filsafat pendidikan sebagai disiplin ilmu

26
7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 1/26 1 FILSAFAT PENDIDIKAN SEBAGAI DISIPLIN ILMU Dosen : Drs. Zuhdi H.S. Mpd Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta 2012 Penyusun : Dede Irawan NRM. 1215101030 Pinuji Prawita Dikjaya NRM. 1215071079

Upload: dida-dikjaya

Post on 02-Mar-2016

918 views

Category:

Documents


65 download

TRANSCRIPT

Page 1: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 1/26

1

FILSAFAT PENDIDIKAN SEBAGAI

DISIPLIN ILMU

Dosen :

Drs. Zuhdi H.S. Mpd

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan,

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Jakarta

2012

Penyusun :

Dede Irawan

NRM. 1215101030

Pinuji Prawita Dikjaya

NRM. 1215071079

Page 2: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 2/26

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa, sang Pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta

seperangkat aturan dan hikmah-Nya, karena berkat limpahan rahmat, taufiq,

hidayah serta inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan

makalah yang sederhana ini.

Makalah ini di beri judul “Filsfat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu” 

yang mana isi makalah adalah satu dari sekian topik bahasan dalam mata

kuliah Filsafat Pendidikan yang penyusun ikuti. Maksud dan tujuan dari

penulisan makalah ini tidaklah lain untuk menjadi salah satu bahan belajar terkait topik bahasan bagi penyusun maupun peserta lainnya dalam

perkuliahan ini.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih kepada Bpk. Drs. Zuhdi H.S. Mpd selaku dosen mata kuliah Filsafat

Pendidikan serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah

ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penulis

pun sadar bawasannya penulis hanyalah seorang manusia yang tidak luput

dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik

 Allah Azza Wa’jala hingga dalam penulisan dan penyusunannya masih jauh

dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan

senantiasa penulis nanti dalam upaya evaluasi diri.

 Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak

sempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan

sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis,

pembaca, dan bagi seluruh mahasiswa-mahasiswi Universitas Negeri

Jakarta. Amien ya Rabbal ‘alamin. 

Penyusun 

Page 3: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 3/26

3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB. I PENDAHULUAN

 A. LATAR BELAKANG MASALAH 4

B. IDENTIFIKASI MASALAH 6

C. PERUMUSAN MASALAH 6.

BAB. II PEMBAHASAN

 A. HAKIKAT DISIPLIN ILMU 7

B. HAKIKAT FILSAFAT PENDIDIKAN 10

C. IMPLIKASI PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN 18

BAB. III PENUTUP

KESIMPULAN 23

DAFTAR PUSTAKA 25

Page 4: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 4/26

4

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia merupakan sasaran pendidikan1. Kedudukan manusia

sebagai sebuah sasaran pendidikan dapat dipahami melalui perspektif teoritis

dari beberapa pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh beberapa

sumber, maupun melalui perspektif yuridis semisal dari Garis Besar Haluan

Negara (GBHN) dan undang-undang sistem pendidikan nasional. Beberapa

pengertian pendidikan tersebut diantaranya ialah :

1) Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung 

dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah

segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu.

(Mudyahardjo 2001, 3)

2) Suatu kegiatan yang sistemis dan sistematik terarah kepada

terbentuknya kepribadian peserta didik. (Tirtarahardja 2008, 34)

3) Drs. D. Marimba berpendapat bahwa pengertian pendidikan adalah

bimbingan atau pimipinan secara sadar oleh si pendidik terhadap

 perkembangan jasmani dan rokhani si terdidik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama.2 

Sementara itu, UU Sisdiknas menyebutkan bahwa tujuan pendidikan

adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.3 Adapun GBHN menyatakan bahwa

1Umar Tirtarahardja, Pengantar Pendidikan (Cet. 2; Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2008), h. 1.

2 Alix Wijaya H.K. ,”12 Pengertian Pendidikan”, Alixwijaya, diakses dari http://alixwijaya.com/2010/12-

definisi-pendidikan-2.html, pada tanggal 1 Maret 2012, pukul 01.173 Republik Indonesia, “Undang‐Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional,”

Page 5: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 5/26

5

pembangunan nasional dilaksanakan di dalam rangka pembangunan

manusia Indonesia seutuhnya.4 

Meskipun menggunakan beberapa istilah yang berbeda, seperti :

individu, peserta didik maupun manusia Indonesia, namun menjadi jelas

bahwa manusialah yang menjadi sasaran pendidikan dalam pengertian-

pengertian yang telah disebutkan diatas. Sebagai akibatnya, kebutuhan ilmu

pendidikan akan suatu pandangan yang menyeluruh dan mendalam

mengenai hakikat manusia dan bagaimana ia belajar menjadi tak terelakan

lagi. Tugas mendidik pun dianggap hanya mungkin dilakukan dengan benar 

dan tepat tujuan apabila pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa

manusia itu sebenarnya.5 

Berkaitan dengan hal di atas, pandangan filosofis dengan sifatnya

yang komperhensif dan kritis turut menjadi kajian penting yang

mempengaruhi studi dan praktik pendidikan baik secara konseptual maupun

operasional dalam berbagai aspek maupun level. Hal ini diperkuat dengan

didudukannya manusia sebagai kajian filsafat dan sifat kajian filsafat itu

sendiri di sisi lain.6 Sifat filsafat tersebut, yaitu: 1) menyeluruh, 2) mendasar,

3) dan spekulatif,7 memungkinkan filsafat untuk menghasilkan suatu

pandangan yang luas dan dalam mengenai hakikat manusia .

Dari penjelasan diatas, dapat dilihat hubungan antara filsafat dan

pendidikan. Umar Tirtarahardja dalam buku Pengantar Pendidikan

menjelaskan hubungan ini sebagai berikut :

Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan Filsafat karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat sedangkan

 pendidikan berusaha mewujudkan citra itu. Rumusan tentang harkat dan

martabat manusia beserta masyarakatnya ikut menentukan tujuan dan cara-

 4

Umar Tirtarahardja, op. cit., h. 27.5

Ibid. h. 1.6

Berkaitan dengan kedudukan manusia sebagai kajian filsafat lihat Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu:Sebuah Pengantar Populer (Cet. 20; Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2007), h. 27-28.7

Ibid. h. 20-22.

Page 6: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 6/26

6

cara penyelenggaraan pendidikan, dan dari sisi lain, pendidikan merupakan

 proses memanusiakan manusia…  (Umar Tirtarahardja 2008, 84)

Sementara itu, pokok permasalahan filsafat telah pula berkembang

menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih

spesifik. Jujun Suriasumantri dalam buku Filsfat Ilmu menyebutkan cabang-

cabang filsafat tersebut antara lain mencangkup: 1) Epistemologi (Filsafat

Pengetahuan), 2) Etika (Filsafat Moral), 3) Estetika (Filsafat Seni), 4)

Metafisika, 5) Politik (Filsafat Pemerintahan), 6) Filsafat Agama, 7) Filsafat

Ilmu, 8) Filsafat pendidikan, 9) Filsafat Hukum, 10) Filsafat Sejarah, 11)

Filsafat Matematika (Suriasumantri 2008, 32-33).8 Dari semua cabang filsafat

ini, Filsafat Pendidikan telah berkembang menjadi sebuah disiplin ilmu yang

coba menjawab kebutuhan pendidikan baik dalam teori maupun praktik.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

1) Apakah filsafat pendidikan telah memenuhi syarat sebagai sebuah

disiplin ilmu ?

2) Bagaimanakah kedudukan filsafat pendidikan sebagai sebuah disiplin

ilmu ?

3) Apa objek kajian filsafat pendidikan ?

4) Bagaimanakah pendekatan filsafat pendidikan dalam mengkaji

masalah pendidikan ?

5) Bagaimanakah peran filsafat pendidikan dalam perkembangan teori

pendidikan ?

6) Bagaimanakah peran filsafat pendidikan dalam praktik pendidikan ?

7) Bagaimanakah perkembangan filsafat pendidikan sebagai sebuah

disiplin ilmu ?

C. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah filsafat pendidikan sebagai sebuah disiplin ilmu

berperan dalam perkembangan teori dan praktik pendidikan ?

8Bandingkan dengan Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar (Cet. 2; Bandung:

PT REMAJA ROSDAKARYA, 2002), h. 3-5.

Page 7: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 7/26

7

BAB. II PEMBAHASAN

A. HAKIKAT DISIPLIN ILMU

A.1. Pengertian Displin Ilmu

Berikut ini adalah pengertian Ilmu yang didapat dari berbagai sumber :

1) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberi pengertian terhadap

lema iImu sebagai berikut : Suatu pengetahuan tentang suatu bidang

yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yangdapat digunakan untuk menerapkan gejala-gejala tertentu dibidang

(pengetahuan) tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu pendidikan, ilmu

ekonomi dan sebagainya.9 

2) Sementara itu, Lenzen dalam Mudyahardjo, meninjau ilmu dari segi

morfologis atau bentuk substansinya, sebagai pengetahuan sistematis

yang dihasilkan dari kegiatan kritis yang tertuju pada penemuan

(Lenzen dalam Mudyahardjo 2002, 9)

3) Moh. Nazir, Ph.D (1983) Mengemukakan bahwa ilmu tidak lain dari

suatu pengetahuan, baik natural atau pun sosial, yang sudah

terorganisir serta tersusun secara sistematik menurut kaidah umum.10 

4) Ahmad Tafsir (1992) Memberikan batasan ilmu sebagai pengetahuan

logis dan mempunyai bukti empiris.11 

5) Sikun Pribadi (1972) Merumuskan pengertian ilmu secara lebih rinci (ia

menyebutnya ilmu pengetahuan), bahwa “ Obyek ilmu pengetahuan

ialah dunia fenomenal, dan metode pendekatannya berdasarkan

pengalaman (experience) dengan menggunakan berbagai cara seperti

observasi, eksperimen, survey, studi kasus, dan sebagainya.

Pengalaman-pengalaman itu diolah oleh fikiran atas dasar hukum

9 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, “ Kamus Besar Bahasa Indonesia

Daring”, http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php . ( diakses pada tanggal 1 Maret 2012 ).10

 Riski Amalia Putri, “Pondasi Ilmiah dalam Penyelenggaraan Pendidikan”, di akses dari, 

http://blog.unsri.ac.id/riski02/pengantar-pendidikan-/karateristik-ilmu-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu-pondasi-ilmu-/mrdetail/14738/, pada tanggal 1 Maret 2012 pukul 09.12.11

Ibid.

Page 8: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 8/26

8

logika yang tertib. Data yang dikumpulkan diolah dengan cara analitis,

induktif, kemudian ditentukan relasi antara data-data, diantaranya

relasi kausalitas. Konsepsi-konsepsi dan relasi-relasi disusun menurut

suatu sistem tertentu yang merupakan suatu keseluruhan yang

terintegratif. Keseluruhan integratif itu kita sebut ilmu pengetahuan.” 12 

6) Lorens Bagus (1996) Mengemukakan bahwa ilmu menandakan

seluruh kesatuan ide yang mengacu ke obyek (atau alam obyek) yang

sama dan saling keterkaitan secara logis.13 

Suriasumantri (1984) menyatakan bahwa tiap-tiap pengetahuan

mempunyai tiga komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh

pengetahuan yang disusunnya. Komponen tersebut adalah ontologi,

epistemologi, dan aksiologi. Ontologi merupakan asas dalam menetapkan

batas/ruang lingkup ujud yang menjadi objek penelaahan (objek formal dari

pengetahuan) serta penafsiran tentang hakikat realitas (metafisika) dari objek

formal tersebut. Epistemologi merupakan asas mengenai cara bagaimana

materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh

pengetahuan. Sedangkan aksiologi merupakan asas dalam menggunakan

pengetahuan yang telah diperoleh dan disusun dalam tubuh pengetahuan

tersebut.

llmu merupakan pengetahuan yang aspek ontologis, epistemologis dan

aksiologisnya telah jauh lebih berkembang dibandingkan dengan

pengetahuan-pengetahuan lain dan dilaksanakan secara konsekuen dan

penuh disiplin. Dari pengertian ini berkembang pengertian ilmu sebagai

sebuah disiplin, yakni pengetahuan yang mengembangkan danmelaksanakan aturan mainnya dengan penuh tanggung jawab dan

kesungguhan.14 Pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat ilmiah

dikonotasikan sebagai disiplin karena pengetahuan ilmiah diproses lewat

12Ibid.

13

Ibid14Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer (Cet. 20; Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 2007), h. 35.

Page 9: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 9/26

9

serangkaian langkah-langkah tertentu yang dilakukan dengan penuh

kedisiplinan.15 

A.2. Syarat Disiplin Ilmu

Sebagaimana yang dapat dipahami dari pengertian akan displin ilmu,

maka tidak semua pengetahuan itu dapat disebut sebagai Ilmu. Suatu

pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila dapat memenuhi

persyaratan-persyaratan, sebagai berikut:

1) Ilmu mensyaratkan adanya obyek yang diteliti, baik yang berhubungan

dengan alam (kosmologi) maupun tentang manusia (Biopsikososial).

Lorens Bagus (1996) menjelaskan bahwa dalam teori skolastikterdapat pembedaan antara obyek material dan obyek formal. Obyek

material merupakan obyek konkret yang disimak ilmu. Sedang obyek

formal merupakan aspek khusus atau sudut pandang terhadap ilmu.

Yang mencirikan setiap ilmu adalah obyek formalnya. Sementara

obyek material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain.16 

2) Ilmu mensyaratkan adanya metode tertentu, yang di dalamnya berisi

pendekatan dan teknik tertentu. Metode ini dikenal dengan istilah

metode ilmiah. Dalam hal ini, Moh. Nazir, (1983:43) mengungkapkan

bahwa metode ilmiah boleh dikatakan merupakan suatu pengejaran

terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan

logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interrelasi yang

sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk

mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan

pendekatan kesangsian sistematis. Almack (1939) mengatakan bahwa

metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap

penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle

(1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap

sesuatu untuk memperoleh sesutu interrelasi. Selanjutnya pada bagian

lain Moh. Nazir mengemukakan beberapa kriteria metode ilmiah dalam

15Ibid.

16 Riski Amalia Putri, “Pondasi Ilmiah dalam Penyelenggaraan Pendidikan”, di akses dari, 

http://blog.unsri.ac.id/riski02/pengantar-pendidikan-/karateristik-ilmu-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu-pondasi-ilmu-/mrdetail/14738/, pada tanggal 1 Maret 2012 pukul 09.12.

Page 10: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 10/26

10

perspektif penelitian kuantitatif, diantaranya: (a) berdasarkan fakta, (b)

bebas dari prasangka, (c) menggunakan prinsip-prinsip analisa, (d)

menggunakan hipotesa, (e) menggunakan ukuran obyektif dan

menggunakan teknik kuantifikasi. Belakangan ini berkembang pula

metode ilmiah dengan pendekatan kualitatif. Nasution (1996:9-12)

mengemukakan ciri-ciri metode ilimiah dalam penelitian kualitatif,

diantaranya : (a) sumber data ialah situasi yang wajar atau natural 

setting , (b) peneliti sebagai instrumen penelitian, (c) sangat deskriptif,

(d) mementingkan proses maupun produk, (e) mencari makna, (f)

mengutamakan data langsung, (g) triangulasi, (h) menonjolkan rincian

kontekstual, (h) subyek yang diteliti dipandang berkedudukan sama

dengan peneliti, (i) verifikasi, (j) sampling yang purposif, (k)

menggunakan audit trail , (l)partisipatipatif tanpa mengganggu, (m)

mengadakan analisis sejak awal penelitian, (n) disain penelitian tampil

dalam proses penelitian.17 

3) Pokok permasalahan (subject matter atau focus of interest ). ilmu

mensyaratkan adanya pokok permasalahan yang akan dikaji.18 

B. HAKIKAT FILSAFAT PENDIDIKAN

B.1. Pengertian Filsafat Pendidikan

B.1.1 Pengertaian Filsafat

Filsafat berasal dari kata philos, philein (cinta) dan sophos atau Sophia

(kebajikan, kebaikan, kebenaran). Filsafat adalah pandangan hidup

seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai

kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap

seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara

mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan

segala hubungan.

17Ibid.

18Ibid.

Page 11: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 11/26

11

Filsafat adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam

tentang sesuatu sampai ke akar-akarnya. Sesuatu disini dapat berarti

terbatas dan dapat pula berarti tidak terbatas. Bila berarti terbatas, filsafat

membatasi diri akan hal tertentu saja. Bila berarti tidak terbatas, filsafat

membahas segala sesuatu yang ada dialam ini yang sering dikatakan filsafat

umum. Sementara itu filsafat yang terbatas adalah filsafat ilmu, filsafat

pendidikan, filsafat seni dan lain-lainnya.

Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam,

maka dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering

dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena

kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia saja.

Sesungguhnya isi alam yang dapat diamati hanya sebagian kecil saja,

diibaratkan mengamati gunung es, hanya mampu melihat yang di atas

permukaan laut saja. Semantara filsafat mencoba menyelami sampai kedasar 

gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan

renungan yang kritis. Tujuan filsafat ialah mengumpulkan pengetahuan

manusia sebanyak mungkin dan menerbitkan serta mengatur semua itu

dalam bentuk sistematik. Dengan demikian filsafat memerlukan analisasecara hati-hati terhadap penalaran-penalaran sudut pandangan yang

menjadi dasar suatu tindakan.

B.1.2 Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah bimbingan secara sadar dari pendidik terhadap

perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya manusia

yang memenuhi kepribadian yang utama dan ideal. Pendidikan dapat

diartikan juga sebagai suatu proses, dimana pendidikan merupakan suatu

usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaannya dalam

membimbing, melatih dan mengajar dan enanamkan nilai-nilai serta dasar-

dasar pandangan hidup kepada generasi muda agar nantinya menjadi

manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya

sebagai manusia sesuai sifat hakiki dan cirri-ciri kemanusiaaan dengan kata

lain proses pendidikan merupakan rangkaian usaha membimbing

mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan dasar dan

Page 12: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 12/26

12

kehidupan pribadinya sebagai mahluk individu dan mahluk social serta dalam

hubungannya dengan alam sekitarnya agar menjadi pribadi yang

bertanggung jawab.

B.1.3 Filsafat Pendidikan

Berikut ini adalah beberapa pengertian Filsafat Pendidikan dari

beberapa sumber :

1) Al-Syaibany mengartikan bahwa filsafat pendidikan yaitu aktifitas

pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat tersebut sebagai jalan

untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.19 

2) Barnadib mempunyai versi pengertian atas filsafat pendidikan, yakni

ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-

pertanyaan dalam bidang pendidikan.20 

3) Arifin mengungkapkan bahwa keberadaan filsafat dalam ilmu

pendidikan bukan merupakan insindental, artinya, filsafat itu

merupakan teori umum dari pendidikan, landasan dari semua

pemikiran mengenai pendidikan.21 

4) Noor Syam mengemukakan filsafat pendidikan ialah niai dan

keyakinan keyakinan filosof yang menjiwai, mendasari dan

memberikan indentitas(karakteristik) suatu sistem pendidikan.

5) Filsafat Pendidikan menyelidiki hakikat pelaksanaan pendidikan yang 

bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang, cara dan hasilnya,

serta hakikat ilmu pendidikan yang bersangkut paut dengan analisis

kritis terhadap struktur dan kegunaannya. (B Othanel Smith dalam

Redja Mudyaharjo 2002, 5)

Jadi dapat disimpulkan bahwa Filsafat Pendidikan adalah adalah

filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan

19 Rino Sofiansyah, “Hakikat dan Tujuan Pendidikan Islam”, diakses dari

http://forum.uii.ac.id/index.php/home/topic.html?id=183 pada tanggal 2 Maret 2012 pukul 00.12.20

Ibid.21

 “Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan”, diakses darihttp://makalahguru.blogspot.com/p/pengertian-dan-ruang-lingkup-filsafat.html pada tanggal 2 Maret

2012 pukul 00.15.

Page 13: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 13/26

13

yang merupakan landasan bagi semua pendidikan untuk memperoleh

 jawaban-jawaban bagi permasalahan. 

B.2. Objek dan kedudukan Filsafat Pendidikan

Filsafat Pendidikan merupakan satu bentuk filsafat khusus atau

terapan. Filsafat pendidikan dalam arti luas dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu: 1) Filsafat Praktek Pendidikan dan 2) Filsafat Ilmu Pendidikan.

Filsafat Praktik Pendidikan adalah analisis kritis dan komperhensif 

tentang bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan dan

dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Tiga masalah pokok yang dibahas

dalam Filsafat Praktik Pendidikan adalah : 1) apakah sebenarnya pendidikan

itu; 2) apakah tujuan pendidikan itu sebenarnya; dan 3) dengan cara apa

tujuan pendidikan tersebut dapat dicapai (Henderson dalam Mudyahardjo

2002, 5). Namun T.W. Moore mengemukakan tiga masalah lagi yang menjadi

bahasan Filsafat Praktik Pendidikan, yaitu: 1) hakikat kemanan manusia dan

pendidikan, 2) hakikat kesamaan manusia dan pendidikan, dan 3) hakikat

demokrasi dan pendidikan (T.W. dalam Mudyahardjo 2002, 5).

Filsafat Ilmu Pendidikan merupakan merupakan bagian dari Filsafat

Pendidikan yang menyelidiki pendidikan sebagai ilmu. Dengan demikian,

objek dari Filsafat Ilmu Pendidikan ini dapat dibedakan dalam empat

macam22, yaitu :

a) Ontologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat

substansi dan pola organisasi Imu Pendidikaan;

b) Epistemologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat

objek formal dan material Ilmu Pendidikan;

c) Metodologi Ilmu Pendidikan , yang membahas tentang hakikat

cara-cara kerja dalam menyusun Ilmu Pendidikan; dan

d)  Aksiologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat nilai

kegunaan teoritis dan praktis Ilmu Pendidikan.

22Redja Mudyahardjo, op. cit., h. 6.

Page 14: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 14/26

14

B.4. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan

Setidaknya ada lima aliran Filsafat yang sering disebutkan dalam studi

mengenai pendidikan. Nasution dalam bukunya Asas-asas kurikulum

menyebutkan kelima aliran tersebut sebagai : 1) aliran perennialisme, 2)

aliran idealisme, 3) aliran realisme, 4) aliran pragmatism dan 5) aliran

eksistensialisme.23 

1) Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat

pragmatisme.

Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum.

Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal;

menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis.

Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya

pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah

disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk: mempertinggi taraf 

kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah

kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat

disesuaikan dengan kebutuhan.

2) Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan

realisme;

Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), murid Sokrates.

 Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan

 jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat

rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan

dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita

melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang

serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu

tetap atau tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang

mengalami gerak tidak dikategorikan idea.

23S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, edisi 2 (Cet. 7; Jakarta: PT Bumi Aksara,2006), h. 22-25.

Page 15: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 15/26

15

Keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi

gambaran yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam

pandangan idealisme adalah gambaran dari dunia idea, sebab posisinya

tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat

murni dan asli. Keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya

sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material. Pada kenyataannya,

idea digambarkan dengan dunia yang tidak berbentuk demikian jiwa

bertempat di dalam dunia yang tidak bertubuh yang dikatakan dunia idea.

Plato yang memiliki filsafat beraliran idealisme yang realistis

mengemukakan bahwa jalan untuk membentuk masyarakat menjadi stabil

adalah menentukan kedudukan yang pasti bagi setiap orang dan setiap

kelas menurut kapasitas masin-masing dalam masyarakat sebagai

keseluruhan. Mereka yang memiliki kebajikan dan kebijaksanaan yang

cukup dapat menduduki posisi yang tinggi, selanjutnya berurutan ke

bawah. Misalnya, dari atas ke bawah, dimulai dari raja, filosof, perwira,

prajurit sampai kepada pekerja dan budak. Yang menduduki urutan paling

atas adalah mereka yang telah bertahun-tahun mengalami pendidikan dan

latihan serta telah memperlihatkan sifat superioritasnya dalam melawan

berbagai godaan, serta dapat menunjukkan cara hidup menurut

kebenaran tertinggi.

Mengenai kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang terkenal

dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan

 jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan. Tugas ide adalah

memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa

saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti,

sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur,

mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.

3. Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.

Kadangkala dunia idea adalah pekerjaan rohani yang berupa

angan-angan untuk mewujudkan cita-cita yang arealnya merupakan

lapangan metafisis di luar alam yang nyata. Menurut Berguseon, rohani

Page 16: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 16/26

16

merupakan sasaran untuk mewujudkan suatu visi yang lebih jauh

 jangkauannya, yaitu intuisi dengan melihat kenyataan bukan sebagai

materi yang beku maupun dunia luar yang tak dapat dikenal, melainkan

dunia daya hidup yang kreatif (Peursen, 1978). Aliran idealisme

kenyataannya sangat identik dengan alam dan lingkungan sehingga

melahirkan dua macam realita. Pertama, yang tampak yaitu apa yang

dialami oleh kita selaku makhluk hidup dalam lingkungan ini seperti ada

yang datang dan pergi, ada yang hidup dan ada yang demikian

seterusnya. Kedua, adalah realitas sejati, yang merupakan sifat yang

kekal dan sempurna (idea), gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnya

terdapat nilai-nilai yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dan

kesejatian kedudukannya lebih tinggi dari yang tampak, karena idea

merupakan wujud yang hakiki.

Prinsipnya, aliran idealisme mendasari semua yang ada. Yang

nyata di alam ini hanya idea, dunia idea merupakan lapangan rohani dan

bentuknya tidak sama dengan alam nyata seperti yang tampak dan

tergambar. Sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas dan tumpuan

yang paling akhir dari idea adalah arche yang merupakan tempat kembali

kesempurnaan yang disebut dunia idea dengan Tuhan, arche, sifatnya

kekal dan sedikit pun tidak mengalami perubahan.

Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia menganggap roh

atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi

bagi kehidupan manusia. Roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat

yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai

penjelmaan dari roh atau sukma. Aliran idealisme berusaha menerangkan

secara alami pikiran yang keadaannya secara metafisis yang baru berupa

gerakan-gerakan rohaniah dan dimensi gerakan tersebut untuk

menemukan hakikat yang mutlak dan murni pada kehidupan manusia.

Demikian juga hasil adaptasi individu dengan individu lainnya. Oleh

karena itu, adanya hubungan rohani yang akhirnya membentuk

kebudayaan dan peradaban baru (Bakry, 1992). Maka apabila kita

menganalisa pelbagai macam pendapat tentang isi aliran idealisme, yang

Page 17: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 17/26

17

pada dasarnya membicarakan tentang alam pikiran rohani yang berupa

angan-angan untuk mewujudkan cita-cita, di mana manusia berpikir 

bahwa sumber pengetahuan terletak pada kenyataan rohani sehingga

kepuasaan hanya bisa dicapai dan dirasakan dengan memiliki nilai-nilai

kerohanian yang dalam idealisme disebut dengan idea.

Memang para filosof ideal memulai sistematika berpikir mereka

dengan pandangan yang fundamental bahwa realitas yang tertinggi

adalah alam pikiran (Ali, 1991). Sehingga, rohani dan sukma merupakan

tumpuan bagi pelaksanaan dari paham ini. Karena itu alam nyata tidak

mutlak bagi aliran idealisme. Namun pada porsinya, para filosof idealisme

mengetengahkan berbagai macam pandangan tentang hakikat alam yang

sebenarnya adalah idea. Idea ini digali dari bentuk-bentuk di luar benda

yang nyata sehingga yang kelihatan apa di balik nyata dan usaha-usaha

yang dilakukan pada dasarnya adalah untuk mengenal alam raya.

Walaupun katakanlah idealisme dipandang lebih luas dari aliran yang lain

karena pada prinsipnya aliran ini dapat menjangkau hal-ihwal yang sangat

pelik yang kadang-kadang tidak mungkin dapat atau diubah oleh materi,

Sebagaimana Phidom mengetengahkan, dua prinsip pengenalan dengan

memungkinkan alat-alat inderawi yang difungsikan di sini adalah jiwa atau

sukma. Dengan demikian, dunia pun terbagi dua yaitu dunia nyata dengan

dunia tidak nyata, dunia kelihatan(boraton genos) dan dunia yang tidak

kelihatan (cosmos neotos). Bagian ini menjadi sasaran studi bagi aliran

filsafat idealisme.

Plato dalam mencari jalan melalui teori aplikasi di mana

pengenalan terhadap idea bisa diterapkan pada alam nyata seperti yang

ada di hadapan manusia. Sedangkan pengenalan alam nyata belum tentu

bisa mengetahui apa di balik alam nyata. Memang kenyataannya sukar 

membatasi unsur-unsur yang ada dalam ajaran idealisme khususnya

dengan Plato. Ini disebabkan aliran Platonisme ini bersifat lebih banyak

membahas tentang hakikat sesuatu daripada menampilkannya dan

mencari dalil dan keterangan hakikat itu sendiri. Oleh karena itu dapat kita

katakan bahwa pikiran Plato itu bersifat dinamis dan tetap berlanjut tanpa

Page 18: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 18/26

18

akhir. Tetapi betapa pun adanya buah pikiran Plato itu maka ahli sejarah

filsafat tetap memberikan tempat terhormat bagi sebagian pendapat dan

buah pikirannya yang pokok dan utama.

 Antara lain Betran Russel berkata: Adapun buah pikiran penting

yang dibicarakan oleh filsafat Plato adalah: kota utama yang merupakan

idea yang belum pernah dikenal dan dikemukakan orang sebelumnya.

Yang kedua, pendapatnya tentang idea yang merupakan buah pikiran

utama yang mencoba memecahkan persoalan-persoalan menyeluruh

persoalan itu yang sampai sekarang belum terpecahkan. Yang ketiga,

pembahasan dan dalil yang dikemukakannya tentang keabadian. Yang

keempat, buah pikiran tentang alam/cosmos, yang kelima, pandangannya

tentang ilmu pengetahuan (Ali, 1990).

Plato adalah generasi awal yang telah membangun prinsip-prinsip

filosofi aliranidealis. George WE Hegel kemudian merumuskan aliran

idealisme ini secara komprehensif ditinjau secara filosofi maupun sejarah.

Tokoh-tokoh lain yang juga mendukung aliran idealisme antara lain

Plotinus, George Berkeley, Leinbiz, Fichte, dan Schelling serta Kant.

Ilmuan Islam yang sejalan dengan idealisme adalah Imam AlGhozali.

C. IMPLIKASI PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN

C.1. Implikasi dalam Pengembangan Teori Pendidikan

1) Munculnya filsafat p endidikan yang dipelopori oleh Plato.24 Menurut

Plato, setiap objek atau benda didunia fisik memiliki “ide” atau “bentuk”

abstrak yang menyebabkannya. Ide murni atau esensi dari benda ini

eksis secara independen dari materi, dan sesuatu akan hilang ketika

diterjemahkan ke dalam materi. Karenanya, jika kita berusaha

mendapatkan pengetahuan dengan memeriksa benda-benda yang kita

rasakan dan alami lewat indera, kita akan tersesat. Informasi Inderawi

24Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Penndidikan

 pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia (Cet. 1; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), h.29

Page 19: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 19/26

19

hanya menghasilkan opini; ide-ide abstrak itu sendirilah satu-satunya

dasar dari pengetahuan yang benar.25 

2) Lahir dan berkembangnya mazhab-mazhab / aliran-aliran filsafat

pendidikan, seperti: filsafat pendidikan idealisme, realisme,

eksperimentalisme/ instrumentalisme, dan eksistensialisme.

C.2. Implikasi dalam Praktek Pendidikan

Konsep-konsep filsafat umum ( metafisika, epistemologi, dan aksiologi)

menjadi dasar/landasan penyelenggaraan pendidikan (Landasan Filosofis

Pendidikan). Berikut ini merupakan penjelasan bagaimana Implementasi

 Aliran Filsafat idealisme Pendidikan dalam tujuan, kurikulum dan metodependidikan serta peran guru dan siswa sebagai contoh.

Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri,

sebagai makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme

senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan

ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya

sebagai makhluk spiritual. Tentu saja, model pemikiran filsafat idealisme ini

dapat dengan mudah ditransfer ke dalam sistem pengajaran dalam kelas.

Guru yang menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa

spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai

apa adanya, tanpa adanya spiritual.

1. Tujuan Pendidikan 

Menurut para filsuf idealisme, pendidikan bertujuan untuk membantu

perkembangan pikiran dan diri pribadi (self ) siswa. Mengingat bakat manusiaberbeda-beda maka pendidikan yang diberikan kepada setiap orang harus

sesuai dengan bakatnya masing-masing.

Sejak idealisme sebagai paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan

bahwa realitas adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya

pengajaran secara individual. Pola pendidikan yang diajarkan fisafat

25B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson, Theoris of Learning, diterjemahkan oleh Tri Wibowo B.S

dengan judul Teori Belajar , edisi 7 ( Cet. 1; Jakarta: Kencana, 2008), h. 32.

Page 20: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 20/26

20

idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat

dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat

pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai

atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran

antara keduanya.

Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak

didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki

kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu

menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu

membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan

pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan

sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu

pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk

hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya

terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan

rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan

sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga

terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.

Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan,

kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup

kemanusiaan.

2. Kurikulum Pendidikan 

Kurikulum pendidikan idealisme berisikan pendidikan liberal danpendidikan vokasional/praktis. Pendidikan liberal dimaksudkan untuk

pengembangan kemampuan-kemampuan rasional dan moral. Pendidikan

vokasional dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan suatu

kehidupan/pekerjaan.

Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme

harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih

Page 21: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 21/26

21

banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan

pengalamannya senantiasa aktual.

3. Metode Pendidikan

Tidak cukup mengajar siswa tentang bagaimana berfikir, sangat

penting bahwa apa yang siswa pikirkan menjadi kenyataan dalam perbuatan.

Metode mangajar hendaknya mendorong siswa untuk memperluas

cakrawala, mendorong berfikir reflektif, mendorong pilihan-pilihan morak

pribadi, memberikan keterampilan-keterampilan berfikir logis, memberikan

kesempatan menggunakan pengetahuan untuk masalah-masalah moral dan

sosial, miningkatkan minat terhadap isi mata pelajaran, dan mendorong siswauntuk menerima nilai-nilai peradaban manusia (Callahan and Clark,1983). 

4. Peran Guru dan Siswa

Para filsuf idealisme mempunyai harapan yang tinggi dari para guru.

Keunggulan harus ada pada guru, baik secara moral maupun intelektual.

Tidak ada satu unsur pun yang lebih penting di dalam sistem sekolah selain

guru. Guru hendaknya “bekerjasama dengan alam dalam proses

menggabungkan manusia, bertanggung jawab menciptakan lingkungan

pendidikan bagi para siswa. Sedangkan siswa berperan bebas

mengembangkan kepribadian dan bakat-bakatnya”. (Edward J.Power,1982) 

a) Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme

berfungsi sebagai:

b) Guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik;

c) Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari

siswa;

d) Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik;

e) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para

murid;

f) Guru menjadi teman dari para muridnya;

g) Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid

untuk belajar;

Page 22: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 22/26

22

h) Guru harus bisa menjadi idola para siswa;

i) Guru harus rajib beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa

menjadi teladan para siswanya;

 j) Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif;

k) Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi

bahan ajar yang diajarkannya;

l) Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para

siswa belajar;

m) Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil;

n) Guru haruslah bersikap demokratis dan mengembangkan demokrasi;

o) Guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya.

Page 23: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 23/26

23

BAB. III PENUTUP

Kesimpulan

Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan

tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman,

tetapi masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks,

yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta seputar pendidikan, dan

tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan semata .

Manusia merupakan sasaran pendidikan. Maka pengertian yang luas

dan mendalam tentang hakikat manusia sangat diperlukan bagi

perkembangan ilmu dan praktik pendidikan. Pengertian yang demikian

mengenai hakikat manusia dimungkinkan oleh kajian filsafat yang bersifat

komperhensif dan mendasar. Untuk itu, filsafat telah berkembang menjadi

beberapa cabang yang lebih spesifik objek kajiannya, filsafat pendidikan

adalah salah satunya.

Filsafat Pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi

mengenai masalah-masalah pendidikan yang merupakan landasan bagi

semua pendidikan untuk memperoleh jawaban-jawaban bagi permasalahan.

Sebagai sebuah disiplin ilmu, Filsafat Pendidikan membahas hal-hal seperti :

1) apakah sebenarnya pendidikan itu; 2) apakah tujuan pendidikan itu

sebenarnya; dan 3) dengan cara apa tujuan pendidikan tersebut dapat

dicapai 4) hakikat kemanan manusia dan pendidikan, 5) hakikat kesamaan

manusia dan pendidikan, dan 6) hakikat demokrasi dan pendidikan. Selain itu

objek formal dari disiplin ini ialah : Ontologi, Epistemologi, Metodologi danaksiologi dari Ilmu

Munculnya filsafat p endidikan yang dipelopori oleh Plato.26 Serta Lahir 

dan berkembangnya mazhab-mazhab / aliran-aliran filsafat pendidikan,

seperti: filsafat pendidikan idealisme, realisme, eksperimentalisme/

instrumentalisme, dan eksistensialisme adala merupakan implikasi filsafat

26Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Penndidikan

 pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia (Cet. 1; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), h.29

Page 24: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 24/26

24

dalam pengembangan teori pendidikan, sedangkan penyelengaraan

pendidikan yang menjadikan konsep-konsep filsafat umum ( metafisika,

epistemologi, dan aksiologi) sebagai dasar/landasannya adalah merupakan

implikasi dalam praktek pendidikan.

Page 25: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 25/26

25

DAFTAR PUSTAKA

 Alix Wijaya H.K. , 12 Pengertian Pendidikan , Alixwijaya, diakses dari

http://alixwijaya.com/2010/12-definisi-pendidikan-2.html, 1 Maret 2012.

B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson. Theoris of Learning. Tri Wibowo

B.S. 2008. Teori Belajar . Jakarta: Kencana,

Jujun Suriasumantri. 2007. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer .

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan. diakses dari

http://makalahguru.blogspot.com/p/pengertian-dan-ruang-lingkup-

filsafat.html. 2 Maret 2012.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Kamus

Besar Bahasa Indonesia Daring.

http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php . 1 Maret 2012.

Redja Mudyahardjo. 2001. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal 

Tentang Dasar-Dasar Penndidikan pada Umumnya dan Pendidikan di 

Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Redja Mudyahardjo. 2002. Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar .

Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.

Rino Sofiansyah. Hakikat dan Tujuan Pendidikan Islam. diakses dari

http://forum.uii.ac.id/index.php/home/topic.html?id=183 . 2 Maret 2012.

Riski Amalia Putri. Pondasi Ilmiah dalam Penyelenggaraan Pendidikan,

http://blog.unsri.ac.id/riski02/pengantar-pendidikan-/karateristik-ilmu-

pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu-pondasi-ilmu-/mrdetail/14738/, 1

Maret 2012.

S. Nasution. 2006. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Page 26: Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

7/18/2019 Filsafat Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu

http://slidepdf.com/reader/full/filsafat-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu 26/26

Umar Tirtarahardja. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT RINEKA

CIPTA.