filsafat ilmu konservasi pendidikan

16
1 KONSERVASI PENDIDIKAN Authors: Angga Debby Frayudha MANAJEMEN PENDIDIKAN S2 UNNES [email protected] BAB I I. PENDAHULUAN Filsafat adalah the attempt to answer ultimate question critically (Joe Park, Selected Reading in the Philosophy of Education, 1960:3). D.C. Mulder (Pembimbing ke Dalam Ilmu Filsaat, 1966:10) mendefinisikan filsafat sebagai pemikiran teoritis tentang susunan kenyataan sebagai keseluruhan. William James (Encyclopedia of Philosophy, 1967:219) menyimpulkan bahwa filsafat adalah a collective name for question which have not been answered to the satisfication of all that have asked them. Namun, dengan mengatakan bahwa filsafat ialah hasil pemikiran yang hanya logis, Objek pengetahuan ilmu (yaitu objek-objek yang diteliti ilmu) ialah semua objek yang empiris. Jujun S. Suriasumantri (Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, 1994: 105) menyatakan bahwa objek kajian ilmu hanyalah objek yang berada dalam ruang lingkup pengalaman manusia. Yang dimaksud pengalaman disini ialah pengalaman indera. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) adalah merupakan aturan pelaksanaan dari landasan dan struktural negara kita yaitu Pancasila dan UUD Tahun1945. UU ini adalah merupakan dasar hukum pelaksanaan dan reformasi Sistem Pendidikan Nasional karena UU ini juga memuat visi, misi, fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional. Dengan adanya sistem pendidikan nasional seperti sekarang ini (UU No. 20 Tahun 2003 ) itu berarti akan memberikan kesempatan kepada setiap warga negara mendapatkan pendidikan, dan jika seorang atau sekelompok masyarakat tidak bisa mendapatkan kesempatan belajar maka mereka bisa menuntut hak itu kepada pemerintah. Untuk mewujudkan Pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat dan berdaya saing dalam kehidupan global, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan harus berdasarkan Pancasila dan UUD Tahun 1945. Untuk itu, pendidikan yang baik perlu dibekali dengan ilmu-ilmu kontekstual terkait lingkungan hidup dan konservasi melalui program pendidikan konservasi. Pendidikan

Upload: angga-debby-frayudha

Post on 11-Jan-2017

369 views

Category:

Education


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Filsafat ilmu   konservasi pendidikan

1

KONSERVASI PENDIDIKAN

Authors: Angga Debby Frayudha MANAJEMEN PENDIDIKAN S2 UNNES

[email protected]

BAB I

I. PENDAHULUAN

Filsafat adalah the attempt to answer ultimate question critically (Joe Park,

Selected Reading in the Philosophy of Education, 1960:3). D.C. Mulder (Pembimbing ke

Dalam Ilmu Filsaat, 1966:10) mendefinisikan filsafat sebagai pemikiran teoritis tentang

susunan kenyataan sebagai keseluruhan. William James (Encyclopedia of Philosophy,

1967:219) menyimpulkan bahwa filsafat adalah a collective name for question which

have not been answered to the satisfication of all that have asked them. Namun, dengan

mengatakan bahwa filsafat ialah hasil pemikiran yang hanya logis, Objek pengetahuan

ilmu (yaitu objek-objek yang diteliti ilmu) ialah semua objek yang empiris. Jujun S.

Suriasumantri (Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, 1994: 105) menyatakan bahwa

objek kajian ilmu hanyalah objek yang berada dalam ruang lingkup pengalaman manusia.

Yang dimaksud pengalaman disini ialah pengalaman indera.

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) adalah

merupakan aturan pelaksanaan dari landasan dan struktural negara kita yaitu Pancasila

dan UUD Tahun1945. UU ini adalah merupakan dasar hukum pelaksanaan dan reformasi

Sistem Pendidikan Nasional karena UU ini juga memuat visi, misi, fungsi dan tujuan

Pendidikan Nasional. Dengan adanya sistem pendidikan nasional seperti sekarang ini

(UU No. 20 Tahun 2003 ) itu berarti akan memberikan kesempatan kepada setiap warga

negara mendapatkan pendidikan, dan jika seorang atau sekelompok masyarakat tidak bisa

mendapatkan kesempatan belajar maka mereka bisa menuntut hak itu kepada pemerintah.

Untuk mewujudkan Pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat dan

berdaya saing dalam kehidupan global, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan

harus berdasarkan Pancasila dan UUD Tahun 1945.

Untuk itu, pendidikan yang baik perlu dibekali dengan ilmu-ilmu kontekstual terkait

lingkungan hidup dan konservasi melalui program pendidikan konservasi. Pendidikan

Page 2: Filsafat ilmu   konservasi pendidikan

2

konservasi merupakan sarana membentuk sumberdaya manusia yang memiliki

pengetahuan, sikap, keterampilan, dan motivasi serta komitmen untuk ikut memecahkan

masalah konservasi dan lingkungan hidup dan mencegah timbulnya permasalahan

lingkungan. Dan salah satu indikator untuk mengembangkan pendidikan yang berbasis

konservasi yaitu kurikulum lingkungan berbasis alam dan pengembangan kegiatan

ekstrakurikuler berbasis tadabur alam, sehingga pengembangan dan pelaksanaan

pendidikan konservasi merupakan komponen yang penting dalam mewujudkan program

eco-pendidikan.

BAB II

II. RUMUSAN MASALAH

Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang lahir dari masyarakat dan mendapat

dukungan dari masyarakat, serta memberikan pelajaran yang bisa menjawab kebutuhan

masyarakat, dengan indikasi bertanggungjawab, peka terhadap lingkungan, berkembang,

dapat memberikan perhatian yang seimbang antara pribadi dan masyarakat, pewaris

perjuangan, motivator, katalisator masyarakat, dan berilmu. Oleh karena itu diharapkan

pendidikan berbasis konservasi seharusnya mampu menjawab kebutuhan masyarakat

tanpa harus merusak lingkungan sekitar bahkan bertujuan untuk melestarikan lingkungan.

Berdasarkan keterangan di atas, perumusan masalah yang dapat diidentifikasi yaitu:

a. Bagaimana perspektif filsafat ilmu dalam manajemen pendidikan berbasis konservasi?

b. Bagaimana persepsi para pihak tentang pelaksanaan pendidikan konservasi?

c. Bagaimana program pelaksanaan pendidikan konservasi?

d. Bagaimana rancangan program pendidikan konservasi?

Page 3: Filsafat ilmu   konservasi pendidikan

3

BAB III

III. PEMBAHASAN

A. Manajemen Pendidikan Berbasis Konservasi dalam Perspektif Filsafat Ilmu

Pengertian filsafat pada prinsipnya bisa diartikan sebagai love of wisdom, cinta

kebijakan. Pengertian ini mengacu pada arti terminologis dari filsafat, yang berasal

dari kata philos dan shopos (Al-Jauharie, 2006:1). Istilah ini sesuai dengan yang

dijabarkan oleh Ali, bahwa menurutnya kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, kata

ini berasal dari kata philosophia yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata

philos yang berarti cinta, senang, dan suka, serta kata Sophia yang berarti

pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan (Ali, 1986:7).

Harold Titus dalam pengertian yang lebih luas mengemukakan pengertian

filsafat sebagai berikut:

1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam

yang biasanya diterima secara kritis.

2. Filsafat ialah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap

yang sangat kita junjung tinggi.

3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.

4. Filsafat ialah analisis logis dari bahasan dan penjelasan tentang arti konsep.

5. Filsafat ialah sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat perhatian

manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat (Jalaludin dan Said, 1994:9).

Sementara itu, definisi dan tujuan pendidikan konservasi sumber daya alam

hayati dan ekosistemnya adalah suatu proses kegiatan dalam memberikan informasi

dan penyadaran masyarakat terhadap konservasi sumberdaya alam hayati dan

ekosistemnya kepada ekosistemnya kepada masyarakat (Dephut 2007).

Pendidikan konservasi adalah suatu usaha sadar yang dilakukan berulang-ulang

atau terus menerus yang bertujuan supaya masyarakat memiliki kesadaran dan

Page 4: Filsafat ilmu   konservasi pendidikan

4

kepedulian terhadap konservasi sumberdaya alam dan segala permasalahannya yang

memiliki pengetahuan, sikap, keahlian, motivasi, dan komitmen untuk ikut

memecahkan masalah konservasi (Dephut 2007).

Tujuan pendidikan konservasi (Dephut 2007) adalah:

1. Mengembangkan kepekaan individu dan kelompok komunitas dan bangsa-bangsa

terhadap konservasi sumberdaya alam.

2. Memberikan kesempatan kepada semua orang untuk mendapatkan kesadaran,

pengetahuan, keahlian, dan komitmen untuk melakukan konservasi sumberdaya

alam.

3. Membentuk pola perilaku yang ramah terhadap sumberdaya alam.

4. Mengembangkan etika konservasi.

5. Memberantas buta konservasi.

6. Meningkatkan kualitas sumberdaya alam.

7. Pelaksanaan pendidikan konservasi melalui jalur formal.

Pelaksanaan pendidikan konservasi/pendidikan lingkungan hidup di sekolah

menurut Masy’ud (2001) dapat dilakukan dengan strategi dasar, sebagai berikut:

1. Pendekatan pembelajaran dapat ditempuh melalui pendekatan kurikuler dengan

cara integrasi atau dikembangkan sebagai kajian khusus dengan pendekatan

monolitik (MULOK), atau dikenal sebagai metode infuse dan block (Leksono

2008).

2. Pelaksanaannya di sekolah sebaiknya tetap menggunakan satuan organisasi

pendidikan yang sudah ada dalam struktur.

3. Pengembangan PLH di sekolah dapat dilakukan baik level sekolah (program

sekolah), juga perlu didorong pengembangannya pada level kelas atau bidang studi

(mata pelajaran) dengan melibatkan sebanyak mungkin peran guru.

4. Untuk menjamin keberhasilannya, pelaksanaan PLH harus dilakukan secara

berkelanjutan dan taat asas (konsisten), baik pada level sekolah, kelas, atau mata

pelajaran. Dalam hal ini setiap sekolah dapat mengembangkan jaringan kemitraan

dengan institutsi lain yang menaruh minat dan perhatian dalam bidang pendidikan

dan/atau lingkungan.

5. Untuk mengukur keberhasilannya, perlu dilakukan kegiatan evaluasi dan

pemantauan secara teratur dan berkesinambungan.

Page 5: Filsafat ilmu   konservasi pendidikan

5

6. Penerapan prinsip “Reward and Punishment” (penghargaan dan hukuman) kepada

setiap pelaku (guru, sekolah maupun instansi pembina terkait) penting dilakukan

untuk mendorong perkembangan pelaksanaan PLH di sekolah-sekolah.

Pelaksanaan kegiatan pendidikan konservasi melalui jalur sekolah (formal)

maka unsur kunci yang harus diperhatikan adalah kurikulum sekolah, guru, sarana

pendidikan yang tersedia serta siswa (latar belakang, sosial, ekonomi, budaya, dan

lingkungan geografisnya (Muntasib 1998). Pengembangan pendidikan konservasi di

lingkungan sekolah dapat dilakukan di dalam kelas dan di luar kelas. Pelaksanaan di

dalam kelas dapat dilakukan dengan berbagai cara (Rachmawati 2000), diantaranya:

1. Materi atau bahan mengenai pendidikan konservasi dimasukkan ke dalam setiap

mata pelajaran yang ada.

2. Memadukan atau menyatukan materi pendidikan konservasi ke dalam materi

bidang studi atau mata pelajaran tertentu.

3. Menyisipkan beberapa pokok bahasan di dalam pembahasan suatu mata pelajaran.

4. Membuat soal-soal mengenai pendidikan konservasi.

Pelaksanaan pendidikan konservasi di luar kelas merupakan kelanjutan dari apa

yang sudah diberikan di dalam kelas (Rachmawati 2000). Menurut Suyudi (2008),

penerapan pendidikan konservasi/pendidikan lingkungan hidup dibutuhkan para

pelatih atau guru yang diharapkan dapat menerapkan dan melanjutkan bahkan bila

mampu mengembangkan program tersebut dari pengalaman yang diperoleh selama

menjalankan programnya. Disamping itu, juga dibutuhkan persiapan lain mulai dari

penyusunan silabus, pembuatan modul, penyiapan calon trainer dan fasilitator,

penyiapan core team yang akan menjadi advisory sekaligus technical asistance bagi

para guru dan pelatih, uji coba modul serta penyempurnaan modul dari proses uji

coba. Melalui serangkaian kegiatan di atas, diharapkan modul pendidikan lingkungan

hidup dapat diimplementasikan menjadi muatan lokal di sekolah tingkat dasar dan

menengah sebagai langkah membangun kesadaran baru dalam melestarikan

lingkungan hidup bagi kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang

Metode yang dapat digunakan untuk pelaksanaan pendidikan

konservasi/pendidikan lingkungan hidup antara lain demonstrasi, percobaan

(eksperimen), penyelidikan (inquiry), karyawisata/widyawisata (fieldtrip), pengajaran

proyek, diskusi, studi kasus, bermain peran, simulasi, brainstorming, dan kontrak

belajar (Masy‟ud 2001; Adisenjaja dan Romiah 2009).

B. Perencanaan Program Pendidikan Konservasi

Page 6: Filsafat ilmu   konservasi pendidikan

6

Salah satu komponen penting dalam proses pendidikan adalah kurikulum yang

tepat dan relevan dengan dinamika kebutuhan masyarakat (Masy’ud 2002).

Kurikulum yang tepat dan relevan tersebut diharapkan dapat menghasilkan lulusan

pendidikan yang bermutu sesuai standar mutu nasional maupun internasional, yang

memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Kurikulum yang

dikembangkan berbasis kompetensi, menetapkan apa yang diharapkan dapat dicapai

siswa dalam setiap tingkatan belajar (pendidikan). Setiap kompetensi menggambarkan

langkah kemajuan siswa menuju kompetensi (kemampuan) pada tingkat lebih tinggi.

Suatu kompetensi adalah suatu pernyataan tentang apa yang sepantasnya dapat

dilakukan siswa secara terus menerus (permanen) dalam suatu kajian atau mata

pelajaran pada suatu tingkat tertentu.

Pengembangan kurikulum ini menyangkut empat komponen kurikulum

(Masy’ud 2002), yaitu:

1. Menentukan Tujuan

Rumusan tujuan disusun berdasarkan analisis terhadap berbagai tuntutan

kebutuhan dan harapan masyarakat dengan memperhatikan filsafat, faktor-faktor

kebutuhan masyarakat, maupun siswa, sesuai kondisi lingkungan yang ada seperti di

perkotaan dan pedesaan.

2. Menetapkan Isi (bahan)

Isi kurikulum menunjukkan materi yang diberikan kepada siswa selama

mengikuti proses pendidikaan atau proses belajar mengajar. Rumusan materi yang

akan diberikan dapat berupa masalah-masalah yang berhubungan dengan kehidupan

dan kondisi lingkungan fisik, biotik, dan sosial budaya yang dipelajari untuk

mencapai tujuan.

3. Merumuskan Kegiatan Belajar Mengajar (Proses)

Kegiatan belajar mengajar mencakup penentuan metode dan keseluruhan

proses belajar mengajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Sehingga harus

diarahkan pada cara belajar mandiri (CBM) dan sekolah berbasis manajemen

(SBM).

4. Menentukan Evaluasi

Evaluasi banyak bergantung pada tujuan yang hendak dicapai. Hal ini sangat

penting dalam rangka menghasilkan balikan (feedback) untuk mengadakan

Page 7: Filsafat ilmu   konservasi pendidikan

7

perbaikan. Oleh karena itu evaluasi harus dilakukan terus menerus baik terhadap

hasil maupun proses belajar.

Sementara itu, langkah-langkah dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

menyusun silabus kurikulum menurut Shaleh (2005) yaitu:

a. Menelaah standar kompetensi dasar dan hasil belajar dengan

mempertimbangkan ciri khas satuan pendidikan sosial keagamaan, sosial

budaya, lingkungan setempat dan usia perkembangan anak.

b. Menetapkan tujuan pembelajaran

c. Menetapkan satuan bahan ajar yang dilengkapi dengan uraian/ruang lingkup

masing-masing

d. Mempertimbangkan bobot bahan ajar dan memantapkan alokasi waktu yang

diperlukan

e. Menetapkan sumber belajar utama yang akan dipergunakan siswa untuk

mencapai kemampuan yang ditetapkan

Aspek yang termasuk dalam kegiatan penyusunan silabus menurut Shaleh

(2005) meliputi: menetapkan format dan isi silabus, kompetensi dasar, hasil belajar,

indikator kompetensi, materi pembelajaran, metode dan langkah pembelajaran,

alokasi waktu dan tempat, sarana dan sumber belajar, dan penilaian.

C. Penyelenggaraan Pendidikan Konservasi

Pendidikan konservasi merupakan salah satu komponen penting dalam

penyelenggaraan eco-sekolah. Pendidikan konservasi untuk siswa di sekolah sebagai

wujud aplikasi proses belajar mengajar materi konservasi dan lingkungan hidup

berdasarkan ajaran Islam dan wujud partisipasi pelestarian lingkungan.

Penyampaian materi konservasi dalam bentuk pendidikan konservasi menjadi

bekal bagi siswa sebagai generasi penerus bangsa, yang akan menjadi anggota

masyarakat, pengambil keputusan, dan pelaku lingkungan. Penyampaian materi

konservasi untuk siswa dapat dilakukan melalui kurikulum secara terintegrasi maupun

berupa kegiatan ekstrakurikuler.

Kementerian Lingkungan Hidup RI (2008) menyatakan bahwa model

pembelajaran dan metode belajar yang bervariasi dilakukan untuk memberikan

pemahaman kepada siswa tentang lingkungan hidup yang dikaitkan dengan kehidupan

sehari-hari. Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah salah satunya dengan memprakarsai

pengembangan pendidikan lingkungan hidup di sekolah.

Page 8: Filsafat ilmu   konservasi pendidikan

8

Bapedalda DIY (2006) menyatakan bahwa mewujudkan pendidikan

berwawasan lingkungan hidup adalah kegiatan yang strategis untuk

menumbuhkembangkan kesadaran dan kearifan lingkungan melalui penghayatan oleh

seluruh wargasekolah atau suatu institusi formal lainya, terutama siswa atau

mahasiswa. Sub unit pengelolaan kegiatan belajar mengajar berwawasan lingkungan

hidup dengan menyusun materi wawasan lingkungan hidup yang diberikan kepada

siswa sebagai pedoman, yang disusun dalam bentuk tulisan (buku, leaflet, brosur, dll)

atau disampaikan langsung dalam program ekstrakurikuler yang dapat dikerjasamakan

dengan lembaga/instansi terkait. Kegiatan belajar mengajar berwawasan lingkungan

hidup juga dapat berupa pelaksanaan kegiatan cinta lingkungan melalui program

kegiatan siswa dan atau kegiatan sosial lain yang diprakarsai oleh sekolahan

(Bapedalda DIY 2006).

a. Kekuatan (Strength)

1. Kebijakan Pimpinan sekolah yang mendorong adanya pendidikan konservasi.

2. Secara umum, guru bersedia mengintegrasikan materi pendidikan konservasi

pada mata pelajaran yang diajarkan.

3. Adanya keinginan yang kuat dari mayoritas siswa untuk mewujudkan suasana

kehidupan sekolah yang berwawasan lingkungan.

4. Adanya keinginan kuat dari keseluruhan siswa untuk mengikuti

penyelenggaraan pendidikan konservasi.

5. Memiliki lahan yang luas dan prasarana fisik lainnya yang dapat digunakan

untuk menunjang penyelenggaraan program pendidikan konservasi.

6. Memiliki keanekaragaman hayati flora dan fauna di lingkungan sekolah yang

dapat dikembangkan sebagai sumber pembelajaran.

7. Memiliki program-program lingkungan yang telah dan akan dilaksanakan oleh

sekolah.

8. Memiliki keberagaman mata ajaran yang dapat menjadi wadah integrasi materi

konservasi.

b. Kelemahan (Weaknesses)

1. Sebagian besar guru belum memiliki kompetensi mengajar pendidikan

konservasi.

2. Ada sebagian kecil guru yang belum bersedia mengintegrasikan materi

pendidikan konservasi pada mata ajaran yang diasuhnya.

3. Ketersediaan sarana/peralatan laboratorium masih kurang.

Page 9: Filsafat ilmu   konservasi pendidikan

9

4. Beban mata ajaran yang ada sudah padat, sehingga tidak memungkinkan untuk

penambahan mata ajaran baru.

D. Implementasi Program Pendidikan Konservasi

Program pendidikan konservasi disusun berdasarkan strategi prioritas yang

diperoleh dari analisis dengan pendekatan SWOT. Program ini terdiri dari tema yang

akan dijabarkan menjadi beberapa kegiatan yang merupakan gabungan beberapa

materi. Program ini bertujuan untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik siswa. Program pendidikan konservasi di sekolah disusun sebagai

berikut:

1. Tema Program

Program ini diberi tema “Mengembangkan Siswa Pro Konservasi”. Siswa pro

konservasi yaitu siswa yang memiliki kemampuan dan komitmen untuk melakukan

upaya konservasi. Siswa pro konservasi sangat diperlukan untuk turut serta membantu

menyelesaikan permasalahan lingkungan dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk itu,

diperlukan program pendidikan konservasi bagi siswa.

2. Tujuan

Tujuannya adalah menjadi program unggulan sekolah yang mampu

mewujudkan lulusan siswa yang beriman dan bertaqwa serta membentuk siswa agar

memiliki pengetahuan dan wawasan terhadap konservasi, sehingga akan muncul sikap

pro konservasi yang pada akhirnya nanti akan muncul perilaku dan mampu

menerapkan keterampilan-keterampilan pemanfaatan sumberdaya serta mampu

menyebarluaskan konsep dan teknis konservasi kepada masyarakat.

3. Pelaksana

Kurikuler Pelaksana program ini yaitu yaitu guru dengan pendekatan integratif

dengan pendekatan ekstrakurikuler. Pendekatan integratif perlu adanya kesediaan

guru untuk mengintegrasikan materi konservasi pada mata ajaran yang diampunya.

Persyaratan lain yaitu guru harus memiliki kompetensi yang memadai sehingga

dapat menyampaikan materi konservasi dengan maksimal tanpa harus mengurangi

atau mengubah kandungan asli mata ajaran yang menjadi wadah materi konservasi.

Apabila materi konservasi yang disisipkan bersifat menambah kompetensi dasar,

maka konsekuensi harus ada penambahan jam pelajaran, akan tetapi apabila materi

konservasi yang disisipkan hanya berupa pengkayaam materi dengan memperbanyak

contoh-contoh dan studi kasus maka tidak perlu menambah jam pelajaran.

4. Ekstrakurikuler

Page 10: Filsafat ilmu   konservasi pendidikan

10

Pendidikan konservasi di sekolah dapat dilaksanakan dengan pendekatan

ekstrakurikuler dengan membentuk klub baru “kader konservasi” di bawah Organisasi

Pelajar. Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dapat berupa ekstrakurikuler wajib

maupun pilihan.

5. Materi Pengajaran

Materi pengajaran pada program pendidikan konservasi dikelompokkan ke

dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik berdasarkan kajian karakteristik bio-

fisik dan sosekbud lingkungan sekolah, serta disesuaikan dengan isu permasalahan

lingkungan aktual tingkat lokal, nasional, maupun global.

6. Metode Pelaksanaan Program

Program akan dilaksanakan melalui pemberian teori dan praktek, baik di dalam

kelas maupun di luar kelas. Metode pembelajaran meliputi kombinasi dari berbagai

metode dengan tujuan untuk menghindari kejenuhan siswa terhadap materi yang

disampaikan, yaitu meliputi diskusi, bermain peran (role playing), percobaan

(eksperimen), karyawisata (fieldtrip), pengamatan langsung (observasi), penyelidikan

(inquiry), dan pengajaran proyek.

Shaleh (2005) mengemukakan bahwa banyak metode belajar-mengajar yang

telah dikenal guru, akan tetapi, bagaimana menggunakan suatu metode dengan

pendekatan keterampilan agar dapat menunjang siswa belajar aktif masih menjadi

problem. Hal ini akan menjadi titik tolak uraian dalam peninjauan diagram yang

menggambarkan hubungan antara beberapa metode yang dianggap cukup penting

dalam pengaturan cara belajar, yaitu: metode pemberian tugas, metode demonstrasi

dan eksperimen, metode proyek, metode diskusi, metode karyawisata, metode tanya

jawab, metode sosiodrama dan bermain peran, metode bercerita, metode latihan, dan

metode ceramah (Shaleh 2005).

7. Media Pembelajaran

Media pembelajaran berdasarkan taksonomi Leshin et al. (1992) dalam Arsyad

(2009) ada beberapa tingkatan. Pertama, media berbasis manusia yang terdiri dari

guru, tutor, instruktur, main peran, kegiatan kelompok, dll. Kedua, media berbasis

cetakan yang terdiri dari buku, penuntun, buku kerja/latihan, dan lembaran lepas.

Ketiga, Media berbasis visual yang terdiri dari buku, charts, grafik, peta,

figur/gambar, transparansi, dan film bingkai atau slide. Keempat, media berbasis

audio-visual yang terdiri dari video, film, slide bersama tape, dan televisi. Kelima,

Page 11: Filsafat ilmu   konservasi pendidikan

11

media berbasis komputer yang terdiri dari pengajaran dengan bantuan komputer dan

video interaktif

Media yang digunakan meliputi media cetak, media elektronik, dan

lingkungan. Hamalik (1986) dalam Arsyad (2009) menyatakan bahwa pemakaian

media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan

dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan

bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Arsyad (2009)

menyatakan bahwa media disiapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan

kemampuan siswa, serta siswa dapat aktif berpartisipasi dalam proses belajar

mengajar. Oleh karena itu, perlu dirancang dan dikembangkan lingkungan

pembelajaran yang interaktif yang dapat menjawab dan kebutuhan belajar perorangan

dengan menyiapkan kegiatan pembelajaran dengan medianya yang efektif guna

menjamin terjadinya pembelajaran. Oleh karena itu, media yang akan digunakan yaitu

media pembelajaran konvensional dengan metode modern.

8. Alokasi Waktu

Program pendidikan konservasi dengan pendekatan integratif dilaksanakan

dengan menyesuaikan alokasi waktu standar kompetensi mata ajaran yang menjadi

wadah integrasi yaitu 40 menit/jam pelajaran. Waktu penyampaian materi disesuaikan

dengan waktu penyampaian pokok pelajaran.

Program pendidikan konservasi dengan pendekatan ekstrakurikuler

dilaksanakan dalam jangka waktu satu tahun dengan waktu pertemuan satu kali dalam

seminggu, pada hari Jumat. Waktu setiap kali pertemuan disesuaikan dengan

kebutuhan yang ada. Satu pertemuan minimal dalam durasi waktu selama 40 menit.

Antara satu materi dengan materi lain tidak sama penggunaan alokasi waktu,

tergantung dengan banyak sedikitnya materi yang akan disampaikan dan praktik yang

akan dilaksanakan.

9. Evaluasi

Alat penilaian menurut Shaleh (2005) ada yang berbentuk tes dan ada yang

berbentuk non-tes. Alat penilaian berbentuk tes merupakan semua alat penilaian yang

hasilnya dapat dikategorikan menjadi benar dan salah, misalnya penilaian untuk

mengungkapkan aspek kognitif dan psikomotorik. Alat penilaian non-tes hasilnya

tidak dapat dikategorikan benar salah, dan umumnya dipakai untuk mengungkapkan

aspek afektif.

Page 12: Filsafat ilmu   konservasi pendidikan

12

Evaluasi dalam program pendidikan konservasi ini dilakukan dengan tertulis

dan non tertulis. Tertulis dilakukan dengan tes maupun kuesioner untuk mengukur

tingkat pengetahuan dan keterampilan siswa, sedangkan non tertulis dilakukan dengan

diskusi, pengamatan sikap dan hasil karya untuk mengukur tingkat sikap dan juga

keterampilan siswa.

10. Rincian Program

Pembelajaran pendidikan konservasi menggunakan pendekatan kurikuler dan

nonkurikuler. Pendekatan kurikuler dengan cara integratif, sedangkan pendekatan

non-kurikuler dalam bentuk ekstrakurikuler dengan membentuk club baru.

E. Implementasi Program Pendidikan Konservasi dengan Pendekatan Integratif

a) Mata Pelajaran Wadah Integrasi

Pelaksanaan pendidikan konservasi dengan pendekatan integratif yaitu dengan

menyisipkan materi konservasi pada mata ajaran yang sudah ada. Mata pelajaran yang

menjadi wadah integrasi merupakan mata ajaran yang memiliki daya serap baik oleh

siswa dan juga mata pelajaran yang memiliki muatan materi yang berkaitan dengan

materi konservasi.

Pendekatan integratif akan menyisipkan pesan konservasi pada mata ajaran

yang telah ditetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasarnya per pokok

bahasan pada tiap jenjang kelas dan program . Mata ajaran yang mengacu pada

kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional sesuai dengan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah dan Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar

Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yaitu mata ajaran

biologi, sosiologi, bahasa Inggris. Mata pelajaran yang mengacu pada kurikulum

Kementerian Agama RI sesuai dengan Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun

2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam

dan Bahasa Arab Madrasah yaitu mata ajaran al-qur‟an hadits, fiqih, aqidah akhlak,

dan bahasa Arab. Mata pelajaran yang mengacu pada kurikulum sekolah yang sifatnya

lokal sesuai dengan kebijakan sekolah yaitu komputer dll.

b) Materi Pendidikan Konservasi yang diintegrasikan

Materi pendidikan konservasi yang diintegrasikan meliputi:

1. Penanaman

2. Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya

Page 13: Filsafat ilmu   konservasi pendidikan

13

3. Konvensi nasional dan internasional tentang keanekaragaman hayati

4. Perubahan iklim

5. Pengelolaan sampah dan limbah

6. Islam dan lingkungan

Implementasi Program Pendidikan Konservasi dengan Pendekatan

Ekstrakurikuler Pendidikan konservasi di Sekolah Darul Muttaqien dapat

dilaksanakan dengan pendekatan ekstrakurikuler dengan membentuk klub baru “kader

konservasi” di bawah Organisasi Pelajar Darul Muttaqien (OPDM). Kegiatan

ekstrakurikuler di Sekolah Darul Muttaqien dapat berupa ekstrakurikuler wajib

maupun pilihan.

Kementerian Lingkungan Hidup (2008) menyatakan bahwa indikator dan

kriteria program eco-sekolah salah satunya dengan pengembangan kegiatan

ekstrakurikuler berbasis tadabbur alam. Warga pondok sekolah perlu dilibatkan dalam

berbagai aktivitas pembelajaran lingkungan hidup untuk mewujudkan pondok sekolah

yang ramah lingkungan. Pondok sekolah juga perlu melibatkan masyarakat di

sekitarnya dalam melakukan berbagai kegiatan yang memberikan manfaat bagi warga

pondok sekolah dan masyarakat. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di pondok sekolah

antara lain:

1) Mengadakan kegiatan tadabbur alam.

2) Berperan aktif dalam kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh berbagai

pihak.

3) Membangun jejaring dan kemitraan dengan lembaga terkait.

4) Memprakarsai pengembangan pendidikan lingkungan hidup di pondok sekolah

Program ekstrakurikuler menurut Shaleh (2005) merupakan kegiatan

pembelajaran yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang disesuaikan dengan

kebutuhan pengetahuan, pengembangan, bimbingan, dan pembiasaan siswa agar

memiliki kemampuan dasar penunjang. Kegiatan-kegiatan dalam program

ekstrakurikuler diarahkan kepada upaya memantapkan pembentukan kepribadian

siswa. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan di

luar jam pelajaran yang materinya tidak terdapat dalam uraian kompetensi dasar atau

silabus pendidikan mata pelajaran. Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan di sekolah

maupun di luar lingkungan sekolah dengan maksud memperluas pengetahuan dan

wawasan siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Page 14: Filsafat ilmu   konservasi pendidikan

14

Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah secara umum dapat dilakukan dalam

berbagai bentuk dan jenis, meliputi (Shaleh 2005):

1) Pembinaan keimanan dan ketakwaan.

2) Pembinaan berbangsa dan bernegara.

3) Pembinaan kepribadian dan akhlak mulia.

4) Pembinaan berorganisasi dan kepemimpinan.

5) Pembinaan keterampilan dan kewiraswastaan.

6) Pembinaan kesegaran jasmani dan daya kreasi.

7) Pembinaan persepsi, apresiasi, dan kreasi seni.

Shaleh (2005) menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler dapat terlaksana

dengan baik dan memperoleh hasil serta manfaat yang optimal, perlu diperhatikan

beberapa hal sebagai berikut:

1) Adanya program kerja atau kerangka acuan untuk masing-masing kegiatan

ekstrakurikuler.

2) Kegiatan ekstrakurikuler hendaknya diadakan di luar jam belajar efektif, yaitu pada

waktu liburan. Rancangan kegiatan ini dimasukkan dalam RAPBS (Rencana

Anggaran Pendanaan dan Belanja Sekolah).

3) Jenis program kegiatan ekstrakurikuler yang akan dilaksanakan oleh sekolah

hendaknya diprioritaskan pada:

a) Kegiatan yang banyak diminati siswa.

b) Ketersediaan pembina/instruktur yang mempunyai kemampuan, keterampilan,

dan wawasan untuk kegiatan tersebut.

c) Ketersediaan sarana dan prasarana serta dana yang mendukung.

4) Kegiatan ekstrakurikuler tersebut mendapat dukungan orang tua siswa.

Rancangan program pendidikan konservasi dengan pendekatan ekstrakurikuler

dilakukan menggunakan media elektronik, cetak, dan lingkungan. Sumber pustaka

yang digunakan yaitu Al-Quran, Hadits, kitab kuning, dan buku teks, sedangkan

metode evaluasi yang digunakan yaitu tertulis, non tertulis, dan observasi.

Page 15: Filsafat ilmu   konservasi pendidikan

15

IV. Kesimpulan

1. Sekolah memiliki potensi biofisik dan sosekbud yang potensial untuk menunjang

pelaksanaan pendidikan konservasi yang didukung oleh persetujuan (99%) oleh

para pihak, baik internal maupun eksternal sekolah.

2. Warga sekolah memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan terkait lingkungan

yang beragam, namun cenderung kurang sehingga perlu diberikan pendidikan

konservasi.

3. Program non kurikuler sekolah yang berkaitan dengan lingkungan yaitu inisiasi

internal sekolah yang meliputi pengelolaan sumberdaya lahan dan sumberdaya air;

dan inisiasi dari ekternal sekolah berupa kerjasama.

4. Program kurikuler sekolah yang berkaitan dengan lingkungan yaitu Biologi,

Sosiologi, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Fiqih, Aqidah Akhlak, Al-Quran Hadits,

Fiqih Kitab, Tafsir, dan Hadits.

5. Pendidikan konservasi di sekolah dapat dilaksanakan dengan dua pendekatan, yaitu

pendekatan kurikuler berupa integratif pada mata ajaran tersebut dengan

penambahan kompetensi dasar maupun pengkayaan materi; dan pendekatan non

kurikuler berupa ekstrakurikuler dengan membentuk klub baru di bawah OPDM

(Organisasi Pelajar Darul Muttaqien).

Page 16: Filsafat ilmu   konservasi pendidikan

16

DAFTAR PUSTAKA

Ali, H. 1990. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Kota Kembang

Al-Jauharie, Imam Khanafie. 2006. Filsafat Islam: Pendekatan Tematik. Pekalongan: STAIN

Pekalongan Press.

Jalaluddin dan Said, U. 1988. Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan Pengembangan

Pemikirannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa.

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51315/E11spr.pdf. di akses tanggal 15

September 2013 pukul 10:25

http://www.fs.fed.us/outdoors/naturewatch/implementation/Curricula/FS-Learner-

Guidelines.PDF. di akses tanggal 15 September 2013 pukul 10:44

http://www.izea.net/education/Developing%20a%20Conservation%20Education%20Program

.pdf. di akses tanggal 15 September 2013 pukul 10:48

http://sumut.kemenag.go.id/file/file/TULISANPENGAJAR/ufpi1363795117.pdf. di akses

tanggal 15 September 2013 pukul 10:55

http://erwinhariyanto.files.wordpress.com/2011/04/filsafat-ilmu-prof-dr-ahmad-tafsir.pdf.

di akses tanggal 15 September 2013 pukul 13:38