fraktur colles

60
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka semakin banyak masalah kesehatan yang dihadapi manusia dan saat ini sudah banyak teknologi kesehatan yang berkembang untuk membantu mengatasi masalah kesehatanyang timbul sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan manusia. Masalah kesehatan yang dihadapi manusia banyak macamnya, salah satunya adalah adanya fraktur yang dapat menimbulkan banyak masalah. Fraktur adalah suatu diskontinuitas susunan atau jaringan tulang baik komplet maupun inkomplet yang disebabkan oleh trauma atau keadan patologis. Fraktur dapat terjadi disetiap bagian tubuh, salah satunya di Hip Joint. Dimana hip joint merupakan sendi yang mobile karena memiliki tiga derajat gerak sendi yaitu Fleksi- Ektensi, Abduksi-Adduksi, dan Internal/Eksternal Rotasi. Pada fraktur hip joint, kususnya pada colum femur banyak terjadi pada orang muda atau anak- anak, tetapi lebih banyak terjadi pada orang tua 1

Upload: wirawan-yo

Post on 04-Jul-2015

1.077 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: fraktur colles

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka

semakin banyak masalah kesehatan yang dihadapi manusia dan saat ini

sudah banyak teknologi kesehatan yang berkembang untuk membantu

mengatasi masalah kesehatanyang timbul sehingga dapat meningkatkan

derajat kesehatan manusia.

Masalah kesehatan yang dihadapi manusia banyak macamnya, salah

satunya adalah adanya fraktur yang dapat menimbulkan banyak masalah.

Fraktur adalah suatu diskontinuitas susunan atau jaringan tulang baik

komplet maupun inkomplet yang disebabkan oleh trauma atau keadan

patologis. Fraktur dapat terjadi disetiap bagian tubuh, salah satunya di Hip

Joint. Dimana hip joint merupakan sendi yang mobile karena memiliki tiga

derajat gerak sendi yaitu Fleksi-Ektensi, Abduksi-Adduksi, dan

Internal/Eksternal Rotasi.

Pada fraktur hip joint, kususnya pada colum femur banyak terjadi pada

orang muda atau anak-anak, tetapi lebih banyak terjadi pada orang tua

diatas 60 tahun dan yang lebih banyak diderita oleh kaum wanita dari pada

pria, karena ini berhubungan dengan faktor degeneratif dan hormonal.

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka

semakin banyak masalah kesehatan yang dihadapi manusia dan saat ini sudah

banyak teknologi kesehatan yang berkembang untuk membantu mengatasi

masalah kesehatan yang timbul sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan

manusia.

Masalah kesehatan yang dihadapi manusia banyak macamnya salah

satunya adalah adanya fraktur yang dapat menimbulkan banyak masalah.

Fraktur adalah suatu diskontinuitas susunan atau jaringan tulang baik komplit

1

Page 2: fraktur colles

atau inkomplit yang disebabkan oleh trauma atau keadaan potologis. Fraktur

dapat terjadi disetiap bagian tubuh, salah satunya di corpus radius. Dimana

radius itu sendiri bersendi dengan humerus, ulna & carpal yang masing-masing

persendiannya menghasilkan gerakan yang berbeda-beda yaitu dengan humerus

menghasilkan gerak flexi-extensi elbow, dengan ulna menghasilkan gerak

pronasi – supinasi, dengan carpal menghasilkan gerak palmar flexi-dorsal flexi

dan radial deviasi-ulnar deviasi.

Terjadinya fraktur pada radius akan menyebabkan gangguan gerak

dan fungsi pada radiocarpal joint, radio ulnar joint & humeroradial joint. Dan

salah satu penanganan pada fraktur radius ialah dengan operasi, apabila terjadi

overlapping dengan cara mereposisi sedangkan apabila tidak terjadi overlapping

maka cukup dengan diberikan gips untuk memfixasi agar tidak terjadi gerakan.

Immobilisasi ini sendiri dilakukan dengan jangka waktu yang berbeda-beda.

Pada pasien-pasien post immobilisasi ini akan banyak mengalami

gangguan gerak fungsional pada sendinya seperti kelemahan otot, limitasi gerak

dan lain-lain. Oleh karena itu pasien perlu melakukan latihan-latihan untuk

mengatasi gangguan yang timbul post immobilisasi, dan latihan tersebut

dilakukan dengan bantuan dari fisioterapi.

Oleh karena itu fisioterapi mempunyai peranan penting untuk

memelihara dan mengembalikan gerak fungsional pada pasien post

immobilisasi fraktur distal radius. Hal ini sesuai dengan definisi WCPT tahun

1999 di Yokohama, yaitu bahwa fisioterapi adalah bagian integral dari profesi

pelayanan kesehatan yang ditujukan pada individu maupun kelompok untuk

memelihara, mengembangkan dan memulihkan gerak dan fungsional tubuh

sepanjang daur kehidupan manusia dengan menggunakan modalitas fisioterapi

berupa sumber fisis (MWD, US, TENS, IR, UV, Parafin Bath dll), terapi

latihan dan manual terapi.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis mencoba

membuat laporan kasus mengenai “Asuhan Fisioterapi Pada Pasien Post

2

Page 3: fraktur colles

Immobilisasi Fraktur colles, Fraktur 1/3 Proksimal Humerus dan Dislokasi

Shoulder”

B. Identifikasi Masalah

Pada kasus post immobilisasi frakture colles,fraktur 1/3 proksimal

humerus dan dislokasi shoulder sering ditemui adanya Nyeri, Tightness pada

wrist, jari-jari & tightness pada shoulder, adanya gangguan vaskularisasi,

oedema, keterbatasan gerak-gerak dan fungsi yang berhubungan dengan

fraktur & dislokasi tsb,komplikasi sekunder (seperti miositis ossifikan, necrosis

vascular), serta terjadi gangguan ADL dan lain-lain.

Selain itu juga harus berhati-hati dalam pemberian latihan karena

jika tidak akan menimbulkan komplikasi.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan yang dapat dilakukan pada kasus

Post Immobilisasi Fraktur Colles,Fraktur 1/3 Proksimal Humerus dan

Dislokasi Shoulder, Maka Penulis membatasi masalah yang akan dibahas

dalam laporan kasus ini adalah mengenai Asuhan Fisioterapi pada penderita

Post Immobilisasi Fraktur Colles, Fraktur 1/3 Proksimal Humerus & Dislikasi

Shoulder

D. Rumusan Masalah

Dengan melihat pembatasan masalah yang ada maka penulis

merumuskan masalah antara lain : “Bagaimana pengaruh asuhan fisioterapi

pada kasus Post Immobilisasi Fraktur Colles, Fraktur 1/3Proksimal Humerus

dan Dislokasi Shoulder

3

Page 4: fraktur colles

E. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana asuhan fisioterapi pada kasus Post

Immobilisasi Fraktur Colles, Fraktur 1/3 proksimal Humerus dan

Dislokasi Shoulder

2. Tujuan Khusus

a). untuk mengetahui cara mengassessment pada pasien post

immobilissasi fraktur colles, fraktur 1/3 proksimal humerus dan

dislokasi shoulder

- untuk mengetahui diagnosa fisioterapi dan problemnya.

- untuk menentukan target yang dapat diraih oleh pasien.

- untuk mengetahui alat ukur yang tepat dalam mengevaluasi

keberhasilan terapi.

- sebagai salah satu tugas laporan praktek kerja lapangan di RS

Setia Mitra.

F. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

- dapat mempelajari proses asuhan fisioterapi pada pasien

post immobilisasi fraktur colles, fraktur 1/3 proksimal

humerus dan dislokasi shoulder

- melatih untuk membuktikan suatu teori dengan

pelaksanaan dilapangan praktek. Apakah antara teori

dengan kenyataan dilapangan sesuai atau tidak

.

4

Page 5: fraktur colles

2. Bagi Fisioterapi

Dari hasil penulisan laporan diharapkan dapat dijadikan sebagai

bahan masukan bagi fisioterapis lain dalam hal menambah

khasanah pengetahuan tentang asuhan fisioterapi pada pasien

dengan post immobilissasi fraktur colles, fraktur 1/3 proksimal

humerus dan dislokasi shoulder sehingga tercapai goal sesuai

yang diharapkan dan dapat memperkaya variasi dalam

melakukan upaya pelayanan fisioterapi serta membiasakan

menggunakan instrument pengukuran sebagai salah satu cara

untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan dari intervensi yang

dilakukan

3. Bagi Pasien

a. memperoleh metode fisioterapi yang lebih bermanfaat

b. memperoleh pelayanan fisioterapi berdasarkan ilmu dan

teknologi

c. memperoleh pelayanan fisioterapi secara efektif dan

efisien.

5

Page 6: fraktur colles

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Anatomi Terapan dan Biomekanik Shoulder,Elbow,Forearm,Wrist

dan Hand

A. Glenohumeral Joint

- Struktur sendi : Jenis ball and socked, joint. Oleh glenoid cavity :

konkaf landai menghadap ke lateral serong ke ventrocranial. Head of

humerus berbentuk konfeks.

- Arthrokinematic dan osteokinematic

Gerak fisiologis flexion – extension osteokinematic : rotasi spin

bidang sagital ROM. Flx : 1800 Ext : 600 dengan stretehed end feel

(elastic) arthrokinematic nya berupa : spin.

Abduction osteokinematic pendular rotation abduction bidang

frontal ROM 900 dan end feel elastic harder. Arthokinematic caudal

translation

Internal rotation osteokinematic rotasi putar bidang

transversal ROM 1000 dan elastic end feel.

Arthokinematic nya berupa dorsal translation.

External rotation osteokinematic rotasi putar bidang tranversal

ROM 800 dan elastic end feel. Arthokinematic ventral translation.

6

Page 7: fraktur colles

- Motion.

Scapular elevation

Primermovers (PM) : upper trapezius m. dan levator scapular m.

Scapular adducation

PM : Middle trapezius m. Dengan synergis shomboid minor dan major

ms.

Scapular depression & adduction

PM : Lower Trapezius m.

Scapular adducation & Downward Rotation

Rhomboid minor dan major

Scapular abduction upward rotation

Serratus anterior m

7

Page 8: fraktur colles

Active flexion

Anterioor Deltoid m dan Coraco brachialis m.

Passive Flexion

ROM 1800 dengan stretched end feel.

Active extension

Latissimus dorsi m, Teres major m, Posterior Deltoid m.

Passive Extension

ROM 600 dengan stretched end feel.

Active Abduction

Middle Deltoid m, Supraspinatus m. pada test resisted isometric

abduction bila nyeri patologi supraspinatus m (tendinis).

Passive Abduction

ROM 900 bila scapula difiksasi, dengan elastic harder end feel.

Active Internal Rotation

Subscrapularis m, Pectoralis major m, Latissimus dorsim, Teres

major m. pada test resisted isometric internal rotation nyeri

patologi subscapularis. (tendinis).

Passive internal rotation

ROM 900 dengan elastic end feel, bila scapula difiksasi.

Active external rotation

Infra spinatusm, Teres minor m. pada test resisted isometric

external rotation bila nyeri patologi infraspinatus m. (tendinis).

Passive External Rotation

ROM 800 (900) dengan elastic end feel, bila scapula difiksasi.

Active horizontal abduction

Posterior deltoid m.

Passive horizontal abduction

ROM 1200 dengan stretch end feel.

Active horizontal adduction

8

Page 9: fraktur colles

Pectolaris major m.

Passive horizontal adduction

ROM 300 dengan strecth end feel.

Active circumduction

Merupakan gabungan dari gerakan-gerakan diatas

9

Page 10: fraktur colles

ELBOW COMPLEX

HUMERO ULNAR JOINT

Struktur Sendi :

jenis Hinge joint atau gynglimus, dibentuk oleh trochlea humer berbentuk

konveks bersendi dengan vovea trochlearis ulnae berbentuk konkaf menghadap

serong 450 ventroproximal

Arthrokinematic Dan Osteokinematic :

Gerak fisiologis dari flexion dan extension merupakan gerak osteokinematic :

rotasi spin dalam bidang sagital dengan ROM Flx : 140 -1600 dengan soft end

feel ext : 0-50 dengan hard end feel dan gerak arthrokinematic nya berupa

traction kearah 450 dorso distal serta translation saat fiexion kearah 450

Ventroproximal dan saat extension kearah 450 dorsodistal

MLPP dan CPP :

Maximally lose pack position pada posisi flexion 700 dan antara pronaso

supinasi close pack position maximal extension.

Capsular Pattern :

Pada Hueroulnar joint dengan pola ROM : Extension > flexion (fleksi lebih

terbatas dari ekstensi)

A. 1. Humero Radial Joint

Pada Humero Radial Joint ini jenis sendinya Hinge joint atau

Gynglimus, dibentuk oleh trochlea humeri berbentuk konveks bersendi dengan

fovea trochlearis radii berbentuk konkaf menghadap ke proximal searah axis os

radii.

10

Page 11: fraktur colles

Gerak fisiologisnya dari flexi dan extensi merupakan gerak

osteokinematic bersama dengan gerak humeroulnar yaitu rotasi spin dalam

bidang sagital dengan ROM flexi : 1400 – 1600 dengan soft end feel, ext: 0 – 50

dengan hard end feel. Untuk gerak arthrokinematiknya yaitu gerak traction

selalu searah distal sesuai axis longitudinal os radii. Untuk gerak translasi saat

flexi kearah ventral dan saat extensi kearah dorsal. Secara bersamaan ternyata

pada saat akhir gerak extensi ternyata terdapat gerak abduksi atau valgus,

sebaiknya pada saat flexi terjadi adduksi. MLPP (Maximally Lose Pack

Position)-nya pada posisi flexi 700 dan antara Pronasi – Supinasi, CPP (Close

Pack Position) pada maximal extensi.

Otot-otot yang bekerja pada saat gerak flexi elbow ialah biceps

brachii, brachialis, brachioradialis sedangkan pada extensi elbow ialah triceps

brachii dan anconeus.

11

Page 12: fraktur colles

2. Proximal Radioulnar Joint

- Struktur Sendi

Jenis sendi putar, dibentuk oleh capitulum radii yang berbentuk

konveks besendi denan fovea radii berbentuk konkaf.

- Arthrokinematic dan osteokinematic :

Sendi ini murni sendi putar yaitu perputaran capitulum radii

terhadap fovea radii os ulna dimana bersama dengan Distal

Radioulnar joint dalam klinis terjadi gerakan pronasi –supinasi.

Arthrokinematicnya berupa gerak translatin saja yaitu saat pronation

terjadi translation caput radii ke dorsal dan saat spunasi terjadi

translation ke ventral

12

Page 13: fraktur colles

- Motion

Active Elbow flexion :

Primer movers (PM) : Biceps brachii m. dan brachialis m. pada

gerak isometrik bila nyeri kemungkinan patologi m. Biceps brachii.

Acitive elbow extension :

PM : Triceps brachii m. Dan anconeus m.

Pada gerak isometrik jarang nyeri, bila nyeri kemungkinan triceps

m.

Pronation :

PM : Pronator teres m. Dan pronator quadratus m.

Syn : Brachio radialis m. pada gerak isometrik bila nyeri

kemungkinan patologi pada supinator m.

Passive flexion

ROM 1400 dengan soft end feel yang timbul karena pembatasan oleh

tergencetnya jaringan lunak.

Passive Extension

ROM 00 dengan hard end feel oleh benturan olecranon terhadap

humerus.

Passive pronatio

ROM 900 dengan elastic harder end feel oleh regangan jaringan

lunak dan benturan radius terhadap ulnae.

Passive supination

ROM 900 dengan elastic end feel oleh regangan jaringan lunak.

13

Page 14: fraktur colles

3. Radiocarpal Joint

Merupakan ovoid joint dimana os radius concave menghadap

kedistal sedikit serong kepalmar 150 bersendi dengan carpus yang

berbentuk convex. Os ulnae dengan carpus tetapi melalui diskus.

- Arthrokinematic dan osteokinamatic :

Gerakan yang dijumpai adalah Palmar – dan Dorsal Flexion serta Ulnar

dan Radial Deviation. Dengan end feel elastic ulnar deviasi elastic

harder.

Karena yang bergerak carpus dengan permukaan convex maka gerak

arthrokinematic nya adalah : Traction ossa carpea selalu kearahdistal

searah axis os radii (serong 050) sedangkan translation selalu

berlawanan arah, yaitu saat palmar flexion translation ke dorsal dan saat

dorsal flexion terjadi translation ke palmar. Demikian pula saat ulnar

deviation terjadi translation ke radial dan sebaliknya sat radial dan

sebaliknya saat radial deviation translation ke ulnar.

14

Page 15: fraktur colles

MLPP Pada posisi sedikit palmar flexion (50) dan ulnar deviation (50). CPP

pada posisi dorsal flexion penuh. Capsular pattern : Extension lebih terbatas

dari pada flexio ELBOW COMPLEX

PERGELANGAN TANGAN / WRIST

Tersusun sebagai sendi komplex

Paling aktif dan mudah cidera

Terdiri dari : 18 tulang, 30 sendi, 19 otot intrinsik, 20 otot ekstrinsik

ROM luas

Fungsi ditunjang kompleks siku dan bahu

Sebagai organ komunikasi, motor, dan sensor

Posisi dan gerak simultan dan saling mempengaruhi

Sendi dikelompokan dalam :

1. Distal Interphalageal Joint

2. Proximal Interphalageal Joint

3. Metacarpophalageal Joint

4. Carpi Matacarpal Joint

5. Intercarpal Joint

6. Radio Carpal Joint

7. Distal Radio Ulnar Joint

8. Distal Raioulnar Joint

- Struktur sendi :

Jenis sendi putar, dibentuk oleh distal capitulum ulnae yang convex

dengan radius yang concave. Sendi ini pada lengan bawah diperkuat lig.

Interosseus radioulnaris.

15

Page 16: fraktur colles

- Arthrokinematic dan osteokinematic : gerak pronasi dan supinasi

dengan ROM 80 harder end feel dan 1000 elastic end feel.

Gerak arthrokinematic translasi radius terhadap ulna dengan arah sama.

MLPP pada posisi antara pronasi dan supinasi, CPP posisi pronasi

penuh. Captular pattern : pronasi sama terbatas dengan supinasi.

4. Radiocarpal Joint

Merupakan ovoid joint dimana os radius concave menghadap

kedistal sedikit serong kepalmar 150 bersendi dengan carpus yang

berbentuk convex. Os ulnae dengan carpus tetapi melalui diskus.

- Arthrokinematic dan osteokinamatic :

Gerakan yang dijumpai adalah Palmar – dan Dorsal Flexion serta Ulnar

dan Radial Deviation. Dengan end feel elastic ulnar deviasi elastic

harder.

Karena yang bergerak carpus dengan permukaan convex maka gerak

arthrokinematic nya adalah : Traction ossa carpea selalu kearahdistal

searah axis os radii (serong 050) sedangkan translation selalu

berlawanan arah, yaitu saat palmar flexion translation ke dorsal dan saat

dorsal flexion terjadi translation ke palmar. Demikian pula saat ulnar

deviation terjadi translation ke radial dan sebaliknya sat radial dan

sebaliknya saat radial deviation translation ke ulnar.

MLPP Pada posisi sedikit palmar flexion (50) dan ulnar deviation (50). CPP

pada posisi dorsal flexion penuh. Capsular pattern : Extension lebih terbatas

dari pada flexio ELBOW COMPLEX

16

Page 17: fraktur colles

INTER CARPAL JOINTS

Merupakan satuan fungsi sendi tangan

Gerak angulasi terutama pada mid carpal

Pada saat gerak dorsal dan palmar flexion sangat berperan

Gerak itnercarpal joint merupakan gerak gliding (arthrokinematika)

CARPO METACARPAL JOINT I (CMCI )

Flexi ekstensi 45 – 500 / 0 / 300 elastic end feel

Abduksi / adduksi 60 – 700 / 0 / 800 Elastic end fell

LPP : posisi tengah angara abd – add – flexi – ekstensi

CPP : Reposisi penuh

Capsular patern : Abduksi dan ekstensi sama terbatas

CMC II – V

CMC II dan III stabil gerak minimal

CMC IV dan V jenis hinge (unixial)

Gerak angular menambah arus palmaris

METACARPO PHALANGEAL JOINT

Sendi ovoid – hinge : caput metacarpal basis phalanx

Flexi / ekstensi MCP I : 500/00/00

MCP II – V : 80 – 850/00/300/350

ABD / ADD posisi ekstensi MCP I : 100/00/300

MCP II – V 20 – 30 / 0 / 20 – 30

LPP : semi flexion

CPP : Extension penuh

Capsular pattern : Flexi lebih terbatas dari ekstensi

17

Page 18: fraktur colles

PROXIMAL INTERPHALANGEAL JOINT

DISTA

Jenis hinge joint

PIP flexi / ekstensi : 120 135 /0/0

DIP flexi / ekstensi : 90/0/30

CPP : ekstension penuh

LPP : flexi 50

Capsular pattern

n

.

.

B. PATOLOGI

1. fraktur

Fraktur ialah suatu diskontinuitas susunan / jaringan tulang yang

disebabkan oleh trauma atau keadaan patologis. Klasifikasi fraktur terdiri dari 3

yaitu : fraktur tertutup (kulit utuh), fraktur terbuka atau compound fraktur (kulit

18

Page 19: fraktur colles

terbuka), fraktur patologis. Penyebab dari fraktur bisa karena trauma dan

patologis (spontoneus).

Fraktur yang terjadi dari trauma bisa karena trauma langsung, trauma

tidak langsung dan karena over kontraksi otot. Untuk memastikan adanya

fraktur atau tidak dilakukan dengan pemeriksaan foto rontgen. Adapun jenis

atau pola fraktur ada 12 yaitu : greenstick (retak), transverse, miring (oblique),

berputar (rotasi/spiral), angulasi (menyudut), double fraktur, comminuted,

kompresi (crush), impacted (mampat), involving joint, avulsion, dan fraktur dan

dislokasi.

2. fraktur 1/3 proksimal humerus

Fraktur 1/3 proksimal humerus biasanya terjadi setelah usia

pertengahan dan terbanyak ditemukan pada wanita yang menderita osteoporosis

pada masa pasca menopause. Pada sebagian besar kasus pergeseran tidak nyata

dan terapi menghadapi sedikit masalah. Tetapi pada sekitar 20%nyaterdapat

banyak pergeseran pada satu fragmen atau lebih dan terdapat resiko komplikasi

yang bermakna.

Fraktur 1/3 proksimal humerus terjadi perpatahan disebelah distal

collum chirurgicum humeri. Biasanya terjadi displacement fragmen

proksimalkearah abduksi dan lateral rotasi karena tarikan otot supra spinatus

dan fragmen distal kearah adduksi dan terletak dianterior fragmenproksimal

karena tarikan otot coracobrachialis dan pengaruh gravitasi yang membuat

fragmen distal kearah adduksi.

Mekanisme cedera

Fraktur biasanya terjadi setelah jatuh pada lengan yang terentang, jenis

cedera yang pada orang muda mungkin menyebabkan dislokasi bahu. Kadang-

kadang, sesungguhnya, terjadi fraktur dan dislokasi.

19

Page 20: fraktur colles

Klasifikasi yang paling luas siterima adalah klasifikasi Neer (1970),

yang memperhatikan empat segmen utama yang terlibat dalam cedera ini : (1)

Caput, (2) tuberositas minor, (3) Tuberositas Mayor, dan (4) batang. Klasifikasi

ini membedakan jumlah fragmen banyaknya garis fraktur, kalau fragmen tak

bergeser ini dianggap sebagai fraktur satu-batian kalau satu segmen terpisah

dari lainnya, ini disebut fraktur duabagian ; kalau dua fragmen bergeser, ini

adalah fraktur tiga bagian ; kalau semua bagian utama bergeser, ini disebut

fraktur empat bagian, penilaian didasarkan pada penampilan sinar – X.

Manfaat klasifikasi ini adalah bahwa klasifikasi ini berkorelasi dengan

hasilnya ; fraktur yang hanya sedikit begeser menyebabkan sedikit masalah :

fraktur dua bagian biasanya dapat ditangani dengan reduksi tertutup : fraktur

tiga bagian sulit direduksi dan mungkin membutuhkan fiksasi internal atau

luar ; dan mungkin membutuhkan fikasi internal atau luar dan fraktur empat

bagian, yang biasanya hasil buruk, terbaik diterapi dengan penggantian

prostetik.

Gambaran Klinik

Karena fraktur sering terimpaksi secara erat, nyerinya mungkin tidka

hebat. Tetapi, munculnya memar yang besar pada bagian atas lengan perlu

dicurigai. Tanda-tanda cedera pada saraf aksila atau pleksus brakialis harus

dicari.

Pada pasien manula sering terjadi suatu fraktur tunggal dan terimpaksi

yang melaus ke collumn chirugicum. Tetapi, dengan sinar X yang baik,

beberapa fragmen yang tak bergeser dapat terlihat.

Pada pasien muda, fragmen biasanya terpisah secara lebih jelas. Pada

remaja, terjadi fraktur pemisahan pada epifisis humerus bagian atas : batang

bergesr ke atas dan kedepan, meninggalkan kaput dalam mangkuk sendi. Foto

aksih harus selalu diambil untuk menyingkirkan dislokasi bahu.

20

Page 21: fraktur colles

Komplikasi

Dislokasi bahu Faktur-dislokasi baik anterior ataupun posterior sering terjadi.

Dislokasi biasanya bisanya dapat direduksi secara tertutup dan fraktur

kemudian diterapi dengan cara biasa. Tetapi, pada faktur tiga-bagian, mungkin

diperlukan reduksi terbuka.

Cedera pembuluh darah dan cedera saraf dapat terjadi dan harus dicari pada

pemeriksaan awal.

Kekakuan pada bahu sering terjadi dan penting, tetapi dapat diminimalkan

dengan latihan lebih awal dan terus-menerus. Berbeda dari bahu beku,

kekakuan dirasakan maksimal pada saat permulaan.

Malunion sering terjadi. Pada menyebabkan ketidakmampuan : pada remaja

muda tulang tumbuh lurus.

Faktur Colles

Cedera yang diuraikan oleh Abraham Colles pada tahun 1814 adalah fraktur

melintang pada radios tepat di atas pergelangan tangan, dengan pergeseran

dorsal fragmen distal. ini adalah fraktur yang paling sering ditemukan pada

manula, insidensinya yang tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis

pasca menopause. karena itu pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat

jatuh pada tangan yang terentang.

Mekanisme Cidera

Benturan mengena disepanjang lengan bawah dengan posisi pergelangan tangan

berekstensi. tulang mengalami farktur pada sambungan krotikokanselosa dan

fragmen distal remuk ke dalam ekstensi dan pergeseran dorsal.

Fraktur Colles sering digolongkan berdasarkan apakah prosesus stiloideus ulna

juga mengalami fraktur, apakah sendi radioolunar terlibat dan apakah sendi

21

Page 22: fraktur colles

radiokarpal terlibat (Frykman, 1967) kita memilih untuk mempelajari secara

terpisah fraktur yang melibatkan sendi radiokarpal : kelompok sisanya, yang

utama, diterapi dengan cara yang sama dan dipeljari bersama-sama

Gambaran klinik

Kita dapat mengenali fraktur ini (seperti halnya Colles jauh sebelum radiologi

diciptakan) dengan sebutan deformitas garpu makan malam, dengan penonjolan

punggung pergelangan tangan dan depresi di depan. pada pasien dengan sedikit

deformitas mungkin hanya terdapat nyeri tekan lokal dan nyeri bila pergelangan

tangan digerakan.

Sinar – X

Terdapat fraktur radius melintang pada sambungan kortikokanselosa, dan

prosesus stiloideus ulnar sering putus. Fragmen radius (1) bergeser dan miring

ke belakang, (2) bergeser dan miring ke radial, dan (3) terimpaksi. kadang-

kadang fragmen distal mengalami peremukan dan kominutif yang hebat.

Terapi

Kalau fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur dibebat

dalam slab gips yang di balutkan sekitar dorsum lengan bawah dan pergelangan

tangan dan bdibalut kuat dalam posisinya.

Fraktur yang bergeser harus direduksi di bawah anestesi. tangan dipegang

dengan erat dan traksi diterapkan di sepanjang tulang itu (kadang-kadang

dengan ekstensi pergelangan tangan untuk melepaskan fragmen)l fragmen distal

kemudian didorong ke tempatnya dengan menekan kuat-kuat pada dorsum

sambil memanipulasi pergelangan tangan ke dalam fleksi, deviasi ulnar dan

pronasi. posisi kemudian diperiksa dengan sinar-X. kalau posisi memuaskan,

dipasang slab gips dorsal, membentang dari tepat di bawah siku sampai leher

metakarpal dan dua pertiga keliling dari pergelangan tangan itu. slab ini

22

Page 23: fraktur colles

dipertahankan pada posisinya dengan pembalut kain krep. posisi fleksi dan

deviasi ulnar yang ekstrim harus dihindari ; cukup 20 derajat saja pada tiap

arah.

lengan tetap ditinggikan selama satu atau dua hari lagi. latihan bahu dan jari

segera dimulai setelah pasien sadar. kalau jari-jari membengkak, mengalami

sianosis atau nyeri, harus tidak ada keragu-raguan untuk membuka pembalut.

setelah 7-10 hari dilakukan pengambilan sinar[-X yang baru : pergeseran tulang

sering terjadi dan biasanya diterapi dengan reduksi ulang sayangnya, sekalipun

manipulasi berhasil, pergeseran ulang sering terjadi lagi.

Fraktur menyatu dalam 6 minggu dan, sekalipun tak ada bukti penyatuan secara

radiologi, slab dapat dilepas dengan aman dan diganti dengan pembalut kain

krep sementara

Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin diperhtankan dengan gips ;

untuk keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi diluar, dengan pen proksimal yan

gmentransfiksi radius dan pen distal, sebaiknya mentransfiksi dasar-dasar

metakarpal kedua dan sepertiga. suatu alat misalnya fiksator Pennig mempunyai

kelebihan dalam hal pergelangan tangan dapat digerakan lebih awal. apapun

metode fiksasi yang digunakan, hal yang paling penting adalah pasien harus

dilatih menggunakan sendi-sendi yang bebas secara teratur.

Komplikasi

DINI

Sirkulasi darah pada jari harus diperiksa pembalut yan gmenaham slab perlu

dibuka atau dilonggarkan

Cedera saraf jarang terjadi, dan yang mengherankan tekanan saraf medianus

pada saluran karpal pun jarang terjadi. kalau hal ini terjadi, ligamen karpal yan

gmelintang harus dibelah sehingga tekanan saluran dalam karpal berkurang.

23

Page 24: fraktur colles

Distrofi refleks simpatetik mungkin amat sering ditemukan, tetapi untungnya

ini jarang berkembang lengkap menjadi keadaan atrofi Sudeck.

mungkin terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi-sendi jari,

waspadalah jangan sampai melalaikan latihan tiap hari. pada sekitar 5 % kasus,

pada saat gips dilepas tangan akan kaku dan nyeri serta terdapat tanda-tanda

ketidakstabilan vasomotor. sinar-X memperlihatkan osteoporosis dan terdapat

peningkatan aktivitas pada scan tulang.

Belakangan

Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak lengkap atau kerne

pergeseran dalam gips yang terlewatkan. penampilannya buruk, kelemahan dan

hilangnya rotasi dapat bersifat menetap. pada umumnya terapi tidak diperlukan.

bila ketidak mampuan hebat dan pasiennya relatif muda. 2,5 cm bagian bawah

ulna dapat dieksisi untuk memulihkan rotasi, dan deformitas radius dikoreksi

dengan osteotomi.

penyatuan lambat dan non union pada radius tidak terjadi, tetapi prosesus

stiloideus ulnar sering hanya diikat dengan jaringan fibrosa saja dan tetap

mengalami nyeri dan nyeri tekan selama beberapa bulan.

Kekakuan pada bahu, karena kelalaian, adalah kompliasi yang seirng

ditemukan. kekakuan pergelangan tangan dapat terjadi akibat pembebatan yang

lama.

Atrofi Sudeck, kalau tidak diatas, dapat mengakibatkan kekakuan dan

pengecilan tangan dengan perubahan trofik yang berat.

Ruptur tendon (pada ekstensor polisis longus) biasanya terjadi beberapa minggu

setelah terjadi fraktur radius bagian bawah yang tampaknya sepele dan tidak

bergeser. pasien harus diperingkatkan akan kemungkinan itu dan diberitahuan

bahwa terapi operai dpat dilakukan.

24

Page 25: fraktur colles

Terapi FRAKTUR 1/3 PROKSIMAL HUMERUS

Bila tidak terjadi displasemen yang nyata, dilakukan tindakan koservatif dengan

diberikan fiksasi ; aksilar pad dengan sling/mitella atau plaster slab (untuk

plaster) dalam posisi elbow flexi 900 dan diberikan sling/mitella. plaster slab

diberikan selama lebih kurang 4-6 minggu dan dapat dilepas setelah keadaan

fraktur stabil dan kondisi penderita memungkinkan. selama dalam fiksasi, maka

tindakan terapi latihan yang memungkinkan adalah latihan-latihan isometrik

otot-otot sendi bahu. untuk latihan dinamik dan aktif secara bertahap dimulai

bila proses penyambungan tulang/xallus telah terbentuk atau union atau setelah

plaster slab dilepas seperti halnya kondisi fraktur yang lainnya, maka

pemberian modalitas terapi lainnya perlu mendapatkan pertimbangan.

Bila terjadi displasemen, maka terlebih dahulu dilakukan tindakan reposisi

(oleh Orthopaedic Surgeon) dan diberikan fiksasi yang sama seperti pada

kondisi fraktur diatas. pada kondisi ini latihan-latihan aktif sendi bahu dimulai

setelah sling/mitella dilepas atau melihat hasil evaluasi terakhir dengan jarak

gerak sendi minimal/toleransi/sesuai keadaan penderita. sedangkan bentuk

latihan isometrik otot-otot sendi bahu segera dapat diberikan. setelah fiksasi

dilapas, perlakukan sama seperti pada fraktur collum chirurgicum humeri.

Mekanisme kejadian : penderita terjatuh dalam posisi pergelangan tangan

ekstensi dan menebak lantai/tanah. pada fraktur colles tersebut terjadi

displascement fragment kearah dorsal (dinner fork deformity)

komplikasi : Suddeck atropi dna lesi nervus medianus.

Reposisi

25

Page 26: fraktur colles

Dalam posisi bersalaman dengan penderita, berikan terikan ke arah distal

sejajar dengan aksis longitudinal tulang, pada saat yang bersamaan, berikan

kounter traksi pada bagian proksimal.

Selanjutnya setelah direposisi diberikan fiksasi dengan plaser slab/gips dari

bawah siku sampai metacarpal kurang lebih 3-6 minggu dalam posisi lengan

bawah supinasi

Fisioterapi

Latihan-Latihan isometrik pada otot-otot bagian fraktur diberikan seaal

mungkin, sedangkan latihan-latihan aktif diberikan setelah lepas immobilisasi,

ermasuk latihan penguatan dan penguluran untuk meningkatkan ROM

persendian.

Fraktur distal radius ialah fraktur yang terjadi pada corpus distal

radius yang disebabkan/terjadi akibat trauma yang keras, kadang-kadang

disertai displacement fragmen kearah pronasi oleh karena tarikan otot-otot

pronator.

C. Problematika Fisioterapi pada Kasus Fraktur Distal Corpus Radius

1. Adanya nyeri gerak dan nyeri tekan pada radioulnar joint.

2. Keterbatasan gerak fungsional wrist & hand.

3. Penurunan handgrips power & atrofi jari-jari.

4. Keterbatasan ROM forearm dan wrist & hand.

5. Stiffness otot Brochioradialis.

D. Penatalaksanaan Fisioterapi Secara Umum Pada Fraktur Distal

Corpus Radius

26

Page 27: fraktur colles

Pada umumnya prinsip terapi fraktur ialah mengembalikan atau

memulihkan baik secara anatomis maupun fungsional pada bagian yang

mengalami fraktur. Prinsip tindakan fisioterapi pada kondisi fraktur ini antara

lain :

mempertahankan gerakan normal dan fungsi dari struktur jaringan

disekitar lokasi cidera/fraktur;

secepat mungkin memulihkan gerakan dan fungsi normal pada daerah

sekitar fraktur

. Terapi FRAKTUR 1/3 PROKSIMAL HUMERUS

Bila tidak terjadi displasemen yang nyata, dilakukan tindakan koservatif dengan

diberikan fiksasi ; aksilar pad dengan sling/mitella atau plaster slab (untuk

plaster) dalam posisi elbow flexi 900 dan diberikan sling/mitella. plaster slab

diberikan selama lebih kurang 4-6 minggu dan dapat dilepas setelah keadaan

fraktur stabil dan kondisi penderita memungkinkan. selama dalam fiksasi, maka

tindakan terapi latihan yang memungkinkan adalah latihan-latihan isometrik

otot-otot sendi bahu. untuk latihan dinamik dan aktif secara bertahap dimulai

bila proses penyambungan tulang/xallus telah terbentuk atau union atau setelah

plaster slab dilepas seperti halnya kondisi fraktur yang lainnya, maka

pemberian modalitas terapi lainnya perlu mendapatkan pertimbangan.

Bila terjadi displasemen, maka terlebih dahulu dilakukan tindakan reposisi

(oleh Orthopaedic Surgeon) dan diberikan fiksasi yang sama seperti pada

kondisi fraktur diatas. pada kondisi ini latihan-latihan aktif sendi bahu dimulai

setelah sling/mitella dilepas atau melihat hasil evaluasi terakhir dengan jarak

gerak sendi minimal/toleransi/sesuai keadaan penderita. sedangkan bentuk

latihan isometrik otot-otot sendi bahu segera dapat diberikan. setelah fiksasi

dilapas, perlakukan sama seperti pada fraktur collum chirurgicum humeri.

27

Page 28: fraktur colles

Penanganan pada fraktur distal corpus radius ada 2 macam yaitu

secara konservatif dan secara operatif. Pada tindakan operatif diberikan fixasi

dengan plaster dalam posisi elbow flexi 90 derajat dan lengan bawah mid

posisi, pergelangan tangan extensi selama + 4 – 6 minggu. Pada tindakan

operatif, setelah diberikan external fixasi dengan plate ditambah external fixasi

denan elastic bandage selama 2 – 3 minggu.

Terapi

Kalau fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur dibebat

dalam slab gips yang di balutkan sekitar dorsum lengan bawah dan pergelangan

tangan dan bdibalut kuat dalam posisinya.

Fraktur yang bergeser harus direduksi di bawah anestesi. tangan dipegang

dengan erat dan traksi diterapkan di sepanjang tulang itu (kadang-kadang

dengan ekstensi pergelangan tangan untuk melepaskan fragmen)l fragmen distal

kemudian didorong ke tempatnya dengan menekan kuat-kuat pada dorsum

sambil memanipulasi pergelangan tangan ke dalam fleksi, deviasi ulnar dan

pronasi. posisi kemudian diperiksa dengan sinar-X. kalau posisi memuaskan,

dipasang slab gips dorsal, membentang dari tepat di bawah siku sampai leher

metakarpal dan dua pertiga keliling dari pergelangan tangan itu. slab ini

dipertahankan pada posisinya dengan pembalut kain krep. posisi fleksi dan

deviasi ulnar yang ekstrim harus dihindari ; cukup 20 derajat saja pada tiap

arah.

lengan tetap ditinggikan selama satu atau dua hari lagi. latihan bahu dan jari

segera dimulai setelah pasien sadar. kalau jari-jari membengkak, mengalami

sianosis atau nyeri, harus tidak ada keragu-raguan untuk membuka pembalut.

setelah 7-10 hari dilakukan pengambilan sinar[-X yang baru : pergeseran tulang

sering terjadi dan biasanya diterapi dengan reduksi ulang sayangnya, sekalipun

manipulasi berhasil, pergeseran ulang sering terjadi lagi.

28

Page 29: fraktur colles

Fraktur menyatu dalam 6 minggu dan, sekalipun tak ada bukti penyatuan secara

radiologi, slab dapat dilepas dengan aman dan diganti dengan pembalut kain

krep sementara

Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin diperhtankan dengan gips ;

untuk keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi diluar, dengan pen proksimal yan

gmentransfiksi radius dan pen distal, sebaiknya mentransfiksi dasar-dasar

metakarpal kedua dan sepertiga. suatu alat misalnya fiksator Pennig mempunyai

kelebihan dalam hal pergelangan tangan dapat digerakan lebih awal. apapun

metode fiksasi yang digunakan, hal yang paling penting adalah pasien harus

dilatih menggunakan sendi-sendi yang bebas secara teratur.

Penatalaksanaan fisioterapi yang dapat diberikan post immobilisasi

fraktur distal radius antara lain :

petunjuk dan nasehat pada pasien seperti perawatan kulit, posisi yang

ideal dan comportable untuk pasien termasuk untuk anggota gerak

sehabis masa immobilisasi. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan dan

anjuran agar bebepa teknik latihan yang diberikan harus dilakukan dan

dipraktekan

mengatasi rasa nyeri dan discomfort dengan modalitas hidro terapi (ES),

US, TENS dan Heating serta beberapa teknik latihan isometrik maupun

resisted.

Beberapa teknik terapi latihan untuk reedukasi gerakan antara lain :

latihan-latihan PNF (dengan mengkombinasikan gerakan-gerakan dari

beberapa sendi dan otot).

latihan-latihan aktif (free Active) assissted active dan mobilisasi passive

pada persendian tertentu yang terbatas pergerakannya.

latihan-latihan penguatan dengan tahanan manual (PNF dan Resisted

Excercise), dengan gaya berat badan.

29

Page 30: fraktur colles

30

Page 31: fraktur colles

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Assessment

1. Anamnesa

a. Identitas Pasien

Nama : Ny. N

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 58 tahun

Alamat : Jl. Madrasah dalam No. II, Gandaria

Selatan,Cilandak-Jakarta selatan

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

Tanggal masuk Fifsioterapi RS Setia Mitra: 4 Oktober 2005

Diagnosa Medis : Fraktur colles,fraktur 1/3 proksimal

humerus & dislokasi shoulder dextra

b. Riwayat Penyakit

1) Keluhan Utama : os mengeluh nyeri & pegal pada bahu kanan

terutama saat digerakkan & tidak mampu mengancingkan bra ke

belakang, selain itu os juga mengeluh nyeri,linu & kaku pada tangan &

jari-jari kanan terutama jari ke III,serta tidak dapat menggenggam .

2) Riwayat Penyakit Sekarang : Tgl 13 juni 2005 os jatuh terpeleset di

tempat pemandian umum sewaktu berada di jepang,lalu os dibawa ke

RS,disana dilakukan foto roentgen & langsung dilakukan pemasangan

gips & arm sling. Pada Tgl 27 juli 2005 gips & arm sling dilepas dan

sempat 8x fisioterapi di jepang,kemudian terapi dilanjutkan di

Indonesia(RS. Setia Mitra) pd Tgl 1 oktober 2005.

3) Riwayat Penyakit Dahulu : tidak ada.

31

Page 32: fraktur colles

2. Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Umum

Kesadaran : composmentisTekanan darah : normal (tidak dihitung)Denyut nadi : normal (tidak dihitung)Pernafasan : normal (tidak dihitung)kooperatif

b. Inspeksi

pasien datang sendiri dengan menggunakan hand & forearm protective

sepanjang jari-jari tangan kiri sampai dengan forearm.

ada sedikit atropi pada jari-jari tangan kiri.

c. Palpasi

adanya nyeri tekan pada radiolnar joint

adanya tightness pada Brachioradialis.

d. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar Aktif

gerak palmar dan dorsal flexi terbatas, palmar flexi lebih terbatas

daripada dorsal flexi.

gerak radial dan ulnar deviasi terbatas.

gerak pronasi dan supinasi terbatas, supinasi lebih terbatas.

e. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar Passive

pada saat palmar dan dorsal flexi passive timbul nyeri, palmar flexi

lebih nyeri.

pada gerak radial dan ulnar deviasi nyeri, terutama radial deviasi.

pada gerak pronasi dan supinasi nyeri terutama saat supinasi.

f. Pemeriksaan Khusus

ROM : hasil terlampir

MMT : hasil terlampir

32

Page 33: fraktur colles

VAS : hasil terlampir

B. Problem Fisioterapi

adanya nyeri gerak dan nyeri tekan pada radioulnar joint kiri

keterbatasan gerak fungsional wrist & hand kiri, terutama radioulnar

joint kiri

penurunan handgrips power dan atropi jari-jari kiri

keterbatasan ROM forearm dan wrist & hand kiri

tightness otot Brochioradialis kiri

problem sensorik (-)

C. Diagnosa Fisioterapi

Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot dan ROM yang

berkaitan dengan fraktur distal radius.

D. Tujuan Rencana Intervensi

1. Tujuan Jangka Pendek

mengurangi nyeri

meningkatkan kekuatan otot

meningkatkan ROM

melatih fungsional jari-jari tangan.

2. Tujuan Jangka Panjang

33

Page 34: fraktur colles

Mengembalikan dan meningkatkan kemampuan dan fungsional pasien

dalam melaksanakan ADL secara mandiri (mengembalikan fungsi dari wrist &

hand).

E. Intervensi

1. 13 Agustus 2005

a. Modalitas Fisioterapi (MWD, US, IFC)

b. Limfe drainage

c. Strengthening handgrips, palmer flexi, dorsal flexi, radial deviasi, ulnar

deviasi, pronasi dan supinasi, flexi dan extensi elbow.

d. Relaksasi tightness Brachioradialis.

e. Exercise.

2. 15 Agustus 2005

a. Modalitas fisioterapi (MWD, US, IFC)

b. Strengthening handgrips, palmar flexi, dorsal flexi, radial deviasi, ulnar

deviasi, pronasi dan supinasi, flexi dan extensi elbow.

c. Relaksasi tightness Brachioradialis.

d. Manual terapi (mobilisasi, traksi-translasi, manipulasi)

e. Exercise.

3. 18 Agustus 2005

a. Modalitas Fisioterapi (MWD, US).

b. Strengthening handgrips, palmar flexi, dorsal flexi, radial deviasi, ulnar

deviasi, pronasi dan supinasi, flexi dan extensi elbow.

c. Manual terapi (mobilisasi, traksi-translasi, manipulasi)

d. Exercise

F. Evaluasi

Tanggal 13 Agustus 2005.

34

Page 35: fraktur colles

1. Penurunan nyeri gerak dan nyeri tekan pada radioulnar joint.

2. Ada peningkatan kekuatan otot pada handgrips, palmar & dorsal flexi,

radial dan ulnar deviasi, pronasi & supinasi dan flexi-extensi elbow.

3. Peningkatan ROM forearm dan wrist & hand.

4. Tightness dari otot Brachioradialis berkurang.

5. Atrofi jari-jari telah berkurang.

Tanggal 15 Agustus 2005

1. Penurunan nyeri gerak dan nyeri tekan pada radioulnar joint.

2. Tightness dari otot Brachioradialis telah hilang

3. Peningkatan ROM forearm, wrist dan hand

4. Peningkatan kekuatan otot pada handgrips, palmar dan dorsal flexi, radial

dan ulnar deviasi, pronasi dan supinasi dan flexi-extensi elbow.

5. Atrofi jari-jari telah hilang.

Tanggal 18 Agustus 2005

1. Penurunan nyeri gerak dan nyeri tekan pada radioulnar joint.

2. Peningkatan ROM forearm, wrist dan Hand.

3. Peningkatan kekuatan otot pada handgrips, palmar dan dorsal flexi, radial

dan ulnar deviasi, pronasi-supinasi, dan flexi-extensi elbow.

4. Peningkatan gerak fungsional forearm, wrist dan hand.

35

Page 36: fraktur colles

NO KUNJUNGAN

ROM FOREARM, WRIST & HAND NORMAL MMT

AKTIF PASIF

1 13-08-2005 S: 200-00-200

F(900):170-00-190

T: 50-00-200

S: 250-00-300

F(900):190-00-210

T: 70-00-250

S: 800-00-700

F(900):800-00-800

T: 200-00-300

1. Rata2 nilai 2

2 15-08-2005 - - - 2. Tidak dihitung

3 18-08-2005 S: 500-00-400

F(900):400-00-700

T: 150-00-300

S: 700-00-550

F(900):550-00-800

T: 200-00-450

- 3. Rata2 nilai 3

1. Pengukuran ROM

Ket : ROM bertambah setelah dilakukan intervensi

2. Pengukuran Nyeri (VAS)

Tidak nyeri 4,8 cm Sangat nyeri

Tidak nyeri 3,2 cm Sangat nyeri

Tidak nyeri 2,2 cm Sangat nyeri

Ket : Nyeri berkurang setelah dilakukan intervensi

G. Home Program

Latihan menggenggam bola tennis untuk meningkatkan handgrips

power nya.

Latihan gerak aktif lengan,pergelangan tangan dan tangan untuk

meningkatkan ROM.

Pasien dianjurkan untuk tetap menjalankan latihan yang telah

diberikan di klinik Fisioterapi setiap harinya.

BAB IV

36

Hari ke-1

Hari ke-2

Hari ke-3

Page 37: fraktur colles

PEMBAHASAN

Fraktur ialah suatu diskontinuitas susunan/jaringan tulang yang

disebabkan oleh trauma atau keadaan patologis. Fraktur distal radius ialah fraktur

yang disebabkan oleh trauma yang keras yang menyebabkan diskontinuitas

susunan/jaringan tulang radius.

Pada kasus Ny. H yang mengalami fraktur distal radius ini, mengalami

gangguan antara lain berupa nyeri yang timbul ketika lengan dan pergelangan

tangannya digerakkan, terjadi keterbatasan gerak lengan dan pergelangan tangan,

terjadi penurunan kekuatan otot forearm, wrist dan handgrips sehingga terlihat

sedikit atrofi di jari-jari tangan kiri, dan terjadi tightness dari brachioradialis.

Pada kasus Ny. H ini nyeri gerak dan nyeri tekan pada radioulnar joint

timbul karena pada daerah tersebut terdapat kerusakan jaringan karena terjadi

diskontinuitas pada tulang radius sehingga menimbulkan nyeri.Keterbatasan

gerak,atrofi jari-jari tangan kiri dan penurunan kekuatan otot timbul akibat

immobilisasi oleh gips maupun immobilisasi oleh pasien itu sendiri karena

nyeri.Sedangkan tightness dari otot Brachioradialis timbul karena overstretch dari

otot tersebut ketika trauma itu terjadi.

Oleh karena itu upaya yang dilakukan berorientasi pada temuan

gangguan yang ditemukan pada pemeriksaan dan dalam hal ini fisioterapis

memainkan peranannya dengan menggunakan asuhan fisioterapi yang terdiri dari

Assessment, pemeriksaan (inspeksi, palpasi, PFGD, pemeriksaan khusus) analisa

problematika fisioterapi, diagnosa fisioterapi, tujuan rencana intervensi (tujuan

jangka panjang dan jangka pendek), intervensi fisioterapi dan evaluasi.

Dari asuhan fisioterapi yang telah dilakukan pada kasus ini setelah

dilakukan tiga kali terapi terjadi perubahan yang signifikan.Pada terapi yang

pertama diperoleh hasil berupa pengurangan nyeri gerak dan nyeri tekan pada

radioulnar joint kiri dengan nilai VAS 4,8 cm, peningkatan ROM dan kekuatan otot

secara bertahap pada forearm, wrist dan hand kiri, atrofi dari jari-jari kiri

berkurang, tightness pada brachioradialis pun sedikit demi sedikit telah berkurang.

37

Page 38: fraktur colles

Pada terapi yang kedua perubahan yang terjadi antara lain penurunan

nyeri gerak dan tekan pada radioulnar joint kiri dengan nilai VAS 3,2

cm,peningkatan ROM dan kekuatan otot Forearm, wrist dan hand kiri, tightness

otot Brachioradialis telah hilang, atrofi jari-jari kiri telah hilang.Pada terapi ketiga

penurunan nyeri gerak dan nyeri tekan pada radioulnar joint pada VAS bernilai 2,2

cm,terjadi peningkatan ROM dan kekuatan otot forearm,wrist dan hand,serta

terdapat peningkatan gerak fungsional forearm,wrist dan hand.

Secara keseluruhan dari awal terapi hingga terapi yang ketiga

memberikan hasil yang signifikan berupa pengurangan nyeri, peningkatan ROM

dan kekuatan otot forearm, wrist dan hand,hilangnya atrofi jari-jari kiri, hilangnya

tightness Brachioradialis serta peningkatan gerak fungsional forearm,wrist dan

hand.

38

Page 39: fraktur colles

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada kasus Ny. I ini, nyeri, kekakuan dan stiffness-nya timbul dari

fraktur distal radiusnya itu sendiri dan juga timbul karena post immobilisasi,

pada kasus ini treatment yang diberikan berupa pemberian modalitas yatitu

MWD, US, IFC, Limfe drainage, Strengthening dan manual terapi.

Dari semua treatment yang telah dilakukan memberikan hasil berupa

terjadi peningkatan ROM forearm, wrist & hand, terjadi peningkatan kekuatan

oto forearm, wrist & hand terutama otot handgrips. Stiffness dari

Brachioradialis-nya pun telah hilang, walaupun secara keseluruhan belum

mencapai nilai normal namun prognosanya baik, sedangkan untuk kemampuan

fungsionalnya belum bisa kembali seperti semula.

B. Saran

1. Untuk Fisioterapi

a. Untuk memperbaiki kemampuan fungsionalnya hendaknya

diberikan lebih banyak latihan-latihan yang bisa melatih

kemampuan fungsionalnya.

b. Membuat home program yang disesuaikan dengan kemampuan

pasien untuk membantu meningkatkan ROM, kekuatan otot

sehingga dapat dicapai nilai optimal.

2. Untuk Pasien

a. Tetap melakukan latihan aktif dirumah sesuai dengan home program

yang telah ditetapkan oleh fisioterapis.

b. Tetap kontrol ke klinik fisioterapi setelah pulang.

1. MWD

39

Page 40: fraktur colles

Dosis

intensitas: 50 Watt

Time :10 menit

Freqwensi : 1x/ Hari

Tujuan diberikan MWD;

Terjadi nya vasodilatasi pembuluh darah

Untuk merileksasikan otot –otot yang mengalamai spasme

Persiapan pasien

Os duduk sendiri menyandar di atas kursi

Persiapan alat

MWD pada posisi ON dengan intensitas nol dan time nol

Pelaksanaan

Pasang elektrode pada jarak 10 cm dari badan Os pada daerah dada dan

punggung secara bergantian .atur time 10-15 menit dan intensitas 50

Watt.setelah selesai kembalikan alat pada posisi semula

2. Us (Ultrasound)

Dosis

Intensitas : 2,0 W / cm2.

Durasi : 1 menit untuk 1 cm sehingga waktu terapi 5 menit.

Fereqwensi : Setiap hari,

Tranduser : Dinamis

Media penghantar : Gell

40

Page 41: fraktur colles

Tujuan diberikan US;

Memberikan efek mikro massage pada otot – otot yang terdapat

myofasial

Meningkatkan permeabilitas dan regenerasi jaringan

Memberi rileksasi pada otot spasme

Meningkatkan sirkulasi darah

Persiapan pasien

Os duduk sendiri menyandar di atas kursi, dengan bagian tubuh yang

akan diberikan US dalam keadaan terbuka / tanpa pakaian.

Persiapan alat

US pada posisi ON dengan intensitas 2W/cm2 dan waktu 5 menit

Pelaksanaan

- Berikan media (Gell) pada daerah yang akan di US,

- letakkan tranducer pada posisi tegak lurus dengan wilayah patologis

tubuh,

- gerakkan tranduser secara Dinamis (sirkuler, dan transversal)

3. Contrak rileks Streching

Dosis:

Waktu : kontraksi selama 6 detik dan rileksasi 9 detik

Intensitas : Toleransi pasien

Freqwensi : 1x /Hari

41

Page 42: fraktur colles

Tujuan Contrak Rileks streching

Meningkatkan ROM

Mengurangi Spasme

Persiapan Pasien

Os duduk sendiri menyandar di atas kursi

4. Manual Traksi cervical

Dosis :

Waktu : 6 detik traksi dan 9 detik rileksasi

Inensitas : Toleransi pasien

Freqwensi : 1x/ Hari

Tujuan Manual traksi cervical

- Melebarkan for. Intervertebra (dapat mengurangi penjepitan A.

basilaris vertebra

Persiapan Pasien

- Os duduk sendiri menyandar di atas kursi

Penatalaksanaan

- Pasien diberikan traksi pada posisi netral tegak lurus dengan sumbu

tubuh dan dengan 150 fleksi

DAFTAR PUSTAKA

42

Page 43: fraktur colles

Karen Atkinson, Fiona Cotts, Anne-Marie Hassenkamp. 1999.

Physiotherapy In Orthopaedic. A Problem Solving. Churchill

Livingstone.

Nancy Berryman, Reese. Muscle and Sensory Testing. F.A. Davis.

Syamsir, dr. H.M, MS. 1997. Sistem Lokomotor Musculosceletal dan

Topografi. Edisi ke-4. Jakarta.

Sugijanto, DIPL PT. 2003. Kumpulan Bahan Kuliah Kinesiologi &

Biomekanik. Jakarta.

Priatna, Heri, SST, FT. 2001. Kumpulan Bahan Kuliah Fisioterapi

Muskuloskecetal. Jakarta.

43