final siaran pers_walhi-konsultasi_publik_indc-ypb

4
Siaran Pers Untuk Disiarkan Segera Masyarakat Harus Menjadi Subyek dalam INDC Indonesia INDC Indonesia diharapkan menerapkan prinsip keadilan iklim yang menekankan pada mitigasi, adaptasi, dan pembangunan yang adil-lestari serta mencantumkan sumber finansial dan alih teknologi Jakarta, 10 Juli 2015 - Pemerintah Indonesia harus memastikan keterlibatan masyarakat dalam proses nasional untuk penyusunan Intended Nationally Determined Contributions (INDC). Hal itu karena isi dan bagaimana pemerintah akan menyampaikan INDC Indonesia dalam United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) 2015 akan mempengaruhi pembangunan dan masyarakat Indonesia. INDC atau Kontribusi yang Diniatkan Indonesia dan Ditetapkan secara Nasional merupakan permintaan kepada negara-negara anggota UNFCCC untuk mengumumkan secara terbuka tindakan yang hendak mereka ambil untuk perubahan iklim di bawah kesepakatan global baru yang mengikat secara hukum pasca 2020. INDC harus disampaikan kepada UNFCCC paling lambat 1 Oktober 2015 dan akan dirundingkan dalam Conference of the Parties (CoP) ke-21 di Paris, Perancis. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) pada Jumat (10/7) di Jakarta menyelenggarakan konsultasi publik terkait penanganan perubahan iklim menjelang UNFCCC, khususnya membahas penyusunan INDC atau Niat Kontribusi Indonesia dan Ditetapkan secara Nasional. Hadir sebagai pembicara dalam konsultasi publik tersebut Abetnego Tarigan (Direktur Eksekutif WALHI), Nur Masripatin (Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), Ari Mochamad (Akademisi Thamrin School), serta Irvan Pulungan (Country Manager ICLEI). Sedangkan Wimar Witoelar (Yayasan Perspektif Baru) sebagai moderator. Abetnego Tarigan, Direktur Eksekutif Nasional WALHI mengatakan bahwa konsultasi publik adalah salah satu ruang penting untuk memastikan

Upload: hutanindonesia

Post on 07-Apr-2017

92 views

Category:

Government & Nonprofit


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Final siaran pers_walhi-konsultasi_publik_indc-ypb

Siaran Pers Untuk Disiarkan Segera

Masyarakat Harus Menjadi Subyek dalam INDC Indonesia

INDC Indonesia diharapkan menerapkan prinsip keadilan iklim yang menekankan pada mitigasi, adaptasi, dan pembangunan yang adil-lestari serta mencantumkan sumber finansial dan alih teknologi

Jakarta, 10 Juli 2015 - Pemerintah Indonesia harus memastikan keterlibatan masyarakat dalam proses nasional untuk penyusunan Intended Nationally Determined Contributions (INDC). Hal itu karena isi dan bagaimana pemerintah akan menyampaikan INDC Indonesia dalam United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) 2015 akan mempengaruhi pembangunan dan masyarakat Indonesia.

INDC atau Kontribusi yang Diniatkan Indonesia dan Ditetapkan secara Nasional merupakan permintaan kepada negara-negara anggota UNFCCC untuk mengumumkan secara terbuka tindakan yang hendak mereka ambil untuk perubahan iklim di bawah kesepakatan global baru yang mengikat secara hukum pasca 2020. INDC harus disampaikan kepada UNFCCC paling lambat 1 Oktober 2015 dan akan dirundingkan dalam Conference of the Parties (CoP) ke-21 di Paris, Perancis.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) pada Jumat (10/7) di Jakarta menyelenggarakan konsultasi publik terkait penanganan perubahan iklim menjelang UNFCCC, khususnya membahas penyusunan INDC atau Niat Kontribusi Indonesia dan Ditetapkan secara Nasional.

Hadir sebagai pembicara dalam konsultasi publik tersebut Abetnego Tarigan (Direktur Eksekutif WALHI), Nur Masripatin (Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), Ari Mochamad (Akademisi Thamrin School), serta Irvan Pulungan (Country Manager ICLEI). Sedangkan Wimar Witoelar (Yayasan Perspektif Baru) sebagai moderator.

Abetnego Tarigan, Direktur Eksekutif Nasional WALHI mengatakan bahwa konsultasi publik adalah salah satu ruang penting untuk memastikan masyarakat mengetahui dan berperan dalam proses penyusunan INDC. Selain itu, penting untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip keadilan iklim yang menjadi tuntutan masyarakat sipil hingga saat ini dalam penanganan perubahan iklim.

Prinsip tersebut meliputi jaminan atas keamanan manusia (Human security), utang ekologi akibat pola pembangunan yang eksploitatif oleh negara-negara maju (Ecological debt), perlindungan dan pemenuhan hak atas tanah atau wilayah kelola masyarakat (Land rights), dan memastikan perubahan pola produksi-konsumsi kearah yang lebih berkelanjutan.

INDC Indonesia tentunya akan mempengaruhi pembangunan dan rakyat Indonesia pasca 2015. Di satu sisi, dampak perubahan iklim yang semakin mengancam kehidupan masyarakat, khususnya di Indonesia sebagai negara kepulauan. Dengan demikian, masyarakat mesti mendapat ruang dan posisi penting untuk megetahui dan menentukan bagaimana INDC Indonesia dan kebijakan lainnya terkait upaya penanganan perubahan iklim.

Ari Mochamad, akademisi dari Thamrin School, mengatakan bahwa komitmen Indonesia pada INDC harus menjadi refleksi dari keseriusan untuk merespon perubahan iklim melalui adaptasi dan mitigasi. Adaptasi harus memberikan tambahan dan manfaat pada kegiatan mitigasi. Namun demikian, pada pertemuan Paris, INDC hanyalah satu dari beberapa agenda penting lainnya. Dalam isu adaptasi, misalnya, juga mencakup global goal on adaptation, adaptation finance, serta loss and damage. Jangan sampai isu-isu tersebut dilupakan.

Page 2: Final siaran pers_walhi-konsultasi_publik_indc-ypb

Irvan Pulungan, Country Manager ICLEI (International Council for Local Environmental Initiatives), menambahkan bahwa penyusunan INDC perlu mengangkat inisiatif penurunan emisi yang dilakukan oleh pemerintah sub-nasional (kota/kabupaten). Sebagai salah satu upaya mendukung komitmen nasional menurunkan emisi sebesar 26% pada 2020, 12 pemerintah kota yang tergabung dalam Compact of Mayor Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi pada sektor transportasi, industri, residensial dan institusional hingga 12% dari BAU (Business as Usual).

INDC adalah cara pemerintah nasional mengkomunikasikan pada dunia internasional tentang langkah-langkah apa yang diambil untuk menangani perubahan iklim di dalam negerinya sendiri. Hal ini akan merefleksikan niat untuk mengurangi emisi, dengan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan nasional. INDC juga bisa mengajukan langkah-langkah untuk melakukan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dan jenis dukungan apa yang bisa diberikan atau yang hendak dimintakan untuk mengatasi perubahan iklim.

Sejauh ini negara maju yang sudah memasukkan INDC, yaitu Uni Eropa, Amerika Serikat, Switzerland dan Norwegia. INDC mereka ditekankan pada mitigasi dan tidak satupun yang menyatakan kontribusi keuangan dan alih teknologi. Hal ini menjadi jelas bahwa negara maju hanya berminat pada mitigasi dan bukan pada pembangunan berkelanjutan di negara berkembang. Negara berkembang yang sudah menyampaikan INDC adalah Mexico. Mereka mencantumkan isu adaptasi sebagai Lampiran, yang juga mencakup pembangunan kapasitas, sumber finansial serta alih teknologi untuk adaptasi perubahan iklim.

Terkait dengan hal tersebut, Abetnego mengatakan bahwa dalam perundingan Paris nanti pemerintah Indonesia tetap tidak melupakan tanggung jawab historis negara-negara maju sebagai penyebab terjadinya perubahan iklim global. Di dalam negeri, pemerintah juga harus memastikan agar pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia juga mencerminkan keseriusan dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca, dan bukannya justru melanjutkan pembangunan berbasis bahan bakar fossil serta pembangunan berbasis ekspansi konversi hutan yang destruktif, sehingga tidak menimbulkan kesan paradoks yang dapat menurunkan kredibiltas Indonesia di dunia internasional.

--- S e l e s a i ---

Keterangan Media:1. UNFCCC: United Nations Framework Convention on Climate Change atau Kerangka Kesepakatan PBB tentang Perubahan Iklim.

Pada November - Desember 2015 akan diselenggarakan UNFCCC di Paris, Perancis. 2. COP: Conference of the Parties atau Pertemuan Para Pihak yang dihadiri oleh perwakilan pemerintah, organisasi masyarakat sipil,

kalangan dunia usaha, akademisi, ilmuwan, dan jurnalis dari berbagai negara anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).3. Pada konferensi Para Pihak tahunan (COP) UNFCCC di Durban, Afrika Selatan pada 2011, para pihak sepakat untuk menetapkan

sebuah kesepakatan internasional yang mengikat secara hukum mengenai tindakan untuk mengatasi perubahan iklim pasca 2015. Kesepakatan tersebut harus dicapai pada COP 21 UNFCCC ke 21 di Paris akhir 2015. Salah satu aspek penting untuk disepakati pada COP 21 adalah INDC.

Kontak Media:Kurniawan SabarManajer Kampanye WALHIMobile: 081241481868E-mail: [email protected]