forensik bayi patah tulang

25
Modul Organ Forensik Bayi dengan Patah Tulang Klavikula KELOMPOK 6 Nilam Permata (030.10.206) Pandu Satya W (030.10.218) Nur Triastuti (030.10.211) Pangeran Putra (030.10.219) Nurul Hamzah (030.10.212) Prita Rosdiana (030.10.222) Okky Nafiriana (030.10.214) Putri Maulia (030.10.224) Olivia Ayu Yuandita (030.10.215) Putri Sarah (030.10.225) Oryza Ajani (030.10.216) R. Ifan Arief F (030.10.226) Otty Mitha Octriza (030.10.217) Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta Sabtu, 20 Oktober 2012

Upload: r-ifan-arief-fahrurozi

Post on 19-Jan-2016

130 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Aspek Hukum Forensik Kedokteran Bayi Patah Tulang

TRANSCRIPT

Page 1: FORENSIK Bayi Patah Tulang

Modul Organ Forensik

Bayi dengan Patah Tulang Klavikula

KELOMPOK 6

Nilam Permata (030.10.206) Pandu Satya W (030.10.218)

Nur Triastuti (030.10.211) Pangeran Putra (030.10.219)

Nurul Hamzah (030.10.212) Prita Rosdiana (030.10.222)

Okky Nafiriana (030.10.214) Putri Maulia (030.10.224)

Olivia Ayu Yuandita (030.10.215) Putri Sarah (030.10.225)

Oryza Ajani (030.10.216) R. Ifan Arief F (030.10.226)

Otty Mitha Octriza (030.10.217)

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Jakarta

Sabtu, 20 Oktober 2012

Page 2: FORENSIK Bayi Patah Tulang

BAB I

PENDAHULUAN

Ilmu kedokteran adalah ilmu empiris sehingga ketidakpastian merupakan salah satu ciri

khasnya. Iptekdok masih menyisakan kemungkinan adanya bias dan ketidaktahuan

meskipun perkembangan telah sangat cepat sehingga sukar diikuti oleh standart

operasional yang baku dan kaku. Kedokteran tidak menjajikan hasil pelayananya tetapi

menjajikan upayanya. Layanan kedokteran dikenal sebagai suatu system yang kompleks

dengan sifat hubungan antar komponen yang ketat khususnya di ruang gawat darurat,

ruang bedah dan ruang intensif. Sistem yang kompleks umumnya ditandai dengan

spesialisasi dan intrepedensi. Dalam suatu system yang kompleks, satu komponen dapat

berinteraksi dengan banyak komponen lain, kadang dengan cara yang tidak terduga dan

tidak terlihat. Semakin kompleks dan ketat suatu system akan semakin mudah terjadi

kecelakaan. Oleh karena itu prajtek kedokteran haruslah dilakukan dengan tingkat kehati-

hatian yang tinggi.

Page 3: FORENSIK Bayi Patah Tulang

BAB II

LAPORAN KASUS

Seorang pasien bayi dibawa orangtuanya datang ke tempat praktek dokter A,

seorang dokter anak. Ibu pasien bercerita bahwa ia adalah pasien seorang dokter

obsgyn B sewaktu melahirkan dan anaknya dirawat oleh dokter anak C. Baik dokter

B maupun C tidak pernah mengatakan bahwa anaknya menderita penyakit atau

cedera sewaktu lahir dan dirawat disana. Sepuluh hari pasca lahir orangtua bayi

menemukan benjolan di pundak kanan bayi.

Setelah diperiksa oleh dokter anak A dan pemeriksaan radiologi sebagai

penunjangnya, pasien dinyatakan menderita fraktur klavikula kanan yang sudah

berbentuk khalus. Kepada dokter A mereka meminta kepastian apakah benar terjadi

patah tulang klavikula dan kapan kira-kira terjadinya. Bila benar bahwa patah tulang

terssebut terjadi sewaktu kelahiran, mereka akan menuntut dokter B karena telah

mengakibatkan patah tulang dan dokter C karena lalai tidak dapat mendiagnosisnya.

Mereka juga menduga bahwa dokter C kurang kompoten sehingga sebaiknya ia

merawat anaknya ke dokter A saja. Dokter A berpikir apa yang sebaiknya ia katakan.

Page 4: FORENSIK Bayi Patah Tulang

BAB III

PEMBAHASAN

I. MASALAH DALAM KASUS

1. Seorang pasien bayi dibawa orang tuanya ke tempat praktek dokter anak A

oleh karena 10 pasca melahirkan didapatkan benjolan di pundak kanan bayi

dan setelah dilakukan pemeriksaan pasien di nyatakan menderita fraktur

klavikula kanan yang sudah membentuk kalus

Interpretasi : Kemungkinan telah terjadi fraktur pada klavikula kanan bayi

dalam proses persalinan bayi

2. Dokter B maupun C tidak pernah mengatakan bahwa anaknya menderita

penyakit atau cedera sewaktu lahir dan dirawat disana

Interpretasi : Adanya suatu kelalaian dan kurangnya komunikasi anatara

dokter B dan C terhadap orangtua pasien

3.Apabila benar patah tulang terjadi sewaktu kelahiran, orang tua pasien akan

menuntut dokter B karena telah mengakibatkan patah tulang dan dokter C

karena lalai tidak dapat mendiagnosisnya

Interpretasi : Orangtua pasien menginginkan adanya suatu kejelasan dan

pertanggung jawaban dari Dokter B dan C apabila telah terjadi suatu

kelalaian medis

Page 5: FORENSIK Bayi Patah Tulang

4.Orangtua pasien ingin merawat anaknya ke dokter A saja

Interpretasi : Merupakan hak dari orangtua pasien (karena pasien disini masih

bayi sehingga butuh bantuan dari orangtua) untuk memilih dokter mana yang

dipercayakan untuk merawat anaknya

Dari masalah diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua dari pasien mencurigai akan

adanya kelalaian medis yang dilakukan oleh dokter B dan C yang mengakibatkan

kerugian dari pasien . Dalam hal ini Dokter A harus tetap melaksanakan apa yang

menjadi kewajibannya dalam memenuhi hak pasien tanpa melanggar kode etik dan

hubungan dengan sejawatnya.

II. PRINSIP ETIKA KEDOKTERAN

Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar salahnya

suatu sikap dan atau perbuatan seseotang individu atau institusi dilihat dari moralitas.

Penilaian baik buruk dan benar salah dari sisi moral tersebut menggunakan

pendekatan teori etika yang cukup banyak jumlahnya. Terdapat dua teori etika yang

paling banyak dianut oleh orang yaitu teori deontology dan teologi. Secara ringkas

dapat dikatakan bahwa deontology mengajarkan bahwa baik-buruknya suatu

perbuatan harus dilihat dari perbuatan itu sendiri, sedangkan teologi mengajarkan

untuk melihat baik-buruknya sesuatu dengan melihat hasil atau akibatnya.

Page 6: FORENSIK Bayi Patah Tulang

Deontologi lebih mendasar kepada ajaran agama, tradisi dan budaya, sedangkn

teologi lebih berdasar pada arah penalaran dan pembenaran kepada azas manfaat

Beuchamp dan Childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai ke

suatu keputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar moral dan beberapa aturan

dibawahnya. Keempat kaidah dasar moral tersebut adalah:

1. Prinsip Otonomi

Prinsip otonomi adalah prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien,

terutama hak otonomi pasien. Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan

doktrin informed consent.

2. Prinsip Beneficence

Prinsip Beneficence adalah prinsip moral yng mengutamakan tindakan yang

ditujukan demi kebaikan pasien. Dalam beneficence tidak hanya dikenal

perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya

(manfaat) lebih besar dari sisi buruknya.

3. Prinsip Non-malificence

Prinsip Non-malificence adalah prinsip moral yang melarang tindakan yang

memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini juga dikenal dengan “primum non

nocere” atau “above all, do no harm”.

4. Prinsip Justice

Page 7: FORENSIK Bayi Patah Tulang

Prinsip Justice adalah prinsip moral yang mementingkan fairness dan

keadilan dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya.

Sedangkan aturan turunannya adalah veracity (berbicara jujur, benar dan terbuka),

privacy (menghormat hak pribadi pasien), confidentiality (menjaga kerahasian

pasien) dan fidelity (loyalitas dan promise keeping).

Selain prinsip atau kaidah dasar moral diatas, yang harus dijadikan pedoman

dalam mengambil keputusan klinis, profesionalitas kedokteran juga mengenal etika

profesi sebagai panduan dalam bersikap dan berperilaku. Nilai-nilai dalam etika

profesi tercermin dalam sumpah dokter dan kode etik kedokteran. Sumpah berisi

“kontrak moral” antara dokter dengan Tuhan sang penciptanya, sedangkan kode etik

kedokteran berisikan “kontrak kewajiban moral” antara dokter dengan peer-

groupnya yaitu masyarakat profesinya.

Pembuatan keputusan etik, terutama dalam situasi klinik, dapat juga

dilakukan dengan pendekatan yang berbeda dengan pendekatan kaidah dasar moral

diatas. Jonsen, Siegler dan Winslade (2002) mengembangkan teori etik yang

menggunakan 4 topik yang essential dalam pelayanan klinik, yaitu:

1. Medical indication

Kedalam topic medical indication dimasukkan semua prosedur diagnostic

dan terapi yang sesuai untuk mengevaluasi keadaan pasien dan

mengobatinya. Penilaian aspek indikasi medis ini ditinjau dari sisi etiknya,

terutama menggunakan kaidah beneficence dan non-malificence. Pertanyaan

Page 8: FORENSIK Bayi Patah Tulang

etika pada topic ini adalah serupa dengan seluruh informasi yang selayaknya

disampaikan kepada pasien pada doktrin informed consent.

2. Patient preferences

Pada topic ini, kita memperhatikan nilai dan penilaian pasien tentang manfaat

dan beban yang akan diterimanya, yang berarti cerminan kaidah autonomy.

Pertanyaan etika meliputi pertanyaan tentang kompetensi pasien, sifat

volunteer sikap dan keputusannya, pemahaman atas informasi, siapa pembuat

keputusan bila pasien dalam keadaan tidak sadar dan kompeten serta nilai dan

keyakinan yang dianut oleh pasien.

3. Quality of life

Topik quality of life merupakan aktualisasi salah satu tujuan kedokteran yaitu

memperbaiki, menjaga atau meningkatkan kualitas hidup insane. Apa, siapa

dan bagaimana melakukan penilaian kualitas hidup merupakan pertanyaan

etik sekitar prognosis yang berkaitan dengan beneficence, non-malificence

dan autonomy.

4. Contextual features

Dalam topic ini dibahas pertanyaan etik seputar aspek non medis yang

mendahului keputusan seperti factor keluarga, ekonomi, agama, budaya,

kerahasiaan, alokasi sumber daya dan factor hukum.

Page 9: FORENSIK Bayi Patah Tulang

III. HUBUNGAN DOKTER PASIEN

Hubungan dokter-pasien pada awalnya merupakan hubungan paternalistic

dengan memegang prinsip beneficence sebagai prinsip utama. Namun cara ini

dikatakan mengabaikan hak autonomy pasien sehingga sekarang lebih

merujuk kepada teori social contract dari Veatch (1972) dengan dokter dan

pasien sebagai pihak bebas yang saling menghargai dalam membuat

keputusan. Dokter bertanggungjawab atas segala keputusan teknis sedangkan

pasien memegang kendali keputusan penting terutama yang terkait dengan

nilai moral dan gaya hidup pasien. Smith dan Newton (1984) lebih memilih

hubungan yang berdasarkan atas virtue sebagai hubungan yang paling cocok

bagi hubungan dokter-pasien. Pada hubungan dokter – pasien yang virtue

based(etika berdasar nilai kebajikan-keutamaan) baik dokter maupun pasien

harus tetap berdialog untuk menjaga berjalannya komunikasi dalam rangka

mencapai tujuan bersama yaitu kesejahteraan pasien.

HAK PASIEN DAN KEWAJIBAN DOKTER

UU Praktik Kedokteran menyatakan hak pasien sebagai berikut:

1. Hak untuk mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis

(Pasal 45 ayat (3)). Penjelasan sekurang-kurangnya meliputi diagnosis,

tatacara tindakan, tujuan tindakan medis yang bakal dilakukan, alternative

tindakan lain dan risikonya, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan

prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan.

2. Hak untuk memeinta pendapat dokter lain

3. Hak mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan medis

4. Hak untuk menolak tindakan medis

5. Hak untuk mendapatkan isi rekam medis

Dokter dan dokter gigi berkewajiban:

Page 10: FORENSIK Bayi Patah Tulang

1. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar

prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien

2. merujuk pasien apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau

pengobatan

3. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien bahkan

setelah pasien meninggal dunia

4. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan , kecuali bila ia

yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya

5. menambah ilmu pengetahuan dam mengikuti perkembangan ilmu

kedokteran/kedokteran gigi

IV. HUBUNGAN KESEJAWATAN

Kewajiban dokter terhadap teman sejawat menurut KODEKI tercantum

dalam pasal :

Pasal 7b

Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan

sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki

kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau

penggelapan, dalam menangani pasien

Pasal 7c

Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak

tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien

Pasal 14

Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin

diperlakukan.

Pasal 15

Page 11: FORENSIK Bayi Patah Tulang

Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dan teman sejawat, kecuali dengan

persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

V. INFORMED CONSENT

Informed Consent adalah suatu persetujuan mengenai tindakan kedokteran

yang akan dilakukan oleh dokter terhadap pasien. Persetujuan boleh dalam bentuk

lisan maupun tertulis. Informed consent ini juga merupakan sebagian dari prosese

komunikasi antara dokter-pasien tentang kesepakatan tindakan medis yang akan

dilakukan. Formulir informed consent merupakan tanda bukti yang disimpan dalam

arsip rekam medis pasien7.

Dalam Undang-Undang Republika Indonesia Nomor 29 Tahun 2004

tentang Praktik Kedokteran, telah diatur tentang Informed Consent ini pada Pasal 45

tentang “Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi” yang isinya antara

lain:

1. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan

oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.

2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien

mendapat penjelasan secara lengkap.

3. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya

mencakup:

diagnosis dan tata cara tindakan medis.

tujuan tindakan medis yang dilakukan.

alternative tindakan lain dan resikonya.

risikonya dan komplikasi yang mungkin terjadi.

prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

4. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik

secara tertulis maupun lisan.

Page 12: FORENSIK Bayi Patah Tulang

5. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko

tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani

oleh yang berhak memberikan persetujuan.

GUNA INFORMED CONSENT DALAM KASUS INI

Seperti yang terjadi dalam kasus ini pula, telah terjadinya informed consent

antara dokter A kepada keluarga si bayi mengenai keadaan anaknya. Bagi dokter B

dan C pula, kurang komunikasi kepada keluarga bayi mengenai apa yang terjadi pada

bayi tersebut sehinggakan dicurigai telah melakukan kesalahan dalam merawat bayi

tersebut dan bisa dituntut ke pengadilan oleh keluarga si bayi.

Kurangnya komunikasi yang terjalin antara dokter dan keluarga pasien

merupakan salah satu sebab ketidak puasan pasien. Komunikasi merupakan kunci

penting hubungan dokter dengan pasien atau keluarga selain dari memeriksa dan

member obat. Pasien atau keluarga juga perlu sama menanyakan ke dokter dan minta

dijelaskan kemungkinan penyakitnya.

Dokter harus bertanggungjawat terhadap perbuatannya jika terdapat kasus

yang berunsur kelalaian dari pihak dokter. Dari pihak pasien pula, perlu adanya bukti

yang kukuh terhadap kelalaian tersebut jika mahu menuntut. Jika hal tersebut adalah

resiko dari tindakan yang telah dinyatakan dalam informed consent, maka

penuntutan tidak boleh dilakukan7.

VI. KELALAIAN MEDIK

Kelalaian medik adalah salah satu bentuk dari malpraktek medis, sekaligus

merupakan bentuk malpraktek medis yang paling sering terjadi. Pada dasarnya kelalaian

terjadi bila seseorang melakukan sesuatu yang seharusnta tidak dilakukan atau tidak

melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh orang lain yang mempunyanyai

kualifikasi yang sama pada keadaan yang sama. Perlu diingat bahwa pada umumnya

kelalaian yang dilakukan orange r orang bukanlah merupakan perbuatan yang dapat

dihukum kecuali apabila dilakukan oleh orang yang seharusnya (berdasarkan sifat

Page 13: FORENSIK Bayi Patah Tulang

profesinya) bertindak hati-hati dan telah mengakibatkan kerugian atau cedera bagi orang

lain. 1,4

Pengertian istilah kelalaian medik tersirat dari pengertian malpraktek medis menurut World Medical Association (1992), yaitu: “medical malpractice involves the physician’s failure to conform to the standard of care for treatment of the patient’s condition, or lack of skill, or negligence in providing care to the patient, which is the direct cause of an injury to the patient”. WMA mengingatkan pula bahwa tidak semua kegagalan medis adalah akibat malpraktek medis. Suatu peristiwa buruk yang tidak dapat diduga sebelumnya (unforeseeable) yang terjadi saat dilakukan tindakan medis yang sesuai standar tetapi mengakibatkan cedera pada pasien tidak termasuk ke dalam pengertian malpraktek. “An injury occurring in the course of medical treatment which could not be foreseen and was not the result of the lack of skill or knowledge on the part of the treating physician is untoward result, for which the physician should not bear any liability”.

Suatu hasil yang tidak diharapkan di bidang medic sebenarnya dapat diakibatkan

oleh beberapa kemungkinan yaitu :

1. Hasil dari suatu perjalanan penyakitnya sendiri , tidak berhubungan dengan

tindakan medis yang dilakukan dokter

2. Hasil dari suatu resiko yang tidak dapat dihindari, yaitu risiko yang tak dapat

diketahui sebelumnya (unforeseeable) atau resiko yang meskipun telah diketahui

sebelumnya tetapi dianggap acceptable, sebagaimana telah diuraikan diatas

3. Hasil dari suatu kelalaian medic

4. Hasil dari suatu kesengajaan

. Suatu perbuatan atau tindakan medis disebut sebagai kelalaian apabila

memenuhi empat unsur di bawah ini:

1) Duty atau kewajiban tenaga medis untuk melakukan sesuatu tindakan medis

atau untuk tidak melakukan sesuatu tindakan tertentu terhadap pasien tertentu

pada situasi dan kondisi yang tertentu.

2) Dereliction of the duty atau penyimpangan kewajiban tersebut

3) Damage atau kerugian. Yang dimaksud dengan kerugian adalah segala

sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian akibat dari layanan

kesehatan / kedokteran yang diberikan oleh pemberi layanan

Page 14: FORENSIK Bayi Patah Tulang

4) Direct causal relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata. Dalam hal

ini harus terdapat hubungan sebab-akibat antara penyimpangan kewajiban

dengan kerugian yang setidaknya merupakan “proximate cause”

Gugatan ganti rugi akibat suatu kelalaian medik harus membuktikan adanya ke-

empat unsur di atas, dan apabila salah satu saja diantaranya tidak dapat

dibuktikan maka gugatan tersebut dapat dinilai tidak cukup bukti.

VII. DAMPAK HUKUM

Perlidungan hukum terhadap dokter yang diduga melakukan tindakan

malpraktek medik

Perlindungan hukum terhadap dokter yang diduga melakukan tindakan

malpraktek medik menggunakan Pasal 48, Pasal 50, Pasal 51 Ayat 1 Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Pasal 50 Undang-Undang Nomor

29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran, Pasal 53 Ayat 1 Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Pasal 24 Ayat 1 Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Seorang

dokter dapat memperoleh perlindungan hukum sepanjang ia melaksanakan

tugas sesuai dengan standar profesi dan Standar Operating Procedure (SOP),

serta dikarenakan adanya dua dasar peniadaan kesalahan dokter, yaitu alasan

pembenar dan alasan pemaaf yang ditetapkan di dalam KUHP.

Hubungan dokter dengan pasien haruslah berupa mitra. Dokter tidak dapat

disalahkan bila pasien tidak bersikap jujur. Sehingga rekam medik (medical

record) dan informed consent (persetujuan) yang baik dan benar harus

terpenuhi. Cara dan tahapan mekanisme perlindungan hukum terhadap dokter

yang diduga melakukan tindakan malpraktek medis adalah dengan

dibentuknya Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI)

yang bekerja sama dengan pihak Kepolisian Republik Indonesia (POLRI)

Page 15: FORENSIK Bayi Patah Tulang

atas dasar hubungan lintas sektoral dan saling menghargai komunitas profesi.

Dalam tahapan mekanisme penanganan pelanggaran disiplin kedokteran,

MKDKI menentukan tiga jenis pelanggarannya yaitu pelanggaran etik,

disiplin dan pidana. Untuk pelanggaran etik dilimpahkan kepada Majelis

Kode Etik Kedokteran (MKEK), pelanggaran disiplin dilimpahkan kepada

Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), dan pelanggaran pidana dilimpahkan

kepada pihak pasien untuk dapat kemudian dilimpahkan kepada pihak

kepolisian atau ke pengadilan negeri. Apabila kasus dilimpahkan kepada

pihak kepolisian maka pada tingkat penyelidikannya dokter yang diduga telah

melakukan tindakan malpraktek medik tetap mendapatkan haknya dalam

hukum yang ditetapkan dalam Pasal 52, Pasal 54, Pasal 55, Pasal 57 Ayat 1,

Pasal 65, Pasal 68, dan Pasal 70 Ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana (KUHAP). Dan apabila kasus dilimpahkan kepada tingkat pengadilan

maka pembuktian dugaan malpraktek dapat menggunakan rekam medik

(medical record) sebagai alat bukti berupa surat yang sah (Pasal 184 Ayat 1

KUHAP).9

Hukum kedokteran akibat kelalaian

Akhir-akhir ini tuntutan hukum yang diajukan oleh pasien atau keluarganya

kepada pihak rumah sakit dan atau dokternya semakin meningkat

kekerapannya. Tuntutan hukum tersebut dapat berupa tuntutan pidana

maupun perdata, dengan hampir selalu mendasarkan kepada teori hukum

kelalaian. Dalam bahasa sehari-hari, perilaku yang dituntut adalah malpraktik

medis, yang merupakan sebutan “genus” (kumpulan) dari kelompok perilaku

profesional medis yang “menyimpang” dan mengakibatkan cedera, kematian

atau kerugian bagi pasiennya.

Page 16: FORENSIK Bayi Patah Tulang

Gugatan perdata dalam bentuk permintaan ganti rugi dapat diajukan dengan

mendasarkan kepada salah satu dari 3 teori di bawah ini, yaitu :

Kelalaian sebagaimana pengertian di atas dan akan diuraikan kemudian

Perbuatan melanggar hukum, yaitu misalnya melakukan tindakan medis

tanpa memperoleh persetujuan, membuka rahasia kedokteran tentang orang

tertentu, penyerangan privacy seseorang, dan lain-lain.

Wanprestasi, yaitu pelanggaran atas janji atau jaminan. Gugatan ini sukar

dilakukan karena umumnya dokter tidak menjanjikan hasil dan perjanjian

tersebut, seandainya ada, umumnya sukar dibuktikan karena tidak tertulis.

VIII. JALAN KELUAR DALAM KASUS INI

Sering dalam praktek sehari-hari, akan timbul perbedaan pendapat antara dokter

tentang penanganan yang tepat untuk seorang pasien2. Dengan menganggap isu yang

timbul hanya untuk kebaikan pasien dan tidak ada penyimpangan dari etika

kedokteran, hal ini dapat diselesaikan dengan cara:

1. Dilakukan secara informal yaitu melalui rundingan dan perbincangan antara

pihak yang terlibat. Perbincangan hanya akan dilakukan secara formal

apabila cara informal tidak member hasil.

2. Opini semua pihak yang terlibat perlu didengarkan dan dipertimbangkan.

3. Pasien berhak menentukan tindakan medis untuk dirinya dan pilihan pasien

ini akan menjadi penunjang utama dalam pengambilan keputusan isu terkait.

4. Apabila semua rundingan tidak disepakati, maka penyelesaian isu dapat

melibatkan pihak wewenang dan hukum.

Dalam kasus ini, langkah yang harus ditempuh oleh dokter A adalah harus

sesuai dan berdasar pada Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), dimana selain

menghargai dan melayani pasien dengan sebaiknya, juga menjaga hubungan yang

baik dengan rekan sejawatnya. Dokter A dalam menghadapi pasien dan sejawatnya

dilandaskan pada etika kedokteran sbb:

Page 17: FORENSIK Bayi Patah Tulang

Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan

sumpah dokter.

Setiap dokter harus, dalam setiap praktek medisnya, memberikan pelayanan

medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya

disertai rasa kasih saying dan penghormatan atas martabat manusia

Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan

sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui

memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi atau yang melakukan

penipuan atau penggelapan dalam menangani pasien.

Seorang dokter harus menghargai hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya dan hak

tenaga kesehatan lainnya dan harus menjaga kepercayaan pasien.

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

I. FRAKTUR

Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut

kekuantanya melebihi kekuatan tulang. 2 faktor mempengaruhi terjadinya fraktur.

- Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah

dan kakuatan trauma.

- Intrinsik meliputi kepasitas tulang mengabsorbsi trauma, kelenturan,

kukuatan dan densitas tulang.

RIWAYAT

Anamnesis dilakukan utk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan

kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut. Riwayat cedera atau

fraktur sebelumnya, riwayat social ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia

konsumsi, merokok, riwayat alergi serta penyakit lain harus ditanyakan kepada yang

terkait8.

Page 18: FORENSIK Bayi Patah Tulang

PEMERIKSAAN LUAR

a. Inspeksi – deformitas : angulasi, pemendekan, pemanjangan, bengkak

b. Palpasi – status neurologis dan vaskuler dibagian distalnya perlu

diperiksa. Lakukan palpitasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur

tersebut, meliputi persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang

mengalami nyeri, efusi dan krepitasi. Neurovaskularisasi bagian distal

fraktur meliputi : pulsasi asteri, warna kulit, pengembalian cairan kapiler

sensasi

c. Gerakan

d. Pemeriksaan trauma tempat lain : kepala, toraksm abdomen, pelvis

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium : darah rutin, faktor pembekuan darah, golongan darah, cross-

test dan urinalisa

2. Radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two terdiri dari :

a. 2 gambaran, anterioposterior (AP) dan lateral

b. Memuatkan dua sendi di proksimal dan distal fraktur

c. Memuat gambaran foto dua ekstrimitas, yaitu ekstrimitas yang cedera dan

yang tidak terkena cedera ( pada anak); dan du kali yaitu sebelum dan

sesudah tindakan.

KOMPLIKASI FRAKTUR

1. Komplikasi umum

Syok karena perdarahan atau oleh kerana nyeri, koagulopati diffus dan

gangguan fungsi pernapasan. Komplikasi ini dapat terjadi dalam 24jam

pertama pasca trauma dan setelah beberapa hari atau minggu akan terjadi

gangguan metabolisme, berupa peningkatan katabolisme. Komlikasi umum

Page 19: FORENSIK Bayi Patah Tulang

lain dapat berupa emboli lemak, trombosis vena dalam(DVT), tatanus, atau

gas gangren.

2. Komplikasi lokal

a. Komplikasi dini : adalah kejadian koplikasi dalam satu minggu pasca

trauma, sedangkan apabila sesudah satu minggu komplikasi lanjut

Pada tulang

(i) Infeksi, terutama pada fraktur terbuka

(ii) Osteomielitis dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tindakan

operasi pada fraktur terbuka atau pasca operasi yang melibatkan sendi

sehingga terjadi kerusakan kartilago sendi dan berakhir dengan

degenarasi

Pada jaringan lunak

(i) Lepuh, kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superfisial

karena edema. Terapinya adala menutupnya dengan kasa kering steril

dan melakukan pemasangan elastik verban.

(ii) Dekubitus, terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips.

Oleh kerana iti perlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah-

daerah yang menonjol8

Pada otot

Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif otot tersebut

terganggu. Hal ini terjadi kerana serabut otot yang robek melekat pada

serabut yang utuh, kapsul sendi dan tulang. Kehancuran otot akibat

trauma dan terjepit dalam waktu cukup lama akan menimbulkan sindroma

crush atau trombus

Pada pembuluh darah

Page 20: FORENSIK Bayi Patah Tulang

Pada robekan arteri inkompliy akan terjadi perdarahan terus menerus.

Sedangkan pada robekan yang komplit ujung pembuluh darah mengalami

retraksi dan perdarahan berhenti spontan.

Pada saraf

Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus),

aksonometsis(kerusakan akson). Setiap trauma terbuka dilakukan

eksplorasi dan identifikasi nervus.

b. Komplikasi lanjut : pada tulang dapat berupa malunion, delayed union

atau non union. Pada pemeriksaan terlihat deformitas berupa angulasi,

rotasi, perpendekan atau perpanjangan.

Delayed union

Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara normal.

Pada pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat bayangan sklerosis pada

ujung-ujung fraktur

Non union

Dimana secara klinin dan radiologis tidak terjadi penyambungan.

Beberapa faktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi periosteum

yang luas, hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur, waktu

imobilisasi yang tidak memadai, implant atau gips yang tidak memadai,

distraksi interposisi, infeksi dan penyakit tulang.

Mal union

Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menumbulkan deformitas.

Tidakan refraktur atau osteotomi koreksi.

Kekakuan sendi

Page 21: FORENSIK Bayi Patah Tulang

Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan

imobilisasi lama, sehingga terjadi perlengketan peri artikuler,

perlengketan intraartikuler, perlengketan antara otot dan tendon.

Pencegahannya berupa memperpendek waktu imobilisasi dan melakukan

latihan aktif dan pasif pada sendi. Pembebasan perlengketkan secara

pembedahan hanya dilakukan [ada penderita dengan kekauan sendi

menetap8.

PENATALAKSAAN

Prinsip 4R

- Recognition

- Reduction

- Retention

- Rehabilitation

Penatalaksaan awal fraktur meliputi reposisi dan imobilisasi fraktur dengan splint.

Status neurologis dan vaskuler di bagian distal harus diperiksa baik sebelum maupun

sesudah reposisi dan imobilisasi. Pada pasien dengan multiple trauma, sebaiknya

dilakukan stabilisasi awal fraktur tulang panjang setelah hemodinamis pasien stabil.

Sedangkan penatalaksanaan definitive fraktur adalah dengan menggunakan gips atau

dilakukan operasi dengan ORIF maupun OREF8.

Tujuan pengobatan fraktur :

1. REPOSISI dengan tujuan mengembalikan fragmen keposisi anatomi.

Tertutup : fiksasi eksterna, traksi

Terbuka : indikasi

o Reposisi tertutup gagal

o Fragmen bergeser dari apa yang diharapkan

o Memobilisasi dini

Page 22: FORENSIK Bayi Patah Tulang

o Fraktur multiple

o Fraktur patologis

2. IMOBILISASI / FIKSASI

Tujuan mempertahankan posisi fragmen post reposisi sampai Union.

Jenis fiksasi :

a) Eksternal / OREF

- Gips (plester cast)

- Traksi

Indikasi :

o Pemendekan

o Fraktur unstabel : oblique, spiral

o Kerusakan hebat pada kulit dan jaringan sekitar

- Traksi gravitasi : U-slab pada fraktur humerus

- Skin traksi : untuk menarik otot dari jaringan sekitar fraktur sehingga

fragmen akan kembali ke posisi semua. Beban maksimal 4-5kg karena bila

kelebihan kulit akan lepas.

- Skeletal traksi : K-wire, Steinmann pin, atau Denham pin

- Komplikasi traksi

o Gangguan sirkulasi darah akibat beban >12kg

o Trauma saraf peroneus (kruris) akibat droop foot

o Sindroma kompartemen

o Infeksi akibat tempat masuknya pin

b) Internal / ORIF : k-wire, plating, screw, k-nail

3.UNION

Page 23: FORENSIK Bayi Patah Tulang

4.REHABILITASI

PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR ADA 5 STADIUM

A. Pembentukan Hematom : kerusakan jaringan lunak dan penimbunan darah

B. Organisasi Hematom / inflamasi : dalam beberapa jam post fraktur terbentuk

fibroblast ke hematom dalam beberapa hari terbentuk kapiler kemudia terjadi

jaringan granulasi

C. Pembentukan KALLUS : Fibroblast pada jaringan granulasi menjadi

kolagenoblast kondroblast kemudian dengan partisipasi osteoblast sehat

terbentuk kallus setelah 7-10 hari pasca trauma.

D. Konsolidasi : Woven bone berubah menjadi lamellar bone

E. Remodelling : Kalus berlebihan menjadi tulang normal

Prinsip terjasinya UNION :

- Dewasa : kortikal 3 bulan,

kanselus 6 minggu

- Anak-anak : separuh dari orang dewasa8

Page 24: FORENSIK Bayi Patah Tulang

Gambar 1

KESIMPULAN

Page 25: FORENSIK Bayi Patah Tulang

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA