gabungan abstrak kia-kb

12
ALASAN-ALASAN YANG MELATARBELAKANGI AKSEPTOR MEMILIH METODE KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS SUKASADA II Made Dharmendra Widetya, IGN Warsita, Vickneswaran Marathamuthu, I Wayan Weta Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas-Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ABSTRAK Di wilayah kerja Puskesmas Sukasada II, Kabupaten Buleleng, akseptor baru paling banyak memilih metode suntik dibandingkan dengan metode lain yaitu 70,9%. Angka ini melebihi rata-rata propinsi yang mencapai angka 43,35%. Penelitian ini dilakukan untuk melihat karakteristik dan alasan akseptor baru memilih kontrasepsi suntik di wilayah kerja Puskesmas Sukasada II mengingat tingginya akseptor kontrasepsi suntik sampai melebihi rata-rata propinsi. Penelitian deskriptif cross-sectional dilaksanakan dari tanggal 20 Agustus – 2 Oktober 2010. Sebanyak 85 sampel dipilih secara sistematik random sampling dari populasi sebanyak 436 orang. Alat ukur dan metode yang dipilih adalah kuesioner dan wawancara. Variabel yang diteliti adalah variabel karakteristik (umur, paritas, agama, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan jenis pekerjaan) dan variabel alasan yang berdasarkan tujuan dan kepraktisan (tempat dan penyedia pelayanan,ketersediaan alat kontrasepsi, pengambilan keputusan dan persepsi biaya). Karakteristik responden umur 19-34 tahun sebanyak 84,7%, beragama Hindu 82,4%, memiliki 1- 2 anak 63,5%, tingkat pendidikan SD 70,6% dan 41,2% bekerja sebagai pedagang. Tingkat pengetahuan akseptor tentang indikasi, kontraindikasi, keunggulan, cara penggunaan dan efek samping dikalangan akseptor masih kurang. Berdasarkan alasan tujuan, 68,2% akseptor mau menjarangkan kehamilan. 35.3% akseptor memilih KB suntik karena merasakan metode lain tidak cocok. 47,1% akseptor mendapatkan pelayanan di bidan praktek swasta. Akseptor merasakan tempat pelayanan dekat dan merasa gampang mendapatkan pelayanan. 70,6% dari akseptor

Upload: widya-wati

Post on 30-Jun-2015

477 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: gabungan abstrak KIA-KB

ALASAN-ALASAN YANG MELATARBELAKANGI AKSEPTORMEMILIH METODE KONTRASEPSI SUNTIK

DI PUSKESMAS SUKASADA II

Made Dharmendra Widetya, IGN Warsita, Vickneswaran Marathamuthu, I Wayan WetaBagian Ilmu Kedokteran Komunitas-Pencegahan Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana

ABSTRAK

Di wilayah kerja Puskesmas Sukasada II, Kabupaten Buleleng, akseptor baru paling banyak memilih metode suntik dibandingkan dengan metode lain yaitu 70,9%. Angka ini melebihi rata-rata propinsi yang mencapai angka 43,35%. Penelitian ini dilakukan untuk melihat karakteristik dan alasan akseptor baru memilih kontrasepsi suntik di wilayah kerja Puskesmas Sukasada II mengingat tingginya akseptor kontrasepsi suntik sampai melebihi rata-rata propinsi. Penelitian deskriptif cross-sectional dilaksanakan dari tanggal 20 Agustus – 2 Oktober 2010. Sebanyak 85 sampel dipilih secara sistematik random sampling dari populasi sebanyak 436 orang. Alat ukur dan metode yang dipilih adalah kuesioner dan wawancara. Variabel yang diteliti adalah variabel karakteristik (umur, paritas, agama, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan jenis pekerjaan) dan variabel alasan yang berdasarkan tujuan dan kepraktisan (tempat dan penyedia pelayanan,ketersediaan alat kontrasepsi, pengambilan keputusan dan persepsi biaya). Karakteristik responden umur 19-34 tahun sebanyak 84,7%, beragama Hindu 82,4%, memiliki 1-2 anak 63,5%, tingkat pendidikan SD 70,6% dan 41,2% bekerja sebagai pedagang. Tingkat pengetahuan akseptor tentang indikasi, kontraindikasi, keunggulan, cara penggunaan dan efek samping dikalangan akseptor masih kurang. Berdasarkan alasan tujuan, 68,2% akseptor mau menjarangkan kehamilan. 35.3% akseptor memilih KB suntik karena merasakan metode lain tidak cocok. 47,1% akseptor mendapatkan pelayanan di bidan praktek swasta. Akseptor merasakan tempat pelayanan dekat dan merasa gampang mendapatkan pelayanan. 70,6% dari akseptor mengambil keputusan sendiri di dalam hal pemakaian kontrasepsi. 52,9% dari akseptor merasakan biaya untuk KB suntik masih terjangkau. Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan untuk para petugas KB agar memberikan keterangan yang lengkap tentang metode kontrasepsi baik indikasi dan kontraindikasi, keuntungan dan kerugian sehingga mampu membantu akseptor dalam memilih metode kontrasepsi yang tepat bagi mereka. Untuk peneliti berikutnya diharapkan dapat mengkaji hal-hal yang belum di teliti oleh penulis dalam penelitian ini seperti mitos, sosial budaya, unmet needs dan kualitas pelayanan KB di wilayah kerja Puskesmas Sukasada II.

Kata kunci : Karakteristik, alasan, kontrasepsi suntik.

Page 2: gabungan abstrak KIA-KB

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKUPEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI DESA PEGAYAMAN,

KECAMATAN SUKASADA, KABUPATEN BULELENG

Ni Putu Yenny Kendarini, Sukandriani Utami, Luh Gede Yulia Dewi, Ayu SwandewiBagian Ilmu Kedokteran Komunitas-Pencegahan Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana

ABSTRAK

Dewasa ini masih ditemukan persalinan yang ditolong oleh dukun bersalin. Fenomena tersebut masih terjadi di Desa Pegayaman Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Sebagian besar dari masyarakat setempat, persalinannya masih ditolong oleh dukun bersalin, tetangga yang sebelumnya pernah membantu dukun bersalin, dan keluarga dekat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor–faktor yang berhubungan dengan perilaku pemilihan penolong persalinan di Desa Pegayaman Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Analisis dilakukan secara deskriptif (univariat) dan analitik bivariat dengan uji statistik chi square (X2). Dari hasil penelitian ditemukan responden dengan kehamilan berisiko (umur >35 tahun), hanya 50 % yang memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Pendidikan responden dan suami yang dikategorikan dibawah SMA, cenderung memilih bukan tenaga kesehatan, sebaliknya pendidikan SMA ke atas, lebih banyak memilih tenaga kesehatan. Responden dengan kehamilan berisiko (paritas >4), cenderung memilih penolong persalinan dari bukan tenaga kesehatan. Mereka yang memiliki pengetahuan baik ataupun kurang baik, cenderung memilih bukan tenaga kesehatan. Lebih dari 50% responden dengan sikap baik ataupun kurang baik, memilih bukan tenaga kesehatan. Responden dengan penolong persalinan terdekat non nakes, cenderung pergi ke non nakes, sedangkan yang dekat dengan nakes, hanya 50% yang memilih nakes sebagai penolong persalinan. Ditinjau dari kondisi sosial ekonomi, yang berada pada kategori baik, hanya setengahnya yang memilih nakes, sedangkan responden dengan kategori kurang, 76,5% yang memilih non nakes. Namun dari hasil tersebut, hanya penolong persalinan terdekat yang memiliki p value yang signifikan. Dapat disimpulkan bahwa faktor penolong persalinan terdekat berhubungan dengan perilaku penolong persalinan, sedangkan lainnya tidak berhubungan, yang meliputi faktor umur, tingkat pendidikan, paritas, pengetahuan, sikap, kondisi sosial ekonomi.

Kata kunci : faktor penolong persalinan, persalinan nakes, persalinan non nakes

Page 3: gabungan abstrak KIA-KB

FAKTOR RISIKO TERJADINYA LESI PRE KANKER SERVIKS DENGAN METODE INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT DI DESA BATURITI

Ni Wyn Kanta Karuni, Soraya Salle Pasulu, Yosevina HTL Djati, A.A. Sagung SawitriBagian Ilmu Kedokteran Komunitas-Pencegahan Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana

ABSTRAK

Pada Bulan Februari 2009 telah dilaksanakan pemeriksaan skrining kanker serviks dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA) di Puskesmas Baturiti I. Dari hasil pemeriksaan tersebut ditemukan sebanyak 77 kasus hasil IVA positif, di Desa Baturiti sendiri ditemukan 26 kasus (23,01%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko terjadinya lesi pre kanker serviks di Desa Baturiti. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada puskesmas dalam membuat suatu perencanaan promotif dan preventif untuk menurunkan insiden lesi pre kanker serviks yang dapat menjadi kanker serviks. Penelitian dilaksanakan tanggal 2 November hingga 12 Desember 2009 di Desa Baturiti. Populasi penelitian adalah seluruh perempuan dari Desa Baturiti yang mengikuti pemeriksaan IVA pada Bulan Februari 2009 di Puskesmas Baturiti I yang berjumlah 113 orang. Penelitian ini menggunakan rancangan kasus kontrol. Kasus adalah wanita dengan hasil tes IVA positif sebanyak 26 orang. Kontrol adalah wanita dengan hasil tes IVA negatif berjumlah 26 orang yang dipilih dengan metode teknik acak sistematik. Data diperoleh dari wawancara terstruktur. Variabel yang diteliti adalah status IVA, tingkat pengetahuan, hubungan seksual usia muda, melahirkan usia muda, paritas, responden multipartner, suami multipartner, higienitas, dan kontrasepsi. Variabel tersebut dianalisis bivariate dengan chi-square test. Variabel yang signifikan secara biologis dan statistik, dianalisis multivariate dengan regresi logistik. Dari hasil analis dapat disimpulkan bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal lebih dari lima tahun (OR 20; IK 1,21-339,46; p 0,036), suami multipartner (OR 12; IK 0,98-159,13; p 0,052), higienitas personal (OR 30,5; IK 2,63-355,40; p 0,006) dan infeksi genitalia kronis (OR 20; IK 1,208-339,458; p 0,036) merupakan faktor risiko lesi pre kanker. Sedangkan variabel tingkat pengetahuan, hubungan seksual usia muda, melahirkan usia muda, dan paritas tidak terbukti sebagai faktor risiko lesi pre kanker. Pihak Puskesmas perlu melakukan penyuluhan tentang higienitas, penggunaan kontrasepsi hormonal dan perilaku seksual. Selain itu dapat dilakukan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi terhadap wanita usia reproduksi beserta pasangannya.

Kata kunci: lesi pre kanker, inspeksi visual asam asetat (IVA), faktor risiko, Baturiti

Page 4: gabungan abstrak KIA-KB

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIFDENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI BERUMUR 0-6 BULAN

DI PUSKESMAS PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA

Adi Wismayasa, Hing Theddy, I Made Brammartha Kusuma, I B. WirakusumaBagian Ilmu Kodekteran Komunitas-Pencegahan Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana

ABSTRAK

Prioritas pembangunan kesehatan diarahkan pada upaya penurunan angka kematian bayi. Salah satu penyebab utama kematian menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 adalah kejadian diare. Pada era sekarang 80% bayi yang baru lahir di Indonesia tidak lagi menyusu sejak 24 jam pertama setelah mereka lahir padahal, pemberian makanan padat pada bayi dibawah usia 4 bulan sering menyebabkan gangguan diare. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan, sedangkan tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pekutatan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah explanatory research dengan metode survei melalui pendekatan case control. Pengambilan sampel berdasarkan teknik purposive dari populasi bayi yang berusia 0-6 bulan. Untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan variabel yang diteliti yaitu tentang pemberian ASI eksklusif dan Kejadian diare dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada ibu bayi. Hasil uji statistik menjelaskan adanya hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare. Bila dilihat dari Asymp. Sig (2 sided) menunjukkan 0,227 dan OR= 2,133. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare pada umur 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pekutatan Kabupaten Jembrana. Namun hubungan tersebut tidak signifkan sehingga hasil yang diperoleh terjadi pada sampel dan tidak bisa di terapkan pada populasi. Oleh karena itu disarankan pada penelitian berikutnya melakukan kontrol yang lebih baik terhadap variabel-variabel perancu yang berpengaruh pada pemberian ASI eksklusif dan kejadian diare seperti higienitas, latar belakang demografis dan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif.

Kata Kunci : ASI eksklusif , Kejadian Diare, Pekutatan

Page 5: gabungan abstrak KIA-KB

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PEKERJAAN DAN GEOGRAFIS DENGAN POLA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

TEMBUKU I, KECAMATAN TEMBUKU, KABUPATEN BANGLI

Wayan Wahyu Semara Putra, Nyoman Dwi Aussie Hary Mastika, Nyoman T. SuryadhiBagian Ilmu Kodekteran Komunitas-Pencegahan Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana

ABSTRAK

Air Susu Ibu (ASI) adalah minuman alamiah utama untuk semua bayi yang diperuntukkan selama usia bulan-bulan pertama kehidupan bayi. Pemberian ASI secara eksklusif di Indonesia masih sangat rendah. Berdasarkan Riskesdas provinsi Bali tahun 2007, proporsi bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 34,22 % kurang dari target menurut indikator minimal bidang kesehatan Bali sehat 2005 sebesar 50% .(Depkes,2003). Pencapaian pemberian ASI eksklusif yang rendah juga didapatkan di wilayah kerja puskesmas Tembuku I tahun 2008 yaitu sebesar 29,07%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, dan geografis dengan pola pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini menggunakan rancangan analitik cross sectional. Jumlah sampel yang digunakan sebesar 60 responden yaitu ibu-ibu yang bertempat tinggal diwilayah kerja puskesmas Tembuku I, yang memiliki bayi berumur 6-12 bulan. Sampel didapat menggunakan tehnik acak sederhana. alat bantu yang digunakan dalam pengumpulan data ini berupa kuesioner. Analisis data dilakukan dengan uji chi square untuk mengetahui hubungan dari 2 variabel. Hasil penelitian menunjukkan ibu-ibu yang memberikan ASI secara eksklusif adalah ibu yang berpendidikan tinggi (58,3 %) dan ibu yang memiliki pekerjaan dirumah (66,7%), serta menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0,05) antara tingkat pendidikan dan status pekerjaan dengan pola pemberian ASI eksklusif.

Kata kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Geografis, ASI eksklusif

Page 6: gabungan abstrak KIA-KB

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI, TINGKAT PENGETAHUAN, DUKUNGAN SUAMI DAN AKSESIBILITAS IBU-IBU PUS TERHADAP AKDR DI DESA

PESABAN, KECAMATAN RENDANG

Ni Wayan Eka Karisma Somarianti, Norfarhanah Zakaria, Putu AryaniBagian Ilmu Kodekteran Komunitas-Pencegahan Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana

ABSTRAK

Program Keluarga Berencana merupakan upaya pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Salah satu alat kontrasepsi yang memiliki efektivitas yang tinggi adalah Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Meskipun memiliki tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi namun penggunaan AKDR pada peserta KB baru cenderung menurun. Keadaan serupa juga terjadi di wilayah kerja Puskesmas Rendang, khususnya desa pesaban, kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem. Dari data puskesmas Rendang menunjukkan terjadinya penurunan akseptor KB baru AKDR dari tahun 2008 sampai 2009 yaitu 114 orang (37%) menjadi 146 orang (29,6%). Angka tersebut juga menggambarkan tentang lebih rendahnya penggunaan AKDR, padahal puskesmas sendiri telah membebaskan biaya alat dan pemasangan AKDR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik demografi, tingkat pengetahuan, dukungan suami dan aksesibilitas ibu-ibu PUS terhadap AKDR di wilayah kerja puskesmas Rendang tahun 2010. Penelitian ini adalah penelitian cross sectional dengan analisa secara deskriptif kuantitatif untuk menginterpretasikan data yang terkumpul melalui wawancara. Responden adalah ibu pasangan usia subur usia 15 sampai 49 tahun yang diperoleh melalui penentuan sampel secara sistematik random sampling. Dari hasil penelitian ini menunjukkan karakteristik demografi yang mempengaruhi penggunaan AKDR antara lain umur, tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, jumlah paritas dan pekerjaan. Berdasarkan tingkat pengetahuan, 31 orang (44,3%) memiliki pengetahuan baik dan 39 orang (55,7%) memiliki pengetahuan kurang tentang AKDR. Aksesibilitas layanan AKDR dinilai dari ketersediaan AKDR di tempat pelayanan kesehatan, pelayanan petugas kesehatan, dari segi biaya dan jarak ke tempat pelayanan. Dari keseluruhan, responden tidak mengalami hambatan dalam akses layanan AKDR. Dukungan suami menurut ibu PUS ditunjukkan lewat peranan suami dalam pengambilan keputusan penggunaan alat kontrasepsi dan kesediaan mengantar ke puskesmas.

Kata kunci : AKDR, karakteristik demografi, pengetahuan, aksesibilitas

Page 7: gabungan abstrak KIA-KB

PERSEPSI IBU BALITA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN MENGWI

Yurika Santika Dewi, Jati Kusuma Wardhani, Anegala P Kovindear, I Nyoman SutarsaBagian Ilmu Kodekteran Komunitas-Pencegahan Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana

ABSTRAK

ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan lain kepada bayi selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Pada laporan tahunan Puskesmas Mengwi I tahun 2008, didapatkan bahwa angka pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Mengwi I adalah sebesar 25,59% Berdasarkan data laporan bulanan Puskesmas Mengwi I dari Bulan Januari sampai Oktober 2009, pencapaian ASI eksklusif paling rendah terdapat di Desa Kekeran, yaitu sebesar 0%. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dibuat untuk mengetahui persepsi ibu balita terhadap pemberian ASI eksklusif di Banjar Sangiang, Delod Sema dan Dangin Pangkung Desa Kekeran. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada instansi teknis seperti Dinas Kesehatan dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu dan bayi melalui pemberian ASI eksklusif. Rancangan penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD). Pada penelitian ini dibuat 3 kelompok FGD masing-masing terdiri dari 8 ibu yang memiliki balita yang tinggal di Banjar Sangiang, Delod Sema dan Dangin Pangkung, Desa Kekeran. Hasil penelitian didapatkan bahwa dalam hal pekerjaan, ibu yang bekerja dan tidak bekerja keduanya tidak lulus ASI eksklusif. Peran petugas kesehatan terhadap pemberian ASI eksklusif dapat berupa dukungan maupun hambatan. Peranan keluarga terutama orangtua terhadap pemberian ASI eksklusif terlihat dari bagaimana orangtua memberitahukan kebiasaan yang ada dalam keluarga tersebut. Sedangkan untuk peran suami dalam pemberian ASI eksklusif masih sangat kurang. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ibu yang bekerja maupun ibu tidak bekerja, semuanya tidak lulus ASI eksklusif, petugas kesehatan memiliki peranan penting untuk keberhasilan ASI eksklusif, masih adanya peranan keluarga terutama orang tua dalam memberitahukan kebiasaan dalam pemberian ASI, sedangkan peranan suami masih sangat kurang.

Kata kunci : ASI eksklusif, persepsi, ibu balita

Page 8: gabungan abstrak KIA-KB

SIKAP IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TABANAN I

Dessy Aprilinayanti, Ni Md Dwi Adnyani, IA Alit Juwitashanti, I. B WirarakusumaBagian Ilmu Kodekteran Komunitas-Pencegahan Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana

ABSTRAK

Pemberian ASI ekslusif masih mendapat perhatian serius dari berbagai ahli kesehatan. Puskesmas sebagai lini pertama pelayanan kesehatan di Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya peningkatan penggunaan ASI eksklusif sehingga dapat menurunan angka kematian bayi dan meningkatkan status gizi balita. Sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif nantinya akan menentukan prilaku ibu dalam memberikan ASI pada bayinya. Dari data Puskesmas Tabanan I jumlah pemberian ASI eksklusif pencapaiannya masih jauh dibawah target puskesmas yaitu sebesar 100%. Desa yang paling rendah pencapaiannya adalah di desa Gubug yaitu 4,2%, diikuti dengan desa Bongan sebesar 9,1%, desa Sudimara 20% dan pencapaian tertinggi di desa Dauh Peken yaitu 22,2%. Dalam penelitian ini akan diteliti sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pelaksana program di Puskesmas Tabanan I untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif cross sectional. Populasinya adalah seluruh ibu yang dari data bulanan puskesmas memiliki bayi usia 7-12 bulan pada bulan September 2010 di semua desa, di wilayah kerja Puskesmas Tabanan I. Instrumen yang digunakan dalam penelitian menggunakan kuesioner. Data diperoleh dengan cara melakukan wawancara kepada responden penelitian berdasarkan kuesioner. Data yang telah terkumpul tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif dan disajikan secara naratif. Pada penelitian didapatkan ibu yang memiliki jumlah anak 1-2 orang sebagian besar menyatakan sikap setuju untuk memberi ASI eksklusif pada bayinya. Dilihat dari status pekerjaan, baik ibu yang bekerja maupun tidak bekerja menyatakan setuju untuk memberi ASI eksklusif. Dilihat dari pengetahuan ibu, ibu yang memiliki pengetahuan baik menyatakan setuju dan ibu dengan pengetahuan kurang lebih banyak menyatakan tidak setuju untuk memberi ASI eksklusif. Selain itu sebagian besar ibu dengan tingkat pendidikan tinggi dan sedang menyatakan sikap setuju untuk memberi ASI eksklusif. Sedangkan ibu-ibu yang dalam pengambilan keputusan di keluarganya ditentukan oleh suami, sebagian besar memiliki sikap setuju untuk memberikan ASI eksklusif.

Kata kunci : ASI eksklusif, Sikap, Tabanan