fisio

14
` I. PENDAHULUAN Dengan sediaan natif (darah segar) kita dapat mengamati bentuk sel darah ataupun mikroorganisme dalam darah. Rouleaux ialah suatu formasi eritrosit yang saling berdekatan satu sama lain membentuk deretan seperti deretan uang logam. Bentuk ini sering terlihat pada darah kuda, babi, anjing dan kucing yang sehat, sedang pada darah sapi, kambing, dan domba jarang ditemukan. Mikroorganisme dalam darah juga dapat dilihat dalam darah natif, misalnya larva Dirofilaria immitis pada anjing, Trypanosoma pada vertebrata berenang di antara sel-sel darah. Dengan mewarnai sediaan apus darah dengan zat warna yang bersuasana asam dan basa, seperti Giemsa, Wright, Hematoksilin-eosin, maka sel-sel darah yang bersuasana asam akan berwarna merah, dan yang basa akan berwarna biru, atau biru keunguan. Oleh karena itulah dengan mikroskop dapat dilakukan penghitungan (prosentase) sel- sel darah putih. Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah Laporan Praktikum Sediaan Natif Darah dan Apus Darah | Fisiologi Veteriner 1

Upload: putri-suryani

Post on 22-Nov-2015

99 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Fisiologi

TRANSCRIPT

`I. PENDAHULUAN

Dengan sediaan natif (darah segar) kita dapat mengamati bentuk sel darah ataupun mikroorganisme dalam darah. Rouleaux ialah suatu formasi eritrosit yang saling berdekatan satu sama lain membentuk deretan seperti deretan uang logam. Bentuk ini sering terlihat pada darah kuda, babi, anjing dan kucing yang sehat, sedang pada darah sapi, kambing, dan domba jarang ditemukan.Mikroorganisme dalam darah juga dapat dilihat dalam darah natif, misalnya larva Dirofilaria immitis pada anjing, Trypanosoma pada vertebrata berenang di antara sel-sel darah.Dengan mewarnai sediaan apus darah dengan zat warna yang bersuasana asam dan basa, seperti Giemsa, Wright, Hematoksilin-eosin, maka sel-sel darah yang bersuasana asam akan berwarna merah, dan yang basa akan berwarna biru, atau biru keunguan. Oleh karena itulah dengan mikroskop dapat dilakukan penghitungan (prosentase) sel-sel darah putih. Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mempelajari, mengetahui, dan memahami darah yang diamati tanpa diproses lebih lanjut (sediaan natif) yaitu dengan memperhatikan bentuk sel-sel darah eritrosit dan leukosit yang memiliki bentuk keriput (krenasi), berbaris-jajar (rouleaux), dan ada tidaknya mikroorganisme (parasit atau bakteria). Selain itu, praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara membuat sediaan apus, mengamati bentuk-bentuk sel darah merah dan sel darah putih, serta menghitung sel-sel darah putih (leukosit).

II. MATERI DAN METODE

A. Alat dan bahan Darah segar NaCl fisiologis Cat giemsa Xylol dan metil alkohol atau methanol Tisu

Buffer fosfat Kaca benda (obyec glass) dan penutup (cover glass) Mikroskop elektronik Pipet Alat penusuk pembuluh darah

B. Metode : Natif : pengamatan secara mikroskopis langsung dengan mikroskop cahaya Apus : usapan pada obyek glass Identifikasi : dengan pengecatan Giemsa

III. TATA KERJA

A. Sediaan Natif Darah1. Membersihkan ujung jari dengan tisu yang telah di celupkan alcohol, lalu menusuk ujung jari dengan alat penusuk pembuluh darah. 2. Menyediakan satu kaca benda yang bersih dari lemak dengan dan sudah ditetesi NaCl fisiologis 1/4 tetes di atasnya, kemudian meneteskan darah segar 1/5 tetes (atau dengan batang korek api diambil darah). Diaduk dengan ujung pipet atau batang korek, setelah rata ditutup dengan kaca penutup.3. Meletakkan di bawah mikroskop (posisi mikroskop tidak boleh miring) dan meamati dengan pembesaran 10X, 250X dan 400X. Diperhatikan apa yang terlihat (menggambar sel darah merah dan putih 1-3 sel dan mikroorganisme bila ada)4. Gambarlah apa yang terlihat pada mikroskop elektronik tersebut lalu amatiB. Sediaan apus daraha. Teknis pembuatan sediaan apus darah1. Disiapkan dua gelas benda yang bersih dari lemak/minyak (dibersihkan dengan kertas tissue yang dibasahi dengan alkohol 70%)2. Meneteskan darah dengan lidi di ujung kanan (1,5 cm dari tepi kanan) pada gelas benda 1, dan memegang gelas benda tersebut dengan ibu dan telunjuk jari tangan kiri pada kedua ujungnya. Kemudian gelas benda ke 2 dipegang dengan ibu dan telunjuk jari tangan kanan. Lalu salah satu ujung datar gelas benda ke-2 tersebut diletakkan pada sebelah kiri tetesan darah tadi membentuk sudut 30o ( makin besar sudut, makin tebal sidiaan apusnya). Seperti Gambar 1 dibawah ini.3. Gelas benda ke-2 tersebut ditarik ke kanan sampai menyentuh tetesan darah, Di tunggu sampai darah merata keseluruh sudut gelas. Bila sudah rata segera dorong gelas ke-2 (gelas yang ditangan kanan) tersebut tanpa mengangkatnya, maka akan terbentuklah lapisan atau sediaan apus darah yang tipis.4. Sediaan apus dikeringkan di udara bebas (atau kipas-kipaskan), lalu diwarnai dengan Giemsa.

IIIGambar 1. Cara membuat sediaan apus darah

b . Teknis pewarnaan Giemsa1. Memasukkan/merendam atau meteteskan sediaan apus darah yang kering dengan metilalkohol untuk fiksasi selama 5 menit.2. Mengangkat dan dikeringkan di udara (dikipas-kipaskan). Bila sudah kering ditaruh di atas rak bak pencuci, dan ditetesi dengan cat Giemsa sampai merata di atas apus darah, ditunggu sampai 30 menit.3. menyuci sediaan dengan air mengalir dari kran atau pipet sehingga cat Giemsanya bersih.4. Mengeringkan di udara bebas (dikipas-kipaskan) atau bisa diisap dengan kertas tissu secara pelan dan hati-hati. Bila telah kering dapat dilihat dibawah mikroskop dengan kebesaran 1000X (apus darah ditetesi minyak imersi memakai llidi

C. Identifikasi Sel Darah PutihMenentukan salah satu leuksit dan mengamati secara seksama ciri-ciri sel tersebut yaitu :a. Agranulosit = sel lebih besar daripada granulosit, meliputi- Limfosit : inti bulat, biru tua, ditengah, sitoplasma sedikit- Monosit : inti melekuk, biru tua, sitoplasma banyakb. Granulosit = sel lebih kecil daripada agranulosit, meliputi :- Neutrofil : granula netral, inti berlekuk/bersegmen (tua), seperti batang (muda).- Basofil : granula biru tua, inti berlekuk/bersegmen. - Eosinofil : granula kemerahan, inti berlekuk/bersegmen

IV. HASIL PENGAMATAND. Sediaan Natif

NoPengamatanGambar

1Butir darah :a. Merah (eritrosit)b. Putih (leukosit) (Eritrosit)

(Leukosit )

2Sel lain (mis. keping darah, SRE)-

3Mikroorganisme (protozoa)-

E. Identifikasi butir darah putihJenisGambarKeterangan

Leukosit :1. Agranulosita. Limfosit

b. Monosit

Inti : Cenderung bulat dan berada di bagian sentral. Plasma : sitoplasma Sedikit

Inti : Melekuk dan berada di bagian perifer.Plasma : Sitoplasma Banyak.

2. Granulosit

a. Neutrofil

b. Basofil

c. Eosinofil

Inti : Bersegmen.Plasma : Bergranula dengan warna netral.

Inti :Bersegmen tetapi tidak sebanyak neutrofil.Plasma : Bergranula dengan warna yang biru karena bersifat basa.

Inti : Bentuknya tidak beraturan. Plasma : Bergranula dengan warna yang biru karena bersifat asam.

V . PEMBAHASAN

Praktikum ini mengenai natif dan apus darah secara microskopis dan langsung oleh mikroskop untuk mengamati bentuk dari 2 sel darah yaitu eritrosit (sel darah merah) dan leukosit (sel darah putih). Hasil pengamatan dari sel eritrosit menunjukan bahwa sel eritrosit normal berbentuk lempeng bikonkaf, yaitu bentuk cakram dengan bagian tengah agak gepeng, cekung pada kedua sisinya sehingga dilihat dari samping nampak seperti dua bulan sabit yang saling bertolak belakang. Sel eritrosit tidak berinti, pada dasarnya memiliki warna kuning tua pucat yang apa bila dalam jumlah besar terlihat merah sehingga memberi warna pada darah.Hasil pengamatan sel kedua adalah bentuk leukosit atau sel darah putih. Leukosit memiliki inti (nukleus), terlihat bening dan tidak berwarna. Bila dibandingkan dengan eritrosit, jumlah leukosit lebih sedikit. Leukosit dapat dibedakan menjadi dua, yaitu leukosit granulosit (plasmanya bergranula) yang terdiri dari basofil, eosinofil dan neutrofil serta leukosit agranulosit (plasmanya tidak bergranula) yang terdiri dari limfosit dan monosit. Neutrofil memiliki plasma yang bersifat netral dan intinya berglambir. Eosinofil memiliki plasma yang bersifat asam. Basofil memiliki plasma yang bersifat basa. Sedangkan limfosit tidak dapat bergerak dan berinti satu, inti berlekuk dangkal dan lebih sedikit mengandung kromatin sehingga warnanya agak cerah, ukurannya ada yang besar dan ada yang kecil. Inti monosit biasanya terletak ekstrentris dalam sel dan terlihat memiliki lekukan yang dalam seperti tapal kuda serta mempunyai inti yang bulat ataupun bulat panjang.

VI. KESIMPULAN

Hal-hal yang dapat disimpulkan dalam praktikum ini antara lain bahwa eritrosit memiliki bentuk yang khas yaitu berbentuk cakram bikonkaf. Sedangkan pada leukosit di bagi lagi menjadi dua bagian yang berdasarkan bentuk plasmanya, yaitu yang bergranula yang terdiri dari neutrofil, eusinofil, basofil dan yang tidak bergranula yang terdiri dari limfosit dan monosit.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.solunetti.fi/tiedostot/kuvat_histologia/Veri/Kaavakuvia/eosinofiili.jpg

http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1990228-leukosit/#ixzz29Ex0oRiQ

Siswanto, Sulabda IN dan Soma IG (2012). Penuntun Praktikum Fisiologi Veteriner I.

Laporan Praktikum Sediaan Natif Darah dan Apus Darah | Fisiologi Veteriner7