filsafat-pancasila

15
FILSAFAT PANCASILA a. Pengertian Filsafat Secara etimologi, filsafat adalah istilah atau kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Kata itu terdiri dari dua kata yaitu philo, philos, philein, yang mempunyai arti cinta/ pecinta/ mencintai dan sophia yang berarti kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran. Jadi secara harafiah istilah filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki. Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap sesuatu secara metodik, sistematik, menyeluruh dan universal untuk mencari hakikat sesuatu. Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang paling umum yang mengandung usaha mencari kebijaksanaan dan cinta akan kebijakan. Filsafat selalu berurusan dengan manusia yang sudah dalam perjalanannya (Peursen, 1983:3). Filsafat tidak hanya teori tetapi juga praktek, tidak hanya abstrak, tetapi nyata tentang manusia. Filsafat juga berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya manusia, keluarga, masyarakat, negara, sosial, ekonomi, politik hukum, baik buruk, benar salah dan sebagainya (Sunoto, 1987:3). Dalam pengertian sebagai ilmu filsafat adalah suatu ilmu yang membahas atau menyelidiki objek kajiannya secara mendalam

Upload: linda-sekar-arum

Post on 16-Jan-2016

19 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

filsafat

TRANSCRIPT

Page 1: FILSAFAT-PANCASILA

FILSAFAT PANCASILA

a. Pengertian Filsafat

Secara etimologi, filsafat adalah istilah atau kata yang berasal dari bahasa Yunani,

yaitu philosophia. Kata itu terdiri dari dua kata yaitu philo, philos, philein, yang

mempunyai arti cinta/ pecinta/ mencintai dan sophia yang berarti kebijakan, kearifan,

hikmah, hakikat kebenaran. Jadi secara harafiah istilah filsafat adalah cinta pada

kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki. Berfilsafat berarti berpikir sedalam-

dalamnya (merenung) terhadap sesuatu secara metodik, sistematik, menyeluruh dan

universal untuk mencari hakikat sesuatu. Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang

paling umum yang mengandung usaha mencari kebijaksanaan dan cinta akan

kebijakan.

Filsafat selalu berurusan dengan manusia yang sudah dalam perjalanannya

(Peursen, 1983:3). Filsafat tidak hanya teori tetapi juga praktek, tidak hanya abstrak,

tetapi nyata tentang manusia. Filsafat juga berhubungan dengan kehidupan sehari-

hari, misalnya manusia, keluarga, masyarakat, negara, sosial, ekonomi, politik

hukum, baik buruk, benar salah dan sebagainya (Sunoto, 1987:3). Dalam pengertian

sebagai ilmu filsafat adalah suatu ilmu yang membahas atau menyelidiki objek

kajiannya secara mendalam sampai diperoleh esensi (hakikat) untuk memperoleh

kebenaran.

b. Sejarah Filsafat

Periode filsafat Yunani merupakan periode terpenting dalam sejarah peradaban

manusia. Hal ini disebabkan karena pada saat itu terjadi perubahan pola pikir

mitosentris yaitu pola pikir yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan

fenomena alam.Orang yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem

kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber

pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya suatu kebenaran lewat akal pikir (logis)

tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber dari mitos 

(dongeng-dongeng).

Page 2: FILSAFAT-PANCASILA

Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yangmenentang adanya mitos.

Mereka menginginkan adanya pertanyaan tentang, misteri alam semesta ini,

jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu

demitiologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan

meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi.upaya para ahli pikir untuk

mengarahkan kepada suatu kebebasan berfikir , ini kemudian banyak orang mencoba

membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni, maka

timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle yang artinya dapat dijadikan sebagai

landasan peradaban dunia

c. Cabang-cabang Filsafat

Sebagaimana ilmu-ilmu lainnya filsafat memiliki cabang-cabang yang

berkembang sesuai dengan persoalan filsafat yang dikemukakannya. Filsafat timbul

karena adanya persoalan yang dihadapi manusia. Persoalan persoalan tersebut

kemudian diupayakan pemecahannnya oleh para filsuf secara sistematis dan rasional.

Maka munculah cabang cabang filsafat tersebut dan berkembang terus sesuai dengan

pemikiran dan problema yang dihadapi oleh manusia.

Cabang-cabang filsafat yang tradisional terdiri atas empat yaitu : logika,

metafisika, epistemologi, dan etika. (lihat Titus, 1984:17), namun demikian

berangsur-angsur berkembang sejalan dengan persoalan yang dihadapi oleh manusia.

Maka untuk mempermudah pemahaman kita perlu diutarakan cabang-cabang filsafat

yang pokok:

1. Metafisika yang berkaitan dengan persoalan tentang hakikat yang ada (segala

sesuatu yang ada).

2. Epistomologi membahas tentang hakikat ppengetahuan, berkaitan dengan

kebenaran pengetahuan, sumber pengetahuan, teori kebenaran, dan sifat

kebenaran pengetahuan.

3. Metodologi berkaitan dengan metode-metode yang dipergunakan dalam ilmu

pengetahuan.

4. Logika terkait dengan penalaran atau pengujian validitas suatu pernyataan.

5. Etika yang berkaitan dengan persoalan moralitas

Page 3: FILSAFAT-PANCASILA

6. Estetika yang berkaitan dengan persoalan keindahan.

d. Aliran-aliran Filsafat

Aliran-aliran utama filsafat yang ada sejak dahulu hingga sekarang adalah sebagai

berikut :

1. Aliran Materialisme, aliran ini mengajarkan bahwa hakikat realitas kesemestaan,

termasuk mahluk hidup dan manusia ialah materi. Semua realitas itu ditentukan

oleh materi (misalnya benda ekonomi, makanan) dan terikat pada hukum alam,

yaitu hukum sebab-akibat (hukum kausalitas) yang bersifat objektif.

2. Aliran Idealisme/Spiritualisme, aliran ini mengajarkan bahwa ide dan spirit

manusia yang menentukan hidup dan pengertian manusia. Subjek manusia sadar

atas realitas dirinya dan kesemestaan karena ada akal budi dan kesadaran rohani

manusia yang tidak sadar atau mati sama sekali tidak menyadari dirinya apalagi

realitas kesemestaan. Jadi hakikat diri dan kenyataan kesemestaan ialah akal budi

(ide dan spirit)

3. Aliran Realisme, aliran ini menggambarkan bahwa kedua aliran diatas adalah

bertentangan, tidak sesuai dengan kenyataan (tidak realistis).Sesungguhnya,

realitas kesemestaan, terutama kehidupan bukanlah benda (materi) semata-mata.

Kehidupan seperti tampak pada tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia mereka

hidup berkembang biak, kemudian tua dan akhirnya mati. Pastilah realitas

demikian lebih daripada sekadar materi. Oleh karenanya, realitas adalah panduan

benda (materi dan jasmaniah) dengan yang non materi (spiritual, jiwa, dan

rohaniah). Khusus pada manusia tampak dalam gejala daya pikir, cipta, dan budi.

Jadi menurut aliran ini, realitas merupakan sintesis antara jasmaniah-rohaniah,

materi dan nonmateri.

e. Kunci Filsafat

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakekatnya merupakan system filsafat.

Pemahaman demikian memerlukan pengkajian lebih lanjut menyangkut aspek

ontology, epistemology dan aksiologi dari kelima sila pancasila. Adapun istilah kunci

:

Page 4: FILSAFAT-PANCASILA

1. Filsafat: Secara etimologis cinta akan kebijaksanaan, tapi dapat pula diartikan

sebagai keinginan yang sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran yang sejati.

2. Filsafat Pancasila: Kebenaran dari sila-sila Pancasila sebagai dasar negara atau

dapat pula diartikan bahwa Pancasila merupakan satu kesatuan sistem yang utuh

dan logis.

3. Kewarganegaraan: pengetahuan mengenai warga negara di suatu negara tertentu.

4. Ontologi: Bidang filsafat yang membahas tentang hakikat keberadaan sesuatu dan

mencari hakikat mengapa sesuatu itu ada.

5. Epistemologi: Bidang filsafat yang membahas hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu

tentang ilmu.

6. Aksiologi : Bidang filsafat yang membahas tentang hakikat nilai atau filsafat yang

membahas nilai praksis dari sesuatu.

7. Nilai : Segala sesuatu yang berguna atau berharga bagi manusia.

8. Jati diri bangsa : Kepribadian bangsa yang menjadi identitas nasional.

9. Globalisasi : Proses mendunia menjadi keadaan tanpa batas antarnegara akibat

kemajuan teknologi informasi

10. Internasionalisasi: Upaya hegemoni negara maju melalui isu dan permasalahan

internasional.

11. Nasionalisme : Paham kebangsaan yang dianut oleh suatu negara.

12. Sistem : Suatu kesatuan yang utuh dan tidak bisa dipisahpisahkan di antara subsub

Sistem.

13. Kausa materialis : Suatu kajian filsafat Aristotelcs yang membahas tentang sebab

material dari sesuatu.

14. Kausa- finalis: Suatu kajian filsafat Aristoteles yang membahas tentang sebab

final dari sesuatu. Kausa efisiensi: Suatu kajian filsafat Aristoteles yang membahas

tentang pelaku dari adanya sesuatu.

15. Kausa forma: Suatu kajian filsafat Aristoteles yang membahas tentang bentuk dari

adanya sesuatu.

16. Founding Fathers: Para pendiri negara yang merumuskan Pancasila dan UUD

1945 dalam mempersiapkan Indonesia merdeka.

17. Local Genius: Kreatifitas lokal yang keunggulan kompetitif.

Page 5: FILSAFAT-PANCASILA

18. Local Wisdom: Kearifan lokal yang hidup dan membentuk sikap bijak dalam

suatu masyarakat.

f. Pengertian Filsafat Pancasila

Pancasila diangkat dari pandangan hidup yang berkembang dalam kehidupan

bangsa Indonesia. Pandangan hidup ini dirumuskan secara cerdas oleh para pendiri

bangsa dan diangkat sebagai dasar kehidupan bernegara. Pancasila memuat prinsip-

prinsip dasar bagi negara berarti bahwa Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara memang hanya memuat ajaran atau prinsip-

prinsip dasar saja, sedangkan ajaran-ajaran lain (sistem ekonomi, politik dan

sebagainya bisa diderivasikan dari prinsip dasar tersebut). Derivasi dari prinsip dasar

tersebut tertuang dalam empat pokok pikiran yang terjabar dalam Undang-Undang

Dasar 1945 beserta penjelasaanya. Pemikiran yang mendalam tentang Pancasila

sebagai sistem filsafat bisa dilakukan dengan bertitik tolak dari ajaran dasar Pancasila

atau landasan ontologis pancasila, yaitu dari konsep tentang manusia. Pancasila

sebagai sistem filsafat dirumuskan atas dasar inti-mutlak dari tata kehidupan manusia

menghadapi diri sendiri, menghadapi sesama, dan menghadapi Tuhan. Pancasila

sebagai dasar filsafat negara merupakan landasan dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara, dengan berdasarkan pada nilai Ketuhanan, dan

kemanusiaan dalam wadah negara persatuan Indonesia, dengan sistem (cara

kerakyatan/demokrasi) untuk mewujudkan keadilan sosial

Ditinjau dari ciri-ciri pemikiran filsafat, Pancasila sudah memenuhi syarat sebagai

pemikiran filsafat. Pancasila memuat ajaran yang mendasar, menyeluruh dan

sistematis, tentang manusia dengan segala aspek kehidupannya. Muh. Yamin dalam

bukunya Persiapan Undang-Undang Dasar 1945 yang juga dikutip Sunoto

menjelaskan dan membandingkan Pancasila sebagai filsafat dengan teori dialektika

Hegel. Soediman kartodiprojo menegaskan Pancasila sebagai filsafat bangsa

Indonesia berdasarkan atas ucapan Bung Karno yang menyatakan bahwa Pancasila

adalah isi jiwa bangsa Indonesia. Pendapat ini senada dengan pendapat Driyarkara,

Notonagoro, serta Roesian Abdulgani yang membenarkan Pencasila sebgai sistem

filsafat. Pancasila yang diusulkan oleh Bung Karno sebagai dasar negara Indonesia

Page 6: FILSAFAT-PANCASILA

Merdeka telah dipikirkan secara mendalam bertahun-tahun lamanya. Pancasila bukan

hasil pikiran yang spontan timbul pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juli 1945. Apa yang

dirumuskan Bung Karno telah memenuhi syarat berpikir kefilsafatan melakukan

deskripsi, berpikir kritis, evaluasi dan abstraksi (Sunoto, 1987:47-55)

g. Karakteristik Filsafat Pancasila

Sebagai filsafat, Pancasila memiliki karakteristik sistem filsafat tersendiri yang

berbeda dengan filsafat lainnya, yaitu antara lain :

- Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh (sebagai

suatu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila

dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan Pancasila.

- Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat digambarkan

sebagai berikut :

Dalam susunan yang lain dapat juga digambarkan sebagai berikut :

1

2

3

4

5

1

2

3

1

2

3

1

2 1

2

3

4

5

1 5

5

5

5

4

4

4

3

3

2

Page 7: FILSAFAT-PANCASILA

Atau dapat digambarkan sebagai berikut :

Ketiga gambar di atas menunjukkan bahwa :

Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2, 3, 4, 5

Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila 3, 4, 5

Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila 4, 5

Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, 3 dan mendasari dan menjiwai sila 5

Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, 3, 4

- Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur asli/permanen/primer Pancasila

sebagai suatu yang ada mandiri, yang unsur-unsurnya berasal dari dirinya sendiri.

- Pancasila sebagai suatu realita, artinya ada dalam diri manusia Indonesia dan

masyarakatnya, sebagai suatu kenyataan hidup bangsa, yang tumbuh, hidup dan

berkembang dalam kehidupan sehari-hari.

h. Prinsip-prinsip Filsafat Pancasila

Pancasila ditinjau dari kausal Aristoteles dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan materi/bahan,

dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa

Indonesia sendiri.

2) Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan bentuknya,

Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD ’45 memenuhi syarat formal

(kebenaran formal)

3) Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan

merumuskan Pancasila menjadi dasar negara Indonesia merdeka.

Page 8: FILSAFAT-PANCASILA

4) Kausa Finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya, tujuan diusulkannya

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka.

Inti atau esensi sila-sila Pancasila meliputi :

1.Tuhan, yaitu sebagai kausa prima

2.Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial

3.Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri

4.Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong

5.Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi

haknya.

i. Hakikat Nilai-Nilai Pancasila

Nilai adalah suatu ide atau konsep tentang apa yang seseorang pikirkan yang

merupakan hal yang penting dalam hidupnya. Nilai dapat berada di dua kawasan :

kognitif dan afektif. Nilai adalah ide, bisa dikatakan konsep dan bisa dikatakan

abstraksi (Simon, 1986). Nilai merupakan ha! yang terkandung dalam hati nurani

manusia yang lebih memberi dasar dan prinsip akhlak yang merupakan standar dari

keindahan dan efisiensi atau keutuhan kata hati (potensi).

Langkah-langkah awal dari "nilai" adalah seperti halnya ide manusia yang

merupakan potensi pokok human being. Nilai tidaklah tampak dalam dunia

pengalaman. Dia nyata dalam jiwa manusia. Dalam ungkapan lain, ditegaskan oleh

Simon (1986) bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan nilai adalah jawaban yang

jujur tapi benar dari pertanyaan "what you are really, really, really, want. " Studi

tentang nilai termasuk dalam ruang lingkup estetika dan etika. Estetika cenderung pada

studi dan justifikasi yang menyangkut tentang manusia memikirkan keindahan, atau apa

yang mereka senangi. Misalnya, mempersoalkan atau menceritakan si rambut panjang,

pria pemakai anting-anting, nyanyian-nyanyian bising, dan bentuk-bentuk scni lain.

Adapun etika cenderung pada studi dan justifikasi tentang aturan atau bagaimana

manusia berperilaku. Ungkapan etika sering timbul dari pertanyaan-pertanyaan yang

mempertentangkan antara benar dan salah, baik dan buruk. Pada dasarnya studi tentang

Page 9: FILSAFAT-PANCASILA

etika merupakan pelajaran tentang moral yang secara langsung merupakan pemahaman

tentang apa itu benar dan salah.

Bangsa Indonesia sejak awal mendirikan negara, berkonsensus untuk memegang

dan menganut Pancasila sebagai sumber inspirasi. nilai, dan moral bangsa. Konsensus

bahwa Pancasila sebagai anutan untuk pengembangan nilai dan -moral bangsa ini

secara ilmiah filosofis merupakan pemufakatan yang normatif.

Secara epistemologis bangsa Indonesia punya keyakinan bahwa nilai dan moral

yang terpancar dari asas Pancasila ini sebagai suatu hasil sublimasi, serta kristalisasi

dari sistem nilai budaya bangsa dan agama yang seluruhnya bergerak vertikal, juga

horizontal serta dinamis dalam kehidupan masyarakat. Selanjutnya, untuk

menyinkronkan dasar filosofis-ideologis menjadi wujud jati diri bangsa yang nyata dan

konsekuen secara aksiologis, bangsa dan negara Indonesia ^berkehendak untuk

mengerti, menghayati, membudayakan, dan melaksanakan Pancasila. Upaya ini

dikembangkan melalui jalur keluarga, masyarakat, dan sekolah.

Refleksi filsafat yang dikembangkan oleh Notonagoro untuk menggali nilai-nilai

abstrak. hakikat nilai-nilai Pancasila, ternyata kemudian dijadikan pangkal tolak

pelaksanaannya yang berwujud konsep pengamalan yang bersifat subjektif dan objektif.

Pengamalan secara cbjektif adalah pengamalan di bidang kehidupan kenegaraan atau

kemasyarakatan, yang penjelasannya berupa suatu perangkat ketentuan hukum yang

secara hierarkis berupa pasal-pasal UUD, Ketetapan MPR, Undang-undang Organik,

dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya. Pengamalan secara subjektif adalah

pengamalan yang dilakukan oleh manusia individual, baik sebagai pribadi maupun

sebagai warga masyarakat ataupun sebagai pemegang kekuasaan, yang penjelmaannya

berupa tingkah laku dan sikap dalam hidup sehari hari.

Nilai-nilai yang bersumber dari hakikat Tuhan, manusia, satu rakyat, dan adil

dijabarkan menjadi konsep Etika Pancasila, bahwa hakikat manusia Indonesia adalah

untuk memiliki sifat dan keadaan yang berperi Ketuhanan Yang Maha Esa, berperi

Kemanusiaan, berperi Kebangsaan, berperi Kerakyatan, dan berperi Keadilan Sosial.