fisika (ptk)

62
MODUL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) Workshop Penelitian Tindakan Kelas (PTK) FISIKA Oleh : Dwi Teguh Rahardjo, S.Si, M.Si Drs. Supurwoko, M.Si PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON 113 UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: rahmad-fauzi

Post on 25-Nov-2015

263 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • MODUL

    PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU

    (PLPG)

    Workshop Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

    FISIKA

    Oleh :

    Dwi Teguh Rahardjo, S.Si, M.Si

    Drs. Supurwoko, M.Si

    PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON 113

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT., atas rahmat dan karunia yang

    telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penyusunan modul ini dapat terlaksana dengan

    baik. Penulisan modul ini dapat terlaksana dengan baik berkat kerja keras penulis dan

    partisipasi dari berbagai pihak. Berkenaan dengan itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih

    kepada:

    1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang sekaligus selaku Ketua Rayon Panitia Sertifikasi Guru Rayon 113 yang telah mempercayakan penulisan materi ini.

    2. Dekan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang sekaligus selaku Wakil Ketua Panitia Sertifikasi Guru Rayon 113 yang telah mempercayakan penulisan materi ini.

    3. Rekan-rekan Panitia Sertifikasi Guru atas kebersamaannya sehingga dalam waktu singkat mampu menyiapkan berbagai hal berkenaan dengan penyiapan PLPG,

    khususnya penulisan modul.

    4. Semua pihak yang telah memberikan berbagai jenis bantuan

    Semoga segala bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan menjadi amal baik dan

    dilimpahi rahmat oleh Allah SWT. Akhirnya, semoga modul ini dapat memberikan manfaat

    pada kita, khususnya bagi peserta pendidikan dan Latihan Profesi Guru dalam meningkatkan

    kompetensinya.

  • iii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

    KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

    BAB I VALIDITAS PENELITIAN TINDAKAN KELAS .................................... 1

    BAB II SISTEMATIKA PROPOSAL PTK .......................................................... 11

    BAB III CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS .................................... 24

    BAB IV BERLATIH MENYUSUN PROPOSAL PTK ....................................... 43

    BAB V RAMBU-RAMBU PENYUSUNAN LAPORAN PTK ........................... 46

    LAMPIRAN - LAMPIRAN .................................................................................. 50

  • 1

    BAB I

    VALIDITAS PENELITIAN TINDAKAN KELAS

    A. Pendahuluan

    Saudara adalah guru yang punya banyak pengalaman, baik manis maupun pahit dalam

    mengajar. Saudara pasti menginginkan siswayang selalu berhasil meraih prestasi terbaik. Namun,

    mungkin keinginan Saudara yang mulia tersebut lebih sering tidak tercapai karena berbagai alasan.

    Misalnya, mungkin Saudara sering menemukan siswa-siswa tidak bersemangat, kurang termotivasi,

    kurang percaya diri, kurang disiplin, Saudara sudah melakukan upaya untuk mengatasinya, tetapi

    mungkin hasilnya masih jauh dari yang Saudara inginkan.

    Mengapa tidak mencoba mengatasinya lewat suatu kegiatan penelitian tindakan? mungkin

    Saudara ingat pengalaman pahit ketika dulu meneliti untuk skripsi, karena harus mengembangkan

    instrumen yang berkali-kali direvisi atas saran dosen pembimbing, harus minta ijin ke sana ke sini,

    harus terjun ke lapangan menemui responden, kecewa karena angket tidak semua dikembalikan, harus

    menganalisis data dan tersandung masalah statistik, Singkatnya, kegiatan penelitian tidak mudah

    karena pertanggung jawaban teoretisnya cukup berat.

    Mengapa penelitian tindakan tidak sulit ? Karena jenis penelitian tindakan memang berbeda

    dengan jenis penelitian lain. Kalau jenis penelitian lain layaknya dilakukan oleh para ilmuwan di

    kampus atau lembaga penelitian, penelitian tindakan layaknya dilakukan oleh para praktisi, termasuk

    saudara sebagai guru. Kalau jenis penelitian lainnya untuk mengembangkan teori, penelitian tindakan

    ditujukan untuk meningkatkan praktik lapangan. Jadi penelitian tindakan adalah jenis penelitian yang

    cocok untuk para praktisi, termasuk guru.

    Persyaratan penelitian tindaan kelas (PTK) merupakan kegiatan tindakan perbaikan digarap

    secara sistemik untuk meningkatkan yang sudah ada bukan teoritik tetapi berpijak pada kondisi yang

    ada. PTK yang dilakukanan guru saat PLPG, harus memperlihatkan sebagai upaya untuk peningkatan

    mutu professional guru, sehingga bermakna sebagai bentuk untuk meningkatkan mutu pelayanan

    kegiatan belajar mengajar (KBM) pada siswa, jadi subjeknya harus siswa. Serta harus dilakukan

    sendiri oleh guru, bukan minta bantuan orang atau pihak lain.

    Ciri-Ciri Penelitian Tindakan Kelas (PTK) :

    a) Merupakan kegiatan yang dirancang guru untuk meningkatkan mutu Kegiatan Belajar Mengajar.

    b) Terjadi minimum dua siklus sebagai eksperimen berkesinambungan.

    c) Siswa diberi pedoman yang jelas agar dapat mengikuti tahapan tiap siklus sehingga ada unjuk kerja

    siswa sesuai pedoman tertulis yang diberikan oleh guru.

    d) Ada penelusuran terhadap proses, dengan pedoman pengamatan.

    e) Ada evaluasi terhadap hasil dengan instrumen yang relevan.

    f) Keberhasilan tindakan dilakukan dalam bentuk refleksi, melibatkan siswa yang dikenai tindakan

  • 2

    g) Hasil refleksi harus terlihat dalam perencanaan siklus berikutnya

    h) Bukan tindakan untuk materi tetapi mencobakan cara, pendekatan atau metode

    i) Jika menyebut topik, harus yang sifatnya luas, berulang

    Prinsip perencanaan harus SMART, sebagai akronim dari : Specific-Managable-Acceptable-

    Realistic-Time-bound, khusus, dapat di-laksanakan, dapat diterima, terdukung sumber daya, ada

    batasan waktu.

    B. Definisi PTK

    Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk

    meningkatkan situasi praktis. Penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru ditujukan untuk

    meningkatkan situasi pem-belajaran yang menjadi tanggung jawabnya, maka disebut penelitian

    tindakan kelas atau PTK.

    Apakah kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) tidak akan mengganggu proses

    pembelajaran? Ttidak, karena justru PTK dilakukan dalam proses pembelajaran yang alami di kelas

    sesuai dengan jadwal.

    Apakah penelitian tindakan kelas (PTK) bersifat situasional, kontekstual, berskala kecil,

    terlokalisasi, dan secara langsung gayut atau relevan dengan situasi nyata dalam dunia kerja? Benar.

    Apakah subyek dalam PTK termasuk murid-murid Saudara? Benar.

    Apakah boleh bekerja sama dengan guru lain untuk menjaga kualitas PTK ? Benar. Saudara

    dapat melibatkan guru lain yang mengajar bidang pelajaran yang sama, yang akan berfungsi sebagai

    kolaborator Saudara.

    Karena situasi kelas sangat dinamis maka peneliti dituntut untuk adaptif dan fleksibel agar

    kegiatan PTK selaras dengan situasi yang ada, tetapi tetap mampu menjaga agar proses mengarah pada

    tercapainya perbaikan. Sehingga dituntut komitmen untuk berpartisipasi dan kerdijasama dari semua

    orang yang terlibat, yang mampu melakukan evaluasi diri secara berkesinambungan sehingga

    betapapun kecilnya perbaikan demi perbaikan dapat diraih. Tindakan dilaksanakan secara terencana,

    hasilnya direkam dan dianalisis dari waktu ke waktu sebagai dasar kebijakan dalam melakukan

    modifikasi.

    C. Syarat Keberhasilan PTK

    Agar hasil penelitian tindakan kelas berhasil maka , tim peneliti ialah saudara dan kolaborator

    serta murid-murid harus

    1. Komitmen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan komitmen yang terwujud dalam

    keterlibatan mereka dalam seluruh kegiatan PTK secara proporsional. Keterlibatan akan mungkin

    terwujud jika ada peran dan maksud yang jelas dalam melakukan intervensi tindakan.

    2. Bertanggung jawab pada peningkatan yang akan dicapai.

  • 3

    3. Bertindak berdasarkan pada pengetahun, baik pengetahu an secara konseptual dari tinjauan

    pustaka teoretis, maupun pengetahuan secara teknis prosedural, yang diperoleh lewat refleksi kritis

    dan di-padukan dengan pengalaman orang lain dari tinjauan pustaka hasil penelitian tindakan,

    berdasarkan nilai yang diyakini kebenarannya. Refleksi kritis dapat dilakukan dengan baik jika

    didukung oleh keterbukaan dan kejujuran terhadap diri sendiri, khususnya kejujuran mengakui

    kelemahan dan atau kekurangan diri.

    4. Tindakan perbaikan dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi dapat

    diubah ke arah perbaikan.

    5. Penelitian tindakan melibatkan pengajuan pertanyaan agar dapat melakukan perubahan melalui

    tindakan yang disadari dalam konteks yang ada dengan seluruh kerumitannya.

    6. Secara sistematik agar mengetahui dengan mudah arah dan jenis perbaikan, yang semuanya

    berkenaan dengan pemahaman yang lebih baik terkadap praktik dan pemahaman tentang kriteria

    sebagai ukuran perbaikan..

    7. Perlu dibuat deskripsi otentik objektif bukan penjelasan tentang tindakan yang dilaksanakan dalam

    riwayat faktual, perekaman video and audio, riwayat subjektif yang diambil dari buku harian dan

    refleksi dan observasi pribadi, dan riwayat fiksional.

    8. Perlu memberi penjelasan tentang tindakan berdasarkan deskripsi autentik yang mencakup

    a) Identifikasi makna yang mungkin diperoleh melalui wawasan teoretik yang relevan, pengaitan

    dengan penelitian lain misal didukung atau ditolak lewat tinjauan pustaka.

    b) Masalah deskripsi terkait yang secara kritis mempertanyakan motif tindakan dan evaluasi

    terhadap hasilnya

    c) Dukungan teorisasi yang memberikan penjelasan tentang apa yang dilakukan dengan cara

    tertentu.

    9. Perlu menyajikan laporan hasil PTK dalam berbagai bentuk termasuk:

    a) Tulisan tentang hasil refleksi diri, dalam bentuk catatan harian dan dialog, yaitu percakapan

    dengan dirinya sendiri;

    b) Percakapan tertulis yang dialogis, dengan gambaran jelas tentang proses percakapan tersebut

    berupa narasi dan atau bentuk visual seperti diagram, gambar, dan grafik.

    10. Perlu melakukan validasi atas pernyataan tentang keberhasilan tindakan yang dilakukan

    lewat pemeriksaan kritis dengan mencocokkan pernyataan dengan bukti yang berasal dari

    data mentah, baik diperoleh sendiri maupun bersama teman sebagai bentuk dari validasi

    diri, meminta teman sejawat meneliti dengan masukan yang digunakan sebagai perbaikan

    dari validasi sejawat, dan terakhir menyajikan hasil seminar dalam suatu seminar sebagai

    bentuk validasi public. Perlu dipastikan bahwa temuan validasi selaras satu sama lain

    karena semuanya berdasarkan pemeriksaan terhadap penyataan dan data mentah. Jika ada

    perbedaan, pasti ada sesuatu yang masih harus dicermati kembali.

  • 4

    D. Tujuan PTK

    Tujuan utama PTK adalah untuk mengubah perilaku pengajaran murid di kelas, dan atau

    mengubah kerangka kerja dalam melaksanakan pembelajaran kelas Saudara. Jadi, PTK lazimnya

    dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran dan untuk

    memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang kelas.

    PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Di

    ruangan kelas, PTK dapat berfungsi sebagai Alat untuk (Cohen & Manion, 1980: 211):

    1. Mengatasi masalah situasi pembelajaran di kelas;

    2. Dalam-jabatan, membekali keterampilan guru dan metode baru dan mendorong timbulnya

    kesadaran guru, khususnya melalui pengajaran sejawat.

    3. Memasukkan sistem yang ada dengan pendekatan tambahan.

    4. Meningkatkan mutu komunikasi antara guru dan peneliti.

    5. Menyediakan pilihan pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas,

    diperlukan tiga butir penting :

    a) Hasil penelitian tindakan dipakai sendiri oleh peneliti dan orang yang menginginkannya.

    b) Penelitian terjadi dalam situasi nyata untuk mecahkan masalah segera diperlukan, dan hasilnya

    langsung diterapkan dan atau dipraktikkan dalam situasi terkait.

    c) Peneliti tindakan melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus pengembangan.

    E. Kriteria Penelitian Tindakan

    PTK harus memenuhi kriteria validitas. Akan tetapi, makna dasar validitas untuk penelitian

    tindakan condong ke makna dasar validitas dalam penelitian kualitatif, yaitu makna langsung dan lokal

    dari tindakan sebatas sudut pandang peserta penelitiannya (Erickson, 1986, disitir oleh Burns, 1999).

    Jadi kredibilitas penafsiran peneliti dipandang lebih penting daripada validitas internal (Davis, 1995,

    disitir oleh Burns, 1999). Karena PTK bersifat transformatif, maka kriteria yang cocok adalah validitas

    demokratik, validitas hasil, validitas proses, validitas katalitik, dan validitas dialogis, yang harus

    dipenuhi dari awal sampai akhir penelitian, yaitu dari refleksi awal saat kesadaran akan kekurangan

    muncul sampai pelaporan hasil penelitiannya (Burns, 1999: 161-162, menyitir Anderson dkk,1994).

    1. Validitas Demokratik berkenaan dengan kadar kekolaboratifan penelitian dan pencakupan

    berbagai pendapat. Dalam PTk, idealnya Peneliti, guru lain dan atau pakar sebagai kolaborator,

    serta murid masing-masing mendapat kesempatan untuk berpendapat apa yang dipikirkan,

    dirasakan serta dialami selama penelitian berlangsung. Pertanyaan kunci mencakup :

    a) Apakah semua pemangku kepentingan (stakeholders) PTK dapat menawarkan pandangannya?

    b) Apakah solusi masalah di kelas memberi manfaat kepada mereka?

    c) Apakah solusinya memiliki relevansi atau keterterapan pada konteks kelas Saudara?

  • 5

    Semua pemangku kepentingan PTK diberi kesempatan dan atau didorong lewat berbagai

    cara yang cocok dalam situasi budaya setempat untuk mengungkapkan pendapatnya, gagasan dan

    sikapnya terhadap persoalan pembelajaran kelas peneliti. Misal kasus PTK untuk meningkatkan

    kualitas proses pembelajaran fisika pada tahap refleksi awal guru-guru yang berkolaborasi untuk

    melakukan penelitian tindakan kelas, siswa, Kepala Sekolah, dan juga orang tua siswa, diberi

    kesempatan dan atau didorong untuk mengungkapkan pendapatnya tentang situasi dan kondisi

    pembelajaran fisika di sekolah terkait. Akhirnya diperoleh kesepatakan bahwa memang ada

    kekurangan yang perlu diperbaiki atau disebut kesepakatan tentang latar belakang penelitian.

    Selanjutnya, diciptakan proses yang sama untuk mencapai kesepakatan tentang masalah,

    identifikasi masalah, dan pembatasan masalah penelitian. Kemudian, proses yang sama berlanjut

    untuk merumuskan pertanyaan penelitian atau merumuskan hipotesis tindakan yang akan menjadi

    dasar bagi perencanaan tindakan, yang juga dilaksanakan melalui proses yang melibatkan semua

    peserta penelitian untuk mengungkapkan psaudarangan dan pendapat serta gagasan-gagasannya.

    Proses yang mendorong setiap peserta PTK untuk mengungkapkan pendapat, gagasan diciptakan

    sepanjang penelitian berlangsung.

    11. Validitas hasil mengandung konsep bahwa tindakan kelas membawa hasil yang sukses di dalam

    konteks PTK. Hasil yang paling efektif tidak hanya melibatkan solusi masalah tetapi juga

    meletakkan kembali masalah ke dalam suatu kerangka sedemikian rupa sehingga melahirkan

    pertanyaan baru.

    Apa yang mesti dilakukan, bila setelah dilakukan tindakan ditemukan masalahbaru bahwa hanya

    sebagian kecil siswa menjadi aktif dan sebagian besar siswa merasa takut salah, cemas, dan malu

    berbicara.

    Pertanyaan baru timbul pada akhir suatu tindakan yang dirancang untuk menjawab suatu

    pertanyaan, begitu seterusnya sehingga upaya perbaikan berjalan secara bertahap,

    berkesinambungan tidak pernah berhenti, mengikuti kedinamisan situasi dan kondisi. Validitas

    hasil juga tergantung pada validitas proses pelaksanaan penelitian, yang merupakan kriteria

    berikutnya.

    12. Validitas Proses berkenaan dengan keterpercayaan dan kompetensi, yang dapat dipenuhi dengan

    menjawab sederet pertanyaan berikut:

    a) Mungkinkah menentukan seberapa memadai proses pelaksana an PTK Saudara? Misalnya,

    apakah Saudara dan kolaborator mampu terus belajar dari proses tindakan tersebut? Artinya,

    Saudara dan kolaborator secara terus menerus dapat mengkritisi diri sendiri dalam situasi yang

    ada sehingga dapat melihat kekurangannya dan segera berupaya memperbaikinya.

    b) Apakah peristiwa atau perilaku dapat dipandang dari perspektif yang berbeda dan melalui

    sumber data yang berbeda agar terjaga dari ancaman penafsiran yang simplistik atau

    rancu?

  • 6

    Dalam kasus penelitian tindakan kelas fisika peneliti dapat menentukan indikator kelas, siapa yang

    aktif, dengan menghitung siswa yang aktif terlibat belajar menggunakan alat praktikum untuk

    memperoleh data lewat tugas praktikum. Jika keaktifan siswa terlalu rendah, guru secara kritis

    merefleksi bersama kolaborator untuk mencari penyebabnya dan menentukan cara mengatasinya.

    Kalau diperlukan, siswa yang tidak aktif didorong untuk menyuara-kan apa yang dirasakan

    sehingga mereka tidak mau aktif dan siswa yang aktif diminta mengungkapkan mengapa mereka

    aktif. Perlu juga ditemukan apakah ada perubahan pada diri siswa sesuai dengan indikator bahwa

    para siswa berubah lewat tindakan pertama berupa pemberian tugas information gap dan

    tindakan kedua berupa pembelakuan kriteria penilaian, dan perubahan pada diri guru dari peran

    pemberi pengetahuan ke peran fasilitator dan penolong. Begitu seterusnya sehingga pemantauan

    terhadap perubahan hendaknya dilakukan secara cermat dan disimpulkan lewat dialog reflektif

    yang demokratik.

    Perlu dicatat bahwa kompetensi peneliti dalam bidang terkait sangat menentukan kualitas proses

    yang diinginkan dan tingkat kemampu -an untuk melakukan pengamatan dan membuat catatan

    lapangan. Misal, kualitas proses belajar mengjar (PBM) fisika akan sangat ditentukan oleh

    wawasan, pengetahuan dan pemahaman sejati peneliti tentang (1) materi fisika (2) ubahan dan alat

    percobaan (3) karakteristik siswanya (intelegensi, gaya belajar, variasi kognitif, kepribadian,

    motivasi, tingkat perkembangan siswa terhadap pem-belajaran fisika. Jika wawasan, pengetahuan

    dan pemahaman tersebut kuat, maka peneliti akan dapat dengan lebih mudah menentukan perilaku

    yang menunjang tercapainya perubahan yang diinginkan dengan indikator yang tepat.

    Peneliti didukung dengan kemampuan untuk mengumpulkan data, misalnya melakukan

    pengamatan dan membuat catatan lapangan dan harian. Dalam mengamati, tim peneliti dituntut

    untuk dapat bertindak objektif, selama mengamati perhatiannya terfokus pada gejala yang dapat

    ditangkap lewat pancainderanya saja;

    Pengamatan peneliti harus dijaga agar jangan sampai peneliti melakukan penilaian terhadap apa

    yang terjadi, dijaga agar tidak terjadi penyampuradukan antara deskripsi dan penafsiran.

    Akan lebih baik jika para peneliti merekam pada kaset audio atau audio-visual sehingga catatan

    lapangan dapat lengkap. Singkatnya, kompetensi peneliti dalam bidang yang diteliti dan dalam

    pengumpulan data lewat pengamatan partisipan sangat menentukan kualitas proses tindakan dan

    pengumpulan data tentang proses PTK.

    13. Validitas Katalitik terkait dengan kadar pemahaman yang Saudara capai realitas kehidupan kelas

    Saudara dan cara mengelola perubahan di dalamnya, termasuk perubahan pemahaman Saudara

    dan murid-murid terhadap peran masing-masing dan tindakan yang diambil sebagai akibat dari

    perubahan ini.

    Validitas katalitik dapat dilihat dari segi peningkatan pemahaman guru terhadap faktor

    penghambat dan pendukung pembelajaran. Misalnya faktor-faktor kepribadian (lihat Brown,

  • 7

    2000) seperti rasa takut salah dan malu melahirkan inhibition dan kecemasan. Upaya guru untuk

    menghormati siswa dengan mempertimbangkan pikiran dan perasaan serta mengapresiasi usaha

    belajar siswa merupakan faktor positif yang medukung proses pembelajaran.

    Validitas katalitik dapat juga ditunjukkan dalam peningkatan pemahaman terhadap peran baru

    yang mesti dijalani guru dalam proses pembelajaran komunikatif sebagai fasilitator dan penolong

    serta pemantau kinerja.

    Validitas katalitik juga tercermin pada peningkatan pemahaman tentang perlunya menjaga agar

    hasil tindakan yang dilaksanakan tetap memberi motivasi semua yang terlibat untuk meningkatkan

    diri secara stabil alami dan berkelanjutan. Upaya memenuhi tuntutan validitas katalitik dilakukan

    melalui siklus perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

    14. Validitas Dialogik sejajar dengan proses review sejawat yang umum dipakai dalam penelitian

    akademik. Secara khas, nilai atau kebaikan penelitian dipantau melalui tinjauan sejawat untuk

    publikasi dalam jurnal akademik. Sama halnya, review sejawat dalam PTK berarti dialog dengan

    guru-guru lain, bisa lewat sarasehan atau dialog reflektif dengan teman yang kritis atau pelaku

    PTK lainnya, yang semuanya dapat bertindak sebagai jaksa tanpa kompromi.

    Kriteria validitas dialogis dipenuhi saat penelitian masih ber-langsung, yaitu secara beriringan

    dengan pemenuhan kriteria demokratik. Yaitu, setelah seorang peserta mengungkapkan

    pandangan, pendapat, dan atau gagasannya, dia akan meminta peserta lain untuk menanggapinya

    secara kritis sehingga terjadi dialog kritis atau reflektif. Dengan demikian, kecenderungan untuk

    terlalu subjektif dan simplistik akan dapat dikurangi sampai sekecil mungkin. Untuk memperkuat

    validitas dialogik, proses yang sama dilakukan dengan sejawat peneliti tindakan lainnya, yang jika

    memerlukan, diijinkan untuk memeriksa semua data mentah yang terkait dengan yang sedang

    dikritisi.

    F. Trianggulasi Mengurangi Subjektivitas

    Trianggulasi adalah proses validasi yang melibatkan pendapat peneliti, stakeholders dan

    pakar. Untuk meningkatkan validitas PTK dengan meminimalkan subjektivitas melalui trianggulasi.

    Saudara sebagai pelaku PTK dapat menggunakan metode saudara dan perspektif kolaborator untuk

    memperoleh gambaran yang lebih objektif.

    Bentuk lain dari trianggulasi adalah: trianggulasi waktu, trianggulasi ruang, trianggulasi

    peneliti, dan trianggulasi teoretis (Burns, 1999: 164).

    1. Trianggulasi waktu dapat dilakukan dengan mengumpulkan data dalam waktu yang berbeda,

    meliputi rentangan waktu tindakan dilaksanakan dengan frekuensi yang memadai untuk menjamin

    bahwa efek perilaku tertentu bukan hanya suatu kebetulan. Misalnya, data tentang proses

    pembelajaran dengan seperangkat teknik tertentu dapat dikumpulkan pada jam awal, tengah dan

    siang pada hari yang berbeda dan jumlah pengamatan yang memadai, katakanlah 4-5 kali.

  • 8

    2. Trianggulasi peneliti dapat dilakukan dengan pengumpulan data yang sama oleh beberapa

    peneliti sampai diperoleh data yang relatif konstan. Misalnya, dua atau tiga peserta penelitian

    dapat mengamati proses pembelajaran yang sama dalam waktu yang sama pula.

    3. Trianggulasi ruang dapat dilakukan dengan mengumpulkan data yang sama di tempat yang

    berbeda. Dalam contoh proses pembelajaran fisika, ada dua atau tiga kelas yang dijadikan ajang

    penelitian yang sama dan data yang sama dikumpulkan dari kelas-kelas tersebut.

    4. Trianggulasi teoretis dapat dilakukan dengan memaknai gejala perilaku tertentu dengan dituntun

    oleh beberapa teori yang berbeda tetapi terkait. Misalnya, perilaku tertentu yang menyiratkan

    motivasi dapat ditinjau dari teori motivasi aliran yang berbeda: aliran behavioristik, kognitif, dan

    konstruktivis.

    G. Reliabilitas

    Reliabilitas data PTK Saudara secara hakiki memang rendah. Mengapa? Karena situasi PTk

    terus berubah dan proses PTK bersifat transformatif tanpa kendali apapun secara alami sehingga sulit

    untuk mencapai tingkat reliabilitas yang tinggi, padahal tingkat reliabilitias tinggi hanya dapat dicapai

    dengan mengendalikan hampir seluruh aspek situasi yang dapat berubah (variabel) dan hal ini tidak

    mungkin atau tidak baik dilakukan dalam PTK. Mengapa tidak mungkin? Karena akan bertentangan

    dengan ciri khas penelitian tindakan itu sendiri, yang salah satunya adalah kontekstual/situasional dan

    terlokalisasi, dengan perubahan yang menjadi tujuannya. Penilaian peneliti menjadi salah satu

    tumpuan reliabilitas PTK. Cara-cara meyakinkan orang atas reliabilitas PTK termasuk: menyajikan

    (dalam lampiran) data asli seperti transkrip wawancara dan catatan lapangan (bila hasil penelitian

    dipublikasikan), menggunakan lebih dari satu sumber data untuk mendapatkan data yang sama dan

    kolaborasi dengan sejawat atau orang lain yang relevan.

    H. Kelebihan dan Kekurangan PTK

    PTK memiliki kelebihan untuk menumbuhkan :

    1. Rasa memiliki melalui kerja sama dalam PTK;

    2. Kreativitias dan pemikiran kritis lewat interaksi terbuka yang bersifat reflektif evaluatif dalam

    PTK;

    3. Kerja sama ada saling merangsang untuk berubah;

    4. Kesepakatan lewat kerja sama demokratis dan dialogis dalam PTK.

    PTK Saudara juga memiliki kelemahan:

    1. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian karena terlalu banyak

    berurusan dengan hal-hal praktis,

    2. Rendahnya efisiensi waktu karena peneliti harus terlibat dalam proses sementara dan harus

    melakukan tugas rutin.

  • 9

    3. Menuntut pemimpin kelompok yang demokratis dengan kepekaan tinggi terhadap kebutuhan dan

    keinginan anggota.

    I. Persyaratan Keberhasilan PTK

    Agar PTK berhasil, persyaratan berikut harus dipenuhi

    1. Kesediaan untuk mengakui kekurangan diri;

    2. Kesempatan yang memadai untuk menemukan sesuatu yang baru;

    3. Dorongan untuk mengemukakan gagasan baru;

    4. Waktu yang tersedia untuk melakukan percobaan;

    5. Kepercayaan timbal balik antar orang-orang yang terlibat;

    6. Pengetahuan tentang dasar-dasar proses kelompok oleh peserta penelitian.

    J. Penelitian Tindakan Kolaboratif

    Kolaborasi atau kerja sama perlu dan penting dilakukan dalam PTK karena PTK yang

    dilakukan secara perorangan bertentangan dengan hakikat PTK itu sendiri :

    1. PTK sejati adalah penelitian tindakan kolaboratif, yaitu yang dilaku kan oleh sekelompok peneliti

    melalui kerja sama dan kerja bersama,

    2. PTK kolaorasi dilaksanakan melalui tindakan anggota kelompok perorangan yang diperiksa secara

    kritis melalui refleksi demokratik dan dialogis

    3. Optimalisasi fungsi PTK kolaboratif dengan mencakup gagasan-gagasan dan harapan-harapan

    semua orang yang terlibat dalam situasi terkait

    4. Pengaruh langsung hasil PTK pada Saudara sebagai guru dan murid-murid Saudara serta sekaligus

    pada situasi dan kondisi yang ada.

    Kolaborasi atau kerja sama dalam melakukan penelitian tindakan dapat dilakukan dengan: mahasiswa;

    sejawat dalam jurusan/sekolah/lembaga yang sama; sejawat dari lembaga/sekolah lain; sejawat

    dengan wilayah keahlian yang berbeda (misalnya antara guru dan pendidik guru, antara guru dan

    peneliti; antara guru dan manajer); sejawat dalam disiplin ilmu yang berbeda (misalnya antara guru

    bahasa asing dan guru bahasa ibu); dan sejawat di negara lain (Wallace, 1998).

    Tiga tahap PTK kolaboratif adalah: prakarsa, pelaksanaan, dan diseminasi (Burns, 1999: 207-

    208).

    1. Prakarsa yang perlu dipertimbangkan dalam PTK kolaborasi :

    a) PTK hendaknya ditarik dari kebutuhan, kepedulian dan persyaratan yang diungkapkan oleh

    semua pihak yang terlibat dalam konteks pembelajaran di kelas atau sekolah Saudara;

    b) PTK hendaknya benar-benar memanfaatkan keterampilan, minat dan keterlibatan guru dan

    sejawat;

  • 10

    c) PTK hendaknya terpusat pada masalah pembelajaran kelas, yang ditemukan dalam kenyataan

    sehari-hari. Namun demikian hasil PTK dapat untuk memberikan masukan pengembangan

    teori pembelajar an bidang studi saudara;

    d) PTK hendaknya menggunakan metodologi yang ditentukan dengan mempertimbangkan

    persoalan pembelajaran kelas yang sedang diteliti, sumber daya yang ada dan siswa sebagai

    sasaran penelitian.

    2. Pelaksanaan yang perlu dipertimbangkan dalam PTK kolaborasi :

    a) PTK hendaknya direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara kolaboratif. Tujuan,

    metode, pelaksanaan dan strategi evaluasi hendaknya Saudara negosiasikan dengan pemangku

    kepentingan (stakeholders) terutama peneliti, sejawat, siswa, dan kepala sekolah sebagai

    dukungan kebijakan.

    b) PTK hendaknya bersifat antardisipliner, yaitu sedapat mungkin didukung oleh wawasan dan

    pengalaman orang-orang dari bidang-bidang lain yang relevan, seperti ilmu jiwa, antropologi,

    dan sosiologi serta budaya. Jadi Saudara dapat mencari masukan dari teman-teman guru atau

    dosen LPTK yang relevan.

    3. Diseminasi yang perlu dipertimbangkan dalam PTK kolaborasi

    a) Bentuk pelaporan hasil penelitian tindakan ditentukan oleh audiens sasaran. Jika audiens

    sasaran adalah guru di SD, misalnya, berbeda dengan jika audiens sasarannya adalah pendidik

    guru di universitas.

    b) Gunakan jaringan kerja dan mekanisme yang tersedia di dalam lembaga pendidikan saudara

    untuk menyebarkan hasil penelitian terkait. Misalnya, penyebaran hasil penelitian dilakukan

    lewat simposium guru, sarasehan MGMP, atau seminar daerah.

    Kelebihan dan kelemahan PTK kolaborasi :

    Proses penelitian kolaboratif memperkuat kesempatan bagi hasil penelitian tentang praktik

    pendidikan sebagai umpan balik ke sistem pendidikan dengan cara yang lebih substansial dan kritis.

    Proses tersebut mendorong guru untuk berbagi masalah-masalah umum dan bekerja sama sebagai

    masyarakat penelitian untuk memeriksa asumsi, nilai dan keyakinan yang sedang mereka pegang

    dalam kultur sosio-politik lembaga tempat mereka bekerja. Proses kelompok dan tekanan kolektif

    kemungkinan besar akan mendorong keterbukaan terhadap perubahan kebijakan dan praktik.

    Penelitian tindakan kolaboratif secara potensial lebih memberdayakan daripada penelitian tindakan

    yang dilakukan secara individu karena menawarkan kerangka kerja yang mantab untuk perubahan

    keseluruhan. Kelemahan terbesar PTK kolaboratif terkait dengan sulitnya mencapai keharmonisan

    kerjasama antara orang-orang yang berlatar belakang yang berbeda.

  • 11

    BAB II

    SISTEMATIKA PROPOSAL PTK

    PTK dilakukan untuk mengubah perilaku peneliti, sejawat dan murid saudara, atau mengubah

    kerangka kerja, proses pembelajaran, Singkatnya, PTK dilakukan untuk meningkatkan praktik

    pembelajaran di kelas. Contoh-contoh bidang garapan PTK:

    a) Metode mengajar, mengganti metode tradisional dengan penemuan;

    b) Prosedur evaluasi, untuk meningkatkan metode dalam penilaian yang kontinyu.

    c) Penanaman sikap dan nilai menjadi lebih positif terhadap aspek kehidupan yang berlaku dalam

    masyarakat.

    d) Pengembangan profesional guru untuk meningkatkan keterampilan mengajar, mengembangkan

    metode mengajar yang baru, menambah kemampuan analisis, atau meningkatkan kesadaran diri

    bahwa mengajar memerlukan profesionalisme.

    e) Pengelolaan dan kontrol,bertahap pada teknik modifikasi perilaku.

    f) Administrasi, menambah efisiensi aspek tertentu dari administrasi sekolah.

    A. Judul

    Judul penelitian tindakan kelas (PTK) hendaknya dinyatakan dengan akurat dan padat sebagai

    system perlakuan sebagai bentuk tindakan yang dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah.

    Formulasi judul hendaknya singkat, jelas dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan

    sosok PTK.

    Latihan : Tulislah judul PTK yang saudara usulkan

    ...

    ...

    Teliti apakah usulan judul PTK telah mencantumkan

    a) Tujuan atau tindakan yang akan dilakukan

    b) Cara menyelesaikan masalah (solusi)

    c) Tempat penelitian dilaksanankan (seting)

    d) Susunan kalimat jelas dan benar

    B. Bidang Ilmu

    Nyatakan bidang ilmu yang saudara ingin teliti, misalnya fisika jika penelitian berkaitan erat

    dengan pemahaman konsep, prinsip atau hukum dari materi fisika.

  • 12

    C. Bidang Kajian

    Nyatakan bidang kajian yang berkaitan dengan tindakan yang akan saudara lakukan sebagai

    bentuk penyelesaian masalah diajukan. Misal pendidikan fisika, jika membahas tindakan yang

    berkaitan dengan proses belajar mengajar fisika.

    D. Latar Belakang Masalah

    Seperti dalam jenis penelitian lain, langkah pertama dalam penelitian tindakan adalah

    mengidentifikasi masalah merupakan langkah yang menentukan. Masalah yang akan diteliti harus

    dirasakan dan diidentifikasi oleh peneliti sendiri bersama kolaborator meskipun dapat dengan bantuan

    seorang fasilitator supaya mereka betul terlibat dalam proses penelitiannya. Masalahnya dapat berupa

    kekurangan yang dirasakan dalam pengetahuan, keterampilan, sikap, etos kerja, kelancaran

    komunikasi, kreativitas, dsb. Pada dasarnya, masalahnya berupa kesenjangan antara kenyataan dan

    keadaan yang diinginkan.

    Masalah yang diangkat hendaknya bersifat tematik dan dapat diidentifikasi dengan

    pertolongan tabel dua arah, model Aristoteles. Misalnya dalam bidang pendidikan, ada empat sel lajur

    dan kolom, sehubungan dengan anggapan bahwa ada empat komponen pokok yang ada (Schab, 1969)

    yaitu: guru, siswa, bidang studi, dan lingkungan. Semua komponen tersebut berinteraksi dalam proses

    belajar-mengajar, dan oleh karena itu dalam usaha memahami komponen tertentu peneliti perlu

    memikirkan bubungan di antara komponen-komponen tersebut.

    Kriteria dalam penentuan masalah:

    1. Masalah harus penting bagi orang yang mengusulkannya dan sekaligus signifikan dilihat dari segi

    pengembangan lembaga atau program;

    2. Masalahnya hendaknya dalam jangkauan penanganan. Jangan sampai memilih masalah yang

    memerlukan komitmen terlalu besar dari pihak para penelitinya dan waktunya terlalu lama.

    3. Pernyataan masalahnya harus mengungkapkan beberapa dimensi fundamental mengenai penyebab

    dan faktor, sehingga pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal fundamental ini daripada

    berdasarkan fenomena dangkal.

    Tabel 3.1. Pola Pelatihan SEQIP

    Penataran SEQIP pada guru SD Jam 7 pagi, 15 Juni 2004,

    guru SD duduk di meja yang telah disiapkan. Dosen memberi salam,

    uru menjawab,

    Dosen mengisi air pada bak transparan dengan air, guru SD

    diminta mengamati tenggelam terapungnya berbagai jenis benda

    dalam air : batu, gabus, karet, besi, kayu, plastic dan plastisin.

    Dosen bertanya pada guru SD, simpulkan hasil pengamatan

    bapak/ibu. Jawaban guru dirangkum sebagai berikut : Tenggelam

  • 13

    terapungnya benda dalam air tergantung pada

    1) Berat benda

    2) Masa jenis

    3) Berat jenis

    4) Batu, gabus, karet, besi, kayu, plastic dan plastisin

    Diskusi dipimpin dosen untuk konfirmasi jawaban 1 s/d 4 :

    1) Apakah yang dimaksud massa jenis ? jawab massa/volume

    2) Apakah yang dimaksud berat jenis ? jawab berat/volume

    3) Apakah kita menimbang benda ? jawab tidak

    4) Apakah kita membaca atau menyimpulkan ? jawab membaca

    Pikirkan kembali jawaban bapak/ibu, setelah beberapa waktu

    sekitar 15 menit bapak/ibu guru dapat menyimpulkan : tenggelam

    terapungnya suatu benda dalam air tegantung pada jenis benda.

    Dosen bertanya pada guru SD, ketika tadi saudara menjawab

    pertanyan memerlukan waktu 15 menit, kira-kira berapa lama murid

    saudara mejawab pertanyaan tadi ?.... guru terdiam ..ya lebih lama.

    Tetapi ada jawaban guru yang dramatis .tidak ada 1 menit

    karena hanya diberi ceramah metode dektesion. Ha.haha..

    Akhirnya dosen berhasil menyadarkan guru SD diperlukan

    perbaikan dalam proses belajar mengajar IPA di SD

    Masalah hendaknya diidentifikasi melalui proses refleksi dan evaluasi, yang dalam model

    Kemmis dan Taggart disebut reconnaissance, terhadap data pengamatan awal. Masalah rendahnya

    kualitas pembelajaran IPA di SD ditinjau dari tujuan mengembangkan keterampilan proses

    pembelajaran IPA, diidentifikasi berdasarkan hasil pengamatan awal terhadap proses pembelajaran

    IPA di kelas. Sebagai contoh, cuplikan proses pembelajaran bermasalah tersebut disajikan dalam

    Tabel 3.1 :

    Seperti dapat dilihat dalam Tabel 3.1, Dosen sebagai penatar telah melibatkan guru SD dalam

    kegiatan penataran PBM IPA di SD. Meng-gunakan keterampilan proses. suasana terbuka setiap

    peserta pe-nataran mendapatkan hak berbicara sehingga terjadi dialog profesional yang enak. Tentu

    saja masalah yang ditemukan tidak mungkin hanya satu; biasanya ada sederet masalah. Maka, peneliti

    bersama kolaborator-nya perlu membatasi masalah, atau menentukan fokus penelitian. Dalam kasus

    pengajaran IPA pola SEQIP melibatkan DINAS, Kepalasekolah, guru SD induk dan SD imbas sebagai

    kolaborator. Setelah ditentukan, masalah perlu dirumuskan.

    Latar belakang masalah hendaknya menguraikan urgensi atau perlunya penanganan rmasalah

    yang ditemukan dalam PTK. Tunjukkan fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan

  • 14

    guru selama proses belajar mengajar (PBM) berlangsung maupun dari kajian pustaka dan atau hasil

    penelitian sebelumnya sebagai dukungan yang akan lebih menguatkan argumentasi mengenai penting

    serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui PTK yang diusulkan.

    Karakteristik khas PTK yang diusulkan jadikan sesuatu yang sangat penting dan perlu

    dilakukan, yakinkan bahwa proposal saudara berbeda dari penelitian yang telah dilakukan, hendaknya

    peneliti mampu menguraikan keistimewaan PTK pada latar belakang masalah.

    Beri uraian makna atau penjelasan kalimat yang digunakan dalam judul penelitian tindakan

    kelas, sebagai sarana untuk menyatakan identifikasi masalah yang secara spesifik akan diselesaikan.

    Latihan : Mencermati masalah

    a) Kemukakanlah masalah atau kendala yang Anda hadapi ketika melaksanakan KBM fisika

    berkaitan dengan penggunaan media, strategi, model, lingkungan belajar, sistem penilaian

    ....

    .

    b) Pilihlah salah satu masalah yang menuntut Anda mendesak

    ...

    ..

    c) Berikan alasan mengapa masalah tersebut penting untuk segera di carikan

    pemecahannya!

    ...

    d) Analisislah penyebab munculnya masalah yang Anda rumuskan tersebut

    ...

    ..

    e) Pilihlah salah satu pemecahan masalah yang paling urgent, bertolak dari hasil analisis dan

    didasarkan pada TEORI tertentu.

    ...

    ..

    E. Perumusan Masalah

    Masalah penelitian tindakan yang merupakan kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan

    yang diinginkan hendaknya dideskripsikan untuk dapat dirumuskan. Pada intinya, rumusan masalah

    harus mengandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan.

  • 15

    Latar belakang masalah biasanya mempunyai cakupan yang sangat luas, sehinga harus

    diidentifikasi dan dibatasi agar mampu di angkat atau memperjelas masalah yang diusulkan untuk

    ditangani me-lalui PTK, kemudian dijabarkan secara lebih rinci dalam kalimat tanya pada rumusan

    masalah.

    Masalah hendaknya benarbenar di angkat dari uraian latar belakang masalah yang

    ditemukan dari keseharian masalah di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui

    PTK. Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang secara teknis

    metodologik di luar jangkauan PTK.

    Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang

    dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran

    permasalahan yang perlu di tangani itu nampak menjadi perumusan masalah nyata.

    Tabel 3.2. Masalah dan Rumusan Masalah

    No. Masalah Rumusan Masalah

    1 Rendahnya kemampu an mahasiswa meng-

    ajukan pertanyaan

    kritis

    Bagaimana melakukan tindakan pada

    mahasiswa semester V agar mampu

    bertanya secara kritis, bukan sekedar

    bersifat klarifikasi

    2 Rendahnya keterlibat an siswa dlm proses

    pembelajaran Fisika

    Apakah pola pembelajaran fisika ber-

    struktur ilmiah mampu mengubah ke-

    terlibatan siswa yg pasif menjadi aktif 3 Rendahnya kualitas

    pengelolaan interaksi

    guru-siswa-siswa

    Apakah metode diskusi berstruktur

    ilmiah mampu mengaktifkan interaksi

    guru-siswa-siswa

    4 Rendahnya kemandiri an siswa belajar

    fisika di suatu SMA ?

    Apakah pendekatan proses pada pem-

    belajaran fisika mampu meningkatkan

    kemandirian belajar fisika ?

    Daftar pertanyaan dapat membantu peneliti dalam memahami situasi yang ada bersama gejala-

    gejala yang perlu diteliti. Kemampuan untuk melihat kekurangan diri merupakan salah satu

    persyaratan bagi keberhasilan penelitian tindakan kelas. Beri komentar tntang pernyataan dari Isaac

    Newton seperti dikutip di bawah ini :

    I dont know what I may appear to the world, but to myself I seem to have been only a

    boy playing on the sea-shore, and diverting myself in now and again finding a smother pebble or

    the prettier shell than ordinary, whilst the great ocean of truth lay all undiscovered before me. (

    dalam Kemmis dan McTagart, 1988: 99)

    (Saya tidak tahu bagaimana saya ini tampak di dunia, tetapi saya sendiri merasa hanyalah

    seorang bocah laki-laki yang bermain di pantai, dan lari mondar-mandir ke segala arah dari

    waktu ke waktu untuk menemukan batu kecil yang lebih halus atau kerang yang lebih cantik dari

    biasanya, sementara samudera kebenaran terbentang di depanku penuh rahasia).

  • 16

    Rumusan masalah harus dikunci secara jelas, hingga akan dapat memudahkan cara dan ukuran

    keberhasilan tindakan yang dilakukan dalam penelitian.

    Latihan merumuskan masalah :

    a) Deskripsi rumusan masalah yang Anda hadapi

    ...

    ..

    b) Apakah deskripsi masalah saudara telah :

    o Disesuaikan dengan kondisi nyata tentang kendala yang di-hadapai sewaktu melaksanakan

    KBM ?

    o Memuat identifikasi satu masalah yang mendesak untuk segera dilaksanakan?

    o Memuat hasil analisis masalah?

    o Memuat tentang refleksi awal?

    o Mengikuti aturan kalimat Tanya?

    o Mencerminkan judul penelitian yang saudara ajukan

    F. Cara Pemecahan Masalah

    Cara Pemecahan Masalah (hipotesis tindakan) menjelaskan cara yang diajukan untuk

    memecahkan masalah yang dihadapi, pilihan pemecahan yang diajukan hendaknya mempunyai

    landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah. Harus menjelas-kan

    tentang kemungkinan kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan atau

    peningkatan implementasi program pem-belajaran dan atau berbagai program sekolah lainnya. Juga

    harus di-cermati artikulasi kemanfaatan PTK yang lebih menekankan tindakan perbaikan

    pembelajaran dalam kelas.

    Hipotesis penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau hubungan, Rumusan hipotesis

    tindakan memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Maka

    untuk sampai pada pemilihan tindakan yang dianggap tepat, peneliti dapat mulai dengan menimbang

    prosedur yang mungkin dapat dilaksanakan agar perbaikan yang diinginkan dapat dicapai sampai

    menemukan prosedur tindakan yang dianggap paling tepat.

    Tabel 3.3: Masalah, Rumusan Masalah dan Hipotesis Tindakan

    N Masalah Rumusan Hipotesis Tindakan 1 Rendahnya

    kemampuan

    mhs meng-

    ajukan per-

    tanyaan kritis

    Bagaimana melakukan

    tindakan pada mhs agar

    mampu bertanya secara

    kritis, bukan sekedar

    bersifat klarifikasi

    Bertanya secara kritis akan

    muncul dari mhs jika diberi

    tenggat waktu yg cukup

    untuk mengajukan

    2 Rendahnya Apakah pola pembelajar Proses pembelajaran fisika

  • 17

    keterlibatan

    siswa dlm

    proses pembe

    lajaran fisika

    an fisika berstruktur

    ilmiah mampu meng-

    ubah keterlibatan siswa

    yg pasif menjadi aktif

    berstruktur ilmiah mampu

    mengubah keterlibatan

    siswa yg pasif menjadi aktif

    3 Rendahnya kualitas

    pengelolaan

    interaksi guru

    -siswa-siswa

    Apakah metode diskusi

    berstruktur ilmiah

    mampu mengaktifkan

    interaksi guru-siswa-

    siswa

    Metode diskusi berstruktur

    ilmiah mampu mengaktif-

    kan interaksi guru-siswa-

    siswa

    4 Rendahnya kemandiri an

    siswa belajar

    fisika di

    suatu SMA ?

    Apakah pendekatan

    proses pada pem-

    belajaran fisika mampu

    meningkatkan kemandiri

    an belajar fisika ?

    Pendekatan proses pada

    pembelajaran fisika mampu

    meningkatkan kemandirian

    belajar fisika ?

    Dalam menimbang berbagai prosedur sebaiknya peneliti mencari masukan dari sejawat atau

    orang yang peduli lainnya dan mencari ilham dari teori atau hasil penelitian yang telah ditinjau

    sebelumnya sehingga rumusan hipotesis akan lebih tepat. Lihat tabel 3.3

    Contoh lain dari hipotesis tindakan :

    Situasi kelas yang mempunyai siswa sangat lamban dalam memahami bacaan. Berdasarkan

    analisis masalah peneliti menyimpulkan bahwa siswa memiliki kebiasaan membaca yang salah dalam

    memahami makna bahan bacaannya, dan bahwa kesiapan pengalaman untuk memahami konteks

    perlu ditingkatkan.

    Maka hipotesis tindakannya sebagai berikut : Bila kebiasaan membaca yang salah dibetulkan

    lewat teknik perbaikan yang tepat dan kesiapan pengalaman untuk memahami konteks bacaan

    ditingkatkan, maka para siswa akan meningkat pula kecepatan membacanya.

    Apabila setelah dilaksanakan tindakan yang direncanakan dan telah diamati, hipotesis

    tindakan ini ternyata meleset dalam arti pengaruh tindakan belum seperti yang diinginkan, peneliti

    harus merumuskan hipotesis tindakan yang baru untuk putaran penelitian tindakan berikutnya.

    Dengan demikian, dalam suatu putaran spiral penelitian tindakan, peneliti merumuskan

    hipotesis, dan pada putaran berikutnya merumuskan hipotesis yang lain, dan putaran berikutnya lagi

    merumuskan hipotesis yang lain lagi ... begitu seterusnya, sehingga pelaksanaan tugas terus meningkat

    kualitasnya.

    Latihan Cara Memecahkan Masalah :

    a) Deskripsikan tentang cara pemecahan masalah yang Anda ajukan

    ...

    ..

    .

    b) Apakah pemecahan masalah yang diajukan memenuhi rambu :

    o Apakah ada pilihan pemecahan masalah?

  • 18

    o Apakah pilihan pemecahan masalah berdasarkan teori tertentu?

    o Apakah pilihan pemecahan masalah bertolak dari hasil analisis?

    G. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian

    Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas.paparkan sasaran antara dan akhir tindakan

    perbaikan.perumusan tujuan harus konsisten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam

    bagian bagian sebelumnya. Dengan sendirinya,artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal.

    Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa

    dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi PBM yang baru, pemanfaatan lingkungan

    sebagai sumber belajar mengajar dan sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM

    baru bukan merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat

    diverfikasi secara obyektif.Syukur apabila juga dapat dikuantifikasikan.

    Disamping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam

    hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan keuntungan yang dijanjikan, khususnya

    bagi siswa sebagai pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana

    PTK, bagi rekan rekan guru lainnya serta bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru. Berbeda dari

    konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu. Teknologi dan seni tidak

    merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.

    H. Kerangka Teoretik Dan Hipotesis Tindakan

    Karena penelitian tindakan merupakan kegiatan akademik dan profesional, seorang peneliti

    perlu mencari wawasan teoretis dari pustaka yang relevan untuk dapat menentukan cara-cara yang

    akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitiannya. Pustaka yang ditinjau hendaknya

    mencakup teori-teori dan hasil penelitian yang relevan. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa teori

    dalam penelitian tindakan bukan untuk diuji, melainkan untuk menuntun peneliti dalam membuat

    keputusan-keputusan selama proses penelitian berlangsung. Wawasan teoretis sangat mendukung

    proses analisis masalah. Pada akhir tinjauan pustaka, peneliti tindakan dapat mengajukan hipotesis

    tindakan atau pertanyaan penelitian.

    Pada bagian ini diuraikan landasan substantive dalam arti teoritik dan/atau metodologik yang

    dipergunakan peneliti dalam menentukan alternative, yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan

    itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti pelakju PTK sendiri nyang relevan

    maupun pelaku pelaku PTK lain disamping terhadap teori teori yang lazim termuat dalam berbagai

    kepustakaan. Argumentasi logic dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual. Aras

    kerangka konseptual yang disusun itu, hipotesis tindakan dirumuskan.

    Latihan Menyebutkan kajian Pustaka :

    a) Nyatakan kajian pustaka yang digunakan :

  • 19

    b) Apakah kajian pustaka :

    o Disusun menurut urutan abjad pengarang,

    o Relevan dan dipergunakan dalam penelitian.

    o Hasil unduhan dari dunia maya

    I. Rencana Penelitian

    1. Setting Penelitian

    Sebutkan tempat penelitian, kelas berapa, karakteristik dari kelas seperti komposisi siswa pria dan

    wanita. Latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan,tingkat ke-

    mampuan dan lain sebagainya. Aspek substantive permasalahan seperti fisika kelas X SMA atau

    IPA kelas IX SMP juga dikemukakan pada bagian ini.

    2. Variabel yang diselidiki

    Tentukan variabel penelitian yang dijadikan titik incar untuk men-jawab permasalahan yang

    dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa

    a) Variabel input terkait dengan siswa, guru, bahan ajar, sumber belajar, prosedur evaluasi,

    lingkungan belajar, dan lain sebagainya;

    b) Variabel proses pelanggaran KBM seperti interaksi belajar mengajar, keterampilan bertanya,

    guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di

    kelas, dan sebagainya,

    c) Varaibel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan

    pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap terhadap pengalaman belajar yang

    telah digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.

    3. Rencana Tindakan

    Gambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan pembelajaran :

    a) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai

    seperti penetapan entry behavior. Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah.

    Pembuatan scenario pembelajaran, pengadaan alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain

    lain yang terkait dengan pelaksana-an tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya.

    Uraikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, diuraikan alternative solusi yang akan

    dicobakan dalam rangka perbaikan masalah. Format kemitraan antara guru dengan dosen

    LPTK juga dikemukakan pada bagian ini.

    b) Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan di gelar. Scenario kerja tindakan

    perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.

  • 20

    c) Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data

    mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.

    d) Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan

    refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel

    yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan daur berikutnya.

    4. Data dan cara pengumpalannya

    Tunjukkan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses

    maupun dampak tindakan per-baikan yang di gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk

    menilai keberhasilan atau kekurang berhasilan tindakan perbaik -an pembelajaran yang

    dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya.

    Teknik pengumpulan data yang diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui

    pengamatan partisipatif, pembuatan juranal harian, observasi aktivitas di kelas termasuk

    berbagai kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan digunakan, penggambaran

    interaksi dalam kelas atau analisis sosiometrik, pengukuran hasil belajar dengan berbagai

    prosedur asesmen dan sebagainya.selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data PTK ini

    tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, Para guru juga harus aktif sebagai

    pengumoul data, bukan semata mata sebagai sumber data.

    Akhirnya semua teknologi pengumpulan data yang digunakan harus mendapat penilaian

    kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab meskipun mungkin saja

    memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik. Penggunaan teknologi perekaman

    data yang canggih dapat saja terganjal keras pada tahap tayang ulang dalam rangka analisis

    dan interpretasi data.

    5. Indikator Kinerja

    Keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan

    verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi salah konsep

    siswa.

    Misal perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pe-ngurangan jumlah jenis dan atau

    tingkat kegawatan dari mis-konsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak

    dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.

    Latihan Membuat Rencana Penelitian :

    a) Seting penelitian

    b) Apakah seting penelitian telah berisi tentang o Lokasi sekolah, o Kelas berapa,

  • 21

    o Jumlah siswa, o Komposisi siswa, o Situasi lingkungan siswa, o Lama penelitian dilakukan (sebutkan antara waktu)

    c) Indikator keberhasilan;

    d) Apakah indikator keberhasilan o yang menjadi acuan keberhasilan dalam setiap tindakan, o berupa gradasi seperti : 80-100 : A, 60-79 : B, 40-59 : C, 20- 39 : D, 0-19 : E o Kalau kemampuan kognitif yang diukur angka Kriteria Ketuntasan Minimal bisa

    dijadikan sebagai acuan,

    e) Gambaran umum penelitian (siklus tindakan);

    f) Apakah tindakan tiap siklusnya berupa kegiatan : o Perencanaan, o Pelaksanaan, o Pengamatan o Refleksi, refleksi pada siklus pertama bisa dijadikan acuan untuk perencanaan

    tindakan pada siklus kedua dan seterusnya.

    g) Instrumen yang digunakan,

    h) Apakah instrument yang digunakan menunjukkan adanya o Pedoman observasi, o Format observasi, o Alat perekam, o Pelaksana observasi

    J. Jadwal Penelitian

    Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari

    awal sampai akhir.

    K. Tim Peneliti Dan Tugasnya

    Cantumkan nama ketua dan anggota tim peneliti dan uraian tugas peran setiap anggota tim

    peneliti serta jam kerja yang dialokasikan setiap minggu untuk kegiatan penelitian.

    L. Rencana Anggaran

    1. Komponen Pembiayaan

    Rencana anggaran meliputi kebutuhan dukungan financial untuk tahap persiapan pelaksanan

    penelitian, dan pelaporan.

  • 22

    Secara lebih rinci, pembiayaan yang termasuk dalam setiap bidang adalah sebagai berikut :

    a) Persiapan

    Kegiatan persiapan antara lain meliputi pertemuan anggota tim peneliti untuk menetapkan

    jadwal penelitian dan pembagian kerja, menyusun instrument penelitian, menetapkan format

    pengumpulan data, menetapkan teknik analisis data, dan sebagainya.

    b) Kegiatan operasional di lapangan

    Dalam kegiatan operasional dapat tercakup antara lain pelancaran tes diagnostic dan analisis

    hasilnya, gladi resik implementasi tindakan, perbaikan, pelaksanaan tindakan perbaikan,

    observasi dan interpretasi pelaksanaan tindakan perbaikan, pertemuan refleksi, perencanaan

    tindakan ulang, dan sebagainya.

    c) Penyusunan Laporan Hasil PTK

    Pembiayaan yang termasuk dalam bagian ini adalah penyusunan konsep laporan, review

    konsep laporan, penyusunan konsep laporan akhir. Seminar local hasil penelitian, seminar

    nasional hasil penelitian, dan sebagainya. Juga termasuk dalam pembiayaan adalah

    penggandaan dan pengiriman laporan hasil PTK, serta pembuatan artikel hasil PTK dalm

    bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

    d) Cara Merinci Kegiatan dan Pembiayaan

    Biaya penelitian harus dirinci berdasarkan kegiatan operasional yang dijabarkan dari

    metodologi yang dikemukakan. Agar dapat dihitung biayanya, kegiatan operasional itu harus

    jelas namanya, tempatnya, lamanya, jumlah pesertanya. Sarana yang diperlukan dan output

    yang diharapkan. Patokan pembiayaan satuan kegiatan PTK

    o Honorarium

    1) Ketua Peneliti

    2) Anggota tim peneliti

    3) Tenaga Administrasi

    4) Besarnya honorarium tergantung sumber pandanaan

    o Bahan dan Peralatan penelitian

    1) Bahan habis pakai

    2) Alat habis

    3) Sewa alat

    o Perjalanan

    1) Biaya perjalanan sesuai dengan ketentuan

    2) Transportasi local sesuai harga setempat

    3) Lumpsum termasuk konsumsi sesuai dengan ketentuan

    4) Monitoring dari PGSM minimal untuk satu orang, satu kali, selama dua hari

    5) Konsultasi ketua tim peneliti ke PGSM selama dua hari

  • 23

    o Laporan Penelitian

    1) Penggandaan

    2) Penyusuinan artikel berbahasa Indonesia dan inggris

    3) Pengiriman

    o Seminar

    1) Seminar lokal, konsumsi sesuai harga setempat, biaya penyelenggaraan sesuai dengan

    harga setempat

    2) Seminar nasionala minimal untuk dua orang (satu dosen LPTK dan satu guru pelaku

    PTK)

    M. Daftar Pustaka

    Daftar pustaka disusun menurut urutan abjad pengarang . hendaknya pustaka benar benar

    relevan dan sungguh sungguh dipergunakan dalam penelitian.

    N. Lampiran

    Bagian lampiran dapat berisi curriculum vitae ketua dan para anggota tim inti yang memuat

    identitas ketua anggota tim peneliti, riwayat pendidikan, pelatihan di bidang penelitian yang telah

    pernah diikuti, baik sebagai penatar/pelatih maupun sebagai peserta, dan pengalaman dalam penelitian

    termasuk di PTK.

    Lampirkan pula sesuatu yang dapat memperjelas karakteristik pelaksanaan PTK yang

    diusulkan, missal dapat berupa struktur atau format pembelajaran, cara pengamatan, model penilaian

    dan sebagainya.

  • 24

    BAB III

    CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS

    A. Judul Penelitian :

    Peningkatan Kualitas Kuliah Micro Teaching Di Program Fisika Yang Memenuhi Struktur

    Pembelajaran Ilmiah

    B. Bidang Ilmu :

    Pendidikan Fisika

    C. Bidang Kajian

    Masalah pembelajaran Micro Teaching, yang berkaitan dengan pendekatan dan metode

    mengajar Fisika yang memenuhi kaidah pembelajaran ilmiah.

    D. Latar Belakang Penelitian

    Sejalan dengan visi, misi dan tujuan Universitas, maka visi, misi dan tujuan, serta strategi dan

    priorinitas yang dipilih oleh Program P.Fisika mengembangkan visi dan misi fakultas (FKIP) sebagai

    berikut:

    Visi P.Fisika ialah : Menyiapkan tenaga kependidikan khususnya adalah guru P. Fisika plus

    (tidak hanya mampu menjadi guru) yang mampu bersaing baik di tingkat regional maupun nasional

    serta senantiasa berusaha meningkatkan kualitas lulusannya sehingga mampu mengantisipasi

    perkembangan tuntutan masyarakat dalam era globalisasi ini. Sedang salah satu misinya ialah :

    Menghasilkan tenaga kependidikan (guru) P.Fisika yang profesional, sebagai tenaga kependidikan

    (guru) Sekolah Menengah yang profesional khusus nya dalam bidang P.Fisika sehingga mampu

    mengantisipasi perkembangan IPTEK di era global.

    Kekuatan yang dimiliki jurusan PMIPA saat ini ialah dengan berhasil meraih program Hibah

    A1 yang diikuti oleh Prodi Fisika, Matematika dan Kimia sehingga dapat digunakan untuk

    memperbaiki ruang micro teaching dan perlengkapannya.

    Meskipun rerata nilai PPL tinggi ialah 3,0 belum mencerminkan kemampuan yang

    sesungguhnya, masih terbatas pada retorika batas kelulusan. Pencerminan kemampuan tersebut dapat

    dilihat secara jelas saat mahasiswa praktek mengajar di kelas ditunggu oleh dosen pembimbing, Tidak

    nampak struktur dan proses pembelajaran secara ilmiah; Prof Walter Klinger Phd (Erzeihungswiss

    Fakultat der Universitat Erlangen Nurnberg 1997) Pengajaran harus distrukturkan sedemikian rupa

    hingga para siswa mampu memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang diajarkan. Untuk

    memenuhi persyaratan tersebut jam pelajaran harus diberi struktur dengan 8 struktur utama ialah

    motivasi (1), penjabaran masalah (2) ,penyusunan opini (3),perencanaan dan konstruksi (4), percobaan

    (5), kesimpulan (6) abstraksi (7), konsolidasi (8)

  • 25

    Karena program P.Fisika akan mendidik colon guru fisika di Sekolah Lanjutan yang menuntut

    model pembelajaran secara ilmiah maka perlu mengkaji ulang Standar Operasi Pelaksanaan (SOP)

    micro teaching yang sesuai kaidah pembelajaran ilmiah.

    Sikap jujur, obyektif, tak kenal lelah dan proses urutan kerja secara sistematis, rasional dapat

    dipertanggung jawabkan, diuji ulang kebenarannya dengan hasil yang tetap valid dan reliabel

    merupakan ciri Fisika sebagai produk pengetahuan yang benar dan dapat diandalkan karena

    merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah. Tetapi dalam kegiatan belajar

    mengajar fisika proses ilmiah belum dilaksanakan secara benar, salah satu kelemahan karena dosen

    bukan merupakan model pelaksana metode pembelajaran yang baik.

    Jamzuri (2006), pembuatan Standar Operasi Pelaksanaan (SOP) Micro Teaching

    menemukan beberapa contoh kesulitan mahasiswa dalam memenuhi sturuktur pembelajaran ilmiah

    dan kesulitan dosen sebagai model pembelajaran pada kuliah micro teaching .

    Contoh 1, Tarik kesimpulan data pada tabel 1 :

    Tabel 1. Data Pengamatan Tenggelam Terapungnya suatu Benda

    No

    Jenis

    Benda Keadaan benda Di Air Kesalahan Dalam

    Menarik Kesimpulan Tenggelam Terapung

    (1) (2) (3) (4) (5) 1 Besi V Tenggelam terapungnya suatu benda dlm air

    tergantung pada o Beratbenda..........20 % o Berat jenis benda...0 % o Volume benda.....10 %

    2 Kaca V 3 Kayu V

    4 Gabus V

    5 Batu V

    Kesalahan mahasiswa dalam menarik kesimpulan tabel 1, dapat dibenar -kan dalam waktu sekitar 10

    menit setelah mahahasiswa ditanya tentang :

    Apakah saudara menimbang berat dan mengukur volume benda ? Sehingga mahasiswa sadar bahwa ia

    tidak menyimpulkan berdasarkan data yang ada. Akhirnya disimpulkan secara benar bahwa

    Tenggelam terapungnya suatu benda dalam air tergantung pada jenis benda.

    Contoh 2, ketika dosen menjelaskan metode bermain peran dosen tidak melaksanakan

    secara benar, tetapi umumnya dosen bercerita tentang metode bermain peran, bukan melaksanakan

    metode bermain peran saat kuliahnya. Dalam melaksanakan metode demonstrasi dosen lebih

    berperan dalam ceramahnya.

    Berdasarkan contoh menarik kesimpulan dan penerapan metode mengajar tersebut dapat

    dinyatakan bahwa diperlukan Peningkatan Kualitas Kuliah Micro Teaching Di Program Fisika Yang

    Memenuhi Kaidah Nilai Pembelajaran Ilmiah menjadi bagian yang perlu dilakukan.

    Tindakan yang diperlukan meliputi Penjelasan 8 Struktur pem-belajaran dan aplikasi

    Pembelajaran Ilmiah dalam Micro Teaching Salah satu indikator yang terkait kuat dengan

    keberhasilan mencetak guru fisika yang profesional adalah kegiatanmicro teaching sebagai kesiapan

    mengajar di sekolah lanjutan dalam bentuk kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Sehingga

  • 26

    Penelitian untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran (PPKP) yang berjudul Peningkatan Kualitas

    Kuliah Micro Teaching Di Program Fisika Yang Memenuhi Struktur Pembelajaran Ilmiah menjadi

    bagian yang sangat perlu dilakukan.

    E. Rumusan Masalah

    1. Apakah tindakan yang dilakukan agar kuliah micro teaching di P.Fisika dapat memenuhi

    struktur pembelajaran ilmiah ?

    2. Bagaimana model pembimbingan agar kuliah micro teaching di P.Fisika dapat memenuhi

    struktur pembelajaran ilmiah ?

    3. Bagaimana bentuk evaluasi agar kuliah micro teaching di P.Fisika dapat memenuhi Struktur

    pembelajaran ilmiah ?

    F. Cara Memecahkan Masalah

    1. Apakah tindakan yang dilakukan agar kuliah micro teaching di P.Fisika dapat

    memenuhi struktur pembelajaran ilmiah ?

    Untuk menjawab masalah pertama dilakukan tindakan :

    a) Diadakan pelatihan dosen model sebagai pembimbing praktek oleh konsultan.

    b) Dibentuk kelompok yang terdiri dari 3 s/d 12 mahasiswa dipimpin oleh 1 pembimbing

    2. Bagaimana model pembimbingan agar kuliah micro teaching di P.Fisika dapat memenuhi

    struktur pembelajaran ilmiah ?

    Untuk menjawab masalah kedua dilakukan tindakan berupa :

    a) Dosen model memberi contoh model pembelajaran dengan struktur pembelajaran ilmiah.

    b) Dilakukan model refleksi 1 mahasiswa praktek mengajar, 3 mahasiswa sebagai pengamat

    c) Pembimbing mengevaluasi refleksi mahasiswa.

    3. Bagaimana bentuk evaluasi agar kuliah micro teaching di P.Fisika dapat memenuhi

    Struktur pembelajaran ilmiah ?

    Untuk menjawab masalah ketiga dilakukan tindakan berupa :

    a) Menyusun Format pengamatan pembelajaran ilmiah

    b) Menyusun petunjuk pengisian format pembelajaran ilmiah

    Langkah penyelesaian masalah dirinci pada metodologi penelitian

    G. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah Apakah tindakan yang dilakukan, bagaimana model

    pembimbingan dan bagaimana bentuk evaluasi agar kuliah micro teaching di P.Fisika dapat

    memenuhi Struktur pembelajaran ilmiah; Maka tujuan penelitian adalah :

  • 27

    1. Melakukan tindakan kuliah micro teaching di P.Fisika untuk memenuhi struktur pembelajaran

    ilmiah ?

    2. Membuat model pembimbingan agar kuliah micro teaching di P.Fisika yang memenuhi struktur

    pembelajaran ilmiah ?

    3. Membuat bentuk evaluasi kuliah micro teaching di P.Fisika yang memenuhi Struktur

    pembelajaran ilmiah ?

    H. Manfaat Penelitian

    1. Menumbuhkembangkan sikap ilmiah dan menerapkan prosedur ilmiah dalam pembelajaran fisika.

    2. Meningkatkan mutu pembelajaran micro teaching.

    3. Meningkatkan kerjasama antar dosen dan dosen dengan mahasiswa dalam memecahkan masalah

    pembelajaran micro teaching

    4. Mempersiapkan mahasiswa mengikuti PPL di Sekolah Lanjutan.

    I. Kerangka Teoretik Dan Hipotesis Tindakan

    1. Reflective Teaching

    Prof Dr Joko Nurkamto ( FKIP UNS ) dalam pengukuhan guru besar mengemukakan

    pendapatnya, Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui Reflective Teaching Guru merupakan

    ujung tombak pelaksanaan pendidikan karena gurulah yang secara langsung memimpin kegiatan

    belajar-mengajar di dalam kelas, yang menjadi inti kegiatan pendidikan. Guru menjadi orang pertama

    yang bertanggung jawab atas kualitas pendidikan di sekolah.

    Karena perannya yang sangat penting, guru dituntut memiliki profesionalisme yang tinggi

    dalam melaksanakan tugasnya. Guru yang profesional adalah guru yang mampu: (1) merencanakan

    program belajar-mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin kegiatan belajar-mengajar, (3) menilai

    kemajuan kegiatan belajar-mengajar, dan (4) menafsirkan serta memanfaatkan hasil penilaian

    kemajuan belajar-mengajar dan informasi lainnya untuk melakukan kegiatan tindak lanjut (Soedijarto,

    1993). Keempat gugus kemampuan tersebut dianggap sebagai kemampuan profesional karena

    memerlukan cara kerja yang tidak mekanistik dan memerlukan penguasaan dasar-dasar pengetahuan

    yang kuat terhadap pelaksanaan pekerjaan dan cara kerja dengan dukungan cara berpikir yang

    kreatifdan imajinatif.

    Karakteristik profesionalisme guru dituntut guru untuk secara terus menerus memikirkan

    secara reflektif apa yang telah, sedang, dan akan dikerjakannya di dalam kelas (Raka Joni, 1992).

    Inilah yang kemudian lazim dikenal sebagai pengajaran reflektif Makna pengajaran reflektif dapat

    disimpulkan dari pendapat John Dewey (dalam Henke, 2001: 1) yang mendefinisikan refleksi sebagai

    "that which involves active, persistent, and careful consideration of any belief or practice in light of

    the reasons that support it and the further consequences to which it leads". Apabila diterapkan dalam

    pengajaran, maka diperoleh pengertian bahwa pengajaran reflektif adalah penggunaan kesempatan

    oleh guru dalam melaksanakan tugas secara sistematis mengeksplorasi, mempertanyakan, dan

  • 28

    membingkai kembali praktek pengajarannya secara holistik untuk dapat membuat interpretasi secara

    benar berdasarkan keadaan di lapangan dan kemudian dapat menentukan pilihan yang tepat untuk

    memperbaiki kinerjanya.

    Untuk dapat melakukan pengajaran reflektif tersebut guru perlu memiliki kesadaran akan

    praktek pengajarannya dan kesediaannya untuk berubah ke arah yang lebih baik. Sehingga melahirkan

    keterbukaan (open-mindedness), keterlibatan secara penuh (hole-heartedness), dan tanggung jawab

    (responsibility) (Dewey, 1996).

    Pengajaran reflektif memiliki empat langkah yang terkait satu sama lain, yaitu deskripsi,

    analisis, eksplanasi, dan refleksi. Deskripsi berarti menggambarkan peristiwa kegiatan belajar-

    mengajar di dalam kelas sebagaimana adanya; dapat dilakukan melalui teknik rekaman videotapes,

    rekaman audiotapes, dan deskripsi tertulis. Analisis adalah suatu pemecahan masalah yang melibatkan

    guru melakukan pengujian terhadap apa yang efektif dan tidak efektif di dalam kelas. Eksplanasi

    menuntut guru mengkomunikasikan hasil analisis, yaitu tentang derajat keefektifan kegiatan belajar-

    mengajar di dalam kelas. Dan, refleksi menuntut guru mengidentifikasi makna pribadi dari apa yang

    telah dikerjakannya di dalam kelas (Reiman, 1999: 1).

    Pengajaran reflektif bukanlah metode mengajar tetapi beyond the methods dan memiliki

    perspektif yang lebih holistik. Diharapkan dengan melaksanakan pengajaran reflektif ini, guru mampu

    meningkatkan profesionalismenya.

    2. Struktur Pembelajaran Ilmiah

    Prof Walter Klinger Phd ( Erzeihungswiss Fakultat der Universitat Erlangen Nurnberg

    1997) yang pendapatnya menjadi dasar model pembelajaran IPA SEQIP (Science Education Quality

    Improvement Project) Pengajaran harus distrukturkan sedemikian rupa hingga para siswa mampu

    memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang diajarkan. Untuk memenuhi persyaratan

    tersebut jam pelajaran harus diberi struktur dengan 8 struktur utama

    a. Motivasi

    b. Penjabaran masalah

    c. Penyusunan Opini

    d. Perencanaan dan konstruksi

    e. Percobaan

    f. Kesimpulan

    g. Abstraksi

    h. Konsolidasi

    Makna masing-masing langkah dapat sangat bervariasi. Bobot tergantung pada materi yang

    akan diajarkan maupun kepada situasi dan didaktik suatu kelas, dalam praktek pengajaran ada transisi

    terus menerus dari satu langkah ke langkah berikutnya, sehingga sulit menarik garis tegas masing-

    masing langkah. Kadang ada langkah yang diabaikan atau dua langkah terjadi secara bersamaan atau

    saling susul menyusul dengan begitu cepat sehingga sulit menarik garis pembatas yang tegas antara

    masing-masing langkah. Misalnya antara konstruksi dan percobaan, abstraksi percobaan dan

    kesimpulan, antara kesimpulan dan abstraksi. Terutama di kelas rendah, langkah-langkah konstruksi

    kesimpulan dan Abstraksi kadang dapat diabaikan sama sekali.

  • 29

    Tergantung pada struktur dan pengaturan materi yang diberikan, ada langkah-langkah yang

    berulang secara teratur, kadang dalam jangka waktu yang sangat singkat dalam satu unit pelajaran.

    Misalnya langkah-langkah dua sampai lima

    Tetapi sebelum mampu menangani langkah-langkah di atas maupun variasinya secara

    mantap, sangat perlu untuk praktek menggunakan bentuk yang sederhana dulu, yang mempunyai

    langkah-langkah yang terpisah secara jelas, berdasarkan suatu protokol pelaksanaan pendidikan yang

    ditulis sebelumnya. Adapun penjelasan tiap langkah sebagai berikut :

    a) Langkah Motivasi

    Tujuan motivasi adalah menuntun siswa ke arah materi pendidikan, untuk membangkitkan rasa

    ingin tahu siswa, antusiasme dan kesediaan belajar siswa. Maka motivasi harus sesuai dengan

    tujuan unit belajar, motivasi jangan sampai mendahulukan hasil; Dalam keadaan ideal, perlu

    berfungsi sebagai penyatu seluruh proses pendidikan yang mungkin saja melebisi satu unit

    pendidikan.

    Motivasi siswa melalui dorongan yang berulang dan terencana dengan baik, dipengaruhi oleh

    kepribadian guru dan latar belakang kelas. dapat dipilih dari lima katagori :

    1) Motivasi Berlandaskan Lingkungan Sekeliling Siswa

    o Laporan pengalaman pribasi siswa,

    o Instruksi untuk melakukan pencarian data yang berkaitan dengan ekskursi atau pekerjaan

    rumah.

    o Berita surat kabar, radio , TV

    o Masalah yang berasal dari lingkup perhatian siswa.

    2) Motivasi Berlandaskan pada Kegiatan Guru

    3) Konflik kognitif, yang berkaitan dengan materi, untuk men-jelaskan masalah yang saling

    bertentangan.

    4) Motivasi melalui ekskursi kelas, gambar, film pendidikan, buku, tabel dan diagram, cerita,

    deskripsi atau kunjungan ke musium

    5) Motivasi Berlandaskan Pesentasi Peristiwa Sejarah

    Misal penemuan tentang kemagnetan dari Orsted atau berita ilmiah tentang penemuan sinar

    X pada zaman dulu

    6) Motivasi Berlandaskan Peralatan Teknik Yang berfungsi

    Misal bel listrik, lembaran bimetal, termometer, dinamo sepeda

    7) Motivasi Berlandaskan Ingatan Kembali Peristiwa Sebelumnya

    Motivasi yang paling efektif kalau mengandung komponen emosional yang kuat, ialah kalau

    mengandung aspek mengejutkan, misterius, estetika atau persaingan atau berasal dari

    lingkungan sekeliling siswa. Tetapi yang paling penting motivasi yang diberikan harus sesuai

    dengan usia siswa.

  • 30

    b) Langkah Penjabaran Masalah

    Tujuan dalam merumuskan masalah secara jelas untuk menjalani langkah berikutnya, peluang

    menciptakan masalah atau menyadar -kan masalah secara seragam terhadap suatu masalah adalah :

    1) Kenyataan yang dialami, semua siswa suatu kelas mengalami suatu situasi nyata bersama.

    Misal hasil kunjungan suatu kelas untuk mengamati sesuatu kejadian pembuatan kontruksi

    bangunan, kehidupan ikan, keadaan alam

    2) Kenyataan yang direproduksi atau disediakan, yang dapat dilakukan dengan cara demonstrasi

    fenomena alam. Misal dengan bantuan KIT percobaan, presentasi peralatan listrik pemainan,

    mineral atau produk kimia.

    3) Menyadarkan adanya masalah, sebagai salah satu tuntutan utama pengajaran ilmu

    pengetahuan agar obyek-obyek yang akan di bahas dapat diprensentasikan secara nyata.

    kenyataan harus selalu menjadi tuntutan sebagai proses pengetahuan ilmiah yang

    berlangsung secara akurat bukan sekedar melihat-lihat saja. Untuk mencetuskan kegiatan yang

    secara metodologis diperlukan deduksi hipotesis pada langkah berikutnya; Sehingga perlu

    dipisahkan antara obyek dan subyek, semacam proses pematangan yang akan menghasilkan

    kesadaran disini ada sesuatu yang masih dipertanyakan, disini ada sesuatu yang dapat

    diamati. Maka siswa telah sadar adanya masalah yang perlu diamati. Guru harus

    merencanakan masalah pada perencanaan unit pelajaran. Meskipun pada saat pelajaran

    berlangsung guru membiarkan perumusan masalah terjadi

    4) Kesulitan siswa kelas rendah merumuskan masalah antara lain :

    o Jarang mampu membahas fenomena alam secara rasional dan obyektif

    o Sering mengabaikan efek-efek yang penting dan lebih mem-perhatikan fakta-fakta dan ciri

    yang tidak penting

    o Secara tidak sengaja, para siswa memproyeksikan pengalam-an lain dalam deskripsi

    penghamatan meraka sesungguhnya dan kadang sulit meyakinkan bahwa pengalaman

    tersebut tidak sah

    o Kemampuan siswa untuk menilai besaran sangat terbatas

    o Kesulitan menyebutkan istilah teknis, kosa kata terbatas, bahkan tidak mempunyai konsep

    behasa seharihari, apalagi istilah teknis yang diperlukan. Maka pengajaran bahasa menjadi

    penting dalam penjabaran masalah agar dapat diverbalkan observasi, opini dan hasil

    secara tepat.

    o Bahaya penilaian terburu-buru, ialah melompat hingga mencapai kesimpulan sebelum

    masalah dikenali secara tepat. Kelas tiba-tiba merumuskan hipotesis tanpa sebelumnya

    merumuskan masalah. Guru harus secara konsekuen berkali kali kembali pada masalahnya

    dan melanjutkan kelangkah berikutnya kalau pertanyaan ilmiahnya sudah tertera di papan

    tulis.

  • 31

    c) Penyusunan Opini-Opini

    1) Pertanyaan ilmiah dirumuskan secara jelas mirip teka-teki, karena menuntut jawaban teka-teki

    siswa berusaha mencari keterangan dan intepretasi yang mungkin. Akhirnya mereka

    berhipotesa yang bagi mereka mewakili solusi masalah yang diterima. Siswa berpikir secara

    deduktif, sehingga metode deduktif diberlakukan dalam menyusun opini.

    2) Pada saat merumuskan masalah perlu bantuan guru, Sebaliknya pada saat menyusun opini

    kemampuan siswa berkembang cepat dalam upaya untuk mengekpresikan opini, para siswa

    berkesempatan membebaskan daya khayal, keatifitas, daya pikir dan intuisi.

    3) Menciptakan ruang bebas berpikir, siswa dapat berkembang dan merumuskan pola pikiranya.

    Sebaiknya dilakukan pada diskusi kelompok kecil, bukan dalam kegiatan mandiri, karena

    perumus an hipotesis berkaitan dengan menerima atau menolak gagasan yang akan lebih

    mudah dalam bentuk interaksi dua siswa atau lebih.

    4) Perumusan hipotesis dalam kelompok kecil biasanya lebih bermakna karena menghasilkan

    hipotesa yang berbeda-beda. Maka menjadi sangat penting agar hipotesis dari semua

    kelompok dideskusikan bersama, dicermati secara kritis, kesulitan yang muncul adanya sikap

    kaku menferbalkan fakta maupun istilah teknis.

    5) Bila ada siswa dapat menjawab secara tepat, guru tidak perlu takut, karena menurut ilmu

    pengetahuan masih perlu diuji oleh suatu percobaan

    d) Perencanaan Dan Konstruksi

    1) Bertujuan untuk mengkontruksikan perangkat percobaan yang memungkinkan verifikasi atau

    mengolah hipotesis dan penentuan saling kait antar parameter yang relevan.

    2) Siswa diajak mengenal ubahan, maka tidak boleh mengatakan percobaan berikut akan

    menjawab pertanyaan tersebut Juga tidak boleh mari kita lakukan demostrasi Sadarkan

    siswa akan cara-cara menemukan jawaban masalah bukan hanya sekedar menjalankan

    peralatan laboratorium.

    3) Jalan dari hipotesis kepada rangkaian peralatan percobaan cukup rumit. Diperlukan

    kemampuan mencipta, sabar dan merangkai alat dan bahan menjadi berfungsi. Maka harus

    dikembangkan strategi percobaan, metode yang membawa kepada tujuan menyusuri suatu

    percobaan berkelanjutan yang menyebabkan jawaban ilmiah.

    4) Keterbatasan anak untuk berpikir secara logis fungsional, kombinasi teknis, kekuatan

    imajinasi teknis obyektif maupun mengimplementasikan peralatan dua menjadi tiga demensi

    sangat diperlukan pada saat sistem pengukuran ditentukan, Tetapi sejak awal kemampuan

    anak harus dikembangkan.

    5) Mulailah dengan peralatan praktis atau bahan-bahan yang ramah lingkungan untuk merakit

    percobaan.

  • 32

    6) Gunakan istilah teknis yang tepat, istilah yang sulit ditulis dekat komponen yang

    bersangkutan; Fungsi dan tujuan masing-masing komponen, alat ukur harus dibahas secara

    mendalam, konstruksi percobaan jangan dilakukan secara abstrak, tetapi dilakukan melalui

    trial and error menggunakan komponen itu sendiri, tetapi belakangan harus makin terpisah.

    7) Tuliskan deskrepsi singkat percobaan dan gambarkan sketsa percobaan pada papan tulis atau

    lembar kerja yang menjadi bagian dari langkah perencanaan, Pada awalnya peralatan

    digambar secara perspektif dan berangsur angsur menjadi potongan gambar lalu digambar

    sketsa abstrak yang mengguna kan simbul simbul standar. Misal batu baterei digambar secara

    nyata kemudian menjadi simbul abtraknya.

    8) Lakukan kerja kelompok yang kemudian diangkat menjadi diskusi kelas untuk mendorong

    pemikiran kreatif dan konstruktik.

    e) Percobaan

    1) Langkah percobaan merupakan titik perhatian utama pengajaran fisika dan kimia. Jawaban

    pertanyaan ilmiah ditentukan oleh langkah percobaaan

    2) Perocaan siswa dan percobaan demonstrasi guru, Pengalaman percobaan hanya diperoleh jika

    melakukan sendiri, sebaiknya menggunakan percobaan siswa untuk mengamati,

    mengoperasikan menjalankan peralatan, membaca meter, mencatat data hasil pengamatan.

    3) Kasus pertama : siswa melakukan percobaan yang sama dengan masalah yang sama. Kasus

    kedua : kelompok siswa melakukan percobaan yang berlainan dengan masalah dan hipoteisis

    yang berlainan pula. Tetapi baik kasus pertama maupun kedua semua kelompok harus

    mempresentasikan kepada seluruh kelas.

    4) Langkah langkah percobaan yang perlu diperhatikan :

    o Merakit peralatan percobaan sesuai dengan sketsa perencanaan dari dua dimensi ( simbul)

    menjadi tiga demensi (benda riel)

    o Penyetelan rangkaian percobaan

    o Menentukan ubahan independen, dependen dan kontrol

    o Menentukan pencatatan data pengamatan, dalam tabel, papan tulis atau buku

    o Pelaksanaan urutan percobaan

    o Mengembalikan peralatan pada tempatnya

    o Langkah percobaan dan perulangan percobaan diperlukan sebagai pemantapan untuk

    menentukan akurasi hasil percobaan, terutama kalau terjadi sesuatu diluar sudut pandang

    hipotesis. Hasil perulangan jangan sampai me-ngaburkan hipotesis.

    f) Kesimpulan

    1) Langkah percobaan, kesimpulan dan abstraksi berkaitan sangat erat seringkali langkah

    tersebut tidak jelas, sehingga kepustakaan menganggap langkah ini sebagai kesatuan,

  • 33

    merupakan langkah pemrosesan hasil; Tetapi agar mampu membedakan dalam pengajaran

    langkah tersebut dibahas secara terpisah.

    2) Hasil percobaan biasanya masih belum merupakan temuan ilmiah sesuai dengan makna

    ilmiah. Hanya dari suatu generalisasi abtraksi dari hasil percobaan akan membawa hasil

    pengetahuan ilmiah

    3) Kesimpulan yang benar dari hasil-hasil percobaan tergantung pada masalah, hipotesis yang

    diajukan dan metode percobaan yang dipergunakan. Perlu disadari bahwa kebanyakan nilai

    terukur diindikasikan oleh pergerakan suatu alat ukur. Misal Observasi : jarum ampermeter

    menyimpang, Kesimpulan : arus mengalir

    4) Hirarki penarikan kesimpulan di pandang dari sudut generalisasi

    o Pernyataan rangkuman sederhana :

    Kawat besi menghantarkan, kesimpulan besi menghantar arus listrik

    o Kesimpulan perbandingan :

    Air panas dalam panci naik dari bawah ke atas kesimpulan air panas lebih ringan dari

    air dingin

    o Kesimpulan penyebab dengan rumus :Kalau .....maka

    Kalau batang logam dipanaskan maka panjang batang akan bertambah panjang

    o Kesimpulan verbal kuantitatip :

    Kalau jarak diperpanjang n kali maka gaya tariknya akan bertambah n kali

    o Kesimpulan rumus verbal matematika : V = S/t

    g) Abstraksi :

    1) Tujuan abstraksi, pelepasan dari kasus mandiri ke kasus umum.

    2) Abstraksi adalah perumusan pengetahuan terperinci tertentu yang diperoleh melalui kasus

    khusus dalam rangka melakukan penelitian untuk mencapai syarat-syarat yang berlaku umum.

    3) Dalam fisika hubungan antar konsep dijalin dalam bentuk matematik, yang akhirnya

    membawa pada versi matematika sebagai hukum dan teori alam yang dapat digunakan untuk

    melakukan deduksi pertanyaan-pertanyaan kuantitatif untuk suatu kasus khusus.

    h) Konsolidasi Pengetahuan Melalui Aplikasi Dan Praktek

    1) Tujuan agar siswa semakin menguasai pengetahuan yang baru diperoleh untuk memungkinkan

    integrasi dan internalisasi pengetahuan itu ke stusktur pengetahuan siswa yang sudah ada.

    2) Tidak cukup hanya memahami fakta, harus dipraktekkan, dihapalkan dan ditransfer ke kasus

    lain.

    3. Keterampilan Micro Teaching

    Tujuan micro teaching adalah untuk memberi keterampilan mengajar dan mempersiapkan

    mahasiswa mengajar di lapangan pada kuliah PPL. Drs R. Widodo (2002) merangkum panduan materi

  • 34

    Pengajaran Mikro (Micro Teaching) yang diterbitkan oleh Universitas Sebelas Maret Surakarta,

    mensarikan 8 keterampilan pengajaran mikro sebagai berikut :

    a) Keterampilan Bertanya

    Pertanyaan diajukan oleh guru agar siswa belajar dan meningkatkan kemampu an berpikir. Dalam

    proses belajar mengajar setiap pertanyaan baik berupa kalimat tanya atau suruhan yang menuntuk

    siswa meningkatkan kemampuan berfikir, memperbesar partisipasi dan mendorong siswa agar

    berinisiatip sendiri digolongkan dalam keterampilan bertanya.

    b) Keterampilan Memberi Penguatan

    Dalam proses belajar mengajar setiap kemampuan memberi peng-hargaan, persetujuan atas

    jawaban siswa atau sebaliknya dapat di-golongkan dalam keterampilan memberi penguatan.

    Tujuan memberi penguatan untuk meningkatkan perhatian siswa, menjaga dan membangkitkan

    motivasi, memudahkan belajar serta mengontrol tingkah laku siswa agar menjadi positip.

    c) Keterampilan Menjelaskan

    Dalam proses belajar mengajar setiap kemampuan menyajikan informasi lisan atau tertulis secara

    sistematis yang bertujuan untuk menunjukka