fobia khas .doc

25
FOBIA KHAS (F40.2) I. PENDAHULUAN Ketakutan atau kecemasan terhadap situasi tertentu, kegiatan, hewan atau benda tidaklah jarang. Banyak orang merasa cemas ketika berhadapan dengan ular atau laba-laba atau berpergian dengan pesawat. Ketakutan adalah respon rasional dalam situasi tertentu. Namun, beberapa orang bereaksi terhadap objek, aktivitas atau situasi (stimulus fobia) dengan membayangkan atau secara irasional melebih-lebihkan bahaya, sehingga panik, ketakutan atau teror yang tidak sesuai dengan ancaman sebenarnya. Bahkan terkadang pikiran atau hanya melihat stimulus fobia di televisi cukup untuk menimbulkan reaksi. 1 Banyak anak-anak yang memiliki rasa takut dan kecemasan; menentukan pada titik apa kecemasan menjadi “klinis” dapat menjadi perbedaan yang baik. Berbagai rasa takut yang umum dan kecemasan pada anak-anak menurun dengan usia dan fokus spesifik dari ketakutan berubah. 2 II. DEFINISI 1

Upload: liviasagita

Post on 25-Oct-2015

239 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

fobia

TRANSCRIPT

Page 1: FOBIA KHAS .doc

FOBIA KHAS (F40.2)

I. PENDAHULUAN

Ketakutan atau kecemasan terhadap situasi tertentu, kegiatan, hewan

atau benda tidaklah jarang. Banyak orang merasa cemas ketika berhadapan

dengan ular atau laba-laba atau berpergian dengan pesawat. Ketakutan

adalah respon rasional dalam situasi tertentu. Namun, beberapa orang

bereaksi terhadap objek, aktivitas atau situasi (stimulus fobia) dengan

membayangkan atau secara irasional melebih-lebihkan bahaya, sehingga

panik, ketakutan atau teror yang tidak sesuai dengan ancaman sebenarnya.

Bahkan terkadang pikiran atau hanya melihat stimulus fobia di televisi

cukup untuk menimbulkan reaksi.1

Banyak anak-anak yang memiliki rasa takut dan kecemasan;

menentukan pada titik apa kecemasan menjadi “klinis” dapat menjadi

perbedaan yang baik. Berbagai rasa takut yang umum dan kecemasan pada

anak-anak menurun dengan usia dan fokus spesifik dari ketakutan berubah.2

II. DEFINISI

Fobia adalah rasa takut yang intens, irasional dan tidak disengaja

terhadap objek atau situasi tertentu yang menimbulkan penghindaran

maladaptif. Fobia pada umumnya dibagi menjadi 3 kategori bergantung

pada objek atau situasi yang ditakuti, yaitu fobia khas, fobia sosial, dan

agorafobia. 4

1. Agorafobia. Agorafobia (dari bahasa Yunani yang berarti pasar)

menunjukkan rasa takut yang intens saat berada diantara orang-orang di

tempat ramai seperti di supermarket atau di kendaraan angkutan umum.

Namun, rasa takut pada situasi ini kurang diperhatikan dibandingkan

dengan rasa takut yang intens karena kewalahan oleh ketakutan atau

kecemasan didalam situasi dimana tidak ada bantuan yang tersedia.

Keselamatan biasanya didefinisikan saat di rumah dan dengan demikian

1

Page 2: FOBIA KHAS .doc

banyak agorafobia menjadi tawanan di dalam rumah mereka masing-

masing, hanya dapat ditinggalkan jika ditemani oleh pendamping yang

terpercaya.

2. Fobia sosial. Beberapa orang gemetaran karena hanya memikirkan

akan bertemu orang-orang baru atau harus berbicara di depan banyak

orang secara formal. Pada umumnya, mereka takut pada situasi sosial

yang sedang diteliti atau dievaluasi oleh orang lain dan resiko untuk

dipermalukan secara sosial. Fobia sosial lebih lemah daripada fobia

khas karena situasi sosial adalah pusat untuk penyesuaian manusia.

Sebagai contoh, secara konsisten menghindar dari situasi-situasi

tersebut atau bertahan hanya dengan rasa takut yang intens mungkin

merugikan baik akademik maupun kejuruan karir.

3. Fobia khas. Fobia khas adalah ketakutan yang intens dan menghindari

objek atau situasi tertentu. Orang dengan fobia mengalami kecemasan

ketika mereka menemukan atau bahkan berpikir tentang hal yang

mereka takuti. Kecemasan ini terkadang mengambil bentuk serangan

panik. Namun sementara serangan pada gangguan panik terjadi tiba-

tiba, serangan pada fobia khas memiliki pemicu yang sangat spesifik.3,8

III. EPIDEMIOLOGI

Lapouse dan Monk (1959) melaporkan bahwa 43% dari para ibu yang

diwawancarai mengakui bahwa anak mereka memiliki 7 atau lebih rasa

takut. Ollendick (1983) melaporkan bahwa pada 217 anak, usia 3-11 tahun,

umur rata-rata yang mengalami rasa takut berlebihan berkisar antara usia 9-

13 tahun.2

Pada populasi dewasa klinis, subtipe fobia khas yang paling sering

adalah fobia situasional, diikuti lingkungan alam, darah-injeksi-cedera dan

subtipe hewan. Dalam subtipe-subtipe ini, claustraphobia, fobia terhadap

mengemudi atau terbang, fobia terhadap ketinggian dan fobia terhadap laba-

laba sering ditemukan di klinik. Secara umum fobia khas sering ditemukan

2

Page 3: FOBIA KHAS .doc

pada wanita dengan rasio 2-2.5:1 (kecuali fobia cedera-injeksi-darah). Usia

terjadinya fobia khas tergantung pada subtipe fobia. Fobia hewan dan fobia

darah-injeksi-cedera biasanya muncul saat masa kanak-kanak, sedangkan

fobia situasional terjadi pada masa remaja,usia 20-an. Rata-rata usia

terjadinya berbagai macam tipe fobia khas adalah sebagai berikut : fobia

hewan pada usia 7 tahun, fobia darah-injeksi-cedera pada usia 9 tahun, fobia

dental pada usia 12 tahun, claustraphobia pada usia 20 tahun. Prevelensi

fobia khas pada populasi klinis lebih rendah dibandingkan agoraphobia dan

fobia sosial. Biasanya lebih mudah bagi penderita fobia khas untuk

menghindar dari stimulus fobia daripada pada penderita agorafobia dan

fobia sosial untuk menghindar dari berbagai situasi fobia. Sangat sedikit

orang dengan fobia khas mencari pertolongan profesional (<1%). 3

IV. ETIOLOGI

Fobia khas adalah beberapa grup gangguan yang tidak mungkin

memiliki etiologi dan patogenesis yang umum. Selain itu ada beberapa

etiologi dan faktor patogenesis yang sering berhubungan pada tipe yang

sama dari fobia. Sebagai contoh, fobia terhadap beberapa jenis hewan

mungkin bawaan, mempunyai komponen keturunan, atau muncul sebagai

hasil akibat trauma, pengamatan pembelajaran, dan/atau transmisi dari

informasi relevan.3

1. Faktor genetik. Pada satu studi famili telah ditemukan bahwa kerabat

keturunan pertama pada pasien dengan fobia khas memiliki faktor

resiko 3x lebih tinggi menderita fobia khas daripada kerabat keturunan

pertama dari subyek kontrol tanpa satupun gangguan psikiatri. Ada

beberapa indikasi dimana fobia darah-injeksi-cedera mempunyai sifat

keturunan yang lebih kuat dibandingkan tipe fobia khas lainnya.

2. Teori non-asosiatif. Meskipun teori ini (Menzies dan Clarke, 1995)

telah muncul dari studi psikologis faktor etiologi pada fobia khas,

secara implisit menunjukkan beberapa mekanisme biologis dalam

penyebab suatu jenis fobia khas. Hal ini menunjukkan bahwa fobia

3

Page 4: FOBIA KHAS .doc

bukan dipelajari tapi merupakan bawaan. Meskipun manusia siap

untuk takut dan menghindari stimulus seperti air, ketinggian, dan

sejenisnya, sebagian besar tidak berkembang menjadi fobia karena

habituasi, contohnya paparan berulang non-trauma dengan rangsangan

berpotensi fobia. Mereka yang berkembang menjadi fobia dikarenakan

habituasi yang tidak komplit, karena rasa takut mereka telah diperkuat

secara langsung atau tidak langsung oleh orang tua mereka, atau

sebagai akibat dari “dishabituation” dalam konteks stres.

3. Teori belajar. Dinyatakan dengan sangat luas, semua model fobia

khas berasal dari teori belajar mendalilkan bahwa manifestasi fobia

adalah konsekuensi dari proses pembelajaran. Ketakutan fobia dapat

diperoleh dari kondisi trauma, pengamatan terhadap reaksi emosional

dan perilaku orang lain, dan melalui transmisi informasi yang relevan.

Fobia dipertahankan dengan menghindari kondisi instrumental.

4. Faktor kognitif. Fobia khas ditemukan berkaitan dengan bias dalam

pengolahan informasi, khususnya bias dalam perhatian dan penilaian.

Keyakinan tertentu tentang stimulus fobia yang dipercaya berbahaya

dan keyakinan pada diri sendiri bahwa pasien tidak mampu mengatasi

kecemasan ketika berhadapan dengan objek yang mereka takuti

mungkin memainkan perang penting dalam mempertahankan fobia.

Hal ini penting untuk mengidentifikasi keyakinan dan menantang

mereka dalam pengobatan.

V. SUBTIPE FOBIA KHAS

Berdasarkan DSM-IV-TR ada 5 subtipe fobia khas3 :

1. Fobia terhadap hewan (laba-laba, serangga, anjing, kucing, ikan hiu,

buaya, dll)

Hanya minoritas pada hewan-hewan tersebut berbahaya, jadi faktor

yang lebih penting daripada dari bahaya adalah dalam menentukan

apakah hewan tertentu akan ditakuti dan dihindari dengan karakteristik

4

Page 5: FOBIA KHAS .doc

fobia. Faktor yang paling penting adanya perasaan jijik yang

ditimbulkan oleh beberapa hewan. Fobia terhadap hewan biasanya

terjadi pada masa kanak-kanak dan umum pada wanita.

2. Fobia terhadap lingkungan alami (takut akan badai, air, ketinggian)

Terlihat pada banyak pasien dengan fobia jenis ini, pasien dengan fobia

ketinggian dan air, tidak mempunyai sejarah kontak atau pengalaman

trauma dengan stimulus fobia. Hal ini menunjukkan bahwa fobia jenis

ini memiliki karakter bawaan. Tema utama pada fobia jenis ini adalah

bahaya yang berkaitan dengan stimulus fobia.

3. Fobia terhadap darah-injeksi-cedera

fobia jenis ini satu-satunya yang sebenarnya berkaitan dengan pingsan

sebagai akibat dari respon vasovagal terhadap fobia situasi yang terjadi.

Fobia jenis ini terkarakteristik oleh reaksi patofisiologi terhadap

stimulus fobia yang mempunyai 2 fase: setelah takikardia awal dan

takikardia jangka pendek, terdapat aktivasi parasimpatetik dan respon

vasovagal, dengan bradikardia dan hipotensi, dimana pada >75% kasus

sering mengakibatkan pingsan (vasovagal syncope). Subtipe fobia ini

memiliki familial komponen yang lebih kuat dibandingkan subtipe

fobia khas lainnya.

4. Fobia terhadap situasi tertentu (jembatan, penerbangan, mengemudi)

Fobia jenis ini pada umumnya mempunyai onset yang lebih lambat

dibandingkan subtipe fobia khas lainnya. Serangan panik tak terduga

sering terjadi pada pasien fobia jenis ini dibandingkan subtipe fobia

khas lainnya. Fobia jenis ini terbatas pada situasi khusus daripada

keseluruhan kelompok situasi pada agorafobia.

5. Lain-lain (fobia tersedak, fobia berbagai prosedur gigi, fobia terhadap

kehilangan keseimbangan/jatuh)

5

Page 6: FOBIA KHAS .doc

Karakteristik Subtipe Fobia Khas3 :

Karakteristik Fobia hewan Lingkungan

alam

Darah-injeksi-

cedera

Situasional

fobia

Serangan Masa kanak-

kanak

Variabel Masa kanak-

kanak

Masa remaja,

awal usia 20

Rasio wanita-

pria

Wanita > pria Wanita > pria Wanita = pria Wanita > pria

Adanya

serangan panik

tak terduga

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada

Tema dominan,

masalah atau

isu

Kejijikan Penilaian bahaya

yang berlebihan

Kejijikan,

khawatir akan

pingsan

Takut akan

gejala fisik atau

serangan panik,

penilaian bahaya

yang berlebihan

Familial

komponen

Kurang

menonjol

Kurang menonjol Lebih menonjol Kurang menonjol

Patofisiologi

yang unik

Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada

VI. DIAGNOSIS

Kriteria diagnosis fobia khas berdasarkan DSM-IV-TR2 :

1. Ketakutan yang signifikan dan menetap yang berlebihan atau tidak

beralasan, ditunjukkan oleh kehadiran atau antisipasi obyek spesifik

atau situasi ( penerbangan, ketinggian, hewan, menerima injeksi,

melihat darah).

2. Paparan terhadap stimulus fobia hampir selalu memprovokasi respon

kecemasan langsung yang dapat mengambil bentuk serangan panik

situasional terikat atau situasional cenderung. Catatan: pada anak-anak, 6

Page 7: FOBIA KHAS .doc

kecemasan mungkin diekspresikan dengan menangis, marah, membeku

atau menempel.

3. Orang tersebut mengakui bahwa ketakutannya berlebihan atau tidak

beralasan. Catatan: pada anak-anak, ciri ini mungkin absen.

4. Situasi fobia dihindari atau yang lain mengalami dengan kecemasan

yang intens atau penderitaan.

5. Penghindaran, cemas mengantisipasi, atau penderitaan pada situasi

menakutkan secara signifikan menganggu rutinitas orang normal,

fungsi pekerjaan (atau akademik), atau aktivitas sosial atau suatu

hubungan, atau terdapat penderitaan yang signifikan tentang adanya

fobia.

6. Pada individu dibawah usia 18 tahun, durasinya paling kurang 6 bulan.

7. Rasa cemas, serangan panik atau penghindaran fobia yang berkaitan

dengan obyek atau situasi spesifik sebaiknya tidak dijelaskan dengan

gangguan mental lainnya, seperti OCD, gangguan stres post-trauma,

fobia sosial, gangguan panik dengan agorafobia atau agorafobia tanpa

riwayat gangguan panik.

VII. DIAGNOSIS BANDING

Fobia khas secara primer dibedakan dari gangguan cemas lainnya oleh

batas sifat obyek yang ditakuti atau situasi dan oleh fokus ketakutan. Pada

Agorafobia, ketakutan dihasilkan oleh kekhawatiran dimana seseorang akan

mengalami serangan panik dan tidak mampu untuk melarikan diri atau akan

malu karena hal ini. Seseorang maka akan menghindari situasi dimana

serangan panik terjadi. Semenjak gangguan serangan panik terjadi secara

spontan, akhirnya orang tersebut akan memiliki beberapa tempat dimana

mereka merasa nyaman. Pada fobia sosial, fokusnya adalah sedang

dievaluasi oleh orang lain dan menyebabkan menghindar dari situasi sosial

dimana mereka merasa malu dan takut diteliti. Pada OCD, ketakutan yang

umum seperti kontaminasi atau penyakit, merugikan orang lain, perilaku

yang tidak pantas dan keamanan. Orang dengan OCD mungkin menghindari

7

Page 8: FOBIA KHAS .doc

situasi atau stimulus yang tampaknya memprovokasi obsesi-obsesi ini dan

atau dimana mereka akan terdorong untuk melakukan ritual. Pada gangguan

cemas umum, ada hadirnya ketakutan yang berlebihan dan kekhawatiran

tentang keadaan kehidupan nyata. Pada gangguan stres post-trauma, orang

dengan yang mempunyai pengalaman trauma dan menghindar adalah

pikiran atau situasi yang berkaitan pengalaman ini.7

VIII. PENATALAKSANAAN

8.1. Psikoterapi

Fobia khas adalah yang paling dapat diobati dari gangguan cemas.

“Cognitive Behaviour Therapy” dengan komponen paparan dianjurkan.

Hampir mustahil untuk mengobati fobia khas tanpa beberapa bentuk

terapi pemaparan; jika terapis dapat berhasil dalam negosiasi dengan

pasien bahwa mereka menggunakan paparan stimulus fobia, maka ini

akan sangat menguntungkan bagi mereka. Kombinasi terapi berbasis

paparan dan obat yang digunakan relatif jarang dan hanya dalam situasi

dimana itu jelas diperlukan. Paket perawatan CBT mencakup sejumlah

komponen, seperti psikoedukasi, latihan pernapasan, restrukturisasi

kognitif, latihan relaksasi, paparan kerentanan dan paparan situasional.

Latihan pernapasan termasuk mengajar pasien untuk bernapas dengan

diafragma dibandingkan pernapasan dada. Restrukturisasi kognitif

berfokus pada menantang keyakinan pasien terhadap bahaya dari

sensasi tubuh ( contoh, menantang keyakinan bahwa palpitasi berujung

ke serangan jantung). Paparan terhadap kerentanan melibatkan

dorongan sensasi takut tubuh untuk lebih mengajarkan pasien bahwa

sensasi tersebut tidak berbahaya. Paparan situasional melibatkan

aktivitas yang membawa pasien ke dalam situasi menakutkan seperti

pusat perbelanjaan, jembatan atau terowongan. 3,9

Fobia khas dinilai telah cukup efektif diobati dengan terapi

perilaku (Marks, 1987). Para behavioris yang terlibat dalam teknik

pengkondisian klasik percaya bahwa respon rasa takut fobia adalah 8

Page 9: FOBIA KHAS .doc

refleks yang diperoleh terhadap rangsangan yang tidak berbahaya.

Ketakutan yang normal terhadap rangsangan yang berbahaya, seperti

ular berbisa, sayangnya telah menjadi hal umum sebagai yang tidak

beracun juga. Jika orang tersebut harus terpapar stimulus tidak

berbahaya waktu ke waktu tanpa bahaya apapun yang dialami, respon

fobia secara bertahap akan hilang dengan sendirinya. Juga, hal ini

mengasumsikan bahwa orang tersebut tidak hanya mengalami stimulus

berbahaya selama jangka waktu yang sama. Dengan kata lain,

seseorang harus menjumpai hanya ular tidak beracun untuk jangka

waktu lama untuk kepunahan tersebut terjadi. Hal ini tidak mungkin

terjadi secara alami, sehingga terapi perilaku mengatur pengobatan

fobia yang melibatkan paparan terhadap stimulus fobia dalam

pengaturan yang aman dan terkendali. Foa dan Kozak (1986)

menyebutnya pengobatan eksposur, disebut demikian karena pasien

terpapar stimulus fobia sebagai bagian dari proses terapi. Salah satu

bentuk sederhana dari pengobatan adalah flooding, di mana orang itu

dibenamkan dalam refleks ketakutan hingga ketakutan itu sendiri

memudar. Beberapa reaksi fobia begitu kuat dimana flooding harus

dilakukan melalui imajinasi seseorang membayangkan stimulus fobia,

daripada melibatkan stimulus fobia itu sendiri.

Beberapa pasien tidak dapat menangani flooding dalam bentuk apapun,

sehingga teknik pengkondisian klasik alternatif yang digunakan disebut

counter-conditioning (Watson, 1924). Dalam bentuk ini, seseorang

dilatih untuk menggantikan respon relaksasi terhadap respon ketakutan

di hadapan stimulus fobia. Relaksasi tidak sesuai dengan perasaan takut

atau mengalami kecemasan, sehingga dikatakan bahwa respon relaksasi

melawan respon rasa takut. Counter-conditioning ini yang paling sering

digunakan dalam cara yang sangat sistematis untuk secara bertahap

memperkenalkan stimulus takut langkah demi langkah yang dikenal

sebagai desensitisasi sistematis, pertama kali digunakan oleh Joseph

Wolpe (1958). Desensitisasi ini melibatkan tiga langkah: (1) melatih

9

Page 10: FOBIA KHAS .doc

pasien untuk relaks secara fisik, (2) membangun hirarki rasa cemas dari

rangsangan yang terlibat, dan (3) relaksasi Counter-conditioning

sebagai respon terhadap setiap stimulus rasa takut yang dimulai pertama

dengan sedikit kecemasan- memprovokasi stimulus dan kemudian

bergerak ke stimulus kecemasan selanjutnya-memprovokasi stimulus

hingga semua hal yang terdaftar dalam hirarki kecemasan telah

ditangani dengan sukses. Instrumentasi Biofeedback telah sering

digunakan untuk memastikan bahwa pasien benar-benar relaks sebelum

menuju ke poin berikutnya yang lebih tinggi dalam hirarki kecemasan.

Beberapa indeks telah digunakan dalam pendekatan tambahan,

termasuk denyut nadi, laju respirasi, dan tanggapan elektrodermal. Juga,

desensitisasi sistematis dapat dipasangkan dengan modeling, aplikasi

disarankan oleh para teori belajar sosial. Dalam modeling, pasien

mengamati orang lain ("model") dalam kehadiran stimulus fobia yang

menanggapi dengan relaksasi bukan dengan takut. Dengan cara ini,

pasien didorong untuk meniru model dan dengan demikian

menghilangkan fobia mereka. Menggabungkan pemodelan hidup

dengan imitasi pribadi kadang-kadang disebut modeling participant

(Bernstein, 1997). Desensitisasi sistematis dalam berbagai bentuk telah

umum digunakan untuk mengobati fobia khas, dan dalam beberapa

kasus dapat dicapai dalam sesi terapi tunggal (Ot, 1989; Zinbarg &

lainnya,1992).12

8.2 Farmakoterapi.

Farmakoterapi sendiri bukan merupakan pengobatan pilihan untuk

fobia khas. Farmakoterapi mungkin digunakan jika pasien tidak bisa

mentolerasi pengobatan berbasis paparan atau tidak tertarik pada tipe

psikologis terapi lainnya. Farmakoterapi berguna dalam pengobatan

pasien dengan fobia khas yang juga mengalami serangan panik,

terutama serangan panik tak terduga. Berbagai macam jenis

10

Page 11: FOBIA KHAS .doc

farmakologis, seperti anti-anxietas, anti-depresi dan anti-histamin telah

digunakan pada gangguan cemas dan fobia pada masa kanak-kanak.

8.2.1 Benzodiazepines (Alprazolam, Dilazepam, Lonazepam dan

Lorazepam) menurunkan penghindaran rasa takut, tapi

memiliki sedikit efek pada gejala autonomik (hipotensi, mulut

kering, konstipasi, retensi urin, mata kabur). Pengunaan agen ini

pada fobia khas biasanya bertujuan menolong pasien untuk

terlibat dalam program paparan dan dalam kasus kondisi fobias

khas.

8.2.2 Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs: fluoxetine

dan paroxetine)

SSRI bekerja pada serotonin, neurotransmitter di otak yang

dipercaya dapat menaikkan mood dan memiliki efek samping

yang sangat minimal.

8.3.3 β-adrenergic antagonists ditunjukkan mempunyai beberapa

efikasi dalam kinerja kecemasan; bagaimanapun, peresepan obat

ini harus diberikan dengan hati-hati karena efek samping

kardiopulmonari. Mereka merupakan kontraindikasi pada

asthma dan penyakit paru-paru kronik, bradikardia berat, dan

AV block dan relatif kontraindikasi pada diabeter mellitus.

Sebelum pemberian β-adrenergic antagonists, ECG harus

dilakukan. Pada kasus pasien depresi dengan kinerja kecemasan,

β-adrenergic antagonists yang larut lemak (propanolol) dapat

menyebabkan keadaan depresi, oleh karena itu lebih baik

memberikan β-adrenergic antagonists yang larut air dengan

rendah efek samping pada sistem saraf pusat seperti atenolol.

8.3 Gabungan CBT dengan farmakoterapi.

8.3.1 Pengobatan simultan. Banyak dokter percaya bahwa

pengobatan yang optimal terdiri dari obat-obatan yang

dikombinasikan dengan beberapa bentuk intervensi psikososial.

Bukti menunjukkan bahwa keberhasilan CBT tidak meningkat

11

Page 12: FOBIA KHAS .doc

ketika dikombinasikan baik dengan diazepam atau alprazolam.

Pada kenyataannya, beberapa studi menemukan bahwa tingkat

efikasi terhadap paparan situasional memburuk ketika

alprazolam ditambahkan. Beberapa studi telah membandingkan

CBT dengan CBT kombinasi imipramine. Hasil ini juga telah

tercampur. Penambahan imipramine 150-300mg/hari baik

terhadap paparan situasional maupun CBT terkadang

meningkatkan hasil pengobatan dalam jangka pendek, asalkan

pasien mampu mentolerasi dosis. Demikian pula, studi terhadap

kombinasi CBT dengan SSRIs (fluvoxamine atau paroxetine)

menghasilkan hasil yang beragam, dengan beberapa studi

menemukan kombinasi tidak lebih baik daripada CBT. 11

8.3.2 Pengobatan berurutan. Jenis kombinasi terapi yang lebih

menjanjikan adalah pendekatan sekuensial, dimana pasien

diobati dengan farmakoterapi selama fase akut dan kemudian

diobati dengan CBT ketika fase obat telah selesai. Beberapa

studi menunjukkan bahwa penambahan CBT selama alprazolam

dan clonazepam sedang periode tapering menurunkan tingkat

kekambuhan terkait dengan obat-obatan ini. Masih harus

menunjukkan bahwa CBT dapat menurunkan tingkat

kekambuhan ketika pasien ditambahkan obat anti-panik lainnya

seperti SSRIs. Bagaimanapun, tidak ada alasan untuk

mengharapkan bahwa CBT tidak akan menolong dalam kasus

ini.11

12

Page 13: FOBIA KHAS .doc

Gambar 1. Strategi pengobatan 10

IX. PROGNOSIS

Prognosis fobia khas biasanya baik, karena mereka jarang memiliki

efek kelumpuhan pada fungsi.3

X.KESIMPULAN

Meskipun ketakutan pada masa kanak-kanak adalah bagian

perkembangan yang normal, minoritas yang signifikan pada anak-anak

13

Page 14: FOBIA KHAS .doc

menunjukkan dengan jelas ketakutan yang mengganggu fungsi mereka

(fobia khas pada DSM-IV). Ketakutan dan fobia yang khas memiliki

perilaku kognitif, fisiologikal, terbuka. Para pengembang DSM-IV

menguraikan 5 subtipe fobia khas: tipe hewan, tipe lingkungan alam, tipe

darah-injeksi-cedera, tipe situasional dan tipe lainnya. Anak fobia yang

dirujuk ke klinik pengobatan sering memiliki gangguan internalisasi

komorbid. Secara umum fobia khas sering ditemukan pada wanita dengan

rasio 2-2.5:1. Fobia hewan dan fobia darah-injeksi-cedera biasanya muncul

saat masa kanak-kanak, sedangkan fobia situasional terjadi pada masa

remaja,usia 20-an. Anak fobia mempunyai etiologi yang kompleks :

pengaruh genetik, psikopatologi orangtua, dan sejarah individu cenderung

berkumpul dalam perkembangan dan pemeliharaan reaksi fobia.3,6

Pengobatan fobia khas mungkin termasuk satu atau kombinasi dari

CBT (flooding, desensitisasi sistematis,counter-conditioning) dan obat-

obatan (Benzodiazepine, SSRI, β-blocker). Sebagian besar penelitian selama

dekade terakhir pada pengobatan anak-anak fobia telah dilakukan dari

perspektif perilaku atau kognitif-perilaku. Meskipun ada perdebatan tentang

mekanisme yang mendasari pengurangan fobia, kita masih melihat eksposur

sebagai konseptualisasi yang berguna. 6

14

Page 15: FOBIA KHAS .doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Specific Phobias (editorial). Beyondblue 2009:1-3.

2. Black B, Garcia AM, Freeman JB, Karitani M, Leonard HL.

Specific Phobia, Panic Disorder, Social Phobia, and Selective

Mutism.

3. Starcevic V. Anxiety Disorders in Adults: A Clinical Guide. 1st ed.

Oxford University Press; 2005.

4. Fink G. Encyclopedia of Stress. 2nd ed. Scotland (UK): AP; 2007.

5. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan&Sadock’s Synopsis of Psychiatry:

Behavioral Sciences/ Clinical Psychiatry. 10th ed. Lippincott

Williams&Wilkins; 2007.

6. King NJ, Muris P, Ollendick TH. Specific Phobia. In: Morris TL,

March JS, editors. Anxiety Disorders in Children and Adolescents.

2nd ed. New York: The Guilford Press; 2004.

7. Morrison AK. Specific Phobia. In: Kay J, editor. Psychiatry Board

Review Manual: Specific Phobia. Turner White Communications

2004; 8(pt 4):2.

8. Foa EB, Andrews LW. If Your Adolescent Has an Anxiety

Disorder: An Essential Resource for Parents. Oxford University

Press.

9. Pridmore S. Download of Psychiatry: Fear and Anxiety. University

of Tasmania; 2008.

15

Page 16: FOBIA KHAS .doc

10. Shiloh R, Stryjer R, Weizman A, Nutt D. Atlas of Psychiatric

Pharmacotherapy. 2nd ed. Taylor & Francis; 2006.

11. Kay J, Tasman A. Essentials of Psychiatry. England: Wiley; 2006.

12. Liebgold H. The Phobease Way: Curing Phobias, Shyness &

Obsessive Compulsive Disorder; 1997.

16