food coloring

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia karena di dalamnya terkandung senyawa-senyawa organik yang sangat diperlukan tubuh. Senyawa-senyawa organik tersebut berguna untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak, mengatur proses di dalam tubuh, perkembangbiakan dan menghasilkan energi. Banyak hal yang mempengaruhi seseorang dalam memilih makanan seperti rasa, aroma, warna, kenampakan, dan nilai gizinya. Warna merupakan salah satu faktor penentu yang dilihat oleh seseorang sebelum memutuskan untuk memilih suatu makanan. Makanan yang memiliki warna cenderung lebih menarik untuk dipilih konsumen daripada makanan yang tidak berwarna. Banyak zat pewarna tambahan yang ditambahkan pada makanan untuk menambah daya tariknya. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, beberapa zat pewarna telah mengalami perkembangan seperti halnya zat pewarna hasil rekayasa teknologi yang ikut berkembang. Pemakaian pewarna sintetik pada makanan dan minuman telah banyak digunakan. Banyak ditemukan pemakaian zat pewarna yang berbahaya bagi manusia, contohnya: Rhodamin B, Sudan I, Metanil Yellow, Citrus Red, Violet, dan lain-lain. 1

Upload: grace-maria-ulfa

Post on 21-Nov-2015

246 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

food coloring

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMakanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia karena di dalamnya terkandung senyawa-senyawa organik yang sangat diperlukan tubuh. Senyawa-senyawa organik tersebut berguna untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak, mengatur proses di dalam tubuh, perkembangbiakan dan menghasilkan energi. Banyak hal yang mempengaruhi seseorang dalam memilih makanan seperti rasa, aroma, warna, kenampakan, dan nilai gizinya. Warna merupakan salah satu faktor penentu yang dilihat oleh seseorang sebelum memutuskan untuk memilih suatu makanan. Makanan yang memiliki warna cenderung lebih menarik untuk dipilih konsumen daripada makanan yang tidak berwarna. Banyak zat pewarna tambahan yang ditambahkan pada makanan untuk menambah daya tariknya.Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, beberapa zat pewarna telah mengalami perkembangan seperti halnya zat pewarna hasil rekayasa teknologi yang ikut berkembang. Pemakaian pewarna sintetik pada makanan dan minuman telah banyak digunakan. Banyak ditemukan pemakaian zat pewarna yang berbahaya bagi manusia, contohnya: Rhodamin B, Sudan I, Metanil Yellow, Citrus Red, Violet, dan lain-lain. Pewarna-pewarna tersebut dinyatakan berbahaya oleh peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor.239/Men.Kes/Per/V/85. Harga pada makanan yang menggunakan pewarna sintetik biasanya relatif lebih murah dan lebih menarik jika dibandingkan dengan zat pewarna alami untuk makanan. Namun produsen dan konsumen masih kurang memperhatikan faktor kesehatan yang banyak dipengaruhi oleh bahan tambahan sintetik tersebut. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan dan perhatian khusus dari segala pihak terkait penggunaan pewarna sintetik.

1.2 Rumusan Masalah

a) Bagaimana karakteristik kimiawi senyawa pewarna makanan?

b) Bagaimana cara untuk memanfaatkan pewarna makanan dalam produk pangan beserta fungsinya?1.3 Tujuan

a) Mengetahui karakteristik kimiawi senyawa pewarna makanan.

b) Mengetahui cara untuk memanfaatkan pewarna makanan dalam produk pangan beserta fungsinya.BAB II

ISI2.1 Karakteristik Kimiawi Senyawa Pewarna AlamiPewarna alami adalah zat warna alami (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau sumber-sumber mineral. Zat warna ini telah digunakan sejak dulu dan umumnya dianggap lebih aman daripada zat warna sintetis. Contoh pewarna alami adalah annato sebagai sumber warna kuning alamiah bagi berbagai jenis makanan begitu juga karoten dan klorofil. Contoh karotenoid adalah kelompok zat warna yang meliputi warna kuning, oranye, dan merah. Biasanya terdapat pada tomat, wortel, cabai merah, dan jeruk. Sedangkan dari hewan terdapat dalam lobster dan kulit udang. Dalam daftar FDA (Badan POM Amerika) pewarna alami dan pewarna identik alami tergolong dalam uncertified color additives karena tidak memerlukan sertifikat kemurnian kimiawi. Antosianin

Antosianin merupakan golongan pigmen kemerahan yang bersifat larut dalam air. Tersebar dalam tanaman: buah, sayur, bunga. Seluruh antosianin merupakan turunan dari struktur dasar kation flavilium. Terdapat 20 jenis antosianin. Enam diantaranya merupakan pigmen penting yang sering digunakan dalam produk pangan, antara lain: Pelargonidin, Cyanidin, Delphidin, Peonidin Petunidin, Malvidin. Ada lima jenis gula yang terdapat dalam antosianin, yaitu: Glukosa, Rhamnosa, Galaktosa, Xilosa, dan Arabinosa. Namun, meskipun ada lima gula yang dapat dimiliki oleh antosinin, namun dalam antosianin hanya dapat mengandung 3 tiga gula didalamnya.

Gambar 1: Struktur Antosianin beserta Alkilnya

Flavonoid

Flavonoid merupakan pigmen yang berwarna kuning hingga tidak berwarna yang memiliki struktur kimia mirip dengan antosianin. Ada sekitar 400 jenis flavonoid di alam yang terdapat pada buah-buahan seperti jeruk, kedelai, berry, dan apel. Gula yang terdapat pada flavonoid adalah glukosa, rhamnosa, galaktosa, arabinosa, xilosa dan asam glukoronat. Flavonoid memiliki ketahanan panas dan oksidasi yang lebih kuat daripada antosianin. Ada 9 jenis Flavonoid di alam yaitu: Kaempferol, Quercetin, Myricetin, Apigenin, Luteolin, Tricetin, Chalcone, Aurone, dan Falvanone.

Gambar 2: Struktur Flavonoid

Gambar 3: Struktur 9 FlavonoidTanin

Tanin disebut juga asam tanat dan asam galotanat Tanin terdiri dari katekin, leukoantosianin, dan asam hidroksi yang masing-masing dapat menimbulkan warna bila bereaksi dengan ion logam. Adanya tanin dalam bahan makanan dapat ikut menentukan cita rasa bahan makanan tersebut. Ada 2 jenis tanin, yaitu tanin terkondensasi (condensed tannin) dan tanin yang dapat dihidrolisis (hydrolyzable tannin). Contoh hydrolyzable tannin adalah gallotanin dan elagitannin. Sedangkan contoh tanin terkondensasi adalah katekin.

Gambar 4 : Struktur Tanin

KarotenoidKarotenoid merupakan pigmen berwarna kuning, oranye, dan merah oranye yang terlarut dalam lipida yang berasal dari hewan maupun tanaman.Misalnya fukoxanthin yang terdapat pada lumut; lutein, violaxanthin, dan neoxanthin pada dedaunan;likopen pada tomat;kapsanthin pada cabe merah;caroten pada wortel.

Gambar 5: Struktur Karotenoid

Likopen

Likopen (lycopene) adalah karotenoid dan fitonutrien yang terdapat dalam buah dan sayuran berwarna merah. Karotenoid adalah pigmen utama yang menentukan warna buah dan sayuran. Likopen adalah senyawa yang memberikan warna merah pada bahan makanan tersebut. Nama likopen berasal dari nama ilmiah suatu spesies jeruk, Solanum lycopersicum. Selain dari beberapa jenis buah dan sayur, likopen juga dihasilkan beberapa jenis mikroorganisma.

Gambar 6: Struktur Likopen

Klorofil

Klorofil(daribahasa Inggris,chlorophyll) atauzat hijau daun pigmenyang dimiliki oleh berbagaiorganismedan menjadi salah satu molekulyang berperan utama dalamfotosintesis. Klorofil memberi warna hijau padadauntumbuhanhijau danalga hijau, tetapi juga dimiliki oleh berbagaialgalain, dan beberapa kelompokbakteri fotosintetik. Molekul klorofil menyerap cahaya merah, biru, dan ungu, serta memantulkan cahaya hijau dan sedikit kuning, sehingga mata manusia menerima warna ini. Pada tumbuhan darat dan alga hijau, klorofil dihasilkan dan terisolasi padaplastidayang disebutkloroplas.Klorofil memiliki beberapa bentuk. Klorofil-a terdapat pada semuaorganismeautotrof. Klorofil-b dimiliki alga hijau dan tumbuhan darat. Klorofil-c dimilikialga pirang,alga keemasan, sertadiatom (Bacillariophyta). Klorofil-d dimiliki olehalga merah(Rhodophyta). Selain berbeda rumus kimia, jenis-jenis klorofil ini juga berbeda pada panjang gelombang cahaya yang diserapnya.Meskipun bervariasi, semua klorofil memiliki struktur kimia yang bermiripan, yaitu terdiri dariporfirintertutup (siklik), suatu tetrapirol, dengan ionmagnesiumdi pusatnya dan "ekor"terpena. Kedua gugus ini adalah kromofor (pembawa warna) dan berkemampuan mengeksitasielektronapabila terkena cahaya pada panjang gelombang tertentu. Karena peran klorofil, tumbuhan darat dapat membuat makanannya sendiri dengan bantuancahaya mataharisehingga menjadiorganisme autotrof.

Gambar 7: Struktur Klorofil

Kurkumin

Salah satu produk senyawa metabolit sekunder dari tanaman kunyit dan temulawak. Dua lainnya curcuminoids yang desmethoxycurcumin dan bis-desmethoxycurcumin. Polifenol yang bertanggung jawab untuk warna kuning kunyit. Terdapat dua bentuk tautomer, keto dan enol. Bentuk enol lebih stabil dari segi energi dalam fase padat dan dalam larutan. Bereaksi dengan asam borat membentuk senyawa berwarna merah, yang dikenal sebagai rosocyanine. Berwarna kuning cerah dan dapat digunakan sebagai pewarna makanan. Sebagai aditif makanan.Gambar 8: Struktur Kurkumin

Antoxantin

Antoxantin termasuk dalam pigmen flavonoid yang berwarna bening dan larut dalam air. Antoxantin juga merupakan suatu glikosida dengan satu atau dua monosakarida (ramnosa dan glukosa). Antoxantin berbeda dengan pigmen kuning atau jingga (karotenoid) karena sifatnya larut dalam air, sedangkan karotenoid larut dalam lipida. 2.2 Karakteristik Kimiawi Senyawa Pewarna SintetikPewarna buatan/sintetis adalah pewarna yang biasanya dibuat dipabrik-pabrik dan berasal dari suatu zat kimia. Pewarna ini digolongkan kepada zat berbahaya apabila dicampurkan ke dalam makanan. Pewarna sintetis dapat menyebabkan gangguan kesehatan terutama pada fungsi hati dalam tubuh kita. Contoh-contoh zat pewarna sintesis yang digunakan antara lain indigoten, allura red, fast green, tartrazine.Amaran

Amaran merupakan pewarna sintetik berwarna merah yang mudah larut dalam air. Amaran memiliki nomor warna 16185. Pewarna ini diizinkan beredar di masyarakat.

Gambar 9: Struktur Amaran

Tartazine

Tartrazin(dikenal juga sebagaiE102atauFD&C Yellow 5) adalah pewarnakuning lemonsintetis yang umum digunakan sebagai pewarna makanan. Tartrazin merupakan turunan daricoal tar, yang merupakan campuran dari senyawafenol,hidrokarbon polisiklik, dan heterosklik. Karena kelarutannya dalam air, tartrazin umum digunakan sebagai bahan pewarna minuman.Absorbansimaksimal senyawa ini dalam air jatuh pada panjang gelombang 4272nm.

Tartrazin merupakan bahan pewarna yang umum digunakan diAfrika, Swedia, danIndonesia. Untuk menghasilkan warna lain, tartrazin dapat dicampurkan dengan E133 Biru BrilianBrilliant Blue FCFatau E142 HijauGreen Suntuk menghasilkan sejumlah variasi warna hijau. Parlemen Eropa mengizinkan penggunaan senyawa ini di negaraUni Eropadengan Surat Keputusan Konsul (Council Directive) 94/36/EC. Pewarna ini diizinkan beredar di masyarakat.Gambar 10: Struktur Tartazine

Hijau S

Hijau S merupakan pewarna sintetik yang memberikan warna hijau dengan nomor warna 44090. Pewarna ini diizinkan beredar di masyarakat.

Gambar 11: Struktur Hijau S

IndigotinIndigotin adalah zat pewarna yang berasal dari tumbuhan Woad. Dari zaman dulu sudah dikenal di seantero dunia karena kemampuannya untuk mewarnai kain menjadi warna biru yang tua dan rata, pewarna ini sangat populer pada saat itu walaupun dibeberapa tempat dibelahan dunia seperti di India, China dan Indonesia sudah pula dipakai dan dikenali. Kalau ditinjau dari artefak Mesir istilah ini pernah dikenali nama ini sebagai tanda dimulainya Babad baru pada abad 1600 Sebelum Masehi. Pewarna ini diizinkan beredar di masyarakat.

Gambar 12: Struktur Indigotin

Kuning FCF

Kuning FCF merupakan pewarna sintetik yang memberikan warna kuning dengan nomor warna 15985. Pewarna ini diizinkan beredar di masyarakat.

Gambar 13: Struktur Kuning FCF

RiboflavinCAS NO.83-88-5. Pewarna ini diizinkan beredar di masyarakat.

Gambar 14: Riboflavin

Citrus Red Nomor 2Citrus Red 2, Citrus Red No 2, C.I. Solvent Red 80, atau C.I. 12156 adalah pewarna buatan. Sebagai pewarna makanan, hanya diperbolehkan oleh Food and Drug Administration (FDA) sejak tahun 1956 untuk digunakan di Amerika Serikat untuk mewarnai kulit jeruk. Citrus Red 2 terdaftar sebagai karsinogen IARC Kelompok 2B, yang berarti bahwa itu adalah "mungkin karsinogenik bagi manusia"

Gambar 15: Struktur Citrus Red Nomor 2Rhodamine BRhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri tekstil dan kertas . Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan melalui Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan Rhodamine dalam makanan masih terdapat di lapangan. Contohnya, BPOM di Makassar berhasil menemukan zat Rhodamine-B pada kerupuk, sambak botol, dan sirup melalui pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan dan minuman. Rhodamin B ini juga adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna dasar dalam tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari.

Rumus Molekul dari Rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl dengan berat molekul sebesar 479.000. Zat yang sangat dilarang penggunaannya dalam makanan ini berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu-kemerah merahan, sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan berfluorensi kuat. Rhodamin B juga merupakan zat yang larut dalam alkohol, HCl, dan NaOH, selain dalam air. Di dalam laboratorium, zat tersebut digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th dan titik leburnya pada suhu 165oC

Dalam analisis dengan metode destruksi dan metode spektrofometri, didapat informasi bahwa sifat racun yang terdapat dalam Rhodamine B tidak hanya saja disebabkan oleh senyawa organiknya saja tetapi juga oleh senyawa anorganik yang terdapat dalam Rhodamin B itu sendiri, bahkan jika Rhodamin B terkontaminasi oleh senyawa anorganik lain seperti timbale dan arsen. Dengan terkontaminasinya Rhodamin B dengan kedua unsur tersebut, menjadikan pewarna ini berbahaya jika digunakan dalam makanan.

Di dalam Rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ) yang dimana senyawa klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga berbahaya. Rekasi untuk mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis zat warna. Disini dapat digunakan Reaksi Frield-Crafts untuk mensintesis zat warna seperti triarilmetana dan xentana. Rekasi antara ftalat anhidrida dengan resorsinol dengan keberadaan seng klorida menghasilkan fluoresein. Apabila resorsinol diganti dengan N-N-dietilaminofenol, reaksi ini akan menghasilkan rhodamin B.

Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan Klorin terdapat juga ikatan konjugasi. Ikatan konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan Rhodamin B bewarna merah. Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamin B dan Klorin membuat adanya kesimpulan bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamin B yang menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk ke dalam tubuh manusia. Atom Cl yang ada sendiri adalah termasuk dalam halogen, dan sifat halogen yang berada dalam senyawa organik akan menyebabkan toksik dan karsinogen.

Gambar 16: Struktur Rhodamine B

Chrysoidine

Chrysoidine Bentuk kristal merah kecoklatan atau serbuk dengan kilap logam; titik leleh 118 - 118,5 C; rumus molekul C12H13ClN4; berat molekul 248,71; larut dalam air berwarna oranye kekuningan; larut dalam etanol dan glikol eter; sedikit larut dalam aseton dan tidak larut dalam bensen; panjang gelombang maksimum 461nm; range pH 4,0-7,0. Chrysoidine banyak digunakan sebagai antiseptic dan zat warna biologi.

Gambar 17: Struktur Chrysoidine

Metanil Yellow

Kuning metanil merupakan zat warna sintetis berbentuk serbuk, padat, berwarna kuning kecoklatan. Nama lain atau sinonim/nama dagang dari kuning metanil adalah Sodium phenylaminobenzene dengan CI No. 13065. Kuning metanil umumnya digunakan sebagai pewarna tekstil, dan cat. Kuning metanil seringkali disalahgunakan untuk pewarna makanan dan minuman, misalnya: krupuk, sirup, tahu dan mie.

Gambar 18: Struktur Metanil Yellow

Butter Yellow

Zat pewarna butter yellow dapat menyebabkan kanker hati.

Gambar 19: Struktur Butter Yellow

Magenta

Gambar 20: Struktur Magenta

2.3 Pemanfaatan Pewarna dalam Produk Pangan dan FungsinyaBahan pewarna makanan terbagi dalam dua kelompok besar yakni pewarna alami dan pewarna buatan. Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan tambahan pangan. Akan tetapi seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan disamping itu harga zat pewarna untuk industry jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk pangan. Hal ini disebabkan bea masuk zat pewarna untuk bahan pangan jauh lebih tinggi daripada zat pewarna bahan non pangan. Lagi pula warna dari zat pewarna tekstil atau kulit biasanya lebih menarik.

Pewarna alami diperoleh dari tanaman ataupun hewan yang berupa pigmen. Beberapa pigmen alami yang banyak terdapat di sekitar kita antara lain: klorofil (terdapat pada daun-daun berwarna hijau), karotenoid (terdapat pada wortel dan sayuran lain berwarna oranye-merah). Umumnya, pigmen-pigmen ini bersifat tidak cukup stabil terhadap panas, cahaya, dan pH tertentu. Walau begitu, pewarna alami umumnya aman dan tidak menimbulkan efek samping bagi tubuh.

Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organic sebelum mencapai produk akhir,harus melalui suatu senyawa antara dulu yang kadang-kadang berbahaya dan sering kali tertinggal dalam hal akhir, atau berbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang tidak boleh ada.Zat aditif pewarna digunakan dalam makanan untuk tujuan :1. Menambah daya tarik dan meningkatkan selera makan

2. Untuk memberi kesan menarik bagi konsumen

3. Menyeragamkan warna makanan dan membuat identitas produk pangan.

4. Untuk menstabilkan warna atau untuk memperbaiki variasi alami warna. Dalam hal ini penambahan warna bertujuan untuk untuk menutupi kualitas yang rendah dari suatu produk sebenarnya tidak dapat diterima apalagi bila menggunakan zat pewarna yang berbahaya.

5. Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara atau temperatur yang ekstrim akibat proses pengolahan dan selama penyimpanan.

6. Untuk menjaga rasa dan vitamin yang mungkin akan terpengaruh sinar matahari selama produk disimpan

7. Menambah ragam makanan, misalnya susu diolah kembali menjadi beberapa bahan makanan seperti keju, yoghurt, mentega dan lain sebagainya

8. Memenuhi keperluan khusus, misalnya membuat bahan makanan dengan warna yang lebih menarik, lebih manis, tahan lama

Beberapa alasan utama penambahan zat pewarna pada makanan, yaitu:1. Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara atau temperatur yang ekstrim akibat poses pengolahan dan penyimpanan.

2. Memperbaiki variasi alami warna. Produk pangan yang salah warna akan di asosiasikan denagn kualitas rendah. Jeruk yang matang di pohon misalnya, sering disemprot pewarna Citrus Red No 2 untuk memperbaiki warnanya yang hijau atau oranye kecoklatan. Tujuan penambahan warna untuk menutupi kualitas yang buruk sebetulnya tidak bisa diterima apalagi menggunakan pewarna yang berbahaya.

3. Membuat identitas produk pangan. Seperti : identitas es krim strawberi adalah merah.

4. Menarik minat konsumen dengan pilihan warna yang menyenangkan.

5. Untuk menjaga rasa dan vitamin yang mungkin akan terpengaruh sinar matahari selama produk di simpan.Penggunaan zat pewarna dalam makanan akan berdampak positif dan negatif. Dampak positif yang bisa dirasakan oleh produsen dan konsumen diantaranya adalah mengendalikan warna asli suatu produk makanan yang rusak atau pudar akibat proses pengolahan, memperbaiki warna yang kurang menarik, memberi warna yang seragam pada produk yang diolah pada waktu yang berlainan serta untuk menarik perhatian konsumen.

Selain memberikan dampak positif, penggunaan zat pewarna juga dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan konsumen. Seperti penelitian yang dilakukan oleh peneliti Rusia, M.M. Andrianova, menemukan bahwa pewarna merah No 2 (FD & C Merah No.2) menyebabkan timbulnya kanker pada tikus.

Zat warna kuning No. 5 juga dianggap dapat menggangu kesehatan, dengan menjadi penyebab resiko alergi terutama orang-orang yang peka terhadap aspirin. Di Amerika Serikat juga pernah dilaporkan kasus keracunan akibat penggunaan zat pewarna FD & C Orange No.1 dan FD % C Red No. 32 pada kembang gula dan popcorn dengan dosis yang terlalu tinggi. Akibat yang timbul adalah diare pada anak-anak dan efek keracunan kronik pada ternak.

Sedangkan menurut lembaga pembinaan dan perlindungan konsumen (LP2K), penggunaan zat pewarna pada makanan secara tidak bertanggung jawab akan mengakibatkan kemunduran kerja otak, sehingga anakanak menjadi malas, sering pusing dan menurunnya konsentrasi belajar.

Pada saat ini penggunaan pewarna sintetis sudah meluas di masyarakat tetapi ketidaktahuan masyarakat akan peraturan atau dosis penggunaan zat warna, tak jarang menimbulkan penyalahgunaan, sering dijumpai jenis pewarna non pangan, seperti Metanil Yellow, Auramin dan Rhodamin B ternyata banyak digunakn oleh masyarakat. Padahal hasil penelitian pada hewan percobaan dipastikan bahwa ketiga pewarna diatas dapat menimbulkan efek toksik karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut.

Hal-hal yang mungkin memberikan dampak negatif tersebut terjadi bila: (1) pewarna sintetis ini dimakan dalam jumlah kecil namun berulang, (2) bahan pewarna sintetis ini dimakan dalam jangka waktu yang lama, (3) kelompok masyarakat luas dengan daya tahan yang berbeda-beda, yaitu tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu makanan sehari-hari dan keadaan fisik, (4) berbagai masyarakat yang mungkin menggunakan bahan pewarna sintetis secara berlebihan, (5) penyimpanan bahan pewarna sintetis oleh pedagang bahan kimia yang tidak memenuhi persyaratan.

Adapun senyawa-senyawa daripada zat pewarna dibawa ke dalam darah melalui berbagai bentuk antara lain : (1) sebagai molekul yang tersebar bebas dan melarut di dalam plasma, (2) sebagai molekul-molekul yang tersebar terikat dengan protein dalam serum, (3) sebaagi molekul bebas dan terikat dengan eritrosit dan unsur-unsur pembentuk darah.

Absorbsi zat pewarna di dalam tubuh diawali dari dalam saluran pencernaan dan sebagian dapat mengalami metabolisme oleh mikro organisme dalam usus. Dari saluran pencernaan dibawa langsung kehati melalui vena portal atau melalui sistem limpatik ke vena superior. Di hati senyawa dimetabolisme dan atau dikonjugasi, kemudian di transportasikan ke ginjal untuk diekskresikan atau dikeluarkan bersama urine.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pewarna sintetik memiliki struktur yang mirip dengan pewarna alami. Selain itu, pewarna sintetik memiliki warna yang lebih awet dan tidak mudah terdegradasi dibandingkan pewarna alami. Maka dari itu pewarna sintetik sering digunakan dalam mewarnai makanan.

Pemanfaatan pewarna makanan dapat dilakukan dengan mengetahui dosis yang tepat serta efek yang diberikan oleh pewarna itu terkait dengan toksisitasnya bagi konsumen. Penambahan pewarna dapat meningkatkan nilai produk berkaitan dengan warna, konsistensi, serta menjaga nilai mutu dari produk pangan.3.2 Saran

Sebaiknya terdapat evaluasi dari pembimbing makalah untuk lebih memahami isi dari makalah. Diharapkan kepada para pembaca untuk bisa lebih memahami dan mengerti serta menambah wawasan dengan adanya makalah ini, sehingga bisa menjadi konsumen yang lebih selektif dalam memilih makanan sehari-hari.Pemerintah hendaknya meningkatkan pengawasan kepada produsen makanan dan minuman dan memberikan penyuluhan tentang bahan tambahn makanan

Produsen makanan sebaiknya menggunakan pewarna yang alami untuk mewarnai bahan makanan yang akan di perjualkan selain mudah dijangkau dan harganuya pun relatif murah dampak yang ditimbulkannya pun tidak terlalu berbahaya.

Konsumen hendaknya berhati hati dalam memilih makanan yang menngunakan bahan pewarna jangan mudah tertarik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 1989, Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan Bidang

Desriani dkk, 2001, Makanan dan Minuman Kemasan, Amankah?

Josep, 1990. Food Adiitives. Malang: Angkasa PutraRichard J. Lewis, Sr. 1993. Condensed Chemical Dictionary 12th Edition.

Saeful Karim,dkk. 2008.BSE IPA SMP Membuka Cakrawala Sekitar.

Susan Budavari. 1989. The Merck Index 12th Edition. New York: Merck & Co, Inc. Page.6660.

20