full tips dan trik membuat skripsi yang efektif

25
Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif (Lengkap) Apa itu Skripsi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skripsi diartikan sebagai karangan ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis. Buat sebagian mahasiswa, skripsi adalah sesuatu yang lumrah. Tetapi buat sebagian mahasiswa yang lain, skripsi bisa jadi momok yang terus menghantui dan menjadi mimpi buruk. Banyak juga yang berujar "lebih baik sakit gigi daripada bikin skripsi". skripsi adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi sebagai bagian untuk mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi inilah yang juga menjadi salah satu pembeda antara jenjang pendidikan sarjana (S1) dan diploma (D3). Ada beberapa syarat yang musti dipenuhi sebelum seorang mahasiswa bisa menulis skripsi. Tiap universitas/fakultas memang mempunyai kebijakan tersendiri, tetapi umumnya persyaratan yang harus dipenuhi hampir sama. Misalnya, mahasiswa harus sudah memenuhi sejumlah SKS, tidak boleh ada nilai C, D atau E, IP Kumulatif semester tersebut minimal 2.45, dan seterusnya. Anda mungkin saat ini belum "berhak" untuk menulis skripsi, akan tetapi tidak ada salahnya untuk mempersiapkan segalanya sejak awal. Skripsi tersebut akan ditulis dan direvisi hingga mendapat persetujuan dosen pembimbing. Setelah itu, Anda harus mempertahankan skripsi Anda di hadapan penguji dalam ujian skripsi nantinya. Nilai Anda bisa bervariasi, dan terkadang, bisa saja Anda harus mengulang skripsi Anda (tidak lulus). Skripsi juga berbeda dari tesis (S2) dan disertasi (S3). Untuk disertasi, mahasiswa S3 memang diharuskan untuk menemukan dan menjelaskan teori baru. Sementara untuk tesis, mahasiswa bisa menemukan teori baru atau memverikasi teori yang sudah ada dan menjelaskan dengan teori yang sudah ada. Sementara untuk mahasiswa S1, skripsi adalah "belajar meneliti". Jadi, skripsi memang perlu disiapkan secara serius. Akan tetapi, juga nggak perlu disikapi sebagai mimpi buruk atau beban yang maha berat. Miskonsepsi tentang Skripsi

Upload: heldasari-sianturi

Post on 01-Jul-2015

70 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif

Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif (Lengkap)

Apa itu Skripsi

 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skripsi diartikan sebagai karangan ilmiah yang

diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis. Buat sebagian mahasiswa,

skripsi adalah sesuatu yang lumrah. Tetapi buat sebagian mahasiswa yang lain, skripsi bisa jadi

momok yang terus menghantui dan menjadi mimpi buruk. Banyak juga yang berujar "lebih baik

sakit gigi daripada bikin skripsi".

 

skripsi adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi sebagai bagian untuk mendapatkan gelar

sarjana (S1). Skripsi inilah yang juga menjadi salah satu pembeda antara jenjang pendidikan

sarjana (S1) dan diploma (D3).

 

Ada beberapa syarat yang musti dipenuhi sebelum seorang mahasiswa bisa menulis skripsi. Tiap

universitas/fakultas memang mempunyai kebijakan tersendiri, tetapi umumnya persyaratan

yang harus dipenuhi hampir sama. Misalnya, mahasiswa harus sudah memenuhi sejumlah SKS,

tidak boleh ada nilai C, D atau E, IP Kumulatif semester tersebut minimal 2.45, dan seterusnya.

Anda mungkin saat ini belum "berhak" untuk menulis skripsi, akan tetapi tidak ada salahnya

untuk mempersiapkan segalanya sejak awal.

 

Skripsi tersebut akan ditulis dan direvisi hingga mendapat persetujuan dosen pembimbing.

Setelah itu, Anda harus mempertahankan skripsi Anda di hadapan penguji dalam ujian skripsi

nantinya. Nilai Anda bisa bervariasi, dan terkadang, bisa saja Anda harus mengulang skripsi

Anda (tidak lulus).

 

Skripsi juga berbeda dari tesis (S2) dan disertasi (S3). Untuk disertasi, mahasiswa S3 memang

diharuskan untuk menemukan dan

menjelaskan teori baru. Sementara untuk tesis, mahasiswa bisa menemukan teori baru atau

memverikasi teori yang sudah ada dan menjelaskan dengan teori yang sudah ada. Sementara

untuk mahasiswa S1, skripsi adalah "belajar meneliti".

 

Jadi, skripsi memang perlu disiapkan secara serius. Akan tetapi, juga nggak perlu disikapi

sebagai mimpi buruk atau beban yang maha berat.

 

 

Miskonsepsi tentang Skripsi

 

Page 2: Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif

Banyak mahasiswa yang merasa bahwa skripsi hanya "ditujukan" untuk mahasiswa-mahasiswa

dengan kecerdasan di atas rata-rata. Menurut saya pribadi, penulisan skripsi adalah kombinasi

antara kemauan, kerja keras, dan relationships yang baik. Kesuksesan dalam menulis skripsi

tidak selalu sejalan dengan tingkat kepintaran atau tinggi/rendahnya IPK mahasiswa yang

bersangkutan. Seringkali terjadi mahasiswa dengan kecerdasan rata-rata air lebih cepat

menyelesaikan skripsinya daripada mahasiswa yang di atas rata-rata.

 

Masalah yang juga sering terjadi adalah seringkali mahasiswa datang berbicara ngalor ngidul

dan membawa topik skripsi yang terlalu muluk. Padahal, untuk tataran mahasiswa S1, skripsi

sejatinya adalah belajar melakukan penelitian dan menyusun laporan menurut kaidah

keilmiahan yang baku. Skripsi bukan untuk menemukan teori baru atau memberikan kontribusi

ilmiah. Karenanya, untuk mahasiswa S1 sebenarnya replikasi adalah sudah cukup.

 

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa penelitian, secara umum, terbagi dalam dua

pendekatan yang berbeda: pendekatan saintifik dan pendekatan naturalis. Pendekatan saintifik

(scientific approach) biasanya mempunyai struktur teori yang jelas, ada pengujian kuantitif

(statistik), dan juga menolak grounded theory. Sebaliknya, pendekatan naturalis (naturalist

approach) umumnya tidak menggunakan struktur karena bertujuan untuk menemukan teori,

hipotesis dijelaskan hanya secara implisit, lebih banyak menggunakan metode eksploratori, dan

sejalan dengan grounded theory.

 

Mana yang lebih baik antara kedua pendekatan tersebut? Sama saja. Pendekatan satu dengan

pendekatan lain bersifat saling melengkapi satu sama lain (komplementer). Jadi, tidak perlu

minder jika Anda mengacu pada pendekatan yang satu, sementara teman Anda menggunakan

pendekatan yang lain. Juga, tidak perlu kuatir jika menggunakan pendekatan tertentu akan

menghasilkan nilai yang lebih baik/buruk daripada menggunakan pendekatan yang lain.

 

 

Kiat Memilih Dosen Pembimbing

 

Dosen pembimbing (academic advisor) adalah vital karena nasib Anda benar-benar berada di

tangannya. Memang benar bahwa dosen pembimbing bertugas mendampingi Anda selama

penulisan skripsi. Akan tetapi, pada prakteknya ada dosen pembimbing yang "benar-benar

membimbing" skripsi Anda dengan intens. Ada pula yang membimbing Anda dengan "melepas"

dan memberi Anda kebebasan. Mempelajari dan menyesuaikan diri dengan dosen pembimbing

adalah salah satu elemen penting yang mendukung kesuksesan Anda dalam menyusun skripsi.

 

Page 3: Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif

Tiap universitas/fakultas mempunyai kebijakan tersendiri soal dosen pembimbing ini. Anda bisa

memilih sendiri dosen pembimbing yang Anda inginkan. Tapi ada juga universitas/fakultas yang

memilihkan dosen pembimbing buat Anda. Tentu saja lebih "enak" kalau Anda bisa memilih

sendiri dosen pembimbing untuk skripsi Anda.

 

Lalu, bagaimana memilih dosen pembimbing yang benar-benar tepat?

 

Secara garis besar, dosen bisa dikategorikan sebagai: (1) Dosen senior, dan (2) Dosen junior.

Dosen senior umumnya berusia di atas 40-an tahun, setidaknya bergelar doktor (atau

professor), dengan jam terbang yang cukup tinggi. Sebaliknya, dosen junior biasanya berusia di

bawah 40 tahun, umumnya masih bergelar master, dan masih gampang dijumpai di lingkungan

kampus.

 

Tentu saja, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sebagai contoh,

kalau Anda memilih dosen pembimbing senior, biasanya Anda akan mengalami kesulitan

sebagai berikut:

 

* Proses bimbingan cukup sulit, karena umumnya dosen senior sangat perfeksionis.

* Anda akan kesulitan untuk bertemu muka karena umumnya dosen senior memiliki jam terbang

tinggi dan jadwal yang sangat padat.

 

 

Tapi, keuntungannya:

 

* Kualitas skripsi Anda, secara umum, akan lebih memukau daripada rekan Anda.

* Anda akan "tertolong" saat ujian skripsi/pendadaran, karena dosen penguji lain (yang

kemungkinan masih junior/baru bergelar master) akan merasa sungkan untuk "membantai"

Anda.

* Dalam beberapa kasus, bisa dipastikan Anda akan mendapat nilai A.

 

 

Sebaliknya, kalau Anda memilih dosen pembimbing junior, maka Anda akan lebih mudah selama

proses bimbingan. Dosen Anda akan mudah dijumpai di lingkungan kampus karena jam

terbangnya belum terlalu tinggi. Dosen muda umumnya juga tidak "jaim" dan "tidak sok"

kepada mahasiswanya.

 

Tapi, kerugiannya, Anda akan agak "sendirian" ketika menghadapi ujian skripsi. Kalau dosen

penguji lain lebih senior daripada dosen pembimbing Anda, bisa dipastikan Anda akan "dihajar"

Page 4: Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif

cukup telak. Dan dosen pembimbing Anda tidak berada dalam posisi yang bisa

membantu/membela Anda.

 

Jadi, hati-hati juga dalam memilih dosen pembimbing.

 

 

Tahap-tahap Persiapan dalam menyusun skripsi

 

Kalau Anda beruntung, bisa saja dosen pembimbing sudah memiliki topik dan menawarkan judul

skripsi ke Anda. Biasanya, dalam hal ini dosen pembimbing sedang terlibat dalam proyek

penelitian dan Anda akan "ditarik" masuk ke dalamnya. Kalau sudah begini, penulisan skripsi

jauh lebih mudah dan (dijamin) lancar karena segalanya akan dibantu dan disiapkan oleh dosen

pembimbing.

 

Sayangnya, kebanyakan mahasiswa tidak memiliki keberuntungan semacam itu. Mayoritas

mahasiswa, seperti ditulis sebelumnya, harus bersikap proaktif sedari awal. Jadi, persiapan

sedari awal adalah sesuatu yang mutlak diperlukan.

 

Idealnya, skripsi disiapkan satu-dua semester sebelum waktu terjadwal. Satu semester tersebut

bisa dilakukan untuk mencari referensi, mengumpulkan bahan, memilih topik dan alternatif

topik, hingga menyusun proposal dan melakukan bimbingan informal.

 

Dalam mencari referensi/bahan acuan, pilih jurnal/paper yang mengandung unsur kekinian dan

diterbitkan oleh jurnal yang terakreditasi. Jurnal-jurnal top berbahasa asing juga bisa menjadi

pilihan. Kalau Anda mereplikasi jurnal/paper yang berkelas, maka bisa dipastikan skripsi Anda

pun akan cukup berkualitas.

 

Unsur kekinian juga perlu diperhatikan. Pertama, topik-topik baru lebih disukai dan lebih

menarik, bahkan bagi dosen pembimbing/penguji. Kalau Anda mereplikasi topik-topik lawas,

penguji biasanya sudah "hafal di luar kepala" sehingga akan sangat mudah untuk menjatuhkan

Anda pada ujian skripsi nantinya.

 

Kedua, jurnal/paper yang terbit dalam waktu 10 tahun terakhir, biasanya mengacu pada

referensi yang terbit 5-10 tahun sebelumnya. Percayalah bahwa mencari dan menelusur

referensi yang terbit tahun sepuluh-dua puluh tahun terakhir jauh lebih mudah daripada

melacak referensi yang bertahun 1970-1980.

 

Page 5: Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif

Salah satu tahap persiapan yang penting adalah penulisan proposal. Tentu saja proposal tidak

selalu harus ditulis secara "baku". Bisa saja ditulis secara garis besar (pointer) saja untuk direvisi

kemudian. Proposal ini akan menjadi guidance Anda selama penulisan skripsi agar tidak terlalu

keluar jalur nantinya. Proposal juga bisa menjadi alat bantu yang akan digunakan ketika Anda

mengajukan topik/judul kepada dosen pembimbing Anda. Proposal yang bagus bisa menjadi

indikator yang baik bahwa Anda adalah mahasiswa yang serius dan benar-benar berkomitmen

untuk menyelesaikan skripsi dengan baik.

 

 

Hal-hal yang Perlu Dilakukan dalam menyusun skripsi

 

Siapkan Diri. Hal pertama yang wajib dilakukan adalah persiapan dari diri Anda sendiri. Niatkan

kepada Tuhan bahwa Anda ingin menulis skripsi. Persiapkan segalanya dengan baik. Lakukan

dengan penuh kesungguhan dan harus ada kesediaan untuk menghadapi tantangan/hambatan

seberat apapun.

 

Minta Doa Restu. Saya percaya bahwa doa restu orang tua adalah tiada duanya. Kalau Anda

tinggal bersama orang tua, mintalah pengertian kepada mereka dan anggota keluarga lainnya

bahwa selama beberapa waktu ke depan Anda akan konsentrasi untuk menulis skripsi. Kalau

Anda tinggal di kos, minta pengertian dengan teman-teman lain. Jangan lupa juga untuk

membuat komitmen dengan pacar. Berantem dengan pacar (walau sepele) bisa menjatuhkan

semangat untuk menyelesaikan skripsi.

 

Buat Time Table. Ini penting agar penulisan skripsi tidak telalu time-consuming. Buat planning

yang jelas mengenai kapan Anda mencari referensi, kapan Anda harus mendapatkan judul,

kapan Anda melakukan bimbingan/konsultasi, juga target waktu kapan skripsi harus sudah

benar-benar selesai.

 

Berdayakan Internet. Internet memang membuat kita lebih produktif. Manfaatkan untuk mencari

referensi secara cepat dan tepat untuk mendukung skripsi Anda. Bahan-bahan aktual bisa

ditemukan lewat Google Scholar atau melalui provider-provider komersial seperti EBSCO atau

ProQuest.

 

Jadilah Proaktif. Dosen pembimbing memang "bertugas" membimbing Anda. Akan tetapi, Anda

tidak selalu bisa menggantungkan segalanya pada dosen pembimbing. Selalu bersikaplah

proaktif. Mulai dari mencari topik, mengumpulkan bahan, "mengejar" untuk bimbingan, dan

seterusnya.

 

Page 6: Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif

Be Flexible. Skripsi mempunyai tingkat "ketidakpastian" tinggi. Bisa saja skripsi anda sudah

setengah jalan tetapi dosen pembimbing meminta Anda untuk mengganti topik. Tidak jarang

dosen Anda tiba-tiba membatalkan janji untuk bimbingan pada waktu yang sudah disepakati

sebelumnya. Terkadang Anda merasa bahwa kesimpulan/penelitian Anda sudah benar, tetapi

dosen Anda merasa sebaliknya. Jadi, tetaplah fleksibel dan tidak usah merasa sakit hati dengan

hal-hal yang demikian itu.

 

Jujur. Sebaiknya jangan menggunakan jasa "pihak ketiga" yang akan membantu membuatkan

skripsi untuk Anda atau menolong dalam mengolah data. Skripsi adalah buah tangan Anda

sendiri. Kalau dalam perjalanannya Anda benar-benar tidak tahu atau menghadapi kesulitan

besar, sampaikan saja kepada dosen pembimbing Anda. Kalau disampaikan dengan tulus,

pastilah dengan senang hati ia akan membantu Anda.

 

Siapkan Duit. Skripsi jelas menghabiskan dana yang cukup lumayan (dengan asumsi tidak ada

sponsorships). Mulai dari akses internet, biaya cetak mencetak, ongkos kirim kuesioner, ongkos

untuk membeli suvenir bagi responden penelitian, biaya transportasi menuju tempat responden,

dan sebagainya. Jangan sampai penulisan skripsi macet hanya karena kehabisan dana. Ironis

kan?

 

 

Format Skripsi yang Benar

 

Biasanya, setiap fakultas/universitas sudah menerbitkan acuan/pedoman penulisan hasil

penelitian yang baku. Mulai dari penyusunan konten, tebal halaman, jenis kertas dan sampul,

hingga ukuran/jenis huruf dan spasi yang digunakan. Akan tetapi, secara umum format hasil

penelitian dibagi ke dalam beberapa bagian sebagai berikut.

 

Pendahuluan. Bagian pertama ini menjelaskan tentang isu penelitian, motivasi yang melandasi

penelitian tersebut dilakukan, tujuan yang diharapkan dapat tercapai melalui penelitian ini, dan

kontribusi yang akan diberikan dari penelitian ini.

 

Pengkajian Teori & Pengembangan Hipotesis. Setelah latar belakang penelitian dipaparkan jelas

di bab pertama, kemudian dilanjutkan dengan kaji teori dan pengembangan hipotesis. Pastikan

bahwa bagian ini align juga dengan bagian sebelumnya. Mengingat banyak juga mahasiswa

yang “gagal” menyusun alignment ini. Akibatnya, skripsinya terasa kurang make sense dan

nggak nyambung.

 

Page 7: Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif

Metodologi Penelitian. Berisi penjelasan tentang data yang digunakan, pemodelan empiris yang

dipakai, tipe dan rancangan sampel, bagaimana menyeleksi data dan karakter data yang

digunakan, model penelitian yang diacu, dan sebagainya.

 

Hasil Penelitian. Bagian ini memaparkan hasil pengujian hipotesis, biasanya meliputi hasil

pengolahan secara statistik, pengujian validitas dan reliabilitas, dan diterima/tidaknya hipotesis

yang diajukan.

 

Penutup. Berisi ringkasan, simpulan, diskusi, keterbatasan, dan saran. Hasil penelitian harus

disarikan dan didiskusikan mengapa hasil yang diperoleh begini dan begitu. Anda juga harus

menyimpulkan keberhasilan tujuan riset yang dapat dicapai, manakah hipotesis yang

didukung/ditolak, keterbatasan apa saja yang mengganggu, juga saran-saran untuk penelitian

mendatang akibat dari keterbatasan yang dijumpai pada penelitian ini.

 

Jangan lupa untuk melakukan proof-reading dan peer-review. Proof-reading dilakukan untuk

memastikan tidak ada kesalahan tulis (typo) maupun ketidaksesuaian tata letak penulisan

skripsi. Peer-review dilakukan untuk mendapatkan second opinion dari pihak lain yang

kompeten. Bisa melalui dosen yang Anda kenal baik (meski bukan dosen pembimbing Anda),

kakak kelas/senior Anda, teman-teman Anda yang dirasa kompeten, atau keluarga/orang tua

(apabila latar belakang pendidikannya serupa dengan Anda).

 

 

Beberapa Kesalahan Pemula dalam membuat Skripsi

 

Ketidakjelasan Isu. Isu adalah titik awal sebelum melakukan penelitian. Isu seharusnya singkat,

jelas, padat, dan mudah dipahami. Isu harus menjelaskan tentang permasalahan, peluang, dan

fenomena yang diuji. Faktanya, banyak mahasiswa yang menuliskan isu (atau latar belakang)

berlembar-lembar, tetapi sama sekali sulit untuk dipahami.

 

Tujuan Riset & Tujuan Periset. Tidak jarang mahasiswa menulis “sebagai salah satu syarat untuk

mencapai gelar kesarjanaan” sebagai tujuan risetnya. Hal ini adalah kesalahan fatal. Tujuan

riset adalah menguji, mengobservasi, atau meneliti fenomena dan permasalahan yang terjadi,

bukan untuk mendapatkan gelar S1.

 

Bab I : Bagian Terpenting. Banyak mahasiswa yang mengira bahwa bagian terpenting dari

sebuah skripsi adalah bagian pengujian hipotesis. Banyak yang menderita sindrom ketakutan

jika nantinya hipotesis yang diajukan ternyata salah atau ditolak. Padahal, menurut saya, bagian

terpenting skripsi adalah Bab I. Logikanya, kalau isu, motivasi, tujuan, dan kontribusi riset bisa

Page 8: Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif

dijelaskan secara runtut, biasanya bab-bab berikutnya akan mengikuti dengan sendirinya. (baca

juga: Joint Hypotheses)

 

Padding. Ini adalah fenomena yang sangat sering terjadi. Banyak mahasiswa yang menuliskan

terlalu banyak sumber acuan dalam daftar pustaka, walaupun sebenarnya mahasiswa yang

bersangkutan hanya menggunakan satu-dua sumber saja. Sebaliknya, banyak juga mahasiswa

yang menggunakan beragam acuan dalam skripsinya, tetapi ketika ditelusur ternyata tidak

ditemukan dalam daftar acuan.

 

Joint Hypotheses. Menurut pendekatan saintifik, pengujian hipotesis adalah kombinasi antara

fenomena yang diuji dan metode yang digunakan. Dalam melakukan penelitian ingatlah selalu

bahwa fenomena yang diuji adalah sesuatu yang menarik dan memungkinkan untuk diuji. Begitu

pula dengan metode yang digunakan, haruslah metode yang valid dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kalau keduanya terpenuhi, yakinlah bahwa skripsi Anda

akan outstanding. Sebaliknya, kalau Anda gagal memenuhi salah satu (atau keduanya),

bersiaplah untuk dibantai dan dicecar habis-habisan.

 

Keterbatasan & Kemalasan. Mahasiswa sering tidak bisa membedakan antara keterbatasan riset

dan “kemalasan riset”. Keterbatasan adalah sesuatu hal yang terpaksa tidak dapat terpenuhi

(atau tidak dapat dilakukan) karena situasi dan kondisi yang ada. Bukan karena kemalasan

periset, ketiadaan dana, atau sempitnya waktu.

 

Kontribusi Riset. Ini penting (terutama) jika penelitian Anda ditujukan untuk menarik sponsor

atau dibiayai dengan dana pihak sponsor. Kontribusi riset selayaknya dijelaskan dengan lugas

dan gamblang, termasuk pihak mana saja yang akan mendapatkan manfaat dari penelitian ini,

apa korelasinya dengan penelitian yang sedang dilakukan, dan seterusnya. Kegagalan dalam

menjelaskan kontribusi riset akan berujung pada kegagalan mendapatkan dana sponsor.

 

 

Menghadapi Ujian Skripsi

 

Benar. Banyak mahasiswa yang benar-benar takut menghadapi ujian skripsi (oral examination).

Terlebih lagi, banyak mahasiswa terpilih yang jenius tetapi ternyata gagal dalam menghadapi

ujian pendadaran. Di dalam ruang ujian sendiri tidak jarang mahasiswa mengalami ketakutan,

grogi, gemetar, berkeringat, yang pada akhirnya menggagalkan ujian yang harus dihadapi.

 

Setelah menulis skripsi, Anda memang harus mempertahankannya di hadapan dewan penguji.

Biasanya dewan penguji terdiri dari satu ketua penguji dan beberapa anggota penguji. Lulus

Page 9: Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif

tidaknya Anda dan berapa nilai yang akan Anda peroleh adalah akumulasi dari skor yang

diberikan oleh masing-masing penguji. Tiap penguji secara bergantian (terkadang juga

keroyokan) akan menanyai Anda tentang skripsi yang sudah Anda buat. Waktu yang diberikan

biasanya berkisar antara 30 menit hingga 1 jam.

 

Ujian skripsi kadang diikuti juga dengan ujian komprehensif yang akan menguji sejauh mana

pemahaman Anda akan bidang yang selama ini Anda pelajari. Tentu saja tidak semua mata

kuliah diujikan, melainkan hanya mata kuliah inti (core courses) saja dengan beberapa

pertanyaan yang spesifik, baik konseptual maupun teknis.

 

Grogi, cemas, kuatir itu wajar dan manusiawi. Akan tetapi, ujian skripsi sebaiknya tidak perlu

disikapi sebagai sesuatu yang terlalu menakutkan. Ujian skripsi adalah "konfirmasi" atas apa

yang sudah Anda lakukan. Kalau Anda melakukan sendiri penelitian Anda, tahu betul apa yang

Anda lakukan, dan tidak grogi di ruang ujian, bisa dipastikan Anda akan perform well.

 

Cara terbaik untuk menghadapi ujian skripsi adalah Anda harus tahu betul apa yang Anda

lakukan dan apa yang Anda teliti. Siapkan untuk melakukan presentasi. Akan tetapi, tidak perlu

Anda paparkan semuanya secara lengkap. Buatlah “lubang jebakan” agar penguji nantinya akan

menanyakan pada titik tersebut. Tentu saja, Anda harus siapkan jawabannya dengan baik.

Dengan begitu Anda akan tampak outstanding di hadapan dewan penguji.

 

Juga, ada baiknya beberapa malam sebelum ujian, digiatkan untuk berdoa atau menjalankan

sholat tahajud di malam hari. Klise memang. Tapi benar-benar sangat membantu.

 

Jujur saja, saya (dulu) menyelesaikan skripsi dalam tempo 4 minggu tanpa ada kendala dan

kesulitan yang berarti. Dosen pembimbing saya adalah seorang professor dengan jam terbang

sangat tinggi. Selama berada dalam ruang ujian, kami lebih banyak berbicara santai sembari

sesekali tertawa. Dan Alhamdulillah saya mendapat nilai A.

 

Bukan. Bukan saya bermaksud sombong, tetapi hanya untuk memotivasi Anda. Kalau saya bisa,

seharusnya Anda sekalian pun bisa.

 

Pasca Ujian Skripsi

 

Banyak yang mengira, setelah ujian skripsi segalanya selesai. Tinggal revisi, bawa ke tukang

jilid/fotokopi, urus administrasi, daftar wisuda, lalu traktir makan teman-teman. Memang benar.

Setelah Anda dinyatakan lulus ujian skripsi, Anda sudah berhak menyandang gelar sarjana yang

selama ini Anda inginkan.

Page 10: Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif

 

Faktanya, lulus ujian skripsi saja sebenarnya belum terlalu cukup. Sebenarnya Anda bisa

melakukan lebih jauh lagi dengan skripsi Anda. Caranya?

 

Cara paling gampang adalah memodifikasi dan memperbaiki skripsi Anda untuk kemudian

dikirimkan pada media/jurnal publikasi. Cara lain, kalau Anda memang ingin serius terjun di

dunia ilmiah, lanjutkan dan kembangkan saja penelitian/skripsi Anda untuk jenjang S2 atau S3.

Dengan demikian, kelak akan semakin banyak penelitian dan publikasi yang mudah-mudahan

bisa memberi manfaat bagi bangsa ini.

 

Bukan apa-apa, saya cuma ingin agar bangsa ini bisa lebih cerdas dan arif dalam menciptakan

serta mengelola pengetahuan. Sekarang mungkin kita memang tertinggal dari bangsa lain. Akan

tetapi, dengan melakukan penelitian, membuat publikasi, dan seterusnya, bangsa ini bisa cepat

bangkit mengejar ketertinggalan.

 

Jadi, menyusun skripsi itu sebenarnya mudah kan?

 

Tips Cara Cepat Menyusun Skripsi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skripsi diartikan sebagai karangan ilmiah yang

diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis. Buat sebagian mahasiswa,

skripsi adalah sesuatu yang lumrah. Tetapi buat sebagian mahasiswa yang lain, skripsi bisa jadi

momok yang terus menghantui dan menjadi mimpi buruk. Banyak juga yang berujar “lebih baik

sakit gigi daripada bikin skripsi”.

 

Saya juga sering mendapat kiriman pertanyaan tentang bagaimana menyusun skripsi dengan

baik dan benar. Ada juga beberapa yang menanyakan masalah teknis tertentu dengan

skripsinya. Karena keterbatasan waktu, lebih baik saya jawab saja secara berjamaah di sini.

Sekalian supaya bisa disimak oleh audiens yang lain.

 

Karena target pembacanya cukup luas dan tidak spesifik, maka tulisan ini akan lebih

memaparkan tentang konsep dan prinsip dasar. Tulisan ini tidak akan menjelaskan terlalu jauh

tentang aspek teknis skripsi/penelitian. Jadi, jangan menanyakan saya soal cara menyiasati

internal validity, tips meningkatakan response rate, cara-cara dalam pengujian statistik,

bagaimana melakukan interpretasi hasil, dan seterusnya. Itu adalah tugas pembimbing Anda.

Bukan tugas saya.

Apa itu Skripsi

 

Page 11: Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif

Saya yakin (hampir) semua orang sudah tahu apa itu skripsi. Seperti sudah dituliskan di atas,

skripsi adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi sebagai bagian untuk mendapatkan gelar

sarjana (S1). Skripsi inilah yang juga menjadi salah satu pembeda antara jenjang pendidikan

sarjana (S1) dan diploma (D3).

 

Ada beberapa syarat yang musti dipenuhi sebelum seorang mahasiswa bisa menulis skripsi. Tiap

universitas/fakultas memang mempunyai kebijakan tersendiri, tetapi umumnya persyaratan

yang harus dipenuhi hampir sama. Misalnya, mahasiswa harus sudah memenuhi sejumlah SKS,

tidak boleh ada nilai D atau E, IP Kumulatif semester tersebut minimal 2.00, dan seterusnya.

Anda mungkin saat ini belum “berhak” untuk menulis skripsi, akan tetapi tidak ada salahnya

untuk mempersiapkan segalanya sejak awal.

 

Skripsi tersebut akan ditulis dan direvisi hingga mendapat persetujuan dosen pembimbing.

Setelah itu, Anda harus mempertahankan skripsi Anda di hadapan penguji dalam ujian skripsi

nantinya. Nilai Anda bisa bervariasi, dan terkadang, bisa saja Anda harus mengulang skripsi

Anda (tidak lulus).

 

Skripsi juga berbeda dari tesis (S2) dan disertasi (S3). Untuk disertasi, mahasiswa S3 memang

diharuskan untuk menemukan dan menjelaskan teori baru. Sementara untuk tesis, mahasiswa

bisa menemukan teori baru atau memverikasi teori yang sudah ada dan menjelaskan dengan

teori yang sudah ada. Sementara untuk mahasiswa S1, skripsi adalah “belajar meneliti”.

 

Jadi, skripsi memang perlu disiapkan secara serius. Akan tetapi, juga nggak perlu disikapi

sebagai mimpi buruk atau beban yang maha berat.

Miskonsepsi tentang Skripsi

 

Banyak mahasiswa yang merasa bahwa skripsi hanya “ditujukan” untuk mahasiswa-mahasiswa

dengan kecerdasan di atas rata-rata. Menurut saya pribadi, penulisan skripsi adalah kombinasi

antara kemauan, kerja keras, dan relationships yang baik. Kesuksesan dalam menulis skripsi

tidak selalu sejalan dengan tingkat kepintaran atau tinggi/rendahnya IPK mahasiswa yang

bersangkutan. Seringkali terjadi mahasiswa dengan kecerdasan rata-rata air lebih cepat

menyelesaikan skripsinya daripada mahasiswa yang di atas rata-rata.

 

Masalah yang juga sering terjadi adalah seringkali mahasiswa datang berbicara ngalor ngidul

dan membawa topik skripsi yang terlalu muluk. Padahal, untuk tataran mahasiswa S1, skripsi

sejatinya adalah belajar melakukan penelitian dan menyusun laporan menurut kaidah

keilmiahan yang baku. Skripsi bukan untuk menemukan teori baru atau memberikan kontribusi

ilmiah. Karenanya, untuk mahasiswa S1 sebenarnya replikasi adalah sudah cukup.

Page 12: Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif

 

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa penelitian, secara umum, terbagi dalam dua

pendekatan yang berbeda: pendekatan saintifik dan pendekatan naturalis. Pendekatan saintifik

(scientific approach) biasanya mempunyai struktur teori yang jelas, ada pengujian kuantitif

(statistik), dan juga menolak grounded theory. Sebaliknya, pendekatan naturalis (naturalist

approach) umumnya tidak menggunakan struktur karena bertujuan untuk menemukan teori,

hipotesis dijelaskan hanya secara implisit, lebih banyak menggunakan metode eksploratori, dan

sejalan dengan grounded theory.

 

Mana yang lebih baik antara kedua pendekatan tersebut? Sama saja. Pendekatan satu dengan

pendekatan lain bersifat saling melengkapi satu sama lain (komplementer). Jadi, tidak perlu

minder jika Anda mengacu pada pendekatan yang satu, sementara teman Anda menggunakan

pendekatan yang lain. Juga, tidak perlu kuatir jika menggunakan pendekatan tertentu akan

menghasilkan nilai yang lebih baik/buruk daripada menggunakan pendekatan yang lain.

Hal-hal yang Perlu Dilakukan

 

Siapkan Diri. Hal pertama yang wajib dilakukan adalah persiapan dari diri Anda sendiri. Niatkan

kepada Tuhan bahwa Anda ingin menulis skripsi. Persiapkan segalanya dengan baik. Lakukan

dengan penuh kesungguhan dan harus ada kesediaan untuk menghadapi tantangan/hambatan

seberat apapun.

 

Minta Doa Restu. Saya percaya bahwa doa restu orang tua adalah tiada duanya. Kalau Anda

tinggal bersama orang tua, mintalah pengertian kepada mereka dan anggota keluarga lainnya

bahwa selama beberapa waktu ke depan Anda akan konsentrasi untuk menulis skripsi. Kalau

Anda tinggal di kos, minta pengertian dengan teman-teman lain. Jangan lupa juga untuk

membuat komitmen dengan pacar. Berantem dengan pacar (walau sepele) bisa menjatuhkan

semangat untuk menyelesaikan skripsi.

 

Buat Time Table. Ini penting agar penulisan skripsi tidak telalu time-consuming. Buat planning

yang jelas mengenai kapan Anda mencari referensi, kapan Anda harus mendapatkan judul,

kapan Anda melakukan bimbingan/konsultasi, juga target waktu kapan skripsi harus sudah

benar-benar selesai.

 

Berdayakan Internet. Internet memang membuat kita lebih produktif. Manfaatkan untuk mencari

referensi secara cepat dan tepat untuk mendukung skripsi Anda. Bahan-bahan aktual bisa

ditemukan lewat Google Scholar atau melalui provider-provider komersial seperti EBSCO atau

ProQuest.

 

Page 13: Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif

Jadilah Proaktif. Dosen pembimbing memang “bertugas” membimbing Anda. Akan tetapi, Anda

tidak selalu bisa menggantungkan segalanya pada dosen pembimbing. Selalu bersikaplah

proaktif. Mulai dari mencari topik, mengumpulkan bahan, “mengejar” untuk bimbingan, dan

seterusnya.

 

Be Flexible. Skripsi mempunyai tingkat “ketidakpastian” tinggi. Bisa saja skripsi anda sudah

setengah jalan tetapi dosen pembimbing meminta Anda untuk mengganti topik. Tidak jarang

dosen Anda tiba-tiba membatalkan janji untuk bimbingan pada waktu yang sudah disepakati

sebelumnya. Terkadang Anda merasa bahwa kesimpulan/penelitian Anda sudah benar, tetapi

dosen Anda merasa sebaliknya. Jadi, tetaplah fleksibel dan tidak usah merasa sakit hati dengan

hal-hal yang demikian itu.

 

Jujur. Sebaiknya jangan menggunakan jasa “pihak ketiga” yang akan membantu membuatkan

skripsi untuk Anda atau menolong dalam mengolah data. Skripsi adalah buah tangan Anda

sendiri. Kalau dalam perjalanannya Anda benar-benar tidak tahu atau menghadapi kesulitan

besar, sampaikan saja kepada dosen pembimbing Anda. Kalau disampaikan dengan tulus,

pastilah dengan senang hati ia akan membantu Anda.

 

Siapkan Duit. Skripsi jelas menghabiskan dana yang cukup lumayan (dengan asumsi tidak ada

sponsorships). Mulai dari akses internet, biaya cetak mencetak, ongkos kirim kuesioner, ongkos

untuk membeli suvenir bagi responden penelitian, biaya transportasi menuju tempat responden,

dan sebagainya. Jangan sampai penulisan skripsi macet hanya karena kehabisan dana. Ironis

kan?

Tahap-tahap Persiapan

 

Kalau Anda beruntung, bisa saja dosen pembimbing sudah memiliki topik dan menawarkan judul

skripsi ke Anda. Biasanya, dalam hal ini dosen pembimbing sedang terlibat dalam proyek

penelitian dan Anda akan “ditarik” masuk ke dalamnya. Kalau sudah begini, penulisan skripsi

jauh lebih mudah dan (dijamin) lancar karena segalanya akan dibantu dan disiapkan oleh dosen

pembimbing.

 

Sayangnya, kebanyakan mahasiswa tidak memiliki keberuntungan semacam itu. Mayoritas

mahasiswa, seperti ditulis sebelumnya, harus bersikap proaktif sedari awal. Jadi, persiapan

sedari awal adalah sesuatu yang mutlak diperlukan.

 

Idealnya, skripsi disiapkan satu-dua semester sebelum waktu terjadwal. Satu semester tersebut

bisa dilakukan untuk mencari referensi, mengumpulkan bahan, memilih topik dan alternatif

topik, hingga menyusun proposal dan melakukan bimbingan informal.

Page 14: Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif

 

Dalam mencari referensi/bahan acuan, pilih jurnal/paper yang mengandung unsur kekinian dan

diterbitkan oleh jurnal yang terakreditasi. Jurnal-jurnal top berbahasa asing juga bisa menjadi

pilihan. Kalau Anda mereplikasi jurnal/paper yang berkelas, maka bisa dipastikan skripsi Anda

pun akan cukup berkualitas.

 

Unsur kekinian juga perlu diperhatikan. Pertama, topik-topik baru lebih disukai dan lebih

menarik, bahkan bagi dosen pembimbing/penguji. Kalau Anda mereplikasi topik-topik lawas,

penguji biasanya sudah “hafal di luar kepala” sehingga akan sangat mudah untuk menjatuhkan

Anda pada ujian skripsi nantinya.

 

Kedua, jurnal/paper yang terbit dalam waktu 10 tahun terakhir, biasanya mengacu pada

referensi yang terbit 5-10 tahun sebelumnya. Percayalah bahwa mencari dan menelusur

referensi yang terbit tahun sepuluh-dua puluh tahun terakhir jauh lebih mudah daripada

melacak referensi yang bertahun 1970-1980.

 

Salah satu tahap persiapan yang penting adalah penulisan proposal. Tentu saja proposal tidak

selalu harus ditulis secara “baku”. Bisa saja ditulis secara garis besar (pointer) saja untuk

direvisi kemudian. Proposal ini akan menjadi guidance Anda selama penulisan skripsi agar tidak

terlalu keluar jalur nantinya. Proposal juga bisa menjadi alat bantu yang akan digunakan ketika

Anda mengajukan topik/judul kepada dosen pembimbing Anda. Proposal yang bagus bisa

menjadi indikator yang baik bahwa Anda adalah mahasiswa yang serius dan benar-benar

berkomitmen untuk menyelesaikan skripsi dengan baik.

Kiat Memilih Dosen Pembimbing

 

Dosen pembimbing (academic advisor) adalah vital karena nasib Anda benar-benar berada di

tangannya. Memang benar bahwa dosen pembimbing bertugas mendampingi Anda selama

penulisan skripsi. Akan tetapi, pada prakteknya ada dosen pembimbing yang “benar-benar

membimbing” skripsi Anda dengan intens. Ada pula yang membimbing Anda dengan “melepas”

dan memberi Anda kebebasan. Mempelajari dan menyesuaikan diri dengan dosen pembimbing

adalah salah satu elemen penting yang mendukung kesuksesan Anda dalam menyusun skripsi.

 

Tiap universitas/fakultas mempunyai kebijakan tersendiri soal dosen pembimbing ini. Anda bisa

memilih sendiri dosen pembimbing yang Anda inginkan. Tapi ada juga universitas/fakultas yang

memilihkan dosen pembimbing buat Anda. Tentu saja lebih “enak” kalau Anda bisa memilih

sendiri dosen pembimbing untuk skripsi Anda.

 

Lalu, bagaimana memilih dosen pembimbing yang benar-benar tepat?

Page 15: Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif

 

Secara garis besar, dosen bisa dikategorikan sebagai: (1) dosen senior, dan (2) dosen junior.

Dosen senior umumnya berusia di atas 40-an tahun, setidaknya bergelar doktor (atau

professor), dengan jam terbang yang cukup tinggi. Sebaliknya, dosen junior biasanya berusia di

bawah 40 tahun, umumnya masih bergelar master, dan masih gampang dijumpai di lingkungan

kampus.

 

Tentu saja, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sebagai contoh,

kalau Anda memilih dosen pembimbing senior, biasanya Anda akan mengalami kesulitan

sebagai berikut:

 

* Proses bimbingan cukup sulit, karena umumnya dosen senior sangat perfeksionis.

* Anda akan kesulitan untuk bertemu muka karena umumnya dosen senior memiliki jam terbang

tinggi dan jadwal yang sangat padat.

 

Tapi, keuntungannya:

 

* Kualitas skripsi Anda, secara umum, akan lebih memukau daripada rekan Anda.

* Anda akan “tertolong” saat ujian skripsi/pendadaran, karena dosen penguji lain (yang

kemungkinan masih junior/baru bergelar master) akan merasa sungkan untuk “membantai”

Anda.

* Dalam beberapa kasus, bisa dipastikan Anda akan mendapat nilai A.

 

Sebaliknya, kalau Anda memilih dosen pembimbing junior, maka Anda akan lebih mudah selama

proses bimbingan. Dosen Anda akan mudah dijumpai di lingkungan kampus karena jam

terbangnya belum terlalu tinggi. Dosen muda umumnya juga tidak “jaim” dan “sok” kepada

mahasiswanya.

 

Tapi, kerugiannya, Anda akan benar-benar “sendirian” ketika menghadapi ujian skripsi. Kalau

dosen penguji lain lebih senior daripada dosen pembimbing Anda, bisa dipastikan Anda akan

“dihajar” cukup telak. Dan dosen pembimbing Anda tidak berada dalam posisi yang bisa

membantu/membela Anda.

 

Jadi, hati-hati juga dalam memilih dosen pembimbing.

Format Skripsi yang Benar

 

Biasanya, setiap fakultas/universitas sudah menerbitkan acuan/pedoman penulisan hasil

penelitian yang baku. Mulai dari penyusunan konten, tebal halaman, jenis kertas dan sampul,

Page 16: Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif

hingga ukuran/jenis huruf dan spasi yang digunakan. Akan tetapi, secara umum format hasil

penelitian dibagi ke dalam beberapa bagian sebagai berikut.

 

Pendahuluan. Bagian pertama ini menjelaskan tentang isu penelitian, motivasi yang melandasi

penelitian tersebut dilakukan, tujuan yang diharapkan dapat tercapai melalui penelitian ini, dan

kontribusi yang akan diberikan dari penelitian ini.

 

Pengkajian Teori & Pengembangan Hipotesis. Setelah latar belakang penelitian dipaparkan jelas

di bab pertama, kemudian dilanjutkan dengan kaji teori dan pengembangan hipotesis. Pastikan

bahwa bagian ini align juga dengan bagian sebelumnya. Mengingat banyak juga mahasiswa

yang “gagal” menyusun alignment ini. Akibatnya, skripsinya terasa kurang make sense dan

nggak nyambung.

 

Metodologi Penelitian. Berisi penjelasan tentang data yang digunakan, pemodelan empiris yang

dipakai, tipe dan rancangan sampel, bagaimana menyeleksi data dan karakter data yang

digunakan, model penelitian yang diacu, dan sebagainya.

 

Hasil Penelitian. Bagian ini memaparkan hasil pengujian hipotesis, biasanya meliputi hasil

pengolahan secara statistik, pengujian validitas dan reliabilitas, dan diterima/tidaknya hipotesis

yang diajukan.

 

Penutup. Berisi ringkasan, simpulan, diskusi, keterbatasan, dan saran. Hasil penelitian harus

disarikan dan didiskusikan mengapa hasil yang diperoleh begini dan begitu. Anda juga harus

menyimpulkan keberhasilan tujuan riset yang dapat dicapai, manakah hipotesis yang

didukung/ditolak, keterbatasan apa saja yang mengganggu, juga saran-saran untuk penelitian

mendatang akibat dari keterbatasan yang dijumpai pada penelitian ini.

 

Jangan lupa untuk melakukan proof-reading dan peer-review. Proof-reading dilakukan untuk

memastikan tidak ada kesalahan tulis (typo) maupun ketidaksesuaian tata letak penulisan

skripsi. Peer-review dilakukan untuk mendapatkan second opinion dari pihak lain yang

kompeten. Bisa melalui dosen yang Anda kenal baik (meski bukan dosen pembimbing Anda),

kakak kelas/senior Anda, teman-teman Anda yang dirasa kompeten, atau keluarga/orang tua

(apabila latar belakang pendidikannya serupa dengan Anda).

Beberapa Kesalahan Pemula

 

Ketidakjelasan Isu. Isu adalah titik awal sebelum melakukan penelitian. Isu seharusnya singkat,

jelas, padat, dan mudah dipahami. Isu harus menjelaskan tentang permasalahan, peluang, dan

Page 17: Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif

fenomena yang diuji. Faktanya, banyak mahasiswa yang menuliskan isu (atau latar belakang)

berlembar-lembar, tetapi sama sekali sulit untuk dipahami.

 

Tujuan Riset & Tujuan Periset. Tidak jarang mahasiswa menulis “sebagai salah satu syarat untuk

mencapai gelar kesarjanaan” sebagai tujuan risetnya. Hal ini adalah kesalahan fatal. Tujuan

riset adalah menguji, mengobservasi, atau meneliti fenomena dan permasalahan yang terjadi,

bukan untuk mendapatkan gelar S1.

 

Bab I: Bagian Terpenting. Banyak mahasiswa yang mengira bahwa bagian terpenting dari

sebuah skripsi adalah bagian pengujian hipotesis. Banyak yang menderita sindrom ketakutan

jika nantinya hipotesis yang diajukan ternyata salah atau ditolak. Padahal, menurut saya, bagian

terpenting skripsi adalah Bab I. Logikanya, kalau isu, motivasi, tujuan, dan kontribusi riset bisa

dijelaskan secara runtut, biasanya bab-bab berikutnya akan mengikuti dengan sendirinya. (baca

juga: Joint Hypotheses)

 

Padding. Ini adalah fenomena yang sangat sering terjadi. Banyak mahasiswa yang menuliskan

terlalu banyak sumber acuan dalam daftar pustaka, walaupun sebenarnya mahasiswa yang

bersangkutan hanya menggunakan satu-dua sumber saja. Sebaliknya, banyak juga mahasiswa

yang menggunakan beragam acuan dalam skripsinya, tetapi ketika ditelusur ternyata tidak

ditemukan dalam daftar acuan.

 

Joint Hypotheses. Menurut pendekatan saintifik, pengujian hipotesis adalah kombinasi antara

fenomena yang diuji dan metode yang digunakan. Dalam melakukan penelitian ingatlah selalu

bahwa fenomena yang diuji adalah sesuatu yang menarik dan memungkinkan untuk diuji. Begitu

pula dengan metode yang digunakan, haruslah metode yang valid dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kalau keduanya terpenuhi, yakinlah bahwa skripsi Anda

akan outstanding. Sebaliknya, kalau Anda gagal memenuhi salah satu (atau keduanya),

bersiaplah untuk dibantai dan dicecar habis-habisan.

 

Keterbatasan & Kemalasan. Mahasiswa sering tidak bisa membedakan antara keterbatasan riset

dan “kemalasan riset”. Keterbatasan adalah sesuatu hal yang terpaksa tidak dapat terpenuhi

(atau tidak dapat dilakukan) karena situasi dan kondisi yang ada. Bukan karena kemalasan

periset, ketiadaan dana, atau sempitnya waktu.

 

Kontribusi Riset. Ini penting (terutama) jika penelitian Anda ditujukan untuk menarik sponsor

atau dibiayai dengan dana pihak sponsor. Kontribusi riset selayaknya dijelaskan dengan lugas

dan gamblang, termasuk pihak mana saja yang akan mendapatkan manfaat dari penelitian ini,

Page 18: Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif

apa korelasinya dengan penelitian yang sedang dilakukan, dan seterusnya. Kegagalan dalam

menjelaskan kontribusi riset akan berujung pada kegagalan mendapatkan dana sponsor.

Menghadapi Ujian Skripsi

 

Benar. Banyak mahasiswa yang benar-benar takut menghadapi ujian skripsi (oral examination).

Terlebih lagi, banyak mahasiswa terpilih yang jenius tetapi ternyata gagal dalam menghadapi

ujian pendadaran. Di dalam ruang ujian sendiri tidak jarang mahasiswa mengalami ketakutan,

grogi, gemetar, berkeringat, yang pada akhirnya menggagalkan ujian yang harus dihadapi.

 

Setelah menulis skripsi, Anda memang harus mempertahankannya di hadapan dewan penguji.

Biasanya dewan penguji terdiri dari satu ketua penguji dan beberapa anggota penguji. Lulus

tidaknya Anda dan berapa nilai yang akan Anda peroleh adalah akumulasi dari skor yang

diberikan oleh masing-masing penguji. Tiap penguji secara bergantian (terkadang juga

keroyokan) akan menanyai Anda tentang skripsi yang sudah Anda buat. Waktu yang diberikan

biasanya berkisar antara 30 menit hingga 1 jam.

 

Ujian skripsi kadang diikuti juga dengan ujian komprehensif yang akan menguji sejauh mana

pemahaman Anda akan bidang yang selama ini Anda pelajari. Tentu saja tidak semua mata

kuliah diujikan, melainkan hanya mata kuliah inti (core courses) saja dengan beberapa

pertanyaan yang spesifik, baik konseptual maupun teknis.

 

Grogi, cemas, kuatir itu wajar dan manusiawi. Akan tetapi, ujian skripsi sebaiknya tidak perlu

disikapi sebagai sesuatu yang terlalu menakutkan. Ujian skripsi adalah “konfirmasi” atas apa

yang sudah Anda lakukan. Kalau Anda melakukan sendiri penelitian Anda, tahu betul apa yang

Anda lakukan, dan tidak grogi di ruang ujian, bisa dipastikan Anda akan perform well.

 

Cara terbaik untuk menghadapi ujian skripsi adalah Anda harus tahu betul apa yang Anda

lakukan dan apa yang Anda teliti. Siapkan untuk melakukan presentasi. Akan tetapi, tidak perlu

Anda paparkan semuanya secara lengkap. Buatlah “lubang jebakan” agar penguji nantinya akan

menanyakan pada titik tersebut. Tentu saja, Anda harus siapkan jawabannya dengan baik.

Dengan begitu Anda akan tampak outstanding di hadapan dewan penguji.

 

Juga, ada baiknya beberapa malam sebelum ujian, digiatkan untuk berdoa atau menjalankan

sholat tahajud di malam hari. Klise memang. Tapi benar-benar sangat membantu.

 

Jujur saja, saya (dulu) menyelesaikan skripsi dalam tempo 4 minggu tanpa ada kendala dan

kesulitan yang berarti. Dosen pembimbing saya adalah seorang professor dengan jam terbang

Page 19: Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif

sangat tinggi. Selama berada dalam ruang ujian, kami lebih banyak berbicara santai sembari

sesekali tertawa. Dan Alhamdulillah saya mendapat nilai A.

 

Bukan. Bukan saya bermaksud sombong, tetapi hanya untuk memotivasi Anda. Kalau saya bisa,

seharusnya Anda sekalian pun bisa.

Pasca Ujian Skripsi

 

Banyak yang mengira, setelah ujian skripsi segalanya selesai. Tinggal revisi, bawa ke tukang

jilid/fotokopi, urus administrasi, daftar wisuda, lalu traktir makan teman-teman. Memang benar.

Setelah Anda dinyatakan lulus ujian skripsi, Anda sudah berhak menyandang gelar sarjana yang

selama ini Anda inginkan.

 

Faktanya, lulus ujian skripsi saja sebenarnya belum terlalu cukup. Sebenarnya Anda bisa

melakukan lebih jauh lagi dengan skripsi Anda. Caranya?

 

Cara paling gampang adalah memodifikasi dan memperbaiki skripsi Anda untuk kemudian

dikirimkan pada media/jurnal publikasi. Cara lain, kalau Anda memang ingin serius terjun di

dunia ilmiah, lanjutkan dan kembangkan saja penelitian/skripsi Anda untuk jenjang S2 atau S3.

Dengan demikian, kelak akan semakin banyak penelitian dan publikasi yang mudah-mudahan

bisa memberi manfaat bagi bangsa ini.

 

Bukan apa-apa, saya cuma ingin agar bangsa ini bisa lebih cerdas dan arif dalam menciptakan

serta mengelola pengetahuan. Sekarang mungkin kita memang tertinggal dari bangsa lain. Akan

tetapi, dengan melakukan penelitian, membuat publikasi, dan seterusnya, bangsa ini bisa cepat

bangkit mengejar ketertinggalan.

 

Jadi, menyusun skripsi itu sebenarnya mudah kan?

Possibly Related:

 

* Mari Kita Membeli Ijazah

* Berapa Sih Harga Satu Menit?

* Lulusan Jaman Sekarang

* Mari Memasak Steak

* Tentang Akuntansi Manajemen

 

Trackbacks/Pings

 

1. Lulusan Jaman Sekarang » Nofie Iman

Page 20: Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif

November 6th, 2006 at 8:44 am

2. ohh…yeah… » Cara mudah menyusun skripsi

March 5th, 2007 at 3:36 pm

3. Kopidangdut: Antara Idea dan Realita Kehidupan … Skripsi Hukum dan Skripsi Pada Umumnya

Serta Permasalahannya «

August 6th, 2007 at 10:38 am

4. Catatan Akhir Kuliah » :: Tinggal 2 semester lagi..

February 17th, 2008 at 11:52 pm

5. Kiat Cepat Menyusun Skripsi « Bahan Kuliah/ Lecture/ Reader

February 25th, 2008 at 10:12 am

6. Mencari Judul Skripsi Terbaru? » Blog Archive » Jangan menulis skripsi sebelum mengunjungi

blog ini

April 27th, 2008 at 11:34 pm

7. SKRIPSI yuk « Enlightning

May 3rd, 2008 at 2:08 am

8. Metodologi Penelitian & Sistem Informasi Manajemen :: Cara Cepat Menyusun Skripsi :: May ::

2008

May 7th, 2008 at 1:29 pm

9. Cara Menyusun Skripsi « Joe.golan

September 29th, 2008 at 1:45 pm

10. Jangan menulis skripsi sebelum mengunjungi blog ini | ngampus.com

November 20th, 2008 at 11:36 pm

11. LuLusAN zAMan SekAraNG « Luphiz’s Blog

May 8th, 2009 at 1:32 pm

 

 

sekadar tambahan: (forward dari milis)

 

Belajar merupakan proses kontinu/berkesinambungan yang merupakan kombinasi antara:

menguasai sesuatu yang baru, menggunakan sesuatu yang sudah dikuasai, dan mengajarkan

sesuatu yang sudah dikuasai pada orang lain.

 

Semua manusia pada dasarnya melakukan tiga hal di atas selama hidupnya (belajar berjalan,

membaca, berbicara, dll). Tinggal ganti `sesuatu’ dengan fisika/topik fisika/bidang ilmu yang kita

minati. Itu menurut saya langkah yang paling alamiah dan wajar untuk menjadi fisikawan. Hal di

atas juga tidak didikte oleh latar belakang (umur, agama, kelamin, pendidikan, dll).

 

Ini beberapa point penjabaran:

Page 21: Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif

 

* Fisika (atau ilmu apa saja) itu luaassss sekali. Orang sepintar apa pun tidak akan pernah bisa

menguasai fisika (atau bidang ilmu lainnya) semuanya. Bahkan bagian pokoknya saja masih

luas. Jadi jangan pernah khawatir kalau tidak tahu sesuatu.

 

* Belajar itu proses kumulatif (akumulasi) sedikit demi sedikit. Yang sering sekali dilupakan

adalah karena mempelajari sesuatu yang kecil, lantas tidak dianggap serius. Sekecil atau

semudah apa pun yang mau dipelajari, sebaiknya dipelajari dengan baik.

 

* Tujuan utama BUKAN menyelesaikan problem/topik besar (saya mau buat teori kuantum

gravitasi ! Saya mau jago fisika sampai nguasai segala macam teori medan kuantum dan

kosmologi ! Nah loh !), tapi bagaimana untuk selalu bisa menggunakan ilmu/pengetahuan yang

sudah dikuasai. Tidak perlu malu atau minder kalau pengetahuan belum banyak. Hampir selalu

ada hal-hal (kadang penting) yang bisa dilakukan dengan pengetahuan, sesedikit apa pun.

 

* Belajar mandiri merupakan kemampuan yang harus dimiliki. Definisi belajar mandiri bukan

berarti sendirian (single-fighter/alone): sambil pegang buku setumpuk coba di baca semua dan

diselesaikan soalnya ! Tetapi bagaimana bisa memperoleh pengetahuan atas inisiatif sendiri.

Perhatikan kata kuncinya: inisiatif sendiri ! Sumber pengetahuan banyak: buku, jurnal, internet,

paper, tanya orang lain pun termasuk, eksperimen, coba-coba, iseng-iseng, denger kebetulan di

tengah kumpul-kumpul, melihat seminar! Jadi bagaimana dengan inisiatif sendiri kita

menggunakan semua sumber pengetahuan untuk mendapatkan ilmu.

 

* Baca-baca-baca-baca ! Banyak sekali pengetahuan yang sudah tertulis di buku/paper dan kita

tinggal membaca. Bagaimana mencari buku/paper/jurnal/webpage yang tepat dimana tertulis

sesuatu yang kita butuhkan, adalah seni dan teknik yang tidak mudah tapi bisa dipelajari. Tools

seperti Google saja bisa sangat membantu untuk belajar. (Terus terang, Google adalah tempat

bertanya saya yang pertama kali umumnya kalau saya ada masalah, masalah apa saja)

 

* Tanya-tanya-tanya-tanya ! Kuliah itu diadakan untuk bertanya. Bahan yang dicatat di papan

tulis sebagian besar disalin dari buku (kecuali kalau yang ngasih kuliah jago banget dan punya

ilmu baru).

 

o Kenapa kita harus bertanya ? Karena tidak akan pernah dosen/pengajar bisa memberikan

semuanya pada murid kalau cuman dosen/pengajar sendiri yang ngomong di kelas. Mungkin

dosen/pengajar menganggap mahasiswa tahu X, padahal mahasiswa belum tahu. Mungkin

dosen/pengajar tanpa sengaja melewatkan materi Y, padahal materi Y penting, dan baru setelah

ada yang tanya tentang materi Y, sang dosen/pengajar sadar (Oh iya, saya lupa tentang Y,

Page 22: Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif

kuliah berikut kita bahas). Mungkin … tanya saja, adalah hak anda untuk bertanya, meski belum

tentu dijawab.

o Di Indonesia, yang satu ini sudah budaya mengakar: orang sulit bertanya. That’s really bad.

Akibat yang paling buruk karena orang jarang/tidak pernah bertanya: orang tidak tahu

bagaimana cara bertanya ! Padalah pertanyaan adalah kunci mencari pengetahuan, baik

pengetahuan baru atau lama.

o Komunikasi dan interaksi adalah kunci pengajaran, pembelajaran, dan penyebaran ilmu.

* Terkait soal sebelumnya: karena orang tidak tahu bagaimana bertanya, orang tidak bisa

membedakan antara bertanya dan meminta orang lain untuk mengerjakan perkerjaannya. Itu 2

hal yang berbeda, tapi tipis. Mula-mula kalau anda baru belajar untuk bertanya (iya, tidak tahu

bagaimana memformulasi pertanyaan, jadi belajar bertanya), anda mungkin tidak tahu bedanya.

Tapi kalau sudah biasa bertanya (dan menjawab pertanyaan orang lain tentunya), anda akan

tahu, bedanya di mana. Anda bisa mengenali: Oh si A itu cuman malas doank, dia nggak mau

kerja. Oh si B itu dia ingin tahu, kalau sudah diberitahu dia akan coba dan kerjakan sendiri.

 

Ketidakbisaan membedakan 2 hal di atas itu buruk sekali. Itu memicu kemalasan di satu pihak

yang pemalas (merasa dia bertanya, padahal dia minta orang lain ngerjakan kerjaanya), dan

juga memicu keseganan untuk bertanya di pihak yang rajin (merasa takut kalau pertanyaan dia

dianggap malas, padahal dia memang ingin bertanya). Dua-duanya kontraproduktif untuk

perkembangan ilmu.

* Tulis-tulis-tulis. Dulu saya malas nyatat dan nulis, tapi itu ternyata salah. Otak saya terbatas

kapasitasnya dan gampang lupa, jadi mendingan ditulis. Kalau anda punya ide/pikiran atau apa,

tulis. Tidak perlu rapi sekali asal jelas, tapi tulis. Sebab siapa tahu ide/pikiran anda ternyata

berguna kemudian. Kalau ada masalah, tulis masalahnya. Kalau nemu buku/paper bagus, tulis

siapa pengarangnya. Kalau ketemu orang atau siapa yang kira-kira pintar dan baik dan bisa

ditanya, tulis email/alamatnya. Tulis-simpan-baca-lagi.

 

* Jangan dikira hanya ada 1 metode atau cara dalam fisika/ilmu. Ada kisah tentang seorang

dosen yang ngasih PR tentang medan magnet dari suatu rangkaian listrik. Dari seluruh anak di

kelas, hanya ada 1 yang bisa mengerjakan. Kok bisa ? Ternyata problem itu tidak mudah untuk

diselesaikan secara analitik (diturunkan atau pakai integral atau apa), tapi rangkaian listrik itu

bisa dibikin di lab elektronik, dan medan magnetnya bisa diukur ! Satu anak yang dapet jawaban

adalah orang yang pergi ke lab dan membuat rangkaiannya di lab, lalu mengukur.

 

Fisikawan menggunakan segala macam cara dalam riset: cara-cara yang mungkin tidak

terbayang kalau kita masih baru, tapi ternyata sahih dari segi prinsip ilmiah.

* Jebakan/pitfall/trap dalam belajar atau kerja di fisika (serta bidang ilmu lainnya) itu banyak.

Tidak semua textbook/paper (seterkenal apa pun pengarangnya) itu bagus dan benar. Tidak

Page 23: Full Tips dan Trik Membuat Skripsi yang Efektif

semua orang yang kerja di fisika itu tahu fisika dengan benar (ini fakta - but life goes on). Dan

hanya anda sendiri yang bisa mencegah jatuh ke dalam jebakan tsb, dengan selalu bersikap

kritis, terbuka, dan ingin tahu. Saya sudah terjebak teksbook/penjelasan yang kurang bagus,

konsep/ide yang salah/kurang tepat, kata-kata atau pendapat orang lain yang ternyata salah

berkali-kali jadi kalau kelak anda mengalami nasib serupa jangan patah semangat - semua

orang bisa jadi mengalami hal sama.

 

Dunia fisika, misalnya, tidak se-innocent dan se-polos dan se-ideal dugaan anda. (Wah,

fisika/fisikawan itu idealis yah .. wah salah besar ini). Meng-idealisasi fisika sejak awal adalah

kesalahan fatal !

* Jangan takut salah ! Terutama bagi yang sudah senior atau apa, karena takut tampak bodoh di

depan murid. Lebih baik bilang tidak tahu daripada sok tahu ! Dengan sendirinya, juga jangan

menyalahkan/mencela orang lain kalau orang lain tidak tahu, tapi bantu !

 

* Luangkan waktu untuk mengajarkan apa yang sudah anda ketahui, dan menjawab pertanyaan

orang lain. Setiap orang yang bekerja dalam bidang ilmu adalah juga pengajar (meskipun ybs

tidak berprofesi sebagai guru atau profesor). Beberapa hal positif dari menjawab pertanyaan:

menyegarkan kembali pengetahuan di otak, memberi saya cara pandang baru pada suatu

masalah, memberi saya petunjuk dan kesempatan menemukan jebakan/pitfall/trap terkait point

10 di atas, dan dengan sendiri-nya solusi untuk jebakan/pitfall/trap tsb. Di tempat saya bekerja,

dimana ada 500 lebih orang (profesor, staf riset di lab, insinyur dan teknisi, dan mahasiswa

Ph.D.), bertanya dan menjawab pertanyaan adalah kebiasaan sehari-hari semua orang, tidak

hanya yang masih baru atau junior. Besar sekali kemungkinannya bahwa situasi serupa akan

juga ditemukan di tempat-tempat lain di mana kegiatan riset dan akademiknya maju.

 

* Terakhir: Jangan percaya 100 persen pada pendapat/pikiran orang lain sebelum

dibaca/dipikirkan/dan dicoba sendiri. Termasuk kata-kata saya di atas. Coba sendiri dan

buktikan apakah kata-kata saya benar atau salah. Kalau benar ya berarti good news, kalau salah

berarti saya harus perbaiki. Practice ! Experiment ! Just try it !