frasa, klausa dan kalimat

10

Click here to load reader

Upload: hariyatunnisa-ahmad

Post on 19-Jul-2015

104 views

Category:

Education


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Frasa, Klausa dan Kalimat

MACAM-MACAM FRASA dan CONTOHNYA

1. Berdasarkan jenis/kelas kata

a. Frasa nominal, yaitu frasa yang unsur pembentukannya berinti kata benda. Dapat

berfungsi menggantikan kata benda.

Contoh : buku tulis, lemari besi, ibu bapak

b. Frasa verbal, yaitu frasa yang unsur pembentukannya berinti kata kerja. Dapat

berfungsi menggantikan kedudukan kata kerja dalam kalimat.

Contoh : sedang belajar, akan datang, belum muncul

c. Frasa ajektiva, yaitu frasa yang unsur pembentukannya berinti kata sifat.

Contoh : cukup pintar, hitam manis, agak jauh

d. Frasa preposisional, yaitu frasa yang unsur pembentukannya menggunakan kata

depan. Contoh : di rumah, dari Bandung, ke pantai

2. Berdasarkan unsur pembentuknya

a. Frasa endosentris, yaitu frasa yang unsur-unsurnya berfungsi diterangkan (D) dan

menerangkan (M) atau menerangkan (M) dan diterangkan (D).

Contoh : anak ayam (DM), dua orang (MD)

Macam-macam frasa endosentris :

1) Frasa atributif, yaitu frasa yang unsur pembentukannya menggunakan pola

DM atau MD.

Contoh : ibu kandung (DM), seorang anak (MD)

2) Frasa apositif, yaitu frasa yang salah satu unsurnya (pola menerangkan) dapat

menggantikan kedudukan unsur intinya (pola diterangkan).

Contoh : Farah si penari ular sangat cantik

D M

3) Frasa eksosentris, yaitu frasa yang salah satu unsur pembentuknya

menggunakan kata tugas. Contoh : dari Bandung, kepada teman

4) Frasa koordinatif, yaitu frasa yang unsur-unsur pembentuknya menduduki

fungsi inti (setara).

Contoh : warta berita, sunyi sepi

3. Berdasarkan satuan makna yang dikandung/memiliki unsur-unsur pembentuk

a. Frasa biasa, yaitu frasa yang hasil pembentukannya memiliki makna sebenarnya

(denotasi).

Page 2: Frasa, Klausa dan Kalimat

Contoh : ayah membeli kambing hitam

b. Frasa idiomatik, yaitu frasa yang hasil pembentukannya menimbulkan/memiliki

makna baru atau makna yang bukan sebenarnya (makna konotasi).

Contoh : Pak Aldin banting tulang demi memenuhi kebutuhan keluarganya

c. Frasa ambigu, yaitu kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau

mengaburkan maksud kalimat.

Contoh : Perusahaan pakaian itu milik perancang busana wanita terkenal

Frasa perancang busana wanita menimbulkan pengertian ganda :

1) Perancang busana wanita berjenis kelamin wanita

2) Perancang busana yang menciptakan model baju untuk wanita

Sumber : http://syafruddin41.blogspot.com/2013/11/jenis-jenis-frasa-dalam-bahasa-

indonesia.html

MACAM-MACAM KLAUSA dan CONTOHNYA

1. Berdasarkan kelengkapan unsur internalnya

a. Klausa Lengkap dan Klausa Tak Lengkap

Klausa lengkap ialah klausa yang memiliki unsur internal lengkap, yaitu S

dan P. Klausa lengkap ini berdasarkan struktur internalnya, dibedakan lagi

menjadi dua yaitu klausa susun biasa dan klausa lengkap susun balik.

Klausa lengkap susun biasa ialah klausa lengkap yang S-nya terletak di

depan P. Adapun klausa lengkap susun balik atau klausa lengkap inversi ialah

klausa lengkap yang S-nya berada di belakang P, misalnya :

(1) Tulisan Hendi sangat berbobot.

Klausa (1) disebut klausa lengkap susun biasa karena S-nya yaitu tulisan

Hendi berada di depan P, sangat berbobot.

Klausa tak lengkap atau dalam istilah Verhaar (1999:279) klausa

buntung merupakan klausa yang unsur internalnya tidak lengkap karena di

dalamnya tidak terdapat unsur S dan hanya terdapat unsur P, baik disertai maupun

tidak disertai unsur P, Pel, dan Ket. Misalnya :

(2) terpaksa berhenti bekerja di perusahaan itu

Klausa (2) bisa berubah menjadi klausa lengkap jika di sebelah kirinya

ditambah S, misalnya ditambah frasa istri saya sehingga menjadi (3) Istri saya

terpaksa berhenti bekerja di perusahaan itu.

Page 3: Frasa, Klausa dan Kalimat

b. Klausa Negatif dan Klausa Positif

Berdasarkan ada tidaknya kata negatif pada P, klausa dapat dibagi menjadi

dua golongan, yaitu klausa negatif dan klausa positif. Klausa negatif ialah klausa

yang di dalamnya terdapat kata negatif, yang menegaskan P. Menurut Ramlan

(1987: 137), yang termasuk kata negatif, yang menegasikan P ialah tidak, tak,

tiada, bukan, dan belum. Berikut ini adalah contoh klausa negatif :

(3) Deni tidak mengurus kenaikan pangkatnya.

Klausa (3) merupakan klausa negatif karena terdapat kata tidak yang

menegaskan mengurus.

c. Klausa Verbal dan Klausa Nonverbal

Berdasarkan kategori primer kata atau frasa yang menduduki fungsi P pada

konstruksinya, klausa dibedakan atas klausa verbal dan klausa nonverbal. Klausa

verbal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan V. dilihat dari

golongan verbanya klausa verbal dibagi lagi menjadi klausa verbal intransitif dan

klausa verbal transitif. Klausa verbal transitif ialah klausa yang mengandung

verba transitif, dan klausa verbal intransitif ialah klausa yang mengandung verba

intransitif.

Contoh klausa verbal intransitif ialah sebagai berikut :

(4) Taufik Hidayat tampil tidak maksimal di Jepang.

(5) Pengidap AIDS bertambah.

Klausa verbal transitif, dilihat dari wujud ketransitifan P-nya dapat

dibedakan menjadi (1) klausa aktif, (2) klausa pasif, (3) klausa reflektif, dan (4)

klausa resiprokal (Ramlan, 1987: 145-149). Klausa aktif ialah klausa yang P-nya

berupa verba transitif aktif. Klausa pasif ialah klausa yang P-nya berupa verba

transitif pasif. Klausa reflektif ialah klausa yang P-nya berupa verba transitif

reflektif, yaitu verba yang menyatakan “perbuatan’ yang mengenai ‘pelaku’

perbuatan itu sendiri. Pada umumnya verba itu berprefiks meng- yang diikuti

kata diri. Adapun klausa resiprokal adalah klausa yang P-nya berupa verba

transitif resiprokal, yaitu verba yang menyatakan kesalingan.

Klausa nonverbal ialah klausa yang berpredikat selain verba. Klausa

nonverbal masih bisa dibedakan lagi menjadi (1) klausa nominal, (2) klausa

adjektival, (3) klausa preposisional, (4) klausa numeral, dan (5) klausa adverbial.

Contoh:

(6) Yang kita bela kebenaran

Page 4: Frasa, Klausa dan Kalimat

(7) Budi pekertinya mulia

(8) Aku bagai nelayan yang kehilangan arah

(9) Yang dikorupsi 300 juta rupiah

(10) Kedatangannya kemarin sore

d. Klausa Mandiri dan Klausa Tergabung

Klausa mandiri atau klausa bebas merupakan klausa yan kehadirannya

dapat berdiri sendiri. Klausa mandiri berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal.

Misalnya:

Merokok dapat menyebabkan kanker

Nirina sedang belajar

Klausa tergabung atau klausa terikat adalah klausa yang kehadirannya

untuk menjadi sebuah kalimat plural tergabung dengan klausa lainnya. Dalam

kalimat plural, klausa tergabung dapat berupa klausa koordinatif, atau klausa

subordinatif. Contoh:

(1) Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan

gangguan kehamilan dan janin.

(2a) Nirina sedang belajar ketika terjadi gempa itu.

(2b) Karena baru pulang sesudah tugasnya selesai, Sri tidak dapat

menghadiri rapat.

Jika dicermati, konstruksi (1) berbeda dengan konstruksi (2). Dalam

konstruksi (1) terdapat klausa-klausa tergabung secara koordinatif, sedangkan

dalam konstruksi (2) terdapat klausa-klausa tergabung secara subordinatif.

Klausa Koordinatif

Klausa koordinatif dapat dijumpai dalam kalimat plural atau majemuk setara.

Dalam kalimat plural atau majemuk setara, semua klausanya berupa klausa

koordinatif. Klausa tersebut dinamakan klausa koordinatif karena secara gramatik

dihubungka secara koordinatif oleh penghubung-penghubung koordinatif dan,

atau, tetapi, lagi pula, lalu, namun, sebaliknya, malahan, dan lain-lain.

Klausa koordinatif terdiri atas (1) koordinasi netral, (2) koordinasi kontrastif, (3)

koordinasi alternatif, (4) koordinasi konsekutif, yang berturut-turut dapat dilihat

dalam contoh-contoh kalimat berikut.

(1) Saya menulis artikel itu, menyunting, dan mengirimkannya ke media massa

(2) Mencari ilmu itu sulit, tetapi mengamalkannyajauh lebih sulit

Page 5: Frasa, Klausa dan Kalimat

(3) Saudara mau bekerja atau melanjutkan studi ke jenjang S-2?

(3) Harga sepeda motor itu relative mahal, jadi perlu diangsur.

Klausa Subordinatif

Klausa subordinatif dapat dijumpai dalam kalimat plural bertingkat. Jadi, dalam

kalimat plural bertingkat selain terdapat klausa atasan yang biasa dikenal

dengan klausa induk, Klausa inti, atau klausa matriks terdapat pula klausa

bawahan atau klausa sematan atau klausa subordinatif. Klausa bawahan dapat

dibedakan lagi menjadi klausa berbatasan dan klausa terkandung.

Klausa berbatasan, merupakan klausa bawahan yang tidak wajib hadir dalam

kalimat plural. Klausa berbatasan dapat dibedakan menjadi enam tipe yaitu

klausa-klausa berbatasan:

(1) final, contoh

Irfan rajin mengaji agar tidak menyesal dalam kehidupan setelah mati.

(2) kausal, contoh

Rombongan Suciwati merasa kecewa karena tidak diperkenankan menjenguk

Presiden Soeharto

(3) kondisional, contoh

Jika diundang, ia mau datang.

(4) konsekutif, contoh

Pendapatannya kecil, sehingga sampai sekarang belum mampu membeli

mobil.

(5) konsesif, contoh

Orang itu tetap rendah hati meskipun telah menyandang banyak prestasi.

(6) temporal, contoh

Rui Costa, playmaker asal Portugal datang ke La Viola setelah tiga musim

memperkuat Benfica.

Dalam contoh-contoh tersebut, klausa yang dimulai dengan konjungsi

subordinatif seperti agar, karena, jika, sehingga, meskipun, dan setelah-lah yang

berturut-turut dinamakan sebagai klausa berbatasan.

Klausa terkandung, merupakan klausa bawahan yang kehadirannya bersifat

wajib. Berdasarkan fungsinya dalam kalimat plural bertingkat, klausa terkandung dapat

dikelompokkan menjadi klausa pewatas atau klausa modifikasi dan klausa

pemerlengkap.

Page 6: Frasa, Klausa dan Kalimat

a. Klausa pewatas

Klausa pewatas atau klausa pewatasan ialah klausa subordinatif yang kehadirannya

berfungsi mewatasi atau mempertegas makna kata atau frasa yang diikutinya. Contohnya

ialah beberapa klausa dari sejumlah klausa dalam kalimat plural berikut:

Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar

dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan

yang besar.

Rombongan Suciwati tidak diperkenankan menjenguk mantan presiden Soeharto yang

sedang berbaring di Rumah Sakit Pusat Pertamina Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

b. Klausa Pemerlengkap

Klausa pemerlengkap atau klausa pemerlengkapan merupakan klausa yang berfungsi

melengkapi (atau menerangkan spesifikasi hubungan yang terkandung dalam) verba

matriks. Klausa pemerlengkap dibedakan lagi menjadi: (1) klausa pemerlengkap

preposisional, (2) klausa pemerlengkap eventif, (3) klausa pemerlengkap perbuatan.

Klausa pemerlengkap dikatakan bersifat preposisional karena klausa tersebut biasanya

berpenanda kata bahwa yang menyatakan suatu proposisi. Contoh:

Dokter berkata, “ASI sangat baik untuk anak.”

Dokter berkata bahwa ASI sangat baik untuk anak.

Berita bahwa mahasiswa Unnes juara I dalam LKTIM bidang sosial, tingkat

wilayah B, pada tanggal 22-23 Mei 2006 menjadi sorotan media kampus.

Klausa eventif meliputi klausa yang menyatakan peristiwa dan klausa yang menyatakan

proses. Misalnya ialah klausa yang dimulai dengan kata peristiwa dan proses pada kalimat-

kalimat berikut :

Peristiwa Joko mengundurkan diri (Peristiwa pengunduran diri Joko) dari

pekerjannya sudah terduga sebelumnya.

Proses orang menyusun sebuah artikel (Proses penyusunan sebuah artikel) hanya

diketahui oleh para penulis.

Adapun klausa perbuatan dapat dibedakan lagi menjadi klausa perbuatan yang

dilakukan, klausa perbuatan yang tidak dilakukan, dan klausa perbuatan yang mungkin

dilakukan.

Klausa perbuatan yang dilakukan dapat ditandai oleh verba melihat, menyaksikan,

mengetahui, berhasil, berhenti, dan mulai. Misalnya:

Saya melihat (perbuatan) Zahra mendorong Ela

Page 7: Frasa, Klausa dan Kalimat

Klausa perbuatan yang tidak dilakukan dapat ditandai oleh verba mencegah, menolak,

gagal, dan lupa. Misalnya:

Ayah mencegah kami membawa uang saku ke sekolah

Adapun klausa perbuatan yang mungkin dilakukan dapat ditandai oleh verba

bermaksud, berniat, bertekad, merencanakan, menganjurkan, dan menyarankan. Misalnya:

Farah bermaksud memohon izin untuk tidak datang ke kampus

Sumber : Baehaqie, Imam. 2008. Sintaksis Teori dan Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Verhaar. 2006. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press

MACAM-MACAM KALIMAT dan CONTOHNYA

1. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti

pembentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu

atau lebih unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur

tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru. Contohnya :

Kalimat Tunggal Susunan Pola Kalimat

Nina bernyanyi S-P

Adik minum susu S-P-O

Ibu menyimpan uang di dalam laci S-P-O-K

2. Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat

atau lebih. Kalimat majemuk dapat terjadi dari :

a. Sebuah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa

sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di samping

pola yang sudah ada.

Misalnya: Anak itu membaca puisi (kalimat tunggal)

Anak yang menyapu di perpustakaan itu sedang membaca puisi.

(subjek pada kalimat pertama diperluas)

b. Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru

mengandung dua atau lebih pola kalimat.

Misalnya: Susi menulis surat (kalimat tunggal I)

Bapak membaca koran (kalimat tunggal II)

Page 8: Frasa, Klausa dan Kalimat

Susi menulis surat dan Bapak membaca koran.

Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas

kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk

campuran.

1) Kalimat majemuk setara

Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antara

pola-pola kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri atas:

a. Kalimat majemuk setara menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-

kata tugas : dan, serta, lagipula, dan sebagainya.

Misalnya: Sisca anak yang baik lagi pula sangat pandai.

b. Kalimat majemuk setara memilih. Biasanya memakai kata tugas: atau,

baik, maupun.

Misalnya: Bapak minum teh atau Bapak makan nasi.

c. Kalimat majemuk setara perlawanan. Biasanya memakai kata tugas:

tetapi, melainkan.

Misalnya: Dia sangat rajin, tetapi adiknya sangat pemalas.

2) Kalimat majemuk bertingkat

Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian

kalimat yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut

anak kalimat. Sedangkan kalimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat.

Ditinjau dari unsur kalimat yang mengalami perluasan dikenal adanya:

a. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti subjek.

Misalnya: Diakuinya hal itu

P S

Diakuinya bahwa ia yang memukul anak itu.

anak kalimat pengganti subjek

b. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat.

Misalnya: Katanya begitu

Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas itu.

anak kalimat pengganti predikat

c. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek.

Misalnya: Mereka sudah mengetahui hal itu.

S P O

Page 9: Frasa, Klausa dan Kalimat

Mereka sudah mengetahui bahwa saya yang mengambilnya.

anak kalimat pengganti objek

d. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti

keterangan.

Misalnya: Ayah pulang malam hari

S P K

Ayah pulang ketika kami makan malam

anak kalimat pengganti keterangan

3) Kalimat majemuk campuran

Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk hasil perluasan

atau hasil gabungan beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya

terdiri atas tiga pola kalimat.

Misalnya: Ketika ia duduk minum-minum (pola atasan), datang seorang

pemuda berpakaian bagus (pola bawahan I), dan menggunakan

kendaraan roda empat (pola bawahan II).

3. Kalimat Inti, Luas dan Transformasi

a. Kalimat inti

Kalimat inti adalah kalimat mayor yang hanya terdiri atas dua kata dan

sekaligus menjadi inti kalimat.

Ciri-ciri kalimat inti:

1) Hanya terdiri atas dua kata

2) Kedua kata itu sekaligus menjadi inti kalimat

3) Tata urutannya adalah subjek mendahului predikat

4) Intonasinya adalah intonasi ”berita yang netral”.

Artinya : tidak boleh menyebabkan perubahan atau pergeseran makna

laksikalnya..

b. Kalimat luas

Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas dengan kata-kata

baru sehingga tidak hanya terdiri dari dua kata, tetapi lebih.

c. Kalimat transformasi

Kalimat transformasi merupakan kalimat inti yang sudah mengalami

perubahan atas keempat syarat di atas yang berarti mencakup juga kalimat luas.

Namun, kalimat transformasi belum tentu kalimat luas.

Contoh kalimat Inti, Luas, dan Transformasi

Page 10: Frasa, Klausa dan Kalimat

a. Kalimat Inti. Contoh: Adik menangis.

b. Kalimat Luas. Contoh: Radha, Arief, Shinta, Mamas, dan Mila sedang

belajar dengan serius, sewaktu pelajaran matematika.

c. Kalimat transformasi. Contoh: Adik menangis tersedu-sedu kemarin pagi

4. Kalimat Mayor dan Minor

a. Kalimat mayor

Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua

unsur inti.

Contoh : Amir mengambil buku itu.

Ibu segera pergi ke rumah sakit menengok paman, tetapi ayah

menunggu kami di rumah Rati karena kami masih berada di sekolah.

b. Kalimat Minor

Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur inti atau

unsur pusat.

Contoh : Diam!

Sudah siap?

5. Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat berisikan gagasan pembicara atau penulis secara

singkat, jelas, dan tepat.

Contoh : Amara pergi ke sekolah, lantas kerumah temannya untuk belajar

6. Kalimat Tidak Efektif

Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-

sifat yang terdapat pada kalimat efektif.

Contoh : Amara pergi ke sekolah, lantas amara pergi ke rumah temannya untuk belajar