fitriani - kelayakan usaha ternak kelinci di pondok.pdf

95
KELAYAKAN USAHA TERNAK KELINCI DI PONDOK PESANTREN AL-ITTIFAQ BANDUNG JAWA BARAT RINI FITRIANI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: uratkudaku

Post on 17-Dec-2015

171 views

Category:

Documents


24 download

TRANSCRIPT

  • KELAYAKAN USAHA TERNAK KELINCI DI PONDOK PESANTREN AL-ITTIFAQ BANDUNG JAWA BARAT

    RINI FITRIANI

    DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

    2013

  • PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kelayakan Usaha

    Ternak Kelinci diPondok Pesantren Al-IttifaqBandungJawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi lain atau lembaga lain mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

    Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

    Bogor, September 2013

    Rini Fitriani NRP. H34090097

  • ABSTRAK

    RINI FITRIANI. Kelayakan Usaha Ternak Kelinci diPondok Pesantren Al-IttifaqBandungJawa Barat. Dibimbing oleh RITA NURMALINA.

    Bandung merupakan kota yang terkenal sebagai sentra produksi kelinci. Pondok pesantren agribisnis Al-Ittifaq merupakan salah satu tempat yang mengusahakan ternak kelinci di daerah ciwidey. Lokasi sumberdaya alam yang mendukung serta penerapan pertanian terintegrasi akan lebih memudahkan Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam usaha ternak kelinci yang banyak membutuhkan pakan hijauan dari limbah sayuran. Penelitian dilakukan untuk menganalisis kelayakan usaha ternak kelinci pada Pondok Pesantren Al-Ittifaq dengan menggunakan tiga skenario yaitu skenario pertama kelinci gibas, skenario kedua kelinci satin dan skenario ketiga kombinasi kelinci gibas dan satin. Hasil penelitian menunjukan bahwa usaha ternak kelinci ketiga skenario layak untuk dijalankan berdasarkan aspek non-finansial yang meliputi aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, ekonomi, sosial, dan budaya serta lingkungan. Usaha ternak kelinci juga layak dijalankan berdasarkan aspek finansial. Usaha ternak kelinci skenario kedua jenis satin menghasilkan manfaat lebih besar dibandingkan usaha ternak kelinci skenario pertama dan ketiga. Hasil analisis switching value bahwa penurunan produksi lebih sensitif dibandingkan kenaikan harga pakan.

    . Kata kunci: studi kelayakan, kelinci gibas, kelinci satin, analisis switching value,

    arus kas

    ABSTRACT RINI FITRIANI. Feasibility of Rabbit Breeding at Al-IttifaqBoarding School Bandung West Java. Supervised by RITA NURMALINA.

    Bandung is a city that is famous as the central of the rabbit production. Al-Ittifaq boarding school is one of the places that have rabbit production in ciwidey.The supportive location of natural resources and the application of integrated agriculture will ease Al-Ittifaq boarding school in operating rabbit breeding that requiring a lot of green foods from vegetables waste. This research is conducted to analyze of rabbit breeding at Al-Ittifaq that use threescenarios, the first scenario of gibas rabbit, second scenarios of rabbit satin, and third scenarios of combinations gibas and satin rabbitt. The result of the analyzeshow that rabbit breeding of three scenarios feasible to run based onaspectsnon-financial areaspects of market, technical, management, law, economics, social, culturaland environment.Rabbitbreedingare alsofeasible to runbased onthe financial aspects. The second scenarios of satin rabbit produce greater benefits than first scenario of gibas rabbit and third scenarios of combination gibas and satin rabbits.The result from switching value analyze that the decrease of production more sensitive than the increase of price foods.

    Keywords:feasibility study, gibas rabbit, satin rabbit, switching value analyze,

    cash flow

  • Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Ekonomi pada

    Departemen Agribisnis

    KELAYAKAN USAHA TERNAK KELINCI DI PONDOK PESANTREN AL-ITTIFAQ BANDUNG JAWA BARAT

    RINI FITRIANI

    DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

    2013

  • Judul Skripsi: Kelayakan Usaha Temak Kelinci di Pondok Pesantren AI-Ittifaq Bandung Jawa Barat

    Nama : Rini Fitriani NIM : H34090097

    Disetujui oleh

    Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS

    Pembimbing

    Diketahui oleh

    Tanggal Lulus: o2 SEP 2013

  • Judul Skripsi :Kelayakan Usaha Ternak Kelinci diPondok Pesantren Al-IttifaqBandungJawa Barat

    Nama : Rini Fitriani NIM : H34090097

    Disetujui oleh

    Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS Pembimbing

    Diketahui oleh

    Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

    Tanggal Lulus:

  • PRAKATA Puji dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa taala atas segala karunia-

    Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kelayakan Usaha Ternak Kelinci diPondok Pesantren Al-IttifaqBandungJawa Barat. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi umat manusia.

    Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof.Dr.Ir. Rita Nurmalina, MS selaku pembimbing. Terima kasih kepada Ibu Tintin Sarianti, SP. MM selaku dosen penguji utama yang telah meluangkan waktu dan memberi masukan dan kepada Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji komisi pendidikan atas masukannya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Pondok Pesantren Al-Ittifaq lebih khusus K.H. Fuad Affandi dan Ustadz Zaenal Arifin yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Pondok Pesantren Al-Ittifaq serta telah membantu dan memberikan informasi kepada penulis. Terima kasih kepada Heru Mahbarullah Lc. yang telah membantu penulis selama pengumpulan data, memotivasi dan menemani selama menyelesaikan skripsi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Kementrian Agama RI selaku pemberi beasiswa penuh kepada penulis. Terima kasih kepada ayah, mama serta kakak dan adik (anisa, gita, jamil dan lidiya) yang selalu memberikan doa terbaik, semangat, dan kasih sayang.

    Terima kasih kepada Tuti Alawiyah yang selalu menemani selama penelitian, kepada nudhar, nurul dan bachtiyar yang selalu saling mendukung, mengingatkan dan menyemangati. Terima kasih dan tetap semangat kepada teman-teman CSS MoRA IPB 46 dan teman-teman Agribisnis 46.

    Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

    Bogor, September 2013

    Rini Fitriani

  • DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xi DAFTAR LAMPIRAN xi PENDAHULUAN 1

    Latar Belakang 1Perumusan Masalah 3Tujuan Penelitian 5Manfaat Penelitian 6Ruang Lingkup Penelitian 6

    TINJAUAN PUSTAKA 6Usaha Peternakan Kelinci 6Kelinci Dan Jenis-Jenisnya 7Tata Laksana Pemeliharaan Kelinci 8

    KERANGKA PEMIKIRAN 12Kerangka Pemikiran Teoritis 12Kerangka Pemikiran Operasional 17

    METODE PENELITIAN 20Lokasi Dan Waktu Penelitian 20Jenis Dan Sumber Data 20Metode Pengumpulan Data 20Metode Pengolahan Dan Analisis Data 21Asumsi Dasar 24

    GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bandung 25Sejarah Pondok Pesantren Al-Ittifaq 25Lokasi Dan Kondisi Geografis Pondok Pesantren Al-Ittifaq 26Organisasi Dan Kelembagaan Pondok Pesantren Al-Ittifaq 27Santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq 28Agribisnis Pondok Pesantren Al-Ittifaq 29

    ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON-FINANSIAL 31Aspek Pasar 31Aspek Teknis 34Aspek Manajemen Dan Hukum 38Aspek Sosial Ekonomi Dan Budaya 40Aspek Lingkungan 40

    ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 41Analisis Kelayakan Finansial Usaha Ternak Kelinci Gibas (Skenario I) 42Analisis Kelayakan Finansial Usaha Ternak Kelinci Satin (Skenario II) 46Analisis Kelayakan Finansial Usaha Ternak Kelinci Gibas dan Satin (Skenario III) 50Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Ketiga Usaha 54Perbandingan Hasil Switching Value Ketiga Skenario Usaha 55

    SIMPULAN DAN SARAN 56Simpulan 56

  • Saran 56DAFTAR PUSTAKA 57LAMPIRAN 58 RIWAYAT HIDUP 82

  • DAFTAR TABEL

    1 Jumlah Populasi ternak di Indonesia Tahun 2008-2011 (ribu ekor)a 12 Kadar Gizi Daging Kelinci, Ayam, dan Ternak Lainnyaa 23 Jumlah Populasi Ternak Kelinci Berdasarkan Pulau di Indonesiaa 34 Harga Hasil Ternak Kelinci 335 Agroekosistem Usaha Ternak Kelinci 346 Biaya Investasi Usaha Ternak Kelinci Gibas 437 Hasil Analisis Finansial Usaha Ternak Kelinci Gibas 458 Hasil Switching Value Usaha Ternak Kelinci Gibas 459 Biaya Investasi Usaha Ternak Kelinci Satin 47

    10 Hasil Analisis Finansial Usaha Ternak Kelinci Satin 4911 Hasil Switching Value Usaha Ternak Kelinci Satin 4912 Biaya Investasi Usaha Ternak Kelinci Gibas dan Satin 5113 Hasil Analisis Finansial Usaha Ternak Kelinci Gibas dan Satin 5314 Hasil Switching Value Usaha Ternak Kelinci Gibas dan Satin 5415 Hasil Kriteria Investasi Ketiga Skenario Usaha 5416 Hasil Switching Value Ketiga Usaha 55

    DAFTAR GAMBAR

    1 Jenis-jenis kandang kelinci (battery, postal, dan ranch) 92 Kerangka Pemikiran 193 Saluran pemasaran kelinci 334 Layout Usaha Ternak Kelinci Pondok Pesantren Al-Ittifaq 375 Struktur Organisasi Usaha Ternak Kelinci Al-Ittifaq 38

    DAFTAR LAMPIRAN

    1 Jenis-jenis Kelinci 582 Siklus Produksi Usaha Ternak Kelinci Gibas 593 Siklus Produksi Usaha Ternak Kelinci Satin 604 Nilai Sisa (Salvage Value) Usaha Ternak Kelinci Gibas 615 Rincian Biaya Tetap Usaha Ternak Kelinci Gibas 626 Rincian Biaya Variabel Usaha Ternak Kelinci Gibas 637 Laporan Laba Rugi Usaha Ternak Kelinci Gibas 648 Cash Flow Usaha Ternak Kelinci Gibas 659 Analisis Switching Value Penurunan Produksi Kelinci Sebesar 15.59

    persen pada Usaha Ternak Kelinci Gibas 6610 Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan Kelinci Sebesar

    69.89 persen pada Usaha Ternak Kelinci Gibas 6711 Nilai Sisa (Salvage Value) Usaha Ternak Kelinci Satin 6812 Rincian Biaya Tetap Usaha Ternak Kelinci Satin 6913 Rincian Biaya Variabel Usaha Ternak Kelinci Satin 7014 Laporan Laba Rugi Usaha Ternak Kelinci Satin 7115 Cash Flow Usaha Ternak Kelinci Satin 72

  • 16 Analisis Switching Value Penurunan Produksi Sebesar 16.57 persen pada Usaha Ternak Kelinci Satin 73

    17 Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan Sebesar 30.38 persen pada Usaha Ternak Kelinci Satin 74

    18 Nilai Sisa (Salvage Value) Usaha Ternak Kelinci Gibas Dan Satin 7519 Rincian Biaya Tetap Usaha Ternak Kelinci Gibas Dan Satin 7620 Rincian Biaya Variabel Usaha Ternak Kelinci Gibas Dan Satin 7721 Laporan Laba Rugi Usaha Ternak Kelinci Gibas Dan Satin 7822 Cash Flow Usaha Ternak Kelinci Gibas Dan Satin 7923 Analisis Switching Value Penurunan Produksi Sebesar 15.62 persen

    pada Usaha Ternak Kelinci Gibas Dan Satin 8024 Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan Sebesar 35.87

    persen pada Usaha Ternak Kelinci Gibas Dan Satin 81

  • 1

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Indonesia sebagai negara agraris memiliki sumberdaya alam yang melimpah terutama di sektor pertanian. Salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah subsektor peternakan.Peternakan merupakan subsektor pertanian yang harus dikembangkan seiring peningkatan kebutuhan konsumen akan protein hewani yang terjadi saat ini. Ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk akan meningkatkan kebutuhan pangan salah satunya kebutuhan pangan yang mengandung protein hewani. Dalam memenuhi kebutuhan protein hewani, masyarakat pada umumnya mengkonsumsi daging sapi. Menurut Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia, saat ini konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia sudah mencapai kurang lebih 2.72 kg/kapita/tahun dari 1.72 kg/kapita/tahun dari tahun sebelumnya. Peningkatan kosumsi daging sapi yang terjadi menyebabkan Indonesia masih malakukan impor dan ketergantungan terhadap impor yang dilakukan dari negara Australia.1

    Perkembangan populasi ternak utama dan hasil produksinya merupakan gambaran tingkat ketersediaan sumber bahan protein nasional. Subsektor peternakan terdiri dari berbagai jenis komoditi meliputi kambing, domba, babi, sapi potong, sapi perah, ayam, dan itik. Berikut adalah jumlah populasi ternak di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel1Jumlah Populasi ternak di Indonesia Tahun 2008-2011 (ribu ekor)a

    Jenis Spesies Tahun 2008 2009 2010 2011 Sapi Potong 11 869 13 235 14 128 14 824Kerbau 2 191 1 933 2 005 1 305Kambing 15 805 15 815 16 821 16 946Ayam Ras Pedaging

    902 052 1 026 378 986 871 1 177 990

    Kelinci 792 999 1 258 3 789aSumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2012

    Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa Indonesia memiliki berbagai jenis hewan ternak yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Hampir seluruh hewan ternak tersebut populasinya mengalami peningkatan daritahun ke tahun. Namun populasi ternak yang terus meningkat tidak menjadikan kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia terpenuhi seluruhnya, sehingga menyebabkan Indonesia mengimpor sapi karena masyarakat Indonesia yang lebih memilih daging sapi untuk dikonsumsi. Dari berbagai jenis hewan

    1 http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=b44c03ec718c7437e3d24febe3f859eb&jenis=e4da3b7fbbce2345d7772b0674a318d5 [17 Desember 2012]

  • 2

    ternak tersebut, kelinci merupakan salah satu hewan ternak mengalami peningkatan cukup tinggi dari tahun 2010 ke 2011. Hal ini menunjukkan bahwa kelinci dapat digunakan sebagai hewan ternak yang dapat menggantikan protein daging sapi untuk memenuhi protein hewani. Namun saat ini masih sedikit masyarakat yang mengkonsumsi daging kelinci untuk memenuhi protein hewani karena telah terbiasa mengkonsumsi daging sapi. Sehingga peternakan kelinci perlu dikembangkan untuk lebih dikenal masyarakat dan membantu dalam memenuhi protein hewani serta mengurangi ketergantungan impor akan daging sapi.

    Salah satu upaya dalam memenuhi permintaan daging sebagai sumber protein hewani, usaha ternak kelinci merupakan alternatif yang dapat dilakukan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat. Kelinci merupakan salah satu hewan yang diminati masyarakat sebagai hewan peliharaan (pets). Kelinci yang dijadikan hewan peliharaan merupakan kelinci yang masih dalam bentuk anakan. Selain menjadi hewan peliharaan, daging kelinci dapat dikonsumsi untuk mensubstitusi protein dari daging sapi. Pada umumnya daging kelinci yang dikonsumsi berasal dari kelinci yang sudah afkir. Peternakan kelinci memiliki potensi sebagai penyedia daging karena memiliki pertumbuhan dan reproduksi yang cepat. Untuk satu siklus reproduksi kelinci dapat menghasilkan lima sampai sembilan ekor anakan dengan periode kelahiran lima sampai enam kali dalam setahun. Daging kelinci juga memiliki keunggulan mengandung lemak rendah dan protein tinggi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.

    Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa kelinci memiliki lemak paling rendah yaitu sekitar 10%. Namun, kelinci memiliki protein hewani yang cukup tinggi dibandingkan hewan ternak lainnya sekitar 21%. Hal ini menunjukkan bahwa kelinci merupakan hewan ternak yang dapat mensubstitusikan daging sapi dalam memenuhi kebutuhan akan protein hewani dan sehat untuk dikonsumsi. Tabel2Kadar Gizi Daging Kelinci, Ayam, dan Ternak Lainnyaa

    Jenis Daging Protein (%) Lemak

    (%) Kadar Air

    (%) Kadar Kalori

    (MJ/Kg) Kelinci 20.80 10.20 67.90 7.30 Ayam 20.00 11.00 67.60 7.50 Anak Sapi (Veal) 18.80 14.00 66.00 8.40 Kalkun 20.10 28.00 58.30 10.90 Sapi 16.30 22.00 55.00 13.30 Domba 15.70 27.70 55.80 13.10 Babi 11.90 40.00 42.00 18.90

    aSumber: Shaver (1981) dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak (1984) dalam Sarwono (2009)

    Salah satu daerah yang banyak memiliki banyak populasi kelinci adalah

    Pulau Jawa. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 yang menunjukkan bahwa Jawa merupakan daerah populasi kelinci tertinggi yang mencapai 468 465 ekor pada tahun 2011. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa daerah Jawa merupakan daerah yang berpotensi dan sangat cocok untuk melakukan peternakan kelinci khususnya seperti Jawa Barat. Jawa Barat memiliki kondisi iklim yang cukup

  • 3

    mendukung dalam perkembangbiakkan kelinci karena kelinci merupakan hewan yang hidup pada iklim yang sejuk.

    Tabel3Jumlah Populasi Ternak Kelinci Berdasarkan Pulau di Indonesiaa

    Pulau/Daerah Tahun 2009 2010 2011 Sumatera 322 434 354 187 389 901Jawa 533 574 438 479 468 465Kalimantan 2 931 3 434 2 944Sulawesi - 839 1 095Papua 21 955 32 793 47 560Bali 5 694 3 934 5 154

    aSumber : Statistik Peternakan, 2012 (data diolah)

    Bandung merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat yang mampu menghasilkan kelinci. Bandung merupakan daerah yang cocok untuk perkembangbiakan kelinci karena memiliki iklim sejuk dan suhu yang baik untuk pertumbuhan kelinci sekitar 18-250C. Salah satu lokasi yang memiliki usaha ternak kelinci adalah Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Pondok Pesantren Al-Ittifaq yang terletak di Ciwidey Bandung akan meningkatkan usaha ternak khususnya kelinci karena memiliki sumberdaya alam yang mendukung seperti lahan, iklim dan suhu. Pondok Pesantren Al-Ittifaq juga sudah memiliki usaha pertanian khusus sayuran yang memiliki pemasaran cukup baik hingga ke pasar modern, sehingga selain dapat menghasilkan sayuran pesantren akan menghasilkan kelinci dari bidang peternakannya. Limbah dari sisa sayuran yang tidak dapat dijual akan dimanfaatkan sebagai pakan hijaun kelinci. Adanya permintaan anakan kelinci dan adanya tamu yang sering berkunjung membeli buah tangan berupa kelinci menjadikan pesantren akan mengembangkan usaha ternak kelinci.

    Perumusan Masalah

    Kelinci merupakan salah satu hewan yang memiliki potensiuntuk dapat mensubstitusi protein daging sapi. Kebutuhan protein daging sapi pada tahun 2012 mencapai 484 060 ton dan hanya dapat dipenuhi sebesar 399 320 ton daging sapi lokal, dan sisanya sebesar 84 740 ton daging sapi impor. 2 Indonesia seharusnya mampu mengatasi kekurangan sisa kebutuhan protein akan daging sapi tersebut dengan sumberdaya yang dimiliki. Dalam setahun seekor kelinci betina dapat beranak hingga enam kali dan sekali beranak dapat menghasilkan hingga sembilan ekor anak kelinci. Hal ini sangat menarik untuk mengembangkan usaha ternak kelinci dalam memenuhi kebutuhan protein hewani. Kandungan lemak rendah dan protein tinggi juga menjadi salah satu alasan masyarakat mengkonsumsi daging kelinci. Daging kelinci bisa menjadikan penurunan impor

    2http://ulilahsan.wordpress.com/2012/12/04/indonesia-rawan-gizi/ [Diakses 13 Januari 2013]

  • 4

    terhadap daging sapi apabila terus dilakukan pengenalan terhadap masyarakat untuk mengkonsumsi daging kelinci.

    Pondok Pesantren Al-Ittifaq merupakan salah satu pesantren yang memadukan antara kegiatan keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (Agribisnis) yang di dukung dengan potensi alam yang ada di sekitar pesantren. Agribisnis tersebut terdiri dari pertanian, peternakan dan perikanan. Pondok Pesantren Al-Ittifaq memiliki hasil pertanian berupa sayuran yang sudah masuk pasar ke swalayan-swalayan disekitar Jakarta dan Bandung. Namun untuk bidang peternakan di Pondok Pesantren Al-Ittifaq masih perlu ditingkatkan. Salah satu bidang peternakan yang dimiliki Pondok Pesantren Al-Ittifaq adalah usaha ternak kelinci. Usaha ternak kelinci merupakan salah satu usaha peternakan di pesantren yang perlu ditingkatkan karena usaha ternak kelinci tersebut memiliki peluang untuk berkembang dan memiliki permintaan konsumen yang belum dapat terpenuhi seluruhnya. Sehingga usaha ternak kelinci saat ini lebih diperhatikan agar ternak yang dihasilkan dapat memenuhi permintaan konsumen.

    Produksi anakan kelinci saat ini belum mencukupi permintaan konsumen. Selain itu jumlah tamu yang yang datang juga menjadi peluang karena permintaan anakan kelinci juga bertambah. Dinas Peternakan Bandung pernah meminta Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk memasok 1000 ekor anakan kelinci setiap minggunya, selain itu pedagang pengumpul desa yang menjadi konsumen utama juga belum dapat terpenuhi seluruh permintaannya. Pedagang pengumpul desa sebagai konsumen utama menyalurkan kembali anakan kelinci ke pedagang besar yang biasanya ke pasar minggu dan ada juga yang dibudidayakan lagi. Usaha ternak kelinci Pondok Pesantren Al-Ittifaq memiliki berbagai jenis kelinci yang dibudidayakan. Namun kelinci jenis gibas dan satin merupakan kelinci yang lebih banyak diminati pembeli karena harga yang lebih terjangkau dan pemliharaan yang lebih mudah. Dilihat dari permintaan terhadap kelinci jenis gibas dan satin maka usaha ternak kelinci akan membudidayakan kelinci jenis gibas dan satin untuk memenuhi permintaan konsumen. Sehingga untuk mengembangkan usaha ternak kelinci akan ditambahkan jumlah kandang dan indukan yang akan dibudidayakan.

    Pondok pesantren Al-Ittifaq saat ini memiliki berbagai jenis kelinci yaitu gibas, satin, himalayan, fuzzy lop, mini lop, angora, dan flemish giant. Namun diantara berbagai jenis kelinci yang dimiliki, jenis kelinci gibas dan satin merupakan jenis yang paling banyak dijual dan diminati konsumen. Jenis kelinci gibas dan satin banyak dibeli konsumen karena harga yang terjangkau dan kemudahan pemeliharaannya. Hal ini menyebabkan Pondok Pesantren akan mengusahakan jenis kelinci gibas dan satin. Sehingga usaha yang dapat dilakukan Pondok Pesantren apabila akan memfokuskan usaha antara jenis kelinci gibas dan satin yaitu terdapat tiga skenario usaha yang dapat dilakukan. Skenario I apabila melakukan usaha ternak kelinci jenis gibas, skenario II apabila melakukan usaha ternak kelinci jenis satin, dan skenario III apabila mengkombinasikan kelinci jenis gibas dan satin.

    Program usaha ternak kelinci yang akan dilaksanakan Pondok Pesantren Al-Ittifaq merupakan rencana pihak pondok pesantren yang akan meningkatkan dan mengembangkan agribisnis peternakan khususnya untuk ternak kelinci. Setelah sukses dengan agribisnis pertanian dengan komoditi sayuran, Pondok Pesantren Al-Ittifaq ingin memanfaatkan dari hasil pertaniannya sebagai pendukung

  • 5

    kegiatan peternakan. Sayuran yang dihasilkan Pondok Pesantren Al-Ittifaq memiliki grade I dan II yang dapat masuk pasar swalayan, grade III yang masuk pasar tradisional dan grade IV yang dikonsumsi pondok pesantren. Namun, sayuran yang tidak masuk ke dalam grade tersebut ataupun sayuran sisa dan limbah sayuran akan dimanfaatkan sebagai pakan ternak yaitu pakan hijauan untuk ternak kelinci. Dengan adanya limbah sayuran memberikan kemudahan untuk memperoleh hijauan sebagai pakan ternak kelinci. Kotoran yang dihasilkan kelinci pun akan dimanfaatkan pihak pondok pesantren sebagai pupuk untuk sayuran-sayuran yang diusahakannya. Pondok Pesantren Al-Ittifaq juga memiliki santri yang dapat dimanfaatkan sebagai tenaga kerja dan luas lahan yang dapat digunakan sebagai tempat untuk kegiatan peternakan. Sehingga Pondok Pesantren Al-Ittifaq akan lebih memantapkan kegiatan pertanian terintegrasi dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada dan meningkatkan bisnis dari hasil produksi ternak kelinci.

    Pondok Pesantren Al-Ittifaq ingin melakukan usaha peternakan kelinci karena adanya permintaan terhadap kelinci terutama dalam bentuk anakan kelinci. Pedagang pengumpul desa yang menjadi pelanggan tetap belum dapat terpenuhi juga seluruh permintaannya. Permintaan anakan kelinci yang terus meningkat dan cukup tinggi menjadi peluang untuk pihak Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam mengembangkan usaha ternak kelincinya. Untuk melakukan usaha bisnis kelinci yang diinginkan pondok pesantren, perlu dilakukannya analisis kelayakan usaha ternak kelinci. Analisis ini dilakukan untuk membantu pondok pesantren melakukan bisnis ternak kelinci agar dapat berjalan sesuai yang diharapkan dan melihat kelayakan usaha ini apabila dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq.

    Tujuan dilakukan analisis kelayakan adalah agar usaha ternak kelinci yang akan dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq tepat sasaran. Analisis kelayakan usaha dilakukan agar investasi yang ditanamkan menghasilkan manfaat sesuai yang diharapkan. Apabila dari hasil analisis kelayakan menunjukkan bahwa rencana pengusahaan ternak kelinci layak dilaksanakan maka usaha ternak kelinci dapat dilaksanakan.

    Berdasarkan hal tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana kelayakan usaha ternak kelinci ditinjau dari aspek pasar, aspek

    teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan?

    2) Bagaimana kelayakan secara finansial usaha ternak kelinci yang akan dilakukan Pondok Pesantren Al-Ittifaq?

    Tujuan Penelitian

    Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisis kelayakan non-finansial usaha ternak kelinci dilihat dari aspek

    pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan.

    2) Menganalisis kelayakan finansial usaha ternak kelinci.

  • 6

    3) Menganalisis sensitivitas pada variabel-variabel penting yaitu penurunan produksi dan kenaikan harga pakan pada usaha ternak kelinci.

    Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya, antara lain: 1) Pemililik usaha atau bisnis sebagai masukan apakah bisnis layak atau tidak

    untuk dilakukan. 2) Pengelola dan pengambil keputusan sebagai informasi yang dapat

    dipertimbangkan tentang perencanaan penginvestasian dan pengembangan usaha ternak kelinci.

    3) Pemerintah khususnya Dinas Peternakan agar dapat mengetahui potensi dari ternak kelinci.

    4) Peneliti yang tertarik pada kelayakan usaha berikutnya, khususnya berbasis peternakan berupa kelinci.

    Ruang Lingkup Penelitian

    Ruang lingkup pelaksanaan penelitian ini dalam batasan regional yaitu usaha ternak kelinci didalam Pondok Pesantren Al-Ittifaq sebagai salah satu pondok pesantren agribisnis. Penelitian ini berfokus pada analisis kelayakan usaha ternak kelinci yang mengkaji aspek non-finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi dan lingkungan, serta aspek finansial berupa kriteria investasi meliputi NPV, IRR, Net B/C, Payback Period dalam usaha peternakan kelinci di Pondok Pesantren Al-Ittifaq Desa Alam Endah Ciwidey, Bandung, Jawa Barat. Selain itu, menganalisis perubahan yang terjadi yaitu penurunan produksi dan kenaikan harga pakan dengan metode switching value.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Usaha Peternakan Kelinci

    Peternakan merupakan bagian dari pertanian dengan kegiatan memelihara ternak. Pemeliharaan hewan ternak juga merupakan bagian dari kegiatan bertani.Kondisi ini tercermin dari integrasi yang dilakukan oleh petani peternak dengan menggabungkan usaha pertanian dengan pemeliharaan ternak (Suharno Nazarudin dalam Karyadi, 2008). Beternak kelinci merupakan salah satu kegiatan peternakan yang banyak dilakukan dengan memanfaatkan limbah sayuran yang terbuang. Kelinci merupakan hewan yang cepat untuk produksi dengan tingkat kelahiran lima sampai enam kali dalam setahun.

    Kelinci merupakan salah satu hewan ternak yang memiliki pertumbuhan dan reproduksi yang cepat. Kelinci juga merupakan hewan ternak yang banyak mengkonsumsi pakan berupa hijauan seperti limbah sayuran. Menurut Ensminger

  • 7

    et al. (1990), pakan kelinci dapat berupa hijauan, namun hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup, sehingga produksinya tidak akan maksimum, oleh karena itu dibutuhkan pakan konsentrat. Pakan kelinci yang seimbang antara hijauan dan konsentrat akan menghasilkan daging kelinci yang memiliki bobot lebih tinggi dari biasanya.

    Kelinci Dan Jenis-Jenisnya

    Kelinci ternak yang terdapat dan dikenal sekarang ini, dahulu berasal dari kelinci liar. Kelinci merupakan hewan mamalia yang termasuk dalam ordo Legomorpha. Hewan ini memiliki dua pasang gigi seri. Kelinci saat ini telah dikenal masyarakat luas sebagai hewan peliharaan dan juga hewan konsumsi. Kelinci yang saat ini banyak diternakan dahulu berasal dari kelinci liar yang telah mengalami proses domestikasi. Berikut merupakan jenis-jenis kelinci berdasarkan pemanfaatan tubuh kelinci (Priyatna, 2011):

    Kelinci Penghasil Daging: New Zealand White

    Kelinci ini berasal dari Amerika, tepatnya dari daerah San Diego. New Zealand White banyak dimanfaatkan sebagai kelinci penghasil daging karena berbadan gempal atau dagingnya padat. Bobot kelinci dewasa berkisar antara 4-5 kg. Ciri-ciri kelinci New Zealand White, yakni berwarna putih polos dengan sepasang mata berwarna merah. Rata-rata indukan betina dapat melahirkan antara 7-8 ekor anak kelinci.

    Flemish Giant Kelinci ini berasal dari keturunan kelinci Patagonian di Argentina.

    Kelinci ini kebanyakan berwarna abu-abu gelap dengan bagian telinga tampak lebih gelap dari bagian tubuh lain. Beberapa warna lainnya antara lain putih, abu-abu muda, hitam, dan cokelat kekuningan. Kelinci ini memiliki tubuh bongsor (giant) dengan pertumbuhan yang sangat cepat. Bobot tubuh Flemish dewasa rata-rata antara 5.6-6.7 kg. Bobot karkas jenis kelinci ini tertinggi dibandingkan dengan jenis kelinci lainnya. Namun, terdapat kelemahan bahwa tulang kelinci ini juga terbilang besar sehingga bobotnya akan menyusut banyak setelah dibuat fillet.

    Flemish Giant x New Zealand White Flemish Giant x New Zealand White merupakan kelinci unggulan

    penghasil daging. Kelinci hasil persilangan ini memiliki warna bulu tergantung dari warna induk betina dan pejantan yang disilangkan. Setelah kelinci ini disilangkan, karakteristik keturunannya memiliki pertumbuhan cepat seperti Flemish Giant dengan proporsi daging sangat tinggi mirip New Zaeland White. Struktur tulang lebih kecil dibandingkan dengan Flemish Giant, sehingga hasil persilangan ini tetap unggul, baik berupa karkas maupun setelah dalam bentuk fillet. Dalam setahun kelinci ini dapat dikawinkan 6-7 kali.

    Kelinci Lokal Kelinci lokal yang dikenal di pasaran merupakan jenis kelinci Jawa.

    Kelinci lokal memiliki ukuran tubuh kecil. Rata-rata bobot dewasa hanya mencapai 1.8-2.3 kg. Warna bulu kelinci lokal tidak spesifik, bisa hitam,

  • 8

    putih, cokelat, abu-abu polos, atau kombinasi diantara warna tersebut. Rata-rata kelinci lokal mampu beranak sebanyak lima ekor dengan potensi beranak hingga Sembilan ekor dalam satu kali kelahiran. Kelinci lokal lebih toleran terhadap cuaca panas dibandingkan kelinci lain.

    Kelinci Penghasil Bulu Rex

    Kelinci Rex pertama kali dikembangkan di Perancis. Pada awalnya kelinci ini dikembangkan sebagai kelinci hias, tetapi lama kelamaan dimanfaatkan sebagai kelinci penghasil bulu (fur). Kelinci Rex memiliki bulu halus dan tebal. Bentuk badan kelinci ini bulat memanjang seperti kapsul, terlihat gempal, dan memiliki tulang yang kuat. Kelinci ini memiliki bobot tubuh sekitar 2.7-3.6 kg. Rex memiliki warna dan corak seperti putih polos, hitam, biru, ungu, cokelat emas, dan merah kuning keemasan. Jenis Rex yang tak luput diburu hobies adalah California rex, lynk rex, chinchilla rex, castor rex, smoke pearl rex, silver seal rex, otter rex, dan tri color rex.

    Satin Kelinci Satin ditemukan pertama kali pada tahun 1931. Kelinci ini

    memiliki ciri khas diantaranya bulu yang mengilap dan tebal. Kelinci Satin memiliki bentuk badan panjang, kepala lebar, leher pendek, serta telinga berdiri tegak dan lebar seimbang dengan badannya. Kaki lurus dan kuku berwarna hitam gelap. Bobot induknya bisa mencapai 3.5-5.0 kg. Warna kelinci satin diantaranya putih, hitam, biru, krem, merah, cokelat dan tembaga.

    Angora Angora merupakan jenis yang paling popular di masyarakat. Kelinci

    angora memiliki bulu panjang, tebal, dan halus. Pertumbuhan bulunya pun sangat cepat sekitar 2.5 cm per bulan. Kelinci ini memiliki bobot tubuh rata-rata 2.7-3.0 kg. kelinci ini biasa dijadikan penghasil wol karena spesifikasi bulu yang dimiliki kelinci angora memang sangat memenuhi syarat untuk pembuatan wol.

    Tata Laksana Pemeliharaan Kelinci Pemeliharaan ternak kelinci perlu memperhatikan faktor lingkungan,

    sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dalam faktor lingkungan terdapat babarapa hal yang harus diperhatikan agar ternak dapat tumbuh optimal. Hal tersebut berupa curah hujan, kelembapan, suhu, dan arah angin. Intensitas curah hujan dapat berpengaruh terhadap kegiatan pemeliharaan ternak. Curah hujan sangat berpengaruh terhadap ketersediaan pakan hijauan bagi ternak yang dapat tumbuh subur dan banyak tersedia pada musim hujan. Namun curah hujan yang tinggi juga menjadi kendala seperti penyebaran penyakit dan kebersihan kandang. Kelinci dapat diternakan atau dikembangbiakan dengan baik di daerah berketinggian 500 m dpl, dan suhu udara sejuk berkisar 15-180C (60-850F).

    Kelinci dapat dikawinkan pada umur sekitar 6-8 bulan yang telah memiliki dewasa kelamin dan memiliki tanda-tanda birahi. Kelinci dapat melahirkan 5-6 kali dalam setahun dan memiliki masa bunting 30-35 hari. Jumlah anakan yang

  • 9

    dihasilkan kelinci sebannyak 5-9 ekor anakan kelinci. Pada umumnya kelinci memiliki masa bunting 31 hari, tetapi ada pula yang memiliki masa bunting 28 atau 29 hari dan 32 atau 33 hari. Hal ini tergantung pada lingkungan, makanan, dan jenis kelinci.

    Usaha ternak kelinci juga harus memperhatikan faktor sumber daya manusia sebagai tenaga kerja yang menjalankan usaha peternakan tersebut. Peternakan sebaiknya dibangun di lokasi yang mudah mendapatkan tenaga kerja. Tenaga kerja tersebut sebaiknya berasal dari sekitar peternakan. Hal ini merupakan tindakan untuk memberdayakan masyarakat sekitar dan sebagai bentuk tanggung jawab sosial usaha peternakan terhadap lingkungan sekitar. Kandang

    Ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam membuat kandang. Begitu juga persyaratan lokasi yang baik untuk penempatan kandang. Persyaratan tersebut harus terpenuhi agar kelinci dapat hidup nyaman, sehat, dan aman. Lokasi kandang kelinci harus tenang dan jauh dari kebisingan manusia atapun kendaraan. Penempatan kandang kelinci seharusnya jauh dari jalan raya dan hilir mudik manusia karena kelinci tergolong hewan yang sangat sensitif terhadap gerakan dan suara. Penempatan kandang kelinci membutuhkan lokasi yang mendapat sinar matahari pagi, bersuhu sejuk, memiliki ventilasi sempurna, dan tempatnya kering. Selain itu, kandang kelinci juga harus aman dari hewan predator seperti tikus, kucing, dan ular.

    Kandang kelinci dapat dibedakan berdasarkan pengelolaanya seperti kandang battery, postal, dan ranch seperti pada Gambar 1. Kandang battery adalah kandang yang tiap satu ruangan hanya diisi satu ekor kelinci indukan yang disusun bertingkat. Bagi betina, kandang digunakan untuk melahirkan dan mengasuh anak. Bagi pejantan digunakan untuk mengawini betina yang dimasukkan sewaktu-waktu. Bagi anak kelinci lepas sapih digunakan untuk pembesaran secara berkelompok. Keuntungan penggunaan kandang battery antara lain mudah dibersihkan, mencegah perkelahian dan kanibal, program pengembangbiakan dan pemuliaan dapat diatur lebih mudah, kematian anak kelinci lebih rendah karena tak ada gangguan dari kelinci lain, biaya dan pemanfaatannya ekonomis.

    (a) (b) (c) Gambar 1Jenis-jenis kandang kelinci (a) battery, (b) postal, dan (c) ranch

    Kandang postal adalah kandang yang tiap ruangannya diisi beberapa ekor

    kelinci. Kandang ini biasanya diisi dengan anak kelinci yang baru disapih atau kelinci dara yang seumur dan besarnya seragam serta jenis kelamin dan rasnya pun serupa. Kandang postal yang digunakan untuk pembiakan biasanya diisi satu induk pejantan dan 4-6 ekor induk betina. Ukuran kandang ideal 400 cm x 200 cm

  • 10

    x 55 cm. Sedangkan kandang ranch adalah kandang yang ruangannya terbagi-bagi menjadi tempat tidur dan tempat bermain. Kandang ini biasanya terdapat di halaman rumah atau merupakan bagian dari taman. Kandang ini cocok untuk pemeliharaan kelinci dengan tujuan hobi atau hias. Kandang tidur berupa sangkar berbentuk rumah-rumahan yang fungsinya untuk tempat tidur atau istirahat malam hari. Tempat bermain berupa lapangan cukup luas yang dikelilingi pagar, fungsinya sebagai tempat bermain atau berkeliaran pada siang hari.

    Bangunan kandang dapat dibuat dari kawat, kayu, atau gabungan keduanya. Gabungan antara kawat dan kayu merupakan kandang yang gampang dibuat untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan iklim setempat. Kandang berukuran 120 cm x 75 cm x 40 cm sudah cukup untuk tipe kelinci ringan, ukuran 150 cm x 75 cm x 45 cm untuk kelinci tipe sedang, dan ukuran 180 cm x 75 cm x 50 cm untuk kelinci tipe berat. Pakan

    Pakan merupakan input yang sangat dibutuhkan dalam memelihara ternak kelinci. Pakan sangat berperan penting dalam menentukan produktivitas ternak. Hampir 75% pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan pakan, sedangkan 25% sisanya dipengaruhi oleh faktor genetik. Jenis, jumlah, dan mutu pakan yang diberikan sangat menentukan pertumbuhan, kesehatan, dan perkembangbiakan kelinci. Dalam peternakan kelinci yang intensif, pakan yang diberikan tak hanya berupa hijauan sebagai pakan pokok. Selain hijauan, pakan kering seperti hay (rumput kering), konsentrat, dan biji-bijian diberikan sebagai pakan tambahan. Berikut merupakan jenis-jenis pakan yang diberikan untuk kelinci ternak menurut Sarwono (2001): Hijauan

    Hijauan merupakan makanan pokok untuk kelinci. Pakan hijauan yang diberikan antara lain rumput lapangan, limbah sayuran (kangkung, sawi, wortel, lobak, caisim, kol, daun singkong), daun turi, daun lamtoro, daun kembang sepatu, daun kacang panjang, daun ubi jalar, daun kacang tanah, daun dan batang jagung, daun papaya, talas, dan lain-lain. Hijauan yang diberikan untuk kelinci jangan diberikan dalam bentuk segar tetapi harus dilayukan untuk mengurangi kadar airnya agar dapat mempertinggi kadar serat kasar, juga meghilangkan getah atau racun yang dapat menghilangkan kejang-kejang atau diare pada kelinci. Kelinci lokal dapat menghabiskan 1 kg hijauan dan kelinci potong dapat menghabiskan 1,5 kg per hari.

    Hay Hay merupakan rumput awetan yang dipotong menjelang berbunga.

    Rumput itu dikeringkan secara bertahap sehingga kandungan gizinya tidak rusak, sekaligus mempertinggi kadar serat kasarnya. Bahan untuk hay antara lain rumput gajah, setaria, pucuk tebu, atau rumput lapangan menjelang berbunga. Hay rasanya manis, kadar serat kasarnya tinggi. Hay dapat diberikan sampai 40% untuk kelinci yang sedang tumbuh.

    Biji-bijian Biji-bijian berfungsi sebagai makanan penguat. Pakan ini diberikan

    terutama untuk kelinci bunting dan yang sedang menyusui. Jenis pakannya bisa jagung, padi, sorgum, gandum, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau.

  • 11

    Biji-bijian itu sebaiknya digiling atau ditumbuk lebih dulu. Per ekor kelinci dapat diberi 200-300 gram per hari.

    Umbi-umbian Umbi-umbian dapat diberikan untuk makanan kelinci sebagai pakan

    tambahan seperti ubi jalar, singkong, ganyong, uwi, talas, dan umbi-umbian lain. Sebaiknya umbi yang beracun seperti singkong jangan diberikan mentah tetapi sudah direbus dulu atau dikeringkan menjadi gaplek. Gaplek disajikan dalam bentuk sudah ditumbuk.

    Konsentrat Konsentrat dalam peternakan kelinci berfungsi untuk meningkatkan nilai

    gizi pakan dan mempermudah penyediaan pakan. Konsentrat sebagai ransum diberikan sebagai pakan tambahan atau pakan penguat, kalau pakan pokoknya hijauan. Konsentrat untuk pakan kelinci dapat berupa pellet (pakan buatan pabrik), bekatul, bungkil, kelapa, bungkil kacang tanah, ampas tahu, ampas tapioka, atau gaplek.

    Keterkaitan Penelitian Terdahulu

    Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan analisis kelayakan usaha ternak kelinci. Peneliti yang menyatakan suatu usaha ternak kelinci layak dijalankan yaitu penelitian yang dilakukan Duakaju (2006) mengenai analisis finansial usahatani ternak kelinci di Kalimantan Timur, terlihat bahwa ada perbedaan biaya produksi antara peternak skala menengah dengan skala kecil, pada peternak skala menengah yang telah memiliki pengalaman selama 23 tahun memiliki biaya produksi Rp14 704 per ekor lebih rendah dibandingkan skala kecil Rp25 996 per ekor. Sistem pemeliharaan ternak kelinci skala kecil dengan menggunakan tenaga kerja petani sendiri sebagai usaha sambilan dan skala menengah menggunakan tenaga kerja dari luar dengan memberikan upah. Perbedaan pemeliharaan lain pun dalam perkawinan kelinci, skala kecil melakukan setelah 30 hari betina melahirkan sedangkan skala menengah langsung setelah betina melahirkan. Perbedaan pola pemeliharaan kelinci antara peternak skala kecil dan skala menengah yang berdampak pada berbedanya jarak beranak masing-masing 60 hari dan 30 hari. Keuntungan yang diperoleh peternak skala menengah sebesar Rp7 628 950 per bulan dengan R/C ratio 2.04 lebih besar dibandingkan tingkat keuntungan yang diperoleh peternak skala kecil sebesar Rp182 192 per bulan dengan R/C ratio 1.15.

    Usaha ternak kelinci lain yang dianalisis kelayakannya adalah penelitian yang dilakukan Widagdho (2008) tentang Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Kelinci Aseps Rabbit Project, Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat bahwa berdasarkan analisis kelayakan yang meliputi aspek pasar, aspek manajemen, dan aspek teknis maka pengusahaan peternakan kelinci pada perencanaan proyek ketiga pola usaha layak untuk dilaksanakan. Pola I merupakan usaha budidaya anakan kelinci dan kelinci pedaging, pola II merupakan usaha budidaya anakan kelinci saja, sedangkan pola III merupakan usaha ternak kelinci pedaging. Berdasarkan analisis kelayakan finansial pada pengusahaan peternakan kelinci pada ketiga pola usaha, usaha ternak kelinci yang paling menguntungkan untuk dikembangkan merupakan pola I yang merupakan usaha budidaya kelinci anakan dan pedaging. Namun usaha budidaya pola I memiliki biaya yang dikeluarkan relatif tinggi. Pada pola usaha I diperoleh NPV sebesar Rp363 123 588, Net B/C

  • 12

    sebesar 1.88, IRR sebesar 31%, dan Payback periode sebesar 4.17. Pada pola usaha II diperoleh NPV sebesar Rp238 830 471, Net B/C sebesar 1.56, IRR sebesar 20%, dan Payback periode sebesar 2.47.Sedangkan pada pola usaha III diperoleh NPV sebesar Rp115 979 976, Net B/C sebesar 2.33, IRR sebesar 43%, dan Payback periode sebesar 4.66.

    Berkaitan dengan analisis kelayakan usaha ternak kelinci terdapat penelitian yang dilakukan Wibowo et al (2008) tentang pemanfaatan dan analisis ekonomi usaha ternak kelinci di pedesaan, bahwa ternak kelinci mempunyai potensi sebagai penghasil daging, kulit bulu, ternak hidup dan kotoran yang sangat bernilai bagi kepentingan manusia. Faktor teknis terutama kematian merupakan kendala pada teknis budidaya, sedangkan faktor non-teknis adalah masalah psikologis dan daya beli mayarakat masih rendah. Promosi pengembangan kelinci melalui pengenalan produk-produk olahan sehingga masyarakat mempunyai pilihan atas produk daging kelinci. Pengembangan ternak kelinci diharapkan berorientasi komersil, dengan spesifikasi aktivitas usaha (pembibitan, budidaya dan pengolahan hasil). Usaha kelinci dengan skala 20 ekor induk dan lima ekor pejantan untuk menghasilkan daging dan kulit bulu dapat diperoleh keuntungan sebesar Rp9 206 200 per tahun atau Rp767 183 per bulan.

    KERANGKA PEMIKIRAN

    Kerangka Pemikiran Teoritis

    Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu konsep berdasarkan pengetahuan seperti acuan dan konsep. Kerangka pemikiran teoritis akan menjelaskan tentang teori dan konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan usaha ternak kelinci pada Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Studi Kelayakan Bisnis

    Studi kelayakan dilakukan untuk menentukan apakah suatu usaha akan dilaksanakan (dikembangkan) atau tidak. Studi kelayakan merupakan penelitian yang mendalam terhadap suatu bisnis atau ide bisnis tentang layak atau tidaknya bisnis tersebut untuk dikembangkan atau dilaksanakan.

    Studi kelayakan bisnis merupakan suatu kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan keputusan apakah suatu ide bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak. Sebuah ide bisnis dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika ide tersebut dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak (stakeholder) dibandingkan dari dampak negatif yang dihasilkan (Suliyanto, 2010).

    Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan, (Kasmir dan Jakfar), objek yang diteliti tidak hanya pada bisnis atau usaha yang besar saja, tapi pada bisnis atau usaha yang sederhana bisa juga diterapkan.

  • 13

    Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan non-finansial sesuai dengan tujuan yang mereka inginkan. Layak di sini diartikan juga akan memberikan keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang menjalankannya, akan tetapi juga bagi investor, kreditur, pemerintah dan masyarakat luas.

    Hasil dari studi kelayakan bisnis menjadi dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi atau suatu bisnis layak dijalankan. Bagi penanam modal (investor) dengan dilakukannya studi kelayakan bisnis dapat memberikan gambaran prospek bisnis dan seberapa besar tingkat manfaat (benefit) yang akan diterima dari suatu bisnis sehingga hal ini menjadi dasar dalam pengambilan keputusan investasi. Studi kelayakan bisnis sudah menjadi tolok ukur yang berguna sebagai dasar penilaian keberhasilan suatu rencana terutama para penanam modal (investor) dan lembaga keuangan sebelum memberikan dana atau modal. Aspek yang digunakan dan perlu diperhatikan dalam studi kelayakan terbagi dalam dua kelompok yaitu aspek finansial (keuangan) dan aspek non-finansial (Nurmalina dkk, 2010). Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis

    Analisis aspek-aspek dalam studi kelayakan bisnis memiliki keterkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lain. Dalam menganalisis suatu bisnis harus mempertimbangkan aspek-aspek yang saling berkaitan yang akan menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi dan mempertimbangkan seluruh aspek tersebut pada setiap tahap dalam perencanaan bisnis dan siklus pelaksanaannya. Untuk memperoleh kesimpulan yang kuat tentang dijalankan atau tidaknya sebuah ide bisnis, studi kelayakan bisnis perlu menganalisis beberapa aspek kelayakan bisnis. Menurut Nurmalina et al (2010), dalam studi kelayakan bisnis terdapat dua aspek yang harus diperhatikan yaitu aspek finansial dan aspek non-finansial. Aspek non-finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek ekonomi, sosial, dan budaya, serta aspek lingkungan. Berikut merupakan aspek-aspek studi kelayakan tersebut: Aspek Pasar

    Analisis terhadap aspek pasar dan pemasaran harus dilakukan secara mendalam agar di kemudian hari bisnis yang dilaksanakan tidak gagal karena produk atau jasa tidak laku di pasar disebabkan jumlah permintaan terlalu kecil atau kalah bersaing dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan lain, atau jumlah pemasok tidak mencukupi untuk menghasilkan produk pada skala produksi tertentu (Suliyanto, 2010). Menurut Nurmalina et al (2010), dalam aspek pasar dan pemasaran mempelajari tentang permintaan, penawaran, harga, program pemasaran dan perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan. Permintaan dapat dilihat secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, ataupun perusahaan besar pemakai. Penawaran dilihat yang berasal dari dalam negeri, maupun juga yang berasal dari impor. Pada harga, dilakukan perbandingan harga dengan barang-barang impor dan produksi dalam negeri lainnya. Dalam aspek pasar juga perlu diperhatikan

  • 14

    program pemasaran seperti strategi bauran pemasaran (marketing mix) yang sebaiknya dilakukan meliputi produk, harga, dan promosi. Selain itu perlu diperhatikan pula strategi pemasaran meliputi segmentation, targeting, dan positioning.

    Aspek Teknis Aspek teknis perlu menganalisis beberapa hal meliputi penentuan lokasi

    bisnis, penentuan skala produksi yang optimal, pemilihan mesin dan peralatan dan penentuan layout pabrik dan bangunan, karena layout yang baik akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses produksi (Suliyanto, 2010). Selain itu perlu dianalisis pemilihan teknologi karena pemilihan teknologi yang tepat akan manghasilkan produk dengan kualitas yang baik dalam waktu yang cepat dan biaya yang lebih murah. Penentuan lokasi bisnis dalam aspek teknis merupakan hal yang penting karena beerhubungan dengan keberadaan lokasi yang harus mempertimbangkan dengan beberapa hal seperti ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Skala atau luas produksi akan menentukna jumlah produk yang seharusnya dihasilkan untuk mencapai keuntungan optimal.

    Aspek Manajemen dan Hukum Analisis aspek manajemen dan sumberdaya manusia terdiri dari dua

    bahasan penting, yaitu subaspek manajemen dan subaspek sumberdaya manusia. Analisis subaspek manajemen lebih menekankan pada proses dan tahap-tahap yang harus dilakukan pada proses pembangunan atau pengembangan bisnis, sedangkan analisis subaspek sumberdaya manusia menekankan ada ketersediaan dan kesiapan tenaga kerja, baik jenis atau mutu maupun jumlah sumberdaya yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis (Suliyanto, 2010). Dalam aspek hukum mengkaji ketentuan hukum yang harus dipenuhi sebelum menjalankan usaha. Ketentuan hukum untuk setiap jenis usaha berbeda-beda, tergantung pada kompleksitas bisnis tersebut.

    Aspek manajemen dilakukan untuk mengetahui sumber daya manusia yang digunakan dalam kegiatan usaha. Dalam aspek manajamen perlu diperhatikan bentuk usaha yang digunakan, struktur organisasi perusahaan yang digunakan untuk dalam menentukan job description serta sistem ketenagakerjaan yang diterapkan oleh pihak manajemen. Sedangkan dengan melakukan analisis aspek hukum dapat diketahui apakah bisnis tersebut sudah memenuhi ketentuan hukum dan perizinan di suatu wilayah bisnis itu dilaksanakan.

    Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya Aspek sosial, ekonomi, dan budaya dilakukan untuk mengetahui seberapa

    besar dampak usaha terhadap kondisi sosial, ekonomi,dan budaya masyarakat disekitar lingkungan usaha peternakan serta manfaat yang ditimbulkan dari usaha ini. Aspek ini juga menganalisis bagaimana usaha peternakan kelinci dapat memberikan kesempatan kerja disekitar lokasi. Dari aspek ekonomi juga dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi (Nurmalina dkk, 2010).

    Pada aspek sosial dilihat bagaimana keberadaan bisnis memberikan penambahan kesempatan pekerjaan atau penguurangan pengangguran di

  • 15

    sekitar lingkungan bisnis. Dalam aspek sosial dilihat apakah bisnis yang berada dilokasi tersebut memberikan pemerataan kesempatan kerja dan bagaimana pengaruh bisnis tersebut di lingkungan sekitar. Pada aspek ekonomi, dengan adanya suatu bisnis apakah dapat memberikan peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan pendapatan daerah, pajak, serta apakah bisnis dapat menambah aktifitas ekonomi. Pada aspek budaya apakah dengan adanya bisnis terdapat perubahan budaya masyarakat dengan adanya pengaruh teknologi yang digunakan sehingga masyarakat hidup lebih baik.

    Aspek Lingkungan Suatu bisnis dapat menimbulkan berbagai aktivitas sehingga menimbulkan

    dampak bagi lingkungan di sekitar lokasi bisnis. Perubahan kehidupan masyarakat sebagai akibat dari adanya aktivitas bisnis dapat berupa semakin ramainya lokasi di sekitar lokasi bisnis. Sementara itu, dampak bagi lingkungan ekologi dapat berupa polusi, baik polusi udara, tanah, air, maupun suara (Suliyanto, 2010). Adanya suatu bisnis harus diperhatikan pengaruh terhadap lingkungan apakah dengan adanya bisnis tersebut memberikan pengaruh baik atau buruk pada lingkungan sekitar. Dampak kelestarian lingkungan juga harus diperhatikan dengan adnya kegiatan bisnis yang dilakukan terutama limbah yang dihasilkan dari bisnis tersebut.

    Aspek Finansial Analisis aspek finansial (keuangan) dapat disusun setelah melakukan

    analisis-analisis sebelumnya, karena dalam analisis keuangan diperlukan informasi dari hasil analisis aspek-aspek sebelumnya. Analisis finansial (keuangan) merupakan analisis untuk mengetahui pengaruh-pengaruh finansial dari suatu usaha yang dijalankan terhadap pelaku usaha tersebut. Selain itu, analisis finansial juga berperan dalam mengetahui perkiraan pendanaan dan aliran kas dari suatu usaha, sehingga dapat diketahui apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan.

    Suatu bisnis investasi dapat dinyatakan layak perlu ditentukan teknik-teknik kriteria penilaian investasi yang didasarkan pada estimasi aliran kas proyek yang bersangkutan (Suratman, 2002). Ada beberapa metode yang biasa digunakan dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit per Cost (Net B/C), Payback Period (PP) dan analisis switching value (Suliyanto, 2010).

    Analisis Kelayakan Investasi

    Analisis kelayakan investasi dilakukan dengan menggunakan kriteria investasi untuk mengukur manfaat dan biaya yang dikeluarkan dari suatu bisnis yang dijalankan. Biaya dan manfaat dalam studi kelayakan bisnis, biasanya bukan hanya jumlahnya yang berbeda tetapi waktu dibayarkan dan diterima yang berbeda selama umur bisnis (Nurmalina dkk, 2010). Sehingga dalam mengukur manfaat suatu bisnis dapat digunakan dua cara yaitu menggunakan perhitungan berdiskonto dengan menggunakan discount factor (DF) dan menggunakan perhitungan tidak berdiskonto. Perhitungan berdiskonto dengan menggunakan discount factor (DF) merupakan suatu teknik yang dapat menurunkan manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang. Perhitungan menggunakan discount factor (DF) berkaitan dengan time preference of money (preferensi waktu atas uang).

  • 16

    Konsep time preference of money (preferensi waktu atas uang). Menayatakan bahwa preferensi orang akan sejumlah uang saat ini dibandingkan masa yang akan datang. Time preference of money (preferensi waktu atas uang) terjadi akibat gejala inflasi yang terjadi di sebuah negara. Konsep time preference of money (preferensi waktu atas uang) berkaitan pula dengan konseptime value of money. Konsep Time Value of Money menyatakan bahwa nilai uang sekarang (present value) adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa yang akan datang (future value). Di dalam konsep Time Value of Money, sejumlah uang baik yang kita keluarkan dalam bentuk biaya bisnis, atau yang akan kita peroleh sebagai manfaat bisnis, mempunyai nilai yang berbeda bila dikeluarkan atau diterima dalam waktu yang berbeda. Sehingga analisis kelayak bisnis mempertimbangkan tingkat discount rate (DR) agar nilai manfaat yang dterima saat ini dan yang akan datang bernilai sama. Nilai uang yang berubah dengan berjalannya waktu disebabkan karena terjadinya inflasi, konsumsi, dan produktivitas (Nurmalina dkk, 2010). Analisis Finansial

    Dalam mencari suatu ukuran menyeluruh tentang layak atau tidaknya suatu usaha, telah dikembangkan berbagai macam indeks. Indeks-indeks tersebut disebut kriteria investasi. Kriteria investasi tersebut antara lain: Net Present Value (NPV)

    Net Present Value (NPV) adalah metode yang dilakukan dengan cara membandingkan nilai sekarang dari aliran kas masuk bersih (proceeds) dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi. Perhitungan NPV dilakukan untuk mengetahui keuntungan bersih yang diperoleh dari usaha atau bisnis. Kriteria kelayakan berdasarkan NPV yaitu apabila NPV lebih besar dari nol (NPV > 0) artinya usaha ini sudah dinyatakan menguntungkan dan layak untuk dijalankan. Apabila NPV lebih kecil dari nol (NPV < 0), artinya usaha ini tidak menghasilkan biaya yang dipergunakan atau usaha ini merugikan dan tidak layak untuk dijalankan. Sedangkan NPV sama dengan nol (NPV = 0) artinya usaha ini mampu mengembalikan persis sebesar modal sosial opportunity cost faktor produksi normal. Dengan kata lain usaha ini tidak untung dan tidak rugi.

    Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) menyatakan besarnya pengembalian

    terhadap setiap satuan biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek. Net B/C merupakan angka perbandingan antara present value dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif. Perhitungan net B/C befungsi untuk melihat perbandingan antara jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan dengan keseluruhan jumlah manfaat (benefit) yang diperoleh. Usaha ini dikatakan layak jika perhitungan net B/C yang dilakukan menghasilkan nilai yang lebih besar atau sama dengan 1 (net B/C 1).

    Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu metode yang menghitung

    tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa mendatang atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan NPV sama dengan nol. Perhitungan IRR dilakukan untuk melihat tingkat pengembalian

  • 17

    dari investasi yang ditanamkan pada usaha ini. Apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (discount rate) yang berlaku maka usaha ini dikatakan layak dan sebaliknya bila nilai IRR lebih kecil dari discount rate yang berlaku, maka usaha ini tidak layak untuk dijalankan.

    Payback Period (PP) Payback Period (PP) metode yang digunakan untuk menghitung lama

    periode yang diperlukan untuk mengembalikan uang yang telah diinvestasikan dari aliran kas masuk tahunan (proceeds) tahunan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut. Perhitungan payback period pada usaha ini bertujuan untuk mengetahui waktu atau periode pengembalian dari nilai total investasi yang dikeluarkan padamumur usaha. Usaha ini dikatakan layak jika nilai Payback Period (PP) kurang dari umur usaha.

    Switching Value Switching Value adalah analisis yangdilakukan untuk mengukur

    kemampuan proyek dalam menghadapi perubahan perubahan suatu unsur harga baik input maupun output dan pengaruhnya terhadap pendapatan usaha.

    Kerangka Pemikiran Operasional Peternakan merupakan salah satu sub sistem pertanian yang sangat penting

    karena merupakan penyedia pangan yang sangat dibutuhkan manusia untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Peningkatan populasi penduduk Indonesia yang terjadi juga mempengaruhi peningkatan kosumsi akan protein hewani. Peningkatan kebutuhan akan protein hewani saat ini belum mampu diselesaikan Indonesia dengan baik karena Indonesia masih tergantung dengan daging impor yang masih dilakukan hingga saat ini. Kebiasaan masyarakat yang mengkonsumsi daging sapi untuk memenuhi kebutuhan protein hewani menyebabkan pemerintah masih melakukan impor daging sapi dari negara Australia.

    Dalam memenuhi kebutuhan protein hewani, masyarakat dan pemerintah seharusnya tidak hanya mengandalkan daging sapi. Sehingga Indonesia saat ini masih melakukan impor daging sapi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Padahal masih banyak hewan ternak lain yang dimiliki Indonesia yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia seperti salah satunya kelinci. Salah satu cara untuk menurunkan impor daging sapi dan mencapai swasembada daging di Indonesia adalah mengembangkan usaha ternak kelinci. Usaha peternakan kelinci perlu dikembangkan untuk memenuhi hal tersebut terutama saat ini banyak permintaan anakan ataupun daging kelinci yang belum mampu terpenuhi.

    Peternak umumnya menjual anakan kelinci selain menjual kelinci pedaging yang sudah afkir. Permintaan pasar dan penjualan lebih banyak pada kelinci jenis Gibas dan Satin yang diminati pasar. Peningkatan permintaan untuk anakan kelinci jenis tersebut yang terjadi di Pondok Pesantren Al-Ittifaq belum mampu dipenuhi seluruhnya. Kemampuan sumberdaya yang dimiliki Al-Ittifaq mendukung pengembangan peternakan kelinci disana. Pondok Pesantren Al-Ittifaq memiliki lahan yang cukup memadai untuk mengembangkan ternak kelinci. Selain lahan yang memadai, iklim yang sejuk dan kemudahan memperoleh pakan

  • 18

    dari limbah sayuran dapat mendukung peternakan kelinci di Podok Pesantren Al-Ittifaq tersebut.

    Dalam merencanakan usaha peternakan kelinci di Pondok Pesantren Al-Ittifaq perlu dilakukan analisis finansial dan non-finansial. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan analisis kelayakan investasi. Aspek non-finansial mencakup aspek hukum, aspek lingkungan, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi serta aspek manajemen dan sumberdaya manusia. Sedangkan aspek finansial akan dilakukan dengan menggunakan perhitungan kriteria investasi yang terdiri dari Payback Period, NPV, Net B/C, dan IRR. Selain itu digunakan analisis switching value untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dalam mempengaruhi manfaat yang diperoleh dalam bisnis seperti penurunan produksi dan kenaikan harga pakan. Analisis usaha dilakukan pada tiga skenario. Penggunaan tiga skenario berdasarkan jenis kelinci yang akan diusahakan yaitu jenis gibas dan jenis satin sehingga akan dibandingkan usaha pada skenario yang menghasilkan manfaat lebih besar dibandingkan skenario lain. Pada skenario I apabila mengusahakan kelinci gibas, skenario II apabila mengusahakan kelinci satin dan skenario III apabila mengusahakan kombinasi kelinci gibas dan satin. Pada skenario III, kombinasi yang digunakan adalah 60 persen gibas dan 40 persen satin. Persentase kombinasi tersebut berdasarkan jumlah kelinci yang banyak dijual yang berarti banyak konsumen yang minat pada kelinci jenis gibas dan satin, penjualan dan peminat kelinci gibas yang relatif lebih besar daripada kelinci satin.

    Setelah analisis dari berbagai aspek dilakukan, maka dapat diketahui apakah usaha ternak kelinci tersebut layak atau tidak. Apabila hasil dari analisis tersebut menunjukkan kelayakan maka bisnis tersebut layak untuk dijalankan. Setelah diketahui usaha ternak kelinci yang layak untuk dijalankan maka dipilih usaha ternak kelinci pada satu skenario yang menghasilkan manfaat lebih besar dibandingkan skenario lainnya sehingga dapat direkomendasikan kepada pihak Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk menjalankan usaha ternak kelinci tersebut.Berikut alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.

  • 19

    Gambar 2Kerangka Pemikiran

    1. Peningkatan kebutuhan konsumen protein hewani 2. Impor daging sapi yang masih dilakukan pemerintah 3. Kelinci sebagai produk substitusi protein daging sapi 4. Peningkatan jumlah permintaan kelinci pedaging

    Usaha Ternak Kelinci Ponpes Al-Ittifaq

    Analisis Kelayakan Usaha Ternak Kelinci

    Skenario I: Kelinci Jenis Gibas

    Skenario II: Kelinci Jenis Satin

    Skenario III: Kelinci Jenis Gibas dan Satin

    (60%) (40%)

    Aspek Finansial: 1. NPV 2. Net B/C 3. IRR 4. PP 5. Switching Value

    Aspek Non-Finansial: 1. Aspek Pasar 2. Aspek Teknis 3. Aspek Manajemen dan

    Hukum 4. Aspek Sosial,

    Ekonomi, dan Budaya 5. Aspek Lingkungan

    Kelayakan Usaha Ternak Kelinci Pondok Pesantren Al-Ittifaq

  • 20

    METODE PENELITIAN

    Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Al-Ittifaq yang terletak di

    Ciwidey Kabupaten BandungJawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Pondok Pesantren Al-Ittifaq merupakan salah satu lembaga pendidikan berbasis agama Islam yang juga memiliki agribisnis yang cukup maju salah satu bidang yang diusahakannya adalah usaha ternak kelinci. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai April 2013.

    Jenis Dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

    sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung (observasi) ke Pondok Pesantren Al-Ittifaq serta dengan melakukan wawancara langsung kepada pihak pengelola usaha agribisnis khususnya peternakan di pondok pesantren tersebut. Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pihak pengelola.

    Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen instansi berupa data dan informasi dari instansi pada periode terkait dengan penelitian serta gambaran umum usaha. Selain itu, data sekunder diperoleh melalui penelusuran kepustakaan melalui buku, literatur, internet dan tulisan-tulisan ilmiah yang berkaitan dengan topik yang dibahas dalam penelitian. Data sekunder merupakan data yang digunakan untuk melengkapi dan mendukung data-data primer yaitu data yang didapat dari literatur dan instansi terkait.

    Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu:

    Observasi: melakukan pengamatan langsung terhadap aktivitas usaha terutama yang terkait dengan kegiatan usaha.

    Wawancara: melakukan wawancara dengan pemilik usaha atau pengelola usaha.

    Kepustakaan: membaca buku-buku yang terkait, mempelajari hasil penelitian terdahulu, data-data dari lembaga terkait dan perusahaan yang tersedia serta literatur-literatur relevan yang menunjang.

  • 21

    Metode Pengolahan Dan Analisis Data Analisis Kelayakan Non-Finansial Aspek Pasar

    Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek pasar dan pemasaran jika ide bisnis tersebut dapat menghasilkan produk atau jasa yang dapat diterima pasar dengan tingkat penjualan yang menguntungkan. Dengan analisis pasar dapat memberikan informasi permintaan atau produk yang akan dihasilkan, penawaran atas produk sejenis, ketersediaan bahan baku atas pemasok faktor produksi yang dibutuhkan serta mengetahui ketepatan strategi pemasaran yang akan digunakan.

    Aspek Teknis Aspek teknis dikaji untuk mengetahui gambaran lokasi usaha, besar skala

    usaha, peralatan dan perlengkapan yang digunakan serta proses kegiatan produksi yang dilakukan dalam usaha. Menurut Subagyo (2007) indikator suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan dari aspek teknis produksi adalah jika secara teknis usaha tersebut dapat dilakukan dan suistainable. Suatu bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek teknis dan teknologi jika berdasarkan hasil analisis bisnis tersebut dapat dibangun dan dijalankan dengan baik.

    Aspek Manajemen dan Hukum Suatu bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek manajemen jika terdapat

    kesiapan tenaga kerja untuk menjalankan bisnis dan bisnis tersebut dapat dibangun sesuai waktu yang telah diperkirakan. Berdasarkan aspek hukum, suatu bisnis dinyatakan layak jika bisnis tersebut sesuai dengan ketentuan hukum dan mampu memenuhi segala persyaratan perizinan di wilayah tersebut.

    Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya Menurut Gittinger (1988) suatu usaha dikatakan layak dari aspek sosial

    apabila memberi dampak positif terhadap penghasilan negara, berpengaruh terhadap devisa negara, membuka peluang kerja, dan berdampak positif terhadap pengembangan wilayah dimana bisnis dilaksanakan. Suatu bisnis layak secara sosial budaya apabila diterima dan secara ekonomi memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.

    Aspek Lingkungan Suatu bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek lingkungan jika kondisi

    lingkungan sesuai dengan kebutuhan ide bisnis. Bisnis tersebut juga harus mampu memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dampak negatifnya di wilayah tersebut.

    Analisis Kelayakan Finansial

    Suatu bisnis memiliki manfaat dan biaya finansial dalam pelaksanaannya. Manfaat yang dapat diukur sacara finansial dalam penelitian ini adalah penerimaan penjualan bagi pemilik bisnis atau usaha. Penerimaan penjualan diperoleh berdasarkan hasil penjualan output yaitu berupa produk atau jasa yang ditawarkan oleh proyek atau usaha tersebut.Biaya-biaya dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua jenis biaya yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya-biaya tersebut akan dikeluarkan selama proyek berjalan. Biaya

  • 22

    investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pemilik usaha untuk membuat usaha baru. Biaya operasional meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas proyek.

    Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek keuangan jika sumber dana untuk membiayai ide bisnis tersedia serta bisnis tersebut mampu memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan. Metode yang digunakan untuk melakukan analisis finansial pada proyek atau usaha ini adalah dengan menggunakan kriteria penilaian investasi. Metode tersebut bertujuan untuk mengkaji layak atau tidaknya suatu bisnis atau usaha dapat dijalankan secara finansial. Metode tersebut terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost (Net B/C), dan Payback Period (PP). Net Present Value (NPV)

    Net Present Value (NPV) merupakan keuntungan bersih yang berupa nilai bersih sekarang berdasarkan jumlah dari Present Value (PV). Rumus umum yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah:

    1

    Keterangan: Bt = Benefit pada tahun ke-t Ct = Cost pada tahun ke-t i = Tingkat Diskonto Rate (DR) (%) n = Umur proyek (tahun) NPV memiliki tiga nilai yang masing-masing memiliki arti terhadap kriteria

    investasi apabila NPV kurang dari nol (NPV < 0)berarti bahwa usaha atau proyek tersebut tidak layak secara finansial karena masih mengalami kerugian. Apabila NPV sama dengan nol (NPV = 0) berarti bahwa usaha atau proyek tersebut tidak mengalami kerugian dan juga tidak mengalami keuntungan, maka keputusan untuk meneruskan usaha ini atau tidak berada di tangan pemillik usaha sendiri. Sedangkan apabila NPV lebih besar dari nol (NPV > 0) berarti bahwa usaha atau proyek tersebut layak secara finansial sebab mendapatkan keuntungan. Internal Rate of Return (IRR)

    IRR digunakan untuk menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa-masa mendatang. IRR memiliki tiga nilai yang masing-masing memiliki arti terhadap kriteria investasi, yaitu apabila IRR lebih kecil dari nol (IRR DR) berarti bahwa usaha atau proyek tersebut layak secara finansial.

    IRR i NPV

    NPV NPV x i i

    Keterangan: IRR = Internal Rate of Return i1 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV+

  • 23

    i2 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV- NPV1 =Net Present Value bernilai positif NPV2 = Net Present Value bernilai negatif

    Net Benefit-Cost (NET B/C) Net B/C merupakan nilai manfaat yang bisa didapatkan dari proyek atau

    usaha setiap kita mengeluarkan biaya sebesar satu rupiah untuk proyek atau usaha tersebut. Net B/C merupakan perbandingan antara NPV positif dengan NPV negatif. Nilai Net B/C memiliki arti sebagai berikut:

    Net B C BC

    BC

    ; Bt Ct 0Bt Ct 0

    Keterangan: Bt = Benefit pada tahun ke-t Ct = Cost pada tahun ke-t i = Tingkat Diskonto Rate (DR) (%) n = Umur proyek (tahun) (Bt-Ct)1 = untuk Benefit lebih besar dari Cost pada tahun ke-t (Bt-Ct)2 = untuk Benefit lebih kecil dari Cost pada tahun ke-t

    Payback Period (PP) Payback Period (PP) merupakan salah satu kriteria investasi yang berupa

    jangka waktu yang diperlukan dalam pengembalian seluruh investasi atau bisa diartikan juga sebagai teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Payback Period dapat dicari dengan mengakumulatifkan arus manfaat dan biaya mulai dari yang bernilai negatif hingga positif yang pertama. Payback Period dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

    I

    Keterangan:

    I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan Ab discounted =Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya

    yang dikalikan DR Analisis Switching Value

    Switching Value digunakan untuk mengatahui perubahan makasimal dari kompenen inflow ataupun komponen outflow yang masih dapat ditoleransi sehingga bisnis masih tetap layak. Komponen inflow biasanya meliputi penurunan harga output atau penurunan produksi, sedangkan komponen outflow biasanya meliputi peningkatan harga input atau peningkatan biaya produksi. Hal tersebut akan mempengaruhi nilai NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period sebagai

  • 24

    komponen kelayakan usaha. Metode switching value mencoba merefleksikan perubahan yang mungkin terjadi dengan cara trial and error.

    Asumsi Dasar Perhitungan kelayakan usaha ternak kelinci pada Pondok Pesantren Al-

    Ittifaq didasarkan pada asumsi berikut: 1. Umur bisnis analisis kelayakan investasi yang digunakan yaitu 5 tahun.

    Hal ini didasari oleh umur ekonomis dari kandang kelinci berbahan dasar bambu.

    2. Harga input dan output selama umur bisnis konstan berdasarkan harga yang berlaku di Bandung pada saat turun lapang Maret 2013.

    3. Lahan yang digunakan seluas 240 m2 berdasarkan lahan yang dapat digunakan dengan kapasitas jumlah indukan yang digunakan sebanyak 117 ekor.

    4. Penelitian ini mengggunakan tiga skenario yakni skenario I adalah peternak yang hanya menjual kelinci jenis gibas, skenario II adalah peternak yang menjual kelinci jenis satin, sedangkan skenario III adalah peternak yang menjual kelinci kombinasi jenis gibas dan jenis satin.

    5. Jenis kelinci kombinasi yang diusahakan merupakan 60 persen jenis gibas dan 40 persen jenis satin berdasarkan jumlah penjualan dan kemudahan pemeliharaan untuk kedua jenis kelinci tersebut.

    6. Rasio indukan jantan dan betina adalah 1:6 artinya seekor jantan dapat dikawinkan dengan enam ekor betina berdasarkan keadaan pada saat turun lapang agar indukan berproduksi dengan baik.

    7. Persentase kematian (mortalitas) adalah 40 persen berdasarkan keadaan yang terjadi di daerah tersebut sehingga anakan kelinci yg hidup sebanyak lima ekor. Lima ekor kelinci diasumsikan mampu hidup mulai dari lahir hingga dijual.

    8. Usia kelinci Gibas yang siap dijual adalah anakan berusia dua bulan yang telah lepas sapih dan usia kelinci Satin yang siap dijual adalah anakan usia empat bulan yang telah lepas sapih.

    9. Usia indukan kelinci afkir adalah lima tahun karena pada usia tersebut indukan kelinci tidak dapat berproduksi dengan baik yang hanya menghasilkan anak kurang dari lima ekor atau tidak dapat menghasilkan anakan kelinci.

    10. Harga kelinci gibas berdasarkan harga rata-rata yang berlaku di Bandung yaitu anakan kelinci lokal dengan harga rata-rata Rp12 500per ekor, dan kelinci afkir Rp12 500 per kilogram bobot hidup dengan rata-rata bobot hidup 2.5 kg per ekor.

    11. Harga kelinci satin berdasarkan harga rata-rata yang berlaku di Bandung yaitu anakan kelinci satin dengan harga rata-rata Rp47 500 per ekor dan kelinci afkir Rp12 500 per kilogram bobot hidup dengan rata-rata bobot hidup 2.5 kg per ekor.

    12. Harga urine kelinci dijual Rp300 per liter berdasarkan harga rata-rata penjualan urine di daerah tersebut pada saat turun lapang.

  • 25

    13. Pajak pendapatan yang digunakan sebesar 25 persen berdasrakan UU RI No.36 Tahun 2008 Pasal 17 ayat 2a.

    14. Tingkat suku bunga yang dipakai sebesar 6 persen berdasarkan tingkat suku bunga deposito Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada Maret 2013.

    GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bandung Kondisi geografis wilayah Kabupaten Bandung yang terletak pada koordinat

    1070 22' - 10805' Bujur Timur dan 60 41' - 70 19' Lintang Selatan terletak di wilayah dataran tinggi. Luas wilayah keseluruhan Kabupaten Bandung 176 238.67 ha, sebagian besar wilayah Bandung berada diantara bukit-bukit dan gunung-gunung yang mengelilingi Kabupaten Bandung, seperti disebelah utara terletak Bukittunggul dengan tinggi 2 200 m, Gunung Tangkuban Parahu dengan tinggi 2 076 m yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Purwakarta dan di sebelah selatan terdapat Gunung Patuha dengan tinggi 2 334 m, Gunung Malabar dengan tinggi 2 321 m, serta Gunung Papandayan dengan tinggi 2 262 m dan Gunung Guntur dengan tinggi 2 249 m, keduanya di perbatasan dengan Kabupaten Garut.Batas wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Bandung adalah:

    Sebelah Utara : Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, dan KabupatenSumedang.

    Sebelah Timur : Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut. Sebelah Selatan : Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur. Sebelah Barat : Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung dan Kota

    Cimahi. Morfologi wilayah pegunungan dengan rata-rata kemiringan lereng antara 0-

    8%, 8-15% hingga di atas 45%. Kabupaten Bandung beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson dengan curah hujan rata-rata antara 1 500 mm sampai dengan 4.000 mm per tahun. Suhu udara berkisar antara 120C sampai 240C dengan kelembaban antara 78% pada musim hujan dan 70% pada musim kemarau.

    Lahan merupakan sumberdaya alam yang paling penting dalam usaha budidaya pertanian. Potensi Lahan di Kabupaten Bandung, terdiri dari Lahan Sawah seluas 36 212 hektar atau 20.55% dari luas wilayah Kabupaten Bandung (176 239 Ha), Lahan Kering seluas 140 027 hektar (79.45%), terdiri dari lahan kering pertanian seluas 74 778 Ha (42.43%) dan lahan kering bukan pertanian 65 249 ha (37.02%).

    Sejarah Pondok Pesantren Al-Ittifaq Pondok Pesantren Al- Ittifaq didirikan pada tanggal 1 Februari 1934 (16

    syawal 1302) oleh KH. Mansyur atas restu Kangjeng Dalem Wiranata Kusumah. Pada awalnya Pondok Pesantren Al-Ittifaqtergolong ke dalam jenis pondok

  • 26

    pesantren salafiyah (tradisional/non sekolah). Sistem pendidikan yang diterapkan pada waktu itu cukup kolot yaitu para santri diharamkan untuk belajar menulis latin, tidak boleh kenal dengan pejabat pemerintah karena dianggap penjajah, tidak diperbolehkan membuat rumah dari tembok, tidak boleh ada alat elektronik (mic, radio, televisi dan sebagainya) dan tidak diperbolehkan membuat toilet di dalam rumah. Pada tahun 1953 kepemimpinan diteruskan oleh H. Rifai hingga wafatnya pada tahun 1970, dan pada tahun 1970 sampai sekarang kepemimpinan dipegang oleh KH. Fuad Affandi (cucu dari KH. Mansyur). Pengelolaan pendidikan yang seadanya, menyebabkan perkembangannya amat sangat lamban, bahkan cenderung berjalan di tempat, ditambah dengan keengganan untuk membuka diridan kurangnya pengetahuan mengenai potensi daerah.

    Sejak tahun 1970 KH. Fuad Affandi,mencoba untuk memadukan antara kegiatan keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (Agribisnis) di pondok pesantrennya, sesuai dengan potensi alam yang ada di sekitar pesantren. Kegiatan usaha pertanian (Agribisnis) berlangsung hingga saat ini, bahkan menjadi tulang punggung kegiatan pesantren. Dalam melaksanakan pengembangan agribisnis, Pondok Pesantren Al-Ittifaq mendasarkannya kepada prinsip INPEKBI (Ilahi, Negeri, Pribadi, Ekonomi, Keluarga, Birahi, Ilmihi) yang artinya, bahwa dalam melaksanakan pengembangan agribisnis maka harus diridhoi oleh Allah SWT, diakui oleh pemerintah (negeri), berdasarkan atas kepribadian yang luhur, usaha secara ekonomis harus menghasilkan keuntungan. Serta kegiatan tersebut harus berdasarkan asas kekeluargaan, dan bila sudah dewasa santri siap untuk dinikahkan dan diberi tempat tinggal. Karena di pondok pesantren ini tidak ada batasan waktu bagi santri untuk berlatih dan mondok di Pesantren Al-Ittifaq ini, serta menerapkan ilmu atau teknologi yang berkembang untuk meningkatkan produksi.

    Lokasi Dan Kondisi Geografis Pondok Pesantren Al-Ittifaq Ponpes Al-Ittifaq terletak di sebelah selatan kota Bandung, tepatnya di Jalan

    Patengan KM. 7 Kampung Ciburial, Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali (Ciwidey), Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Secara geografis Desa Alam Endah berbatasan dengan beberapa desa lainnya, yaitu :

    Sebelah Utara : Desa Panundan Sebelah Selatan : Desa Patengan Sebelah Timur :Desa Sugih Mukti Sebelah Barat : Desa Lebak Muncang Jarak Ponpes Al-Ittifaq ke kota kecamatan 14 km, ke kota kabupaten

    (Pemda) 29 km dan ke kota Bandung 40 km. Ponpes dapat dijangkau dengan berbagai sarana transportasi seperti mobil, motor, maupun angkutan umum. Desa Alam Endah terletak pada daerah dataran tinggi dengan ketinggian tempat 1.200-1.400 m di atas permukaan laut. Curah hujan rata-rata 2.130 mm/tahun dengan suhu harian berkisar 19-20C. Sedangkan tingkat kesuburan tanahnya berkisar dari kategori sedang sampai tinggi.

  • 27

    Organisasi Dan Kelembagaan Pondok Pesantren Al-Ittifaq Ponpes Al-Ittifaq adalah organisasi sosial keagamaan yang menyantuni anak

    yatim piatu dan fakir miskin dan mendidik pengembangan usaha. Dengan niat ibadah dan menegakkan syiar Islam melalui dakwah, Ponpes Al-Ittifaq memberikan pelayanan sosial di bidang pendidikan keagamaan yang dipadukan dengan pendidikan pertanian. Dengan harapan para santri akan memiliki iman dan takwa yang kuat, bermental mandiri dan berjiwa wirausaha.

    Selain sebagai sarana untuk mengajarkan ilmu keagamaan dan usaha (agribisnis) Pondok Pesantren Al-Ittifaq juga merupakan sebagai wadah sosial kemasyarakatan dengan selalu digulirkannya kegiatan khitanan massal bagi masyarakat umum. Yang setiap tahunnya menampung anak-anak yang dikhitan mencapai kurang lebih 150 orang dengan tanpa dipungut biaya apapun. Selain kegiatan khitanan massal, Pondok pesantren juga merupakan sebagai pusat dari kumpulan dewan keamanan masjid (DKM) yang jumlahnya mencapai kurang lebih 35 DKM dari satu kelurahan. Visi dan Misi

    Pondok Pesantren Al-Ittifaq sebagai sebuah lembaga pendidikan memiliki visi, yaitu Ikhlas dalam pelayanan untuk menegakkan syiar Islam melalui dawah bil hal. Sedangkan misi yang dimiliki pondok pesantren adalah: Membentuk pribadi dan masyarakat yang berakhlak mulia melalui

    pengamalan nilai-nilai Islam. Mengembangkan program pelayanan yang terpadu, terarah dan

    berkesinambungan. Membentuk perilaku berprestasi, berfikir strategis serta bertindak efektif,

    efisien melalui pengembangan pendidikan yang komprehensif bagi kelayakan. Dalam upaya untuk menjaga kesesuai eksternal, Pondok Pesantren Al-Ittifaq

    mempunyai prinsip-prinsip kelembagaan yaitu Meyakinkan, Menggalang, Menggerakan, Memantau, dan Melindungi.

    Lembaga-Lembaga

    Lembaga di Pondok Pesantren Al-Ittifaq ini terbagi kedalam beberapa golongan, diantaranya : Salafiyyah

    Lembaga Salafiyyah ini merupakan lembaga non-formal dan tanpa dipungut biaya pendaftaran juga bangunan yang notabene santri-santrinya berasal dari keluarga yang tidak mampu (yatim piatu) di lembaga salafiyyah ini masih menggunakan sistem pendidikan tradisional seperti halnya pesantren-pesantren tradisonal pada umumnya. Akan tetapi yang menjadikan ciri khas dari lembaga salafiyyah ini ialah adanya kegiatan ekstrakulikuler di lapangan seperti pertanian, peternakan, perikanan dan agribisnis.Lembaga salafiyyah ini bertujuan untuk mendidik santri agar bisa hidup mandiri dan mengambangkan jiwa wirausahawan agar kedepannya setelah menyelesaikan masa pendidikan di Pondok pesantren para santri bukan hanya bisa mengajar mengaji dan berdakwah tapi juga mereka mampu memanfaatkan kesempatan untuk dijadikan sebagai peluang usaha bahkan mereka mempu membuka lahan usaha untuk orang lain.

  • 28

    Khalafiyyah Lembaga Khalafiyyah ini merupakan lembaga formal yang terdiri dari TPA,

    TK, MI, MTS dan MA. Dan sebagian dari siswa-siswinya berasal dari luar daerah Bandung. Khalafiyyah lebih diutamakan untuk dididik pengetahuan tentang pelajaran sekolah seperti pada umumnya. Namun lembaga khalafiyyah ini selain dididik pengetahuan tentang pelajaran sekolah pada umumnya siswa-siswanya juga diajarkan pengetahuan tentang agribisnis dan pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan dunia pertanian lainnya.

    Santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq Dalam rangka mengikuti perkembangan era-globalisasi dimana setiap

    individu dituntut untuk bergerak dan aktif demi bersaing dalam mempertahankan juga mengembangkan setiap potensi dan kesempatan yang ada di depan mata dari itu seharusnyalah setiap individu memiliki bakat dan multi talenta dalam berbagai aspek kehidupan baik aspek yang barkaitan dengan agama ataupun aspek yang berkaitan dengan umum.

    Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam melaksanakan fungsinya sebagai pencetak kader dakwah juga merupakan sebagai pencetak individu-individu yang berjiwa wirausahawan salah satunya yaitu dengan digulirkannya kegiatan agribisnis yang melibatkan para santri. Sehingga para santri selain dibekali ilmu agama, juga dibekali ilmu agribisnisnya. Oleh karena itu banyak alumni santri juga yang melakukan usaha pada bidang agribisnis dan umumnya berhasil. Pondok Pesantren Al-Ittifaq saat ini merupakan tempat magang atau pelatihan agribisnis dari santri-santri di luar daerah, mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi, dan petani dari berbagai daerah, baik dalam maupun luar negeri.

    Santri di Pondok Pesantren Al-Ittifaqtidak semuanya berasal dari keluarga mampu, banyak santri dari golongan keluarga yang tidak mampu atau menengah ke bawah maka dari itu pihak pondok pesantren mengambil inisiatif dalam menggalang semua anggaran dana yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan sehari-hari santri yaitu dengan dengan menggunakan istilah Dari santri, oleh santri dan untuk santri maksudnya ialah santri diberikan lahan oleh pihak pesantren baik itu lahan pertanian, peternakan dan perikanan untuk dikelola oleh santrinya dan nantinya dari hasil lahan yang dikelolanya itu akan dinikmati oleh santrinya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka seperti membeli beras, lauk dan lain sebagainya. Selain untuk memenuhi kebutuhan santri, pertanian, peternakan, dan perikanan juga menjadi suatu usaha bagi pondok pesantren untuk memperoleh keuntungan yang lebih banyak digunakan untuk kebutuhan pesantren.

    Inisiatif ini banyak mengundang para ilmuwan, dosen dan peneliti untuk mempelajari lebih dalam tentang sistem yang jalankan di Pondok Pesantren Al-Ittifaq ini karena termasuk sistem yang masih sedikit diterapkan di lembaga Pondok pesantren pada umumnya yang diantaranya masih mengandalkan uang dari iuran santrinya.

    Santri dapat memilih kegiatan-kegiatan atau ekstrakulikuler pertanian yang mereka minati. Ekstrakulikuler terdiri dari pertanian, peternakan dan agribisnis. Dalam ekstrakulikuler pertanian, santri dapat memilih komoditi yang mereka minati pula seperti sayur mayur, strawberry, dan asparagus. Pada

  • 29

    ekstrakulikulerpertanian santri belajar budidaya dari menanam, merawat, hingga memanen suatu tanaman. Ekstrakulikuler peternakan, santri juga dapat memilih hewan ternak seperti sapi, kelinci, angsa, kambing, dan ikan. Pada ekstrakulikuler peternakan santri belajar mengembang biakan hewan ternak sehingga terus berproduksi menghasilkan anak dan dapat dijual. Selain itu, terdapat ekstrakulikuler agribisnis meliputi sorting, grading, dan packaging. Pada ekstrakulikuler agribisnis, santri lebih belajar untuk melanjutkan perlakuan dari panen sehingga hasil panen lebih memiliki harga jual. Dengan ini pesantren mampu memasok sayuran ke pasar-pasar modern yang sudah menjadi langganan.

    Agribisnis Pondok Pesantren Al-Ittifaq

    Pada tahun 1997, atas keberhasilan menembus pasar supermarket, pesantren

    ini dijadikan sebagai Pondok Pesantren Percontohan Pengembangan Agribisnis, yang seleksi penetapannya dilakukan pada tahun 1996 oleh Tim Antar Departemen (Departemen Agama, DepartemenPertanian, Departernen Koperasi dan Pengusaha Kecil dan Menengah, Departemen Dalam Negeri, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, serta Induk Koperasi Pondok Pesantren dan Pemda Tingkat I).

    Berkembang pesatnya kegiatan agribisnis di Pondok Pesantren Al-Ittifaq ini menyebabkan banyak perusahaan swasta dan lembaga-lembaga memberikan bantuan permodalan dan latihan manajemen. Tujuannya,untuk meningkatkan volume dan kualitas usahanya. Bantuan tersebut berdatangan sejak tahun 1993. Lembaga yang memberikan bantuan permodalan adalah PT. Telkom dan PT. Perkebunan Nasional VIII.Berbagai pelatihan dan bimbingan manajemen pun diberikan, antara lain oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Jabar dan Tingkat II Kabupaten Bandung, Departemen Pertanian, Departemen Koperasi, serta beberapa instansi. Sedangkan bantuan sarana dan prasarana diberikan oleh Pemerintah Daerah Tk. I dan Tk. II, terutama Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Departemen Pertanian berupa bangunan Pusat Inkubator Agribisnis dan Departemen Koperasi, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Agama, PT. Perkebunan Nasional VIII dan juga instansi lain. Keberhasilan pesantren agribisnis Al-Itti