fotogrametri inderaja

22
TUGAS PAPER FOTOGRAMETRI MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH Disusun oleh : Dimas Panji Budi Prasetyo 26020113140114 Ilmu Kelautan B PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Upload: dimas-panji-prasetyo

Post on 06-Nov-2015

64 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

penginderaan jauh

TRANSCRIPT

TUGAS PAPER FOTOGRAMETRIMATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH

Disusun oleh :Dimas Panji Budi Prasetyo26020113140114Ilmu Kelautan B

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTANJURUSAN ILMU KELAUTANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2015

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangIndonesia sebagai negara yang sedang berkembang mempunyai wilayah yang sangat luas dimana sebagian besar penduduknya berorientasi pada bidang pertanian. Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat dapat menimbulkan masalah dalam berbagai bidang yang salah satunya di bidang pertanian. Adanya peningkatan akan kebutuhan pangan serta kondisi wilayah pertanian yang semakin sempit akibat desakan dari meluasnya pemukiman penduduk dan meluasnya daerah industri menuntut suatu usaha dalam pengefektifan wilayah pertanian. Demi kelancaran pembangunan nasional dan pembangunan masyarakat indonesia telah dilakukan berbagai upaya oleh pemerintah diantaranya adalah pemanfaatan foto satelit.Kondisi lahan di wilayah Kabupaten Tegal Jawa Tengah ini memiliki potensi besar bagi pengembangan pertanian perlu perhatian khusus mengingat adanya keterbatasan pengetahuan dan pendidikan masyarakat untuk pemilihan lokasi pertanian yang baik. Melihat dari apa yang dipaparkan di atas maka penulis termotivasi untuk melakukan interpretasi mengenai tentang pemetaan vegetasi dalam kaitannya dengan tingkat kesuburan tanah yang cocok untuk wilayah pertanian di Kabupaten Tegal.

1.2. Tujuan Memanfaatkan foto udara untuk pemetaan wilayah metode fotogrametri Mengetahui penggunaan metode fotogrametri

1.3. Manfaat Mengetahui kondisi wilayah dengan lebih cepat

BAB IIISI

Fotogrametri berasal dari kata Yunani yakni dari kata photos yang berarti sinar, gramma yang berarti sesuatu yang tergambar atau ditulis, dan metron yang berarti mengukur. Oleh karena itu fotogrametri berarti pengukuran scara grafik dengan menggunakan sinar. (Thompson, 1980 dalam Sutanto, 1983). Dalam manual fotografi edisi lama, fotogrametri didefinisikan sebagi ilmu atau seni untuk memperoleh ukuran terpercaya dengan mengguanakan foto.Di dalam manual edisi ketiga, definisi fotogrametri dilengkapi dengan menambahkan interpretasi foto udara kedalamnya dengan fungsi yang hampir sama kedudukannya dengan penyadapan ukuran dari foto. Setelah edisi ketiga pada tahun 1996, definisi fotogrametri diperluas lagi hingga meliputi penginderaan jauh. (Sutanto, 1983).Fotogrametri merupakan salah satu metode akuisisi data untuk mendapatkan informasi ukuran dan bentuk obyek melalui analisis terhadap rekaman gambar pada film atau media elektronik. Metode fotogrametri telah diaplikasikan dan dikembangkan setelah ditemukannya fotografi pada abad ke-18. Sejarah fotogrametri dengan penggunaan foto udaranya secara praktis digunakan oleh seorang Perancis yakni Colonel Aime Laussedat pada tahun 1849 pemetaan topografi yang kemudian dikenal sebagai bapak fotogrametri. Untuk mendapatkan foto udara digunakan layang-layang dan balon udara (Arifin, 2010).Perkembangan fotogrametri, dari sekitar tahun 1850, telah mengikuti beberapa siklus pengembangan. Masing-masing periode diperpanjang sekitar lima puluh tahun.Siklus ini meliputi:a) Pesawat meja fotogrametri, dari sekitar tahun 1850 ke 1900,b) Analog fotogrametri, dari sekitar 1900 hingga 1960,c) Analytical fotogrametri, dari sekitar tahun 1960 hingga sekarang, dand) Digital fotogrametri, yang baru mulai menjadi kehadiran dalam industri fotogrametri.Perencanaan pemetaan wilayah pertanian memerlukan perolehan data yang berkesinambungan untuk merumuskan program dan kebijaksanaan pemerintah. Program dan kebijaksanaan pemerintah meliputi seluruh bidang baik sosial, ekonomi maupun kebudayaan hingga pada permasalahan lingkungan dan perencanaan sumber daya alam.Semakin kompleksnya peranan dalam perencanaan disertai semakin luasnya kisaran aktivitas pembangunan mengakibatkan suatu peningkatan kebutuhan bagi pemerintah untuk memiliki berbagai bentuk sumber daya yang lengkap yang menjamin untuk kelangsungan di masa yang akan datang. Beberapa macam data yang diperlukan dapat diperoleh dari iterpretasi foto udara. Penggunaan interpretasi foto udara ini meliputi kisaran penaksiran penduduk, kajian kualitas perumahan, kajian lalu lintas dan tempat parkir, kajian pemilihan lokasi / lahan pertanian, dan proses pemilihan situs dan arus jalur.Penaksiran jenis tanah dapat dilakukan melalui interpretasi foto udara secara tidak langsung. Ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan foto udara berskala sedang hingga berskala besar untuk memperkirakan tingkat kesuburan tanah pada daerah tersebut sehingga dapat dibandingkan dengan daerah lain yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang berbeda. Dari pendataan vegetasi ini dapat ditentukan wilayah yang cocok untuk pertanian dengan tingkat kesuburan tanah.Ditinjau dari data yang dapat diperoleh dari foto udara, maka fotogrametri dapat dibagi menjadi dua yaitu:1) Fotogrametri MetrikFotogrammetri Metrik atau metrik fotogrametri berkaitan dengan pengukuran/pengamatan presesi untuk menentukan ukuran dan bentuk obyek dengan tujuan untuk memperoleh data kuantitatif seperti jarak, sudut, luas dan posisi dari suatu objek. Untuk memperoleh data tersebut diperlukan alat-alat khusus serta pengetahuan dan keterampilan tertentu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui hubungan matematis antara sistem foto udara dengan sistem tanah, sehingga ukuran-ukuran di foto dapat dipindahkan ke sistem tanah atau sebaliknya.

2) Fotogrametri InterpretatifFotogrammetri Interpretatif berhubungan dengan pengenalan dan identifikasi obyek, dengan tujuan untuk memperoleh data kualitatif dengan cara pengenalan, identifikasi dan interpretasi foto udara.Fotogrametri dapat diklasifikasikan sebagai fotogrametri udara dan bumi. Secara ringkas, fotogrametri udara melibatkan fotograf yang diambil dengan kamera metrik yang diletakkan diperut kapal terbang manakala fotogrametri bumi melibatkan fotograf yang diambil di atas bumi dengan kamera metrik atau kamera bukan metrik. Dalam fotogrametri bumi, fotograf diambil pada jarak kurang daripada 300 meter dari kamera ke objek (Arifin, 2010).Fotogrametri jarak dekat banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang non topografi karena memiliki banyak keunggulan. Aplikasi yang berkembang antara lain dalam bidang arsitektur, arkeologi, forensik, medis, deformasi, industri dan lainnya.Beberapa kelebihan dari fotogrametri jarak dekat adalah:1. Tidak melakukan kontak langsung terhadap obyek selama pengukuran sehingga dapat digunakan untuk mengukur objek yang sulit diakses.2. Akuisisi data dapat dilakukan dengan cepat dan dapat digunakan untuk memroses terkait dengan ukuran objek.3. Dapat digunakan untuk mengukur objek yang relatif kecil dan atau tidak beraturan.4. Memiliki nilai yang ekonomis terutama untuk pengukuran obyek yang sifatnya kompleks.5. Foto adalah dokumen yang terkait dengan waktu dan dapat disimpan dalam format digital sehingga dapat dipakai jika sewaktu-waktu dibutuhkan.6. Evaluasi dari foto dapat dilakukan kapanpun di laboratorium. Pengulangan pemotretan dan penambahan selalu bisa dilakukan dan bisa dioptimalkan menurut permintaan pengguna.Namun di samping kelebihan, juga ada beberapa kelemahan dari fotogrametri jarak dekat, yaitu :1. Hasil ukuran tidak dapat diperoleh secara langsung.2. Membutuhkan teknik yang kompleks dan kurang praktis jika diaplikasikan untuk analisis yang relatif kecil3. Teknik fotogrametri akan terbatas pada area cakupannya, sehingga ada kemungkinan tidak mencakup seluruh area yang akan difoto.4. Kebutuhan akan spesialisasi dan peralatan pendukung yang mahal dapat membuat harga operasionalnya menjadi tinggi dalam implementasi5. Kesalahan yang terjadi pada saat pengambilan dan pemrosesan foto dapat mempengaruhi ketelitian hasil.Luas suatu obyek dapat diukur langsung pada ortofoto, akan tetapi tidak diukur pada foto udara bila dikehendaki ketelitian yang tinggi. Bila tidak ada ortofoto pengukuran luas seyogyanya dilakukan pada peta planimetrik hasil interpretasi foto udara. Semakin kecil skala citra, maka ketelitian pengukuran luasnya semakin menurun. Pengukuran luas dapat dilakukan dengan cara sederhana, cara mekanik, dan cara computer. Cara sederhana ini meliputi antara lain cara bujur sangkar (square method), cara strip (strip method), cara transek (transec Method), dan cara grid titik (dot grid method). Cara mekanik dilakukan dengan planimeter, dan cara mutakhir dilakukan dengan computer.Pada prinsipnya metode fotogrametri dilakukan dengan melakukan pengambilan gambar di sekitar/ sekeliling obyek yang akan dipotret dengan posisi kamera yang konvergen. Terdapat empat langkah utama pada proses fotogrametri, yaitu :1. pemasangan titik kontrol sebagai koordinat referensi2. perencanaan dan pelaksanaan pemotretan3. pemrosesan foto4. pendefinisian titik koordinat meggunakan foto.

Gambar 1. Posisi pengambilan gambar pada fotogrametri jarak dekatPada awal tahun 1990-an, muncullah era fotogrametri digital. Fotogrametri digital mempunyai beberapa definisi. Menurut Karara (1989), fotogrametri digital melibatkan beberapa proses yang berurutan. Mula-mula fotograf dalam bentuk salinan keras diimbas dengan menggunakan pengimbas atau imej-imej digital diperolehi secara langsung dari kamera digital. Proses seterusnya ialah data digital diperolehi diproses dengan menggunakan perisian tertentu dan menggunakan komputer. Fotogrametri digital juga melibatkan penggunaan piksel dan teknik-teknik pemprosesan imej untuk mendapatkan maklumat geometri. Istilah lain yang digunakan untuk fotogrametri digital ialah softcopy photogrammetry.Foto Udara adalah citra fotografi hasil perekaman dari sebagian permukaan bumi yang diliput dari pesawat udara pada ketinggian tertentu menggunakan kamera tertentu. Foto udara yang dipergunakan dapat berupa foto udara metrik, yaitu foto udara yang diambil dengan kamera udara metrik (biasanya berukuran 23 x 23 cm). Foto udara jenis ini sangat tinggi ketelitiannya karena kamera foto dibuat khusus untuk keperluan pemetaan dengan ketelitian tinggi dan resolusi citra foto yang sangat baik. Pada kamera metrik dilengkapi dengan titik-titik yang diketahui koordinatnya (disebut sebagai titik Fiducial Mark) yang akan dipakai sebagai acuan / referensi dalam pengukuran dimensi objek. Jenis foto lainnya adalah foto non-metrik, yaitu foto yang dihasilkan dari kamera non-metrik (kamera biasa atau kamera khusus). Biasanya ukuran foto yang dihasilkan lebih kecil dari foto metrik. Kamera ini biasa dipakai untuk keperluan pengambilan foto secara umum, dan pemotretan udara dengan menggunakan pesawat kecil atau pesawat model. Ketelitian yang diperoleh tidak sebaik kamera metrik dan daerah cakupan jauh lebih kecil.Foto udara selanjutnya diklasifikasikan sebagai foto udara vertikal dan foto udara condong. Foto udara vertikal, yaitu apabila sumbu kamera pada saat pemotretan dilakukan benar-benar vertikal atau sedikit miring tidak lebih dari 3. Sebagian besar dari foto-foto udara termasuk dalam jenis foto udara vertikal. Tipe kedua dari foto udara yakni foto udara condong (oblique) yaitu apabila sumbu foto mengalami kemiringan antara 3 dan 90 dari kedudukan vertikal. Jika horizon tidak tampak, disebut condong / miring rendah. Jika horizon tampak, disebut condong tinggi / sangat miring.

Gambar 2. Jenis foto udara

Keuntungan foto udara vertikal : 1. Skala foto vertikal kira-kira selalu tetap dibandingkan dengan skala foto condong. Ini menyebabkan lebih mudah untuk melakukan pengukuran-pengukuran pada foto dan hasil yang diperoleh lebih teliti.2. Untuk keperluan tertentu foto udara vertikal dapat digunakan sebagai pengganti peta.3. Foto udara vertikal lebih mudah diinterpretasi dari pada foto udara condong. Ini dikarenakan skala dan obyek-obyek yang lebih tetap bentuknya, tidak menutupi obyek-obyek lain sebanyak yang terjadi pada foto udara condong.Keuntungan foto udara condong :1. Foto udara condong meliputi kawasan yang lebih luas dari pada kawasan yang diliput oleh suatu foto udara vertikal.2. Jika lapisan awan seringkali menutupi suatu daerah yang tidak memungkinkan dilakukan dengan pemotretan vertikal, maka dapat dilakukan dengan pemotretan condong.3. Beberapa obyek yang tidak dapat dilihat / tersembunyi dari atas pada foto udara vertikal, misalnya : obyek dibawah bangunan tinggi, dapat terlihat pada pemotretan condong.Skala Foto UdaraPada foto udara dikenal skala foto, yaitu skala rata-rata dari foto udara. Disebut skala rata-rata, karena sifat proyeksi pada foto udara adalah perspektif (sentral), berpusat pada titik utama (principal point). Dengan demikian skala di masing-masing titik tidak akan sama, kecuali bila foto udara tersebut benar-benar tegak dan keadaan permukaan tanah sangat datar. Besarnya skala rata-rata ditentukan oleh tinggi terbang dan tinggi permukaan bumi serta besar focus kamera.Skala foto udara berbeda dengan skala peta pada umumnya. Peta adalah gambaran / presentasi dari permukaan bumi dengan skala tertentu. Sifat proyeksi pada peta adalah orthogonal.Oleh karena foto udara mempunyai skala yang bervariasi, maka untuk membuat peta dengan skala dan geometri yang benar, foto udara tersebut harus diproses terlebih dahulu, disebut sebagai proses restitusi foto udara. Pengertian restitusi adalah mengembalikan posisi foto udara pada keadaan seperti pada saat pemotretan dengan proses orientasi (orientasi dalam, relatif, absolut). Pada keadaan tersebut sinar-sinar yang membentuk objek secara geometris telah benar dan dapat dipakai untuk membuat peta dengan cara restitusi tunggal (rektifikasi) ataupun dengan cara restitusi stereo (orthofoto).Untuk keperluan restitusi foto tersebut (tunggal maupun stereo) diperlukan titik-titik kontrol yang diketahui koordinatnya pada sistem foto dan sistem referensi. Titik-titik kontrol tersebut diperoleh sebagai hasil pengukuran di lapangan dan proses triangulasi udara.StereoskopisPengelihatan stereoskopis memungkinkan kita untuk melihat suatu obyek dalam bentuk 3 dimensi dari dua perspektif yang berbeda, seperi foto udara yang diambil dari kedudukan kamera yang berbeda.Sepasang foto udara yang stereoskopis terdiri dari dua foto yang berdekatan dan saling bertampalan. Overlap atau pertampalan kemuka, yaitu daerah pertampalan antara foto-foto yang berurutan pada suatu jalur terbang. Side lap atau pertampalan ke samping, yaitu daerah pertampalan antar jalur / strip yang saling bersebelahan. Besarnya pertampalan biasanya dinyatakan dalam persen (%). Untuk keperluan pemetaan, overlap biasanya 60 5%, dan untuk side lap biasanya ditentukan 20 5%. Pada daerah pertampalan akan dapat dilihat citra permukaan bumi tiga dimensi dalam skala yang lebih kecil, yang biasa disebut model. Untuk mendapatkan gambar stereoskopis, digunakan sebuah alat stereoskop yang merupakan alat optis binokuler.RektifikasiRektifikasi dilakukan apabila permukaan tanah yang terpotret itu relatif datar dengan asumsi h pada setiap titik pengamatan Rektifikasi adalah suatu re-eksposur dari suatu foto sehingga kemiringan-kemiringan (tilt) yang terdapat pada foto tersebut menjadi hilang dan sekaligus mengatur skala rata-rata foto yang satu dengan yang lainnya.Dengan rektifikasi, kita membuat foto menjadi benar-benar tegak / tanpa kemiringan dan skala rata-rata yang pasti sesuai dengan skala yang dikehendaki dari setiap foto. Adapun foto hasil pemotretan udara umumnya dilengkapi dengan data-data ketinggian yang sebanding dengan skala dari foto, akan tetapi ketinggian tersebut dinyatakan dalam bacaan altimeter yang kasar, sehingga akan memberikan harga skala foto rata-rata yang sangat kasar pula. Demikian pula halnya dengan data kemiringan yang dapat dibaca melalui nivo kotak yang terdapat pada tepi foto, inipun tidak dapat memberikan data kemiringan yang teliti.Kemiringan-kemiringan dan ketidaktepatan skala pada saat pemotretan akan menyebabkan penyimpangan posisi planimetris yang benar pada foto. Pekerjaan rektifikasi ini dilakukan dengan suatu alat yang dinamakan rectifier. Umumnya foto-foto hasil rektifikasi ini digunakan untuk pembuatan peta foto melalui penyusunan mosaik dari foto-foto rektifikasi.Pembuatan peta foto dari mosaik hasil penyusunan foto hasil rektifikasi hanya bisa dilakukan untuk daerah yang relatif datar, oleh sebab itu untuk daerah yang mempunyai perbedaan tinggi (bergunung) akan timbul pergeseran relief yang mempunyai arah radial terhadap titik utama.Orthofoto (Rektifikasi Differensial)Pembuatan peta foto untuk daerah yang bergunung dikerjakan dengan proses orthofoto, dimana dengan orthofoto ini dilakukan re-eksposur secara orthogonal per bagian-bagian kecil dari foto, sehingga kemiringan, skala dan pergeseran relief dapat dikoreksi. Proses orthofoto akan menjadikan foto dalam proyeksi orthogonal. Seperti peta, foto ortho hanya mempunyai satu skala (walaupun dalam medan yang beraneka), dan seperti foto karena menyajikan medan dengan gambaran sebenarnya (tidak berwujud garis dan simbol).Orthofoto dilakukan apabila permukaan tanah yang dipotret itu bergunung dengan asumsi h pada setiap titik pengamatan > 0,5 % x tinggi terbang terhadap tinggi rata-rata pada foto yang bersangkutan.Pada pandangan sekilas, orthofoto tampak sama dengan foto perspektif. Tetapi dengan membandingkan orthofoto dan foto perspektif daerah yang sama, biasanya dapat diamati bedanyaOrthofoto ialah foto yang menyajikan gambaran obyek pada posisi orthogonal yang benar, oleh karena itu orthofoto secara geometris ekuivalen dengan peta garis. Orthofoto memperlihatkan gambar-gambar fotografis yang sebenarnya dan dapat diperoleh detail yang lebih banyak. Karena suatu orthofoto adalah benar secara planimetris, maka dapat dianggap sebagai sebuah peta atau lebih tepat disebut peta orthofoto, dapat digunakan untuk melakukan pengukuran langsung atas jarak, sudut, posisi dan daerah tanpa melakukan koreksi bagi pergeseran letak gambar. Hal ini tentu saja tidak dapat dilakukan diatas foto perspektif.Orthofoto dibuat dari foto udara melalui proses yang disebut rektifikasi diferensial, yang meniadakan pergeseran letak oleh kemiringan fotografik dan relief. Hasil proses ini dapat menghilangkan berbagai variasi skala foto dan pergeseran letak gambar oleh relief maupun kemiringan.Pergeseran letak oleh kemiringan sumbu kamera terjadi pada tiap foto yang pada saat pemotretannya bidang foto miring terhadap bidang datum. Rektifikasi untuk menghapus efek kemiringan sumbu dan hasilnya berupa ekivalen foto tegak. Akan tetapi ekivalen foto tegak masih mengandung skala yang tidak seragam yang diakibatkan oleh pergeseran letak gambar sehubungan dengan perubahan relief, kecuali bagi medan yang benar-benar datar. Di dalam proses peniadaan pergeseran letak oleh relief pada sembarang foto, variasi skala juga dihapus sehingga skala menjadi sama bagi seluruh foto. Tiap foto yang skalanya tetap bagi seluruh bagian merupakan orthofoto yang memiliki kebenaran planimteris sama dengan peta. Harus diingat bahwa meskipun pergeseran letak oleh medan yang berbeda telah dikoreksi, masih ada satu keterbatasan orthofoto yang berupa pergeseran letak oleh relief bagi permukaan tegak seperti tembok bangunan yang tak dapat ditiadakan.

BAB IIIPENUTUP

3.1. KesimpulanFotogrametri merupakan salah satu metode akuisisi data untuk mendapatkan informasi ukuran dan bentuk obyek melalui analisis terhadap rekaman gambar pada film atau media elektronik. Fotogrametri mempunyai dua macam yaitu : Fotogrametri metrik, yaitu berkaitan dengan pengukuran/pengamatan presesi untuk menentukan ukuran dan bentuk obyek dengan tujuan untuk memperoleh data kuantitatif seperti jarak, sudut, luas dan posisi dari suatu objek. Fotogrametri interpretatif, yaitu berhubungan dengan pengenalan dan identifikasi obyek, dengan tujuan untuk memperoleh data kualitatif dengan cara pengenalan, identifikasi dan interpretasi foto udara.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin Zainal. 2010. Modul Kuliah Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Sipil FTSP-UMB. Pusat Pengembangan Bahan Ajar: UMB.Gularso, H. Sawitri, S. Sabri. 2013. Tinjauan Pemotretan Udara Format Kecil Menggunakan Pesawat Model Skywalker 1680. Jurnal Geodesi. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, (ISSN : 2337-845X). Universitas Diponegoro: Semarang.Utomo, A, Nur. Sutomo, K. Andri, S. 2013. Monitoring Pergerakan Struktur Jembatan di Semarang Berbasis Fotogrametri Jarak Dekat. Jurnal Geodesi. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, (ISSN : 2337-845X). Universitas Diponegoro: Semarang.