foto-foto: mi/liliek dharmawan wisata mandiri energi filedaur ulang air sederhana juga dapat...

1
Tips Green! Daur ulang air sederhana juga dapat dilakukan di rumah. Air bekas cuci tangan dan wudu masih layak untuk cuci kendaraan atau menyiram tanaman SAATNYA MAL MENGOLAH LIMBAH P ERNAHKAH Anda mengunjungi mal dan merasa dingin AC begitu menggigit? Dingin ini nyatanya juga ‘menggigit’ Bumi kita. Bukan hanya memerlukan energi yang besar, pendinginan di gedung-gedung bertingkat banyak yang menggunakan teknologi pendingin yang membutuhkan air dalam jumlah besar. Dalam kondisi global yang makin krisis air bersih, penggunaan air gedung- gedung ini tentu bukan masalah sepele. Apalagi dengan pasokan pelayanan air minum (PAM) yang terbatas, air tanahlah yang kerap jadi tumpuan kebutuhan para pencakar langit itu. Beruntung, beberapa mal di Ibu Kota sudah berusaha untuk membuat dingin itu tidak lagi menggigit. Plaza Indonesia (PI) di Jakarta Pusat, dan salah satu mal megah di kawasan Pluit, Jakarta Utara, telah menggunakan kembali air limbah mereka untuk membantu memasok kebutuhan air bersih. Dengan instalasi daur ulang air limbah, PI bisa menghemat 500 meter kubik air yang digunakan untuk pendingin udara. Begitu pun, sebenarnya penghematan air daur ulang ini bukan hanya layak untuk air pendingin. Lebih daripada itu, daur ulang ini juga akan menjadi peraturan wajib dari Pemprov DKI. Ingin tahu penggunaan lain air limbah ini serta kapan penerapan aturan daur ulang ini? Simak bincang-bincangnya di Green Radio. Anda juga bisa ikut bertanya lewat SMS di 081381000892 atau telepon di 021-85909946/47. (Big/M-3) Surabaya dan Yogyakarta Contoh Kota Berkelanjutan KEBERADAAN ruang terbuka hijau, sebanyak 30%, sudah disyaratkan dalam UU Lingkungan Hidup kepada kota- kota di Indonesia. Na- mun, perwujudannya tidak mudah. Sejauh ini, Deputi Bidang Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Kemen- terian Negara Lingkungan Hidup (KLH) Masnellyarti Hilman mengatakan, baru Surabaya yang telah memiliki ruang terbuka hijau sebanyak 22%, termasuk hutan bakau (mangrove). Setelah Surabaya, kota yang mendapat apresiasi KLH adalah Yogyakarta. Kota Gudeg itu telah mengembangkan energi alter- natif dari solar cell (energi surya) untuk lampu penerangan jalan dan lampu pengatur lalu lintas. Dengan penggunaan energi surya untuk penerangan jalan dan lampu pengatur lalu lintas itu, Kota Yogyakarta mampu menghemat biaya listrik hingga Rp6 miliar per bulan. Uang yang diperoleh dari penghematan energi tersebut dipergunakan untuk membangun lampu penerangan di berbagai tempat. Contoh yang sangat bijak dalam menciptakan konsep kota berkelanjutan itu akan menjadi pertimbangan dalam penilaian Adipura. (Nda/M-6) MINGGU, 8 MEI 2011 8 G REEN CONCERN M EMANG wa- jar jika tempat- tempat wisata mencari untung dengan menjual keindahan alam. Namun sayang, banyak tempat-tempat ini yang ke- mudian malah jadi benalu lingkungannya. Bukan hanya membuat ba- ngunan-bangunan permanen yang mengganggu kehidup- an biota, tempat wisata juga kerap menguras sumber air dan membuang limbah. Soal menjual keindahan alam, Baturraden Adventure Forest (BAF) tidak berbeda dengan tempat wisata lainnya. Seluruh aktivitas wisata meng- andalkan apa yang disediakan oleh lereng selatan Gunung Slamet itu. Pohon-pohon damar yang menjulang belasan meter men- jadi wahana untuk trek pohon dan bertrampolin. Lereng- lereng yang curam menjadi tempat memacu adrenalin lewat bersepeda gunung atau meluncur turun dengan tali. Bangunan yang ada di ka- wasan yang berjarak sekitar 20 km sebelah utara Kota Purwo- kerto ini pun sangat mengan- dalkan alam. Tempat penjagaan dan sebuah rumah lain, yang terdapat di ketinggian pohon, Dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan yang ada di lingkungan sekitar, secara tidak langsung pengelola harus ikut menjaga alam. LILIEK DHARMAWAN Wisata Mandiri Energi berbentuk seperti sekrup. Ukuran komponen-kom- ponen juga tidak besar, se- perti bak penampungan yang berukuran sekitar 1,5 x 2 meter dan dua kipas atau kincir yang berbentuk sekrup dengan dia- meter sekitar 6 inci. Alat tersebut juga dilengkapi prosesor mikro yang sangat penting bagi pengendalian arus dan tegangan listrik. Sebagaimana pembangkit tenaga air lainnya dibutuhkan arus yang cukup deras. Di BAF, kekuatan air untuk menggerak- kan turbin atau kincir tersebut dihasilkan dengan membuat perbedaan ketinggian sekitar 3 meter antara bak penampun- gan dan turbin. Kekuatan air ini sudah bisa menghidupkan dinamo yang menghasilkan listrik masing- masing 1.000 watt dan 600 watt. Pasokan itu sudah mencukupi kebutuhan listrik BAF yang umumnya mencapai 1.500 watt kala banyak pengunjung. terbuat dari kayu dipadu tum- pukan batu. Tidak berhenti sampai fasili- tas dan wahana, alam juga menjadi penopang utama un- tuk operasional kawasan wisa- ta ini. BAF bisa benderang kala malam dan tetap menikmati siaran televisi serta jaringan komputer berkat air Sungai Mertelu. Dari air sungai itu, BAF bisa membuat Pembangkit Listrik Tenaga Piko Hidro (PLTPH) berdaya 1.600 watt listrik. Piko hidro sendiri berarti energi dari air dengan daya di bawah 5.000 watt (5 Kw). “Listrik dari PLTPH tersebut bisa dipakai untuk penerang- an, televisi, LCD proyektor, komputer, dan alat memasak,” kata Pengelola BAF Julian Ke- mal Fasya yang ditemui Media Indonesia, Rabu (4/5). Sederhana dan hemat Kemal menjelaskan pendi- rian PLTPH pada awalnya untuk pembangunan kawasan, yang dimulai pada 2009. Keberadaan lokasi wisata yang cukup terpencil, yakni di wilayah hutan produksi Per- hutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur, membuat sulit jangkauan listrik PLN. PLTPH kemudian bukan hanya cukup untuk kegiatan awal, melainkan juga opera- sional keseluruhan kawasan seluas 52 ha itu. “Kami jadi menghemat ka- rena tidak membayar listrik. Jika pakai listrik PLN, kami harus mengeluarkan biaya listrik Rp600 ribu per bulan,” tambah Kemal. Bandingkan dengan biaya pembuatan instalasi yang ha- nya menghabiskan Rp4 juta. Instalasi PLTPH ini pun yang tampak cukup sederhana dan mudah direplikasi. PLTPH ini hanya terdiri dari pipa-pipa, bak penampungan, dan berbagai elemen piko hidro seperti dinamo dan kincir yang FOTO-FOTO: MI/LILIEK DHARMAWAN Dengan konsep penginapan kemah, kebutuhan listrik BAF memang tidak besar. Kemal menjelaskan instalasi ini sebenarnya juga tidak perlu dirakit sendiri karena sudah tersedia di pasaran. Meski be- gitu, pembuatan sendiri dipilih BAF mengingat dapat menghe- mat dana hingga Rp11 juta. Sekaligus jaga lingkungan Pemimpin Proyek PLTPH Slamet Riyadi mengatakan sejak dibangun, operasional pembangkit tidak pernah mengalami gangguan. Tentu- nya itu sangat terkait dengan debit air Sungai Mertelu. Jika ingin terus mendapat listrik gratis, kawasan wisata harus ikut menjaga tutupan hutan sekitarnya. Untuk BAF sendiri, ke- beradaan PLTPH ini terlihat sebagai dorongan tambahan selain kewajiban mereka ter- hadap Perhutani. Slamet mengatakan, saat melakukan kontrak kerja sama operasional (KSO) dengan Perhutani, BAF memiliki kewa- jiban untuk menjaga lingkung- an agar tetap alami. BAF sama sekali tidak diper- kenankan untuk menebang po- hon. Petugas BAF juga diminta untuk menangkap orang yang menebang pohon dan dise- rahkan ke Perhutani. Bahkan batu-batu di sungai pun tidak boleh dipindahkan. Slamet menjelaskan, dengan menjaga lingkungan tetap les- tari, aliran air dapat diper- tahankan sepanjang tahun. Baik musim kemarau, maupun musim hujan, pasokan listrik tetap lancar. (M-6) miweekend@ mediaindonesia.com Perusahaan di Batam Terus Buang Limbah B3 PRAKTIK pembuang- an limbah bahan bera- cun dan berbahaya (B3) oleh sejumlah perusa- haan di Batam masih ditemukan Asosiasi Pecinta Lingkungan Kepulauan Riau (Apel Kepri). Apel Kepri mengata- kan, pengelola kawasan industri Tunas, Panbil, dan Wallaka tidak mengolah limbah me- reka sesuai dengan prosedur karena biaya besar. “Ini hasil survei yang kami dapatkan setelah berbulan-bulan memantau aktivitas kawasan Industri di Batam,” kata Natsir, anggota Apel Kepri yang membidangi masalah limbah, Selasa (3/5). Natsir menambahkan, pengelola kawasan industri menggu- nakan trik untuk melawan massa yang menentang pembuang- an limbah mereka, dengan memberikan dana pengembangan masyarakat. Kepala Badan Pengendali Dampak Lingkungan (Bapedalda) Kota Batam Dendi N Purnomo mengatakan pihaknya tahun lalu telah menghentikan kegiatan enam perusahaan yang membuang limbah secara ilegal. Sementara itu, 16 perusahaan multinasional lainnya diberi surat peringatan. Dendi beralasan lemahnya pengawasan Bapedalda Kota Batam disebabkan jumlah tenaga pengawas yang hanya 30 orang. (HK/M-6) INFO HIJAU Bali akan Tiru Singapura Tangani Sampah BADAN Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Bali memutuskan untuk berguru pada Singapu- ra untuk menangani masalah sampah. Salah satu langkah adalah penajaman dan peng- awasan dalam pembe- rian sanksi terhadap para pelanggar yang membuang sampah dan limbah tanpa pengelolaan yang baik. Kendati begitu, Kepala BLH Bali AA Gede Alit Sastrawan tidak menjanjikan persoalan akan lekas selesai. “Penanganan sampah itu sulit. Singapura sendiri butuh waktu 30 tahun menanganinya,” ujarnya, Kamis (5/5). Di Bali, sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) tiap hari mencapai 5.000-5.500 kubik. Jika digabung dengan sampah yang tidak terkelola di TPA, jumlahnya mencapai 10 ribu- 15 ribu kubik. Sastrawan mengatakan, penanggulangan masalah sampah sekaligus akan diarahkan pada pemanfaatannya untuk pupuk kompos dan listrik. Sanksi tegas ini didukung anggota Dewan Daerah Walhi, Bali, Ni Nyoman Sri Widhiyanti. Ketua Rancangan Peraturan Daerah Penanggulangan Sampah DPRD Bali, I Gusti Lanang Bayu Wi- biseka mengingatkan agar peraturan tentang sanksi itu disosia- lisasikan dengan jelas supaya tidak terjadi polemik. (OL/M-6) ANTARA MI/AMIRUDDIN Z ANTARA SERUPA ALAM: Sebuah bangunan di kawasan Baturraden Adventure Forest (BAF) di kawasan wana wisata Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah. Bangunan itu sengaja dibuat dengan warna tanpa cat dan dibiarkan alami sehingga bisa serupa dengan alam di sekitarnya. BAF juga menggunakan energi ramah lingkungan dengan memanfaatkan aliran Sungai Mertelu. PIKO HIDRO: Karyawan BAF memperlihatkan pembangkit tenaga listrik piko hidro dengan pasokan air dari Sungai Mertelu. Dari sini BAF dapat memenuhi kebutuhan listriknya yang mencapai 1.600 watt.

Upload: trinhkhuong

Post on 06-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FOTO-FOTO: MI/LILIEK DHARMAWAN Wisata Mandiri Energi fileDaur ulang air sederhana juga dapat dilakukan di rumah. Air ... Dengan instalasi daur ulang air limbah, PI bisa menghemat 500

TipsGreen!

Daur ulang air sederhana juga dapat dilakukan di rumah. Air bekas cuci tangan dan wudu masih layak untuk cuci kendaraan atau menyiram tanaman

SAATNYA MAL MENGOLAH LIMBAH

PERNAHKAH Anda mengunjungi mal dan merasa dingin AC begitu menggigit? Dingin ini

nyatanya juga ‘menggigit’ Bumi kita.

Bukan hanya memerlukan energi yang besar, pendinginan di gedung-gedung bertingkat banyak yang menggunakan teknologi pendingin yang membutuhkan air dalam jumlah besar. Dalam kondisi global yang makin krisis air bersih, penggunaan air gedung-gedung ini tentu bukan masalah sepele. Apalagi dengan pasokan

pelayanan air minum (PAM) yang terbatas, air tanahlah yang kerap jadi tumpuan kebutuhan para pencakar langit itu.

Beruntung, beberapa mal di Ibu Kota sudah berusaha untuk membuat dingin itu tidak lagi menggigit. Plaza Indonesia (PI) di Jakarta Pusat, dan salah satu mal megah di kawasan Pluit, Jakarta Utara, telah menggunakan kembali air limbah mereka untuk membantu memasok kebutuhan air bersih.

Dengan instalasi daur ulang air limbah, PI bisa menghemat 500

meter kubik air yang digunakan untuk pendingin udara.

Begitu pun, sebenarnya penghematan air daur ulang ini bukan hanya layak untuk air pendingin. Lebih daripada itu, daur ulang ini juga akan menjadi peraturan wajib dari Pemprov DKI.

Ingin tahu penggunaan lain air limbah ini serta kapan penerapan aturan daur ulang ini? Simak bincang-bincangnya di Green Radio. Anda juga bisa ikut bertanya lewat SMS di 081381000892 atau telepon di 021-85909946/47. (Big/M-3)

Surabaya dan Yogyakarta Contoh Kota BerkelanjutanKEBERADAAN ruang terbuka hijau, sebanyak 30%, sudah disyaratkan dalam UU Lingkungan Hidup kepada kota-kota di Indonesia. Na-mun, perwujudannya tidak mudah.

Sejauh ini, Deputi Bidang Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Kemen-terian Negara Lingkungan Hidup (KLH) Masnellyarti Hilman mengatakan, baru Surabaya yang telah memiliki ruang terbuka hijau sebanyak 22%, termasuk hutan bakau (mangrove).

Setelah Surabaya, kota yang mendapat apresiasi KLH adalah Yogyakarta. Kota Gudeg itu telah mengembangkan energi alter-natif dari solar cell (energi surya) untuk lampu penerangan jalan dan lampu pengatur lalu lintas.

Dengan penggunaan energi surya untuk penerangan jalan dan lampu pengatur lalu lintas itu, Kota Yogyakarta mampu menghemat biaya listrik hingga Rp6 miliar per bulan. Uang yang diperoleh dari penghematan energi tersebut dipergunakan untuk membangun lampu penerangan di berbagai tempat.

Contoh yang sangat bijak dalam menciptakan konsep kota berkelanjutan itu akan menjadi pertimbangan dalam penilaian Adipura. (Nda/M-6)

MINGGU, 8 MEI 20118 GREEN CONCERN

ME M A N G w a -jar jika tempat-tempat wisata mencari untung

dengan menjual keindahan alam. Namun sayang, ba nyak tempat-tempat ini yang ke-mudian malah jadi benalu lingkungannya.

Bukan hanya membuat ba-ngunan-bangunan permanen yang mengganggu kehidup-an biota, tempat wisata juga kerap menguras sumber air dan membuang limbah.

Soal menjual keindahan alam, Baturraden Adventure Forest (BAF) tidak berbeda dengan tempat wisata lainnya. Seluruh aktivitas wisata me ng-andalkan apa yang disediakan oleh lereng selatan Gunung Slamet itu.

Pohon-pohon damar yang menjulang belasan meter men-jadi wahana untuk trek pohon dan bertrampolin. Lereng-lereng yang curam menjadi tempat memacu adrenalin lewat bersepeda gunung atau meluncur turun dengan tali.

Bangunan yang ada di ka-wasan yang berjarak sekitar 20 km sebelah utara Kota Purwo-kerto ini pun sangat mengan-dalkan alam. Tempat penjagaan dan sebuah rumah lain, yang terdapat di ketinggian pohon,

Dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan yang ada di lingkungan sekitar, secara tidak langsung pengelola harus ikut menjaga alam.

LILIEK DHARMAWAN

Wisata Mandiri Energi

berbentuk seperti sekrup. Ukuran komponen-kom-

ponen juga tidak besar, se-perti bak penampungan yang berukuran sekitar 1,5 x 2 meter dan dua kipas atau kincir yang berbentuk sekrup dengan dia-meter sekitar 6 inci.

Alat tersebut juga dilengkapi prosesor mikro yang sangat penting bagi pengendalian arus dan tegangan listrik.

Sebagaimana pembangkit tenaga air lainnya dibutuhkan arus yang cukup deras. Di BAF, kekuatan air untuk menggerak-kan turbin atau kincir tersebut dihasilkan dengan membuat perbedaan ketinggian sekitar 3 meter antara bak penampun-gan dan turbin.

Kekuatan air ini sudah bisa menghidupkan dinamo yang menghasilkan listrik masing-masing 1.000 watt dan 600 watt. Pasokan itu sudah mencukupi kebutuhan listrik BAF yang umumnya mencapai 1.500 watt kala banyak pengunjung.

terbuat dari kayu dipadu tum-pukan batu.

Tidak berhenti sampai fasili-tas dan wahana, alam juga menjadi penopang utama un-tuk operasional kawasan wisa-ta ini. BAF bisa benderang kala malam dan tetap menikmati siaran televisi serta jaringan komputer berkat air Sungai Mertelu.

Dari air sungai itu, BAF bisa membuat Pembangkit Listrik Tenaga Piko Hidro (PLTPH) berdaya 1.600 watt listrik. Piko hidro sendiri berarti energi dari air dengan daya di bawah 5.000 watt (5 Kw).

“Listrik dari PLTPH tersebut bisa dipakai untuk penerang-an, televisi, LCD proyektor, komputer, dan alat memasak,” kata Pengelola BAF Julian Ke-mal Fasya yang ditemui Media Indonesia, Rabu (4/5).

Sederhana dan hematKemal menjelaskan pendi-

rian PLTPH pada awalnya

untuk pembangunan kawasan, yang dimulai pada 2009.

Keberadaan lokasi wisata yang cukup terpencil, yakni di wilayah hutan produksi Per-hutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur, membuat sulit jangkauan listrik PLN. PLTPH kemudian bukan hanya cukup untuk kegiatan awal, melainkan juga opera-sional keseluruhan kawasan seluas 52 ha itu.

“Kami jadi menghemat ka-rena tidak membayar listrik. Jika pakai listrik PLN, kami harus mengeluarkan biaya listrik Rp600 ribu per bulan,” tambah Kemal.

Bandingkan dengan biaya pembuatan instalasi yang ha-nya menghabiskan Rp4 juta. Instalasi PLTPH ini pun yang tampak cukup sederhana dan mudah direplikasi.

PLTPH ini hanya terdiri dari pipa-pipa, bak penampungan, dan berbagai elemen piko hidro seperti dinamo dan kincir yang

FOTO-FOTO: MI/LILIEK DHARMAWAN

Dengan konsep penginapan kemah, kebutuhan listrik BAF memang tidak besar.

Kemal menjelaskan instalasi ini sebenarnya juga tidak perlu dirakit sendiri karena sudah tersedia di pasaran. Meski be-gitu, pembuatan sendiri dipilih BAF mengingat dapat menghe-mat dana hingga Rp11 juta.

Sekaligus jaga lingkunganPemimpin Proyek PLTPH

Slamet Riyadi mengatakan sejak dibangun, operasio nal pembangkit tidak pernah meng alami gangguan. Tentu-nya itu sangat terkait dengan debit air Sungai Mertelu. Jika ingin terus mendapat listrik gratis, kawasan wisata harus ikut menjaga tutupan hutan sekitarnya.

Untuk BAF sendiri, ke-beradaan PLTPH ini terlihat sebagai dorongan tambahan selain kewajiban mereka ter-hadap Perhutani.

Slamet mengatakan, saat melakukan kontrak kerja sama operasional (KSO) dengan Perhutani, BAF memiliki kewa-jiban untuk menjaga lingkung-an agar tetap alami.

BAF sama sekali tidak diper-kenankan untuk menebang po-hon. Petugas BAF juga diminta untuk menangkap orang yang menebang pohon dan dise-rahkan ke Perhutani. Bahkan batu-batu di sungai pun tidak boleh dipindahkan.

Slamet menjelaskan, de ngan menjaga lingkungan tetap les-tari, aliran air dapat diper-tahankan sepanjang tahun. Baik musim kemarau, maupun musim hujan, pasokan listrik tetap lancar. (M-6)

[email protected]

Perusahaan di Batam Terus Buang Limbah B3PRAKTIK pembuang-an limbah bahan bera-cun dan berbahaya (B3) oleh sejumlah perusa-haan di Batam masih ditemukan Asosiasi Pecinta Lingkungan Kepulauan Riau (Apel Kepri).

Apel Kepri mengata-kan, pengelola kawasan industri Tunas, Panbil, dan Wallaka tidak mengolah limbah me-reka sesuai dengan prosedur karena biaya besar.

“Ini hasil survei yang kami dapatkan setelah berbulan-bulan memantau aktivitas kawasan Industri di Batam,” kata Natsir, anggota Apel Kepri yang membidangi masalah limbah, Selasa (3/5).

Natsir menambahkan, pengelola kawasan industri menggu-nakan trik untuk melawan massa yang menentang pembuang-an limbah mereka, dengan memberikan dana pengembangan masyarakat. Kepala Badan Pengendali Dampak Lingkungan (Bapedalda) Kota Batam Dendi N Purnomo mengatakan pihaknya tahun lalu telah menghentikan kegiatan enam perusahaan yang membuang limbah secara ilegal.

Sementara itu, 16 perusahaan multinasional lainnya diberi surat peringatan. Dendi beralasan lemahnya pengawasan Bapedalda Kota Batam disebabkan jumlah tenaga pengawas yang hanya 30 orang. (HK/M-6)

INFO HIJAU

Bali akan Tiru Singapura Tangani SampahBADAN Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Bali memutuskan untuk berguru pada Singapu-ra untuk menangani masalah sampah. Salah satu langkah adalah penajaman dan peng-awasan dalam pembe-rian sanksi terhadap para pelanggar yang membuang sampah dan limbah tanpa pengelolaan yang baik.

Kendati begitu, Kepala BLH Bali AA Gede Alit Sastrawan tidak menjanjikan persoalan akan lekas selesai. “Penanganan sampah itu sulit. Singapura sendiri butuh waktu 30 tahun menanganinya,” ujarnya, Kamis (5/5).

Di Bali, sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) tiap hari mencapai 5.000-5.500 kubik. Jika digabung dengan sampah yang tidak terkelola di TPA, jumlahnya mencapai 10 ribu-15 ribu kubik. Sastrawan mengatakan, penanggulangan masalah sampah sekaligus akan diarahkan pada pemanfaatannya untuk pupuk kompos dan listrik.

Sanksi tegas ini didukung anggota Dewan Daerah Walhi, Bali, Ni Nyoman Sri Widhiyanti. Ketua Rancangan Peraturan Daerah Penanggulangan Sampah DPRD Bali, I Gusti Lanang Bayu Wi-biseka mengingatkan agar peraturan tentang sanksi itu disosia-lisasikan dengan jelas supaya tidak terjadi polemik. (OL/M-6)

ANTARA

MI/AMIRUDDIN Z

ANTARA

SERUPA ALAM: Sebuah bangunan di kawasan Baturraden Adventure Forest (BAF) di kawasan wana wisata Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah. Bangunan itu sengaja dibuat dengan warna tanpa cat dan dibiarkan alami sehingga bisa serupa dengan alam di sekitarnya. BAF juga menggunakan energi ramah lingkungan dengan memanfaatkan aliran Sungai Mertelu.

PIKO HIDRO: Karyawan BAF memperlihatkan pembangkit tenaga listrik piko hidro dengan pasokan air dari Sungai Mertelu. Dari sini BAF dapat memenuhi kebutuhan listriknya yang mencapai 1.600 watt.