fraktur cruris

6
FRAKTUR CRURIS A. PENGERTIAN Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Bruner & sudarth, 2002). Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya (Brunner & Suddart). Fraktur ada beberapa jenis : Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran (bergeser pada posisi normal) Fraktur tidak komplit : patah hanya terjadi pada sebagian garis tengah tulang Fraktur tetutup (frakur simple) : tidak terjadi robekan kulit Fraktur terbuka(fraktur komplikatal kompleks) : merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membrana mukosa ampai kepatahan tulang. Fraktur terbuka digradasi menjadi : o Grade I : dengan luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya o Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif o Grade III : Yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling berat. B. ANATOMI FISIOLOGI 1. Patela ( Tempurung lutut ) Sebelah atas dan bawah dari kolumna femoralis terdapat taju yang disebut trokanter mayor dan trokanter minor. Dibagian ujung berbentuk persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan yang disebut kondilus medialis dan kondilus lateralis. Diantara kedua kondilus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang tempurung lutut ( patela ) yang disebut fosa kondilus

Upload: christmansihite

Post on 25-Nov-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

FRAKTUR CRURISA. PENGERTIANFraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya(Bruner & sudarth, 2002).Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya (Brunner & Suddart).Fraktur ada beberapa jenis : Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran (bergeser pada posisi normal) Fraktur tidak komplit : patah hanya terjadi pada sebagian garis tengah tulang Fraktur tetutup (frakur simple) : tidak terjadi robekan kulit Fraktur terbuka(fraktur komplikatal kompleks) : merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membrana mukosa ampai kepatahan tulang. Fraktur terbuka digradasi menjadi : Grade I : dengan luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif Grade III : Yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling berat.B. ANATOMI FISIOLOGI1. Patela ( Tempurung lutut )Sebelah atas dan bawah dari kolumna femoralis terdapat taju yang disebut trokanter mayor dan trokanter minor. Dibagian ujung berbentuk persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan yang disebut kondilus medialis dan kondilus lateralis. Diantara kedua kondilus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang tempurung lutut ( patela ) yang disebut fosa kondilus2. Tibia ( TI. Kering )Bentuk lebih kecil, pada bagian pangkal melekat pada os fibula, pada bagian ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut os maleolus medialis, bagian dari tibia meliputi :1) Prosesus Interkondiloid2) Fosa interkondoloid3) Maleolus medialis4) Tuberositas tibia fibula ( TI betis )5) Maleolus lateralis6) Prosesus stiloid3. Tarsalia ( pergelangan kaki ) terdiri dari :1) Talus2) Kalkaneus3) Navikular4) KunaiformiLateralisInter medialisEvelyn C . Pearce.Anatomi dan fisiolagi untuk paramedis. Jakarta : 1992C. ETIOLOGI1. Pukulan langsung2. Gaya meremuk3. Gerakan puntir mendadak4. Kontraksi otot eksterm5. Fraktur patologi keadaan penyakit menjadi lemah : misal kanker / osteoporosisE. TANDA DAN GEJALA1. Krepitasi pada daerah yang patah ( bunyi bila digerakan )2. Deformity ( perubahan bentuk )3. Nyeri4. Fungsionalisa5. Perdarahan6. Bengkak7. Fungsi rongten terlihat :1) Bentuk patah2) Posisi patahF. KOMPLIKASI1. Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok yang dapat berakibat fatal dalam beberapa jam setelah cidera2. Emboli lemak , yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih3. Sindrom kompartemen yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika tidak ditangani segera.4. Infeksi5. Tromboemboli (emboli paru) yang dapat menyebabkan kematian beberapa minggu setelah cidera6. Koagulopati intavaskuler diseminata ( KID )G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK1. Pemeriksaan ronten : menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma2. Scan tulang ,tomograf, scan CT/ MRI : memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak3. Anteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler di curigai4. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma5. Kretinin : trauma otot meningkatnya beban kratinin untuk klirens ginjal6. Pofil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah , tranfusi multiple atau cidera hati. ( Doengoes, E.Marilyn )H. PENATALAKSANAAN MEDIK1. Mobilisasi segera fraktur minimal dan penyangga fraktur yang memadai saat pemindahan dan merubah posisi merupakan upaya yang dapat mengurangi insiden emboli lemak2. Karena emboli lemak merupakan penyeban utama kematian pasien fratur dukungan pernafasan dilakukan dengan oksigen yang diberikan dengan konsentrasi tinggi.3. Obat vaksoaktif untuk mendukung fungsi kardiovaskuler diberikan untuk mencegah hipotensi, syok, dan edema paru interstisial.4. Pencatatan masukan dan haluaran yang akurat memungkinkan terapi penggantian cairan yang memadai.5. Morfin dapat diresepkan untuk mengurangi nyeri dan ansietas pasien yang di pasang ventilator.6. Untuk mengatasi rasa takut di berikan penenang.7. Respon pasien terhadap terapi di pantau ketat(Doengoes, E.Marilyn)I. PENGKAJIAN KEPERAWATANGejala fraktur tergantung pada posisi , beratnya dan jumlah pada struktur lainAktivitas / istirahatTanda : keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan,nyeri)SirkulasiTanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ ansietas) atau hipotensi (jehilangan darah) takikardia (raspon stres, hipovolemia) penurunan / tak ada nadi pada bagian dista yang cidera : pengisian kapiler lambat pucat pada bagian yang terkena pembengkakan jaringan / masa hematoma pada posisi cideraNeurosensoriGejala : Hilang gerakan / sensasi, spasme otakKebas / kesemutan (parestesis)Tanda : Deformitas lokal : angulasi abnormal , pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi berderit) spasme otot . terlihat kelemahan / kehilangan fungsi. Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri / ansietas/ trauma lain)Nyeri / kenyamananGejala : nyeri hebat tiba tiba pada saat cidera (mingkin terlikalisasi pada area jaringan kerusakan tulang : dapat berkurang pada mobilisasi ) tak ada nyeri akibat kerusakan sarafSpasme / kram otot (setelah mobilisasi)KeamananTanda : laserasi kulit , avulsi jaringan, perdarahan , perubahan warna, pembengkakan lokal(daoat meningkat secara bertahap atau tiba tiba)( Doengoes, E.Marilyn )J. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Nyeri akut b/d spasme otot , trauma fisik , gerakan fragmen ttulang, oedem2. Resiko tinggi terhadap trauma b/d fraktur3. Resiko difungsi neurovaskuler perifer b/d fraktur ,hipovolumik, penurunan/ interupsi aliran darah4. Resiko infeksi b/d trauma , cedera , prosedur infasif, traksi tulang5. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah/ emboli , lemak, perubahan membran / kapiler6. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler(Doengoes, E.Marilyn)DAFTAR PUSTAKADoengoes, E.Marilyn . 2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGCBruner dan Sudart . 2002 .Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 . Penerbit buku kedokteran Jakarta : EGCRobbins dan kumar .Buku ajar Patologi. Edisi 4 , Jakarta : EGCEvelyn C . Pearce.Anatomi dan fisiolagi untuk paramedis. Jakarta : 1992, GramediaDepkes RI 1995 ,Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta