filsafat pancasila

39
Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan 1-1 Filsafat Pancasila 1 FILSAFAT PANCASILA Overview Sangat disayangkan, keberadaan Pancasila masih identik dengan kejayaan Orde Baru. Akibatnya, pasca keruntuhan rezim Orde Baru tahun 1998, nama besar Pancasila seakan-akan menghilang. Padahal, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila merupakan representasi positif dari akar budaya masyarakat Indonesia yang terakumulasi sejak ratusan tahun yang lalu. Nilai-nilai yang menjunjung tinggi moral (Ketuhanan Yang Maha Esa), kemanusiaan, kerakyatan, persatuan dan kesatuan bangsa, serta prinsip keadilan merupakan koridor yang dapat membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar. Permasalahan bangsa saat ini sangat memprihatinkan. Praktek korupsi telah mengakar kuat dari pejabat tinggi hingga pejabat kelurahan. Kasus Narkoba, pornografi dan pornoaksi, pembunuhan anak kandung maupun orang tua hingga berantai yang juga disertai mutilasi, perampokan, penculikan, dan lain sebagainya semakin marak di negeri yang konon ramah dan murah senyum. Keberadaan nilai-nilai Pancasila semakin dirasakan kebutuhannya. Tujuan 1. Mahasiswa memahami Pancasila sebagai sistem filsafat. 2. Mahasiswa memahami Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara. 3. Mengetahui pemahaman mahasiswa tentang materi yang telah dibahas.

Upload: ilan-surf-

Post on 28-May-2015

4.230 views

Category:

Education


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-1 Filsafat Pancasila

1 FILSAFAT PANCASILA

Overview

Sangat disayangkan, keberadaan Pancasila masih identik dengan kejayaan Orde

Baru. Akibatnya, pasca keruntuhan rezim Orde Baru tahun 1998, nama besar

Pancasila seakan-akan menghilang. Padahal, nilai-nilai luhur yang terkandung

dalam Pancasila merupakan representasi positif dari akar budaya masyarakat

Indonesia yang terakumulasi sejak ratusan tahun yang lalu. Nilai-nilai yang

menjunjung tinggi moral (Ketuhanan Yang Maha Esa), kemanusiaan,

kerakyatan, persatuan dan kesatuan bangsa, serta prinsip keadilan merupakan

koridor yang dapat membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar.

Permasalahan bangsa saat ini sangat memprihatinkan. Praktek korupsi telah

mengakar kuat dari pejabat tinggi hingga pejabat kelurahan. Kasus Narkoba,

pornografi dan pornoaksi, pembunuhan anak kandung maupun orang tua

hingga berantai yang juga disertai mutilasi, perampokan, penculikan, dan lain

sebagainya semakin marak di negeri yang konon ramah dan murah senyum.

Keberadaan nilai-nilai Pancasila semakin dirasakan kebutuhannya.

Tujuan

1. Mahasiswa memahami Pancasila sebagai sistem filsafat.

2. Mahasiswa memahami Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara.

3. Mengetahui pemahaman mahasiswa tentang materi yang telah dibahas.

Page 2: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-2 Filsafat Pancasila

1.1 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Sebelum membahas lebih dalam mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat,

terlebih dahulu diuraikan konsep filsafat sehingga didapatkan pemahaman yang

utuh dan tepat sasaran.

1.1.1 Konsep Filsafat

A. Pengertian

Berbagai pandangan mengenai definisi filsafat muncul sejak dulu. Memang

diakui bahwa pada hakikatnya sukar sekali memberikan definisi mengenai

filsafat, karena tidak ada definisi yang definitif. Oleh karena itu, beberapa

pengertian filsafat dapat dilihat di bawah ini :

1. Secara etimologis, kata filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal dari

bahasa Yunani, yang terdiri dari kata Philein artinya cinta dan Sophia

artinya kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta kebijaksanaan, cinta artinya

hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-

sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang

sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh-

sungguh akan kebenaran sejati.

2. Secara terminologis, pengertian filsafat telah dikemukakan oleh para

ahli sebagai:

a. Pengetahuan segala yang ada (Plato);

b. Penjelasan rasional dari segala yang ada; penjaga terhadap realitas

yang terakhir (James K. Feibleman);

c. Usaha untuk mendapatkan gambaran secara keseluruhan (Harold

H. Titus);

d. Teori tentang perbincangan kritis (John Passmore);

e. Sistem kebenaran, tentang segala sesuatu yang dipersoalkan secara

radikal, sistematik dan universal (Sidi Gazalba);

f. Refleksi menyeluruh tentang segala sesuatu yang disusun secara

sistematis, diuji secara kritis demi hakikat kebenarannya yang

terdalam serta demi makna kehidupan manusia di tengah-tengah

alam semesta (Damardjati Supadjar).

Page 3: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-3 Filsafat Pancasila

Berdasarkan uraian mengenai pengertian filsafat di atas, dapat dibuat

kesimpulan bahwa filsafat adalah alat untuk mencapai atau mencari kebenaran

sejati. Namun perlu diingat bahwa tidak selamanya filsafat digunakan untuk

mencapai kebenaran.

B. Fungsi Filsafat

Filsafat memiliki sejarah yang panjang. Sebagai induk atau ibu dari segala ilmu

pengetahuan saat itu, filsafat dituntut dapat menjawab berbagai permasalahan

yang ada, mulai dari permasalahan manusia, masyarakat, ekonomi, negara,

kesehatan, dan sebagainya. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya ilmu

pengetahuan lainnya yang berkembang.

Dengan semakin berkembangnya masyarakat dan permasalahannya,

filsafat tidak lagi dapat menjadi satu-satunya solusi masyarakat. Oleh karena

itu, satu demi satu pengetahuan lahir akibat tuntutan kebutuhan penyelesaian

permasalahan yang ada. Lahirnya Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan

Kemasyarakatan, Ilmu Kedokteran, Ilmu Pengetahuan Manusia, Ilmu Ekonomi,

dan lain-lain telah mampu menjawab permasalahan masyarakat tersebut.

Mereka berkembang secara simultan menjawab tantangan jaman.

Pesatnya pertumbuhan ilmu pengetahuan menyebabkan munculnya

disiplin ilmu yang semakin spesifik (lebih khusus). Berbagai ilmu spesifik

tersebut bermunculan di muka bumi yang perannya sangat dibutuhkan oleh

masyarakat sekitar. Spesialisasi yang terjadi sedemikian rupa sehingga

hubungan antara cabang dan ranting ilmu pengetahuan semakin kompleks.

Hubungan-hubungan tersebut ada yang masih dekat, tetapi ada pula yang telah

jauh. Bahkan ada yang seolah-olah tidak mempunyai hubungan. Ketika ilmu-

ilmu pengetahuan tersebut terus berusaha memperdalam dirinya, maka pada

kedalaman tertentu akhirnya sampai juga pada filsafat. Sehubungan dengan

keadaan tersebut di atas, filsafat dapat berfungsi sebagai sistem interdisipliner.

Filsafat dapat berfungsi menghubungkan ilmu-ilmu pengetahuan yang telah

kompleks tersebut. Filsafat dapat berfungsi sebagai tempat bertemunya

berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

Cara ini dapat pula digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada.

Sebagai ilustrasi, sekelompok ilmuwan yang sedang membuat pesawat terbang

tidak saja wajib meneliti konsep umum tentang pembuatan pesawat terbang

Page 4: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-4 Filsafat Pancasila

saja., melainkan juga harus mengerti karakteristik angin (aerodinamika),

kekuatan struktur bahan pesawat, sistem avionik, mesin turbin pesawat, dan

sebagainya secara menyeluruh. Artinya, berbagai engineer/ahli teknik dengan

disiplin ilmunya masing-masing dibutuhkan dalam pembuatan pesawat terbang,

seperti teknik penerbangan, teknik elektronika, teknik mesin, teknik

metalurgi, dan lain-lain.

Dalam menghadapi suatu masalah diharapkan menggunakan berbagai

disiplin untuk mengatasinya. Misalnya ada masalah sosial tentang kenaikan

tingkat kejahatan. Hal ini belum dapat di selesaikan dengan tuntas jika hanya

menghukum para pelanggarnya saja. Di samping itu perlu dicari sebab

pokoknya. Langkah ini mungkin dapat menemukan berbagai sebab yang saling

berkaitan satu sama lain, misalnya adanya tuna karya, tuna wisma, urbanisasi,

kelebihan penduduk, kurangnya lapangan kerja, dan sebagainya. Dari

penemuan ini dapat kita ketahui bahwa masalah kejahatan menyangkut

berbagai disiplin.

C. Guna Filsafat

Dengan memperhatikan uraian penjelasan di atas, filsafat mempunyai

kegunaan sebagai berikut:

1. Melatih diri untuk berfikir kritis dan runtuk dan menyusun hasil pikiran

tersebut secara sistematik.

2. Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berfikir

dan bersifat sempit dan tertutup.

3. Melatih diri melakukan penelitian, pengkajian dan memutuskan atau

mengambil kesimpulan mengenai suatu hal secara mendalam dan

komprehensif.

4. Menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi

berbagai problem.

5. Membuat diri menjadi manusia yang penuh toleran dan tenggang rasa.

6. Menjadi alat yang berguna bagi manusia baik untuk kepentingan

pribadinya maupun dalam hubungan dengan orang lain.

7. Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadi maupun

hubungan dengan orang lain alam sekitar dan Tuhan Yang Maha Esa

Page 5: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-5 Filsafat Pancasila

Berfilsafat adalah segala proses berpikir atau merenung secara kritis, radikal,

konseptual, koheren, rasional, komprehensif, universal, spekulatif, sistematik

dan bebas. Filsafat juga memiliki beberapa sifat dasar, yaitu mempunyai tingkat

keumuman yang tinggi, tidak faktawi (mendasarkan pada fakta-fakta yang ada),

berkaitan dengan makna, berkaitan dengan nilai, dan implikatif (memunculkan

pertanyaan-pertanyaan baru, jawaban yang diperoleh tidak pernah

memuaskan sehingga muncullah pertanyaan baru). Metode dalam filsafat ada

empat macam, yaitu:

1. Metode Analisis, yaitu melakukan perincian terhadap istilah-istilah

atau pertanyaan-pertanyaan ke dalam bagian-bagiannya, agar dapat

menangkap makna yang dikandungnya.

2. Metode Sintesis, yaitu melakukan penggabungan semua pengetahuan

yang diperoleh untuk menyusun suatu pandangan dunia.

3. Metode Analitiko Sintesis, yaitu penggabungan antara metode

sintesis dan analisis dengan melakukan perincian terhadap istilah atau

pernyataan, kemudian mengumpulkan kembali suatu istilah atau

pengetahuan itu untuk menyusun suatu rumusan umum.

4. Metode Dialog Sokrates, yang merupakan dialog antara dua

pendirian yang berbeda.

1.1.2 Pancasila sebagai Falsafah

Untuk mengetahui secara mendalam tentang Pancasila, perlu pendekatan

filosofis. Pancasila dalam pendekatan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang

mendalam mengenai Pancasila. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara

ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila dalam bangunan

bangsa dan negara Indonesia (Syarbaini, 2003). Untuk dapat memahami secara

mendalam dan mendasar akan falsafah Pancasila, dimulai dengan menganalisis

inti serta hakikat dari sila-sila yang membentuk Pancasila tersebut.

Pengertian Pancasila sebagai filsafat pada hakikatnya adalah suatu nilai

(Kaelan, 2000). Rumusan Pancasila sebagaimana terdapat dalam Pembukaan

UUD 1945 alinea IV adalah sebagai berikut:

- Ketuhanan Yang Maha Esa

- Kemanusiaan yang adil dan beradab

- Persatuan Indonesia

Page 6: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-6 Filsafat Pancasila

- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan

- Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kelima sila dari Pancasila pada hakikatnya adalah suatu nilai. Nilai-nilai yang

merupakan perasaan dari sila-sila Pancasila tersebut adalah: nilai ketuhanan,

nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Nilai itu

selanjutnya menjadi sumber nilai bagi penyelenggaraan kehidupan bernegara

Indonesia.

Secara etimologi, nilai berasal dari kata value (Inggris) yang berasal dari

kata valere (Latin) yang berarti kuat, baik, berharga. Dengan demikian secara

sederhana, nilai (value) adalah sesuatu yang berguna.

Nilai adalah sesuatu yang berharga, baik, dan berguna bagi manusia.

Nilai adalah suatu penetapan atau suatu kualitas yang menyangkut jenis dan

minat. Nilai adalah suatu penghargaan atau suatu kualitas terhadap suatu hal

yang menjadi dasar penentu tingkah laku manusia, karena suatu hal itu

berguna (useful), keyakinan (belief), memuaskan (satisfying), menarik

(interesting), menguntungkan (profitable), dan menyenangkan (pleasant).

Adapun ciri-ciri nilai adalah sebagai berikut:

- Suatu realitas abstrak

Nilai bersifat abstrak, seperti sebuah ide, dalam arti tidak dapat

ditangkap melalui indra, yang dapat ditangkap adalah objek yang

memiliki nilai. Misal, gandum akan bernilai kemakmuran bila dibagikan

dan diterima secara adil. Kemakmuran adalah abstrak, tetapi gandum

adalah riil. Sebuah pantai akan bernilai keindahan apabila dilukis atau

difoto. Keindahan adalah abstrak sedangkan pantai bersifat riil.

Contohnya lagi keadilan, kecantikan, kedermawanan, kesederhanaan

adalah hal-hal yang abstrak. Meskipun abstrak, nilai merupakan suatu

realitas, sesuatu yang ada dan dibutuhkan manusia.

- Bersifat normatif

Nilai mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan. Misalnya nilai

keadilan, kesederhanaan. Orang hidup mengharapkan mendapat

keadilan. Kemakmuran adalah keinginan setiap orang. Jadi, nilai bersifat

normatif, suatu keharusan (das sollen) yang menuntut diwujudkan

dalam tingkah laku.

Page 7: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-7 Filsafat Pancasila

- Sebagai motivator (daya dorong) manusia dalam bertindak

Nilai menjadi pendorong/motivator hidup manusia. Tindakan manusia

digerakkan oleh nilai. Misalnya, kepandaian. Setiap siswa berharap

menjadi pandai atau pintar. Karena mengharapkan nilai itu, setiap siswa

tergerak untuk melakukan berbagai perilaku agar menjadi pandai.

Nilai dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan atau tingkatan.

Menurut Prof. Notonegoro, nilai terdiri atas 3 (tiga) macam, yaitu sebagai

berikut:

1. Nilai materiil, sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia

2. Nilai vital, sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat

melaksanakan kegiatan

3. Nilai kerohanian yang dibedakan menjadi 4 (empat) macam:

a. Nilai kebenaran bersumber pada akal pikir manusia (rasio,

budi, cipta);

b. Nilai estetika (keindahan) bersumber pada rasa manusia;

c. Nilai kebaikan atau nilai moral bersumber pada kehendak

keras, karsa hati, nurani manusia;

d. Nilai religius (ketuhanan) bersifat mutlak bersumber apada

keyakinan manusia.

Dalam ilmu filsafat, nilai dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:

1. Nilai logika, yaitu nilai tentang benar-salah

2. Nilai etika, yaitu nilai tentang baik-buruk

3. Nilai estetika, yaitu nilai tentang indah-jelek

Selain itu, nilai juga memiliki tingkatan-tingkatan. Nilai-nilai itu dalam

kenyataannya ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah dibandingkan

dengan nilai-nilai lain. Max Scheller mengatakan nilai-nilai itu tidak sama

luhurnya dan tidak sama tingginya. Menurut tinggi rendahnya, nilai dapat

dikelompokkan dalam tingkatan sebagai berikut:

1. Nilai-nilai kenikmatan

Dalam tingkat ini terdapat deretan nilai yang mengenakkan ataupun

tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau tidak

senang.

Page 8: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-8 Filsafat Pancasila

2. Nilai-nilai kehidupan

Dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang penting dalam kehidupan,

seperti kesejahteraan, keadilan, kesegaran.

3. Nilai-nilai kejiwaan

Dalam tingkatan ini terdapat nilai kejiwaan yang sama sekali tidak

bergantung pada keadaan jasmani atau lingkungan.

4. Nilai-nilai kerohanian

Dalam tingkatan ini terdapat modalitas nilai yang suci dan tidak suci.

Nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi.

Dalam filsafat Pancasila juga disebutkan bahwa ada 3 (tiga) tingkatan nilai, yaitu

nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.

1. Nilai dasar, yaitu nilai yang mendasari nilai instrumental. Nilai dasar

adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang bersifat sedikt

banyak mutlak. Kita menerima nilai dasar itu sebagai sesuatu yang

benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi.

2. Nilai instrumental, yaitu nilai sebagai pelaksanaan umum dari nilai

dasar. Umumnya berbentuk norma sosial dan norma hukum yang

selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme

lembaga-lembaga negara. Nilai ini dapat mengikuti setiap

perkembangan zaman, baik dalam negeri maupun dari luar negeri.

Nilai ini dapat berupa Tap MPR, UU, PP, dan peraturan perundangan

yang ada untuk menjadi tatanan dalam pelaksanaan ideologi Pancasila

sebagai pegangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

3. Nilai praktis, yaitu nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam

kenyataan. Nilai praktis sesungguhnya menjadi batu ujian, apakah nilai

dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam masyarakat

Indonesia.

Nilai-nilai Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral. Nilai-nilai dalam

Pancasila termasuk dalam tingkatan nilai dasar. Nilai dasar ini mendasari nilai

berikutnya, yaitu nilai instrumental. Nilai dasar itu mendasari semua aktivitas

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai dasar bersifat

fundamental dan tetap.

Page 9: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-9 Filsafat Pancasila

Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti adanya pengakuan

dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta.

Nilai ini menyatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius,

bukan bangsa yang ateis. Pengakuan terhadap Tuhan diwujudkan dengan

perbuatan untuk taat apda perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya sesuai

dengan ajaran atau tuntutan agama yang dianutnya. Nilai ketuhanan juga

memiliki arti bagi adanya pengakuan akan kebebasan untuk memeluk agama,

menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak berlaku

diskriminasi antarumat beragama.

Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran

sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama

atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal

sebagaimana mestinya. Manusia perlu diperlakukan sesuai dengan harkat dan

martabatnya, sebagai makhluk Tuhan yang sama derajatnya dan sama hak dan

kewajiban asasinya. Berdasarkan nilai ini, secara mutlak ada pengakuan

terhadap hak asasi manusia.

Nilai persatuan Indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu

dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan

menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki bangsa

Indonesia. Adanya perbedaan bukan sebagai sebab perselisihan tetapi justru

dapat menciptakan kebersamaan. Kesadaran ini tercipta dengan baik bila

sesanti ”Bhinneka Tunggal Ika” sungguh-sungguh dihayati.

Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari

rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat

melalui lembaga-lembaga perwakilan. Berdasarkan nilai ini, diakui paham

demokrasi yang lebih mengutamakan pengambilan keputusan melalui

musyawarah mufakat.

Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung makna

sebagai dasar sekaligus tujuan yaitu tercapainya masyarakat Indonesia yang

adil dan makmur secara lahiriah maupun batiniah. Berdasar pada nilai ini,

keadilan adalah nilai yang amat mendasar yang diharapkan oleh seluruh

Page 10: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-10 Filsafat Pancasila

bangsa. Negara Indonesia yang diharapkan adalah negara Indonesia yang

berkeadilan.

Diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional dari

negara Indonesia memiliki konsekuensi logis untuk menerima dan menjadikan

nilai-nilai Pancasila sebagai acuan pokok bagi pengaturan penyelenggaraan

bernegara. Hal ini diupayakan dengan menjabarkan nilai Pancasila tersebut ke

dalam UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. UUD

1945 dan peraturan perundang-undangan ini selanjutnya menjadi pedoman

penyelenggaraan bernegara. Sebagai nilai dasar bernegara, nilai Pancasila

diwujudkan menjadi norma hidup bernegara.

1.2 Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara

1.2.1 Definisi Ideologi

Definisi ideologi dapat dilakukan melalui pendekatan bahasa (etimologis) dan

istilah. Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu eidos dan

logos. Eidos berarti gagasan dan logos berarti berbicara (ilmu). Maka secara

etimologis ideologi adalah berbicara tentang gagasan, atau ilmu yang

mempelajari tentang gagasan. Gagasan yang dimaksud di sini adalah gagasan

yang murni ada dan menjadi landasan atau pedoman dalam kehidupan

masyarakat yang ada atau berdomisili dalam wilayah negara di mana mereka

berada.

Secara istilah, ideologi memiliki beragam makna. Dalam beberapa

kamus atau referensi, dapat terlihat bahwa definisi ideologi ada beberapa

macam. Keanekaragaman definisi ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang

keahlian dan fungsi lembaga yang memberi definisi tersebut. Keanekaragaman

yang dimaksud antara lain terlihat pada definisi berikut:

a. Definisi menurut BP-7 Pusat (kini telah dilikuidasi)

Ideologi adalah ajaran, doktrin, teori yang diyakini kebenarannya

yang disusun secara sistematis dan diberi petunjuk pelaksanaan

dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam

masyarakat, berbangsa, dan bernegara.

b. Definisi yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Maswadi Rauf, ahli Ilmu

Politik Universitas Indonesia

Page 11: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-11 Filsafat Pancasila

Ideologi adalah rangkaian (kumpulan) nilai yang disepakati bersama

untuk menjadi landasan atau pedoman dalam mencapai tujuan atau

kesejahteraan bersama.

Berdasarkan definisi Ideologi Pancasila di atas, dapat disimpulkan bahwa

Pancasila adalah kumpulan nilai atau norma yang meliputi sila-sila Pancasila

sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, alinea IV yang

telah ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945.

Pada dasarnya, Indonesia menganut ideologi yang terbuka. Pengertian

Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan ideologi yang

lain. Hal ini mengandung arti bahwa Pancasila dapat berinteraksi dengan

ideologi-ideologi lainnya. Artinya, ideologi Pancasila dapat mengikuti

perkembangan yang terjadi pada negara lain yang memiliki ideologi yang

berbeda dengan Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Hal ini

disebabkan karena ideologi Pancasila memiliki nilai-nilai yang meliputi nilai

dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis seperti yang sudah disebutkan dalam

penjelasan sebelumnya.

1.2.2. Fungsi dan Peranan Pancasila

Keberadaan Pancasila telah terbukti mampu mempersatukan Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari perpecahan. Dengan konsep

Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila menjadi nilai rujukan kebersamaan atas

beragam budaya dan etnis dari Sabang sampai Merauke. Dari kenyataan inilah

maka fungsi dan peranan Pancasila meliputi:

a. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia

b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia

c. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia

d. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia

e. Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia

f. Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan bangsa

Indonesia

g. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia

h. Pancasila sebagai moral pembangunan

i. Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila

Page 12: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-12 Filsafat Pancasila

1.3 Karakteristik Identitas Nasional

1.3.1. Pengertian Identitas Nasional

Pengertian identitas nasional pada hakikatnya adalah ”manifestasi nilai-nilai

budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa

(nation) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa

berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya” (Wibisono Koento, 2005).

Identitas berasal dari kata identity yang berarti ciri-ciri, tanda-tanda,

atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya

dengan yang lain. Dalam terminologi antropologi, identitas adalah sifat khas

yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan,

kelompok, komunitas, atau negara sendiri.

Kata ”nasional” dalam identitas nasional merupakan identitas yang

melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh

kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti budaya, agama, bahasa; maupun nonfisik

seperti: keinginan, cita-cita, dan tujuan. Istilah identitas nasional atau identitas

bangsa melahirkan tindakan kelompok (collective action) yang diberi atribut

nasional.

Nilai-nilai budaya yang berada dalam sebagian besar masyarakat dalam

suatu negara dan tercermin di dalam identitas nasional bukanlah barang jadi

yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu

yang terbuka dan cenderung terus-menerus berkembang karena hasrat

menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat pendukungnya. Implikasinya

adalah bahwa identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi

makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang

berkembang dalam masyarakat.

1.3.2 Parameter Identitas Nasional

Parameter identitas nasional adalah suatu ukuran atau patokan yang dapat

digunakan untuk menyatakan sesuatu adalah menjadi ciri khas suatu bangsa.

Sesuatu yang diukur adalah unsur suatu identitas seperti kebudayaan yang

menyangkut norma, bahasa, adat istiadat dan teknologi, sesuatu yang alami

atau ciri yang sudah terbentuk seperti geografis.

Page 13: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-13 Filsafat Pancasila

Sesuatu yang terjadi dalam suatu masyarakat dan menjadi ciri atau identitas

nasional biasanya mempunyai indikator sebagai berikut:

1. Identitas nasional menggambarkan pola perilaku yang terwujud melalui

aktivitas masyarakat sehari-harinya. Identitas ini menyangkut adat-

istiadat, tata kelakuan, dan kebiasaan. Ramah tamah, hormat kepada

orang tua, dan gotong royong merupakan salah satu identitas nasional

yang bersumber dari adat-istiadat dan tata kelakuan.

2. Lambang-lambang yang merupakan ciri dari bangsa dan secara simbolis

menggambarkan tujuan dan fungsi bangsa. Lambang-lambang negara ini

biasanya dinyatakan dalam undang-undang, seperti Garuda Pancasila,

bendera, bahasa, dan lagu kebangsaan.

3. Alat-alat pelengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan

seperti bangunan, teknologi, dan peralatan manusia. Identitas yang

berasal dari alat perlengkapan ini seperti bangunan yang merupakan

tempat ibadah (borobudur, prambanan, masjid, dan gereja), peralatan

manusia (pakaian adat, teknologi bercocok tanam), dan teknologi

(pesawat terbang, kapal laut, dan lain-lain).

4. Tujuan yang ingin dicapai suatu bangsa. Identitas yang bersumber dari

tujuan ini bersifat dinamis dan tidak tetap seperti budaya unggul,

prestasi dalam bidang tertentu, seperti di Indonesia dikenal dengan

bulu tangkis.

Bagi bangsa Indonesia, pengertian parameter identitas nasional tidak merujuk

hanya pada individu (adat-istiadat dan tata laku), tetapi berlaku pula pada

suatu kelompok Indonesia sebagai suatu bangsa yang majemuk, maka

kemajemukan itu merupakan unsur-unsur atau parameter pembentuk

identitas yang melekat dan diikat oleh kesamaan-kesamaan yang terdapat pada

segenap warganya. Unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia

berdasarkan ukuran parameter sosiologis adalah sebagai berikut:

1. Suku Bangsa

Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus dan bersifat askriptif

(ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis

kelamin. Indonesia dikenal bangsa dengan banyak suku bangsa, dan

menurut statistik hampir mencapai 300 suku bangsa. Setiap suku

Page 14: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-14 Filsafat Pancasila

mempunyai adat-istiadat, tata kelakuan, dan norma yang berbeda,

namun demikian beragam suku ini mampu mengintegrasikan dalam

suatu negara Indonesia untuk mencapai tujuan yaitu masyarakat yang

adil dan makmur.

2. Kebudayaan

Kebudayaan menurut ilmu sosiologis termasuk kesenian, ilmu

pengetahuan, teknologi, dan adat-istiadat. Kebudayaan sebagai

parameter identitas nasional bukanlah sesuatu yang bersifat individual.

Apa yang dilakukan sebagai kebiasaan pribadi bukanlah suatu

kebudayaan. Kebudayaan harus merupakan milik bersama dalam suatu

kelompok, artinya para warganya memiliki bersama sejumlah pola-pola

berpikir dan berkelakuan yang didapat dan dikembangkan melalui

proses belajar. Hal-hal yang dimiliki bersama ini harus menjadi sesuatu

yang khas dan unik, yang akan tetap memperlihatkan diri di antara

berbagai kebiasaan-kebiasaan pribadi yang sangat variatif.

3. Bahasa

Bahasa adalah identitas nasional yang bersumber dari salah satu

lambang suatu negara. Bahasa adalah merupakan satu keistimewaan

manusia, khususnya dalam kaitan dengan hidup bersama dalam

masyarakat adalah adanya bahasa. Bahasa manusia memiliki simbol yang

menjadikan suatu perkataan mampu melambangkan arti apa pun,

sekalipun hal atau barang yang dilambangkan artinya oleh suatu kata

tidak hadir di situ.

Di Indonesia terdapat beragam bahasa daerah yang mewakili

banyaknya suku-suku bangsa atau etnis namun bahasa Melayu dahulu

dikenal sebagai bahasa penghubung berbagai etnis yang mendiami

kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa komunikasi di antara suku-

suku di nusantara, bahasa Melayu juga menempati posisi bahasa

transaksi perdagangan internasional di kawasan kepulauan nusantara

yang digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia dengan pedagang

asing. Pada tahun 1928 Bahasa Melayu mengalami perkembangan yang

sangat pesat. Pada tahun tersebut, bahasa Melayu ditetapkan menjadi

Page 15: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-15 Filsafat Pancasila

bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia. Setelah

kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional.

4. Kondisi Geografis

Kondisi geografis merupakan identitas yang bersifat alamiah.

Kedudukan geografis wilayah negara menunjukkan tentang lokasi

negara dalam kerangka ruang, tempat, dan waktu, sehingga untuk

waktu tertentu menjadi jelas batas-batas wilayahnya di atas bumi.

Letak geografis tersebut menentukan corak dan tata susunan ke dalam

dan akan dapat diketahui pula situasi dan kondisi lingkungannya. Bangsa

akan mendapat pengaruh dari kedudukan geografis wilayah negaranya.

Letak geografis ini menjadi khas dimiliki oleh sebuah negara yang dapat

membedakannya dengan negara lain.

1.3.3 Unsur-unsur Pembentuk Identitas Nasional

Identitas nasional Indonesia pada saat ini terbentuk dari enam unsur yaitu

sejarah perkembangan bangsa Indonesia, kebudayaan bangsa Indonesia, suku

bangsa, agama, dan budaya unggul. Namun demikian, unsur-unsur ini tidak

statis dan akan berkembang sesuai dengan tujuan bangsa Indonesia.

1. Unsur Sejarah

Bangsa Indonesia mengalami kehidupan dalam beberapa situasi dan

kondisi sosial yang berbeda sesuai perubahan jaman. Bangsa Indonesia

secara ekonomis dan politik pernah mencapai era kejayaan di wilayah

Asia Tenggara. Kejayaan dalam bidang ekonomi bangsa Indonesia pada

era pemerintahan kerajaan Majapahit dan Sriwijaya, rakyat mengalami

kehidupan ekonomi yang sejahtera, sedangkan dalam bidang politik

memiliki kekuasaan negara hingga seluruh wilayah nusantara yang

meliputi wilayah jajahan Belanda (sekarang wilayah NKRI) hingga

wilayah negara Filipina, Singapura, Malaysia, bahkan sebagian wilayah

Thailand. Namun, kejayaan ini mengalami keruntuhan akibat

menghilangnya jiwa kebersamaan (persatuan dan kesatuan) di antara

bangsa dalam pemerintahan Majapahit dan Sriwijaya tersebut.

Keruntuhan pemerintahan Majapahit dan Sriwijaya ini

berimplikasi pada terciptanya pemerintahan kerajaan di masing-masing

Page 16: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-16 Filsafat Pancasila

daerah di seluruh wilayah Indonesia. Sistem pemerintahan kerajaan ini

menyebabkan bangsa Indonesia menjadi makin lemah untuk

menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan dari negara

lain yang ingin mencari sumber energi baru bagi negaranya.

Ketidakmampuan bangsa Indonesia ini pada akhirnya menyebabkan

bangsa Indonesia jatuh ke tangan negara-negara kolonial (penjajah).

Sebagaimana kita ketahui negara yang menjajah bangsa Indonesia

adalah Belanda, Portugis, dan Jepang. Ketiganya masing-masing

menjajah kita selama 350, 400, dan 3,5 tahun.

Dampak langsung dari adanya penjajah ini adalah bangsa Indonesia

mengalami kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, perpecahan, dan

kehilangan sumber daya alam akibat eksploitasi yang tidak bertanggung

jawab oleh penjajah untuk dibawa ke negaranya.

Realitas perjalanan sejarah bangsa tersebut mendorong bangsa

Indonesia untuk menjadi bangsa pejuang yang pantang menyerah dalam

melawan penjajah untuk meraih dan mempertahankan kembali harga

diri, martabatnya sebagai bangsa, selain itu, dipertahankan semua

potensi sumber daya alam yang ada agar tidak terus-menerus

dieksplorasi dan dieksploitasi yang akhirnya dapat menghancurkan

kehidupan bangsa Indonesia di masa datang. Perjuangan bangsa

Indonesia ini tidak berhenti masalah yang tersebut di atas, melainkan

berlanjut pada perjuangan meraih dan mempertahankan kemerdakaan

bangsa dari penjajah.

Perjuangan demi perjuangan bangsa Indonesia di atas pada

akhirnya menjadi suatu nilai yang mengkristal dalam jiwa bangsa

Indonesia bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa pejuang. Sekaligus

semangat juang yang dimiliki oleh bangsa Indonesia tersebut menjadi

kebanggaan sebagai identitas nasional bagi bangsa Indonesia yang

membedakan dengan bangsa lain di ASEAN dan dunia pada umumnya.

Sejarah telah memberikan identitas nasional bahwa bangsa Indonesia

adalah bangsa pejuang.

Page 17: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-17 Filsafat Pancasila

2. Kebudayaan

Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional

adalah meliputi tiga unsur, yaitu akal budi, peradaban (civility), dan

pengetahuan (knowledge).

a. Akal budi

Akal budi adalah sikap dan perilaku yang dimiliki oleh bangsa

Indonesia dalam interaksinya antara sesama (horizontal) maupun

antara pimpinan dengan staf, anak dengan orang tua (vertikal),

atau sebaliknya. Bentuk sikap dan perilaku sebagaimana yang

tersebut di atas, adalah hormat-menghormati antarsesama,

sopan santun dalam sikap dan tutur kata, dan hormat pada

orang tua.

b. Peradaban (civility)

Peradaban yang menjadi identitas nasional bangsa Indonesia

adalah dapat dilihat dari beberapa aspek yang meliputi aspek

ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan hankam. Identitas nasional

dalam masing-masing aspek yang dimaksud adalah:

(1) Ideologi adalah sila-sila dalam Pancasila

(2) Politik adalah demokrasi langsung dalam pemilu langsung

presiden dan wakil presiden serta kepala daerah tingkat I

dan II kabupaten/kota,

(3) Ekonomi adalah usaha kecil dan koperasi

(4) Sosial adalah semangat gotong royong, sikap ramah tamah,

murah senyum, dan setia kawan

(5) Hankam adalah sistem keamanan lingkungan (siskamling),

sistem perang gerilya, dan teknologi kentongan dalam

memberikan informasi bahaya, dan sebagainya

c. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional

meliputi:

(1) Prestasi anak bangsa dalam bidang olahraga bulutangkis

dunia

Page 18: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-18 Filsafat Pancasila

(2) Karya anak bangsa dalam bidang teknologi pesawat terbang,

yaitu pembuatan pesawat terbang CN 235, di IPTN

Bandung, Jawa Barat.

(3) Karya anak bangsa dalam bidang teknologi kapal laut, yaitu

pembuatan kapal laut Phinisi

(4) Prestasi anak bangsa dalam menjuarai lomba olimpiade fisika

dan kimia, dan sebagainya

3. Budaya Unggul

Budaya unggul adalah semangat dan kultur kita untuk mencapai

kemajuan dengan cara ”kita harus bisa, kita harus berbuat terbaik,

kalau orang lain bisa, mengapa kita tidak bisa”. Dalam UUD 1945,

menyatakan bahwa bangsa Indonesia berjuang dan mengembangkan

dirinya sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat, bersatu, maju,

makmur, serta adil atau berkesejahteraan. Untuk mencapai kualitas

hidup demikian, nilai kemanusiaan, demokrasi dan keadilan dijadikan

landasan ideologis yang secara ideal dan normatif diwujudkan secara

konsisten, konsekuen, dinamis, kreatif, dan bukan indoktriner.

4. Suku Bangsa

Identitas nasional dalam aspek suku bangsa adalah adanya suku bangsa

yang majemuk. Majemuk atau aneka ragamnya suku bangsa dimaksud

adalah terlihat dari jumlah suku bangsa lebih kurang 300 suku bangsa

dengan bahasa dan dialek yag berbeda. Populasinya pada tahun 2007

adalah 225 juta jiwa. Dari jumlah tersebut diperkirakan separuhnya

adalah suku bangsa etnis Jawa. Sisanya adalah suku bangsa yang

mendiami wilayah Indonesia di luar Jawa, seperti suku Makassar-Bugis

(3,68%), Batak (2,04%), Bali (1,88%), Aceh (1,4%), dan suku-suku

lainnya. Sedangkan suku bangsa atau etnis Tionghoa hanya berjumlah

2,8% tetapi menyebar ke seluruh wilayah Indonesia dan mayoritas

mereka bermukim di perkotaan.

5. Agama

Identitas nasional dalam aspek agama adalah masyarakat agamis dan

memiliki hubungan antarumat seagama dan antarumat beragama yang

rukun. Di samping itu, menurut UU no.16/1969, negara Indonesia

Page 19: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-19 Filsafat Pancasila

mengakui multiagama yang dianut oleh bangsanya, yaitu Islam, Katholik,

Kristen, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu. Pada era Orde Baru, agama

Kong Hu Cu tidak diakui sebagai agama resmi negara Indonesia, tetapi

sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi

negara dihapuskan. Islam adalah agama mayoritas bangsa Indonesia.

Indonesia merupakan negara multiagama, karena itu Indonesia

dikatakan negara yang rawan disintegrasi bangsa. Untuk itu menurut

Magnis Suseno, salah satu jalan untuk mengurangi risiko konflik

antaragama perlu diciptakan tradisi saling menghormati antara umat

agama yang ada. Menghormati berarti mengakui secara positif dalam

agama dan kepercayaan orang lain juga mampu belajar satu sama lain.

6. Bahasa

Bahasa adalah salah satu atribut bangsa di samping sebagai identitas

nasional. Bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa melayu yang

merupakan bahasa penghubung (lingua franca) berbagai etnis yang

mendiami kepulauan nusantara. Bahasa melayu ini pada tahun 1928

ditetapkan oleh pemuda dari berbagai suku bangsa Indonesia dalam

peristiwa Sumpah Pemuda sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia.

1.4 Proses Berbangsa dan Bernegara

1.4.1 Hakikat Bangsa

Konsep bangsa memiliki dua pengertian (Badri Yatim, 1999), yaitu bangsa

dalam pengertian sosiologis antropologis dan bangsa dalam pengertian politis.

A. Bangsa dalam Arti Sosiologis Antropologis

Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan

hidup masyarakat yang berdiri sendiri yang masing-masing anggota

persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama,

dan adat istiadat. Jadi, mereka menjadi satu bangsa karena disatukan oleh

kesamaan ras, budaya, keyakinan, bahasa, dan sebagainya. Ikatan

demikian disebut ikatan primordial. Persekutuan hidup masyarakat

Page 20: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-20 Filsafat Pancasila

semacam ini dalam suatu negara dapat merupakan persekutuan hidup

yang mayoritas dan dapat pula persekutuan hidup minoritas.

Suatu negara dapat terdiri dari beberapa bangsa. Misalnya Amerika

Serikat terdiri dari bangsa Negro, bangsa Indian, bangsa Cina, bangsa

Yahudi, dan lain-lainnya, yang dahulunya merupakan kaum pendatang. Sri

Lanka terdiri dari bangsa Sinhala dan bangsa Tamil. Bangsa Indonesia

terdiri dari berbagai bangsa yang tersebar dari Aceh sampai Irian Jaya,

seperti Batak, Minangkabau, Sunda, Dayak, Banjar, dan sebagainya.

Sebuah bangsa dapat pula tersebar di beberapa negara. Misalnya

bangsa Arab tersebar di berbagai negara di sekitar Timur Tengah.

Bangsa Yahudi terdapat di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat.

B. Bangsa dalam Arti Politis

Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu

daerah yang sama dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya

sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Jadi, meeeka

diikat oleh kekuasaan politik, yaitu negara.

Jadi, bangsa dalam arti politik adalah bangsa yang sudah bernegara

dan mengakui serta tunduk pada kekuasaan dari negara yang

bersangkutan. Setelah mereka bernegara, terciptalah bangsa. Misalnya,

kemunculan bangsa Indonesia (arti politis) setelah terciptanya negara

Indonesia.

Bangsa dalam arti sosiologis antropologis sekarang ini lebih dikenal

dengan istilah etnis, suku, atau suku bangsa. Ini untuk membedakan

dengan bangsa yang sudah beralih dalam arti politis. Namun, kita masih

mendengar istilah bangsa dalam arti sosiologis antropologis untuk

menunjuk pada persekutuan hidup tersebut. Misalnya bangsa Moro,

bangsa Yahudi, bangsa Kurdi, dan bangsa Tamil. Bangsa Indonesia (dalam

arti politis) memiliki banyak bangsa (dalam arti sosiologis antropologis)

seperti suku bangsa Batak, Minangkabau, Jawa, Betawi, Madura, Dayak,

Asmat, Dani, dan lain-lain. Indonesia dikenal sebagai bangsa yang

heterogen karena ada banyak bangsa di dalamnya.

Page 21: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-21 Filsafat Pancasila

1.4.2 Proses Pembentukan Bangsa-Negara

Secara umum dikenal adanya dua proses pembentukan bangsa-negara, yaitu

model ortodoks dan model mutakhir (Ramlan Surbakti, 1999).

Pertama, model ortodoks yaitu bermula dari adanya suatu bangsa

terlebih dahulu, untuk kemudian bangsa membentuk satu negara tersendiri.

Contoh, bangsa Yahudi berupaya mendirikan negara Israel untuk satu bangsa

Yahudi. Setelah bangsa-negara ini terbentuk maka rezim politik (penguasa)

dirumuskan berdasarkan konstitusi negara yang selanjutnya dikembangkan

oleh partisipasi warga negara dalam kehidupan politik bangsa-negara yang

bersangkutan.

Kedua, model mutakhir yaitu berawal dari adanya negara terlebih

dahulu yang terbentuk melalui proses tersendiri, sedangkan penduduk negara

merupakan sekumpulan suku bangsa dan ras. Contohnya adalah kemunculan

negara Amerika Serikat pada tahun 1776.

Kedua model ini berbeda dalam empat hal:

1. Ada tidaknya perubahan unsur dalam masyarakat. Model ortodoks

tidak mengalami perubahan unsur karena satu bangsa membentuk

satu negara. Model mutakhir mengalami perubahan unsur karena dari

banyak kelompok suku bangsa menjadi satu bangsa.

2. Lamanya waktu yang diperlukan dalam proses pembentukan bangsa-

negara. Model ortodoks membutuhkan waktu yang singkat saja, yaitu

hanya membentuk struktur pemerintahan, bukan pembentukan

identitas kultural baru. Model mutakhir memerlukan waktu yang

lama karena harus mencapai kesepakatan tentang identitas kultural

yang baru.

3. Kesadaran politik masyarakat pada model ortodoks muncul setelah

terbentuknya bangsa-negara, sedangkan dalam model mutakhir,

kesadaran politik warga muncul mendahului bahkan menjadi kondisi

awal terbentuknya bangsa-negara.

4. Derajat partisipasi politik dan rezim politik. Pada model ortodoks,

partisipasi politik dan rezim politik dianggap sebagai bagian terpisah

dari proses integrasi nasional. Pada model mutakhir, partisipasi

Page 22: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-22 Filsafat Pancasila

politik dan rezim politik merupakan hal yang tak terpisahkan dari

proses integrasi nasional.

1.4.3. Hakikat Negara

A. Arti Negara

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, negara mempunyai dua pengertian

berikut :

Pertama, negara adalah organisasi di suatu wilayah yang mempunyai

kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati rakyatnya.

Kedua, negara adalah kelompok sosial yang menduduki wilayah atau

daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah

yang efektif, mempunyai satu kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak

menentukan tujuan nasionalnya.

Sedangkan pengertian negara menurut pendapat para ahli, antara lain sebagai

berikut :

1. Negara ialah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang

telah berkediaman di wilayah tertentu (Georg Jellinek).

2. Negara adalah organisasi yang timbul karena kehendak dari suatu

golongan atau bangsanya sendiri (Kranenburg).

3. Negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur

atau mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat (Roger

F. Soultau).

4. Negara adalah organisasi kekuasaan masyarakat yang mempunyai

daerah tertentu di mana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya

sebagai sovereign (Soenarko).

5. Negara merupakan organisasi kesusilaan yang muncul sebagai sintesis

dari kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal (George

Wilhelm Fredrich Hegel).

6. Negara ialah suatu organisasi masyarakat atau kumpulan manusia

yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama (R.

Djokosoetono).

Page 23: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-23 Filsafat Pancasila

7. Negara adalah suatu persekutuan keluarga dengan segala

kepentingannya yang dipimpin oleh akal dari suatu kuasa yang

berdaulat (Jean Bodin).

8. Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah oleh

sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warganya ketaatan

pada perundangan melalui penguasaan kontrol dari kekuasaan yang

sah (Miriam Budiardjo).

B. Unsur-unsur Negara

Dari beberapa pendapat mengenai negara tersebut, dapat disimpulkan bahwa

negara adalah organisasi yang di dalamnya harus ada rakyat, wilayah yang

permanen dan pemerintah yang berdaulat (baik ke dalam maupun ke luar).

Hal di atas disebut unsur-unsur negara, seperti dijelaskan di bawah ini:

1. Rakyat, yaitu orang-orang yang bertempat tinggal di wilayah itu, tunduk

pada kekuasaan negara dan mendukung negara yang bersangkutan.

2. Wilayah, yaitu daerah yang menjadi kekuasaan negara serta menjadi

tempat tinggal bagi rakyat negara. Wilayah juga menjadi sumber

kehidupan rakyat negara. Wilayah negara mencakup wilayah darat,

laut, dan udara.

3. Pemerintah yang berdaulat, yaitu adanya penyelenggara negara yang

memiliki kekuasaan menyelenggarakan pemerintahan di negara

tersebut. Pemerintah tersebut memilih kedaulatan baik ke dalam

maupun ke luar. Kedaulatan ke dalam berarti negara memiliki

kekuasaan untuk ditaati oleh rakyatnya. Kedaulatan ke luar artinya

negara mampu mempertahankan diri dari serangan negara lain.

Unsur-unsur di atas; unsur rakyat, wilayah, dan pemerintah yang

berkedaulatan merupakan unsur konstitutif atau unsur pembentuk, yang

harus terpenuhi agar terbentuk negara. Selain ada unsur rakyat, wilayah dan

pemerintah yang berdaulat, ada unsur pengakuan dari negara lain. Pengakuan

dari negara lain merupakan unsur deklaratif. Unsur deklaratif adalah unsur

yang sifatnya menyatakan, bukan unsur yang mutlak.

Sebagai organisasi kekuasaan, negara memiliki sifat memaksa, monopoli,

dan mencakup semua.

Page 24: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-24 Filsafat Pancasila

1. Memaksa, artinya memiliki kekuasaan untuk menyelenggarakan

ketertiban dengan memakai kekerasan fisik secara legal.

2. Monopoli, artinya memiliki hak menetapkan tujuan bersama

masyarakat. Negara memiliki hak untuk melarang sesuatu yang

bertentangan dan menganjurkan sesuatu yang dibutuhkan masyarakat.

3. Mencakup semua, artinya semua peraturan dan kebijakan negara

berlaku untuk semua orang tanpa kecuali.

C. Teori Terjadinya Negara

1. Proses Terjadinya Negara secara Teoritis

Para ahli politik dan hukum tatanegara telah membuat teoretisasi

tentang terjadinya negara. Artinya, proses terjadinya negara yang

dimaksud di sini merupakan hasil pemikiran para ahli tersebut, bukan

berdasarkan kenyataan faktualnya.

Beberapa teori terjadinya negara adalah sebagai berikut:

a. Teori Hukum Alam

Teori hukum alam merupakan hasil pemikiran yang paling awal,

yaitu masa Plato dan Aristoteles. Menurut teori ini, terjadinya

negara adalah sesuatu yang alamiah. Bahwa segala sesuatu itu

berjalan menurut hukum alam, yaitu mulai dari lahir, berkembang,

mencapai puncaknya, laut, dan akhirnya mati. Negara terjadi

secara alamiah, bersumber dari manusia sebagai makhluk sosial

yang memiliki kecenderungan berkumpul dan saling berhubungan

untuk mencapai kebutuhan hidupnya.

b. Teori Ketuhanan

Teori ini muncul setelah lahirnya agama-agama besar di dunia,

yaitu Islam dan Kristen. Dengna demikian, teori ini dipengaruhi

oleh paham keagamaan. Menurut teori ketuhanan, terjadinya

negara adalah kehendak Tuhan, didasari kepercayaan bahwa

segala sesuatu berasal dari Tuhan dan terjadi atas kehendak

Tuhan.

Munculnya paham teori ini karena orang yang beragama

yakin bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa (paham monoteisme) dan

Dewa-Dewa (paham politeisme) yang menciptakan alam semesta

Page 25: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-25 Filsafat Pancasila

dan segala isinya termasuk negara. Tuhan memiliki kekuasaan

mutlak di dunia. Negara dianggap penjelmaan kekuasaan dari

Tuhan. Para Raja atau penguasa negara merupakan titisan Tuhan

atau wakil Tuhan yang memiliki kekuasaan untuk memerintah dan

menyelenggarakan pemerintahan. Penganjur teori ini antara lain:

Freiderich Julius Stahl, Thomas Aquinas, dan Agustinus.

c. Teori Perjanjian

Teori perjanjian muncul sebagai reaksi atas teori hukum alam dan

kedaulatan Tuhan. Mereka menganggap kedua teori tersebut

belum mampu menjelaskan dengan baik bagaimana terjadinya

negara. Teori ini dilahirkan oleh pemikir-pemikir Eropa menjelang

abad Pencerahan. Mereka adalah Thomas Hobbes, John Locke,

J.J. Rousseau, dan Montesquieu.

Menurut teori perjanjian, negara terjadi sebagai hasil

perjanjian antarmanusia individu. Manusia berada dalam dua

keadaan, yaitu keadaan sebelum bernegara dan keadaan setelah

bernegara. Negara pada dasarnya adalah wujud perjanjian dari

masyarakat sebelum bernegara tersebut untuk kemudian menjadi

masyarakat bernegara.

Pendapat lain dikemukakan oleh G. Jellinek, yaitu terjadinya

negara dapat dilihat secara primer dan sekunder. Perkembangan

negara secara primer membicarakan tentang bagaimana

pertumbuhan negara mulai dari persekutuan atau kelompok

masyarakat yang sederhana berkembang menjadi negara yang

modern. Menurut Jellinek, terjadinya negara secara primer

melalui empat tahapan, yaitu:

a. Persekutuan masyarakat,

b. Kerajaan,

c. Negara, dan

d. Negara demokrasi.

Perkembangan negara secara sekunder membicarakan tentang

bagaimana terbentuknya negara baru yang dihubungkan dengan

masalah pengakuan. Jadi, yang terpenting adalah muncul tidaknya

Page 26: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-26 Filsafat Pancasila

negara baru tersebut adalah karena ada tidaknya pengakuan dari

negara lain.

2. Proses Terjadinya Negara di Zaman Modern

Menurut pandangan ini dalam kenyataannya, terjadinya negara bukan

disebabkan oleh teori-teori seperti di atas. Negara-negara di dunia ini

terbentuk karena melalui beberapa proses, seperti:

a. Penaklukan atau occupatie, yaitu suatu daerah yang tidak

dipertuan, kemudian diambil alih dan didirikan negara di wilayah

itu. Misal, Liberia adalah daerah kosong yang dijadikan negara

oleh para budak Negro yang telah dimerdekakan orang Amerika.

Liberia dimerdekakan pada tahun 1847.

b. Peleburan atau fusi, yaitu suatu penggabungan dua atau lebih

negara menjadi negara baru. Misal, Jerman Barat dan Jerman

Timur bergabung menjadi negara Jerman.

c. Pemecahan, yaitu terbentuknya negara-negara baru akibat

terpecahnya negara lama sehingga negara sebelumnya menjadi

tidak ada lagi. Contohnya Yugoslavia terpecah menjadi negara

Serbia, Bosnia, dan Montenegro. Uni Sovyet terpecah menjadi

banyak negara baru. Cekoslovakia terpecah menjadi negara Ceko

dan Slovakia.

d. Pemisahan diri, yaitu memisahnya suatu bagian wilayah negara

kemudian terbentuk negara baru. Pemisahan berbeda dengan

pemecahan di mana negara lama masih ada. Misalnya India

kemudian terpecah menjadi India, Pakistan, dan Bangladesh.

e. Perjuangan atau revolusi, merupakan hasil dari rakyat suatu

wilayah yang umumnya dijajah negara lain kemudian

memerdekakan diri. Contohnya adalah Indonesia yang melakukan

perjuangan revolusi sehingga mampu membentuk negara

merdeka. Kebanyakan kemerdekaan yang diperoleh negara Asia

Afrika setelah Perang Dunia II adalah hasil perjuangan rakyatnya.

f. Penyerahan/pemberian adalah pemberian kemerdekaan kepada

suatu koloni oleh negara lain yang umumnya adalah bekas

jajahannya. Inggris dan Perancis yang memiliki wilayah jajahan di

Page 27: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-27 Filsafat Pancasila

Afrika, banyak memberikan kemerdekaan kepada bangsa di

daerah tersebut. Contoh: Kongo dimerdekakan oleh Perancis.

g. Pendudukan, terjadi terhadap wilayah yang ada penduduknya,

tetapi tidak berpemerintahan. Misalnya Australia merupakan

daerah baru yang ditemukan Inggris meskipun di sana terdapat

suku Aborigin. Daerah Australia selanjutnya dibuat koloni-koloni

di mana penduduknya didatangkan dari dataran Eropa. Australia

dimerdekakan tahun 1901.

D. Fungsi dan Tujuan Negara

Fungsi negara merupakan gambaran apa yang dilakukan negara untuk

mencapai tujuannya. Fungsi negara dapat dikatakan sebagai tugas daripada

negara. Negara sebagai organisasi kekuasaan dibentuk untuk menjalankan

tugas-tugas tertentu.

Di bawah ini adalah fungsi negara menurut beberapa ahli, antara lain

sebagai berikut:

1. John Locke, seorang sarjana Inggris, membagi fungsi negara menjadi

tiga fungsi, yaitu:

a. Fungsi Legislatif, untuk membuat peraturan,

b. Fungsi Eksekutif, untuk melaksanakan peraturan,

c. Fungsi Federatif, untuk mengurusi urusan luar negeri dan

urusan perang dan damai.

2. Montesquieu membagi fungsi negara sebagai berikut:

a. Fungsi Legislatif, membuat undang-undang

b. Fungsi Eksekutif, melaksanakan undang-undang

c. Fungsi Yudikatif, untuk mengawasi agar semua peraturan ditaati

(fungsi mengadili), yang populer dengan nama Trias Politika.

3. Van Vollen Hoven, seorang sarjana dari Belanda menyatakan fungsi

negara dibagi dalam:

a. Regeling, membuat peraturan;

b. Bestuur, menyelenggarakan pemerintahan;

c. Rechtspraak, fungsi mengadili;

d. Politie, fungsi ketertiban dan keamanan.

Ajaran Van Vollen Hoven tersebut terkenal dengan Catur Praja.

Page 28: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-28 Filsafat Pancasila

4. Goodnow menyatakan, fungsi negara secara prinsipil dibagi menjadi

dua bagian:

a. Policy Making, yaitu kebijaksanaan negara untuk waktu tertentu,

untuk seluruh masyarakat.

b. Policy Executing, yaitu kebijaksanaan yang harus dilaksanakan

untuk tercapainya policy making.

Ajaran Goodnow ini terkenal dengan sebutan Dwipraja

(dichotomy).

5. Miriam Budiardjo, menuliskan fungsi pokok negara sebagai berikut:

a. Melaksanakan penertiban untuk mencapai tujuan bersama dan

mencegah bentrokan-bentrokan dalam masyarakat. Dapat

dikatakan bahwa negara bertindak sebagai stabilisator.

b. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.

Fungsi ini dijalankan dengan melaksanakan pembangunan di

segala bidang.

c. Pertahanan. Hal ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan

serangan dair luar. Untuk ini negara dilengkapi dengan alat-alat

pertahanan.

d. Menegakkan keadilan. Hal ini dilaksanakan melalui badan-badan

peradilan.

Keseluruhan fungsi negara tersebut diselenggarakan oleh pemerintah untuk

mencapai tujuan negara yang telah ditetapkan bersama.

Adapun tujuan suatu negara berbeda-beda. Di bawah ini adalah beberapa

tujuan negara menurut para ahli:

1. Roger H. Soultau menyatakan bahwa tujuan negara adalah

memungkinkan rakyatnya berkembang serta menyelenggarakan daya

ciptanya sebebas mungkin.

2. Harold J. Laski menyatakan bahwa tujuan negara adalah menciptakan

keadaan di mana rakyatnya dapat mencapai terkabulnya keinginan-

keinginan secara maksimal.

3. Plato menyatakan bahwa tujuan negara adalah memajukan kesusilaan

manusia, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial.

Page 29: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-29 Filsafat Pancasila

4. Thomas Aquino dan Agustinus menyatakan bahwa tujuan negara

adalah untuk mencapai penghidupan dan kehidupan aman dan

tenteram dengan taat kepada dan di bawah pimpinan Tuhan.

Pemimpin negara menjalankan kekuasaan hanyalah berdasarkan

kekuasaan Tuhan yang diberikan kepadanya.

E. Klasifikasi Negara

Klasifikasi negara dapat dilihat berdasarkan beberapa indikator, seperti jumlah

orang yang berkuasa, bentuk negara, dan asas pemerintahan.

1. Jumlah orang yang berkuasa dan orientasi kekuasaan

Jumlah orang yang berkuasa dapat berjumlah satu orang, sekelompok

orang, atau banyak orang. Sedangkan orientasi kekuasaan dapat

berorientasi kepada kepentingan pihak yang berkuasa (disebut bentuk

negatif), atau berorientasi demi kepentingan umum (disebut bentuk

positif).

Berdasarkan jumlah orang yang berkuasa dan orientasi kekuasaan,

terdapat enam bentuk klasifikasi negara.

Jumlah penguasa Bentuk positif Bentuk negatif

Satu orang Monarki Tirani

Sekelompok orang Aristokrasi Oligarki

Banyak orang Demokrasi Monokrasi

2. Bentuk negara ditinjau dari sisi konsep dan teori modern terbagi

menjadi dua, yaitu:

a. Negara Kesatuan, yaitu negara yang merdeka dan berdaulat,

dengan satu pemerintah pusat yang berkuasa dan mengatur

seluruh daerah. Dalam pelaksanaannya, negara kesatuan terbagi

dua, yaitu:

Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi, di mana seluruh

persoalan yang berkaitan dengan negara langsung diatur dan

diurus oleh pemerintah pusat.

Page 30: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-30 Filsafat Pancasila

Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, di mana

kepala daerah diberikan kesempatan dan kekuasaan untuk

mengurus rumah tangganya sendiri atau dikenal dengan

otonomi daerah atau swatantra.

b. Negara Serikat (Federasi), yaitu bentuk negara yang merupakan

gabungan dari beberapa negara bagian dari negara serikat.

Kekuasaan asli dalam negara federasi merupakan negara bagian,

karena ia berhubungan langsung dengan rakyatnya. Sementara,

negara federasi bertugas untuk menjalankan hubungan luar

negeri, pertahanan negara, keuangan, dan urusan pos.

3. Asas penyelenggaraan kekuasaan, yaitu berbagai tipe negara menurut

kondisinya, seperti:

a. Menurut ekonomi: negara agraris, negara industri, negara

berkembang, negara sedang berkembang, dan negara belum

berkembang. Selain itu, dikenal juga negara-negara utara dan

negara-negara selatan (negara utara: negara maju/kaya, negara

selatan: negara sedang berkembang/miskin).

b. Menurut politik: negara demokratis, negara otoriter, negara

totaliter, negara satu partai, negara multipartai, dan sebagainya.

c. Menurut sistem pemerintahan: sistem pemerintahan presidentil,

parlementer, junta militer, dan sebagainya.

d. Menurut ideologi bangsa: negara sosialis, negara liberal, negara

komunis, negara fasis, negara agama, dan sebagainya.

F. Elemen Kekuatan Negara

Kekuatan suatu negara tergantung pada beberapa elemen seperti sumber

daya manusia, sumber daya alam, kekuatan militer, dan teritorial negara

tersebut.

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

Kekuatan negara tergantung pada jumlah penduduk, tingkat pendidikan

warga, nilai budaya masyarakat, dan kondisi kesehatan masyarakat.

Semakin banyak jumlah penduduk, semakin berkualitas SDM, dan

semakin tinggi tingkat kesehatan, maka negara akan semakin maju dan

kuat.

Page 31: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-31 Filsafat Pancasila

2. Teritorial Negara

Kekuatan negara juga tergantung seberapa luas wilayah negara, yang

terdiri atas darat, laut, dan udara, letak geografis dan situasi negara

tetangga. Semakin luas dan strategis, maka negara tersebut akan semakin

kuat.

3. Sumber Daya Alam

Kekuatan negara tergantung pada kondisi alam atau material buminya,

berupa kandungan mineral, kesuburan, kekayaan laut, dan hutan.

Semakin tinggi kekayaan alam, maka negara tersebut semakin kuat,

negara yang kaya akan minyak, agroindustri, dan manufaktur akan

menjadi negara yang tangguh.

4. Kapasitas Pertanian dan Industri

Sektor pertanian mempengaruhi kekuatan negara, karena pertanian

memasok kebutuhan pokok seperti beras, sayur mayur, dan lauk pauk.

Tingkat budaya, usaha warga negara dalam bidang pertanian, industri dan

perdagangan yang maju, menjamin kecukupan pangan atau swasembada

pangan sehingga negara menjadi kuat.

5. Kekuatan Militer dan Mobilitasnya

Kekuatan militer dan mobilitasnya sangat menentukan kekuatan negara,

negara yang mempunyai jumlah anggota militer, dan kualitas personel

dan peralatan yang baik akan meningkatkan kemampuan militer dalam

mempertahankan kedaulatan negara.

6. Elemen Kekuatan yang Tidak Berwujud

Segala faktor yang mendukung kedaulatan negara, berupa kepribadian

dan kepemimpinan, efisiensi birokrasi, persatuan bangsa, dukungan

internasional, reputasi bangsa (nasionalisme), dan sebagainya.

1.4.4 Proses Berbangsa dan Bernegara Indonesia

Sebagai warga negara Indonesia, kita perlu mengetahui proses terjadinya

pembentukan negara ini, sehingga dapat menambah kecintaan kita pada tanah

air ini.

Para pendiri negara Indonesia (the founding fathers) menyadari bahwa

negara Indonesia yang hendak didirikan haruslah mampu berada di atas semua

kelompok dan golongan yang beragam. Hal yang diharapkan adalah keinginan

Page 32: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-32 Filsafat Pancasila

hidup bersatu sebagai satu keluarga bangsa karena adanya persamaan nasib,

cita-cita, dan karena berasal dalam ikatan wilayah atau wilayah yang sama.

Kesadaran demikian melahirkan paham nasionalisme, paham kebangsaan, yang

pada gilirannya melahirkan semangat untuk melepaskan diri dari belenggu

penjajahan. Selanjutnya nasionalisme memunculkan semangat untuk

mendirikan negara bangsa dalam merealisasikan cita-cita, yaitu merdeka dan

tercapainya masyarakat yang adil dan makmur.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang penting

bagi pembentukan bangsa Indonesia antara lain:

1. Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah penjajahan

bangsa asing lebih kurang selama 350 tahun.

2. Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari

belenggu penjajahan.

3. Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang

membentang dari Sabang sampai Merauke.

4. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan

suatu bangsa.

Negara Indonesia tidak terjadi begitu saja. Kemerdekaan Indonesia diraih

dengan perjuangan dan pengorbanan, bukan pemberian. Terjadinya negara

Indonesia merupakan proses atau rangkaian tahap yang berkesinambungan.

Rangkaian tahap perkembangan tersebut digambarkan sesuai dengan keempat

alinea dalam pembukaan UUD 1945. Secara teoretis, perkembangan negara

Indonesia terjadi sebagai berikut:

1. Terjadinya negara tidak sekadar dimulai dari proklamasi, tetapi adanya

pengakuan akan hak setiap bangsa untuk memerdekakan dirinya. Bangsa

Indonesia memiliki tekad kuat untuk menghapus segala penindasan dan

penjajahan suatu bangsa atas bangsa lain. Inilah yang menjadi sumber

motivasi perjuangan (Alinea I Pembukaan UUD 1945).

2. Adanya perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. Perjuangan

panjang bangsa Indonesia menghasilkan proklamasi. Proklamasi barulah

mengantarkan ke pintu gerbang kemerdekaan. Jadi, dengan proklamasi

tidaklah selesai kita bernegara. Negara yang kita cita-citakan adalah

menuju pada keadaan merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur

(Alinea II Pembukaan UUD 1945).

Page 33: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-33 Filsafat Pancasila

3. Terjadinya negara Indonesia adalah kehendak bersama seluruh bangsa

Indonesia, sebagai suatu keinginan luhur bersama. Di samping itu adalah

kehendak dan atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Ini membuktikan

bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dan mengakui adanya

motivasi spiritual (Alinea III Pembukaan UUD 1945).

4. Negara Indonesia perlu menyusun alat-alat kelengkapan negara yang

meliputi tujuan negara, bentuk negara, sistem pemerintahan negara,

UUD negara, dan dasar negara. Dengan demikian, semakin sempurna

proses terjadinya negara Indonesia (Alinea IV Pembukaan UUD 1945).

Oleh karena itu, berdasarkan kenyataan yang ada, terjadinya negara Indonesia

bukan melalui pendudukan, pemisahan, penggabungan, pemecahan, atau

penyerahan. Bukti menunjukkan bahwa negara Indonesia terbentuk melalui

proses perjuangan (revolusi). Dokumentasi proses perjuangan dan

pengorbanan dalam pembentukan negara ini tertata rapi dalam unsur produk

hukum negara ini, yaitu Pembukaan UUD 1945.

---------------

Page 34: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-34 Filsafat Pancasila

Rangkuman

1. Filsafat adalah alat untuk mencapai atau mencari kebenaran sejati. Namun

perlu diingat bahwa tidak selamanya filsafat digunakan untuk mencapai

kebenaran. 2. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis

dan rasional tentang Pancasila dalam bangunan bangsa dan negara

Indonesia

3. Pengertian Pancasila sebagai filsafat pada hakikatnya adalah suatu nilai

4. Nilai adalah suatu penghargaan atau suatu kualitas terhadap suatu hal

yang menjadi dasar penentu tingkah laku manusia, karena suatu hal itu

berguna (useful), keyakinan (belief), memuaskan (satisfying), menarik

(interesting), menguntungkan (profitable), dan menyenangkan (pleasant).

5. Pancasila adalah kumpulan nilai atau norma yang meliputi sila-sila

Pancasila sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945,

alinea IV yang telah ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945.

6. Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan

hidup masyarakat yang berdiri sendiri yang masing-masing anggota

persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, dan

adat istiadat.

7. Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu

daerah yang sama dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai

suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Jadi, meeeka diikat oleh

kekuasaan politik, yaitu negara.

8. Unsur-unsur negara adalah: rakyat, wilayah, pemerintah yang berdaulat

Page 35: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-35 Filsafat Pancasila

Kuis Benar Salah

1. Filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta, yang

terdiri dari kata Philein artinya cinta dan Sophia artinya kebijaksanaan.

2. Rumusan Pancasila terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea III

3. Nilai materiil, sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia

4. Nilai dinamis merupakan nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam

kenyataan.

5. Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu

daerah yang sama dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai

suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam.

6. Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan hidup

masyarakat yang berdiri sendiri yang masing-masing anggota persekutuan

hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, dan adat istiadat

7. Negara ialah suatu organisasi masyarakat atau kumpulan manusia yang

berada di bawah suatu pemerintahan yang sama

8. Menurut Montesquieu, fungsi Legislatif adalah fungsi untuk membuat undang-undang

9. Menurut John Locke, Fungsi Federatif artinya untuk mengurusi urusan luar

negeri dan urusan perang dan damai.

10. Negara Serikat (Federasi), yaitu bentuk negara yang merupakan gabungan

dari beberapa negara bagian dari negara serikat.

Page 36: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-36 Filsafat Pancasila

Pilihan Ganda

1. Secara etimologis, filsafat berasal dari bahasa __________

A. Arab D. China

B. Sansekerta E. Yunani

C. Inggris

2.

Dalam ilmu filsafat, nilai dibedakan menjadi:

1. Nilai logika, yaitu nilai tentang benar-salah

2. Nilai etika, yaitu nilai tentang baik-buruk

3. Nilai estetika, yaitu nilai tentang indah-jelek

4. Nilai pragmatika, yaitu nilai yang biasa digunakan

A. 1,2,3 D. 4

B. 1,3 E. 1,2,3,4

C. 2,4

3.

Metode dalam filsafat dengan melakukan perincian terhadap istilah-istilah

atau pertanyaan-pertanyaan ke dalam bagian-bagiannya, agar dapat

menangkap makna yang dikandungnya adalah metode __________

A. Analisis D. Dialog Sokrates

B. Sintesis E. Dialisis

C. Analitiko Sintesis

4.

Ciri-ciri nilai adalah

1. Suatu realitas abstrak

2. Bersifat normatif

3. Sebagai motivator

4. Tanpa makna

A. 1,2,3 D. 2,4

B. 1,3 E. 1,2,3,4

C. 4

Page 37: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-37 Filsafat Pancasila

5.

Pada dasarnya, Indonesia menganut ideologi yang terbuka. Pengertian

Ideologi terbuka adalah ideologi yang _________

A. Dapat diubah setiap waktu

B. Dapat berinteraksi dengan ideologi yang lain.

C. Dapat menerima semua nilai dari ideologi lain

D. Dapat menekan ideologi lain

E. Dapat menggantikan ideologi lain

6.

Unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia berdasarkan ukuran

parameter sosiologis adalah sebagai berikut:_____

5. Suku Bangsa

6. Kebudayaan

7. Bahasa

8. Kondisi Geografis

A. 1,2,3 D. 4

B. 1,3 E. 1,2.3.4

C. 2.4

7

Unsur – unsur negara terdiri dari ____

4. Rakyat

5. Wilayah

6. Pemerintah yang berdaulat

7. Bendera dan lagu kebangsaan

A 1,2,3 D 4

B 1,3 E 1,2,3,4

C 2,4

8 Indonesia memperoleh kemerdekaan dengan cara ________

A Revolusi D Pemecahan

B Memisahkan diri E Peleburan atau fusi

C Penyerahan/pemberian

Page 38: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-38 Filsafat Pancasila

9 Van Vollen Hoven, seorang sarjana dari Belanda menyatakan fungsi negara

dibagi dalam:

1. Regeling, membuat peraturan;

2. Bestuur, menyelenggarakan pemerintahan;

3. Rechtspraak, fungsi mengadili;

4. Politie, fungsi ketertiban dan keamanan.

A 1,2,3 D 1,2,4

B 1,3,4 E 1,2,3,4

C 2,3,4

10

Berikut ini yang merupakan faktor pendorong munculnya nasionalisme

pembentukan Indonesia adalah _______

5. Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah

penjajahan bangsa asing lebih kurang selama 350 tahun.

6. Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari

belenggu penjajahan.

7. Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang

membentang dari Sabang sampai Merauke.

8. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan

suatu bangsa.

A 1,2,3 D 1,2,4

B 1,3,4 E 1,2,3,4

C 2,3,4

Page 39: Filsafat Pancasila

Politeknik Telkom Pendidikan Kewarganegaraan

1-39 Filsafat Pancasila

Latihan

1. Berkaitan dengan Filsafat,

a. apakah yang dimaksud dengan filsafat?

b. apa gunanya?

c. apa fungsinya?

2. Sebutkan metode-metode dalam filsafat!

3. Sebutkan ciri-ciri nilai!

4. Apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai ideologi Bangsa dan Negara?

5. Sebutkan maka fungsi dan peranan Pancasila !

6. Sebutkan unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia

berdasarkan ukuran parameter sosiologis!

7. Sebutkan unsur-unsur suatu negara!

8. Sebutkan teori tentang terjadinya sebuah negara!

9. Sebutkan elemen kekuatan negara!

10. Sebutkan faktor-faktor yang penting bagi pembentukan bangsa Indonesia!