fillet i kan

Upload: denny-yogiantara-herlambang

Post on 13-Oct-2015

114 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pembiayaan usaha kecil

TRANSCRIPT

  • POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

    FILLET IKAN

  • POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

    FILLET IKAN

    BANK INDONESIA

  • i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami penjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya Buku Pola Pembiayaan Usaha Fillet Ikan (irisan daging ikan tanpa tulang) ini mampu diselesaikan. Penyusunan buku ini dilakukan dalam rangka mendukung pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), terutama untuk menyediakan informasi baik bagi perbankan, UMKM pengusaha maupun calon pengusaha yang berminat mengembangkan usaha tersebut. Informasi pola pembiayaan disajikan juga dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (www.bi.go.id).

    Buku Pola Pembiayaan Usaha Fillet Ikan mengambil sampel di Desa Tegalsari Barat Kecamatan Tegalsari, Kota Tegal, Jawa Tengah. Penyusunan buku dilakukan melalui survei langsung ke lapangan dan in depth interview terhadap pengusaha fillet ikan, wawancara dan diskusi dengan dinas/instansi terkait serta dengan pihak perbankan.

    Dalam penyusunan buku pola pembiayaan ini, Bank Indonesia bekerjasama dengan Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (DKP) dan memperoleh masukan dan saran dari banyak pihak antara lain PT. Bank Mandiri, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero), Bukopin, Bank Niaga, Bank Permata, Bank Panin, Bank Internasional Indonesia, Bank Danamon serta narasumber yang terkait baik asosiasi maupun perorangan. Atas sumbang pikir dan bantuan kelancaran penyusunan buku pola pembiayaan Usaha Fillet Ikan, Bank Indonesia cq Biro Pengembangan UMKM - Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (BUMKM - DKBU) menyampaikan terimakasih.

    Sedangkan bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukkan bagi penyempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat menghubungi: Biro Pengembangan UMKM Direktorat Kredit, BPR dan UMKM, Bank Indonesia dengan alamat:

    Gedung Tipikal (TP), Lt. V Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10110 Telp: (021) 381-8581, Fax: (021) 351 8951 Email: [email protected]

    Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan UMKM.

    Jakarta, Mei 2008

    Direktorat Kredit, BPR dan UMKM

  • FILLET IKAN ii

    RINGKASAN EKSEKUTIF USAHA FILLET IKAN

    No. Unsur Pembiayaan Uraian 1. Jenis Usaha Usaha Fillet ikan 2. Lokasi Usaha Ds Tegalsari Barat Kec Tegalsari,

    Kota Tegal, Jawa Tengah 3. Dana yang Diperlukan Investasi Rp.203,706.000,-

    Modal Kerja Rp.311.480.000,-

    Total Rp.515,186,000- 4. Sumber Dana Kredit Rp.360.630.000,-

    Modal Sendiri Rp.154.555.800.-,

    5. Plafon Kredit Modal Kerja Rp. Rp.360.630.000,-

    6. Jangka Waktu Kredit Jangka waktu kredit adalah 1 tahun (kredit modal kerja) tanpa tenggang waktu (grace period)

    7. Suku Bunga 18 % per tahun menurun 8. Periode Pembayaran

    Kredit Angsuran pokok dan bunga dibayarkan setiap bulan mulai tahun ke-1

    9. Kelayakan Usaha: Periode Proyek Produk yang

    Dihasilkan Skala Usaha/Luas

    Areal Siklus Usaha Tingkat Teknologi Pemasaran Hasil

    5 tahun Fillet Ikan 300 m2 Produksi setiap hari Sederhana Harga rata-rata Rp. 9.000,- per kg dijual langsung ke industri pengolah lanjutan

    10. Kriteria Kelayakan Usaha NPV IRR Net B/C Ratio Penilaian

    Rp. 290.342.081,- 40,86% 1,56 Layak dilaksanakan

    11. Analisis Sensitivitas 11.1 Penurunan

    Pendapatan: Sebesar 2 % NPV IRR Net B/C Ratio Penilaian

    Rp.35.912.088,- 21,00% 1,7 Layak dilaksanakan

  • iii

    No. Unsur Pembiayaan Uraian Sebesar 3,00%

    NPV IRR Net B/C Ratio Penilaian

    Rp. (91.261.827,-) 10,05% 0,85 Tidak layak dilaksanakan

    11.2 Kenaikan Biaya Operasional: Sebesar 2,00% NPV IRR Net B/C Ratio Penilaian

    Rp.56.478.623,- 22,69% 1,11 Layak dilaksanakan

    Sebesar 3,00% NPV IRR Net B/C Ratio Penilaian

    Rp.(60.398.525) 12.80% 0,88 Tidak layak dilaksanakan

    11.3 Penurunan Pendapatan dan Kenaikan Biaya Operasional: Masing-masing sebesar 1% NPV IRR Net B/C Ratio Penilaian

    Rp.46.199.855,- 21,85 % 1,09 Layak dilaksanakan

    Penurunan Pendapatan 2,00% dan Kenaikan Biaya Operasional 2,00%: NPV IRR Net B/C Ratio Penilaian

    - Rp.(197.860.207) 0,04 0,62 Tidak layak dilaksanakan

  • FILLET IKAN iv

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR

    i

    RINGKASAN EKSEKUTIF ...

    ii

    DAFTAR ISI ...

    iv

    DAFTAR TABEL

    vi

    DAFTAR GAMBAR ..

    vii

    BAB I PENDAHULUAN .....

    1

    BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN .............................................

    5

    2.1 Profil Usaha .. ................................................................ 5 2.2 Pola Pembiayaan .................................. 6

    2.2.1 Bank Panin ........................... 6 2.2.2 Bank BRI ...... 7

    BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN .........................................................

    9

    3.1 Aspek Pasar .. 9 3.1.1 Permintaan ........................................................................... 10 3.1.2 Penawaran ....... 11 3.1.3 Analisis Persaingan dan Peluang Pasar . 11 3.2 Aspek Pemasaran ................................. 12 3.2.1 Jalur pemasaran poduk.................................... 13 3.2.2 Kendala Pemasaran . 14 BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI...........................

    15

    4.1 Lokasi Usaha ................................. 15 4.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan .................................. 15 4.3 Bahan Baku ............................... 16 4.4 Tenaga Kerja dan Upah ............... 18 4.5 Teknologi ........................................................ 19 4.6 Proses dan Metode Produksi .......................................................................... 19 4.7 Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi ................................... 24 4.8 Kendala Produksi ..................................... 24 BAB V ASPEK KEUANGAN ....................

    27

    5.1 Pemilihan Pola Usaha ................................... 27 5.2 Asumsi Parameter dan Perhitungan ................................................................ 27 5.3 Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional ........................................... 28

  • v

    5.3.1 Biaya Investasi........................................................................... 28 5.3.2 Biaya Operasional.................................. 29 5.4 Kebutuhan Dana untuk Investasi..................................................................... 30 5.5 Produksi dan Pendapatan ... 32 5.6 Proyeksi Rugi Laba Usaha dan Break Even Point .. 33 5.7 Proyeksi Arus Kas .............................. 34 5.8 Analisis Sensitivitas .. 35 BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN ...................

    37

    6.1 Aspek Ekonomi dan Sosial ............................................................................. 37 6.2 Dampak Lingkungan ...................................................................................... 37 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ...................................

    39

    7.1 Kesimpulan .. 39 7.2 Saran-saran ................................................................ 39 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  • FILLET IKAN vi

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1.1

    Tabel 1.2

    Produksi Ikan menurut Jenis Pengolahan .........................................

    Usaha Pengolahan Ikan Skala Rumah Tangga - Kota Tegal ..............

    1

    3

    Tabel 3.1 Penggunaan Hasil Produksi Fillet ...................................................... 9

    Tabel 3.2 Permintaan, Harga dan Nilai Fillet Ikan ............................................. 10

    Tabel 3.3 Produksi, Permintaan, Penawaran dan Potensi Pasar Fillet - Kota Tegal ...............................................................................................

    10

    Tabel 3.4 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Kota Tegal ......................... 11

    Tabel 4.1 Alat dan Fungsi ............................................................................... 15

    Tabel 4.2 Harga Bahan Baku Ikan ................................................................... 17

    Tabel 4.3 Standar Mutu Air untuk Pengolahan Hasil Perikanan ....................... 17

    Tabel 5.1 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan .............................. 28

    Tabel 5.2 Biaya Investasi Fillet Ikan . 29

    Tabel 5.3 Biaya Operasional Fillet Ikan ............................................................ 30

    Tabel 5.4 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Fillet Ikan ..................... 31

    Tabel 5.5 Angsuran Pokok, Bunga Kredit Investasi dan Modal Kerja ................ 32

    Tabel 5.6 Produksi dan Pendapatan ................................................................ 33

    Tabel 5.7 Proyeksi Laba Rugi Usaha Fillet Ikan ................................................. 33

    Tabel 5.8 Kelayakan Usaha Fillet Ikan 35

    Tabel 5.9 Analisis Sensitivitas : Pendapatan Turun .. 35

    Tabel 5.10 Analisis Sensitivitas: Biaya Operasional Naik .................................... 36

    Tabel 5.11 Analisis Sensitivitas : Perubahan Pendapatan turun dan Biaya operasional naik ..

    36

  • vii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 3.1 Jalur Pemasaran Fillet ................................................................... 13

    Gambar 4.1 Bahan Baku Fillet Ikan .................................................................. 16

    Gambar 4.2 Sortir Ikan .................................................................................... 19

    Gambar 4.3 Pencucian Ikan ............................................................................ 20

    Gambar 4.4 Penimbangan Ikan ....................................................................... 20

    Gambar 4.5 Proses Pemiletan .......................................................................... 21

    Gambar 4.6 Memilet Ikan ............................................................................... 21

    Gambar 4.7 Pengulitan ................................................................................... 22

    Gambar 4.8 Pengerokan Sisa Daging pada Tulang .......................................... 22

    Gambar 4.9 Penimbangan dan Pengemasan dalam Kantong Plastik ............... 23

    Gambar 4.10 Fillet ditata dalam Cool Box ......................................................... 23

    Gambar 4.11 Tahapan Proses Produksi Fillet ..................................................... 24

  • FILLET IKAN viii

    HALAMAN INI SENGAJA DI KOSONGKAN

  • FILLET IKAN

    1

    BAB I PENDAHULUAN

    Kekayaan sumberdaya laut Indonesia sangat berlimpah, dua per tiga wilayah Indonesia

    terdiri dari laut, potensi perikanan sebesar 6,26 juta ton/tahun dengan keragaman jenis ikan

    namun belum seluruhnya dimanfaatkan secara optimal. Pada tahun 2005, total produksi perikanan

    4,71 juta ton, dimana 75% (3,5 juta ton) berasal dari tangkapan laut. Apabila dilihat dari tingkat

    pemanfaatan, terutama untuk ikan-ikan non ekonomis belum optimal. Hal ini disebabkan

    pemanfaatannya masih terbatas dalam bentuk olahan tradisional dan konsumsi segar. Ekspor hasil

    perikanan Indonesia hingga saat ini masih didominasi oleh ikan dalam bentuk gelondongan dan

    belum diolah (DKP,2007).

    Dari total produksi tangkapan laut, sebesar 57,05 % dimanfaatkan dalam bentuk basah,

    sebesar 30,19% bentuk olahan tradisional dan sebesar 10,90 % bentuk olahan modern dan

    olahan lainnya 1,86% Sedangkan dari ekspor tahun 2005 sebesar 857.782 ton, 80% diantaranya

    didominasi produk olahan modern sedangkan produk olahan tradisional hanya sekitar 6%.

    Upaya untuk meningkatkan nilai dan mengoptimalkan pemanfaatan produksi hasil

    tangkapan laut adalah dengan pengembangan produk bernilai tambah, baik olahan tradisional

    maupun modern. Saat ini produk bernilai tambah yang diproduksi di Indonesia masih dari ikan

    ekonomis seperti tuna, udang dan lain sebagainya yang memiliki nilai jual meski tanpa dilakukan

    proses lanjutan. Apabila ingin merubah nilai jual ikan non ekonomis maka salah satu cara yang bisa

    ditempuh adalah melalui diversivikasi pengolahan produk perikanan agar lebih bisa diterima oleh

    masyarakat dan sesuai dengan selera pasar dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi masyarakat,

    aman, sehat melalui asupan gizi/vitamin/protein dari produk hasil perikanan dan ketahanan

    pangan. Berikut ini disajikan data produksi ikan olahan Indonesia tahun 2000- 2005.

    Tabel 1.1 Produksi Ikan Menurut Jenis Pengolahan

    Jenis Pengolahan2000 2001 2002 2003 2004 2005

    611.662 584.394 571.577 598.235 483.471 478.317 66.457 134.071 124.628 121.491 123.555 95.776

    Terasi 16.581 21.607 7.251 9.342 15.731 13.911 Diawetkan Peragian Peda 7.950 13.442 4.996 4.911 5.331 6.452

    Kecap 76 524 2 6 204 71 37.641 36.561 53.905 56.574 66.516 88.690 9.195 30.158 53.045 52.355 17.516 28.012

    305.923 307.235 319.237 573.911 636.303 699.224 21.227 25.299 36.913 28.415 36.137 49.211 1.640 12.204 16.612 8.635 6.458 7.251

    1.078.352 1.165.495 1.188.364 1.453.875 1.391.222 1.466.915

    Kering/AsinPindang

    AsapanLainnya

    BekuKalenganTepung Ikan

    JUMLAH

    Produksi Ikan Olahan Menurut Jenis Pengolahan ( Ton)Tahun

    Sumber: Statistik Perikanan Indonesia, 2006.

  • Pendahuluan

    FILLET IKAN 2

    Hasil dari usaha tersebut sangat tergantung pada proses pengolahannya. Untuk

    mendapatkan mutu terbaik dari proses pengolahan ikan dapat dilakukan dengan menjaga

    kebersihan bahan dan alat yang digunakan. Usaha pengolahan ikan tidak hanya sebatas pada

    pengolahan menjadi produk yang masih berbentuk ikan tetapi juga pengolahan menjadi bentuk

    lain. Salah satu bentuk pengolahan dapat berupa fillet.

    Fillet ikan adalah suatu irisan daging ikan tanpa tulang. Ketika mendengar kata fillet maka

    akan terbayang jenis fillet ikan golongan mahal, seperti fillet Salmon, Kakap Merah (Lutjanus

    argentimaculatus), Kerapu (Serranidae) dan sebagainya. Sebenarnya fillet dapat dikategorikan

    menurut bahan bakunya yaitu fillet yang berasal dari ikan ekonomis seperti Salmon, Kakap Merah

    (Lutjanus argentimaculatus), Kerapu (Serranidae), dan fillet dari jenis ikan non ekonomis; Kurisi

    (Nemipterus nematophorus), Swanggi (Priacanthus tayenus), Biji Nangka/kuniran (Upeneus

    sulphureus), Pisang-pisang (Caesio chrysozomus), Paperek (Leiognathus sp), dan Gerot-gerot

    (Pomadasys sp). Jenis yang kedua ini merupakan bentuk mengoptimalkan pemanfaatan ikan hasil

    tangkapan melalui pengembangan produk bernilai tambah.

    Salah satu bentuk usaha dalam mengoptimalkan pemanfaatan ikan adalah dengan

    mengembangkan fillet dan produk lanjutannya (gel-based products) (Wahyuni, 2002). Fillet ikan

    non ekonomis digunakan sebagai bahan baku produk makanan olahan lanjut antara lain seperti

    baso, sosis, burger, otak-otak, siomay, nugget, empek-empek, krupuk ikan dan produk lainnya.

    Dalam lending model ini dilakukan penelitian di Kota Tegal yang mempunyai potensi industri

    pengusahaan hasil perikanan yang cukup bagus. Fillet ikan merupakan salah satu komoditas

    unggulan Kota Tegal yang banyak diminati oleh konsumen. Usaha ini sudah berkembang sejak

    tahun 1999, yang dimulai oleh tiga pengusaha fillet ikan. Usaha fillet ini berkembang pesat

    sehingga pada tahun 2007 pengusaha yang bergerak di bidang ini menjadi 35 pengusaha. Lokasi

    usaha fillet ikan di Desa Tegalsari Kecamatan Tegal Barat dengan dengan produksi total sebesar

    12 15 ton/hari (DKP kota Tegal, 2007).

    Melimpahnya hasil tangkapan ikan non ekonomis di Kota Tegal merupakan faktor

    pendukung keberhasilan usaha ini. Selain fillet ikan terdapat usaha perikanan skala rumah tangga

    lainnya. Berikut data usaha perikanan skala rumah tangga berdasarkan jumlah pengusaha dan jenis

    usahanya:

  • FILLET IKAN

    3

    Tabel 1.2 Usaha Pengolahan Ikan skala Rumah Tangga

    Kota Tegal

    No. Jenis Usaha Pengolah Ikan Jumlah 1. Pengolah Ikan Asin 61 2. Pengolah Ikan Segar 38 3. Pengolah Ikan Fillet 35 4. Pengasapan/Pemindangan 64 5. Pembuatan Terasi. 11 6. Pengolah Kerupuk Ikan/Udang 10 7. Pengumpul Benih/Ikan Lele 1 8. Penampung Limbah Padat Fillet Ikan 7 Jumlah 227

    Sumber: Bappeda Kota Tega,l 2007.

    Pengolahan fillet ikan menguntungkan banyak pihak dan meningkatkan efisiensi secara

    keseluruhan. Konsumen dapat memperoleh produk yang praktis sehingga waktu yang dibutuhkan

    untuk memasak menjadi lebih cepat. Bagi produsen, fillet merupakan upaya memperoleh nilai

    tambah karena hasil dari penjualan fillet lebih tinggi daripada ikan dijual utuh. Limbah hasil

    produksi fillet berupa kepala ikan, jeroan dan tulang ikan dapat diolah menjadi tepung ikan,

    makanan unggas, pupuk atau produk lainnya. Jadi jika dilihat secara keseluruhan dalam usaha

    fillet ikan terjadi peningkatan efisiensi karena tidak ada limbah terbuang.

    Pengolahan fillet bisa dikembangkan lebih luas di Indonesia untuk pemanfaatan produksi

    perikanan dengan pertimbangan sebagai berikut :

    a. Hasil tangkapan ikan di Indonesia sangat beraneka ragam.

    b. Hampir semua jenis ikan dapat dibuat sebagai bahan baku fillet

    c. Fillet kondisi beku dapat disimpan jangka panjang sebagai bahan baku produk makanan

    olahan.

    d. Fillet mempunyai volume lebih kecil dari ikan utuh

    e. Fillet dan produk lanjutannya dapat memberikan nilai tambah untuk nelayan serta perbaikan

    gizi masyarakat.

  • Pendahuluan

    FILLET IKAN 4

    HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

  • FILLET IKAN

    5

    BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

    2.1. Profil Usaha

    Usaha fillet ikan di Kota Tegal merupakan usaha perorangan dengan tehnologi yang

    sederhana menggunakan cara manual. Usaha ini dapat dilakukan oleh industri rumah tangga

    karena proses produksinya relatif mudah dan tidak memerlukan tenaga dengan pendidikan tinggi

    atau peralatan yang canggih. Pengusaha fillet di Kota Tegal dapat dikelompokkan ke dalam dua

    kategori menurut cakupan kegiatan usaha sebagai berikut :

    a) Pengusaha yang melakukan seluruh aktifitas usaha, mulai dari membeli ikan melalui lelang di

    TPI, mengolah menjadi fillet dan memasarkan sendiri. Pengusaha golongan ini umumnya sudah

    menguasai pasar fillet.

    b) Pengusaha yang hanya memproduksi fillet, hasil fillet dipasok ke pedagang pengumpul.

    Konsekuensi dari pengusaha ini akan menerima harga penjualan yang lebih rendah dari

    pengusaha yang memasarkan sendiri.

    Jenis usaha fillet yang ada adalah dengan menggunakan ikan non ekonomis atau sering

    disebut ikan runcah. Untuk memproduksi fillet pengusaha tidak hanya menggunakan satu jenis

    ikan saja. Mereka menggunakan campuran ikan yang berbeda-beda tergantung jenis ikan yang

    didapat dari pelelangan TPI. Jenis ikan yang digunakan di Kota Tegal adalah jenis ikan demersal

    antara lain Kurisi (Nemipterus nematophorus), Swanggi (Priacanthus tayenus), Biji Nangka/kuniran

    (Upeneus sulphureus). Bahan baku ikan diperoleh dari TPI Jongor dan 2 TPI lainnya di Kota Tegal.

    Pada saat survey dilakukan terdapat 35 orang pengusaha fillet yang didominasi oleh kaum

    wanita dimana 66% dimiliki oleh pengusaha wanita. Pengusaha fillet mempunyai tenaga kerja

    antara 10 orang sampai dengan 100 orang, yang terdiri dari tenaga kerja wanita dan pria.

    Tenaga kerja wanita diupah secara borongan sesuai dengan jumlah fillet yang dihasilkan tiap

    harinya. Pengusaha membagi tenaga kerja wanita dalam kelompok untuk mengerjakan fillet ini.

    Tiap kelompok terdiri dari 4 orang. Masing-masing mempunyai tugas yang berbeda yaitu memilet,

    mengerok, menguliti, dan mengemas fillet ke dalam plastik serta membawa ke meja penimbangan.

    Sedangkan tenaga kerja pria merupakan tenaga kerja tetap yang bertugas mengangkut ikan,

    menimbang, dan mengepak.

    Menurut data DKP 2007 Kebutuhan bahan baku ikan untuk fillet rata rata 3.256,33 kg per

    hari dan produk rata-rata adalah 1.321,5 kg per hari.

  • Profil Usaha dan Pola Pembiayaan

    FILLET IKAN 6

    Dengan dasar perhitungan skala usaha menurut PER.18/MEM/2006 Tentang Skala Usaha

    Pengolahan Hasil Perikanan, sampel pengusaha fillet memperoleh nilai kumulatif sebesar 56 artinya

    usaha yang dijalankan termasuk dalam pengolahan hasil perikanan skala kecil.

    Usaha fillet ikan dapat lebih dikembangkan, mengingat potensi hasil tangkapan ikan non

    ekonomis di Kota Tegal cukup tinggi serta permintaan fillet ikan yang terus meningkat seiring

    dengan perkembangan konsumsi ikan.

    2.2. Pola Pembiayaan

    Untuk penyusunan buku ini, dilakukan survey di Desa Tegalsari Barat Kec Tegalsari Kota

    Tegal. Dari hasil survey diperoleh informasi bahwa bank yang sudah membiayai usaha fillet di Kota

    Tegal yaitu Bank Panin dan BRI. Berdasarkan diskusi dengan bank-bank responden, dapat

    disimpulkan bahwa bank yang membiayai usaha fillet ikan belum memiliki skema pinjaman khusus

    untuk usaha fillet ikan. Kredit yang disalurkan untuk usaha fillet digolongkan sebagai kredit

    umum. Jenis pinjaman yang disalurkan Bank Panin pada usaha fillet ikan adalah Smart Panin,

    sedangkan pada Bank BRI adalah Kupedes.

    2.2.1. Bank Panin

    Bank Panin telah menyalurkan kredit untuk fillet sejak tahun 2006. Motivasi pemberian

    kredit ini adalah potensi usaha di bidang fillet ikan yang dianggap akan semakin berkembang

    karena faktor geografis yang menguntungkan untuk usaha sejenis di Kota Tegal.

    Smart Panin adalah kredit modal kerja yang menggunakan pola rekening koran. Pola

    rekening koran adalah pembiayaan di mana nasabah yang mendapatkan kredit diharuskan

    membuka rekening di bank bersangkutan. Bank akan memberikan kredit sejumlah pengajuan yang

    disetujui dengan jangka waktu tertentu. Kredit tersebut dapat diambil sewaktu-waktu oleh

    nasabah selama jangka waktu kredit yang diberikan, akan tetapi kredit harus dibayar lunas pada

    akhir periode. Dengan pola ini memungkinkan bagi nasabah untuk mengambil sejumlah dana yang

    diperlukan pada waktu-waktu diperlukan. Tingkat suku bunga dihitung per hari berdasarkan

    jumlah kredit yang diambil dan jangka waktu pengambilan kredit. Jangka waktu pelunasan dapat

    diperpanjang sesuai dengan kemampuan nasabah. Tingkat bunga pinjaman untuk sebesar 12 %

    untuk nasabah baru dan 13,5% untuk perpanjangannya. Jangka waktu max 10 tahun dengan nilai

    kredit minimal 100 juta dan maksimal 1 milyar.

    Untuk mendapatkan kredit, nasabah harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan

    oleh bank. Dua faktor utama yang dipertimbangkan bank adalah agunan dan karakter. Agunan

    bisa dikatakan merupakan persyaratan yang mutlak harus ada dalam pengajuan kredit. Agunan

  • FILLET IKAN

    7

    biasanya berupa sertifikat tanah/bangunan tempat usaha, barang/aset bergerak atau tabungan.

    Untuk pengusaha fillet yang mendapatkan kredit dari Panin menggunakan jaminan berupa

    sertifikat tanah dan tabungan. Penilaian karakter dilakukan berkaitan sifat pengusaha dalam

    hubungannya dengan pengembalian kredit.

    Jangka waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh kredit dari Bank Panin ini relatif singkat.

    Pengusaha sudah dapat mencairkan kredit dalam waktu 14 hari sejak masa pengajuan kredit.

    Jumlah pengusaha fillet yang memperoleh kredit adalah 5 (lima) pengusaha senilai Rp

    3.200.315.006,-.

    2.2.2. BRI

    BRI memberikan kredit kepada pengusaha fillet dalam bentuk Kredit Umum Pedesaan

    (Kupedes). Kupedes adalah fasilitas kredit yang disediakan oleh BRI Unit (bukan oleh Kantor

    Cabang) untuk mengembangkan atau meningkatkan usaha kecil dan mikro yang layak (eligible).

    Fasilitas ini diberikan untuk semua kebutuhan pembiayaan usaha mikro (micro financing) di

    masyarakat dengan prosedur yang relatif mudah dan sederhana, baik untuk tujuan produktif

    maupun konsumtif. Tujuan Kupedes adalah membantu anggota masyarakat yang membutuhkan

    dana untuk pembiayaan usaha mikro, baik yang bersifat modal kerja, investasi, maupun keperluan

    lainnya. Sifat kredit adalah kredit komersial dengan bunga 1,5 % sampai 2 % per bulan.

    Pengusaha yang mengajukan kredit dilayani berdasarkan domisili tempat tinggal. Putusan

    kredit maksimal 7 hari kalender untuk putusan Ka Unit dan 14 hari untuk putusan Kanca BRI.

    Jangka waktu maksimal 24 bulan untuk Kupedes Modal Kerja, dan 36 bulan untuk Kupedes

    Investasi. Semua nasabah kupedes diikutkan program Asuransi Jiwa dengan beban biaya BRI. Bagi

    nasabah yang mengangsur secara tepat waktu selama periode tertentu diberikan PBTW

    (Pendapatan Bunga Tepat).

  • Profil Usaha dan Pola Pembiayaan

    FILLET IKAN 8

    HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

  • FILLET IKAN

    9

    BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

    3.1 Aspek Pasar

    Fillet produksi Kota Tegal merupakan bahan dasar beberapa jenis makanan olahan di

    Indonesia. Peluang dan potensi pasar fillet ikan dalam negeri sangat bagus. Hal tersebut dapat

    dilihat dalam tabel penggunaan hasil fillet sebagai berikut :

    Tabel 3.1 Penggunaan hasil produksi fillet

    Produksi Penggunaan Fillet Bakso

    Siomay Otak-otak Krupuk Sosis Nugget Mpek-mpek Kemplang Jenis makanan olahan lainnya

    Limbah (Tulang,kepala,sisik, dan jerohan)

    Minyak ikan Gelatin Tepung ikan Makanan ternak Filamen

    Sumber: data diolah.

    Melihat penggunaan hasil fillet yang begitu luas maka dapat lihat peluang pasar yang juga

    luas. Daerah yang menjadi tujuan pemasaran adalah Cirebon, Jakarta, Bandung, Sidoarjo, dan

    Palembang. Fillet produksi Kota Tegal yang dikiring ke Palembang merupakan bahan utama

    pembuatan empek-empek dan kemplang. Fillet dipasok ke Sidoarjo sebagai bahan pembuatan

    krupuk. Di Bandung fillet digunakan sebagai bahan pembuatan siomay, sedangkan di Jakarta fillet

    digunakan sebagai bahan bakso ikan, otak-otak atau nugget.

    Potensi dan peluang pasar dunia hasill fillet ikan non ekonomis cukup baik. Permintaan fillet

    tahun 2001 yang berupa produk Sebiraki head on, Sebiraki head off, Harabiraki, Whole bone less,

    Dress tail on dan fillet skin on, mencapai 600 ton/bulan. Fillet tersebut berasal dari ikan yang

    ukurannya maksimal 500 gram. Pada tahun mendatang seiring dengan perkembangan konsumsi

    ikan dunia maka tidak tertutup kemungkinan pangsa pasar untuk fish fillet jenis ini bisa sebagus

    pangsa pasar fillet kakap merah (http://www.dsfi.net.id\ ).

  • Aspek Pasar dan Pemasaran

    FILLET IKAN 10

    Tabel 3.2 Permintaan, Harga dan Nilai Fillet Ikan

    Deskripsi Permintaan harga nilai fish fillet: Sebiraki head on Sebiraki head off Harabiraki Whole bone less Dress tail on fillet skin on

    600 ton per bulan

    $4 per kilo $ 12 juta

    Sumber : DSFI, 2007 (http://www.dsfi.net.id\) Total ekspor perikanan Indonesia ke Amerika Serikat pada 2006 bernilai 785,97 juta dolar AS

    terjadi peningkatan sebesar 7,39 prosen dibandingkan tahun sebelumnya. Produk ekspor perikanan

    Indonesia ke AS tahun 2006 meliputi antara lain udang, fillet, ikan beku, ikan nila, tuna, cumi-

    cumi, ikan bertulang, ikan kering, dan ikan asin (Antara, 2007).

    3.1.1 Permintaan

    Permintaan fillet ikan dari luar negeri sangat bagus, tetapi keterbatasan penguasaan

    keterampilan dan penerapan teknologi modernlah yang membuat pengusahaan fillet Kota Tegal

    belum mampu memenuhi permintaan tersebut. Pada saat ini pengusaha belum memiliki jaringan

    pemasaran ke luar negeri. Melihat jumlah tenaga kerja dan potensi kelautan maka tantangan

    tersebut sangat mungkin terpenuhi di masa mendatang.

    Permintaan pasar fillet dalam negeri sangat bagus, berdasarkan hasil survey pengusaha fillet

    masih belum mampu memenuhi permintaan tersebut. Salah satu sampel pengusaha fillet hanya

    mampu memenuhi 3 ton per hari dari permintaan 6 ton per hari untuk pasar Cirebon.

    Tabel 3.3 Produksi, Permintaan, Penawaran dan Potensi Pasar Fillet Kota Tegal

    Tahun Produksi Ikan (Kg)

    Permintaan Fillet (Kg)

    Penawaran Fillet (Kg)

    Potensi Pasar Fillet (Kg)

    2003 3.197.472,50 639.495 426.330 213.165 2005 3.580.650,00 716.130 477.420 238.710 2010* 5.967.750,00 1.193.550 795.700 397.850 2015* 7.758.075,00 1.551.615 1.034.410 517.205 2020* 8.951.625,00 1.790.325 1.193.550 596.775 Rata-rata 392.741

    Keterangan : *Data estimasi Sumber: Profil Rencana Usaha Ppp Th.2004 Ketersediaan Bahan Baku, Bappeda Kota Tegal, 2007.

    Dari tabel di atas dapat dilihat potensi pasar yang cukup tinggi. sehingga usaha fillet ini

    akan kerkembang lebih baik lagi dengan menerapkan prosedur penggolahan yang baik (Good

  • FILLET IKAN

    11

    Manufacture Practice/GMP). Sejalan dengan perkembangan konsumsi ikan nasional meningkat

    sekitar 3% per tahun dan konsumsi dunia meningkat sekitar 4%, merupakan pasar yang cukup

    prospektif bagi pengembangan usaha perikanan.

    3.1.2 Penawaran

    Dengan melihat tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pengusaha hanya mampu memproduksi fillet

    477.420 kg pada tahun 2005. Kondisi seperti ini belum mencukupi kebutuhan pasar di Indonesia,

    karena hasil produksi harus didistribusikan ke beberapa kota seperti Jakarta, Bandung, Palembang,

    Sidoarjo dan Cirebon.

    Untuk mengusahakan fillet ini harus didukung dengan ketersedian bahan bahu yang cukup

    sehingga kontinyuitas produksi dapat dijaga dan stabil. Berikut ini disajikan produksi dan nilai

    produksi perikanan Kota Tegal:

    Tabel 3.4 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Kota Tegal 2002 - 2006

    Tahun Produksi (Kg) Nilai Produksi (Rp 2002 31.741.089 107.245.005.500 2003 27.714.963 91.921.096.000 2004 27.117.315 89.914.814.500 2005 22.271.411 88.656.815.500 2006 20.573.787 94.333.559.500

    Sumber: Kota Tegal Dalam Angka Tahun 2006.

    Dari data pada tabel diatas dapat dilhat bahwa produksi mengalami penurunan. Bagi usaha

    fillet jenis ini hal itu tidak menimbulkan masalah yang berarti. Hal ini disebabkan bahan baku yang

    digunakan bisa dari berbagai macam jenis ikan.

    3.1.3 Analisis Persaingan dan Peluang Usaha

    Hasil fillet dari Kota Tegal yang menggunakan jenis ikan non ekonomis pada saat ini hanya

    untuk konsumsi domestik. Kondisi ini sangat berbeda dengan produk fillet kakap merah yang telah

    menggunakan peralatan yang lebih modern dan diakui dunia sebagai produk terbaik dari

    perikanan Indonesia. Jika dibandingkan dengan fillet ikan mahal seperti Salmon, Kakap dan

    Kerapu, fillet dari Kota Tegal ini belum banyak dikenal diketahui masyarakat umum.

    Hasil produksi fillet kakap tahun 2003 mencapai sekitar 36.118 ton dengan sentra produksi

    meliputi Propinsi Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah dan NAD (DKP, 2007).

  • Aspek Pasar dan Pemasaran

    FILLET IKAN 12

    Ekspor fillet nila dalam bentuk beku Indonesia di pasar Amerika Serikat menduduki posisi

    kedua setelah Cina. Tahun 2004 mencapai 4.250 ton atau meningkat sebesar 18,6% dibanding

    tahun sebelumnya yang hanya mencapai 3.583 ton. Jawa Barat merupakan sentra produksi ikan

    nila terbesar disamping Propinsi Jawa Tengah, Sulawesi Utara dan Sumatera Barat

    Untuk perdagangan ekspor fillet kerapu di Indonesia sudah berjalan cukup lama, dengan

    mengandalkan pasokan dari hasil tangkapan. Prospek permintaan ikan kerapu untuk ekspor cukup

    menjanjikan, sehubungan dengan semakin membaiknya perekonomian di negara-negara tujuan

    ekspor seperti Hongkong, Taiwan, Singapura, dan Cina. Posisi produksi ikan kerapu budidaya

    terhadap penangkapan sampai saat ini baru sekitar 13% dari total produksi. Tercatat produksi

    tahun 2003 sekitar 61.743 ton, dan hanya sekitar 8.000 ton (sekitar 13%) berasal dari budidaya.

    Sentra produksi untuk ikan kerapu meliputi Riau, Sulawesi Tengah, Sumatera Utara dan NTB.

    Kebutuhan ikan untuk pasar dunia sampai tahun 2010 diperkirakan oleh FAO, masih akan

    kekurangan pasok ikan sebesar 2 juta ton/tahun. Meningkatnya permintaan ikan di pasaran dunia

    dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan, bergesernya selera

    konsumen dari red meat ke white meat dan kebutuhan manusia akan makanan sehat (healthy

    food) serta rasa ketidakamanan manusia untuk mengkonsumsi daging ternak karena ada penyakit

    Mad cow disease, Dioxin dan penyakit mulut dan kuku yang melanda hewan ternak di Eropa dan

    Amerika memberikan dampak positip pada peningkatan konsumsi ikan.

    Melihat perkembangan yang terjadi di Kota Tegal dimana semakin berkembang usaha

    pengusahaan filllet dari tahun ke tahun yang pada awal usaha tahun 1999 hanya 3 orang

    pengusaha kemudian tahun 2007 menjadi 35 orang pengusaha fillet maka perlu diupayakan

    penawaran kerja sama bidang processing ikan mengingat para pengusaha masih memiliki sumber

    daya manusia yang rendah dan kurangnya jaringan pemasaran di luar negeri.

    3.2 Aspek Pemasaran

    Sistem pemasaran merupakan cara yang dilakukan pengusaha untuk memasarkan

    outputnya. Harga jual output juga dipengaruhi efektifitas mekanisme dan jalur pemasaran.

    Semakin panjang rantai pemasaran menyebabkan harga jual yang lebih tinggi.

    Harga fillet pada saat ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu harga di pengusaha fillet yang

    memasarkan sendiri adalah Rp9.000,-. pengusaha fillet yang tidak bisa memasarkan sendiri

    umumnya dijual ke pedagang pengumpul harga yang diterima Rp8.000,-.

    Limbah fillet yang berupa tulang ikan, kepala dan isi perut dijual kepada pengusaha tepung

    ikan atau peternak bebek dengan harga Rp300,- s/d 500,- per kg. Di kota Tegal terdapat 3

    pengusaha tepung ikan yang menggunakan limbah fillet sebagai bahan baku. Jika limbah diantar

  • FILLET IKAN

    13

    oleh pengusaha ke pembeli maka harga diterima Rp500,- per kg. Jika pembeli mengambil sendiri di

    lokasi pengolahan maka harga limbah menjadi Rp300,- per kg.

    3.2.1 Jalur Pemasaran Produk

    Setiap jalur distribusi produk memiliki peran penting, dengan demikian tata niaga dan

    efektifitas sistem pemasaran berperan penting dalam menentukan keberhasilan usaha. Pemasaran

    dan perdagangan selama ini berjalan sesuai dengan mekanisme pasar. Kekuatan permintaan dan

    penawaran yang menentukan harga output, sementara harga input fillet dipengaruhi oleh

    ketersediaan bahan baku

    Berdasarkan informasi yang diperoleh pada saat survey, pengusaha fillet memasarkan

    produknya dengan dua cara, yakni:

    a. Memasarkan fillet secara langsung, pengusaha ini memasarkan fillet secara langsung ke

    pedagang besar dan pabrik pengolah lanjutan

    b. Memasarkan fillet melalui pedagang pengumpul

    Bagan di bawah ini mengambarkan jalur pemasaran fillet dari pengusaha hingga ke

    konsumen akhir.

    Bagan 3.1

    Jalur Pemasaran Fillet.

    Pengusaha

    Industri pengolah lanjutan

    Pedagang besar

    Konsumen akhir

    Pedagang pengecer ekspor

  • Aspek Pasar dan Pemasaran

    FILLET IKAN 14

    3.2.2 Kendala Pemasaran.

    Salah satu kendala pemasaran produk perikanan yang sering ditemui adalah kurangnya

    informasi mengenai tingkat harga di setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Pengusaha belum

    memiliki bargain power dalam menentukan harga. Dari hasil survey diketahui bahwa harga masih

    ditentukan oleh pedagang. Sistem penjualannya pun masih menggunakan sistem kepercayaan

    dengan pembayaran tidak secara tunai. Pedagang fillet umumnya membayar secara tempo dalam

    jangka waktu 1 minggu sampai dengan 1 bulan. Kondisi seperti ini sangat merugikan pengusaha

    karena setiap berproduksi membutuhkan modal kerja yang cukup tinggi.

    Kendala lain adalah tingkat teknologi pendinginan fillet selama masa pengiriman.

    Pendinginan hanya menggunakan es batu sehingga apabila es kurang atau terjadi transportasi

    yang kurang lancar (macet) maka mutu fillet menjadi kurang bagus sehingga fillet dihargai rendah

    oleh pembeli.

  • FILLET IKAN

    15

    BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI

    4.1 Lokasi Usaha

    Pada dasarnya tidak terdapat persyaratan khusus dalam menentukan letak lokasi usaha fillet.

    Lokasi fillet yang baik tentunya adalah lokasi usaha yang dekat dengan sumber bahan baku utama

    (ikan segar) serta memiliki akses yang luas terhadap sumber air bersih dan es batu sebagai bahan

    pembantu.

    Lokasi fillet sebaiknya tidak jauh dari pantai, karena bahan baku akan cepat membusuk jika

    tidak segera diolah setelah ditangkap. Lokasi usaha fillet di Kota Tegal menempati kawasan industri

    di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari dengan sistem sewa lahan dengan tarif resmi

    sebagaimana yang sudah diatur dan disepakati antara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan

    Pemerintah Kota Tegal.

    4.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan

    Bangunan digunakan untuk aktivitas proses produksi yang meliputi penyiapan bahan baku,

    penimbangan, pencucian, pemiletan dan pengepakan. Luas lahan yang digunakan tergantung

    pada kapasitas produksi yang dihasilkan dalam hal ini berhubungan dengan jumlah tenaga kerja

    yang terlibat.

    Peralatan dan perlengkapan unit pengolahan harus ditata sehingga terlihat jelas tahap-

    tahap proses yang menjamin kelancaran pengusahaan, mencegah kontaminasi silang dan mudah

    dibersihkan. Peralatan yang berhubungan langsung dengan ikan yang diolah harus terbuat dari

    bahan tahan karat, mudah dibersihkan dan tidak menyebabkan kontaminasi terhadap bahan baku

    maupun produk akhir serta dirancang sesuai persyaratan sanitasi.

    Peralatan utama yang digunakan untuk pengusahaan fillet yaitu :

    Tabel 4.1 Alat dan Fungsi

    Alat Fungsi Pompa air / sumur Sumber air untuk pencucian ikan Timbangan Menimbang ikan Keranjang plastik Wadah ikan sebelum ditimbang Pemecah es batu Memecahkan es batu menjadi bongkahan kecil-

    kecil Sekop ikan Mengambil ikan Basket Wadah ikan setelah selesai ditimbang dan

    dicuci

  • Aspek Teknis Produksi

    FILLET IKAN 16

    Alat Fungsi Pisau Mengiris ikan menjadi lembaran fillet Garpu Mengerok sisa daging yang menempel pada

    tulang Meja Talenan untuk mengiris ikan menjadi fillet Ember kecil Mencuci tangan pekerja saat pemiletan Keranjang plastik Wadah fillet sebelum ditimbang Plastik Pembungkus fillet ukuran 1 kg Karet Pengikat plastik Basket Wadah fillet setelah selesai ditimbang Es batu Bahan pengawet fillet Cool box (fiber) ukuran 1 atau 5 kw

    Wadah penyimpanan fillet dengan pendingin menggunakan es batu yang sudah siap dipasarkan

    Sumber: Data primer diolah.

    4.3 Bahan Baku

    4.3.1 Bahan Utama

    Bahan baku yang digunakan pada usaha fillet ini merupakan ikan non ekonomis (runcah).

    Ikan tersebut antara lain: Kuniran/Yellows goatfishes (Upeneus sulphureus), Mata

    Goyang/Swangi/Purple sputted bigeyes (Priacanthus tayenus), Coklatan (Pomadasys macullatus),

    Kurisi/Treafin breams (Nemipterus nematophorus) dan ikan runcah lainnya.

    1.ikan Coklatan 2.Kuniran 3.Kurisi 4.Swangi

    Gambar 4.1 bahan baku fillet ikan

    Bahan baku diperoleh melalui pelelangan di TPI Jongor dan 2 TPI lainnya di Kota Tegal. Jika

    ikan yang diperoleh dari TPI Kota Tegal dianggap kurang cukup maka pengusaha membeli ikan di

    TPI Pemalang,Tegal dan Pekalongan.

    Harga bahan baku cukup murah berkisar Rp1.800,- sampai dengan Rp2.300,- per kg.

    secara terperinci disajikan dalam tabel berikut :

  • FILLET IKAN

    17

    Tabel 4.2 Harga Bahan Baku Ikan

    Nama ikan

    Harga (Rp/kg) Terendah Tertinggi Rata-rata

    Coklatan 2.200 2.300 2.200 Kurisi 2.000 2.200 2.100 swangi 1.900 2.300 2.100 Kuniran 1.800 2.200 2.000 Sumber: Data diolah.

    4.3.2 Bahan Pembantu dan Tambahan

    4.3.2.1 Air Bersih

    Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam usaha fillet ikan. Selain digunakan

    untuk membersihkan ikan, juga membersihkan peralatan, lantai, dan pekerja. Air yang digunakan

    sebagai bahan penolong dalam pengusahaan ikan sebaiknya memenuhi persyaratan kualitas air

    minum. Standar mutu air untuk pengolahan hasil perikanan dapat dilihat pada tabel 4.3

    Tabel 4.3

    Standar mutu air untuk pengolahan hasil perikanan

    Kriteria Standar mutu

    Warna Jernih

    Rasa dan bau Normal

    Nitrit 0,0 mg/l

    Nitrat maks 20 mg/l

    Klorida maks 250 mg/l

    Sulfat 250 mg/l

    Besi maks 0,2 mg/l

    Mangan maks 0,1 mg/l

    Timbal maks 0,5 mg/l

    Tembaga maks 3 mg/l

    PH 6,5-9

    Kesadahan 5-10 D

    Bakteri coli 0/100 ml

    Sumber: Dewan Standarisasi Nasional, 1994.

  • Aspek Teknis Produksi

    FILLET IKAN 18

    Air untuk pencucian fillet harus disalurkan terpisah dan tidak berhubungan silang dengan

    sistem saluran air kotor. Air untuk tujuan pencucian dan pengusahaan, sebelum dipakai harus

    disaring atau dengan perlakuan lain sehingga air menjadi bersih (Dewan Standarisasi Nasional,

    1994).

    4.3.2.2 Es Batu

    Es batu digunakan sebagai bahan pembantu pencegahan pembusukan/sebagai pengawet

    bahan baku ikan dan fillet. Es yang digunakan dalam pengolahan ikan harus memenuhi kualitas air

    minum dan tidak boleh terkontaminasi selama penanganan atau penyimpanan.

    Es batu diperoleh dari pabrik es di sekitar lokasi pemiletan. Es batu diantar sampai lokasi

    pemiletan oleh pabrik es. Harga es batu per blong Rp35.000,-. Es batu yang digunakan untuk

    pengawetan ikan/fillet dicurah dahulu menjadi butiran es dengan menggunakan cusher. Bentuk es

    curah lebih efektif dalam mendinginkan daripada es bentuk balok karena semakin luas

    permukaannya sehingga lebih cepat mencair. Jadi semakin kecil ukuran buturan es semakin cepat

    kemampuan mendinginkannya.

    4.4 Tenaga kerja dan Upah

    Usaha fillet ini termasuk jenis usaha yang banyak menyerap tenaga kerja. Tenaga kerja yang

    diperlukan dalam pengolahan fillet tidak memerlukan keahlian khusus. Tenaga kerja terbagi

    menjadi 2 yaitu kerja pria dan tenaga kerja wanita. Tenaga kerja wanita banyak digunakan pada

    tahap pemilletan, sedangkan tenaga kerja laki-laki bekerja pada proses penyiapan bahan,

    penimbangan, pembungkusan dan pengepakan. Tenaga kerja umumnya bekerja sejak pukul 08.00

    hingga 19.00.

    Tenaga kerja wanita bekerja secara kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 4 orang dalam 1

    meja. Masing-masing mempunyai tugas yang berbeda yaitu mengiris ikan, menguliti ikan,

    mengerok dan mengemas ke dalam plastik. Mereka mendapat upah Rp 1.000,- per satu kilogram

    irisan daging fillet yang dihasilkan. Upah yang diterima buruh wanita tergantung dari kecepatan

    mereka dalam menghasilkan fillet per hari. Jumlah maksimal yang dapat dihasilkan oleh 1 orang

    tenaga wanita dalam satu hari sebesar 30 kg fillet. Makan siang pekerja wanita tidak ditanggung

    oleh penggusaha.

    Tenaga kerja pria merupakan buruh tetap dengan upah Rp. 40.000 50.000,-per hari dan

    makan ditanggung oleh pengusaha. Tenaga kerja pria bertugas untuk menimbang ikan, mencuci

    ikan, menimbang fillet, mengangkut ikan dari TPI sampai pada saat hasil fillet siap dipasarkan.

    Tenaga kerja berasal dari Kota Tegal dan Kabupaten Tegal.

  • FILLET IKAN

    19

    4.5 Teknologi

    Usaha fillet ini menggunakan metode dan peralatan yang sederhana, pemilletan dilakukan

    dengan cara manual. Peralatan yang digunakan pada teknologi ini mudah diperoleh sebab

    merupakan peralatan yang sering dipakai dalam rumah tangga pada umumnya. Tenaga kerja

    merupakan faktor utama dalam hasil produksi fillet karena semua proses dari produksi ini

    mengandalkan tenaga manusia.

    Beberapa persyaratan teknis yang perlu diperhatikan dalam pengusahaan fillet ikan adalah

    ketersediaan bahan baku yang bermutu tinggi (tingkat kesegarannya), penerapan sanitasi dan

    hygien di unit pengusahaan ikan, penerapan cold chain system selama penanganan, produksi dan

    distribusi.

    4.6 Proses dan Metode Produksi

    Tahapan proses produksi fillet ikan adalah sebagai berikut:

    4.6.1 Penyortiran,

    Sebelum ikan diolah, terlebih dahulu dipilih ikan yang masih dalam kondisi bagus dan tidak

    membusuk. Ikan yang digunakan harus segar agar mudah dalam pemilletan dan memperoleh

    produk yang bermutu tinggi.

    Ikan segar yang digunakan sebaiknya telah melewati fase pengkakuan (rigor mortis). Fillet

    yang diperoleh dari ikan yang belum dan sedang mengalami pengkakuan, fillet akan

    mengkerut/berlekuk atau jaringan otot pecah (gaping) (BPTP, 2007).

    Gambar 4.2 Sortir Ikan

  • Aspek Teknis Produksi

    FILLET IKAN 20

    4.6.2 Pencucian

    Kemudian ikan dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan

    menghilangkan darah atau lendir.

    Gambar 4.3

    Pencucian Ikan.

    4.6.3 Penimbangan

    Ddilakukan dengan menggunakan timbangan gantung. Ikan yang akan ditimbang

    ditempatkan dalam keranjang plastik.

    Gambar 4.4

    Penimbangan Ikan.

    4.6.4 Pemiletan

    Ddilakukan secara berkelompok dengan jumlah pekerja 4 orang pada satu meja. Pemiletan

    meliputi tahapan sebagai berikut :

  • FILLET IKAN

    21

    Gambar 4.5

    Proses Pemiletan

    a. Pembuatan fillet

    Ikan diletakkan di atas meja/talenan. Kepala ikan menghadap ke kanan dan perut

    menghadap ke arah pekerja (jika pekerja bukan kidal). Bagian bawah insang diiris

    melintang sampai menyentuh tulang belakang.

    Gambar 4.6 Memilet ikan

    Daging diiris dari arah sayatan tadi mengarah ke ekor. Mata pisau diusahakan menyentuh

    tulang belakang dan tulang perut rusuk yang membatasi badan dengan rongga perut tidak

    terpotong pada waktu penyayatan, tapi tidak sampai melukainya. Ikan dibalikkan, dan

    prosedur seperti di atas diulangi. Irisan yang diperoleh tersebut disebut fillet.

  • Aspek Teknis Produksi

    FILLET IKAN 22

    b. Pengulitan

    Gambar 4.7 Pengulitan

    Pengulitan dilakukan dilakukan untuk melepas kulit dari fillet. Daging yang tersisa pada

    tulang dikerok dengan garpu dan dicampurkan dengan fillet.

    Gambar 4.8

    Pengerokan sisa daging pada tulang

    4.6.5 Pengemasan

    Fillet yang diperoleh harus segera dipak dalam wadah yang sesuai dengan secepatnya. Setiap

    saat fillet harus didinginkan untuk mencegah penurunan mutu dan selalu menjaga kebersihan.

  • FILLET IKAN

    23

    Gambar 4.9

    Penimbangan dan pengemasan dalam kantong plastik

    Pengemasan dilakukan dengan memasukkan fillet ke dalam kantong plastik. Tiap kantong

    misalnya diisi dengan fillet sebanyak 1 kg, kemudian kantong plastik diikat dengan karet. Udara di

    dalam kantong diupayakan seminimum mungkin. Fillet yang sudah dikemas disimpan dalam cool

    box yang diberi es curah dan siap untuk dipasarkan.

    Gambar 4.10

    Fillet Ditata Dalam Cool box

  • Aspek Teknis Produksi

    FILLET IKAN 24

    Tahapan proses produksi dapat dilihat pada bagan sebagai berikut :

    Gambar 4.11 Tahapan proses produksi fillet

    4.7 Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi

    Hasil dari usaha ini adalah fillet dan limbah. Jumlah produksi fillet tergantung pada

    ketersediaan bahan baku, yaitu ikan segar. Kualitas fillet dipengaruhi oleh kualitas bahan baku dan

    proses produksi. Pengawasan bahan baku adalah penting karena kualitas fillet yang dihasilkan

    ditentukan oleh bahan baku (Kesegaran ikan). Agar diperoleh hasil yang berkualitas perlu

    menerapkan cold chain system pada setiap tahap pengerjaan untuk menjaga ikan tetap segar.

    Pengawasan proses produksi dilakukan dengan pengawasan terhadap tenaga kerja dan hasil

    produksi. Pengawasan terhadap tenaga kerja meliputi kebersihan dan kedispilinan tenaga kerja

    dalam proses produksi. Pengawasan terhadap hasil produksi fillet dilakukan agar mutu fillet dapat

    terjaga.

    4.8 Kendala Produksi

    Secara umum kendala yang berarti dalam produksi fillet ikan tidak dijumpai, akan tetapi hal

    yang paling sering terjadi adalah kurangnya kontinuitas bahan baku ikan tertentu. Untuk

    Penyortiran ikan

    Pencucian ikan

    Penimbangan ikan

    Penimbangan fillet per 1 kg

    Pengemasan dalam plastik 1 kg dan diikat karet

    Pemiletan

    Pengepakan fillet ke cool box

  • FILLET IKAN

    25

    mengatasinya Pengusaha mempergunakan berberapa jenis ikan karena jika mengandalkan 1 jenis

    ikan maka kontinuitas produksi tidak bisa berlangsung dengan baik dan stabil sepanjang tahun.

    Pengusaha menyesuaikan bahan baku dengan jenis yang ada pada musim tersebut.

    Mutu fillet sangat tergantung pada kesegaran ikan. Rantai dingin mulai dari pemilihan

    bahan baku, proses produksi hingga pengiriman fillet harus tetap dijaga. Untuk itu peranan

    supervisi kualitas dan pemberian es curah yang cukup sangat dibutuhkan untuk menjamin

    kesegaran ikan tetap terjaga.

  • Aspek Teknis Produksi

    FILLET IKAN 26

    HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

  • FILLET IKAN

    27

    BAB V ASPEK KEUANGAN

    5.1 Pemilihan Pola Usaha

    Dalam analisis keuangan dipilih pola usaha fillet ikan yang menggunakan teknologi

    sederhana dan melakukan pemasaran sendiri produknya. Kapasitas produksi merupakan kapasitas

    produksi rata-rata selama 1 tahun yaitu sebesar 428.700 kg. Jangka waktu analisis keuangan

    didasarkan pada umur proyek yakni 5 tahun.

    5.2 Asumsi Parameter dan Perhitungan

    Periode proyek diasumsikan selama 5 tahun, periode proyek ini ditentukan dari umur

    ekonomis peralatan utama yang digunakan dalam usaha fillet ikan. Penghitungan proyeksi

    pendapatan dan komponen biaya dilakukan untuk periode usaha selama 5 tahun, dengan

    memperhitungkan nilai sisa dari seluruh peralatan yang memiliki umur ekonomis lebih dari 5 tahun.

    Mesin dan peralatan yang diperhitungkan dalam komponen biaya adalah seluruh mesin

    dan peralatan, baik yang dibeli maupun peralatan yang dibuat sendiri oleh pengusaha yang dapat

    dinilai dengan sejumlah uang.

    Gambaran kondisi dan perkembangan keuangan usaha fillet ikan ini dihitung dengan

    menggunakan asumsi-asumsi dan parameter yang ditetapkan berdasarkan hasil penelitian dan

    pengamatan lapangan.

    Asumsi dalam usaha fillet adalah :

    Produksi dilakukan setiap hari, tiap bulannya diasumsikan selama 25 hari.

    Bahan baku yang digunakan dari berbagai jenis ikan demersal sehingga kontinuitas produksi

    relatif stabil sepanjang tahun.

    Lahan yang digunakan disewa per lima tahun sesuai Perda Kota Tegal No.5 tahun 2002 harga

    sewa tanah per tahun Rp 3.000 /m2.

  • Aspek Keuangan

    FILLET IKAN 28

    Tabel 5.1 Asumsi dan Parameter Untuk Analisis Keuangan

    Secara lebih rinci asumsi dan parameter untuk analisis keuangan dijelaskan pada lampiran.

    5.3 Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional

    5.3.1 Biaya Investasi

    Biaya investasi dalam usaha fillet ikan ini dialokasikan biaya-biaya yang diperlukan pada

    tahun 0 proyek yang meliputi sewa lahan, bangunan, biaya perijinan, serta pembelian peralatan.

    Jumlah biaya investasi pada tahun 0 proyek adalah Rp203.706.000,-. Seluruh biaya investasi yang

    dikeluarkan untuk usaha fillet ikan ini diasumsikan adalah 30 % milik pengusaha, dan 70% kredit

    dari bank.

  • FILLET IKAN

    29

    Tabel 5.2 Biaya Investasi

    Selama jangka waktu proyek terdapat re-investasi dari beberapa komponen investasi yaitu,

    perijinan, dan peralatan. Pada akhir periode proyek terdapat nilai sisa. Komponen biaya investasi

    fillet ikan sebagaimana Tabel 5.2.

    Lokasi usaha menempati kawasan industri di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari

    dengan sistem sewa lahan dengan tarif resmi sebagaimana yang sudah diatur dan disepakati

    antara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan Pemerintah Kota Tegal.

    5.3.2 Biaya Operasional

    Biaya operasional dihitung per tahun terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya

    variabel selalu tergantung pada besar kecilnya produksi per periode waktu. Biaya operasional ini

  • Aspek Keuangan

    FILLET IKAN 30

    meliputi pembelian bahan baku utama dan pembantu, peralatan, biaya pemeliharaan mesin dan

    peralatan utama, dan upah tenaga kerja.

    Tabel 5. 3 Biaya Operasional Fillet Ikan

    ** 5% dari harga pembelian Sumber: Lampiran 1.3.

    Modal kerja awal yang dibutuhkan sebesar Rp321.820.000,-. Modal kerja awal ini

    merupakan kebutuhan dana yang diperlukan untuk membiayai produksi awal yang dihitung

    berdasarkan produksi fillet ikan selama 1 bulan produksi.

    5.4 Kebutuhan Dana untuk Investasi

    Secara keseluruhan kebutuhan Dana untuk Investasi filet ikan yang terdiri dari biaya

    investasi dan modal kerja selama 1 bulan adalah sebesar Rp. 515.186.000,- . Rincian sebagaimana

    tabel 5.4.

  • FILLET IKAN

    31

    Tabel 5.4 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Fillet Ikan

    Sumber: Lampiran 1.4.

    Dalam Lending model ini diasumsikan bahwa baik dana investasi dan modal kerja

    bersumber dari kredit bank dan dana sendiri dengan komposisi 70% kredit bank dan 30% dana

    sendiri.

    Perhitungan angsuran kredit investasi dan modal kerja digunakan asumsi sebagai berikut:

    a. Kredit investasi jangka waktu 3 tahun, suku bunga per tahun 18% menurun, angsuran pokok

    dan bunga per bulan

    b. Kredit modal kerja jangka waktu 1 tahun, suku bunga per tahun 18% menurun, angsuran

    pokok dan bunga per bulan

    Berdasarkan ketentuan kredit tersebut maka angsuran kredit dapat dilihat pada tabel

    berikut:

  • Aspek Keuangan

    FILLET IKAN 32

    Tabel 5.5. Angsuran Pokok, Bunga Kredit Investasi dan Modal Kerja

    Tahun Bulan Angsuran Bunga jumlah saldopokok Angsuran kredit

    Tahun 0 0 0 365.774.325 Tahun 1 1 22.559.294 5.486.615 28.045.909 343.215.031

    2 22.559.294 5.148.225 27.707.519 320.655.7383 22.559.294 4.809.836 27.369.130 298.096.4444 22.559.294 4.471.447 27.030.740 275.537.1505 22.559.294 4.133.057 26.692.351 252.977.8566 22.559.294 3.794.668 26.353.962 230.418.5637 22.559.294 3.456.278 26.015.572 207.859.2698 22.559.294 3.117.889 25.677.183 185.299.9759 22.559.294 2.779.500 25.338.793 162.740.68110 22.559.294 2.441.110 25.000.404 140.181.38811 22.559.294 2.102.721 24.662.015 117.622.09412 22.559.294 1.764.331 24.323.625 95.062.800

    Tahun 2 13 3.960.950 1.425.942 5386892 91.101.85014 3.960.950 1.366.528 5327477,75 87.140.90015 3.960.950 1.307.114 5268063,5 83.179.95016 3.960.950 1.247.699 5208649,25 79.219.00017 3.960.950 1.188.285 5149235 75.258.05018 3.960.950 1.128.871 5089820,75 71.297.10019 3.960.950 1.069.457 5030406,5 67.336.15020 3.960.950 1.010.042 4970992,25 63.375.20021 3.960.950 950.628 4911578 59.414.25022 3.960.950 891.214 4852163,75 55.453.30023 3.960.950 831.800 4792749,5 51.492.35024 3.960.950 772.385 4733335,25 47.531.400

    Tahun 3 25 3.960.950 712.971 4673921 43.570.45026 3.960.950 653.557 4614506,75 39.609.50027 3.960.950 594.143 4555092,5 35.648.55028 3.960.950 534.728 4495678,25 31.687.60029 3.960.950 475.314 4436264 27.726.65030 3.960.950 415.900 4376849,75 23.765.70031 3.960.950 356.486 4317435,5 19.804.75032 3.960.950 297.071 4258021,25 15.843.80033 3.960.950 237.657 4198607 11.882.85034 3.960.950 178.243 4139192,75 7.921.90035 3.960.950 118.829 4079778,5 3.960.95036 3.960.950 59.414 4020364,25 0

    Sumber: Lampiran 1.6.

    5.5 Produksi dan Pendapatan

    Output dari usaha pengolahan ikan ini berupa fillet. Limbah yang berupa tulang, kepala

    ikan dan isi perut dijual kepada pabrik tepung ikan. Pengusaha fillet memperoleh pendapatan dari

    hasil penjual fillet dan limbah. Fillet yang diproduksi setiap tahun adalah 428.700 kg dengan harga

    jual Rp9.000/kg, sedangkan limbah dijual Rp300,- per kg pada pabrik tepung ikan. Pendapatan

    pengusaha sebesar Rp4.066.740.000,- per tahun seperti disajikan pada Tabel 5.6.

  • FILLET IKAN

    33

    Tabel 5.6. Produksi dan Pendapatan

    Tahun Produksi Harga Hasil Produksi

    Pendapatan Kg Nilai (Rp)

    1 Fillet 9,000 428,700 3,858,300,000 4,066,740,000 Limbah 300 694,800 208,440,000 2 Fillet 9,000 428,700 3,858,300,000 4,066,740,000 Limbah 300 694,800 208,440,000 3 Fillet 9,000 428,700 3,858,300,000 4,066,740,000 Limbah 300 694,800 208,440,000 4 Fillet 9,000 428,700 3,858,300,000 4,066,740,000 Limbah 300 694,800 208,440,000 5 Fillet 9,000 428,700 3,858,300,000 4,066,740,000 Limbah 300 694,800 208,440,000

    Sumber: Lampiran 1.5.

    5.6 Proyeksi Rugi Laba Usaha dan Break Even Point

    Proyeksi Laba Rugi digunakan untuk memprediksi kondisi yang akan datang. Analisis Break

    Even Point (BEP) dimaksudkan untuk menentukan bagaimana kondisi perusahaan apabila terjadi

    perubahan harga, biaya dan volume atau unit produksi. Berikut ini proyeksi laba Rugi Usaha Fillet

    Ikan

    Tabel 5.7 Proyeksi Laba Rugi Usaha Fillet Ikan (Rp)

    Sumber: Lampiran 1.8.

  • Aspek Keuangan

    FILLET IKAN 34

    Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa usaha fillet ikan merupakan usaha yang bisa

    mendapatkan laba. BEP akan tercapai pada posisi penjualan Rp2.530.151.900,- dan pada saat

    dicapai hasil produk 281.128 kg.

    5.7 Proyeksi Arus kas

    Penilaian terhadap suatu usaha dapat dilakukan dengan baik apabila arus kas dari usaha

    tersebut diketahui dengan jelas. Arus kas tersebut terdiri dari 2, yakni arus kas masuk (Cash Inflow)

    dan arus kas keluar (Cash Outflow). Dalam analisa arus kas dan kelayakan usaha fillet ikan ini

    digunakan beberapa metode penilaian kelayakan keuangan, antara lain Net Present Value (NPV),

    Internal Rate of Return (IRR) dan Net B/C Ratio.

    NPV digunakan untuk menghitung nilai sekarang dari pendapatan yang diharapkan pada

    discount rate tertentu. NPV ini adalah selisih antara present value benefit dan present value cost.

    Apabila NPV > 0, maka investasi pada proyek dapat diterima dan usaha layak untuk dilaksanakan.

    Dari hasil analisis kelayakan keuangan diperoleh NPV > 0 yaitu sebesar Rp 290.259.918,-

    Dari hasil ini disimpulkan bahwa usaha fillet ikan ini diterima atau layak untuk dilaksanakan karena

    nilai NPV > 0 (positif).

    Metode penilaian investasi lain yang digunakan adalah Internal Rate of Return (IRR). IRR

    merupakan discount rate i yang membuat NPV dari proyek = 0. Suatu proyek dikatakan layak

    apabila IRR yang dihasilkan lebih besar dari tingkat keuntungan yang disyaratkan, yang dalam hal

    ini discount rate = 18 % (tingkat bunga kredit). Apabila IRR yang dihasilkan lebih rendah dari

    tingkat bunga yang diisyaratkan, maka usulan proyek/usaha harus ditolak. Dari hasil analisis

    diperoleh IRR = 40.86% usaha fillet ikan ini dapat dinyatakan diterima dan layak dilaksanakan

    karena nilai IRR yang diperoleh juga lebih besar dari tingkat bunga kredit modal kerja.

    B/C Ratio merupakan perbandingan antara manfaat benefit (B) dari tahun-tahun yang

    bersangkutan yang telah di-present value-kan (pembilang bersifat positif) dengan biaya bersih

    dalam tahun di mana cost (C) (penyebut bersifat negatif) yang telah di-present value-kan. Suatu

    proyek diterima jika B/C Ratio > 1, sebaliknya jika B/C ratio < 1 maka proyek ditolak. Hasil

    perhitungan menunjukkan B/C Ratio = 1,56 dari hasil ini dapat dikatakan usaha fillet ikan ini dapat

    diterima karena B/C Ratio yang diperoleh lebih dari 1.

    Sementara jika dilihat dari Pay back Period (PBP), usaha fillet akan dapat mengembalikan

    investasi setelah usaha berjalan 2,43 tahun atau 29 bulan.

    Hasil perhitungan yang disajikan dalam angka tersebut dalam tabel 5.8 menunjukkan

    bahwa usaha fillet layak untuk dijalankan.

  • FILLET IKAN

    35

    Tabel 5.8 Kelayakan Usaha Fillet Ikan

    Kriteria Kelayakan Nilai Kesimpulan NPV 290,259,918 Layak IRR 40.86% Layak Net B/C 1.56 Layak PBP (tahun) 2.43 Layak

    Sumber: Data Primer, diolah

    5.8 Analisis Sensitivitas

    Analisis sensitivitas dilakukan dengan menetapkan suatu prediksi perubahan pada

    komponen harga, baik pada harga beli input maupun harga jual output. Perubahan pendapatan

    dan pengeluaran akan menyebabkan perubahan arus kas. Untuk menguji sensitivitas usaha

    terhadap perubahan asumsi pendapatan dan biaya operasional, digunakan beberapa simulasi.

    5.8.1 Simulasi Penurunan Pendapatan

    Berdasarkan perhitungan pada arus kas dengan menggunakan asumsi dasar kemudian

    dilakukan simulasi penurunan pendapatan yang disebabkan produk fillet bermutu rendah sehingga

    dihargai lebih rendah. Penurunan pendapatan 3% menyebabkan usaha fillet ikan ini menjadi tidak

    layak dilaksanakan karena pada tingkat suku bunga 18% diperoleh IRR 9,6%, NPV negatif yaitu

    (Rp91,261,827) dan Net B/C ratio kurang dari 1, yaitu 0.82.

    Tabel 5.9

    Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun

    Kriteria Kelayakan Pendapatan Turun

    2% 3% NPV Rp35,912,088 (Rp91,261,827) IRR 21.00% 10.05%

    Net B/C Ratio 1.07 0.82 PBP (tahun) 4.62 > 5

    Sumber : Data diolah. 5.8.2 Simulasi Peningkatan Biaya Operasional

    Pada tahap ini, dilakukan simulasi pada komponen biaya, yaitu biaya operasional

    mengalami kenaikan sebesar 3%. Hasil analisis menunjukkan apabila biaya operasional naik

    hingga 3% usaha fillet ikan pada tingkat suku bunga 18% diperoleh IRR sebesar 12,80 %, NPV

    negatif yaitu sebesar (Rp60.398.525) dan Net B/C Ratio sebesar 0,883 (kurang dari 1) yang berarti

    usaha fillet ikan ini menjadi tidak layak apabila terjadi kenaikan biaya operasional diatas 3%.

    Kenaikan biaya operasional ini bisa terjadi jika harga bahan baku naik misalnya saat ada badai atau

    gelombang tinggi sehingga nelayan tidak melaut.

  • Aspek Keuangan

    FILLET IKAN 36

    Tabel 5.10

    Analisis Sensitivitas Biaya Operasional Naik

    Kriteria Kelayakan Pendapatan Turun

    2% 3% NPV Rp56,487,623 (Rp60,398,525) IRR 22.69% 12.80%

    Net B/C Ratio 1.11 0.883 PBP (tahun) 4.42 > 5

    Sumber: Data diolah.

    5.8.3 Simulasi Perubahan pada Pendapatan dan Biaya

    Apabila pendapatan dan biaya operasional mengalami perubahan secara bersamaan. Pada

    saat pendapatan mengalami penurunan 2% dan secara bersamaan biaya operasional naik sebesar

    2%. usaha fillet ikan sudah tidak layak lagi. Hal ini dapat dilihat dari IRR sebesar 12,80 %, NPV

    negatif yaitu sebesar (Rp60.398.525) dan Net B/C Ratio sebesar 0,883 (kurang dari 1).

    Tabel 5.11

    Analisis Sensitivitas Pendapatan turun dan Biaya operasional naik

    Kriteria Kelayakan Pendapatan Turun dan Biaya Operasional Naik

    2% 3% NPV Rp46,199,855 (Rp197,860,207) IRR 21.85% -0.04%

    Net B/C Ratio 1.09 0.62 PBP (tahun) 4.51 > 5

    Sumber : Data Primer, diolah

    Pada tingkat suku bunga 18% jika pendapatan mengalami penurunan 2% dan biaya

    operasional naik 2% maka usaha fillet menjadi tidak layak.

  • FILLET IKAN

    37

    BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN

    6.1 Aspek Ekonomi dan Sosial

    6.1.1 Aspek Ekonomi

    Usaha fillet ikan di Kota Tegal mempuyai manfaat ekonomi yaitu penciptaan pendapatan

    yang dapat membantu perekonomian keluarga. Penciptaan pendapatan ini antara lain bagi

    pengusaha, karyawan dan tentunya bagi nelayan yang merupakan ujung tombak penyediaan ikan

    untuk diolah.

    Pendapatan tenaga kerja pria pada usaha fillet ikan per bulan adalah Rp1.220.833,- lebih

    tinggi dari jumlah Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Kota Tegal tahun 2007 yaitu Rp643.000,-. Rata-

    rata pendapatan tenaga kerja wanita pada usaha fillet ikan per bulan Rp. 553.611 lebih tinggi dari

    Upah Minimun Kota (UMK) Tegal tahun 2007 yaitu Rp 520.000,-.

    Bagi Pemerintah Kota Tegal usaha fillet dapat menciptakan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    yang ditandai dengan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), serta berperan

    menciptakan lapangan kerja.

    6.1.2 Aspek Sosial

    Kegiatan pengusahaan fillet membawa manfaat sosial bagi masyarakat. Penciptaan lapangan

    kerja khususnya bagi wanita/ibu rumah tangga karena usaha ini banyak didominasi oleh tenaga

    kerja wanita. Jumlah tenaga kerja yang terserap pada usaha fillet ikan pada tahun 2006 mencapai

    1.675 orang. Dengan penyerapan tenaga kerja yang cukup besar ini dapat mengurangi

    penggangguran sehingga akan menekan angka kriminalitas.

    Sebagian besar tenaga kerja berasal dari Kabupaten Tegal, sehingga terdapat Keterkaitan

    saling membutuhkan antara Kabupaten Tegal sebagai penyedia tenaga kerja dengan Kota Tegal

    sebagai pemasaran dan tempat pengolahan.

    6.2 Dampak Lingkungan

    Sifat ikan yang berbau, dan mudah membusuk dapat menimbulkan berbagai masalah

    lingkungan. Usaha fillet menghasilkan limbah bagi lingkungan sekitar, air bekas cucian ikan akan

    menimbulkan bau menyengat, residu dari pengusahaan ikan juga akan menimbulkan pencemaran

    bagi lingkungan sekitar. Usaha fillet di Kota Tegal yang lokasinya masih menjadi satu dengan

    pemukiman warga belum memiliki sistem pengelolaan air limbah yang baik sehingga banyak

  • Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan

    FILLET IKAN 38

    saluran air mampet dan menimbulkan bau yang kurang sedap. Kondisi pencemaran ini tidak

    dikeluhkan oleh warga sekitar karena sebagian besar bermata pencaharian pada sektor perikanan

    (nelayan, pengusaha, pedagang) sehingga mereka sudah terbiasa dengan bau ikan.

    Sejalan dengan berkembangnya usaha fillet ikan maka perlu upaya pengembangan usaha

    yang berwawasan lingkungan. Setiap pengusaha berkewajiban meminimalkan pencemaran

    lingkungan dengan cara pengelolaan air limbah fillet yang baik. Untuk pengembangan yang lebih

    luas dibutuhkan sarana pengelolaan limbah dengan membangun IPAL secara terpadu.

  • FILLET IKAN

    39

    BAB VII

    KESIMPULAN DAN SARAN

    7.1 Kesimpulan

    1. Usaha fillet ikan non ekonomis memiliki peluang dan potensi pengembangan di masa

    mendatang mengingat pasar yang masih luas dan ketersedian bahan baku yang berlimpah.

    2. Analisis kelayakan keuangan diperoleh hasil IRR 40,86% pada discount rate 18%, NPV positif

    sebesar 290.259.918,- dan Net B/C Ratio sebesar 1,5, hal ini menunjukkan bahwa usaha fillet

    ikan layak dilaksanakan.

    3. Hasil Analisis sensitivitas usaha fillet ikan sensitif terhadap perubahan kenaikan biaya sampai

    3%, sedangkan kenaikan biaya operasional sampai 3%.

    4. Analisis sensifitas secara simultan yaitu penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional

    lebih dari 2% akan mengakibatkan usaha tidak layak dilaksanakan.

    7.2 Saran

    1. Untuk memperoleh rendemen daging ikan yang tinggi perlu suatu keahlian tersendiri dalam

    melakukan filleting pada jenis ikan tertentu.

    2. Selama proses produksi kesegaran daging ikan harus terus dijaga dengan senantiasa

    mempertahankan rantai dingin yang dilakukan dengan menggunakan es yang cukup dan

    merata.

    3. Untuk pengembangan usaha lebih lanjut maka pengusaha fillet perlu menerapkan pengolahan

    yang higienis sesuai GMP (Good Manufacturing Practices), SSOP (Standard Sanitation Operating

    Procedure) dan secara bertahap menerapkan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)

    agar mampu memasuki pasar yang lebih luas.

    4. Untuk menggurangi pencemaran dari usaha fillet di kawasan industi pengolahan ikan, perlu

    dibangun IPAL secara terpadu isehingga pencemaran dapat lebih ditekan.

  • KESIMPULAN DAN SARAN

    FILLET IKAN 40

    HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

  • FILLET IKAN

    41

    DAFTAR PUSTAKA

    Adawiyah,Rabiatul, 2007. Pengolahan Dan Pengawetan Ikan, Bumi Aksara Jakarta Bank Indonesia, 2004. Pola Pembiayaan Usaha Kecil Pengasinan Ikan Teri, Jakarta Haming, Murdifin, et.al, 2003. Studi Kelayakan Investasi, PPM, Jakarta Jusuf, Jopie, 1995. Analisis Kredit Untuk Account Officer, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Kemal, Tarwiyah. 2001, Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Dewan Ilmu

    Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan. 02/Men/2004 Tentang Perizinan Usaha

    Pembudidayaan Ikan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan 02/Men/2002 Tentang Sistem Manajemen Mutu

    Terpadu Hasil Perikanan Umar, Husein, 2003. Studi kelayakan Bisnis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Vitner, Yon, 2004. "Ecolabelling" Produk Perikanan Laut (Peluang atau Ancaman bagi

    Perdagangan Perikanan, artikel Sea Food Ecolabelling Working Group (SEWG) Jakarta Wahyuni,Mita, 2002. Teknologi Rekayasa Alat Pemisah Daging Dan Tulang Ikan (Meat Bone

    Separator). Daftar website

  • Daftar Pustaka

    FILLET IKAN 42

    http://www.ristek.go.id

    http://www.dfsi.net.id

    http://www.dkp.go.id

    http://www.bi.go.id

    http://www.bapedakotategal.go.id

  • FILLET IKAN

    43

    LAMPIRAN 1. Perhitungan Aspek Keuangan Lampiran 1.1 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan

  • Lampiran

    FILLET IKAN 44

    Lampiran 1.2 Biaya Investasi Fillet Ikan

    Lampiran 1.3 Biaya Operasional fillet Ikan (Rp/Tahun)

    K e t e r a n g a n S a t u a n J u m la h H a r g a / S a t u a n N ila i ( R p )

    b a h a n b a k u C o k la ta n k g 8 1 6 .9 0 0 2 .2 0 0 1 .7 9 7 .1 8 0 .0 0 0 K u r is i k g 6 9 .0 0 0 2 .1 0 0 1 4 4 .9 0 0 .0 0 0 s w a n g i k g 1 6 0 .8 0 0 2 .0 0 0 3 2 1 .6 0 0 .0 0 0 K u n ira n k g 1 5 6 .3 0 0 2 .0 0 0 3 1 2 .6 0 0 .0 0 0 B a h a n P e m b a n t u - E s b a tu b lo k /h r 9 .0 0 0 ,0 0 3 7 .5 0 0 3 3 7 .5 0 0 .0 0 0 P la s t ik k g 1 .5 0 0 ,0 0 1 9 .5 0 0 2 9 .2 5 0 .0 0 0 K a re t k g 4 5 0 ,0 0 3 0 .0 0 0 1 3 .5 0 0 .0 0 0 B ia y a P e n g ir im a n R p /k ir im 3 0 0 3 0 0 .0 0 0 9 0 .0 0 0 .0 0 0 b ia y a T e n a g a k e r ja - te n a g a p r ia O H 2 .4 0 0 4 0 .0 0 0 9 6 .0 0 0 .0 0 0 B ia y a m a k a n T e n a g a p r ia O H 2 .4 0 0 1 0 .0 0 0 2 4 .0 0 0 .0 0 0 te n a g a k e r ja w a n ita b o ro n g a n k g 4 2 8 .7 0 0 1 .0 0 0 4 2 8 .7 0 0 .0 0 0 s u p ir O H 3 0 0 4 5 .0 0 0 1 3 .5 0 0 .0 0 0 P is a u u n it 8 0 5 .0 0 0 4 0 0 .0 0 0 B ia y a lis t r ik R p 1 2 5 0 0 .0 0 0 6 .0 0 0 .0 0 0 B ia y a te le p o n R p 1 2 1 0 0 .0 0 0 1 .2 0 0 .0 0 0 T e n a g a m a n a je m e n p e r b u la n R p 1 2 3 .0 0 0 .0 0 0 3 6 .0 0 0 .0 0 0 B ia y a A d m in is t ra s i U m u m p e r b u la n R p 1 2 1 .0 0 0 .0 0 0 1 2 .0 0 0 .0 0 0 b e n s in lite r 9 .0 0 0 4 .5 0 0 4 0 .5 0 0 .0 0 0 S o la r l ite r 3 .0 0 0 4 .3 0 0 1 2 .9 0 0 .0 0 0 b ia y a p e m e lih a ra a n * * R p 1 8 .9 8 0 .0 0 0 8 .9 8 0 .0 0 0

    J u m la h b ia y a o p e r a s io n a l 3 .7 2 6 .7 1 0 .0 0 0

    B ia y a o p e r a s io n a l b u la n a n 3 1 0 .5 5 9 .1 6 6 ,6 7

    O H = O ra n g H a r i

  • FILLET IKAN

    45

    Lampiran 1.4 Sumber Dana Investasi dan Modal Kerja fillet Ikan

    No Rincian Biaya Proyek Total Biaya (Rp)

    1 Dana investasi yang bersumber dari

    a. Kredit 191.461.200

    b. Dana sendiri 82.054.800 Jumlah dana investasi 273.516.000

    2 Dana modal kerja yang bersumber dari

    a. Kredit 217.391.417 b. Dana sendiri 93.167.750 Jumlah dana modal kerja 310.559.167

    3 Total dana proyek yang bersumber dari

    a. Kredit 408.852.617 b. Dana sendiri 175.222.550 Jumlah dana proyek 584.075.167

    Lampiran 1.5 Produksi dan Pendapatan fillet Ikan (Rp/Tahun)

    Produksi Harga PendapatanKg Nilai (Rp)

    1 Fillet 9.000 428.700 3.858.300.000 4.066.740.000Limbah 300 694.800 208.440.000

    2 Fillet 9.000 428.700 3.858.300.000 4.066.740.000Limbah 300 694.800 208.440.000

    3 Fillet 9.000 428.700 3.858.300.000 4.066.740.000Limbah 300 694.800 208.440.000

    4 Fillet 9.000 428.700 3.858.300.000 4.066.740.000Limbah 300 694.800 208.440.000

    5 Fillet 9.000 428.700 3.858.300.000 4.066.740.000Limbah 300 694.800 208.440.000

    Total 20.333.700.000

    TahunHasil Produksi

  • Lampiran

    FILLET IKAN 46

    Lampiran 1.6 Perhitungan Angsuran Kredit a. Pembayaran Angsuran Kredit Investasi

    Kredit Investasi

    142,594,200 Jangka Waktu Kredit investasi 36 bulan Bunga per tahun 18% Sistem Perhitungan Bunga menurun

  • FILLET IKAN

    47

    b. Pembayaran Angsuran Kredit Modal Kerja

    Kredit Modal Kerjai

    218,036,000 Jangka Waktu Kredit investasi 12 bulan

    Bunga per tahun 18% Sistem Perhitungan Bunga menurun

    c. Jumlah Bunga, Angsuran pokok Kredit investasi dan Modal Kerja

  • Lampiran

    FILLET IKAN 48

    Lampiran 1.7 Proyeksi Biaya dan Pendapatan

  • FILLET IKAN

    49

    Lampiran 1.8 Proyeksi Laba Rugi Usaha Fillet Ikan

    Lampiran 1.9 Arus Kas

    Kriteria Kelayakan Nilai Kesimpulan

    NPV 90,259,918 Layak

    IRR 40.86% Layak

    Net B/C 1.56 Layak

    PBP (tahun) 2.43 Layak

  • Lampiran

    FILLET IKAN 50

    Lampiran 1.10 Analisis Sensivitas Pendapatan turun a. Pendapatan turun 2%

    b. Pendapatan turun 3%

    Kriteria Kelayakan Nilai Kesimpulan

    NPV (91,261,827) tidak layak

    IRR 10.1% tidak layak Net B/C 0.8 tidak layak

  • FILLET IKAN

    51

    Lampiran 1.11 Analisis Sensivitas Biaya operasional naik a. Biaya operasional naik 2%

    b. Biaya operasional naik 3%

  • Lampiran

    FILLET IKAN 52

    Lampiran 1.12 Analisis Sensivitas Pendapatan Turun dan Biaya Operasional Naik a. Pendapatan turun 1% dan biaya operacional naik 1%

    b. Pendapatan turun 2% dan biaya operacional naik 2%

  • FILLET IKAN

    53

    LAMPIRAN 2. Cara Perhitungan a. Menghitung Jumlah Angsuran

    Angsuran kredit terdiri dari angsuran pokok ditambah dengan pembayaran bunga pada

    periode angsuran. Jumlah angsuran pokok tetap setiap bulannya. Sedangkan jumlah

    ansguran bunga tergantung sistem menurun atau flat.

    Cicilan Pokok = Jumlah pinjaman/periode angsuran (n)

    Bunga x % menurun = i% x jumlah (sisa) pinjaman

    Bunga x %flat = i% x jumlah pinjaman/periode angsuran (n)

    Jumlah angsuran = Cicilan Pokok + Bunga

    b. Menghitung Jumlah Penyusutan (Depresiasi) dengan Metode Garis Lurus tanpa

    Nilai Sisa

    Penyusutan = Nilai investasi dibagi dengan Umur Ekonomis

    c. Menghitung Net Present Value (NPV)

    Kriteria NPV menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang

    penerimaan-penerimaan kas bersih (operational maupun terminal cash flow) di masa yang

    akan datang. Apabila nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan

    datang lebih besar daripada nilai sekarang investasi (NPV positif), maka proyek ini dikatakan

    menguntungkan sehingga diterima. Sedangkan apabila lebih kecil (NPV negatif), maka

    proyek ditolak karena dinilai tidak menguntungkan.

    Perhitungan NPV dapat dinyatakan dalam formula berikut:

    T

    tti

    CtBtNPV

    0 )1(

    dimana:

    Bt = manfaat yang dihasilkan dari suatu proyek pada tahun t

    Ct = biaya proyek yang bersangkutan pada tahun t

    t = umur ekonomis

    I = suku bunga

  • Lampiran

    FILLET IKAN 54

    d. Menghitung Internal Rate of Return (IRR)

    Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari

    arus kas yang diharapkan di masa yang akan datang atau penerimaan kas dengan

    pengeluaran investasi.

    Perhitungan IRR dapat dinyatakan dalam formula berikut:

    n CFt Io =

    t=1 (1 + IRR)t

    Dimana:

    t = tahun ke

    n = jumlah tahun

    Io = nilai investasi awal

    CFt = arus kas bersih

    IRR = tingkat bunga yang dicari nilainya

    Kriteria penilaiannya adalah jika IRR yang diperoleh nilainya lebih besar daripada rate of

    return yang disyaratkan maka investasi dinyatakan dapat diterima. Sebaliknya apabila IRR yang

    diperoleh nilainya lebih kecil daripada rate of return yang disyaratkan maka investasi dinyatakan

    tidak layak

    Analisa kelayakan yang digunakan hanya berupa Net Present Value (NPV) serta Internal

    Rate of Return (IRR) yang dihitung dari proyeksi arus kas. Untuk menghitung besarnya NPV

    serta IRR digunakan kaidah yang berlaku, yaitu :

    a. Nilai penyusutan tidak dihitung

    b. Nilai angsuran pokok dan bunga pinjaman tidak dihitung

    c. Cash inflow atau penerimaan pada tahun terakhir ditambah dengan salvage value dari

    nilai sisa harta tetap serta nilai modal kerja awal.

    e. Mengitung Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

    BCR adalah perbandingan nilai sekarang dengan faktor diskonto tertentu antara arus

    pendapatan dengan arus pembiayan proyek. Rasio manfaat biaya ini memberikan sinyal

    sampai seberapa besar setiap satu tupiah yang diinvestasikan mampu memberikan

    manfaat. Manfaat biaya dihitung sebagai berikut:

  • FILLET IKAN

    55

    Rumus

    B/C Ratio =

    t

    tiC

    tiB

    1

    1

    1/1

    1/1

    Bila nilai B/C > 1 maka proyek layak diklaksanakan. Namun bila nilai B/C kurang dari satu

    maka proyek tidak layak dilaksanakan

    f. Menghitung Net B/C Ratio

    Net B/C ratio adalah perbandingan sedemikian rupa sehingga pembilangnya terdiri atas

    present value total dari benefit bersih dalam tahun dimana benefit bersih itu bersifat

    positif. Sedangkan penyebut terdiri dari present value total dari benefit bersih dalam tahun

    dimana benefit itu bersifat negatif. Cara menghitung Net B/C dapat menggunakan rumus

    Net B/C Ratio =

    t

    CNegatifB

    t

    CPositifB

    NPV

    NPV

    1

    1

    Keterangan :

    Net B/C Ratio = Nilai bersih benefit cost ratio

    NPVB-C Positif = Net Present Value positif

    NPVB-C Negatif = Net Present Value negatif

    Hasil perhitungan Net B/C dapat diterjemahkan sebagai berikut:

    Apabila nilai Net B/C > 1, maka poyek dapat dilaksanakan

    Apabila nilai Net B/C < 1, maka poyek tidak dapat dilaksanakan

    g. Menghitung Titik Impas (Break Even Poin)

    BEP adalah suatu kondisi pada saat tingkat produksi atau besarnya pendapatan sama

    dengan besarnya pengeluaran proyek sehingga pada saat itu proyek tidak mengalami

    keuntungan ataupun kerugian. Perhitungan BEP dapat dilakukan dengan beberapa cara :

  • Lampiran

    FILLET IKAN 56

    Titik Impas Rupiah

    Biaya Tetap BEP (Rp) = 1 - Total Biaya Variabel

    Hasil Penjualan

    Titik Impas Satuan

    Titik Impas (Rp) BEP (Satuan) = Harga Satuan

    Titik Impas (Rp/Satuan produk) berdasarkan :

    Biaya Variabel

    Total Biaya variabel BEP (Satuan) = Total Produksi Biaya Total

    Total Biaya tetap + Total biaya variabel Biaya Total = Total Produksi

    Bila biaya variabel dan biaya tetap tidak dapat dipisahkan, maka perhitungan titik impas

    yang digunakan proinsip total pendapatan = total pengeluaran.

    Titik Impas (Rp) BEP (Satuan) = x Total Produksi Harga Satuan