fistula preauricular

Upload: stefanie-karina

Post on 05-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

cdcdcdcdcd

TRANSCRIPT

Stefanie Karina 07120110100Fistula Preauricular

Fistula adalah suatu kelainan kongenital atau didapat berupa saluran yang dibatasi oleh epitel antara suatu viskus dan epitel permukaan atau antara dua garis epitel permukaan. Merupakan suatu lubang dangkal yang disebabkan adanya ketidaksempurnaan penutupan dari lengkung brankhial pertama atau kedua. Saluran yang lengkap disebut fistula. Penutupan sebagian saluran membentuk suatu sinus dan penutupan terpisah dari saluran membentuk kista. Sinus preaurikular lebih dalam dibandingkan fistula preaurikular dan dibatasi oleh epitel gepeng bertingkat atau epitel kolumnar. Sinus preaurikular ujungnya berakhir di cincin timpani.

Fistula lengkung pertama brankhial (Collaural fistula) memiliki satu saluran yang berawal dari sambungan tulang rawan dan tulang meatus akustikus eksterna. Salurannya berjalan didepan dan memiliki bagian yang berhubungan dengan nervus fasialis (dapat di permukaan atas dalam) dan berjalan ke depan untuk keluar dikulit depan otot sternokleidomastoideus setinggi tulang hyoid.

Fistula lengkung kedua brankhial memiliki ruang terbuka didalam, biasanya difosa tonsilaris dan salurannya berjalan ke bawah melewati antara arteri karotis eksterna dan interna. Saluran ini menuju ke permukaan ke nervus hipoglossus dan glossofaringeus, tapi bagian dalam ke rongga belakang dari otot digastrik dan terbuka pada batas depan otot sternokleidomastoideus.

CELAH KISTA BRANKHIAL PERTAMAKelainan bentuk dari celah brankhial pertama akibat dari fusi yang tidak lengkap dari arkus brankhial pertama dan kedua dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu aplasia, atresia, stenosis dan duplikasi. Kelainan lengkung pertama tidak umum dibandingkan kelainan lengkung kedua. Terlihat pada minggu ketiga dan keempat perkembangan embrio, Struktur mesodermal ini dipisahkan oleh celah ektodermal dan kantung endodermal. Celah pertama menetap sebagai kanalis akustikus eksternus, sedang bagian tengah membentuk kavum konka dan bagian ventral untuk mengalami obliterasi secara lengkap dapat menyebabkan kelainan celah brankhial pertama.Diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu :1. Tipe I, berasal dari ektodermal dan tampak sebagai duplikasi membran kanalis eksterna, lokasi anatominya dekat dengan kanalis eksterna, posterior , inferior dan media dari kartilago konka dan pinna, jalur sinusnya menyambung dengan kanalis eksternus. Jalur dapat berada sekitar jaringan parotis normal dan biasanya tidak selalu lateral dari nervus fasialis. Karena tidak dipengaruhi oleh pertumbuhan mesoderm arkus brankhial pertama dan kedua. Tidak terdapat struktur adnexa pada kelainan ini, kekhasannya berupa kista atau fistula dekat konka atau region pretragus.2. Tipe II, kelainan yang timbul dari elemen ektoderm celah brankhial pertama dan elemen mesoderm dari arkus brankhial pertama dan kedua. Terlihat sebagai duplikasi dari kedua membran kartilago kanalis eksternus. Mengandung mesoderm yang penting untuk perkembangan adneksa. Tertarik lagi ke medial dan inferior dari kanalis eksternus sebagai struktur lain dari arkus pertama dan kedua. Lebih jarang jika dibandingkan dengan tipe I, dan biasanya terdapat pada tahun pertama kehidupan sebagai kista superfisial atau sinus dibawah angulus mandibula dan anterior dari segitiga leher.

Diagnosis

Biasanya asimptomatik, hanya 1/3 dari seluruh populasi kelainan yang sadar dengan kelainannya. Sinus preaurikular lebih dalam dibandingkan dengan lubang preaurikular. Denangan menggunakan probe yang digunakan secara berhati-hati dapat menentukan apakah kelainan suatu sinus preaurikular atau lubang preaurikular. Beberapa pasien menunjukkan adanya sekret purulen yang kronis. Ciri khas dari terbukanya lubang preaurikular ini dapat mengeluarkan sekret seperti keju yang terdiri dari deskuamasi keratin debris. Sinus preaurikular jarang menimbulkan gejala kecuali jika terinfeksi, adanya sekret berpotensi menjadi infeksi. Nyeri tekan dan pembengkakan pada anterior aurikel menandakan adanya preaurikular sinus yang terinfeksi. Dapat bergejala sebagai selulitis fasial atau ulserasi yang terletak dianterior sampai ke telinga. Kondisi yang biasanya ditemukan bersaan dengan sinus preaurikular temasuk impaksi pada molar 3, kelainan ginjal, kehilangan pendengaran, fistula brankhiogenik, lubang pada komisura bibir, serta kelainan teling luar.

Menurut penelitian, 52 % pasien menunjukkan inflamasi pada sinusnya, 34 % adanya abses , dan 18 % sudah terinfeksi. Infeksi ini sering disebabkan oleh bakteri anaerob. Penyebab yang teridentifikasi adalah Staphylococcus epidermidis (31%), Staphylococcus aureus (31%), Sterptococcus viridians (15%), Peptococcus Sp (15%) dan Proteus Sp (8%). Bila terdapat eksudat dari sinus diperlukan kultur dan uji resistensi untuk kepentingan terapi. USG menggambarkan preaurikular sinus dengan cepat dan hubungannya dengan arteri temporalis superfisial, anterior krus helix dan tragus. Pemeriksaan lain adalah dengan fistulografi, yaitu dengan memasukkan zat kontras kedalam muara fistula, lalu dilakukan pemeriksaan radiologi. CT Scan (Computered Tomography High Resolution) dapat membantu rencana preoperatif. CT lebih disukai daripada MRI karena dapat menggambarkan tulang secara digital dan membantu membedakan suatu massa kistik.PengobatanJika fistula preaurikular atau sinus tidak bergejala, tidak memerlukan terapi. Jika terdapat infeksi pada preaurikular sinus harus diberikan antibiotik sistemik. Penisilin merupakan terapi antibiotik awal yang dianjurkan. Jika terdapat abses harus dilakukan insisi dan drainase.

Terapi definitif dari lubang preaurikular dan sinus preaurikular membutuhkan eksisi lengkap dari saluran lubang dan sinus. Juga dilakukan bila terjadi infeksi dengan keadaan eksaserbasi akut dan berulang. Dengan syarat pembedahan dilakukan setelah infeksi diterapi dengan antibiotik dan inflamasi telah tenang. Insisi awal dan drainase dari inflamasi akut sebaiknya tidak dilakukan karena akan menumbulkan skar yang akan menyulitkan reaksi penyembuhan. Tindakan bedah dilakukan setelah dipastikan pasien bebas dari infeksi. Tindakan ini dilakukan oleh ahli bedah yang mengetahui dengan baik anatomi nervus fasialis. Beberapa ahli percaya bahwa saluran sinus harus diangkat saat sinus preaurikular tidak bergejala, karena bila dilakukan setelah ada gejala atau setelah mengalami infeksi akan menimbulkan skar, yang menyebabkan tidak lengkapnya sinus preaurikular yang diangkat dan akan menyebabkan rekurensi pasca operasi.

Angka rekurensi pasca operasi adalah 13 42 %. Kebanyakan rekurensi pasca operasi terjadi karena tidak lengkapnya pengangkatan saluran sinus. Salah satu cara untuk mencegah pengangkatan saluran sinus yang tidak lengkap yaitu dengan melukis saluran selama operasi. Injeksi methylen blue kedalam traktus sinus dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menurunkan resiko terjadinya eksisi yang tidak lengkap. Beberapa ahli bedah memasukkan methylen blue melalui bibir kedalam saluran sinus tiga hari sebelumnya. Teknik standar untuk ekstirpasi saluran sinus melibatkan insisi sekitar sinus dan diseksi sisa dari saluran sampai kista dekat helix. Suatu dugaan bahwa teknik pendekatan supraaurikular lebih baik. Teknik supraaurikular insisinya meluas sampai ke postaurikular. Lubang otik diangkat melalui insisi elips, jalur sinus dieksisi sambil mengembalikan kontinuitas kartilago. Observasi nervus fasialis mungkin diperlukan, terutama jika pasien telah mendapat terapi bedah sebelumnya atau telah mengalami infeksi yang berulang atau kronis. Eksisi lengkap dilakukan sampai ke kanalis akustikus eksternus atau ruang telinga tengah, dan eksisi harus dilakukan dengan rekonstruksi kanal, membran timpani atau struktur telinga tengah dengan teknik timpanoplasti standar.