format laporan pendahuluan gadar 2012-2013.docx agung
TRANSCRIPT
CATATAN KOREKSI PEMBIMBING
KOREKSI I
(………………………………………………………)
KOREKSI II
(………………………..……...………………….)
Laporan Pendahuluan Profesi KGD
Nama Mahasiswa
Agung Subianto
Kasus : Post KraniotomiJenis Kasus : Trauma (ICU)Kasus ke : 1
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN SERANGPROGRAM STUDI PROFESI NERS
Jl. Raya Cilegon KM 06 Pelamunan Kramatwatu Serang Banten Tlp/Fax.0254.232729
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
LAPORAN PENDAHULUAN CEDERA KEPALAKEPERAWATAN GAWAT DARURAT STIKes FALETEHAN
1. Definisi Penyakit
Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau
penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi -
decelerasi ) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan
peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu
pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada
tindakan pencegahan.
Cedera kepala meliputi trauma kulit kepala, tengkorak dan otak. Cedera kepala ini
bisa dikatakan sebagai salah satu penyakit neurologis yang paling serius diantara
penyakit neurologi yang lain. (Brunner & Suddarth, 2002: 2210).
Cedera kepala adalah suatu keadaan traumatik yang mengenai otak dan menyebabkan
perubahan-perubahan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan vokasional. (Joyce, M
Black, 1997)
2. Etiologi
a. Kecelakaan lalu lintas dan industri
Kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab utama dari cedera kepala,
sebagian besar penderita cedera kepala adalah laki-laki berumur kurang dari 30
tahun dan 50% kasus disebabkan karena penggunaan alkohol ataupun
penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
b. Jatuh
c. Perkelahian
d. Cidera saat olah raga.
e. Trombosis
f. Emboli
g. Spasme pembuluh darah
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
h. Pecah pembuluh darah karena aneurisma, hipertensi berat
i. Trauma atau luka akibat persalinan
j. Oleh benda/ serpihan tulang yang menembus jaringan otak.
k. Efek dari kekuatan atau energi yang di teruskan ke otak.
l. Efek percepatan dan perlambatan (akselerasi-deselerasi) pada otak.
m. Cidera kepala terbuka sering oleh peluru atau piasu.
3. Manifestasi Klinis
a. Nyeri yang menetap atau setempat.
b. Bengkak pada sekitar fraktur sampai pada fraktur kubah cranial.
c. Fraktur dasar tengkorak: hemoragik dari hidung, faring atau telinga dan darah
terlihat di bawah konjungtiva, memar diatas mastoid (battle’s sign), otorea
serebro spiral (cairan cerebrospinal keluar dari telinga), minorea serebrospiral
(cairan serebrospinal keluar dari hidung).
d. Laserasi atau kontusio otak ditandai oleh cairan spinal berdarah.
e. Penurunan kesadaran.
f. Pusing/berkunang-kunang.
g. Peningkatan TIK
h. Dilatasi dan fiksasi pupil atau paralisis ekstremitas
i. Peningkatan TD, penurunan frekuensi nadi, dan peningkatan pernafasan
j. Hal yang penting ingat akan trias TIK yaitu : Muntah proyektil, papiledema, dan
nyeri kepala hebat. Selain itu perlu dipahami akan terjadinya tanda-tanda tersebut
sesuai dengan patofisiologinya.
4. Deskripsi patofisiologi ( Berdasarkan Kasus kegawatdaruratan )
a. Cedera tembus/langsung cedera tembus merupakan jenis cedera kepala
langsung yang mengakibatkan cedera pada area kepala, contoh tertusuk pisau,
tertembak. Cedera ini dapat menyebabkan fraktur pada tulang tengkorak.
Fragemen tulang dari fraktur tengkorak dapat menyebabkan cedera lokal pada
otak karena laserasi pada jaringan otak dan kerusakan struktur otak.
b. Cedera kepala difus cedera kepala difus disebabkan karena benturan pada
kepala yang menyebabkan otak bergerak dan dapat merobek pembuluh darah
vena dari korteks otak ke tulang tengkorak.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
c. Coup and contrecoup coup berarti benturan. Cedera ini dapat menyebabkan
cedera pada area yang terkena benturan dan pada area sebaliknya dari tempat
terjadinya benturan.
a. Tahapan / Grade/ Tingkatan Penyakit
Kriteria Cedera Kepala
1) Cedera kepala ringan
Nilai GCS antara 13-15; kehilangan kesadaran terjadi < 30 menit akan tetapi
ada yang menyebut < 2 jam; tidak ada penyerta seperti fraktur tengkorak;
tidak kontusio (memar otak) atau hematoma. Frekuensi 55%.
2) Cedera kepala sedang
Nilai GCS antara 9-12; hilang kesadaran atau amnesia antara 30 menit- 24
jam ada juga yang menyebut antara 2-5 jam; dapat mengalami fraktur
tengkorak, disorentasi ringan (bingung). Frekuensinya 24%.
3) Cedera kepala berat
Nilai GCS 3-8; hilang kesadaran/amnesia > 24 jam; juga meliputi kontusio
cerebral, laserasi, atau hematoma intrakranial. Frekuensi 21%.
b. Jenis Cedera Kepala
1) Cedera kulit kepala cedera ini dapat menyebabkan laserasi, hematoma,
abrasi, ataupun kontusio pada kulit kepala. Laserasi pada kulit kepala dapat
menjadi port de entry masuknya infeksi.
2) Fraktur tulang tengkorak fraktur tulang tengkorak dibagi menjadi tiga
tipe, yaitu:
a) Fraktur tulang tengkorak linear : tidak membutuhkan penanganan khusus,
kecuali terjadi kerusakan otak. Tampak seperti garis tipis pada tampilan
X-ray.
b) Depressed skull fractures : teraba dan terlihat melalui tampilan X-ray.
c) Fraktur basal kranii : hanya cedera kepala berat yang dapat menyebabkan
fraktur pada dasar tulang tengkorak. Fraktur basal kranii dibagi menjadi
tiga area menurut tempat terjadinya, yaitu:
(1) Fraktur fossa anterior : darah keluar beserta likuor serebrospinal dari
hidung atau kedua mata dikelilingi lingkaran “biru” (Brill Hematoma
atau Racoon’s Eyes), rusaknya Nervus Olfactorius sehingga terjadi
hyposmia sampai anosmia.
(2) Fraktur fossa media : darah keluar beserta likuor serebrospinal dari
telinga. Fraktur memecahkan arteri carotis interna yang berjalan di
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
dalam sinus cavernous sehingga terjadi hubungan antara darah arteri
dan darah vena.
(3) Fraktur fossa posterior : tampak warna kebiru-biruan di atas mastoid
(battle’s sign). Getaran fraktur dapat melintas foramen magnum dan
merusak medula oblongata sehingga penderita dapat mati seketika.
3) Cedera otak klasifikasi cedera otak dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a) Komosio serebri (gegar otak) : merupakan cedera kepala yang dapat
menyebabkan terjadinya kehilangan kesadaran selama ± 5 menit atau
kurang dan dapat terjadi amnesia retrogade pada pasien. Tanda-tanda
komosio serebri, yaitu : hilang kesadaran, sakit kepala berat, hilang
ingatan (amnesia), mata berkunang-kunang, pening, lemah, dan
pandangan ganda.
b) Kontusio serebri (memar otak) : merupakan cedera kepala berat, dimana
otak mengalami memar dengan adanya kemungkinan daerah hemoragik
pada otak. Pasien akan berada pada periode tidak sadarkan diri yang
lebih lama daripada komosio serebri. Tanda dan gejala dari kontusio
serebri, yaitu gerakan mata abnormal, peningkatan TIK, perunanan
tekanan darah dan suhu tubuh yang dapat berakibat syok, pernapasan
cheyne-stokes, serta terjadi abnormalitas pada fungsi motorik.
4) Cedera fokal
a) Hematoma Epidural (Hematoma Ekstradural) : Setelah cedera kepala,
darah berkumpul di dalam ruang epidural (ekstradural) diantara
tengkorak dan duramater, keadaan ini sering diakibatkan dari fraktur
tengkorak yang menyebabkan arteri meningeal tengah putus atau rusak
(laserasi), dimana arteri ini benda diantara duramater dan tengkorak
daerah infestor menuju bagian tipis tulang temporal. Hemoragik karena
arteri ini dapat menyebabkan penekanan pada otak.
b) Hematoma Subdural : pengumpulan darah diantara duramater dan dasar
otak. Paling sering disebabkan oleh trauma tetapi dapat juga terjadi
kecenderungan pendarahan dengan serius dan aneusrisma. Hematoma
subdural lebih sering terjadi pada vena dan terjadi akibat putusnya
pembuluh darah kecil yang menjembatani ruang subdural. Dapat terjadi
akut, subakut atau kronik.
(1) Hematoma subdural akut dihubungkan dengan cedera kepala mayor
yang meliputi kontusio atau laserasi.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
(2) Hemotoma subdural subakut adalah sekuela kontusio sedikit berat
dan dicurigai pada pasien yang gagal untuk meningkatkan kesadaran
setelah trauma kepala.
(3) Hematoma subdural kronik biasanya terjadi pada lansia dan
pengguna alkohol. Klien akan mengalami atrofi pada otak dan akan
memperlebar pembuluh darah, dan meningkatkan ukuran dari ruang
subdural.
c) Hematoma Subarachnoid : pendarahan yang terjadi pada ruang
arachnoid yakni antara lapisan amchnoid dengan piameter. Seringkali
terjadi karena adanya vena yang ada di daerah tersebut terluka.
d) Hematoma Intraserebral : terjadi karena perdarahan langsung pada
jaringan otak dan dapat terjadi pada area otak yang cedera, lebih jauh
dari area yang cedera, dan lebih dalam ke otak. Penyebabnya seringkali
karena adanya fraktur, gerakan akselarasi dan deseterasi yang tiba-tiba.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT SCAN (tanpa/dengan kontras)
Mengidentifikasi adanya SOL, hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler,
pergeseran jaringan otak, adanya nyeri kepala, mual, muntah, kejang, penurunan
kesadaran. Pemeriksaan berulang mungkin diperlukan karena pada iskemia/infark
mungkin tidak terdeteksi dalam 24-72 jam pasca trauma.
b. MRI
Mengidentifikasi patologi otak atau perfusi jaringan otak, misalnya daerah yang
mengalami infark, hemoragik. Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau
tanpa kontras radioaktif.
c. Angiografi cerebral.
Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran cairan otak akibat
edema, perdarahan, dan trauma.
d. EEG
Memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis
e. Sinar X-Ray
Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang tengkorak (fraktur), pergeseran
srtuktur dari garis tengah (kerena perdarahan, edema), adanya fragmen tulang.
f. BAER (Brain Auditori Evoked Respon)
Menentukan cortek dan batang otak/otak kecil
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
g. PET (Positron Emission Tomografi)
Menunjukkan perubahan aktivitas metabolisme pada otak
h. Punksi lumbal
Dapat menduga kemungkin adanya perdarahan sub araknoid, dan menganalisa
cairan otak.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. AGD
Mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenisasi yang akan dapat
meningkatkan TIK.
b. Kimia/elektrolit darah
Mengetahui ketidakseimbangan cairan/ elektrolit yang berperan dalam
meningkatkan TIK / perubahan mental.
c. Perubahan/Screen toksikologi
Untuk mendeteksi obat yang memungkinkan menimbulkan terhadap penurunan
kesadaran.
d. Kadar anti konfulsan darah
Mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif untuk mengatasi kejang.
7. Penatalaksanaan
a. Pengertian Kraniotomi
Kraniotomi adalah setiap operasi terhadap cranium. (Dorland,1998 )
Kraniotomi adalah operasi membuka tulang tengkorak untuk mengangkat tumor,
mengurangi TIK, mengeluarkan bekuan darah atau menghentikan perdarahan.
(Hinchliff, Sue. 1999).
Kraniotomi mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahan untuk
meningkatkan akses pada struktur intrakranial. (Brunner & Suddarth. 2002). Jadi
post kraniotomi adalah setelah dilakukannya operasi pembukaan tulang tengkorak
untuk, untuk mengangkat tumor, mengurangi TIK, mengeluarkan bekuan darah
atau menghentikan perdarahan.
b. Indikasi
Indikasi tindakan kraniotomi atau pembedahan intrakranial adalah sebagai berikut
1) Pengangkatan jaringan abnormal baik tumor maupun kanker.
2) Mengurangi tekanan intrakranial.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
3) Mengevakuasi bekuan darah .
4) Mengontrol bekuan darah, dan
5) Pembenahan organ-organ intrakranial.
6) Tumor otakPerdarahan (hemorrage)
7) Kelemahan dalam pembuluh darah (cerebral aneurysm)
8) Peradangan dalam otak Trauma pada tengkorak.
c. Patoflow
d. Komplikasi PascabedahBeberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien pascabedah intrakranial atau
kraniotomi adalah sebagai berikut :1. Peningkatan tekanan intrakranial
2. Perdarahan dan syok hipovolemik
Hiperemia (peningkatan volume
darah)
Pintu masuk kuman
Diskontinuitas jaringan
Pecahnya pembuluh darah
Penurunan kesadaran
HipoksiaHipotensi
Hematoma
Kraniotomi
Cidera jaringan otakLaserasi kuit kepala
Risiko infeksi
Perubahan perfusi jaringan serebral
Permeabilitas kapiler
Edema otak
Vasodilatasi arterial
Penurunan kemampuan kognitif, motorik, afektif
TIK
Nyeri kepalaMual, muntah
Intake oral
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan persepsi sensori
Kelemahan fisik
Defisit perawatan diri
Gangguan mobilitas fisik
{1}{2}
{3}
{4}
{7} {5}
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
3. Ketidakseimbangan cairan dan elekrolit
4. Infeksi5. Kejang
8. Terapi Farmakologis
Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:
a. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3
sampai 5 hari setelah infark serebral.
b. Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat
lain dalam sistem kardiovaskuler.
c. Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam
pembentukan thrombus dan embolisasi.
9. Pemeriksaan fisik ( Berdasarkan ABCD)
a. Primery survey (ABCDE) meliputi :
1) Airway. Tanda-tanda objektif-sumbatan Airway
Look (lihat) apakah penderita mengalami agitasi atau kesadarannya menurun.
Agitasi memberi kesan adanya hipoksia, dan penurunan kesadaran memberi
kesan adanya hiperkarbia. Sianosis menunjukkan hipoksemia yang disebabkan
oleh kurangnya oksigenasi dan dapat dilihat dengan melihat pada kuku-kuku
dan kulit sekitar mulut. Lihat adanya retraksi dan penggunaan otot-otot napas
tambahan yang apabila ada, merupakan bukti tambahan adanya gangguan
airway. Airway (jalan napas) yaitu membersihkan jalan napas dengan
memperhatikan kontrol servikal, pasang servikal kollar untuk immobilisasi
servikal sampai terbukti tidak ada cedera servikal, bersihkan jalan napas dari
segala sumbatan, benda asing, darah dari fraktur maksilofasial, gigi yang
patah dan lain-lain. Lakukan intubasi (orotrakeal tube) jika apnea, GCS
(Glasgow Coma Scale) < 8, pertimbangan juga untuk GCS 9 dan 10 jika
saturasi oksigen tidak mencapai 90%.
Listen (dengar) adanya suara-suara abnormal. Pernapasan yang berbunyi
(suara napas tambahan) adalah pernapasan yang tersumbat.
Feel (raba)
2) Breathing. Tanda-tanda objektif-ventilasi yang tidak adekuat
Look (lihat) naik turunnya dada yang simetris dan pergerakan dinding dada
yang adekuat. Asimetris menunjukkan pembelatan (splinting) atau flail
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
chest dan tiap pernapasan yang dilakukan dengan susah (labored breathing)
sebaiknya harus dianggap sebagai ancaman terhadap oksigenasi penderita dan
harus segera di evaluasi. Evaluasi tersebut meliputi inspeksi terhadap bentuk
dan pergerakan dada, palpasi terhadap kelainan dinding dada yang mungkin
mengganggu ventilasi, perkusi untuk menentukan adanya darah atau udara ke
dalam paru.
Listen (dengar) adanya pergerakan udara pada kedua sisi dada. Penurunan
atau tidak terdengarnya suara napas pada satu atau hemitoraks merupakan
tanda akan adanya cedera dada. Hati-hati terhadap adanya laju pernapasan
yang cepat-takipneu mungkin menunjukkan kekurangan oksigen
Gunakan pulse oxymeter. Alat ini mampu memberikan informasi tentang
saturasi oksigen dan perfusi perifer penderita, tetapi tidak memastikan adanya
ventilasi yang adekuat.
3) Circulation dengan kontrol perdarahan
a) Respon awal tubuh terhadap perdarahan adalah takikardi untuk
mempertahankan cardiac output walaupun stroke volum menurun
b) Selanjutnya akan diikuti oleh penurunan tekanan nadi (tekanan sistolik-
tekanan diastolik)
c) Jika aliran darah ke organ vital sudah dapat dipertahankan lagi, maka
timbullah hipotensi\
d) Perdarahan yang tampak dari luar harus segera dihentikan dengan balut
tekan pada daerah tersebut
e) Ingat, khusus untuk otorrhagia yang tidak membeku, jangan sumpal
MAE (Meatus Akustikus Eksternus) dengan kapas atau kain kasa,
biarkan cairan atau darah mengalir keluar, karena hal ini membantu
mengurangi TTIK (Tekanan Tinggi Intra Kranial)
f) Semua cairan yang diberikan harus dihangatkan untuk menghindari
terjadinya koagulopati dan gangguan irama jantung.
4) Disability.
a) GCS setelah resusitasi
b) Bentuk ukuran dan reflek cahaya pupil
c) Nilai kuat motorik kiri dan kanan apakah ada parese atau tidak
5) Expossure dengan menghindari hipotermia. Semua pakaian yang menutupi
tubuh penderita harus dilepas agar tidak ada cedera terlewatkan selama
pemeriksaan. Pemeriksaan bagian punggung harus dilakukan secara log-
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
rolling dengan harus menghindari terjadinya hipotermi (America College of
Surgeons ; ATLS)
b. Secondary survey
1) Tanda-tanda Vital
Klien dengan injury pada daerah cervical menunjukkan trias perobahan
tanda – tanda vital : hipotensi, bradycardi dan hypotermi yang dihubungkan
dengan hilangnya fungsi system saraf simpatis. Peningkatan tekanan intra
cranial akan mengakibatkan tubuh mengusahakan suplay oksigen dan
glukosa yang adekuat ke otak dengan cara meningkatkan aliran darah.
Cushing’s respon akan meningkatkan tekanan darah sistolik, tekanan nadi
yang melebar dan bradycardi, perobahan frekwensi dan irama nafas.
2) Mental Status
Pengkajian status mental adalah :
a) Language
(1) Sensory/receptive aphasia
Hilangnya kemampuan klien untuk memahami tulisan dan perkataan.
Aphasia ini terdiri atas auditoric ( acoustic ) dan visual.
(2) Motor/expressive aphasia
Hilangnya kemampuan mengexpresikan :kata – kata, kata/kalimat
dalam tulisan, symbol – symbol
b) Orientasi
Orientasi ini meliputi kemampuan klien untuk mengetahui : waktu,
tempat dan orang dengan membrikan pertanyan – pertanyaan yang
bijaksana. Hal – hal yang dapat ditanyakan oleh perawat kepada klien
adalah : kota atau tempat tinggal , jam , tanggal, nama-nama hari dalam
1 minggu, lamanya sakit, nama, nama anggota keluarga.
Contoh pertanyaan :
“Where are you now ?” , “What day is it today ?”
c) Memory
Ada 3 memory yang dapat dikaji :
(1) Immediate recall
- Minta klien untuk mengulangi menyebutkan 3 seri angka ( mis :
7-4-3 ) dengan perlahan
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
- Minta klien untuk mengulangi menyebutkan seri angka yang
lebih banyak lagi sampai klien tidak mampu mengulangi seri
yang benar ( mis : 7-4-3-5, 7-4-3-5-6, 7-4-3-5-6-2 , dst )
- Mulai lagi dengan 3 angka tapi pada saat klien akan mengulangi
lagi minta klien untuk membelakangi perawat. Rata – rata
seseorang dapat mengulangi kembali 3 – 8 digit seri angka dan 4
– 6 digit seri angka secara tebalik.
(2) Recent memory
- Minta klien untuk meyebutkan kejadian-kejadian yang dialami
pada hari itu
- Minta klien untuk mengulangi informasi yang baru disampaikan,
misalnya: nama Perawat.
- Berikan klien 3 benda yang dapat disebutkan lagi, mis : warna,
benda, alamat ) atau 3 seri angka dan kemudia minta klien untuk
mengulanginya, dan pada saat interview selanjutnya minta lagi
klien untuk menyebutkan ke 3 hal tadi.
(3) Remote memory
Perawat dapat menayakan pengalamannya sekitar 5 tahun yang lalu,
misalnya : ulang tahun pribadi atau ulang tahun pernikahan.
d) Penampilan intelektual
(1) Perawat harus menguji kemampuan klien untuk berkonsentrasi dengan
cara meminta pasien untuk meyebutkan huruf atau angka yang
dimulai dari akhir ke awal atau menghitung mundur ( mis : 10-9-8-7-
6-dst).
(2) Perawat harus menguji kempuan kalkulasi klien dengan cara minta
klien untuk menyebutkan seri angka yang selalu dikurang 7 atau 3
(mis : 100 – 93-86 -81 -74-dst). Rata – rata orang dewasa dapat
menyebutkannya dalam 90 detik secara lengkap dengan 3 atau sedikit
kesalahan.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
e) Level Of Consciousness ( LOC)
Pengkajian ini disebut dengan Glasgow Coma Scale ( GCS ) yang terdiri
dari 3 komponen, yaitu :
(1) Respon membuka mata Score
Spontaneous 4
To verbal command 3
To pain 2
No response 1
(2) Respon motorik
To verbal command 6
To painful stimuli :
Localizes pain 5
Flexes and withdraw 4
Decorticate posture 3
Decerebrate posture 2
No response 1
(3) Respon verbal
Orientasi 5
Confused conversation 4
Inapproriate words 3
Incomprehensible sounds 2
None 1
Penjumlahan total GCS = 15 menunjukkan klien sadar penuh atau
orientasi, total 7 atau kurang menunjukkan klien comatose.
f) Mood dan Affect
Kaji apakah klien mengalami euphoric atau depresi, apakah sikap klien
sesuai dengan situasi yang ada.
g) Judgment dan insight
Kaji alasan – alasan dari klien, berfikir abstrak dan pemecahan masalah.
Apakah pertanyaan masuk akal dan berhubungan dengan pertanyaan.
Contoh pertanyaan : “apa yang akan anda lakukan bila kunci rumah anda
hilang?”
3) Pengkajian Kepala , leher dan back
Inspeksi : Ukuran, bentuk dan kesimetrisan kepala.Ecchymosis di sekitar mata
atau di belakang telinga. Fraktur pada tulang tengkorak sering mengakibatkan
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
“raccoon eyes” dengan adanya ecchymosis pada periorbital dan kadang –
kadang CSF akan mengalir keluar melalui hidung. Fraktur pada Middle fossa
basiler sering mengakibatkan ecchymosis di atas processus mastoideus di
belakang telinga disebut dengan “ Battle ’s sign dan mengalirnya darah atau
CSF dari kedua telinga.
Palpasi : Apakah ada benjolan atau massa pada tulang tengkorak.Daerah leher
apakah ada massa atau area tenderness. Minta klien menundukka kepalanya
sampai menyentuh dagunya kemudian amati apakah terdapat nuchal rigidity
yang merupakan salah satu tanda Meningitis.
Perkusi : Perkusi yang gentle pada prosessus spinous dan dapat menemukan
nyeri dan tenderness.
Auskultasi : Auskultasi pada pembuluh darah besar di leher atau pembuluh
darah yang lain untuk mengetahui adanya bunyi bruit atau suara bunyi suara
abnormal lain.
4) Saraf Kranial
a) N. I ( Nervus Olfactory ) berfungsi sebagai saraf sensory untuk penghirupan.
Perawat dapat mengkaji dengan cara : minta klien untuk menghirup sesuatu
yang aromatic dan tidak bersifat iritatif ( Kopi, alcohol, pasta gigi ) dengan
menutup mata. Bila klien tidak mampu menyebutkan aroma yang dihidu
disebut dengan Anosmia.
b) N. II ( Nervus Optik/vision ) berfungsi sebagai saraf sensory. Perawat
mengkaji dengan cara :
(1) inspeksi : katarak, inflamasi atau keabnormalitasan yang lain
(2) test ketajaman penglihatan dengan Snellen,s chart
(3) test lapang pandang
(4) memeriksa fundus mata dengan alat Opthalmoscope
c) N. III ( Nervus Oculomotor )
Hal yang dikaji ukuran kedua pupil dan pergerakan pupil. Konstriksi pupil
dapat dikaji perawat dengan penlight. Normalnya bila diberi rangsangan
maka akan terjadi kontriksi.
d) N. IV ( Nervus Trochlear )
Untuk pergerakan mata ke arah inferior dan medial. Pengkajian saraf ini
dilakukan bersamaan dengan pengkajian saraf VI
e) N. V ( Nervus Trigeminal )
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
Memiliki divisi motorik dan sensorik. Untuk pemeriksaan fungsi motorik
denganmenggerakkan kedua dagu ke sisi atau tersenyum, normal semua
gerakan dapat dilakukan . Sedangkan untuk pemeriksaan fungsi sensorik
dilakukan dengan cara menyentuhkan kapas lembut yang steril ke kornea
atau sentuhan agak keras ke kelopak mata, normal reaksi mata akan berkedip
f) N. VI ( Nervus Abducens )
Mengontrol pergerakan bola mata ke arah lateral . Bersama N. III, dan N. IV
dapat dikaji 6 posisi cardinal dari penglihatan.
g) N. VII ( Nervus Facial )
Memiliki divisi sensorik dan motorik, divisi motorik untuk mengontrol
ekspresi wajah. Perawat dapat mengkaji dengan cara minta klien untuk
mengerutkan dahi, tersenyum , mengembungkan pipi, menaikkan alis mata,
memejamkan mata dengan rapat dan rasakan adanya tahanan pada saat
membuka mata .
h) N. VIII ( Nervus Vestibulocochlear/Acoustic ).
Merupakan saraf sensory yang terdiri dari 2 divisi yaitu : cochlear dan
vestibular. Cochlear untuk pendengaran. Test pendengaran dapat dilakukan
dengan cara minta pasien untuk mendengar bisikan lalu minta untuk
melaporkan apa yang didengarkan atau dengarkan bunyi garpu tala. Tes
bone dan air conduction dilakukan dengan garpu tala. Audiometry dapat
digunakan untuk pengkajian yang tepat. Vestibular untuk membantu
mempertahankan keseimbangan melalui koordinasi otot-otot mata , leher dan
extremitas. Tes keseimbangan dapat dilakukan dengan cara Romberg test ,
calori test ( oculovestibular reflex ) dan electronystagmography.
Kemungkinan keabnormalan yang ditemukan dapat disebabkan oleh
Meniere,s syndrome dan neuroma acoustic.
i) N. IX ( Nervus Glossopharyngeal ) dan N. X ( Nervus Vagus ).
Merupakan saraf sensorik dan motorik. Karena kedua saraf ini masuk ke
pharynx maka pengkajian kedua saraf ini bersamaan.
Perawat dapat mengkaji N. IX dengan cara :
Minta klien untuk membuka mulut lebar-lebar sambil menyebutkan “ah”,
observasi posisi dan pergerakan dari uvula dan palatum, apakah berada di
garis tengah ?
Kaji reflex gag dengan cara sentuh bagian pharynx dengan spatel lidah ,
maka akan didapatkan respon gag ( respon muntah ).
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
Kaji respon menelan dengan memberikan klien sedikit minum.
Kaji 1/3 bagian belakang lidah terhadap rasa. Disgungsi dari N. IX akan
mengakibatkan hilangnya rasa pengecapan dan sensasi nyeri pada
Glossopharyngeal.
Perawat dapat mengkaji N. X dengan cara :
Minta klien untuk batuk dan berbicara. Kerusakan pada saraf ini akan
mengakibatkan ketidakefektifan dan kelemahan batuk serta suara parau.
Untuk membedakan area yang lemah minta klien untuk mengeluarkan
suara : “kuh-kuh” ( Soft palate ), “mi-mi” ( bibir ), “la – la” ( lidah ).
Kemungkinan penyebab dari keabnormalan yang ditemukan disebabkan :
trauma batang otak, trauma leher, tumor batang otak dan stroke.
j) N. XI ( Nervus spinal accessory )
Merupakan saraf motorik yang mempersarafi otot sternocleidomastoideus
dan bagian atas dari otot trapezius.
Perawat dapat mengkaji dengan cara :
(1) Minta klien menaikkan bahu dengan dan tanpa tahanan
(2) Minta klien untuk memutarkan kepala ke kedua sisi secara bergantian.
(3) Dorong dagu ke belakang ke arah garis lurus
(4) Dorong kepala ke depan dan lawan dengan tahanan
k) N. XII ( Nervus Hypoglossal ).
Merupakan saraf motorik yang mempersarafi lidah.
Perawat dapat mengkaji dengan cara :
Minta klien untuk membuka mulut lebar-lebar dan lidah dikeluarkan dan
dengan cepat lidah digerakkan ke kiri – kanan, keluar – ke dalam, amati
adanya deviasi. Minta klien untuk mendorong lidahnya ke daerah pipi dan
apakah ada tekanan di daerah luar. Kemungkinan keabnormalan yang
ditemukan dapat disebabkan kerusakan pembuluh darah besar di daerah
leher.
5) Sistem Motorik
a) Ukuran otot
Inspeksi kesimetrisan otot bilateral, intercostals dan abdominal.
b) Kekuatan otot
Pengkajian kekuatan otot pada semua extremitas, hasil yang didapatkan:
-5/5 : kekuatan penuh
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
-4/5 : dapat bergerak secara bebas dan maksimal serta dapat melawan grafitasi
dan lemah bila diberi tahan
- 3/5 : otot dapat bergerak secara bebas dan hanya dapat melawan gravitasi
-. 2/5 : Otot dapat begerak dengan bebas dengan bantuan dalam melawan efek
gravitasi.
- 1/5 : Otot tidak dapat berpindah tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi
- 0/5 : Tidak ada kontreaksi dan pergerakan otot
c) Tonus otot
Tonus otot dikaji ketika extremitas bergerak pada ROM pasif. Pada hipotonik
atau penurunan tonus otot, tonus otot lemah dan lembek. Peningkatan tonus
otot terjadi jika resisten untuk bergerak dan spasme. Kaji juga flexi abnormal
dan extensi abnormal.
d) Koordinasi otot.
Test perubahan pergerakan yang cepat, gerakan dari satu titik – ke titik lain
secara berulang-ulang ( point to point maneuver ), keseimbangan posisi tubuh
dan kepala. Untuk menguji perubahan pergerakan yang cepat , minta klien
untuk menyentuh setiap jari-jari ke ibu jari dengan cepat. In point to point
testing dengan cara test menunjuk hidung jari. Keseimbangan posisi tubuh
ditest dengan cara minta klien merobah posisi dengan cepat dari duduk ke
berdiri. Posisi kepala ditest dengan meminta klien menggerakkan kepala
mengikuti gerakan pemeriksa
e) Postur tubuh dan kestabilan.
Kaji dengan cara minta klien untuk berdiri tegak , berjalan, dan berjalan lurus
dalam satu garis.
f) Perpindahan
Kaji apakah terjadi fasciculation ( gerakan involunter yang terjadi secara
berulang-ulang pada saat relaksasi ) untuk mengetahui adanya ganguan pada
lower motor neuron ( LMN )
Test Apraxia dilakukan dengan cara meminta klien untuk melakukan gerakan
sederhana seperti mengikat tali sepatu atau menyisir rambut.
g) Uji motorik pada klien yang tidak sadar
Uji ini dilakukan dengan cara memberikan rangsang nyeri yang terintergrasi
pada pengukuran GCS.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
6) Fungsi Sensorik
Pengkajian sensorik ini dengan memberikan rangsang nyeri, sentuhan, getaran,
posisi dan kemampuan membedakan sensasi. Kaji juga pendengaran, penglihatan,
penghiduan dan pengecapan. Test ini terdiri dari
a) Sensasi Superficial
Dengan cara merangsang kulit pada daerah yang simetris kedua sisi tubuh
dengan rasa nyeri benda tajam dan tumpu
b) Sentuhan dan nyeri
Minta klien untuk menutup mata dan minta menyebutkan rangsangan yang
diberikan.dan menyebutkan rangsangan itu dilakukan didaerah tubuh yang
mana. Apabila rangsang tajam tumpul tidak sensitive maka dilakukan test
padaubuh bagian belakang dengan cara memberi rangsangan suhu yang
berbeda.
c) Pengujian yang lain
Dengan cara sentuhan kapas dan sinar penghangat.
7) Sensasi Mekanik
Terdiri dari :
a) Vibrasi
Test ini dilakukan dengan cara getarkan ujung garpu tala pada tulang yang
paling distal ( jari kaki ), tanyakan pada klien daerah mana yang tidak
merasakan vibrasi. Jika vibrasi tidak dirasakan pindahkan getaran pada
pergelangan tangan atau siku atau pada tumit.
b) Propioception
Test ini dilakukan dengan cara minta klien untuk mempertahankan posisi
tubuh dengan jinjit dan menggunakan salah satu kaki dan menggunakan ibu
jari kaki dan jari telunjuk kaki maka secara normal jari – jari lain akan
mengalami flexi dan minta klien untuk menahan tubuhnya
8) Fungsi Motorik.
Pengkajian ini mempunyai tujuan untuk menilai Proprioceptors dan fungsi
Cerebellum. Proprioceptor adalah ujung saraf sensorik yang berada di otot,
tendon, jaringan penghubung, telinga bagian dalam yang memberikan tentang
informasi pergerakan dan posisi tubuh. Stimulus dari Proprioceptor berjalan
melalui posterior columna spinal cord. Klien yang mengalami kerusakan harus
memperhatikan/melihat pergerakan tangan dan kaki untuk memastikan posisinya.
Kerusakan/gangguan pada Cerebellum mengakibatkan munculnya gejala Ataxia
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
yaitu : ketidakmampuan mempertahankan posisi, kurangnya koordinasi otot,
tremor, gangguan keseimbangan.
Pengkajian ini meliputi :
a) Test pergerakan dan keseimbangan, yaitu :
(1) Gaya berjalan
Minta klien untuk berjalan dalam ruangan. Secara normal pada saat
berjalan posisi tangan ke depan akan berlawanan, berjalan tanpa
bantuan dan mampu mempertahankan keseimbangan.
(2) Romberg test
Minta klien untuk berdiri tegak dengan kedua tangan di sisi tubuh,
anjurkan pasien membuka mata dan kemudian menutup mata.
Romberg’s sign : klien tidak mampu mempertahankan cara berdiri
karena pasien membuat jarak pada kaki untuk mempertahankan posisi
tubuh. Klien yang tidak dapat mempertahankan posisi pada saat
menutup mata berarti mengalami ataxia sensory. Klien yang tidak
mampu mempertahankan posisi pada saat membuka dan menutup mata
berarti mengalami ataxia cerebellum.
(3) Berdiri dengan salah satu kaki dengan mata tertutup.
Secara normal seseorang dapat mempertahankan posisi ini selama 5
detik
(4) Heel – toe walking
Minta klien untuk berjalan pada garis lurus. Secara normal seseorang
dapat berjalan dengan heel – to walking pada garis lurus tersebut.
(5) Toe or heal walking
Minta klien untuk berjalan beberapa langkah dengan jinjit atau dengan
tumpuan kaki. Secara normal seseorang dapat melakukan beberapa
langkah dengan jinjit atau tumpuan kaki.
b) Test pada extremitas atas, yaitu :
(1) Finger – to nose test
Minta klien untuk menaikkan tangan lurus setinggi bahu, tangan kiri
diluruskan dengan posisi telapak tangan menghadap kea arah wajah
kemudian dengan cepat tangan kanan menunjuk hidung dengan salah
satu jari kanan kemudian menyentuh jari kiri secara bergantian. Secara
normal dapat mengulangi sentuhan dengan rhythmical.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
(2) Perubahan posisi tangan supinasi dan pronasi pada lutut.
Minta klien untuk menepuk kedua lututnya dengan telapak tangan dan
kemudian dengan punggung tangannya. Secara normal seseorang dapat
menepuk dengan cepat dengan posisi supinasi dan pronasi
(3) Finger to nose and to the nurse finger.
Minta klien untuk menyentuh hidungnya dan kemudian menyentuh jari
perawat, jarak antara klien dan perawat 45 cm ( 18 inc ). Secara normal
dapat dilakukan dengan cepat.
(4) Fingers to fingers
Minta klien untuk membuat jarak kedua tangan setinggi bahu kemudian
dekatkan kedua tangan sehingga posisi tangan berada di tengah dan
posisi lurus, perlahan – lahan anjurkan membuka lalu menutup mata,
kemudian anjurkan membuka dan menutup mata dengan cepat.
(5) Finger to thumb (pada tangan yang sama )
Minta klien untuk menyentuhkan dengan cepat setiap jarinya ke ibu jari
Secara normal dapat dilakukan dengan cepat.
c) Test pergerakan pada extremitas bawah.
Pada saat pengkajian ini posisi klien berbaring ( posisi supine ).
Pengkajian yang dilakukan yaitu :
(1) Heel down opposite shin
Minta klien untuk meletakkan salah satu telapak kaki di lutut kaki yang
berlawanan dan turunkan telapak kaki tersebut , ulangi pada kaki sebelah.
Untuk test ini klien juga dapat dalam posisi duduk.
(2) Toe or Ball of foot to the nurse finger
Minta klien untuk menyentuh jari perawat dengan jari – jari
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
10. Analisa data
Data Etiologi ProblemDO - Gangguan status mental- Perubahan perilaku- Perubahan respon motorik- Perubahan reaksi pupil- Kesulitan menelan- Kelemahan atau paralisis
ekstrermitasAbnormalitas bicara
Kraniotomi
Laserasi kulit kepala, tulang krania
Diskontinuitas jaringan
Hipoksia,hipotensi
Perubahan perfusi jaringan serebral
Perubahan perfusi jaringan serebral
DS:- Laporan secara verbal DO:- Posisi untuk menahan nyeri - Tingkah laku berhati-hati- Gangguan tidur (mata sayu,
tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)
- Terfokus pada diri sendiri - Fokus menyempit
(penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
- Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
cedera jaringan otak
hiperemia
peningkatan permeabilitas kapiler
vasodilatasi kapiler
edema otak
peningkatan TIK
nyeri kepala
Nyeri kepala
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
DS:- Nyeri abdomen- Muntah- Kejang perut- Rasa penuh tiba-tiba setelah
makanDO:- Diare- Rontok rambut yang
berlebih- Kurang nafsu makan- Bising usus berlebih- Konjungtiva pucat- Denyut nadi lemah
cedera jaringan otak
hiperemia
peningkatan permeabilitas kapiler
vasodilatasi kapiler
edema otak
peningkatan TIK
mual muntah
intake oral
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Do - Adanya tanda infeksi- Terdapat pus- Leukosit meningkat
kraniotomi
laserasi kulit kepala
pintu masuk kuman
resiko infeksi
Resiko infeksi
Cedera jaringan otak
Peningkatan volume darah
Peningkatan vermeabilitas darah
Vasodilatasi arterial
Edema otak
Penurunan kemampuan kognitif, motorik, afektif
Perubahan perfusi sensori
Diagnosa keperawatan
1. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan transport O2, gangguan aliran arteri dan vena
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan dengan : Ketidakmampuan untuk memasukkan
3. Risiko infeksi bd prosedur infasif4. Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis),
kerusakan jaringan1.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan transport O2, gangguan aliran arteri dan vena
DO - Gangguan status mental- Perubahan perilaku- Perubahan respon motorik- Perubahan reaksi pupil- Kesulitan menelan- Kelemahan atau paralisis ekstrermitas- Abnormalitas bicara
NOC : Circulation status Neurologic status Tissue Prefusion :
cerebralSetelah dilakukan asuhan selama………ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral teratasi dengan kriteria hasil: Tekanan systole dan
diastole dalam rentang yang diharapkan
Tidak ada ortostatikhipertensi
Komunikasi jelas Menunjukkan
konsentrasi dan orientasi
Pupil seimbang dan reaktif
Bebas dari aktivitas kejang
Tidak mengalami nyeri kepala
NIC : Monitor TTV Monitor AGD, ukuran pupil, ketajaman, kesimetrisan
dan reaksi Monitor adanya diplopia, pandangan kabur, nyeri
kepala Monitor level kebingungan dan orientasi Monitor tonus otot pergerakan Monitor tekanan intrkranial dan respon nerologis Catat perubahan pasien dalam merespon stimulus Monitor status cairan Pertahankan parameter hemodinamik Tinggikan kepala 0-45o tergantung pada konsisi
pasien dan order medis
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko infeksi
Faktor-faktor risiko : - Prosedur Infasif- Kerusakan jaringan dan peningkatan
paparan lingkungan - Malnutrisi - Peningkatan paparan lingkungan
patogen - Imonusupresi - Tidak adekuat pertahanan sekunder
(penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)
- Penyakit kronik- Imunosupresi- Malnutrisi- Pertahan primer tidak adekuat
(kerusakan kulit, trauma jaringan, gangguan peristaltik)
NOC : Immune Status Knowledge : Infection
control Risk controlSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama…… pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil: Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi Menunjukkan
kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
NIC : Pertahankan teknik aseptif Batasi pengunjung bila perlu Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan
petunjuk umum Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
kandung kencing Tingkatkan intake nutrisi Berikan terapi antibiotik:................................. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal Pertahankan teknik isolasi k/p Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase Monitor adanya luka Dorong masukan cairan Dorong istirahat Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhBerhubungan dengan : Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis, psikologis atau ekonomi. DS:
- Nyeri abdomen- Muntah- Kejang perut- Rasa penuh tiba-tiba setelah makan
DO:- Diare- Rontok rambut yang berlebih- Kurang nafsu makan- Bising usus berlebih- Konjungtiva pucat- Denyut nadi lemah
NOC:a. Nutritional status:
Adequacy of nutrientb. Nutritional Status : food
and Fluid Intakec. Weight ControlSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama….nutrisi kurang teratasi dengan indikator:
Albumin serum Pre albumin serum Hematokrit Hemoglobin Total iron binding capacity Jumlah limfosit
Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
untuk mencegah konstipasi Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
harian. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah Monitor lingkungan selama makan Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makan Monitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan
kadar Ht Monitor mual dan muntah Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva Monitor intake nuntrisi Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat
nutrisi Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan Kelola pemberan anti emetik:..... Anjurkan banyak minum Pertahankan terapi IV line Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah
dan cavitas ovalDiagnosa Keperawatan/ Masalah
KolaborasiRencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringan
DS:- Laporan secara verbal
DO:- Posisi untuk menahan nyeri - Tingkah laku berhati-hati- Gangguan tidur (mata sayu, tampak
capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)
- Terfokus pada diri sendiri - Fokus menyempit (penurunan
persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
- Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
NOC : Pain Level, pain control, comfort levelSetelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal Tidak mengalami gangguan tidur
NIC : Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……... Tingkatkan istirahat Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2012-2013
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Asikin Z (1991) Simposium Keperawatan Penderita Cedera Kepala. Panatalaksanaan Penderita dengan Alat Bantu Napas, Jakarta.
Black and Matasarin Jacobs. (1997). Medical surgical nursing : Clinical management for continuity of care. (Edisi V). hiladelphia: Wb Sounders Company.
Brunner dan Suddarth. (2002). Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC
Hudak &Gallo. (1996). Keperawatan kritis. (Ed.6, vol 2). EGC: Jakarta
Harsono (1993) Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press