gagal jantung kronis.docx
TRANSCRIPT
Gagal Jantung Kronis
Agung Haryanto
102010207 (B5)
Pendahuluan
Jantung mempunyai dua (atrium kanan dan atrium kiri) yang membentuk kamar-kamar
jantung bagian atas, dan dua ventrikel (ventrikel kiri dan ventrikel kanan) yang membentuk
kamar-kamar jantung bagian bawah. Ventrikel-ventrikel adalah kamar-kamar yang berotot
yang memompa darah ketika otot-otot berkontraksi (kontraksi dari otot-otot ventrikel disebut
sistol).
Gagal jantung kongestif atau Congestive Heart Failure (CHF) adalah kondisi dimana
fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen ke tubuh tidak
cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh. CHF merupakan salah satu penyakit
jantung yang cukup sering di derita oleh seseorang yang memiliki riwayat penyakit jantung.
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510, No telp: (021) 56942061, Fax: (021) 5631731
E-mail: [email protected]
1
A. Anamnesis
Anamnesis merupakan wawancara medis yang merupakan tahap awal dari rangkaian
pemeriksaan pasien, baik secara langsung pada pasien atau secara tidak langsung. Tujuan dari
anamnesis adalah mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang bersangkutan.
Informasi yang dimaksud adalah data medis organobiologis, psikososial, dan lingkungan
pasien, selain itu tujuan yang tidak kalah penting adalah membina hubungan dokter pasien
yang profesional dan optimal.1
Data anamnesis terdiri atas beberapa kelompok data penting:
1. Identitas pasien
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Riwayat pribadi, sosial-ekonomi-budaya
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, agma, status perkawinan,
pekerjaan, dan alamat rumah.
Adapun beberapa hal yang penting untuk ditanyakan pada pasien dengan kecurigaan akan
gangguan pada jantung yaitu:
- Keluhan utama pasien
- Adakah rasa nyeri di sekitar dada?
- Jika ada nyeri, kapan munculnya, saat seperti apa (saat beraktivitas, saat
santai, atau setiap saat)
- Seberapa sering rasa sakit itu muncul
- Apakah rasa sakit itu menjalar atau hanya di satu titik?
- Sejak kapan rasa sakit itu mulai terjadi?
- Apakah rasa sakit itu semakin berat atau konstan?
- Adakah sesak napas?
- Adakah bengkak di sekitar tubuh?
- Keluhan lain seperti rasa malas, perasaan gampang lelah
- Batuk (berdahak, kering, atau berdarah)
- Pernah pingsan atau tidak
- Riwayat penyakit pendahulu pasien (Diabetes Melitus, Hipertensi, dll)
- Riwayat penyakit keluarga
- Apakah pasien memiliki alergi?
- Pengobatan atau terapi yang mungkin pernah dilakukan sebelumnya1
2
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang sangat penting untuk memperkuat
temuan-temuan dalam anamnesis. Terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Sikap sopan santun dan rasa hormat terhadap tubuh dan pribadi pasien yang sedang dipriksa
harus diperhatikan dengan baik oleh pemeriksa.2
Pemeriksaan fisis harus selalu dimulai dengan penilaian keadaan umum pasien.
Dengan penilaian keadaan umum ini dapat diperoleh kesan apakah pasien dalam keadaan
distress akut yang memerlukan pertolongan segera, atau pasien dalam keadaan yang relative
stabil sehingga pertolongan dapat diberikan setelah dilakukan pemeriksaan fisik yang lebih
lengkap.3
1. Inspeksi
Secara umum hal-hal yang berkaitan dengan akibat penyakit jantung harus diamati,
misalnya tampak capai, kelelahan karena akibat cardiac output rendah, frekuensi nafas
meningkat, sesak yang menunjukkan adanya bendungan paru atau edema paru. Sianosis
sentral dengan clubbing finger dan kaki berkaitan dengan adanya aliran shunt kanan ke kiri,
perubahan warna kulit merah muda kehitaman pada pipi (stenosis mitral). Begitu juga dengan
ada tidaknya edem, jaringan parut (sternotomi linea mediana /CABG). Khusus inspeksi
jantung adalah dengan melihat pulsasi siarea apeks, trikuspidal, pulmonal, aorta.4
2. Palpasi
Dengan memepergunakan ujung-ujung jari atau telapak tangan, tergantung rasa
sensitivitasnya, meraba area-area apeks, trkuspidal, septal, pulmonal, dan aorta. Yang
diperiksa adalah :4
- Temperature yaitu hangat dan memiliki perfusi baik/perfusi buruk.
- Pulsasi/Denyut yaitu raba arteri radialis pada bagian medial tulang radius dengan
menggunkan tiga jari. Nilai kecepatan, iram, volume, dna sifat nadi.
- Thrill yaitu getaran yang terasa pada tangan pemeriksa. Hal ini dapat teraba karena adanya
bising yang minimal derajat 3. Dibedakan thrill sistolik atau thrill diastolic tergantung
difase mana berada.
- Heaving yaitu rasa gelombang yang kita rasakan ditangan kita. Hal ini karena overload
ventrikel kiri, misalnya pada insufisiensi mitral.
- Lift yaitu rasa dorongan terhadap tangan pemeriksa. Hal ini karena adanya peningkatan
tekanan di ventrikel, misalnya pada stenosis mitral.
3
- Ictus cordis yaitu pulsasi di apeks. Diukur berapa cm diameter, dimana normalnya adalah
2cm dan ditentukan lokasinya yang biasanya terletak pada 2 jari medial dari garis
midclavicula kiri.
3. Perkusi
Dilakukan dengan cara telapak tangan kiri berikut jari-jarinya diletakkan di dinding dada,
dengan jari tengah sebagai landasan ketok, sedangkan telapak dan keempat jari yang lain
agak di angkat. Tujuannya adalah supaya tidak meredam suara ketukan. Sebagai jari
pengetuk adalah jari tengah tangan kanan. Pada waktu pengetukan hanya menggerakkan
sendi pergelangan tangan, dan tidak menggerakkan sendi siku.Dengan perkusi dapat di
tentukan batas-batas jantung dan contour jantung.4
4. Auskultasi
Dengan auskultasi akan didengar bunyi-bunyi dari jantung dan juga bising jantung apabila
ada kelainan di jantung dengan menggunakan stetoskop.
Untuk mendapatkan hasil auskultasi yang baik perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
didalam ruangan yang tenang, perhatian terfokus untuk mendengarkan bunyi yang lemah,
sinkronisasi nadi untuk menentukan bunyi jantung I dan seterusnya menentukan fase sistolik
dan diastolic dan menentukan bunyi jantung dan bising secara teliti.4
Lokasi pemeriksaan auskultasi adalah :4
a) Apeks untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup miral
b) Sela iga IV-V sterna kiri dan sela iga IV-V kanan untuk mendengarkan bunyi jantung
yang berasal dari katup trikuspidal
c) Sela iga III kiri untuk mendengarkan bunyi patologis yang berasal dari septal bila ada
kelainan yaitu ASD atau VSD
d) Sela iga II kiri untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup pulmonal
e) Sela iga II kanan untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup aorta.
C. Pemeriksaan Penunjang
Setelah kecurigaan atas adanya gangguan pada jantung semakin jelas, untuk menegakkan
diagnosis dapat dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang sebagai berikut :2
Pemeriksaan Laboratorium
o Complete Blood Count (CBC/Pemeriksaan Darah Lengkap)
4
o Elektrolit
o Urea Nitrogen Darah dan Kreatinin
o Tes Kalsium, Magnesium, dan Fosfat
o Kadar Serum Asam Urat
o Tes Fungsi Lever
o Tes Koagulasi
o Tes Anti Nuclear Antibody (ANA) dan lain-lain
Elektrolardiograf (EKG) : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis,
iskemia san kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia, misalnya: takhikardi, fibrilasi
atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah infark miokard
menunjukkan adanya aneurisme ventricular.
Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katub atau area penurunan kontraktilitas ventricular.
Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
Echocardiography : Menunjukkan adanya penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri,
pembesaran ventrikel dan abnormalitas katup mitral.
Rontgen
o Pemeriksaan foto thorax
o Transthoracic echocardiograpy, yang mungkin didapat:
Dilatasi ventrikel kanan dengan penurunan fungsi sistolik
Septal deviasi
Aliran warna Doppler yang menunjukkan regurgitasi trikuspid
Sistolik arteri pulmonal yang dapat dipastikan dengan regurgitasi
trikuspid
o Scanning perfusi pulmonal, untuk melihat adanya gangguan pada perdarahan
pulmonal sebagai penyebab dari hipertensi pulmonal
Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan dengan sisi kiri, dan stenosi katup atau
insufisiensi, juga mengkaji potensi arteri koroner. Zat kontras disuntikkan kedalam
ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas.2
5
D. Diagnosis
1. Working Diagnosis
Gagal jantung kronis
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang penting dari definisi ini adalah
pertama defenisi gagal adalah relatif terhadap kebutuhan metabolic tubuh, kedua penekanan arti gagal
ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Istilah gagal miokardium ditujukan spesifik
pada fungsi miokardium ; gagal miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi
mekanisme kompensatorik sirkulasi dapat menunda atau bahkan mencegah perkembangan menjadi
gagal jantung dalam fungsi pompanya.
Istilah gagal sirkulasi lebih bersifat umum dari pada gagal jantung. Gagal sirkulasi menunjukkan
ketidakmampuan dari sistem kardiovaskuler untuk melakukan perfusi jaringan dengan memadai.
Definisi ini mencakup segala kelainan dari sirkulasi yang mengakibatkan perfusi jaringan yang tidak
memadai, termasuk perubahan dalam volume darah, tonus vaskuler dan jantung. Gagal jantung
kongetif adalah keadaan dimana terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme
kompenstoriknya. Gagal jantung kongestif perlu dibedakan dengan istilah yang lebih umum yaitu,
gagal sirkulasi, yang hanya berarti kelebihan beban sirkulasi akibat bertambahnya volume darah pada
gagal jantung atau sebab-sebab diluar jantung, seperti transfusi yang berlebihan atau anuria.2
Manifestasi Klinik
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal jantung terbagi atas
gagal jantung kiri, gagal jantung kanan dan gagal jantung kongestif. Gejala dan tanda yang timbul pun
berbeda, sesuai dengan pembagian tersebut.
Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu d’effort, fatig, ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal,
batuk, pembesaran jantung, irama derap, bunyi derap S3 dan S4, pernafasan Cheyne Stokes, akikardi,
pulsus aterans, ronki dan kongesti vena pulmonalis.
Pada gagal jantung kanan timbul fatig, demam, liver engorgement, anoreksia dan kembung. Pada
pemeriksaan fisik bisa didapatkan hipertrofi jantung kanan, irama derap atrium kanan, murmur, tanda-
tanda penyakit paru kronik, tekanan vena jugularis meningkat, bunyi P2 mengeras, asites, hidrotoraks,
peningkatan tekanan vena, hepatomegali, dan edema pitting.2,5
6
Gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan. Gejala-gejala
dari gagal jantung kongestif bervariasi pada setiap individu tergantung sistim-sistim organ tertentu
yang terlibat dan tergantung pada derajat kepada seluruh tubuh yang telah mengkompensasi untuk
kelemahan otot jantung.
Gejala awal dari gagal jantung kongestif adalah kelelahan. Sementara kelelahan adalah
indikator yang sensitif dari kemungkinan gagal jantung kongestif yang mendasarinya, tetapi
kelelahan adalah gejala yang tidak spesifik yang mungkin disebabkan oleh banyak kondisi-
kondisi lain. Kemampuan seseorang untuk berolahraga mungkin juga berkurang. Pasien-
pasien mungkin bahkan tidak merasakan pengurangan ini dan mereka mungkin tanpa sadar
mengurangi aktivitas-aktivitas mereka untuk mengakomodasikan keterbatasan ini.
Ketika tubuh menjadi terlalu terbebani dengan cairan dari gagal jantung kongestif,
pembengkakan (edema) dari pergelangan-pergelangan kaki dan kaki-kaki atau perut mungkin
terjadi.
Cairan mungkin berakumulasi dalam paru-paru, dengan demikian menyebabkan sesak napas,
terutama selama olahraga/latihan. Pada beberapa kejadian, pasien-pasien terbangun di malam
hari dan merasa sesak napas. Beberapa mungkin tidak mampu untuk tidur kecuali duduk
dengan posisi tegak lurus.
Cairan ekstra dalam tubuh mungkin menyebabkan intensitas buang air kecil yang meningkat,
terutama pada malam hari.
Akumulasi dari cairan dalam hati dan usus-usus mungkin menyebabkan rasa mual, nyeri
perut, dan nafsu makan yang berkurang.2,5
2. Differential Diagnosis
Gagal jantung akut
Gagal jantung akut (GJA) didefinisikan sebagi serangan cepat/rapid/onset atau adanya
perubahan pada gejala-gejala atau tanda-tanda (symptomps and sign) dari gagal jantung yang
berakibat diperlukannya tindakan atau terapi secara urgent. Gagal jantung akut dapat berupa
serangan pertama gagal jantung, atau perburukan dari gagal jantung kronik sebelumnya.
Pasien dapat memperlihatkan kedaruratan medik (medical emergency) seperti edema paru
akut. (acute pumonary oedema).2,5
Disfungsi jantung dapat berhubungan dengan atau diakibatkan dengan atau diakibatkan
ischemia, jantung, irama jantung yang abnormal, disfungsi katup jantung, penyakit perikard,
peninggian dari tekanan pengisian ventrikel atau peninggian dari tahanan sirkulasi sistemik.
7
Dengan demikian berbagai faktor kardiovaskuler dapat merupakan etiologi dari gagal jantung
akut ini, dan juga bisa beberapa kondisi (comorbid) ikut berinteraksi.
Ada banyak kondisi kardiaskular yang merupakan kausa dari gagal jantung akut ini dan juga
faktor-faktor yang dapat mencetuskan terjadinya gagal jantung akut. Semua faktor-faktor ini
sangat penting untuk diindentifikasi dan dihimpun untuk mengatur strategi pengobatan.
Gambaran klinis khas dari gagal jantung akut adalah kongesti paru, walau beberapa pasien
lebih banyak memberikan gambaran penurunan cardiac output dan hipoperfusi jaringan lebih
mendominasi penampilan klinis.
Penyakit kardiovaskular dan non kardiovaskular dapat mencetuskan gagal jantung akut.
Contoh yang paling sering antara lain : simptom gagal jantung bisa juga dicetuskan oleh
faktor-faktor non kardiovaskular seperti penyakit paru obstruktif atau adanya penyakit organ
lanjut terutama disfungsi renal .2,5
PPOK
Penyakit paru obstruktif kronik (COPD) merupakan suatu istilah yang digunakan untuk mengelompokan penyakit dengan gejala gangguan pernapasan yang diakibatkan hambatan arus udara pernapasan.1-5,7 Masalah hambatan arus udara pernapasan yang terjadi dapat terletak pada saluran pernapasan maupun pada parenkim paru. Untuk itu terdapat dua jenis penyakit yang sering terkait dengan COPD ini, yakni bronkitis kronik (gangguan saluran pernapasan) dan emfisema (gangguan pada parenkim paru).1,3,5 Namun kedua penyakit ini (bronkitis kronik dan emfisema) hanya dapat digolongkan dalam COPD apabila tingkat keparahan penyakit tersebut telah berlanjut serta obstruksinya bersifat progresif.3 Pada penderita COPD seringkali ditemukan perubahan-perubahan seperti pengurangan jaringan kapiler dan bukti histologik adanya bronkiolitis kronik (terserangnya bronkiolus kecil).
Patofisiologi COPD selalu berkaitan dengan penyakit bronkitis kronik dan emfisema yang dalam keadaan lanjut. Untuk penggambaran patofisiologi COPD dapat dilihat pada Gambar 3.1 pada keadaan emfisema sejati seringkali hilangnya elastisitas normal parenkim paru dihubungkan dengan usia seorang penderita, meningkatnya usia mengakibatkan tingkat keelastisan parenkim paru menjadi berkurang.
Perjalanan klinis yang terjadi pada penderita COPD terbagi menjadi dua bagian besar yakni pink puffers sampai blue bloaters.1 Gejala-gejala klinis yang seringkali timbul pada pink puffers yaitu yang berkaitan dengan emfisema panlobular (PLE) primer, yakni :
Timbulnya dispnea tanpa disertai bentuk dan produksi sputum yang berarti, dimana
dispnea ini umumnya timbul antara usia 30-40 tahun dan semakin lama penyakit ini
8
akan semakin berat sampai dengan kehabisan napas, penyakit ini akan berlanjut
menjadi bronkitis kronik
Dada pasien berbentuk seperti tong, diafragma terletak rendah dan bergerak tak lancar
Polisitemia dan sianosis jarang ditemukan
Kor pulmonale (penyakit jantung akibat hipertensi pulmonary dan penyakit paru),
umumnya jarang ditemukan sebelum penyakit sampai pada tahap terakhir
Paru membesar sehingga kapasitas paru total (TLC) dan volume residu (RV) sangat
meningkat
Selain gejala-gejala pada pink puffers juga terdapat gejala-gejala pada blue bloaters yang umumnya timbul sebagai akibat dari keadaan COPD yang ekstrem dimana terdapat bronkitis tanpa bukti-bukti emfisema obstruktif yang jelas. Gejala-gejala yang timbul pada blue bloaters adalah :1
Batuk produktif
Infeksi pernapasan berulang yang berlangsung selama bertahun-tahun sebelum
akhirnya tampak gangguan fungsi
Gejala dispnea saat pasien melakukan kegiatan fisik, namun tidak tampak pada
keadaan istirahat
Gejala berkurangnya dorongan untuk bernapas (hipoventilasi → hipoksia →
hiperkapnia) Hipoksia kronik dapat merangsang ginjal untuk memproduksi
eritropoietin, sehingga terjadi peningkatan pembentukan sel-sel darah merah dan
akhirnya menjadi polisitemia sekunder
Rasio ventilasi/perfusi juga tampak sangat berkurang
Kadar hemoglobin (Hb) 20g/100ml atau lebih, sianosis mudah tampak karena Hb
tereduksi mencapai kadar 5g/100ml walaupun hanya sebagian kecil Hb sirkulasi yang
berada dalam bentuk Hb tereduksi (oleh karena itu dinamakan blue bloaters)
Perjalanan klinis yang terjadi pada COPD memiliki ciri yang khas dan berlangsung lama. Perjalanan penyakit ini dimulai pada usia 20-30 tahun dengan “batuk merokok” atau “batuk pagi” yang disertai terbentuknya sedikit sputum mukoid.1-3 Infeksi pernafasan umumnya tak tampak pada keadaan awal, namun keadaan tersebut akan semakin memburuk sampai akhirnya terjadi serangan bronkitis akut yang umumnya terjadi pada musim dingin. Pada usia 50-60-an, umumnya pasien sudah harus berhenti bekerja.2,5
E. Etiologi
9
Merupakan suatu kumpulan tanda dan gejala klinis yang disebabkan oleh kelainan struktural
maupun fungsi jantung, dimana jantung tidak mampu atau terjadi kegagalan untuk memompa
darah secara adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh. Dapat ditandai oleh sesak napas dan
fatique (saat istirahat atau saat aktivitas).2
Gagal jantung merupakan lanjutan dari kelainan jantung yang lain. Penyakit jantung koroner
merupakan penyebab 60-70% dari gagal jantung terutama pada pasien usia lanjut. Kemudian
disusul oleh hipertensi dan diabetes. Sedangkan pada usia muda, gagal jantung dapat
diakibatkan oleh kardiomiopati dilatasi, aritmia, penyakit jantung kongenital atau valvular,
dan miokarditis.
F. Epidemiologi
Di Eropa kejadian gagal jantung berkisar 0,4-2% dan meningkat pada usia yang lebih lanjut,
dengan rata-rata umur 74 tahun.3 Ramalan dari gagal jantung akan jelek bila dasar atau
penybabnya tidak dapat diperbaiki. Seperdua dari pasien gagal jantung akan meninggal dalam
4 tahun sejak diagnosis ditegakkan dan pada keadaan gagal jantung berat lebih dari 50% akan
meninggal pada tahun pertama.2
Berdasarkan survei rumah sakit, didapatkan angka perawatan gagal jantung di rumah sakit,
perempuan 4,7% sedangkan laki-laki 5,1%. Sebagian dari gagal jantung ini adalah dalam
bentuk manifestasi klinis berupa gagal jantung akut dan sebagian besar lainnya berupa gagal
jantung kronik.
G. Patofisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung akibat
penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif.
Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup dan meningkatkan volume
residu ventrikel.
Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap peningkatan kronis tekanan
vena paru. hipertensi pulmonari meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan
kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, dimana akhirnya
akan terjadi kongesti sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat dieksaserbasi oleh
regurgitasi fungsional dan katub-katub trikuspidalis atau mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional
dapat disebabkan oleh dilatasi dari annulus katub atrioventrikularis atau perubahan-perubahan pada
orientasi otot papilaris dan korda tendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang.
10
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga meknisme primer yang dapat dilihat;
meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik, meningkatnya beban awal akibat aktivasi sistem rennin-
angiotensin-aldosteron (RAA) dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk
mempertahankan curah jantung. Mekanisme-mekanisme ini mungkin memadai untuk
mempertahankan curah jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini, pada
keadaan istirahat. Tetapi kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya
tampak pada keadaan beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung maka kompensasi akan
menjadi semakin kurang efektif.4
Secara umum, gagal jantung merupakan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke
seluruh tubuh. Terdapat beberapa jenis gagal jantung, yaitu:2,5
- Gagal Jantung Kongestif
Kegagalan jantung dengan adanya retensi cairan (kongesti sirkuler) seperti pada distensi vena
jugular, edema peripheral, asites, dan ronki basah.3 Terbagi dalam kronis, terbuka, terobati,
tak terobati, undulasi, memburuk, dan kompensasi merupakan fase-fase dari gagal jantung
kongestif.
- Gagal Sirkulasi Nonkardiak
Sindrom secara klinis dibedakan dari gagal jantung kongestif ketika tidak ada lagi alasan
untuk menganggap kondisi tersebut merupakan gangguan struktural jantung. Terdapat
beberapa penyebab nonkardiak seperti gagal ginjal akut, hipertiroidisme, anemia, kehamilan,
fistula A-V, beri-beri, dan penyakit Paget. Dapat disebut pula sebagai high output heart
failure, dengan kata lain kegagalan sirkulasi yang disebabkan keadaan jantung yang
umumnya abnormal.
Terdapat pula low output heart failure yang disebabkan oleh hipertensi, kardiomiopati,
dilatasi, kelainan katup dan perikard. Secara praktis, kedua kelainan ini tidak dapat
dibedakan.
- Gagal Jantung Sistolik dan Diastolik
Kedua jenis gagal jantung ini terjadi secara tumpang tindih dan tidak dapat dibedakan dari
pmeriksaan jasmani, foto toraks atau EKG dan hanya dapat dibedakan dengan Doppler-
Echocardiography.
Gagal jantung sistolik merupakan ketidakmampuan jantung memompa sehingga curah
jantung menurun dan menyebabkan kelemahan, fatique, kemampuan aktivitas fisik menurun,
dan gejala hipoperfusi lainnya.
Gagal jantung diastolic merupakan ketidakmampuan jantung untuk merelaksasi dan adanya
gangguan pengisian ventrikel. Didefinisikan sebagai gagal jantung dengan fraksi ejeksi lebih
dari 50%. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan Doppler-Echocardiograpy aliran darah
11
mitral dan aliran vena pulmonalis. Tidak dapat dibedakan dengan pemeriksaan anamnesis
maupun pemeriksaan fisik saja. Terdapat tiga gangguan fungsi diastolic yaitu gangguan
relaksasi, pseudo-normal, serta tipe restriktif.
Gagal jantung sistolik disebabkan oleh suatu beban/penyakit miokard (underlying HD/index
of events) yang menyebabkan remodeling structural, lalu diperberat oleh progresivitas
beban.penyakit tersebut dan menghasilkan sindrom klinis yang disebut gagal jantung.
Remodeling structural tersebut dipicu dan diperberat oleh berbagai mekanisme kompensasi
sehingga rfungsi jantung terpelihara relative normal (gagal jantung asimtomatik, tidak
memberikan gejala). Sindrom gagal jantung yang simtomatik akan tampak bila timbul faktor
presipitasi (predisposisi) seperti yang tertera pada gagal jantung yang lainnya.
- Gagal Jantung Kanan dan Kiri
Gagal jantung kanan terjadi akibat banyak hal berupa kelainan yang ada melemahkan
ventrikel kanan seperti pada gagal jantung kiri, hipertensi pulmonal primer/sekunder,
tromboemboli paru kronik sehingga terjadi kongesti vena sistemik yang menyebabkan edema
perifer, hepatomegali, dan distensi vena jugularis. Gagal jantung kiri terjadi akibat kelemahan
ventrikel, meningkatkan tekanan vena pulmonalis dan paru menyebabkan pasien sesak napas
dan ortopnea.Namun karena perubahan biokimia gagal jantung terjadi pada miokard kedua
ventrikel, maka retensi cairan pada gagal jantung yang susdah berlangsung bulanan atau
tahunan tidak lagi berbeda.
Fungsi ventrikel kiri abnormal dengan terganggunya aliran pompa jantung tidak hanya
menyebabkan terisi berlebihannya dari tambahan tekanan pulmonal (disebut juga sebagai
backward heart failure), namun juga dapat berdampak pada ventrikel kanan, dalam artian
berimplikasi pada septum ventrikel. Maka, gagal jantung kanan pada umumnya mengikuti
aliran gagal jantung kiri. Namun, jumlah signifikan sodium dan retensi air, dengan bentuk
edema peripheral bisa terjadi karena gagal jantung kiri tanpa hemodinamik dari gagal jantung
kanan. Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya perfusi pada ginjal akibat garam dan
retensi air. Peningkatan tekanan diastolic pada ventrikel lain dapat meningkatkan tekanan
diastolic atau mengurangi distenstibilitas dari ventrikel sebelahnya, terutama jika mengenai
pericardium, biokimia dan hemodimakik dari ventrikel sebelah dapat menjadi abnormal
walaupun hanya salah satu yang terjadi kegagalan jantung.
- Gagal Jantung Akut
Merupakan gagal jantung yang terjadi secara mendadak, dapat disebabkan oleh robekan daun
katup secara tiba-tiba akibat endokarditis, trauma, atau infark miokard luas.5 Curah jantung
yang menurun secara tiba-tiba menyebabkan penurunan tekanan darah tanpa disertai edema
perifer.
12
Beberapa ahli awalnya menyamakan gagal jantung akut dengan edema pulmonal akut.
Beberapa tahun belakangan, terdapat pengertian baru yaitu gagal jantung akut dapat menjadi
awal dari gagal jantung kronik.
- Gagal Jantung Kronik
Merupakan gagal jantung yang terjadi secara perlahan-lahan dengan manifestasi klinis yang
awalnya tidak terlalu menonjol. Merupakan ujung dari berbagai macam gangguan pada
jantung.
Klasifikasi gagal jantung menurut derajat sakitnya:
1. Derajat 1: Tanpa keluhan - Anda masih bisa melakukan aktivitas fisik sehari-hari tanpa
disertai kelelahan ataupun sesak napas
2. Derajat 2: Ringan - aktivitas fisik sedang menyebabkan kelelahan atau sesak napas, tetapi
jika aktivitas ini dihentikan maka keluhan pun hilang
3. Derajat 3: Sedang - aktivitas fisik ringan menyebabkan kelelahan atau sesak napas, tetapi
keluhan akan hilang jika aktivitas dihentikan
4. Derajat 4: Berat - tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari, bahkan pada saat
istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin berat jika melakukan aktivitas walaupun
aktivitas ringan.2
H. Penatalaksanaan
a. Non Medika Mentosa
Edukasi mengenai gagal jantung, penyebab dan bagaimana mengenal serta upaya bila
timbul keluhan, dan dasar pengobatan
Istirahat, olahraga, aktivitas sehari-hari, edukasi aktivitas seksual serta rehabilitasi
Edukasi pola diet kontrol asupan garam, air dan kebiasaan alhokol.
Monitor berat badan, hati-hati dengan kenaikan berat badan
Mengurangi berat badan pada pasien obesitas
Hentikan merokok
Konseling mengenai obat baik efek samping dan menghindari obat-obatan tertentu.
Penatalaksanaan dari gagal jantung terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
- Penghilangan penyebab presipitasi
13
Seperti penghilangan bakteri penyebab gangguan kalsifikasi pada katup jantung pada demam
rematik
- Koreksi penyebab dasar
Dengan melakukan operasi yang diperlukan sehingga anatomis jantung dapat membaik
- Pencegahan penghalang fungsi jantung
Dengan medika mentosa, berbagai macam obat yang dapat membantu dengan tujuan antara lain:
Mencegah perburukan gagal jantung
Dengan pemberian obat dengan golongan penghambat ACE-inhibitor, β-blocker (penghambat
reseptor β).
ACE-inhibitor terbukti dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas pada semua pasien
gagal jantung sistolik (semua derajat keparahan, termasuk yang asimtomatik).6 Obat ini
menghambat enzim pengkonversi angiotensin I menjadi II. Merupakan pengobatan lini
pertama untuk pasien dengan fungsi sistolik ventrikel kiri yang menurun. ACE-
inhibitor harus diberikan bersama diuretic jika diberikan pada pasien dengan retensi
cairan. Efek samping yang mungkin timbul adalah hipotensi, gangguan fungsi ginjal,
hiperkalemia, dan angioedema. Batuk dapat timbul karena obat ini juga mencegah
pemecahan bradikinin.6
14
Obat Dosis Awal Dosis Pemeliharaan
Captopril 6,25 mg tid 25-50 mg tid
Enalapril 2,5 mg od 10-20 mg bid
Lisinopril 2,5 mg od 5-20 mg od
Ramipril 1,25 mg od/bid 2,5-5 mg bid
Trandolapril 1 mg od 4 mg od
Kuinapril 2,5 mg od 5-10 mg bid
Fosinopril 5-10 mg od 20-40 mg od
Perindopril 2 mg od 4 mg od
od= sekali sehari; bid= dua kali sehari; tid= tiga kali sehari
Tabel 1. Dosis ACE-inhibitor Untuk Pengobatan Gagal Jantung
Β-blocker
Bekerja terutama dengan menghambat efek merugikan dari aktivasi simpatis pada pasien
gagal jantung, dan efek ini jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan efek
inotropik negatifnya.6 Stimulasi adrenergic pada jantung memang pada awalnya
meningkatkan kerja jantung, akan tetapi aktivasi simpatis yang berkepanjangan pada
jantung yang telah mengalami disfungsi akan merusak jantung yang dicegah oleh β-
blocker. Merupakan penghambat reseptor β yang akan menyebabkan berkurangnya
automatisitas sel autumatik jantung, pengurangan kontraktil miokard, serta pengurangan
denyut jantung dengan demikian akan menghambat aritmia jantung.
Pemberian obat ini harus dimulai dengan dosis yang sangat rendah dan ditingkatkan
perlahan-lahan yang disesuaikan dengan respon pasien (umumnya 2x lipat setiap 1-2
minggu). Pada awal terapi mungkin dapat terjadi:
a. Retensi cairan dan memburuknya gejala-gejala, sehingga perlu ditingkatkan dosis
diuretic
b. Hipotensi
c. Bradikardia
d. Rasa lelah
β-blocker Dosis Awal Titrasi Dosis Dosis Target Periode Titrasi
bisoprolol 1,25 mg od 2,5;3,75;5;7,5;10 10 mg od Minggu-bulan
Metoprolol suksinat
CR
12,5/35mg od 25;50;100’200 200 mg od Idem
15
karvedilol 3,125 mg bid 6,25;12,5;25;50 25 mg bid idem
Tabel 2. Dosis Awal, Dosis Target dan Titrasi Dosis β-blocker
Mengurangi gejala-gejala gagal jantung
Diperlukan pengurangan overload cairan dengan diuretic, penurunan resistensi perifer dengan
vasodilator, dan penignkatan kontraktilitas miokard dengan obat inotropik.
Diuretik
Merupakan obat utama untuk mengatasi gagal jantung akut yang selalu disertai dengan
kelebihan (overload) cairan yang bermanifestasi sebagai kongesti paru atua edema
perifer. Penggunaan diuretic dengan cepat menghilangkan sesak napas dan
meningkatkan kemampuan melakukan aktivitas fisik. Diuretik mengurangi retensi air
dan garam sehingga mengurangi volume cairan ekstrasel, alir balik vena, dan tekanan
pengisian ventrikel (preload). Dengan demikian kongesti paru, edema perifer akan
berkurang.
Untuk tujuan tersebut, awalnya pasien diberikan diuretic kuat seperti furosemid dosis
awal 40mg od atau bid dan ditingkatkan hingga diperoleh diuresis yang cukup.
Diuretik tidak mengurangi mortalitas sehingga harus dikombinasikan dengan ACE-
inhibitor. Namun diuretic tidak boleh diberikan kepada gagal jantung asimtomatik
maupun yang tanpa overload cairan.
Diuretik tiazid diberikan kombinasi dengan diuretic kuat . tiazid disertai dengan
ekskresi kalium yang tinggi. Diuretik hemat kalium contohnya adalah triamteren,
amilorid. Namun diuretik hemat kalium merupakan diuretik yang lemah.
Vasodilator
Hidralazin-isosorbid dinitrat, nitropurusid intravena, nitrogliserin intravena.
Obat gagal jantung lainnya
Antagonis aldosterone
Aldosteron memacu remodelling dan disfungsi ventrikel melalui penignkatan preload
dan efek langsung yang menybabkan fibrosis miokard dan proliferasi fibroblast. Karena
itu antagonis aldosteron akan mengurangi efek dari aldosteron itu sendiri.
Glikosida jantung
Saat ini hanya digoksin yang digunakan untuk terapi gagal jantung.6 Efek digoksin pada
pengobatan gagal jantung berupa inotropik positif, kronotropik negative (mengurangi
frekuensi denyut ventrikel pada takikardia atau fibrilasi atrium) dan mengurangi
aktivasi saraf simpatis.
16
Inotropik lain
Dopamine, dobutamin. Dobutamin merupakan β agonis yang terpilih untuk pasien
gagal jantung dengan disfungsi sistolik.
Antitrombotik
Warfarin (antikoagulan oral) diindikasikan pada gagal jantung dengan fibrilasi atrial,
riwayat kejadian tromboembolik sebelumnya atau adanya thrombus di ventrikel kiri,
untuk mencegah stroke atau tromboembolisme.
Antiaritmia
Berupa β-blocker dan amiodaron. Amiodaron digunakan pada gagal jantung hanya jika
disertai dengan fibrilasi atrial dan dikehendaki ritme sinus. Amiodaron adalah satu-
satunya obat antiaritmia yang tidak disertai dengan efek inotropik negatif.6
- Pengontrolan dari kongesti gagal jantung
Dengan mengontrol retensi cairan, pengurangan asupan natrium.
I. Prognosis
Mortalitas satu tahun pada pasien dengan gagal jantung cukup tinggi (20-60%) dan berkaitan dengan derajat keparahannya. Data framingham yang dikumpulkan sebelum penggunaan vasodilatasi untuk gagal jantung menunjukkan mortalitas satu tahun rata-rata sebesar 30 % bila semua pasien dengan gagal jantung dikelompokkan bersama, dan lebih dari 60% pada kelas IV. Maka kondisi ini memiliki prognosis yang lebih buruk daripada sebagian besar kanker. Kematian terjadi karena gagal jantung progresif atau secara mendadak (diduga karena aritmia) dengan frekuensi yang kurang lebih sama.
Kesimpulan
Gagal jantung merupakan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah sesuai yang
diperlukan dalam proses metabolisme. Gagal jantung dapat disebabkan oleh faktor cardiac (dari
jantung itu sendiri, baik miokardium, anatomis jantung, dan lain-lain) atau faktor diluar jantung
(kehamilan, karena obat, kelainan congenital, infeksi bakteri, dan lain-lain). Pemeriksaan jantung
dimulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang echocardiogram sebagai golden
standard. Berdasarkan fungsinya, obat gagal jantung memiliki dua tujuan yaitu mencegah buruknya
gagal jantung dengan menggunakan obat-obatan ACE-inhibitor dan β-blocker serta mengurangi efek
samping dari gagal jantung dengan menggunakan obat golongan diuretic serta vasodilator.
Komplikasi dari gagal jantung adalah aritmia, hipoksia, sinkop serta berujung pada kematian dengan
daya tahan pasien 6 bulan hingga 4 tahun. Gagal jantung dapat dicegah dengan melakukan gaya hidup
yang sehat.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Edisi 1. Jakarta:
Erlangga.2007.
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadribata M, Setiati S. Ilmu penyakit dalam.
Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Interna publishing.2009.
3. Bickley S. Lynn. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates. Edisi 5.
Jakarta: EGC; 2008. Hal 15.
4. Halim-Mubin A. Panduan praktis ilmu penyakit dalam: diagnosis dan terapi. Jakarta:
EGC; 2004. Hal 201, 203.
5. Braunwald E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL. Harrison’s
principles of internal medicine. 15th Ed. USA : Mc-Graw-Hill Companies. 2001.
6. Sulistia, Gunawan, Setiabudy R. Nafrialdi, Elysabeth. Farmakologi dan terapi. Edisi5.
Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 2009.
18