galery uang kertas indonesia
DESCRIPTION
Uang Kuno Kertas IndonesiaTRANSCRIPT
Republik Indonesia Serikat
Pemerintah RIS mengeluarkan uang kertasnya yang pertama dan terakhir terdiri dari pecahan yang
bernilai 5 dan 10 rupiah dengan tanggal emisi 1 Djanuari 1950. Uang RIS yang dikeluarkan untuk
mengganti uang ORI dan ORIDA ini dicetak di Thomas De La Rue (London) yang pada waktu tersebut
memiliki mutu setaraf dengan mata uang di negara maju.
Seri RIS 1950
Uang kertas RIS ditandatangani oleh Mr. Sjafruddin Prawiranegara sebagai Menteri Keuangan RIS.
Tetapi uang kertas ini tidak berumur panjang, karena pada tanggal 17 Agustus 1950 riwayat RIS berakhir
dan digantikan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Republik Indonesia
Sebagai pengganti seri RIS, pemerintah NKRI pada tahun 1951 mengedarkan emisi pertama uang
kertasnya yang terdiri dari pecahan 1 dan 2,5 rupiah (seri Pemandangan Alam I) yang ditandatangani
oleh Menteri Keuangan Mr. Sjafruddin Prawiranegara (Kabinet Natsir). Seri yang dicetak oleh Security
Banknote Company (Amerika Serikat) ini pada bagian belakang pecahan 2,5 rupiahnya terdapat gambar
lambang negara kita Garuda Pancasila yang baru untuk pertama kalinya dicantumkan di uang kertas.
Seri Pemandangan Alam I (1951)
Kedua seri di atas memang tidak dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI), karena pada saat tersebut Bank
Indonesia belum terbentuk. Tetapi setelah Bank Indonesia berdiri tahun 1953 tenyata masih terdapat
beberapa jenis uang kertas yang tidak dikeluarkan oleh BI melainkan oleh Pemerintah Republik
Indonesia.
Uang kertas yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia memiliki beberapa ciri yang mirip
dengan muntbiljet nya pemerintah Hindia Belanda: 1. Hanya terdiri dari pecahan 1 dan 2,5 rupiah 2. Bertulisan REPUBLIK INDONESIA (bukan Bank Indonesia) 3. Tidak memiliki tanda air (watermark) kecuali pada emisi 1964 4. Ditandatangani oleh Menteri Keuangan
Mari kita lihat jenis-jenis uang kertas tersebut
Seri Pemandangan Alam 1953
Ditandatangani oleh Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumongan (3 April 1952 - 30 Juli 1953) sebagai
Menteri Keuangan pada kabinet Wilopo. Uang ini memiliki gambar yang sama dengan seri sebelumnya
dan juga dicetak oleh Security Banknote Company. Yang menjadi perhatian adalah 2 huruf pada nomor
serinya merupakan lanjutan dari seri Pemandangan Alam I.
Seri Suku Bangsa I 1954
.
Seri yang terdiri dari pecahan 1 dan 2,5 rupiah ini ditandatangani oleh Dr. Ong Eng Die yang menjabat
Menteri Keuangan semasa kabinet Ali Sastroaidjojo I dari tanggal 30 Juli 1953 sampai dengan 12
Agustus 1955. Uang yang dicetak oleh Pertjetakan Kebajoran NV ini tidak memiliki tanda air sebagai
pengaman dan sampai saat ini masih bisa ditemukan dalam jumlah sangat banyak.
Seri Sukubangsa II 1956
.
Seri ini memiliki gambar yang serupa dengan seri sebelumnya, tetapi ditandatangani oleh Mr. Jusuf
Wibisono yang menjabat sebagai Menteri Keuangan kabinet Ali Sastroamidjojo II dari tanggal 24 Maret
1956 sampai dengan 9 April 1957.
Seri Sandang Pangan I 1960
Seri yang terdiri dari 2 pecahan ini dicetak oleh Pertjetakan Kebajoran yang sudah berubah status badan
hukumnya dari NV menjadi PT. Tanda tangan oleh Ir. H. Djuanda Kartawidjaja sebagai Menteri
Keuangan kabinet Kerja I dan Kerja II (10 Juli 1959 - 1 Juli 1960). Pada masa Kabinet Kerja I inilah
dikeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No 2 tahun 1959 pada tanggal 24 Agustus
1959 yang menetapkan penurunan nilai uang kertas pecahan 500 dan 1000 rupiah seri Hewan (1957)
menjadi tinggal 10% saja dari nilai semula. Untuk lengkapnya silahkan baca Info Uang Kuno 14.
Seri Sandang Pangan II 1961
Seri ini ditandatangani oleh R.M. Notohamiprodjo sebagai Menteri Keuangan kabinet Kerja II dan III
menggantikan Ir. H. Djuanda K. Seri yang terdiri dari 2 pecahan ini dicetak oleh Pertjetakan Kebajoran
yang statusnya sudah berubah lagi dari PT menjadi PN (Perusahaan Negara) berdasarkan PP no
34/1960 tertanggal 3 Juni 1960.
Seri Soekarno Borneo 1961
Seri yang terdiri dari 2 pecahan ini rencananya diedarkan untuk wilayah Kalimantan Utara semasa
konfrontasi dengan Malaysia. Berikut cuplikan situasi saat itu yang saya kutip dari Kompasiana:
Inilah propaganda Pendiri Republik Indonesia Soekarno terhadap Malaysia. Rupanya arogansi Malaysia
tidak hanya terjadi sekarang saja, tetapi sejak jaman Soekarno. Malaysia sudah sering bertindak tidak
simpati terhadap Indonesia, hingga Soekarno marah besar…
Mengapa Soekarno marah?
Pada 1961, Kalimantan dibagi menjadi empat administrasi. Kalimantan yang menjadi bagian Indonesia,
terletak di selatan Kalimantan. Di utara adalah Kerajaan Brunei dan dua koloni Inggris, Sarawak dan
Borneo Utara, yang kemudian dinamakan Sabah (Negara bagian Malaysia). Sebagai bagian dari
penarikannya dari koloninya di Asia Tenggara, Inggris rupanya mencoba menggabungkan koloninya di
Kalimantan dengan Semenanjung Malaya, Federasi Malaya dengan membentuk Federasi Malaysia.
.Tentu saja, rencana ini ditentang oleh Pemerintahan Indonesia. Karena Presiden Soekarno berpendapat
bahwa Malaysia hanya sebuah boneka Inggris, dan konsolidasi Malaysia hanya akan menambah kontrol
Inggris di kawasan ini. Sehingga mengancam kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia. Filipina juga
membuat klaim yang sama atas Sabah, dengan alasan daerah itu memiliki hubungan sejarah dengan
Filipina melalui Kesultanan Sulu.
.
Di Brunei, Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) memberontak pada 8 Desember 1962. Mereka
mencoba menangkap Sultan Brunei, ladang minyak dan menyandera orang Eropa. Sultan lolos dan
meminta pertolongan Inggris, dengan menerima pasukan Inggris dan Gurkha dari Singapura.
.
Filipina dan Indonesia resminya setuju untuk menerima pembentukan Federasi Malaysia apabila
mayoritas di daerah yang hendak dilakukan dekolonial memilihnya dalam sebuah referendum yang
diorganisasi oleh PBB.
.
Tetapi, pada 16 September 1962, sebelum hasil dari pemilihan dilaporkan, Malaysia melihat
pembentukan federasi ini sebagai masalah dalam negeri. Tanpa tempat untuk turut campur orang luar,
tetapi pemimpin Indonesia melihat hal ini sebagai perjanjian Manila Accord yang dilanggar dan sebagai
bukti kolonialisme dan imperialisme Inggris masih berpengaruh.
.Pergolakan aksi demopun tak pernah berhenti, aksi mengecam Soekarnopun terjadi. Bahkan aksi
demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur-pun terus memanas. Para demonstran menyerbu gedung
KBRI, merobek-robek foto Soekarno. Bahkan di antara demonstran membawa lambang negara Garuda
Pancasila ke hadapan Tunku Abdul Rahman (Perdana Menteri Malaysia saat itu) dan memaksanya untuk
menginjak lambang negara Indonesia, Garuda. Peristiwa itupun memancing amarah Soekarno terhadap
Malaysia begitu meledak.
.Demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur yang berlangsung tanggal 17 September 1963, sedang
memuncak. Mereka marah terhadap Presiden Soekarno yang melancarkan konfrontasi terhadap
Malaysia, juga karena serangan pasukan militer tidak resmi Indonesia terhadap Malaysia.
.
Berikut pengumuman Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio bahwa Indonesia mengambil sikap
bermusuhan terhadap Malaysia pada 20 Januari 1963. Selain itu para sukarelawan Indonesia (sepertinya
pasukan militer tidak resmi) mulai memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda dan
melaksanakan penyerangan dan sabotase pada 12 April berikutnya.
.
Soekarno yang murka karena tindakan demonstrasi anti-Indonesian yang menginjak-injak lambang
negara Indonesia, ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan
nama Ganyang Malaysia. Soekarno memproklamirkan gerakan Ganyang Malaysia melalui pidato beliau
yang amat bersejarah, berikut ini:
.Kalau kita lapar itu biasa
Kalau kita malu itu juga biasa
Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!
Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malayan itu!
Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu
Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan
sebagai peluru Bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya.
Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita
akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki gigi yang kuat dan kita juga
masih memiliki martabat.
Yoo…ayoo… kita… Ganjang…
Ganjang… Malaysia
Ganjang… Malaysia
Bulatkan tekad
Semangat kita badja
Peluru kita banjak
Njawa kita banjak
Bila perlu satoe-satoe!
Soekarno.
(sumber: wikipedia)
Dari cerita di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya Indonesia sudah melakukan persiapan
untuk menganyang Malaysia. Sampai-sampai sudah mencetak mata uangnya terlebih dahulu. Tetapi
karena tujuan Soekarno tidak terwujud maka seri Borneo yang ditandatangani oleh Menteri Keuangan
R.M. Notohamiprodjo ini tidak sempat digunakan. Tidak heran bila sampai saat ini kedua pecahan seri
Borneo seringkali ditemukan dalam kondisi mulus alias UNC.
.
.
Seri Soekarno 1964
.
Seri 1964 ini berbeda dibandingkan seri-seri sebelumnya karena memiliki tanda air Garuda Pancasila.
Selain itu juga memiliki beberapa variasi nomor seri dan pencetak. Ditandatangani oleh Mr. Sumarno SH
sebagai Menteri Keuangan pada kabinet Kerja IV (13 November 1963 sd 27 Agustus 1964).
Seri Soekarno Irian Barat 1961
Setelah Irian Barat menjadi bagian dari RI pada tanggal 1 Mei 1963, pemerintah pusat segera mencetak
dan mengedarkan uang kertas seri Irian Barat untuk digunakan sebagai pengganti mata uang gulden
Nederlands Nieuw Guinea yang bergambar Ratu Juliana. Yang menarik terdapat perbedaan kurs antara
rupiah Irian Barat dengan rupiah RI yaitu 1 rupiah IB sama dengan 10 rupiah RI. Kedua pecahan Irian
Barat ini ditandatangani oleh Menteri Keuangan R.M Notohamiprodjo dan bergambar sama dengan seri
Borneo
.
Seri Soekarno Riau 1961
.
Bergambar sama seperti seri Borneo dan Irian Barat, seri Riau yang diedarkan 15 Oktober 1963 ini
digunakan sebagai pengganti dollar Malaya yang sebelumnya berlaku juga di Riau, Singapura dan British
North Borneo. Seri ini hanya berlaku sebentar saja, karena pada 1 Juli 1964 pemerintah memberlakukan
rupiah sebagaimana berlaku di wilayah-wilayah RI lainnya. Seri ini juga ditandatangani oleh Mr. R.M.
Notohamiprodjo.
Pada masa Orde Baru, semua uang kertas dimulai dari seri Sudirman 1968 sampai dengan saat ini
diedarkan hanya oleh Bank Indonesia. Tidak ada lagi uang kertas pecahan kecil yang dikeluarkan oleh
Pemerintah RI. Tanda tanganpun tidak ada lagi oleh Menteri Keuangan melainkan oleh gubernur dan
direktur BI. Pada katalog KUKI perbedaan uang Pemerintah RI dengan BI tidak dipisahkan, tetapi pada
katalog Pick (Standard Catalog of World Paper Money) dengan jelas dipisahkan, karena itu sistem
penomoran KUKI berbeda bila dibandingkan dengan Pick.