g-30 s pki dan berfikir historis (sebuah renungan kesejarahan))

4
G-30 S PKI DAN BERFIKIR HISTORIS ( Sebuah Renungan Kesejarahan ) Oleh : H. E. Nadzier Wiriadinata Seiring dengan bergulirnya reformasi, otentitas sejarah tentang G-30 S PKI dipertanyakan. G-30 S PKI menjadi permasalahan konroversial yang mengundang polemik dari berbagai kalangan masyarakat, termasuk didalamnya sejarawan, pemerintah, poitisi, dan bahkan diantara para pelaku sejarah itu sendiri. Peristiwa pembunuhan enam jenderal yang diwarnai penculikan empat puluh satu tahun lalu sepertinya masih menyisakan tanda tanya. Sebuah versi mengungkapkan bahwa gerakan itu adalah buah dari ketegangan internal AD. Versi lain menyatakan bahwa peristiwa tesebut adalah kudeta terbuka dari Soeharto pada Sukarno. Versi lain menyebutkan kalau PKI adalah dalang dibalik peristiwa tersebut. Ada juga versi yang menyebutkan bahwa peristiwa ini adalah provokasi CIA atau bahkan ada yang menyebutkan sebagai gerakan konspirasi antara Sukarno, DN Aidit dan Mao Ze Dong. Penulis tidak pada kapasitas untuk menentukan versi yang mana yang paling benar diantara versi-versi yang disebutkan diatas karena sejujurnya harus diakui bahwa bagaimanapun penulisan sejarah itu sendiri secara inherent sangat terbuka terhadap kemungkinan-kemungkinan

Upload: nadzier-wiriadinata

Post on 20-Jun-2015

246 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: G-30 S PKI dan BERFIKIR HISTORIS (Sebuah Renungan Kesejarahan))

G-30 S PKI DAN BERFIKIR HISTORIS

( Sebuah Renungan Kesejarahan )

Oleh : H. E. Nadzier Wiriadinata

Seiring dengan bergulirnya reformasi, otentitas sejarah tentang G-30 S PKI

dipertanyakan. G-30 S PKI menjadi permasalahan konroversial yang mengundang

polemik dari berbagai kalangan masyarakat, termasuk didalamnya sejarawan,

pemerintah, poitisi, dan bahkan diantara para pelaku sejarah itu sendiri. Peristiwa

pembunuhan enam jenderal yang diwarnai penculikan empat puluh satu tahun lalu

sepertinya masih menyisakan tanda tanya. Sebuah versi mengungkapkan bahwa

gerakan itu adalah buah dari ketegangan internal AD. Versi lain menyatakan bahwa

peristiwa tesebut adalah kudeta terbuka dari Soeharto pada Sukarno. Versi lain

menyebutkan kalau PKI adalah dalang dibalik peristiwa tersebut. Ada juga versi yang

menyebutkan bahwa peristiwa ini adalah

provokasi CIA atau bahkan ada yang

menyebutkan sebagai gerakan konspirasi antara

Sukarno, DN Aidit dan Mao Ze Dong.

Penulis tidak pada kapasitas untuk

menentukan versi yang mana yang paling benar

diantara versi-versi yang disebutkan diatas karena

sejujurnya harus diakui bahwa bagaimanapun

penulisan sejarah itu sendiri secara inherent

sangat terbuka terhadap kemungkinan-

kemungkinan rekayasa, kepentingan-kepentingan politis, serta faktor subyektivitas yang

melekat erat dalam diri si penulis sejarah . Selain itu keterbatasan data yang dimiliki

oleh si penulis sejarah itu sendiri juga menjadi fakor lain yang mempengaruhi

otentitah sebuah sejarah.

Hal yang paling penting dan mendasar adalah bagaimana kita memaknai sebuah

sejarah. Sejarah sering dianggap sebagai sebuah persoalan di masa lalu yang tidak

penting untuk dikaji dan tidak memiliki kaitan langsung dengan kondisi kekinian.

Sejarah sering dibatasi sebagai pemahaman dalam bentuk hafalan berupa nama, tempat,

dan tanggal suatu peristiwa terjadi. Paradigma berfikir semacam itu yang seharusnya

diubah. Paradigma berfikir semacam itu hanya akan mereduksi pemahaman kita tentang

hakekat sejarah, yang pada gilirannya nanti akan mengokohkan sebuah anggapan

bahwa sejarah merupakan hal yang tidak penting, membosankan, dan sepatutnya

Page 2: G-30 S PKI dan BERFIKIR HISTORIS (Sebuah Renungan Kesejarahan))

dikubur serta tidak perlu diingat lagi, apalagi dikaji, dianalisis dan dijadikan bahan

renungan.

Sejarah bukan semata peristiwa masa lalu , melainkan bagian dari proses perjalanan

hidup kita saat ini dalam rangka mempersiapkan kehidupan yang lebih baik di masa

mendatang. Sejarah bukanlah rangkaian huruf tanpa ruh yang tertulis dalam tumpukan

buku-buku yang tersimpan rapih di almari perpustakaan. Sejarah juga bukan teks-teks

tertulis yang hanya cukup dibaca dan kemudian dihafal. Teks-teks sejarah tersebut

hanya akan bermakna dan ‘hidup’ manakala dikaji secara kritis melalui interpretasi dan

analisis yang tajam.

Disadari atau tidak, kita semua adalah pelaku sejarah dan pada tahap tertentu sudah

sepatutnya memposisikan diri sebagai sejarawan. Karenanya, tuntutan untuk berpikir

secara kesejarahan (berfikir historis) dalam melihat teks-teks sejarah adalah sebuah

keharusan guna menggali sebuah kebenaran dari sebuah rangkaian peristiwa sejarah

yang seringkali masih bersifat kabur.

Berfikir historis adalah proses aktivitas otak kita dalam mengolah informasi

melalui pengumpulan dan penafsiran fenomena yang terjadi di masa lampau untuk

menemukan generalisasi yang berguna dalam rangka memahami, meramalkan atau

mengendalikan fenomena atau kelompok fenomena. Berpikir historis menuntut

obyektivitas dan kearifan si pelaku. Untuk bisa memahami sejarah, diperlukan daya

interpretasi serta daya analisis yang lebih dari sekedar mencari informasi sejarah. Itulah

tantangan bagi siapapun dalam mengkonsumsi sejarah. Jika kita dapat membuat

masyarakat melakukan hal itu, maka sebagai pelaku sejarah, masyarakat tidak hanya

dapat memperbaiki sejarah, bahkan lebih dari itu dia dapat membuat formulasi sendiri

tentang bagaimana memahami, menganalisis dan bahkan melakukan interpretasi

terhadap teks-teks sejarah..

Terkait dengan kontroversi soal peristiwa G-30 S PKI, hemat penulis, hal itu

merupakan pembelajaran bagi Bangsa Indonesia. Kontroversi bukanlah sesuatu yang

perlu dikahawatirkan karena memang peristiwa tersebut faktanya mengandung

kontroversi. Namun demikian, tidak sepatutnya kita terjebak dalam perdebatan

kontroversial tersebut secara berlarut-larut karena masih banyak hal yang harus kita

perbuat untuk membangun bangsa kita yang sedang terpuruk ini. Kasus G-30 S PKI,

Page 3: G-30 S PKI dan BERFIKIR HISTORIS (Sebuah Renungan Kesejarahan))

terlepas dari versi manapun kita melihat, adalah suatu peristiwa yang sarat dengan

kepentingan-kepentingan politis dan telah memakan korban anak-anak terbaik bangsa

dan masyarakat yang tidak berdosa dengan cara yang sangat tidak manusiawi.

Karenanya, tidak boleh peristiwa tersebut terulang kembali dimasa kini maupun masa

mendatang. Adalah tugas pemerintah dan kita semua untuk memulihkan kembali

dampak psikologis, sosiologis, dan politis yang ditimbulkan akibat peristiwa G-30 S

PKI.