full page fax print - kemenkeu.go.id filean banyak orang, mengapa harga premium dan solar kali ini...

32

Upload: truongkhue

Post on 01-Aug-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar 1

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

Menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sudah pasti mengundang protes. Ini adalah kebijakan yang sangat tidak populer. Banyak orang menilai, keputusan itu tidak berpihak pada rakyat banyak atau kaum papa.

Jika mungkin, tentu Pemerintah menghindari kebijakan yang tidak menyenangkan banyak orang ini. Namun, pada suatu kondisi tertentu seperti saat ini, mau tak mau Pemerintah terpaksa mengambil langkah yang tidak populer demikepentingan yang lebih besar. Berikut ini adalah penjelasan untuk menjawab berbagai pertanyaan yang memenuhi pikir­an banyak orang, mengapa harga Premium dan Solar kali ini harus naik.

1. Mengapa pemerintah menaikkan harga Premium dan Solar?

Harga jual Premium dan Solar saat ini, yaitu Rp 4.500 per liter, jauh lebih rendah daripada harga pokoknya. Peme rintah harus menambal kekurangan itu dengan mengambil uang (subsidi) dari Anggaran Pendapatan

2 Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

dan Belanja Negara (APBN). Harga minyak dunia dan konsumsi dalam negeri yang semakin melonjak tinggi belakangan ini membuat subsidi untuk Premium dan Solar menjadi semakin besar. Dalam menghitung APBN 2012, Pemerintah dan DPR menyepakati harga minyak mentah Indonesia sebesar US$ 90 per barel sebagai patokan. Kenyataannya, selama Februari ra­ta­rata harga minyak mentah Indonesia saat ini sudah US$ 122,17 per barel. Sedangkan konsumsi Solar dan Premium juga meningkat dari 35,8 juta kiloliter pa­da 2010 menjadi 38,5 juta kiloliter pada 2011 lalu.

Akibatnya, subsidi untuk Solar dan Premium sepanjang 2012 akan melonjak dari Rp 123,6 triliun menjadi Rp 191,1 triliun. Jika harga minyak dunia terus naik, subsidi akan menggelembung di luar kemampuan anggaran nega­ra. Padahal, pengeluaran itu akan lebih bermanfaat jika dipakai untuk keperluan lain, misalnya pembangunan ja­lan, jembatan, dermaga, kapal perintis, infrastruktur lain yang sangat diperlukan masyarakat atau untuk peningkat­an pelayanan pendidikan. Masyarakat yang kurang mampuakan menikmati manfaat lebih besar jika harga Premium dan Solar lebih tinggi. Sebab, masyarakat yang kurang mampu bukan konsumen Premium maupun Solar yang terbesar.

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar 3

4 Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

Harga jual Solar dan Premium yang terlalu rendah diban­ding harganya di luar negeri juga cenderung mendorong penyelundupan dan penyelewengan Solar dan Premium yang seharusnya diperuntukkan konsumen dalam negeri. Yang mendapatkan manfaat dari subsidi adalah para penyelundup dan penyeleweng.

2. Memangnya harga Premium dan Solar di Indonesia lebih murah dibanding dengan harga di negara-negara lain?

Karena ada subsidi, harga jual Premium dan Solar di dalam negeri jauh lebih murah daripada harga barang yang se­rupa di negara­negara tetangga. Itu sebabnya, para pe­nyelundup justru menikmati perbedaan harga ini seraya merugikan keuangan negara dan kita semua. Di bawah ini adalah perbandingan harga Premium dengan harga ba­han bakar serupa di beberapa negara tetangga. Memang ada perbedaan kualitas antara bensin yang dijual di sini dengan bensin di beberapa negara itu, yang bilangan ok­tannya lebih tinggi dan oleh karenanya kualitasnya lebih baik. Namun, bensin di negara tetangga yang diperban­dingkan adalah bensin berkualitas terendah yang terse­dia di pasar, sama halnya dengan Premium di Indonesia.

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar 5

3. Indonesia kan negara penghasil minyak, jika harga mi-nyak naik bukankah penerimaan Pemerintah naik?

Betul, jika harga minyak naik, penerimaan negara juga naik. Namun, pada saat yang sama pengeluaran negara juga turut melonjak. Perhitungannya, setiap kenaik­an harga sebesar US$ 1 per barel, dengan asumsi kurs Rp 9.000 per dolar, akan menaikkan penerimaan sebesar Rp 3,37 triliun. Namun kenaikan US$ 1 per barel itu juga meningkatkan pengeluaran negara dalam jumlah yang lebih besar, yakni Rp 4,3 triliun1. Jadi, secara netto, se­

1 Peningkatan pengeluaran ini berasal dari kenaikan subsidi BBM sebesar Rp 2,83 triliun, subsidi listrik Rp 280 miliar, dana bagi hasil untuk daerah Rp 470 miliar dan kenaikan anggaran pendidikan secara otomatis sebesar Rp 720 miliar.

Negara Harga Eceran Bensin dalam Mata Uang Lokal

Harga Eceran Bensin dalam Rp

Harga Eceran Tersebut Disubsidi/ Tidak Disubsidi

Indonesia (RON 88) Rp 4.500 Rp 4.500 Disubsidi

Malaysia (RON95) RM 1,90 Rp 5.753 Disubsidi

Thailand (Blue Gasoline 91) Baht 41,51 Rp 12.453 Tidak Disubsidi

Filipina (unleaded) P 56.50 Rp 12.147 Tidak Disubsidi

Singapore (Grade 92) S$ 2.150 Rp 15.695 Tidak Disubsidi

Catatan: Catatan: Harga bensin per 12 Maret 2012, konversi kurs menggunakan kurs tengah BI

Maret 2012

6 Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

tiap ada kenaikan harga minyak sebesar US$ 1 per barel, APBN harus menanggung beban tambahan Rp 900 mili­ar. Beban totalnya tinggal mengalikan jumlah ini dengan berapa US$ kenaikan harga minyak yang terjadi2.

Dari sini terlihat jelas bahwa penerimaan dari migas se­makin kecil karena produksinya menurun sementara sub­sidinya justru makin meningkat karena konsumsi semakin besar. Tak boleh dilupakan, harga jual Premium dan Solarjuga tidak berubah selama hampir empat tahun terakhir, sejak kenaikan harga yang terakhir pada Mei 2008.

4. Artinya, jika harga minyak mentah tidak melonjak tinggi harga jual BBM bersubsidi bisa turun?

Betul, harga BBM bersubsidi juga bisa turun jika harga minyak mentah rendah. Sebagai gambaran, pada Mei 2008 harga rata­rata minyak mentah Indonesia menca­pai US$ 121 per barel. Pada saat itu, Pemerintah terpaksa menaikkan harga Premium dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000 per liter. Namun, per 1 Desember 2008, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menurunkan harga

2 Ini terjadi karena produksi minyak kita terus menurun. Sebagai perbandingan, menu­rut data DJA Kementerian Keuangan, pada 2008 lalu produksi minyak kita masih 930,3 ribu barel per hari dengan konsumsi BBM bersubsidi sebesar 38,1 juta kilo liter per tahun. Pada 2011 lalu, produksi minyak sudah turun menjadi 900 ribu barel per hari sementara konsumsi BBM bersubsidi, termasuk minyak tanah, malah naik dengan tajam menjadi di atas 40,2 juta kilo liter per tahun.

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar 7

Premium menjadi Rp 5.500 per liter karena rata­rata harga minyak mentah Indonesia sejak Januari­Desember 2008 sudah turun menjadi US$ 95,87 per barel. Seja­lan dengan penurunan harga minyak mentah Indonesia, Presiden SBY juga menurunkan lagi harga jual Premium menjadi Rp 5.000 per liter (15 Desember 2008) dan sekali lagi menjadi Rp 4.500 per liter, pada 15 Januari 2009. Se­jak saat itu, harga Premium dan Solar tidak pernah naik kendati harga minyak mentah Indonesia kembali melon­jak tinggi. Per Februari 2012, harga minyak mentah Indo­nesia sudah menyentuh US$ 122,17 per barel, jauh di atas patokan US$ 90 per barel dalam APBN 2012.

5. Apakah Pemerintah tidak mencari solusi lain, di luar menaikkan harga Premium dan Solar?

Pemerintah tidak hanya menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Untuk mengantisipasi me­lonjaknya defisit anggaran, juga ada serangkaian kebi­jakan mulai dari penghematan pengeluaran, optimali­sasi penerimaan negara dari pajak maupun non­pajak, serta memanfaatkan sisa anggaran lebih (SAL) tahun lalu. Inilah sebabnya Pemerintah mengusulkan RAPBN­Perubah an 2012. Secara total, serangkaian kebijakan op­timalisasi anggaran ini dapat menghemat Rp 183,6 triliun,

8 Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

di mana Rp 53,8 triliun di antaranya berasal dari penghe­matan subsidi BBM.

Penghematan belanja secara besar­besaran itu dilaku­kan dengan mengurangi pengeluaran belanja pegawai, perjalanan dinas non operasional, pembelian barang non operasional maupun honorarium. Usulan pemotongan belanja Pemerintah ini mencapai Rp 60,9 triliun.

Kendati melakukan penghematan besar­besaran, pe mo­tongan belanja Pemerintah itu terbatas pada da na non­operasional sehingga tidak akan menurunkan kualitas pelayanan publik di bidang pendidikan dan sebagainya, dan tidak akan menganggu rencana pembangunan proyek­proyek infrastruktur yang sangat dibutuhkan masyarakat. Pemerintah justru mengusulkan untuk menggunakan seba­gian dari penghematan subsidi untuk meningkatkan be­berapa program kesejahteraan rakyat dan infrastruktur.

6. Kalau Pemerintah bisa mengurangi defisit dengan menghemat anggaran, mengapa masih harus menaik-kan harga Premium dan Solar?

Alasan pengurangan subsidi untuk Premium dan Solar

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar 9

10 Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

bukanlah semata­mata untuk menghemat anggaran. Setidaknya ada lima alasan penting bagi kita semua un­tuk berkomitmen mengurangi subsidi BBM. Yakni, lebih berpihak pada si kecil, lebih hemat dan ramah lingkung­an, lebih bermanfaat, lebih benar, dan lebih awet. Berikut penjelasannya:

• Pertama, lebih berpihak pada si kecil karena subsidi bahan bakar minyak (BBM) justru lebih membantu warga kelompok menengah­atas yang sudah berke­cukupan. Mereka lebih menikmati subsidi karena me­miliki mobil pribadi. Data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2010 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, secara rata­rata rumah tangga kaya menikmati subsidi bensin 10 kali lipat lebih besar daripada rumah tangga miskin. Pemotongan subsidi BBM dengan demikian merupakan pilihan yang lebih bijak dalam membelanjakan uang negara. Hasil pe­motongan subsidi itu dapat dipakai untuk membi­ayai berbagai program pengentasan kemiskinan dan lebih dinikmati oleh si kecil.

• Kedua, lebih hemat dan ramah lingkungan karena pemangkasan subsidi membuat harga Premium dan Solar menjadi lebih wajar. Harga Premium dan Solar

12 Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

yang jauh lebih murah dari semestinya mendorong orang boros dan ceroboh dalam mengkonsumsi. Pa­dahal, minyak adalah sumber energi yang langka dan tidak terbarukan. Pemakaian BBM yang berlebihan juga menurunkan kualitas ling kung an hidup kita. Har­ga BBM yang lebih realistis akan mendorong penghe­matan dan konversi ke sumber energi lain yang lebih bersih, terutama gas.

• Ketiga, lebih bermanfaat karena dana yang seharus­nya habis untuk subsidi bisa dialihkan pemakaiannya untuk membiayai belanja lain yang lebih berguna ba­gi rakyat banyak. Anggaran bisa dipakai membiayai berbagai proyek yang memperbaiki kualitas hidup kaum kurang mampu, seperti membangun infrastruk­tur maupun perbaikan layanan pendidikan. Pengelu­aran seperti ini dampaknya bersifat jangka panjang karena merupakan belanja modal atau investasi Pe­merintah. Sedangkan subsidi BBM bersifat konsumtif, sekali dipakai habis.

• Keempat, lebih benar karena pemangkasan subsidi mengurangi dorongan untuk penyelewengan dan pe­nyelundupan. Selama ini, selisih harga BBM bersubsidi

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar 13

dengan BBM non­subsidi yang terlalu besar mendorong terjadinya penyelewengan dan penyelundupan ke luar negeri maupun dipakai oleh pengguna yang tidak ber­hak. Saat ini, harga BBM non­subsidi hampir dua kali lipat jika dibandingkan harga Premium dan Solar. Akibatnya, banyak pelaku industri yang tergoda untuk mengejar keuntungan secara tidak sah dengan membeli BBM ber­subsidi. BBM bersubsidi juga memberikan keuntungan besar jika diselundupkan ke luar negeri. Artinya, ang­garan negara berupa subsidi yang semestinya berguna untuk memperbaiki kesejahtera an rakyat justru lebih dinikmati penyelundup dan penye le weng.

• Kelima, lebih awet karena efek positif pengurangan subsidi premium dan Solar akan terasa dalam jangka waktu cukup lama. Bukan hanya bagi anggaran 2012 saja, efek positif pemangkasan subsidi BBM akan meringankan beban negara pada tahun­tahun men­datang. Porsi pengeluaran pemerintah berupa subsidi yang kurang tepat sasaran dan berdampak sementara akan menurun. Dana yang tadinya untuk subsidi itu dapat dialihkan untuk membiayai investasi infrastruk­tur, perbaikan sumber daya manusia, serta penang­gulangan kemiskinan yang efek positifnya lebih bersi­fat jangka panjang dan permanen.

14 Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

7. Jika subsidi BBM bukan sebuah kebijakan yang baik, mengapa sejak dulu selalu ada subsidi BBM?

Sejarah pemberian subsidi BBM sudah sangat panjang. Di masa lalu, struktur ekonomi Indonesia berbeda. Kala itu, negara mampu menanggung subsidi BBM karena Indo­nesia adalah eksportir minyak. Sehingga, setiap kenaik an harga minyak selalu menjadi tambahan pendapatan bersih bagi negara. Kini, Indonesia sudah menjadi negara impor­tir minyak dan kita juga sudah keluar dari OPEC, organisasi negara­negara pengekspor minyak sejak 2008.

Selain itu, dulu konsumsi BBM kita masih sangat rendah dan kendaraan umum adalah konsumen terbesar BBM. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan perbaikan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, kendaraan pribadi jumlahnya terus membesar. Akibatnya subsidi BBM kini salah sasaran karena lebih menguntungkan kelompok masyarakat yang sudah mampu. Inilah yang harus kita koreksi dengan cara mengurangi subsidi secara bertahap.

8. Sebelumnya Pemerintah mengatakan tidak akan me-naikkan harga melainkan melakukan pembatasan kon-sumsi BBM bersubsidi. Mengapa kebijakan Pemerintah berubah?

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar 15

16 Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

Sejak tahun lalu, Pemerintah secara intensif menyiapkan kebijakan pembatasan konsumsi BBM bersubsidi. Namun, hasil pengkajian dan masukan banyak pihak menyebut­kan bahwa pembatasan konsumsi BBM bersubsidi tidak akan mampu mengerem melonjaknya subsidi karena ke­naikan harga minyak mentah belakangan ini terlalu tajam. Pembatasan konsumsi BBM bersubsidi tidak mungkin berlaku sekaligus secara serentak di seluruh Indonesia sehingga dampaknya untuk pengurangan subsidi tidak maksimal.

Selain itu, pelaksanaan kebijakan pembatasan konsumsi Premium dan Solar tanpa persiapan yang sangat matang serta dukungan infrastruktur dan teknologi yang mema­dai dapat menimbulkan gejolak di masyarakat. Secara teknis, penerapan dan pengawasan kebijakan ini jauh lebih sulit.

9. Apakah menaikkan harga Premium dan Solar sekarang bukan kebijakan yang berlebihan? Bukankah ada ke-mungkinan harga minyak mentah bisa turun lagi.

Pemicu kenaikan harga minyak mentah kali ini adalah krisis politik di Timur Tengah yang tampaknya belum akan mereda dalam waktu singkat. Maka, pemerintah

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar 17

beranggapan akan lebih baik jika kita bersiap mengha­dapi kondisi terburuk. Berbagai perkiraan menunjukkan harga minyak mentah bisa melonjak menjadi US$ 150 hingga US$ 175 per barel jika lalu lintas angkutan minyak mentah di Selat Hormuz tersendat karena ketegangan politik semakin memuncak. Tanpa kenaikan harga jual Premium dan Solar, sementara harga minyak dunia terus melonjak, anggaran Pemerintah untuk menambal sub­sidi akan semakin besar. Ini justru lebih merugikan warga berpenghasilan rendah.

10. Jadi, Pemerintah memilih hanya menaikkan harga. Ini memang cara paling mudah, namun bagaimana de ngan masyarakat yang harus menanggung beban inflasi dan kenaikan harga?

Tidak, Pemerintah tidak hanya menaikkan harga dan memindahkan beban kepada masyarakat. Upaya menu­runkan subsidi BBM terdiri dari empat langkah yang merupakan satu kesatuan kebijakan. Keempat langkah itu adalah: • Menaikkan harga• Memberikan kompensasi kepada masyarakat• Mengurangi penggunaan BBM bersubsidi• Mengkonversi penggunaan minyak ke gas.

18 Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

Keempatnya adalah paket kebijakan yang kait­me­ngait dan ada pentahapan pelaksanaannya. Pem­batasan pemakaian Premium dan Solar, misalnya, dimulai pada mobil­mobil dinas dan kelak secara ber­tahap akan diberlakukan secara lebih luas. Demikian pula dengan kebijakan konversi ke gas, tetap berlang­sung diawali dengan penggunaan pada kendaraan umum, terutama bus.

Kenaikan harga Premium dan Solar juga langsung ber­lanjut dengan pemberian paket­paket kompensasi. Tu­juan pemberian kompensasi itu adalah meredam dam­pak inflasi dan penurunan daya beli masyarakat yang biasanya terjadi dalam waktu beberapa bulan setelah kenaikan harga BBM.

11. Apa saja paket kompensasi itu?

Paket kebijakan kompensasi terdiri dari empat paket:• Penambahan frekuensi jatah beras untuk rakyat

miskin sebanyak dua bulan, menjadi 14 kali per ta­hun, dari saat ini sebanyak 12 kali per tahun dengan harga tebus tetap Rp 1.600 per kilogram.

• Pemberian Bantuan Langsung Sementara Masyara­kat (BLSM) berupa dana tunai senilai Rp 150.000 per

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar 19

bulan. Penerima bantuan ini adalah 18,5 juta rumah tangga yang mencakup 30% rumah tangga dengan tingkat sosial ekonomi terendah di Indonesia.

• Penambahan beasiswa untuk rumah tangga miskin se­lama enam bulan.

• Kompensasi untuk sektor transportasi sebesar Rp 5 triliun. Tujuannya, agar kenaikan tiket angkutan kelas ekonomi tidak melonjak sejalan dengan kenaikan harga Premium dan Solar.

12. Apakah paket-paket kompensasi itu cukup untuk mere-dam dampak kenaikan harga Premium dan Solar pada warga dengan tingkat sosial ekonomi terendah?

Dalam jangka pendek, harga berbagai komoditas serta biaya transportasi akan naik mengikuti kenaikan harga Premium dan Solar. Namun, berdasarkan pen­galaman yang sudah­sudah, inflasi akan terjadi dalam jangka waktu sementara saja, beberapa bulan setelah kenaikan harga. Oleh karena itu, Pemerintah meran­cang paket­paket kompensasi yang akan mengalir setelah kenaikan harga BBM bersubsidi. Paket­paket itu cukup untuk meredam dampak kenaikan harga Premium dan Solar pada warga dengan tingkat sosial terendah.

20 Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar 21

13. Jadi, penerima kompensasi bukan hanya rumah tanggayang hidup di bawah garis kemiskinan?

Betul, cakupan kompensasi sekarang menjangkau 30% rumah tangga dengan tingkat sosial ekonomi terendah di Indonesia. Secara keseluruhan mereka berjumlah 18,5 juta rumah tangga. Setiap rumah tangga itu akan meneri­ma kompensasi berupa dana tunai senilai Rp 150.000 per bu­lan, selama beberapa bulan setelah kenaikan harga Solar dan Premium. Berarti, anggota rumah tangga yang ham­pir miskin dan kelompok pekerja yang berpenghasilan di sekitar upah minimum juga akan mendapat kompensasi berupa dana tunai itu.

14. Mengapa kembali ada pembagian dana tunai, bu-kankah ini tidak mendidik dan mendorong orang men-jadi malas?

Pemberian dana tunai secara langsung merupakan cara yang paling efektif untuk secara cepat meringankan be­ban masyarakat kurang mampu. Pemberian dana tunai dapat berlangsung secara lebih cepat, lebih tepat sasar­an, dan lebih mencakup semua kelompok masyarakat kurang mampu yang perlu mendapatkan perlindungan dari dampak kenaikan harga BBM.

Hasil riset berbagai lembaga penelitian nasional dan

22 Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

internasional maupun universitas juga membuktikan bahwa program pembagian dana tunai secara lang­sung semacam BLSM ternyata lebih tepat sasaran ketimbang program­program penanggulangan ke­miskinan lainnya.

Patut dicatat, BLSM hanyalah kompensasi tambahan dan bersifat sementara yang akan berakhir dalam waktu be­berapa bulan saja. Maka, tidak ada insentif bagi rumahtangga kurang mampu untuk malas atau mengurangi jam kerja hanya karena mendapatkan BLSM.

15. Bagaimana Pemerintah menentukan 30% rumah tang-ga berpenghasilan terendah di Indonesia yang berhak menerima kompensasi tunai? Apakah ini kampanye terselubung untuk partai tertentu?

Tidak ada hubungan antara penerima kompensasi de ngan partai, kelompok, atau golongan tertentu. Penetap an 30% rumah tangga berpenghasilan teren­dah ini berlangsung secara objektif, berdasarkan hasil survei Pendataan Program Perlin dungan Sosial (PPLS) 2011 yang berlangsung Juli hingga Desem­ber lalu. Pelaksana survei ini adalah Badan Pusat Statistik (BPS), bekerjasama dengan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar 23

yang diketuai Wakil Presiden RI.3

16. Mengapa bantuan tunai nilainya Rp 150.000 per bulan? Cukupkah?

Bantuan per bulan sebesar Rp 150.000 itu cukup untuk mencegah penurunan daya beli. Ingat, bantuan itu tidak dimaksudkan untuk mengganti pengeluaran satu rumah tangga secara keseluruhan. Ini adalah tambahan pen­dapatan agar tidak ada penurunan daya beli karena lonjakan inflasi.

17. Bagaimana cara pembagian dan mekanisme BLSM?

Pembagian BLSM berlangsung melalui kantor­kantor pos di seluruh Indonesia. Sedapat mungkin, bantuan

3 PPLS 2011 menghasilkan data komprehensif dan detail berupa daftar nama 40% rumah tanggaberpenghasilan terendah di Indonesia, lengkap dengan alamat lengkapnya. PPLS 2011 meng­hasilkan data yang lebih baik dari survei sebelumnya karena menggunakan hasil Sensus Pen­duduk 2010 sebagai informasi awal mengenai penghasilan sebuah rumah tangga. Berikutnya, petugas PPLS 2011 melakukan konsultasi dengan rumah tangga miskin yang dapat memberikan informasi tambahan mengenai rumah tangga miskin di sekitarnya yang belum tercakup dalam data awal. Petugas survei juga melakukan observasi langsung di lapangan sebelum proses survei dan pengumpulan data berlangsung. Jika tak ada pembagian BLSM, rencananya data hasil PPLS 2011 akan dipakai sebagai dasar pelaksanaan berbagai program percepatan penanggulangan kemiskinan. Jadi, data hasil PPLS 2011 bukanlah hasil survei yang terburu­buru dan khusus dibu­at untuk membagikan BLSM. Data ini lebih baik kualitasnya daripada data yang dipakai untuk pembagian Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada 2005 dan 2008 lalu.

24 Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

ini sudah cair segera setelah kenaikan harga Solar dan Premium berlaku. Seperti pengalaman sebelumnya, kantor pos akan mengirimkan kartu penerima ban­tuan melalui Kelurahan yang akan meneruskannya ke pengurus RT/RW setempat untuk dibagikan pada rumah tangga yang berhak. Berikutnya, rumah tang­ga penerima dapat mencairkan bantuan tunai itu di kantor­kantor pos kecamatan se suai jadwal yang ditetapkan. Pencairannya per tiga bulan. Jadi, setiap kali pembagian nilainya Rp 450.000.

18. Selain kompensasi adakah langkah-langkah lain un-tuk menanggulangi dampak inflasi?

Pemerintah bersama Bank Indonesia selalu berkoordinasi secara erat untuk mengatasi dampak inflasi akibat kenaik­an harga Premium dan Solar. Secara kontinyu, Menteri Koordinator bidang Perekonomian mengkoordinasikan seluruh kementerian dan lembaga yang berwenang men­jaga stabilitas harga. Kelancaran distribusi serta persedia­an komoditas utama, misalnya, menjadi perhatian utama agar tidak tersendat dan menimbulkan lonjakan harga. Sedangkan Bank Indonesia menangani kebijakan moneter, seperti mengendalikan pasokan uang dan meng atur suku bunga secara seksama agar target inflasi tercapai.

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar 25

19. Apakah Pemerintah akan menghabiskan seluruh dana hasil penghematan subsidi menjadi kompensasi?

Tidak semua penghematan anggaran karena berkurang­nya subsidi akan habis untuk membiayai program kom­pensasi. Akan ada tambahan belanja di bidang infra­struktur dan perbaikan layanan publik yang memakai sebagian hasil penghematan anggaran itu.

Secara total, dari optimalisasi anggaran yang juga mencakup pemotongan berbagai belanja non­ope­rasional Pemerintah serta penurunan subsidi BBM, ada penghematan senilai Rp 183,6 triliun. Dari penghemat an sebesar itu, Rp 73,8 triliun di anta­ranya dipakai untuk membiayai program­program kompensasi maupun berbagai proyek infrastruk­tur tambahan. Ada pula tambahan anggaran untuk pendidikan. Tambah an proyek­proyek infrastruktur itu terutama untuk memperbaiki konektivitas di Indonesia Timur serta mendukung pengembang­an berba gai pusat­pusat pertumbuhan baru se­suai dengan Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Berbagai tambahan proyek infrastruktur senilai total Rp 18,2 triliun itu tersaji dalam tabel berikut:

26 Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

Yang tak kalah pentingnya, dari langkah­langkah optimal­isasi anggaran itu, secara keseluruhan defisit anggaran akan turun menjadi Rp 109,8 triliun atau 2,23% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Jika tidak ada serangkaian kebijakan ini, defisit anggaran dapat melonjak hingga Rp 299 triliun atau 3,59% terhadap PDB. Ja ngan lupa, de­fisit anggaran terlalu besar adalah sumber masalah yang membuat negara­negara Eropa sekarang terseret ke dalam krisis berkepanjangan, bahkan terancam bangkrut.

*****

Tambahan Proyek-Proyek Infrastruktur

Deskripsi Nilai (Rp. Triliun)

Konektivitas Indonesia Timur 9,5

• Jalan 7,4

• Pelabuhan, Bandara, dll 2,1

Infrastruktur Strategis dan Koridor Ekonomi 4,5

Infrastruktur untuk Ketahanan Pangan 1,8

Klaster IV (Perumahan dan Permukiman) 1,5

Penanganan Banjir 0,9

Total 18,2