filsafat hukum

Upload: takuyaeek

Post on 02-Nov-2015

65 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

filsafat

TRANSCRIPT

METODOLOGI PENELITIANPenelitian merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu research, yang berasal dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Dengan demikian, penelitian berarti mencari kembali. Yang dicari dalam suatu penelitian adalah pengetahuan yang benar, di mana pengetahuan yang benar ini nantinya dapat dipakai untuk menjawab pertanyaan atau ketidaktahuan tertentu. Suatu penelitian secara ilmiah dilakukan untuk menyalurkan hasrat ingin tahu yang telah mencapai taraf ilmiah, yang disertai suatu keyakinan bahwa setiap gejala akan ditelaah dan dicari hubungan sebab akibatnya atau kecenderungan-kecenderungan yang timbul.[footnoteRef:1] Menurut Soerjono Soekanto, penelitian merupakan suatu usaha untuk menganalisa serta mengadakan konstruksi secara metodologis, sistematis dan konsisten. Penelitian merupakan sarana yang digunakan untuk memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan.[footnoteRef:2] Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya. Selain itu, juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.[footnoteRef:3] [1: Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2007), hal. 27-28. ] [2: Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hal. 3. ] [3: Ibid., hal. 43. ]

Sebelum melakukan penelitian hukum, perlu dipahami ruang lingkup disiplin hukum. Disiplin hukum adalah suatu sistem ajaran tentang hukum sebagai norma yaitu sesuatu yang dicita-citakan dan sebagai kenyataan atau sikap tindak. Disiplin hukum dapat dibedakan dalam dua segi yaitu segi umum dan segi khusus. Segi umum terdiri dari:[footnoteRef:4] [4: Sri Mamuji, et al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hal. 6-8. ]

1. Ilmu hukum: a. Dogmatik hukum meliputi:1) Ilmu tentang kaidah hukum (normwissenchaft), mencakup: a) Perumusan kaedah hukum b) Kaedah hukum abstrak dan kaedah hukum konkrit c) Isi dan sifat kaedah hukum d) Esensi kaedah hukum e) Tugas atau kegunaan kaedah hukum f) Pernyataan dan tanda pernyataan kaedah hukum g) Penyimpangan terhadap kaedah hukum h) Keberlakuan kaedah hukum 2) Ilmu tentang pengertian pokok hukum (begriffenwissenchaft), mencakup: a) Masyarakat hukum b) Subyek hukum c) Hak dan kewajiban d) Peristiwa hukum e) Hubungan hukum f) Obyek hukum b. Ilmu tentang kenyataan hukum (tatsachenwissenchaft) Menurut Soerjono Soekanto, ilmu tentang kenyataan hukum bersifat teoritis empiris, pengungkapannya terikat pada metode induktif logis. Termasuk di dalamnya adalah sosiologi hukum, antropologi hukum, psikologi hukum, perbandingan hukum, dan sejarah hukum. Dogmatik hukum merupakan pedoman dalam mempelajari hukum, sedangkan ilmu tentang kenyataan hukum merupakan cakrawala dalam mepelajari hukum. 2. Filsafat hukum Filsafat hukum diperlukan agar dalam mempelajari hukum pemikiran seseorang tidak dangkal. Filsafat hukum bersifat etis spekulatif dan menggunakan metode kritis analitis. 3. Politik hukum Politik hukum bersifat praktis fungsional dengan metode penguraian teleologis konstruktif. Segi khusus terdiri dari: a) Sejarah Tata Hukum b) Sistem Tata Hukum, terdiri dari 1) Hukum Negara 2) Hukum Pribadi 3) Hukum Harta Kekayaan 4) Hukum Keluarga 5) Hukum Waris 6) Hukum Pidana c) Teknologi hukum atau keterampilan hukum Hukum dapat diartikan sebagai suatu gejala masyarakat (social feit) yang mempunyai segi ganda, yakni kaidah/norma dan perilaku (yang ajeg atau unik/khas)[footnoteRef:5] Namun, dari sisi keilmuan, hukum merupakan objek penyelidikan dan penelitian berbagai disiplin keilmuan sehingga dikatakan bahwa hukum adalah ilmu bersama (rechts is mede wetenschap).[footnoteRef:6] Penjelajahan ilmiah para ilmuwan berbagai disiplin ilmu tersebut akan memberikan pencerahan (enlightening) dan kontribusi bagi pemecahan dan jalan keluar terhadap berbagai persoalan hukum yang dihadapi masyarakat.[footnoteRef:7] [5: Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, Cet.1 (Bandung : Penerbit Alumni, 1994), hal. 74. ] [6: Johnny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Cet. 1 ( Malang : Bayumedia Publishing, 2005), hal. 33. ] [7: Ibid. ]

Ilmu hukum memiliki karakter yang khas yang direfleksikan dalam sifat normatifnya.[footnoteRef:8] Fokus perhatian ilmu hukum normatif sebagai ilmu praktis adalah mengubah keadaan serta menawarkan penyelesaian terhadap problem kemasyarakatan yang konkret maupun potensial.[footnoteRef:9] Sebagai ilmu praktis normologis, ilmu hukum normatif berhubungan langsung dengan praktik hukum yang menyangkut dua aspek utama, yaitu tentang pembentukan hukum dan penerapan hukum.[footnoteRef:10] [8: Ibid., hal. 12. ] [9: Ibid., hal. 239.] [10: Ibid., hal. 46.]

Menurut Sudikno Mertokusumo, pembentukan hukum adalah merupakan proses konkretisasi dan individualisasi peraturan hukum yang bersifat umum dihubungkan dengan peristiwa konkret.[footnoteRef:11] Di sisi lain, Sudikno Mertokusumo merumuskan penemuan hukum dilakukan dengan menggunakan metode interpretasi, menurut bahasa, histories, sistematis, teleologis, perbandingan hukum, dan futuris.[footnoteRef:12] Dari aspek penerapan hukum, permasalahan yang dihadapi adalah tentang intepretasi hukum, kekosongan hukum, antinomy, dan norma yang kabur.[footnoteRef:13] [11: Ibid., hal. 47.] [12: Ibid.,] [13: Ibid.,]

Pernyataan tersebut tepat untuk diterapkan dalam perumusan penelitian hukum. Menurut Morris L. Cohen, penelitian hukum adalah sebuah proses menemukan hukum yang mengatur aktivitas pergaulan manusia, yang melibatkan aturan yang diberlakukan oleh Negara dan komentar yang menjelaskan atau menganalisis aturan ini, sebagaimana diterjemahkan penulis dari pernyataannya sebagai berikut: Legal research is the process of finding the law that governs activities in human society, it involves locating both the rules which are enforced by the states and commentaries which explain or analyze these rule[footnoteRef:14] [14: Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cet.2, (Jakarta : Kencana, 2008). hal. 29 ]

Peter Mahmud Marzuki merumuskan penelitian hukum sebagai suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.[footnoteRef:15] Meski demikian, tetap terdapat garis pemisah antara penelitian yang dilakukan pada umumnya dengan penelitian hukum. Bacon menyatakan bahwa peneliti tidak hanya berangka dari observasi, namun juga dari membangun hipotesa.[footnoteRef:16] Hipotesa mengandung variabel bebas dan variabel terkait. Variabel bebas adalah faktor yang diduga menyebabkan tejadinya gejala yang merupakan variabel terkait.[footnoteRef:17] Hal ini memang dapat dipahami untuk penelitian-penelitian dalam keilmuan yang bersifat deskriptif yang menerangkan adanya gejala tertentu disebabkan oleh faktor tertentu. Oleh karena secara karakteristik berbeda antara keilmuan hukum dan keilmuan yang bersifat deskriptif tersebut, penelitian hukum tidak perlu dimulai dengan hipotesis. Dengan demikian istilah variabel bebas dan variabel terikat tidak dikenal di dalam penelitian hukum. [15: Ibid., hal. 35 ] [16: Ibid., ] [17: Ibid., ]

Bagi penelitian di dalam keilmuan bersifat deskriptif, untuk membuktikan kebenaran hipotesis diperlukan data. Data itu dapat saja berupa semua populasi atau mungkin hanya sampelnya saja dan sampel ini pun apakah diperoleh secara random atau purposive atau stratified hal itu bergantung dari keadaan yang diteliti. Setelah dikoleksi, lalu data dianalisisAnalisis dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif biasanya dilakukan dengan statistik dan statistik pun ada yang bersifat parametrik dan non-parametrik. Hasilnya adalah diterima atau ditolaknya hipotesis tersebut. Oleh karena di dalam penelitian hukum tidak diperlukan adanya hipotesis, di dalam penelitian hukum juga tidak dikenal istilah data. Begitu pula istilah analisis kualitatif dan kuantitatif bukan merupakan istilah yang lazim di dalam penelitian hukum. Dengan kata lain semua prosedur yang terdapat di dalam penelitian keilmuan yang bersifat deskriptif bukan merupakan prosedur dalam penelitian hukum. Oleh karena itulah penggunaan statistik baik yang parametik maupun non-parametrik dalam penelitian hukum tidak mempunyai relevansi.Demikian juga tidak dimungkinkan diterapkannya apa yang disebut grounded research di dalam penelitian hukum karena metode itu adalah untuk ilmu-ilmu sosial. Dengan demikian, langkah-langkah dan prosedur yang terdapat di dalam penelitian sosial tidak berlaku untuk penelitian hukum.1. Jenis-Jenis Penelitian Hukum Penyesuaian perumusan penelitian agar sejalan dengan karakteristik penelitian hukum dapat ditelaah dari perumusan yang digagas Hutchinson. Secara garis besar, Hutchinson memperkenalkan pembagian penelitian hukum menjadi empat tipe , yaitu:[footnoteRef:18] [18: Peter Mahmud Marzuki, op.cit, hal. 32 . ]

a. Doctrinal Research: Research which provides a systematic exposition of the rules governing a particular legal category, analyses the relationship between rules, explain areas of difficulty and, perhaps, predicts future development;b. Reform-Oriented Research: Research which intensively evaluates the adequacy of exsiting rules and which recommends changes to any rules found wanting; c. Theoretical Research: Research which fosters a more complete understanding of the conceptual bases of legal principles and of combined effects of a range of rules and procedures that touch on a particular area of activity; d. Fundamental Research : Research designed to secure a deeper understanding of law as a social phenomenon, including research on the historical,philosophical,linguistic,economic,social or political implication Perumusan Hutchinson tersebut diterjemahkan penulis sebagai berikut :[footnoteRef:19] [19: Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Cet.1 (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2004, hal. 52. ]

a. Penelitian Doktrinal, yaitu penelitian yang menyediakan ekspos sistematis terhadap peraturan yang mengatur kategori hukum tertentu, menganalisis hubungan antar peraturan, menjelaskan area yang mengalami hambatan, dan bahkan memperkirakan perkembangan mendatang;b. Penelitian Berorientasi-Perubahan, yaitu penelitian yang secara intensif mengevaluasi pemenuhan ketentuan yang sedang berlaku dan merekomendasikan perubahan terhadap peraturan mana pun yang dibutuhkan; c. Penelitian Teoritis, yaitu penelitian yang mengadopsi pengertian yang lebih lengkap mengenai konsep dasar prinsip-prinsip hukum dan gabungan efek dari serangkaian aturan dan prosedur yang menyentuh area tertentu dalam suatu kegiatan; d. Penelitian Fundamental, yaitu penelitian yang dirancang untuk mengamankan pengertian yang mendalam mengenai hukum sebagai fenomena sosial, termasuk riset pada dampak historis, filosofis, ekonomi, sosial, dan politis.

Penelitian hukum juga oleh para sarjana dikelompokkan berdasarkan fokus penelitian serta sifat dan tujuan penelitiannya sebagaimana dipaparkan berikut. Berdasarkan fokus penelitiannya, penelitian hukum dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Prof. Abdulkadir Muhammad membaginya menjadi tiga. Yaitu, penelitian hukum normatif, penelitian hukum normatif-empiris, penelitian hukum empiris yang dibagi berdasarkan fokus penelitiannya.[footnoteRef:20] Ketiga jenis penelitian tersebut dapat menggunakan studi kasus hukum. Dalam hal ini, kasus hukum dikonsepkan sebagai peristiwa hukum dan produk hukum.[footnoteRef:21] Lebih lanjut penjelasan mengenai ketiga jenis penelitian tersebut sebagai berikut:[footnoteRef:22] [20: Ibid.,] [21: Ibid., Hal. 39] [22: Ibid., Hal. 52]

a. Penelitian hukum normatif (normative law research) Menggunakan studi kasus hukum normatif berupa produk perilaku hukum, misalnya mengkaji rancangan undang-undang. Pokok kajiannya adalah hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang berlaku dalam masyarakat dan menjadi acuan perilaku setiap orang. Sehingga penelitian hukum normatif berfokus pada inventarisasi hukum positif, asas-asas dan doktrin hukum, penemuan hukum dalam perkara in concreto, sistematik hukum, taraf sinkronisasi hukum, perbandingan hukum, dan sejarah hukum. Penelitian normatif Penelitian normatif merupakan penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder.[footnoteRef:23] Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian hukum jenis ini, seringkali hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.[footnoteRef:24] Penelitian ini merupakan: [23: Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), hal. 13. ] [24: Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. RajaGarafindo Persada, 2006), hal. 118. ]

1) Penelitian menarik asas hukum, dimana dilakukan terhadap hukum positif tertulis maupun tidak tertulis. Penelitian ini dapat digunakan untuk menarik asas-asas hukum dalam menafsirkan peraturan perundang-undangan. Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan untuk mencari asas hukum yang dirumuskan baik secara tersirat maupun tersurat. 2) Penelitian sistematik hukum, dimana dilakukan terhadap pengertian dasar sistematik hukum yang meliputi subyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum, maupun obyek hukum. 3) Penelitian taraf sinkronisasi peraturan perundang-undangan yang dilakukan dengan dua cara, yaitu:a) Secara vertikal, disini yang dianalisa adalah peraturan perundang-undangan yang derajatnya berbeda yang mengatur bidang yang sama. b) Secara horizontal, dimana yang dianalisa adalah peraturan perundang-undangan yang sama derajat dan mengatur bidang yang sama. 4) Penelitian perbandingan hukum, di mana dilakukan terhadap berbagai sistem hukum yang berlaku di masyarakat. 5) Penelitian sejarah hukum, di mana dilakukan dengan menganalisa peristiwa hukum secara kronologis dan melihat hubungannya dengan gejala sosial yang ada. b. Penelitian hukum normatif-empiris (applied law research),Penelitian ini menggunakan studi kasus hukum normatif-empiris berupa produk perilaku hukum, misalnya mengkaji impelentasi perjanjian kredit. Pokok kajiannya adalah pelaksaan atau implementasi ketentuan hukum positif dan kontrak secara faktual pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyakarat guna mencapai tujuan yang telak ditentukan. Penelitian hukum normatif-empiris (terapan) bermula dari ketentuan hukum positif tertulis yang diberlakukan pada peristiwa hukum in concreto dalam masyarakat, sehingga dalam penelitiannya selalu terdapat gabungan dua tahap kajian, yaitu:[footnoteRef:25] [25: Op. Cit., Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Hal. 40]

1) Tahap pertama adalah kajian mengenai hukum normatif yang berlaku 2) Tahap kedua adalah penerapan pada persitiwa in concreto guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penerapan tersebut dapat diwujudkan melalui perbuatan nyata dan dokumen hukum. Hasil penerapan akan menciptakan pemahaman realisasi pelaksaan ketentuan ketentuan hukum normatif yang dikaji telah dijalankan secara patut atau tidak. Karena penggunaan kedua tahapan tersebut, maka penelitian hukum normatif-empiris membutuhkan data sekunder dan data primer. c. Penelitian hukum empiris Penelitian ini menggunakan studi kasus hukum empiris berupa perilaku hukum masyarakat. Pokok kajiannya adalah hukum yang dikonsepkan sebagai perilaku nyata (actual behavior) sebagai gejala sosial yang sifatnya tidak tertulis, yang diaalami setiap orang dalam hubungan hidup bermasyarakat. Sumber data penelitian hukum empiris tidak bertolak pada hukum postif tertulis, melainkan hasil observasi di lokasi penelitian.[footnoteRef:26] Penelitian empiris (socio-legal) Dalam penelitian empiris, hal yang diteliti terutama adalah data primer[footnoteRef:27] Penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut: [26: Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Cet. 1 (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2007) hal. 41-42. ] [27: Ibid, hal. 14. ]

1) Identifikasi hukum tidak tertulis Ruang lingkup penelitian ini adalah norma hukum adat yang berlaku dalam masyarakat dan norma hukum yang tidak tertulis lainnya. 2) Efektivitas hukum Kajian penelitian ini meliputi pengetahuan masyarakat, kesadaran masyarakat dan penerapan hukum dalam masyarakat. Berkaitan dengan perumusan pembagian penelitian hukum yang dipaparkan di atas, Soerjono Soekanto juga merumuskan pembagian penelitian hukum yang memuat pokok-pokok yang sejenis. Beliau berpendapat bahwa penelitian hukum dapat dibagi dalam :[footnoteRef:28] [28: Ibid]

1) Penelitian Hukum Normatif, yang terdiri dari:a) Penelitian terhadap asas-asas hukum; b) Penelitian terhadap sistematika hukum; c) Penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum; d) Penelitian sejarah hukum; e) Peneliti perbandingan hukum. 2) Penelitian Hukum Sosiologis atau Empiris, yang terdiri dari: a) Penelitian terhadap identifikasi hukum; b) Penelitian terhadap efektivitas hukum.

Menurut Hillway dalam bukunya Introduction to Research, penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut.[footnoteRef:29] Definisi dari Hillway ini cocok untuk penelitian hukum sosiologis/empiris, yang hasilnya memang digunakan untuk memecahkan masalah hukum. Penelitian hukum normatif sering disebut studi hukum dalam buku sedangkan penelitian hukum sosiologis disebut studi hukum dalam aksi/tindakan. Disebut demikian karena penelitian menyangkut hubungan timbal balik antara hukum dan lembaga-lembaga sosial lain, jadi merupakan studi sosial yang non-doktrinal dan bersifat empiris, artinya berdasarkan data di lapangan. [29: Johannes Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Cet. 1 (Jakarta : Penerbit Rinek Cipta , 2003) hal. 1. ]

Perbedaan penelitian hukum yang normatif dan sosiologis terletak pada pendekatannya atau desainnya. Penelitian hukum yang normatif menekankan pada langkah-langkah spekulatif-teoritis dan analisis normatif-kualitatif. Sebaliknya, penelitian hukum yang sosiologis memberikan arti penting pada langkah-langkah observasi dan analisis yang bersifat empiris-kuantitatif, maka sering disebut socio-legal research.Dalam penyusunan disertasi ini, jenis tipe penelitian yang digunakan dalam disertasi ini adalah hukum normatif. dengan jenis penelitian berupa inventarisasi perundang-undangan yang berlaku, berupaya mencari asas-asas atau dasar falsafah dari perundang-undangan tersebut, atau penelitian yang berupa usaha penemuan hukum yang sesuai dengan suatu kasus tertentu. [footnoteRef:30] Penelitian hukum normatif pada penelitian ini digunakan untuk membedah dan mengulas pertanyaan penelitian. Selain itu untuk mendukung data penelitian ini diperlukan data-data empris. Data empiris tersebut didapat melalui jenis pendekatan hukum empiris yang membutuhkan data primer sebagai sumber datanya. Data prtimer didapat melalui wawancara dan interview, dengan menggunakan teknik wawancaran mendalam kepada responden/informan. [30: Soemitro, Ronny Hanitijo., Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982, Hlm 10]

2. Pendekatan dalam Penelitian Hukum Ada 2 pendekatan dalam sebuah penelitian, yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif memusatkan perhatian pada gejala-gejala yan mempunyai karakteristik tertentu dalam kehidupan manusia yang dinamakan variabel. Dalam pendekatan ini, variabel-variabel dianalisis dengan menggunakan teori yang obyektif. Sasaran kajian pendekatan kuantitatif adalah gejala-gejala yang ada dalam kehidupan manusia itu tidak terbatas banyaknya dan tidak terbatas pula kemungkinan-kemungkinan variasi dan tingkatannya, maka diperlukan pengetahuan statistik (berupa angka-angka).[footnoteRef:31] Penelitian kuantitatif mencakup setiap jenis penelitian yang didasarkan atas perhitungan presentase, rata-rata dan perhitungan statistik lainnya.[footnoteRef:32] [31: Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), hal. 20-22. ] [32: Soejono dan H. Abdurrahman, Metode Penelitian : Suatu Pemikiran dan Penerapan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal. 26. ]

Contoh penelitian dengan pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang datanya menggunakan kuisioner dan statistik. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia, atau pola-pola yang dianalisis gejala-gejala sosial budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai pola-pola yang berlaku.[footnoteRef:33] Penelitian dengan pendekatan kualitatif adalah penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.[footnoteRef:34] Contoh penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengamatan dan studi kasus.[footnoteRef:35] [33: Burhan Ashshofa, op.cit., hal. 20-22. ] [34: Soejono dan H. Abdurrahman, op.cit., hal. 26. ] [35: Burhan Ashshofa,op.cit., hal 20-22. ]

Oleh karena pentlitian pada disertasi ini merupakan studi hukum normatif yang akan membahas dan membedah konstruksi hukum alat bukti elektronik dengan pendekatan peneltian terhadap asas-asas hukum.3. Data dalam Penelitian Hukum Sebuah penelitian harus menggunakan data.[footnoteRef:36] Data merupakan bentuk jamak dari datum (bahasa Latin). Jika dilihat dari tempat diperolehnya, ada dua jenis data yaitu:[footnoteRef:37] [36: Husein Umar, Metode Penelitian Untuk skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), hal. 41. ] [37: Sri Mamuji, et al., op.cit., hal. 28. ]

a. Data sekunder Data yang diperoleh dari kepustakaan. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain.[footnoteRef:38] Kegunaan data sekunder adalah untuk mencari data awal/informasi, mendapatkan landasan teori/landasan hukum, mendapatkan batasan/definisi/arti suatu istilah.[footnoteRef:39] Data sekunder dapat dikategorikan menjadi dua kelompok:[footnoteRef:40] [38: Ibid., ] [39: Burhan Ashshofa, op.cit., hal. 103. ] [40: Sri Mamuji, et al., op.cit., hal. 31. ]

1) Data sekunder yang bersifat pribadi, contohnya adalah dokumen pribadi atau data pribadi yang disimpan di lembaga di mana seseorang bekerja atau pernah bekerja.2) Data sekunder yang bersifat publik, contohnya adalah data arsip, data resmi instansi pemerintah atau data lain yang dipublikasikan. Manheim membedakan jenis data berdasarkan tingkat kepercayaan peneliti terhadap data bukan dilihat dari sumber diperolehnya suatu data, yaitu: a) First level data, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara b) Second level data, yaitu data yang diperoleh dari hasil pengamatan c) Third level data, yaitu data yang diperoleh dari hasil pengamatan yang dicatat Dalam melaksanakan penelitian terdapat tiga alat pengumpulan data yaitu studi dokumen, pengamatan, dan wawancara. Dalam hal ini untuk menentukan alat mana yang hendak digunakan dalam suatu penelitian, peneliti harus memperhatikan permasalahan dan tujuan penelitian yang akan dilaksanakannya. Studi dokumen dapat dilaksanakan secara mandiri atau digabungkan dengan alat yang lain.[footnoteRef:41] [41: Sri Mamuji, et al., op.cit.,, hal. 28-29. ]

b. Data primer Data yang diperoleh langsung dari masyarakat. Data ini didapat dari sumber pertama dari individu atau perseorangan. Misalnya adalah hasil wawancara atau hasil pengisian kuisoner.[footnoteRef:42] Dalam peneltian disertasi ini data primer diperlukan sebagai data pendukung, karena dalam kajian hukum normatif sumberdata yang utama didapat dari data sekunder yang berupa literature, buku kepustakaan, jurnal hukum, artikel yang berkaitan dengan topik penelitian, namun tidak terlepas dari data primer berupa data empiric seperti studi kasus, hasil wawancara dengan responden/informan. [42: Husein Umar, op.cit., hal 42. ]

4. Pengumpulan Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan menggunakan studi dokumen/studi pustaka dari bahan-bahan pustaka.[footnoteRef:43] Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melakukan studi dokumen adalah dengan melakukan analisa isi (content analysis). Content analysis adalah teknik untuk menganalisa tulisan atau dokumen dengan cara mengidentifikasi secara sistematik ciri atau karakter dan pesan atau maksud yang terkandung dalam tulisan atau dokumen suatu dokumen [43: Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,op.cit., hal 12. ]

Ada beberapa sumber untuk mendapatkan data sekunder, yaitu: a. Bahan pustaka dalam bidang non hukum, adalah sebagai berikut: 1) Sumber primer (primary sources), merupakan dokumen yang berisi pengetahuan ilmiah atau fakta yang diketahui ataupun tentang ide. Contoh: buku, makalah, simposium, lokakarya, seminar, kongres, laporan teknik, artikel majalah, surat kabar, skripsi, dan peraturan perundang-undangan. 2) Sumber sekunder (secondary sources), merupakan dokumen yang berisi informasi tentang bahan pustaka sumber primer. Contoh: bahan-bahan referensi (acuan atau rujukan)b. Bahan pustaka hukum dilihat dari kekuatan mengikatnya 1) Sumber primer, dalam hal ini sumber data sekunder berasal dari: a) Norma Dasar; b) Peraturan Dasar c) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat d) Undang-undang e) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang; f) Peraturan Pemerintah g) Peraturan Presiden h) Peraturan Daerahi) Bahan hukum yang tidak dikodifikasi j) Yurisprudensi k) Traktat l) Peraturan zaman penjajahan yang hingga kini masih berlaku. 2) Sumber sekunder (secondary sources), merupakan bahan-bahan yang memberikan informasi atau hal-hal yang berkaitan dengan isi sumber primer serta implementasinya. Contoh: Rancangan Undang-undang, laporan penelitian, artikel ilmiah, buku, makalah, skripsi, tesis, dan disertasi.3) Sumber tersier (tertierary sources), merupakan bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap sumber primer atau sumber sekunder. Contoh: abstrak, almanak, bibliografi, buku pegangan, buku petunjuk, buku tahunan, ensiklopedia, indeks artikel, kamus, penerbitan pemerintah, sumber biografi, sumber geografi, dan timbangan buku.[footnoteRef:44] [44: Ibid., hal. 30. ]

Satu lagi sumber data sekunder dalam penelitian hukum normatif adalah internet. Internet menawarkan kemampuan berkomunikasi secara elektronik dengan cara yang cepat dan murah membuka cakrawala cara berkomunikasi yang baru, serta memberikan kemungkinan dan kemudahan untuk mencari dan mengakses berbagai informasi yang diperlukan oleh seorang peneliti.[footnoteRef:45] Dengan menggunakan internet, peneliti akan mendapatkan beberapa kemudahan, yaitu:[footnoteRef:46] [45: Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia Publishing, 2006), hal. 323. ] [46: Ibid, hal. 325-326. ]

a. Efisien b. Tanpa batas (Without Boundary)c. Terbuka selama 24 jam d. Interaktif e. Terjalin dalam sekejap (Hyperlink)

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa penyusunan disertasi ini menggunakan penelitian hukum normatif. Oleh karena itulah, penulis menggunakan data sekunder sebagai data yang utama dalam menganalisis kasus yang penulis angkat dalam skripsi ini. Penulis mendapatkan data sekunder dari berbagai sumber sebagai berikut: a. Data sekunder Merupakan data yang diambil melalui penelitian kepustakaan. Data sekunder ini dapat digolongkan kedalam:1) Bahan Hukum PrimerYaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat seperti :a) Undang-undang No.11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronikb) Undang-undang nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasic) Kitab Undang-Undang Hukum Perdatad) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata2) Bahan Hukum SekunderYaitu bahan hukum yang bersifat menunjang bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku yang erat kaitannya dengan penulisan, yang terdiri dari :a) Buku-buku yang terkait, diantaranya:b) Onno W Purbo. 2000. Mengenal E-commerce. Jakarta: PT Elek Media Komputindo.c) Hasanuuddin Rahman. 2003. Contract Drafting. Bandung: PT Citra Aditya Baktid) Jurnal-Jurnal yang berkaitan erat dengan topik permasalahan tentang tanda tangan elektronik sebagai pembuktian didalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata dan Undang-Undang No. 11 tahun 2008.

5. Pengumpulan Data Primer Pengumpulan data primer dalam suatu penelitian dapat dilakukan dengan pengamatan dan/atau wawancara. Pengamatan adalah suatu kegiatan peneliti untuk menangkap gejala-gejala dari obyek yang diamati. Dengan perkataan lain, pengamatan adalah melakukan, memperhatikan dengan seksama akan suatu obyek yang diteliti secara komprehensif.[footnoteRef:47] Wawancara adalah cara yang digunakan untuk memperoleh keterangan secara lisan guna mencapai tujuan tertentu.[footnoteRef:48] Tujuan wawancara adalah: [47: Ibid, hal.49. ] [48: Burhan Ashshofa, op.cit., hal. 95. ]

a. Memperoleh data mengenai persepsi manusia b. Mendapatkan data mengenai kepercayaan manusia c. Mengumpulkan data mengenai perasaan dan motivasi seseorang atau penilaian terhadap sekelompok orang d. Memperoleh data mengenai antisipasi atau pun orientasi ke masa depan dari manusiae. Memperoleh informasi mengenai perilaku pada masa lampau f. Mendapatkan data mengenai perilaku yang sifatnya sangat pribadi atau sensitif. Wawancara dapat dilaksanakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Apabila peneliti hendak melakukan wawancara secara langsung, maka peneliti harus berhadapan langsung dengan pihak yang diwawancarai. Dalam kondisi ini diharapkan tidak ada intervensi dari pihak lain yang bersifat mempengaruhi jawaban. Sedangkan wawancara tidak langsung pada umumnya dilakukan dengan mengirimkan daftar pertanyaan melalui pos atau pun dengan alat perantara lainnya seperti telepon, internet, dan sebagainya. Pelaksanaan wawancara dapat dilakukan dengan menggunakan dua instrumen yakni berupa pedoman wawancara (interview guide) dan daftar pertanyaan (questioner). Dalam hal ini daftar pertanyaan atau kuesioner tersebut dapat terbagi atas: a. Pertanyaan terbuka, dalam hal ini pertanyaan dapat berupa pertanyaan dasar terbuka (basic open ended questioner), pernyataan menguji (probing question), atau pun pertanyaan klarifikasi (clarifying question); b. Pertanyaan tertutup, dalam hal ini suatu pertanyaan dapat berupa pertanyaan dikotomi (dichotomous questions) maupun pertanyaan pilihan berganda (multiple choise questions); c. Pertanyaan berskala, apabila peneliti hendak memiliki bentuk pertanyaan ini maka yang dapat dilakukan adalah menggunakan pertanyaan mengenai sikap atau perilaku, intensitas penggunaan atau pembelian, setuju atau tidak setuju, kesukaan, peringkat, pilihan berjenjang, dan pertanyaan dengan jumlah tetap.[footnoteRef:49] [49: Sri Mamuji, et al., op.cit., hal. 51-53. ]

6. Pengolahan, Analisa dan Konstruksi Data Pada dasarnya, pengolahan, analisa dan konstruksi data dapat dilakukan secara kualitatif dan/atau secara kuantitatif. Penyajian hasil penelitian (sebagai hasil pengolahan data) bisa disatukan maupun dipisahkan dengan analisa data. Apabila dipisahkan, maka penyajian hasil penelitian sifatnya semata-mata deskriptif. Tidak benar bila dikatakan bahwa pengolahan, analisa dan konstruksi data sekunder dilakukan dengan kualitatif belaka sedangkan pengolahan, analisa dan konstruksi data primer dilakukan dengan kuantitatif belaka. Hal ini dikarenakan pada hakekatnya pengolahan, analisa dan konstruksi data secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan dua cara yang saling melengkapi. Pada penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder, penyajian data dilakukan sekaligus dengan analisanya.[footnoteRef:50] [50: Soerjono Soekanto, op.cit., hal 68-69. ]