formulasi strategi pemasaran pada restoran … · dan website serta meningkatkan sponsorship...
TRANSCRIPT
FORMULASI STRATEGI PEMASARAN PADA RESTORAN WARALABA PECEL LELE LELA DI BOGOR,
JAWA BARAT
SKRIPSI
SITI BAROROH NASUTION H34087028
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
RINGKASAN
SITI BAROROH NASUTION. Formulasi Strategi Pemasaran pada Restoran Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah Bimbingan SUPREHATIN).
Saat ini makanan bukan hanya kebutuhan melainkan juga menjadi bagian dari gaya hidup seseorang. Peningkatan minat masyarakat untuk mengunjungi restoran disebabkan oleh perubahan pola pikir bahwa makan di luar meningkatkan prestise. Pecel Lele Lela merupakan restoran dengan sistem waralaba yang didirikan pada tahun 2006 oleh bapak Rangga Umara. Pada tahun 2009 Pecel Lele Lela membuka usaha kemitraan dan telah membuka cabang di seluruh Indonesia serta berhasil meraih penghargaan dari Kementrian Kelautan dan Perikanan sebagai restoran lele inovatif. Pecel Lele Lela di Bogor di buka di Bogor pada 3 Mei 2009 yang terletak di Jalan Jendral Sudirman Kavling 6 Nomor 22, Bogor dengan pemilik Ibu Ling-ling dan Ibu Anki.
Keistimewaan dari restoran Pecel lele Lela yaitu produk yang ditawarkan sangat diutamakan kualitasnya. Bahan baku yang di gunakan terjamin kualitasnya agar dapat memuaskan konsumen. Akan tetapi,ramainya jumlah pengunjung ini masih sangat fluktuatif yang dikarenakan promosi yang dilakukan masih belum maksimal karena masih hanya melalui mulut ke mulut dan dengan media jejaring sosial berupa facebook. Restoran Pecel Lele Lela Bogor agar memenuhi keinginan konsumen serta dapat tetap bersaing dengan restoran lain yang ada di Kota Bogor, maka pihak manajemen harus mampu menciptakan strategi pemasaran yang lebih tepat.
Kekuatan yang dimiliki Pecel Lele Lela di Bogor adalah Kelezatan citarasa makanan, lokasi yang strategis, menggunakan bahan baku lokal, pelayanan yang baik, ramah dan sopan, kualitas produk terjaga, merupakan pelopor restoran pecel lele modern, memiliki layanan delivery order dan area parkir restoran yang sangat memadai. Kelemahan yang dimiliki adalah belum memiliki sertifikasi halal dari BPOM, tenaga kerja tidak terspesialisasi, menu yang disajikan kurang variatif dan kegiatan promosi kurang optimal. Peluang yang dimiliki berupa letak kota Bogor yang strategis, laju pertumbuhan penduduk kota Bogor, perubahan gaya hidup masyarakat, peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat, perkembangan kemajuan teknologi dan kekuatan tawar pemasok rendah. Sedangkan ancaman yang dihadapi adalah tingkat persaingan dalam industri restoran tinggi, adanya serbuan waralaba asing, kenaikan harga bahan baku, banyaknya produk pengganti, kekuatan tawar konsumen tinggi dan hambatan masuk industri rendah.
Berdasarkan hasil analisis QSPM, dapat dilihat bahwa strategi terbaik yang harus dilakukan sekarang adalah salah satu strategi WO yaitu meningkatkan efektivitas promosi melalui iklan baik media cetak maupun media elektronik lokal dan website serta meningkatkan sponsorship event-event atau kegiatan kemahasiswaan. Selain itu Pecel Lele Lela di Bogor hendaknya melakukan diversifikasi dan pengembangan produk untuk dapat mengatasi kejenuhan konsumen.
FORMULASI STRATEGI PEMASARAN PADA RESTORAN WARALABA PECEL LELE LELA DI BOGOR,
JAWA BARAT
SITI BAROROH NASUTION H34087028
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Judul Skripsi : Formulasi Strategi Pemasaran pada Restoran Waralaba Pecel
Lele Lela di Bogor, Jawa Barat
Nama : Siti Baroroh Nasution
NIM : H34087028
Disetujui, Pembimbing
Suprehatin, SP, MAB NIP. 19800107 2005011 001
Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 1984031 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Formulasi
Strategi Pemasaran pada Restoran Waralaba Pecel Lele Lela di Bogor, Jawa
Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juni 2012
Siti Baroroh Nasution
H34087028
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 12 Juli 1986. Penulis adalah
anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Mohammad Jamil
Nasution dan Ibunda Rosilah.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD MI AN-NUR Cirebon pada
tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di
SLTP Muhammadiyah 1 Cirebon. Pendidikan lanjutan menengah atas di MAN 1
Bogor diselesaikan pada tahun 2005.
Pada tahun yang sama penulis diterima di program Diploma III Program
Keahlian Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Reguler. Pada tahun 2009 penulis mendapat
kesempatan melanjutkan pendidikan pada pendidikan strata satu (S1) Program
Sarjana Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Strategi
Pemasaran Restoran Pecel Lele Lela di Bogor, Jawa Barat”
Penelitian ini bertujuan menganalisis strategi pemasaran yang telah
diterapkan oleh Restoran Pecel Lele Lela di Bogor, menganalisis kondisi
lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang dihadapi oleh Restoran Pecel
Lele Lela di Bogor dan merumuskan alternatif strategi pemasaran yang tepat
untuk Restoran Pecel Lele Lela di Bogor agar dapat bersaing dengan restoran
lainnya.
Bogor, Juni 2012
Siti Baroroh Nasution
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada :
1. Suprehatin,SP.MAB selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,
waktu, kesabaran dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini hingga selesai.
2. Ir. Netti Tinaprila, Msi selaku dosen penguji utama dalam sidang yang telah
memberikan koreksi, saran dan masukannya kepada penulis untuk
menjadikan skripsi ini lebih baik.
3. Yanti Nuraeni Muflikh,SP, MAgribuss selaku dosen evaluator pada kolokium
yang telah memberikan banyak masukan, kritikan dan saran kepada penulis.
4. Ir. Netti Tinaprila, MSi yang telah menjadi dosen pembimbing akademik dan
seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis.
5. Kedua orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap doa dan dukungan yang
diberikan dengan kesabaran dan kasih sayang. Semoga ini bisa menjadi
persembahan yang terbaik.
6. Pihak Restoran Pecel Lele Lela Bogor atas waktu, kesempatan, informasi dan
dukungan yang diberikan.
7. Fitria Marunduri terima kasih untuk partisipasi menjadi pembahas pada
seminar dan telah memberikan banyak masukan, waktu dan dukungannya
pada penulis.
8. Teman-teman ekstensi Agribisnis angkatan 06 atas semangat dan sharing
selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak
dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.
Bogor, Juni 2012
Siti Baroroh Nasution
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................... Xii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................... Xiii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................... Xiv
I. PENDAHULUAN ………………………………………..…… 1
1.1 Latar Belakang …………………………………….……… 1
1.2 Perumusan Masalah…………………………….…….……. 4
1.3 Tujuan Penelitian…………………………..…….………… 7
1.4 Manfaat Penelitian ……………………………….………... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………..… 8
2.1 Restoran …………...……………………………….….….… 8
2.2 Waralaba………………………………………………...….. 9
2.2.1 Perjanjian Waralaba…………………………….……. 10
2.2.2 Hak dan Kewajiban Pemberi Waralaba……….……… 11
2.2.3 Hak dan Kewajiban Penerima Waralaba…….….……. 12
2.3 Konsep Strategi Pemasaran……………………….…….…... 13
2.4 Lingkungan Perusahaan………………………….……….… 14
III. KERANGKA PEMIKIRAN ………………………..………..…. 17
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis …………………….…………. 17
3.1.1 Konsep Strategi Pemasaran…………………..……….. 18
3.1.2 Analisis Lingkungan Perusahaan……………..………. 18
3.1.3 Alat Analisis…………………………………..………. 27
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional…………………….…….. 29
IV. METODE PENELITIAN ……………………….………..…….. 32
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ……………..………………… 32
4.2 Jenis dan Sumber Data…………………..………………..... 32
4.3 Metode Pengumpulan Data…………….…………………... 32
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data..…………………….. 33
4.4.1 Tahap Input……...……………………………………. 34
4.4.1.1 Analisis lingkungan eksternal……………......… 34
4.4.1.2 Analisis Lingkungan Internal....………………. 34
4.4.1.3 Analisis Matriks IFE&EFE…….……………… 35
4.4.2 Tahap Pencocokan…………………………………… 38
4.4.3 Tahap Keputusan…………..…………………………. 40
4.5 Definisi Operasional………………………………………… 41
V.GAMBARAN UMUM RESTORAN.........……………………… 42
5.1 Sejarah Pendirian Restoran.....……………………………… 42
5.2 Lokasi Restoran.....…………………………………………. 43
5.3 Struktur Organisasi………………………………………... 43
VI.HASIL DAN PEMBAHASAN…………………….………….. 47
6.1 Analisis Lingkungan Internal………………..…………….. 47
6.1.1 Segmentasi, Target dan Posisi………..……………… 47
6.1.2 Bauran Pemasaran……………………………………. 50
6.2 Analisis Lingkungan eksternal.…………………………….. 56
6.2.1 Lingkungan Jauh……………………………..……….. 57
6.2.2 Lingkungan Industri…………………………..………. 59
6.3 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman 61
6.3.1 Kekuatan……………………………………………… 61
6.3.2 Kelemahan……………………………………………. 63
6.3.3 Peluang……………………………………………….. 64
6.3.4 Ancaman……………………………………………… 65
6.4 Formulasi Alternatif Strategi Pemasaran…………………. 66
6.4.1 Tahap Masukan……………………………………….. 66
6.4.2 Tahap Pencocokan……………………………………. 69
6.4.3 Tahap Keputusan……………………………………… 74
VII.KESIMPULAN DAN SARAN………………………………. 75
7.1 Kesimpulan………………………………………………... 75
7.2 Saran………………………………………………………. 77
DAFTAR PUSTAKA ......………………………………………… 79
LAMPIRAN…………….......…………………………………….. 81
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Data Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor ..........….. 2
2 Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun 2004-2008………........... 3
3 Omzet Restoran Pecel Lele Lela di Bogor…….....…………..... 6
4 Penilaian Bobot Faktor Internal Perusahaan…...…………......... 36
5 Analisis Matriks EFE................................................................... 37
6 Analisis Matriks IFE………………………………………........ 38
7 Analisis Matriks QSPM………………………………….......… 41
8 Tingkat Inflasi di Indonesia Tahun 2004-2008……………........ 58
9 Hasil Analisis Matriks IFE…………………………………...... 67
10 Hasil Analisis Matriks EFE……………………………….....… 68
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Langkah-langkah Dalam Pemasaran Terarah ................. 20
2 Kerangka Pemikiran Operasional................................... 31
3 Matriks SWOT………………….………………………. 40
4 Struktur Organisasi Pecel Lele Lela di Bogor…………. 44
5 Hasil Analisis Matriks SWOT…………………………. 73
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Kuesioner Penelitian (IFE dan EFE)……………………… 84
2 Kuesioner Penelitian (Analisis QSPM)…………………… 89
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini makanan bukan hanya kebutuhan melainkan juga menjadi bagian
dari gaya hidup seseorang. Peningkatan minat masyarakat untuk mengunjungi
restoran disebabkan oleh perubahan pola pikir bahwa makan diluar meningkatkan
harga diri. Tingginya minat masyarakat untuk makan diluar rumah menyebabkan
permintaan terhadap makanan siap saji pun meningkat, yang pada kemudian
menciptakan peluang berdirinya usaha-usaha restoran makanan di Indonesia
khususnya kota besar.
Restoran makanan yang menyajikan menu beragam dan cepat saji menjadi
pilihan bagi konsumen, hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya restoran
cepat saji yang berdiri. Kebiasaan dan potensi masyarakat perkotaan yang
cenderung membeli makanan siap saji adalah peluang bisnis. Peluang bisnis
tersebut semakin didukung dengan telah banyak usaha restoran yang menawarkan
sistem waralaba bagi para pengusaha yang akan membuka usaha restoran.
Waralaba (franchise) adalah sistem pemberian lisensi olekh seseorang (pemberi
waralaba) kepada pihak lain (penerima waralaba) (Queen 1993). Sistem waralaba
lebih menguntungkan karena resiko usaha sudah diminimalisir sedemikian rupa
oleh pihak franchisor dan modal yang dikeluarkan pun akan lebih kecil
dibandingkan membuka usaha sendiri dengan skala usaha yang sama. Pihak
franchisor sudah menyediakan segala sesuatu untuk mendukung investor
(franchisee) termasuk survey, metode marketing dan promosi, perizinan, bahan
baku, manajemen, standar kerja, desain interior dan lain-lain.
Beberapa waralaba banyak yang telah memiliki nama atau merek terkenal
seperti Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut, Mc Donald dan Hoka-Hoka Bento.
Waralaba lokal yang ditawarkan dengan modal tidak terlalu tinggi hanya dengan
belasan juta rupiah, seperti Es Teler 77, Ayam Bakar Wong Solo, Bakmi Japos,
Bakmi Raos dan Pecel Lele Lela.
Pada saat ini jumlah restoran mengalami peningkatan, salah satunya di
kota Bogor (buku pariwisata Kota Bogor 2009). Di kota Bogor banyak berdiri
berbagai macam restoran yang menawarkan berbagai jenis hidangan.
Perkembangan jumlah restoran dan rumah makan di kota Bogor pada tahun 2005-
2009 dapat dilihat pada (Tabel 1).
Tabel 1. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor Tahun 2005-2009
Tahun Jumlah Pertumbuhan (%)
2005
2006
2007
2008
2009
222
248
268
211
225
15.63
11.71
8.06
-21.27
6.22 Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayan Kota Bogor, 2009
Tabel 1 menunjukkan peningkatan jumlah restoran yang mengakibatkan
persaingan antar restoran cukup tinggi, khususnya di kota Bogor. Pada tahun 2008
jumlah restoran dan rumah makan menurun sebanyak 57 unit, hal ini dikarenakan
ada sebagian restoran dan rumah makan yang mengalami kebangkrutan.
Kebanyakan restoran (pesaing) gagal pada tahun pertama operasionalnya dengan
persentase 25-33 persen. Selain itu, penyebab bisnis restoran gagal pada tahun
pertamanya adalah ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan dan
mengoptimalkan peluang serta persaingan yang ada, kurangnya pengalaman dan
pengetahuan akan bisnis makanan dan manajemen operasional (Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Kota Bogor 2009).
Selain itu, salah satu penyebab meningkat dan menurunya jumlah restoran
adalah jumlah penduduk. Peningkatan jumlah penduduk secara tidak langsung
akan meningkatkan jumlah konsumsi akan pangan. Peningkatan jumlah penduduk
merupakan peluang bagi pengusaha untuk membuka bisnis restoran. Peningkatan
jumlah penduduk berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) kota Bogor
pada tahun 2004 sampai tahun 2008 dapat dilihat pada (Tabel 2).
Tabel 2. Jumlah Penduduk Kota Bogor 2004-2008
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bogor, 2009
Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk kota Bogor berfluktuasi
pada setiap tahunnya. Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang
dinamis antara kekuatan yang menambah dan mengurangi jumlah penduduk.
Perpindahan penduduk akan mempengaruhi bertambah atau berkurangnya jumlah
penduduk pada suatu daerah. Rata-rata pertumbuhan penduduk kota Bogor per
lima tahunnya adalah sebesar 1,24 persen. Keadaan inilah yang menyebabkan
meningkatnya permintaan masyarakat terhadap jasa penyediaan makanan,
khususnya di bidang restoran.
Pada saat ini pengusaha restoran merespon kebutuhan masyarakat dengan
menawarkan berbagai keuntungan dan fasilitas tidak hanya dalam menyajikan
makanan dan minuman, akan tetapi dengan menambahkan suasana nyaman dan
santai yang dapat membuat konsumen nyaman berada di restoran tersebut. Usaha
restoran akan berjalan dengan lancar apabila didukung dengan strategi yang tepat.
Bisnis restoran yang gagal atau tidak berjalan dengan lancar dikarenakan
perusahaan tidak mengetahui strategi-strategi yang tepat dalam memajukan
usahanya.
Salah satu restoran yang berada pada persaingan antar restoran di kota
Bogor dan menawarkan berbagai jenis makanan dengan bahan dasar ikan lele
adalah restoran Pecel Lele Lela. Pecel Lele Lela merupakan restoran yang
menyediakan produk makanan olahan dari ikan lele seperti lele goreng tepung,
lele saus padang, lele saus tiram, lele asam manis, lele lada hitam, lele goreng
mentega, lele goreng ala Afrika, dan lele fillet goreng tepung. Selain lele, menu
alternatif lain yang disajikan adalah ayam bakar madu dan ayam goreng mentega.
Tahun Jumlah Penduduk
2004
2005
2006
2007
2008
833.523
844.778
855.846
867.314
1.050.000
Persaingan yang semakin ketat diantara banyaknya usaha sejenis baik yang
baru memulai maupun yang sudah lebih dulu dikenal oleh konsumen,
mengharuskan pengelola restoran Pecel Lele Lela dapat melihat dan
memanfaatkan peluang yang ada. Kemampuan membaca selera pasar, menjaga
kualitas makanan, pelayanan prima, Penanganan keluhan serta manajemen yang
baik adalah hal-hal penting yang harus selalu dijaga oleh suatu perusahaan. Oleh
karena itu, strategi pemasaran dilaksanakan untuk meningkatkan pendapatan dan
menghadapi persaingan agar dapat bertahan di pasar yang kompetitif.
1.2 Perumusan Masalah
Banyak restoran yang bermunculan di kota Bogor merupakan dampak dari
banyaknya permintaan masyarakat akan makanan yang enak, sehat dan bergizi
tetapi dengan harga yang terjangkau. Hal tersebut dipengaruhi oleh informasi,
gaya hidup, kesadaran gizi, persepsi, pendidikan yang tinggi serta masyarakat
yang tidak memiliki banyak waktu untuk menyiapkan makanan.
Perubahan yang ada di masyarakat menyebabkan Restoran Pecel Lele Lela
untuk menampilkan suasana baru dalam menikmati hidangan lele. Di Bogor sudah
sangat banyak sekali warung pecel lele tenda dan restoran lain yang menyajikan
menu olahan dari ikan lele maka Restoran Pecel Lele Lela di Bogor hadir
menyajikan menu olahan dari ikan lele dengan berbagai pilihan masakan olahan
dari ikan lele untuk memperkaya pilihan menu makanan masyarakat di Bogor.
Banyak waralaba yang menawarkan sistem menarik namun dalam
penerapan sistem operasinya terdapat kekurangan terutama pada strategi
pemasaran. Strategi pemasaran merupakan kunci agar produk dikenal oleh
masyarakat, terutama konsumen yang akan menggunakan barang atau jasa yang di
produksi. Pada pemberi waralaba yang menawarkan sistem waralaba sering kali
faktor strategi pemasaran tidak diperhatikan sehingga banyak usaha waralaba
yang sulit berkembang. Mengatasi masalah tersebut maka diperlukan inisiatif
penerima waralaba untuk meningkatkan strategi pemasaran pada usaha waralaba
yang dibelinya (Karamoy 1997). Hal ini biasanya tidak diperbolehkan oleh
franchisor, tetapi pada waralaba Pecel Lele Lela hal ini diperbolehkan untuk
memberikan kemajuan usaha bagi franchisee dalam menjalankan bisnis selama
bersifat pengembangan terkait produk, harga, promosi, tempat, bukti fisik, proses
dan orang serta mendapat persetujuan resmi dari pihak franchisor.
Pecel Lele Lela merupakan restoran dengan sistem waralaba yang
didirikan pada tahun 2006 oleh bapak Rangga Umara. Pada tahun 2009 Pecel Lele
Lela membuka usaha kemitraan dan telah membuka cabang di seluruh Indonesia
serta berhasil meraih penghargaan dari Kementrian Kelautan dan Perikanan
sebagai restoran lele inovatif. Pecel Lele Lela di Bogor di buka di Bogor pada 3
Mei 2009 yang terletak di Jalan Jendral Sudirman Kavling 6 Nomor 22, Bogor
dengan pemilik Ibu Ling-ling dan Ibu Anki.
Keistimewaan dari restoran Pecel lele Lela yaitu produk yang ditawarkan
sangat diutamakan kualitasnya. Bahan baku yang di gunakan terjamin kualitasnya
agar dapat memuaskan konsumen. Ramainya pengunjung masih fluktuatif,
dikarenakan promosi yang dilakukan masih belum maksimal karena masih hanya
melalui mulut ke mulut dan dengan media jejaring sosial berupa facebook.
Restoran Pecel Lele Lela Bogor agar memenuhi keinginan konsumen serta dapat
tetap bersaing dengan restoran lain yang ada di Kota Bogor, maka pihak
manajemen harus mampu menciptakan strategi pemasaran yang lebih tepat.
Tingkat persaingan yang tinggi dalam bisnis restoran di Kota Bogor yang
ditandai dengan makin bertambahnya jumlah restoran tiap tahun, membuat
restoran Pecel Lele Lela di Bogor harus mampu untuk meningkatkan mutu dan
pelayanannya agar dapat meraih pangsa pasar industri restoran di Kota Bogor.
Pada kenyataannya total omzet penjualan restoran Pecel Lele Lela Bogor sudah
stabil namun belum mengalami peningkatan yang signifikan dari awal berdiri
berkisar antara Rp 45.000.000 sampai Rp 50.000.000. Data total omzet penjualan
restoran pecel Lele Lela dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Omzet Restoran Pecel Lele Lela Bogor Bulan Januari – Mei 2011
Bulan Jumlah Omzet
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Rp.61.000.900
Rp.60.000.000
Rp.59.000.300
Rp.60.800.000
Rp.61.514.000
Sumber: Restoran Pecel Lele Lela Cabang Bogor 2011
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat omzet Restoran Lecel Lele Lela dari
bulan Januari sampai Mei, stabil dalam kisaran 60 juta dan belum mengalami
peningkatan yang signifikan. Hal ini dikarenakan promosi yang dilakukan belum
optimal karena pada saat ini promosi hanya dilakukan melalui media jejaring
sosial (facebook) dan hanya dari mulut kemulut saja. Selain itu, mungkin karena
variasi produk yang ditawarkan masih terbatas yang kemungkinan menyebabkan
konsumen menjadi jenuh. Pihak manajemen restoran sangat menginginkan
meningkatkan penjualan sehingga omzet meningkat mencapai 20% dari omzet
semula yaitu kurang lebih Rp 60.000.000.
Menghadapi permasalahan tersebut, maka pihak manajemen restoran Pecel
Lele Lela Bogor harus mengetahui penyebab penjualan produk dan jumlah
pengunjung restoran Pecel Lele Lela Bogor belum mengalami peningkatan.
Setelah diketahui apa yang menjadi penyebab belum mengalami peningkatan yang
signifikan baru pihak manajemen restoran Pecel Lele Lela Bogor membutuhkan
strategi yang tepat agar kebutuhan dan keinginan konsumen dapat tercapai serta
dapat membuka peluang untuk terus berkembang ditengah persaingan bisnis
restoran di kota Bogor.
Berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa saja faktor-faktor yang menentukan strategi pemasaran restoran Pecel
Lele Lela di Bogor baik dari kondisi lingkungan internal maupun eksternal?
2. Bagaimana perumusan alternatif strategi pemasaran yang sesuai bagi restoran
Pecel Lele Lela di Bogor yang sesuai dengan kondisi lingkungan internal dan
eksternal perusahaan saat ini untuk direkomendasikan kepada pihak
franchisor?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Menganalisis faktor internal dan eksternal pada restoran Pecel Lele Lela di
Bogor.
2. Merumuskan alternatif strategi pemasaran bagi Pecel Lele Lela di Bogor yang
sesuai dengan kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan pada saat
ini untuk direkomendasikan kepada pihak franchisor.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, manfaat yang akan didapat sebagai
berikut:
1. Bagi pihak manajemen restoran Pecel Lele Lela Bogor, hasil penelitian ini
diharapkan memberikan masukan dan pertimbangan alternatif terbaik dalam
meningkatkan kinerja perusahaan.
2. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dpat berguna untuk menambah
pengalaman dan merupakan pengimplementasian ilmu pengetahuan yang telah
didapatkan selama kuliah dan diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
literatur untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
dan informasi mengenai strategi pemasaran restoran.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Restoran
(Marsum 2009 dalam Firbani 2006) menjelaskan bahwa, restoran adalah
suatu tempat atau bangunan yang diorganisasikan secara komersial, yang
menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua tamunya baik berupa
makan maupun minum. Restoran pada umumnya memiliki bangunan sendiri,
tetapi ada juga restoran yang menyatu dengan bangunan lain seperti hotel, kantor
maupun pabrik. Meskipun berada dalam tempat yang berbeda-beda tetapi tujuan
operasi restoran adalah sama yaitu untuk mencari keuntungan serta memberikan
kepuasan bagi para tamu atau konsumen terhadap makanan dan pelayanannya.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 9 Tahun 2004, restoran
adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh
bangunan yang permanen, dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk
proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan makanan dan minuman
bagi umum di tempat usahanya dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
keputusan ini. Restoran termasuk dalam kategori jasa, walaupun prosesnya terkait
dengan produk fisik, kinerjanya pada dasarnya tidak berwujud (intangible) dan
biasanya tidak menghasilkan kepemilikan atas faktor-faktor produksi (Lovelock
dan Wright 2005). Menurut Kotler (2002) restoran terkait dengan orang, bukti
fisik, dan proses, karena sebagian besar jasa diberikan oleh orang, seleksi,
pelatihan, dan motivasi pegawai dapat membuat perbedaan yang besar dalam
kepuasan pelanggan. Hal inilah yang menyebabkan bisnis ini unik karena
menggabungkan antara penjualan produk berupa makanan dan minuman dengan
usaha memberikan pelayanan jasa kepada konsumennya.
Industri restoran merupakan salah satu bentuk usaha ekonomi yang
memiliki prospek yang baik, bahkan dalam kondisi krisis sekalipun. Sukses usaha
di bidang pelayanan makanan dan minuman ini tidak hanya ditentukan oleh
jumlah pengunjung tetapi juga ditentukan oleh kemampuan meningkatkan
pertumbuhan pelanggannya. Binis restoran memiliki prospek yang bagus, tetapi
sangat rentan, terutama terhadap masalah konsistensi rasa, kontrol mutu dan
pelayanannya. Pelaku bisnis ini membutuhkan pemahaman yang kuat tentang
bisnis restoran terutama yang berkaitan dengan produk, mutu pelayanan,
manajemen, administrasi, dan pengawasan.
Menurut Torsina (2000), ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar usaha
restoran yang akan dibangun maju, yaitu:
1) Memberikan atau menawarkan variasi menu makanan, cita rasa dan kelezatan
yang berbeda dari makanan yang telah banyak ditawarkan oleh restoran lain.
2) Memberikan pelayanan yang baik serta kecepatan penyajian, dan
3) Harga yang bersaing dan lokasi yang strategis yang menjadi indikator bagi
kemajuan restoran.
2.2 Waralaba
Waralaba berasal dari wara (lebih atau istimewa) dan laba (keuntungan).
Dengan demikian, usaha waralaba merupakan usaha yang memberikan
keuntungan lebih atau istimewa, secara hukum waralaba berarti persetujuan legal
atas pemberian hak atau keistimewaan untuk memasarkan suatu produk atau jasa
dari pemilik (franchisor) kepada pihak lain (franchise) yang diatur dalam suatu
aturan permainan tertentu. Franchise disini bukanlah cabang perusahaan
(company-owned unit) milik franchisor melainkan usaha yang mandiri.
Hubungan antara franchisor dan franchisee bersifat horizontal, sehingga dalam
hubungan bisnis dan hukum keduanya setara, dalam arti sama-sama mempunyai
hak dan kewajiban yang harus ditaati dan dilaksanakan sesuai kesepakatan.
(Karamoy 1997).
Pasal 27 (d) Undang-Undang No.9 Tahun 1995 tentang waralaba,
menyatakan bahwa pola waralaba atau franchise diartikan sebagai hubungan
kemitraan yang didalamya pemberi waralaba (franchisor) memberikan hak
penggunaan lisensi, merek dagang, dan saluran distribusi perusahaannya kepada
penerima waralaba (franchisee) dengan disertai bimbingan manajemen. Menurut
Queen (1993) waralaba merupakan suatu metode perluasan pemasaran dan bisnis.
Suatu bisnis memperluas pasar dan distribusi produk serta pelayanan dengan
membagi bersama standar pelayanan dan operasional. Secara lebih spesifik
terdapat dua hubungan franchise yang diakui, yaitu:
1) Franchise Format Bisnis, seorang pemegang franchisee memperoleh hak
untuk memasarkan dan menjual produk atau pelayanan dalam suatu wilayah
atau lokasi spesifik dengan menggunakan standar operasional dan pemasaran.
2) Franchise Distribusi Produk, seorang pemegang franchisee memperoleh
lisensi eksklusif untuk memasarkan suatu produk dari suatu perusahaan
tunggal dalam lokasi spesifik.
Sebagai suatu metode kemitraan, waralaba memiliki tiga bentuk sistem
(LPPM dalam Nurhanif, 1999):
1) Trade Mark/Brand Franchising
Tipe ini dilakukan dengan memberikan hak atau lisensi kepada penerima
waralaba untuk memproduksi barang dan jasa menggunakan nama dagang
milik pemberi waralaba. Tipe ini banyak dilakukan misalnya dalam industri
pakaian terkenal yang kemudian diproduksidi dalam negeri.
2) Product Distribution Franchise (Product Franchising)
Pada tipe ini penerima waralaba memperoleh hak untuk memasarkan barang
dan jasa pemberi waralaba dengan memanfaatkan jalur distribusi tertentu
yang telah dikembangkan pemberi waralaba. Tipe ini banyak dipraktekkan
untuk produk-produk suku cadang, kendaraan bermotor, minuman ringan,
barang kosmetik dan lainnya.
3) Pure Franchising (Business Format Franchising)
Pada tipe ini pemberi waralaba menyediakan format waralaba yang lengkap
mulai dari pemanfaatan merek dagang dan jasa untuk dijual, perangkat
manajemen, pengawas mutu, jalur distribusi, dan pelayanan lainnya. Tipe ini
banyak digunakan di restoran siap saji, agen penjualan mobil, rumah dan jasa
pelayanan lainnya.
Berdasarkan sistem waralaba tersebut maka restoran Pecel Lele Lela
termasuk ke dalam Pure Franchising karena pemberi waralaba menyediakan
format waralaba yang lengkap.
2.2.1 Perjanjian Waralaba
Hal pertama yang harus dilakukan untuk memulai usaha dengan sistem
waralaba adalah dengan membuat kontrak atau perjanjian waralaba terlebih
dahulu. Suatu perjanjian waralaba ditutup dan mulai berlaku setelah
perjanjiannya ditanda tangani oleh semua pihak yang terlibat. Perjanjian waralaba
adalah suatu dokumen yang secara hukum menentukan hak dan kewajiban dari
hak pemberi dan penerima waralaba. Penerima waralaba harus membaca dan
memahami seluruh isi perjanjian tersebut sebelum setuju menandatangani
perjanjian. Masa berlakunya perjanjian waralaba adalah lamanya waktu selama
penerimaan waralaba boleh menggunakan lisensi atau sistem yang di
waralabakan (Mendelsohn dan Queen, 1993).
2.2.2 Hak dan Kewajiban Pemberi Waralaba
Pemberi waralaba (franchisor) mempunyai hak untuk mendapatkan uang
franchise (franchise fee) karena telah mewaralabakan bisnisnya. Menurut
Mendelsohn (1993) ada tiga cara dalam menentukan uang franchisee yaitu:
1. Uang Franchise Awal (Initial Franchise Fee)
Biaya ini terdiri dari biaya rekruitmen sebesar biaya pendirian yang
dikeluarkan oleh pemberi waralaba (franchisor) untuk kepentingan penerima
waralaba. Biaya ini ditanggung sepenuhnya oleh penerima waralaba
(franchisee).
2. Uang Franchise Terus-menerus (Continuing Franchise Fee)
Uang franchise tersebut merupakan pembayaran atas jasa terus menerus yang
diberikan oleh penerima waralaba (franchise) atas kegiatan operasional yang
dilakukan oleh usaha waralaba tersebut. Biasanya uang tersebut dihitung
berdasarkan persentase dari pendapatan kotor usaha waralaba tersebut.
3. Kenaikan Harga Produk
Apabila pemberi waralaba (franchisor) merupakan pemasok produk bagi
penerima waralaba (franchisee), perlu dibuat mekanisme untuk melindungi
penerima waralaba (franchisee) terhadap kenaikan harga yang tidak wajar dan
tidak adil. Perlindungan tidak dibuat, pemberi waralaba (franchisor) dapat
menaikkan keuntungannya melampaui pengeluaran penerima waralaba
(franchisee) yang tentunya akan sangat merugikan pihak penerima waralaba
(franchisee).
Menurut Mendelsohn (1993) kewajiban pemberi waralaba (franchisor)
adalah :
1. Franchisor harus mengetahui di mana outlet didirikan dan kriteria yang
menentukan suatu tempat atau suatu daerah.
2. Franchisor mempersiapkan peralatan dan perabotan yang telah
distandarisasikan.
3. Franchisor memberikan saran mengenai dekorasi toko untuk merefleksikan
citra nama yang telah terbentuk.
4. Franchisor mempersiapkan petunjuk operasional yang memberikan semua
informasi yang diperlukan franchisee agar mampu mengoperasikan bisnis
waralabanya secara tepat. Petunjuk operasional berisi panduan rinci mengenai
tugas-tugas yang harus dijalankan oleh staf anggota atau penerima waralaba
(franchisee).
5. Franchisor harus menyusun pengaturan bersama dengan pemasok bahan-
bahan dasar atau barang-barang yang dibutuhkan oleh bisnis yang
diwaralabakan agar franchisee mampu menjual dengan harga yang kompetitif.
6. Franchisor harus menyusun jadwal pelatihan dan mempersiapkan fasilitas
pelatihan untuk para franchisee serta staff mereka.
7. Franchisor perlu mempersiapkan prosedur akunting dan system bisnis yang
sederhana yang harus di operasikan oleh franchisee. Franchisor juga harus
melatih franchisee dalam prosedur akunting dan sistem bisnis ini.
2.2.3 Hak dan Kewajiban Penerima Waralaba
Penerima waralaba menurut Karamoy (1997) mempunyai hak untuk
mendapatkan bantuan teknis dari pemberi waralaba berupa:
1). Seleksi lokasi dan survey demografi
2). Program pelatihan awal
3). Bantuan untuk pra pembukaan dan pembukaan perusahaan dan kantor
4). Bantuan pelaksanaan atau kegiatan operasi (on going operasional assistance);
5). Program pelatihan lanjutan
6). Akses data atau informasi pasar dan pemasaran
7). Bantuan konsultasi dan situasi krisis.
Queen (1993) menjelaskan bahwa kewajiban finansial yang harus
dibayarkan oleh penerima waralaba kepada pemberi waralaba, yang terdiri dari:
1) Biaya Waralaba (Franchise Fee): kewajiban membayar biaya waralaba terjadi
pada masa awal waralaba. Pemberi waralaba umumnya akan meminta suatu
deposito pada saat tahapan pembicaraan awal dan sisanya harus dilunasi pada
saat penandatanganan perjanjian waralaba.
2) Pengeluaran langsung (Direct Ekspense): pengeluaran langsung untuk biaya
hidup dan pemondokan pemilik franchise tahapan awal. Penerima waralaba
wajib menanyakan siapa yang bertanggung jawab atas biaya selama pemilihan
lokasi, pelatihan penerima waralaba dan bantuan penerima waralaba saat
pembukaan.
3) Royalti: pembayaran berlanjut (continuing franchise fee) kepada pemberi
waralaba sebagai imbalan atas pemberian hak waralaba. Pembayaran dapat
dilakukan setiap minggu, bulan atau triwulan dan diterapkan sebagai
persentase atas pendapatan kotor.
4) Biaya Pemasaran dan Periklanan (Marketing and Advertising fees): biaya ini
dapat didasarkan kepada volume penjualan atau ditentukan oleh biaya aktual
dari suatu program tertentu atau suatu kombinasi dari kedua metode tersebut.
5) Sewa: beberapa pemberi waralaba memiliki lokasi dan/atau peralatan dan
menyewakan kepada penerima waralaba.
6) Biaya Penyerahan/Pengalihan (Assignment Fees): apabila penerima waralaba
menjual bisnisnya, pemberi waralaba memerlukan suatu pembayaran untuk
mempersiapkan perjanjian penyerahan, pelatihan penerima waralaba yang
baru dan biaya lain yang berhubungan dengan pengalihan tersebut.
Penelitian terdahulu yang juga meneliti pada restoran waralaba
diantaranya Nugroho (2009) dalam penelitiannya yang mengkaji tentang Analisis
Prioritas Strategi Bauran Pemasaran pada Restoran Bakmi Raos Condet Jakarta,
Fitri (2009) yang mengkaji tentang Penilaian Konsumen Terhadap Pelaksanaan
Bauran Pemasaran (7P) pada Restoran Bakmi Japos Bogor.
2.3 Konsep Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan dapat dilakukan
melalui pendekatan dengan konsep Segmentation, Targetting dan Positioning
(STP) dan konsep bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari 7P yaitu
product, price, place, promotion, people, physic dan process. Konsep strategi
bauran pemasaran 7P juga dilakukan oleh Fitri (2009) yang mengkaji tentang
Penilaian Konsumen Terhadap Pelaksanaan Bauran Pemasaran (7P) pada
Restoran Bakmi Japos Bogor, Ridwansyah (2009) yang mengkaji tentang Strategi
Pemasaran pada Rumah Makan Sate Kiloan Empuk Cibinong.
Menyusun strategi pemasaran terbaik, perusahaan harus memutuskan siapa
yang akan dilayaninya. Perusahaan melakukan hal ini dengan membagi pasar
menjadi segmen pelanggan (segmentasi pasar) dan memilih segmen yang akan
dituju (target pemasaran). Perusahaan harus memutuskan bagaimana cara
perusahaan itu melayani pelanggan sasaran (perusahaan melakukan diferensiasi
dan memposisikan dirinya sendiri di pasar). Selanjutnya, perusahaan kemudian
merancang bauran pemasaran yang terintegrasi untuk menghasilkan respons yang
diinginkan dalam pasar sasaran.
2.4 Lingkungan Perusahaan
Salah satu tujuan dari suatu perusahaan adalah memperoleh laba yang
optimal dari kegiatannya sehari-hari, khususnya pada kegiatan yang berhubungan
dengan pemasaran baik itu pemasaran produk ataupun pemasaran jasa.
Menjalankan kegiatan pemasaran yang baik dan sesuai sasaran yang diharapkan,
maka perusahaan harus menerapkan suatu strategi yang tepat dan sesuai dengan
lingkungan pemasaran perusahaannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemasaran terdiri dari faktor-faktor
internal dan eksternal perusahaan. Faktor-faktor internal Analisis internal
perusahaan dikenal juga dengan nama analisis profil perusahaan. Analisis lingkungan
internal dilakukan untuk mengamati kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
perusahaan. Kekuatan merupakan potensi yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat
digunakan untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang muncul dari
luar. Sedangkan kelemahan adalah segala keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki
oleh perusahaan dan harus terus diperbaiki agar perusahaan mampu bersaing di pasar.
Adapun lingkungan internal perusahaan tersebut dilihat dari analisis fungsional.
Analisis Fungsional merupakan salah satu cara yang paling sederhana untuk
memahami dan menganalisis lingkungan internal perusahaan. Secara pedekatan
fungsional lingkungan internal perusahaan terdiri dari pemasaran, keuangan, sumber
daya manusia, produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan serta sistem
informasi manajemen.
Pemasaran dapat dideskripsikan sebagai proses pendefinisian, penciptaan, serta
pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen akan produk dan jasa yang
ditawarkan oleh suatu perusahaan. Agar sukses dipasar yang penuh dengan
persaingan maka perusahaan harus menempatkan konsumen ditengah. Akan tetapi
sebelum memuaskan konsumen, sebuah perusahaan harus memahami dengan jelas
apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan dari konsumen. Faktor-faktor yang
diperhatikan dalam aspek pemasaran adalah unsur pemasaran STP (segmentation,
targetting dan positioning) dan bauran pemasaran 7P (product, price, place,
promotion, people, process dan phisic). Faktor-faktor eksternal terdiri dari
lingkungan jauh dan lingkungan industri, yang termasuk lingkungan jauh adalah
faktor politik, faktor ekonomi, faktor sosial dan faktor teknologi. Sedangkan
lingkungan industri perusahaan adalah ancaman pendatang baru, tingkat
persaingan antar perusahaan, ancaman produk pengganti, kekuatan tawar
menawar pemasok dan kekuatan tawar menawar konsumen.
Teori David (2009) ini digunakan dalam penelitian Ratnasari (2009) sama
seperti pada penelitian Erlaningsih (2008) dan Pratiwi (2008).
Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Ridwansyah (2008)
dan Sartika (2008). Kedua penelitian ini menggunakan teori Kotler dan Armstrong
(1996), dimana lingkungan perusahaan terdiri dari lingkungan mikro dan
lingkungan makro. Lingkungan mikro terdiri dari semua pihak yang
mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memproduksi dan menjual produk,
diantaranya adalah pemasok, perantara, pemasaran, pelanggan dan pesaing.
Sedangkan lingkungan mikro perusahaan terdiri dari faktor demografis, ekonomi,
fisik, teknologi, potilik/hukum dan sosial/budaya yang berpengaruh terhadap
penjualan dan laba perusahaan.
Setelah faktor-faktor internal dan eksternal tersebut diidentifikasi maka
digunakan matriks IFE, EFE, SWOT dan QSPM untuk mengolah data-data
tersebut secara deskriptif dan kuantitatif sebagai dasar dalam penyusunan
alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan. QSPM merupakan alat
yang memungkinkan para penyusun strategi untuk mengevaluasi berbagai strategi
alternatif secara objektif, berdasarkan faktor-faktor keberhasilan eksternal dan
internal yang telah diidentifikasi sebelummnya pada matriks IFE dan EFE.
Penelitian yang menggunakan QSPM menunjukkan bahwa prioritas strategi dari
setiap perusahaan itu berbeda-beda sesuai dengan visi dan misi dari perusahaan
tersebut. Beberapa penelitian yang mengambil topik strategi pemasaran
menggunakan QSPM untuk menentukan prioritas strategi yang akan dijalankan
oleh perusahaannya adalah Ratnasari (2009), Erlaningsih (2008), Lestari (2008)
dan Pratiwi (2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2008), menunjukkan strategi
promosi sebagai prioritas strateginya. Hal ini ditunjukkan dari visi dan misi dari
berdirinya perusahaan yaitu menjadi restoran waralaba lokal terbaiknya yang
mapan, unggul dan peka terhadap keinginan konsumen serta menciptakan
lapangan pekerjaan khususnya di daerah kota Bogor. Melakukan promosi yang
baik maka perusahaan akan dikenal oleh masyarakat. Promosi adalah upaya untuk
memberitahukan atau menawarkan produk ataupun jasa dengan tujuan menarik
konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya. Kegiatan promosi dilakukan
produsen atau distributor mengharapkan kenaikan terhadap angka penjualan.
Melakukan promosi barang ataupun jasa kepada konsumen sasaran dapat
dilakukan dengan memperhatikan lima komponen utama, diantaranya adalah
periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, penjualan perorangan dan
pemasaran langsung. Hal ini dikemukakan dalam penelitian Ratnasari (2009).
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Pemasaran dipandang sebagai fungsi bisnis yang bertugas untuk
mengenali kebutuhan dan keinginan pelanggan, menentukan pasar sasaran mana
yang akan dilayani dengan sebaik-baiknya oleh perusahaan serta menetapkan
strategi pemasaran yang akan dilakukan oleh perusahaan agar tujuannya tercapai
dengan baik. Pada penelitian ini, strategi pemasaran dirumuskan berdasarkan
unsur strategi pemasaran berupa segmentasi pasar, pentargetan pasar dan posisi
pasar yang diinginkan dan bauran pemasaran yang terdiri dari 7P. Menganalisis
lingkungan internal dan eksternal perusahaan, Matriks External Factor Evaluation
(EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE), Matriks Strengths-Weaknesses-
Opportunities-Threats (SWOT) dan Quantitative Strategic Planning Matrix
(QSPM).
3.1.1 Konsep Strategi Pemasaran
Strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta rumusan
pada pendayagunaan dan semua alokasi sumberdaya yang penting untuk mencapai
tujuan tersebut (Rangkuti 2005). Menurut David (2006), manajemen strategis
dapat didefinisikan sebagai ilmu untuk memformulasikan, mengimplementasikan,
dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat
mencapai tujuannya. Dengan demikian, manajemen strategis dapat digunakan
dalam merumuskan permasalahan suatu organisasi dan merencanakan strategi
yang akan diimplementasikan serta mengevaluasi suatu keputusan strategi.
Pemasaran sangat memegang peran penting dalam daur produk dari produsen
sampai kepada konsumen. Menurut Kotler (2005), definisi pemasaran dibedakan
menurut pendekatan sosial dan manajerial. Definisi sosial menunjukkan peran
yang dijalankan oleh pemasaran di dalam masyarakat, yaitu “menghasilkan
standar hidup yang lebih tinggi”. Menurut manajerial, yaitu pemasaran
digambarkan sebagai “seni menjual produk”.
Jadi pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas menukarkan produk yang bernilai
dengan pihak lain. Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa
sebenarnya proses pemasaran itu terjadi dimulai jauh sebelum barang-barang
diproduksi. Pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi berbagai
faktor sosial, politik, ekonomi, dan manajerial (Rangkuti 2005).
Strategi pemasaran dalam bisnis merupakan suatu cara untuk memperoleh
hasil yang diinginkan berdasarkan kondisi dan struktur yang berlaku. Strategi ini
berguna untuk mengantisipasi masalah-masalah dan kesempatan masa depan
dalam kondisi yang tepat secara sistematis, rasional, kritis, komprehensif dan
integratif (Pearce and Robinson 1997). Strategi pemasaran mengartikulasikan
sebuah rencana dalam penggunaan terbaik sumberdaya dan keunggulan
perusahaan untuk mencapai tujuannya. Menurut David (2006), strategi pemasaran
adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen efektif dari
peluang dan ancaman lingkungan, dilihat dari kekuatan dan kelemahan
perusahaan. Menurut Kotler (2005), strategi pemasaran terdiri dari prinsip-prinsip
dasar yang mendasari manajemen pemasaran untuk mencapai tujuan bisnis dan
pemasarannya dalam sebuah pasar sasaran.
Kertajaya (1998) menyatakan konsep pemasaran yang dikonsumsi dan
yang dikembangkan haruslah konsep pemasaran yang sudah terdefinisi sehingga
orang tak lagi hanya bicara bauran pemasaran, tetapi juga bagaimana
memenangkan pangsa pasar (market share), serta memenagkan pangsa pikiran
(mind share), dan memenangkan pangsa hati dan perasaan (heart share). Di
dalamnya dibicarakan mengenai brand (merek) yang merupakan nilai terpenting,
service yang merupakan value enabler, dan proses merupakan perangkat atau
pembangkit nilai (value enhancer), tentang segmentasi, positioning, diferensiasi,
dan penjualan.
3.1.2 Analisis Lingkungan Perusahaan
Lingkungan merupakan faktor-faktor di dalam dan di luar perusahaan yang
dapat mempengaruhi kegiatan dan performa suatu perusahaan. Lingkungan
bersifat dinamis atau selalu berubah, sehingga penyesuaian terhadap strategi
pemasaran dalam menghadapi perubahan lingkungan tersebut perlu dilakukan dan
mendapat perhatian dari pihak perusahaan. Perusahaan yang berhasil akan
memandang bisnis mereka dari luar ke dalam. Menyadari bahwa lingkungan
perusahaan selalu menimbulkan peluang serta ancaman baru dan mereka
memahami pentingnya memantau dan beradaptasi dengan lingkungan yang terus
berubah (Kotler dan Keller 2007).
Analisis lingkungan perusahaan sangat penting dilakukan karena
memberikan kesempatan kepada para perencana strategi untuk melakukan
tanggapan pilihan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan.
Analisis ini juga bertujuan agar manajemen perusahaan memiliki kemampuan
untuk dapat meramalkan perubahan yang mungkin terjadi, sehingga dapat
mengantisipasi perubahan tersebut. Lingkungan perusahaan terbagi menjadi dua,
yaitu lingkungan internal yang terdiri dari variabel kekuatan dan kelemahan yang
berada dalam kontrol manajemen perusahaan, serta lingkungan eksternal yang
meliputi variabel peluang dan ancaman yang berada diluar kontrol manajemen
perusahaan.
Menurut Gluek (1992) dalam Firbani (2006), analisis lingkungan
diperlukan untuk:
1) Menentukan faktor-faktor apa saja yang terdapat dalam lingkungan yang akan
menjadi kendala terhadap pelaksanaan strategi dan tujuan perusahaan
sekarang.
2) Menentukan faktor-faktor dalam lingkungan yang akan memberikan peluang
untuk pelaksanaan tujuan yang lebih besar dengan cara menyesuaikan dengan
strategi perusahaan. Analisis lingkungan diperlukan untuk mengenali risiko
yang berhubungan dengan usaha perusahaan untuk memanfaatkan keuntungan
dari peluang-peluang yang terdapat dalam lingkungan.
A. Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal dilakukan untuk mengamati kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki perusahaan. Adapun lingkungan internal pada penelitian
ini menggunakan pendekatan fungsional. Faktor-faktor yang diperhatikan dalam
aspek pasar dan pemasaran adalah menggunakan unsur pemasaran Segmentation,
Targeting, dan Positioning (STP) dan bauran pemasaran 7P (Product, Price,
Place, Promotion, People, Phisic and Process.
Penentuan pasar dalam rangka penawaran produk adalah sesuatu yang
penting, karena untuk sukses dipasar yang penuh dengan persaingan, perusahaan
harus menempatkan konsumen ditengah. Sebelum memuaskan konsumen, sebuah
perusahaan harus memahami dengan jelas apa yang menjadi kebutuhan dan
keinginan dari konsumen. Terdapat banyak macam konsumen dengan kebutuhan
dan keinginan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perusahaan harus
menyesuaikan produk dan program pemasaran pada kebutuhan pelanggan yang
spesifik. Ada tiga langkah yang harus diketahui perusahaan sebelum memasuki
pasar diantaranya adalah segmentasi pasar, mentargetkan pasar dan memposisikan
pasar. Langkah-langkah dalam pemasaran terarah dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Langkah-langkah dalam Pemasaran Terarah Sumber: Kotler dan Armstrong (1996)
1) Segmentasi Pasar (Segmentation)
Pasar terdiri dari banyak tipe pelanggan, produk, dan kebutuhan.
Manajemen harus menentukan segmen mana yang menawarkan peluang terbaik.
Konsumen dapat dikelompokkan dan dilayani dalam berbagai cara berdasarkan
faktor geografis, demografis, psikografis, dan perilaku. Proses pembagian pasar
menjadi kelompok pembeli berbeda yang mempunyai kebutuhan, karakteristik,
atau perilaku berbeda, yang mungkin memerlukan produk atau program
pemasaran terpisah disebut segmentasi pasar (Kotler dan Armstrong, 2008).
Segmentasi Pasar
1.mengenali bisnis untuk membuat segmen pasar. 2.mengembangkan profil dari segmen yang dihasilkan
Pentargetan Pasar
3.Mengembangkan ukuran daya tarik segmen. 4.Menyeleksi segmen sasaran.
Menentukan Posisi Pasar
5.Mengembangkan pemosisian untuk setiap segmen sasaran. 6.Mengembangkan bauran pemasaran untuk setiap segmen sasaran
Menurut Umar (2000), agar segmentasi dapat berguna, harus diperhatikan
beberapa karakteristik berikut:
Dapat diukur, maksudnya besar pasar dan daya beli di segmen ini dapat
diukur walaupun ada beberapa komponen variabel yang sulit diukur.
Dapat dijangkau, maksudnya sejauh mana segmen ini dapat secara efektif
dicapai dan dilayani, walau bisa saja ada kelompok yang sulit dijangkau.
Besar segmen yang diharapkan, maksudnya berapa besar segmen harus
dijangkau agar dapat menguntungkan.
Dapat dilaksanakan, maksudnya sejauh mana program yang efektif itu
dapat dilaksanakan untuk mengelola segmen ini.
2) Menetapkan Target Pasar (Targeting)
Setelah perusahaan mendefinisikan segmen pasar, perusahaan dapat
memasuki satu atau beberapa segmen tersebut. Menetapkan target pasar (market
targeting) melibatkan evaluasi setiap daya tarik segmen pasar dan memilih satu
atau lebih segmen yang akan dimasuki. Perusahaan harus menargetkan daya tarik
segmen di mana perusahan dapat menghasilkan nilai pelanggan terbesar dan
mempertahankannya sepanjang waktu. Perusahaan dapat mengevaluasinya dengan
menelaah tiga faktor, yaitu ukuran dan pertumbuhan segmen, kemenarikan
struktural segmen serta sasaran dan sumber daya yang dimiliki perusahaan (Umar,
2000).
Ukuran dan Pertumbuhan Segmen. Perusahaan harus mengumpulkan dan
menganalisis data tentang penjualan terakhir, proyeksi laju pertumbuhan
penjualan dan margin laba yang diharapkan untuk berbagai segmen, lalu pilih
segmen yang diharapkan paling sesuai.
Kemenarikan Struktural Segmen, suatu segmen mungkin mempunyai ukuran
dan pertumbuhan yang sesuai dengan yang diharapkan, akan tetapi belum
tentu menarik dari sisi profitabilitasnya, jadi perusahaan tetap harus
mempelajari faktor-faktor struktural yang utama yang mempengaruhi daya
tarik segmen dalam jangka panjang.
Sasaran dan Sumber daya, perusahaan harus mempertimbangkan sasaran dan
sumber dayanya dalam kaitan dengan segmen pasar. Meskipun ada segmen
yang prospektif/potensial, akan tetapi dapat ditolak jika tidak prospektif dalam
jangka panjang. Selanjutnya, walaupun segmen itu bagus dan prospektif
dalam jangka panjang, tetap harus dipertimbangkan kemampuan perusahaan
dalam menyediakan sumber dayanya, misalnya keterampilan tenaga
pelaksananya untuk masuk kepasar itu bahkan keterampilan yang lebih baik
dari pesaingnya.
3) Menentukan Posisi dalam Pasar (Positioning)
Setelah perusahaan memutuskan segmen pasar mana yang dimasuki,
perusahaan harus memutuskan bagaimana mendiferensiasikan penawaran
pasarnya untuk setiap segmen sasaran dan posisi apa yang ingin ditempatinya
dalam segmen tersebut. Posisi produk adalah tempat yang diduduki produk relatif
terhadap pesaingnya dalam pikiran konsumen. Pemasar ingin mengembangkan
posisi pasar unik bagi produk mereka. Jika suatu produk dianggap sama persis
dengan produk lainnya di pasar, konsumen tidak mempunyai alasan untuk
membelinya.
Positioning adalah pengaturan suatu produk untuk menduduki tempat yang
jelas, berbeda dan diinginkan, relatif terhadap produk pesaing dalam pikiran
konsumen sasaran (Kotler dan Armstrong, 2008). Menurut Kotler dan Keller
(2007) strategi pemasaran atau bauran pemasaran adalah strategi yang disatukan,
terintegrasi dan komprehensif yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan
perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi. Strategi
pemasaran pada jasa dengan manajemen jasa terpadu yaitu perencanaan dan
pelaksanaan terkoordinasi kegiatan-kegiatan Pemasaran, Operasi, Sumber Daya
Manusia (SDM) dan yang penting bagi keberhasilan perusahaan jasa, yang biasa
disebut dengan komponen 7P komponen manajemen mutu terdiri dari:
1. Product (Produk)
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk
diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai
pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan (Tjiptono,1997).
Produk merupakan alat bauran pemasaran yang paling mendasar. Tanpa ada
produk yang dipasarkan maka tidak akan ada harga, promosi dan tempat. Produk
merupakan semua komponen jasa yang menciptakan nilai bagi pelanggan. Produk
tersebut harus memiliki daya saing yang tinggi dibandingkan produk jasa lainnya.
2. Price (Harga)
Harga merupakan unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya
dapat diubah dengan cepat. Harga diartikan sebagai pengeluaran uang, waktu dan
usaha oleh pelanggan untuk membeli dan mengkonsumsi jasa. Penentuan harga
dapat dilakukan dengan melihat daya beli konsumen dan jumlah yang cukup
dalam menutupi ongkos produksi. Oleh karena itu, dalam menetapkan strategi
bauran harga, suatu perusahaan harus memperhatikan strategi penetapan harga,
tingkat harga, keseragaman harga, potongan harga dan syarat-syarat pembayaran.
3. Promotion (Promosi)
Promosi merupakan salah satu variabel bauran pemasaran yang digunakan
oleh perusahaan untuk mengadakan komunikasi dengan pasarnya dan merupakan
salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Kotler (2005)
mendefinisikan bahwa promosi adalah berbagai kegiatan yang dilakukan produsen
untuk mengkomunikasikan manfaat dari produknya, membujuk, mengingatkan,
para konsumen sasaran agar membeli produk tersebut. Mengkomunikasikan
produk perlu disusun suatu strategi yang sering disebut dengan bauran promosi
(Promotion-Mix) yang terdiri dari lima komponen utama, yaitu:
i. Periklanan: tiap-tiap bentuk penyajian promosi bukan pribadi yamg dibayar,
mengenai gagasan atau barang oleh sponsor yang teridentifikasi.
ii. Promosi Penjualan: insentif jangka pendek untuk meningkatkan pembelian
atau penjualan suatu produk dimana pembelian diharapakan dilakukan
sekarang. Kegiatan promosi yang termasuk kedalam promosi penjualan
misalnya pemberian kupon, obral, kontes, pameran dan lain-lain.
iii. Hubungan Masyarakat: bertujuan membangun hubungan yang baik dengan
publik perusahaan dengan menghasilkan publisitas yang menyenangkan,
menumbuhkan suatu citra perusahan yang baik, menangani atau
menghilangkan desas-desus, cerita dan peristiwa yang tidak menyenangkan.
Humas atau “Publik Relation” merupakan suatu konsep yang menggunakan
banyak sarana seperti siaran pers, publikasi produk, komunikasi perusahaan,
penyuluhan dan lain-lain.
iv. Penjualan Perorangan: interaksi langsung dengan calon pembeli atau lebih
untuk melakukan presentasi, menjawab pertanyaan atau menerima pesanan.
Penjualan perorangan merupakan alat yang paling efektif dalam membangun
preferensi, keyakinan, dan tindakan pembeli.
v. Pemasaran Langsung: penggunaan surat, telepon, faksimail, e-mail, dan alat-
alat penghubung non personal lainnya untuk berkomunikasi sacara langsung
dengan atau mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu dan
calon pelanggan.
4. Place (Tempat/Distribusi)
Pengiriman elemen produk kepada pelanggan melibatkan tentang tempat
dan waktu pengiriman atau mungkin melibatkan saluran distribusi fisik atau
elektronik, tergantung pada sifat jasa yang diberikan. Perusahaan dapat
mengirimkan jasa kepada pelanggan baik secara langsung atau melalui perantara.
Menurut Kotler (2005), tempat adalah alat bauran pemasaran yang didalamnya
terdapat berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan serta membawa sebagian
produk ke pasar agar produsen bekerjasama dengan perantara. Tiga jenis saluran
pemasaran, antara lain:
i. Saluran Komunikasi (communication channel) digunakan untuk
menyerahkan dan menerima pesan dari pembeli sasaran. Saluran komunikasi
dapat melalui surat kabar, majalah, radio, televisi, iklan, poster, telepon,
internet, dan lain-lain.
ii. Saluran distribusi digunakan untuk menyerahkan produk fisik atau jasa
kepada pembeli atau pengguna yaitu pergudangan, sarana transportasi dan
berbagai saluran dagang seperti distributor, grosir dan pengecer.
iii. Saluran penjualan digunakan untuk mempengaruhi transaksi dengan pembeli
potensial. Saluran ini tidak hanya mencakup distributor dan pengecer
melainkan bank-bank dan perusahaan asuransi yang memudahkan transaksi.
5. Process
Metode pengoperasian atau serangkaian tindakan tertentu yang umumnya
berupa langkah-langkah yang diperlukan dalam suatu urutan yang telah
ditetapkan. Proses yang desainnya buruk akan mengganggu pelanggan karena
keterlambatan, birokrasi dan penyampaian jasa yang tidak efektif.
6. People
Orang diartikan sebagai karyawan yang terlibat dalam proses produksi.
Banyak jasa bergantung pada interaksi langsung dan pribadi antara pelanggan dan
karyawan perusahaan. Pelanggan sering menilai kualitas jasa yang mereka terima
berdasarkan penilaian terhadap orang-orang yang menyediakan jasa tersebut.
7. Physic
Bukti fisik adalah petunjuk visual atau berwujud lainnya yang memberi
bukti atas kualitas jasa. Beberapa contoh dari bukti fisik antara lain gedung, tanah,
kendaraan, perabotan interior, perlengkapan, anggota staf, tanda-tanda, barang
cetakan dan petunjuk yang terlihat lainnya.
B. Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor
yang dapat memberikan peluang dan ancaman bagi perusahaan dalam produknya.
Kotler (1997) mendefinisikan peluang pemasaran sebagai sebuah gelanggang
yang menarik untuk kegiatan perusahaan dimana perusahaan tertentu akan meraih
keunggulan bersaing. Perusahaan yang mampu memperagakan kemampuan
terbaiknya akan menjadi perusahaan yang akan meraih keunggulan bersaing yang
dapat dipertahankan dalam memenuhi tuntutan sukses industri.
Selain dapat memberikan peluang bagi perusahaan, lingkungan eksternal
juga dapat menimbulkan ancaman bagi perusahaan tersebut dalam keberhasilan
produk yang dihasilkannya. Ancaman lingkungan adalah suatu kecenderungan
atau perkembangan yang tidak menguntungkan dalam lingkungan yang akan
menyebabkan kemerosotan kedudukan perusahaan bila tidak ada kegiatan
pemasaran produk dengan tujuan tertentu. Menurut David (2009), lingkungan
eksternal terbagi dalam dua kelompok yang saling terkait yaitu:
1) Lingkungan Jauh
Lingkungan jauh adalah lingkungan yang berada di luar kendali
perusahaan, tidak secara langsung mempengaruhi perusahaan. Termasuk
dalam lingkungan jauh ini adalah kondisi ekonomi, social, politik dan
teknologi.
2) Lingkungan Industri
Analisis lingkungan industri adalah analisis yang diperlukan dalam
penentuan posisi dalam struktur persaingan. Faktor persaingan yang termasuk
dalam lingkungan industri adalah:
a. Potensi masuknya pendatang Baru
Pendatang baru di dalam lingkungan industri akan membuat perusahaan
harus menentukan strategi dalam diferensiasi produk, identitas merek, biaya
beralih pemasok, ragam pesaing, dan kompleksitas informasi.
b. Potensi masuknya produk subtitusi
Produk subtitusi adalah produk lain yang dapat menjalankan fungsi
yang sama seperti produk dalam industri. Produk subtitusi merupakan sumber
dari persaingan yang berasal dari luar industri. Semakin menarik harga yang
ditawarkan produk subtitusi, semakin besar pula pengaruhnya terhadap
potensi laba industri. Produk subtitusi akan menjadi ancaman bagi industri
bila produknya mempunyai kelebihan seperti harga yang lebih murah,
prestasi yang lebih baik atau produk yang dihasilkan tersebut oleh industri
yang memiliki laba yang lebih tinggi.
c. Daya tawar pembeli
Pembeli sebagai faktor ancaman bagi perusahaan apabila mereka
mempunyai kekuatan tawar menawar yang kuat, sehingga mereka dapat
memaksa perusahaan untuk menurunkan harga dan menginginkan produk-
produk dengan kualitas tinggi dengan pelayanan yang lebih baik. Perusahaan
harus mengusahakan agar pembeli mempunyai kekuatan tawar-menawar yang
kecil dengan cara seleksi terhadap sasaran konsumen yang diinginkan oleh
perusahaan.
d. Daya tawar pemasok
Pemasok mempunyai kekuatan tawar-menawar yang kuat berupa
ancaman untuk menaikkan harga atau menurunkan mutu input. Kualitas dan
biaya sebuah perusahaan secara umum tergantung pada kualitas dan biaya
inputnya, sehingga pemasok dapat memanfaatkan situasi ini untuk
memperoleh keuntungan.
e. Persaingan antara perusahaan saingan
Persaingan antarperusahaan saingan merupakan fakotr yang paling
berpengaruh dalam lingkungan industri perusahaan jika dibandingkan dengan
empat kekuatan lainnya. Strategi yang dijalankan oleh satu perusahaan dapat
berhasil hanya jika strategi itu memiliki keunggulan komperatif dibandingkan
dengan strategi yang dijalankan perusahaan pesaing (David,2009). Intensitas
persaingan antarperusahaan saingan akan cenderung meningkat apabila
jumlah pesaing bertambah. Perubahan dalam strategi oleh satu perusahaan
bisa jadi ditanggapi dengan beberapa langkah balasan diantaranya adalah
persaingan harga, peningkatan kualitas, perpanjangan garansi dan perang
iklan.
3.1.3 Alat Analisis
Menilai sisi internal perusahaan, faktor yang harus diidentifikasi adalah
faktor-faktor yang akan menjadi kekuatan maupun kelemahan perusahaan.
Kekuatan bagi suatu perusahaan dapat diidentifikasikan sebagai faktor yang
dimiliki dari dalam suatu perusahaan yang dapat mendukung dan meningkatkan
performa perusahaan itu sendiri dari sisi produktivitas, kemampuan menghasilkan
laba, serta efisiensi dari kegiatan produksinya. Kelemahan adalah faktor di dalam
perusahaan yang keberadaannya dapat menghambat dan menurunkan performa
perusahaan dalam suatu industri. Berdasarkan sisi eksternal, peluang dapat
diidentifikasikan sebagai faktor-faktor yang berasal dari luar perusahaan dan dapat
memberikan prospek yang positif bagi kegiatan suatu perusahaan yang dapat
memberikan gangguan dan dapat juga memberikan pengaruh negatif bagi
kelangsungan suatu usaha.
Setelah faktor-faktor internal dan eksternal tersebut diidentifikasi, maka
digunakan matriks IFE, EFE, SWOT dan QSPM untuk mengolah data-data
tersebut secara deskriptif dan kuantitatif sebagai dasar dalam penyusunan
alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Matriks Internal Factor
Evaluation (IFE) dapat diketahui tingkat kemampuan perusahaan dalam
menghadapi lingkungan internalnya dan juga untuk mengetahui faktor-faktor
internal yang dianggap penting. Demikian juga penggunaan Matriks External
Factor Evaluation (EFE) yang digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor
internal perusahaan dan mengetahui tingkat kemampuan suatu perusahaan dalam
menghadapi lingkungan eksternalnya.
Tahap pencocokan berikutnya dari faktor-faktor internal dan eksternal
adalah dengan menggunakan alat analisis matriks Strengths-Weaknesses-
Opportunities-Threats (SWOT). Analisis SWOT merupakan suatu analisis yang
dipergunakan untuk merumuskan alternatif strategi yang dapat dilakukan
perusahaan dengan menganalisis kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
perusahaan untuk memanfaatkan peluang dan menghadapi ancaman (David,
2006).
Berikut merupakan penjelasan mengenai komponen SWOT :
1. Strength (S), merupakan kekuatan yang dimiliki perusahaan sehingga dapat
mendukung perusahaan mencapai tujuan dan sasarannya.
2. Weakness (W), merupakan kelemahan yang dimiliki perusahaan sehingga
dapat menghambat usaha perusahaan mencapai tujuannya.
3. Opportunities (O), merupakan peluang yang berasal dari lingkungan luar
perusahaan apabila dimanfaatkan dapat mendukung perusahaan mencapai
tujuan.
4. Treats (T), merupakan ancaman dari lingkungan luar perusahaan yang harus
diatasi agar tidak menghambat perusahaan.
Para manajer mengembangkan empat tipe strategi. Keempat tipe strategi
tersebut adalah :
a. Strategi SO (Strength – Opportunities), strategi ini menggunakan kekuatan
internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada diluar
perusahaan.
b. Strategi WO (Weakness – Opportunities), strategi ini bertujuan untuk
memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan
memanfaatkan peluang-peluang eksternal.
c. Strategi ST (Strenght – Treats), melalui strategi ini perusahaan berusaha untuk
menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal.
d. Strategi WT (Weakness – Treats), strategi ini merupakan taktik untuk bertahan
dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman.
Tahap selanjutnya dan merupakan tahap keputusan menggunakan alat analisis
matriks Quantitative Strategic Planning Matriks (QSPM) adalah alat yang
direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan
strategi alternatif secara objektif, berdasarkan kunci sukses faktor internal dan
eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya (Umar 2001). Tujuan QSPM
adalah untuk menentukan alternatif strategi pemasaran yang paling baik atau yang
menjadi prioritas untuk dijalankan perusahaan. Seperti alat analisis lainnya,
QSPM juga membutuhkan intuitif judgement yang baik.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Pergeseran pola konsumsi masyarakat ke arah modern terutama pada
masyarakat perkotaan yang semakin dinamis dikarenakan tuntutan pekerjaan yang
semakin tinggi, mengakibatkan perkembangan pada dunia bisnis terutama bisnis
restoran juga tinggi. Oleh karena itu, restoran Pecel Lele Lela di Bogor perlu
mengkaji strategi pemasaran untuk mengetahui strategi apa yang harus dijalankan
agar dapat bertahan di pasar kompetitif.
Restoran Pecel Lele Lela Bogor dihadapkan pada berbagai masalah itu yang
berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Saat ini kondisi yang sedang
terjadi pada restoran Pecel Lele Lela Bogor adalah dalam hal omzet penjualan
yang masih bersifat fluktuatif dan belum mengalami peningkatan yang signifikan,
sehingga restoran Pecel Lele Lela di Bogor perlu menerapkan strategi pemasaran
yang tepat untuk lebih memperkenalkan keberadaan produk kepada konsumen dan
meningkatkan penjualan dan jumlah pengunjung dari yang sebelumnya.
Merumuskan strategi pemasaran harus terlebih dahulu mengetahui keadaan
internal dan eksternal perusahaan. Analisis lingkungan internal perusahaan
berguna untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh restoran
Pecel Lele Lela Bogor. Analisis eksternal berguna untuk mengetahui peluang dan
ancaman yang dihadapi restoran Pecel Lele Lela Bogor dalam memasarkan
produknya. Setelah mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
Selanjutnya menganalisis IFE dan EFE. Analisis dengan matriks SWOT
dilakukan untuk memperoleh berbagi alternatif strategi yang berdasarkan data
internal dan eksternal restoran Pecel Lele Lela di Bogor tersebut. Tahap terakhir
merupakan pengambilan keputusan alternatif strategi terbaik dengan
menggunakan matriks QSPM sehingga dihasilkan satu strategi yang menjadi
prioritas perusahaan. Secara singkat Kerangka pemikiran operasional penelitian
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
Alternatif Strategi yang Tepat (Matriks QSPM)
Perumusan Strategi Pemasaran Berdasarkan Matriks QSPM
Analisis Lingkungan Perusahaan
Lingkungan Eksternal: 1. Lingkungan Jauh 2. Lingkungan
Industri
Permasalahan yang dihadapi yaitu persaingan dalam industri restoran dan
omzet penjualan yang belum mengalami peningkatan yang signifikan
Lingkungan Internal: 1. STP
(Segmentation, Targeting, Positioning)
2. Bauran Pemasaran 7P
Restoran Pecel Lele Lela di Bogor
Peluang dan Ancaman Restoran
Kekuatan dan Kelemahan Restoran
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di restoran Pecel Lele Lela di Bogor yang terletak
di Jalan Jendral Sudirman Kavling 6 Nomor 22, Bogor. Pemilihan lokasi
penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa pada
saat ini Restoran Pecel Lele Lela belum mengalami peningkatan yang signifikan
dalam penjualan dengan target penjualan yang diharapkan dapat meningkat
sebesar 20% dari omzet semula sekitar Rp. 60.000.000. Pertimbangan yang lain
Pecel Lele Lela merupakan pelopor Pecel Lele Modern yang menyajikan aneka
macam variasi menu olahan dari Lele yang tentu saja terjamin kualitas produknya.
Kegiatan penelitian dilakukan mulai dari bulan Mei – Juli 2011.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan untuk penelitian ini terdiri data primer dan data
sekunder yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer berdasarkan
pengamatan langsung dan wawancara dengan dua orang pihak manajemen
perusahaan yang terdiri dari pemilik dan manajer. Data primer dalam penelitian
ini diperlukan untuk mengetahui kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh pihak
manajemen restoran Pecel Lele Lela di Bogor.
Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan berupa data
dan informasi dari perusahaan pada periode terkait dengan penelitian serta
gambaran umum usaha. Selain itu, data sekunder diperoleh melalui penelusuran
pustaka melalui buku, literatur, internet dan tulisan-tulisan ilmiah yang berkaitan
dengan topik yang dibahas dalam penelitian. Data sekunder merupakan data yang
digunakan untuk melengkapi dan mendukung data-data primer yaitu data yang
diperoleh dari literatur dan instansi terkait.
4.3 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah :
1. Studi Pendahuluan: mendatangi restoran Pecel Lele Lela di Bogor untuk
melakukan pengamatan dan wawancara langsung dengan pihak restoran Pecel
Lele Lela di Bogor sebelum memulai penelitian dan menyusun skripsi. Hal ini
dilakukan pertama sekali untuk meminta izin persetujuan mengadakan
penelitian dan melihat lokasi yang akan diteliti.
2. Teknik Wawancara: melakukan wawancara dengan manajer restoran Pecel
Lele Lela di Bogor serta pegawai restoran lainnya untuk mendapatkan
informasi yang lengkap. Wawancara dilakukan secara bertahap. Pertama
untuk mengetahui gambaran umum restoran dan kegiatan operasional
dilakukan wawancara dengan manajer restoran kemudian untuk tambahan
informasi dilakukan wawancara kepada karyawan yang bekerja dibidangnya.
Wawancara kedua dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki restoran.
3. Teknik Observasi: melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan yang
dilakukan oleh restoran baik kegiatan operasional, kegiatan produksi, dan
kegiatan promosi yang dilakukan oleh pihak restoran Pecel Lele Lela Bogor.
4. Teknik Pengisian Kuesioner: pengisian kuesioner dilakukan responden yang
telah ditentukan seperti pemilik dan manajer restoran Pecel Lele Lela di Bogor
untuk pengisian matriks pendapat gabungan pada matriks IFE dan EFE serta
nilai daya tarik pada matriks QSPM.
5. Teknik Kepustakaan: membaca buku-buku yang terkait dengan judul
penelitian dan literatur lainnya yang menunjang pelaksanaan penelitian.
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan konsep manajemen strategis. Analisis data lingkungan melalui
analisis deskriptif, analisis kualitatif dan analisis kuantitatif yang disajikan dalam
bentuk tabel, bagan dan uraian. Pada tahap awal dilakukan analisis deskriptif
melalui observasi dilokasi penelitian, wawancara dengan pihak internal dan
eksternal perusahaan dan studi literatur.
Setelah faktor internal dan eksternal diidentifikasi selanjutnya dilakukan
konfirmasi ulang kepada pihak manajemen perusahaan untuk menentukan
keakuratan data yang diperoleh. Analisis kuantitatif yang dihasilkan pada
penelitian ini adalah hasil berupa bobot, rating dan skor sedangkan analisis
kualitatif berupa penjelasan dari analisis kuantitatif. Data-data yang berhasil
dikumpulkan akan diolah dan dianalisis dalam tiga tahap yaitu tahap input (input
stage), tahap pencocokan (matching stage), tahap keputusan (decision stage)
dengan menggunakan alat analisis yang terdiri dari matriks IFE, EFE, SWOT dan
QSPM (David 2006). Rancangan implementasinya dalam bentuk tabel action plan
yang diperoleh dari urutan prioritas strategi hasil matriks QSPM dan diskusi
dengan pihak manajemen perusahaan.
4.4.1 Tahap Input (Input Stage)
Tahap input dalam kerangka kerja pada penelitian ini terdiri dari matriks
IFE dan EFE. Matriks input berhubungan dengan tingkat kepentingan relatif dari
faktor-faktor peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan dari hasil analisis
lingkungan internal dan eksternal. Informasi yang berasal dari tahap input ini
memberikan informasi dasar untuk matriks di tahap pencocokan dan tahap
keputusan.
4.4.1.1 Analisis Lingkungan Eksternal
Tujuan dari analisis lingkungan eksternal adalah untuk mengembangkan
daftar yang terbatas tentang peluang yang dapat memberi manfaat dan ancaman
yang harus dihindari. Lingkungan eksternal (eksternal forces) menurut David
(2009) terbagi dalam dua kelompok besar yang saling terkait yaitu lingkungan
jauh dan lingkungan operasi. Analisis kekuatan industri dilakukan untuk
menganalisis persaingan dengan menggunakan Model Lima Kekuatan Porter.
Menurut Porter hakikat persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi
atas lima kekuatan yaitu persaingan antar perusahaan sejenis, kemungkinan
masuknya pesaing baru, potensi pengembangan produk distribusi, kekuatan tawar
menawar pemasok dan kekuatan tawar menawar pembeli. Alat bantu untuk
menganalisis peluang dan ancaman yang terjadi akibat pengaruh dari faktor-faktor
lingkungan eksternal dapat dilihat pada Tabel 4.
4.4.1.2 Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal adalah segala sesuatu yang dimiliki
perusahaan berupa kekuatan dan kelemahan perusahaan. Secara pendekatan
fungsional lingkungan internal perusahaan terdiri dari pasar dan pemasaran,
Keuangan, dan Akutansi, Kegiatan Produksi Operasi, Sumber Daya Manusia dan
Sumber Daya Informasi.
Agar posisi produk sesuai dengan yang diharapkan, faktor-faktor yang
perlu diperhatikan antara lain: pangsa pasar, pelayanan purna jual, kepemilikan
informasi tentang pasar, pengendalian distributor, kondisi satuan kerja pemasaran,
promosi, harga produk, loyalitas pelanggan dan kebijakan produk baru.
4.4.1.3 Matriks IFE dan EFE
Setelah melakukan analisis eksternal dan internal maka hasilnya
dimasukkan kedalam matriks EFE dan IFE. Matriks EFE ditujukan untuk
merangkum dan mengevaluasi informasi mengenai peluang dan ancaman dari
analisis faktor eksternal. Matriks IFE ditujukan untuk meringkas dan
mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dari analisis faktor internal dalam
area fungsional bisnis (David 2006). Matriks EFE dan IFE dibuat dengan lima
tahapan :
1) Identifikasi dan mendaftarkan faktor-faktor eksternal utama (peluang dan
ancaman) serta internal utama (kekuatan dan kelemahan) yang dihadapi
perusahaan. Pada matriks IFE dan EFE harus memasukkan 10 hingga 20
faktor utama. Jumlah faktor tidak memiliki pengaruh terhadap kisaran skor
pembobotan karena bobot berjumlah 1,0.
2) Penentuan bobot setiap variabel dilakukan dengan mengajukan identifikasi
faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada pihak manajemen yang
menetukan kebijakan perusahaan dengan menggunakan metode “paired
comparison” (David 2006). Metode ini digunakan untuk memberikan
penilaian berupa bobot terhadap setiap faktor penentu internal dan eksternal.
Penilaian bobot setiap faktor dengan nilai total mulai dari 0,0 (tidak penting)
sampai 1,0 (paling penting). Setiap variabel digunakan skala 1, 2 dan 3 untuk
menentukan bobot. Skala yang digunakan untuk menentukan bobot adalah :
1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Lebih jelasnya rancangan bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada
Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Penilaian Bobot Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Faktor Penentu A B C D E … Total Bobot
A
B
C
…
Total
Sumber: David, 2006
Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel
terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus :
푎 = ∑
Dimana : ai = bobot variabel ke-i
n = jumlah varibel
i = 1,2,3,…,n
Xi= nilai varibel ke-i
3) Penentuan rating (peringkat) untuk setiap faktor eksternal dan internal kunci.
Penentuan rating dilakukan terhadap variabel-variabel dari hasil analisis
situasi perusahaan. Mengukur pengaruh masing-masing variabel terhadap
kondisi perusahaan digunakan skala 1, 2, 3, 4. Pemberian nilai peringkat
peluang dan ancaman pada matriks EFE menggunakan skala: 1 = respon perusahaan rendah
2 = respon perusahaan rata-rata
3 = respon perusahaan diatas rata-rata
4 = respon perusahaan superior
Pemberian nilai rating kekuatan dan kelemahan pada matriks IFE
menggunakan skala:
1 = sangat lemah (kelemahan utama)
2 = tidak begitu lemah (kelemahan kecil)
3 = cukup kuat (kekuatan kecil)
4 = sangat kuat (kekuatan utama)
Peringkat didasari pada efektifitas strategi perusahaan. Dengan demikian,
nilainya didasarkan pada kondisi perusahaan. Bobot didasarkan pada keadaan
industri dimana perusahan berada.
4) Mengalikan setiap bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan nilai
tertimbang (skor pembobotan). Langkah keempat ini diperoleh hasil berupa
skor bobot untuk masing-masing faktor. 5) Menjumlahkan nilai tertimbang dari setiap faktor untuk menentukan total nilai
tertimbang bagi organisasi. Nilai tertimbang yang diperoleh dari masing-
masing faktor kemudian dijumlahkan secara vertikal untuk mendapatkan total
nilai tertimbang. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan bereaksi
terhadap faktor-faktor strategis internal dan eksternal. Total nilai tertimbang
tertinggi adalah 4,0 dan terendah adalah 1,0. Total nilai tertimbang rata-rata
adalah 2,5. Pada matriks EFE total nilai tertimbang 4,0 mengindikasikan
bahwa perusahan merespon dengan sangat baik terhadap peluang dan ancaman
yang ada dalam industrinya. Strategi perusahaan secara efektif mengambil
keuntungan dari peluang yang ada saat ini dan meminimalkan dampak yang
mungkin muncul dari ancaman eksternal. Total nilai tertimbang 1,0
mengindikasikan bahwa strategi perusahaan tidak memanfaatkan peluang atau
tidak menghindari ancaman eksternal. Contoh matriks EFE dapat dilihat pada
Tabel. Pada matriks IFE total nilai tertimbang di bawah 2,5 menggambarkan
kondisi perusahaan yang lemah secara internal, sedangkan total nilai
tertimbang di atas 2,5 mengindikasikan posisi internal perusahaan yang kuat.
Contoh matriks IFE disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Analisis Matriks EFE
Faktor Strategis Eksternal
Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang - -
Ancaman - -
Total 1.000 Sumber: David, 2006
Tabel 6. Analisis Matrik IFE
Faktor Strategis
Eksternal
Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan
-
-
Kelemahan
-
-
Total 1.000 Sumber : David (2006)
4.4.2 Tahap Pencocokan (Matching Stage)
Tahap pencocokan dari kerangka kerja perumusan strategi terdiri atas lima
teknik yang dapat digunakan, yaitu Matriks SWOT, Matriks SPACE, Matriks
BCG, Matriks IE dan Matriks Grand Strategy. Analisis pada tahap pencocokan
menggunakan matriks SWOT. Tahap ini berdasarkan pada informasi yang
diturunkan dari tahap input untuk mencocokan peluang dan ancaman eksternal
dengan kekuatan dan kelemahan internal. Mencocokkan faktor keberhasilan kunci
internal dan eksternal adalah kunci untuk menghasilkan alternatif strategi yang
layak secara efektif.
4.4.2.1 Matriks SWOT
Matriks Strength-Weakness-Opportunities-Threats Matrix (SWOT)
merupakan alat untuk yang penting yang membantu manajer mengembangkan
empat tipe strategi: SO (kekuatan-peluang; strengths-opportunities), WO
(kelemahan-peluang; weakness-opportunities), ST (kekuatan-ancaman; strength-
threats) dan WT (kelemahan-ancaman; weakness-threats). Mencocokkan faktor
internal dan eksternal kunci adalah bagian yang paling sulit dalam
mengembangkan matriks SWOT dan membutuhkan penilaian yang baik (David
2006).
Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki
kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST
menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh
dari ancaman eksternal. Strategi WT adalah taktik defensif yang diarahkan pada
pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.
Penyajian yang sistematis dari Matriks SWOT terdapat pada gambar
dibawah ini. Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel, empat sel faktor kunci yang
diberi nama S, W, O, T, empat sel merupakan strategi, yang diberi nama SO, WO,
ST, WT dan satu sel yang dibiarkan kosong yaitu sel kiri atas. Menurut David
(2006) ada delapan langkah yang terlibat dalam membuat matriks SWOT:
1) Membuat daftar peluang eksternal utama dari suatu perusahaan.
2) Membuat daftar ancaman eksternal utama dari suatu perusahaan.
3) Membuat daftar kekuatan internal utama dari suatu perusahaan.
4) Membuat daftar kelemahan internal utama dari suatu perusahaan.
5) Memcocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat
hasilnya dalam sel Strategi SO.
6) Memcocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat
hasilnya dalam strategi WO.
7) Memcocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasilnya
dalam strategi ST.
8) Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat
hasilnya dalam strategi WT. Alternatif strategi tersebut dapat dilihat pada
Gambar 3.
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
Peluang (O)
Strategi S-O
Strategi yang menguraikan
kekuatan untuk mengambil
keuntungan dari peluang
yang ada.
Strategi W-O
Strategi dengan
mengambil kekuatan dari
peluang untuk mengatasi
kelemahan yang dimiliki.
Ancaman (T)
Strategi S-T
Strategi dengan
menguraikan kekuatan
untuk menghindari
ancaman.
Strategi W-T
Strategi dengan
meminimalkan kelemahan
dan menghindari ancaman.
Gambar 3. Matriks SWOT Sumber : David (2009)
4.4.3 Tahap Keputusan (Decision Stage)
Membuat peringkat strategi yang menghasilkan daftar berprioritas,
digunakan teknik analisis QSPM yang didisain untuk menetukan daya tarik relatif
dari alternatif yang layak. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) atau
matriks perencanaan strategi kuantitatif adalah alat yang memungkinkan
penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara objektif
berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah
diidentifikasi sebelumnya. Secara konsep QSPM menentukan daya tarik relatif
dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal
dan eksternal dimanfatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing
strategi dalam satu sel alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif
dari masing-masing faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal (David 2006).
Tahapan kerja pengolahan data dengan menggunakan metode QSPM
(David 2006) adalah:
1) Membuat daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang sama
dengan matriks SWOT.
2) Pemberian bobot untuk masing-masing kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman. Bobot ini sama dengan bobot yang diberikan pada matriks IFE dan
EFE.
3) Menyusun alternatif strategi yang akan di evaluasi.
4) Menentukan nilai daya tarik (Attractiveness Scores-AS) yang berkisar antara 1
sampai 4. Nilai 1=tidak menarik, 2=agak menarik, 3=cukup menarik, 4=sangat
menarik. Bila tidak ada pengaruhnya terhadap alternatif strategi yang sedang
dipertimbangkan tidak diberikan nilai (AS).
5) Menghitung total nilai daya tarik kemudian mengalikan bobot dengan nilai
daya tarik.
6) Menghitung jumlah total nilai daya tarik. Alternatif strategi yang memiliki
nilai total terbesar merupakan strategi yang paling baik.
Tabel 7. Matrik Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Faktor-faktor sukses strategi Bobot Alternatif Strategi
Strategi I Strategi II Strategi III
AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
-
Kelemahan
-
Peluang
-
Ancaman
-
Total
Sumber: David, 2006
Keterangan :
AS = Attractiveness Scores (Nilai Daya Tarik) TAS = Total Attractiveness Scores (Total Nilai Daya Tarik)
4.5 Definisi Operasional
Pada strategi bauran pemasaran yang terdiri dari poduk, harga, tempat,
promosi, orang proses dan bukti fisik terdapat atribut yang didalamnya mewakili
tiap-tiap strategi bauran pemasaran.
V GAMBARAN UMUM RESTORAN
5.1 Sejarah Pendirian Perusahaan
Pecel Lele Lela didirikan pertama kali oleh Bapak Rangga Umara pada
tahun 2006 di Kalimalang Jakarta. Merek Pecel Lele Lela merupakan singkatan
dari Pecel Lele Lebih Laku. Rangga Umara memilih Pecel Lele karena pasarnya
yang sudah sangat luas dan sudah dikenal diseluruh Indonesia. Usaha pecel lele
selalu eksis dimana-mana dan tidak pernah mengenal krisis, hal ini disebabkan
oleh bahan baku lele yang mudah di dapat dan margin penjualannya yang sangat
tinggi. Rangga Umara adalah seorang pengusaha muda yang memang sangat
gemar dengan makanan pecel lele, beliau melihat fenomena dari trend warung
pecel lele dengan menu yang sudah sangat banyak dan umum maka beliau
mencari ide untuk dapat mengembangkan usaha pecel lele dengan konsep modern
dan meracik menu pecel lele dengan variasi produk yang inovatif dan unik. Pada
tahun 2008, Rangga Umara mengembangkan usaha pecel lelenya dengan sistem
franchise yang dinilai lebih efektif dan dapat menjaga keaslian citarasa khas dari
menu-menu yang disajikan oleh Pecel Lele Lela.
Pecel Lele Lela yang pertama dan satu-satunya memberikan nilai tambah
pada usaha pecel lele, sehingga Pecel Lele Lela sangat Optimis dan yakin Pecel
Lele Lela akan menjadi Pionir serta Pemimpin pasar usaha pecel lele modern di
Indonesia dan Mancanegara. Sesuai dengan mottonya, “Bersama Kami PECEL
LELE AKAN MENDUNIA”. Pecel Lele Lela telah mendapat penghargaan
sebagai usaha mengenalkan lele paling inovatif dari Kementrian Perikanan dan
Kelautan RI, sekaligus mendorong peningkatan konsumsi ikan.
Rangga menawarkan sistem franchise dengan nilai investasi mulai dari Rp
150 juta sampai dengan Rp 250 juta, termasuk training karyawan. Sistem ini
terbagi menjadi dua tipe investasi dengan franchise fee Rp 40 juta. Pecel Lele
Lela di kota Bogor merupakan kemitraan waralaba Pecel Lele Lela dimana
kerjasama berlaku selama lima tahun, terhitung sejak tanggal 3 Mei 2009 sampai
dengan 3 Mei 2014. Secara resmi Pecel Lele Lela di Bogor dijalankan pada
tanggal 3 Mei 2009. Pemilik Pecel Lele Lela di Bogor adalah Ibu Ling-Ling dan
Ibu Anki. Pengelolaan Pecel Lele Lela dipercayakan kepada Tedy
Sukmawansyah. Kerjasama kemitraan waralaba Pecel Lele Lela di Bogor menurut
perjanjian waralaba berlangsung selama lima tahun. Biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan Hak Waralaba ini sebesar Rp 75.000.000,- dengan tiga tipe royalty
fee yaitu jika omzet penjualannya Rp 50.000.000 - Rp 75.000.000 per bulan maka
royalty fee-nya sebesar Rp 2.000.000 per bulan, Rp 75.000.000 – Rp 100.000.000
per bulan maka royalty fee-nya sebesar Rp 3.000.000 per bulan, dan jika lebih dari
Rp 100.000.000 per bulan maka royalty fee-nya sebesar 4% dari omzet
penjualannya.
Keunggulan dari restoran Pecel Lele Lela, yaitu menyediakan berbagai
macam hidangan olahan ikan lele dan juga ayam yang tentunya dengan kualitas
rasa dan juga berbagai jenis makanan pelengkap “camilan” dan minuman. Jasa
yang ditawarkan restoran Pecel Lele Lela adalah delivery order dan juga dapat di
pesan untuk acara-acara tertentu. Selain itu, dekorasi ruangan yang bernuansa
“hijau putih kuning” dan dilengkapi dengan televisi serta kipas angin yang akan
membuat konsumen merasa nyaman berada di restoran Pecel Lele Lela.
5.2 Lokasi Perusahaan
Pecel Lele Lela di Bogor berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman Kavling 6
Nomor 22 Bogor. Lokasi ini dinilai sebagai lokasi yang strategis karena
merupakan salah satu pusat keramaian karena berada dekat dengan air mancur,
pusat perbelanjaan, perkantoran, pendidikan dan pemukiman penduduk serta akses
transportasi umum menuju restoran Pecel Lele Lela Bogor yang beroperasi 24 jam
sehingga mudah dijangkau oleh konsumen. Selain itu, banyak terdapat restoran
sejenis dan tidak sejenis yang berada dikawasan air mancur tersebut.
5.3 Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan suatu susunan dan hubungan antar tiap bagian
serta posisi yang ada pada satu perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional
guna mencapai tujuan perusahaan. Struktur organisasi merupakan spesifikasi
pekerjaan yang harus dilakukan di dalam suatu organisasi, sehingga tanpa adanya
suatu struktur organisasi yang baik, perusahaan tersebut tidak akan berjalan dengan
lancar. Mengingat ukuran yang belum terlalu besar maka struktur organisasi Pecel
Lele Lela di Bogor dibuat satu level yang sama di bawah manajer restoran agar
pengawasan efektif dan efisien. Gambar 2 merupakan struktur organisasi Pecel Lele
Lela di Bogor.
Gambar 4. Struktur Organisasi Pecel Lele Lela di Bogor Sumber : Pecel Lele Lela di Bogor, 2011
Tim manajemen restoran Pecel Lele Lela di Bogor berjumlah 9 orang,
yaitu dua orang pemilik perusahaan, satu orang manajer, enam orang karyawan
yaitu pada dua orang waiters, satu orang kasir, dua orang kasir, satu orang staf
pengantar. Masing-masing staf mempunyai spesifikasi pekerjaan sesuai tugas dan
tanggung jawabnya. Spesifikasi pekerjaan ini dilakukan untuk memudahkan
dalam melakukan pekerjaan, efektivitas dan juga optimalisasi dalam melakukan
pekerjaan. Adapun tugas dan fungsi dari masing-masing bagian pada struktur
organisasi Pecel Lele Lela di Bogor adalah sebagai berikut:
1) Pemilik / Franchisee
Pemilik karena memiliki hak yang kuat atas restoran Pecel Lele Lela di
Bogor maka pemilik melakukan pemeriksaan pembukuan, keuangan serta segala
tindakan yang dijalankan oleh manajer restoran. Pemilik juga memiliki hak untuk
memberhentikan karyawan apabila melalaikan kewajiban-kewajibannya. Pemilik
tidak diwajibkan selalu ada setiap hari pada restoran Pecel Lele Lela di Bogor
dikarenakan kesibukannya mengurus bisnis yang lainnya.
2) Manajer Restoran
Manajer restoran bertanggung jawab atas kelancaran administrasi dan
operasional serta mengkoordinir segala keselarasan kegiatan di unit restoran dan
dapur dari segala aspek operasionalnya, termasuk juga terhadap pengontrolan
pembiayaan dari target hasil usaha yang selaras dengan tujuan perusahaan.
Tugas dan Tanggungjawab
Pemilik
Manajer Restoran
Chef (Koki Utama)
Delivery Crew (Staf Pengantar)
Waiters/Waiteress (Pelayan)
Cashier (kasir)
A. Administrasi
1) Membantu terlaksananya monitoring sistem dari makanan dan minuman dan
membuat laporan dari biaya makanan dan minuman.
2) Menjaga/mengawasi serta memelihara mengenai cara penggunaan atau
pemakaian dari semua peralatan/asset didalam restoran dan membuat laporan
dari biaya pemeliharaan alat-alat tersebut
3) Membuat suatu system penyimpanan data-data dari kegiatan operasional
secara baik dan benar
4) Membuat dan menyimpan laporan mengenai training dari seluruh staf
kedalam data pribadi dari msing-masing karyawan
5) Ikut melaksanakan dan menerapkan kedalam pekerjaan sehari-hari bagi semua
karyawan yang menyangkut peraturan/tata tertib perusahaan yang berlaku
6) Menawarkan/mengusulkan/membuat anggaran restoran
B. Operasional
1) Melakukan tugas dan bertanggung jawab kepada pemilik
2) Membuat laporan mingguan mengenai kualitas, pelayanan dan kebersihan
3) Membuat laporan pendapatan harian dari penjualan makanan dan minuman
4) Membuat laporan mingguan kebutuhan operasional
5) Membuat laporan absensi karyawan
3) Chef (Koki)
Chef bertanggung jawab atas persediaan makanan sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan menu, maupun staf berdasarkan resep standard dan biaya pembuatan
makanan yang telah dianggarkan.
4) Delivery Crew (Staf Pengantar)
Delivery crew bertugas mempersiapkan perlengkapan delivery dan kondisi motor
dalam keadaan baik, memastikan bahwa makanan yang dibawa sesuai pesanan
konsumen, dan membuat laporan keluhan konsumen.
5) Waiter/waiteress (Pelayan)
Waiter/waiteress bertanggung jawab atas tugasnya dalam menyiapkan susunan
meja yang rapih dan memberikan pelayanan dalam penghidangan makanan dan
minuman secara ramah, sopan dan efisien terhadap konsumen yang datang ke
restoran sesuai standar pesanan dari konsumen.
6) Cashier (Kasir)
Cashier bertanggung jawab terhadap transaksi yang terjadi antara pelanggan
restoran setiap hari. Kasir bertanggung jawab langsung terhadap keuangan.
VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal merupakan tahap untuk mengetahui kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan dalam menghadapi persaingan.
Lingkungan internal dapat diamati dengan menggunakan pendekatan fungsional.
Restoran Pecel Lele Lela telah menyusun suatu strategi yang diharapkan dapat
meningkatkan penjualan, meningkatkan kepercayaan pelanggan dan
mempertahankan kelangsungan perusahaan di pasar yang kompetitif.
Restoran Pecel Lele Lela menggunakan bauran pemasaran yang terdiri
dari kombinasi akan produk, harga, tempat, promosi, orang, proses dan bukti fisik.
Berikut ini merupakan strategi pemasaran yang telah diterapkan restoran Pecel
Lele Lela di Bogor yang dilihat dari unsur pemasaran (segmentation, targetting
dan positioning) dan bauran pemasaran 7P.
6.1.1 Segmentation, Targetting dan Positioning
1. Segmentation
Menentukan segmentasi pasar merupakan langkah awal yang harus
dilakukan oleh unit usaha dalam memasuki pasar yang kompetitif. Menurut Kotler
(1997), segmentasi merupakan proses membagi pasar menjadi kelompok pembeli
yang terbedakan dengan kebutuhan, karakteristik atau tingkah laku berbeda yang
mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran yang terpisah.
Mensegmentasi pasar, perusahaan harus memperhatikan kebutuhan pelanggan,
keinginan pelanggan dan manfaat yang dicari oleh pelanggan. Segmentasi pasar
yang dilakukan oleh restoran Pecel Lele Lela di Bogor didasarkan pada aspek
demografik, psikografik dan tingkah laku (management pecel lele lela Bogor).
Segmentasi demografik merupakan suatu proses membagi pasar menjadi
kelompok berdasarkan pada variabel, seperti umur, jenis kelamin, besar keluarga,
siklus kehidupan keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan agama, ras dan
kebangsaan (Kotler dan Armstrong, 1997). Faktor demografik merupakan dasar
yang paling penting dalam membuat segmen kelompok pelanggan karena
kebutuhan dan keinginan konsumen serta tingkat penggunaan sering kali erat
kaitannya dengan variabel demografik.
Memasarkan produk, berdasarkan segmentasi demografik, Pecel Lele Lela
memilih siklus kehidupan keluarga, yaitu muda, menikah/belum menikah, sudah
mempunyai anak/belum mempunyai anak. Restoran Pecel Lele Lela memilih
siklus kehidupan keluarga karena dalam suatu keluarga terdiri dari pria maupun
wanita, dengan pekerjaan dan pendidikan berbeda satu sama lain. Selain itu,
dalam suatu keluarga juga mempunyai kebutuhan dan keinginan yang berbeda
akan suatu produk. Oleh karena itu, untuk menarik konsumen, restoran Pecel Lele
Lela di Bogor menawarkan produk-produk yang dapat dimikmati oleh seluruh
anggota keluarga baik ayah, ibu maupun anak, seperti, lele fillet, lele saos padang,
lele saos tiram, lele asam manis, lele lada hitam, lele sambal afrika dan
sebagainya.
Menurut Kotler dan Armstrong (1997), segmentasi psikografik merupakan
proses membagi pembeli menjadi kelompok berbeda berdasarkan pada
karakterikstik kelas sosial, gaya hidup dan kepribadian. Berdasarkan aspek
psikografik, segmentasi yang dipilih oleh restoran Pecel Lele Lela adalah kelas
sosial dan gaya hidup. Restoran Pecel Lele Lela tertarik pada kelas sosial karena
orang di dalam kelas sosial tertentu cenderung memperlihatkan perilaku
pembelian yang sama. Selain itu, minat manusia dalam mengkonsumsi suatu
barang juga sangat dipengaruhi oleh gaya hidupnya dan barang yang mereka beli
mencerminkan gaya hidup tersebut. Oleh karena itu, restoran Pecel Lele Lela
menawarkan produk yang bisa masuk ke semua kalangan.
Segmentasi tingkah laku merupakan proses pengelompokkan berdasarkan
pada pengetahuan, sikap, penggunaan atau reaksi mereka terhadap suatu barang
(Kotler dan Armstrong, 1997). Berdasarkan segmentasi tingkah laku restoran
Pecel Lele Lela di Bogor memilih manfaat yang di cari oleh konsumen. Manfaat
dari suatu barang tersebut dapat dilihat dari empat segmen, yaitu ekonomi,
kesehatan, kosmetik dan rasa. Oleh karena itu, restoran Pecel Lele Lela di Bogor
menawarkan produk yang berkualitas dan pelayanan yang baik yang bisa
dirasakan langsung manfaatnya oleh konsumen yang datang ke restoran Pecel
Lele Lela di Bogor.
2. Targetting
Setelah mengidentifikasi dan mengklasifikasikan segmentasi pasar,
langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh restoran Pecel Lele Lela di Bogor
adalah menentukan sasaran pasar. Menurut Kotler dan Armstrong (1997),
Mentargetkan pasar adalah suatu proses mengevaluasi daya tarik setiap segmen
pasar dan memilih satu atau beberapa segmen pasar untuk dimasuki. Menentukan
sasaran pasar, restoran Pecel Lele Lela harus memperhatikan tiga faktor,
diantaranya adalah ukuran dan pertumbuhan segmen, daya tarik struktural
segmen, serta sasaran dan sumber daya dari restoran Pecel Lele Lela di Bogor.
Pentargetan pasar restoran Pecel Lele Lela di Bogor harus memperhatikan
permintaan dari setiap segmen, biaya yang dikeluarkan untuk melayani segmen
dan biaya produksi atas barang dan jasa yang ditawarkan oleh restoran Pecel Lele
Lela di Bogor. Berdasarkan segmentasi yang dipilih oleh restoran Pecel Lele Lela
di Bogor, bahwa target pasar utama adalah semua kalangan.
3. Positioning
Setelah mengetahui segmen mana yang akan dimasuki, restoran Pecel Lele
Lela di Bogor harus dapat menentukan posisi apa yang akan ditempati dalam
segmen tersebut. Menurut Kotler dan Armstrong (1997), memposisikan pasar
merupakan suatu proses mengatur agar suatu produk menduduki tempat yang
jelas, berbeda dan dikehendaki relatif terhadap produk pesaing dibenak konsumen
sasaran.
Restoran Pecel Lela di Bogor dalam mencapai tujuannya, memposisikan
restorannya sebagai tempat yang menawarkan sajian menu olahan ikan lele dan
ayam yang berkualitas dengan harga yang terjangkau untuk segmen yang dipilih,
yaitu keluarga dan bukan keluarga. Selain itu, restoran Pecel Lele Lela di Bogor
juga memposisikan restorannya sebagai restoran yang memberikan pelayanan
yang baik untuk para konsumennya sehingga konsumen akan merasa nyaman
apabila berada di restoran Pecel Lele Lela di Bogor.
6.1.2 Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran terdiri dari segala sesuatu yang dapat dilakukan
perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produk, diantaranya adalah bauran
produk, harga, tempat, promosi, orang, proses dan bukti fisik. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dibawah ini:
1. Bauran Produk
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk
diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai
pemenuhan kebutuhan dan keinginan pasar yang bersangkutan (Tjiptono, 2008).
Strategi produk merupakan strategi yang paling penting untuk dikembangkan
karena produk akan secara langsung dirasakan manfaatnya oleh konsumen.
Strategi produk yang dilakukan oleh Pecel Lele Lela di Bogor adalah
produk olahan ikan lele yang beragam. Menu yang ditawarkan antara lain aneka
olahan ikan lele, ayam bakar/goreng, aneka tumis pelengkap, tahu dan tempe.
Produk unggulan yang ditawarkan oleh restoran ini dan merupakan menu paling
digemari oleh konsumen adalah lele saus padang karena rasa bumbu yang pedas
dan segar dan dipadukan dengan ikan lele yang gurih dan renyah. Selain makanan,
restoran ini juga menyediakan berbagai macam minuman dan aneka jus serta
camilan.
Adanya berbagai produk yang dikembangkan merupakan salah satu
kekuatan yang dimiliki Pecel Lele Lela Bogor dalam menarik minat konsumen.
Namun dalam penetapan standar mutu produk, Pecel Lele Lela di Bogor belum
memiliki sertifikasi halal dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
BPOM mengawasi pengusaha dalam penetapan standar mutu produk yang akan
dijual kekonsumen. Adanya SK dari BPOM maka acuan standar tersebut
memproteksi persaingan yang tidak sehat dalam industri obat dan makanan
termasuk restoran. Belum memiliki sertifikasi halal dari BPOM merupakan salah
satu kelemahan dari Pecel Lele Lela di Bogor karena menyangkut kepercayaan
yang diberikan kepada konsumen mengenai keamanan dan kehalalan produknya.
Pecel Lele Lela selaku pihak franchisor berusaha untuk selalu menjaga
keseragaman mutu dan rasa produk. Oleh karena itu, mereka mempunyai
standarisasi khusus untuk bumbu walaupun Bumbu yang digunakan dapat dibeli
sendiri oleh pihak franchisee. Bahan baku lain seperti ikan lele di pasok oleh
perusahaan yang merupakan peternak ikan lele Cahaya Kita di daerah Gadog.
Ikan lele yang dibutuhkan adalah 100 kg per minggu. Ayam di pasok oleh
perusahaan pemotongan ayam Al-Fatah yang memasok 10 ekor per hari.
Sedangkan untuk bahan baku lain seperti sayuran, buah, dan pelengkap lain di
peroleh dari penyuplai yang bekerjasama dari pasar tradisional. Selain itu Pecel
Lele Lela di Bogor juga bekerja sama dengan PT Sosro dalam menyuplai Teh
Botol Sosro.
Pecel Lele Lela memberikan standar khusus dalam pengemasan
makanannya. Keperluan delivery order atau pesanan untuk acara-acara tertentu,
kemasan yang digunakan berupa kotak karton berukuran 20 cm x 20 cm x 7 cm
berwarna putih. Pada kemasan tersebut terdapat logo Pecel Lele Lela.
2. Bauran Harga
Harga merupakan jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk
setiap produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Harga juga merupakan
komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan. Menurut
Tjiptono (2008), harga hanyalah salah satu komponen dari bauran pemasaran.
Oleh karena itu, harga perlu dikoordinasikan dan saling mendukung dengan
bauran pemasaran lainnya, seperti produk, tempat, promosi, orang, proses dan
bukti fisik.
Penentuan harga dari suatu produk akan sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan yang diinginkan.
Penetapan dari suatu produk, akan sangat dipengaruhi dari seberapa besar
pengorbanan yang telah dilakukan dalam memproduksi produk itu sendiri.
Semakin besar pengorbanan yang dilakukan maka akan semakin besar dan tinggi
harga yang ditetapkan atas produk tersebut.
Sasaran konsumen restoran Pecel Lele Lela di Bogor pada umumnya
adalah masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas yang bersedia membayar
lebih untuk produk yang berkualitas. Pecel Lele Lela selaku pihak franchisor
memberlakukan harga standar yang sama untuk tiap-tiap cabang/outletnya.
Adanya perbedaan harga terjadi apabila cabang mengajukan menu baru dengan
seijin pihak franchisor.
Strategi dalam menetapkan harga produk dapat dilakukan dengan
menganalisis kelebihan dan kekurangan dari produk yang dimiliki oleh suatu
perusahaan. Penetapan harga yang dilakukan oleh Pecel Lele Lela didasarkan atas
perhitungan biaya produksi yang ditambah dengan profit yang disesuaikan dengan
harga produk sejenis dari restoran lainnya (mengikuti harga pesaing), cara ini
dipilih untuk mempertahankan agar konsumen tidak beralih ketempat lain.
Kisaran harga untuk Pecel Lele dan olahan lele lain serta ayam di Pecel
Lele Lela adalah Rp 9.500 s/d Rp 12.000. Harga yang ditetapkan oleh Pecel Lele
Lela sesuai dengan harapan konsumen, yaitu produk yang bermutu mulai dari
kemasan, merek, label, pelayanan dan jaminan atas produk tersebut. Harga yang
ditawarkan Pecel Lele Lela tidak dikenakan pajak karena pajak tersebut telah
ditanggung oleh pihak Pecel Lele Lela di Bogor sehingga lebih terjangkau oleh
konsumen. Hal inilah yang menjadi pembeda dengan restoran lainnya. Daftar
menu dan harga dari makanan dan minuman Pecel Lela di Bogor dapat dilihat
pada Lampiran 3.
Pecel Lele Lela memadukan strategi harga dengan strategi promosi dengan
memberikan potongan harga. Salah satu strategi yang dilakukan adalah paket Rp
17.000 : Pecel lele/ayam + Nasi + Soft Drinks. Paket hemat ini berlaku dimulai
pada pukul 14.00-17.00 WIB, hal ini dilakukan untuk menjangkau segmen pelajar
dan remaja. Selain itu Pecel Lele Lela juga memberikan promosi gratis makan
sepuasnya bagi yang sedang berulang tahun dan yang memiliki nama “LELA”
dengan cara menunjukkan KTP. Program strategi harga ini, dapat dikatakan cukup
berhasil dilihat berdasarkan pengunjung yang datang sebagian besar adalah
remaja.
3. Bauran Tempat
Restoran Pecel Lele Lela di Bogor terletak di Jalan Jendral Sudirman
Kavling 6 Nomor 22, Bogor. Pemilihan lokasi didasarkan karena kawasan
tersebut terletak di jantung kota Bogor yang merupakan salah satu pusat
keramaian sehingga mudah dijangkau oleh konsumen dan terletak di sekitar pusat
perbelanjaan/supermarket, perkantoran, sekolah dan perumahan sehingga hal
tersebut menjadi suatu kekuatan tang dimiliki oleh Pecel Lele Lela di Bogor.
Restoran Pecel Lele Lela di Bogor selain dijadikan makan di tempat (dine in),
Pecel Lele Lela di Bogor juga melayani take away dan pemesanan antar atau delivery
order. Bagi para pengguna layanan delivery order, konsumen akan dikenakan biaya
tambahan berdasarkan jarak antara restoran dengan alamat pemesan. Biaya delivery
order berkisar antara Rp 5.000 sampai Rp 20.000. Pada dasarnya biaya delivery order
ini hanya untuk mengganti bahan bakar minyak (BBM) yang telah digunakan pada
saat pengantaran pesanan. Memiliki jasa delivery khusus merupakan salah satu
kekuatan juga yang dimiliki Pecel Lele Lela.
4. Bauran Promosi
Promosi merupakan aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan
produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya. Promosi juga
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran.
Menurut Tjiptono (2008), tujuan promosi adalah menginformasikan,
mempengaruhi dan membujuk serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang
perusahaan dan bauran pemasaran. Bauran promosi terdiri dari lima komponen
utama, yaitu periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, penjualan
perorangan dan pemasaran langsung. Kegiatan promosi yang dilakukan Pecel Lele
Lela di Bogor untuk mencapai tujuannya pada saat ini adalah periklanan, promosi
penjualan dan penjualan perorangan.
Pecel Lele Lela selaku franchisor menyadari bahwa promosi merupakan
salah satu faktor yang sangat penting dalam mendukung program pemasaran
restoran. Pecel Lele Lela menyerahkan sepenuhnya promosi produk kepada
masing-masing outlet. Hal ini disebabkan pertimbangan bahwa masing-masing
outlet akan lebih mengerti mengenai karakteristik konsumen masing-masing
tempat outlet berada. Promosi dilakukan berdasarkan kreatifitas masing-masing
outlet dibawah ijin dan persetujuan Pecel Lele Lela pusat. Pada tahap awal
pembukaan outlet, restoran masih didukung oleh pihak franchisor seperti promosi
melalui media cetak (media cetak lokal dan nasional) dan elektronik
(radio,televisi). Pecel Lele Lela memiliki website yang berfungsi untuk
memberikan informasi secara cepat kepada konsumen. Website ini dapat diakses
melalui situs www.lele-lela.com.
Pada tahap awal Kegiatan periklanan yang dilakukan oleh restoran Pecel Lele
Lela di Bogor dalam menarik konsumen adalah menyebarkan brosur, leaflet ke
wilayah sekitar kota Bogor. Selain itu, pemasangan billboard dengan ukuran yang
cukup besar di depan restoran sehingga akan mudah dilihat dan menarik perhatian
masyarakat akan keberadaan dari Pecel Lele Lela di Bogor. Pecel Lela di Bogor
lebih memilih melakukan promosi melalui brosur dan leaflet, dimana brosur dan
leaflet dibuat semenarik mungkin dengan mencantumkan gambar-gambar produk
unggulan dari restoran Pecel Lele Lela di Bogor. Kegiatan promosi penjualan
yang dilakukan restoran Pecel Lele Lela di Bogor dalam meningkatkan penjualan
adalah dengan cara membuat account pada media jejaring sosial facebook.
Restoran Pecel Lele Lela di Bogor lebih tertarik melakukan promosi dengan
menggunakan media jejaring sosial yaitu facebook dan promosi mulut ke mulut
saja. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh Pecel Lele Lela di Bogor untuk mencapai
tujuannya, yaitu meningkatkan volume penjualan dan meningkatkan loyalitas
pelanggan belum gencar sehingga hal ini berpengaruh pada pendapatan yang
diperoleh oleh restoran Pecel Lele Lela di Bogor.
5. Bauran Orang
Orang diartikan sebagai karyawan (Kotler 1996). Karyawan merupakan
bagian terpenting dalam suatu perusahaan karena terlibat langsung dalam kegiatan
penyampaian produk ke tangan konsumen. Restoran Pecel Lele Lela di Bogor
memiliki enam orang karyawan dibawah pimpinan Bapak Tedy Sukmawansyah
sebagai Manajer. Restoran Pecel Lele Lela di Bogor memiliki karyawan yang
ramah dan sopan yang akan membuat konsumen merasa nyaman apabila berada di
restoran Pecel Lele Lela.
Restoran Pecel Lele Lela di Bogor merekrut karyawan dengan kualifikasi
yang baik. Karyawan (Low Manajement) yang direkrut minimal lulusan SMA,
memiliki potensi dan menjalankan trainning selama tiga bulan sebelum
menjalankan pekerjaan sesuai dengan penempatannya. Karyawan Pecel Lele Lela
bebas mengeluarkan keluhan dan hambatan-hambatan yang dihadapi pada saat
bekerja, hal ini dilakukan agar karyawan merasa nyaman dalam melakukan
pekerjaannya. Karyawan Pecel Lele Lela di Bogor dituntut untuk memiliki
keterampilan dalam produksi dan komunikasi.
Keterampilan produksi adalah kemampuan karyawan untuk membuat
produk. Selain itu karyawan juga dituntut untuk dapat melakukan penyiapan
(serving) produk yang dipesan oleh konsumen. Keterampilan komunikasi adalah
kemampuan karyawan untuk mampu berbicara dan melayani konsumen dengan
baik, mengerti kebutuhan konsumen dan sabar dalam menghadapi keluhan
konsumen. Selain itu, karyawan Pecel Lele Lela di Bogor dituntut untuk memiliki
sifat ramah dan rendah hati. Sifat ini digunakan untuk menghadapi berbagai
macam sifat konsumen yang datang.
6. Bauran Proses
Proses merupakan semua kegiatan yang dapat dikoordinasikan dengan
baik untuk menciptakan kualitas serta pelayanan yang diberikan kepada
konsumen. Pelayanan yang baik akan meningkatkan loyalitas dan kepercayaan
konsumen kepada suatu restoran karena sekarang ini restoran tidak hanya menjual
produk tetapi juga menjual jasa. Strategi proses yang dilakukan oleh restoran
Pecel Lele Lela di Bogor, seperti kecepatan dalam proses penyajian hidangan,
kecepatan dalam merespon keluhan konsumen, kemudahan dalam transaksi
pembayaran dan peningkatan kinerja karyawan.
Proses penyajian hidangan di restoran Pecel Lele Lela Bogor berkisar 7-15
menit, sehingga konsumen tidak akan menunggu lama untuk menikmati hidangan
yang ditawarkan oleh restoran Pecel Lele Lela di Bogor. Pada proses produksi
Pecel Lele Lela di Bogor telah melakukan standarisasi pada bahan baku, proses
dan produk oleh Pecel Lele Lela pusat selaku franchisor. Standarisasi bahan baku
ditentukan agar bahan baku yang masuk terjamin kualitasnya. Standarisasi proses
ditetapkan agar proses produksi berjalan sesuai dengan Prosedur Operasional
Baku (POB), pembuatan harus sesuai dengan resep yang telah ditentukan serta
menjamin konsistensi mutu produk. Produk dilakukan untuk menjamin
konsistensi rasa, aroma, tekstur produk dan lain-lain.
7. Bauran Bukti Fisik
Bukti fisik merupakan petunjuk visual yang memberikan bukti atas
kualitas produk atau jasa yang ditawarkan, seperti sarana pendukung, dekorasi
ruangan, warna bangunan dan kebersihan restoran. Sarana dan prasarana yang
diberikan restoran Pecel Lele Lela di Bogor untuk kenyamanan pelanggannya
adalah tempat makan yang dilengkapi dengan kipas angin dan televisi, area parkir
yang cukup luas yang dapat digunakan untuk kendaraan roda empat dan roda dua,
kamar mandi untuk pria dan wanita, mushola dan wastafel. Pemanfaatan fasilitas
teknologi canggih seperti layanan Hot Spot untuk internet. Fasilitas ini bertujuan
untuk meraih segmen pelajar, mahasiswa, dan pegawai kantoran lainnya yang
tidak dapat lepas dari layanan informasi seperti internet. Selain itu, dekorasi
ruangan yang dibuat indah dan menarik dengan konsep “Hijau-Kuning”, mulai
dari dinding, kursi dan meja makan, lampu-lampu yang ditutup dengan kelambu
warna kuning sehingga membuat ruangan terasa cerah ceria dan warna ruangan
yang terasa bersih dan rapi.
Berdasarkan analisis lingkungan internal, restoran Pecel Lele Lela di
Bogor memiliki sebelas faktor kritis yang terdiri dari delapan kekuatan dan tiga
kelemahan. Kekuatan yang dimiliki oleh restoran Pecel Lele Lela di Bogor adalah
kelezatan citarasa makanan, lokasi cukup strategis, bahan baku murni lokal,
mutu/kualitas produk terjaga, adanya potongan harga khusus, pelopor restoran lele
modern, memiliki layanan delivery order dan area parkir memadai. Kelemahan
yang dimiliki restoran Pecel Lele Lela di Bogor adalah kegiatan promosi kurang
optimal, menu yang disajikan kurang variatif, belum memiliki sertifikasi halal dari
BPOM.
6.2 Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis terhadap lingkungan eksternal perusahaan merupakan tahap untuk
mengetahui peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan. Analisis
lingkungan eksternal restoran Pecel Lele Lela di Bogor dibagi menjadi dua, yaitu
lingkungan jauh dan lingkungan industri.
6.2.1 Lingkungan Jauh
Lingkungan jauh merupakan lingkungan yang secara tidak langsung
mempengaruhi keputusan strategi perusahaan dalam jangka panjang. Faktor-
faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi restoran Pecel Lele Lela di
Bogor pada lingkungan jauh adalah faktor politik, faktor ekonomi, faktor sosial
dan faktor teknologi.
Kondisi politik suatu negara akan mempengaruhi iklim dunia usaha negara
tersebut, khususnya untuk bisnis restoran. Situasi politik yang kurang baik akan
berdampak negatif pada dunia usaha. Oleh karena itu, dalam menjalankan suatu
usaha diperlukan arah, peraturan dan kebijakan-kebijakan dari pihak pemerintah
yang berguna untuk kepentingan dan kesejahteraan umum. Dalam melakukan
usahanya, yang harus diperhatikan oleh pihak Pecel Lele Lela di Bogor adalah
peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 9 Tahun 2004 tentang Retribusi Izin Usaha
Kepariwisataan. Peraturan ini menyangkut perizinan suatu hotel dan restoran,
yaitu Izin Prinsip dan Izin Usaha Tetap. Selain itu, Dinas Pariwisata juga
mengatur tentang pajak, laporan, ketertiban umum, hukum, peraturan, pendidikan
serta kelengkapan dan sebagainya.
Peraturan lainnya yang diperhatikan oleh Pecel Lele Lela di Bogor adalah
Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 16 Tahun 2002 tentang Pajak Restoran.
Pajak restoran adalah pajak yang dikenakan atas pelayanan di restoran atau rumah
makan. Dasar pengenaan dan tarif pajak restoran adalah 10 persen. Peraturan-
peraturan tersebut berguna untuk mendukung operasionalnya suatu usaha, baik itu
usaha perorangan, usaha kecil dan menengah (UKM) atau usaha berskala besar.
Kondisi politik suatu negara akan mempengaruhi perekonomian negara
tersebut. Kondisi ekonomi yang kurang stabil pada suatu negara akan berpengaruh
terhadap kinerja suatu perusahaan dan industri secara keseluruhan. Kestabilan
kondisi perekonomian saat ini berpengaruh terhadap iklim dunia bisnis,
khususnya bisnis restoran. Salah satu faktor yang yang mengakibatkan kondisi
ekonomi di sutu negara kurang stabil adalah tingkat inflasi dan harga kebutuhan
pokok dan BBM.
Perubahan inflasi akan mengakibatkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
meningkat. Meningkatnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akan berpengaruh
pada harga kebutuhan pokok (bahan baku). Tingkat inflasi di Indonesia dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Tingkat Inflasi di Indonesia Tahun 2004-2008
Tahun Inflasi (%)
2004
2005
2006
2007
2008
5.40
17.11
6.60
6.59
11.06
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2009
Tabel 8 merupakan tingkat inflasi di Indonesia. Inflasi yang tinggi dan
kenaikan harga BBM akan mengakibatkan harga bahan baku meningkat.
Kenaikan harga bahan baku akan berhubungan dengan biaya operasional suatu
perusahaan, sehingga akan membuat harga jual dari suatu produk menjadi tinggi
dan mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat terhadap suatu barang.
Kehidupan politik, secara langsung maupun tidak langsung, memiliki
pengaruh terhadap kondisi ekonomi di sebuah negara. Hal ini dikarenakan kondisi
ekonomi suatu negara akan dipengaruhi oleh kebijakankebijakan yang ditentukan
baik oleh lembaga legislatif maupun lembaga eksekutif. Selain kondisi politik dan
ekonomi pada suatu negara, kondisi sosial juga harus diperhatikan oleh restoran
Pecel Lele Lela Bogor.
Lingkungan sosial merupakan sebuah aspek interaksi antar manusia,
melalui pengelompokan manusia, baik dekat maupun jauh, yang mana
mempengaruhi pertahanan dan pertumbuhan sebuah organisasi. Banyak aspek
pengelompokan manusia yang dapat mempengaruhi aktifitas bisnis di Indonesia.
Pengelompokan orang bisa berdasarkan etnik, budaya, agama, politik, pekerjaan
yang mana merupakan sebagai gambaran komponen lingkungan sosial. Kelompok
tersebut memiliki pengaruh dalam kegiatan bisnis dan pertumbuhan ekonomi
melalui kekuatan masing masing yang mereka miliki.
Lingkungan sosial akan berpengaruh terhadap perusahaan terutama
terhadap tingkat penjualan produk dari suatu perusahaan tersebut. Perubahan gaya
hidup masyarakat yang semakin dinamis, dimana produktivitas kerja yang
semakin tinggi menyebabkan semakin sedikitnya waktu yang dibutuhkan untuk
dapat menyediakan makanan sehingga masyarakat lebih cenderung untuk makan
diluar rumah. Alasan masyarakat makan diluar rumah adalah adanya pelayanan
yang baik yang membuat konsumen nyaman berada di sebuah restoran, variasi
menu makanan sehingga konsumen bisa memilih apa yang mereka inginkan
dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen akan pangan, citarasa yang
beragam, kelezatan dan kecepatan dalam menyajikan suatu hidangan. Selain
perubahan gaya hidup yang semakin dinamis, jumlah penduduk yang semakin
besar dan terus bertambah di kota Bogor (Tabel 2) juga akan mengakibatkan
meningkatnya permintaan masyarakat terhadap konsumsi akan pangan karena
setiap manusia membutuhkan makanan untuk kelangsungan hidupnya.
Sistem informasi dan teknologi telah menjadi komponen yang sangat
penting bagi keberhasilan bisnis dan organisasi. Teknologi informasi dapat
membantu segala jenis bisnis meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses bisnis.
Teknologi informasi muncul sebagai akibat semakin merebaknya globalisasi
dalam kehidupan organisasi, semakin kerasnya persaingan bisnis, semakin
singkatnya siklus hidup barang dan jasa yang ditawarkan, serta meningkatnya
tuntutan selera konsumen terhadap produk dan jasa yang ditawarkan. Untuk
mengantisipasi semua ini, restoran Pecel Lele Lela di Bogor harus selalu berusaha
mencari terobosan baru dengan memanfaatkan teknologi.
Restoran Pecel Lele Lela di Bogor harus dapat memanfaatkan kemajuan
teknologi yang ada, baik teknologi dalam hal informasi maupun komunikasi.
Kemudahan komunikasi dengan pelanggan dapat dilakukan dengan cara
memanfaatkan teknologi sistem telekomunikasi, seperti telepon. Telepon akan
memudahkan dalam hal penerimaan pesanan. Penggunaan teknologi yang baik
akan mengakibatkan kapasitas produksi yang dihasilkan menjadi lebih banyak
sehingga akan berpengaruh pada peningkatan penjualan perusahaan.
6.2.2 Lingkungan Industri
Lingkungan industri merupakan analisis terhadap kelompok yang terkait
dengan perusahaan, seperti persaingan antar perusahaan saingan, potensi
masuknya pesaing baru, potensi pengembangan produk-produk pengganti, daya
tawar pemasok dan daya tawar pembeli.
Jumlah restoran di kota Bogor yang cukup besar dan terus bertambah
setiap tahunnya (Tabel 1), menyebabkan persaingan antar perusahaan saingan
cukup tinggi. Setiap perusahaan akan berusaha untuk meraih posisi yang kuat di
pasar. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap strategi penetapan harga. Harga
yang telalu tinggi akan membuat konsumen berpindah ke restoran lain.
Sedangkan, apabila restoran menetapkan harga yag terlalu rendah, maka hal
tersebut akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena tidak bisa menutupi
biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Kondisi persaingan yang cukup tinggi disebabkan karena rintangan masuk
bagi pendatang baru tidak begitu besar. Potensi masuknya pesaing baru bagi
restoran adalah restoran yang menyediakan produk-produk sejenis. Selain itu,
pendatang baru tidak hanya datang dari waralaba lokal saja tetapi waralaba asing
pun yang jumlahnya tidak sedikit merupakan ancaman bagi restoran Pecel Lele
Lela di Bogor dalam menjalankan usahanya. Hal tersebut menjadi sebuah
ancaman karena waralaba asing mempunyai merek dagang yang sudah dikenal
diluar negeri atau dunia, mempunyai sistem manajemen yang baik dan terstruktur,
menggunakan teknologi modern, mengandalkan kinerja yang profesional,
mempunyai dukungan keuangan yang baik sehingga dapat melakukan kegiatan
promosi yang kontinyu dan memiliki tim riset pasar yang baik.
Restoran Pecel Lele Lela di Bogor merupakan restoran yang menawarkan
hidangan olahan dari ikan lele dan ayam. Produk sejenis yang menjadi saingan
dari restoran Pecel Lele Lela di Bogor adalah restoran atau tempat yang
menyediakan Pecel Lele ataupun sejenisnya yang berbahan dasar ikan lele dan
restoran yang menyediakan hidangan sejenis ikan, ayam bakar ataupun bebek
bakar dan restoran sejenisnya yang berbahan dasar ikan dan ayam.
Daya tawar pemasok pada suatu perusahaan juga akan mempengaruhi
intensitas persaingan dalam suatu industri. Restoran Pecel Lele Lela Bogor
memperoleh pasokan bahan baku, seperti sayuran dan buah-buahan dari berbagai
sumber, yaitu pasar-pasar tradisional yang ada di kota Bogor, akan tetapi untuk
bahan baku seperti ikan, ayam dan soft drink, restoran Pecel Lele Lela Bogor telah
memiliki pemasok tetap. Daya tawar pemasok restoran rendah sehingga restoran
Pecel Lele Lela Bogor dapat berpindah ke pemasok lain. Proses pembelian bahan
baku dilakukan 2-3 kali dalam seminggu. Jumlah pembelian disesuaikan dengan
kebutuhan restoran Pecel Lele Lela Bogor.
Selain itu, daya tawar pembeli restoran Pecel Lele Lela Bogor juga sangat
tinggi. Oleh karena itu, restoran Pecel Lele Lela Bogor selalu berusaha untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dengan cara memberikan produk
yang sesuai dengan keinginan konsumen dan pelayanan yang baik sesuai dengan
harapan konsumen sehingga konsumen akan merasa nyaman apabila berada di
restoran Pecel Lele Lela Bogor.
Berdasarkan analisis lingkungan eksternal, maka dapat disimpulkan bahwa
restoran Pecel Lele Lela Bogor memiliki dua belas faktor kritis yang terdiri dari enam
peluang dan lima ancaman. Peluang yang dimiliki oleh restoran Pecel Lele Lela Bogor
adalah letak kota Bogor yang strategis, laju pertumbuhan penduduk kota Bogor,
perubahan gaya hidup masyarakat, peningkatan pendapatan dan daya beli
masyarakat, daya tawar pemasok rendah dan adanya perkembangan kemajuan
teknologi. Ancaman yang dihadapi oleh restoran Pecel Lele Lela Bogor adalah
tingkat persaingan dalam industri restoran tinggi, serbuan waralaba asing,
kenaikan harga bahan baku, banyaknya produk substitusi (pengganti), kekuatan
tawar menawar konsumen tinggi dan hambatan masuk industri rendah.
6.3 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
Berdasarkan analisis terhadap lingkungan internal dan lingkungan
eksternal pada restoran Pecel Lele Lela Bogor, maka dapat diidentifikasi beberapa
faktor yang dapat menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman adalah:
6.3.1 Kekuatan
Kekuatan yang dapat diidentifikasi dari Pecel Lele Lela di Bogor
berdasarkan bauran pemasaran 7P adalah:
1) Pecel Lele Lela memiliki keunggulan yang khas yang membedakan dari para
pesaingnya. Keunikan dan cita rasa yang khas telah mendapat pengakuan dari
berbagai pihak, hal tersebut dibuktikan dengan penghargaan pada tahun 2010
dari Kementrian Perikanan dan Kelautan RI sebagai usaha mengenalkan lele
paling inovatif. Kelezatan cita rasa khas produk restoran Pecel Lele Lela di
Bogor merupakan alasan utama para pelanggan restoran Pecel Lele Lela di
Bogor untuk berkunjung ke restoran ini.
2) Restoran Pecel Lele Lela di Bogor mempunyai lokasi yang cukup strategis. Hal
ini terlihat dari lokasi Pecel Lele Lela Bogor yang dekat dengan pusat
perbelanjaan, perkantoran, pendidikan dan permukinan serta akses transportasi
yang beroperasi 24 jam, sehingga lebih terjangkau oleh konsumen. Selain itu,
lokasi restoran Pecel Lele Lela Bogor juga dekat dengan perolehan bahan baku,
seperti ikan, ayam, sayuran dan buah-buhan sehingga memudahkan restoran Pecel
Lele Lela Bogor dalam hal pemenuhan bahan baku.
3) Bahan baku yang dipergunakan sepenuhnya adalah bahan baku lokal. Hal ini
tentunya akan menghemat biaya dibandingkan jika bahan baku yang
digunakan merupakan bahan baku impor. Selain murah, bahan baku lokal juga
lebih terjamin ketersediannya dan mudah didapatkan dibandingkan bahan
baku impor.
4) Pecel Lele Lela Bogor menawarkan produk yang bermutu (aman dan layak
untuk dikonsumsi). Hal ini terlihat dari proses produksi restoran Pecel Lele
Lela Bogor yang telah melakukan standarisasi pada bahan baku, proses dan
produk. Standarisasi bahan baku ditentukan agar bahan baku yang masuk
terjamin kualitasnya. Standarisasi proses ditetapkan agar proses produksi
berjalan sesuai dengan Prosedur Operasional Baku (POB), pembuatan produk
harus sesuai dengan resep yang telah ditentukan. Sedangkan standarisasi
produk dilakukan untuk menjamin konsistensi rasa, aroma, tekstur produk dan
lain-lain. Selain itu, restoran Pecel Lele Lela Bogor juga mempunyai kemasan
yang aman, merek dan label yang jelas sesuai dengan ketetapan Pecel Lele
Lela pusat.
5) Adanya potongan harga khusus pada restoran Pecel Lele Lela Bogor seperti
paket Rp 17.000 yang dimulai dari jam 14.00-17.00 WIB setiap hari serta
makan gratis sepuasnya bagi yang sedang berulang tahun dan yang memiliki
nama “LELA” merupakan salah satu faktor yang membuat konsumen ingin
datang ke restoran Pecel Lele Lela Bogor.
6) Pecel Lele Lela merupakan pelopor restoran lele modern dengan inovasi
produk olahan lele yang terjamin kualitas dan rasanya yang merupakan
restoran pecel lele pertama di Indonesia.
7) Restoran Pecel Lele Lela Bogor memiliki layanan delivery order yang
memudahkan konsumen untuk tetap menikmati Pecel Lele Lela walaupun
berada di restoran atau tidak berada di restoran Pecel Lele Lela Bogor. Produk
Pecel Lele Lela Bogor pun dapat dipesan dalam jumlah banyak untuk cara
tertentu seperti rapat dan lain-lain.
8) Pecel Lele Lela Bogor memiliki area parkir yang memadai yang dapat
menampung 20-30 mobil dan 30-40 motor.
6.3.2 Kelemahan
Kelemahan yang dapat diidentifikasi dari restoran Pecel Lele Lela Bogor
semuanya berasal dari bauran pemasaran 7P. Kelemahan yang dimiliki oleh
restoran Pecel Lele Lela adalah :
1) Restoran Pecel Lele Lela Bogor belum mempunyai sertifikasi halal dari
BPOM. Sertifikat halal ini menyangkut kepercayaan yang diberikan kepada
konsumen akan keamanan dan kehalalan suatu produk karena mempunyai
produk yang bersertifikat merupakan kekuatan yang harus dimiliki oleh suatu
restoran atau rumah makan dalam menarik konsumen. Selain itu, Indonesia
juga merupakan salah satu negara yang mempunyai mayoritas agama islam
terbesar di dunia. Oleh karena itu, mempunyai sertifikat halal menjadi sangat
penting bagi usaha yang bergerak dalam bisnis makanan karena penyangkut
kepercayaan dan keamanan terhadap suatu produk yang ditawarkan kepada
konsumen.
2) Kegiatan promosi yang dilakukan Pecel Lele Lela Bogor dalam menarik
konsumen masih kurang gencar. Hal ini terlihat dari masyarakat sekitar kota
Bogor yang belum mengetahui keberadaan dari restoran Pecel Lele Lela
Bogor. Selain itu, restoran Pecel Lele Lela Bogor juga untuk saat ini tidak
menggunakan seluruh media untuk memasarkan produknya sehingga bisa
lebih dikenal di masyarakat sekitar kota Bogor. Memasarkan produknya
restoran Pecel Lele Lela Bogor hanya menggunakan media jejaring sosial
seperti facebook dan promosi dari mulut ke mulut saja.
3) Menu yang disajikan masih kurang variatif. Hal ini dikarenakan Pecel Lele
Lela Bogor belum mendapatkan ide produk/makanan apa yang sekiranya baru,
inovatif dan dapat menarik minat konsumen namun dengan harga termasuk
murah.
6.3.3 Peluang
Peluang yang diidentifikasi dari restoran Pecel Lele Lela Bogor
berdasarkan lingkungan jauh dan lingkungan industri, diantaranya adalah :
1) Peluang yang dimiliki oleh restoran Pecel Lele Lela Bogor dalam usaha bisnis
restoran adalah permintaan yang cukup tinggi. Permintaan yang cukup tinggi
dapat dilihat dari jumlah penduduk kota Bogor yang terus meningkat setiap
tahunnya (Tabel 2), peningkatan jumlah penduduk akan berpengaruh pada
daya beli masyarakat akan suatu produk. selain itu permintaan yang cukup
tinggi juga dipengaruhi oleh perubahan pola konsumsi masyarakat akan
pangan dan pergeseran gaya hidup masyarakat kearah modern dan
peningkatan daya beli masyarakat. Selain itu, pola hidup masyarakat yang
sering makan diluar rumah sehingga intensitas membeli makanan dan
minuman direstoran menjadi meningkat.
2) Kemajuan teknologi baik teknologi produksi maupun teknologi informasi juga
merupakan peluang bagi restoran Pecel Lele Lela Bogor dalam memasarkan
produknya sehingga bisa lebih dikenal di kalangan masyarakat. Kemajuan
produksi, seperti penggunaan alat-alat produksi yang baik akan memudahkan
dalam proses pembuatan hidangan, baik makanan maupun minuman yang
ditawarkan. Pemanfaatan teknologi dan informasi harus dilakukan secara
optimal untuk membantu operasional restoran Pecel Lele Lela Bogor dalam
menjalankan usahanya. Selain itu, kemajuan informasi seperti kemudahan
dalam mengakses informasi melalui internet akan memudahkan konsumen
Pecel Lele Lela diluar kota Bogor mengetahui informasi yang
dibutuhkannnya. Oleh karena itu, restoran Pecel Lele Lela Bogor harus bisa
memanfaatkan teknologi yang ada untuk menarik konsumen baru maupun
mempertahankan konsumen lama karena kemajuan suatu perusahaan
tergantung dari kepuasan konsumen terhadap restoran tersebut.
3) Kekuatan tawar menawar pemasok yag dihadapi oleh restoran Pecel Lele Lela
Bogor dapat dikatakan kecil. Hal ini dikarenakan tingkat ketergantungan
restoran terhadap pemasok tidak terlalu besar yang disebabkan oleh
banyaknya jumlah pemasok yang ada, sehingga restoran dapat memilih
alternatif terbaik. Para pemasok tidak dapat menekan pihak restoran dengan
menaikkan harga sesukanya, karena perusahaan dapat mencari pemasok lain
dengan tawaran harga yang lebih baik.
6.3.4 Ancaman
Ancaman yang diidentifikasi dari restoran Pecel Lele Lela Bogor
berdasarkan lingkungan jauh dan lingkungan industri, diantaranya adalah :
1) Persaingan yang cukup tinggi yang dihadapi oleh restoran Pecel Lele Lela
Bogor dapat dilihat dari semakin banyaknya jumlah restoran dan rumah
makan yang ada di kota Bogor (Tabel 1) yang mengakibatkan kekuatan tawar
menawar konsumen menjadi tinggi karena banyaknya pilihan restoran. Dalam
menghadapi persaingan yang cukup tinggi diantara banyaknya restorang yang
ada di kota Bogor, restoran Pecel Lele Lela Bogor harus bisa menawarkan
sesuatu yang beda dan menarik untuk para konsumennya sehingga konsumen
tersebut akan tertarik untuk berkunjung ke restoran Pecel Lele Lela Bogor.
2) Banyaknya produk subtitusi yang diakibatkan oleh restoran lain yang
menawarkan jenis produk yang relatif sama dan mengincar segmen pasar yang
sama pula sehingga konsumen dihadapkan pada berbagai pilihan produk untuk
memenuhi kebutuhan akan pangannya.
3) Kenaikan harga kebutuhan pokok (bahan baku) dan kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM) juga merupakan ancaman bagi restoran Pecel Lele Lela
Bogor dalam dunia bisnis restoran. Kenaikan harga bahan baku akan
berpengaruh pada harga jual akan produk sehingga akan mengakibatkan harga
jual menjadi tinggi dan menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat akan
suatu produk sehingga masyarakat akan berpikir kembali untuk makan di
restoran.
4) Serbuan waralaba asing yang akan mempengaruhi selera dan gaya hidup
masyarakat. Hal ini terkait dengan persepsi sebagian besar masyarakat yang
menganggap produk asing lebih baik mutunya dan merupakan prestise bila
mengkonsumsi makanan asing.
5) hambatan masuk industri ini rendah dikarenakan siapa saja yang memiliki
keinginan dan kemampuan dapat membuka atau mendirikan usaha restoran.
Hal ini yang menyebabkan julah usaha restoran selalu meningkat.
6.4 Formulasi Alternatif Strategi Pemasaran
Setelah mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman,
selanjutnya dilakukan perumusan strategi. Perumusan strategi meliputi tiga
tahapan yaitu tahap masukan, tahap pencocokan dan tahap pengambilan
keputusan.
6.4.1 Tahap Masukan
Tahap masukan merupakan tahap untuk memasukkan hasil analisis dan
identifikasi terhadap kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Hasil
analisis dan identifikasi lingkungan internal berupa kekuatan dan kelemahan akan
disusun kedalam matriks IFE. Hasil analisis dan identifikasi kodisi internal dan
eksternal berupa peluang dan ancaman akan disusun kedalam matriks EFE.
1. Analisis Matriks IFE
Matriks IFE menggambarkan kondisi internal perusahaan yang terdiri dari
kekuatan dan kelemahan yang dihitung berdasarkan rating dan bobot yang diambil
kuesioner Manajer Operasional dari Pecel Lele Lela Bogor dan beberapa orang
karyawannya. Tabel 9 menunjukkan matriks IFE yang menganalisis 11 faktor
sukses kritis yang terdiri dari delapan kekuatan dan tiga kelemahan.
Tabel 9. Hasil Analisis Matriks IFE
Sumber:Pecel Lele Lela Bogor, 2011
Berdasarkan hasil analisis matriks IFE pada Tabel 9, menunjukkan bahwa
faktor yang menjadi kekuatan utama perusahan adalah lokasi restoran yang cukup
strategis dengan nilai tertimbang tertinggi sebesar 0,234 hal ini dikarenakan
pemilihan tempat yang sudah tepat. Lokasi pecel lele lela sangat strategis
sehingga mudah dijangkau, selain itu lokasi pecel lele lela juga berdekatan dengan
tempat tempat makan lain seperti bogor permai, burger klenger dan ruko lain
seperti salon, toko buah dan lain-lain sehingga dapat menarik minat konsumen.
Kelemahan utama dari Pecel Lele Lela Bogor adalah kurangnya kegiatan promosi
dengan nilai tertimbang terkecil sebesar 0,069 hal ini dikarenakan promosi yang
dilakukan belum optimal yaitu hanya melalui media facebook dan dari mulut ke
mulut saja. Hal ini menunjukkan bahwa Pecel Lele Lela Bogor memiliki posisi
internal yang kuat karena telah mampu menggunakan kekuatan dan mengatasi
kelemahan dengan cukup baik.
2. Analisis Matriks EFE
Matriks EFE menggambarkan kondisi eksternal perusahaan yang terdiri
dari peluang dan ancaman yang dihitung berdasarkan bobot yang diambil
Faktor Internal Bobot Rating Skor
1.Kelezatan cita rasa makanan 0,050 3 0.150
2.Lokasi cukup strategis 0.078 3 0.234
3.Bahan baku murni lokal 0,054 3 0.162
4.Mutu/kualitas produk terjaga 0,050 4 0.200
5.Terdapat potongan harga khusus 0,067 3 0.201
6.Merupakan pelopor pecel lele modern 0,063 3 0.189
7.Memiliki layanan delivery order 0,054 3 0.162
8.Area parkir memadai 0,063 3 0.189
9.Kurangnya kegiatan promosi 0,069 1 0.069
10.Menu yang di sajikan kurang variatif 0,083 1 0.083
11.Belum memiliki sertifikasi halal dari BPOM 0,081 1 0.081
Total 1.000 27 2.551
kuesioner dari satu orang yaitu Manajer Operasional dari Pecel Lele Lela Bogor.
Tabel 10 menunjukkan matriks EFE yang menganalisis 12 faktor sukses kritis
yang terdiri dari enam peluang dan enam ancaman.
Tabel 10. Hasil Analisis Matriks EFE
Faktor Eksternal Bobot Rating Skor
1.Letak kota Bogor yang strategis 0.076 4 0.304
2.Laju pertumbuhan penduduk kota Bogor 0.076 4 0.304
3.Perubahan gaya hidup masyarakat 0.087 4 0.348
4.Peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat 0.061 4 0.244
5.Daya tawar menawar pemasok rendah 0.057 3 0.171
6.Perkembangan kemajuan teknologi 0.061 4 0.244
7.Tingkat persaingan dalam industri restoran tinggi 0.098 1 0.098
8.Serbuan waralaba asing 0.102 2 0.204
9.Kenaikan harga bahan baku 0.053 2 0.106
10.Banyaknya produk substitusi/pengganti 0.091 2 0.182
11.Kekuatan tawar-menawar konsumen tinggi 0.114 1 0.114
12.Hambatan masuk industri rendah 0.125 2 0.250
Total 1.000 35 2.713
Berdasarkan hasil analisis matriks EFE pada Tabel 10 menunjukkan
bahwa faktor yang menjadi peluang utama perusahaan adalah perubahan gaya
hidup masyarakat yang cenderung makan di luar rumah dan mulai beralih ke
makanan-makanan yang yang lebih alami, dengan perolehan nilai tertimbang
tertinggi sebesar 0,348 sedangkan ancaman utama adalah tingkat persaingan
dalam industri restoran tinggi dengan semakin banyaknya pertumbuhan rumah
makan yang menyajikan berbagai hidangan terutama ikan lele sehingga menjadi
penghambat pertumbuhan restoran pecel lele lela dengan perolehan nilai
tertimbang terkecil sebesar 0,098. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 10
maka dapat diperoleh total bobot skor sebesar 2.713. Hal ini menunjukkan bahwa
Pecel Lele Lela Bogor telah mampu merespon faktor eksternal dan memanfaatkan
peluang untuk mengatasi ancaman.
6.4.2 Tahap Pencocokan
Tahap pencocokan merupakan tahap untuk merumuskan strategi
berdasarkan hasil analisis dan identifikasi akan kondisi lingkungan internal dan
eksternal perusahaan yang telah terkumpul. Pada tahap pencocokan model yang
digunakan dalam perumusan strategi adalah matriks Strength-Weakness-
Opportunities-Threat (SWOT). Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman yang diperoleh melalui audit internal dan eksternal, dapat
diformulasikan alternatif strategi yang diambil. Pendekatan matriks SWOT
memberikan berbagai alternatif strategi yaitu strategi S-O, strategi S-T, strategi
W-T dan strategi W-O. Formulasi strategi ini dapat dilihat sebagai berikut:
Strategi S-O (Strength-Opportunity)
Strategi S-O adalah strategi yang memanfaatkan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk dapat meraih peluang yang ada guna mendapatkan keuntungan
bagi perusahaan. Alternatif strategi yang dapat dilakukan pada strategi S-O, yaitu
perbaikan suasana dan kenyamanan restoran.
Segmentasi pasar restoran Pecel Lele Lela Bogor merupakan konsumen
dengan keadaan ekonomi menengah keatas. Konsumen seperti ini bersedia
membayar lebih untuk kepuasan dan prestise, sehingga lebih mengutamakan
kenyamanan dan suasana tempat. Restoran dapat memanjakan konsumen yang
datang penambahan interior seperti kursi sofa kemudian tempat duduk lesehan,
restoran juga dapat menyajikan musik melalui kaset atau live music pada saat-saat
tertentu. Hal ini didukung pula dengan lokasi perusahaan yang strategis berada di
kawasan pertokoan dan dekat dengan pusat perbelanjaan, serta terletak disalah
satu jalan protokol kota Bogor.
Strategi S-T (Strength-Threat)
Strategi S-T merupakan strategi yang menggunakan kekuatan yang
dimiliki perusahaan untuk menghindari ancaman yang akan dihadapi. Kekuatan
yang dimiliki oleh Pecel Lele Lela di Bogor adalah kelezatan citarasa makanan,
bahan baku murni lokal, mutu dan kualitas produk terjaga, merupakan pelopor
restoran pecel lele yang dihubungkan dengan ancaman yang akan dihadapi
restoran Pecel Lele Lela di Bogor, seperti persaingan yang cukup tinggi dan
kenaikan harga kebutuhan pokok (bahan baku), maka alternatif yang dapat
dilakukan pada strategi S-T, yaitu strategi pengembangan produk.
Semakin banyak restoran atau rumah makan yang ada di kota Bogor akan
menjadikan situasi pasar diliputi persaingan yang semakin meningkat. Masalah
yang ditimbulkan juga semakin banyak apalagi jika ditambah dengan selera
konsumen yang mudah berubah, persaingan teknologi baru, daur hidup produk
yang makin pendek, maka untuk meningkatkan penjualan, strategi pengembangan
produk dapat dilakukan oleh restoran Pecel Lele Lela di Bogor.
Strategi yang dapat dilakukan oleh restoran Pecel Lele Lela di Bogor
adalah menciptakan produk baru pada tingkatan harga yang berbeda akan tetapi
dengan kualitas yang relatif sama. Akan tetapi, untuk menghasilkan satu atau
lebih gagasan yang baik restoran Pecel Lele Lela harus mulai dengan banyak
gagasan tentang produk baru. Selain itu, restoran Pecel Lela Lela di Bogor juga
harus memperhatikan biaya karena biaya pengembangan dan peluncuran untuk
masing-masing produk akan meningkat tinggi terutama dalam biaya produksi,
periklanan dan distribusi serta harus mengajukan permohonan persetujuan dari
pihak franchisor.
Strategi W-O (Weakness-Opportunity)
Strategi W-O merupakan strategi yang menggunakan peluang yang ada
untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Adapun kelemahan
yang dapat diidentifikasi dari restoran Pecel Lele lela di Bogor adalah belum
mempunyai sertifikat halal dari BPOM dan belum gencarnya kegiatan promosi
yang dilakukan oleh restoran Pecel Lele Lela di Bogor dan peluang yang dapat
diraih oleh restoran Pecel Lele Lela di Bogor permintaan yang cukup tinggi dan
kemajuan teknologi baik teknologi produksi maupun teknologi informasi, maka
alternatif strategi yang dapat dilakukan pada strategi W-O, yaitu meningkatkan
promosi.
Kegiatan promosi yang dilakukan oleh suatu perusahaan biasanya
merupakan komponen prioritas dari kegiatan pemasaran lainnya. Dengan adanya
promosi maka konsumen akan mengetahui bahwa perusahaan meluncurkan
produk baru yang akan menggoda konsumen untuk melakukan kegiatan
pembelian. Kegiatan promosi sangat erat kaitannya dengan penyebaran informasi
untuk disampaikan ke konsumen. Kegiatan promosi yang bisa dilakukan oleh
restoran Pecel Lele Lela di Bogor untuk meningkatkan penjualan dan menarik
konsumen, diantaranya adalah mempromosikan restoran Pecel Lele Lela melalui
media cetak dan media elektronik.
Kegiatan promosi melalui media cetak, dapat dilakukan restoran Pecel lele
Lela di Bogor melalui surat kabar (koran) lokal dan majalah. Keunggulan dari
memasang iklan di surat kabar (koran) adalah fleksibel, tepat waktu, cakupan
pasarnya cukup luas dan terpercaya. Akan tetapi kelemahan yang akan dihadapi
oleh restoran Pecel Lele Lela di Bogor apabila memasang iklan di surat kabar
(koran) adalah waktunya sangat singkat. Keunggulan memasang iklan di majalah
adalah selektivitas geografis, demografis tinggi dan umur iklan relatif panjang.
Akan tetapi, kelemahan memasang iklan di majalah adalah waktu tunggu
pembelian iklan cukup tinggi dan biayanya cukup mahal.
Kegiatan promosi melalui media eletronik, dapat dilakukan restoran Pecel
Lele Lela di Bogor melalui radio. Keunggulan memasang iklan di radio adalah
selektivitas geografis, demografis dan biayanya cukup murah. Akan tetapi,
kelemahannya adalah radio hanya bersifat audio, sehingga perhatian konsumen
akan relatif rendah dibandingkan melalui website. Selain itu, promosi yang dapat
dilakukan oleh pihak restoran Pecel Lele Lela di Bogor yaitu mengadakan
program paket hemat pelajar, pemberian diskon pada moment tertentu seperti hari
libur nasional dan pemberian diskon terhadap jumlah pemesanan tertentu serta
menjadi sponsor acara atau event-event tertentu seperti acara-acara disekolah
ataupun universitas.
Strategi W-T (Weakness-Threat)
Strategi W-T merupakan strategi yang berusaha untuk meminimalisasi
kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan untuk menghindari ancaman.
Kelemahan yang dimiliki oleh restoran Pecel Lele Lela di Bogor adalah belum
mempunyai sertifikat halal dari BPOM dan belum gencarnya kegiatan promosi
yang dilakukan oleh restoran Pecel Lele Lela di Bogor yang dihubungkan dengan
ancaman yang akan dihadapi, seperti persaingan yang cukup tinggi dan kenaikan
harga kebutuhan pokok (bahan baku, maka alternatif strategi yang dapat dilakukan
pada strategi W-T, yaitu meningkatkan kualitas produk dan menjaga kepercayaan
pelanggan. Meningkatkan kualitas produk dapat dilakukan restoran Pecel Lele Lela di
Bogor dengan cara menjaga kualitas bahan baku yang digunakan dalam proses produksi
sehingga bahan baku tersebut akan menghasilkan produk yang bermutu, yaitu produk
yang aman dan layak untuk dikonsumsi. Selain itu, untuk mendapatkan produk yang
bermutu restoran Pecel Lele Lela telah memiliki Prosedur Operasional Baku (POB) yang
jelas dan terarah. Dalam menjaga kepercayaan pelanggan yang dapat dilakukan restoran
Pecel Lele Lela di Bogor dalam meningkatkan penjualan dan meningkatkan
loyalitas pelanggan adalah memanfaatkan informasi yang tepat untuk membina
hubungan dua arah yang harmonis dengan target pasar yaitu semua kalangan. Ada
banyak cara yang bisa dilakukan oleh restoran Pecel Lele Lela di Bogor dalam
menjaga kepercayaan pelanggan, salah satunya adalah mendekatkan diri dengan
pelanggan dengan memberi layanan secara individu kepada mereka yaitu baik itu
menyediakan kotak saran untuk menampung pendapat konsumen terhadap
restoran Pecel Lele Lela di Bogor serta melalui situs internet resmi yang dimiliki
oleh restoran Pecel Lele Lela yaitu www.lele-lela.com. Memberikan pelayanan
yang maksimal kepada konsumen diharapkan konsumen akan merasa nyaman
berada di restoran Pecel Lele Lela Bogor.
Faktor Internal Faktor Eksternal
Kekuatan (S) 1. Kelezatan cita rasa makanan 2. Lokasi cukup strategis 3. Bahan baku murni lokal 4. Mutu/kualitas produk terjaga 5. Terdapat potongan harga khusus 6.Merupakan pelopor lele modern
dengan inovasi produk 7.Memiliki layanan delivery order 8.Area parkir memadai
Kelemahan (W) 1.Kurangnya kegiatan promosi 2.Menu yang di sajikan kurang
variatif 3.Belum memiliki sertifikasi
halal dari BPOM
Peluang (O) 1. Letak kota Bogor yang
strategis 2. Laju pertumbuhan pendu- duk kota Bogor 3. Perubahan gaya hidup masyarakat 4. Peningkatan pendapatan
dan daya beli masyarakat 5. Daya tawar menawar pemasok rendah 6. Perkembangan kemajuan
teknologi
Strategi S-O Pengembangan suasana dan
kenyaman restoran (S1,S2,S4,S5,S6,S7,S8,S9,S10, S11,O1,O2,O3,O4)
Strategi W-O
Meningkatkan efektivitas promosi melalui iklan di media cetak atau elektronik. (W1,O1,O2,O3,O4,O6)
Ancaman (T) 1. Tingkat persaingan dalam industri restoran tinggi 2. Serbuan waralaba asing 3.Kenaikan harga bahan baku 4. Banyaknya produk substitusi/ pengganti 5.Kekuatan tawar-menawar konsumen tinggi 6.Hambatan masuk industri Rendah
Strategi S-T
Pengembangan produk (S1,S2,S3,S4,S5,S6,S7,S8,S9,S10,
S11,S12,T1,T2,T4,T6)
Strategi W-T Meningkatkan kualitas produk dan loyalitas pelanggan. (W3,T1,T2,T3,T4,T5,T6)
Gambar 5. Hasil Analisis Matriks SWOT
6.4.3 Tahap Keputusan
Tahap keputusan merupakan tahap untuk menentukan strategi terbaik yang
dapat dijalankan perusahaan dari alternatif-alternatif strategi yang diperoleh dari
hasil analisis matriks SWOT. Menentukan prioritas strategi tersebut, digunakan
alat analisis Quantitative Strategy Planning Matrix (QSPM).
Hasil anlaisis matriks SWOT menghasilkan empat alternatif strategi yaitu
strategi SO, strategi ST, strategi WO, strategi WT. Strategi tersebut akan
dimasukkan kedalam matriks QSPM yang akan diestimasi dengan bobot dan
Attractive Score (AS). Penjabaran dari strategi-strategi tersebut berdasarkan hasil
analisis QSPM adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan efektivitas promosi melalui iklan di media cetak lokal Bogor
dan media elektronik seperti radio-radio, membuat spanduk, flier atau
billboard yang dengan jelas menunjukkan lokasi restoran. (TAS = 6.129)
b. Melakukan diversifikasi dan pengembangan produk yang bercirikan Pecel
lele atau olahan ikan lele dan menambahkan menu sayur dan makanan
pendukung lain yang digemari masyarakat serta menambah variasi minuman.
(TAS = 5.796)
c. Perbaikan suasana dan kenyamanan restoran (TAS = 5.592)
d. Meningkatkan kualitas produk dan loyalitas pelanggan dengan memanfaatkan
situs internet yang dimiliki oleh perusahaan. (TAS = 5.183)
Berdasarkan hasil analisis QSPM, dapat dilihat bahwa strategi terbaik
yang harus dilakukan sekarang adalah salah satu strategi WO (a) yaitu
meningkatkan efektivitas promosi melalui iklan media cetak maupun elektronik
dan website. Strategi ini dapat meraih pangsa pasar yang lebih besar. Selain itu
melakukan diversifikasi atau pengembangan produk dapat pula meningkatkan
minat konsumen untuk datang ke restoran Pecel Lele Lela di Bogor yang dapat
berpengaruh pada pencapaian target peningkatan penjualan pada Pecel Lele Lela
di Bogor.
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1). Berdasarkan analisis dengan matriks IFE bahwa Pecel Lele Lela di Bogor
memiliki posisi internal yang kuat. Hal ini berarti restoran telah mampu
menggunakan kekuatan untuk mengatasi kelemahan dengan cukup baik.
Kekuatan yang dimiliki Pecel Lele Lela di Bogor adalah kelezatan citarasa
makanan, lokasi yang strategis, menggunakan bahan baku lokal, kualitas
produk terjaga, terdapat potongan harga khusus, merupakan pelopor restoran
pecel lele modern, memiliki layanan delivery order dan area parkir restoran
yang sangat memadai. Kelemahan yang dimiliki adalah belum memiliki
sertifikasi halal dari BPOM, tenaga kerja, menu yang disajikan kurang variatif
dan kegiatan promosi kurang optimal. Berdasarkan analisis dengan matriks
EFE dapat dilihat bahwa Pecel Lele Lela di Bogor memiliki posisi eksternal
yang cukup kuat. Hal ini berarti restoran telah mampu memanfaatkan peluang
untuk mengatasi ancaman dengan cukup baik. Peluang yang dimiliki berupa
letak kota Bogor yang strategis, laju pertumbuhan penduduk kota Bogor,
perubahan gaya hidup masyarakat, peningkatan pendapatan dan daya beli
masyarakat, perkembangan kemajuan teknologi dan kekuatan tawar pemasok
rendah. Ancaman yang dihadapi adalah tingkat persaingan dalam industri
restoran tinggi, adanya serbuan waralaba asing, kenaikan harga bahan baku,
banyaknya produk pengganti, kekuatan tawar konsumen tinggi dan hambatan
masuk industri rendah.
2). Strategi bauran pemasaran yang tengah dilakukan oleh Pecel Lele Lela di
Bogor adalah:
a. Strategi product berupa kualitas produk yang terjaga serta inovasi produk
yang diciptakan.
b. Strategi place, berupa strategi yang strategis dan mudah dijangkau.
c. Strategi price, strategi yang sedang dijalankan adalah berupa harga paket
menu pada jam 14.00 sampai 17.00 WIB.
d. Strategi promotion, strategi promosi yang sudah dilakukan Pecel Lele Lela
di Bogor yaitu melalui surat kabar, radio, TV dan brosur.
e. Strategi process, dalam kecepatan penyajian dan kecepatan merespon
keluhan dari konsumen sudah cukup baik dilakukan oleh Pecel Lele Lela
di Bogor. Selain itu, yang dapat dilakukan Pecel Lele Lela di Bogor untuk
kemudahan dalam transaksi pembayaran dalam menyediakan pembayaran
dalam bentuk auto debet ataupun kartu kredit, sehingga pelanggan
mempunyai pilihan lain jika tidak membawa uang tunai.
f. Strategi people, karyawan Pecel Lele Lela di Bogor memiliki sikap dan
cara melayani konsumen yang sopan dan ramah serta menggunakan
seragam yang rapih dan bersih.
g. Strategi physic, Pecel Lele Lela di Bogor memiliki fasilitas hotspot yang
dapat dinikmati secara gratis.
3. Berdasarkan hasil analisis QSPM, dapat dilihat bahwa strategi terbaik yang
harus dilakukan sekarang adalah salah satu strategi WO, yaitu meningkatkan
efektivitas promosi melalui iklan baik media cetak maupun media elektronik
lokal dan website serta meningkatkan sponsorship event-event atau kegiatan
sekolah maupun kemahasiswaan serta mengadakan program paket hemat
pelajar, pemberian diskon pada moment tertentu seperti hari libur nasional dan
pemberian diskon terhadap jumlah pemesanan tertentu. Selain itu, Pecel Lele
Lela di Bogor hendaknya melakukan diversifikasi dan pengembang produk
untuk dapat mengatasi kejenuhan konsumen, lalu perbaikan suasana dan
kenyamanan restoran dan yang terakhir Meningkatkan kualitas produk dan
loyalitas pelanggan dengan memanfaatkan situs internet yang dimiliki oleh
perusahaan.
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, didapat beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam perkembangan restoran Pecel Lele Lela Bogor. Peneliti memberi saran dan
masukan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dimasa depan. Saran
tersebut adalah:
1) Meningkatkan kegiatan promosi.
2) Melakukan diversifikasi dan pengembangan produk
3) Meningkatkan loyalitas konsumen dengan pemberian kartu saran, perbaikan
kualitas produk maupun pelayanan.
4) Meningkatkan kelengkapan fasilitas agar membuat nyaman konsumen.
5) Meningkatkan kepercayaan pelanggan berawal dari produk yang halal. Oleh
karena itu, memulai proses sertifikasi halal harus dilakukan oleh Pecel Lele
Lela di Bogor karena hal ini menyangkut kepercayaan yang diberikan
konsumen akan keamanan dan kehalalan suatu produk.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2009. Kota Bogor dalam Angka. Bogor. Jawa Barat.
David, F.R. 2009. Manajemen Strategis Konsep Edisi 12. Jakarta: Salemba empat. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor. 2010. Perkembangan Restoran
dan Rumah Makan di Kota Bogor 2005-2009. Berdasarkan Jenis Hidangan. Bogor. Bogor: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor.
Effendi, V. 1999. Strategi Pemasaran Circle K Dalam Mengembangkan Usaha Retail Waralaba di Jabodetabek. [Tesis]. Program Pasca Sarjana. Program Studi Magister Manajemen. Universitas Indonesia.
Erlaningsih S. 2008. Strategi Pemasaran Restoran Pondok Makan Mirah, Jakarta Selatan [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Firbani, R. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Restoran Waralaba Lokal. [Skripsi]. Departemen Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor.
Karamoy, A. 1997. Sukses Usaha Waralaba: Tanya Jawab Berbagai Aspek
Waralaba. PT Jurnalindo Aksara Grafika. Jakarta. Kartajaya, H., Mussry J., dan Taufik. 2005. MarkPlus On Strategy. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta. ________, H., Mussry J., dan Taufik. 2005. Positioning Differensiasi Brand. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Kotler, P.1997. Manajemen Pemasaran (Terjemahan). Jilid I. Salemba Empat.
Jakarta. _____, P.2005. Manajemen Strategi. Prenhalindo. Jakarta. _____ P.2007. Manajemen Pemasaran (Terjemahan). Jilid II Salemba Empat.
Jakarta. _____, P and Armstrong, G. 2008.Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi Kedelapan.
Erlangga. Jakarta. Lestari EP. 2008. Formulasi Strategi Restoran Waralaba Lokal Seafood Niagara,
Bandung [Skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Loveluck, C.H. dan L.K. Wright. 2005. Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi Bahasa
Indonesia. PT. Intermasa. Jakarta. Mendelshon. M. 1993. Franchising: Petunjuk Praktis Bagi Franchisor dan
Franchisee. Pustaka Binaman. Jakarta. Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Pearce and Robinson. 1997. Strategic Management. Binarupa Aksara. Jakarta.
(Terjemahan oleh Agus Maulana). Pratiwi M. 2008. Analisis Strategi Pemasaram Pada Restoran Bakmi Japos
Cabang Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Porter, M.E. 1980. Strategi Bersaing. Erlangga Jakarta. Queen, JQ. 1993. Pedoman Membeli dan Menjalankan Franchise. PT Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Rahmadhoni. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Restoran Sunda Pajajaran Bogor. [Skripsi]. Program Studi Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor.
Rangkuti, F.2005. Riset Pemasaran. Cetakan Ketujuh. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Ratnasari RD. 2009. Analisis Strategi Pemasaran (Studi Kasus Ali Baba
Restaurant, Bogor) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Ridwansyah F. 2009. Strategi Pemasaran Pada Rumah Makan Sate Kiloan Empuk Cibinong [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Rini, 2009. Analisis Strategi Pemasaran (Studi Kasus Ali Baba Restaurant, Bogor). [Skripsi]. Departemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor.
Sartika D. 2008. Analisis Strategi Pemasaran Brownies Kukus Amanda Dengan Pendekatan Proses Hirarki Analitik Pada CV Amanda Di Bandung [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Tjiptono F. 2008. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi Torsina, M.2000. Usaha Restoran yang Sukses. Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.
Husein, U. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian untuk Penilaian Penentuan Bobot dan Rating Faktor Strategis Internal dan Eksternal Restoran Pecel Lele Lela, Bogor.
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PECEL LELE LELA DI BOGOR
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Pekerjaan/Jabatan :
Diharapkan Bapak/Ibu dapat mengisi kuesioner ini secara lengkap, objektif dan benar adanya, karena kuesioner ini digunakan untuk penelitian skripsi dengan
tujuan ilmiah sehingga sangat dibutuhkan data yang valid dan akurat.
Peneliti
Siti Baroroh Nasution
H34087028
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Kuesioner 1. Penilaian Responden Terhadap Faktor Internal Pecel Lele Lela di Bogor
1. KEKUATAN
A = Kelezatan citarasa makanan
B = Lokasi cukup strategis
C = Bahan baku murni lokal
D = Mutu/Kualitas produk terjaga
E = Adanya potongan harga khusus
F = Pelopor restoran lele modern dengan inovasi produk
G = Memiliki layanan delivery order
H = Area parkir memadai
2. KELEMAHAN
M = Kegiatan promosi kurang optimal
N = Menu yang disajikan kurang variatif
O = Belum memiliki sertifikasi halal dari BPOM
Skala Bobot Variabel:
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Responden Bapak Tedy Sukmawansyah (Manajer Pecel Lele Lela Bogor) dan beberapa karyawan restoran Pecel Lele Lela di Bogor
Kuesioner 2. Penilaian Responden Terhadap Faktor Eksternal Pecel Lele Lela di Bogor.
1. PELUANG
A = Letak kota Bogor yang strategis
B = Laju pertumbuhan penduduk kota Bogor
C = Perubahan gaya hidup masyarakat
D = Peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat
E = Perkembangan kemajuan teknologi
F = Kekuatan tawar menawar pemasok dapat dikatakan kecil
2. ANCAMAN
G = Tingkat persaingan dalam industri restoran tinggi
H = Serbuan waralaba asing
I = Kenaikan harga bahan baku
J = Banyaknya produk substitusi (pengganti)
K = Kekuatan tawar menawar konsumen tinggi
L = hambatan masuk industri rendah
Faktor
Strategis
Internal
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
Total
Bobot
A 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 17 0.050
B 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 27 0.078
C 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 18 0.054
D 1 2 2 2 2 3 1 1 2 1 17 0.050
E 3 3 3 1 3 3 2 1 1 2 22 0.067
F 3 2 2 2 2 2 3 2 1 2 21 0.063
G 2 1 3 1 2 2 2 2 1 2 18 0.054
H 3 3 3 2 3 2 1 3 3 3 21 0.063
I 3 3 2 2 3 1 2 2 2 3 23 0.069
J 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 27 0.083
K 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 26 0.081
Total 330 1.000
Skala Bobot Variabel:
1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Responden Bapak Tedy Sukmawansyah (Manajer Pecel Lele Lela Bogor) dan beberapa karyawan di restoran Pecel Lele Lela di Bogor
Kuesioner 3. Penilaian Rating Terhadap Faktor Internal Pecel Lele Lela di Bogor
Skala Rating Untuk Kekuatan dan Kelemahan:
1 = Jika faktor tersebut sangat lemah dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis)
2 = Jika faktor tersebut lemah dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis)
3 = Jika faktor tersebut kuat dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis)
4 = Jika faktor tersebut sangat kuat dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis)
Faktor
Strategis
Internal
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
Total
Bobot
A 2 1 3 3 2 1 1 3 2 1 1 20 0.076
B 2 1 3 3 2 1 1 3 2 1 1 20 0.076
C 3 3 3 3 2 1 1 3 2 1 1 23 0.087
D 1 1 1 2 3 1 1 2 2 1 1 16 0.061
E 1 1 1 2 3 1 1 2 1 1 1 15 0.057
F 2 2 2 1 1 1 1 3 1 1 1 16 0.061
G 3 3 3 3 3 3 1 3 1 2 1 26 0.098
H 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 27 0.102
I 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 14 0.053
J 2 2 2 2 3 3 3 3 2 1 1 24 0.091
K 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 30 0.114
L 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 0.125
Total 264 1.001
Kekuatan Rating
1. Kelezatan cita rasa makanan 3
2. Lokasi cukup strategis 3
3. Bahan baku murni local 3
4. Mutu/kualitas produk terjaga 4
5. Terdapat potongan harga khusus 3
6. Merupakan pelopor lele modern dengan inovasi produk 3
7. Memiliki layanan delivery order 3
8. Area parkir memadai 3
Kelemahan Rating
9. Kurangnya kegiatan promosi 1
10. Menu yang di sajikan kurang variatif 1
11. Belum memiliki sertifikasi halal dari BPOM 1
Kuesioner 4. Penilaian Rating Terhadap Faktor eksternal Pecel Lele Lela di Bogor
Peluang Rating
1. Letak kota Bogor yang strategis 4
2. Laju pertumbuhan penduduk kota Bogor 4
3. Perubahan gaya hidup masyarakat 4
4. Peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat 4
5. Perkembangan kemajuan teknologi 3
6. Daya tawar pemasok rendah 4
Skala Rating Untuk Peluang dan Ancaman:
1 = Sangat rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang tersebut kurang
2 = Rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang tersebut rata-rata
3 = Tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang tersebut diatas rata-rata
4 = Sangat tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang tersebut superior
Ancaman Rating 7. Tingkat persaingan dalam industri restoran tinggi 1
8. Serbuan waralaba asing 2
9. Kenaikan harga bahan baku 2
10. Banyaknya produk substitusi/pengganti 2
11. Kekuatan tawar-menawar konsumen tinggi 1
12. Hambatan masuk industri rendah 2
Skala Rating Untuk Ancaman:
1 = Sangat tinggi, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut superior
2 = Tinggi, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut diatas rata-rata
3 = Rendah, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut rata-rata
4 = Sangat rendah, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut kurang
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian untuk Penilaian Attractiveness Score (AS) Alternatif Strategi Pemasaran Pecel Lele Lela di Bogor.
KUESIONER PENELITIAN PENENTUAN ATTRACTIVENESS SCORE ALTERNATIF STRATEGI
PEMASARAN PECEL LELE LELA DI BOGOR
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PECEL LELE LELA DI BOGOR
IDENTITAS RESPONDEN Nama :
Pekerjaan/Jabatan :
Diharapkan Bapak/Ibu dapat mengisi kuesioner ini secara lengkap, objektif dan benar adanya, karena kuesioner ini digunakan untuk penelitian skripsi dengan
tujuan ilmiah sehingga sangat dibutuhkan data yang valid dan akurat.
Peneliti
Siti Baroroh Nasution
H34087028
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Penentuan Alternatif Strategi dengan QSPM
Tujuan:
Untuk menunjukkan kemenarikan relatif dan alternative-alternatif yang
dihasilkahn dari matriks SWOT, guna menetapkan strategi mana yang paling tepat
untuk dihasilkan terlebih dahulu oleh perusahaan.
Alternatif Strategi yang dihasilkan dari Analisis SWOT
a. Strategi 1: Melakukan diversifikasi dan pengembangan produk yang bercirikan
Pecel lele atau olahan ikan lele dan menambahkan menu sayur dan makanan
pendukung lain yang digemari masyarakat serta menambah variasi minuman.
b. Strategi 2: Perbaikan suasana dan kenyamanan restoran.
c.Strategi 3: Memanfaatkan situs internet yang dimiliki oleh perusahaan dalam
menumbuhkan loyalitas konsumen.
d. Strategi 4: Strategi penetrasi pasar untuk meningkatkan volume penjualan produk
adalah suatu pilihan strategi, yang kemudian sejauh mana strategi penetrasi pasar tersebut
efektif untuk meningkatkan volume penjualan produk dari restoran Pecel Lele Lela
Bogor.
e.Strategi 5: Membuat paket hemat untuk pelajar kemudian potongan harga khusus
untuk pelanggan yang melakukan pemesanan dengan batas nominal tertentu baik
pengunjung yang makan di restoran atau delivery order. Selain itu menawarkan
paket delivery order atau katering ke perusahaan untuk acara-acara tertentu serta
pemberian potongan harga pada moment tertentu misalnya hari libur nasional dan
lain-lain.
f. Strategi 6: Restoran tetap menggunakan bahan baku lokal. Hal ini dilakukan
mengingat inflasi yang fluktuatif karena kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM)
yang menyebabkan harga bahan baku meningkat.
g. Strategi 7: Meningkatkan efektivitas promosi melalui iklan di media cetak lokal
Bogor dan media elektronik seperti radio-radio, membuat spanduk, flier atau
billboard yang dengan jelas menunjukkan lokasi restoran.
h. Strategi 8: memberikan pelatihan kepada SDM muda untuk meningkatkan
kualitas manajerial melalui penetapan job description yang jelas dan terarah.
i. Strategi 9: Pembuatan sertifikasi halal dari BPOM.
Petunjuk Pengisian:
Mengajukan pertanyaan, apakah faktor sukses kritis berpengaruh pada
alternatif strategi yang ada. Jika jawabannya “tidak” maka kolom AS tidak perlu
diisi, jika jawabannya “ya” maka kolom AS diisi dengan:
4 = jika alternatif strategi sangat menarik dibandingkan relatif terhadap alternatif
lain.
3 = jika alternatif strategi cukup menarik dibandingkan relatif terhadap alternatif
lain.
2 = jika alternatif strategi agak menarik dibandingkan relatif terhadap alternatif
lain.
1 = jika alternatif strategi tidak menarik dibandingkan relatif terhadap alternatif
lain.
Lampiran 3. Beberapa Produk dan Daftar Menu di Restoran Pecel Lele Lela Bogor
Lele Asam Manis Lele Kremes
Lele Saus Padang Lele Original
Lampiran 4. Lokasi dan Fasilitas pada Restoran Pecel Lele Lela di Bogor
Lampiran 5. Contoh Brosur dan Spanduk promosi restoran Pecel Lele Lela di Bogor