filsafat ilmu

6
SADURAN Makalah Prof. Dr. Ir. R. Febri Hirnawan dengan Judul Menyongsong Pola Fikir Geologi Masa Depan”. Oleh Dudi Nasrudin Usman 270130130501 TUGAS I Tugas ini Disampaikan untuk Mata Kuliah Filsafat Ilmu diampu oleh Prof. Dr. Ir. R. Febri Hirnawan PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014

Upload: aditya-utomo

Post on 08-Nov-2015

71 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Filsafat

TRANSCRIPT

  • SADURAN Makalah Prof. Dr. Ir. R. Febri Hirnawan dengan Judul

    Menyongsong Pola Fikir Geologi Masa Depan.

    Oleh Dudi Nasrudin Usman

    270130130501

    TUGAS I

    Tugas ini Disampaikan untuk Mata Kuliah Filsafat Ilmu diampu oleh

    Prof. Dr. Ir. R. Febri Hirnawan

    PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PADJADJARAN

    BANDUNG 2014

  • 1

    Saduran Makalah Prof. Dr. Ir. R. Febri Hirnawan, dengan judul

    MENYONGSONG POLA FIKIR GEOLOGI MASA DEPAN

    Ilmu geologi merupakan suatu ilmu yang sangat luas cakupannya untuk

    mempelajari bumi seutuhnya, yang tak terasa sudah berjalan seiringnya waktu

    selama 60 tahun bergelutnya dunia pendidikan geologi, umur tersebut bukanlah

    sedikit, namun dengan umur yang sudah cukup lama belum ikuti dengan

    pemantapan nilai dasar pada setiap orang yang berkecimpung di dalamnya yaitu

    pembelajaran filsafat. Meskipun kurikulum berkaitan dengan geologi ini sudah

    berjalan sejak dulu (Hirnawan F, 2010).

    Hal ini dapat kita perhatikan dimana ilmu kebumian hingga saat ini relatif

    menerima perhatian yang sedikit dari para filosof ilmu pengetahuan. Hal pasti dan

    selalu diungkit dan mudah dikenal yaitu lempeng tektonik dan peristiwa

    kepunahan dinosaurus sering dikutip dalam pustaka-pustakanya, dikarenakan

    sebagian besar ilmu bumi bukan merupakan sesuatu yang baru (Terra Incognita)

    untuk filosof. Salah satu alasan kurangnya minat dapat ditemukan dalam gagasan

    luas bahwa ilmu bumi bukanlah ilmu otonom, tetapi dengan mudah dapat

    direduksi dengan ilmu diduga lebih fundamental seperti fisika dan kimia (Maarten

    G. Kleinhans, etc, 2010).

    Hal yang tidak kalah penting untuk ditanamkan berkaitan dengan keilmuan

    geologi yaitu berkaitan dengan metodologi riset yang tidak hanya dilakukan

    dengan metodologi riset sederhana (metoda diagnostika; utak-atik data untuk

    mendapatkan penafsiran; bukan kesimpulan) tanpa difasilitasi oleh pemahaman

    filsafat, khususnya ontology (hakekat realita dalam konteks objek riset),

    epistemology, sebagai alat kritisi ilmu hasil riset (Hirnawan F, 2010).

  • 2

    Apabila memperhatikan tantangan bagi geologi kedepan, maka perlu adanya

    penguatan terhadap kemampuan didalam memahami filsafat khususnya untuk ke-

    geologian dengan menggunakan perenungan dengan kegiatan berfikir tanpa

    terbatas (scientific unsurpassed thinking) yang benar-benar sangat penting untuk

    digunakan sehingga terjadi pengembangan keilmuan. Perlu diingat bahwa dengan

    domain empiris yang merupakan domain ilmu dilengkapi data, analisis, kenyataan

    (factual empirics) serta uji fakta.

    Satu hal yang menjadi penting bahwa aspek keilmuan itu harus ditunjang dengan

    domain empiris yaitu agar tidak memunculkan suatu yang spekulasi, dimana

    spekulasi ini sering muncul bahkan dimunculkan orang berkaitan dengan filsafat.

    Hal ini untuk ilmu ke-geologian perlu didukung dengan data, fakta, analisis dan

    kenyataan agar nilai spekulatifnya menjadi kecil bahkan hilang. Ini untuk menuju

    suatu pemahaman agar dunia geologi tidak dikenal sebagai dunia yang penuh

    dengan cerita (dongeng), namun menjadi suatu ilmu yang dapat dipahami oleh

    seluruh individu geologist berbasis pada pengembangan nilai filsafat dan

    metodologi riset dalam melakukan suatu pembentukan karakter individu dengan

    mampu berfikir ke depan dalam aspek geologi sehingga dengan demikian

    nantinya akan mendapatkan suatu pengakuan.

    Pemahaman diatas berdampak terhadap konsep mendasar yaitu ilmu. Dalam

    makalahnya Hirnawan F, 2010 memberikan suatu pernyataan sebagai berikut Ilmu

    adalah alat untuk menjelaskan fenomena. Fenomena adalah keterlibatan aneka

    faktor/parameter/variabel yang saling berinteraksi dan/atau berinterrelasi yang

    menghasilkan produk, peristiwa, atau kejadian. Apabila fenomena ini diteliti

    melalui riset, maka ilmu yang diperoleh berfungsi sebagai alat yang menjelaskan

    fenomena yang diteliti itu (dari ilmu inilah lahir teori).

  • 3

    Sehingga apabila kita mencermati pernyataan diatas, rasanya perlu penerapan

    filsafat ilmu dan metodologi riset bersifat universal, sebab dalam suatu aktivitas

    penelitian (research), dimulai dari tahapan kerangka berfikir hingga keputusan

    yang keluar dari hasil analisis, dan mampu dikritisi filsafat ilmu, maka hasil riset

    harus absah dan mempunyai kekuatan, artinya kesimpulan yang diperoleh harus

    merupakan target dari riset (bukan suatu keinginan seorang peneliti); yang pada

    akhirnya ilmu dapat diterima.

    Namun perlu diketahui, bahwa ilmu itu mempunyai suatu criteria yang harus

    menjadi pegangan geologi yaitu benar, relatif, ajeg (konsisten), dan universal.

    Kriteria ini adalah untuk ketercapaian dari ilmu geologi yang dilakukan melalui

    metodologi riset. Berbicara metodologi riset yang digunakan saat ini maka

    ketercapaian tersebut akan sulit untuk dijangkau sebagai contoh apabila ada 5

    orang geologiwan memetakan suatu wilayah, maka akan dihasilkan 6 peta yang

    semuanya tidak sama; tiap pemeta menghasilkan masing-masing 1 peta dengan

    versi sendiri-sendiri (berbeda-beda), dan 1 peta lagi sebagai hasil kompromi

    mereka (Hirnawan F, 2010). Contoh diatas tersebut memberikan suatu gambaran

    bahwa kondisi saat ini geologists lebih banyak berfilsafat dengan keilmuannya

    disbanding mempelajari filsafat untuk mendukung keilmuannya didukung dengan

    metodologi riset termasuk didalamnya yaitu verifikasi ( = uji fakta).

    Untuk verifikasi data maka perlu suatu metoda pendekatan, pendekatan yang saat

    ini banyak digunakan dalam geologi salah satunya metode diagnostika. Metoda

    ini banyak digunakan oleh para geologist karena lebih kualitatif dari sifatnya yang

    bertumpu dari hasil identifikasi melalui deskripsi suatu objek riset. Namun yang

    menjadikan metoda ini tidak menjadi berkembang di ke-ilmuan geologi yaitu

    tidak ditunjang dengan suatu verifikasi hipotesisi atau uji-uji fakta yang lain. Pola

    riset yang digunakan yaitu tipe grounded research seperti untuk memberikan

    gambaran tentang profil wilayah, keberadaan suatu objek dalam suatu wilayah

    (what is where dan where is what).

  • 4

    Proses diatas apabila ditelaah, maka kegiatan riset yang dilakukan berkaitan

    dengan aktifitas para geologists sudah merupakan proses ilmiah (scientifics

    process) yang merupakan dinamika perjalanan akumulasi perolehan ilmu melalui

    sederetan langkah-langkah kegiatan ilmiah. Makin lengkap urutan langkah-

    langkah kegiatan ilmiah tersebut, makin powerful pula ilmu yang dihasilkan

    (Hirnawan F, 2010).

    Langkah-langkah tersebut ialah (Hirnawan, 2007, 2009) dalam Hirnawan F, 2010

    ; Identifikasi, Deskripsi, Klasifikasi (Rekonstruksi Analisis Interpretasi), Hipotesis (Verifikasi dan Validasi untuk mendapatkan Teori), Prediksi melalui

    Simulasi dan Implementasi Aplikasi.

    Uraian-uraian diatas pada akhir mendorong kita untuk melakukan suatu

    menentukan bagaimana pola fikir yang harus dibangun untuk masa depan, pola

    fikir geologi dengan mengedapnkan paradigma riset dengan pembelajaran

    kontemplasi (filsafat) didukung dengan verifikasi fakta empiris (metodologi riset)

    yang terpadu sehingga akan terbentuk suatu paradigma post-positivism.

    Hal lain yang harus menjadi pendorong kita didalam menggairahkan pola fikir

    geologi ke depan yaitu Bangkitlah geologi menuju kesetaraan dengan kemajuan

    bidang-bidang ilmu lain, diterima dalam komunitas ilmiah secara luas lintas

    bidang. Semoga !!!. Produk riset-riset geologi masa depan diarahkan agar

    mampu meraih banyak hak paten proses, yang berbeda dengan paten produk,

    sebagai modal dasar menuju pengakuan geologi oleh komunitas ilmiawan non-

    geologi secara luas (Hirnawan F, 2010).

  • 5

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Frodeman R, 1995. Geological Reasoning ; Geology as An Interpretive and

    Historical Science. Geological Society of America Bulletin.

    2. Hirnawan, Febri, 2007, 2009, Riset, bergulirlah Proses Ilmiah, Unpad Press.

    3. Hirnawan, Febri, 2010. Menyongsong Pola Fikir Geologi Masa Depan. Laboratorium Geologi Teknik, Universitas Padjadjaran.

    4. Maarten G. Kleinhans, Chri J.J. Buskes, and Henk W. de Regt, 2010, Philosophy of Earth Science, Ed. Fritz Allhoff, Blackwell.