frekuensi jenis tumbuhan, kerapatan fix

28
FREKUENSI JENIS TUMBUHAN, KERAPATAN DAN KERIMBUNAN ELYA AGUSTINA (1210702021) Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung ABSTRAK Frekuensi, kerapatan dan kerimbunan merupakan data hasil analisa kuantitatif yang merupakan data penting dalam menentukan peranan atau spesies atau jenis dalam vegetasinya. Frekuensi didefinisikan sebagai kesempatan mendapatkan suatu jenis tumbuhan atau spesies dalam suatu luas tertentu pada percobaan tertentu. Kerapatan merupakan jumlah individu suatu spesies per satuan luas area yang digunakan dalam suatu daerah vegetasi tertentu. Kerimbuanan dapat didefinisikan sebagai tanah yang tertutup oleh proyeksi tegak lurus bagian aeril (diatas tanah) individu spesies yang diamati. Adapun tujuan dari praktikum frekuensi jenis tumbuhan, kerapatan dan kerimbunan adalah untuk menentukan frekuensi dari berbagai jenis tumbuhan dalam suatu daerah tertentu. Praktikum ini dilakukan di areal terbuka lapangan Al-Jawami Fakiultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Upload: elya-agustina

Post on 14-Dec-2014

538 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Frekuensi Jenis Tumbuhan, Kerapatan Fix

FREKUENSI JENIS TUMBUHAN, KERAPATAN

DAN KERIMBUNAN

ELYA AGUSTINA (1210702021)

Program Studi Biologi

Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Sunan Gunung Djati Bandung

ABSTRAK

Frekuensi, kerapatan dan kerimbunan merupakan data hasil analisa kuantitatif yang merupakan

data penting dalam menentukan peranan atau spesies atau jenis dalam vegetasinya. Frekuensi

didefinisikan sebagai kesempatan mendapatkan suatu jenis tumbuhan atau spesies dalam suatu luas

tertentu pada percobaan tertentu. Kerapatan merupakan jumlah individu suatu spesies per satuan

luas area yang digunakan dalam suatu daerah vegetasi tertentu. Kerimbuanan dapat didefinisikan

sebagai tanah yang tertutup oleh proyeksi tegak lurus bagian aeril (diatas tanah) individu spesies

yang diamati. Adapun tujuan dari praktikum frekuensi jenis tumbuhan, kerapatan dan kerimbunan

adalah untuk menentukan frekuensi dari berbagai jenis tumbuhan dalam suatu daerah tertentu.

Praktikum ini dilakukan di areal terbuka lapangan Al-Jawami Fakiultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Daerah yang menjadi objek pengamatan

adalah ekosistem padang rumput sehingga metode yang digunakan yaitu metode line intercept.

Dari data hasil ditemukan 13 spesies dengan diantaranya 9 spesies yang sudah teridentifikasi dan 4

spesies lainnya yang belum teridentifikasi. Perolehan katagori kelas frekuensi, kerapatan dan

kerimbunan jenis tumbuhan tersebut didasarkan dari Blaun Blanquet.

Kata Kunci : Frekuensi , kerapatan, kerimbunan, metode line intercep

Page 2: Frekuensi Jenis Tumbuhan, Kerapatan Fix

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat

keanekaragaman hayati yang tinggi dan menempati urutan kedua di dunia. Saat ini

keanekaragaman spesies, ekosistem, dan sumberdaya genetik semakin menurun

pada tingkat yang cukup membahayakan akibat kerusakan lingkungan. Pelestarian

komunitas hayati secara utuh sangat dibutuhkan untuk melestarikan

keanekaragaman hayati di suatu ekosistem. Konservasi pada tingkat komunitas

merupakan salah satu cara yang efektif untuk melestarikan spesies. Begitupun

pada ekosistem padang rumput yang berpengaruh besar terhadap keseimbangan

alam. Rumput memegang peranan penting bagi individu tertentu, contohnya pada

komunitas hewan dalam memperoleh aliran energi yang berasal dari produsen

rumput hijau. Selain itu juga rumput yang tumbuh liar sebagai indikator

penentuan kesuburan tanah di daerah tertentu.

Frekuensi, kerapatan dan kerimbunan merupakan data hasil analisa

kuantitatif yang merupakan data penting dalam menentukan peranan atau spesies

atau jenis dalam vegetasinya. Selain data dalam analisa data hasil analisa

kuantitatif diperlukan juga data lain yaitu hasil analisa kuantitatif yang

memberikan sifat khusus dari spesies atau jenis terhadap vegetasi. Dari hasil

analisis kuantitatif ini terutama akan memberikan gambaran dari setiap jenis yang

ada pada waktu-waktu yang akan datang. Untuk mengetahui derajat kesuburan

dari suatu jenis tanaman dalam perkembangannya, dan sebagai reaksi tumbuhan

tersebut terhadap lingkungan di sekitarnya maka dilakukan praktikum mengenai

frekuensi, kerapatan dan kerimbunan suatu jenis tumbuhan .

Menurut Rahardjanto (2001), frekuensi didefinisikan sebagai kesempatan

mendapatkan suatu jenis tumbuhan atau spesies dalam suatu luas tertentu pada

percobaan tertentu. Dengan demikian frekuensi menggambarkan distribusi atau

penyebaran tumbuhan di suatu daerah vegetasi tertentu.

Frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai

dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel

yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Rahardjanto, 2001). Frekuensi pada

dasarnya agak sulit menentukan apabila garis yang dibuat merupakan garis

tunggal. Apabila garis itu dibagi dalam beberapa sektor-sektor garis. Bila garisnya

Page 3: Frekuensi Jenis Tumbuhan, Kerapatan Fix

majemuk maka perhitungan tidak berbeda seperti pada metode kuadrat.

Sedangkan nilai penting prinsipnya sama dengan metode kuadrat. Sehingga dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Frekuensi = Total jumlah kuadrat segmen yangmengandung spesies tumbuhan

Total jumlah kuadrat segmen yangdiamati x

100%

Kerapatan (density) dapat didefinisikan sebagai jumlah individu suatu

spesies per satuan luas area yang digunakan dalam suatu daerah vegetasi tertentu.

Kerapatan ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan

di dalam area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah

cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Kerimbunan ditentukan berdasarkan

penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Apabila dalam

penentuan kerapatan dijabarkan dalam banyak kelas kerapatan, maka untuk

kerimbunannya lebih baik digunakan kelas kerimbunan (Rohman, 2001). Hal ini

sesuai pernyataan Rahardjanto (2001), bahwa kerapatan didasarkan pada

perhitungan jarak antara individdu-individu sejenis yang melewati garis. Adapun

rumus dari kerapatan adalah sebagai berikut:

Kerapatan = Total jumlah individu suatu spesiesTotal jumlah kuadrat yangmuncul

Analisis kuantitaif penting lain adalah kerimbuanan yang didefinisikan

sebagai tanah yang tertutup oleh proyeksi tegak lurus bagian aeril (diatas tanah)

individu spesies yang diamati (Greig-Smith, 1983). Kerimbunan ditentukan

berdasarkan penutupan oleh populasi jenis tumbuhan. Apabila dalam menentukan

kerapatan dijabarkan dalam bentuk kelas kerapatan, maka untuk

perimbunannyapun lebih baik digunakan kelas keribunan. Kerimbunan

berdasarkan pada panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan atau bila

dinyatakan dalam % dapat dilakukan berdasarkan perbandingan panjang

penutupan garis yang melewati individu tumbuhan terhadap panjang garis yang

dibuat.

Page 4: Frekuensi Jenis Tumbuhan, Kerapatan Fix

Kerimbunan =Panjang total spesies

Panjang total garis yangdibuat x 100%

Adapun tujuan dari praktikum frekuensi jenis tumbuhan, kerapatan

(density) dan kerimbunan (cover) adalah untuk menentukan frekuensi dari

berbagai jenis tumbuhan dalam suatu daerah tertentu.

METODE

Praktikum ini dilakukan pada hari selasa, 21 Februari 2012. Bertempat di

areal terbuka lapangan Al-Jawami Fakiultas Sains dan Teknologi Universitas

Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan ketika praktikum adalah pita pengukuran atau meteran,

penggaris, buku data atau catatan, dan alat tulis. Bahan yang digunakan yaitu

kuadrat dengan ukuran yang sesuai, yang letaknya di areal terbuka (lapangan) Al-

Jawami

Tahapan praktikum

Adapun tahapan pratikum yaitu:

Frekuensi Jenis Tumbuhan: Menentukan kuadrat secara acak, kemudian

meletakan pada sejumlah tempat pengambilan contoh (p.c), kemudian melakukan

identifikasi spesies atau yang dibedakan sebagai ABC atau (123) secara

taksonomik, spesies dikumpulkan dan diletakan dengan menggunakan selotif pada

kertas hebarium dan digunakan cirri-ciri dengan identifikasi yang sama, kemudian

ditentukan ada atau tidaknya masing-masing jenis dalam setiap segmen (kuadrat)

tabulasi datanya, pencatatan dilakukan pada minimum 5 tempat pengmbilan

contoh, susun dalam daftar dan ditentukan jenis tumbuhan mana yang memiliki

harga frekuensinya paling tinggi, perhitungan frekuensi meggunakan rumus:

Frekuensi = Total jumlah kuadrat segmen yangmengandung spesies tumbuhan

Total jumlah kuadrat segmen yangdiamati x

100%

Page 5: Frekuensi Jenis Tumbuhan, Kerapatan Fix

Setelah menghitung nilai frekuensinya, data dikelompokkan dan

dijumlahkan semua jenis tumbuhan setiap tempat pengambilan contoh, kemudian

data tersebut di buat grafiknya.

Kerapatan tumbuhan: Meletakan kuadrat dengan ukuran yang sesuai secara acak

pada sejumlah tempat dalam daerah yang dipelajari, kemudian melakukan

identifikasi spesiesnya atau dibedakan sebagai A, B, C, dan seterusnya, setelah itu

setiap individu-individu dihitung pada setiap kuadratnya, dan dicatat data

pengamatan dalam bentuk tabulasi tabel, apabila sulit mengidentifikasi spesies

secara taksonomi di lapangan, setiap tumbuhan dikumpulkan dan direkatkan

dengan selotif pada kertas herbarium,beri tanda yang sama yaitu A, B, C, dan

seterusnya. Adapun rumus dari kerapatan ini yaitu :

Kerapatan=¿ tal jumlah individu suatu spesies tumbu h antotal jumlahkuadrat yangdipelajari

×100 %

Kerimbunan: kerimbunan tumbuhan yang dilakukan dengan metode line intercept,

sehingga tahapan praktikumnya yaitu, membuat terlebih dahulu 5 line pada satu

kuadrat dengan jarak satu dengan yang lainnya yaitu 20 cm. Panjang garis 1 m

(100 cm2) sampai 5 m (500 cm2), kemudian diukur panjang jenis tumbuhan yang

ada sepanjang garis dengan menggunakan penggaris, rumus perhitungan

kerimbunan :

Kerimbunan =Panjang total spesies

Panjang total garis yangdibuat x 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum ini pengamatan dilakukan di lapangan terbuka Aljawami

dimana daerah tersebut merupakan area padang rumput dan luas pemetaan yang

digunakan adalah 500 m2. Dalam kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui

frekuensi, kerapatan dan kerimbunan suatu vegetasi di daerah tersebut sehingga

sebelum menentukan area terlebih dahulu dipilih area yang banyak ditumbuhi

spesies tanaman. Metode yang digunakan pada praktikum ini menggunakan

Page 6: Frekuensi Jenis Tumbuhan, Kerapatan Fix

metode line intercept, dimana metode ini biasa digunakan oleh ahli ekologi untuk

mempelajari komunitas padang rumput. Dalam cara ini terlebih dahulu ditentukan

dua titik sebagai pusat garis transek. Panjang garis transek yang digunakan adalah

10 m. Pada garis transek itu kemudian dibuat segmen-segmen yang panjangnya 1

m kemudian pengamatan terhadap tumbuhan dilakukan pada segmen-segmen

tersebut. Selanjutnya mencatat, menghitung dan mengukur panjang penutupan

semua spesies tumbuhan pada segmen-segmen tersebut. Cara mengukur panjang

penutupan adalah memproyeksikan tegak lurus bagian basal atau aerial coverage

yang terpotong garis transek ke tanah.

Pengamatan yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa kondisi di area

tersebut mempunyai potensi pertumbuhan vegetasi yang cepat, dilihat dari kondisi

area yang sangat strategis dengan kondisi tanah gembur, curah hujan yang cukup,

dan intensitas cahaya yang baik. Di area tersebut ditemukan pula hewan yang

mendominasi keanekaragaman vegetasi. Umumnya hewan yang ditemukan

merupakan sekelompok serangga yang hidup mencari nutrisi dari vegetasi

tumbuhan.

Dari data hasil jumlah vegetasi yang ditemukan pada seluruh kuadrat adalah

diperoleh 13 spesies, dengan diantaranya spesies yang telah teridentifiksasi dan

Gambar 1. Metode Line intercept

(Sumber: Dokumentasi pribadi)

Page 7: Frekuensi Jenis Tumbuhan, Kerapatan Fix

belum teridentifikasi. Vegetasi yang berhasil diidentifikasi adalah dari jenis

rumput-rumputan seperti rumput putri malu, rumput jarum, rumput teki, rumput

krokot, aantingan, rumput gajah, tapak liman, babadotan dan patikan kebo,

sehingga diasumsikan 4 spesies lainnya belum diketahui nama spesiesnya.

Perhitungan lebih kompleks dari vegetasi yang didapat dan diidentifikasi meliputi

frekuensi, kerapatan, dan kerimbunan kemudian disajikan pada tabel lampiran.

Berikut ini adalah data hasil pengamatan frekuensi jenis tumbuhan yang

ditemukan pada luas pemetaan.

Grafik 1. Frekuensi Jenis Tumbuhan

Putri m

alu

Rumput teki

Rumput kero

kot

Aantinga

n

Rumput gaja

hSp

. 1

Rumput jaru

m

Tapak

Liman

Badotan

Patika

n kebo

Sp.2

Sp.3

Sp.4

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

100% 100% 100% 100%

80%

100% 100%

20%

80%

20%

60%

20% 20%

Grafik Frekuensi Jenis Tumbuhan

Dari grafik diatas dapat dilihat persentase frekuensi suatu tananaman yang

mendominasi daerah pengamatan menunjukan bahwa kondisi lingkungan di

daerah tersebut mempunyai daya memampuan yang cocok untuk pertumbuhan

rumput. Frekuensi terbesar ditemukan pada vegetasi rumput putri malu, rumput

jarum, sp.1, rumput teki, rumput krokot dan aantingan sebesar 100% dari 5 plot

yang diamati. Frekuensi tertinggi juga terdapat pada jenis rumput gajah dan

babadotan dengan persentase frekuensi sebesar 80%. Nilai tersebut menunjukkan

bahwa jenis tersebut mendominasi daerah kuadrat dan merupakan jenis rumput

yang dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan. Berdasarkan nilai persentase

Page 8: Frekuensi Jenis Tumbuhan, Kerapatan Fix

frekuensi, maka dapat dilihat proporsi antara jumlah rumput dalam suatu jenis

dengan jumlah jenis lainnya di dalam komunitas dan juga dapat menggambarkan

penyebaran individu di dalam komunitas.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Frekuensi Spesies Tumbuhan Di Lapangan Areal

Terbuka Al-jawami

No.Nama spesies

tumbuhan

Jumlah kuadrat

Total jumlah spesies pada

kudrat

Frekuensi (%)

Kelas frekuensi

1 2 3 4 5

1 Putri malu √ √ √ √ √ 5/5 100% 5

2 Rumput teki √ √ √ √ √ 5/5 100% 5

3 Rumput kerokot √ √ √ √ √ 5/5 100% 5

4 Aantingan √ √ √ √ √ 5/5 100% 5

5 Rumput gajah √ - √ √ √ 4/5 80% 5

6 Sp. 1 √ √ √ √ √ 5/5 100% 5

7 Rumput jarum √ √ √ √ √ 5/5 100% 5

8 Tapak Liman - √ - - - 1/5 20% 2

9 Badotan - √ √ √ √ 4/5 80% 5

10 Patikan kebo - - √ - - 1/5 20% 2

11 Sp.2 - - √ √ √ 3/5 60% 4

12 Sp.3 - - - √ 1/5 20% 2

13 Sp.4 - - - √ - 1/5 20% 2

Suatu jenis tumbuhan dapat dikatakan mempunyai kelas frekuensi yang

tinggi apabila pada area tersebut terlihat lebih dominan. Kelas frekuensi tertinggi

dicapai dengan intensitas 5 dengan nilai frekuensi 80-100%, jenis tumbuhan

tersebut terdapat pada semua kuadrat yang dipelajari diantaranya yaitu pada

rumput teki, rumput putri malu, rumput kerokot, aantingan, Sp.1, rumput gajah

dan rumput jarum. Sedangkan untuk keras frekuensi berikutnya adalah kelas 2

Page 9: Frekuensi Jenis Tumbuhan, Kerapatan Fix

dengan persentase frekuensi 20%, jenis tumbuhan ini dapat dikatakan jarang

ditemukan dan hanya mewakili dari setiap kuadrat yang dipelajari. Perolehan

katagori kelas frekuensi tersebut didasarkan dari Blaun Blanquet.

Penyebaran dan pertumbuhan rumput sangat dipengaruhi oleh daya

tumbuh biji, topografi, keadaan tanah, dan faktor lingkungan lainnya. Dalam

perkembangbiakannya rumput dapat dibantu dengan bantuan angin (antogami)

yang tersebar di daerah yang miskin akan bahan organik dan dengan intensitas

cahaya yang berlebih seperti yang terdapat di kawasan sekitar padang rumput

tersebut. Rendahnya kelas frekuensi suatu jenis tumbuhan di dalam plot

dikarenakan pada plot ini berada di dalam kawasan yang memiliki kondisi tanah

yang tidak cocok dengan pertumbuhan spesiesnya. Pasokan unsur hara yang

rendah, intensitas sinar matahari yang berlebih dan pasokan air yang sedikit

menyebabkan sulitnya jenis-jenis rumput untuk tumbuh.

Menurut Greig-Smith (1983) nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara

langsung oleh densitas dan pola distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan

informasi tentang keberadaan tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum

dapat memberikan gambaran tentang jumlah individu pada masing-masing plot.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Kerapatan Spesies Tumbuhan Di Lapangan

Areal Terbuka Al-jawami

Nama spesies

Jumlah Individu per kuadrat

Total ∑ individu

∑ kuadrat

yang terdapat spesies

Total kuadrat

yang dipelajari

Kerapatan

(ind/cm2)

Kelas Kerap-

atan

1 2 3 4 5

Putri malu13 1 6 8 2 30 5 5

305

= 62

Rumput teki 9 9 7 13 6 44 5 5

445

= 8,82

Rumput kerokot 55 2 7 2 3 69 5 5

695

= 13,84

Aantingan17 3 6 22 2 50 5 5

505

= 104

Page 10: Frekuensi Jenis Tumbuhan, Kerapatan Fix

Rumput gajah 26 - 20 16 3 65 4 5

655

= 134

Sp.18 33 9 3 4 57 5 5

575

= 10,24

Rumput runcing 5 38 27 28 54 152 5 5

1525

=

30,4

5

Suatu jenis tumbuhan di daerah pengamatan dapat dikatakan tinggi apabila

jumlah individu suatu spesies banyak ditemukan pada total kuadrat yang

dipelajari. Kelas kerapatan ini digunakan katagori dari Braun Blanquet. Intensitas

nilai kelas kerapatan di daerah pengamatan yaitu dari kelas kerapatan 2 sampai 5.

Pada kelas kerapatan 4 dan 5 dapat memberikan gambaran bahwa pada area

terrsebut cukup baik untuk pertumbuhan jenis-jenis tumbuhan tersebut.

Sedangkan pada kelas kerapatan 2 diperoleh dari jenis rumput teki dan rumput

putri malu. Jenis tumbuhan tersebut dapat dikatakan jarang dan hanya mewakili

setiap kuadrat pengamatan jika dibandingkan dengan jenis tumbuhan lainnya yang

jumlahnya lebih banyak dan dominan.

Grafik 2. Kerapatan Jenis Tumbuhan

Putri malu

Rumput teki

Rumput kerokot

Aantingan Rumput gajah

Sp.1 Rumput runcing

05

101520253035

68.8

13.810

1310.2

30.4

Grafik Kerapatan Jenis Tumbuhan

Dari data diatas memperlihatkan kerapatan setiap vegetasi yang berbeda-

beda. Terlihat dari data yang dihitung bahwa kerapatan vegetasi tertinggi adalah

pada Rumput runcing dengan nilai kerapatan sebesar 0,3 ind/cm2, kemudian

diikuti rumput kerokot dan rumput gajah dengan kerapatan masing-masing

Page 11: Frekuensi Jenis Tumbuhan, Kerapatan Fix

sebesar 0,14 ind/cm2 dan 0,13 ind/cm2. Sedangkan untuk nilai kerapatan terendah

diperoleh nilai sebesar 0,06 ind/cm2 dan 0,09 ind/cm2 pada jenis tubuhan rumput

teki dan putri malu.

Spesies tumbuhan dengan kerapatan yang tinggi dapat dianggap sebagai

jenis yang rapat serta tersebar luas pada hampir seluruh lokasi pengamatan.

Kerapatan suatu spesies pada kuadrat plot menunjukkan jumlah individu spesies

dengan satuan luas tertentu, maka dapat diperoleh gambaran nilai mengenai

jumlah spesies tersebut pada lokasi pengamatan. Kedua nilai ini penting artinya

dalam analisis vegetasi karena saling terkait satu dengan yang lainnya.

Kerapatan spesies tumbuhan menunjukkan bahwa komposisi dan struktur

tumbuhan yang nilainya bervariasi pada setiap jenis karena adanya perbedaan

karakter masing-masing spesies. Menurut Arrijani (2006), nilai kerapatan belum

dapat memberikan gambaran tentang bagaimana distribusi dan pola

penyebarannya. Gambaran mengenai distribusi individu pada suatu jenis tertentu

dapat dilihat dari nilai frekwensinya sedangkan pola penyebaran dapat ditentukan

dengan membandingkan nilai tengah spesies tertentu dengan varians populasi

secara.

Pada pengamatan kerimbunan digunakan metode line intecep (transept),

setiap kuadran dibuat lima line, masing-masing line kemudian dilakukan

perhitungan kerimbunan. Harga kerimbunan dalam metode ini merupakan jumlah

pajang dari jenis tumbuhan yang melintasi line diprosentasikan terhadap panjang

garis yang dibuat melintasi suatu vegetasi. Berikut ini hasil pengamatan

kerimbunan jenis tumbuhan pada daerah pengamatan.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Panjang Jumlah Individu Spesies Tumbuhan

TPC

Jenis

tumbuhan

yang

ditemukan

Panjang jumlah individu tiap

line (cm)Jumlah

Total

panjang

individu

(cm)

1 2 3 4 5

Kuadrat 1 Rumput gajah 10,8 8 5 - - 23,8

Page 12: Frekuensi Jenis Tumbuhan, Kerapatan Fix

Aantingan 1 1,2 2 - - 3,2

Rumput

krokot- 22 - - - 22

Kuadrat 2 Tidak terdapat panjang jenis tumbuhan pada setiap line

Kuadrat 3

Rumput gajah - 15 5,3 4,3 5 29,6

Aantingan - - 2,3 - - 2,3

Rumput

krokot0,3 0,2 0,2 - - 0,7

Kuadrat 4Rumput gajah 21,6 7,1 2,2 1,5 17 49,4

Aantingan - 10 4 - - 14

Kuadrat 5Rumput gajah - 1,2 - - - 1,2

Aantingan - - 4,4 - - 4,4

Tabel 3. Hasil pengamatan kerapatan spesies tumbuhan di areal terbuka Al-

jawami

Nama spesies

PanjangJumlah individu tiap

kuadrat (cm)Total (cm)

Kerimbunan (%)

Kelas Kerimbun

an1 2 3 4 5

Rumput gajah

23,8 - 29,6 49,4 1,2 104104500

x 100 %

= 20,82

Aantingan 3,2 - 2,3 14 4,4 23,923,9500

x 100 %

= 4,781

Rumput Krokot

22 - 0,7 - - 22,722,7500

x 100 %

= 4,541

Page 13: Frekuensi Jenis Tumbuhan, Kerapatan Fix

Berdasarkan data diatas kerimbuanan yang paling tinggi adalah rumput

gajah dengan kelas kerapatan 2. Sedangkan untuk jenis tumbuhan aantingan dan

rumput kerokot mempunyai kelas kerimbunan sebesar 1. Jenis tumbuhan rumput

tersebut dapat dikatagorikan masih jarang. Kerimbunan ditentukan berdasarkan

penutupan oleh populasi jenis tumbuhan. Apabila dalam menentukan kerapatan

dijabarkan dalam bentuk kelas kerapatan, maka untuk perimbunannyapun lebih

baik digunakan kelas keribunan. Kerimbunan berdasarkan pada panjang garis

yang tertutup oleh individu tumbuhan atau bila dinyatakan dalam % dapat

dilakukan berdasarkan perbandingan panjang penutupan garis yang melewati

individu tumbuhan terhadap panjang garis yang dibuat.

Identifikasi Tumbahan

Rumput teki (Cyperus rotundus L.)

Bunga berwarna hijau kecoklatan, terletak di ujung tangkai dengan tiga

tunas kepala benang sari berwarna kuning jernih, membentuk bunga-bunga

berbulir, mengelompok menjadi satu berupa payung. Buah berbentuk kerucut

besar pada pangkalnya, kadang-kadang melekuk berwarna coklat. Bijinya

berbentuk kecil bulat, dan memiliki sayap seperti bulu yang digunakan untuk

proses penyerbukan. Pada rimpangnya yang sudah tua terdapat banyak tunas yang

menjadi umbi berwarna coklat atau hitam. Rasanya sepat kepahit-pahitan dan

baunya wangi. Umbi-umbi ini biasanya mengumpul berupa rumpun. Batang

rumput teki ini memiliki ketinggian mencapai 10 sampai 75 cm. Daun berbentuk

pita, berwarna mengkilat dan terdiri dari 4-10 helai, terdapat pada pangkal batang

membentuk rozel akar, dengan pelepah daun tertutup tanah (Dalimartha, 2008).

Berdasarkan klasifikasi tumbuhan menurut Van steenis, 1997, kacang

tanah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Cyperales

Famili : Cyperaceae

Page 14: Frekuensi Jenis Tumbuhan, Kerapatan Fix

Genus : Cyperus

Spesies : Cyperus rotundus L.

Puti Malu (Mimosa pudica)

Daun berupa majemuk menyirip berganda dua yang sempurna. Jumlah

anak daun setiap sirip 5 - 26 pasang. Helaian anak daun berbentuk memanjang

sampai lanset, ujung runcing, pangkal membundar, tepi rata, permukaan atas dan

bawah licin, panjang 6 – 16 mm, lebar 1 - 3 mm, bewarna hijau, umumnya tepi

daun berwarna ungu. Jika daun tersentuh akan melipatkan diri, menyirip rangkap.

Sirip terkumpul rapat dengan panjang 4 - 5.5 cm. Batang bulat, berambut dan

berduri temple. Batang dengan rambut sikat yang mengarah miring ke bawah

(Saiful, 2009).

Klasifikasi ilmiah tanaman putri malu menurut Linnaeus, 1758 adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)

Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Family : Fabaceae

Genus : Mimosa

Spesies : Mimosa pudica

Gambar 7. Rumput Teki

Sumber: dokumen pribadi

Page 15: Frekuensi Jenis Tumbuhan, Kerapatan Fix

Babadotan (Ageratum conyzoides L.)

Babadotan dapat tumbuh di ladang tandus, padang rumput, pinggiran

jalan, dan kebun. Merupakan tumbuhan terna semusim, tumbuh tegak atau bagian

bawahnya berbaring. Batang bulat, berambut panjang, dan akan mengeluarkan

akar saat menyentuh tanah. Daun berbentuk daun bulat telur dengan pangkal

membulat, bertangkai, ujung runcing, tepi bergerigi, panjang 1-10 mm. lebar 0,5-6

cm, dan tumbuh berhadapan atau bersilang. Kedua permukaan daun berambut

panjang, memiliki kelenjar yang terletak di permukaan bawah daun dan berwarna

hijau. Bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata, keluar dari

ujung tangkai. Warna putih dan ungu, panjang bonggol bunga antara 6-8 mm, dan

tangkai berambut. Buah berwarna hitam dan berambut kecil (Utami, 2008).

Adapun klasifikasi dari tanaman bandotan (Ageratum conyzoides L.)

menurut Van steenis tahun 1997 :

Kingdom : Plantea

Divisi : Spermatophyta

Classis : Dicotyledonae

Ordo : Campanulaceae (Asterales)

Familia : Compositae

Genus : Ageratum

Species : Ageratum conyzoides L.

Gambar 9. Putri Malu

Sumber: Dokumen Pribadi, 2012

Page 16: Frekuensi Jenis Tumbuhan, Kerapatan Fix

Rumput Krokot (Portulaca oleracea)

Tanaman krokot merupakan terna banyak mengandung air, tumbuh tegak

atau sebagian/seluruh bagian tanaman merayap di permukaan tanah tanpa keluar

akar dari bagian tanaman yang merayap tersebut. Batangnya bulat dan warnanya

cokelat keunguan, panjangnya dapat mencapai 50 cm. Tanaman ini berdaun

tunggal, berdaging tebal, permukaannya datar, tata letaknya duduk tersebar atau

berhadapan, mempunyai tangkai pendek. Bentuk daunnya bulat telur sungsang,

ujung bulat melekuk ke dalam, pangkalnya membaji, tepi rata, panjang daun

antara 1 - 4 cm, lebarnya 5 - 14 mm, ketiak daun tidak berambut. Warna

permukaan atas daun hijau tua, sedangkan permukaan bawahnya berwarna merah

tua. Bunga terletak di ujung percabangan, berkelompok terdiri dari 2 - 6 kuntum

bunga, daun mahkotanya berjumlah lima, kecil-kecil mempunyai warna kuning,

mulai mekar di waktu pagi hari antara pukul 08.00 - 11.00, dan bunga mulai layu

menjelang sore hari. Buahnya tergolong buah kotak, mempunyai biji yang

berjumlah berjumlah banyak warnanya hitam cokelat mengkilap, cara

perbanyakannya melalui biji (Maskromo, 2007).

Jumlah populasi rumput krokot hampir banyak dijumpai disekitaran area,

tekstur tanah yang gembur mampu seperti daerah survey sangat disukai oleh

pertumbuhan rumput krokot. Rumput krokot tidak perlu pemberian air yang

terlalu banyak dikarenakan tumbuhan rumput krokot memiliki cadangan air pada

Gambar 3. BabadotanSumber: Dokumen Pribadi, 2012

Page 17: Frekuensi Jenis Tumbuhan, Kerapatan Fix

batang dan daun. Vegetasi rumput teki diduga sebagai makanan untuk serangga

seperti jangkrik.

Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.)

Tumbuhan liar ini asli dari India dan Australia dan sekarang tersebar di

daerah tropis. Patikan kebo merupakan gulma dan terdapat di tempat terbuka di

sekitar pantai, padang rumput, pinggiran jalan, atau kebun. Ditemukan sampai

ketinggian 1.400 mdpl (Dalimartha, 2008).

Terna tegak atau sedikit berbaring dengan tinggi bisa mencapai 50 cm.

batang lunak, beruas. Berambut dengan percabangan yang keluar dari dekat

pangkalnya, warna merah kecoklatan, dan mengeluarkan getah putih jika

dipatahkan. Daun tunggal bertangkai pendek, dan letak berhadapan. Helaian daun

berbentuk jorong, ujung tumpul, pangkal runcing, tepi bergerigi, berambut jarang,

warna hijau, kadang terdapat bercak berwarna ungu, permukaan daun lebih pucat,

panjang 5-50 mm, dan lebar 25 mm. Bunga majemuk berbentuk bola keluar dari

ketiak daun, berwarna hijau pucat atau merah kecoklatan, biji sangat kecil

berwarna cokelat dan berambut (Dalimartha, 2008).

Klasifikasi ilmiah tanaman putri malu menurut Linnaeus, 1847 adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida (dikotil)

Ordo : Magnoliophyta

Gambar 4. Rumput Krokot

Sumber: Dokumen Pribadi, 2012

Page 18: Frekuensi Jenis Tumbuhan, Kerapatan Fix

Familia : Euphorbiaceae

Genus : Euphorbia

Spesies : Euphorbia hirta

Rumput Gajah (Pennisctum purpureum)

Rumput Gajah (Pennisctum purpureum) atau disebut juga rumput napier,

merupakan salah satu jenis hijauan pakan ternak yang berkualitas dan disukai

ternak. Rumput gajah dapat hidup diberbagai tempat (0- 3000 dpl), tahan

lindungan, respon terhadap pemupukan, serta menghendaki tingkat kesuburan

tanah yang tinggi.  Rumput gajah tumbuh merumpun dengan perakaran serabut

yang kompak, dan terus menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur. 

Pada lahan tumpang sari, rumput gajah dapat ditanam pada guludan-guludan

sebagai pencegah longsor akibat erosi. Morfologi rumput gajah yang rimbun,

dapat mencapai tinggi lebih dari 2 meter.

Klasifikasi rumput gajah menurut Linnaeus (1758), sebagai berikut,

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Pennisetum

Spesies : Pennisetum purpureum Schumacher

KESIMPULAN

Gambar 6. Patikan Kebo

Sumber: dokumen pribadi

Page 19: Frekuensi Jenis Tumbuhan, Kerapatan Fix

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap frekuensi, kerapatan

dan kerimbunan jenis tumbuhan di areal terbuka lapangan Al-Jawami dengan luas

daerah vegetasi survey 500 m2. Perolehan katagori kelas frekuensi, kerapatan dan

kerimbunan jenis tumbuhan tersebut didasarkan dari Blaun Blanquet. Daerah yang

menjadi objek pengamatan adalah ekosistem padang rumput sehingga metode

yang digunakan yaitu metode line intercept. Frekuensi jenis tumbuhan tertinggi

adalah rumput putri malu, rumput jarum, sp.1, rumput teki, rumput, rumput gajah,

krokot dan aantingan. Kerapatan jenis tumbuhan yang paling tinggi adalah rumput

jarum dengan besar kerapatan 30,4 ind/cm2. Dan untuk kerimbunan jenis

tumbuhan sampel yang digunakan adalah rumput gajah, aantingan dan rumput

krokot dengan masing-masing nilai kerimbunan sebesar 20,8 %, 4,78% dan

4,54%.

DAFTAR PUSTAKA

Arrijani. 2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung

Gede-Pangrango. Cianjur, Jawa Barat.

Dalimartha, dr. Setiawan. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Jilid 5. . Jakarta : Trubus

Agriwidya

Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9.

Oxford: Blackwell Scientific Publications

Maskromo, Ismail, Nuraini Mashud, dan Hengky Novarianto, Balittka. 2007.

Krokot (Portulaca oleracea) gulma berkhasiat obat mengandung omega

3. Warta Penelitian Dan Pengembangan. Bogor: Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perkebunan. Vol. 13. No. 1. ISSN 0853 – 8204.

Rahardjanto, Abdul Kadir. 2001. Buku Petunjuk Pratikum Ekologi Tumbuhan.

UMM Press. Malang

Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi

Tumbuhan. Malang: JICA.

Rohman, Fatchur. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA.

Syaiful Haq, Arif. 2009. Pengaruh ekstrak herba putri malu (Mimosa pudica

Linn.) terhadap efek sedasi pada mencit Balb/C. Laporan penelitian.

Fakultas Kedokteran UNDIP Semarang.

Utami, Prapti. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Page 20: Frekuensi Jenis Tumbuhan, Kerapatan Fix