gadai atas benda objek jaminan fidusia dalam...

129
GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE CABANG TANGERANG SKRIPSI Oleh: AFRILLIA HERWANTI E1A009013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2013

Upload: vothien

Post on 07-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN

PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE CABANG TANGERANG

SKRIPSI

Oleh:

AFRILLIA HERWANTI

E1A009013

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2013

Page 2: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PT. FEDERAL

INTERNATIONAL FINANCE CABANG TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Soedirman

Oleh: AFRILLIA HERWANTI

E1A009013

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2013

Page 3: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

ii

Page 4: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

iii

Page 5: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

iv

PRAKATA

Segala Puja dan Puji Syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang

Maha Esa yang telah melimpahkan Berkat dan Kasih Karunia -Nya, sehingga

Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Gadai Atas Benda Objek

Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen di PT. Federal

International Finance (FIF) Cabang Tangerang sebagai syarat untuk mendapat

gelar kesarjanaan Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal

Soedirman, Purwokerto.

Pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini tid ak akan berhasil dengan baik

tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Angkasa, S.H., M. Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman yang telah memberikan bimbingan.

2. Bapak Edi Waluyo, S.H.,M.H selaku Dosen Pembimbing Akademik dan

Dosen Pembimbing I yang telah bersedia menyediakan waktunya setiap hari

untuk memberikan banyak bimbingan, motivasi dan arahan selama penulis

kuliah serta pemahaman ilmu dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Nur Wakhid, S. H., M. H. selaku Dosen Pembimbing II yang juga

telah memberikan banyak bimbingan dan arahan serta ilmu dalam penulisan

skripsi ini.

4. Bapak Budiman Setyo Haryanto, S. H., M. H. selaku Dosen Penguji Skripsi

yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan demi kesempurnaan

skripsi ini.

Page 6: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

v

5. Ibu Haedah Faradz, S. H., M. H. Selaku pembimbing akademik yang telah

membantu memberikan motivasi dan memperlancar proses perkuliahan.

6. Seluruh Dosen, Staff Administrasi, dan Civitas Akademika Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman yang mendidik, dan memberikan

pengetahuan baik mengenai mata kuliah atau di luar mata kuliah.

7. Keluarga besar PT. Federal International Finance (PT. FIF) Cabang

Tangerang, terima kasih atas izin dan data yang telah diberikan terkait skripsi

ini.

8. Keluarga besar mahasiswa FH Unsoed khususnya teman-teman angkatan

2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas

kebersamaan yang telah kita lewati bersama.

9. Keluarga besar Lembaga Kajian Hukum dan Sosial (LKHS), Pro Justicia

(PJ), Justicia English Club, terima kasih atas kebersamaannya dan

pengalaman yang telah diberikan kepada penulis selama mengikuti studi di

Fakultas Hukum UNSOED ini.

10. Keluarga tercinta yang telah membantu dan memberikan semangat, support

baik materiil maupun immateriil.

11. Para Sahabat, Ancis si tukang delivery order, Yolan – Irma-Deni si penjaga

pintu, Fony, Lincang dan Pameyah yang selalu member ikan support lewat

media social.

12. Teman-teman sependeritaan Iam, Coro, Aci, Ilfan, ina, mila yang selalu

menemani duduk-duduk dan di saat-saat tidak terduga terima kasih atas

Page 7: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

vi

dukungan, kebersamaan dan kebahagian serta rekan-rekan yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu terima ka sih atas dukungannya.

Purwokerto, November 2013

Penulis

Page 8: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

vii

GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PT FEDERAL

INTERNATIONAL FINANCE (FIF) CABANG TANGERANG

OLEH : AFRILLIA HERWANTI

E1A009013

ABSTRAKSI

Perjanjian Pembiayaan Konsumen adalah perjanjian dengan mana konsumen memberi perintah (kuasa) kepada Perusahaan Pembiayaan Konsumen, yang menerimanya, untuk dan atas namanya membayar harga pembelian kepada Penjual (pemasok), dengan pengembalian ditambah bunga atau biaya secara angsuran. Untuk memberikan pengamanan atas pengembalian seluruh tagihan yang menjadi kewajiban konsumen, dalam praktiknya Perusahaan Pembiayan Konsumen, selalu meminta jaminan dalam bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan dengan tetap mempertahankan penguasaan benda pada pemberi jaminan. Persoalan yang muncul dalam penelitian ini adalah digadaikannya benda jaminan fidusia oleh pemberi fidusia, yang kemudian dilanjutkan dengan peristiwa gadai ulang oleh penerima gadai, dan untuk penyelesaian permasalahan tersebut, para pihak yang terkait melakukan oper alih kredit. Berdasarkan hal tersebut maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah pemberi jaminan fidusia maupun gadai haruslah orang yang memiliki kewenangan bertindak; Apakah tindakan gadai ulang yang dilakukan oleh pemegang gadai kepada penerima gadai melahirkan gadai yang sah menurut hukum; Konstruksi hukum pakah yang dimaksud dengan perjanjian “oper alih kredit” antara PT. Federal International Finance dengan Arie Wijaya dalam sistem hukum perjanjian.

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memahami teori-teori hukum atas peristiwa hukum tentang prosedur pembebanan fidusia dan prosedur lahirnya hak gadai serta novasi. Penelitian ini adalah penelitian hukum yurid normatif, dengan menggunakan metode pengumpulan data berupa studi kepustakaan dan studi dokumenter serta wawancara sebagai data pendukung. Data yang terkumpul kemudian disajikan dalam bentuk teks naratif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberi jaminan baik fidusia maupun gadai harus mempunyai kewenangan bertindak yaitu pemilik. Jika tidak mempunyai kewenangan bertindak maka jaminan tidak sah. Gadai ulang merupakan gadai yang tidak sah karena pemberi gadai berkedudukan sebagai penerima gadai yang tidak mempunyai kewenangan bertindak untuk memberikan jaminan; Peristiwa oper alih kredit adalah merupakan peristiwa pergantian kedudukan debitor lama oleh debitor baru, yang dapat terjadi atas kehendak kreditor atau debitor.

Kata kunci : Jaminan Fidusia, kewenangan bertindak, pemberi jaminan

Page 9: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

viii

PAWN ON THE FIDUCIARY OBJECT IN THE CONSUMER FINANCE AGREEMENT OF PT. FEDERAL INTERNATIONAL

FINANCE TANGERANG

ABSTRACT

Consumer Financing Agreement is an agreement by which the consumer gives order to the Consumer Finance Company, who receive it, and on his behalf to pay the purchase price to the seller (supplier), and the consumer should pay the refund refund plus interest with installments. To provide safeguards for repayment of all the bills that become obligations of the consumer, in practice, consumer financing company always ask for collateral in the form of fiduciary, which means there is transfer of property right of fiduciary object, while the control of fiduciary object is the debtor. one of issues that arise in the practice of fiduciary is the fiduciary object pawned by the consumer, which followed by the repeat pawn by the recipient of the pawn, and for the settlement of problem, the parties concerned do credit trans fer. Based on the foregoing, the problems which will be discussed in this research is whether the giver of fiduciary or pawner should be someone who has the authority to act; Whether the repeat pawn by the recipient of pawn is a lawful pawn; What is the meaning of credit transfer in the legal system of the treaty.

This research was carried out with the purpose to understand about the installation of fiduciary, pawn rights and novation. This research is the juridical normative using the method of data collection that is a study if literature and documentary, and interviews as supporting data. The Data collected is then presented in the form of a narrative text.

The results showed that in providing the fiduciary or pawn, the guarantor must have the authority to act (bevoegd beschikking). People who have the authority to act is the owner. If the guarantor is not the person who have the authority to act, then the result is that the fiduciary or pawn is not lawful, which means the fiduciary or pawn was never born; the repeat pawn is not a lawful pawn because the pawner still serves as the recipient of the pawn, which means the repeat pawner does not have the authority to act to provide the guarantee; In the civil law sense, credit transfer is a transfer of authority from old debtor to new debtor, that happen because of the willingness of the creditor or debtor.

Key words: Fiduciary, The authority to act, Guarantor

Page 10: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................ii

SURAT PERNYATAAN .....................................................................................iii

PRAKATA ............................................................................................................iv

ABSTRAK..............................................................................................................v

ABSTRACT .........................................................................................................vii

DAFTAR ISI.......................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1

B. Perumusan Masalah................................................................................... 11

C. Tujuan Penelitian....................................................................................... 11

D. Kegunaan Penelitian...................................................................................12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................13

A. Hukum Jaminan......................................................................................... 13

1. Pengertian Hukum Jaminan.................................................................13

2. Jaminan Umum dan Jaminan Khusus.................................................. 15

3. Jaminan Perorangan dan Jaminan Kebendaan..................................... 18

B. Gadai.......................................................................................................... 20

1. Pengertian Gadai.................................................................................. 20

Page 11: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

x

2. Objek Gadai......................................................................................... 22

3. Orang yang Berwenang Menggadaikan............................................... 23

4. Lahirnya Gadai..................................................................................... 28

5. Hak dan Kewajiban Dalam Gadai........................................................ 36

6. Hapusnya Gadai................................................................................... 38

C. Fidusia........................................................................................................ 39

1. Sejarah dan Pengertian Fidusia............................................................ 40

2. Kedudukan Para Pihak......................................................................... 44

3. Objek Jaminan Fidusia dalam Yurisprudensi................................. .... 47

4. Pengalihan atas Benda Objek Jaminan Fidusia................................ ...49

5. Sifat-Sifat Fidusia................................................................................. 55

6. Lahir dan Hapusnya Fidusia................................................................. 58

D. Hapusnya Perikatan.................................................................................... 63

1. Hapusnya Perikatan Karena Pembayaran............................................ 64

2. Hapusnya Perikatan Karena Pembaharuan Utang (Novasi).................65

a. Novasi Objektif........................................................................ 66

b. Novasi Subjektif Pasif.............................................................. 67

c. Novasi Subjektif Aktif............................................................. 68

3. Akibat Novasi....................................................................................... 71

a. Akibat Novasi Bagi Kreditor................................................... 71

b. Akibat Novasi Bagi Jaminan Kebendaan................................. 72

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................74

A. Metode Pendekatan.................................................................................... 74

Page 12: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

xi

B. Spesifikasi Penelitian................................................................................. 75

C. Lokasi Penelitian........................................................................................ 75

D. Sumber Bahan Hukum...............................................................................75

E. Metode Penyajian Bahan Hukum............................................................... 76

F. Metode Analisa Bahan Hukum.................................................................. 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................78

A. Hasil Penelitian.......................................................................................... 78

B. Pembahasan................................................................................................ 91

BAB V PENUTUP.............................................................................................114

A. Simpulan...................................................................................................114

B. Saran.........................................................................................................115

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam mempertahankan hidupnya mau tidak mau manusia harus

memiliki kemampuan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Dalam

usahanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, manusia

menggunakan sistem ekonomi tradisional dengan menciptakan hubungan

barter yaitu dengan cara saling tukar menukar benda antar manusia lainnya

yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Seiring dengan

perkembanga n jaman, terjadi peralihan dari sistem ekonomi tradisional

menjadi sistem ekonomi modern dengan adanya alat tukar berupa uang dan

ditandai dengan hadirnya lembaga perbankan (bank) yaitu badan usaha yang

melakukan kegiatan di bidang keuangan dengan menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat

dalam bentuk kredit atau angsuran.1

Alat tukar berupa uang dan munculnya lembaga perbankan

memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam melakukan transaksi jual-

beli dikarenakan bank menyediakan fasilitas kredit, sehingga masyarakat

dapat meminjam dana dari bank untuk membeli kebutuhannya dan

mengembalikan dana tersebut secara angsuran kepada bank. Dengan sistem

kredit ini maka masyarakat yang tidak mampu membeli benda secara tunai

1Sunaryo, 2008, Hukum Lembaga Pembiayaan,Jakarta, Sinar Grafika, hal. 10.

Page 14: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

2

memiliki alternatif lain untuk tetap dapat melakukan pembelian benda yang

dibutuhkan.

Mengenai jual-beli diatur dalam Pasal 1457 Buku II Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata yang berikutnya akan disingkat dengan K.U.H..

Perdata. Jual Beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu

mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang

lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Perjanjian tersebut

dianggap telah ada setelah terbentuknya suatu kesepakatan antara para pihak

mengena i objek perjanjian jual beli dan harganya.

Pada prinsipnya perjanjian jual beli membebankan kewajiban kepada

kedua belah pihak yang mana pihak penjual akan memberikan bendanya

kepada pihak pembeli setelah pihak pembeli membayar benda sesuai dengan

harga yang telah disepakati. Namun, di masyarakat tidak semua orang

memiliki sejumlah uang pada saat kebutuhan akan benda yang hendak dibeli

sangat mendesak, sehingga transaksi jual beli berkembang sesuai dengan

semakin banyaknya kebutuhan manusia.

Seiring dengan perkembangan jaman, kemajuan di bidang teknologi

semakin berkembang pula, hal ini memacu produsen untuk menghasilkan

benda yang semakin beragam dan laku di pasaran. Munculnya berbagai benda

dengan keunggulannya masing-masing meningkatkan keinginan konsumtif

masyarakat untuk memilikinya, meskipun tidak semua orang memiliki

kemampuan yang sama secara ekonomi untuk membelinya.

Page 15: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

3

Namun, bank yang selama ini dikenal luas oleh masyarakat ternyata

tidak mampu memenuhi berbagai keperluan dana yang dibutuhkan oleh

masyarakat. Kesulitan masyarakat mengakses dana dari bank, disebabkan

antara lain karena jangkauan penyebaran kredit bank yang belum merata,

keharusan bank menerapkan prinsip prudent banking , dan keharusan debitor

untuk menyerahkan jaminan. 2

Dalam mengatasi permasalahan kebutuhan masyarakat akan dana,

pemerintah memperkenalkan sumber dana alternatif lain yang fleksibel sesuai

dengan tingkat kemampuan dan kebutuhan masyarakat, yaitu berupa

Pembiayaan Konsumen yang dilaksanakan oleh Perusahaan Pembiayaan

Konsumen. Melalui pembiayaan konsumen, masyarakat yang tadinya

kesulitan membeli benda secara tunai akan dapat teratasi. Maksud dari

dimunculkannya perusahaan pembiayaan konsumen adalah untuk

menggantikan peranan bank sebagai lembaga keuangan formal dalam

menya lurkan kredit konsumen (konsumtif).

Dalam sistem perbankan, fasilitas pemberian pinjaman uang untuk

tujuan pembelian benda dikenal dengan istilah kredit konsumen (konsumtif),

yaitu suatu jenis kredit yang diberikan oleh bank kepada orang perseorangan

untuk dipergunakan membiayai pembelian benda konsumsi, artinya uang

kredit akan habis terpakai untuk memenuhi kebutuhan pembelian

2 Sunaryo, OpCit, hal. 3.

Page 16: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

4

benda,karena tujuan dari kredit konsumen (konsumtif) adalah untuk

membantu seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya. 3

Ada beberapa pendapat mengenai konstruksi hukum pembiayaan

konsumen, pendapat tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua. Pendapat

pertama dikemukakan oleh beberapa penulis yang menyatakan sebagai

berikut:

1) Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniarti yang menyatakan

antara Perusahaan pembiayaan konsumen dengan konsumen harus

ada kontrak pembiayaan yang sifatnya pemberian kredit karena

perusahaan pembiayaan konsumen wajib menyediakan kredit

sejumlah uang kepada konsumen sebagai harga benda yang

dibelinya dari pemasok, sedangkan pihak konsumen wajib

membayar kembali kredit secara angsuran kepada perusahaan. 4

2) Sunaryo yang menyatakan bahwa hubungan kontraktual antara

perusahaan pembiayaan konsumen dengan konsumen sejenis dengan

perjanjian kredit pada umumnya. Ketentuan – ketentuan tentang

perjanjian kredit dalam K.U.H. Perdata berlaku sepanjang tidak

ditentukan lain.5

3) Munir Fuady yang menyatakan bahwa pembiayaan konsumen ini

tidak lain dari sejenis kredit konsumen yaitu kredit yang diberikan

kepada konsumen guna pembelian benda kons umsi dan jasa seperti

3 Muhammad Djumnaha, 2000, Hukum Perbankan Di Indonesia, Bandung, PT. Citra

Aditya Bakti, hal. 273 . 4 Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, 2000, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan

Pembiayaan,Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, hal. 248. 5 Sunaryo, Op.Cit,hal. 107.

Page 17: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

5

yang dibedakan dari pinjaman yang digunakan untuk tujuan

produktif atau dagang. Hanya saja, pembiayaan konsumen dilakukan

oleh perusahaan pembiayaan sedangkan kredit konsumen diberikan

olehbank. Namun demikian, pengertian kredit konsumen sebenarnya

secara substansi sama saja dengan pembiayaan konsumen.6

Menurut para penulis tersebut, hubungan kontraktual perjanjian

pembiayaan konsumen antara perusahaan pembiayaan konsumen dengan

konsumen “bersifat” atau “sejenis” dengan perjanjian kredit. Namun, pada

hakikatnya mereka menyatakan perjanjian pembiayaan konsumen adalah

perjanjian pinjam – meminjam uang sebagaimana diatur dalam Kitab Undang

– Undang Hukum Perdata (K.U.H.. Perdata) khususnya Buku III Bab XIII

Pasal 1754 – 1773 K.U.H.. Perdata.

Pendapat kedua dikemukakan oleh Yurico Wibisono, yang

menyatakan bahwa hubungan kontraktual antara perusahaan pembiayaan

konsumen dengan konsumen bukan perjanjian pinjam – meminjam uang,

melainkan “perjanjian pemberian perintah yang mengandung kuasa”

(lastgeving ), dengan ciri khusus : Pemberi perintah (lastgever) adalah

konsumen yang membutuhkan uang guna membeli benda, penerima perintah

(lasthebber) adalah perusahaan pembiayaan konsumen yaitu lembaga

keuangan bukan bank yang kegiatan usahanya menyediaka n dana untuk

6Munir Fuady, 2006, Hukum Tentang Pembiayaan dalam Teori dan Praktek , Bandung,

Citra Aditya Bakti, hal. 126 .

Page 18: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

6

membiayai pembelian benda bagi konsumen yang tidak memiliki uang tunai

untuk membeli benda.7

Dengan demikian, menurut pendapat kedua, perjanjian pembiayaan

konsumen adalah termasuk kategori “perjanjian pemberian perintah (yang

mengandung kuasa)” sebagaimana diatur dalam Buku III Bab XVI Pasal

1792 -1819 K.U.H. Perdata, dan berdasarkan ciri khusus tersebut,

Muhammad Yurico Wibisono menyatakan konstruksi hukum perjanjian

pembiayaan konsumen dalam rumusan sebagai berikut :

“Perjanjian Pembiayaan Konsumen adalah perjanjian dengan mana konsumen memberi perintah (kuasa) kepada perusahaan pembiayaan konsumen, yang menerimanya, untuk dan atas namanya membayar harga pembelian kepada penjual (pemasok), dengan pengembalian ditambah bunga atau biaya secara angsuran”.8

Menghadapi adanya dua pendapat mengenai konstruksi hukum

perjanjian pembiayaan konsumen yang terjadi antara perusahaan pembiayaan

konsumen dengan konsumen. penulis kemukakan bahwa dalam sistem

keuangan, perbedaan hakiki antara lembaga keuangan (financial intermediary

institution) bank dan bukan bank atau lembaga keuangan lainnya adalah

didasarkan pada jenis kegiatan usaha pokoknya.

Pada prinsipnya lembaga keuangan yang kegiatan usaha pokoknya

menghimpun dana dari masyarakat secara langsung dan menyalurkannya

kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman uang (kredit), disebut Bank.

Sebaliknya lembaga keuangan yang kegiatan usaha pokoknya menghimpun

7M. Jurico Wibisono, 2012, Kajian Yuridis Transaksi Pembiayaan Konsumen Pada PT.

Federal Internasional Finance (FIF) Cabang Cilacap, Hasil Penelitian Sarjana Hukum Universitas Negeri Jenderal Soedirman , hal. 75

8Loc. Cit

Page 19: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

7

dana dari masyarakat “tidak secara langsung” dan menyalurkan dananya

kepada masyarakat “tidak dalam bentuk pinjaman uang”, disebut lembaga

keuangan bukan bank dan selalu disebut atau diberi nama sesuai dengan jenis

kegiatan usaha pokoknya.

Salah satu dari lembaga keuangan bukan bank adalah perusahaan

pembiayaan konsumen yang secara tegas diatur dalam Pasal 1 angka 5

Keppres No. 61 Tahun 1998 yang menyatakan bahwa perusahaan

pembiayaan adalah badan usaha di luar bank dan lembaga keuangan bukan

bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam

bidang usaha lembaga pembiayaan.

Hal ini berarti perusahaan pembiayaan konsumen secara yuridis

normatif kegiatan usaha pokoknya pasti bukan menyalurkan dana dalam

bentuk pinjaman. Konsekuensinya, hubungan kontraktual antara perusahaan

pembiayaan konsumen dengan konsumen tidaklah mungkin dalam bentuk

pinjaman uang.Atas dasar argumentasi tersebut, maka penulis menganut

pendapat yang mengatakan konstruksi hukum perjanjian pembiayaan

konsumen bukanlah perjanjian pinjam meminjam uang melainkan perjanjian

pemberian (mengandung kuasa) dengan ciri khusus.

Pada prinsipnya transaksi pembiayaan konsumen terjadi dengan

mekanisme : Seseorang yang membutuhkan benda datang kepada pemasok

untuk memilih dan menentukan benda (konsumsi) yang dibutuhkan. Setelah

ada kecocokan jenis benda dan harganya, kemudian ia menghubungi

perusahaan pembiayaan konsumen untuk memperoleh pembiayaan atas harga

Page 20: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

8

benda yang akan dibelinya. Perusahaan pembiayaan konsumen yang telah

setuju atas pembiayaan tersebut kemudian memberikan fasilitas pembiayaan

dengan tindakan membeli benda tersebut untuk dan atas nama konsumen dan

membayar harga benda secara tunai kepada penjual benda (pemasok). Setelah

menerima pembayaran harga benda, penjual benda (pemasok) menyerahkan

benda tersebut kepada konsumen. Dengan penyerahan benda tersebut, maka

sejak itu konsumen terpenuhi kebutuhannya untuk memiliki benda.

Selanjutnya, konsumen wajib mengembalikan uang pembiayaan yang telah

dikeluarkan untuk membayar harga pembelian benda secara angsuran kepada

perusahaan pembiayaan konsumen.

Dalam praktiknya, guna memberikan pengamanan atas tagihan uang

yang telah dibayarkan untuk membeli benda, perusahaan pembiayaan

konsumen selalu meminta jaminan pengembalian uangnya kepada konsumen

dalam bentuk jaminan fidusia atas benda yang dibeli konsumen. Pengikatan

jaminan fidusia bagi konsumen dianggap tidak memberatkan, karena

konsumen tidak perlu menyediakan benda lain miliknya untuk dijadikan

jaminan.

Bagi perusahaan pembiayaan, pengikatan jaminan fidusia dirasa

cukup aman, karena pada saat itu juga hak milik atas benda yang dibeli

konsumen berpindah kepadanya. Sementara itu konsumen hanya

berkedudukan sebagai pemegang saja (peminjam, pemakai,penyewa), dan

hak milik atas benda yang dibeli baru dapat diperoleh kembali oleh

Page 21: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

9

konsumen, apabila ia telah melunasi kewajibannya secara angsuran kepada

perusahaan pembiayaan konsumen.

Dalam praktik transaksi pembiayaan konsumen yang demikian,

persoalan yang secara potensial dapat timbul salah satunya adalah konsumen

tidak secara baik melaksanakan kewajiban angsurannya. Ini berarti konsumen

wanprestasi. Jika konsumen wanprestasi maka akibat hukumnya perusahaan

pembiayaan konsumen dapat mengeksekusi benda jaminan untuk mengambil

pelunasan utang konsumen. Dalam hal demikian tujuan konsumen untuk

memiliki benda kebutuhan yang telah dibeli tidak tercapai. Persoalan lain

yang muncul terhadap pengikatan jaminan fidusia dalam transaksi

pembiayaan konsumen biasanya berkaitan dengan benda jaminan, yaitu benda

jaminan oleh pemberi fidusia dialihkan kepada pihak ketiga, seperti dijual

atau digadaikan.

Salah satu dari peristiwa digadaikannya benda jaminan fidusia dalam

transaksi pembiayaan konsumen yang ditemukan penulis terjadi pada

transaksi pembiayaan konsumen antara PT. Federal International Finance

Cabang Tangerang (selanjutnya disebut PT. FIF) dengan konsumen yang

bernama Firdiyanto. Dari hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh

penulis, diperoleh data awal sebagai berikut:

1) Firdiyanto menggadaikan objek benda jaminan berupa sepeda motor

merek Honda Revo Spoke 110 dengan nomor polisi B 3530 NNM

kepada Abu Mubarok;

Page 22: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

10

2) Karena Firdiyanto tidak dapat melunasi utangnya, oleh Abu

Mubarok sepeda motor tersebut digadaikan kepada Ari Wijaya;

3) Abu Mubarok juga tidak mampu melunasi utangnya kepada Ari

Wijaya sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Penyelesaian yang dilakukan oleh Ari Wijaya adalah, membuat

kesepakatan baru dengan pihak PT. FIF berupa “oper alih kredit” dari

Firdiyanto kepada Ari Wijaya. Intinya, dalam transaksi pembiayaan

konsumen tersebut terjadi peristiwa digadaikannya benda jaminan fidusia

oleh konsumen sebagai debitor pemberi fidusia, dan terjadinya “gadai ulang”

oleh penerima gadai, atas benda objek jaminan berupa sepeda motor.

J. Satrio menyatakan bahwa prinsip umum dalam hukum jaminan

adalah bahwa pemberi jaminan haruslah orang yang wenang bertindak bebas

terhadap bendanya (beschikkings bevoegd ) yaitu pemilik. Berdasarkan

statemen tersebut kiranya dapat dinyatakan bahwa dalam transaksi

pembiayaan konsumen antara PT. FIF dengan Firdiyanto terjadi komplikasi

hukum pada aspek jaminannya, namun ternyata penyelesaian komplikasi

hukum tersebut diatasi dengan cara “oper alih kredit”.

Dari uraian tersebut, penulis tak hendak mengkaji mengenai

perjanjian pembiayaan konsumen, karena yang menarik bagi penulis adalah

untuk mengkaji aspek jaminannya yaitu mengenai jaminan fidusia dan gadai

ulang atas benda yang diperoleh melalui transaksi pembiayaan konsumen

oleh PT. FIF kepada Firdiyanto.

Page 23: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

11

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan hal – hal sebagaimana telah diuraikan dalam latar

belakang masalah, perumusan masalah yang dikemukakan adalah:

1. Apakah pemberi jaminan (Firdiyanto) mempunyai kewenangan

bertindak untuk memberikan jaminan ?

2. Apakah tindakan “gadai ulang”yang dilakukan oleh pemegang gadai

(Abu Mubarok) kepada penerima gadai (Ari Wijaya) melahirkan

gadai yang sah menurut hukum ?

3. Apakah yang dimaksud dengan perjanjian “oper alih kredit” antara

PT. Federal International Finance dengan Ari Wijaya dalam sistem

hukum perjanjian ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini,

maka penelitian ini memiliki tujuan antara lain sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah pemberi jaminan fidusia maupun gadai

haruslah orang yang memiliki kewenangan bertindak.

2. Untuk memahami tentang tindakan “gadai ulang”yang dilakukan

oleh pemegang gadai (Abu Mubarok) kepada penerima gadai (Ari

Wijaya ) melahirkan gadai yang sah sah menurut hukum.

3. Untuk memahami pengertian dan akibat hukum perjanjian “oper alih

kredit” antara PT. Federal International Finance dengan Ari Wijaya.

Page 24: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

12

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki kegunaan antara lain sebagai berikut :

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam

perkembangan ilmu hukum, menambah pengetahuan dan wawasan

bagi pembaca khususnya bagi mahasiswa yang hendak melakukan

penelitian yang berhubungan dengan hukum jaminan, dan

menambah referensi mengenai kemungkinan permasalahan yang

akan muncul terhadap model jaminan dalam perjanjian pembiayaan

konsumen dan perjanjian lain yang diikatkan dengan suatu jaminan

tertentu.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para pihak

yang melakukan perjanjian khususnya perjanjian pembiayaan

konsumen yang dijaminkan dengan jaminan fidusia, sehingga jika

terdapat permasalahan dalam praktiknya, hasil penelitian ini dapat

memberikan gambaran penyelesaian terhadap suatu permasalahan

dalam peristiwa hukum yang terjadi.

Page 25: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini akan mengkaji mengenai segi jaminan atas pelunasan

tagihan pengembalian uang yang telah dikeluarkan oleh perusahaan

pembiayaan konsumen terhadap konsumen yang menerima pembiayaan guna

membeli barang konsumsi. Mengenai konstruksi hukum perjanjian

pembiayaan konsumen,penulis menganut pendapat yang menyatakan

pembiayaan konsumen adalah perjanjian pemberian perintah (yang

mengandung kuasa) dengan ciri khusus.Dengan demikian sesuai dengan

permasalahan yang diajukan, disini hanya akan dikedepankan mengenai

kajian teoritik yang berkaitan dengan aspek jaminannya saja yaitu mengenai

fidusia dan gadai serta aspek yang berkaitan dengan pembayaran hutang

khususnya tentang novasi sebagaimana diatur dalam K.U.H. Perdata. Sebagai

pengantar kajian gadai dan fidusia, pertama -tama akan diuraikan tentang

teori-teori dasar Hukum Jaminan.

A. Hukum Jaminan

1. PengertianHukum Jaminan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah jaminan

berasal dari kata jamin yang berarti “tanggung” sehingga jaminan dapat

diartikan sebagai tanggungan. Dalam hal ini yang dimaksud adalah

tanggungan atas segala perikatan dari seseorang. Istilah jaminan juga

merupakan terjemahan dari istilah zakerheid atau cautie yaitu kemampuan

Page 26: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

14

debitor untuk memenuhi atau melunasi perutangannya kepada kreditor yang

dilakukan dengan cara menahan benda tertentu yang bernilai ekonomis

sebagai tanggungan atas pinjaman atau utang yang diterima debitor terhadap

kreditornya.9

K.U.H. Perdata tidak memberikan perumusan mengenai istilah

jaminan. Sehubungan dengan itu, Mariam Darus Badrulzaman merumuskan

jaminan adalah suatu tanggungan yang diberikan oleh seorang debitor dan /

atau pihak ketiga kepada kreditor untuk menjamin kewajibannya dalam suatu

perikatan.10 Dari pengertian tersebut maka jaminan memiliki fungsi bagi

kreditor untuk mendapatkan pelunasan utang dari debitor apabila debitor

tidak memenuhi kewajibannya dalam suatu perikatan atau wanprestasi.

Untuk menjamin pelunasan piutang kreditor, debitor harus

menyediakan jaminan yang dapat dinilai dengan uang dan memiliki nilai

minimal sebesar jumlah utang debitor. Oleh karena itu, yang dijadikan

jaminan adalah suatu hak atas piutang – piutang atau suatu benda yang dapat

dialihkan kepada orang lain, sehingga jika debitor tidak dapat melunasi

utangnya maka jaminan tersebut dapat diuangkan untuk membayar utang

kepada kreditor.

Sehubungan dengan pengertian istilah jaminan, menurut J. Satrio

hukum jaminan diartikan sebagai peraturan hukum yang mengatur tentang

jaminan – jaminan piutang seorang kreditor terhadap seorang debitor.

9 Rachmadi Usman, 2008, Hukum Jaminan Keperdataan, Jakarta, Sinar Grafika, hal. 66. 10 Hartono Hadisaputro, 1984, Seri Hukum Perdata, Pokok – Pokok Hukum Perdata dan

Hukum Jaminan, Yogyakarta, Liberty, hal. 50.

Page 27: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

15

Ringkasnya, hukum jaminan adalah hukum yang mengatur tentang jaminan

piutang seseorang. 11

2. Jaminan Umum dan Jaminan Khusus

Pada dasarnya jaminan memiliki fungsi sebagai sarana untuk

menjamin pelunasan utang dari debitor terhadap kreditor, karena dalam suatu

perikatan antara debitor dan kreditor, pihak kreditor memiliki suatu

kepentingan bahwa debitor memenuhi kewajibannya dalam perikatan

tersebut.

Kewajiban debitor yang memiliki utang kepada seorang kreditor

adalah melunasi utangnya dengan jaminan seluruh harta kekayaan debitor.

Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1131 K.U.H.. Perdata yang menyatakan

sebagai berikut :

“Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan.” Dari pasal tersebut diketahui bahwa selain seluruh harta kekayaan si

berutang (debitor) menjadi jaminan atas utangnya. Mengenai jenis harta yang

menjadi jaminan pelunasan utang debitor pada kreditor yaitu harta yang

sudah ada, maupun baru akan ada di kemudian hari. Hal ini dimaksudkan

apabila Debitor tidak dapat melunasi utang dari harta yang sedang

dimilikinya, maka hal itu tidak menghapuskan adanya utang. Pelunasan utang

selanjutnya dibayarkan pada saat debitor dalam keadaan sanggup membayar

sisanya dengan harta yang ada di kemudian hari.

11 J. Satrio, Op.Cit, hal. 3.

Page 28: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

16

Selanjutnya dalam Pasal 1132 K.U.H. Perdata dikatakan, bahwa :

“Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama bagi semua orang yang mengutangkan kepadanya, pendapatan penjualan dibagi – bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing – masing, kecuali apabila di antara para berpiutang itu ada alasan – alasan yang sah untuk didahulukan.”

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1131 dan 1132 K.U.H. Perdata,

berdasarkan sifatnya jaminan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Jaminan yang bersifat umum ( Pasal 1131 K.U.H. Perdata);

2. Jaminan yang bersifat khusus ( Pasal 1132 K.U.H. Perdata).

Jaminan Umum yaitu jaminan yang ditujukan kepada seluruh

kreditor terhadap segala kebendaan milik debitor. 12 Kreditor dalam jaminan

umum ini dinamakan kreditor konkuren karena pada jaminan umum, tiap –

tiap kreditor memiliki kedudukan yang sama dalam menagih pelunasan

piutang dari hasil penjualan segala kebendaan yang dimiliki debitor, sehingga

tidak ada kreditor yang diutamakan atau diistimewakan dari kreditor lain.

Hal ini dikarenakan dalam jaminan umum diletakkan Prinsip

Persamaan Kedudukan dari para Kreditor (Paritas Creditorium), asas ini

memberikan kreditor kedudukan yang sama tinggi baik yang tagihannya

sudah lama ataupun masih baru. Perwujudan persamaan itu diwujudkan

dalam bentuk pembagian hasil penjualan harta kekayaan debitor secara

pond’s – pond’s gewijs, yaitu menurut perimbangan besar kecil masing –

masing tagihan. 13 Hak jaminan yang bersifat umum ini dilahirkan atau timbul

12 Rachmadi Usman, Op.Cit, hal. 74. 13 Hartono Hadisaputro, Op.Cit, hal. 5.

Page 29: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

17

karena undang – undang, sehingga hak jaminan yang bersifat umum tidak

perlu diperjanjikan sebelumnya.

Dalam praktik, jaminan umum ini tidak memuaskan bagi kreditor

karena kurang menimbulkan rasa aman dan terjamin bagi pinjaman yang

diberikan.14 Dengan jaminan umum, kreditor tidak mengetahui besarnya

kemungkinan debitor mampu melaksanakan kewajibannya dengan kekayaan

debitor, karena kreditor tidak mengetahui besarnya kekayaan yang dimiliki

oleh debitor, sehingga ada kemungkinan kekayaan yang dimiliki debitor tidak

mencukupi untuk melunasi utangnya terhadap kreditor.

Berdasarkan hal tersebut, seorang kreditor pasti menginginkan

jaminan yang lebih memberi kedudukan terhadap kreditor untuk mengambil

pelunasan utang dari debitor. Agar kreditor memiliki kedudukan yang lebih

baik dibandingkan kreditor lainnya dalam mengambil pelunasan utang, maka

utang kreditor dapat diikatkan dengan jaminan yang bersifat khusus yang

memberikan hak preferensi bagi kreditor. Kreditor yang memiliki hak

preferensi dinamakan dengan kreditor preferen.

Siapa saja yang menjadi kreditor preferen dapat diketahui dari

ketentuan dalam Pasal 1133 K.U.H. Perdata mengenai “alasan – alasan yang

sah untuk di dahulukan”, maksudnya di sini adalah memberikan kedudukan

kreditor untuk didahulukan dalam mengambil pelunasan piutang. 15

14 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1980, Hukum Jaminan di Indonesia : Pokok – Pokok

Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan , Yogyakarta, Liberty, hal. 45. 15 Hartono Hadisaputro, Op.Cit, hal. 5.

Page 30: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

18

Alasan yang sah untuk didahulukan dalam mengambil pelunasan

piutang itu diberikan dalam Pasal 1133 K.U.H. Perdata yang menyatakan

bahwa :

“Hak untuk didahulukan di antara orang – orang berpiutang terbit dari hak istimewa dari gadai dan dari hipotik.” Dari ketentuan Pasal 1133 K.U.H. Perdata tersebut dapat diketahui

bahwa jaminan yang bersifat khusus itu dapat terjadi karena diberikan atau

ditentukan olah undang – undang (hak istimewa) atau dapat terjadi karena

diperjanjikan oleh para pihak dalam perikatan (Gadai, Hipotik, Fidusia).

3. Jaminan Perorangan dan Jaminan Kebendaan

Kreditor preferen memiliki kedudukan yang lebih baik daripada

kreditor konkuren karena kreditor preferen adalah kreditor yang piutangnya

ditentukan oleh undang – undang sebagai piutang yang diistimewakan dan

piutang yang diikat dengan kebendaan tertentu atau dijamin oleh seseorang. 16

Jaminan yang bersifat khusus dapat dibedakan atas :

1. Jaminan yang bersifat perseorangan (persoonlijke zekerheidrechten),

yaitu adanya seseorang tertentu atau badan hukum yang bersedia

menjamin pelunasan utang tertentu bila debitor wanprestasi.

2. Jaminan kebendaan (zakelijke zekerheidsrechten), yaitu adanya suatu

kebendaan tertentu yang dibebani dengan utang.

Jaminan perorangan adalah jaminan yang memberikan kepada

kreditor kedudukan yang lebih baik, karena adanya lebih dari seorang debitor

16 Rachmadi Usman, Op. Cit , hal . 76.

Page 31: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

19

yang dapat ditagih. Jaminan perseorangan dapat berupa penjaminan utang

atau borgtocht (personal Guarantee), jaminan perusahaan (Corporate

Guarantee), perikatan tanggung menanggung, dan garansi bank (Bank

Guarantee).17

Jaminan kebendaan adalah jaminan yang memberikan kepada

seorang kreditor kedudukan yang lebih baik, karena kreditor didahulukan dan

dimudahkan dalam mengambil pelunasan atas tagihannya atas hasil penjualan

benda tertentu atau sekelompok benda tertentu milik debitor, selain itu

jaminan kebendaan memberikan tekanan psikologis kepada debitor untuk

melunasi utang – utangnya karena ada benda miliknya yang dipakai sebagai

jaminan. 18 Atas dasar itu benda yang dijadikan jaminan oleh debitor haruslah

benda yang bersifat kebendaan, artinya benda tersebut harus dapat dinilai

dengan uang atau bernilai ekonomis ketika dijual serta dapat dipindah

tangankan atau diasingkan kepada orang lain.

Jaminan kebendaan itu dapat berupa jaminan kebendaan bergerak

dan kebendaan tidak bergerak. Untuk benda bergerak disediakan lembaga

jaminan Gadai (Pasal 1150 K.U.H. Perdata s/d Pasal 1160 K.H.U. Perdata)

dan jaminan Fidusia yang diatur di luar K.U.H. Perdata (Undang – Undang

Nomor. 42 Tahun 1999), sedangkan untuk benda tidak bergerak disediakan

lembaga jaminan Hipotik (1162 K.U.H. Perdata dan selanjutnya).

17 J. Satrio, Op.Cit, hal. 13. 18 J. Satrio, Op.Cit, hal. 12.

Page 32: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

20

B. Gadai

1. Pengertian Gadai

Istilah lembaga jaminan gadai ini merupakan terjemahan kata pand

atau vuistpand (bahasa belanda), pledge atau pawn (bahasa inggris) yang

merupakan lembaga jaminan yang berlaku bagi personal property, pfand atau

faustpfand(bahasa jerman) dengan lembaganya yang disebut

zuruckbehaltungsrechte yaitu semacam possesory liens (hak gadai). Dalam

hukum adat Indonesia istilah gadai ini disebut dengan cekelan.19

Dalam K.U.H. Perdata pengertian gadai dirumus kan dalam Pasal

1150 K.U.H. Perdata, sebagai berikut :

“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu benda bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau orang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari benda tersebut secara didahulukan dari orang-orang berpiutang lainnya dengan kekecualian biaya untuk melelang benda tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah benda itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.” Dari perumusan Pasal 1150 K.U.H. Perdata di atas dapat diketahui

bahwa gadai merupakan suatu hak jaminan kebendaan atas kebendaan

bergerak tertentu milik debitor untuk dijadikan jaminan pelunasan utang yang

memberikan hak didahulukan kepada pemegang hak gadai atas kreditor

lainnya, setelah terlebih dahulu dikurangi biaya untuk lelang dan biaya untuk

menyelamatkan benda – benda gadai yang diambil dari hasil penjualan benda

itu.

Berikutnya Pasal 1152 ayat (3) K.U.H. Perdata menyatakan :

19 Rachmadi Usman, Op.Cit, hal. 104.

Page 33: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

21

“Apabila, namun benda tersebut itu hilang dari tangan penerima gadai ini atau dicuri daripadanya, maka berhaklah ia menuntutnya kembali sebagai mana disebutkan dalam Pasal 1977 ayat (2), sedangkan apabila hak gadai didapatnya kembali, hak gadai dianggap tidak pernah hilang.” Pasal 1152 ayat (3) K.U.H. Perdata ini menunjukkan adanya sifat

droit de suite yang berarti gadai menimbulkan hak kebendaan sehingga hak

gadai selalu mengikuti benda objek jaminan gadai dan dapat dipertahankan

terhadap siapa pun benda tersebut berada. Dengan adanya sifat droit de suite

tersebut maka kreditor memiliki hak untuk menuntut kembali benda – benda

yang digadaikan yang telah hilang atau dicuri orang di tangan siapa pun

benda gadai itu ditemukan.

Gadai diperjanjikan dengan maksud untuk memberikan jaminan atas

suatu kewajiban prestasi tertentu yang timbul dari suatu perikatan sehingga

dapat dikatakan bahwa gadai mengacu kepada perjanjian pokok suatu

perikatan. Yang termasuk perjanjian pokok di sini adalah perjanjian yang

menimbulkan hubungan hukum pinjam meminjam yang pelunasannya

dijamin dengan kebendaan bergerak. 20 Berdasarkan hal tersebut, berarti gadai

merupakan perjanjian assesoir yang berarti gadai hanya akan ada apabila ada

perikatan pokoknya, sehingga apabila perikatan pokoknya hapus maka gadai

juga hapus. Namun, tidak adanya gadai tidak menghilangkan perikatan

pokoknya karena gadai timbul setelah diperjanjikan oleh para pihak.

20Ibid, hal. 106.

Page 34: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

22

2. Objek Gadai

Yang dimaksud dengan objek hukum dalam gadai adalah benda –

benda apa saja yang dapat dijadikan benda gadai atau yang dapat dijaminkan

dengan jaminan gadai. Pasal 1150 K.U.H. Perdata menyatakan :

“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu benda bergerak......” Dari ketentuan dalam pasal tersebut dapat diketahui bahwa objek

dari gadai adalah benda bergerak. Menurut Pasal 503 K.U.H. Perdata, benda

bergerak dibagi menjadi benda bergerak bertubuh (lichamelijk) dan benda

bergerak tidak bertubuh (onlichamelijk). Benda bergerak bertubuh misalnya

kendaraan, peralatan elektronik dan peralatan rumah tangga, sedangkan benda

bergerak tidak bertubuh disebutkan di dalam Pasal 1152 ayat (1) dan 1152 bis

K.U.H. Perdata, yang menyatakan :

Pasal 1152 ayat (1) K.U.H. Perdata :

“Hak gadai atas benda – benda bergerak dan atas piutang – piutang bawa.....” Pasal 1152 bis K.U.H. Perdata :

“Untuk meletakkan hak gadai atas surat – surat tunjuk diperlukan, selainnya endosemennya, penyerahan suratnya.” Berdasarkan kedua Pasal tersebut, maka yang dapat dikategorikan

sebagai benda bergerak tidak bertubuh yaitu berupa piutang – piutang atau

tagihan – tagihan dalam bentuk surat berharga yang dapat dikelompokkan

menjadi:21

a. Surat berharga atas bawa (aan order, to order);

21Ibid, hal. 112.

Page 35: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

23

b. Surat berharga atas tunjuk (aan tonnder, to bearer);

c. Surat berharga atas nama (op nam) .

3. Orang Yang Berwenang Menggadaikan

Suatu perjanjian akan selalu mengikat para pihak yang membuat

perjanjian. Untuk menentukan siapa saja yang berwenang menggadaikan

suatu benda, terlebih dahulu harus diketahui siapa saja para pihak yang

terlibat dalam perjanjian gadai, yang kemudian akan ditentukan kriteria

seperti apa yang harus dimiliki oleh pihak yang mau menggadaikan suatu

benda.

Para pihak dalam gadai secara umum dapat dibagi menjadi 2 (dua)

subjek hukum, antara lain :22

1) Pemberi gadai (pandgever) yaitu pihak yang memberikan jaminan

gadai;

2) Penerima gadai (pandnemer) yaitu pihak yang menerima jaminan

gadai.

Selain pemberi gadai dan penerima gadai, K.U.H. Perdata juga

menyebutkan pihak lain yang dapat ikut serta dalam perjanjian jaminan gadai.

Hal ini disebutkan dalam Pasal 1152 ayat (1) K.U.H. Perdata yang

menyatakan :

“Hak gadai atas benda – benda bergerak dan atas piutang – piutang bawa diletakkan dengan membawa benda gadainya di bawah kekuasaan si berpiutang atau seorang pihak ketiga, tentang siapa telah disetujui oleh kedua belah pihak.”

22 D. Gandaprawira, 1979, Pengaturan Hukum Tentang Gadai (PAND), Badan Pembinan

Hukum Nasional Departemen Kehakiman ed, Hukum Jaminan, Yogyakarta, Binacipta, hal. 71.

Page 36: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

24

Dari Pasal 1152 ayat (1) tersebut dapat diketahui bahwa ada pihak

lain yang berkedudukan sebagai “pihak ketiga pemegang gadai” apabila para

pihak yaitu pemberi gadai dan penerima gadai menghendakinya. Jadi, benda

gadai tidak harus berada dalam penguasaan penerima gadai saja, namun dapat

berada dalam penguasaan pihak ketiga pemegang gadai, yang penting adalah

benda objek jaminan gadai tersebut keluar dari penguasaan debitor yang

berkedudukan sebagai pemberi gadai.

J. Satrio menyatakan, ada satu lagi pihak dalam gadai yang

berkedudukan sebagai “pihak ketiga pemberi gadai.” Penjelasan dari beliau

adalah sebagai berikut :

“Pasal 1156 ayat (2) K.U.H. Perdata memberikan kemungkinan bahwa benda yang dijadikan jaminan tidak harus kebendaan milik debitor tapi dapat juga kebendaan bergerak milik orang lain yang digadaikan. Dengan kata lain, seseorang dapat saja menggadaikan kebendaan bergerak miliknya untuk menjamin utang orang lain atau seseorang dapat mempunyai utang dengan jaminan benda bergerak milik orang lain. Bila yang memberikan jaminan debitor sendiri, dinamakan dengan debitor pemberi gadai sedangkan bila yang memberikan jaminan adalah orang lain, maka yang bersangkutan dinamakan dengan pihak ketiga pemberi gadai.”23 Berdasarkan pernyataan dari J. Satrio tersebut, pihak ketiga pemberi

gadai adalah pihak yang bertanggung jawab atas utang orang lain, tetapi

tanggung jawabnya hanya berupa kebendaan saja, bukan berarti pihak ketiga

pemberi gadai itu bertanggung jawab untuk memenuhi prestasi kepada

kreditor karena pihak ketiga pemberi gadai tidak mempunyai kewajiban

kepada kreditor (tidak mempunyai utang).

23 J. Satrio, Op.Cit, hal. 98.

Page 37: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

25

Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan di atas, dapat diambil

kesimpulan, bahwa pada dasarnya para pihak dalam gadai dapat

dikategorikan menjadi dua:

1) Pihak yang melakukan perjanjian jaminan gadai yaitu Debitor

pemberi gadai dan Kreditor pemegang gadai;

2) Pihak ketiga yang turut serta dalam perjanjian jaminan gadai yaitu

pihak ketiga pemberi gadai dan pihak ketiga pemegang gadai.

Setelah mengetahui siapa saja para pihak dalam gadai, maka

selanjutnya akan dibahas mengenai kewenangan menggadaikan.

Menggadaikan termasuk dalam tindakan pemilikan (beschikking ) dan

tindakan pemilikan merupakan tindakan hukum yang membawa atau dapat

membawa konsekuensi yang sangat besar, karenanya tidaklah heran kalau

untuk dapat menggadaikan disyaratkan adanya kewenangan bertindak –

kewenangan khusus, tidak cukup kecakapan bertindak saja.24

Kewenangan bertindak (beschikkingbevoegd) adalah kewenangan

untuk bertindak dalam suatu peristiwa yang khusus. Orang yang wenang

bertindak adalah orang yang memiliki kedudukan untuk melakukan

perjanjian, seda ngkan orang yang tidak berwenang adalah orang yang

tidakmemiliki kedudukan untuk melakukan perjanjian.25

Yang dimaksud dengan tindakan kepemilikan di sini adalah tindakan

yang dapat dilakukan oleh seseorang dengan kedudukannya sebagai pemilik.

Dengan kedudukannya sebagai pemilik atas suatu benda, maka berdasarkan

24Ibid, hal. 111. 25J. Satrio, 1995, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir Dari Perjanjian, Buku 2,

Bandung, Citra Aditya Bakti, hal . 3.

Page 38: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

26

Pasal 570 K.U.H. Perdata, seseorang yang menjadi pemilik atas suatu benda

berhak untuk “menikmati kegunaan atas benda miliknya” dan “bertindak

bebas atas bendanya”, termasuk menggadaikan bendanya.

Berdasarkan hal tersebut maka seseorang yang ingin menggadaikan

(pemberi gadai) suatu benda, haruslah pemilik dari benda tersebut. Apabila

pemberi gadai bukanlah pemilik dari benda yang digadaikan maka gadai tidak

sah.26 Mengenai hal ini, untuk kepentingan bagi pihak kreditor, undang –

undang memberikan pengecualian yang terdapat dalam Pasal 1152 ayat (4)

yang antara lain menyatakan:

“Hal tidak berkuasanya si pemberi gadai untuk bertindak bebas dengan benda gadainya, tidaklah dapat dipertanggungjawabkan terhadap si berpiutang yang telah menerima benda tersebut dalam gadai, dengan tidak mengurangi hak si yang kehilangan atau kecurian benda itu, untuk menuntutnya kembali.” Berdasarkan ketentuan tersebut, dapat diketahui bahwa ada suatu

kondisi yang memberikan kerugian pada kreditor pemegang gadai apabila

benda gadai yang diserahkan kepadanya bukanlah milik si pemberi gadai.

Apabila demikian, maka ada kemungkinan kreditor dapat dituntut untuk

mengembalikan benda gadainya oleh pemilik dari benda gadai tersebut.

Dalam hal ini, Pasal 1152 ayat (4) memberikan perlindungan kepada

kreditor penerima gadai dengan memberikan pengecualian bahwa, apabila

pemberi gadai bukanlah orang yang berwenang (pemilik) atas benda gadai,

maka kreditor tidak dapat dipertanggungjawabkan terhadap benda gadai yang

diterimanya dari pemberi gadai yang bukan pemilik. Dengan begitu maka

26J. Satrio, Op.Cit , hal. 112.

Page 39: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

27

pemilik sebenarnya dari benda tersebut tidak memiliki hak untuk menuntut

pengembalian atas benda miliknya.

Pasal 1152 ayat (4) tersebut berlaku apabila kreditor penerima gadai

beritikad baik (te goeder trouw).27 Kreditor dapat dikatakan memiliki itikad

baik apabila dia tidak mengetahui bahwa pemberi gadai bukanlah pemilik

dari benda gadai yang digadaikan kepadanya, Namun, apabila kreditornya

beritikad buruk (mengetahui) maka ketentuan tersebut tidak berlaku. Hal ini

selaras dengan Pasal 1977 ayat (1) K.U.H. Perdata yang juga diterapkan

dalam hal gadai, isi dari pasal tersebut adalah : “Terhadap benda bergerak

yang tidak berupa bunga, maupun piutang yang tidak harus dibayar maka

benda siapa yang menguasainya dianggap sebagai pemiliknya .”

Berdasarkan pasal tersebut maka kreditor yang beritikad baik dapat

menganggap bahwa debitor yang menguasai benda bergerak tidak bernama

adalah pemilik dari benda tersebut. 28 Jika mencermati lebih lanjut dapat

dikatakan bahwa, apabila benda bergerak tersebut adalah benda bergerak atas

nama maka kreditor bukanlah kreditor yang beritikad baik, karena pemilik

sebenarnya dari beda bergerak tersebut dapat diketahui dar i surat – surat yang

menyertainya.

Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa orang yang

berwenang untuk menggadaikan suatu benda adalah pemilik dari benda

tersebut. Apabila dia bukan pemilik benda, maka penerima gadai yang

beritikad baik tidak dapat dipertanggungjawabkan dan tidak boleh dituntut

27 Rachmadi Usman, Op.Cit, hal. 118. 28 Lo. Cit .

Page 40: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

28

untuk mengembalikan benda tersebut oleh pemilik sebenarnya. Namun,

apabila benda yang digadaikan padanya adalah benda bergerak atas nama,

maka pemilik dari benda tersebut boleh menuntut pengembalian bendanya

karena dianggap kreditor sudah beritikad buruk.

4. Lahirnya Gadai

Gadai diperjanjikan dengan maksud untuk memberikan jaminan atas

suatu kewajiban prestasi tertentu, sehingga untuk adanya perjanjian gadai

harus ada perjanjian pendahuluan yang disebut perjanjian pokok yang pada

umumnya adalah perjanjian pinjam - meminjam. Oleh karena itu perjanjian

gadai dikatakan sebagai perjanjian assesoir, artinya perjanjian gadai hanya

akan ada bila sebelumnya ada perjanjian pokoknya.

Dalam perjanjian yang dijamin dengan gadai, secara khusus

diserahkan suatu kebendaan bergerak dari debitor kepada kreditor, yang

menimbulkan hak bagi kreditor untuk menahan kebendaan bergerak yang

digadaikan tersebut sampai dengan debitor memenuhi prestasi kepada

kreditor. Penguasaan benda gadai oleh kreditor tersebut merupakan unsur

esensial, yaitu unsur mutlak yang selalu harus ada dalam suatu perjanjian,

tanpa adanya unsur tersebut perjanjian gadai tidak mungkin ada.29

Berdasarkan hal tersebut, pada dasarnya perjanjian gadai akan terjadi

apabila benda – benda yang digadaikan berada dalam penguasaan kredit or.

Persyaratan ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1152 ayat (2) dan ayat (3)

K.U.H. Perdata yang menyatakan sebagai berikut:

29 J. Satrio, 2001, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir Dari Perjanjian, Buku 1, Bandung, Citra Aditya Bakti, hal . 67.

Page 41: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

29

Ayat 2

“Hak gadai atas benda – benda bergerak dan atas piutang bawa diletakkan dengan membawa benda gadainya di bawah kekuasaan si berpiutang atau seorang pihak ketiga, tentang siapa telah disetujui oleh kedua belah pihak.” Ayat 3 “Tak sah adalah hak gadai atas segala benda yang tetap dibiarkan dalam kekuasaan si berutang atau si pemberi gadai, ataupun yang kembali atas kemauan si berpiutang.” Dari ketentuan Pasal 1152 ayat (1) dan (2) K.U.H. Perdata dapat

disimpulkan bahwa sahnya suatu perjanjian gadai itu didasarkan kepada

penyerahan kebendaan yang digadaikan ke dalam penguasaan kreditor atau

pihak ketiga yang ditunjuk bersama. Apabila benda gadai tetap berada dalam

penguasaan debitor maka gadai tersebut tidak sah.

Penyerahan di sini bukanlah penyerahan secara yuridis yang

menyebabkan si penerima menjadi pemilik benda gadai. Hal ini berarti,

penerima gadai tidak memiliki hak untuk menikmati benda gadai dan hak

untuk bertindak bebas terhadap benda gadai itu. Oleh karena itu, dengan

penyerahan tersebut, pemegang gadai hanya berkedudukan sebagai

pemegang saja dan benda gadai hanya sebagai jaminan pemenuhan prestasi.

Penerima gadai tida k menjadi bezitter dalam arti bezit keperdataan yaitu

suatu keadaan di mana seseorang menguasai suatu benda seolah – olah benda

itu adalah miliknya sendiri.30 Oleh karena itulah, maksud dari penyerahan

tersebut adalah benda gadai harus keluar dari penguasaan pemberi gadai.

30 Subekti, 2002, Pokok – Pokok Hukum Perdata, Jakarta, Intermasa, hal. 63.

Page 42: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

30

Berdasarkan hal tersebut maka pada prinsipnya ada 2 (dua) syarat

untuk lahirnya gadai. Pertama, adanya perjanjian gadai. Kedua, adanya

penyerahan benda gadai dari debitor kepada kreditor, antara lain sebagai

berikut :31

1) Perjanjian gadai.

Perjanjian gadai sebagai perjanjian assesoir memiliki arti bahwa

untuk terjadinya gadai, harus terlebih dahulu dibuat suatu perjanjian

gadai dengan tujuan untuk memberikan jaminan terhadap perjanjian

pokoknya. Bentuk dari perjanjian gadai tidak ditentukan secara

khusus, apakah dibuat secara tertulis atau lisan, namun yang

terpenting adalah bahwa perjanjian gadai tersebut harus dibuktikan

adanya.

2) Penyerahan benda gadai dari pemberi gadai kepada pemegang gadai.

Syarat yang kedua yang mesti ada yaitu adanya penyerahan nyata

kebendaan yang digadaikan tersebut dari tangan debitor pemberi

gadai ke dalam penguasaan kreditor pemegang gadai. Penyerahan

nyata tidak perlu harus merupakan penyerahan dari tangan ke

tangan, yang penting benda jaminan keluar dari kekuasaan pemberi

jaminan. Dengan cara traditio brevi manu atau secara simbolis tidak

menjadi halangan sepanjang benda gadai sudah ada dalam tangan

pemegang gadai. 32

31ELIPS, 1998, Seri Dasar Hukum Ekonomi 4: Hukum Jaminan Indonesia, Jakarta,

Fakultas Hukum Universitas Indonesia, , hal. 16. 32 J. Satrio, Hukum Jaminan,Hak – Hak Jaminan Kebendaan, Op.Cit, hal. 97.

Page 43: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

31

Sesuai dengan yang sudah disebutkan sebelumnya objek gadai terdiri

dari benda bergerak tidak bertubuh dan benda bergerak bertubuh, maka

penyerahan bendanya dapat dibagi berdasarkan:

a. Gadai terhadap benda bergerak bertubuh dan tagihan atas bawa,

dilakukan dengan cara membawa kebendaan yang akan digadaikan

tersebut dan kemudian diserahkan kepada kreditor untuk dijadikan

jaminan.

b. Gadai terhadap tagihan atas tunjuk dilakukan dengan cara

penyerahan dan endosemen karena memuat piutang-piutang yang

memuat nama orang yang menerima pembayaran. Sehingga tanpa

adanya endosemen, seseorang tidak dapat mengatakan bahwa dia

memiliki tagihan atas itu. Endosemen berfungsi sebagai bukti bahwa

pembayaran dapat dilakukan kepada kreditor apabila debitor tidak

memenuhi prestasinya.

c. Gadai terhadap tagihan atas nama dilakukan dengan cara

memberitahukan kepada debitor, bahwa surat tersebut telah

dijadikan jaminan gadai. Pemberitahuan dari kreditor ini dapat

dilakukan secara lisan ataupun tertulis yang penting pemberitahuan

tersebut merupakan bukti bahwa debitor telah mengeluarkan

penguasaan atas surat yang dijadikan jaminan gadai tersebut.

Lahirnya gadai dapat dilihat dalam skema berikut :

Page 44: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

32

Skema Lahirnya Gadai

Perjanjian Pokok

Debitor Kreditor

Pemberi gadaiPerjanjian Gadai Penerima gadai

(1) Pemeganggadai Penyerahan

Benda (2) Benda

Dalam praktiknya, dapat terjadi dua kemungkinan peristiwa yang

timbul dalam gadai, antara lain:

1) Gadai Kedua

Peristiwa gadai kedua dapat terjadi apabila adanya dua tagihan pada

dua orang kreditor yang timbul pada saat yang sama dan dijamin

dengan satu benda gadai yang sama, atau adanya dua tagihan pada

dua orang kreditor yang berlainan yang timbul secara berturut –

turut, tetapi dijamin dengan benda gadai yang sama. Dalam hal ini,

kedudukan kreditor yang satu bagi kreditor lain merupakan pihak

Benda

Benda

Pihak ketiga pemegang gadai

Benda

Benda

Page 45: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

33

ketiga. Dalam hal piutang terjadi berturut – turut tersebut, maka cara

meletakkan gadai cukup dengan pemberitahuan kepada pemegang

gadai pertama (yang terlebih dahulu menjadi pemegang gadai)

tentang adanya perjanjian gadai lagi. Dengan adanya ciri gadai

sebagai hak kebendaan maka pada prinsipnya hak kebendaan yang

lahir lebih dahulu memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripa da

hak kebendaan yang lahir kemudian. Sehingga adanya gadai yang

kedua pada asasnya tidak melemahkan gadai yang pertama. 33

2) Gadai ulang

Peristiwa gadai ulang dapat terjadi apabila kreditor pemegang gadai

atau pihak ketiga pemegang gadai menjaminkan benda gadai yang

ada dalam penguasaannya kepada pihak lain tanpa sepengetahuan

pemberi gadai. Dalam hal ini, benda gadai tetap milik pemberi gadai,

sehingga pemegang gadai yang hanya memiliki hak gadai

sebenarnya tidak memiliki kewenangan untuk menggadaikan karena

dia bukanlah pemilik. 34

Untuk lebih memperjelas lagi mengenai peristiwa gadai kedua dan

gadai ulang, penulis akan mencoba menerangkannya dengan bagan disertai

contoh di bawah ini:

33 Rachmadi, Usman, Op.Cit , hal. 125. 34 J. Satrio, Op. Cit, hal. 114.

Page 46: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

34

Skema Gadai Kedua

Perjanjian Pokok Perjanjian Pokok

Kreditor Rp. 3.000.000, - Debitor Rp. 10.000.000,- Kreditor

Penerima Perjanjian GadaiPemberi Perjanjian Gadai Penerima gadai Gadai (KEDUA) Gadai (PERTAMA)Pemegang gadai Pihak III pemegang gadai Penyerahan Rp. 15.000.000,- Rp. 15.000.000,-

Misalkan A berhutang kepada B sebesar 10 juta rupiah dengan

menyerahkan sepeda motor seharga Rp.15.000.000,- dalam penguasaan B

sebagai jaminan gadai. Kemudian A berhutang lagi kepada C sebesar

Rp. 3.000.000,- dengan jaminan sepeda motornya yang berada dalam

penguasaan B. Dalam peristiwa tersebut dari sudut pandang C maka B adalah

pihak ketiga yang memegang benda gadai. Dalam hal pelunasannya apabila A

tidak memenuhi prestasinya, maka B mendapatkan pelunasan lebih dahulu

sebesar Rp. 10.000.000,- kemudian sisa hasil uang hasil penjualan untuk

melunasi hutang C. Peristiwa inilah yang disebut gadai kedua. Karena

menggadaikan untuk “kedua kalinya” atas benda yang sama.

C A B

Benda Benda

Page 47: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

35

Skema Gadai Ulang

Perjanjian Pokok Perjanjian Pokok

Kreditor Rp. 10.000.000,- Debitor Rp. 10.000.000, - Kreditor

Pemberi Perjanjian GadaiPenerima Perjanjian GadaiPenerima gadai gadai (ulang) gadai Pemegang pemegang gadai gadai Penyerahan Penyerahan Rp. 15.000.000,-

Misalkan A berhutang kepada B Rp. 10.000.000,- dan sebagai

jaminan hutangnya menyerahkan sepeda motornya seharga Rp. 15.000.000,-

sebagai benda gadai dalam penguasaan B. Tanpa sepengetahuan A, B yang

berhutang kepada C menyerahkan sepeda motor milik A seba gai jaminan

hutangnya kepada C. Peristiwa inilah yang disebut gadai ulang,yaitu

peristiwa di mana seorang pemegang gadai (B) menggadaikan barang gadai

yang ia pegang kepada kreditornya B yaitu C. Dalam hal ini tindakan B

menggadaikan benda gadai yang ia pe gang merupakan suatu pelanggaran

terhadap prinsip dalam hukum jaminan, dimana B tidak berwenang untuk

menggadaikan benda gadai karena dia bukan pemilik dari benda gadai

tersebut.

Benda Benda Benda

A B C

Page 48: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

36

5. Hak dan Kewajiban Dalam Gadai

Setiap perbuatan hukum berupa perjanjian selalu mengikat para

pihak yang membentuk perjanjian itu. Gadai yang diperjanjikan antara para

pihak, mengikat para pihak yang membentuknya. Para pihak, yaitu pemberi

gadai dan penerima gadai terikat untuk melaksanakan hak dan kewajibannya

masing- masing. Dari Pasal 1150 – 1160 K.U.H. Perdata yang mengatur

mengenai gadai, dapat diketahui hak dan kewajiban para pihak dalam gadai,

yaitu sebagai berikut:

a. Kewajiban pemberi gadai

1) Berkewajiban memenuhi prestasi yang diperjanjikan dan

menyerahkan benda jaminan kepada pemegang gadai sampai

pemberi gadai memenuhi prestasinya kepada penerima gadai;

2) Berkewajiban memberikan ganti kerugian atas biaya – biaya yang

dikeluarkan pemegang gadai untuk merawat benda miliknya yang

dijaminkan;

b. Kewajiban pemegang gadai

1) Berkewajiban untuk menjaga dan merawat benda gadai serta

bertanggung jawab atas hilangnya dan rusaknya benda gadai ( Pasal

1157 K.U.H. Perdata);

2) Berkewajiban memberitahukan kepada pemberi gadai apabila akan

diadakan penjualan atas benda gadai (1156 ayat 2 dan 3);

3) Berkewajiban mengembalikan benda yang digadaikan apabila

pemberi gadai telah memenuhi prestasi atau mengembalikan uang

Page 49: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

37

sisa hasil penjualan setelah dipotong dengan biaya perawatan dan

bunga (Pasal 1159 ayat 1 K.U.H. Perdata);

4) Berkewajiban memperingatkan pemberi gadai apabila pemberi gadai

telah lalai memenuhi kewajibannya dan menyerahkan daftar

perhitungan hasil penjualan benda gadai (1155 ayat 1 K.U.H.

Perdata).

d. Hak pemberi gadai

1) Berhak untuk menuntut apabila benda rusak atau hilang akibat

kelalaian pemegang gadai;

2) Berhak untuk mengetahui apabila benda gadai akan dijual akibat

pemberi gadai tidak memenuhi prestasi pada waktu yang telah

ditentukan;

3) berhak untuk mendapatkan pengembalian benda gadai apabila telah

memenuhi prestasi atau mendapatkan sisa hasil penjualan benda

gadai apabila pemberi gadai tidak memenuhi prestasi sesuai dengan

yang telah diperjanjikan.

e. Hak pemegang gadai

1) Memiliki hak retentie yaitu hak untuk menahan benda gadai selama

pemberi gadai belum memenuhi prestasinya (Pasal 1159 ayat 1

K.U.H. Perdata);

2) Memiliki hak parate eksekusi yaitu hak untuk melakukan penjualas

atas benda gadai dengan kekuasaannya sendiri di hadapan publik

sesuai dengan kebiasaan – kebiasaan setempat serta syarat – syarat

Page 50: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

38

yang lazim berlaku ( Pasal 1155 ayat 1 K.U.H. Perdata), atau bila

perlu melakukan eksekusi atas putusan pengadilan dan menurut cara

yang ditentukan oleh hakim ( Pasal 1156 ayat 1 K.U.H. Perdata);

3) Mendapatkan pergantian biaya perawatan benda gadai yang

dikeluarkannya (1157 ayat 2 K.U.H. Perdata ) dan atas bunga benda

yang timbul dari piutang (1158 K.U.H. Perdata );

4) Memiliki hak preferensi yaitu hak untuk didahulukan dalam

mendapatkan pelunasan utangnya (Pasal 1133 K.U.H. Perdata ).

6. Hapusnya Gadai

Di dalam K.U.H. Perdata , tidak diatur secara khusus mengenai hapus

dan berakhirnya gadai. Namun demikian, hapus dan berakhirnya gadai dapat

dilihat dari pengaturan gadai pada Pasal 1150 – 1160 K.U.H. Perdata dan

analisis dari ketentuan – ketentuan dalam gadai yang telah dibahas

sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hal –

hal yang menyebabkan gadai hapus atau berakhir adalah sebagai berikut:

1) Hapusnya perjanjian pokok atau perjanjian pendahuluan yang

dijamin dengan gadai. Hal ini sesuai dengan sifat perjanjian gadai

sebagai perjanjian accessoir, artinya, ada tidaknya gadai ditentukan

oleh perjanjian pokoknya, apabila perjanjian pokok hapus maka

gadai pun hapus;

Page 51: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

39

2) Terjadinya pencampuran di mana pemegang gadai sekaligus juga

menjadi pemilik dari benda gadai; 35

3) Lepasnya benda yang digadaikan dari penguasaan kreditor

pemegang gadai secara sukarela, misalnya pemegang gadai

menyerahkan kembali benda gadai dalam penguasaan debitor. Ini

berarti benda gadai tidak berada di luar penguasaan debitor sehingga

gadai menjadi hapus (Pasal 1152 ayat 3);

4) Terjadinya penyalahgunaan benda gadai oleh pemegang gadai,

karena apabila terjadi penyalahgunaan benda gadai padahal

pemegang gadai wajib memelihara benda gadai, maka pemberi gadai

berhak menuntut pengembalian benda tersebut. oleh karena itu gadai

menjadi hapus ( Pasal 1159 K.U.H. Perdata).

C. Fidusia

Salah satu jaminan benda bergerak lainnya selain jaminan gadai

adalah jaminan fidusia. Lembaga fidusia dalam perkembangannya lahir untuk

memenuhi kebutuhan hukum akan lembaga jaminan yang praktis bagi benda

bergerak, karena dalam fidusia benda objek jaminan tetap berada dalam

penguasaan debitor sehingga apabila benda tersebut merupakan benda modal,

debitor masih dapat menjalankan usahanya sebagaimana mestinya dan dari

hasil usaha tersebut dapat diharapkan debitor melunasi hutangnya.

Di Indonesia berlaku dua jenis fidusia yaitu fidusia yang

berdasarkan Undang – Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan

35 Rachmadi, usman, Op.Cit, hal. 144.

Page 52: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

40

Fidusia (UUJF) dan yang berdasarkan yurisprudensi. Perbedaan yang paling

terlihat ada pada segi prosedural pembebanan fidusia. fidusia berdasarkan

UUJF mewajibkan pembebanan fidusia berdasarkan akta notarill yang

kemudian didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia, sedangkan pembebanan

fidusia berdasarkan yurisprudensi tidak disyaratkan bentuk tertentu.

Berlakunya UUJF di Indonesia tidak membuat fidusia yang dibuat

sebelum undang – undang tersebut tidak berlaku. Sebagian besar para sarjana

berpendapat bahwa memang fidusia perlu diatur dengan undang – undang.

namun, berdasarkan kepentingan umum maka hukum harus membiarkan para

pihak untuk mengatur hubungan hukum mereka sendiri sesuai dengan apa

yang mereka anggap baik dan berguna.36

Jadi, tidak dikatakan bahwa perjanjian fidusia yang dilaksanakan

tidak sesuai dengan ketentuan UUJF menjadi batal, tetapi tetap berlaku bagi

para pihak. Hanya saja tidak berlaku ketentuan UUJF atasnya. Hal ini berarti

penjaminan tersebut masih bisa berjalan dengan akibat hukum menurut

hukum yang lama yaitu fidusia berdasarkan yurisprudensi.37

1. Sejarah dan Pengertian Fidusia

Jaminan fidusia sudah dikenal dan diberlakukan dalam masyarakat

hukum Romawi. Pada saat itu masyarakat Romawi mengenal bentuk jaminan

fidusia, yaitu fiducia cum creditore contracta yang berarti janji kepercayaan

36 J. Satrio, 2005,Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan Fidusia,Bandung, PT. Citra

Aditya Bakti, hal. 84. 37Ibid, hal. 342.

Page 53: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

41

yang dibuat dengan kreditor. 38 Maksud dari istilah tersebut adalah bahw a

debitor akan mengalihkan kepemilikan atas suatu benda kepada kreditor

sebagai jaminan atas utangnya dengan kesepakatan bahwa kreditor akan

mengalihkan kembali kepada debitor apabila utangnya debitor telah lunas.

Namun, jaminan dengan bentuk yang seperti ini memiliki kelemahan

karena tidak memiliki kepastian hukum sehingga yang dikedepankan adalah

moral dari kreditor. Apabila pada saat utang debitor telah lunas tetapi kreditor

tidak mau mengembalikan hak kepemilikannya maka debitor tidak dapat

berbuat apa – apa.

Dikarenakan adanya kelemahan tersebut maka berkembanglah

jaminan gadai dan hipotek. Gadai merupakan jaminan kebendaan bergerak,

sedangkan hipotek merupakan jaminan kebendaan tidak bergerak. Kedua

bentuk jaminan ini dianggap lebih aman karena diatur dalam hukum tertulis.

Sehingga kreditor penerima jaminan dilarang memiliki barang jaminan

dengan cara apapun, dan berdasarkan hukum berkewajiban untuk

mengembalikan barang jaminan kepada debitor apabila debitor telah melunasi

utangnya.

Pada akhir abad ke 19 muncul suatu keadaan yang menimbulkan

kebutuhan akan lembaga jaminan yang lain dikarenakan ada permasalahan

dalam bidang pertanian. Pada masa itu para pengusaha pertanian

membutuhkan modal, tetapi bank hanya mau memberikan modal apabila ada

jaminan benda bergerak berupa alat pertanian atau jaminan benda tidak

38 Gunawan, Widjaja dan Ahmad Yani, 2001, Seri Jaminan Hukum bisnis: Jaminan

Fidusia. Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, hal. 114.

Page 54: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

42

bergerak berupa tanah, padahal alat pertanian sangat dibutuhkan untuk

melakukan pekerjaan, sedangkan sangat sedikit orang yang memiliki tanah.

Keadaan inilah yang melahirkan jaminan baru yang disebut dengan

oogstverband (ikatan panen), bentuk jaminan ini memungkinkan untuk

adanya jaminan benda bergerak tetapi penguasaan benda jaminannya ada

pada pemberi jaminan. Namun, orang melihat oogsvtverband ini sebagai

suatu penyeludupan hukum dari gadai, karena benda jaminannya benda

bergerak tetapi tidak diserahkan ke dalam kekuasaan penerima gadai, maka

orang menyebutnya dengan gadai tanpa bezit (bezitloss pandrecht).39

Dengan demikian muncul suatu keadaan, di mana di satu pihak ada

kebutuhan untuk dimungkinkannya gadai tetapi di pihak lain tidak

menghendaki adanya bentuk jaminan tersebut. Sehingga muncullah lembaga

fiduciare eigendomsoverdracht atau disingkat dengan fidusia yang berlaku

sekarang ini. Di Belanda, fidusia diakui melalui Bierbrouwerry Arrest tanggal

29 Januari 1929, yang kemudian di Indonesia diakui oleh yurisprudensi

berdasarkan Arrest Hooggerechtshof Surabaya18 Agustus 1932.

Fidusia berasal dari kata fiduciair atau fides, yang artinya

kepercayaan, yakni penyerahan hak milik atas benda secara kepercayaan

sebagai jaminan bagi pelunasan piutang kreditor. J. Satrio dalam literaturnya

menyatakan kepercayaan yang dimaksud di sini adalah bahwa debitor akan

melunasi utangnya dengan jaminan penyerahan hak milik atas benda yang

dimilikinya untuk mengambil pelunasan utang apabila debitor tidak dapat

39 J. Satrio, Hukum Jaminan,Hak – Hak Jaminan Kebendaan, Op.Cit. hal. 168.

Page 55: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

43

melunasi utangnya dengan waktu yang telah ditentukan, dan bagi debitor,

kepercayaan bahwa hak miliknya akan kembali setelah utang – utangnya

dilunasi.40

Menurut Oey Hoey Tiong, fidusia atau lengkapnya “Fiduciaire

Eigendomsoverdracht” diartikan sebagai jaminan atas benda – benda

bergerak di samping gadai, dimana yang diserahkan sebagai jaminan kepada

kreditor adalah hak milik, sedang barangnya tetap dikuasai debitor sehingga

yang terjadi adalah penyerahan secara constitutum possessorium.41Maksud

dari istilah tersebut, yang diserahkan adalah hak milik, sebab kebendaan

fidusia tetap berada dalam penguasaan pemilik asal (debitor).

Pengertian tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 1 UUJF

menyatakan :

“Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.” Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa jaminan

fidusia merupakan jaminan yang dilakukan dengan memberikan hak

kepemilikan atas benda yang dimiliki debitor kepada kreditor sebagai jaminan

pemenuhan prestasi tertentu, dengan syarat bahwa kreditor akan

mengembalikan hak kepemilikannya kepada debitor apabila debitor telah

melaksanakan kewajibannya.

40Ibid, hal. 179. 41Oey Hoey Tiong, 1984, Fidusia Sebagai Jaminan Unsur – Unsur Perikatan, Jakarta,

Ghalia Indonesia, hal. 21.

Page 56: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

44

2. Kedudukan Para Pihak

Dengan diserahkannya hak kepemilikan atas benda yang dijadikan

objek jaminan fidusia, menimbulkan pertanyaan mengenai kedudukan debitor

pemberi fidusia dan kreditor penerima fidusia. Dalam fiducia cum creditore,

penyerahan hak milik pada fidusia terjadi secara sempurna, artinya : Kreditor

penerima fidusia menjadi pemilik yang sempurna, sebagai pemilik tentu saja

ia bebas berbuat apapun terhadap barang yang dimilikinya, hanya saja

berdasarkan fides ia berkewajiban mengembalikan hak milik atas barang tadi

kepada debitor pemberi fidusia.42

Namun, hal tersebut bertentangan dengan prinsip hukum jaminan di

mana dalam hukum jaminan tidak diperbolehkan seorang penerima jaminan

menjadi pemilik dari barang jaminan, bahkan walaupun debitor wanprestasi,

kreditor tetap tidak dapat menjadi pemilik dari benda jaminan. Kreditor hanya

berhak menjual benda jaminan untuk melunasi utangnya debitor dan sisa dari

penjualan diberikan kembali kepada debitor.

Mengenai hal tersebut Pitlo berpendapat :43

“Kreditor telah benar – benar menjadi pemilik, tetapi dengan kewenangan yang sangat terbatas. Hak kebendaan kreditor atas benda jaminan dibatasi dengan suatu perjanjian obligatoir, malahan dapat dikatakan telah digerogoti besar sekali, sebab sebagai pemilik, kreditor tidak diperkenankan untuk menjual, menggadaikan lagi, menukarkan, bahkan tidak dapat memakainya” Berdasarkan pendapat Pitlo tersebut, dalam fidusia kedudukan

kreditor adalah sebagai pemilik dari benda fidusia karena dia memegang hak

milik dari benda itu. Namun, sebagai pemilik, hak untuk berbuat bebas yang

42 Oey Hoey Tiong, Op.Cit, hal. 47. 43 J. Satrio, Op.Cit, hal. 178.

Page 57: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

45

dimilikinya adalah terbatas, dan hak itu baru dapat digunakan apabila debitor

tidak dapat memenuhi prestasinya. Jika debitor tidak dapat memenuhi

prestasinya, maka kreditor berhak menjual benda jaminan untuk mengambil

pelunasan utangnya. Jadi, hak yang dimiliki kreditor sebagai pemilik hanya

terbatas pada tindakan untuk mengambil pelunasan atas utang debitor

kepadanya. Namun, apabila debitor melunasi utangnya maka kreditor

berkewajiban untuk mengembalikan hak milik atas benda jaminan kepada

debitor. Sehingga, sebenarnya penyerahan hak milik di sini hanya sebagai

jaminan saja yang membuat kedudukan kreditor sebagai pemilik sangat

terbatas.

Hal ini ditegaskan dengan adanya Keputusan Mahkamah Agung

(MA) Nomor 1500 K / Sip / 1978 tanggal 2 Februari 1980 yang memiliki

pertimbangan bahwa :44

“Penyerahan hak milik kepada kreditor dalam fiduciaire eigendom overdracht bukanlah suatu penyerahan hak milik dalam arti yang sesungguhnya seperti halnya dalam jual beli, sehingga kreditor tidak akan menjadi pemilik yang penuh (volle eigenaar). Ia hanyalah seorang bezitloss eigenaar atas barang – barang jaminan dan tujuan tujuan dari perjanjian itu sendiri, kewenangan kreditor hanyalah setaraf dengan kewenangan yang dimiliki oleh seorang yang berhak atas barang – barang jaminan.” Berdasarkan pertimbangan Mahkamah Agung jelaslah bahwa prinsip

dari hukum jaminan tidak dapat dilanggar, sehingga kedudukan dari kreditor

penerima jaminan fidusia walaupun sebagai pemilik tapi sebenarnya hanyalah

sebagai pemegang jaminan saja. Kewenangan sebagai pemilik hanyalah

kewenangan yang berhubungan untuk mengambil pelunasan utang yaitu

44Oey Hoey Tiong, Op. Cit, hal. 49.

Page 58: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

46

untuk mengeksekusi benda jaminan apabila debitor tidak memenuhi prestasi

dan mengembalikan hak kepemilikan dari benda jaminan apabila debitor telah

memenuhi prestasinya.

Diserahkannya benda jaminan secara constitutum possessorium

menempatkan benda jaminan tetap berada dalam penguasaan debitor, karena

yang diserahkan kepada kreditor hanyalah hak milik saja. Sehingga jika

dilihat, kedudukan debitor tidak berubah, seakan – akan dia tidak

menjaminkan benda apapun. Padahal, ada perubahan yang terjadi dengan

kedudukan debitor yang pada awalnya adalah pemilik dan berhak berbuat

bebas terhadap bendanya, menjadi peminjam pakai yang hanya berhak untuk

menikmati benda seakan – akan dia adalah pemilik dari benda jaminan

tersebut.

Dengan berubahnya kedudukan debitor dari pemilik menjadi

peminjam pakai, maka debitor dilarang berbuat bebas untuk mengalihkan

benda yang ada dalam penguasaannya, baik dengan menjual ataupun

menjaminkannya kepada pihak ketiga. Namun, batasan bagi debitor untuk

berbuat bebas terhadap bendanya hanya selama debitor belum melunasi

utangnya kepada kreditor, apabila debitor telah melunasi utangnya kepada

debitor maka debitor berhak untuk mendapatkan kembali hak miliknya.

Dengan mendapatkan kembali hak miliknya, maka kedudukan debitor

berubah dari peminjam pakai menjadi pemilik dari benda.

Page 59: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

47

3. Objek jaminan fidusia dalam yurisprudensi

Pada zaman Romawi yaitu pada bentuk fiducia cum creditore,

fidusia dapat dilakukan baik atas benda bergerak maupun benda tetap. 45 Jika

mengingat bahwa pada masa tersebut di zaman Romawi tidak ada bentuk

jaminan lain maka hal tersebut adalah wajar. Namun, dalam

perkembangannya, hilangnya kebiasaan menjaminkan benda secara fiducia

cum creditore dikarenakan muncul jaminan gadai dan hipotik yang

penjaminannya dilakukan berdasarkan pembagian benda, yaitu dalam Pasal

503 dan 504 K.U.H. Perdata :

Pasal 503 K.U.H. Perdata

“Tiap – tiap kebendaan adalah ber tubuh atau tidak bertubuh.” Pasal 504 K.U.H. Perdata

“Tiap – tiap kebendaan adalah bergerak atau tak bergerak, satu sama lain menurut ketentuan-ketentuan dalam kedua bagian berikut” Berdasarkan kedua pasal tersebut, dapat diketahui bahwa K.U.H.

Perdata membagi benda menjadi benda bertubuh dan tidak bertubuh, benda

bergerak dan tidak bergerak. Dengan adanya pembagian benda tersebut, telah

diketahui pula bahwa terdapat dua jenis jaminan berupa gadai yang menjadi

jaminan bagi benda bergerak dan hipotek yang menjadi jaminan bagi benda

tetap. Sehingga, fidusia yang pada waktu itu dianggap sebagai penyeludupan

hukum dari gadai yang berupa jaminan benda bergerak, memiliki objek

berupa benda bergerak juga.

45Ibid, hal. 58.

Page 60: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

48

Pendapat bahwa fidusia hanya dapat dilakukan terhadap barang

bergerak itu menjadi yurisprudensi tetap, baik di negeri Belanda maupun di

Indonesia. Di Indonesia, Pengadilan Tinggi Surabaya dalam Keputusan

Nomor 158 / 1950 / Pdt tertanggal 22 Maret 1951 dan Mahkamah Agung

dalam Keputusan Nomor 372 K / Sip / 1970 tanggal 1 September 1971

berpendapat sama, yaitu bahwa fidusia hanya sah sepanjang mengenai barang

bergerak. 46

Berdasarkan keputusan tersebut Oey Hoey Tiong dalam bukunya

menyatakan bahwa :47

“Objek jaminan fidusia pada mulanya hanyalah benda bergerak saja. Namun, dengan dikeluarkannya Undang – Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 terjadi perubahan mengenai objek jaminan fidusia. Karena, dalam UUPA, tanah yang bisa dibebani dengan hak tanggungan dan hipotek adalah tanah tanah hak milik, tanah hak guna bangunan, dan tanah hak guna usaha. Bangunan – bangunan yang terletak di atas tana h tidak bisa dihipotekkan terlepas dari tanahnya. Dengan demikian, seseorang yang memiliki bangunan di atas tanah dengan hak sewa tidak dapat membebaninya dengan hak tanggungan. Oleh karena itu jalan satu – satunya yang tepat adalah fidusia.” Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa terjadi perubahan

terhadap benda yang dapat dijadikan objek jaminan fidusia. Pada masa

fiducia cum creditore objek fidusia berupa benda bergerak dan tidak bergera.

Kemudian dengan adanya lembaga jaminan gadai dan hipotik , objek fidusia

berupa benda bergerak saja, dan setelah lahirnya UUPA objek fidusia berubah

lagi menjadi benda bergerak dan benda tidak bergerak yang berupa benda –

46Loc. Cit. 47Ibid, hal.61.

Page 61: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

49

benda yang tidak dapat dibebankan dengan hak tanggungan dan

hipotek,misalnya bangunan di atas tanah milik orang lain.

4. Pengalihan atas benda objek jaminan fidusia

Pengalihan yang dimaksud dalam hal ini dapat terjadi apabila ada

suatu peristiwa hukum di mana benda yang menjadi objek jaminan fidusia

atau hak milik atas benda tersebut dialihkan kepada pihak ketiga. Apabila

yang dialihkan adalah bendanya maka pihak yang mengalihkan adalah

debitor, karena dalam fidusia yang menguasai benda jaminan adalah debitor.

Sebaliknya, apabila yang dialihkan adalah hak milik atas benda maka pihak

kreditor yang melakukan pengalihan hak milik tersebut kepada pihak lain. .

Dalam praktik, seseorang dapat memberikan jaminan atas suatu

benda kepada lebih dari satu kreditor, dengan syarat nilai dari benda tersebut

jika dieksekusi dapat melunasi utang kepada kreditor – kreditor terkait

sehingga peristiwa ini sering disebut dengan “fidusia kedua.” Dalam hal

tersebut, kreditor yang paling diutamakan adalah kreditor yang memiliki

kedudukan paling kuat di antara kreditor lain dalam mengambil pelunasan

utang terhadap debitor, yaitu kreditor yang memegang hak milik atas benda

jaminan. Kreditor yang memegang hak milik atas benda jaminan memiliki

kedudukan yang lebih kuat karena dapat lebih dahulu mendapatkan pelunasan

utang daripada kreditor yang tidak memegang hak milik.

Ketentuan tersebut juga terdapat dalam hal gadai. Dalam gadai yang

diserahkan kepada kreditor adalah benda jaminannya. Apabila terjadi gadai

kedua di mana benda gadai dijaminkan kepada lebih dari satu kreditor, maka

Page 62: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

50

kreditor pemegang benda jaminan memiliki kedudukan yang lebih kuat dalam

mengambil pelunasan utang daripada kreditor yang tidak memegang benda

jaminan.

Skema fidusia kedua

Kreditor Debitor Kreditor

Penyerahan

Dari skema tersebut dapat diketahui mengenai peristiwa terjadinya

fidusia kedua yang terjadi karena : A melakukan perjanjian pokok berupa

perjanjian pinjam meminjam uang dengan B, karena perjanjian itu diikat

dengan fidusia maka A menyerahkan hak milik atas bendanya kepada B.

Kemudian A melakukan perjanjian pinjam meminjam uang lagi dengan C

dengan jaminan fidusia berupa benda miliknya yang telah dijadikan jaminan

fidusia dan hak miliknya berada di A. Dengan begitu maka B dan C adalah

kreditor penerima fidusia, dan kedudukan B lebih kuat karena dia memegang

hak milik atas benda jaminan langsung dapat dieksekusi apabila A tidak

C A B

Hak milik

Hak milik

benda

Perjanjian fidusia Perjanjian fidusia

( I I ) ( I )

Perjanjian pokok Perjanjian pokok

Tidak ada hak milik

Page 63: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

51

membayar utangnya. Sedangkan C tidak memegang hak milik karena hak

milik sudah diserahkan kepada B.

Selanjutnya dalam praktik juga dikenal adanya beberapa peristiwa

hukum yang seharusnya tidak boleh dilakukan yaitu berupa pengalihan benda

jaminan fidusia oleh debitor dan pengalihan hak milik atas benda jaminan

oleh kreditor (fidusia ulang). Kedua hal tersebut sebenarnya tidak boleh

dila kukan. Dengan adanya prinsip pemberian jaminan pada gadai, yaitu

bahwa pemberi jaminan gadai haruslah orang yang wenang bertindak atau dia

adalah pemilik dari benda yang dijaminkan, maka dalam fidusia prinsip

tersebut juga dapat diterapkan sehingga pemberi fidusia pun haruslah pemilik

dari benda yang dijadikan jaminan fidusia, Sedangkan, debitor dalam fidusia

dan kreditor dalam fidusia bukanlah pemilik yang berwenang untuk

memberikan jaminan fidusia.

Dalam membahas mengenai pengalihan atas benda jaminan kepada

pihak ketiga, penulis juga akan membahas mengenai ada tidaknya

perlindungan yang diberikan oleh hukum kepada pihak ketiga sebagai pihak

yang menerima pengalihan Penjelasan atas peristiwa pengalihan tersebut

adalah sebagai berikut :

a. Mengalihkan benda ja minan fidusia kepada pihak ketiga

Pengalihan benda jaminan yang dilakukan debitor terjadi apabila

debitor pemberi fidusia memberikan benda jaminan ke dalam penguasaan

orang lain dengan cara menjual atau menggadaikan benda jaminan yang telah

difidusiakan. A pabila dihubungkan dengan gadai, pihak ketiga yang

Page 64: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

52

berkedudukan sebagai penerima benda gadai yang dialihkan padanya oleh

pemegang gadai, mendapatkan perlindungan berdasarkan Pasal 1152 ayat (4)

junto Pasal 1977 ayat (1) K.U.H. Perdata, yang pada intinya menyatakan

bahwa kreditor pemegang gadai tidak dapat dipertanggungjawabkan apabila

dia menerima benda gadai dari pemberi gadai yang bukan pemilik apabila

kreditor beritikad baik, yang berarti kreditor tidak mengetahui bahwa pemberi

gadai bukanlah pemilik dari benda gadai dan benda gadai bukan benda

bergerak atas nama.

Dalam hal jaminan fidusia, pihak ketiga yang menjadi pembeli atau

penerima jaminan gadai atas benda jaminan fidusia yang dialihkan padanya,

tidak mendapatkan perlindungan dari Pasal 1977 ayat (1) K.U.H. Perdata.

Karena dalam praktik fidusia, yang dijaminkan biasanya adalah benda

bergerak atas nama dengan bukti berupa hak milik yang telah dijaminkan

kepada kreditor penerima fidusia. Sehingga, berdasarkan hal tersebut pihak

ketiga dinyatakan tidak beritikad baik, karena seharusnya dia

mempertanyakan bukti kepemilikan atas benda yang dialihkan kepadanya,

sehingga dia mengetahui bahwa yang melakukan pengalihan bukanlah

pemilik atas benda tersebut.

b. Mengalihkan hak milik atas benda jaminan kepada pihak ketiga

(fidusia ulang)

Fidusia ulang terjadi apabila kreditor mengalihkan hak milik atas

benda jaminan fidusia yang ada padanya dengan menjaminkan kembali hak

milik tersebut dengan jaminan fidusia kepada pihak ketiga. Dalam hal ini,

Page 65: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

53

pihak ketiga penerima jaminan tidak mendapatkan perlindungan dari Pasal

1977 K.U.H. Perdata, karena pasal tersebut hanya memberikan perlindungan

kepada orang yang beritikad baik.

Pihak ketiga yang menerima jaminan tidak dapat dikatakan beritikad

aik, karena apabila ia beritikad baik maka ia akan menduga menduga – duga

di mana benda yang hak miliknya ada pada pihak yang mengalihkan (kreditor

penerima fidusia), tetapi karena pihak ketiga tetap menerima, maka pihak

ketiga tidak beritikad baik.48

Untuk memperjelas peristiwa hukum tersebut dapat dilihat dalam

skema dan contoh berikut ini :

Skema pengalihan benda jaminan fidusia oleh debitor

Berdasarkan skema tersebut dapat dideskripsikan bahwa pada

awalnya B melakukan perjanjian fidusia dengan C, sehingga hak milik atas

benda jaminan yang berada di B diserahkan kepada C. Kemudian, B

mengalihkan benda jaminan fidusia yang ada padanya dengan melakukan

48Ibid, hal. 50.

A B C

motor

motor

Hak milik

debitor Penerima gadai

kreditor

Perjanjian fidusia Perjanjian gadai

( I ) ( II )

Hak milik

penyerahan penyerahan

Page 66: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

54

perjanjian gadai dengan A. Dalam hal tersebut kedudukan B bukanlah lagi

sebagai pemilik dari benda jaminan, tapi sebagai peminjam pakai. Sebagai

peminjam pakai seharusnya B tidak berhak untuk memberikan jaminan gadai,

karena yang berhak untuk memberikan jaminan hanyalah pemilik dari benda

jaminan. Oleh karena itu perjanjian gadai antara A dan B adalah tidak sah.

Dalam peristiwa ini yang dijaminkan adalah motor yang

berkedudukan sebagai benda bergerak atas nama. Terhadap benda bergerak

atas nama yang dijadikan jaminan, maka pemilik dari benda tersebut dapat

diketahui dari bukti kepemilikan atas benda bergerak. Apabila A melakukan

perjanjian gadai dengan B, maka A tidak mendapatkan perlindungan dari

Pasal 1977 ayat (1) K.U.H. Perdata karena A berkedudukan sebagai kreditor

yang beritikad buruk. A berkedudukan sebagai kreditor beritikad buruk

karena A seharusnya mengetahui bahwa benda yang dijaminkan padanya

bukanlah benda milik B, hal tersebut dapat dibuktikan dengan B yang tidak

memegang bukti kepemilikan atas benda bergerak atas nama. Kecuali apabila

benda bergerak yang dijaminkan pada A adalah benda bergerak tidak atas

nama, maka A dapat menganggap yang menguasai benda itu adalah pemilik

dari benda. Sehingga A dinyatakan beriktikad baik dan dilindungi Pasal 1977

ayat (1) K.U.H. Perdata .

Page 67: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

55

Skema pengalihan oleh kreditor ( fidusia ulang )

Berdasarkan skema tersebut, pada awalnya B yang telah melakukan

perjanjian fidusia dengan C, sehingga B menerima hak milik atas benda

jaminan fidusia yang ada pada C. Kemudian, B yang mengalihkan hak milik

tersebut dengan melakukan perjanjian fidusia dengan A, sehingga hak milik

yang ada padanya diberikan kepada A. Dalam hal ini A juga berkedudukan

sebagai kreditor yang beritikad buruk., karena dengan melihat hak milik yang

bukan atas nama B, A harusnya telah mengetahui bahwa benda yang

dijaminkan bukanlah milik B dan tidak berada pada B. Namun, karena C

tetap menerima fidusia tersebut dengan mengetahui keadaan yang sebenarnya

maka C tidak beritikad baik dan tidak dilindungi Pasal 1977 ayat (1) K.U.H.

Perdata.

5. Sifat – Sifat fidusia

Sebagai suatu perjanjian jaminan, Fidusia memiliki sifat – sifat

tertentu yang membedakannya dengan jaminan lainnya. Fidusia memiliki

A B C

motor

Hak milik

debitor Kreditor penerima fidusia

( I ) ( II )

Hak milik

penyerahan penyerahan

Hak milik

Kreditor penerima fidusia

Perjanjian fidusia Perjanjian fidusia

Page 68: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

56

sifat accessoir, kebendaan, preferensi dan obligatoir, yang akan dijelaskan

sebagai berikut:

a. Sifat accessoir dari perjanjian jaminan fidusia

Perjanjian fidusia dibuat dengan tujuan untuk memberikan jaminan

terhadap pemenuhan prestasi yang timbul dari perjanjian pokok.

Oleh karena itu, perjanjian fidusia merupakan perjanjian accessoir

(ikutan). Sebagai perjanjian accessoir, perjanjian jaminan fidusia

memiliki sifat sebagai berikut :49

1. Sifat ketergantungan terhadap perjanjian pokok;

2. Keabsahannya semata – mata ditentukan oleh sah tidaknya

perjanjian pokok.

3. Sebagai perjanjian bersyarat, maka hanya dapat dilaksanakan jika

ketentuan yang disyaratkan dalam perjanjian pokok telah atau tidak

dipenuhi.

b. Sifat droit de suite

Fidusia sebagai hak kebendaan memiliki sifat droit de suite.

Pemberian sifat droite de suite ini dimaksudkan untuk memberikan

kedudukan yang kuat kepada pemegang tetap mengikuti bendanya

ke dalam siapa pun ia berpindah. Prinsip droit de suite berlaku

terhadap semua jaminan kebendaan yang memerikan hak kebendaan

kepada kreditornya. Dalam prinsip tersebut juga dapat terlihat

49Gunawan, Widjaja dan Ahmad Yani, Op. Cit. hal . 125.

Page 69: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

57

adanya pengecualian berlakunya sifat droit de suite yaitu pada benda

persediaan yang menjadi objek fidusia.

c. Sifat droit de preference

Sifat droit de preference atau sifat mendahului. Penerima fidusia

(kreditor) memiliki hak didahulukan atau diutamakan terhadap

kreditor lainnya, yaitu hak penerima fidusia untuk mengambil

pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi dari benda yang menjadi

objek jaminan fidusia, walaupun penerima fidusia adalah orang yang

pailit atau dilikuidasi.

d. Fidusia sebagai perjanjian obligatoir

Fidusia sebagai jaminan yang menimbulkan hak kebendaan

memberikan kedudukan yang didahulukan kepada kreditor dalam

pelunasan utangnya. Sebagai hak kebendaan, dengan sendirinya sifat

dan ciri – ciri hak kebendaan tersebut, fidusia bukanlah perjanjian

obligatoir yang bersifat perorangan. Namun, beberapa sarjana

menyatakan bahwa salah satu sifat fidusia adalah sebagai perjanjian

obligatoir.Perjanjian fidusia bersifat obligatoir, berarti hak penerima

fidusia merupakan hak milik sepenuhnya, meskipun hak tersebut

dibatasi oleh hal – hal yang ditetapkan bersama dalam perjanjian,

akan tetapi pembatasan hak milik ini bersifat pribadi yang lahir

karena adanya hubungan perutangan antara debitor dan kreditor.

Karena itu, penerima fidusia bebas untuk menentukan cara

Page 70: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

58

pemenuhan piutangnya terhadap benda yang dijaminkan melalui

fidusia.

6. Lahir dan hapusnya Fidusia

Indonesia menganut dua sistem hukum jaminan fidusia yaitu yang

berdasarkan yurisprudensi dan yang berdasarkan UUJF. Dalam fidusia yang

tunduk pada yurisprudensi, jaminan fidusia dianggap telah lahir apabila

jaminan fidusia sudah dinyatakan secara terang – terangan baik secara lisan

ataupun dibuat dengan akta di bawah tangan atau akta notaris, sedangkan

fidusia berdasarkan undang – undang jaminan fidusia dinyatakan telah lahir

apabila dibuat dengan akta notaris dan kemudian didaftarkan di kantor

pendaftaran fidusia.

Dalam fidusia yang tunduk pada yurisprudensi, untuk lahirnya

jaminan fidusia terjadi dalam tiga tahap :50

1. Tahap pendahuluan

Fidusia diawali dengan adanya perjanjian pokok yang biasanya

berupa perjanjian pinjam meminjam uang antara debitor dan

kreditor. Dalam perjanjian tersebut disepakati bahwa atas utang

debitor kepada kreditor, debitor menyerahkan hak kepemilikan atas

benda yang dimiliki debitor, dan kreditor berkewajiban untuk

mengembalikan benda milik debitor tersebut apabila debitor telah

melunasi utangnya. Namun, apabila debitor tidak dapat melunasi

50 Martin Roestamy, 2009, Hukum Jaminan Fidusia, Perlindungan Hukum Terhadap

Kreditor Pemegang Fidusia Atas Benda Tidak Terdaftar, Bogor, Unida Press, hal. 57.

Page 71: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

59

utangnya maka kreditor berhak untuk melakukan eksekusi dengan

menjual barang milik debitor untuk mendapatkan pelunasan utang.

Perjanjian ini dalam praktik di masyarakat biasanya dilakukan

dengan akta, baik dengan akta di bawah tangan ataupun dengan akta

autentik, walaupun pada tidak secara tegas disyaratkan bahwa

perjanjian tersebut harus tertulis sehingga secara teoritis perjanjian

ini dapat juga dilakukan secara lisan, tapi demi keamanan biasanya

para pihak menggunakan akta. 51 Akta tersebut dimaksudkan untuk

dijadikan bukti, maka agar akta itu memiliki kekuatan hukum

sebagai bukti tertulis, akta itu harus memenuhi syarat – syarat untuk

itu. Akta itu harus ditandatangani oleh orang, terhadap siapa bukti

itu akan digunakan, dan secara sah sampai di tangan pihak untuk

keuntungan siapa bukti itu diadakan. Pada akta di bawah tangan,

biasanya caranya adalah dengan menyerahkan akta yang

bersangkutan.Yang penting adalah bahwa di dalam akta fidusia

disebutkan secara jelas adanya kehendak/maksud untuk

menyerahkan hak milik benda fidusia sebagai jaminan kepada

kreditor dan bahwa penyerahan itu telah diterima oleh kreditor, juga

perlu disebutkan bahwa selanjutnya debitor fidusia tidak lagi

memegang benda fidusia untuk dirinya sendiri, tetapi untuk

kreditor.52J. Satrio menyatakan bahwa lahirnya hak jaminan fidusia

berdasarkan yurisprudensi pada perjanjian fidusia yang di bawah

51 J. Satrio,Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan Fidusia,Op. Cit, hal. 85. 52 Ibid, hal, 86.

Page 72: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

60

tangan menimbulkan akibat hukum hanya bagi para pihak yang

mengadakannya. Perjanjian tersebut tidak berlaku bagi pihak ketiga.

Menurut Meijers, yang dimaksud dengan pihak ketiga di sini adalah

para kreditor konkuren

2. Tahap penyerahan hak kebendaan secara constitutum possessorium

Dalam tahap ini dilakukan penyerahan hak kebendaan yang

dilakukan oleh pemberi jaminan fidusia kepada penerima jaminan

fidusia. penyerahan tersebut bersifat abstrak karena dalam

kenyataannya benda – benda yang diserahkan tersebut tidak pernah

berpindah penguasaannya dari pemberi fidusia kepada penerima

fidusia, benda yang diserahkan sebagai jaminan tetap berada pada

pemberi jaminan. Penyerahan tersebut dilakukan secara constitutum

possessorium, artinya benda tetap dikuasai oleh debitor walaupun

hak miliknya tetap berpindah kepada kreditor. Menurut kebiasaan,

penyerahan hak milik atas dasar kepercayaan tersebut dilakukan

dengan menandatangani surat penyerahan hak milik yang dilampiri

dengan daftar barang – barang yang diserahkan. daftar tersebut

memuat secara rinci barang – barang yang dijaminkan itu dengan

rumusan kata – kata yang jelas. Dengan penandatanganan

aktapenyerahan maka lahirlah jaminan fidusia

3. Tahap pinjam pakai

Tahap ini disebut juga fase perjanjian pinjam pakai antara pemberi

fidusia dengan penerima fidusia, artinya kreditor selaku pemilik

Page 73: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

61

dengan kewenangannya yang terbatas meminjamkan kepada debitor

benda jaminan dengan ketentuan bahwa debitor harus merawat

benda tersebut.Pada dasarnya klausul perjanjian fidusia adalah

hampir sama walaupun objeknya berbeda. Misalnya, apabila hak

kebendaan yang dijaminkan berupa benda bergerak tidak berwujud

yaitu piutang maka hak untuk menagih utang tetap dilakukan oleh

pemberi jaminan walaupun pemindahan kekuasaan untuk menagih

utang ada pada penerima jaminan. Demikian pula pada bergerak

yang berwujud, hak untuk menggunakan benda tersebut ada pada

pemberi fidusia walaupun hak kepemilikannya berada pada penerima

fidusia. 53

Dengan lahirnya hak jaminan fidusia berdasarkan yurisprudensi,

maka muncul hak dan kewajiban bagi para pihak yang mengadakannya. Hak

utama kreditor penerima fidusia adalah menjual objek jaminan fidusia

(eksekusi) dalam hal debitor wanprestasi untuk mengambil pelunasan atas

utang debitor, dengan kewajiban bahwa kreditor akan mengembalikan uang

sisa hasil penjualan benda jaminan fidusia. Sedangkan, debitor pemberi

fidusia berkewajiban untuk menyerahkan benda yang menjadi objek jaminan

fidusia dalam rangka pelaksanaan eksekusi.

Setelah mengetahui mengenai lahirnya fidusia, maka harus diketahui

juga tentang bagaimana suatu jaminan fidusia dikatakan hapus. Hapusnya

fidusia pada dasarnya adalah sama baik fidusia yang tunduk pada

53Martin Roestamy,Op. Cit, hal. 58.

Page 74: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

62

yurisprudensi ataupun fidusia yang tunduk pada UUJF. Hapusnya jaminan

fidusia secara umum dapat disebabkan karena hal – hal berikut :

a. Hapusnya utang yang dijamin dengan jaminan fidusia;

b. Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia;

c. Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia.

Hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia, memiliki arti : Bila

disesuaikan dengan sifat accessoir dari jaminan fidusia, adanya jaminan

fidusia tergantung pada adanya perikatan pokoknya yang menimbulkan utang

dan piutang. Apabila utang tersebut hapus maka dengan sendirinya jaminan

fidusia juga hapus. Pengertian utang dalam hal ini berarti adalah suatu

perikatan, maka dalam hal demikian Pasal 1381 K.U.H. Perdata yang

mengatur hapusnya perikatan juga dapat diterapkan contohnya dengan adanya

pelunasan atau pembaharuan utang (novasi).

Dengan hapusnya jaminan fidusia dalam hal hapusnya utang yang

dijamin dengan jaminan fidusai, hak kepemilikan atas objek jaminan fidusia

dengan sendirinya akan kembali kepada pemberi fidusia, karena telah

terpenuhinya syarat batal (onder ontbindende voorwaarde). Untuk itu tidak

diperlukan adanya tindakan pengalihan kembali atas hak kepemilikan benda

yang dijadikan objek jaminan fidusia dari penerima fidusia kepada pemberi

fidusia. Hal ini juga sesuai dengan sifat accessoir jaminan fidusia. 54

Pelepasan hak jaminan fidusia oleh penerima fidusia dapat menjadi

salah satu sebab hapusnya hak jaminan fidusia. Hal tersebut adalah dapat

54Rachmadi Usman, Op. Cit. hal. 226.

Page 75: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

63

dibenarkan mengingat penerima fidusia adalah pihak yang memiliki hak atas

jaminan fidusia tersebut. Jadi, apabila penerima fidusia secara sukarela tidak

jadi untuk mengikatkan perjanjian pokoknya dengan jaminan fidusia maka

secara otomatis fidusia hapus, karena pada dasarnya fidusia diperikatkan agar

penerima fidusia mendapatkan jaminan pelunasan.

Seperti perikaran pada umumnya, apabila objek perikatan musnah

maka perikatan dapat dikatakan berakhir kecuali apabila diperjanjikan lain.

Hapusnya fidusia apabila barang jaminan musnah juga dapat dibenarkan,

karena apabila tidak ada objek jaminan fidusia maka fungsi dari fidusia

sebagai jaminan sudah tidak berlaku lagi.

D. Hapusnya Perikatan

Telah diuraikan dalam kajian mengenai gadai dan fidusia, bahwa hak-

hak jaminan kebendaan sebagai jaminan accessoir mempunyai sifat akan hapus

bila perjanjian pokok yang dijaminnya hapus. Uraian berikut adalah mengenai

hapusnya perikatan sebagaimana diatur dalam K.U.H. Perdata.

Dalam K.U.H. Perdata , hapusnya perikatan diatur dalam Bab IV Buku

III Pasal 1381 K.U.H. Perdata, ketentuan mengenai hapusnya perikatan yang

diatur dalam Pasal tersebut berlaku baik untuk perikatan yang lahir dari

perjanjian maupun yang lahir dari undang – undang. Dalam Pasal 1381 K.U.H.

Perdata disebutkan 11 (sebelas) hal yang menyebabkan hapusnya perikatan,

namun da lam penulisan ini penulis hanya akan membahas dua saja yaitu

hapusnya perikatan karena pembayaran dan hapusnya perikatan karena

pembaharuan hutang.

Page 76: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

64

1. Hapusnya Perikatan Karena Pembayaran

Kata pembayaran dalam kehidupan sehari – hari selalu dikaitkan

dengan penyerahan sejumlah uang tertentu, padahal yang dimaksud dengan

pembayaran dalam Pasal 1381 adalah lebih luas daripada sekadar membayar

sejumlah uang. Yang dimaksud undang – undang atas pembayaran ialah

pelaksanaan atas pemenuhan atau pelunasan tiap wujud perikatan.

Pada asasnya hanya orang berkepentingan saja, yaitu orang yang

berhutang yang dapat melakukan pembayaran secara sah untuk memenuhi

prestasi, tetapi seorang pihak ketiga yang tidak berkepentingan pun dapat

melakukan pembayaran secara sah untuk memenuhi prestasi asalkan pihak

ketiga itu bertindak atas nama si berhutang atau jika ia bertindak atas

namanya sendiri asalkan ia tidak menggantikan kedudukan si kreditor.

Pasal tersebut pada intinya menetapkan bahwa siapa saja boleh

melakukan pembayaran untuk memenuhi suatu perikatan si berhutang dengan

syarat apabila yang membayar adalah pihak ketiga, pihak ketiga tidak

menggantikan hak – hak si berpiutang atas pemenuhan suatu prestasi. Karena

jika pihak ketiga menggantikan hak – hak si berpiutang berarti perikatan

sebenarnya masih hidup, hanya kreditornya saja yang berbeda. Selain itu

Pasal 1382 tidak mengatur mengenai pergantian hak, Menggantikan hak –

hak si berpiutang dinamakan Subrogasi yang diatur dalam Pasal 1400 s/d

1403 K.U.H. Perdata .

Dalam hal subrogasi, hutang telah terbayar lunas oleh seorang pihak

ketiga, hanya perikatan hutang – hutang masih hidup terus karena pihak

Page 77: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

65

ketiga itu lalu menggantikan hak – hak si berpiutang terhadap diri si

berhutang. Subrogasi dapat terjadi dengan suatu perjanjian antara pihak

ketiga yang membayar hutang dan si berhutang yang menerima pembayaran

itu, atau karena penetapan undang – undang. 55

2. Hapusnya Perikatan Karena Pembaharuan Hutang (Novasi)

Novasi adalah perjanjian dengan mana suatu perikatan dihapuskan

dan sekaligus diadakan atau dilahirkan perikatan baru yang menggantikan

perikatan yang lama yang telah hapus. 56 Novasi diadakan berdasarkan

perjanjian antara para pihak sehingga sebagaimana pada perjanjian pada

umumnya, novasi harus memenuhi syarat – syarat perjanjian yang diatur

dalam Pasal 1320 K.U.H. Perdata. Maka dengan demikian, syarat untuk

adanya novasi ada dua hal, yaitu :57

1. Adanya perikatan yang lahir dari perjanjian ataupun undang –

undang yang hendak diganti;

2. Adanya perikatan baru yang hanya lahir dari perjanjian dengan

klausul untuk “menghapus” perikatan sebelumnya.

Dalam mengadakan Novasi disyaratkan ada nya kehendak untuk

mengadakan novasi yang dinyatakan secara tegas, namun undang – undang

tidak mensyaratkan bentuk tertulis, walaupun biasanya diungkapkan dalam

suatu perjanjian. Antara perikatan yang lama dengan yang baru terdapat

hubungan kausal, maksudnya adalah bahwa penghapusan perikatan lama

55 Subekti, Op.Cit. hal. 155. 56 J. Satrio, 1996, Hukum Perikatan: Tentang Hapusnya Perikatan Bagian 2, B andung,

PT. Citra Aditya Bakti, hal. 4. 57Ibid, hal. 15.

Page 78: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

66

dilakukan haruslah dengan cara membuat perikatan yang baru, dengan

konsekuensi bahwa adanya cacat pada perjanjian novasi dan perjanjian novasi

itu menjadi batal, maka perjanjian yang lama tidak hapus.

Ada 3 macam cara untuk terjadinya novasi yang diatur dalam pasal

1413, yaitu :

1. Apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan utang baru guna orang yang mengutangkan kepadanya, yang menggantikan utang yang lama, yang dihapus karenanya (Novasi Objektif);

2. Apabila seorang berutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang berutang lama yang oleh si berutang dibebaskan dari perikatannya (Novasi Subjektif Pasif);

3. Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang berpiutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang berpiutang lama, terhadap siapa si berutang dibebaskan dari piutangannya (Novasi Subjektif Aktiv).

a. Novasi Objektif

Novasi objektif didasarkan atas Pasal 1413 sub 1 K.U.H. Perdata.

Novasi objektif memiliki arti bahwa perikatan yang terjadi di antara debitor

dan kreditor digantikan dengan perikatan yang baru. Pergantian yang

dimaksud di sini adalah pergantian “objek prestasi perikatan”. Apabila objek

prestasi perikatan berupa benda, baru dapat dikatakan terjadi pergantian objek

prestasi apabila ada perubahan identitas yang cukup besar pada benda yang

bersangkutan, untuk itu harus dilihat pada fungsi dari benda tersebut

berdasarkan pandangan masyarakat secara umum.58

Apabila objek perikatannya berupa tindakan penyerahan benda

tertentu (untuk memberikan sesuatu), suatu perbuatan tertentu (kewajiban

melakukan sesuatu), atau bahkan kewajiban untuk mengambil sikap tertentu

58 J. Satrio, Hukum Perikatan: Tentang Hapusnya Perikatan Bagian 2, Op.Cit, hal. 24.

Page 79: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

67

(untuk tidak melakukan sesuatu) biasanya tidak dianggap sebagai perubahan

objek prestasi. Misalkan : Perjanjian jual beli dengan membayar sejumlah

uang atas suatu harga barang diubah menjadi tukar menukar barang.

Doktrin masih mengenal satu macam lagi jenis novasi objektif selain

perubahan dalam objek prestasi, yaitu persetujuan untuk mengubah daripada

perjanjian antara para pihak. Dalam peristiwa novasi seperti ini dapat terjadi

apabila objek prestasi perikatan (kewajiban debitor) tidak berubah, tetapi para

pihak sepakat untuk mengubah sumber daripada perikatan mereka. Misalnya :

kesepakatan untuk mengubah hutang berdasarkan jual beli menjadi hutang

berdasarkan hutang piutang (Teori Novasi).59

b. Novasi subjektif pasif

Dasar dari novasi subjektif pasif adalah Pasal 1413 sub 2 K.U.H.

Perdata. Di sini yang diganti adalah orang yang berhutang (debitor) yang

memiliki kewajiban prestasi terhadap kreditor atau orang yang berada pada

segi passiva. 60 Untuk lahirnya novasi subjektif pasif, terlebih dahulu harus

ada kesepakatan yang didasarkan atas perjanjian antara :

1. Debitor lama dengan Debitor baru

Dalam novasi subjektif pasif debitor lama akan digantikan dengan

debitor yang baru, sehingga harus ada persetujuan dari debitor yang

baru untuk bersedia menggantikan kewajiban dari debitor yang lama.

2. Debitor lama dengan Kreditor

59Ibid, hal. 30. 60Ibid, hal. 33.

Page 80: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

68

Debitor lama berkewajiban untuk memberitahukan dan mendapatkan

persetujuan dari kreditor atas pergantian subjek yang akan

memenuhi prestasi kepada kreditor dan membebaskan debitor lama

dari perikatannya.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa novasi subjektif

pasif merupakan perjanjian antara tiga pihak, yaitu antara debitor lama

dengan debitor baru dan antara debitor lama dengan kreditor, yang berarti

bahwa debitor baru mau menggantikan debitor lama sebagai debitor dan

bahwa kreditor menerima debitor lama digantikan kedudukannya dengan

debitor baru. 61 Akibat hukum dengan diadakannya novasi subjektif pasif ini

adalah bawa kreditor tidak dapat menuntut kembali pemenuhan prestasi

kepada debitor lama, karena dengan digantikannya debitor lama menjadi

debitor baru, maka hubungan antara kreditor dengan debitor lama juga hapus.

c. Novasi subjektif aktif

Pada novasi subjektif aktif terjadi pergantian pada pihak kreditor,

dari kreditor yang lama menjadi kreditor yang baru. Dengan pergantian

kreditor tersebut, debitor dibebaskan dari perikatan dengan kreditor yang

lama. Novasi ini juga dapat terjadi karena perubahan komposisi kreditor,

misalnya dari seorang kreditor menjadi beberapa kreditor. 62

Dalam literatur tidak disebutkan mengenai syarat terjadinya novasi

subjektif aktif. Pada dasarnya novasi subjektif pasif dan novasi subjektif aktif

adalah sama – sama perjanjian tiga pihak antara debitor lama – debitor baru –

61Ibid, hal. 34. 62Ibid, hal. 45

Page 81: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

69

dan kreditor di mana ada perikatan baru untuk menghapuskan perikatan lama

dengan mengubah salah satu pihak dalam perikatan.

Perbedaannya hanyalah bahwa dalam novasi subjektif pasif yang

berubah adalah pihak debitor, sedangkan dalam novasi subjektif aktif yang

berubah adalah pihak kreditor. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa syarat terjadinya novasi subjektif pasif dapat

dianalogikan untuk menjadi syarat terjadinya novasi subjektif aktif. Sehingga,

untuk lahirnya novasi subjektif aktif harus didasarkan kesepakatan antara para

pihak, yaitu :

1. Kreditor lama dengan Kreditor baru

Dalam novasi subjektif aktif terjadi pergantian kedudukan dari

kreditor yang lama menjadi kreditor yang baru. Sehingga, agar

novasi tersebut sah, maka harus ada persetujuan dari kreditor yang

baru untuk bersedia menggantikan kedudukan kreditor lama dalam

menerima pemenuhan prestasi dari debitor

2. Kreditor lama dengan Debitor

Kreditor lama berkewajiban untuk memberitahukan dan

mendapatkan persetujuan dari debitor atas pergantian subjek yang

akan menerima pemenuhan prestasi dari debitor. Pemberitahuan ini

bertujuan agar debitor mengetahui kepada siapa dia seharusnya

memenuhi kewajibannya, dan dengan adanya pemberitahuan ini,

pihak debitor juga mengetahui bahwa dia tidak berkewajiban lagi

untuk memenuhi kewajibannya kepada kreditor lama. Karena novasi

Page 82: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

70

subjektif aktif sudah menghapuskan perikatan lama yang dilakukan

antara kreditor lama dengan debitor.

Dalam terjadinya novasi subjektif, baik novasi subjektif aktif

maupun novasi subjektif pasif disyaratkan juga adanya kehendak yang datang

dari para pihak untuk mengadakan novasi. Kehendak ini bisa datang baik dari

pihak debitor maupun pihak kreditor. Berdasar kan kehendaknya, terjadinya

novasi subjektif dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

1. Expromissio

Pasal 1416 K.U.H. Perdata mengatakan bahwa :

“Pembaharuan utang dengan penunjukan seorang berutang baru untuk mengganti yang lama dapat dijalankan tanpa bantuan orang berutang yang pertama.” Dalam pasal tersebut mengatur bahwa novasi subjektif dapat terjadi

tanpa mengikutsertakan pihak debitor lama ( Novasi subjektif pasif ) atau

kreditor lama (Novasi Subjektif Pasif ). Sehingga novasi di sini hanya

dilaksanakan oleh dua pihak saja, yaitu pihak debitor baru dan kreditor

(Novasi subjektif pasif ) dan juga pihak debitor dan kreditor lama (Novasi

subjektif aktif ). Dalam doktrin, terjadinya novasi ini disebut dengan

“Exprommisso” yang mensyaratkan adanya kehendak dari pihak kreditor

untuk mengadakan novasi. 63

2. Delegasi atau pemindahan

Pasal 1417 mengatakan bahwa :

“Delegasi atau pemindahan, dengan mana seorang berhutang, memberikan kepada orang yang menghutangkan padanya seorang

63Ibid, hal. 35.

Page 83: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

71

yang berutang baru, yang mengikatkan dirinya kepada si berpiutang, tidak menerbitkan suatu pembaharuan utang, jika si berpiutang tidak secara tegas menyatakan, bahwa ia bermaksud untuk membebaskan orang berutang yang melakukan pemindahan itu.” Berdasarkan pasal tersebut, dapat diketahui bahwa novasi subjektif

juga dapat terjadi apabila ada kehendak, yang berasal dari debitor untuk

mengadakan novasi, dengan syarat bahwa para pihak harus menyatakan

menyetujui dan menerima adanya pergantian salah satu pihak dalam perikatan

yang baru. Walaupun pasal tersebut cenderung mengatur mengenai novasi

subjektif pasif dengan adanya kalimat “Memberikan...seorang berutang baru.”

Namun, menurut Rutten delegasi bukanlah istilah yang hanya diterapkan pada

novasi subjektif pasif saja tetapi juga untuk novasi subjektif aktif. Sehingga,

dalam novasi subjektif aktiv debitor dapat merekomendasikan kreditor baru

untuk menggantikan kreditor lama.64

3. Akibat Novasi

a. Akibat novasi bagi kreditor

Akibat novasi bagi kreditor diatur dalam Pasal 1418 K.U.H. Perdata

yang menyatakan bahwa :

“Si berpiutang yang membebaskan si berutang yang telah melakukan pemindahan, tak dapat menuntut orang tersebut, jika orang yang ditunjuk untuk mengalihkan itu jatuh dalam keadaan pailit atau nyata – nyata tak mampu, kecuali jika hak penuntutan itu dengan tegas dipertahankan dalam perjanjian, atau jika orang berutang yang ditunjuk sebagai pengganti itu pada saat pemindahan telah nyata – nyata bangkrut, atau telah berada dalam keadaan terus – menerus merosot kekayaannya.”

64Ibid, hal. 39.

Page 84: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

72

Pasal tersebut pa da intinya menerangkan bahwa, setelah terjadinya

novasi, kreditor yang telah membebaskan debitor tidak dapat menuntut

debitor lama apabila debitor baru yang menggantikan jatuh pailit, kecuali

apabila debitor baru tanpa diketahui kreditor sejak awal sudah dalam keadaan

pailit atau telah diperjanjikan sebelumnya dalam perjanjian bahwa kreditor

berhak menuntut apabila debitor baru pailit maka kreditor berhak untuk

menuntut debitor lama. Dasar pikiran dari hal tersebut adalah bahwa kreditor

memiliki resiko tidak dipenuhinya prestasi baik dari debitor lama ataupun

debitor baru.65

b. Akibat novasi terhadap jaminan kebendaan

Akibat novasi terhadap jaminan – jaminan kebendaan diatur dalam

Pasal 1421 K.U.H. Perdata yang menyatakan bahwa :

“Hak – hak istimewa dan hipotik – hipotik yang melekat pada piutang lama, tidak berpindah kepada piutang baru yang menggantikannya, kecuali kalau hal itu secara tegas dipertahankan oleh si berpiutang.” Pasal tersebut pada intinya menerangkan bahwa semua jaminan pada

perikatan lama menjadi hapus termasuk jaminan gadai dan fidusia, kecuali

kreditor menghendaki tetap mempertahankan jaminan untuk tetap ada.

Namun, ketentuan tersebut bertentangan dengan prinsip jaminan sebagai

suatu perjanjian assesoir yang berarti hapusnya perikatan pokok memiliki

akibat hukum bahwa jaminan yang mengikuti perikatan tersebut juga hapus.

65Ibid, hal. 48.

Page 85: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

73

Mengenai hal tersebut J. Satrio mengatakan bahwa untuk

mempertahankan jaminan maka para pihak harus memperjanjikan lagi

jaminannya. Hal ini berarti memperjanjikan ulang jaminan adalah cara untuk

mempertahankan jaminan yang dimaksud dalam Pasal 1421 K.U.H. Perdata,

karena pada prinsipnya jika perikatan pokok hapus maka perikatan assesoir

juga ikut hapus. 66

66Ibid, hal. 52

Page 86: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

74

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan

suatu masalah, sedang penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun

dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia,

maka metode penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan

tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan

penelitian. 67

Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah

yang di dasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang

bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu,

dengan jalan menganalisisnya. Kecuali itu juga diadakan pemeriksaan yang

mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan

suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala

yang bersangkutan. 68

A. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

metode yuridis normatifyaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji

penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif. Penelitian

67 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press. hal. 6. 68Ibid, hal.43.

Page 87: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

75

yuridis normatif membahas mengenai doktrin-doktrin atau asas-asas dalam

ilmu hukum. Penelitian ini kerap disebut penelitian yang bersifat teoritis. 69

B. Spesifikasi Penelitian

Bentuk penelitian ini bersifat preskriptif yaitu dengan mempelajari

tujuan hukum, asas-asas hukum, validitas aturan hukum, konsep-konsep

hukum, dan norma-norma hukum. Penelitian ini menggambarkan keadaan

dari objek yang diteliti dengan keyakinan-keyakinan tertentu yang didasarkan

atas peraturan perundang-undangan yang ada dan kemudian mengambil

kesimpulan dari bahan-bahan tentang objek masalah yang akan diteliti dengan

keyakinan-keyakinan tertentu dan menetapkan standar prosedur, kete ntuan-

ketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini mengambil tempat di PT. Federal International

Finance Cabang Tanggerang yang beralamatkan di Jl. Jenderal Soedirman,

Ruko Tanggerang City, Blok. D.16 No.17.

D. Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai

otoritas,70 antara lain sebagai berikut :

a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

69Zainuddin Ali,2009 , Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar grafika, hal. 24. 70Ibid, hal. 47

Page 88: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

76

b. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan

Fidusia

2. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum yang

merupakan dokumen-dokumen yang petunjuk petunjuk atau

penjelasan mengenai bahan hukum primer,71 yaitu pustaka di bidang

ilmu hukum yang berkaitan dengan penelitian dan dokumen-

dokumen yang diperoleh dari PT. Federal International Finance

Cabang Tangerang antara lain sebagai berikut :

a. Perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor103000921411.

b. Surat Kuasa Pembebanan Jaminan Fidusia

c. Perjanjian Oper Alih Kredit

E. Metode Penyajian Bahan Hukum

Metode penyajian bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode display, yang merupakan suatu kegiatan memilah-milah bahan

hukum ke dalam bagian-bagian tertentu yang mendeskripsikan seluruh bahan

hukum yang dikumpulkan. Dalam kegiatan ini, bahan hukum akan disajikan

dalam bentuk Teks Naratif.

F. Metode Analisa Bahan Hukum

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisis data normatif kualitatif dengan model interpretasi hukum dan

model analisa logika deduktif. Metode analisis normatif kualitatif, yaitu

71Ibid, hal. 56

Page 89: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

77

pembahasan dan penjabaran yang disusun secara logis terhadap hasil

penelitian terhadap norma, kaidah, maupun teori hukum yang relevan dengan

pokok permasalahan. Sedangkan model analisis logika deduktif adalah

menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap

permasalahan ya ng konkret yang dihadapi.

Page 90: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

78

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, didapatkan data

sekunder berupa perjanjian pembiayaan konsumen dan perjanjian pengalihan

hak dan kewajiban, yaitu sebagai berikut:

Data 1. Perjanjian Pembiayaan Konsumen

1.1 Judul perjanjian : Perjanjian Pembiayaan Konsumen PT. Federal

International Finance (FIF) Nomor 103000921411.

1.2 Para pihak

- Pihak pertama : PT. Federal International Finance

(Perusahaan Pembiayaan Konsumen)

- Pihak kedua : Firdiyanto

(Penerima Fasilitas yang menerima pembiayaan)

- Supplier : Penyedia barang konsumen (sepeda motor).

1.3 Objek jual beli : Sepeda motor second merek Honda Revo 110

Spoke Tahun 2011, Warna Hitam. Nomor BPKB

H09920189 atas nama Dede Suhendra

1.4 Struktur Pembiayaan Konsumen

Fasilitas pembiayaan konsumen diberikan kepada Penerima Fasilitas

oleh Pemberi Fasilitas dengan struktur pembiayaan konsumen yang

disepakati sebagai berikut :

Page 91: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

79

- Pokok pembiayaan sejumlah Rp. 8.819.300.

- Bunga sejumlah Rp. 4.585.700.

- Hutang pembiayaan sejumlah Rp. 13.405.000.

- Periode pembayaran 14 Agustus 2011 – 14 Juni 2014 dengan waktu

pembayaran 35 (tiga puluh lima) kali.

- Pembayaran dilakukan secara angsuran sebesar Rp. 383.000 per

bulan dan jatuh tempo pada tanggal 14 setiap bulannya dengan biaya

keterlambatan 0.50 % per hari.

1.5 Hubungan hukum (perjanjian pembiayaan)

- Penerima Fasilitas menerima fasilita s pembiayaan dan menyetujui

fasilitas pembiayaan tersebut langsung pembayaran fasilitas tersebut

langsung dibayarkan kepada dealer oleh Pemberi Fasilitas.

- Penerima Fasilitas dengan ini menyatakan berhutang kepada

Pemberi Fasilitas dan Pemberi Fasilitas mempunyai piutang kepada

Penerima Fasilitas atas hutang pembiayaan Hutang pembiayaan

sejumlah Rp. 13.405.000.

- Penerima Fasilitas telah menerima barang yang dibayar Pemberi

Fasilitas dari Dealer Sepeda motor merek Honda Revo 110 Spoke,

Tahun 2011, Warna Hitam. Nomor BPKB H 09920189.

1.6 Kewajiban Penerima Fasilitas (Konsumen).

- Membayar angsuran selambat-lambatnya pada saat jatuh tempo

secara tertib dan teratur. Pembayaran angsuran dianggap sah dan

Page 92: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

80

diterima apabila telah dapat diuangkan dan / atau tercatat pada

rekening Pemberi Fasilitas.

- Membayar bunga atas uang pokok pembiayaan kepada Penerima

Fasilitas dan wajib dibayar kepada Pemberi Fasilitas dalam

angsuran.

- Membayar denda atas setiap keterlambatan pembayaran angsuran

yang dihitung per hari dari jumlah angsuran yang terutang sejak saat

jatuh temponya hingga terbayarkannya angsuran tersebut ditambah

biaya tagih.

- Menanggung setiap beban pajak atas barang dan biaya-biaya lain

yang timbul sehubungan dengan fasilitas pembiayaan ini.

- Memelihara dan menjaga keutuhan barang tersebut sebaik-baiknya

dan memperbaiki segala kerusakan atas biaya Penerima Fasilitas

sendiri hingga setiap saat dan dari waktu ke waktu barang digunakan

sebagaimana mestinya.

- Mengizinkan / atau memperbolehkan Pemberi Fasilitas dan / atau

kuasanya untuk melihat dan / atau memeriksa kondisi / keadaan

barang di manapun barang tersebut berada, termasuk memasuki

ruangan apapun bukan sebagai tindakan memasuki ruangan orang

lain tanpa izin.

1.7 Larangan Penerima Fasilitas

- Dilarang mengalihkan dengan cara apapun termasuk tetapi tidak

terbatas pada menggadaikan, menjaminkan, menyewakan atau

Page 93: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

81

menjual barang, baik seluruhnya ataupun sebagian kepada pihak lain

kecuali dengan persetujuan tertulis dari Pemberi Fas ilitas

sebelumnya.

1.8 Penjaminan

Untuk menjamin pelunasan setiap dan seluruh kewajiban Penerima

Fasilitas berdasarkan perjanjian pembiayaan ini, Penerima Fasilitas setuju dan

sepakat mengikatkan diri kepada Pemberi Fasilitas untuk menyerahkan

dokumen barang, yaitu Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) kepada

Pemberi Fasilitas terhitung sejak diterbitkannya BPKB (bagi kendaraan baru)

atau sejak menandatangani perjanjian pembiayaan ini (bagi kendaraan bekas

pakai) hingga seluruh kewajiban Penerima Fasilitas terhadap Pemberi

Fasilitas berdasarkan perjanjian pembiayaan ini lunas.

1.9 Cidera janji

Penerima Fasilitas dinyatakan telah melakukan cidera janji yang

dengan lewatnya waktu telah cukup membuktikan untuk mana hal tersebut

tidak perlu dibuktikan lagi dengan suatu surat atau apapun akan tetapi cukup

dengan terjadinya salah satu atau lebih keadaan sebagai berikut :

- Penerima Fasilitas lalai dan/atau tidak dan/atau gagal memenuhi satu

atau lebih kewajiban sebagaimana ditentukan dalam perjanjian ini.

- Penerima Fasilitas lalai dan/tidak dan/gagal melakukan pembayaran

angsuran selambat- lambatnya pada tanggal jatuh tempo.

Page 94: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

82

- Penerima Fasilitas dimohonkan pailit, diletakkan di bawah

pengampunan, likuidasi atau mengajukan penundaan pembayaran

hutang.

- Penerima Fasilita s melakukan cidera janji kepada Pemberi Fasilitas

berdasarkan perikatan – perikatan dan/atau perjanjian lainnya yang

dibuat dan ditandatangani dengan Pemberi Fasilitas.

1.10 Akibat cidera janji

- Pemberi Fasilitas berhak menuntut pelunasan kepada Penerima

Fasilitas, sebagaimana Penerima Fasilitas sepakat untuk melakukan

pelunasan atas seluruh/sisa kewajiban Penerima Fasilitas yang masih

ada, untuk seketika dan sekaligus lunas.

- Apabila Penerima Fasilitas tidak dapat melunasi seluruh/sisa

kewajibannya terhadap Pemberi Fasilitas maka Penerima Fasilitas

sepakat mengikatkan diri untuk menyerahkan barang kepada

Pemberi Fasilitas sebagaimana Pemberi Fasilitas berhak mengambil

atau menerima penyerahan barang berikut setiap dokumennya yang

terkait, termasuk STNK untuk dijualkan dengan cara yang dianggap

baik oleh Pemberi Fasilitas atau melalui institusi yang berwenang

untuk menjualkan barang guna pelunasan seluruh / sisa kewajiban

Penerima Fasilitas yang masih terutang setelah dikurangi biaya –

biaya yang dikeluarkan oleh Pemberi Fasilitas.

- Perjanjian dan penyerahan barang tidak berarti Penerima Fasilitas

telah melunasi kewajiban yang masih terutang kepada Pemberi

Page 95: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

83

Fasilitas, apabila hasil penjualan barang tidak mencukupi pelunasan

kewajibannya kepada Pemberi Fasilitas maka Penerima Fasilitas

berkewajiban untuk membayar sisanya kepada Pemberi Fasilitas

hingga seluruh kewajiban Penerima Fasilitas kepada Pemberi

Fasilitas lunas demikian sebaliknya.

1.11 Berakhirnya Perjanjian Pembiayaan

Perjanjian pembiayaan ini berakhir apabila Penerima Fasilitas telah

melunasi setiap dan seluruh kewajibannya berdasarkan perjanjian

pembiayaan ini kepada Pemberi Fasilitas.

1.12 Penyelesaian Perselisihan

Segala perselisihan yang mungkin timbul dari pelaksanaan perjanjian

pembiayaan ini, para pihak setuju memilih domisili hukum yang tetap dan

seumumnya di kantor panitera pengadilan negeri yang wilayah hukumnya

meliputi kantor cabang Pemberi Fasilitas atau di tempat lainnya yang

ditunjuk oleh Pemberi Fasilitas.

1.13 Lain – Lain

- Segala sengketa atau resiko lainnya yang timbul akibat hubungan

Penerima Fasilitas dengan Dealer selama perjanjian ini berlangsung

termasuk tetapi tidak terbatas pada dokumen barang seperti STNK

dan/atau BPKB tidak menghalangi hak – hak Pemberi Fasilitas dan

Penerima Fasilitas sesuai isi perjanjian pembiayaan ini.

- Pemberi Fasilitas berhak untuk melakukan pelaporan pidana atas

tindakan Penerima Fasilitas dengan mengalihkan dengan cara

Page 96: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

84

apapun termasuk tetapi tidak terbatas pada menggadaikan,

menjaminkan, menyewakan, atau menjual barang baik seluruhnya

ataupun sebagian pada pihak lain tanpa persetujuan tertulis dari

Pemberi Fasilitas serta kebenaran atas data, informasi, identitas diri,

dokumen, keterangan atau uraian yang disampaikan Penerima

Fasilitas kepada Pemberi Fasilitas.

- Penerima Fasilitas wajib memberitahukan secara tertulis kepada

Pemberi Fasilitas setiap terjadi perubahan data Penerima Fasilitas

termasuk perubahan tempat tinggal Penerima Fasilitas.

- Penerima Fasilitas setuju bahwa berdasarkan pertimbangan Pemberi

Fasilitas sendiri, Pemberi Fasilitas berhak mengalihkan baik seluruh

maupun sebagian hak dan kewajibannya yang timbul berdasarkan

perjanjian pembiayaan ini kepada pihak ketiga manapun.

Data 2. Kuasa Pembebanan Jaminan Fidusia

2.1 Judul : Surat Kuasa Pembebanan Jaminan Fidusia

2.2 Para Pihak

- Pihak pertama : Firdiyanto selaku Pemberi kuasa

- Pihak kedua : PT. Federal International Finance (FIF) Cabang

Tangerang selaku Penerima kuasa

2.3 Objek Jaminan : Sepeda motor second merek Honda Revo 110

Spoke Tahun 2011, Warna Hitam. Nomor BPKB

H09920189 atas nama Dede Suhendra

Page 97: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

85

2.4 Isi perjanjian

- Berdasarkan surat kuasa ini, Pemberi kuasa memberikan hak

substitusi kepada Penerima kuasa untuk dan atas nama Pemberi

kuasa mewakili pemberi kuasa dalam melakukan tindakan –

tindakan hukum.

- Dalam hal Pemberi kuasa memberikan penjaminan terhadap

Perjanjian Pembiayaan antara Penerima Fasilitas dengan Penerima

Kuasa, Pemberi Kuasa selaku penjamin dengan tegas melepaskan

semua hak istimewa maupun pengecualian yang diberikan oleh

peraturan perundang-undangan kepada penjamin khusus tetapi tidak

terbatas pada pasal 1832 K.U.H. Perdata.

- Surat kuasa ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan

Perjanjian Pembiayaan Konsumen sebagaimana disebut di atas.

Dengan demikian surat kuasa ini tidak dapat dicabut hingga

berakhirnya masa pembiayaan berdasarkan Perjanjian Pembiayaan.

2.5 Hak dan Kewajiban Penerima Kuasa

- Penerima kuasa membuat dan menandatangani Akta Jaminan Fidusia

(termasuk perubahan - perubahannya) di hadapan notaris serta

mendaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia setempat hingga terbit

sertifikat jaminan fidusia dengan syarat-syarat dan ketentuan seperti

yang diatur dalam undang-undang dan peraturan yang mengatur

tentang Jaminan Fidusia berikut peraturan pelaksana dan

perubahannya.

Page 98: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

86

- Penerima kuasa berwenang menghadap tetapi tidak terbatas pada

instansi dan pejabat yang berwenang untuk membuat,

menandatangani, memberikan keterangan, menyerahkan semua dan

setiap surat, akta, permohonan, laporan, formulir dan surat- surat

lainnya termasuk Permohonan Pendaftaran Jaminan Fidusia,

Pernyataan Pendaftaran Fidusia, Permohonan Pendaftaran atas

Perubahan Jaminan Fidusia dalam hal terjadi perubahan atas data

yang tercantum dalam Sertifikat Jaminan Fidusia.

- Penerima kuasa berwenang untuk menerima pembayaran, kwitansi,

melakukan dan mengerjakan tindakan serta perbuatan apapun juga

yang diperlukan dan dipandang baik oleh Penerima kuasa untuk

melaksanakan tindakan yang dikuasakan.

Data 3. Wawancara dengan PT. FIF Cabang Tangerang

3.1 PT. FIF menyatakan bahwa :

- Sebelum menyelesaikan kewajibannya kepada PT. FIF Cabang

Tangerang, Firdiyanto selaku Penerima Fasilitas menggadaikan

objek pembiayaan berupa Sepeda motor second merek Honda Revo

110 Spoke Tahun 2011, Warna Hitam, atas nama Dede Suhendra,

kepada Abu Mubarok.

- Abu Mubarok yang memiliki utang kepada Ari Wijaya sebesar

Rp.2.000.000,- memberikan motor Second merek Honda Revo 110

Spoke tersebut sebagai jaminan atas utangnya kepada Ari Wijaya.

Page 99: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

87

- Karena Abu Mubarok tidak bisa membayar utangnya kepada Ari

Wijaya, Ari Wijaya mendatangi pihak PT. FIF Cabang Tangerang

dan kemudian melakukan perjanjian oper alih kredit.

Data 4. Perjanjian Pengalihan Hak dan Kewajiban

4.1 Judul : Perjanjian Pengalihan Hak dan Kewajiban Nomor

103000921411

4.2 Para pihak

- Pihak pertama : Firdiyanto selaku Penerima Fasilitas (Konsumen).

- Pihak kedua : Ari Wijaya

Selaku Penerima Fasilitas Baru dan Pemberi Jaminan.

4.3 Para pihak terlebih dahulu menerangkan :

- Berdasarkan perjanjian pembiayaan konsumen nomor

103000921411 tanggal 14 juli 2011 (perjanjian pembiayaan tersebut

berikut dengan segala perubahan dan penambahan disebut dengan

“Perjanjian Pembiayaan”). Penerima Fasilitas telah menerima

pembiayaan dari PT. Federal International Finance, berkedudukan di

Jakarta dan berkantor cabang di Tangerang, dan secara bersama –

sama atau masing-masing selanjutnya disebut dengan “Pemberi

Fasilitas” dengan sejumlah atau sesuai dengan ketentuan Perjanjian

Pembiayaan tersebut.

Page 100: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

88

4.4. Maksud para pihak

- Penerima Fasilitas berkehendak mengalihkan hak dan kewajibannya

yang timbul berdasarkan perjanjian pembiayaan tersebut kepada

Penerima Fasilitas baru.

- Segala hak dan kewajiban yang akan dialihkan tersebut adalah

timbul dari perjanjian pembiayaan yang merupakan satu kesatuan

dan bagian yang tidak terpisahkan dengan perjanjian ini.

- Segala hak yang akan dialihkan Penerima Fasilitas kepada Penerima

Fasilitas baru telah diketahui dan diberitahukan kepada Pemberi

Fasilitas.

4.5 Syarat perjanjian

- Atas persetujuan Pemberi Fasilitas, Penerima Fasilitas dengan ini

menyatakan melepas segala hak dan kewajibannya sebagai Penerima

Fasilitas dan menyerahkan/mengalihkannya kepada Penerima

Fasilitas Baru yang mana atas penyerahan tersebut Penerima

Fasilitas Baru menyatakan, menyetujui, menerima baik penyerahan

dan kewajiban tersebut dari Penerima Fasilitas.

- Penerima Fasilitas dan Penerima Fasilitas Baru sepakat dan setuju

bahwa atas penyerahan hak dan kewajiban tersebut di atas telah

diselesaikan seluruh hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang timbul

di antara para pihak secara seketika dan sekaligus lunas, sehingga

tidak ada lagi hak – hak dan kewajiban kewajiban baru yang harus

dipenuhi dikemudian hari oleh dan/atau antara Penerima Fasilitas

Page 101: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

89

dan Penerima Fasilitas Baru kecuali kewajiban – kewajiban

Penerima Fasilitas Baru kepada Pemberi Fasilitas.

- Penerima Fasilitas Baru menyatakan dengan ini setuju dan

mengikatkan diri sepenuhnya terhadap kewajiban-kewajiban yang

timbul dari perjanjian pembiayaan tersebut, termasuk akan tetapi

tidak terbatas pada kewajiban melakukan pembayaran angsuran

kepada Pemberi Fasilitas tiap-tiap bulannya, yaitu pada setiap

tanggal 14 dengan jumlah sebesar Rp.383.000 sampai dengan

fasilitas pembiayaan lunas seluruhnya, baik yang belum jatuh tempo

maupun yang sudah jatuh tempo tetapi belum dibayar oleh Penerima

Fasilitas termasuk segala bunga, denda dan biaya lainnya yang masih

terutang.

- Penerima Fasilitas baru menyatakan setuju dan mengikatkan diri

bahwa atas segala apa yang telah di bayar oleh Penerima Fasilitas

kepada Pemberi Fasilitas tidak dapat / boleh diminta kembali dengan

alasan apapun juga oleh Penerima Fasilitas baru.

- Penerima Fasilitas Baru setuju dan mengikatkan diri untuk

memberikan jaminan fidusia atas barang jaminan tersebut kepada

Pemberi Fasilitas/ penerima jaminan. Segala resiko atas pemakaian

objek jaminan fidusia tersebut mulai saat ditandatangani perjanjian

ini beralih kepada Penerima Fasilitas Baru dan sepenuhnya menjadi

tanggung jawab Penerima Fasilitas Baru.

Page 102: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

90

- Atas pengalihan hak dan kewajiban dari Penerima Fasilitas kepada

Penerima Fasilitas Baru, Pemberi Jaminan mengikatkan diri kepada

Penerima Fasilitas Baru untuk menjamin lebih jauh pembayaran

dengan baik segala sesuatu yang terhubung dan harus dibayar oleh

Penerima Fasilitas Baru kepada Pemberi Fasilitas.

- Apabila timbul perselisihan sebagai akibat dari pelaksanaan

perjanjian ini, para pihak setuju memilih domisili di tempat yang

tepat dan umum di kantor Panitera Pengadilan Negeri atau di tempat

lainnya yang ditunjuk oleh Penerima Fasilitas.

Data 5. Penjaminan

5.1 Judul : Adenddum Perjanjian Pemberian Jaminan Fidusia

Nomor 103000921411

5.2 Para pihak

- Pihak pertama : Ari Wijaya

(Penerima Fasilitas dan Pemberi Jaminan)

- Pihak kedua : PT. Federal International Finance Cabang

(Pemberi Fasilitas dan Penerima Jaminan)

5.1 Isi perjanjian : Merubah ketentuan objek jaminan fidusia berupa

1 (satu) unit sepeda motor second Honda Revo

110Spoke Tahun 2011 warna hitam atas nama

Dede Suhendra.

Page 103: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

91

Data 6. Surat Pernyataan Kronologi diadakannya oper alih kredit

6.1 Judul : Surat Pernyataan

6.2 Pihak yang membuat : Ari Wijaya

6.3 Isi

- AriWijaya mendapatkan sepeda motor Honda Revo 110 Spoke atas

nama Dede Suhendra dari Arie Mubarok yang memiliki utang

sebesar Rp.2000.000,-

- Atas saran Abu Mubarok, Arie Wijaya mendatangi PT. FIF Cabang

Tangerang untuk melakukan oper alih kredit, agar motor tersebut

dapat dimiliki oleh Arie Wijaya.

B. Pembahasan

Pembiayaan konsumen adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh

Perusahaan Pembiayaan Konsumen untuk menyalurkan dana kepada

masyarakat dalam bentuk pembiayaan agar konsumen dapat memenuhi

kebutuhannya. Agar kegiatan pembiayaan konsumen dapat dilaksanakan, para

pihak yaitu Konsumen dan Perusahaan Pembiayaan Konsumen membuat

perjanjian pembiayaan konsumen yang dengan mana konsumen memberi

perintah (kuasa) kepada perusahaan pembiayaan konsumen, yang

menerimanya, untuk dan atas namanya membayar harga pembelian kepada

penjual (pemasok), dengan pengembalian ditambah bunga atau biaya secara

angsuran.

Dalam praktiknya, untuk memberikan pengamanan atas tagihan uang

yang telah dibayarkan untuk membeli benda, perusahaan pembiayaan

Page 104: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

92

konsumen selalu meminta jaminan pengembalian uangnya kepada konsumen

dalam bentuk jaminan fidusia atas benda yang dibeli konsumen. Secara

teoritis pembebanan jaminan fidusia dapat dibagi menjadi 2 (dua) sesuai

dengan jenis fidus ia yang dipilih oleh para pihak karena di Indonesia terdapat

dua sistem hukum fidusia yang berlaku, yaitu fidusia yang tunduk kepada

yurisprudensi dan fidusia yang tunduk kepada Undang – Undang Jaminan

Fidusia Nomor 42 Tahun 1999 (UUJF).

Pembebanan jaminan fidusia yang tunduk pada yurisprudensi

dilakukan dengan 3 (tiga) fase, yaitu :

1. Tahap pendahuluan yaitu tahap dibuatnya perjanjian pokok yang

dijamin dengan jaminan fidusia;

2. Tahap penyerahan benda secara constitutum possessorium yaitu

tahap pada saat pemberi fidusiamenyerahkan benda objek jaminan

fidusia kepada penerima fidusia. Penyerahan benda fidusia secara

constitutum possessorium memiliki arti bahwa penyerahan benda

fidusia tidak dilakukan secara nyata karena benda tetap berada dalam

penguasaan pemberi fidusa, yang diserahkan adalah bukti

kepemilikan atas benda yang menjadi objek fidus ia;

3. Tahap perjanjian pinjam pakai yang berarti kedudukan pemberi

fidusia terhadap benda hanya sebagai peminjam pakai yang

berkewajiban untuk merawat bendanya. Sebagai peminjam pakai,

pemberi fidusia dapat menggunakan benda fidusia namun tidak

berhak untuk mengalihkan benda tersebut.

Page 105: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

93

Apabila para pihak tunduk pada fidusia berdasarkan UUJF maka

diperlukan juga adanya 3 (tiga) fase pembebanan jaminan fidusia :

1. Adanya perjanjian antara para pihak untuk menjamin perjanjian

pokok dengan jaminan fidusia;

2. Pembuatan akta Jaminan Fidusia oleh Notaris;

3. Pendaftaran jaminan fidusia di Kantor Pendaftaran Fidusia (KPF)

yang merupakan saat lahirnya fidusia.

Dalam fidusia yang tunduk pada UUJF, Perjanjian tersebut harus

dituangkan dalam akta notarill sesuai dengan ketentuan pasal 5 ayat (1)

UUJF. Pemberian hak jaminan fidusia dilakukan dengan perjanjian tertulis,

yang dituangkan dalam Akta Jaminan Fidusia. Selanjutnya, akta jaminan

tersebut didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia yang berada di tempat

kedudukan Pemberi Fidusia dengan cara mengajukan permohonan ke Kantor

Pendaftaran Fidusia. Kantor Pendaftaran Fidusia akan mencatat jaminan

fidusia dalam buku daftar fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal

penerimaan permohonan pendaftaran, kemudian menerbitkan dan

menyerahkan sertifikat jaminan fidusia kepada Penerima Fidusia (Pasal 14

ayat 3 UUJF) dan segala keterangan mengenai benda fidusia yang menjadi

objek jaminan yang ada pada Kantor Pendaftaran Fidusia terbuka untuk

umum (Pasal 18 UUJF).

Berdasarkan hal tersebut, dalam perjanjian pembiayaan konsumen

yang dijamin dengan fidusia, Konsumen harus menyerahkan bukti

kepemilikan atas benda objek jaminan kepada Perusahaan Pembiayaan

Page 106: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

94

Konsumen sampai dengan Konsumen dapat memenuhi prestasinya untuk

melunasi angsuran. Sebelum konsumen melunasi angsurannya, maka

kedudukan konsumen hanya sebagai peminjam pakai yang berhak untuk

menggunakan benda jaminan seperti halnya pemilik, namun tidak berhak

untuk mengalihkan benda jaminan tersebut karena konsumen bukanlah atau

belum menjadi pemilik dari benda.

Dalam memberikan jaminan fidusia, seorang pemberi fidusia

haruslah memiliki kewenangan bertindak (beschikkingbevoegd) adalah

kewenangan untuk bertindak dalam suatu peristiwa yang khusus. Orang yang

wenang bertindak adalah orang yang memiliki kedudukan untuk melakukan

perjanjian tertentu, sedangkan orang yang tidak wenang bertindak adalah

orang yang tidak memiliki kedudukan untuk melakukan perjanjian tertentu.

Adanya syarat kewenangan bertindak dalam memberikan jaminan

merupakan suatu pe laksanaan dari suatuazas hukum yaitu azasNemo plus

juris transfer potestquamipse habet yang berarti bahwa seseorang itu tidak

dapat memperalihkan hak melebihi apa yang menjadi haknya. Dan lazimnya

yang wenang untuk menguasai benda adalah pemilik. 72

Dalam K.U.H. Perdata asas ini terdapat dalam pasal 584 K.U.H.

Perdata yang berbunyi :

“Hak milik atas suatu kebendaan tak dapat diperoleh dengan cara lain, melainkan dengan pemilikan, karena perlekatan; karena daluwarsa, karena pewarisan, baik menurut undang – undang, maupun menurut surat wasiat, dan karena penunjukan atau penyerahan berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk

72Sri SoedewiMasjchoenSofwan, 1975, Hukum Benda, Yogyakarta, Liberty, hal. 75.

Page 107: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

95

memindahkan hak milik, dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu.”

Berdasarkan pasal tersebut dapat diketahui bahwa pemindahan hak

milik hanya dapat dilakukan oleh seorang pemilik kepada pemilik baru,

karena pemilik dari suatu benda adalah orang yang berhak menikmati benda

miliknya dan berbuat bebas terhadap benda miliknya. hal ini sesuai dengan

pernyataan dari J. Satrio :73

“Menggadaikan termasuk dalam tindakan pemilikan (beschikking) dan tindakan pemilikan merupakan tindakan hukum yang membawa atau dapat membawa konsekuensi yang sangat besar, karenanya tidaklah heran kalau untuk dapat menggadaikan disyaratkan adanya kewenangan bertindak – kewenangan khusus, tidak cukup kecakapan bertindak saja.” Berdasarkan pernyataan J. Satrio tersebut, orang yang wenang

bertindak adalah orang yang dapat mengambil tindakan kepemilikan.

Tindakan kepemilikan di sini dapat diartikan sebagai tindakan yang dapat

dilakukan seseorang untuk melakukan suatu hal dengan kedudukannya

sebagai pemilik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seseorang memiliki

kewenangan bertindak atau seseorang diperbolehkan untuk memberikan

jaminan gadai apabila dia adalah pemilik dari benda gadai.

Sehubungan dengan hal tersebut, Pasal 1156 ayat (2) K.U.H. Perdata

memberikan kemungkinan bahwa benda yang dijadikan jaminan tidak harus

kebendaan milik debitor tapi dapat juga kebendaan bergerak milik orang lain

yang digadaikan. Dengan kata lain, seseorang dapat saja menggadaikan

kebendaan bergerak miliknya untuk menjamin utang orang lain atau

73J. Satrio,Hukum Jaminan,Hak – Hak Jaminan Kebendaa, Op.Cit , hal. 111.

Page 108: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

96

seseorang dapat mempunyai utang dengan jaminan benda bergerak milik

orang lain.

Dalam hal ini bukan berarti debitor yang tidak memiliki harta untuk

digadaikan kemudian meminjam benda milik orang lain dan atas izin orang

tersebut berpura-pura sebagai pemilik dari benda dan kemudian

menggadaikannya. Namun, yang memberikan jaminan gadai haruslah pemilik

dari benda tersebut, yang menggadaikan bendanya untuk dijadikan jaminan

utang orang lain dengan kedudukannya sebagai pihak ketiga pemberi gadai.

Berdasarkan hal tersebut, harus ditekankan bahwa tiap orang yang

hendak menggadaikan suatu benda haruslah pemilik dari benda, walaupun

orang tersebut bukanlah orang yang berhutang. Apabila seseorang

menggadaikan benda yang bukan miliknya maka akibat hukumnya adalah

gadai tidak sah atau dianggap tidak pernah ada.

Sehubungan dengan hal tersebut, Pasal 1152 ayat 4 junto Pasal 1977

ayat 1 K.U.H. Perdata memberikan perlindungan bagi kreditor yang beritikad

baik, yaitu kreditor yang tidak mengetahui bahwa pihak yang memberikan

jaminan gadai bukanlah pemilik dari benda gadai, sehingga kreditor tidak

dapat dituntut untuk mengembalikan benda gadai oleh pemilik asli benda

tersebut.

Ketentuan tersebut berlaku terhadap benda gadai berupa benda

bergerak tidak atas nama, karena pada prinsipnya setiap orang dapat

menganggap orang yang menguasai benda bergerak tidak atas nama sebagai

Page 109: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

97

pemilik dari benda tersebut. Apabila benda gadai berupa benda bergerak atas

nama, maka kreditor tidak mendapatkan perlindungan.

Menurut kepustakaan hukum, yang dimaksud dengan penge rtian

benda atas nama adalah benda-benda yang dapat diketahui oleh siapapun juga

pemiliknya, dalam suatu daftar yang disediakan untuk maksud itu, dan benda-

benda itu terdaftar atas nama pemiliknya. 74

Peraturan-peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai

pendaftaran kendaraan bermotor dimaksud terdapat dalam :

1) UU No. 14 Tahun 1992 tentang “Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.”

2) PP No. 44 Tahun 1993 tentang “Kendaraan dan Pengemudi”.

Dalam UU No. 14 Tahun 1992 Pasal 14 ditentukan bahwa :

“Setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan wajib di daftarkan; Sebagai bukti pendaftaran diberikan bukti pendaftaran kendaraan bermotor.” Syarat-syarat dan tata cara pendaftaran, bentuk dan jenis tanda bukti

pendaftaran sebagaimana dimaksud diatur lebih lanjut dalam PP No. 44

Tahun 1993, khususnya dalam Bab IV Pasal 172 sampai dengan Pasal 203.

Beberapa hal pokok mengenai sistem pendaftaran kendaraan

bermotor sebagaimana diatur dalam ketentuan-ketentuan tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Pengertian kendaraan bermotor

Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh

peralatan teknik yang berada dalam kendaraan itu (Pasal 1 angka 1);

74Kartono, 1974, Persetujuan Jual-beli menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata,

PT. Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 23.

Page 110: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

98

salah satu jenisnya berupa sepeda motor, yaitu kendaraan bermotor

roda dua atau tiga tanpa rumah-rumah baik dengan atau tanpa kereta

samping (Pasal 1angka 2).

2. Instansi dan tujuan Pendaftaran

Instansi yang berwenang untuk melakukan Pendaftaran kendaraan

bermotor adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia (Pasal 180),

dan tujuan pendaftaran adalah untuk :

- Tertib administrasi; - Pengendalian kendaraan yang dioperasikan di Indonesia; - Mempermudah penyidikan pelanggaran atau kejahatan menyangkut

Kendaraan yang bersangkutan; dalam rangka perencaan; - Rekayasa dan manajemen lalu lintas dan angkutan jalan dan

memenuhi kebutuhan data lainnya dalam rangka perencanaan pembangunan nasional (Pasal 172 ayat 2).

Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud Kepolisian Negara

Republik Indonesia menyelenggarakan sistem informasi kendaraan

bermotor.

3. Pendaftaran pertama

Yang dimaksud dengan pendaftaran kendaraan bermotor yang

pertama kali adalah pendaftaran atas kendaraan bermotor baru yang

merupakan syarat agar kendaraan bermotor bisa dioperasikan di

jalan; Untuk dapat dilakukan pendaftaran pertama syarat pokok yang

wajib dipenuhi adalah :

a. Ada sertifikat registrasi uji tipe dan tanda lulus uji tipe atau buku dan

tanda lulus uji berkala.

b. Ada bukti pemilikan kendaraan bermotor yang sah.

Page 111: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

99

Disamping kedua syarat tersebut, harus dilengkapi pula data

pelengkap lain yaitu :

- Identitas kendaraan bermotor; - Identitas pemilik; - Bukti pelunasan pembayaran pajak kendaraan bermotor, bea balik

nama kendaraan bermotor dan sumbangan wajib dana kecelakaan lalu lintas jalan; identitas kendaraan bermotor; jenis kendaraan bermotor dan tanggal pembelian Pasal 174).

Sebagai bukti bahwa kendaraan bermotor telah didaftarkan,

diberikan Surat Tanda Nomor Kendaraan bermotor dan tanda nomor

kendaraan juga diberikan “Buku Pemilik Kendaraan Bermotor”

(Pasal 175).Buku pemilik kendaraan bermotor (BPKB) pada

pokoknya memuat data mengenai identitas kendaraan bermotor dan

identitas pemilik serta nomor pendaftaran (Pasal 176 ayat 1; dan

catatan setiap perubahan identitas kendaraan dan identitas pemilik

Pasal 176 ayat 2).

Dari hal-hal tersebut dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan

pendaftaran kendaraan bermotor adalah pencatatan tentang : identifikasi

kendaraan bermotor termasuk didalamnya identifikasi pemiliknya dalam

BPKB; Atau dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa pada hakekatnya

BPKB adalah : “sarana identifikasi atas kendaraan bermotor yang berlaku

sebagai bukti pengenal yang sah bagi kendaraan bermotor yang

bersangkutan.” Dengan dicatatnya identitas pemilik kendaraan bermotor

didalamnya, maka disamping sebagai bukti pengenal yang sah bagi kendaraan

bermotor yang bersangkutan, menurut ketentuan sebagaimana disebutkan

Page 112: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

100

dalam BPKB itu sendiri dinyatakan bahwa BPKB dapat disamakan dengan

sertifikat kepemilikan (Certificate of ownership ).

Dalam hal objek gadai kendaraan bermotor, maka pemberi gadai

diharuskan menyerahkan kendaraan bermotor beserta perlengkapannya

berupa STNK dan BPKB kepada pe nerima gadai. Dengan diserahkannya

STNK dan BPKB kepada penerima gadai, maka penerima gadai dapat

mengetahui identitas pemilik dari benda gadai.Dalam hal penerima gadai,

menerima dalam gadai kendaraan bermotor tanpa disertai STNK dan BPKB,

maka penerima gadai adalah kreditor beritikad buruk karena dia mengetahui

atau seharusnya mengetahui bahwa pemberi gadai bukanlah pemilik dari

benda gadai.

Untuk membahas permasalahan dalam penelitian ini berdasarkan

data yang diperoleh penulis, maka pertama-tama perlu dideskripsikan kembali

peristiwa hukum yang me lingkupi timbulnya permaslahan dalam penelitian

ini.

Dari data-data hasil penelitian No. 1 tentang Perjanjian Pembiayaan

Konsumen, No. 2 tentang Kuasa Pembebanan Jaminan Fidusia , No. 3 tentang

Wawancara dengan PT. FIF , No. 4 tentang Perjanjian Pengalihan Hak dan

Kewajiban dan No. Data 5 No. 6 Tentang Pernyataan atas peristiwa tentang

Penjaminan, kiranya dapat dinyatakan terjadinya rentetan peristiwa dalam

tahapan sebagai berikut :

1. Firdiyanto adalah pihak pembeli sepeda motor yang dibiayai oleh

PT. FIF (selaku Pemberi Fasilitas Pembiayaan Konsumen dan

Page 113: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

101

Kreditor Penerima Fidusia). Untuk menjamin pengembalian harga

pembeliannya kedua belah pihak sepakat untuk memasang jaminan

fidusia.

2. Firdiyanto menggadaikan sepeda motor tersebut kepada Abu

Mubarok.

3. Karena Firdiyanto tidak dapat melunasi utangnya, oleh abu Mubarok

sepeda motor itu digadaikan lagi kepada Ari Wijaya.

4. Ari Wijaya melakukan oper alih kredit atas kepemilikan motor

Firdiyanto.

Untuk lebih memperjelas peristiwa tersebut, peristiwa tersebut dapat

dilihat dalam bentuk bagan sebagai berikut :

Bagan peristiwa

Perjanjian pembiayaan Firdiyanto FIFF

Penerima fidusia Pemberi fidusia Pemberi gadai Gadai

Abu

Gadai (ulang)

Penerima gadai Pemberi gadai (ulang)

Ari W

Penerima gadai (ulang)

Page 114: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

102

1. Kewenangan Bertindak Pemberi Jaminan (Firdiyanto)

Dalam sistem hukum Indonesia ada dua jenis jaminan Fidusia. Yang

pertama adalah Fidusia yang tunduk pada yurisprudensi dan kebiasaan, kedua

adalah fidusia yang tunduk pada UUJF. Untuk lahirnya fidusia yang tunduk

pada yurisprudensi dan kebiasaan, pemasangan fidusia cukup dengan

memperjanjikan jaminan fidusia baik secara tertulis (akta di bawah tangan

ataupun akta autentik) maupun secara tidak tertulis, dan penyerahan objek

jaminan fidusia secara constitutum possessorium. Dalam hukum

yurisprudensi dan kebiasaan, memperjanjikan jaminan fidusia dapat

dilakukan secara tidak tertulis. Namun, pada praktiknya di masyarakat fidusia

selalu diperjanjikan secara tertulis dalam bentuk akta autentik (notariil),

sehingga yang diterima masyarakat sampai sekarang adalah fidusia yang

diperjanjikan secara tertulis dalam bentuk akta autentik (notariil). Untuk

lahirnya jaminan fidusia yang tunduk pada UUJF, pembebanan fidusia harus

dibuat dalam bentuk akta notarill dan didaftarkan di Kantor Pendaftaran

Fidusia.

Dari data hasil penelitian nomor 1.8 dapat dideskripsikan bahwa

untuk menjamin pemenuhan prestasi yang diperjanjikan dalam perjanjian

pembiayaan konsumen, penerima fasilitas (Firdiyanto) diharuskan untuk

menyerahkan dokumen barang, yaitu Buku Pemilik Kendaraan Bermotor

(BPKB) kepada pemberi fasilitas (PT. FIF).

Dari data 2.1 sampai dengan 2.5 dapat dideskripsikan bahwa

penerima fasilitas (Firdiyanto) memberikan kuasa kepada pemberi fasilitas

Page 115: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

103

(PT. FIF) untuk membebankan jaminan fidusia kepada penerima fasilitas

dengan dibuatnya perjanjian fidusia secara tertulis yang ditandatangani di

hadapan notaris dan dapat didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia.

Berdasarkan data hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pada intinya

para pihak ingin membebankan jaminan fidusia dalam perjanjian pembiayaan

konsumen. Namun, berdasarkan data yang diperoleh penulis, PT. FIF tidak

pernah melaksanakan kuasa untuk membebankan jaminan fidusia yang

dituangkan dalam bentuk akta autentik(notariil).

Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa walaupun para

pihak memperjanjikan pembebanan fidusia di mana Firdiyanto sebagai

penerima fasilitas, telah menyerahkan BPKB dari objek perjanjian yaitu

sepeda motor Honda Revo 110 Spoke de ngan nomor polisi B 3530 NNM

kepada PT. FIF, menurut tujuan perjaminan fidusia yaitu sebagai jaminan

pelunasan utang, tidak pernah melahirkan hak jaminan fidusia, baik fidusia

yang tunduk pada yurisprudensi ataupun fidusia yang tunduk pada UUJF

karena PT. FIF tidak pernah melaksanakan hal yang dikuasakan kepadanya

yaitu untuk memasang/membebankan jaminan fidusia.

Apabila jaminan fidusia lahir sebagai perjanjian assesoir dari

perjanjian pembiayaan konsumen, maka akibat hukumnya Firdiyanto

berkedudukan bukan lagi sebagai pemilik dari sepeda motor Honda Revo 110

Spoke dengan nomor polisi B 3530 NNM. Dengan lahirnya hak jaminan

fidusia, Firdiyanto berkedudukan sebagai pemberi jaminan, artinya Firdiyanto

memiliki hak sebagai peminjam pakai atas benda jaminan, sedangkan PT. FIF

Page 116: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

104

berkedudukan sebagai penerima jaminan yang artinya PT. FIF memiliki hak

sebagai pemilik, namun dengan kewenangan yang terbatas yaitu menarik

kembali dan menjual benda jaminan fidusia untuk mendapatkan pelunasan

piutang apabila Firdiyanto wanprestasi. Dalam hal Firdiyanto melunasi

angsurannya, maka PT. FIF berkewajiban untuk menyerahkan BPKB sepeda

motor Honda Revo 110 Spoke kepada Firdiyanto. Dengan diserahkan

kembali BPKB sepeda motor kepada Firdiyanto, maka kedudukan Firdiyanto

kembali menjadi pemilik atas sepeda motor Honda Revo 110 Spoke dengan

nomor polisi B 3530 NNM.

Namun, karena dalam pelaksanaannya tidak pernah lahir hak

jaminan fidusia, maka kedudukan Firdiyanto tidak berubah menjadi

peminjam pakai. Dalam hal ini kedudukan Firdiyanto tetap sebagai pemilik

dari sepeda motor Honda Revo 110 Spoke dengan nomor polisi B 3530

NNM,dan sebagai debitor yang memiliki utang kepada kreditor yaitu PT. FIF.

Dengan kedudukannya sebagai pemilik maka Firdiyanto memiliki

kewenangan untuk bertindak bebas terhadap bendanya dan untuk menikmati

kegunaan atas bendanya, termasuk untuk memberikan jaminan gadai.

2. Keabsahan Tindakan Gadai Ulang yang Dilakukan Abu Mubarok – Ari

Wijaya

Dari data hasil penelitian nomor 3.1, dapat dideskripsikan bahwa

terdapat dua peristiwa gadai. Pertama adalah gadai yang dilakukan antara

Firdiyanto (pemberi gadai) dan Abu Mubarok (penerima gadai); kedua adalah

gadai yang dilakukan antara Abu Mubarok (pemberi gadai) dan Ari Wijaya

Page 117: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

105

(penerima gadai). Yang pertama dilakukan oleh firdiyanto dan Abu Mubarok

adalah gadai pada umumnya yaitu peristiwa di mana pemberi gadai

memberikan benda miliknya sebagai jaminan pelunasan utang kepada

penerima gadai. Yang kedua antara Abu Mubarok dengan Ari Wijaya disebut

dengan gadai ulang yaitu gadai yang dilakukan oleh penerima gadai yang

menjaminkan benda gadai yang ada di dalam penguasaannya kepada pihak

lain.

Untuk membahas mengenai keabsahan gadai ulang antara Abu

Mubarok dan Ari Wijaya, maka harus dibahas terlebih dahulu mengenai gadai

yang dilakukan antara Firdiyanto dan Abu Mubarok, karena kedua gadai

tersebut saling berhubungan dan peristiwa gadai ulang tidak dapat timbul

tanpa adanya gadai pertama.

a. Gadai yang dilakukan antara Firdiyanto dan Abu Mubarok

Dengan adanya ketentuan dalam pemberian jaminan gadai yang

mensyaratkan bahwa pemberi gadai haruslah orang yang berwenang

bertindak (pemilik) terhadap benda gadai, maka agar pemberian gadai yang

dilakukan Firdiyanto kepada Abu Mubarok sah, Firdiyanto haruslah

berkedudukan sebagai orang yang berwenang bertindak bebas (pemilik) atas

objek gadai yaitu sepeda motor merek Honda Revo 110 spoke warna hitam

dengan nomor polisi B 3530 NNM.

Dalam pembahasan pertama telah disimpulkan bahwa hak jaminan

fidusia tidak pernah lahir, karena tidak pernah terjadi pembebanan fidusia.

Hal ini berarti kedudukan Firdiyanto tetap sebagai pemilik dari objek

Page 118: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

106

perjanjian. Menurut Pasal 570 K.U.H. Perdata, pemilik atas suatu benda

berhak untuk “menikmati kegunaan atas benda miliknya” dan “bertindak

bebas atas bendanya”, sehingga Firdiyanto sebagai pemilik atas sepeda motor

merek Honda Revo 110 spoke warna hitam dengan nomor polisi B3530

NNM, mempunyai kewenangan bertindak bebas terhadap sepeda motor

tersebut, termasuk menggadaikannya kepada orang lain.

Dalam menggadaikan benda atas nama, selain pemberi jaminan

haruslah pemilik dari benda jaminan, pemberi jaminan juga harus

menyertakan perlengkapan benda atas nama tersebut, yaitu STNK dan BPKB.

Dalam pelaksanaannya, yang diserahkan Firdiyanto kepada Abu Mubarok

hanyalah sepeda motor dan STNK. BPKB tidak diserahkan kepada Abu

Mubarok.

Penyerahan STNK dan BPKB sebagai alat perlengkapan sepeda

motor sebagai benda atas nama dalam setiap peralihan hak jaminan

merupakan syarat sahnya penyerahan. Hal ini dimaksudkan agar penerima

jaminan dapat menjual benda jaminan untuk mengambil pelunasan piutang

apabila pemberi jaminan wanprestasi. Apabila tidak lengkap, maka benda

jaminan tidak dapat dijual dan penerima jaminan tidak dapat mengambil

pelunasan piutang. Hal ini berarti hak jaminan tidak pernah lahir karena

tujuan dari pemberian jaminan yaitu agar penerima jaminan dapat mengambil

pelunasan piutang tidak tercapai.

Konsekuensi apabila Firdiyanto tidak menyerahkan BPKB kepada

Abu Mubarok adalah Abu Mubarok tidak dapat menjual sepeda motor yang

Page 119: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

107

dijadikan jaminan gadai untuk mengambil pelunasan piutang apabila

Firdiyanto wanprestasi. Hal ini berarti, gadai yang dilakukan antara

Firdiyanto kepada Abu Mubarok tidak sah, yang berarti gadai tidak pernah

lahir. Konsekuensinya, Firdiyanto tidak berkedudukan sebagai pemberi gadai

dan Abu Mubarok tidak berkedudukan sebagai penerima gadai.

b. Gadai ulang antara Abu Mubarok dengan Ari Wijaya

Pada prinsipnya, peristiwa gadai ulang merupakan gadai yang tidak

sah karena gadai ulang terjadi ketika penerima gadai menggadaikan lagi

kepada pihak lain benda milik pemberi gadai yang ada padanya. Dalam gadai

ulang, Pemberi gadai (ulang) bukanlah pemilik dari benda gadai karena

pemberi gadai (ulang) masih berkedudukan sebagai penerima jaminan gadai

sampai dengan pemberi gadai (pertama) dinyatakan telah melunasi utangnya

atau tidak dapat melunasi utangnya. Apabila pemberi gadai (pertama) dapat

melunasi utangnya maka penerima gadai berkewajiban untuk mengembalikan

benda gadai. Apabila pemberi gadai tidak dapat melunasi utangnya maka

penerima gadai berwenang untuk menjual benda gadai tersebut dengan tujuan

mengambil pelunasan piutangsesuai dengan jumlah utang pemberi gadai. Jika

masih ada sisa uang dari penjualan, maka sisa uang tersebut dikembalikan

kepada pemberi gadai. Namun, dalam gadai ulang, penerima gadai

menggadaikan benda gadai yang ada padanya kepada pihak lain pada saat

perjanjian gadai masih berlangsung. .

Dari data hasil penelitian nomor 3.1 dapat dideskripsikan bahwa Abu

Mubarok memberikan jaminan gada i kepada Ari Wijaya berupa sepeda

Page 120: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

108

motor merek Honda Revo 110 Spoke dengan nomor polisi B 3530 NNM milik

Firdiyanto yang digadaikannya kepadanya. Berdasarkan hal tersebut dapat

dinyatakan bahwa dalam kedudukannya sebagai penerima gadai, Abu

Mubarok menggadaikan lagi benda gadai yang ada padanya kepada pihak lain

(Ari Wijaya), sehingga gadai yang dilakukan Abu Mubarok kepada Ari

Wijaya termasuk dalam pengertian gadai ulang.

Dengan mendasarkan pada teori bahwa peristiwa gadai ulang

bukanlah peristiwa gadai yang sah, maka hal tersebut dapat diterapkan dalam

peristiwa gadai (ulang) antara Abu Mubarok dan Ari Wijaya. Dalam peristiwa

tersebut, Abu Mubarok yang berkedudukan sebagai penerima gadai

menggadaikan lagi benda gadai berupa sepeda motor Honda Revo 110 Spoke

dengan nomor polisi B 3530 NNM yang ada padanya kepada Ari Wijaya. Hal

ini berarti Abu Mubarok tidak mempunyai kewenangan bertindak untuk

menggadaikan, karena Abu Mubarok bukanlah pemilik atas benda gadai,

sedangkan yang mempunyai kewenangan bertindak untuk menggadaikan

adalah pemilik benda.

Pada peristiwa ini, Abu Mubarok (penerima gadai) memberikan

gadai kepada Ari Wijaya, maka pemberian gadai yang dilakukan Abu

Mubarok kepada Ari Wijaya tidak sah, yang berarti gadai (ulang) tidak

pernah lahir. Hal itu berarti, Abu Mubarok tidak pernah berkedudukan

sebagai pemberi gadai dan Ari Wijaya tidak pernah berkedudukan sebagai

penerima gadai.

Page 121: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

109

3. Pengertian perjanjian oper alih kredit antara PT. Federal International

Finance Cabang Tangerang dengan Ari Wijaya dalam sistem hukum

perjanjian

Telah diuraikan dalam tinjauan pustaka bahwa dalam K.U.H. Perdata

perikatan dapat hapus apabila terjadi pembaharuan hutang (Novasi) yaitu

suatu perjanjian dengan mana suatu perikatan dihapuskan dan sekaligus

diadakan atau dilahirkan perikatan baru yang menggantikan perikatan yang

lama yang telah hapus. Novasi dapat terjadi karena 3 (tiga) hal, pertama

adalah pergantian kedudukan dari kreditor lama oleh kreditor baru, kedua

adalah pergantian kedudukan dari debitor lama oleh debitor bar u, ketiga

adalah pergantian objek perikatan.

Beberapa pokok yang diatur dalam ketentuan novasi dijelaskan

dalam doktrin oleh J. Satrio yang menyatakan mengenai ciri khusus dari

novasi :75

1. Adanya perjanjian yang sengaja diadakan

2. Untuk menghapus suatu perikatan

3. Adanya perikatan baru yang hanya lahir dari perjanjian dengan

klausul untuk “menghapus” perikatan sebelumnya.

Berdasarkan ketentuan tersebut maka dapat diketahui bahwa novasi

bertujuan untuk menghapuskan perikatan dan kemudian digantikan dengan

perikatan baru. Hapusnya perikatan memiliki akibat hukum bahwa jaminan

yang mengikuti perikatan tersebut juga hapus. Namun, dalam Pasal 1421

75 J. Satrio, Op.Cit, hal.2

Page 122: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

110

K.U.H. Perdata terdapat pengecualian bahwa jaminan yang menempel pada

perikatan pokok tersebut secara tegas dapat dipertahankan oleh si berpiutang.

Mengenai hal tersebut J. Satrio mengatakan bahwa untuk

mempertahankan jaminan maka para pihak harus memperjanjikan lagi

jaminannya. Dengan begitu dapat diketahui bahwa memperjanjikan ulang

jaminan adalah cara untuk mempertahankan jaminan yang dimaksud dalam

Pasal 1421 K.U.H. Perdata, karena pada prinsipnya jika perikatan pokok

hapus maka perikatan assesoir juga ikut hapus. Apabila jaminan tetap ada

karena dipertahankan oleh kreditor tanpa diperjanjikan lagi maka hal tersebut

bertentangan dengan prinsip hukum jaminan. Oleh karena itu, perikatan

jaminan yang menempel (assesoir) pada perikatan pokok yang telah hapus

juga ikut hapus. Untuk mengadakan jaminan kembali maka jaminan harus

diperjanjikan lagi.

Dari data 4.4 dan 4.5 dapat di deskripsikan bahwa maksud para

pihak mengadakan oper alih kredit adalah untuk mengalihkan hak dan

kewajiban penerima fasilitas lama (Firdiyanto) kepada penerima fasilitas baru

(Ari Wijaya). Hal ini berarti, dilakukannya oper alih kredit ini adalah bahwa

perikatan antara Firdiyanto (penerima fasilitas lama) dan PT. FIF (pemberi

fasilitas) menjadi hapus, sehingga Firdiyanto tidak memiliki hak dan

kewajiban apapun lagi terhadap PT. FIF dan begitu pula sebaliknya. Perikatan

yang hapus tersebut telah digantikan dengan perikatan baru yaitu antara Ari

Wijaya (penerima fasilitas baru) dan PT. FIF (pemberi fasilitas). Ari Wijaya

sebagai penerima fasilitas baru memiliki hak dan kewajiban yang sama yang

Page 123: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

111

dimiliki oleh Firdiyanto yaitu berkewajiban untuk melunasi angsuran kepada

PT. FIF dan berhak menjadi pemilik dari sepeda motor merek Honda Revo

110 spoke dengan nomor polisi B 3530 NNM apabila angsurannya telah

lunas.

Berdasarkan peristiwa tersebut dapat dinyatakan bahwa ada

pergantian kedudukan debitor lama (penerima fasilitas lama) oleh debitor

baru (penerima fasilitas baru). Kedudukan adalah serangkaian hak dan

kewajiban yang dimiliki seseorang, beralihnya kedudukan berarti beralihnya

hak dan kewajiban. Dalam hukum perdata, pergantian kedudukan di atur

dalam Pasal 1413 K.U.H. Perdata mengenai pembaharuan utang (novasi).

Dalam peristiwa ini telah terjadi pergantian kedudukan debitor lama

oleh debitor baru yang menyebabkan perikatan antara debitor lama dengan

kreditor menjadi hapus dan kemudian digantikan oleh perikatan antara

kreditor dan debitor baru. Dalam novasi, pergantian kedudukan debitor

disebut dengan Novasi Subjektif Pasif yang diatur dalam Pasal 1413 Poin 2

K.U.H Perdata yaitu suatu perjanjian untuk menghapuskan perikatan yang

dilakukan dengan menunjuk seorang berutang baru untuk menggantikan

seorang berutang lama, yang kemudian oleh si berpiutang si berutang lama

dibebaskan dari perikatannya.

Novasi subjektif pasif dapat dibagi lagi menjadi 2 (dua) berdasarkan

kehendak diadakannya novasi. Kehendak diadakannya novasi subjektif pasif

dapat datang dari dua pihak yaitu kreditor dan debitor. Kehendak yang datang

dari pihak kreditor disebut dengan novasi subjektif pasif exprommisso yang

Page 124: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

112

diatur dalam Pasal 1416 K.U.H.Perdata. Kehendak yang datang dari pihak

debitor disebut dengan novasi subjektif pasif delegasi yang diatur dalam Pasal

1417 K.U.H. Perdata.

Berdasarkan data 3.1 dan 6.3 dapat dideskripsikan bahwa atas saran

Abu Mubarok, Ari Wijaya mendatangi pihak PT. FIF untuk mengadakan oper

alih kredit (novasi) sepeda motor Revo 110 spoke dengan nomor polisi B

3530 NNM. Atas permintaan Ari Wijaya, PT. FIF menyarankan untuk

melakukan pergantian kedudukan debitor yaitu agar Ari Wijaya

menggantikan kedudukan Firdiyanto sebagai debitor lama, sehingga Ari

Wijaya dapat melanjutkan pembayaran yang tertunda.

Hal ini berarti, saran dari Abu Mubarok menjadi motif Ari Wijaya

untuk melakukan novasi, bukan kehendak hukum. Yang dimaksud dengan

kehendak hukum adalah keinginan untuk melakukan suatu perbuatan dengan

mengetahui atau menyadari tentang apa yang dilakukan. Dalam peristiwa

yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa Ari Wijaya tidak

menjelaskan mengenai novasi yang ingin dilakukannya. Dalam

kedudukannya sebagai kreditor, PT. FIF memberikan solusi untuk

melakukan pergantian kedudukan debitor, yaitu pergantian kedudukan

Firdiyanto sebagai penerima fasilitas lama (debitor lama) oleh Ari Wijaya

sebagai penerima fasilitas baru (debitor baru). Dengan pergantian kedudukan

tersebut, maka hak dan kewajiban Firdiyanto beralih kepada Ari Wijaya,

sehingga Ari Wijaya menjadi memiliki sepeda motor Honda Revo 110 spoke

dengan nomor polisi B 3530 NNM.

Page 125: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

113

Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa kehendak hukum

mengadakan novasi subjektif pasif datang dari pihak PT. FIF (kreditor), untuk

mendapatkan debitor yang lebih baik. Hal ini berarti, kehendak hukum untuk

diadakannya novasi subjektif pasif datang dari pihak kreditor. Terjadinya

novasi subjektif pasif di mana kehendak diadakannya novasi datang dari

pihak kreditor (PT. FIF) disebut dengan Novasi Subjektif Pasif Exprommisso.

Page 126: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

114

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perjanjian lahir pada saat para pihak menyepakati isi dari perjanjian,

hal ini berarti perjanjian mengikat para pihak yang membuatnya, sehingga

para pihak diharuskan untuk memenuhi isi dari perjanjian yang dibuat. Untuk

menjamin para pihak memenuhi prestasi masing-masing, para pihak

membebankan jaminan terhadap perjanjian tersebut. Dalam perjanjian

pembiayaan konsumen, jaminan yang dibebankan biasanya adalah jaminan

fidusia. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan sebelumnya mengenai

jaminan fidusia yang menempel (assesoir) pada perjanjian pembiayaan

konsumen, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Dalam memberikan jaminan, pemberi jaminan harus mempunyai

kewenangan bertindak (beschikking bevoegd). Orang yang

mempunyai kewenangan bertindak adalah pemilik. Seorang pemilik

berhak untuk menikmati dan bertindak bebas terhadap bendanya,

termasuk untuk memberikan jaminan. Jika pemberi jaminan

bukanlah orang yang mempunyai kewenangan bertindak, akibat

hukumnya pemberian jaminan yang dilakukan tidak sah, yang berarti

jaminan tidak pernah lahir.

2. Gadai ulang merupakan suatu peristiwa yang mana penerima gadai

menggadaikan lagi benda yang ada padanya kepada pihak lain

Page 127: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

115

sebelum perjanjian gadai berakhir. Hal ini berarti gadai ulang

merupakan gadai yang tidak sah, karena pemberi gadai ulang tidak

mempunyai kewenangan bertindak untuk memberikan jaminan gadai

dalam kedudukannya sebagai penerima gadai.

3. Dalam pengertian hukum perdata, peristiwa oper alih kredit adalah

merupakan peristiwa pergantian kedudukan debitor lama oleh

debitor baru, yang dapat terjadi atas kehendak kreditor atau debitor.

Dalam penelitian ini, terjadi peristiwa pergantian kedudukan debitor

lama (Firdiyanto) oleh debitor baru (Arie Wijaya) atas kehendak PT.

FIF (Kreditor). Peristiwa tersebut termasuk dalam pengertian Novssi

Subje ktif Pasif Exprommisso.

B. Saran

Jaminan fidusia dalam perjanjian yang dilakukan antara PT. FIF dan

Firdiyanto tidak pernah lahir, karena PT. FIF tidak pernah melaksanakan

kuasamembebankan jaminan fidusia pada perjanjian pembiayaan konsumen.

Jaminan Fidusia hanya lahir pada perjanjian yang dilakukan antara PT. FIF

dan Arie Wijaya, sebagai adendum dari perjanjian oper alih kredit. Oleh

karena itu, agar lahir jaminan fidusia, pemasangan atau pembebanan

jaminan fidusia harus segera dilaksanakan, baik dengan mendaftarkan akta

notaril jaminan fidusia pada Kantor Pendaftaran Fidusia sesuai dengan

syarat lahirnya jaminan fidusia yang tunduk pada UUJF, atau hanya

membuat akta di bawah tangan (notariil) sesuai dengan syarat lahirnya

jaminan fidusia yang tunduk pada yurisprudensi.

Page 128: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

DAFTAR PUSTAKA Literatur Djumnaha , Muhammad. 2000. Hukum Perbankan Di Indonesia. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. Muhammad, Abdulkadir dan Rilda Murniati. 2000. Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. ELIPS. 1998. Seri Dasar Hukum Ekonomi 4 : Hukum Jaminan Indonesia. Jakarta : Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Fuady, Munir. 2006. Hukum Tentang Pembiayaan dalam Teori dan Praktek. Bandung : Citra Aditya Bakti. Gandaprawira, D. 1979. Pengaturan Hukum Tentang Gadai (PAND), Badan Pembinan Hukum Nasional Departemen Kehakiman ed, Hukum Jaminan. Yogyakarta : Binacipta. Hadisaputro, Hartono. 1984. Seri Hukum Perdata, Pokok – Pokok Hukum Perdata dan Hukum Jaminan. Yogyakarta: Liberty. Hoey Tiong, Oey. 1984. Fidusia Sebagai Jaminan Unsur – Unsur Perikatan,.Jakarta : Ghalia Indonesia. Kartono.1974. Persetujuan Jual-beli menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Jakarta : PT. Pradnya Paramita. Usman, Rachmadi. 2008. Hukum Jaminan Keperdataan. Jakarta : Sinar Grafika. Roestamy, Martin. 2009. Hukum Jaminan Fidusia, Perlindungan Hukum Terhadap Kreditor Pemegang Fidusia Atas Benda Tidak Terdaftar. Bogor : Unida Press. Satrio J. 1995. Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir Dari Perjanjian, Buku 1. Bandung : Citra Aditya Bakti.

______ 1996. Hukum Perikatan: Tentang Hapusnya Perikatan Bagian 2. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Page 129: GADAI ATAS BENDA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/AFRILLIA HERWANTI... · bentuk fidusia yang berupa penyerahan hak milik atas benda jaminan

_____ 2001. Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir Dari Perjanjian, Buku 2 . Bandung : Citra Aditya Bakti. _____ 2005. Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan Fidusia. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti Soedewi Masjchoen Sofwan, Sri. 1980. Hukum Jaminan di Indonesia : Pokok – Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan. Yogyakarta : Liberty. Subekti. 2002. Pokok – Pokok Hukum Perdata. Jakarta : Intermasa. Sunaryo. 2008. Hukum Lembaga Pembiayaan. Jakarta : Sinar Grafika. Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani. 2001. Seri Jaminan Hukum bisnis : Jaminan Fidusia. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Karya ilmiah Jurico Wibisono, M. 2012. Kajian Yuridis Transaksi Pembiayaan Konsumen Pada PT. Federal Internasional Finance (FIF) Cabang Cilacap, Hasil Penelitian Sarjana Hukum Universitas Negeri Jenderal Soedirman. Perundang-undangan Kitab Undang-undang Hukum Perdata Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia