filsafat kebahagiaan menurut al-ghazali · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan...

81
FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) Disusun oleh: Muhammad Fauzi NIM: 1113033100014 PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Upload: others

Post on 01-Feb-2020

35 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Disusun oleh:

Muhammad Fauzi

NIM: 1113033100014

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali
Page 3: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali
Page 4: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali
Page 5: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

iv

ABSTRAK

Filsafat Kebahagiaan Menurut al-Ghazali

Oleh: Muhammad Fauzi

. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa itu kebahagiaan dan

bagaimana cara memperolehnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif analitis. Sementara itu, teknik dalam pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini ialah kajian pustaka (Library research) dengan mengunakan

buku terjemahan dari buku original yang berjudul “Al-Kimiyyah al-Sa’adah”. Atau

bila diartikan ke dalam bahasa Indonesianya berjudul “Kimia Kebahagiaan”. Bahkan

diterbitkan ulang oleh Mizan, judulnya menjadi “Metode Mengapai Kebahagiaan:

Kitab Kimia Kebahagiaan”. karya al-Ghazali. Buku ini menjadi sumber primernya

bagi penulis.

Menurut al-Ghazali, kebahagiaan adalah perasaan tenag atau senang. Caranya

dengan memahami empat teori dasar. Pertama mengetahui tentang diri. Siapakah

anda, dan dari mana anda datang, dan kemana anda pergi. Kedua, mengetahui tentang

Tuhan. Menyadari tuhan adalah pencipta dan kita hanya manusia biasa. Ketiga,

mengetahui tentang dunia ini. Menyadari bahwasannya Tuhan bukan menciptakan

manusia saja, tapi ada ruang, waktu dan lain-lain. Keempat, mengetahui tentang

akhirat. Kita harus menyadari bahwa ada dunia lain setelah dunia hidup ini, yakni

dunia akhirat.

Page 6: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

v

KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji serta syukur kita kehadirat Allah Swt,

yang telah memberikan rahmatnya, taufiknya serta hidayahnya kepada kita semua

wabil khusus buat diri saya pribadi, yang Alhamdulillah telah diberikan jalan

kelancaran kemudahan untuk membuat proses berjalannya pembuatan skripsi ini,

mudah-mudahan skripsi ini bermanfa’at dan berkah dunia akhirat. Aamiiin

Allahumma Aamiiiiiin…

Sholawat serta salam marilah kita haturkan kepada paduka yang mulia yakni

Habibana wa syafi’ina wa qurro a’yunina wamaulana Muhammad Saw, yang mana

telah membawa kita selaku umatnya. Minazzulimati ilannur.

Skripsi dengan judul “Filsafat Kebahagiaan Menurut Al-Ghazali” adalah

dibuat untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai Sarjana Agama (S.

Ag.) di Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ucapan terima kasih,

penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam

penulisan skripsi ini. yakni di antaranya:

1. Dra. Tien Rohmatin, M.A., selaku Ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam

beserta jajarannya. Mereka sangat setia melayani penulis dalam mengurus segala

keperluan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

2. M. Iqbal Hasanuddin. M. Hum. Selaku dosen pembimbing. Beliau rela

mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga, tujuannya adalah untuk membimbing

dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

vi

3. Keluarga besar "ABAH": Abah, H. Sanwani, Umi Hj. Siti Ruminah, Aa

Syarifudin Juhri, Aa. Abdurrahman, Muhammad Hidayat, Siti Suryani, Siti Nur

Laila, Siti Qomariah, Siti Nur Hasanah, Siti Julaeha. Mereka mendukung,

mendoakan keselamatan dan kesuksesan penulis selama berjuang di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Keluarga Besar Majelis Ta’lim Annibros Habib Ali Bin Musthofa Bin Ali Bin

Syeikh Alatthos dan Umi Faizah Syarifah Binti Agil al-Atthos, sebagai orang tua

anggat penulis, ketika menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ust. KH. Nharawi. Ust. Toha S.Ag. Ust. Musthofa S.Ag. Ust. Firmansyah yang

tanpa henti memberikan jalan kepada penulis untuk berkarya.

6. Ust. Syarif. Ust. Mulyadi. H. Suryadin dan yang lainnya sebagai leader penulis.

Mereka selalu memberikan pelajaran-pelajaran berharga bagi penulis.

7. Wan Ubaydillah. Ka’Abu. Ka’Dody. Walaupun terpisah oleh ruang-waktu,

namun mereka selalu menjadi cahaya bagi penulis.

8. Robi Muhammad. Faisal junaidi Alfath. Ivan Mulyana. Ahmad Astari. Intan.

Karim.. Mereka adalah teman mesra penulis selama belajar di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan warna-warni kehidupan pada

penulis.

9. Elly Mawarni. Alice Mutiara tasti. Balqis. selaku adik angkat penulis yang selalu

menjadi teman curhat penulis.

Page 8: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

vii

10. Abdul Hafidz S.Pdi. Siti Julaeha. Siti Nur Hasanah yang sangat penulis

banggakan dan cintai. Bahkan, mereka merupakan mengajari banyak hal kepada

penulis.

11. Keluarga besar Aqidah dan Falsafat Islam 2013 yang telah belajar dan berjuang

bersama di Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

12. KKN Beriman. Abi Sentani. Arifa Fauziah. Lia. Aisyah. Jamilah. Inung. Yusuf.

Nufal. Beril. Yang sudah memberikan semangat kepada penulis.

13. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah

mendukung dan membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini semoga bermanfaat bagi semua pihak. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, skripsi ini

terbuka untuk dikritik, dikoreksi dan mendapat masukan-masukan yang membangun

dari pembaca.

Jakarta, 16 Mei 2019

Penulis

Muhammad Fauzi

1113033100014

Page 9: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................ i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ............................................. iii

ABSTRAK ..................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................. viii

PEDOMAN TRANSLITASI ........................................................................ x

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ..................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 5

D. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 6

E. Metode Penelitian ................................................................................ 8

F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 10

BAB II FILSAFAT KEBAHAGIAAN

A. Pengertian Kebahagiaan ...................................................................... 12

B. Kebahagiaan Menurut Para Tokoh ...................................................... 14

BAB III BIOGRAFI AL GHAZALI

A. Riwayat Hidup Al Ghazali ................................................................. 26

B. Perjalanan Intelektual .......................................................................... 28

C. Kondisi Sosial Politik dan Pemikiran Keagamaan .............................. 37

Page 10: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

ix

D. Guru dan Pembimbing ........................................................................ 43

E. Karya-karya Al Ghazali ...................................................................... 44

BAB IV KEBAHAGIAAN MENURUT AL GHAZALI

A. Pengertian Kebahagiaan ..................................................................... 47

B. Tahap-tahap Mendapat Kebahagiaan .................................................. 61

BAB V PENUTUPAN

A. Kesimpulan ......................................................................................... 65

B. Saran .................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 67

Page 11: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

VOKAL

PANJANG

Arab Indonesia Inggris

ā Ā آ

ī Ī ىإ ِ

ū Ū وأ ِ

Arab Indonesia Inggris Arab Indonesia Inggris

ṭ ṭ ط A A ا

ẓ ẓ ظ B B ب

‘ ‘ ع T T ت

Gh Gh غ Ts Th ث

F F ف J J ج

Q Q ق ḥ ḥ ح

K K ك Kh Kh خ

L L ل D D د

M M م Dz Dh ذ

N N ن R R ر

W W و Z Z ز

H H ه S S س

’ ’ ء Sy Sh ش

Y Y ي ṣ ṣ ص

H H ة ḍ ḍ ض

Page 12: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dari dulu hingga sekarang persoalaan kebahagiaan tidak pernah selesai

terlebih orang modern mereka menyangka kebahagiaan terletak pada sains dan

teknologi. Ternyata dalam sains dan teknologi, seperti media sosial, banyak

menimbulkan mala petaka dan kesengsaraan. Kita bisa lihat dari kemajuan teknologi

seperti bermunculnya sosial media.

Sosial media digunakan oleh semua kalangan. Bukan orang dewasa saja yang

menggunakan sosial media, bahkan pelajar sekolah dan anak-anak yang belum cukup

umur juga sudah akrab dengan sosial media yang sekarang sedang berkembang.

Berawal dari Friendter, kemudian Facebook, Twitter, Skype, Fourscuare, Line,

What‟s app, Path, Instagram, Snapchat, dan masih banyak lainnya. Banyak dampak

yang dapat ditimbulkan dari pemakaian sosial media, Berikut ini dampak positif dan

negatif sosial media. Dampak positif sosial media sebagai berikut:

a. Untuk menghimpun keluarga, saudara, kerabat yang tersebar, dengan jejaring

sosial media ini sangat bermanfaat dan berperan untuk mempertemukan

kembali keluarga atau kerabat yang jauh dan sudah lama tidak bertemu,

kemudian lewat dunia maya hal itu bisa dilakukan.

b. Sebagai media penyebaran informasi. Informasi yang up to date sangat mudah

melewati situs jejaring sosial. Hanya dalam tempo beberapa menit setelah

kejadian, kita telah dapat menikmati informasi tersebut.

Page 13: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

2

c. Internet sebagai media komunikasi, setiap penguna internet dapat

berkominikasi dengan pengguna lainnya dari seluruh dunia.

d. Sebagai media promosi dalam bsinis. Hal ini memungkinkan para pengusaha

kecil dapat mempromosikan produk dan jasanya tanpa banyak mengeluarkan

biaya.

Selain dampak positif, sosial media juga bisa mengakibatkan dampak negatif

sebagai berikut :

a. Susah bersosislisasi dengan orang sekitar. Ini disebabkan karena pengguna

sosial media menjadi malas belajar berkomunikasi secara nyata. Hal ini

memang benar sekali, karena saya mempunyai teman yang sangat aktif di

sosial media, dia selalu memposting apa saja yang sedang dia kerjakan,

namun keadaan yang berbeda 180 derajat jika bertemu langsung nyatanya

adalah orang yang pendiam dan tidak banyak bergaul,

b. Situasi sosial media akan membuat seseorang lebih mementingkan dirinya

sendiri, mereka akan jadi tidak sadar akan lingkungan sekitar mereka, karena

kebanyakan menghabiskan waktunya di internet. Pernahkah kalian jalan-jalan

atau bepergian dengan seseorang, tetapi orang yang kalian ajak malah asik

dengan ponsel dan sosial medianya sendiri.

c. Pornografi. Dengan kemampuan penyampaian informasi yang dimiliki

internet, pornografi pun merajarela. Terkadang seseorang memposting foto

yang seharusnya menjadi privasi dia sendiri di sosial media, hal ini sangat

Page 14: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

3

berbahaya karena bisa jadi foto yang di postingnya di sosial media disalah

gunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

d. Kejahatan dunia maya. Kejahatan dikenal dengan nama cyber crime.

Kejahatan dunia maya sangatlah beragam. Diantaranya, hacking (mertas

sistem oprasional orang lain agar bisa digunakan oleh diri sendiri), cracking

(meretas sistem dan mengambil data atau informasi dan tujuannya merusak),

phising (mencuri informasi penting dengan mengambil alih akun korban

untuk maksud tertentu), dan spamming (penggunaan perangkat elektronik

untuk mengirimkan pesan yang bertubi-tubi tanpa dikehendaki penerimanya).

Di atas adalah beberapa dampak positif dan negatif. Di sini, penulis ingin

memperlihatkan bahwa semakin canggih teknologi juga belum tentu membuat kami

bahagia. Buktinya, semakin canggih teknologi bisa mengakibatkan kejahatan di dunia

maya dan lain sebagainya. Lalu apa sebenarnya yang membuat kita bahagia itu?1

Jika kebahagiaan dipandang dari segi fisik seperti materi (uang, mempunyai

teknologi cangih, mempunyai rumah mewah dan sebagainya). Kami bisa ambil

contoh sebagai berikut: Bagi sebagian orang yang tidak mempunyai uang, bahwa

mempunyai uang banyak itu bisa disebut sebagai sumber kebahagiaan. Sebab, kami

bisa membeli mobil, bisa membeli kebutuhan pokok, dan bisa beli apapun yang kami

inginkan dengan uang. Namun, dalam kontek sekarang atau zaman sekarang, bahwa

kebahagiaan materi itu bukan satu-satunya.

1Bijak bersosmed, yang diambil dari artikel “Dampak Positiff dan Negatif Sosial Media”

https:/fzahrah.blogspot.co.id/2014/10dampak-positif-dan-negatif-sosial-media.html

Page 15: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

4

Kami banyak sekali melihat fenomena, bahwa sebagian orang-orang kaya

tidak bahagia dalam hidupnya? mengapa demikian? padahalkan mereka mempunyai

banyak uang. Setelah ditelusuri, ternyata sebagian di antara mereka ada yang sering

menghambur-hamburakan uang, menghabiskan uang untuk judi-judian, berfoya-foya

dan lain sebagainya. Itu juga yang membuktikan bahwa mereka tidak bahagia, bahkan

semakin banyak uang yang mereka punya, semakin mereka habiskan untuk hal-hal

yang tidak penting seperti hal di atas. Ini diakibatkkan karena mereka mencari

kepuasaan, salah satu caranya dengan menukar kepuasan yang mereka inginkan

dengan uang. Namun, kebahagiaan yang sejati, tidak mereka temui.

Selain itu, banyak juga orang-orang kaya yang mengalami stres, sakit di usia

muda dan sebagainya, jika dibandingkan dengan orang biasa. Hal itu juga yang

membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok.2

Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali berhasil

menemukan konsep kebahagiaan. Ternyata konsep kebahgiaan al-Ghazali ini masih

berlaku di zaman sekarang. Hal berikut ini, yang membuat penulis ingin sekali

membahas kebahagiaan al-Ghazali. Lalu sebenarnya apa itu kebehagiaan menurut al-

Ghazali?

Kebahagiaan menurut al-Ghazali didalam bukunya yang berjudul “Kimia

Kebahagiaan” yang diterjemahkan oleh Haidar Bagir dari kitab asli yang berjudul

“Al-Kimiyya Al-Sa’adah”, dapat dicapai apabila manusia sudah bisa menundukkan

2Nia Hidayati, dalam artikel yang berjudul “Cara Mengejar dan Mendapatkan Kebahagiaan”

diambil pada tanggal 27 Juni 2019 dari https://www.niahidayati.net./makna/makna-kebahagiaan-dan-

cara-mendapatkannya.html.

Page 16: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

5

nafsu kebinatangannya dan setan dalam dirinya, serta menggantinya dengan sifat

malaikat. Sedangkan kebahagiaan tertinggi menurut Al-Ghazali adalah ketika

manusia telah terbuka hijabnya dengan Allah, ia bisa melihat Allah dengan mata

hatinya, atau dalam bahasa Al-Ghazali telah sampai kepada ma’rifatullah3.

Ditengah-tengah masyarakat modern galau akan kebahagiaan, dalam konteks

inilah dirasa penting masyarakat modern menengok konsep kebahagiaan Imam Al-

Ghazali. Pandangan al-Ghazali tentang kebahagiaan patut untuk dieksplorasi lebih

mendalam lagi. Karena itu kami kami bermaksud mengakat tema tersebut menjadi

bahan kajian penulisan skripsi.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Perlu kiranya penulis memberikan batasan pada permasalahan yang sedang

dikaji dan diteliti. Adapun pembahasan tersebut terletak pada Filsafat kebahagiaan

menurut al-Ghazali. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di

atas, dapat dirumuskan masalahnya adalah bagaimana konsep kebahagiaan menurut

al-Ghazali ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Agar penelitian ini terarah maka penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk ;

1. Mengetahui bagaimana metode mendapatkan kebahagiaan menurut al-Ghazali

2. Mengetahui makna kebahagiaan

Adapun manfa‟at dari penelitian ini ialah:

3Al-Ghazali, Metode Mengapai Kebahagiaan: Kitab Kimia Kebahagiaan, ter. Haidar Bagir

(Bandung: Mizan, 2014), h.10.

Page 17: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

6

1. Mahasiswa Islam mengenal pemikiran filosof Muslim yang jarang dibahas.

2. Menghidupkan kembali pemikiran filosof Muslim yang jarang diulas

3. Memberikan kontribusi bagi pengembangan penelitian ilmu sebagai salah satu

syarat mendapatkan gelar Strata satu (S1)

4. Memberi manfaat kepada kajian jurusan Aqidah dan Filsafat Islam

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian al-Ghazali sudah tidak asing lagi di dunia akademik. Banyak sekali

karya ilmiah baik dalam buku, skripsi, tesis dan sebagian yang meneliti berbagai

kajian yang mengenai al-Ghazali. Pembahasan mengenai beliau tidak ada habis-

habisnya untuk dikaji dan dikembangkan. Namun sejauh pengamatan yang penulis

ketahui, seluruh kajian ilmiah baik skripsi, tesis, disertai atau bahkan buku belum ada

satupun yang mengangkat secara khusu mengenai “Etika Kebahagiaan Menurut al-

Ghazali” untuk mengegas asumsi ini penulis akan menguraikan beberapa karya

ilmiah yang penulis anggap cukup untuk mewakili beberapa karya lainnya.

Pertama, Skripsi Helmy Hidayatullah yang diajukan kepada Fakultas

Ushuluddin, jurusan Aqidah Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, tahun 2015 yang berjudul “Pengaruh Konsep Zuhud al-Ghazali terhadap

Konsep Zuhud Tuan Guru Bengkel”, Skripsi ini tidak memaparkan ajaran tasawuf al-

Ghazali secara keseluruhan, melainkan secara spesifik, hanya memaparkan konsep

zuhudnya saja. Dan konsep inilah yang banyak memepengaruhi konsep zuhud Tuan

Guru Bengkel baik dalam aspek aflikatifnya maupun dalam pemahaman

Page 18: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

7

Kedua, Skripsi yang ditulis rofiuddin dengan judul “Pengajian Kitab Klasik

dan pembentukan Akhlak Santri: Studi kasus Pondok Pesantren As-Sulaiman”.

Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2005. Skripsi ini meneliti pengaruh tasawuf

al-Ghazali terhadap prilaku santri.

Ketiga, Skripsi Amirul Muttaqin yang berjudul hubungan “Hubungan

Syari‟at dan Hakikat Perspektif al-Ghazali”, Skripsi ini diajukan kepada Fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016.

Penelitian ini menjelaskan bahwa syari‟at dan hakikat menurut al-Ghazali adalah

aspek zahir dan bathin yang merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah

Swt. Dalam pelaksanaanya, hakikat akan selalu menyertai serta menjaga hati syari‟at

ditegakan.

Keempat, disertai yang berjudul konsep “Konsep A‟qabat dalam tasawuf al-

Ghazali (tela‟ah atas kitab minhaj al-Abidin). Dalam disertasi ini dijelaskan mengenai

keterkaitan antara „aqabat dan persoalan ibadah.‟ Aqabat yang disebut oleh al-Ghazali

adalah berbagai bentuk godaan dari rintangan yang datang kepada manusia ketika

beribadah, baik didalam diri manusia itu sendiri maupun diluar diri.

Adapun buku yang berhasil penulis terlusuri terkait pembahasan al-Ghazali

adalah buku yang berjudul al-Kimiyya al-Sa’adah. Buku ini ditulis langsung oleh al-

Ghazali. Kemudian penulis menemukan terjemahan buku itu yang berjudul “Kimia

Kebahagiaan: Metode Mendapatkan Kebahagiaan” yang diterjemahkan oleh

Page 19: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

8

penerbit Mizan, edisi kedua cetakan I, Jumadal Al-Ula 1435 H/Maret 2014. Buku ini

menjelaskan pengertian kebahagiaan dan cara memperoleh kebahagiaan. .

E. Metode Penelitian

Metode yang dipakai adalah metode kualitatif. Metode kualitatif, yaitu suatu

proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan kualitas pembahasan. Penelitian

yang difokuskan adalah penelitian pustaka library research

1. Sumber primer

Sumber primer diambil dari buku asli al-Ghazali yang berjudul: Buku

Metode Mengapai Kebahagiaan: Kitab Kimia Kebahagiaan. Buku ini ditulis

langsung oleh al-Ghazali dan diterjemahkan oleh penerbit Mizan, edisi kedua

cetakan I, Jumadil Al-Ula 1435H/Maret 2014. Buku ini menjelaskan pengertian

kebahagiaan dan cara memperoleh kebahagiaan. Al-Ghazali menjelaskan,

kebahagian bisa diperoleh dengan cara mengetahui dan menyadari tentang diri

sendiri, tuhan, dunia ini dan akhirat. begitupun unsur dari luar sangat

berpengaruh kepada kebahagiaan, seperti musik yang sering kita dengar,

pernikahan, dll.

2. Sumber Sekunder

Adapun sumber sekunder adalah sumber data-data yang didapat dari

bacaan lain. Buku tasawuf kehidupan al-Ghazali : Refleksi petualangan

intelektual dari Teolog, Filosof hingga Sufi. Buku ini ditulis oleh Fajar Nugraha

Syamsudie yang dulunya adalah sebuah tesis program pasca sarjana Universitas

Muhamadiyah Jakarta tahun 1998. Buku ini menjelaskan sosok al-Ghazali secara

Page 20: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

9

komprehensif mulai dari biografi, pemikiran dan corak keilmuannya, serta

pandangan-pandangan ulama terhadap beliau.

Buku berjudul “al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman” yang ditulis oleh

Mahdub jamaluddin menjelaskan dengan gemblang bagaimana sosok al-Ghazali.

Didalam Buku tersebut sosok al-Ghazali dibahas kedalam dua bagian besar,

pertama mengenai biografinya, dan kedua menguraikan hal-hal yang berkaitan

dengan al-Ghazali, baik pemmikiran, sumbangsih, karya-karya kontroversinya

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data, maka diperlukan suatu metode pengumpulan

data yang akan diolah dan dianalisis. Sehingga dalam metodelogi tersebut

menghasilkan suatu hal yang dapat mendeskripnisikan sesuatu. Pada penelitian

penulis menggunakan beberapa metode yaitu : .

4. Teknik Analisis Data

Analisi data adalah mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam

pola kategori dan satuan uraian dasar sehingga ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Dari rumusan diatas dapat ditarik garis besar bahwa analisis data

bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak

sekali dan terdiri dari komentar, artikel, dokumen berupa laporan dan lain-lain.

Setelah data dari lapangan terkumpul dengan mengunakan metode pengumpulan

data diatas, sehingga peneliti dapat mengambarkan secara utuh etika kebahagiaan

menurut al-Ghazali.

Page 21: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

10

F. Sistematika Penulis

Dalam menulis skripsi ini, penulis menggunakan pedoman penulisan Skripsi,

Tesis, dan Desertasi dengan merujuk pada buku pedoman Akademik yang diterbitkan

oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013. Untuk

memudahkan penulisan Skripsi ini, maka penulis penyusun sitematikanya ke dalam

lima bab yaitu ;

Bab I : Bab ini merupakan pendahuluan yang menjelaskan tentang: Pertama,

latar belakang masalah. Kedua, permasalahan penelitian yang didalamnya

memeparkan batasan dan rumusan masalah. Ketiga, tujuan penelitian. Keempat,

manfa‟at penelitian. Kelima, tinjauan pustaka. Keenam, menjelaskan tentang metode

penelitian, metode penelitian menjelaskan secara keseluruhan tentang bagaimana dan

melalui apa penelitian akan dilakukan. Ketujuh, menjelaskan tentang teknik

pengumpulan data. Terakhir, Kedelapan, menjelaskan tentang sistematika penulisan.

Bab II: Dalam bab dua penulis mendeskripsikan kebahagiaan secara umum.

Pertama, pengertian kebahagiaan. Dan yang Kedua, pendapat para tokoh Yunani dan

Muslim terhadap kebahagiaan. Mulai dari Socrates, Aristoteles, Plato, al-Kindi dan

al-Farabi.

Bab III: Bab ini merupakan kajian teori tentang sejarah hidup Abu Hamid Al-

Ghazali, dimulai dari biografi serta perjalanan keilmuannya, dan dilanjutkan dengan

kondisi sosial politik yang mempengaruh pemikirannya, kemudian ditulis juga guru-

guru yang pernah membimbing al-Ghazali serta karya-karya beliau.

Page 22: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

11

Bab IV: Bab ini menjelaskan tentang analisa dan interpretasi data penelitian.

Penulis memaparkan tentang kebahagiaan menurut al-Ghazali yang terdiri dari:

Pertama, pengertian kebahagiaan. Kedua, tahap-tahap untuk mendapat kebahagiaan.

Bab V: merupakan Bab terakhir, yakni penutup. Bab ini berisi uraian

kesimpulan dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya yang berhasil dihimpun oleh

penulis. Selain itu tercantum pula saran untuk peneliti selanjutnya.

Page 23: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

12

BAB II

FILSAFAT KEBAHAGIAAN

A. Pengertian Kebahagiaan

Kebahagiaan dalam bahasa Yunani di kenal dengan istilah eudaimonia yang

memiliki arti kebahagiaan. Kata ini terdiri dari dua suku kata “en” (“baik”, “bagus”)

dan “daimon” (“roh, dewa, kekuatan batin”). Kendati demikian, kata kebahagiaan

dalam bahasa Indonesia tersebut masih belum cukup kokoh untuk menjelaskan

maksud pengertian asli dari kata Yunani tersebut.1

Secara harfiah eudaimonia berarti “memiliki roh penjaga yang baik”. Bagi

bangsa Yunani, eudaimonia berarti kesempurnaan, atau lebih tepat lagi, eudaimonia

berarti “mempunyai daimon yang baik” dan yang dimaksudkan dengan daimon

adalah jiwa.2 Sementara itu, terdapat sebuah pandangan yang berakar dari istilah ini,

yaitu Eudaimonisme. Eudaimonisme adalah pandangan hidup yang menganggap

kebahagiaan sebagai tujuan segala tindak-tanduk manusia. Dalam eudaimonisme,

pencarian kebahagiaan menjadi prinsip yang paling dasariah. Kebahagiaan yang

dimaksud bukan hanya terbatas kepada perasaan subjektif seperti senang atau

gembira sebagai aspek emosional, melainkan lebih mendalam dan objektif

menyangkut pengembangan seluruh aspek kemanusiaan suatu individu (aspek moral,

sosial, emosional, rohani).

1Ali Mudhofir, Kamus Teori dan Aliran dalam Filsafat dan Teologi (Yogyakarta: Gajah

Mada University Press. 1996) h. 67. 2K. Bertens. Sejarah Filsafat Yunanii (Jogjakarta: KANISIUS. 1999) h. 108

Page 24: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

13

Kebahagiaan berarti keadaan senang, tentram; terlepas dari segala yang

menyusahkan.sehingga, kebahagiaan adalah suatu keadaan yang berlangsung,

bukanlah suatu perasaan atau emosi yang berlalu. Kebahagiaan berasal dari kata

Sansakerta, yaitu bhagya yang berarti jatah yang menyenangkan. Bhagya juga

diartikan dengan keberuntungan. Dengan demikian, kebahagiaan berarti suatu kondisi

sejahtera, yang ditandai dengan keadaan yang relatif tetap, dibarengi keadaan emosi

yang secara umum gembira, mulai dari sekedar rasa suka sampai dengan

kegembiaraan menjalani kehidupan, dan adanya keinginan alamiah untuk

melanjutkan keadaan ini. Dalam perspektif ini bahagia pada dasarnya adalah

berkaitan dengan kondisi kejiwaan manusia.3

Bahagia juga berarti beruntung atau perasaan senang tenteram (bebas dari

segala yang menyusahkan). Adapun kebahagiaan yaitu kesenangan dan ketentraman

hidup (lahir dan batin), keberuntungan, kemujuran yang bersifat lahir dan batin.4 Kata

bahagia dalam bahasa Arab yaitu sa‟adah artinya “keberuntungan” atau

“kebahagiaan”.5 Dalam bahasa Inggris kebahagiaan disebut happines. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah perasaan dan keadaaan

tenteram lahir dan batin tanpa ada perasaan gelisah sedikitpun. Masalah kebahagiaan

sendiri merupakan topik yang tidak akan pernah habis diperbincangkan orang.

Adapun masalah yang diperbincangkan adalah apakah kebahagiaan itu bersifat materi

3Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan Intelektual (Yogyakarta: Petualangan Intelektual) h.

41 4Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 1990), h. 65. 5Jalaluddin Rakhmat, Renungan-Renungan Sufistik: Membuka Tirai Kegaiban (Bandung: PT

Mizan Pustaka, 1994), h. 205.

Page 25: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

14

yang artinya kebahagiaan tertinggi itu bisa diraih di dunia, atau kebahagiaan itu

terkait dengan jiwa yang artinya kebahagiaan tertinggi itu hanya bisa diraih di akhirat.

Kemudian ada juga yang menggabungkan keduanya, baik di dunia maupun di akhirat

kebahagiaan tertinggi bisa diraih.6

B. Kebahagiaan Menurut Para Tokoh

1. Socrates

Menurut sokrates manusia memiliki suatu cirri-ciri hidup, yaitu untuk

mencapai kebahagian (eudaimonian = “jiwa yang baik”). Eudaimonia dapat dicapai

dengan memiliki keutamaan pengetahuan akan yang baik’. Ketika manusia akan

memiliki pengetahuan akan yang baik ini, tentu saja manusia akan melakukan hal

yang baik itu. sokrates menyatakan bahwa yang baik itu bersifat utuh dan mantap.

Yang baik itu juga bersifat universal, artinya berlaku dimana saja, bukan semata-mata

kesepakatan disuatu tempat saja. Memlalui tempat ajaran yang baik ini, sokrates-

sokrates telah meletakkan dasar bagi kesadaran suara hati dan etika otonom.

Sokrates meneruskan prinsip etikanya ke bidang politik. Dia berpendapat

bahwa Negara harus memejukan kebahagiaan para warganya dan penguasa harus

mengerti akan yang baik itu. oleh sebab itulah, sokrates sangat menyetujui sistem

demokrasi yang berlaku di Atena.7

6Muhammad Hatta, Alam Pikiran Yunani (Jakarta: Tutamas Indonesia, 1980), h. 83.

7Wikipedia, yang berjudul Eudaimonisme yang diambil pada tanggal 27 juni 2019 dari

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Eudaimoni

Page 26: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

15

2. Plato

Plato yang merupakan murid Sokrates. Berdasarkan ajaran ideanya, Plato

berpendapat bahwa kebahagiaan tertinggi itu tidak mungkin diperoleh di Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Kebahagiaan tertinggi baru bisa diperoleh ketika jiwa

sudah berpisah dengan jasad. Plato berpandangan bahwa kebahagiaan tertinggi itu

hanya terletak pada jiwa bukan jasad, sehingga kalau jasad dan jiwa masih melekat

pada tubuh yang kotor dan berbagai kepentingannya, serta menyatu dengan berbagai

kepentingan jasad, berarti jiwa belum benar- benar bahagia. Artinya bagi Plato

kebahagiaan yang benar-benar baru bisa dirasakan manusia di akhirat kelak.8

3. Aristoteles

Berbeda dengan Plato, Aristoteles memiliki pandangan yang berlawanan.9

Menurut Aristoteles, hidup yang baik dapat dikatakan dengan satu kata yaitu

“kebahagiaan”, kebahagiaan adalah kebaikan instrinsik, dan merupakan tujuan dalam

diri kita masing-masing.10

Tegasnya kebahagiaan adalah hidup yang terintegrasi dan

memuaskan.11

Selanjutnya, kebahagiaan atau kesejahteraan, dapat diperoleh manusia

di dunia, jika manusia berupaya keras untuk mengusahakannya.12

Kebahagiaan

adalah apa yang kita cari demi dirinya sendiri (eudaimonia). Dengan demikian,

menurut hemat penulis, kebahagiaan bagi Aristoteles adalah tercapainya apa yang

8Ahmad Tibry, Konsep Bahagia HAMKA: Solusi Alternatif Manusia Modern (Padang: IAIN-

IB Press, 2006), h. 51. 9Frans Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika: Sejak Zaman Yunani Sampai Abad ke-19

(Yogyakarta: Kanisius, 1997), h. 27-28 10

Robert C. Solomon, Etika Suatu Pengantar, terj. Andre Karo karo (Jakarta: Erlangga, 1987),

h. 73. 11

Robert C. Solomon, Etika Suatu Pengantar., h. 76. 12

Ahmad Tibry, Konsep Bahagia HAMKA: Solusi Alternatif Manusia Modern., h. 50

Page 27: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

16

dibutuhkan di dunia ini/ terpenuhinya kepentingan materi. Jadi, kebahagiaan menurut

Aristoteles terkait dengan materi, sehingga kebahagiaan tertinggi bisa dicapai di

dunia ini.13

4. Al-Kindi

Selain failasuf Yunani, failasuf Muslim pun juga membahas tentang

kebahagiaan, salah satunya al-Kindi. Kebahgiaan dalam pandangan al-Kindi

bukanlah mencapai keinginan dan kesukaan yang bersifat inderawi, duniawi, dan

artifisial. Tetapi kebahagiaan diperoleh melalui pencapaian keinginan dan kesukaan

yang bersifat rasional, baik dalam meneliti, memikirkan, membedakan dan mengenal

hakikat segala sesuatu,

Jadi. Kebahagiaan sejati bagi manusia ialah berupa kenikmatan yang yang

bersifat illahiah dan ruhaniah, yang dapat dicapai manusia jika dalam keadaan suci

dari noda syahwat dan kenikmatan indrawi, serta mendekatkan diri kepada Allah

sehingga dia memencarkan cahaya dan rahmat-nya. Alhasil pada saat itu manusia

merasakan kenikmatan abadi atas segala kenikmatan indrawi yang dapat dicapai dan

kenikmatan hidup duniawi.14

Kemudian, menurut al-Kindi kebahagiaan hakiki dan pengetahuan sempurna

tidak akan ditemukan selama ruh (jiwa) berada di badan. Setelah berpisah dari badan,

Ruh akan langsung pergi ke “alam kebenaran” atau “alam akal” di atas bintang-

bintang, berada di lingkungan cahaya Tuhan dan dapat melihat-Nya. Di sinilah letak

13

Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika: Sejak Zaman Yunani Sampai Abad ke-1., h. 72. 14

Tulisan ini diambil pada tanggal 27 juni 2019 dari

https://www.google.co.id/search?q=kebahagiaan+menurut+al-Kindi.

Page 28: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

17

kesenangan hakiki ruh. Namun, jika ruh itu kotor, ia akan pergi terlebih dahulu ke

bulan, lalu ke Merkuri, Mars, dan seterusnya hingga Plato, kemudian terakhir akan

menetap ke dalam “alam akal” di lingkungan cahaya Tuhan. Di sanalah jiwa akan

kekal abadi di bawah cahaya Tuhan. Jadi, menurut hemat penulis, kebahagiaan bagi

al-Kindi adalah terkait dengan ruh atau jiwa, yang artinya kebahagiaan tertinggi

hanya bisa dicapai di akhirat kelak.

5. Al-Farabi

Al-Farabi adalah failasuf Muslim yang juga membahas tentang kebahagiaan.

Meskipun ini bukanlah inti filsafatnya, namun ia sangat antusias sekali membahas

tentang kebahagiaan. Bahkan al-Farabi menulis dua buku tentang kebahagiaan Tahshi

al-Sa‟adah (Mencari Kebahagiaan) dan al-Tanbih al-Sa‟adah (Membangun

Kebahagiaan). Bagi al-Farabi, kebahagiaan adalah jika jiwa manusia menjadi

sempurna di dalam wujud di mana ia tidak membutuhkan dalam eksistensinya kepada

suatu materi.15

Menurut al-Farabi, bangsa dan warga kota untuk mencapai

kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat adalah ketika manusia memenuhi

beberapa hal itu yaitu keutamaan teoritis dan keutamaan intelektual. keutamaan

akhlak, dan keutamaan mulia.16

Al-Farabi adalah seorang failasuf yang berusaha untuk menemukan arti

kebahagiaan dan menikmati kebahagiaan. Di akhir hidupnya ia berusaha untuk hidup

15

Ibrahim Madkour, Filsafat Islam: Metode dan Penerapan, terj. Yudian Wahyudi dkk

(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), bagian 1, cet. ke-4, h. 32. 16

Abu Nashr al-Farabi, Tahshil al-Sa‟adah, (Libanon: Dar wa Maktabah al-Hilal, 1995), h.

25.

Page 29: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

18

zuhud, dengan menyumbangkan sebagian hartanya kepada fakir miskin.17

sehingga

tidak salah jika ilmu tasawuf menjadi pilihan al-Farabi di akhir hidupnya.

Tampaknya al-Farabi ingin mengkombinasikan antara filsafat dan tasawuf,

terbukti dalam konsep kebahagiaannya yang identik dengan ajaran tasawuf. Namun,

bukan sekedar tasawuf spritual biasa, tapi berlandaskan pada akal rasio, studi dan

analisa serta aspek teoritis dan praktis. Dalam buku Risalah Tanbih as-Sabil as-

Sa‟adah, al-Farabi mengatakan bahwa kebahagiaan adalah kebaikan yang diinginkan

untuk kebaikan itu sendiri.18

Artinya seseorang melakukan kebaikan adalah dengan

motif karena suka melakukan kebaikan itu. Alasan seseorang melakukan kebaikan

bukan karena apa-apa atau karena ada apanya. Tapi karena memang tahu kebaikan itu

baik dan luar biasa manfaatnya dan Allah suka itu.

Segala hal yang membuat manusia bahagia adalah baik, begitu pula

sebaliknya. Selain itu, al-Farabi mengatakan kebahagiaan adalah tujuan hidup atau

tujuan akhir dari segala yang dilakukan.19

Artinya, seseorang melakukan kebaikan

atau aktifitas apapun tujuannya adalah untuk merasakan kebahagiaan. Misalnya,

seseorang menjadi pribadi jujur, ikhlas, tidak sombong, menolong orang lain, maupun

rajin tujuannya karena ingin bahagia, tidak ada lagi yang ingin dituju selain ingin

bahagia. Kemudian, Tuhanpun menciptakan manusia untuk bahagia. Allah

menyediakan semuanya untuk manusia, Allah selalu mempermudah manusia, karena

17

Mustofa Hasan, Sejarah Filsafat Islam (Geneologis dan Transmisi Filsafat Timur ke

Barat)..., hlm. 194. 18

Abu Nashr Al-Farabi, Risalah Tanbih „ala Sabil as-Sa‟adah (Amman: Universitas

Yordania, 1987), h. 15. 19

Abu Nashr Al-Farabi, Risalah Tanbih „ala Sabil as-Sa‟adah., h. 15.

Page 30: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

19

Tuhan ingin manusia bahagia, dan tak ingin manusia susah. Jadi, kalau manusia tidak

bahagia saat Tuhan telah mempermudah dan telah memberi segalanya kepada

manusia berarti secara tidak langsung manusia sedang menyinggung perasaan

Tuhan.20

Selain membahas tentang kebahagiaan dunia, kebahagiaan tertinggi di akhirat,

biasanya juga membahas tentang jalan atau cara untuk memperoleh kebahagiaan

tersebut. Begitupun dengan al- Farabi, al-Farabi yang sekarang penulis bahas selain

sebagai failasuf namun juga seorang sufi. Dia menjelaskan jalan untuk memperoleh

kebahagiaan bukan dengan jalan meninggalkan kehidupan dunia dan hanya

mengutamakan akhirat saja. Namun, dengan konsep yang teoritis dan praktis. Al-

Farabi sepertinya ingin mengedepankan pentingnya aspek teoritis dan praktis untuk

mendapatkan kebahagiaan. Adapun jalan memperoleh kebahagiaan menurut al-Farabi

yaitu, dengan kehendak, niat, tekad dan sikap bersedia itulah manusia harus

mengahadapi peraturan moral. Peraturan moral atau hukum moral yang dibuat oleh

manusia itu sendiri adalah kodrat manusia itu sendiri. Perbuatan manusia ditentukan

oleh hukum-hukum kodrat manusia sebagai pribadi rohani.21

Artinya hukum moral

adalah jati diri manusia itu sendiri, yang merupakan bawaan dari diri manusia. Sebut

saja hukum moral tentang keadilan. Manusia membuat aturan-aturan tentang keadilan

itu, bagaimana caranya dia menjalankannya. Padahal sebenarnya keadilan itu sendiri

sudah menjadi keharusan bagi manusia untuk menjalankannya karena itu adalah

20

Fahruddin Faiz, Ngaji Filsafat: al-Farabi Kebahagiaan (2), youtube, diunggah oleh Miftah

dalam https://youtu.be/YGo8CJSyovQ, diakses pada hari Rabu, 8 Mei 2018, jam 18.41 WIB. 21

Drijarkara, Percikan Filsafat (Jakarta: PT. Pembangunan, 1981), cet. ke-4, h. 26-27.

Page 31: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

20

kodratnya, hanya saja manusia saja yang lupa dan melalaikan. Dengan demikian,

kehendak atau niat atau tekad yang merupakan sendi moral adalah sebagai penunjuk

arah bagaimana manusia untuk merealisasikan kodratnya itu. Sebut saja dalam hal ini

kehendak untuk menuju kebahagiaan dengan kodratnya sebagai manusia yang

menginginkan kebahagiaan dengan melakukan hal-hal baik saja dalam hidup ini.

Oleh karenanya, kehendak menjadi langkah awal manusia menuju kebahagiaan itu.

Niat dan kehendak artinya apa yang ada di pikiran dan di hati manusia

idealnya harus direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari atau segala hal yang

dianggap baik dalam hati dan pikiran manusia harus diwujudkan. Jika tidak, maka

kebahagiaan tidak akan dirasakan. Tidak salah kiranya banyak manusia yang tidak

bahagia di dunia ini, karena begitu banyak yang dianggapnya baik, dalam hati dan

pikirannya kenyataanya sedikit yang diwujudkan. Contoh, manusia menganggap baik

sedekah. Namun, dalam kenyataannya manusia tidak mau bersedekah maka

kebahagiaan tidak akan dirasakan, karena apa yang dianggapnya baik dalam hati dan

pikirannya tidak diwujudkan.

Selanjutnya, kebahagiaan dapat dicapai melalui upaya terus-menerus

mengamalkan perbuatan yang terpuji berdasarkan kesadaran dan kemauan. Artinya

manusia tidak hanya cukup paham dan sadar mengenai kebahagiaan tersebut tapi juga

harus dipraktekan sehingga menjadi kebiasaan. Siapa yang merindukan kebahagiaan,

maka wajiblah ia berusaha terus-menerus menumbuhkan dan mengembangkan sifat-

sifat baik yang terdapat dalam jiwa secara potensial, dan dengan upaya-upaya

demikian, sifat-sifat baik itu akan tumbuh dan berurat berakar secara aktual dalam

Page 32: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

21

jiwa. Latihan adalah unsur yang penting, kata al-Farabi, untuk memperoleh akhlak

terpuji atau tercela, dan dengan latihan terus-menerus terwujudlah kebiasaan.22

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa jika seseorang ingin mencapai

puncak kebahagiaan, maka wajiblah bagi dia untuk menumbuhkan dan

mengembangkan sifat-sifat baik-baik yang ada pada dirinya, sehingga sifat-sifat

tersebut menjadi sebuah kebiasaan (habit). Selain itu, menurut al-Farabi, bangsa dan

warga kota untuk mencapai kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat adalah

ketika manusia memenuhi sifat-sifat utama/ keutamaan. Sebelum menjelaskan sifat-

sifat keutamaan itu kita jelaskan dulu apa itu keutamaan.

Keutamaan menurut al-Farabi adalah keadaan jiwa yang menimbulkan

tindakan yang mengarah pada kesempurnaan teoritis. Artinya,keutamaan dari sesuatu

adalah sesuatu yang menghasilkan keunggulan dan kesempurnaan dalam keberadaan

dan tindakannya.23

Adapun keutamaan-keutamaan tersebut yaitu, pertama,

keutamaan teoritis, yaitu prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang diperoleh orang sejak

semula tanpa dirasai, tanpa diketahui cara dan asalnya diperoleh, dan juga diperoleh

dengan renungan kontemplatif, penelitian dan juga dari mengajar dan belajar.24

Kedua, keutamaan intelektual atau pemikiran, yaitu keutamaan yang dengannya

memungkinkan orang mengetahui apa yang paling bermanfaat dalam tujuan yang

utama. Termasuk dalam hal ini, kemampuan untuk membuat aturan-aturan, karena itu

22Abdul Aziz Dahlan, Pemikiran Falsafi dalam Islam, (Padang: IAIN IB Press, 1999), h. 65.

23Afifeh Hamedi, “Farabi‟s View on Happiness”, International Journal of Advanced

Research, vol. 1, issue 7, 2013, h. 475. 24

Abu Nashr al-Farabi, Tahshil al-Sa‟adah., h. 25-26.

Page 33: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

22

disebut dengan keutamaan pemikiran budaya (fadha‟il fikriyyah madaniyyah).25

Ketiga, keutamaan akhlaki, yaitu keutamaan yang bertujuan untuk mencari kebaikan.

Keempat, keutamaan amalia atau praktis yang dapat diperoleh dengan dua cara,

pernyataan-pernyataan yang memuaskan dan yang merangsang.26

Kemudian dengan keutamaan yang tengah-tengah bagi al-Farabi adalah tidak

berlebihan yang dapat merusak jiwa dan jasad. Hal itu dapat ditentukan dengan

melihat kepada zaman, tempat, dan orang yang melakukan hal itu serta tujuan yang

dicari, cara yang digunakan dan semua syarat yang memenuhinya. Berani adalah sifat

yang terpuji dan sifat ini terletak antara dua sifat yang tercela: membabi buta

(tahawwur) dan penakut (jubn). Kemurahan (al-karam) adalah terletak di antara dua

sifat yang tercela: kikir dan boros (tabdzir). Memelihara kehormatan diri („iffah)

terletak antara dua sifat: keberandalan (khala‟ah) dan tidak ada rasa kenikmatan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada empat jalan

memperoleh kebahagiaan menurut al- Farabi, yaitu: pertama, niat dan kehendak,

artinya apa yang ada di pikiran dan di hati manusia idealnya harus direalisasikan

dalam kehidupan sehari-hari atau segala hal yang dianggap baik dalam hati dan

pikiran manusia harus diwujudkan. Kedua, upaya terus menerus mengamalkan

perbuatan yang terpuji berdasarkan kesadaran dan kemauan. Artinya manusia tidak

hanya cukup paham dan sadar mengenai kebahagiaan tersebut tapi juga harus

dipraktekan sehingga menjadi kebiasaan (habit). Ketiga, memiliki pemahaman-

25

Abu Nashr al-Farabi, Tahshil al-Sa‟adah., h. 57. 26

Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam., h. 48.

Page 34: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

23

pemahaman tentang sifat-sifat keutamaan, yaitu keutamaan teoritis, keutamaan

intelektual, keutamaan akhlaqi, dan keutamaan praktis. Keempat, memiliki

keutamaan yang tengah-tengah, yaitu keutamaan yang tidak berlebihan yang dapat

merusak jiwa dan jasad (moderat). Akhirnya, saat empat jalan tersebut telah dipahami

dan diaplikasikan manusia dalam kehidupannya, maka perlahan akan mengarahkan

manusia untuk menuju jalan kesempurnaan, karena telah memiliki kematangan

spritual, berada dekat dengan Allah SWT. maka manusia akan merasakan

kebahagiaan. Dalam kitab yang berjudul “Risalah fi Tanbih „ala as-Sabil as-

Sa‟adah” al-Farabi menjelaskan bahwa akhlak itu bertujuan untuk memperoleh

kebahagiaan27

yang merupakan tujuan tertinggi yang dirindui dan diusahakan oleh

setiap manusia.28

Kemudian, pendapat al-Farabi tentang mengaitkan akhlak dengan

kebahagiaan merupakan hal yang penting, karena setiap orang ingin mengenyam

kebahagiaan, dan akhlak bisa membawanya menuju kebahagiaan. Akhlak terkait

dengan masalah baik dan buruk, benar dan salah. Akhlak ingin agar manusia menjadi

baik, karena hanya dengan baiklah seseorang akan menjadi bahagia. Alasannya orang

baik adalah orang yang sehat mentalnya, dan orang sehat mentalnya bisa mengenyam

berbagai macam kebahagiaan rohani. Sama halnya, orang yang sehat fisiknya bisa

mengenyam segala macam kesenangan jasmaninya, seperti merasakan berbagai

merasakan macam rasa makanan atau minuman yang disantapnya. Terkadang kita

27

Abu Nashr al-Farabi, Risalah Tanbih „ala Sabil as-Sa‟adah., h. 17. 28

Ahmad daudy, Kuliah Filsafat Islam., h. 47.

Page 35: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

24

mengalami “mati rasa,” tidak bisa membedakan rasa manis, asin, atau pahit saat kita

flu atau menderita penyakit sejenisnya. Itu terjadi karena fisik kita sakit. Sebaliknya,

bila fisik kita sehat, maka bukan saja kita bisa membedakan aneka rasa, bahkan dapat

membedakan tingkat rasa, seperti kemanisan, kurang manis, atau tidak manis.

Demikian pula, kalau jiwa manusia sakit, misalnya ketika mengidap penyakit iri.

Manusia yang biasanya merasa bahagia dengan penghasilannya yang biasa, tiba-tiba

karena sakit iri, manusia tidak merasa bahagia kala tetanggnya lebih beruntung

darinya. Jadi, dalam hal ini penyakit iri (hasad) bisa menghapus rasa bahagia yang

selama ini manusia rasakan.29

Dalam sebuah diskusi ada seseorang yang menanyakan

tentang iri kepada Mulyadi Kartanegara dikutip dari bukunya Panorama Filsafat

Islam, pertanyaanya “bukankah rasa iri itu manusiawi karena hampir tidak ada

orang yang tidak pernah merasakannya? Jawabnya, “ya, iri memang manusiawi

(karena tidak ada malaikat yang iri hati) tetapi tidak berarti bahwa tidak perlu

dibersihkan dari hati kita sebab bukankah “bisul” di wajah kita juga manusiawi.

Akan tetapi, apakah karena penyakit itu manusiawi, kita tidak perlu mengobatinya?

Tentu saja tidak. Tetap kita harus berusaha menyembuhkannya sehingga ia tidak

akan menimbulkan masalah.”30

Dengan demikian, jika manusia ingin bahagia,

manusia harus terlebih dahulu memperbaiki akhlaknya. Dengan memperbaiki akhlak,

maka manusia akan menjadi manusia yang baik (akhlak al-karimah), dan semakin

29

Mulyadi Kartanegara, “Membangun Kerangka Keilmuan IAIN perspektif Filosofis” dalam

http://icasparamadinauniversity.wordpress.com diakses pada tanggal 02 Oktober, 2017, jam 21.10

WIB. 38 30

Mulyadi Kartanegara, Menembus Batas Waktu Panorama Filsafat Islam (Jakarta: Penerbit

Mizan, 2002), hlm. 69-70.

Page 36: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

25

baik akhlak manusia semakin mudahlah jalannya untuk mencapai kebahagiaan.

Selanjutnya jika akhlak manusia telah sempurna tentu kebahagiaan sempurna akan

dirasakannya.31

31

Mulyadi Kartanegara, Mengislamkan Nalar: Sebuah Respons terhadap Modernitas (Jakarta:

Erlangga, 2007), h. 139-140.

Page 37: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

26

BAB III

BIOGRAFI AL-GHAZALI

A. Riwayat Hidup aL-Ghazali

Nama lengkapnya adalah Muhammad Bin Muhammad Bin Muhammad Al-

Ghazali1 Ath-Thusi, An-Nasayburi, Al-Faqih, As-Syufi, As-Syafi'i, Al-Asy'ari. Nama

Al-Ghazali sendiri diambil dari kata ghazzal ( dengan huruf Z double ) yang artinya

tukang pemintal benang, karena sesuai dengan pekerjaan ayahnya yaitu seorang

pemintal benang, selain itu juga ada yang mengatakan bahwa kata Al-Ghazali

dinisbatkan pada kampung kelahirannya yakni kampung Ghazalah yang bertempat

dikota Thus. terlepas dari kata mana yang benar, dengan jelas sebutan yang

terakhirlah yang banyak digunakan oleh masyarakat umum dan para pengkaji Al-

Ghazali.2

Duncan B. MacDonald mengaitkan Al-Ghazali dengan nama beberapa ulama

sebelumnya yang ia anggap sebagai sislsilah keturunan Al-Ghazali. sebelum Al-

Ghazali lahir, ada seorang ulama yang menyandang nama Al-Ghazali, yaitu Abu

hamid Al-Ghazali Al-Kabir yang disebut-sebut sebagai paman dari ayah Al-Ghazali.

Akan tetapi pendapat ini mendapat respon yang tidak baik dari para peneliti, sebab ia

tidak mempunyai bukti-bukti yang kuat dan tidak berpijak pada sumber-sumber yang

1Nama Muhammad disebut tiga kali yang berarti ayah dan kakeknya juga bernama

Muhammad. Selanjutnya ketika ia mempunyai seorang anak yang dinamai Hamid, maka iapun

dipanggil Abu ‘Hamid sesuai tradisi setempat yang artinya ayahnya Hamid. (Mahbub Djamaludin, Al-

Ghazali Sang Enslikopedi Zaman. Jakarta: Mizan, 2015), h.27. 2Mahbub Djamaluddin, Al-Ghazali Enslikopedi Zaman (Jakarta: Perpustakaan nasional,

2015),h.27-28.

Page 38: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

27

ada.3 Akan tetapi pendapat ini mendapat respon yang tidak baik dari para peneliti,

sebab ia tidak mempunyai bukti-bukti yang kuat dan tidak berpijak pada sumber-

sumber sejarah yang ada.

Al-Ghazali lahir pada tahun 450 H 1058 M di distrik tabaran, thus, yang

merupakan dari negeri khurasan4. Ia mempunyai saudara kandung yang bernama

Ahmad Al-Ghazali. Ayahnya bukan seorang sufi atau ulama, beliau hanya seorang

pemintal bulu domba. Kendati demikian sang ayah adalah sosok yang saleh, ia sangat

cinta terhadap ilmu. Sehingga dari beliaulah Al-Ghazali mendapatkan pendidikan

dasar keagamaan. Sang Ayah selalu berdo’a agar kedua anaknya menjadi orang yang

saleh seperti para wali, bahkan tidak jarang beliau membawa kedua anaknya hadir

dalam majelis-majelis ilmu, guna bertemu dengan orang-orang saleh agar mendapat

ilmu serta do’a dari mereka.5

Ketika ayah Al-Ghazali terserang sakit, menjelang wafatnya beliau berwasiat

kepada temannya agar senantiasa menjaga dan membimbing anaknya supaya kelak

menjadi ulama. Beliau menitipkan seluruh harta peninggalannya untuk bekal hidup

3Mahbub Djamaludin, Al-ghazali Sang Ensiklopedi Zaman (Jakarta: Perpustakaan

nasional,2015),h.27-28. 4Dalam Atshar al-Bilad Wa Akbar Al-Bad, al-Qazwini ( ahli geografi ) menyebutkan bahwa

thus pada abad ke-5 merupakan kota yang masyhur setelah kota Naisabur. Thus dikelilingi dengan

pohon-pohon serta limpahan air yang segar yang terbagi menjadi beberapa desa. Kala itu Thus terbagi

menjadi dua bagian yaitu Nauqan dan Thabaran. Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedia

Zaman., h, 2. 5Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman (Jakarta: Perpustakaan nasional,

2015), h.30.

Page 39: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

28

dan pendidikan kedua anaknya.6 Saat itu kedua anaknya masih sangat kecil dan tidak

diketahui usia berapa Al-Ghazali ketika itu.7

B. Perjalanan Intelektual

latar belakang pendidikan Al-Ghazali pertama ia belajar dari ayahnya, mulai

dari belajar membaca Al-Qur’an dan ilmu-ilmu dasar lainnya. Setelah ayahnya wafat,

temannya yang bernama Muhammad Al-Razikani yang juga seorang sufi yang

berilmu tinggi, merawat serta membimbing Al-Ghazali bersama saudaranya. Bersama

sufi ini Al-Ghazali mempelajari ilmu fiqih dan beberapa ilmu dasar yang lainnya.

Kehidupan mereka sangat sederhana dan pas-pasan, namun mereka tetap bisa mencari

ilmu sebagaimana yang diwasiatkan oleh ayahnya.8

Ketika pembekalan mereka sudah habis, al-Razikani meminta al-Ghazali dan

Ahmad untuk tinggal di Madrasah. Hal ini dilakukan agar mereka tetap bisa

melanjutkan pendidikannya.9 Sejalan dengan itu, memang pemerintahan Bani Saljuk

kala itu sedang gencar-gencarnya menggalakan program pembangunan seribu

madrasah dan sejuta beasiswa untuk masyarakat umum.10

Dengan demikian al-

Ghazali dan ahmad dapat dengan tenang belajar tanpa memikirkan biaya maupun

kebutuhan hidup.

6Al-Ghazali, Bidayah al-Hidayah. Terj. Yahya al-Mutamakkin (Semarang: PT Karya Toha

Putra Semarang, 2003), h. 13. 7Fadjar Noegraha Syamhodie, Tasawhuf Kehidupan AL-GHAZALI:Refleksi Petualangan

Intelektual dari Teolog, Filosof, Hingga Sufi (Ciputat Timur: CV Putra Harapan, 1999), h. 2. 8Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman (Jakarta Perpustakaan nasional,

2015), h. 31. 9Al-Ghazali, Bidayah al-Hidayah., h.12.

10Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklomedi Zaman, h.32.

Page 40: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

29

Dibawah asuhan Ahmad ibn Muhammad al-Razakani disalah satu madrasah

yang dibangun Nizam al-Mulk, al-Ghazali menjadi seorang murid yang dengan cepat

menguasai ilmu-ilmu yang diajarkan. Dengan usia yang masih sangat muda beliau

yaitu sekitar 465 H beliau pergi meninggalkan kampung halaman menuju jurjan.

Sesuai dengan tradisi pada masa itu setelah menguasai ilmu dasar seorang murid

harus meninggalkan daerahnya untuk mencari ilmu-ilmu yang belum dipelajari, di

jurjan inilah al-Ghazali berguru kepada Abu Qasim al-Isma’ili.11

Kepada beliaulah al-

Ghazali menta’liq. Sebuah karangan yang ia tulis sendiri dengan judul al-Ta’liqat fi

furu al-Mazhab.12

Setelah pendidikannya dijurjan, al-Ghazali kembali ketempat

kelahirannya yaitu Thus. Namun walaupun tinggal di Thus al-Ghazali masih selalu

diawasi oleh gurunya, dan terus menghapalkan at-Ta’liqat. Tiga tahun al-Ghazali

menghabiskan waktunya di Thus, pada tahun 468 H ia kembali melakukan

perjalanannya mencari ilmu menuju Naisabur. Di pusat kota ini berdiri sebuah

Universitas Nizamiyah yang terkenal akan ulamanya yang luas akan ilmu, oleh sebab

itu kota ini disebut dengan puasatnya ilmu. Al-Ghazali mendapat bimbingan dan

pengajaran dari seorang ulama besr yang bernama al-Juwaini.13

Dibawah bimbingan

11

Ada kekeliruan dalam beberapa catatan sejarah mengenai Guru al-Ghazali ini, dimana

diriwayatkan bahwa al-Ghazali berguru kepada Abu Nashr al-Isma’ili bukan kepada Abu Qasim al-

Isma’ili. Padahal al-Ghazali tidak pernah bertemu dengan beliau, sebab beliau wafat pada tahun 405 H

sedangkan al-Ghazali lahir pada tahun 450 H. nama lengkapnya Isma’il Ibn Mas’adah Ibn Isma’il Ibn

Imam Abubakar Ahmad Ibn Ibrahim al-Ismailiy al-Jurjainiy. Beliau adalah seorang Alim yang sangat

cerdas dan mahir dalam syair maupun prosa. Mahbub Djamaludin, Al-Ghazali Sang Ensiklopedi

Zaman., h.34. 12

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman, h.34) 13

Nama lengkapnya adalah Abu al-Ma’ali Abd al-Mulk ibn Abdillah ibn Yusuf al-Juwainiy

an-Nasaiburi. Namun bisanya dipanggil al-Juwainiy. Al-Juwainiy merupakan sebuah nama warisan

Page 41: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

30

beliaulah al-Ghazali mempelajari bermacam-macam bidang ilmu yang kelak akan

dijadikan Imam besar dengan segala pengetahuannya diantaranya ilmu-ilmu yang

dipelajari al-Ghazali adalah ushul fiqih, fiqih, kalam dan lain-lain. Bahkan buah dari

kesungguhannya mencari ilmu, al-Ghazali mampu menguasai berbagai macam

bidang ilmu, berdebat, ilmu Ushuluddin, dan sebagainnya.14

Adapun mengenai bidang filsafat, ada perbedaan pendapat tentang apakah al-

Ghazali mempelajari ilmu tersebut kepada al-Juwaini atau belajar aotodidak. Sebab

ada sebuah pengakuan al-Ghazali yang mengatakan bahwa ; ‘’aku segera

mengonsentrasikan diri untuk belajar filsafat. Aku kaji kitab-kitab mereka, meski

tanpa bantuan seorang guru. Aku lakukan itu disaat-saat senggang dari belajar dan

menulis, Waktu itu aku masih bertugas memberi kuliah pada sekitar tiga ratus

mahasiswa di Baghdad.

Dan alhamdulillah berkat taufiq Allah, dalam waktu kurang dari dua tahun

aku telah faham Seluk beluk falsafah. . .’’ pengakuan ini tercantum dalam

autobiografi intelektualnya ( al-Munqiz min al-Dalal ).15

Terlepas dari perbedaan

pendapat apakah al-Ghazali belajar filsafat dibawah bimbingan al-Juwaini atau tidak,

hal tersebut tidak bertentangan dengan pengakuan al-Ghazali di dalam al-Munqiz,

sebab sesuatu yang pasti adalah apa yang dilakukan oleh al-Ghazali di Baghdad untuk

yang dinisbatkan kepada ayahnya yang lahir di dusun Juwain. Yaitu salah satu bagian dari kota

Nasaibur, Al-Juwainiy mendapat gelar Imam al-Haramain yang artinya Imam dua tanah haram

(Makkah dan Madinah), ia lahir pada tanggal 18 Muharam 418 H. Mahbub Djamaludin, Al-Ghazali

Sang Ensiklopedi Zaman, h.36. 14

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h.38. 15

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h39.

Page 42: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

31

memperdalam pengetahuannya mengenai filsafat. Ketertarikannya dalam hal ini tidak

lain untuk membantah argumen-argumen para filosof yang dianggapnya tidak sesuai

dengan dalil-dalil al-Qur’an. Dari berbagai keritikan al-Ghazali terhadap filsafat

maka lahirlah sebuah karya dengan judul Tahafut al-Falasifah. Satu hal lagi yang

tidak dapat dinafikan dari imam al-Ghazali ialah bahwa pemikiran-pemikirannya

banyak dipengaruhi oleh al-Juwaini.16

Imam Haramain al-Juwaini wafat pada tanggal 25 rabi’ al-Tsani 478 H ketika

berusia 59 tahun. Takdir memisahkan beliau dengan al-Ghazali, hingga al-Ghazali

memutuskan untuk pergi meninggalkan Naisabur beliau pergi ke daerah Mu’askar

dan menghadiri majelis Al –Wazir Nizam al-Mulk. Daerah yang didatangi oleh al-

Ghazali ini pada dasarnya adalah sebuah komplek perumahan para pejabat

pemerintah yang letaknya tidak jauh dari Nausabur.17

Salah satu pejabat yang tinggal

di daerah ini adalah Wazir Nizam al-Mulk.18

Yaitu seseorang yang masyhur

kecintaanya terhadap ilmu dan ulama. Al-Ghazali mendapatkan sambutan hangat dari

para ulama maupun pejabat karena pandangan-pandangannya yang cemerlang. Tidak

jarang ketika majelis majelis Nizam al-Mulk mengadakan perkumpulan para ulama

dan membahas tema-tema keilmuan, maka al-Ghazali selalu hadir dalam argumentasi

16

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zama., h.39. 17

Imam Al-Dzahabi dalam kitabnya yang berjudul Siyar A’lamu Nubala menyebut komplek

ini dengan istilah al-Mukim al-Shultani (kemah para pejabat). Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang

Ensiklopedi Zaman, h.41. 18

Nama aslinya adalah Abu Ali Hasan Ibn Ishaq at-Thusi, lahir di Nauqan, Thuspada 408 H.

Sedangkan Nizam al-Mulk adalah sebuah gelar penghormatan yang diberikan oleh Bani Saljuk.

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedsi Zaman, h.42.

Page 43: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

32

dan bukti-bukti yang sulit ditangkis.19

Disamping itu pandangan-pandangan yang dipresentasikan beliaupun sesuai

dengan pandangan-pandangan para ulama, yang hadir pada saat itu. Dengan demikian

hal ini menarik para pecinta ilmu untuk mengenal lebih jauh mengenai al-Ghazali.

Maka mencuatlah nama al-Ghazali dikalangan para cendikian dan diseantero daerah

yang ditinggalinya. Demikian Mu’askar dan para ulamanya menjadi saksi terbitnya

bintang gemilang di ufuk intelektual islam. Wazir Nizam al-Mulk meminta al-Ghazali

untuk mengajar di Madrasah Nizamiyah Baghdad. Pada bulan jumad al-Awal tahun

484 H ia dilantik sebagai pengampu madrasah tersebut. Diusianya yang masih

terbilang muda yaitu 34 tahun, ia sudah mendapat gelar Syeikh al-Islam atau guru

besar, yang artinya sebuah pangkat tertinggi dari segi akademik dan keagamaan yang

resmi.20

Selama kurang lebih enam tahun tinggal di al-Mu’askar dan akhirnya pergi ke

Baghad. Namanya kian besar dan kedudukannya semakin tinggi. Banyak orang

berbondong-bondong jdatang ke Baghdad untuk mengikuti kajiannya. Sekitar 300

murid selalu mengikuti kajiannya, baik dari kalangan santri biasa maupun para ulama.

Disela-sela kesibukannya mengajar ia menyempatkan menulis buku dari berbagai

macam bidang keilmuan. Sekitar 20 buku dapat ia selesaikan dari sisa waktu

mengejarnya. Di samping itu iapun tidak pernah lupa untuk terus menggali

kemampuannya dengan menyisihkan kesempatan belajar dan menambah pundi-pundi

19

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h..45. 20

Mahbub Djmaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h. 47.

Page 44: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

33

ilmu secara autodidak.

Banyak buku-buku falsafah yang ia baca, diantaranya karangan ibn sina (370-

428 H) yang berjudul as-Syifa. Selain itu al-Ghazali juga membaca dan menganalisa

pemikiran-pemikiran al-Farabi (261-339 H). Selama hampir dua tahun beliau terus

membaca buku-buku falsafah, kemudian al-Ghazali mencoba memahami dan

mempelajari maksud dari falsafah selama kurang lebih satu tahun.21

Demikian luas lautan ilmu yang diarungi oleh imam al-Ghazali. Semakin ia

menggali pengetahuannya akan ilmu yang belum diketahuinya. Namun hal ini

minumbulkan sederajat pertanyaan yang menghinggapi pikiran dan jiwanya, ia akan

menjadi skiptis apa yang sudah ia ketahui. Dari sinilah awal keraguan-keraguan al-

Ghazali terhadap argumen-argumen berbagai bidang ilmu yang selama ini di

dapatnya, menurut sejarahwan al-Ghazali menggalami dua kali konflik batin yang

pertama adalah skeptisnya terhadap semua bidang ilmu yang dipelajarinya, dan yang

kedua ialah konflik batin antara panggilan akhirat dan jeratan duniawi.22

Pada bulan Dzu al-Hijjah 488 H al-Ghazali meninggalkan Baghdad. Ia

menggenakan paiakan layaknya seseorang yang akan pergi haji, agar semua ulama

maupun masyarakat tidak curiga dengan kepergiannya yang tidak akan kembali. Al-

Ghazali bermaksud untuk mencari pengetahuan dzauq. Ia melakukan riyadah-riyadah

sufistik, mengasingkan diri ( Uzlah ) dari hiruk-pikuk urusan dunia, menyepi untuk

21

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h.47. 22

Mahbub Djamaludin, Al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h.70.

Page 45: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

34

beribadah (khalwat), dan menempa jiwa (mujahadah).23

Awal tahun 489 H al-Ghazali tiba di Damaskus dan memutuskan untuk

menziarahi tempat-tempat suci, pada tahun tersebutlah ia sampai di Baitul Maqdis (

Palestina ). Selama di Baitul Maqdis al-Ghazali tinggal di menara masjid dengan

selalu menguncinya dari dalam. Dirinya selalu disibukan dengan Berdzikir, ibadah

sunah, munajat, dan tafakur. Namun walaupun kondisi demikian, ia tetap tidak

meninggalkan keahliannya dalam menulis. Maka di dalam menara tesebut lahirlah

sebuah kitab yang ia beri judul al-Risalah al-Qudsiyyah yang dipersembahkan untuk

masyarakat Quds.24

Selang beberapa waktu al-Ghazali tinggal di Quds, ia kembali melakukan

perjalanan ke kota khalil (Hebron) yang bermaksud menziarahi makam Khalilullah,

Nabi Ibrahim Alaihi as-Salam. Selanjutnya banyak perbedaan pendapat dari

sejarawan mengenai kemana al-Ghazali pergi selepas menziarahi makam Nabi

Ibrahim As, namun mengambil riwayat yang lebih shahih mengenai hal ini ialah al-

Ghazali pergi ke Mekkah untuk melakukan ibadah haji, yaitu pada bulan Dzu al-

Qo’dah dan Dzu-Hijjah masih ditahun 489 H. Selain itu juga al-Ghazali pergi

mengunjungi makam Rasulullah SAW. Di Madinah,25

Selepas keperluannya selesai di Mekkah dan di Madinah, al-Ghazali kembali

lagi ke Damaskus dan tinggal dimenara yang sebelumnya ia tempati. Yakni menara

23

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h.71-72. 24

Kitab al-Risalah al-Qudsiyah dijadikan sebagian bagian dari kitab Ihya Ulum al-Din, yang

terletak pada bagian pembahasan Ibadah. Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman.,

h.72. 25

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h.74.

Page 46: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

35

Masjid Jami al-Umawa tepatnya disebelah sisi menara sebelah barat. Aktivitas yang

ia lakukan di dalam menara tidak berbeda dengan pertama kali ia menempati menara

tersebut, yakni beri’tikaf dan menulis kitab Ihya Ulum al-Din. Dan pada saat itu sela-

sela waktunya al-Ghazalipun masih dapat bersahabat dan berguru kepada Syeikh Abu

al-Fath Nashr ibn Ibrahim.26

Tahun 490 H al-Ghazali menyudahi uzlahnya, setelah hampir dua tahun ia

melakukan perjalanan ruhaniah. Al-Ghazali meninggalkan Damaskus dan tinggal

sementara di kota Baghdad, al-Ghazali sempat menyebarkan kitab Ihya Ulum al-Din

yang telah selesai ia tuliskan di Damaskus. Setelah dari Baghdad kemudian langsung

pulang ke kota kelahirannya yaitu Thus untuk menemui keluarganya. Walaupun al-

Ghazali tidak lagi ber’uzlah dan tinggal dimenara yang sepi, beliau tetap menjaga

riyadah-riyadah kesufiannya, senantiasa berkhalwat dan bermujahadah, agar

kejernihan hatinya tetap terjaga.

Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan keluarganya, al-Ghazali

tidak lagi menerima gaji dari pemerintah sesuai nadzar beliau ketika di makam Nabi

Ibrahim As. Ia bekerja sendiri dengan menjadi juru salin naskah, dimana pekerjaan

ini sudah ia tekuni selama ia ber’uzlah di Dmaskus.27

Adapun pada bulan Dzu al-Qo’dah tahun 499 H keadaan al-Ghazali berbeda,

ia meninggalkan pekerjaan dan khalwatnya karena mendapat tawaran kembali

mengajar di Madrasah Maimunah Nizamiah. Pada saat itu wazir provinsi Khurasan

26

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h.75. 27

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h.81-83.

Page 47: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

36

bernama Fakhrul Mulk ‘Ali ibn Nizam al-Mulk datang langsung ke kota Thus untuk

meminta al-Ghazali meninggalkan Khalwatnya. Walaupun berat, namun dengan

pertimbangan yang matang akhirnya al-Ghazali bersedia kembali mengajar, ia

meniatkan seluruh pengabdiannya mengajar semata-mata sebagai petunjuk jalan bagi

para penuntut ilmu, dan memberi manfa’at kepada mereka. Selain itu tujuan beliau

mendakwahkan kebenaran illahi yang di dapatnya selama ber’uzlah. Maka demikian

alasan al-Ghazali kembali ke Madrasah 11 tahun28

menyibukan diri dengan riyadah-

riyadah ruhani dan menyendiri.29

Selang beberapa tahun al-Ghazali kembali ke kota kelahirannya.30

Ia

menyudahi pengabdiannya serta penyebaran ide-ide pembaharuannya di Baghdad.

Kemudian memilih mendirikan pesantren di kota Thus. Beliau mengajarkan

pengalaman-pengalaman sufistik kepada santri-santrinya, yang pada saat itu

berjumlah 150 orang. Tidak ada kesibukan lain yang dilakukan oleh al-Ghazali

kecuali menempa Madrasah. Hari-harinya ia fokuskan untuk mengamalkan ilmu yang

telah ia dapat sampai dihari-hari menjelang ia wafat.31

Sang Ensiklopedi zaman ini akhirnya menutup usianya pada hari senin

tanggal 14 jumadil al-Akhir 505 H, bertepatan dengan 18 Desember 1111 M,

28

Dalam hitungan Qomariyah al-Ghazali genap beruia sebelas tahun berkholwat pada bulan

Dzul al-Qa’dah tahun 499 H. Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h.91. 29

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h.92 30

Tidak diketahui secara pasti mengenai tahun berapa al-Ghazali kembali ke Thus, hanya saja

mengingat sejarah datangnya surat dari wazir di Baghdad pada tahun 504 H, menandakan pada tahun

itu al-Ghazali sudah tinggal lagi di Thus. Sebab isi yang disampaikan dalam surat tersebut adalah

meminta al-Ghazali kembali mengajar di Baghdad. Mahbub Djamaludin, Al-Ghazali Sang Ensiklopedi

Zaman., h. 92. 31

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h.99.

Page 48: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

37

Jenazahnya dimakamkan di kotanya sendiri yaitu Thus, tepatnya di Thabaran.32

C. Kondisi Sosial Politik dan Pemikiran Keagamaan

Pemikiran al-Ghazali tidak akan muncul dari sebuah ruang yang kosong,

tetapi memiliki setting waktu dan sosial historis. Maka dari itu seluruh perjalanan

intelektualnya dari waktu-kewaktu harus dibahas, agar pemahaman terhadap pola

pikir beliau lebih proposional dan tidak persial.33

Dari sisi Politik , peradaban islam kala itu dibagi menjadi tiga kekhalifahan;

Di Andalus terdiri kekhalifahan Umawiyah, di Baghdad berdiri kekhalifahan

Abbasiyah, dan di Afrika berdiri kekhalifahan dengan nama Fatimiyah. Namun dari

masing-masing kekhalifahan ini runtuh dari berbagai masalah yang mereka alami,

baik yang sifatnya intern maupun ekstern.

Misalnya kekhalifahan Umawiyah di Andalus yang sudah berdiri selama

hampir 3 abad akhirnya runtuh pada tahun 427 H. Keruntuhan ini terjadi akibat

persaingan antara raja-raja kecil (Mulk al-tawa’if) yang saling menjatuhkan demi

kekuasaan. Namun kekuasaan ini dapat disatukan kembali dalam satu kepemimpinan

oleh Yusuf ibn Tasyfin pada tahun 484 H. Sedangkan kehancuran kekhalifahan

fatimiyah diawali dengan lepasnya beberapa daerah kekuasaan, yang pada masa itu

dipimpin oleh Mustanshir Billah pada tahun 428-487 H. Selain itu faktor kehancuran

kekhalifahan ini juga dipicu oleh tingginya angka kelaparan pada tahun 459-464 H.

Kekhalifahan Fatimiyah semakin buruk setalah wafatnya Mustanshir pada tahun 487

32

Al-Ghazali,Mukhtashar Ihya Ulum al-Din., h. 9. 33

Yusuf al-Qardhawi, Pro Kontra Pemikiran al-Ghazali (Surabaya: Risalah Gusti, 1997), h.5.

Page 49: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

38

H. Hal ini karena perpecahan intern yang dilakukan oleh kedua putra mahkota yang

saling berbuat kekuasaan.34

Adapun kehancuran Abbasiyah tidak jauh berbeda dari kedua kekhalifahan di

atas. Ketika al-Ghazali lahir, kekuasaan Abbasiyah sudah dipimpin oleh bani saljuk

yang bermazhab sunni. Tiga tahun sebelum al-Ghazali lahir bani saljuk ini berhasil

menggulingkan sultan buwaihiyah yang pada saat itu menganut faham Syi’ah,

tepatnya pada tahun 447 H. Karena faham penguasanya inilah semua kebijakan dalam

pemerintahpun dikaitkan dengan syi’ah, sehingga ilmu pengetahuan pada masa itu

menggalami kemajuan yang sangat pesat. Alhasil berkat kemajuan ini lahirlah

pemikiran-pemikiran besar islam dari kalangan syi’ah dan mu’tazilah, seperti al-

Farabi, ibn Sina, ibn Maskaweh, dan kelompok kajian ikhwan as-Shafa.35

Faham syi’ah begitu melekat pada warna kekhalifahan Abbasiyah, sehingga

setelah bani Buwaihiyyah berkuasa selama satu tahun, dinasti saljuk sangat gencar

dan besar-besaran menanamkan pondasi sunni dalam kekuasaannya, khususnya

syafi’iyah. Namun usaha dinasti saljuk ini mendapatkan tantangan berat dari kalangan

Syi’ah Isma’iliyah Nizariyah di bawah pimpinan Hasan ash-Sabah merupakan

seseorang propagandis ulung yang banyak melakukan segala cara untuk

menghancurkan bani saljuk, untuk mencapai tujuan tersebut ia membuat laskar berani

mati (fada’ iyyun), melakukan propoganda keagamaan melalui dakwah batiniyah,

ataupun melakukan pemberontakan dengan mengundang keresahan masyrakat,

34

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h.18. 35

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h.18.

Page 50: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

39

seperti pembunuhan, perampokan dan teror, bahkan benteng pertahanan Hasan ash-

Sabah di Alamut baru bisa dihancurkan oleh militer tetar ( Khulagu Khan ) pada 654

H.36

Kondisi Chaos ini semakin parah dengan munculnya permasalahan intern

setelah wafat Maliksyah dan Nizam al-Mulk pada tahun 485 H. Perebutan kekuasaan

antara pewaris tahta mengakibatkan mereka saling bunuh satu sama lain, bahkan

mereka memanfa’atkan kelompok Syi’ah Nizariyah untuk menghabisi lawan politik

mereka masing-masing. Hal ini melalaikan kesejahteraan warga dimana perhatian

mereka hanya terfokus pada permasalahan dalam kekhalifahan, bukan pada

masyarakat. Intrik-intrik dan fitnah sangat merajalela pada masa itu.37

Persoalan

politik yang terjadi selanjutnya menyentuh akar keagamaan dimana umat islam

terpecah menjadi beberapa golongan mazhab fiqih dan teologi. Bahkan para tokohnya

dengan sadar menamkan fanatisme golongan kepada umat. Jauh sebelum abad ke-5

telah terjadi perang antara mu’tazilah dan Ahl al-Sunah wa al-jama’ah yang banyak

menghilangkan tokoh-tokoh besar. Misalnya wafatnya Imam Ahmad bin Hanbal

dalam tragedi mihnah dan banyak lagi kejadian lainnya.38

Selanjutnya pada abad ke-5 kembali terjadi pengusiran terhadap pembela

Asy’ariyah yakni Abu al-Ma’ali al-Juwaini dikota naisabur. Namun ketika Abbasiyah

kembali dipegang oleh golongan Asy’ariyah, al-Juwaini kembali dipanggil,bahkan

diberikan posisi penting di Madrasah an-Nizamiyah Naisabur. Ketika golongan Asy-

36

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h.18-19. 37

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h. 20. 38

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h. 20-21.

Page 51: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

40

ariyah memimpin Abbasyiah, syarat untuk menjadi pemimpin atau Greand Syakh

Madrasah Nizamiyah harus bermazhab Sunni Syafi’i. Pada tahun 447 H terjadi

pertikaian di Baghdad yang banyak memakan korban jiwa. Hal tersebut dilatar

belakangi oleh perbedaan pendapat antara mazhab Syafi’iyah dan hanbaliah tentang

membaca keras ”Bismillah” dalam sholat. Selanjutnya pada tahun 469dan 470 H

pertikaian ini kembali terulang, bahkan terulang kembali pada tahun 495 H. Peristiwa

demi peristiwa yang terjadi telah menandakan bahwa pertarungan antar aliran

pemikiran sudah semakin kuat hingga terseret keranah politik, dimana bila suatu

sipatisan memegang tampuk kekuasaan, maka golongan lawan akan banyak yang

disingkirkan dengan berbagai cara.39

Namun kondisi Chaos ini membawa perkembangan yang sangat pesat pada

bidang intelektual. Seabab para penguasa kala itu mensubsidi lembaga-lembaga

pendidikan dengan kas negara (wakaf kaum muslimin). Para pelajar yang masuk

untuk menuntut ilmu tidak dipungut biaya sedikitpun, bahkan mereka mendapat biaya

hidup dan tempat tinggal. Selain itu, para ulama yang mengampu madarasah-

madarasah tersebut juga mendapat fasilitas yang mewah. Dari banyaknya dororangan

pemerintah ini membuat para pelajar sangat gencar belajar, menghadiri majelis-

mejelis munazarah, mengarang buku dan lain-lain.40

Implikasi dari hal ini membawa para pelajar cinta terhadap dunia bukan

akhirat. Mereka berambisi pada kedudukan dipemerintaha, baik menjadi pengajar,

39

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h.19-21. 40

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h. 21.

Page 52: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

41

pengampu madrasah, maupun hakim (muftil/qadi) dan sebagainya. Kedudukan

duniawi menjadi incaran mereka setelah jadi sarjana, akibatnya madrasah mencetak

para alim (cendikiawan), para fuqaha, dan para ahli ilmu yang kosong secara spritual.

Para alim ini selanjutnya bersaing dan bertarung demi kedudukan tersebut, satu sama

lain saling menyingkirkan dengan berbagai cara. Al-Ghazali menyebutkan ulama ini

dengan ulama as-su ‘’Ulama duniawi’’ yaitu para alim yang berahlak buruk.41

Adapun ilmu tasawuf pada saat itu sangat pasif setelah al-Hallaj dieksekusi

diatas tiang kayu palang.42

Banyak para sufi yang menarik piri dari kehidupan

duniawi, dengan hidup mengembara, bahkan mereka menghindari debat-debat

keilmuan. Nereka tidak semangat dalam mempelajari ilmu atau membelah buku-buku

para pengarang, tidak juga mengkaji pendapat atau dalil-dalil. Sikap para sufi yang

seperti ini menjadi bahan olok-olokan para ahli kalam, ahli falsafah, dan ahli fiqih,

sikap para sufi yang ekstrim ini banyak membuat kalangan awam yang kurang

terpelajar salah paham terhadap tasawuf. Mereka mengklaim diri mereka sebagai

penempuh jalan ruhani (sufi), akan tetapi prilakunya jauh dari tasawuf. Akibatnya

muncul aliran sufi baru yang dinamakan sufi ibahiyyah yang mengklaim bahwa

aturan-aturan keagamaan hanyalah untuk orang-orang awam saja. Aliran ini

membolehkan pengikutnya mengerjakan perbuatan-perbuatan yang terlarang dan

haram secara syar’i.43

41

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h. 22. 42

Hamka, Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya (Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1983),

h.199. 43

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h. 23.

Page 53: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

42

Situasi ini banyak membingungkan masyarakat awam, sehingga ini

menjadikan kesempatan baik bagi syi’ah Isma’iliyah Nazariyah yang merupakan

kelompok oposisi Abbasiyah. Di bawah pimpinan Hasan al-Sabah, mereka gencar

mengirimkan para penda’i untuk mempropoganda aliran Batiniyyah. Dengan

disebarnya da’i yang mahir debat, secara sembunyi-sembunyi merekamengungkit-

ungkit perbedaan mazhab dan aliran pemikiran, lalu mereka menawarkan imam yang

ma’sum (dijamin oleh Allah terbatas dari kekeliruan) untuk dijadikan teladan hidup.

Gerakan ini bertujuan untuk berkerut kaum awam agar mengikuti mazhab mereka.

Dan hasilnya banyak diantara mereka yang masuk dalam mazhab ini tanpa tahu lebih

dalam apa sebenarnya tujuan politis Syi’ah Isma’iliyah Nazariyyah.44

Namun justru ketika panasnya persaingan aliran pemikiran banyak

bemunculan tokoh-tokoh besar yang ikut andil dalam perkembangan intelektual.

Masing-masing tokoh ahli beberapa bidang ilmu seperti kalam, filsafat, tasawuf, fiqih

dan lain-lain. Di antara al-Baghawi (433-516), al-Raghib al-Isfahani (w.502H./1108

M), Ali ibn Utsman al-Jullabi al-Hujwiri yang wafat pada tahun 465 H. Selanjutnya

ada imam al-Zamakhsyari (467-538 H), Abu ishaq as-Syirizi (393-476 H), Abu al-

Ma’ali al-Juwaini (w. 477 H), Umar Khayyam (433-517 H), Abul Wafa Ali ibn Aqil

(432-513 H), Abu Khithab al-Kalwadzani al-Baghdadi (432-510 H), Syeikh Abdul

Qodir al-Jailani (w. 521 H), dan diantara daftar nama-nama tokoh besar tersebut

tentulah tercatat nama Abu Hamid al-Ghazali sang mujaddid abad ke-5 yang menjadi

44

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h. 24.

Page 54: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

43

pembahasan dalam skripsi ini.45

Dari sekian banyak kemajuan intelektualisme pada saat itu, maka al-Ghazali

mengategorikan hal tersebut menjadi empat aliran pemikiran keagamaan, yaitu

Mutakalimin, Filosof, Batini46

dan Sufi, Keempat sisitem pehaman inilah yang

mewarnai pemikiran umat Islam pada masa al-Ghazali. Demikian abad ke-5 yang

diliputi oleh kebingungan-kebingunan manusia dengan simpan-siurnya dunia

intelektual dan spritual.47

D. Guru dan Pembimbing

Selama proses mencari ilmu banyak Guru yang membimbing dan menjadi

panutan al-Ghazali. Mereka telah berhasil membentuk al-Ghazali menjadi ulama

yang masyhur dan terkemuka. Diantara guru yang paling dikenal adalah sebagai

berikut ;

1. Ahmad bin Muhammad al-Razikani; Guru al-Ghazali ketika masih

kecil di kota Thus

2. Abu Qasim al-Isma’ili; Guru saat belajar di kota jurjan

3. Abu al-Ma’aly Imam Haromain; Guru saat belajar di kota Naisabur

4. Yusuf al-Sajaj; Guru saat belajar di kota Thus

45

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h. 24-25. 46

Batiniyah bukan hanya aliran dalam keagamaan, akan tetapi ini juga merupakan gerakan

politik. Aliran ini adalah aliran ta’limat dan batiniyat. Batiniyat digunakan sebagai nama golongan

yang mempunyai paham bahwa setiap ayat yang zahir mempunyai arti batin. Sedangkan maksud

ta’limiyat adalah pengajaran dari seorang imam kepada orang lain dengan maksud untuk memahami

arti batin. Aliran-aliran yang masuk dalam katagori batiniyat diantaranya Qaramitat, Ta’limiyat dan

lain-lain. Aliran-aliran ini termasuk Syi’ah Isma’iliyat.Fadjar Noegraha Syamhoedi, Tasawuf

Kehidupan al-Ghazali: Refleki Pertualangan Intelektual dari teolog, Filosof hingga Sufi., h.7 47

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h. 24.

Page 55: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

44

5. Imam Muhammad al-Farimidy

6. Abu Sahl al-Hafsyi

7. Abu al-Fath al-Hakimi

8. Abdullah bin Muhammad al-Khawari

9. Muhammad bin Yahya as-Suja’i

10. Al-Hafiz Umar al-Dahistani

11. Nasahr bin Ibrahim al-Maqdisi48

E. Karya-karya aL-Ghazali

Al-Syafi’iyyah karya Muhammad bin Abdullah al-Husaini al-Wasiti (w. 776 )

menyebutkan bahwa karya yang ditulis oleh al-Ghazali mencapai 98 judul.

Sedangkan al-Subki di dalam Tabaqat al-Syafi’iyyah menyebutkan sebanyak 58

karangan. Adapun Kubra Zadeh di dalam Miftah Al-Sa’adah wa Misbah al-Siyadah

menyebutkan karya al-Ghazali sebanyak 80 buah. Lain halnya dengan Dr.

Abdurrahman Bdawi yang menyebutkan lebih banyak jumlahnya karya yang di

karang oleh imam al-Ghazali. Hal ini tercantum dalam bukunya Mu’allafat al-

Ghazali, mencatat sebanyak 457 buah.49

Perbedaan ini memang sangat di maklumi mengingat karya yang banyak

dinisbatkan kepada al-Ghazali. Disisi lain ada juga naskah atau risalah, surat-surat,

dan fatwa-fatwa al-Ghazaliyang menimbulkan perbedaan pendapat diantara para

sejarahwan, sebab hal-hal tersebut termasuk kedalam karyanya atau tidak. Demikian

48

Al-Ghazali, Bidayah al-Hidayah.. h. 23. 49

Al-Ghazali, Mukhtasar Ihya Ulum al-Din. Terj. Irwan Kurniawan (Bandung: Mizan, 1997).

h.10.

Page 56: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

45

halnya dengan kitab-kitab kecil yang diterbitkan secara mandiri walaupun kitab

tersebut merupakan bagian dari kitab induk. Inipun menemui perbedaan pendapat

dikalangan para sejarahwan.50

Terlepas dari pendapat mana yang benar, tulisan ini hanya akan menyebutkan

beberapa karya yang sudah jelas ditulis oleh al-Ghazali Ihya Ulum al-Din

1. Tahafut al-Falasifah

2. Al-Iqtisad fi al-Itiqad

3. Al-Munqiz min al-dalal

4. Jawahir Al-Qur’an

5. Mizan al-Amal

6. Misykah al-Anwar

7. Bidayah al-Hidayah

8. Minhaj al-Abidin

9. Al-Arba’in fi Ushul al-Din dan lain-lain51

Karya-karya yag disebutkan diatas hanya sebagian kecil dari sebagian karya

yang ia tulis. Bahkan dalam kutipan An-Nawawi dalam kitab al-Busta, gurunya

(Syeikh al-Taghlisi) pernah bercerita bahwasannya ada sebagian ulama yang telah

membandingan jumlah kitab-kitab karya al-Ghazali dengan jumlah usia hidupnya. Ia

menemukan keterangan bahwa setiap harinya al-Ghazali menulis 16 halaman. Jika

dikalikan dalam setahun yaitu 365 hari, maka al-Ghazali telah menulis 23.360

50

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h. 136. 51

Al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din (Indonesia: al-Haramai, 1957), h. 22-23, jilid. 1.

Page 57: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

46

halaman. Karena usia al-Ghazali mencapai 55 tahun, jadi jumlah tulisan yang telah ia

karang mencapai 1.284.800 halaman.52

Karya-karya al-Ghazali mencakup berbagai bidang ilmu, mulai dari kalam,

falsafah, fiqih, ushul fiqih, tasawuf, ahklak, ilmu berdebat dan sebagainya. Berikut

fase dimana al-Ghazali menulis semua karya-karyanya tersebut

Fase pertama; sekitar tahun 465-478 pada usia 15-28 tahun al-Ghazali menulis

dua kitab Ta’liqat fi furu al-Mazhab dan kitab al-Mankhul fi ilmi al-Ushul. Fase

kedua; sekitar tahun 478-488 H di usia 28-38 tahun telah menulis lebih dari dua puluh

kitab. Fase ketiga; dimana fase ini merupakan fase ketika al-Ghazali melakukan

pengambaran atau berkholwat. Fase ini usai al-Ghazali sekitar 38-49 yaitu pada tahun

488-499 H. Dalam fase ketiga ini al-Ghazali menulis lebih dari dua puluh lima kitab.

Karya yang paling monumental juga ditulis dalam fase ini yakni kitab Ihya Ulum al-

Din.

Memasuki fase keempat yaitu fase dimana al-Ghazali mengajar kembali di

Madrasah Nizamiyah. Sekitar tahun 499-503 H di usianya yang mencapai 49-53

tahun ia tidak berhenti menulis dalam melahirkan beberapa kitab. Selanjutnya adalah

fase terakhir yaitu menjelang wafatnya sekitar usia 53-55 tahun. Diusianya yang

cukup matang ia menulis tiga buah buku yang pada saat itu terjadi di tahun 503-505

H.53

52

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h.135. 53

Mahbub Djamaludin, al-Ghazali Sang Ensiklopedi Zaman., h. 139139.

Page 58: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

47

BAB IV

KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI

A. Hakikat Kebahagiaan

Menurut al-Ghazali bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang bisa dicapai

dengan perubahan kimiawi di dalam diri seorang manusia dan bukan perubahan

fisikawi. Perubahan kimiawi yang dimaksud al-Ghazali adalah perubahan yang

tidak berupa fisik, bukan perubahan dalam arti perubahan jasad wadeg, akan tetapi

perubahan yang bersifat non fisik, non materi, perubahan jiwa, batin, pikiran dan

perasaan, yang dapat menghantarkan seseorang menggapai kebahagiaan sejati,

jadi maksud dari “Kimia kebahagiaan” adalah sebuah konsep untuk yang

menghantarkan transformasi ruhani seseorang agar dapat menggapai kebahagiaan

hakiki.1

Manusia terdiri dari jasad dan ruh. Ruh itu mulanya ditempat yang suci

(Lauhil Mahfud). Ruh sangat bangga di alam (Lauhil Mahfud) tapi ketika ruh

memperoleh kebahagiaan jasad, maka ruh menjadi tersiksa. Bagi ruh akan bahagia

jika menjadi jiwanya tidak terbelengu oleh hal-hal yang sifatnya materi.

Tidak mudah untuk mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan bisa diraih

ketika kita telah memahami empat teori dasar. Pertama pengetahuan tentang diri.

Kedua, meranjak satu tingkat dari pengetahuan tentang diri, yakni pengetahuan

tentang Tuhan. Ketiga, setelah keduanya dikuasai maka meningkat pengetahuan

1Ali Mursyid, Kebahagiaan Transfortasi Hakiki: Kajian Kitab Sa’adah karya al-Ghazali,

diambil, pada tanggal 8 Juli 2019, dari https://iiq.ac.id/index.php?=artikel&d=2&id=106

Page 59: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

48

tentang dunia ini. Keempat, pengetahuan yang terakhir yang harus dikuasai adalah

pengetahuan tentang akhirat. 2

Pengetahuan tentang diri adalah kunci pengetahuan tentang Tuhan, sesuai

dengan hadis: “Dia yang mengetahui dirinya sendiri, akan mengetahui Tuhan,”

dan sebagaimana yang tertulis dalam Al-Qur’an:

“Akan kami tunjukkan ayat-ayat kami di dunia dan di dalam diri mereka, agar

kebenaran tampak bagi mereka” (QS Al-A’raf [ 7 ]: 174).

Tidak ada yang lebih dekat kepada Anda, kecuali diri Anda sendiri,

bagaimana Anda bisa mengetahui segala sesuatu yang lain? Jika Anda berkata,

“Saya mengetahui diri saya” yang berarti bentuk luar Anda: badan, wajah, dan

anggota-anggota yang badan lainnya pengetahuan seperti itu tidak akan pernah

bisa menjadi kunci pengetahuan tentang Tuhan. Demikian pula halnya jika

pengetahuan Anda hanyalah sekedar bahwa kalau lapar Anda makan, dan kalau

marah Anda menyerang seseorang; akankah Anda dapatkan kemajuan-kemajuan

lebih lanjut di dalam lintasan ini, mengingat bahwa dalam hal ini hewanlah kawan

Anda?

Pengetahuan tentang diri yang sebenarnya, ada dalam pengetahuan tentang

hal-hal berikut ini; Siapakah Anda, dan dari mana Anda datang? Ke mana Anda

pergi, apa tujuan Anda datang lalu tinggal sejenak disini, serta dimanakah

kebahagiaan Anda dan dan kesedihan Anda yang sebenarnya berada? Sebagian

2Al-Ghazali, Metode Mengapai Kebahagiaan: Kitab Kimia Kebahagiaan, terj. Haidar

Bagir (Bandung: Mizan, 2014), h.9-10.

Page 60: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

49

sifat Anda adalah sifat-sifat setan, dan selebihnya sifat-sifat malaikat.mesti Anda

temukan, mana diantara sifat-sifat ini yang aksidental dan mana yang esensial (

pokok ). Sebelum Anda ketahui hal ini, tak akan bisa Anda temukan letak

kebahagiaan Anda yang sebenarnya.3

Langkah pertama menuju pengetahuan tentang diri adalah menyadari

bahwa Anda terdiri dari bentuk luar yang disebut sebagai jasad, dan wujud dalam

yang disebut hati atau ruh. Yang saya maksudkan dengan “hati” bukanlah

sepotong daging yang terletak dibagian kiri badan, melainkan sesuatu yang

menggunakan fakultas-fakultas lainnya sebagai alat dan pelayannya. Pengetahuan

tentang wujud dan sifat-sifatnya inilah yang merupakan kunci pengetahuan

tentang Tuhan.

Untuk melanjutkan peperangan ruhaniah demi mendapatkan pengetahuan

tentang diri dan tentang Tuhan, jasad bisa digambarkan dengan suatu kerajaan,

jiwa ( ruh ) sebagai rajanya, serta berbagai indra dan fakultas lain sebagai

tentaranya. Nalar bisa disebut sebagai wazir atau perdana menteri, nafsu sebagai

pemunggut pajak, dan amarah sebagai petugas polisi, keduanya harus

ditempatkan di bawah raja, tetapi tidak dibunuh atau di ungguli, menginggat

mereka memiliki fungsi-fungsi tersendiri yang harus dipenuhunya, tapi jika nafsu

dan amarah menguasai nalar, maka tak bisa tidak keruntuhan jiwa pasti terjadi.

Jiwa yang membiarkan fakultas-fakultas yang lebih rendah untuk menguasai yang

3Al-Ghazali, Metode Menggapai Kebahagiaan: Kitab Kimia Kebahagiaan, terj. Haidar

Bagir (Bandung: Mizan, 2014), h. 9-10.

Page 61: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

50

lebih tinggi ibarat seseorang yang menyerahkan seorang bidadari kepada kekuasan

seekor anjing, atau seorang Muslim kepada tirani seorang kafir.4

Manusia telah diciptakan dengan kualitas-kualitas hewan, setan, dan

malaikat, bagaimana bisa kita ketahui bahwa kualitas malaikat merupakan

esensinya yang sebenarnya, sementara kualitas hewan dan setan hanya aksidental

dan peralihan belaka?” atas pertanyaan ini, saya jawab bahwa esensi setiap

mahluk adalah sesuatu yang tertinggi di dalam dirinya dan baginya.

. Demikian pula halnya dengan manusia. Fakultas tertinggi di dalamnya

adalah nalar yang menjadikannya bisa merenung tentang Tuhan, jika fakultas ini

dominan dalam dirinya, maka ketika mati ia tinggalkan di belakangnya segenap

kecenderungan pada nafsu dan amarah, sehingga bermungkinkannya berkawan

dengan para malaikat. Dalam hal pemilikan kualitas-kualitas hewan, manusia

kalah dibandingkan banyak hewan, tetapi nalar membuatnya lebih ungul daripada

mereka, sebagaimana tertulis di dalam Al-Qur’an:

“Telah kami tundukkan segala sesuatu di atas bumi untuk manusia” (QS Al-

Jatsiyah [45]: 13).

Tetapi jika kecenderungan-kecenderungan yang lebih rendah yang

menang, maka setelah kematiannya, ia akan selamanya menghadap ke bumi dan

mendambakan kesenagan-kesengan duniawi.

4Al-Ghazali, Metode Menggapai Kebahagiaan: Kitab Kimia Kebahagiaan., h. 10-14.

Page 62: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

51

Intuisi-intuisi seperti itu tidak pula terbatas hanya pada tingkatan kenabian.

Sebagaimana juga besi, dengan memolesnya secukupnya. Ia akan bisa dijelmakan

menjadi sebuah cermin. Jadi, dengan disiplin yang memedai, pikiran siapapun

bisa dijadikan mampu menerima kesan-kesan seperti itu. kebenaran inilah yang di

isyaraktkan oleh Nabi ketika beliau berkata, “Setiap anak lahir dengan suatu

fitrah ( untuk menjadi Muslim ); orangtuanyalah yang kemudian membuatnya

seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi,” setiap manusia di dalam kesadarannya,

mendengar pertanyaan: “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” dan menjawab “Ya.”

Tetapi. Ada hati yang menyerupai cermin yang telah sedemikian dikotori oleh

karat dan kotoran sehingga tidak lagi memberi pantulan-pantulan yang jernih.

Sementara hati para nabi dan wali, meskipun mereka memiliki nafsu seperti kita,

sangat peka terhadap segenap kesan-kesan ilahiah.

Bukan hanya nalar pengetahuan capaian dan intuatif, jiwa manusia bisa

menempati tingkatan paling utama di antara makhluk-makhluk lain, melainkan

juga dengan nalar kekuatan. Sebagaimana malaikat-malaikat berkuasa atas

kekuatan-kekuatan alam, demikian jugalah jiwa mengatur anggota-anggota badan.

Jiwa yang telah mencapai suatu tingkatan kekuatan khusus, tidak saja mengatur

jasadnya sendiri, tetapi juga jasad orang-orang lain. Jika mereka ingin agar

seseorang yang sehat agar jatuh sakit, maka sakitlah orang itu, atau jika ia

inginkan hadirkan seseorang, maka datanglah orang itu kepadanya. Sesuai dengan

baik-buruknya akibat yang ditimbulkan oleh jiwa yang sangat kuat ini, hal

tersebut disitilahkan sebagai mukjizat dan sihir. Jiwa ini berbeda deangan orang

biasa dalam tiga hal:

Page 63: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

52

Pertama: Yang hanya dilihat oleh orang-orang lain sebagai mimpi, mereka

lihat pada saat-saat jaga. Kedua: Kehendak orang lain memengaruhi jasad mereka,

jiwa ini, dengan kekuatan kehendaknya, bisa juga mengerakan jasad-jasad di luar

mereka. Ketiga: Pengetahuan yang oleh orang lain diperoleh dengan belajar

bersungguh-sungguh, sampai mereka lewat intuisi.

Tentunya bukan tiga tanda ini sajalah yang membedakan mereka dari

orang-orang biasa, melainkan hanya ketiganya itulah yang bisa kita ketahui.

Sebagaimana halnya, tidak ada sesuatu pun yang mengetahui sifat-sifat Tuhan

yang sebenarnya, kecuali Tuhan sendiri, maka tak ada seorang pun yang

mengetahui sifat sebenarnya seorang nabi. Hal ini tak perlu pula diherankan, sama

halnya dengan di dalam peristiwa sehari-hari kita dapat melihat kemustahilan

untuk menerangkan keindahan puisi pada seorang yang telinganya kebal terhadap

irama, atau menjelaskan keindahan warna kepada seseorang yang sama sekali

buta. Di samping ketidak mampuan, ada juga hambatan-hambatan lain di dalam

pencapaian kebenaran ruhaniah. Salah satu di antaranya adalah pengetahuan yang

dicapai secara eksternal. Sebagai misal, hati bisa digambarkan sebagai sumur dan

panca indra sebagai lima aliran yang dengan terus-menerus membawa air ke

dalamnya. Agar bisa menemukan kandungan hati yang sebenarnya, maka aliran-

aliran mesti di hentikan untuk sesaat dengan cara apapun dan sampah yang

dibawanya bersamanya mesti dibersihkan dari sumur itu, dengan kata lain, jika

kita ingin sampai pada kebenaran ruhani yang murni, pada saat itu mesti kita

Page 64: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

53

buang, pengetahuan yang telah dicapai dengan proses-proses ekesternal yang

sering kali mengeras menjadi prasangka dogmatis.5

Setiap orang yang mengkaji persoalan ini akan melihat bahwa kebahagiaan

memang berkaitan dengan pengetahuan tentang Tuhan. Tiap fakultas dalam diri

kita senang dengan sesuatu yang untuknya ia diciptakan. Syahwat senang

memuasi nafsu, kemarahan senang membalas dendam, mata senang melihat

objek-objek yang indah dan telinga senang mendengar suara-suara yang selaras.

Fungsi tertinggi jiwa manusia adalah pencerapan kebenaran, karena itu dalam

mencerap kebenaran tersebut ia mendapatkan kesenangan tersendiri. Bahkan soal-

soal remeh, seperti mempelajari catur, juga mengandung kebaikan. Dan makin

tinggi materi subjek pengetahuan di dapatnya, makin besarlah kesenangannya.

Seseorang akan senang jika dipercayai untuk jabatan perdana menteri, tetapi

betapa senangnya ia jika sang raja sedemikian akrab dengannya sehingga

membukakan soal-soal rahasia baginya.6

Suatu bagian penting dari pengetahuan kita tentang Tuhan timbul dari

kajian atas jasad kita sendiri yang menampakan pada kita kebijaksanaan,

kekuasan, serta cinta Sang Pencipta. Dengan kekuasaan-Nya, Ia bangun kerangka

tubuh manusia yang luar biasa dari hanya suatu tetesan belaka. Kebijakan-Nya

terungkapkan, di dalam karunia jasad kita serta kemampuan bagian-bagian untuk

saling menyelesaikan, ia memperlihatkan cinta-Nya dengan memberikan lebih

dari sekedar orang-orang yang memang mutlak perlu bagi eksitensi seperti hati,

jantung, dan otak tetapi juga yang tidak mutlak perlu seperti tangan, kaki, lidah,

5Al-Ghazali, Metode Menggapai Kebahagiaan: Kitab Kimia Kebahagiaan., h. 14-22.

6Al-Ghazali, Metode Menggapai Kebahagiaan: Kitab Kimia Kebahagiaan., h. 24.

Page 65: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

54

dan mata, kepada semuanya ini telah ia tambahkan sebagai hiasan hitamnya

rambut.

Dalam bab ini, kita telah berusaha sampai tingkat tertentu untuk

memeparkan kebesaran jiwa manusia, seseorang yang mengabaikannya dan

menodai kapasitasnya dengan karat atau memerosotkannya, pasti menjadi pihak

yang kalah di dunia dan di dunia yang akan mendatang. Kebesaran manusia yang

sebenarnya terletak pada kapasitasnya untuk terus-menerus meraih kemajuan. Jika

tidak, di dalam ruang temporal ini, ia akan menjadi makhluk yang paling lemah di

antara segalanya takluk oleh kelaparan, kehausan, panas, dingin, dan penderitaan,

sesuatu yang paling ia senangi sering merupakan sesuatu yang paling berbahaya

baginya. Dan sesuatu yang menguntungkannya tidak bisa ia peroleh, kecuali

dengan kesusahan dan kesulitan. Mengenai inteleknya, sekedar sesuatu kekacauan

kecil saja di dalam otaknya sudah cukup untuk memusnahkan atau membuatnya

gila. Sedangkan mengenai kekuatannya, sekedar sengatan tawon saja sudah bisa

menganggu rasa santai dan tidurnya. Mengenai tabiatnya, ia sudah akan gelisah

hanya dengan kehilangan satu rupiah. Dan tentang kecantikannya, ia hanya sedikit

lebih cantik daripada benda-benda memuakkan yang diselubungi dengan kulit

halus. Jika tidak sering dicuci, ia akan menjadi sangat menjijikan dan

memalukan.7

Sebuah hadis Nabi yang terkenal berbunyi: “ Ia yang mengenal dirinya,

mengenal Allah.” Artinya, dengan merenungkan wujud dan sifat-sifatnya,

manusia sampai pada sebagian pengetahuan tentang Tuhan. Tetapi karena banyak

7Al-Ghazali, Metode Menggapai Kebahagiaan: Kitab Kimia Kebahagiaan., h. 26-29

Page 66: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

55

orang yang merenungkan dirinya tidak juga menemui Tuhan, berarti ada tentulah

ada cara-cara tersendiri untuk melakukan hal tersebut. Kenyataannya, ada dua

metode untuk bisa sampai pada pengetahuan ini. Salah satu diantaranya

sedemikian, musykil sehingga tidak bisa dicerna dengan kecerdasan biasa dan

karenanya lebih baik tidak dijelaskan.

Metode yang lain adalah sebagai berikut. Jika seorang manusia

merenungkan dirinya, ia akan tahu bahwa sebelumnya ia tidak ada, sebagai mana

tertulis di dalam Al-Quran:

“Tidakkah manusia tahu bahwa sebelumnya ia bukan apa-apa?” (QS Maryam [

19 ]: 67).

Selanjutnya ia ketahui bahwa ia berbuat dari satu tetes air yang tidak

mengandung intelek, pendengaran, kepala, tangan, kaki dan sebagainya. Dari sini

jelaslah bahwa, ia tidak menciptakan dirinya dan tidak pula ia mampu

menciptakan seutas rambut sekalipun.

Betapa sangat tak berdayanya ia pada waktu baru hanya berupa setetes air

itu jadi, sebagaimana kita lihat pada Bab 1, ia dapati pada wujudnya sendiri

terpantulkan, katakanlah, suatu miniatur kekuasaan, kebijakan dan cinta Sang

Pencipta. Jika semua orang pandai dari seluruh dunia dikumpulkan dan hidup

mereka diperpanjang sampai waktu yang tidak terbatas, tidak akan bisa mereka

hasilkan perbaikan apapun yang atas satu bagian saja dari bangun jasad manusia.

Misalnya, pada penyesuaian gigi depan dan samping, pada pengunyahan

Page 67: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

56

makanan, serta pada bangunan lidah, kelenjar-kelenjar air liur dan kerongkongan

untuk penelanannya, kita dapati peralatan-peralatan yang tidak bisa dibuat lebih

baik lagi. Demikian pula seorang yang merenungkan tangan dengan lima jari-jari

yang tidak sama panjang, empat diantaranya dengan tiga persendian dan jempol

yang hanya mempunyai dua – serta dengan cara bagaimana ia bisa dipergunakan

untuk mencekal, menjinjing, atau memukul, secara terus terang akan mengakui

bahwa tidak akan mungkin kebijakan manusia bisa membuatnya lebih baik lagi

dengan mengubah jumlah dan aturan jari-jari tersebut, atau dengan jalan apapun.8

Catatan-catatan diatas memungkinkan kita memasuki lebih dalam seruan-

seruan yang melekat di bibir orang-orang Mukmin: “ Subhanallah, Alhamdulillah,

la ilaha illallah, allahu akbar.” Mengenai yang terakhir, kita bisa berkata

bahwasannya hal itu tidaklah berarti, bahwa allah lebih besar dari penciptaan,

karena penciptaan adalah pengejawantahan-Nya, sebagaimana cahaya

pengejawantahan matahari. Dan akan tidak benar kalau dikatakan bahwa matahari

lebih besar dari cahayanya sendiri. Hal itu lebih berarti bahwa kebesaran Allah

sama sekali melampaui kemampuan kongnitif dan bahwa kita hanya, bisa

membentuk suatu gagasan yang amat kabur dan tidak sempurna tentang-Nya. Jika

seseorang anak meminta kepada kita untuk menerangankan kesenagan-

kesenangan yang ada di dalam kepemilikan kedaulatan, kita bisa berkata bahwa

hal itu adalah seperti kesenangan yang ia rasakan di dalam bermain-main dengan

alat pemukul dan bola, meskipun pada hakikatnya keduanya tidak memiliki suatu

yang sama, kecuali bahwa keduanya termasuk ke dalam kategori kesenangan.

8Al-Ghazali, Metode Menggapai Kebahagiaan: Kitab Kimia Kebahagiaan., h. 31-32.

Page 68: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

57

Jadi, seruan Allahu akbar berarti bahwa kebesaran-Nya, jauh melampaui

kemampuan pemahaman kita. Lagi pula, pengetahuan tentang Allah tidak

sempurna seperti itu sebagaimana yang bisa kita peroleh, bukanlah sekedar suatu

pengetahuan spekukatif belaka, melainkan meski dibarengi dengan penyerahan

dan ibadah. Jika seorang meninggal dunia, ia bebrurusan hanya dengan Allah Swt,

dan jika kita harus hidup bersama seseorang, kebahagiaan kita sama sekali

bergantung pada tingkat kecintaan yang kita rasakan kepaanya. Cinta adalah

benih kebahagiaan, dan cinta kepada Allah ditumbuhkan dan di kembangkan oleh

ibadah. Ibadah dan zikir yang terus menerus seperi itu mengisyaratkan suatu

tingkat tertentu dari keprihatinan dan pengekangan nafsu-nafsu badaniah, hal ini

tidak bererti membawa seseorang diharapkan untuk sama sekali memusnahkan

nafsu-nafsu badaniah itu, karena demikian halnya, maka ras manusia akan

musnah. Tetapi, batasan-batasan yang ketat mesti dikenakan pada usaa

pemuasannya. Dan karena manusia bukan hakim yang terbaik dalam kasusnya

sendiri, maka untuk menetapkan batasan-batasanapa yang harus dikenakan itu

sebaiknya.

Pertama , ada orang yang gagal menemukan Allah lewat pengamatan,

lantas menyimpulkan bahwa Allah itu tidak ada dan bahwa dunia yang penuh

keajaiban-keajaiban ini menciptakan dirinya sendiri atau ada dari keabadian.

Mereka bagian seorang yang melihat suatu huruf yang tertulis dengan indah,

kemudian menduga bahwa tulisan itu tertulis dengan sendirinya tanpa ada

penulisnya, atau memenag sudah selalu ada. Orang-orang dengan berpikir

semacam ini sudah terlalu jauh tersesat sehingga berdebat dengan mereka akan

Page 69: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

58

sedikit sekali manfaatnya. Orang-orang seperti itu mirip ahli fisika dan astronomi

yang kita sebut diatas.

Kedua, sejumlah orang yang, akibat kejahilan tentang sifat jiwa yang

sebenarnya, menolak doktrin kehidupan akhirat, tempat manusia akan diminta

pertanggung jawabannya dan diberi balasan baik atau dihukum. Mereka anggap

diri mereka sendiri sebagai tidak lebih baik dari hewan-hewan atau sayur-sayuran,

dan sama-sama bisa musnah.

Ketiga, di lain pihak, ada orang yang percaya kepada Allah dan kehidupan

akhirat, tapi hanya dengan iman yang lemah. Mereka berkata pada diri mereka

sendiri, “Allah itu mahabesar dan tidak bergantung pada kita; kita beribadah atau

tidak merupakan masalah yang sama sekali tidak penting bagi-Nya, “ Mereka

berpikir seperti orang sakit yang ketika oleh dokter diberi pereturan pengobatan,

tertentu kemudian berkata, “ Yah, saya ikuti atau tidak, apa urusannya engan

dokter itu.” tentunya hal ini tidak berekibat apa-apaterhadap dokter terebut, tetapi

pasien itu bisa merusak dirinya sendiri akibat ketidaktaatannya. Sebagaimana

pastinya penyakit jasad yang tak terobati berakhir dengan kematian jasad, begitu

pula penyakit jiwa yang tak tersembuhkan akan berakhir dengan kepedihan pada

masa datang,. Sesuai dengan kata-kata Al-Qur’an:

“Orang-orang yang akan diselamatkan hanyalah yang datang kepada Allah

dengan hati yang bersih” ( QS Al-Syu’ara [26]:89).9

9Al-Ghazali, Metode Menggapai Kebahagiaan: Kitab Kimia Kebahagiaan., h. 41-45.

Page 70: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

59

Dunia ini adalah panggung atau pasar yang disinggahi oleh para musafir di

tengah perjalannya ke tempat lain ke tempat lain. Di sinilah mereka membekali

diri dengan berbagai perbekalan untuk perjalan tersebut. Jelasnya, di sini manusia

dengan mengunakan indra-indra jasmaniahnya, memperoleh sejumlah

pengetahuan tentang karya-karya Allah serta, melalui karya-karya tersebut,

tentang Allah sendiri. Suatu pandangan tentang-Nya akan menentukan

kebahagiaannya. Untuk memperoleh pengetahuan inilah ruh manusia diturunkan

ke alam air dan lampung ini. Indra-indranya masih tinggal bersamanya, dikatakan

bahwa ia berada di “alam ini”. Jika semuanya itu pergi dan hanya sifat-sifat

esensialnya yang tinggal, dikatakan ia telah pergi ke “alam lain”.

Sementara manusia berada di dunia ini ada dua hal yang perlu baginya.

Pertama, perlindungan dan pemeliharaan jiwa; kedua, perawatan dan

pemeliharaan jasadnya. Pemeliharaan yang tepat atas jiwanya, sebagaimana di

tunjukan di atas, alalah pengetahuan dan cinta akan Tuhan. Terserap ke dalam

kecintaan akan segala sesuatu selain Allah berarti keruntuhan jiwa. Jasad bisa

dikatakan sebagai sekedar hewan tunggangan jiwa yang musnah, sementara jiwa

terus abadi. Jiwa mesti merawat badan persis sebagaimana orang peziarah, dalam

perjalannya ke Makkah, merawat untanya. Tetapi, jika sang peziarah

menghabiskan waktunya untuk memberi makan dan menghiasi untanya, kafilah

pun akan meninggalkannya dan ia akan mati di padang pasir.

Adapun mengenai dunia yang mesti kita garap, kita dapat ia

terkelompokkan dalam tiga bagian, yakni hewan, tetumbuhan, dan barang

tambang. Produk-produk dari ketiganya terus menerus di butuhkan oleh manusia

Page 71: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

60

dan telah mengembangkan tiga pekerjaan besar: pekerjaan para penenun,

pembangun, dan pekerja logam. Sekali lagi, semuanya itu banyak memiliki

banyak cabang yang lebih rendah seperti penjahit, tukang batu, dan tukang besi.

Tidak ada daripadanya yang sama sekali bebas dari yang lain. Hal ini

menimbulkan bermacam hubungan perdagangan dan sering kali mengakibatkan

kebencian, iri hati, cemburu, dan lain-lain penyakit jiwa. Karenanya timbullah

pertengkaran dan perselisihan, kebutuhan akan pemerintahan politik dan sipil srta

ilmu hukum.10

Orang-orang yang telah mengumbar diri tanpa batas dengan kesenangan

dunia ini. Pada saat kematiaannya akan seperti seseorang yang memenuhi

perutnya dengan bahan makanan terpilih lezat, kemudian memuntahkannya.

Kelezatannya telah hilang, tetapi ketidak enakannya yang tinggal. Makin

berlimpah harta yang yang telah mereka nikmati taman-taman, budak-budak laki

dan perempuan, emas, perak, dan sebagainya akan makin keraslah mereka rasakan

kepahitan berpisah dari semuanya itu. kepahitan ini akan terasa lebih berat dari

pada kematian, karena jiwa yang telah menjadikan ketamakan sebagai sesuatu

kebiasaan akan tetap menderita di dunia yang akan akibat kepedihan nafsu-nafsu

yang tak terpuasi.

ketiga berbentuk kekecewaan kegagalan untuk mencapai objek

kemaujudan yang sesungguhnya. Manusia di ciptakan dengan maksuk untuk

mencermini cahaya pengeahuan akan Tuhan. Tetapi jika ia sampai di akhirat

dengan jiwa yang termasuk tebal oleh karat pengumbaran nafsu indrawi, ia akan

10

Al-Ghazali, Metode Menggapai Kebahagiaan: Kitab Kimia Kebahagiaan., h. 51-53.

Page 72: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

61

sama sekali gagal untuk memperoleh tujuan penciptaannya. Kekecewaan bisa

digambarkan dengan cara berikut, misalkan, seseorang sedang melewati sebuah

hutan gelap bersama beberapa orang sahabat. Disana sini, berkelap-kelip di atas

tanah, bertebaran batu-batu bewarna.

B. Metode Mendapatkan Kebahagiaan Menurut al-Ghazali

Menurut al-Ghazali kebahagiaan yang sejati adalah kebahagiaan yang

terletak bukan pada fisik, tapi non fisik yakni kebahagiaan yang terletak pada hati

dan jiwa yang bersih. Menurut al-Ghazali, agar hati dan jiwa yang bersih bisa

digapai, maka orang yang ingin bahagia harus menempuh beberapa tahap atau

tingkat. Tahap atau tingkat-tingkatannya terdiri dari beberapa hal yaitu:

a. Tobat

Tobat merupakan satu istilah yang meliputi dua hal penting, yaitu dan ilmu

perbuatan. Ilmu yang berkaitan dengan tobat adalah pengetahuan tentang akibat

bahaya dosa, serta pengetahuan bahwa dosa merupakan tabir yang ada diantara

seseorang dan sesuatu yang ditabirnya. Jika sudah mengetahui hal ini, akan

muncul satu keadaan dalam hati, rasa sakit terhadap rasa takut akan tertinggalnya

segala sesuatu yang ditabirinya. Dan jika menyesalan ini sudah memenuhi hatimu,

ia akan memunculkan keinginan untuk bertobat dan meninggalkan keburukan

yang telah kaulakukkan. Dengan demikian, tobat berarti meninggalkan dosa dan

berniat untuk tidak mengulanginya serta melupakan apa yang telah lalu, para

ulama, para imam, dan para salaf saleh pun bersepakat mengenai kewajiban tobat.

Page 73: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

62

Jika kau bertanya, mengapa tobat wajib, padahal tobat merupakan buah

penyesalan di dalam hati, dan bukan perbuatan yang termasuk ikhtiar (pilihan) 11

b. Sabar

Sabar merupakan bangunan yang terdiri atas ilmu, ahwal, dan amal.

Perumpamaannya. Jika ilmu sebatang pohon maka ahwal adalah rantingnya dan

amal merupakan buahnya. Jiksa kau mengetahui bahwa kemaslahatan agama

terletak dalam sabar, kau akan terdorong untuk bersabar, baik alam melakukan

ibadah atau memenuhi kebutuhan hidup. Dalam semua keadaan, setiap

tindakanmu akan didorong menuju satu macam kesabaran sehingga tidak ad satu

pun tindakan yang mengalami batas yang melimpa yang melampaui batas

kepatutan atau kelayakan.

Cara untuk bersabar dalam melakukan ibadah adalah dengan mengetahui

bahwa sesungguhnya sabar yang sebentar akan dibalas dengan kebahagiaan yang

abadi. Kesabaran akan dibalas dengan jika orang yang bersabar itu tidak

menceritakan kesabarannya kepada orang lain dan dan tidak merusaknya dengan

riya.12

c. Fakir

Orang fakir adalah orang yang membutuhkan sesuatu yang tidak

dimilikinya. Semua manusia dianggap fakir karena mereka butuh kepada Allah

untuk kelestarian wujud mereka. Seluruh wujud mereka berasal dari Allah dan

mereka sama sekali tidak memilikinya apa-apa. Hanya Allah sang pemilik. Dia

maha kaya dan maha memiliki segala. Kelompok fakir yang paling tinggi

11

Imam Al-Ghazali, Intisari Ihya Ulumiddin, ter.Mukhtashar (Jakarta: PT Serambi

Semesta Distribusi, 2017), h.484 12

Imam Al-Ghazali, Intisari Ihya Ulumiddin., h.498.

Page 74: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

63

kedudukannya adalah orang yang keadaan batinnya tidak berubah, baik ketika ada

harta ataupun saat kehilangannya; baik hartanya sedikit atau pun banyak. Ia tidak

peduli dan tidak menolak kedatangan orang yang minta-minta. Hatinya juga tidak

disibukkan keinginan untuk memenuhi kebutuhan dirinya.13

d. Zuhud

Hakikat zuhud adalah membenci sesuatu dan berpaling kepada sesuatu

yang lain. Siapa pun yang meninggalkan kelebihan dunia, memebencinya, dan

menyenangi akhirat, berarti ia adalah orang yang zuhud dari dunia. Tingkatan

zuhud yang paling tinggi adalah ketika kau menjauhi segala sesuatu selain Allah

Swt, termasuk akhirat. Ketahuilah, kehidupan akhirat lebih baik daripada dunia,

dan amal yang muncul dari suatu keadaan adalah ketika seseorang merasakan

kesenangan sempurna terhadap akhirat. Amal seperti itu diraih dengan senantiasa

memelihara hati dan anggota tubuh dari sesuatu yang bisa merusak.14

e. Tawakal

Tawakal adalah bersandarnya hati kepada satu-satunya yang layak

disandari, didasari oleh pengetahuan bahwa tidak ada suatu pun yang keluar dari

pengetahuan dan kekuasaan-Nya, dan bahwa segala sesuatu selain Dia tidak bisa

member bahaya atau manfaat kepadanya.15

f. Cinta

Ketahuilah, cinta kepada Allah merupakan puncak cinta dan termasuk

maqam yang paling tinggi juga. Sedangkan yang lain, seperti rindu, nyaman, dan

13

Imam Al-Ghazali, Intisari Ihya Ulumiddin, h. 524 14

Imam Al-Ghazali, Intisari Ihya Ulumiddin, h. 534 15

Imam Al-Ghazali, Intisari Ihya Ulumiddin, h. 558

Page 75: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

64

rida hanyalah tambahan. Apabila manusia mampu mengisi hatinya dengan sifat-

sifat terpuji, maka ia akan menjadi cerah dan terang.

Cinta adalah kecenderungan kepada sesuatu karena dianggap

menyenangkan. Sedangkan kemarahan adalah pelarian dari sesuatu karena

dianggap tidak cocok. Semakin besar kenikmatan yang diberikan maka semakin ia

dicintai. Kenikmatan mata ada pada pandangan, kenikmatan telinga ada pada

suara yang di dengarkan, dan kenikmatan penciuman ada pada segala hal yang

dicium, begitupun indra-indra lainnya. Masing-masing memiliki suatu yang cocok

dengannya sehingga ia mencintainya.16

g. Ikhlas (Rela)

Segala sesuatu bisa dicampuri sesuatu yang lain jika sesuatu itu bersih dan

terhindar dari campuran sesuatu yang lain maka ia disebut murni. Dan, jika

berkaitan dengan perbuatan maka perbuatan yang bersih dari campuran disebut

perbuatan yang ikhlas. Mengenai pengertian ikhlas, al-Sausi berkata, “Ikhlas

adalah suatu hilangnya penglihatan terhadap ikhlas, karena orang yang melihat

ikhlas dalam ikhlasnya, berarti ikhlasnya masih membutuhkan ikhlas yang lain.”

Kemudian al-Fudail mengatakan, Ikhlas adalah jika Allah membebaskan

perbuatan dari keduanya.”17

16

Imam Al-Ghazali, Intisari Ihya Ulumiddin, h. 566. 17

Imam Al-Ghazali, Intisari Ihya Ulumiddin, h. 597.

Page 76: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahagia juga bererti beruntung atau perasaan senang, tentram, (Bebas dari

segala yang menyusahkan).. Kata bahagia dalam bahasa Arab yaitu Sa’adah artinya

“keberuntungan” atau “kebahagiaan”. Diartikan juga bebas dari segala yang

menyusahkan.

Menurut al-Ghazali, Kebahagiaan bisa diraih ketika kita telah memahami

empat teori dasar. Pertama pengetahuan tentang diri. Kedua, meranjak satu tingkat

dari pengetahuan tentang diri, yakni pengetahuan tentang Tuhan. Ketiga, setelah

keduanya dikuasai maka meningkat pengetahuan tentang dunia ini. Keempat,

pengetahuan yang terakhir yang harus dikuasai adalah pengetahuan tentang akhirat.

Menurut al-Ghazali kebahagiaan yang sejati adalah kebahagiaan yang terletak

pada hati dan jiwa yang bersih. Menurut al-Ghazali, agar hati dan jiwa yang bersih

bisa digapai, maka orang yang ingin bahagia harus menempuh beberapa tahap atau

tingkat, yaitu bertobat, sabar, fakir, zuhud, tawakal.cinta dan ikhlas (rela).

Kebahagiaan sejati bisa diraih apabila sudah berada pada tahap ikhlas (rela).

B. Saran

Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak baik di dunia

akademis maupun masyarakat. Penulis dengan senang hati menerima skritik dan

saran sehingga penulis mendapatkan pelajaran baru yang berguna untuk dunia

akademik maupun penulisan di masa yang akan datang. Penulis yakin sebuah karya

Page 77: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

66

66

mengandung kelebihan dan kekurangan. Maka dari itu jika ada peneliti yang ingin

meneliti dengan tema yang sama, maka yang perlu diperhatikan yaitu:

Penulis tidak membahas secara komprehensif mengenai filsafat kebahagiaan

al-Ghazali. Hal itu karena pembahasan filsafat kebahagiaan yang al-Ghazali tulis

hanya satu buku. Penulis juga tidak menemukan buku lain yang mengomentari lebih

dalam buku al-Ghazali yang berjudul “Metode Menanggapi Kebahagiaan: Kitab

Kimia Kebahagiaan (Bandung: Mizan, 2014)”.

Page 78: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

67

Daftar Pustaka

Bertens, K. Sejarah Filsafat Yunanii. Jogjakarta: KANISIUS. 1999.

Bijak bersosmed, yang diambil dari artikel “Dampak Positiff dan Negatif Sosial

Media” https:/fzahrah.blogspot.co.id/2014/10dampak-positif-dan-negatif-

sosial-media.html

Dahlan, Abdul Aziz. Pemikiran Falsafi dalam Islam. Padang: IAIN IB Press, 1999.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka, 1990.

Drijarkara. Percikan Filsafat. Jakarta: PT. Pembangunan, 1981.

Djamaluddin, Mahbub. Al-Ghazali Enslikopedi Zaman. Jakarta: Perpustakaan

nasional, 2015.

Esesensiana, ”Mengais Kebahagiaan: Sebuah Ringkasan Diskusi Filsafat” yang

diakses pada tanggal 6 maret 2018, dari

www.esensiana.com/carameraihkebahagiaan/

Faiz, Fahruddin. Ngaji Filsafat: al-Farabi Kebahagiaan (2), youtube, diunggah oleh

Miftah dalam https://youtu.be/YGo8CJSyovQ, diakses pada hari Rabu, 8 Mei

2018, jam 18.41 WIB.

Al-Farabi, Abu Nashr. Risalah Tanbih ‘ala Sabil as-Sa’adah. Amman: Universitas

Yordania, 1987.

……, Tahshil al-Sa’adah. Libanon: Dar wa Maktabah al-Hilal, 1995.

Al-Ghazali. Bidayah al-Hidayah. Penerjemah Yahya al-Mutamakkin. Semarang: PT

Karya Toha Putra Semarang, 2003.

Page 79: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

68

……., Metode Menggapai Kebahagiaan: Kitab Kimia Kebahagiaan, terj. Haidar

Bagir. Bandung: Mizan, 2014.

……., Mukhtasar Ihya Ulum Al-Din. Penerjamh Irwan Kurniawan. Bandung Mizan,

1990.

Hamedi, Afifeh. “Farabi’s View on Happiness”, International Journal of Advanced

Research, vol. 1, issue 7, 2013.

Hamka. Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya. Jakarta: PT Pustaka Panjimas,

1983.

Hasan, Mustofa. Sejarah Filsafat Islam: Geneologis dan Transmisi Filsafat Timur ke

Barat.

Hatta, Muhammad. Alam Pikiran Yunani. Jakarta: Tutamas Indonesia, 1980.

Hidayati, Nia. dalam artikel yang berjudul “Cara Mengejar dan Mendapatkan Kebahagiaan”

diambil pada tanggal 27 Juni 2019 dari https://www.niahidayati.net./makna/makna-

kebahagiaan-dan-cara-mendapatkannya.html

Kartanegara, Mulyadi. “Membangun Kerangka Keilmuan IAIN perspektif Filosofis”

dalam http://icasparamadinauniversity.wordpress.com diakses pada tanggal 02

Oktober, 2017, jam 21.10 WIB.

……., Menembus Batas Waktu Panorama Filsafat Islam. Jakarta: Penerbit Mizan,

2002.

……., Mengislamkan Nalar: Sebuah Respons terhadap Modernitas. Jakarta:

Erlangga, 2007.

Page 80: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

69

Kusuma, Sofiyah Angrang. “Psikologi al-Kindi” dalam http//www.psikologi-al-

kindi.html.pdf, diakses pada hari Sabtu, 13 Mei, 2017.

Mudhofir, Ali. Kamus Teori dan Aliran dalam Filsafat dan Teologi. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press. 1996.

Madkour, Ibrahim. Filsafat Islam: Metode dan Penerapan, terj. Yudian Wahyudi

dkk. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), bagian 1, cet. ke-4.

Mursyid, Ali. Kebahagiaan Transfortasi Hakiki: Kajian Kitab Sa’adah karya al-

Ghazali, diambil, pada tanggal 8 Juli 2019, dari

https://iiq.ac.id/index.php?=artikel&d=2&id=106

Al-Qardhawi, Yusuf. Pro Kontra Pemikiran al-Ghazali. Surabaya: Risalah Gusti,

1997.

Rakhmat, Jalaluddin. Renungan-Renungan Sufistik: Membuka Tirai Kegaiban.

Bandung: PT Mizan Pustaka, 1994.

Solomon, Robert C. Etika Suatu Pengantar, terj. Andre Karo karo. Jakarta: Erlangga,

1987.

Suseno, Frans Magnis. 13 Tokoh Etika: Sejak Zaman Yunani Sampai Abad ke-19.

Yogyakarta: Kanisius, 1997.

Syamhodie, Fadjar Noegraha. Tasawhuf Kehidupan AL-GHAZALI: Refleksi

Petualangan Intelektual dari Teolog, Filosof, Hingga Sufi. Ciputat Timur: CV

Putra Harapan, 1999.

Tjahjadi, Simon Petrus L. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Petualangan

Intelektual.

Page 81: FILSAFAT KEBAHAGIAAN MENURUT AL-GHAZALI · membuktikan bahwa kebahagiaan materi bukan kebahagiaan yang utama dan pokok. 2. Di sisi lain, ada tokoh Muslim yang bernama Imam al-Ghazali

70

Wikipedia, yang berjudul Eudaimonisme yang diambil pada tanggal 27 juni 2019 dari

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Eudaimoni