fluocinolon acetonid

25

Click here to load reader

Upload: andrew-surya-putra-scc

Post on 06-Dec-2015

118 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

tes

TRANSCRIPT

Page 1: Fluocinolon acetonid

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Inflamasi merupakan suatu respons protektif normal terhadap luka

jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-

zat mikrobiologik. Inflamasi juga adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi

atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan

mengatur derajat perbaikan jaringan.

Radang atau inflamasi adalah reaksi jaringan hidup terhadap semua

bentuk jejas yang berupa reaksi vaskular yang hasilnya merupakan

pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari sirkulasi darah ke

jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis. Tujuan inflamasi yaitu

untuk memperbaiki jaringan yang rusak serta mempertahankan diri terhadap

infeksi. Tanda-tanda inflamasi adalah berupa kemeraham (rubor), panas

(kalor), nyeri (dolor), pembengkakan (tumor) ,dan function laesa.

Dalam paper yang kami kerjakan saat ini menyangkut tentang reaksi

inflamasi pada penderita Dermatitis Atopik . Oleh sebab itu diperlukan

penanganan untuk mengurangi reaksi inflamasi yang sangat mengganggu

penderita dengan segala manifestasinya yang bervariasi . Oleh sebab itu pada

paper ini kami membahas tentang obat golongan kortikosteroid topikal yaitu ,

Fluocinolone Acetonide .

Fluocinolone acetonide merupakan obat golongan kortikosteroid,

terutama digunakan dalam dermatologi untuk mengurangi peradangan /

inflamasi pada kulit dan mengurangi rasa gatal.

Seperti pada umumnya di setiap obat selalu ada beberapa derajat

kekuatan dosis dari suatu obat , pada paper ini obat yang ingin dibahas

adalah Fluocinolone Acetonide , dari hal tersebut dapat disesuaikan dengan

derajat reaksi inflamasi dari yang ringan sampai yang berat . Oleh sebab itu

sangat penting untuk mengetahui tentang obat tersebut dalam penggunaannya

kepada pasien yang menderita Dermatitis Atopik agar kita dapat

memanfaatkan pengetahuan untuk memilih dan memberi pengobatan kepada

1

Page 2: Fluocinolon acetonid

pasien secara efektif , aman , dan meminimalisir semua efek samping yang

dapat merugikan pasien itu sendiri .

B. Rumusan Masalah

Apakah manfaat penggunaan Cream Fluocinolone Acetonide topikal

pada penderita Dermatitis Atopik ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui manfaat penggunaan Cream Fluocinolone Acetonide

topikal pada penderita Dermatitis Atopik.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui farmakologi umum, farmakokinetik dan

farmakodinamik Cream Fluocinolone Acetonide.

b. Mengetahui indikasi dan kontra indikasi dari Cream Fluocinolone

Acetonide.

c. Mengetahui mekanisme kerja Cream Fluocinolone Acetonide pada

Dermatitis Atopik.

D. Keterangan Umum Fluocinolone Acetonide

Nama Generik :  

Flucinolone

Fluocinolonacetonidum

Fluocinolone acetonide [DCIT]

Fluocinoloni acetonidum [INN-Latin]

2

Page 3: Fluocinolon acetonid

Nama Dagang :

Coriphate ,Derma-smoothe/fs , Dermalar, Flucinar, Flucort, Fluocet,

Fluonid, Fluotrex, Fluovitif, Flupollon, FS Shampoo ,Jellin, Localyn, Localyn

Syntex, Medidur , Neo-Synalar, Omniderm, Percutina, Radiocin, Retisert,

Sinalar , Synalar, Synalar-HP, Synamol, Synandone, Synandrone, Synemol,

Synotic, Synsac, Tefunote .

Fluocinolone Acetonide merupakan kortikosteroid sintetik, memiliki

khasiat antiinflamasi lokal lebih kuat daripada hidrokortison. Fluocinolone

Acetonide digunakan secara topikal sebagai pengobatan pada bermacam-

macam penyakit kulit. Sediaan obat topikal ini biasanya digunakan sebagai

krim, gel, lotion, ataupun salep. Kortikosteroid topikal umumnya digunakan

pada daerah inflamasi dengan penggunaan sebanyak tiga atau empat kali

sehari tergantung pada derajat keparahan kondisi.

Ada 2 derajat kekuatan dosis konsentrasi dari fluocinolone Acetonide.

Sediaan cream yang mengandung konsentrasi 0.025% fluocinolone

merupakan steroid topikal yang mempunyai potensi sedang, Sediaan yang

mengandung 0,01% Fluocinolone Acetonide merupakan steroid topical yang

mempunyai potensi lemah .

3

Page 4: Fluocinolon acetonid

II. FARMASI-FARMAKOLOGI

A. Sifat Fisika-Kimia dan Rumus Kimia Obat

Kortikosteroid topikal merupakan kelas dari steroid sintetis yang

digunakan terutama sebagai efek anti-inflamasi dan anti-pruritus.

Fluocinolone Acetonide termasuk dalam kelas ini ,kortikosteroid sintetis.

Rumus kimia dari Fluocinolone Acetonide adalah Pregna-1,4-diene-

3,20-dione,6,9-difluoro-11,21-dihydroxy-16,17-

[(Imethylethylidene)bis(oxy)]-,(6∝,11ß,6∝)-), dengan rumus molekul

C24H30F206, berat molekul 452.49 dan berikut struktur kimianya :

Gb .1. Rumus Struktural Fluocinolone Acetonide

Setiap gram krim 0,025% mengandung 0,25 mg fluocinolone

acetonide yang mengandung Asam stearat, Propylene Gycol, Sorbitan

Monostearate dan monooleat, Polysorbate 60, asam sitrat, methylparaben,

propil paraben dan Purified Water.

Kortikosteroid merupakan derivat dari hormon kortikosteroid yang

dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Hormon ini memainkan peran penting pada

tubuh termasuk mengontrol respon inflamasi. Kortikosteroid terbagi menjadi

dua golongan utama yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid,

Fluocinolone Acetonide termasuk dalam golongan glukokortiokoid .

4

Page 5: Fluocinolon acetonid

Glukokortikoid topikal adalah obat yang paling banyak dan tersering

dipakai. Glukokortikoid dapat menekan limfosit-limfosit tertentu yang

merangsang proses radang.

Ada beberapa faktor yang menguntungkan pemakaiannya yaitu :

Dalam konsentrasi relatif rendah dapat tercapai efek anti radang yang

cukup memadai.

Bila pilihan glukokortikoid tepat, pemakaiannya dapat dikatakan aman.

Jarang terjadi dermatitis kontak alergik maupun toksik.

Banyak kemasan yang dapat dipilih : krem, salep, semprot (spray), gel,

losion,salep berlemak (fatty ointment).

Kortikosteroid mengurangi akses dari sejumlah limfosit ke daerah

inflamasi didaerah yang menghasilkan vasokontriksi. Fagositosis dan

stabilisasi membran lisosomyang menurun diakibatkan ketidakmampuan dari

sel-sel efektor untuk degranulasi danmelepaskan sejumlah mediator inflamasi

dan juga faktor yang berhubungan dengan efek anti-inflamasi kortikosteroid.

Meskipun demikian, harus digaris bawahi di sini bahwa khasiat utama anti

radang bersifat menghambat : tanda-tanda radang untuk sementaradiredakan.

Perlu diingat bahwa penyebabnya tidak diberantas, maka bila

pengobatandihentikan, penyakit akan kambuh. Efektifitas kortikosteroid

topikal bergantung pada jenis kortikosteroid dan penetrasi.

B. Farmasi Umum

1. Dosis konsentrasi

Kortikosteroid topikal umumnya digunakan pada daerah yang

terinflamasi sebanyak tiga atau empat kali per hari , tergantung pada

keparahan kondisi pasien Dermatitis Atopik.

Bila derajat ringan digunakan dosis konsentrasi : 0.01 %

Bila derajat sedang atau berat digunakan dosis konsentrasi : 0.025 %

Sistem SCORAD dapat digunakan untuk penilaian Dermatitis

Atopik ( macam dari eksema ) . Dari penilaian tersebut,beberapa derajat

digolongkan menjadi:

5

Page 6: Fluocinolon acetonid

Ringan (skor SCORAD < 15): perubahan warna kulit menjadi

kemerahan, kulit kering yang ringan, gatal ringan, tidak ada infeksi

sekunder

Sedang (skor SCORAD antara 15 – 40): kulit kemerahan, infeksi

kulit ringan atau sedang, gatal, gangguan tidur, dan likenifikasi

Berat (skor SCORAD > 40): kemerahan kulit, gatal, likenifikasi,

gangguan tidur, dan infeksi kulit yang semuanya berat.

2. Preparat – preparat

Solution 0.01%

Cream 0.01%

Cream 0.025%

Ointment 0.025%

Penggolongan kortikosteroid sistem USA:

Golongan IV : Potensi Medium

Fluocinolone acetonide ointment 0,025%

Flurandrenolide ointment 0,05%

Fluticasone proprionate cream 0,05%

Hydrocortisone valerate cream 0,2%

Mometasone fuorate cream 0,1%

Golongan V : Potensi Medium

Alclometasone diproprionate ointment 0,05%

Betamethasone diproprionate lotion 0,05%

Betamethasone valerate cream 0,1%

Fluocinolone acetonide cream 0,025%

Flurandrenolide cream 0,05%

Hydrocortisone butyrate cream 0,1%

Golongan VI : Potensi Lemah

6

Page 7: Fluocinolon acetonid

Alclometasone diproprionate cream 0,05%

Betamethasone diproprionate lotion 0,05%

Desonide cream 0,05%

Fluocinolone acetonide cream 0,01%

Fluocinolone acetonide solution 0,05%

Triamcinolone acetonide cream 0,1%

C. Farmakologi Umum

1. Khasiat

Anti inflamasi

Anti pruritus

2. Kegunaan Terapi/Indikasi dan Kontra Indikasi

Indikasi

Meredakan reaksi inflamasi

Mengurangi gatal yang merupakan manifestasi dari Dermatitis

Atopik

Terapi simptomatik Dermatitis Atopik

Kontra Indikasi

Penderita yang hipersensitif terhadap kortikosteroid, obat

antiinflamasi lainnya, dan komponen bahan – bahan tertentu yang

membuat hipersensitif seseorang yang terkandung pada sediaan.

III. FARMAKODINAMIK

7

Page 8: Fluocinolon acetonid

Kortikosteroid topikal memiliki efek anti inflamasi, anti pruritik, dan

vasokonstriksi.Diperkirakan bekerja dengan cara meng induksi phospholipase A2

inhibitory protein (lipocortins). Lipocortin mengontrol biosintesis mediator

inflamasi (prostaglandin,leukotriene) dengan meng inhibisi asam arakidonat.

Fluocinolone acetonide merupakan kortikosteroid yang mengikat reseptor

glukokortikoid sitosol. Setelah mengikat reseptor yang baru terbentuk kompleks

reseptor - ligan translocates dirinya ke dalam inti sel, di mana ia mengikat banyak

unsur respon glukokortikoid ( GRE ) di wilayah promotor dari gen target. DNA

reseptor terikat kemudian berinteraksi dengan faktor transkripsi dasar,

menyebabkan peningkatan ekspresi gen target tertentu. Tindakan anti - inflamasi

kortikosteroid diduga melibatkan lipocortins, fosfolipase A2 protein inhibitor

yang, melalui penghambatan asam arakidonat, mengontrol biosintesis

prostaglandin dan leukotrien. Khususnya glukokortikoid menginduksi lipocortin -

1 ( annexin - 1 ) sintesis, yang kemudian mengikat membran sel mencegah A2

fosfolipase dari datang ke dalam kontak dengan substrat asam arakidonat.

Hal ini menyebabkan produksi eicosanoid berkurang. Siklooksigenase

( COX - 1 baik dan COX - 2 ) ekspresi juga ditekan, potentiating efek. Dengan

kata lain, dua produk utama di Prostaglandin peradangan dan Leukotrienes

terhambat oleh aksi Glukokortikoid. Glukokortikoid juga merangsang lipocortin -

1 melarikan diri ke ruang ekstraselular, di mana ia mengikat reseptor membran

leukosit dan menghambat berbagai acara inflamasi : adhesi epitel, emigrasi,

kemotaksis, fagositosis, meledak pernapasan dan pelepasan berbagai mediator

inflamasi (enzim lisosom, sitokin, aktivator jaringan plasminogen, kemokin dll)

dari neutrofil, makrofag dan mastocytes. Selain itu sistem kekebalan ditekan oleh

kortikosteroid karena penurunan fungsi sistem limfatik, penurunan konsentrasi

imunoglobulin dan komplemen, pengendapan lymphocytopenia, dan campur

tangan dengan mengikat antigen - antibodi.

Seperti agen glukokortikoid lainnya fluocinolone acetonide bertindak

sebagai antagonis fisiologis terhadap insulin dengan menurunkan glycogenesis

(pembentukan glikogen). Hal ini juga mempromosikan pemecahan lipid

8

Page 9: Fluocinolon acetonid

(lipolisis), dan protein, yang mengarah ke mobilisasi ekstrahepatik asam amino

dan badan keton. Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa beredar

(dalam darah). Ada juga menurun pembentukan glikogen dalam hati.

IV. FARMAKOKINETIK

9

Page 10: Fluocinolon acetonid

A. Pola ADME (Absorbsi, Distribusi, Metabolisme, Ekskresi)

ABSORPSI

Absorpsi dengan cepat dalam waktu 15 menit tapi karena bentuk

sediaan merupakan topikal maka absorpsi tergantung kepada jumlah di

oleskan, karakter kulit tempat di oleskan, penggunaan pakaian penutup,

area kerusakan kulit,inflamasi atau oklusi.

DISTRIBUSI

Distribusi pada kulit lokal, sebagian kecil di distribusi ke otot, hati,

kulit, usus, dan ginjal.

METABOLISME

Sebagian besar metabolisme terjadi di kulit sedangkan sebagian

kecil yang masuk ke aliran sistemik di metabolisme di hati oleh

Cytochrome P450 3A4 ke dalam bentuk yang in aktif.

EKSKRESI

Di ekskresi melalui urine sebagai glukoronid dan sulfat dan produk

yang tidak terkonjugasi. Sebagian kecil melalui feces.Beberapa

kortikosteroid topikal dan metabolitnya juga diekskresikan ke dalam

empedu.

B. Waktu Paruh (t ½)

Waktu paruh Fluocinolone Acetonide adalah 1,3 – 1,7 jam.

C. Ikatan Protein

Setelah diserap melalui kulit, kortikosteroid topikal ditangani melalui jalur

farmakokinetik mirip dengan kortikosteroid diberikan secara sistemik.

Kortikosteroid terikat dengan protein plasma dalam derajat yang bervariasi.

D. Interaksi Obat

Belum didapatkan informasi lebih lanjut tentang interaksi obat topikal ini

V.TOKSISITAS

10

Page 11: Fluocinolon acetonid

A. Efek Samping

Reaksi samping lokal berikut dilaporkan jarang dengan kortikosteroid

topikal, tetapi dapat terjadi lebih sering dengan penggunaan “occlusive

dressings”. Efek sampingnya dapat berupa : rasa terbakar, gatal, iritasi,

kekeringan, folikulitis, hipertrikosis, hipopigmentasi, dermatitis perioral,

dermatitis kontak alergi, maserasi dengan kulit, infeksi sekunder, atrofi kulit,

striae dan miliaria.

B. Gejala Toksisitas dan Penanggulangannya

Penyerapan sistemik kortikosteroid topikal dapat menimbulkan

depresi reversibel hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA) axis , manifestasi

Sindrom Cushing, hiperglikemia, glukosuria dan pada beberapa pasien.

Kondisi yang meningkatkan penyerapan sistemik meliputi penerapan/

pemakaian steroid yang lebih poten, atau digunakan pada daerah yang luas

permukaannya, penggunaan yang berkepanjangan. Oleh karena itu, pasien

yang menerima dosis besar obat topikal steroid yang poten yang digunakan

pada area permukaan luas, harus dievaluasi secara berkala untuk

membuktikan adanya depresi HPA axis dengan menggunakan tes kortisol

bebas dalam urin dan tes stimulasi ACTH.

Jika depresi HPA axis diketahui maka upaya harus dilakukan untuk

menghentikan penggunaan obat, dan dengan mengurangi frekuensi pemberian

obat tersebut, atau menggantinya dengan obat topikal golongan steroid yang

kurang poten.

Pada anak-anak memungkinkan adanya penyerapan yang lebih besar

dalam penggunaan kortikosteroid topikal dan dengan demikian anak anak

akan lebih rentan terhadap kejadian toksisitas sistemik dalam tubuh.

VI. PENELITIAN YANG PERNAH DILAKUKAN

11

Page 12: Fluocinolon acetonid

Dari informasi yang penyusun dapat dari penelitian – penelitian yang

telah dilakukan oleh peneliti peneliti yang terhormat. Kami mendapatkan

informasi tentang efektifnya penggunaan Fluocinolone Acetonide dalam

bentuk cream terhadap penyakit Dermatitis Atopik.

Cara kerja obat golongan ini adalah dengan mengurangi reaksi

inflamasi yang terjadi pada kulit dan dapat mengurangi rasa gatal yang

merupakan manifestasi yang terjadi yang sangat mengganggu pada

penyakit kulit.

Dalam penelitian sudah dibuktikan bahwa obat Fluocinolone

Acetonide ini sangat efektif terhadap berbagai macam penyakit kulit,

terutama penyakit Dermatitis Atopik yang tipe eksim.

Dan bentuk sediaan yang dipakai adalah krim karena penggunaannya

yang mudah diserap , praktis, tidak lengket, dosis yang digunakan bila

menggunakan sediaan bentuk krim tidak membahayakan.

Dan cara pemakaian obat ini adalah dioleskan tiga kali sehari dan

dipijat dengan lembut sampai cream diserap.

VII. PEMBAHASAN

12

Page 13: Fluocinolon acetonid

Fluocinolone acetonide merupakan obat golongan kortikosteroid, terutama

digunakan dalam dermatologi untuk mengurangi peradangan / inflamasi pada

kulit dan mengurangi rasa gatal. Kortikosteroid topikal merupakan kelas dari

steroid sintetis yang digunakan terutama sebagai efek anti-inflamasi dan anti-

pruritus. Fluocinolone Acetonide termasuk dalam kelas ini ,kortikosteroid sintetis.

Kortikosteroid topikal umumnya digunakan pada daerah yang terinflamasi

sebanyak tiga atau empat kali per hari , tergantung pada keparahan kondisi pasien

Dermatitis Atopik.

Kortikosteroid merupakan derivat dari hormon kortikosteroid yang

dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Hormon ini memainkan peran penting pada

tubuh termasuk mengontrol respon inflamasi Kortikosteroid mengurangi akses

dari sejumlah limfosit ke daerah inflamasi didaerah yang menghasilkan

vasokontriksi. Fagositosis dan stabilisasi membran lisosomyang menurun

diakibatkan ketidakmampuan dari sel-sel efektor untuk degranulasi

danmelepaskan sejumlah mediator inflamasi dan juga faktor yang berhubungan

dengan efek anti-inflamasi kortikosteroid.

Fluocinolone acetonide merupakan kortikosteroid yang mengikat reseptor

glukokortikoid sitosol. Setelah mengikat reseptor yang baru terbentuk kompleks

reseptor - ligan translocates dirinya ke dalam inti sel, di mana ia mengikat banyak

unsur respon glukokortikoid ( GRE ) di wilayah promotor dari gen target. DNA

reseptor terikat kemudian berinteraksi dengan faktor transkripsi dasar,

menyebabkan peningkatan ekspresi gen target tertentu.

Seperti agen glukokortikoid lainnya fluocinolone acetonide bertindak

sebagai antagonis fisiologis terhadap insulin dengan menurunkan glycogenesis

(pembentukan glikogen). Hal ini juga mempromosikan pemecahan lipid

(lipolisis), dan protein, yang mengarah ke mobilisasi ekstrahepatik asam amino

dan badan keton.

Reaksi samping lokal berikut dilaporkan jarang dengan kortikosteroid

topikal, tetapi dapat terjadi lebih sering dengan penggunaan “occlusive dressings”.

13

Page 14: Fluocinolon acetonid

Efek sampingnya dapat berupa : rasa terbakar, gatal, iritasi, kekeringan, folikulitis,

hipertrikosis, hipopigmentasi, dermatitis perioral, dermatitis kontak alergi,

maserasi dengan kulit, infeksi sekunder, atrofi kulit, striae dan miliaria.

Penyerapan sistemik kortikosteroid topikal dapat menimbulkan depresi

reversibel hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA) axis , manifestasi Sindrom

Cushing, hiperglikemia, glukosuria dan pada beberapa pasien. Kondisi yang

meningkatkan penyerapan sistemik meliputi penerapan/ pemakaian steroid yang

lebih poten, atau digunakan pada daerah yang luas permukaannya, penggunaan

yang berkepanjangan Pada anak-anak memungkinkan adanya penyerapan yang

lebih besar dalam penggunaan kortikosteroid topikal dan dengan demikian anak

anak akan lebih rentan terhadap kejadian toksisitas sistemik dalam tubuh.

VIII. KESIMPULAN

14

Page 15: Fluocinolon acetonid

1. Fluocinolone acetonide merupakan obat golongan kortikosteroid, terutama

digunakan dalam dermatologi untuk mengurangi peradangan / inflamasi pada

kulit dan mengurangi rasa gatal.

2. Fluocinolone bentuk cream lebih sering digunakan karena bentuk sediaan

cream penggunaannya yang mudah menyebar rata, mudah diserap, lebih

praktis, tidak lengket, dosis yang digunakan bila menggunakan sediaan

bentuk krim tidak membahayakan, dan sangat mudah untuk dicuci.

3.

IX. CONCLUSION

15

Page 16: Fluocinolon acetonid

1. Fluocinolone acetonide is a corticosteroid drug, mainly used in dermatology to

reduce inflammation / inflammation of the skin and relieve itching.

2. Fluocinolone cream form is more commonly used because of its use cream

dosage form that is easily spread flat, easily absorbed, more practical, not

sticky, the doses used when using cream dosage form is not dangerous, and

very easy to wash.

DAFTAR PUSTAKA

16

Page 17: Fluocinolon acetonid

Buys LM: Treatment options for atopic dermatitis. Am Fam Physician 2007,

75:523-528.

Kanee, Ben. M.D, (1963). Clinical Studies With Topical Fluocilnolone Acetonide

in the Treatment of Various Dermatoses. The Canadian Medical Association , Vol

88 no.20, 999-1003.

Scholtz, J. R.: Arch. Derm. (Chic.). 84: 1029, 1961.

Scholtz, J. R, (1961). Fluocinolone Acetonide. A New Corticoid for Topical

Therapy .California Medicine: Vol. 95. No. 4 , 224-226.

Scholtz J. R., Goldman, L. And Robinson, H. M., (1962). JR.: Recent advances in

corticosteroid topical therapy. Scientific Exhibit, The Twelfth International

Congress of Dermatology, Washington. D.C., September. 1962.

Scholtz J. R. (1965). Management Of Atopic Dermatitis. 102, 210-216.

Technology Appraisal Guidance 81 (2004). Frequency of application of topical

corticosteroids for atopic eczema. 5-34.

Watson and Kapur (2011). Atopic dermatitis. Allergy, Asthma & Clinical

Immunology 2011 7(Suppl 1):S4.

Witten, V. H., and Sulzberger, M. B.: Newer dermatologic methods for using

corticosteroids more efficaciously, Med. Clin. No. Amer., 45:857, July, 1961.

17