gabungan

43
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Sebagai mahasiswa farmasi, sudah seharusnya kita mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan obat, baik dari segi farmasetik, farmakodinamik, farmakokinetik, dan juga dari segi farmakologi dan toksikologinya. Farmakologi sebagai ilmu yang berbeda dari ilmu lain secara umum pada keterkaitannya yang erat dengan ilmu dasar maupun ilmu klinik sangat sulit mengerti farmakologi tanpa pengetahuan tentang fisiologi tubuh, biokimia, dan ilmu kedokteran klinik. Jadi, farmakologi adalah ilmu yang mengintegrasikan ilmu kedokteran dasar dan menjembatani ilmu praklinik dan klinik. Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi yaitu, ilmu cara membuat, menformulasi, menyimpan dan menyediakan obat (Sudjadi, Bagad. 2007). Toksikologi berkembang luas ke bidang kimia, kedokteran hewan, kedokteran dasar klinik,

Upload: gledys-tham-puti

Post on 05-Dec-2014

91 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: gabungan

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Sebagai mahasiswa farmasi, sudah seharusnya kita mengetahui hal-hal

yang berkaitan dengan obat, baik dari segi farmasetik, farmakodinamik,

farmakokinetik, dan juga dari segi farmakologi dan toksikologinya.

Farmakologi sebagai  ilmu yang berbeda dari ilmu lain secara umum pada

keterkaitannya yang erat dengan ilmu dasar maupun ilmu klinik sangat sulit

mengerti farmakologi tanpa pengetahuan tentang fisiologi tubuh, biokimia,

dan ilmu kedokteran klinik. Jadi, farmakologi adalah ilmu yang

mengintegrasikan ilmu kedokteran dasar dan menjembatani ilmu praklinik

dan klinik. Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi

yaitu, ilmu cara membuat, menformulasi, menyimpan dan menyediakan

obat (Sudjadi, Bagad. 2007).

Toksikologi berkembang luas ke bidang kimia, kedokteran hewan,

kedokteran dasar klinik, pertanian, perikanan, industri, etimologi hukum dan

lingkungan. Perkembangan ini memungkinkan terjadinya reaksi dalam

tubuh dalam jumlah yang kecil. Beberapa macam keracunan telah diketahui

terjadi berdasarkan kelainan genetik, gejala keracunan dan tindakan untuk

mengatasinya berbeda-beda.

Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat

kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa

murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Pada percobaan ini kita akan

membahas mengenai Obat golongan antibiotik dan antimikroba. Untuk

Page 2: gabungan

2

melihat bagaimana efek terapi maupun efek toksisnya maka dari itu

dilakukan percobaan obat antibiotik tersebut kepada hewan coba kelinci

jantan. Dimana, antibiotika itu sendiri merupakan segolongan senyawa, baik

alami maupun sintetik, yamg mempunyai efek menekan atau menghambat

suatu proses biokimia di  dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi

oleh bakteri.

Pada praktikum kali ini kami menentukkan bioavaibilitas obat sirup

amoksisilin pada hewan coba yaitu kelinci dengan cara diberikan secara

oral.

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

Untuk mengidentifikasi kadar sirup amoxicilin dalam darah terhadap

hewan coba kelinci.

I.2.2 Tujuan Percobaan

Mahasiswa dapat mengetahui kadar sirup amoxicilin dalam darah terhadap

hewan coba kelinci.

Page 3: gabungan

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

II.1.1 Definisi

Antimikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba, khususnya

mikroba yang merugikan manusia. Yang dimaksudkan dengan mikroba

terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit.

Berdasarkan sifat toksisitas selektif , ada anti mikroba yang bersifat

menghambat pertumbuhan mikroba , dikenal sebagai aktifitas

bakteriostatik dan ada yang bersifat membunuh mikroba , dikenal sebagai

aktivitas bakterisid (Marjono, M. 2011).

Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama

fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain.

Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik

penuh. Namun dalam praktek sehari-hari AM sintetik yang tidak

diturunkan dari produk mikroba (misalnya sulfonamid dan kuinolon) juga

sering digolongkan sebagai antibiotik. Obat yang digunakan untuk

membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, ditentukan harus

memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut

haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik

untuk hospes. Sifat toksisitas selektif yang absolut belum atau mungkin

tidak akan diperoleh (Marjono, M. 2011).

Istilah antibiotk untuk pertama kali digunakan oleh Waksman (1945)

senagai nama dari suatu golongan substansi yang berasal dari bahan

Page 4: gabungan

4

biologis yang kerjanya antagonistik terhadap mikroorganisme. Istilah itu

berarti “melawan hidup” dengan kata lain maksud dari antibiotik adalah

zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme hidup, yang dapat menghambat

mikroorganisme lain, bahkan dapat memusnakannya (Irianto, 2006).

Antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya

infeksi. Gejala infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan

berbagai zat toksik yang dihasilkan mikroba. Pada dasarnya suatu infeksi

dapat ditangani oleh sistem pertahanan tubuh, namun adakalanya sistem

ini perlu ditunjang oleh penggunaan antibiotik. Antibiotik yang digunakan

untuk membasmi mikroba penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki

sifat toksisitas selektif. Artinya antibiotik harus bersifat toksik untuk

mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Toksisitas selektif

tergantung kepada struktur yang dimiliki sel bakteri dan manusia misalnya

dinding sel bakteri yang tidak dimiliki oleh sel manusia, sehingga

antibiotik dengan mekanisme kegiatan pada dinding sel bakteri

mempunyai toksisitas selektif relatif tinggi (Ganiswarna, 1995).

Sensitivitas bakteri terhadap antibiotik tergantung kapada

kemampuan antibiotik tersebut untuk menembus dinding sel bakteri.

Antibiotik lebih banyak yang efektif bekerja terhadap bakteri Gram positif

karena permeabilitas dinding selnya lebih tinggi dibandingkan bakteri

Gram negatif. Jadi suatu antibiotik dikatakan mempunyai spektrum sempit

apabila mampu menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif,

sedangkan antibiotik berspektrum luas jika pertumbuhan bakteri Gram

Page 5: gabungan

5

positif dan bakteri Gram negatif dapat dihambat oleh antibiotik tersebut

(Sumadio, dkk. 1994).

Berdasarkan sasaran tindakan antibiotik terhadap mikroba maka

antibiotik dapat dikelompokkan menjadi lima golongan yaitu antibiotik

penghambat sintesis dinding sel mikroba, antibiotik yang termasuk

kelompok ini ialah penisilin, sefalosporin, basitrasin, dan vankomisin.

Yang kedua yaitu antibiotik penghambat sintesis protein sel mikroba,

antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah golongan aminoglikosida,

makrolida, kloramfenikol, linkomisin dan tetrasilin. Yang ketiga yaitu

antibiotik penghambat sintesis asam nukleat sel mikroba, antibiotik yang

termasuk kelompok ini ialah rifampisin dan golongan kuinolon. Keempat

yaitu antibiotik pengganggu fungsi membran sel mikroba, antibiotik yang

termasuk kelompok ini ialah golongan polien. Dan yang kelima yaitu

antibiotik penghambat metabolisme mikroba, antibiotik yang termasuk

kelompok ini ialah sulfonamida, trimetoprin dan asam p-amino salisilat

(Ganiswarna, 1995).

Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhamabat

pertumbuhannya akibat antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah

daerah untuk menghambat pertumbuhan mikroorrganisme pada media agar

oleh antibiotik. Contohnya: tetracycline, erytromycin, dan streptomycin.

Tetracycline merupakan antibiotik yang memiliki spektrum yang luas

sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara luas (Pelczar,

1986).

Page 6: gabungan

6

Penggolongan Obat Antimikroba (Antibiotik)

1. Golongan antibiotik berdasarkan daya bunuh atau daya kerjanya dalam zat

bakterisid dan zat bakteriostatis dikelompokkan menjadi (Ganiswarna,

1995):

a. Bakterisid

Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk

dalam golongan ini adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida

(dosis besar), kotrimoksazol , polipeptida, rifampisin, isoniazid dll.

b. Bakteriostatik

Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambat

pertumbuhan kuman, tidak membunuhnya, sehingga pembasmian

kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam

golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol,

eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida, klindamisin, asam

paraaminosalisilat, dll.

2. Golongan antibiotik berdasarkan spektrum kerja antibiotik yaitu luas

aktivitas, artinya aktif terhadap banyak atau sedikit jenis mikroba. Dapat

dibedakan antibiotik dengan aktivitas sempit dan luas (Suhendrayatma,

2001) :

a. Spektrum luas (aktivitas luas) : antibiotik yang bersifat aktif bekerja

terhadap banyak jenis mikroba yaitu bakteri gram positif dan gram

negative. Contoh antibiotik dalam kelompok ini adalah sulfonamid,

ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan rifampisin.

Page 7: gabungan

7

b. Spektrum sempit (aktivitas sempit) : antibiotik yang bersifat aktif

bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja, bakteri gram

positif atau gram negative saja. Contohnya eritromisin, klindamisin,

kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba gram-positif. Sedang

streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap kuman gram-negatif.

Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin

hanya terbatas, yakni pada kasus pembawa kuman (carrier), pada pasien-

pasien dengan kondisi yang sangat lemah (debilitated) atau pada kasus-

kasus dengan depresi imunologik tidak boleh memakai antibiotika

bakteriostatik, tetapi harus bakterisid.

3. Golongan antibiotika berdasarkan cara kerjanya

Antibiotika golongan ini dibedakan berdasarkan sasaran kerja

senyawa tersebut dan susunan kimiawinya. Ada enam kelompok

antibiotika dilihat dari target atau sasaran kerjanya :

a. Inhibitor sintesis atau mengaktivasi enzim yang merusak dinding sel

bakteri sehingga menghilangkan kemampuan berkembang biak dan

sering kali terjadi lisis, mencakup golongan Penicsillin, Polipeptida,

sikloserin, basitrasin, vankomisin dan Sefalosporin, misalnya

ampisillin, penisillin G.

b. Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone,

misalnya rifampicin, actinomycin D, nalidixic acid.

c. Inhibitor sintesis protein, yang mengganggu fungsi ribosom bakteri,

menyebabkan inhibisi sintesis protein secara reversibel, mencakup

banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan Macrolide,

Page 8: gabungan

8

Aminoglycoside, dan Tetracycline, misalnya gentamycin,

chloramphenicol, kanamycin, streptomycin, oxytetracycline.

d. Inhibitor fungsi membran sel, mempengaruhi permeabilitas sehingga

menimbulkan kehilangan senyawa intraselular. misalnya ionomycin,

valinomycin dan polimiksin.

e. Inhibitor fungsi sel lainnya, misalnya difiksasi pada subunit ribosom

30 S menyebabkan timbunan kompleks pemula sintesis protein, salah

membaca kode mRNA, produksi polipeptida abnormal. Contoh

aminoglikosida, golongan sulfa atau sulfonamida, misalnya

oligomycin, tunicamycin.

f. Antimetabolit yang mengganggu metabolisme asam nukleat. Contoh

rifampin (inhibisi RNA polimerase yang dependen DNA), azaserine.

Pembagian ini walaupun secara rinci menunjukkan tempat kerja

dan mekanismenya terhadap kuman, namun kiranya kurang memberikan

manfaat atau membantu praktisi dalam memutuskan pemilihan obat dalam

klinik. Masing-masing cara klasifikasi mempunyai kekurangan maupun

kelebihan, tergantung kepentingannya.

4. Golongan antibiotika berdasarkan penyakitnya

a. Golongan Penisilin

Dihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum. Memiliki cincin b-

laktam yang diinaktifkan oleh enzim b-laktamase bakteri. Aktif

terutama pada bakteri gram (+) dan beberapa gram (-). Obat golongan

ini digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran napas bagian atas

(hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, untuk infeksi

Page 9: gabungan

9

telinga, bronchitis kronik, pneumonia, saluran kemih (kandung kemih

dan ginjal). Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini

antara lain : Ampisilin dan Amoksisilin. Untuk meningkatkan

ketahanan thp b-laktamase : penambahan senyawa untuk memblokir &

menginaktivasi b-laktamase. Misalnya Amoksisilin + asam klavulanat,

Ampisilin + sulbaktam, Piperasilin + tazobaktam.

Efek samping : reaksi alergi, syok anafilaksis, kematian,Gangguan

lambung & usus. Pada dosis amat tinggi dapat menimbulkan reaksi

nefrotoksik dan neurotoksik. Aman bagi wanita hamil & menyusui

b. Golongan Sefalosporin

Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium. Spektrum

kerjanya luas meliputi bakteri gram positif dan negatifObat golongan

ini barkaitan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi

saluran pencernaan bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit

tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak,

tulang, dan saluran kemih (kandung kemih dan ginjal). Adapun contoh

obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Sefradin, Sefaklor,

Sefadroksil, Sefaleksin, E.coli, Klebsiella dan Proteus. Penggolongan

sefalosporin berdasarkan aktivitas & resistensinya terhadap b-

laktamase.

Generasi I : aktif pada bakteri gram positif. Pada umumnya tidak

tahan pada b laktamase. Misalnya sefalotin, sefazolin, sefradin,

sefaleksin, sefadroksil. Digunakan secara oral pada infeksi saluran

kemih ringan, infeksi saluran pernafasan yang tidak serius

Page 10: gabungan

10

Generasi II : lebih aktif terhadap kuman gram negatif. Lebih kuat

terhadap blaktamase. Misalnya sefaklor, sefamandol,

sefmetazol,sefuroksim

Generasi III : lebih aktif terhadap bakteri gram negatif , meliputi

Pseudomonas aeruginosa dan bacteroides. Misalnya sefoperazone,

sefotaksim, seftizoksim, sefotiam, sefiksim.Digunakan secara

parenteral,pilihan pertama untuk sifilis

Generasi IV : Sangat resisten terhadap laktamase. Misalnya

sefpirome dan sefepim

c. Golongan Lincosamides

Dihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis dan bersifat bakteriostatis.

Obat golongan ini dicadangkan untuk mengobati infeksi berbahaya

pada pasien yang alergi terhadap penisilin atau pada kasus yang tidak

sesuai diobati dengan penisilin. Spektrum kerjanya lebih sempit dari

makrolida, terutama terhadap gram positif dan anaerob. Penggunaannya

aktif terhadap Propionibacter acnes sehingga digunakan secara topikal

pada acne. Adapun contoh obatnya yaitu Clindamycin (klindamisin)

dan Linkomycin (linkomisin).

d. Golongan Tetracycline

Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens & Streptomyces rimosus.

Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama

seperti yang diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti

kolera, demam berbintik Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis

mata, dan amubiasis intestinal. Khasiatnya bersifat bakteriostatik ,

Page 11: gabungan

11

pada pemberian iv dapat dicapai kadar plasma yang bersifat bakterisid

lemah.

e. Golongan Kloramfenikol

Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus berdasarkan

perintangan sintesis polipeptida kuman. Bersifat bakterisid terhadap S.

pneumoniae, N. meningitidis & H. influenza. Obat golongan ini

digunakan untuk mengobati infeksi yang berbahaya yang tidak efektif

bila diobati dengan antibiotic yang kurang efektif. Penggunaannya

secara oral, sejak thn 1970-an dilarang di negara barat karena

menyebabkan anemia aplastis. Sehingga hanya dianjurkan pada infeksi

tifus (salmonella typhi) dan meningitis (khusus akibat H. influenzae).

Juga digunakan sebagai salep 3% tetes/salep mata 0,25-1%. Contoh

obatnya adalah Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol.

f. Golongan Makrolida

Meliputi eritromisin, klaritromisin, roxitromisin, azitromisin,

diritromisin serta spiramisin. Bersifat bakteriostatik. Mekanisme

kerjanya yaitu pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga

mengganggu sintesis protein. Penggunaannya merupakan pilihan

pertama pada infeksi paru-paru. Digunakan untuk mengobati infeksi

saluran nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi

telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk

infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk

penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan).

Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.

Page 12: gabungan

12

g. Golongan Kuinolon

Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dgn menghambat

enzim DNA gyrase bakteri sehingga menghambat sintesa DNA.

Digunakan untuk mengobati sinusitis akut, infeksi saluran pernafasan

bagian bawah serta pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan jaringan

kulit, infeksi tulang sendi, infeksi saluran kencing, Cystitis

uncomplicated akut, prostates bacterial kronik, infeksi intra abdominal

complicated, demam tifoid, penyakit menular seksual, serta efektif

untuk mengobati Anthrax inhalational.

Penggolongan :

Generasi I : asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK

tanpa komplikasi.

Generasi II : senyawa fluorkuinolon misal siprofloksasin,

norfloksasin, pefloksasin,ofloksasin. Spektrum kerja lebih luas, dan

dapat digunakan untuk infeksi sistemik lain. Zat-zat long acting :

misal sparfloksasin, trovafloksasin dan grepafloksasin.Spektrum

kerja sangat luas dan meliputi gram positif.

h. Golongan Aminoglikosida

Dihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora.Mekanisme

kerjanya : bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan

mengikatkan diri pada ribosom dalam sel Contoh : streptomisin,

kanamisin, gentamisin, amikasin, neomisin.

Penggunaan Aminoglikosida Streptomisin & kanamisin Þ injeksi pada

TBC juga pada endocarditis, Gentamisin, amikasin bersama dengan

Page 13: gabungan

13

penisilin pada infeksi dengan Pseudomonas, Gentamisin, tobramisin,

neomisin juga sering diberikan secara topikal sebagai salep atau tetes

mata/telinga, Efek samping : kerusakan pada organ pendengar dan

keseimbangan serta nefrotoksik.

i. Golongan Monobaktam

Dihasilkan oleh Chromobacterium violaceum Bersifat bakterisid,

dengan mekanisme yang sama dengan gol. b-laktam lainnya. Bekerja

khusus pada kuman gram negatif aerob misal Pseudomonas,

H.influenza yang resisten terhadap penisilinase Contoh : aztreonam.

j. Golongan Sulfonamide

Merupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positrif

dan negatif. Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja : mencegah

sintesis asam folat dalam bakteri yang dibutuhkan oleh bakteri untuk

membentuk DNA dan RNA bakteri. Kombinasi sulfonamida : trisulfa

(sulfadiazin, sulfamerazin dan sulfamezatin dengan perbandingan

sama),Kotrimoksazol (sulfametoksazol + trimetoprim dengan

perbandingan 5:1),Sulfadoksin + pirimetamin.

Penggunaan :

Infeksi saluran kemih : kotrimoksazol

Infeksi mata : sulfasetamid

Radang usus : sulfasalazin

Malaria tropikana : fansidar

Mencegah infeksi pada luka bakar : silver sulfadiazine

Tifus : kotrimoksazol

Page 14: gabungan

14

Radang paru-paru pada pasien AIDS : kotrimoxazol

Sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan teruama trimeseter akhir :

icterus, hiperbilirubinemia

k. Golongan Vankomisin

Dihasikan oleh Streptomyces orientalis.Bersifat bakterisid thp kuman

gram positif aerob dan anaerob.Merupakan antibiotik terakhir jika

obat-obat lain tidak ampuh lagi.

l. Golongan Antibiotika Kombinasi

Kegunaannya dapat dikelompokkan berdasarkan jalur pemberiannya,

antara lain :

Penggunaan Oral dan Parenteral : infeksi saluran kemih,

Shigellosis enteritis, treatment pneumocystis carinii pneumonia

pada anak dan dewasa.

Penggunaan Oral : Profilaksis pneumocystis carinii pneumonia

pada individu yang mengalami imunosupresi, otitis media akut

pada anak-anak, eksaserbasi akut pada bronchitis kronik pasien

dewasa.

Penggunaan kombinasi antibiotik yang tepat harus dapat mencapai sasaran

sebagai berikut :

1. Kombinasi bekerja sinergik terhadap mikroba penyebab infeksi

2. Kombinasi mencegah terjadi resistensi mikroba

3. Kombinasi sebagai tindak awal penanganan infeksi, bertujuan

mencapai spektrum kerja luas pada infeksi yang disebabkan oleh

beberapa mikroorganisme

Page 15: gabungan

15

4. Kombinasi antibiotik digunakan untuk menangani beberapa infeksi

sekaligus.

II.1.2 Resistensi

Istilah resistensi itu menunjukan bahwa suatu mikroorganisme ,

sudah tidak peka terhadap suatu suatu zat atau sediaan antimikroba atau

antibiotik, sehingga akan membawa masalah dalam terapi dan bahkan akan

menggagalkan terapi dengan suatu antibiotik terhadap agen penyebab

infeksi. Resistensi adalah ketahanan suatu mikroorganisme terhadap

antimikroba atau antibiotik tertentu (Zaraswati. 2008).

        Resistensi mikroorganisme dapat dibedakan menjadi resistensi

bawaan (primer) ,resistensi dapatan (sekunder), dan resistensi episomat.

Resistensi primer (bawaan) merupakan resistensi yang menjadi sifat alami

mikroorganisme. Hal ini misalnya disebabkan oleh adanya enzim pengurai

antibiotic pada mikroorganisme sehingga secara alami mikroorganisme

dapat menguraikan antibiotic. Contohya adalah Staphylococcus dan

bakteri lainnya yang mempunyai enzim penicillinase yang dapat

menguraikan penicillin dan sefalosforin (Irianto, 2006).

II.1.3 Amoksilin

Amoksilin adalah antibiotik dalam kelompok obat penisilin.

Memerangi bakteri dalam tubuh anda. Amoksilin digunakan untuk

mengobati berbagai jenis inveksi yang disebabkan oleh bakteri seperti :

inveksi telinga, inveksi kantong kemih, peneumonia, gonore dan inveksi

coli/salmonella. Amosilin juga kadang-kadang digunakan bersama dengan

yang lain. Plaritromisin disebut antibiotik (biaxin) untuk mengobati bisul

Page 16: gabungan

16

perut yang disebabkan oleh inveksi belicobacterphilory. Kombinasi ini

kadang-kadang digunakan dengan peredam asam lambung disebut

tansopiazole (prevacid). Amoksilin dapat juga digunakan tujuan lain yang

tidak tercantum dalam panduan pengobatan (Tjay, T.H. dan K. Rahardja.

2002).

Amoksisilin merupakan:

1. Sediaan ; kapsul/tablet

2. Absorpsi lebih baik drpd ampisilin. Sehinggg dosis sehari bisa <

ampisilin.

3. Distribusi secara garis besar hampir = ampisilin.

4. Hampir sama dengan ampisilin bedanya kurang efektif terhadap

shigelosis.

  Informasi penting tentang Amoxilin :

Jangan gunakan obat ini jika alergi terhadap Amixilin atau kepada

antibiotik penisilin lain, seperti: Amphisilin (ominipen, pricipen),

dicloxacilin (aycill, aynapen),oxacillin ( batocill), penicillin ( beepen-

Vk, Vk ladecillin, pen-V. pen-veek, pfizerpen, V-cillin k, Veetids) dll.

Sebelum menggunakan amokcillin member tahu dokter anda jika anda

alergi terhadap sefalosporin, seperti : Ceclor, Ceftin, Dorices,kreflek,

dll. Juga memberi tahu dokter jika anda memiliki asma, gangguan

hati, penyakit ginjal, pendarahan atau pembekuan dan mononucleosis

(juga disebut “mono” atau jenis alergi).

            Amoksillin dapat membuat pil KB juga kurang efektif yang dapat

mengakibatkan kehamilan. Sebelum mengambil amoksillin, beri tahu

Page 17: gabungan

17

dokter anda , jika anda menggunakan pil KB. Ambil obat ini untuk

panjang waktu yang diresepkan dokter anda. Gejala anda mungkin menjadi

baik, sebelum inveksi benar-benar diperlakukan. Amoxilin tidak akan akan

mengobati inveksi virus seperti pileks atau flu. Jangan memberikan obat

ini kepada orang lain, bahkan jika mereka memiliki gejala yang sama yang

anda lakukan (Pelczar, 1986).

            Obat antibiotik dapat menyebabkan diare yang mungkin

merupakan tanda infeksi baru. Jika anda memiliki diare yang berair atau

memiliki darah didalamnya, hubungi dokter anda. Jangan menggunakan

obat apapun untuk menghentikan diare, kecuali dokter anda telah member

tahu anda. Jika amoksillin tablet, kalau dikunyah mungkin mengandung

fenilalalinin. Bicaralah dengan dokter anda sebelum menggunakan bentuk

amoksillin, jika anda memiliki feniketonuria (pku) (Pelczar, 1986).

II.1.4 Cara Memberikan Obat Pada Hewan Coba

Cara pemberian Obat pada Hewan Percobaan (Malole,1989)

Kelinci

- Cara pemberian oral:

Dalam cara pemberian oral pada kelinci digunakan alat penahan

terbukanya mulut dan pipa lambung. Alat suntik dihubungkan dengan

pipa lambung (dapat digunakan slang yang lunak dengan ukuran

sesuai), pipa lambung dimasukkan ke dalam kemudian diluncurkan ke

dalam esophagus secara perlahan-lahan

- Cara pemberian subkutan:

Page 18: gabungan

18

Cara pemberian ini dilakukan di bawah kulit di daerah tengkuk atau

daerah sisi pinggang. Cara pemberian dilakukan dengan mengangkat

kulit dan kemudian jarum ditusukkan ke bawah kulit.

- Cara pemberian intravena:

Dilakukan pada vena marginalis telinga dan penyuntikan dilakukan

pada daerah dekat ujung telinga. Untuk memperluas (mendilatasi

vena), telinga diulas terlebih dahulu dengan air hangat atau alkohol.

Pencukuran bulu bila perlu dapat dilakukan terutama pada hewan

yang berwarna bulunya.

II.2 Uraian bahan

1. Air suling (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi   : Aqua destillata

Nama Lain    : Aquades, Air suling

RM / BM  : H2O/18,02

Pemerian       : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

berasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

2. Alkohol (Dirjen POM, 1979) 

Nama resmi : Aethanolum

Sinonim : Etanol, alcohol

RM/BM : C2H6O/46,07

Pemerian : Jernih, tidak berbau, bergerak, cairan pelarut,

menghasilkan bau yang khas dan rasa terbakar pada

lidah.

Page 19: gabungan

19

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya,

di tempat sejuk jauh dari nyala api.

3. Amoxicilin (Iso farmakoterapi, 2008)

Indikasi    : Infeksi saluran kemih, otitsmedia, sinusitis,

bronkitis, kronis, salmonelosis, gonore, profilaksis

endokartis dan terapi tambahan pada meningitis

listeria

Cara kerja obat : Amoxicillin adalah senyawa Penisilin semisintetik

dengan aktivitas antibakteri spektrum luas yang

bersifat bakterisid, efektif terhadap sebagian besar

bakteri gram positip dan beberapa gram negatip

yang patogen.  

Peringatan    : Riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi

eritmetous pada glandular fever, leukimia limfositik

kronik dan AIDS

Kontraindikasi : Hipersensitifitas  terhadap penisilin

Efek samping    : Mual, diare ruam, kadang-kadang terjadi kolitis

karena antibiotic

Dosis    : Oral dewasa 250-500mg tiap 8 jam, infeksi saluran

nafas berat/berulang 3 gram tiap 12 jam, infeksi

salura kemih 3 gram diulang setelah 10-12 jam

4. Asam asetat (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Acidum aceticum glaciale

Sinonim : Asam asetat glacial

Page 20: gabungan

20

RM/BM               : C2H2O2/60,05

Pemerian       : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, tajam, jika

diencerkan dengan air, rasa asam

Kelarutan       : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P

dan dengan gliserol P

Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup rapat

5. Asam trikolorasetat (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Acidum trichloroasetat

Sinonim : Asam trikolorasetat

RM/BM : CClCOOH/163,39

Pemerian : Hablur atau massa hablur

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air

Stabilitas : Stabil di udara

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai pereaksi

6. EDTA (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi    : Etilen diamina tetra asetat

Nama lain     : EDTA

RM/BM    : C2H8N2/ 98,96

Pemerian  : Cairan jernih tidak berwarna atau agak kuning, bau

seperti amoniak, bereaksi alkali kuat.

Kelarutan  : Dapat bercampur dengan air maupun dengan etanol

Kegunaan   : Sebagai titran

Penyimpanan    : Dalam wadah tertutup

Page 21: gabungan

21

7. Methanol (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi : Metanol

Sinonim : Metanol

RM/BM : CH3OH/34,00

Pemerian : Cairan tidak berwarna, gliserin, bau khas

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan

jernih tidak berwarna

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

Kegunaan : Sebagai pereaksi

8. Natrium sitrat (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Natrii Citras

Sinonim : Natrium sitrat

Rumus molekul : C6H5Na3O7.2H2O

Berat molekul : 294,10

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air

mendidih, praktis, tidak larut dalam etanol (95%)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai larutan antikoagulan

Page 22: gabungan

22

BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat yang digunakan

1. Dispo

2. Erlenmeyer

3. Gelas kimia

4. Kotak/kandang individu kelinci

5. Kuvet

6. Lemari asam

7. Pipet mikro

8. Rak tabung

9. Slang plastik

10. Sentrifus

11. Silet

12. Spektrotonik

13. Tabung reaksi

III.1.2 Bahan yang digunakan

1. Alkohol 70%

2. Amoxicilin syrup

3. Aqua destillata

4. Asam asetat

5. Asam triklorasetat

6. EDTA

Page 23: gabungan

23

7. Kapas

8. Methanol

9. Natrium sitrat

10. Tissue

III.1.3 Hewan coba yang digunakan

- Kelinci

III.2 Cara kerja

1. Larutan baku dan panjang gelombang

2. Kelinci dipuasakan 8 jam sebelum perlakuan, diambil darahnya

melalui vena marginalis 0,5 ml sebagai blangko. (Marmot/Tikus putih

dibius kemudian diambil darah melalui vena jugularis atau vena

fomaralis)

3. Sirup suspensi amoksisilin sebanyak 30 ml dengan kadar 125 mg/ml

diberikan per oral pada kelincidengan menggunakan slang plastic

(maag slang). Kemudian darah diambil pada mencit ke 30, 60, 120,

240 menit.

4. 0,5 ml darah dicampur dengan 2 ml antikoagulan natrium sitrat 2 %, 5

ml pengendap protein asam triklorasetat, dibiarkan 5 menit, disentrifus

selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Jernihan (supernatant)

diambil 0,5 ml dan diencerkan dengan air suling hingga 10 ml.

encerkan lagi 1 ml dengan larutan dapar secukupnya hingga 50 ml.

larutan blangko dibuat dengan cara yang sama, kemudian diukur

serapan pada panjang gelombang 260-300 nm. (272,5 nm)

Page 24: gabungan

24

5. Setelah kadar amoksisilin dalam darah dihitung kemudian hitung

besarnya AUC, Ctp, dan tp.

Page 25: gabungan

25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. Hasil pengamatan

IV.2 Perhitungan

Data kurva baku

Gambar 4.1. Hasil pemisahan

plasma darah

Konsentrasi

dalam PpmAbsorban

125

100

75

50

25

0,060

0,051

0,029

0,016

0,011

Page 26: gabungan

26

Data percobaan

Menit (t) Absorban

(a)

Konsentrasi

plasma (p)

0

15

30

60

90

120

150

0

0,0023

0,021

0,1690

0,1064

0,0572

0,0123

10,96

16,009

57,18

369,649

244,298

136,404

37,939

IV. Pembahasan

Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama

fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain.

Sedangkan bioavaibilitas adalah ketersediaan hayati. Obat Amoksilin adalah

antibiotik dalam kelompok obat penisilin. Memerangi bakteri dalam tubuh.

Amoksilin digunakan untuk mengobati berbagai jenis inveksi yang

disebabkan oleh bakteri seperti : inveksi telinga, inveksi kantong kemih,

peneumonia, gonore dan inveksi coli/salmonella. Amosilin juga kadang-

kadang digunakan bersama dengan yang lain (Tjay, T.H. dan K. Rahardja.

2002).

Pada praktikum kali ini akan melakukan percobaan tentang

bioavaibilitas pada obat antibotik yaitu sirup amoksilin. Tujuan dari

percobaan ini adalah dapat menentukan kadar sirup amoxisilin dalam darah

Page 27: gabungan

27

hewan coba. Dengan menggunakan obat antibiotik yaitu amoxisilin. Obat ini

termasuk dalam golongan obat penicilin. Hewan coba yang digunakan adalah

kelinci. Karena pada kelinci memiliki volume darah yang banyak

dibandingkan hewan coba lainnya seperti mencit dan tikus.

Langkah pertama pada percobaan ini adalah sebelum percobaan

dimulai karena untuk mengurangi variasi biologis, kelinci dipuasakan

selama 8 jam. Kemudian itu kelinci dimasukkan kedalam kandang

pengamatan dan dikikis bulu telinga kelinci sampai tipis dengan

menggunakan silet yang tajam dengan hati-hati setelah itu diolesi dengan

menggunakan alkohol 70%, agar steril serta untuk mempermudah

pengambilan darah melalui vena marginalis. Kemudian diambil darah dari

kelinci sebanayk 0,5 mL sebagai blangko dengan cara disuntik pembuluh

darah dengan cara hati-hati, kemudian darah tersebut dimasukkan kedalam

tabung reaksi dan ditambahkan larutan antikoagulan. Larutan koagulan

tersebut terdiri dari larutan EDTA. Dari larutan EDTA 10% diambil 0,02

mL, ditambahkan metanol 1 mL untuk didapatkan pengendapan protein,

methanol berfungsi sebagai mengendapkan protein. Dan dibiarkan selama 5

menit. Selanjutnya disentrifuse selama 10 menit dengan kecepatan 3000

rpm. Pada alat sentrifuse, digunakan tabung reaksi yang berjumlah genap,

yang bertujuan untuk menyeimbangkan alat agar larutan uji yang di

sentrifus tidak tumpah. Dalam hal ini, larutan yang digunakan sebagai

penyeimbang adalah air.

Jernihan (supernatant) yang dihasilkan dari hasil sentrifus diambil

sebanyak 0,5 mL dan diencerkan dengan air suling hingga 10 mL, kemudian

Page 28: gabungan

28

diencerkan lagi 1 mL dengan menggunakan larutan asam asetat hingga 10

mL. Selanjutnya diukur serapan pada panjang gelombang 260-300 nm.

Hasilnya didapatkan konsentrasi/ kadar darah pada kelinci sebagai larutan

blangko yaitu 1,23 %.

Langkah kedua yaitu sirup suspensi amoksisilin sebanyak 0,5 mL

dengan kadar 25 mg/ mL diberikan peroral pada kelinci dengan

menggunakan selang plastik atau kateter yang dilengkapi mouth block.

Kemudian diambil darah pada menit ke 30, 60, 120, dan 240 menit.

Selanjutnya darah yang telah diambil dibuat dengan cara yang sama seperti

larutan blangko dan didapatkan konsentrasi darah setelah diberikan sirup

suspensi amoksisisilin yaitu 1,24%.

Page 29: gabungan

29

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa kadar amoxisilin pada

plasma darah kelinci yaitu pada menit ke 0 konsentrasi plasma 10,96, pada

menit ke 15 konsentrasi plasma 16,009,pada menit ke 30 konsentrasi plasma

57,18, pada menit ke 60 konsentrasi plasma 369,649, pada menit ke 90

konsentrasi plasma 244,298, pada menit ke 120 konsentrasi plasma 136,404

dan pada menit ke 150 konsentrasi plasma 37,939.

V.2 Saran

Sebaiknya dalam menangani hewan coba perlu diperhatikan etika-etika

penanganan hewan coba di laboratorium.