 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan klasifikasi

komplikasi

Klasifikasi Komplikasi Jumlah Pasien DM Tipe II

N Komplikasi Mikrovaskular - Nefropati - Neuropati

9 11

9 12

Komplikasi Makrovaskular - PJK - Stroke - Hipertensi

4 3 30

4 3 31

Komplikasi Mikro + Makro 13 13 Tanpa Komplikasi 27 28 Total 97 100

Ket PJK Penyakit Jantung Koroner

DM Diabetes Mellitus

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang terbanyak adalah komplikasi Makrovaskular (38)

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 51: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Data Hasil Analisis Pemeriksaan Laboratorium

541 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II Berdasarkan

Kadar Gula Darah Awal (saat masuk RSUP Fatmawat di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP

Fatmawati)

Tabel 56 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes Mellitus

Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat kadar gula

darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati) yang paling banyak

adalah GDS ge200 mgdl (94)

542 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Berdasarkan

Kadar Gula Darah Akhir (sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati)

Tabel 57 Distribusi pasien DM tipe II berdasarkan Kadar gula

darah akhir (setelah pemberian ADO)

Parameter Kadar gula

darah (mgdl) Jumlah

pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 96 99 ge200 mgdl 1 1

Total 97 100

Parameter Kadar gula darah (mgdl)

Jumlah pasien (orang)

Glukosa darah sewaktu

le200 mgdl 5 6 ge200 mgdl 92 94

Total 97 100

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 52: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket ADO Obat Antidiabetik Oral

GDS Gula Darah Sewaktu

Pengambilan GDS ini dilakukan hari terakhir pasien dirawat

(sebelum pasien keluar) dari RSUP Fatmawati

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

kadar gula darah akhir (Sebelum keluar dari RSUP Fatmawati)

yang paling banyak adalah GDS le200 mgdl (99)

543 Evaluasi Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Yang Menjalani Terapi

Tabel 58 Distribusi pasien DM Tipe II berdasarkan pengendalian

kadar gula darah sewaktu

Penurunan kadar gula darah

sewaktu yang menjalani terapi

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

le50 mgdl 1 1

50-100 mgdl 50 52

ge100 mgdl 46 47

Total 97 100

Pengelompokan pengendalian GDS diatas berdasarkan penelitian

Praditya (2006)Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien

Diabetes Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif

terlihat pengendalian kadar gula darah sewaktu yang paling banyak

adalah 50-100 mgdl (52)

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 53: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55 Terapi Diabetes Mellitus Tipe II

551 Pemberian Obat Antidiabetik (ADO) di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati

Tabel 59 Distribusi ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan

kepada pasien DM tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

Orang

ADO Tunggal

Glikuidon 27 28

Gliklazid 2 2

Glibenklamid 3 3

Glucodex 2 2

Metformin 35 36

Gludepatic 2 2

Glucobay 2 2

ADO Kombinasi

Glikuidon ndash Gludepatic 13 14

Metformin ndash Glucobay 4 4

Glucodex ndash Metformin 4 4

Glikuidon - Glucobay 3 3

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif untuk

ADO Tunggal terbanyak 36 adalah pasien diberikan

Metformin sedangkan ADO Kombinasi terbanyak 14 adalah

pasien diberikan Gludepatic-Glucobay

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 54: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

552 Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan

RSUP Fatmawati Berdasarkan Terapi Yang Digunakan

Tabel 510 Distribusi obat yang diberikan kepada pasien

DM Tipe II

Obat Antidiabetik yang

diberikan

Jumlah Pasien DM tipe II

N

Obat Antidiabetik

Tunggal

73 75

Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

24 25

Total 97 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 pasien Diabetes

Mellitus Tipe II yang diambil datanya secara retrospektif terlihat

yang paling banyak diberikan adalah ADO Tunggal (75)

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 55: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

553 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat

Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Tabel 511 Distribusi Data penggunaan ADO dalam mengendalikan

GDS

No Nama Obat Terkendali Hari

1 2 3 4 5 6 7

ADO Tunggal

Gologan Sulfonilurea

1 Glikuidon radic

2 Gliklazid radic

3 Glibenklamid radic

4 Glucodex radic

Golongan Biguanid

1 Metformin radic

2 Gludepatic radic

Golongan Acarbose

1 Glucobay radic

ADO Kombinasi

Golongan Sulfonilurea dengan Biguanid

1 Glikuidon-Gludepatic radic

2 Glucodex-Metformin radic

Golongan Sulfonilurea dengan Acarbose

1 Glikuidon-Glucobay radic

Golongan Biguanid dengan Acarbose

1 Metformin-Glucobay radic

Tabel diatas menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140

mgdl) setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 56: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56 Pembahasan

561 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan antara lain

kemungkinan masih ada variabel lain yang belum diukur keterbatasan

waktu penelitian keterbatasan dana penelitian keterbatasan pengetahuan

peneliti dan data yang dikumpulkan untuk penelitian ini data retrospektif

sehingga tidak semua informasi dapat diperoleh dengan lengkap

562 Pembahasan Hasil Penelitian

5621 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarakan jenis kelamin

Dalam penelitian ini berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin

pasien yang paling banyak adalah pasien dengan jenis kelamin perempuan

Hal ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien DM Tipe II berjenis kelamin perempuan Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan

oleh RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus

Tipe II yang terjadi pada wanita sebesar 62 lebih besar dibandingkan

dengan prevalensi pada laki-laki Demikian pula pada penelitian Gautam

(2009) tentang kualitas hidup pasien DM Tipe II di India sebagian besar

(65) berjenis kelamin perempuan Hasil ini mendukung teori yang

dikemukakan dalam Brunner dan Suddart (2002) yang menyebutkan

bahwa perempuan lebih banyak menderita DM dibanding laki-laki

Menurut WHO (2011) DM merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadian tertinggi di Indonesia Berbagai hasil penelitian

menunjukkan bahwa angka kejadian DM pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki (Stipanovic 2002) Hal ini disebabkan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan

laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan

risiko obesitas (Laquatra 2004) Terdapat hubungan yang signifikan

antara IMT Beberapa faktor resiko seperti obesitas kurang

aktivitaslatihan fisik usia dan riwayat DM saat hamil yang menyebabkan

tingginya kejadian DM pada perempuan ( Smeltzer 2008)

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 57: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5622 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan usia

Berdasarkan pengelompokkan usia pasien paling banyak

mengalami DM Tipe II adalah pasien dengan usia antara 50-lt60 tahun

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandagi (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan status kualitas

hidup berhubungan dengan usia (75) Selanjutnya penelitian Isa amp

Baiyewu (2006) juga memperlihatkan bahwa sosiodemografi (salah

satunya usia) mempengaruhi kualitas hidup pasien Terkait dengan pasien

DM Tipe II perubahan fisiologis anatomis serta biokimiawi yang muncul

seiring dengan penambahan usia akan meningkatkan gangguan toleransi

glukosa dan resistensi insulin Dapat juga dikatakan bahwa gangguan

toleransi glukosa meningkat dengan bertambahnya umur

Salah satu faktor risiko terjadinya DM adalah usia gt 40 tahun

karena pada usia ini umumnya manusia mengalami penurunan fungsi

fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena

gangguan pada sel beta prankreas dan resistensi Insulin (Sukarmin 2008)

Menurut Smeltzer (2008) resistensi Insulin pada DM Tipe II cenderung

meningkat pada lansia (40-65 tahun) riwayat obesitas dan adanya faktor

keturunan

5623 Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan IMT

Berdasarkan hasil IMT menunjukkan bahwa sebagian besar sampel

memiliki nilai IMT 25-299 memiliki status gizi obesitas sedang Hasil ini

sesuai dengan penelitian Purnawati (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan

terjadinya DM Tipe II IMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar

untuk terkena DM Tipe II dibandingkan dengan IMT rendah

Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan

meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu

oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa

dalam otot (McWright 2008)

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 58: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5624 Distribusi pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang menjalani

rawat inap berdasarkan hasil diagnosis

Berdasarkan pengelompokkan hasil diagnosis pasien yang paling

banyak adalah pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan komplikasi

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Praditya

(2006) dimana 69 pasien dengan diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi Hal ini terjadi karena pasien yang menjalani rawat inap

adalah pasien dengan status penyakit DM Tipe II yang dirujuk oleh dokter

setelah menjalani rawat jalan dengan kadar glukosa yang tidak terkontrol

sehingga memerlukan penanganan medis yang intensif

Komplikasi yang biasa ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus dapat

berupa Makrovaskular merupakan penyebab utama peningkatan angka

kesakitan dan kematian pad DM Tipe II tetapi komplikasi Mikrovaskular

seringkali ditemukan pada pasien yang baru didiagnosis DM Menurut

hasil penelitian Bate (2003) komplikasi yang sering dialami pasien DM

Tipe II adalah retinopati (20) neuropati (20) maupun nefropati (10)

dan selebihnya penyakit Jantung Koroner Berdasarkan hasil penelitian ini

didapatkan gambaran bahwa responden yang mengalami komplikasi

adalah sebayak 52 pasien Pada hasil peneltian ini juga kasus DM Tipe II

di RSUP Fatmawati komplikasi yang terjadi adalah neuropati dan

nefropati

DM tipe II dengan nefropati

Jumlah kasus penderita diabetik nefropati di RSUP Fatmawati

sebanyak 8 kasus Di Amerika Serikat proporsi pasien DM tipe II dengan

gagal ginjal terminal sebasar 7 di tahun 1982 dan meningkat menjadi

36 pada tahun 1992 (Ritz dan Orth 999)

DM tipe II dengan neuropati

Penderita dengan diagnosis DM Tipe II dengan neuropati di RSUP

Fatmawati sebanyak 10 kasus Diabetik neuropati merupakan komplikasi

vaskuler yang paling utama dan spesifik ada pasien diabetes mellitus baik

tipe I maupun tipe II Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien DM

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 59: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tipe II meningkat setiap tahunnya dan meningkat pada pasien dengan

hipoinsulinemia (Partanen et al1995)

5625 Data Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Penggunaan obat antidiabetik berdasarkan hasil pemeriksaan data

laboratorium kadar gula darah awal masuk dan sebelum keluar dari RSUP

Fatmawati Berdasarkan pemeriksan laboratorium untuk kadar gula darah

awal dimana pasien tersebut masuk RSUP Fatmawati pada tahun 2012

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu gt200 mgdl Hal ini sesuai dengan PERKENI (2011) bahwa

seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari

atau sama dengan 200 mgdl

Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah akhir

(sebelum keluar) RSUP Fatmawati pada tahun 2012 diketahui bahwa

kadar gula darah sewaktu hampir semua pasien ditemukan gula darah

sewaktu lt200 mgdl (70-140 mgdl) Data yang kami kumpulkan hanya

gula darah sewaktu saja sedangkan gula darah puasa tidak kami

kumpulkan itulah keterbatasan dari penelitian kami

Berdasarkan pengelompokkan pengendalian kadar gula darah

sewaktu terbanyak adalah pasien dengan penurunan kadar gula darah

sewaktu 50-100 mgdl Untuk hasil pengendalian kadar gula darah ini

dilihat dari kadar gula darah awal pasien masuk RSUP Fatmawati sampai

kadar gula darah akhir (sebelum pasien keluar) RSUP Fatmawati Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Praditya (2006) bahwa pengendalian gula

darah sewaktu terbanyak 50-100 mgdl berjumlah 43 orang pasien Dari

hasil ini menujukkan bahwa proses terapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati untuk pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap cukup

baik Hal ini terlihat dari banyaknya pasien yang mengalami pengendalian

gula darah sewaktu

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 60: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5626 Terapi Pemberian ADO Tunggal dan Kombinasi Pada Pasien

DM Tipe II di RSUP Fatmawati

Dari hasil penelitian terlihat bahwa dari 97 pasien yang

menggunakan obat antidiabetik berdasarkan pengelompokkan jenis terapi

yang digunakan untuk pemberian ADO tunggal sebanyak 73 pasein

terbanyak adalah Metformin selanjutnya adalah Glikuidon Sedangkan

untuk ADO kombinasi sebanyak 24 pasien terbanyak adalah Gliquidone

dan Gludepatic

Untuk pemberian antidiabetik oral berupa Metformin pada proses

awal terapi telah sesuai dengan apa yang telah diterbitkan PERKENI

dimana Metformin merupakan antidiabetik oral pilihan utama (Soegondo

2002) Karena Metformin mampu mengendalikan kondisi glikemia

menjadi normal dan menurunkan efek toksik glukosa pada pankreas

sehingga dapat memperbaiki fungsi sel szlig (Sterne 2007) Pemberian

Metformin ini sendiri biasanya digunakan untuk pasien yang obesitas atau

kegemukan dilihat dari hasil penelitian ini bahwa pasien DM Tipe II

banyak memiliki IMT obesitas I Untuk penggunaan Metformin sendiri

dilihat juga dari usia pasien DM Tipe II banyak digunakan oleh pasien

ddengan usia le60 tahun ini dikarenakan Metformin tidak dianjurkan untuk

pasien yang berusia gt80 tahun Metformin bermanfaat terhadap sistem

kardiovaskular dan mempunyai risiko yang kecil terhadap kejadian

hipoglikemia Hasil penelitian yang dilakukan oleh Praditya (2006)

penggunaan ADO tunggal yang terbanyak adalah Metformin (47) Dari

hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Praditya (2006) dimana

penggunaan ADO tunggal terbanyak adalah Metformin Dilihat dari hasil

penggunaan Metformin dalam mengendalian kadar gula darah sewaktu

terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

Sedangkan golongan Sulfonilurea (Glikuidon) dapat digunakan

ketika ada keadaan yang merupakan kontraindikasi untuk Metformin atau

digunakan sebagai dalam kombinasi dengan Metformin jika gula darah

target belum tercapai Meskipun demikian semua golongan Sulfonilurea

(Glikuidon) dapat menyebabkan hipoglikemia Pengecualian adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 61: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap mereka yang obesitas atau kelebihan berat badan Golongan

Sulfonilurea ini dapat diberikan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

dan ginjal dan baik untuk pasien yang berumur gt40-50 tahun (Martindale

2009) Golongan Sulfonilurea ini direkombinasikan pada pasien kelainana

fungsi htai dan ginja karena hampir seluruhnya diekresikan melalui

empedu dan usus hanya 5 yang di ekresikan melalui urin (Martindale

2009) Dari hasil analisis penggunaan golongan Sulfonilurea (Glikuidon)

dalam mengendalikan kadar gula darah sewaktu terlihat gula darah

sewaktu terkendali pada hari ke 5

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang di rawat di RSUP Fatmawati

diberikan unit perawatan intensif ataupun dengan antidiabetik oral untuk

mempertahankan kadar gula darah 70-140 mgdl (WHO1999) Pada

umumnya ADO bekerja untuk meningkatkan sekresi insulin atau

meningkatkan sensitifitas jaringan perifer tarhadap insulin Karena melihat

pengendalian gula darah sewaktu terlalu lama dalam mengendalikan gula

darah dan melihat cara kerja obat ini yang berbeda maka sangat rasional

bila obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi dan akan mempunyai efek

yang lebih besar dibandingkan diberikan salah satunya saja (terapi

tunggal)

Pengobatan kombinasi pada awalnya baru dimulai jika ADO yang

diberikan sudah dosis maksimal namun tidak mampu mengendalikan

kadar gula plasma sehingga perlu ADO lain yang mempunyai efek yang

berbeda dengan ADO yang pertama Pemberian ADO secara kombinasi

dapat diberikan lebih dini dengan dosis yang lebih kecil dengan alasan

adanya gangguan sekresi Insulin dan gangguan resistensi Insulin

Untuk ADO kombinasi terbanyak yang di berikan kepada pasien di

istalasi rawat inap RSUP Fatmawati adalah Gludepatic + Gliquidone

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Atika

(2012) mengenai analisis penyakit DM Tipe II untuk penggunaan ADO

kombinasi terbanyak adalah golongan Sulfonilurea dan Biguanid (666)

Kombinasi Gludepatic dan Gliquidon cukup efektif dalam

mengendalikan gula darah dan keduanya cukup poten dan aman sebagai

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 62: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pilihan pertama dibandingkan antidiabetes oral lainnya Dari hasil

penelitian dalam penggunaan kedua kombinasi ini dalam mengendalikan

kadar gula darah terlihat gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

Oleh karena itu sebagian besar pasien DM Tipe II yang memiliki kontrol

gula darah yang buruk kombinasi kedua obat ini di resepkan oleh dokter

Pasien rawat inap RSUP Fatmawati ada beberapa yang diberikan

baik ADO secara kombinasi ADO yang dikombinasikan antara lain

1 Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid

Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid penggunaanya di

Instalasi Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebanyak

18 dan pasien DM yang paling banyak adalah perempuan yang

disebabkan oleh faktor obesitas dan resistensi insulin Oleh karena itu

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid diresepkan oleh dokter di RSUP

Fatmawati Kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid bekerja saling

sinergis yaitu Biguanid menurunkan produksi glukosa hati dan

meningkatkan glukosa di jaringan perifer serta dapat menurunkan berat

badan Sedangkan golongan Sulfonilurea dapat meningkatkan sekresi

Insulin (Soegondo 2009)

2 Kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose

Penggunaan kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose di Instalasi

Rawat Inap Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati sebesar 3

pemberian tambahan Acarbose pada pasien DM Tipe II yang mendapat

Sulfonilurea memberi efek tambahan dalam menurunkan kadar glukosa

darah terutama penurunan glukosa darah postprandial dibandingkan terapi

kombinasi Sulfonilurea dengan Biguanid Pada pasien-pasien yang gagal

ginjal sekunder diberikan Obat Antidiabetik Oral (ADO) golongan

Acarbose karena hal ini dapat menunda pemakaian Insulin Acarbose akan

membantu memperlambat absorpsi glukosa setelah makan oleh karena itu

Acarbose harus diminum pada suapan pertama pada saat makan yang akan

menurunkan jumlah gula darah pada postprandial Dengan demikian

kombinasi Sulfonilurea dengan Acarbose akan memperbaiki glukosa darah

postprandial

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 63: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Kombinasi Biguanid dengan Acarbose

Kombinasi Biguanid dengan Acarbose paling banyak digunakan di

RSUP Fatmawati yaitu sebanyak 4 Acarbose menghambat α-

Glukosidase mengurangi biovailabilitas Biguanid dan mengurangi

konsentrasi puncak plasma Biguanid rata-rata tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah Kombinasi

Metformin dengan Acarbose adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa

darah dari pada pemakaian Metformin secara tunggal Efek samping

Metformin adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut sehingga

Acarbose dapat mengurangi keluhan pada perut oleh karena itu Acarbose

harus diminum pada suapan pertama pada saat makan

5627 Hasil Analisis Data Efektivitas Penggunaan ADO Dalam

Mengendalikan Gula Darah Sewaktu Di Instalasi Rawat Inap

Teratai Lantai V Selatan RSUP Fatmawati Periode 2012

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas obat antidiabetik

dilihat dari hari ke berapa kadar gula darah terkendali (70-140 mgdl)

setelah pemberian obat antidiabetik tunggal dan kombinasi yang

digunakan oleh pasien DM Tipe II yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2012

Dari hasil penelitian ini ADO kombinasi dalam mengendalikan

kadar gula darah sewaktu terlihat terkendali pada hari ke 3 sedangkan

ADO tunggal dalam mengendalikan gula darah sewaktu terlihat terkendali

pada hari ke 4

Obat Antidiabetik yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

mampu mengendalikan kadar gula darah pada pasien tersebut Pemilihan

obat Antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi

Diabetes Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien

farmakoterapi Antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan

satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat Pengunaan ADO

kombinasi diberikan jika dengan ADO tunggal sasaran kadar glukosa

darah belum tercapai

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 64: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1 Persentase karakterisktik (meliputi jenis kelaminUsia IMT dan diagnosis)

dengan jumlah subjek penelitian (97) pasien DM Tipe II yang menjalani

Rawat Inap di RSUP Fatmawati tahun 2012 lebih banyak ditemukan jenis

kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 50-lt60 tahun dan IMT

antara 25-299 pasien juga memiliki diagnosis DM Tipe II dengan

komplikasi

2 Pengunaan obat antidiabetik yang paling banyak adalah ADO Tunggal

selebihnya ADO kombinasi

3 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

tunggal yang efektiv adalah Metformin karena Metformin dalam

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 4

4 Efektivitas terkendalinya kadar gula darah sewaktu pada penggunaan ADO

kombinasi yang efektiv adalah Gludepatic dengan Gliquidone karena

pengendalian gula darah sewaktu terkendali pada hari ke 3

62 Saran

1 Kepada pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan pemberian

informasi kepada penderita DM tentang efektivitas pengobatan DM Tipe II

dengan terapi obat

2 Kepada dokter dan apoteker dapat dijadikan bahan masukan dalam

memilih obat-obat antidiabetik yang tepat untuk pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

3 Kepada penderita DM dengan komplikasi untuk melakukan pemeriksaan

kadar glukosa darah secara rutin melakukan diet yang dianjurkan

olahraga yang rutin dan mengkonsumsi obat secara teratur sehingga kadar

gula darah bisa terkendali untuk mencegah komplikasi yang lebih berat

4 Kepada peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan antara data hasil

pemeriksaan laboratorium dengan pola terapi antidiabetik yang digunakan

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 65: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association2010 Diabetes Care April 21 httpcarediabetes

journals orgcontent27suppl1s5full

American Diabetes Association (ADA)2012Standards of Medical Care in

Diabetesdwwwcarediabetesjournalsorg

American Pharmacists Association 2009 Drug Information Handbook A

Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare Professionals USA

Lexi-Comp

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (RISKESDAS) 2007 Riset

Kesehatan Dasar httpwwwdepkesgoid[Depkes RI Jakarta]

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI2009 Farmakologi dan Terapi Edisi

ke-5Jakarta Balai Penerbit FKUI

Departemen Kesehatan RI2005Pharmaceutical care untuk penyakit Diabetes

Mellitus Jakarta DEPKES

DiPiro JT Talbert RL Yee GC Matzke GR Wells BG Posey LM 2008

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th ed New York McGraw

Hill

Gautam Y etal2009A Cross Sectional Study of QOL of Diabetic Patient at tertiary

Care Hospital in Delhi Indian Journal of Community Medicine 34 (4) 346-350

Greenstein Wood 2007 At a Glance Sistem Endokrin Edisi kedua Jakarta

Erlangga

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 66: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Isa amp Baiyewu2006Quality of Life Patient with Diabetes Mellitus in a Nigerian

Teaching Hospital Hongkong Journal Psychiatry 16 27-33

Kannan et al2011A Study On Drug Utilization of Oral Hypoglycemic Agents in

Type-2 Diabetic Patients Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Reserch Vol

4

Katzung2010 Basic and Clinical Pharmacoligy Edition 10th San Fransisco EGC

Kumar Clark2009Clinical MedicineSeven EditionLondon

Lacy et all 2009 Drug Information Hand Book Edisi 17th America

Mandagi2010Tesis Faktor yang Berhubungan dengan Status Kualitas Hidup

Penderita Diabetes Mellitus (Studi di Puskesmas Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Surabaya Tidak dipublikasikan

Mansjoer et all2002 Metabolik Endokrin dalam Kapita Selekte Kedokteran Edisi 3

Jakarta FKUI hal 578-588

Mcwright Bogdan 2008 Panduan Bagi Penderita Diabetes Jakarta Prestasi

Pustaka Publisher

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)2011Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia Jakarta

Praditya2006 Analisis Penggunaan ADO berdasarkan penurunan gula darah di

RSUP Fatmawati Jakarta

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 67: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Purnawati Lies 1998 Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes melitus tidak

tergantung Insulin pada Pasien Rawat jalan di RSUPN Cipto mangunkusumo pada

Tahun 1998 Tesis Universitas Indonesia

Sastro Ismael2010 Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-3 Jakarta

Sagung Seto 313

Sinaga 2009 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap di RSUD

DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR TAHUN 2004-2008Medan

Siswandono Soekardjo2008Kimia Medisinal Edisi ke-2Surabaya Airlangga

University Press

Smeltzer et al2001Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart

Edisi ke-8 vol terjemahan HYKuncara et al Jakarta EGC

Sterne J2007Perjalan Panjang Metformin dalam Ethical Digest Mei No37 hal

21

Stipanovic2002 The Effects of Diabetes Education on Self Efficacy and Self Care

Diakses dari Httpproquestumicompqdweb pada tanggal 29 Maret 2013

Soegondo dkk2002Diabetes Mellitus Penatalaksaan Terpadu Jakarta FKUI

Subekti 2002Patofisiologi Diabetes Jakarta FKUI

Sudoyodkk2007Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Edisi IV Jilid III Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sukandar dkk 2009 ISO Farmakoterapi Jakarta PTISFI

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 68: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sukarmin SR 2008 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin

dan Endokrin pada Prankreas Graha Ilmu Yogyakarta

Sweetman Sean C2009 Martindale The Complete Drug Reference 36th edition

London The Pharmaceutical Press

Taketomo et al 2003 Pediatric Dosage Handbook 9th Edition American

Pharmaceutical Association

Tesfaye S C Nish EME Simon DW John M Christos I T Constantin R W

Daniel H F John 2005 Vascular risk factors an diabetic neuropathy The New

England Journal of Medicine 352(4)341-350

Tjay Rahardja 2007 OBAT-OBAT PENTING Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek

sampingnya Edisi ke 6 Jakarta PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

Waspadji Sarwono Kartini Sukardji Meida Oktarina 2004 Pedoman Diet Diabetes

Melitus Jakarta Balai Penerbit FKUI

WHO2011 Diabetes Fact Sheet No 312 httpwwwwhointmediacentrefactsheets-

fs312-enindexhtml

WHO1999Prevention of Diabetes Mellitus (WHO TechnicalReport Series)

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 69: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

51

Lampiran 1 Diagram Distribusi Karakteristik

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

Gambar 1 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan jenis kelamin

Gambar 2 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Usia

0

20

40

60

80

Laki-Laki Perempuan

33

67

Laki-Laki Perempuan

4 4

27

34

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

20-lt30 30-lt40 40-lt50 50-lt60 дヶヰ

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 70: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

52

Gambar 3 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan IMT Lampiran 2 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Diagnosis Penyakit

Gambar 4 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Diagnosis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

lt185 (BB

Kurang)

185-229 (BB

Normal)

23-249 (BB

dengan

risiko)

25-299

(Obesitas I)

gt30

(Obesitas II)

6

17

25

37

12

lt185 (BB Kurang) 185-229 (BB Normal)

23-249 (BB dengan risiko) 25-299 (Obesitas I)

gt30 (Obesitas II)

0

10

20

30

40

50

60

70

DM Tanpa Komplikasi

DM dengan Komplikasi

27

70

DM Tanpa Komplikasi DM dengan Komplikasi

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 71: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

53

Gambar 6 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Klasifikasi Komplikasi Lampiran 3 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar 7 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah awal (saat masuk RSUP Fatmawati)

0

5

10

15

20

25

30

9 11

4 3

30

13

27

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

5

92

гヲヰヰ mgdl дヲヰヰ mgdl

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 72: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

54

Gambar 8 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan kadar gula darah akhir (sebelum keluar RSUP Fatmawati)

Gambar 9 Diagram jumlah pasien DM Tipe II berdasarkan Pengendalian Kadar Gula Darah Sewaktu

0

20

40

60

80

100

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

96

1

гヲヰヰ mg dl дヲヰヰ mg dl

0

10

20

30

40

50

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

1

50

35

гヵヰ mgdl 50-100mgdl дヱヰヰ mgdl

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 73: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

55

Lampiran 4 Diagram Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Terapi Obat yang diberikan

Gambar 10 Diagram jumlah ADO Tunggal dan Kombinasi yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

Gambar 11 Diagram jumlah Obat yang diberikan kepada pasien DM Tipe II

0

5

10

15

20

25

30

35

27

2 3 2

35

2 2

13

4 4 3

ADO Tunggal ADO Kombinasi

0

20

40

60

80

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik

Kombinasi (oral+oral)

73

25

Obat Antidiabetik Tunggal Obat Antidiabetik Kombinasi (oral+oral)

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 74: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

56

Lampiran 5 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Tunggal

Tabel 512 Distribusi penggunaan Glikuidon dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 27 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glikuidon) terlihat 482 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Glikuidon (30 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 256 234 210 176 153 140 135 H6 259

2 202 188 174 151 135 120 H5 482

3 210 170 156 143 129 110 103 H5 482

4 215 198 170 153 140 131 120 H5 482

5 205 190 173 157 145 140 118 H6 259

6 202 190 175 152 135 H5 482

7 219 211 173 160 152 135 100 H6 259

8 225 196 178 154 130 121 H5 482

9 230 200 173 152 146 143 127 H7 185

10 197 174 151 149 135 121 H5 482

11 256 243 221 176 153 131 100 H6 259

12 244 230 180 163 140 129 120 H5 482

13 205 168 143 135 126 119 H4 74

14 201 190 178 165 150 141 137 H7 185

15 248 220 189 170 155 139 120 H6 259

16 211 186 172 149 134 130 111 H5 482

17 260 240 222 173 160 151 137 H7 185

18 204 173 157 145 127 120 96 H5 482

19 390 351 322 275 200 175 138 H7 185

20 300 279 250 229 180 150 133 H7 185

21 213 170 155 137 135 127 110 H4 74

22 221 187 156 144 130 110 94 H5 482

23 217 200 180 169 150 140 125 H6 259

24 220 189 170 158 140 131 122 H5 482

25 196 178 160 147 130 120 100 H5 482

26 217 200 180 157 145 128 99 H6 259

27 210 180 164 150 132 122 H5 482

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 75: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

57

Tabel 513 Distribusi penggunaan Metformin dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Metformin ( 500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7

N

1 226 200 163 137 130 122 116 H4 428 2 219 173 150 140 133 100 89 H4 428 3 207 179 157 145 130 115 100 H5 343 4 206 189 170 140 134 120 H4 428 5 230 182 160 145 132 120 111 H5 343 6 205 174 152 131 127 116 H4 428 7 223 191 170 152 134 120 114 H5 343 8 210 170 153 130 119 110 85 H4 428 9 211 178 160 151 138 100 H5 343 10 256 240 226 176 150 140 124 H6 114

11 217 198 177 153 145 132 119 H6 114

12 250 230 200 176 160 138 125 H6 114

13 226 200 187 159 140 136 127 H5 343 14 230 181 158 136 123 100 H4 428 15 237 196 171 152 141 137 111 H6 114 16 227 183 153 137 121 115 100 H4 428 17 203 170 152 140 133 120 110 H4 428 18 197 162 143 126 120 101 H4 428 19 200 176 161 147 140 133 127 H5 343 20 230 202 183 170 158 136 121 H6 114 21 219 173 152 134 127 119 104 H4 428 22 215 179 150 138 119 100 95 H4 428 23 202 180 154 142 130 117 H5 343 24 211 175 151 133 120 110 101 H4 428 25 237 200 185 150 132 123 106 H5 343 26 222 187 168 150 130 114 100 H5 343 27 208 176 150 143 132 111 99 H4 428 28 225 191 174 150 142 130 125 H6 114 29 270 237 197 170 160 140 131 H6 114 30 231 180 160 150 135 125 111 H5 343 31 201 173 154 136 123 110 H4 428 32 210 182 160 152 140 131 122 H5 343 33 220 179 158 137 120 107 100 H4 428 34 195 153 140 136 121 117 102 H3 28 35 200 183 152 140 130 121 100 H4 428

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Metformin) terlihat 428 GDS terkendali pada hari ke

4

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 76: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

58

Tabel 514 Distribusi penggunaan Gliklazid dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikazid ( 80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 220 200 180 168 150 140 137 H6 100 2 214 187 171 158 145 138 127 H6 100

Tabel diatas menujukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gliklazid) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 6

Tabel 515 Distribusi penggunaan Glibenklamid dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glibenklamid) terlihat 667 GDS terkendali pada hari

ke 5

Tabel 516 Distribusi penggunaan Glucodex dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucodex) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Glibenklamid

( 5 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N 1 210 190 175 154 130 123 119 H5 667

2 205 178 165 147 129 116 100 H5 667 3 223 196 170 167 145 137 116 H6 333

Nama Obat Glucodex (80 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 219 211 198 173 140 133 120 H5 100

2 207 182 170 154 136 123 H5 100

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 77: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

59

Tabel 517 Distribusi penggunaan Gludepatic dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Gludepatic) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke

4

Tabel 518 Distribusi penggunaan Glucobay dalam mengendalikan

GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 pasien yang menggunakan

Obat tunggal (Glucobay) terlihat 100 GDS terkendali pada hari ke 5

Nama Obat Gludepatic ( 500mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 212 188 165 140 123 111 101 H4 100

2 236 225 183 137 134 132 122 H4 100

Nama Obat Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl) Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 153 143 130 110 H5 100

2 219 186 168 149 128 120 105 H5 100

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 78: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

60

Lampiran 6 Tabel Distribusi Penggunaan ADO Kombinasi

Tabel 519 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Gludepatic

dalam mengendalikan GDS

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 13 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Gliquidone + Gludepatic) terlihat 538 GDS

terkendali pada hari ke 3

Nama Obat Kadar Gula Darah Sewaktu

(mgdl) Normal

Gludepatic (500 mg) H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N Glikuidon ( 30 mg)

1 219 185 165 140 121 111 103 H4 385

2 200 162 137 120 100 H3 538

3 210 177 150 137 123 110 H4 385

4 199 160 140 125 119 106 100 H3 538

5 249 176 139 120 110 H3 538

6 217 189 155 136 123 100 H4 385

7 230 176 138 110 103 H3 538

8 321 297 272 250 231 227 210 - -

9 235 177 140 124 120 101 H3 538

10 202 187 160 135 110 H4 385

11 201 162 140 120 115 107 H3 538

12 205 180 161 140 110 100 H4 385

13 200 173 140 121 105 100 H3 538

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 79: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

61

Tabel 520 Distribusi penggunaan Glucobay dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucobay (50 mg)

Metformin ( 500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 N

1 203 175 139 110 104 H3 25

2 230 195 172 150 123 110 104 H5 25

3 210 182 162 140 127 107 H4 50

4 222 170 152 130 119 105 100 H4 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucobay + Metformin) terlihat

50 GDS terkendali pada hari ke 4

Tabel 521 Distribusi penggunaan Glucodex dan Metformin

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glucodex ( 80 mg)

Metformin (500 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu (mgdl)

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

N

1 226 200 171 140 120 100 89 H4 75

2 213 189 167 136 116 104 H4 75

3 222 170 154 132 110 103 92 H3 75

4 211 178 140 124 110 102 H3 50

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 4 pasien yang

menggunakan Obat kombinasi (Glucodex + Metformin) terlihat

75 GDS terkendali pada hari ke 4

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 80: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

62

Tabel 522 Distribusi penggunaan Glikuidon dan Glucobay

dalam mengendalikan GDS

Nama Obat Glikuidon ( 30 mg)

Glucobay ( 50 mg)

Kadar Gula Darah Sewaktu mgdl

Normal

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 N

1 231 175 156 133 119 110 100 H4 25

2 207 185 137 130 121 100 H3 75

3 213 164 136 115 110 104 H3 75

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 3 pasien yang menggunakan

Obat kombinasi (Glikuidon + Glucobay) terlihat 75 GDS

terkendali pada hari ke 3

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 81: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

63

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 82: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

64

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik

Page 83: Gambaran Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik … · dengan usia berkisar antara 50-

65

Lampiran 8 Surat Persetujuan Etik