file utuh tugas akhir

111
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KOINTEGRASI NILAI TUKAR RIIL DI KAWASAN ASEAN TESIS LUNA MANTYASIH MAKARTI 0906498603 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM PASCASARJANA DEPOK JANUARI 2011

Upload: darmosoewito-luna

Post on 06-Aug-2015

154 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: File Utuh Tugas Akhir

  

  

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS KOINTEGRASI NILAI TUKAR RIIL DI KAWASAN ASEAN

TESIS

LUNA MANTYASIH MAKARTI 0906498603

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM PASCASARJANA

DEPOK JANUARI 2011

Page 2: File Utuh Tugas Akhir

  

 

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS KOINTEGRASI NILAI TUKAR RIIL DI KAWASAN ASEAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Manajemen

LUNA MANTYASIH MAKARTI 0906498603

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI ILMU MANAJEMEN

KEKHUSUSAN KEUANGAN PERUSAHAAN DEPOK

JANUARI 2010

Page 3: File Utuh Tugas Akhir

  

ii  

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang

dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Luna Mantyasih Makarti

NPM : 0906498603

Tanda Tangan : ...............................

Tanggal : 10 Januari 2011

Page 4: File Utuh Tugas Akhir

  

iii  

HALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini diajukan oleh : Nama : Luna Mantyasih Makarti NPM : 0906498603 Program Studi : Manajemen Keuangan Judul Tesis : Analisis Kointegrasi Nilai Tukar Riil di Kawasan

ASEAN Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Sains Manajemen pada Program Studi Ilmu Manajemen Keuangan, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Bambang Hermanto, Ph. D. ( ........................................) Penguji : Prof. Dr. Adler Manurung ( ........................................) Penguji : Dr. Arief Rijanto ( ........................................) Ditetapkan di : Depok Tanggal : ..........................

Page 5: File Utuh Tugas Akhir

  

iv  

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar

Magister Sains Manajemen Program Studi Manajemen Keuangan pada Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia. Banyak pihak yang telah berkontribusi secara

positif baik langsung maupun tidak langsung pada proses penyelesaian tesis ini.

Oleh sebab itu, penulis ingin berterima kasih kepada:

1. Bambang Hermanto, Ph. D., selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam

penyusunan tesis ini;

2. Prof. Dr. Adler Manurung dan Dr. Arief Rijanto yang telah memberi masukan

yang sangat membangun;

3. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan material

dan moral;

4. Rekan-rekan mahasiswa PPIM Keuangan angkatan 2009, teman berjuang dan

berdiskusi selama menyelesaikan studi ini;

5. Sahabat-sahabat alumni Arsitektur ITB angkatan 2004, teman setia yang

menjaga keseimbangan antara “belajar”, “bekerja”, dan “bermain” selama

penulis menyelesaikan tesis. Thanks for our October dinner at Sierra; serta

6. Sahabat-sahabat penulis lainnya. Terima kasih atas dukungan dan doa yang

luar biasa.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas

segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini dapat

membawa manfaat bagi pengembangan ilmu manajemen keuangan.

Depok, 31 Desember 2010

Penulis

Page 6: File Utuh Tugas Akhir

  

v  

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Luna Mantyasih Makarti NPM : 0906498603 Program Studi : Manajemen Keuangan Departemen : Program Pascasarjana Ilmu Manajemen Fakultas : Ekonomi Jenis karya : Tesis demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISIS KOINTEGRASI NILAI TUKAR RIIL DI KAWASAN ASEAN

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok Pada tanggal : 10 Januari 2011

Yang menyatakan

(Luna Mantyasih Makarti)

Page 7: File Utuh Tugas Akhir

  

vi  Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Luna Mantyasih Makarti Program Studi : Manajemen Keuangan Judul : Analisis Kointegrasi Nilai Tukar Riil di Kawasan ASEAN

Pasca krisis keuangan Asia, integrasi di kawasan ASEAN telah mengalami perkembangan yang signifikan. ASEAN akan segera mengimplementasikan pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang pada akhirnya akan mengarah pada penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan intra-regional. Dalam konteks tersebut, penelitian ini memeriksa kelayakan ekonomi pembentukan blok mata uang regional di ASEAN dengan menguji hipotesis Generalized Purchasing Power Parity (G-PPP) menggunakan nilai tukar riil. Secara khusus, penelitian ini menyelidiki simetri dalam gangguan makroekonomi serta pergerakan bersama nilai tukar riil dari negara-negara ASEAN sebagai salah satu prasyarat minimum standar untuk membentuk Optimum Currency Area (OCA). Uji kointegrasi menemukan bukti yang mendukung G-PPP yang, pada akhirnya, memberikan dukungan untuk kelayakan suatu daerah mata uang optimum di ASEAN. Namun, kehadiran asimetri dalam proses, yaitu bagaimana negara menyesuaikan diri dengan guncangan dalam sistem, menunjukkan bahwa ASEAN masih perlu untuk meningkatkan konvergensi nilai tukarnya untuk memperkuat serikat mata uang. Kata kunci: ASEAN, G-PPP, Kointegrasi, Pergerakan bersama, Serikat mata uang

Page 8: File Utuh Tugas Akhir

  

vii  Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Luna Mantyasih Makarti Study Program: Financial Management Title : Cointegration Analysis of Real Exchange Rate in ASEAN Region

After the Asian financial crisis, integration in the ASEAN region has undergone significant developments. ASEAN will implement the establishment of an ASEAN Economic Community (AEC) that will ultimately lead to the use of local currencies in intra-regional trade. In that context, this study examined the economic feasibility of forming a regional currency block in ASEAN by testing the hypothesis of the Generalized Purchasing Power Parity (G-PPP) using real exchange rate. In particular, this study investigated the symmetry in macroeconomic disturbances and the co-movements of real exchange rate of ASEAN countries as one of the standard minimum precondition for forming an Optimum Currency Area (OCA). Cointegration tests find evidence to support G-PPP which, in turn, provides support for the feasibility of an optimum currency area in ASEAN. However, the presence of asymmetry in the process, how countries adjust to shocks in the system, shows that ASEAN still needs to improve its exchange rate convergence to strengthen the currency union.

Key words: ASEAN, G-PPP, Co-integration, Co-movement, Currency union

Page 9: File Utuh Tugas Akhir

  

viii  Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................. v ABSTRAK ............................................................................................................. vi ABSTRACT .......................................................................................................... vii DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii DAFTAR TABEL ................................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi 1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 6 1.5 Hipotesa .................................................................................................. 6 1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................. 6

2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 8

2.1 Integrasi Ekonomi dan Keuangan ........................................................... 8 2.2 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ................................................. 11 2.3 Teori Optimum Currency Areas (OCA) ................................................ 12 2.4 Teori Purchasing Power Parity (PPP) .................................................. 15 2.5 Teori Generalized Purchasing Power Parity (G-PPP) ......................... 18 2.6 Penelitian-penelitian Sebelumnya ......................................................... 19

3. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 22

3.1 Spesifikasi Model .................................................................................. 22 3.2 Variabel Data ........................................................................................ 23 3.3 Pengujian Pra-estimasi .......................................................................... 24

3.3.1 Uji Derajat Integrasi ......................................................................... 24 3.3.2 Lag Optimum ................................................................................... 26

3.4 Pendekatan Estimasi ............................................................................. 27 3.4.1 Uji Kausalitas Granger ..................................................................... 27 3.4.2 Uji Kointegrasi Engle-Granger ........................................................ 30 3.4.3 Uji Kointegrasi Johansen ................................................................. 31 3.4.4 Error Correction Model (ECM) ...................................................... 33

4. HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS ............................................................ 35

4.1 Pengujian Pra-estimasi .......................................................................... 38 4.1.1 Uji Derajat Integrasi ......................................................................... 38 4.1.2 Lag Optimum ................................................................................... 39

4.2 Pengujian Estimasi ................................................................................ 40 4.2.1 Uji Kausalitas Granger ..................................................................... 40

Page 10: File Utuh Tugas Akhir

ix Universitas Indonesia 

4.2.2 Uji Kointegrasi Engle-Granger ........................................................ 42 4.2.3 Uji Kointegrasi Johansen ................................................................. 44 4.2.4 Error Correction Model (ECM) ...................................................... 46

5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 50

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 50 5.2 Saran ...................................................................................................... 52

DAFTAR REFERENSI ........................................................................................ 55 LAMPIRAN .......................................................................................................... 57

Page 11: File Utuh Tugas Akhir

  

x  Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Indikator ekonomi ASEAN ..................................................................... 2 Tabel 2.1 Tahapan integrasi ekonomi Balassa ........................................................ 9 Tabel 4.1 Variabel data ......................................................................................... 35 Tabel 4.2 Korelasi nilai tukar riil negara-negara ASEAN .................................... 37 Tabel 4.3 Hasil uji stasioneritas nilai tukar riil individu ....................................... 38 Tabel 4.4 Hasil uji lag optimum ............................................................................ 40 Tabel 4.5 Hasil uji kausalitas Granger .................................................................. 41 Tabel 4.6 Hasil uji kointegrasi bilateral Engle-Granger ....................................... 43 Tabel 4.7 Hasil uji kointegrasi multilateral Johansen ........................................... 45 Tabel 4.8 Hasil estimasi ECM .............................................................................. 46

Page 12: File Utuh Tugas Akhir

  

xi  Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji derajat integrasi ........................................................................... 58 Lampiran 2 Lag optimum ..................................................................................... 79 Lampiran 3 Uji kausalitas Granger ....................................................................... 80 Lampiran 4 Uji kointegrasi bilateral Engle-Granger ............................................ 82 Lampiran 5 Uji kointegrasi multilateral Johansen ................................................ 86 Lampiran 6 Estimasi ECM .................................................................................... 96 

Page 13: File Utuh Tugas Akhir

1  Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Globalisasi, yang juga berarti integrasi ekonomi secara menyeluruh, akan

segera terwujud di antara negara-negara ASEAN dalam bentuk Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015. MEA pada dasarnya adalah perluasan

dari integrasi ekonomi regional yang telah dimulai sejak pembentukan AFTA

tahun 1992. Nantinya, MEA dapat mengarah pada penyatuan mata uang ASEAN.

Ide ini mirip dengan apa yang dilakukan Uni Eropa (UE) saat memberlakukan

mata uang Euro.

Pemimpin bank sentral dari 10 anggota ASEAN bertemu di kota Nha

Thang, Vietnam menjelang KTT ASEAN ke-16 yang diadakan di ibukota Ha Noi

pada 8-9 April 2010. Dalam sebuah pernyataannya setelah pertemuan itu, Bank

Sentral Vietnam memunculkan ide mengenai cara-cara untuk meningkatkan

penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan intra-regional ASEAN (Warta

Ekonomi, 8 April 2010).

Penggunaan mata uang bersama adalah bagian dari langkah-langkah yang

diambil oleh ASEAN untuk memperdalam integrasi ekonomi. Ong Keng Yong,

Sekretaris umum ASEAN pada Economix 2004 Conference di Universitas

Indonesia mengatakan bahwa tujuan keseluruhan dari sebuah mata uang tunggal

adalah untuk memberikan kontribusi bagi stabilitas keuangan ekonomi kawasan,

termasuk stabilitas harga. Mata uang tunggal mengakibatkan biaya atau risiko

bisnis lintas batas menjadi lebih rendah karena risiko mata uang dapat dieliminasi.

Mata uang regional juga akan memfasilitasi arus lebih besar dari perdagangan

intra-regional, sehingga mampu menekan harga dan menghasilkan barang dan jasa

yang lebih murah. Individu juga akan mendapat keuntungan dari mata uang

regional karena tidak perlu menukar uang ketika bepergian di kawasan ini

sehingga lebih mudah membandingkan harga.

Bank Indonesia (BI) masih mengkaji kemungkinan penerapan mata uang

lokal untuk perdagangan antar negara ASEAN. Kepala Biro Humas BI, Difi A

Johansyah, mengungkapkan bahwa meskipun memberikan keuntungan dalam

Page 14: File Utuh Tugas Akhir

2  

Universitas Indonesia

menekan biaya transaksi, kebijakan ini sangat kompleks karena melibatkan

banyak negara (Media Indonesia, 8 April 2010). Menurutnya, mata uang tunggal

ASEAN masih sulit diwujudkan karena saat ini ASEAN masih fokus pada

pendalaman ekonomi (Bisnis Jakarta, 22 April 2010). Untuk mendorong

terwujudnya mata uang ASEAN sebaiknya didukung oleh beberapa fakta

mengenai kondisi negara-negara di ASEAN.

Sebagai satu kesatuan wilayah, ASEAN menjanjikan potensi ekonomi yang

besar. Total jumlah penduduk ASEAN mencapai 567,6 juta orang, lebih besar

dibandingkan dengan Uni Eropa yang mendekati 500 juta orang. ASEAN

memiliki potensi pasar yang sangat besar dengan total GDP mencapai sekitar

US$1,1 triliun. Selain itu, rasio total perdagangan terhadap GDP dari masing-

masing negara ASEAN juga cukup tinggi, menunjukkan aktifnya kawasan ini

dalam perdagangan internasional. Dari sisi aliran modal internasional, kawasan

ASEAN juga dipandang sangat menarik, seperti terlihat dari aliran masuk FDI

(penanaman modal asing langsung) yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Kondisi ini didukung pula dengan melimpahnya jumlah tenaga kerja (Outlook

Ekonomi Indonesia 2008-2012, 2008).

Tabel 1.1 Indikator ekonomi ASEAN*

Rasio Ekspor terhadap GDP

Rasio Impor terhadap GDP

Juta persen US$ US$ PPP persen persen persen juta US$ persen2006 2006 2006 2006 2005/2006 2006 2006 2005-2006 2005-2006

Brunei Darussalam 0.38 -0.7 30,213.6 25,094.1 4.0 65.8 12.9 145.0 50.2Kamboja 14.16 2.8 512.3 3,226.0 0.8 48.4 40.3 102.0 26.8Indonesia 222.05 6.6 1,640.4 4,321.3 10.5 27.7 16.8 (2779.8) (33.4)Laos 6.14 4.7 574.0 2,332.1 - 11.4 16.7 159.7 575.8Malaysia 26.69 3.1 5,880.4 12,184.9 3.0 100.2 81.8 2,094.9 52.8Myanmar 57.29 - 208.6 1,958.8 - 29.4 17.7 (92.9) (39.4)Filipina 86.91 4.3 1,351.5 5,332.7 8.1 40.4 44.1 491 26.5Singapura 4.48 0.8 29,499.6 32,379.6 2.7 205.3 180.3 9,053.5 60.4Thailand 65.23 3.5 3,167.8 9,163.5 1.3 58.8 61.5 1,799.1 20.1Vietnam 84.22 6.6 723.9 3,373.3 5.3 60.8 66.0 339.2 16.8ASEAN 567.60 - 1,890.3 5,210.2 n.a 70.0 61.0 11,311.7 27.5

*per 15 September 2007

NegaraPopulasi Inflasi

(yoy) GDP per kapita Tingkat Pengangguran

Perdagangan BarangFDI Net Inflow (yoy)

Sumber: Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2012, 2008

Meskipun menyimpan potensi yang sangat besar sebagai satu kawasan,

kondisi ASEAN juga diwarnai oleh kesenjangan yang sangat besar. GNP per

Page 15: File Utuh Tugas Akhir

3  

Universitas Indonesia

kapita negara ASEAN belum merata. Singapura memiliki pendapatan per kapita

hampir 350 kali lebih tinggi dari Myanmar (Strait Times, 21 April 2009). Dari sisi

bea masuk, Singapura sudah mengenakan tarif impor 0%, tetapi rata-rata tarif

impor di Vietnam masih 17%. Iklim bisnis juga bervariasi. Singapura hanya

membutuhkan 5 hari untuk memulai bisnis, sementara Indonesia dan Laos

masing-masing membutuhkan 105 dan 103 hari (Outlook Ekonomi Indonesia

2008-2012, 2008).

Berbeda dengan UE, perdagangan antar negara ASEAN relatif rendah

walaupun dalam beberapa tahun terakhir pangsa perdagangan intra ASEAN terus

mengalami peningkatan. Pada kenyataannya, perdagangan ASEAN di negara-

negara lainnya lebih besar (sekitar 75%) dibandingkan dengan perdagangan di

antara negara-negara anggotanya (Strait Times, 21 April 2009). Rendahnya intra-

perdagangan ASEAN menunjukkan ketergantungan ekonomi sesama negara

ASEAN tidak besar. Akibatnya, negara-negara ASEAN lebih peduli tentang

stabilitas mata uang mereka terhadap mata uang internasional utama, seperti

Dollar AS, daripada antara mata uang mereka sendiri.

Pasar bersama ASEAN memang akan menjadi potensi bagi peningkatan

perdagangan dan investasi. Namun, perbedaan tingkat kesejahteraan masing-

masing negara menjadi salah satu kendala bagi terealisasinya mata uang bersama.

Dengan demikian, kurang wajar membandingkan ASEAN dengan UE. ASEAN

merupakan kelompok negara berkembang, sedangkan UE adalah kumpulan

negara maju.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini akan menganalisa mengenai keberadaan co-movement pada

mata uang negara-negara ASEAN sebagai salah satu indikasi awal adanya

kointegrasi. Dari sisi ekonomi, implikasi dari keberadaan co-movement mata uang

yaitu jika sekelompok negara ternyata memiliki mata uang yang berkorelasi

sangat erat, maka secara implisit kelompok negara tersebut dapat menggabungkan

mata uangnya atau dapat melepaskan kekuatan moneternya dan memberikan

kepada suatu badan supra nasional. Dengan kata lain, negara-negara yang

terkointegrasi dianggap sudah siap menggunakan mata uang bersama.

Page 16: File Utuh Tugas Akhir

4  

Universitas Indonesia

Syarat dan kondisi teoritis bahwa penyatuan mata uang menguntungkan

merupakan subyek dari teori Optimum Currency Area (OCA) yang diuraikan oleh

Robert Mundell (1961). Teori ini menyatakan bahwa sekelompok negara dapat

memperoleh manfaat yang lebih besar dengan melepaskan penggunaan mata uang

sendiri dan secara bersama mengadopsi mata uang baru. Hal ini terjadi jika

serangkaian kondisi tertentu dapat dipenuhi.

Ketika faktor-faktor fundamental dalam ekonomi di antara negara-negara

ASEAN sudah cukup saling berhubungan dan terintegrasi satu sama lain, maka

mereka dapat memperlihatkan common trend dan memiliki hubungan kointegrasi

jangka panjang yang memungkinkan membentuk sebuah OCA. Kondisi ini

dikenal dengan teori Generalized Purchasing Power Parity (G-PPP).

Dalam literatur-literatur ekonomi, kajian tentang analisis kointegrasi mata

uang sudah cukup banyak dilakukan, terutama untuk negara-negara Eropa. Woo

(1999), misalnya, menguji kointegrasi jangka panjang antara spot exchange rate

Deutschemark dengan mata uang Franc Perancis (FFR/DM), Franc Belgia

(BFR/DM), Gulden Belanda (DFL/DM), Krone Denmark (DKR/DM), Lira Italia

(ITL/DM), dan Pound Inggris (UK£/DM) yang tergabung dalam Exchange Rate

Mechanism (ERM) di bawah European Monetary System (EMS). Penelitian ini

menghasilkan bahwa hanya BFR/DM, FFR/DM, dan DFL/DM yang memiliki

hubungan kointegrasi selama periode EMS.

Haug, MacKinnon, dan Michelis (2000) melakukan analisis kointegrasi

mengenai European Monetary Union (EMU) dengan menguji co-movement nilai

tukar nominal, nilai tukar riil, suku bunga jangka panjang, serta defisit anggaran

pemerintah dari 12 negara Uni Eropa. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa

tidak semua negara yang diuji berpotensi membentuk EMU, beberapa negara

harus melakukan penyesuaian yang signifikan.

Kajian mengenai pembentukan OCA melalui pendekatan Generalized

Purchasing Power Parity (G-PPP) antara lain dilakukan oleh Bernstein (2000)

dan Lee (2003). Bernstein melakukan studi keberhasilan EMS dalam menciptakan

OCA dalam bentuk EMU. Uji G-PPP menunjukkan bahwa Jerman dan Inggris

tidak membentuk OCA. Namun, kedua negara tersebut masing-masing

terkointegrasi dengan negara-negara Uni Eropa yang lebih kecil seperti Austria,

Page 17: File Utuh Tugas Akhir

5  

Universitas Indonesia

Belgia, Denmark, Perancis, Yunani, Italia, Portugal, dan Swedia. Dengan

menganalisis kawasan yang berbeda, studi empiris Lee menyatakan bahwa

Australia dan Selandia Baru memiliki commond trend dan membentuk OCA.

Untuk kawasan Asia, studi empiris teori OCA dilakukan oleh Mishra &

Sharma (2010). Potensi pembentukan OCA dilteliti terhadap kelompok negara-

negara di Asia Timur melalui pendekatan Purchasing Power Parity (PPP) dan

Generalized Purchasing Power Parity (G-PPP). Uji G-PPP mendukung

keberhasilan OCA di Asia Timur. Namun, tingkat integrasi di bidang ekonomi

perlu diperkuat lagi dalam rangka membentuk currency union.

Berdasarkan uraian tersebut, secara spesifik penelitian ini akan menganalisis

kointegrasi jangka panjang mata uang di negara-negara ASEAN menggunakan uji

Generalized Purchasing Power Parity (G-PPP) seperti yang dilakukan oleh

Mishra & Sharma (2010). Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Enders dan

Hurn pada tahun 1994. Dengan menggunakan data nilai tukar riil, penelitian ini

akan menjawab permasalahan-permasalahan berikut:

1. Apakah terdapat co-movement pada mata uang negara-negara ASEAN?

2. Apakah nilai tukar riil negara-negara ASEAN dapat memperlihatkan common

trend dan memiliki hubungan kointegrasi jangka panjang yang memungkinkan

membentuk sebuah OCA atau dengan kata lain siap menggunakan mata uang

bersama?

3. Jika ditemukan adanya kointegrasi nilai tukar riil antar negara ASEAN,

negara-negara mana saja yang harus melakukan penyesuaian supaya OCA

lebih potensial?

1.3 Tujuan Penelitian

Terkait dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk:

1. Meneliti keberadaan co-movement pada mata uang negara-negara ASEAN.

2. Meneliti keberadaan common trend dan hubungan kointegrasi jangka panjang

nilai tukar riil negara-negara ASEAN, baik bilateral maupun multilateral, yang

mendukung kemungkinan pembentukan OCA sehingga ASEAN siap

menggunakan mata uang bersama.

Page 18: File Utuh Tugas Akhir

6  

Universitas Indonesia

3. Menganalisis penyesuaian-penyesuaian yang harus dilakukan oleh negara-

negara tertentu apabila ditemukan adanya kointegrasi nilai tukar riil antar

negara ASEAN supaya OCA lebih potensial.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa:

1. Wawasan kepada kalangan akademisi dan masyarakat luas mengenai

fenomena pembentukan Optimum Currency Areas (OCA) atau integrasi

ekonomi dan keuangan di kawasan ASEAN.

2. Kontribusi terhadap teori dan penelitian empiris di bidang keuangan dan kerja

sama ekonomi internasional, terutama mengenai co-movement mata uang

negara-negara ASEAN.

3. Sebagai bahan referensi kepada para pembuat kebijakan, baik di tingkat

nasional maupun internasional, khususnya kebijakan moneter dan pengelolaan

nilai tukar.

4. Masukan dan pengetahuan bagi pelaku bisnis/praktisi terutama bagi yang

memiliki ketertarikan terhadap transaksi valuta asing dalam mengambil

keputusan yang diperlukan menyangkut portfolionya.

1.5 Hipotesa

Hipotesa yang diajukan di dalam penelitian ini antara lain:

1. Terdapat co-movement pada mata uang negara-negara ASEAN.

2. Terdapat hubungan kointegrasi jangka panjang pada nilai tukar riil antar

negara ASEAN, baik hubungan secara bilateral maupun multilateral.

1.6 Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka,

metodologi penelitian, hasil estimasi dan analisis, serta kesimpulan dan saran.

Pengembangan setiap bab adalah sebagai berikut:

Bab satu menyajikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesa, dan sistematika

penulisan.

Bab dua merupakan tinjauan pustaka mengenai integrasi ekonomi dan

keuangan, latar belakang dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), teori

Page 19: File Utuh Tugas Akhir

7  

Universitas Indonesia

Optimum Currency Areas (OCA), teori Purchasing Power Parity (PPP), dan teori

Generalized Purchasing Power Parity (G-PPP). Selain itu disajikan pula ulasan

dari penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini.

Metodologi penelitian pada bab tiga berisi spesifikasi model, variabel data

berupa sampel data dan sumber data, prasyarat variabel data, serta pendekatan

estimasi. Pendekatan estimasi yang digunakan yaitu uji kointegrasi bilateral

menggunakan metode Engle & Granger serta uji kointegrasi multilateral

menggunakan metode Johansen dan estimasi terakhir menggunakan Error

Correction Model (ECM).

Hasil estimasi model yang disajikan sebelumnya di bab tiga serta

analisisnya akan dibahas pada bab empat. Sementara itu, bab terakhir menyajikan

kesimpulan dan saran berkaitan dengan tujuan penelitian.

Page 20: File Utuh Tugas Akhir

8  Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Integrasi Ekonomi dan Keuangan

Untuk memahami proses integrasi, perlu dipahami perbedaan konsep

integrasi berdasarkan sektoral yaitu integrasi ekonomi dan integrasi keuangan.

Integrasi ekonomi adalah integrasi di sektor riil yang bertujuan untuk mencapai

pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Sementara integrasi keuangan terfokus pada

kerja sama untuk memelihara stabilitas, termasuk pencegahan krisis keuangan, di

mana integrasi ini dalam jangka panjang dapat berujung pada penyatuan atau

integrasi moneter regional (Arifin, Djaafara, & Budiman, 2008).

Integrasi ekonomi yang menggambarkan penyatuan beberapa negara dalam

satu kesatuan diawali dengan kemunculan teori Custom Union oleh Viner. Di

dalam teori tersebut, dampak dari suatu integrasi ekonomi terhadap tingkat

kesejahteraan dijelaskan melalui konsep trade creation dan trade diversion. Trade

creation terjadi apabila suatu negara dapat mengimpor barang dengan harga yang

lebih murah dari negara lain dalam suatu kawasan integrasi ekonomi, sehingga

secara keseluruhan kesejahteraan akan meningkat. Sementara itu, trade diversion

terjadi apabila impor dari suatu negara yang berada di luar kawasan digantikan

oleh negara lain yang berada dalam kawasan integrasi, karena produk dari negara

lain dalam kawasan tersebut menjadi lebih murah akibat adanya perlakuan khusus

dalam penetapan tarif (Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2012, 2008).

Balassa membagi tahapan integrasi ekonomi dalam enam tahap. Tingkatan

integrasi ekonomi tersebut dimulai dari kawasan/area perdagangan preferensial

(preferential trading area), yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi

pembentukan area perdagangan bebas (free trade area), kemudian menjadi

persekutuan pabean (customs union), pasar bersama (common market),

persekutuan ekonomi (economic union), dan pada akhirnya akan menjurus pada

integrasi ekonomi secara menyeluruh (total economic integration). Secara teoritis,

tahapan integrasi Balassa menunjukkan bahwa semakin tinggi tahapan integrasi

ekonomi, semakin kompleks persyaratan kebijakan yang diperlukan (Tabel 2.1).

Tahapan integrasi ini digunakan secara luas dan sampai saat ini masih tetap

Page 21: File Utuh Tugas Akhir

9  

Universitas Indonesia

menjadi alat dasar dalam studi mengenai integrasi, terutama untuk keperluan

analisis mengenai tambahan kebijakan yang diperlukan dalam setiap tahapan

integrasi apabila suatu kelompok negara ingin mencapai tahapan integrasi yang

lebih tinggi.

Tabel 2.1 Tahapan integrasi ekonomi Balassa

Tahapan Keterangan

Preferential

Trading Area

(PTA)

Blok perdagangan yang memberikan keistimewaan untuk

produk-produk tertentu dari negara tertentu dengan

melakukan pengurangan tarif namun tidak

menghilangkannya sama sekali.

Free Trade Area

(FTA)

Suatu kawasan di mana tarif dan kuota antara negara anggota

dihapuskan, namun masing-masing negara tetap menerapkan

tarif mereka masing-masing terhadap negara bukan anggota.

Customs Union

(CU)

FTA yang meniadakan hambatan pergerakan komoditi antar

negara anggota dan menerapkan tarif yang sama terhadap

negara bukan anggota.

Common Market

(CM)

CU yang juga meniadakan hambatan-hambatan pada

pergerakan faktor-faktor produksi (barang, jasa, aliran

modal). Kesamaan harga dari faktor-faktor produksi

diharapkan dapat menghasilkan alokasi sumber yang efisien.

Economic Union CM dengan tingkat harmonisasi kebijakan ekonomi nasional

yang signifikan (termasuk kebijakan struktural).

Total Economic

Integration

Penyatuan moneter, fiskal, dan kebijakan sosial yang diikuti

dengan pembentukan lembaga supranasional dengan

keputusan-keputusan yang mengikat bagi seluruh negara

anggota.

Sumber: Arifin, Djaafara, & Budiman, 2008

Berdasarkan tahapan integrasi di atas, dapat dikatakan bahwa proses menuju

integrasi keuangan dan moneter diawali dengan integrasi sektor riil terlebih

dahulu. Hal ini sejalan dengan definisi integrasi keuangan menurut Baele et al

Page 22: File Utuh Tugas Akhir

10  

Universitas Indonesia

(2004), yaitu pada pasar keuangan yang telah terintegrasi secara penuh, masing-

masing negara dalam kawasan tersebut telah menghadapi kebijakan dan atau

ketentuan yang sama dalam pasar keuangan. Selain itu, investor dan penerbit aset

keuangan mempunyai akses yang sama terhadap pasar keuangan dan diperlakukan

secara sama ketika beroperasi di pasar keuangan.

Dalam makalahnya, Baele et al mengemukakan manfaat dari integrasi

keuangan, antara lain:

1. Sharing risiko

Integrasi keuangan akan memperluas alternatif investasi atau meningkatkan

kuantitas instrumen keuangan dan kepemilikan aset antar negara sehingga

mampu memperluas kemungkinan untuk melakukan diversifikasi portfolio

bagi risiko yang bersifat unsystemic.

2. Meningkatkan alokasi modal

Hilangnya hambatan-hambatan perdagangan aset keuangan akan

meningkatkan alokasi modal oleh investor. Keyakinan investor juga akan

semakin meningkat karena memiliki kesempatan untuk menanamkan

modalnya di berbagai negara yang dianggap menguntungkan.

3. Mendorong pertumbuhan ekonomi

Salah satu jalur utama bagi pertumbuhan ekonomi adalah melalui adanya

peningkatan perkembangan sektor keuangan.

Selain beberapa manfaat di atas, beberapa potensi kerugian juga mungkin

timbul. Dari sudut pandang teori, pengembangan instrumen keuangan pada saat

pasar kurang sempurna hanya akan memberikan manfaat apabila instrumen

keuangan tersebut dilengkapi dengan fasilitas hedging untuk melengkapi pasar.

Integrasi keuangan juga memungkinkan terkonsentrasinya lalu lintas modal pada

negara tertentu yang dianggap memberikan potensi keuntungan lebih menarik.

Hal ini mungkin saja terjadi karena secara alamiah investor akan mencari lokasi

yang memberikan potensi keuntungan optimum relatif terhadap risiko yang

dihadapi. Meskipun kebijakan dan peraturan dalam hal moneter antar negara di

dalam suatu kawasan sudah terintegrasi, perbedaan stabilitas politik dan iklim

investasi yang melekat pada suatu negara akan menjadi pertimbangan bagi

pemilihan lokasi investasi.

Page 23: File Utuh Tugas Akhir

11  

Universitas Indonesia

2.2 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community

(AEC) pada dasarnya adalah perluasan dari integrasi ekonomi regional yang telah

dimulai pada saat pembentukan ASEAN Free Trade Area (AFTA) tahun 1992.

MEA merupakan salah satu pilar Visi ASEAN 2020 bersama-sama dengan

ASEAN Security Community (ASC) dan ASEAN Sosio-Cultural Community

(ASCC) yang dirumuskan pada ASEAN Summit tahun 1997 di Kuala Lumpur.

Visi ASEAN 2020 merupakan arahan bagi masa depan ASEAN dalam

menghadapi abad ke-21 untuk mewujudkan suatu kawasan yang stabil, makmur,

berdaya saing tinggi, dengan pertumbuhan ekonomi yang berimbang serta

berkurangnya kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi. Hal ini menegaskan

komitmen ASEAN untuk mewujudkan integrasi ekonomi yang lebih erat antar

negara anggota.

Konsep MEA mulai digunakan dalam Declaration of ASEAN Concord II

(Bali Concord II) di Bali, Oktober 2003. Dalam deklarasi tersebut dikemukakan

bahwa MEA merupakan tujuan akhir dari kerja sama di bidang ekonomi dan

keuangan ASEAN. Komunitas ekonomi ASEAN ini akan berfungsi sebagai suatu

pasar tunggal dan basis produksi pada tahun 2020. Artinya, MEA akan

menciptakan arus bebas modal dan tenaga kerja serta memberikan kesempatan

bagi setiap usaha di kawasan ASEAN agar dapat berkembang dan berdaya saing

secara global.

MEA yang menurut rencana diimplementasikan pada tahun 2020, telah

disepakati untuk dipercepat pembentukannya pada tahun 2015. Hal ini

disampaikan pada ASEAN Summit bulan Januari 2007. Percepatan ini dilakukan

dengan maksud mengurangi risiko berpindahnya arus modal asing di tengah

meningkatnya persaingan ekonomi regional seiring dengan pesatnya pertumbuhan

ekonomi China dan India. Di samping itu, percepatan pembentukan kelompok

ekonomi ASEAN juga bertujuan untuk mendorong ekonomi negara-negara

ASEAN agar lebih efisien dan tumbuh lebih cepat (Arifin, Winantyo, & Kurniati,

2007). Percepatan pencapaian visi ini tentu memerlukan proses penyesuaian kerja

sama di berbagai sektor.

Page 24: File Utuh Tugas Akhir

12  

Universitas Indonesia

Pada ASEAN Summit November 2007, draft cetak biru MEA akhirnya

disetujui dan ditandatangani oleh semua Kepala Negara ASEAN. Sejak itu,

serangkaian kemajuan signifikan telah dicapai. Dimulai pada 1 Januari 2010 lalu,

99,5% pos tarif perdagangan dari inclusion list ASEAN di bawah Common

Effective Preferential Tariffs for ASEAN Free Trade Area (CEPT-AFTA) telah

dikenai bea masuk sebesar 0-5%. Perdagangan antar negara ASEAN juga

meningkat hampir tiga kali lipat menjadi US$ 458,1 milyar yang dicapai pada

tahun 2008 dibandingkan dengan tahun 2000 saat 10 negara ASEAN bergabung

ke dalam CEPT-AFTA. Proses kemajuan dalam penghapusan hambatan non-tarif

untuk perdagangan ini semakin menambah komitmen ASEAN untuk

memfasilitasi arus perdagangan bebas di ASEAN (http://www.aseansec.org).

2.3 Teori Optimum Currency Areas (OCA)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kerja sama bidang moneter

merupakan tahapan terakhir dari tahapan integrasi keuangan menurut Balassa.

Lebih mendalam lagi, integrasi keuangan memungkinkan suatu kawasan untuk

melakukan integrasi kebijakan moneter dan membentuk mata uang tunggal.

Bentuk integrasi moneter yang paling dasar adalah monetary union, yaitu

negara-negara yang tergabung dalam kerja sama tersebut secara bersama

menetapkan sistem nilai tukar tetap (mata uang masing-masing negara anggota di-

peg terhadap suatu mata uang jangkar). Sementara bentuk integrasi moneter yang

paling maju adalah currency union, yang didefinisikan sebagai sebuah kawasan

dengan mata uang tunggal yang memiliki otoritas moneter bersama berupa bank

sentral di kawasan tersebut (Ngian & H Yuen, 2002 dalam Arifin, Winantyo, &

Kurniati, 2007).

Teori integrasi moneter yang paling berpengaruh hingga saat ini adalah teori

tentang Optimum Currency Areas (OCA). Teori OCA memfokuskan perhatian

pada beberapa kriteria yang harus dipenuhi sebelum negara-negara dalam suatu

kawasan bergabung membentuk suatu monetary union. Tiga kriteria ekonomi

klasik yang paling terkenal dikemukakan oleh Mundell (1961), McKinnon (1963),

dan Kenen (1969).

Mundell menyebutkan prasyarat yang harus terpenuhi sebelum suatu

kawasan membentuk mata uang tunggal, yaitu adanya fleksibilitas pergerakan

Page 25: File Utuh Tugas Akhir

13  

Universitas Indonesia

faktor produksi dan reaksi yang simetris atas terjadinya suatu shock. Daerah (atau

negara) dengan tingkat faktor mobilitas yang tinggi lebih berpeluang membentuk

OCA atau area mata uang yang optimal dibandingkan daerah-daerah dengan

tingkat faktor mobilitas yang rendah. Tingkat faktor mobilitas yang tinggi ini

bertindak sebagai pengganti fleksibilitas nilai tukar. Potensi masalah dalam

kriteria Mundell yaitu mobilitas ketenagakerjaan mudah dalam batas-batas

nasional (budaya, bahasa, hukum, kesejahteraan, dll) tapi tidak mudah melintasi

perbatasan nasional (national borders). Mobilitas modal biasanya tinggi untuk

modal dalam bentuk aset keuangan tetapi rendah untuk modal fisik (alat produksi,

tanaman, peralatan). Oleh karena itu, spesialisasi dan keterampilan suatu negara

juga menjadi faktor pendukung.

McKinnon menyatakan bahwa sebuah OCA dibentuk dari negara-negara

yang mempunyai keterbukaan dan volume perdagangan intra kawasan yang

tinggi. Harga relatif antara barang domestik dan asing harus diukur dalam mata

uang yang sama. Terdapat perbedaan antara barang-barang yang dapat

diperdagangkan (traded goods) dengan barang-barang yang tidak dapat

diperdagangkan (non-traded goods). Harga barang-barang yang dapat

diperdagangkan berlaku di seluruh dunia.  Jika semua barang dapat

diperdagangkan, maka harga barang dalam negeri harus fleksibel dan nilai tukar

tidak mempengaruhi daya saing. Hal ini yang mengindikasikan adanya

keterbukaan di dalam suatu negara. Adanya tingkat integrasi pasar barang yang

tinggi dan struktur produksi yang sama dapat mengurangi guncangan simetris

yang membutuhkan penyesuaian nilai tukar.

Kenen mengemukakan bahwa negara-negara dengan produksi dan ekspor

yang terdiversifikasi dan memiliki struktur serupa merupakan OCA yang optimal.

Argumen ini didasarkan pada diskusi tentang guncangan asimetris. Negara-negara

dengan produksi yang sangat beragam dan dengan struktur serupa memiliki efek

guncangan yang simetris (misalnya suatu goncangan terhadap suatu industri

tertentu memiliki efek yang serupa di negara-negara dengan struktur serupa).

Dalam hal ini, hanya ada sedikit guncangan asimetris yang cenderung menjadi

perhatian kecil. Negara dengan ekonomi yang sangat terdiversifikasi merupakan

kandidat yang lebih baik untuk bergabung dalam monetary union daripada negara

Page 26: File Utuh Tugas Akhir

14  

Universitas Indonesia

yang ekonominya kurang terdiversifikasi karena diversifikasi dapat meredam

guncangan.

Arifin, Winantyo, & Kurniati (2007) merangkum literatur-literatur lain yang

terkait dengan OCA dan menggolongkan empat kriteria utama untuk membentuk

monetary union, antara lain:

1. Saling ketergantungan (interdependensi) di bidang perdagangan

Negara-negara yang terintegrasi cukup tinggi di bidang perdagangan

internasional akan mendapatkan manfaat yang relatif besar apabila berada

dalam payung OCA, mengingat adanya keseragaman nilai mata uang akan

menghemat biaya transaksi dan mengurangi risiko yang berkaitan dengan

penggunaan mata uang yang berbeda.

2. Symmetry of shocks

Negara-negara dengan siklus bisnis yang simetris mempunyai peluang lebih

besar untuk menjadi anggota OCA. Hal ini sejalan dengan kriteria OCA

menurut Mundell dan Kenen.

3. Mobilitas faktor produksi

Apabila mobilitas tenaga kerja dan modal memungkinkan, maka shock di

dalam negeri dapat diredam tanpa menimbulkan biaya penyesuaian yang

tinggi. Oleh karena itu, negara-negara yang berkeinginan untuk bergabung

dalam suatu monetary union harus membebaskan arus lalu lintas faktor

produksi antar negara dalam kawasan yang dimaksud. Berlawanan dengan hal

tersebut, McKinnon (1963) menyebutkan bahwa adanya kawasan bermata

uang tunggal dapat mempengaruhi mobilitas faktor produksi. Dengan

demikian, mobilitas faktor produksi dapat dianggap sebagai ex post facto

dalam pemenuhan kriteria pembentukan mata uang tunggal.

4. Konvergensi kebijakan makroekonomi

Apabila negara-negara dalam suatu kawasan mempunyai sasaran kebijakan

yang berbeda, maka kepentingan mereka pun boleh jadi berseberangan satu

sama lain dalam menghadapi external shock yang sama. Dengan demikian,

sistem koordinasi untuk stabilitas nilai tukar dapat dengan mudah goyah.

Dari keempat kriteria di atas, kriteria respons asimetrik terhadap gejolak

eksternal merupakan kajian utama dari berbagai studi empiris mengenai OCA.

Page 27: File Utuh Tugas Akhir

15  

Universitas Indonesia

Analisis terutama ditujukan untuk mengetahui apakah negara-negara yang akan

membentuk monetary union mempunyai reaksi shock yang simetris.

2.4 Teori Purchasing Power Parity (PPP)

Integrasi keuangan sangat terkait dengan prinsip the law of one price yang

merupakan definisi lain dari integrasi keuangan. Prinsip ini mengatakan bahwa

apabila suatu pasar keuangan dalam kawasan telah efisien dan suatu aset

keuangan mempunyai risiko dan tingkat pengembalian (return) yang identik,

maka aset keuangan tersebut harus mempunyai harga yang sama, terlepas dari

tempat transaksi aset keuangan tersebut dilangsungkan.

Teori yang mengaplikasikan konsep the law of one price adalah teori

Purchasing Power Parity (PPP). Teori PPP atau teori paritas daya beli atau

keseimbangan/kesamaan daya beli diperkenalkan oleh Gustav Cassel. Konsep

dasar yang melandasi teori PPP adalah dorongan arbitrase akan mengarahkan

kepada persamaan harga barang diukur dalam mata uang yang sama.

Bentuk Purchasing Power Parity ada dua, yaitu Purchasing Power Parity

Absolut dan Purchasing Power Parity Relatif.

1. Purchasing Power Parity (PPP) Absolut

PPP absolut didasarkan pada law of one price, yaitu hukum yang menyatakan

bahwa harga produk yang sejenis di dua negara yang berbeda akan sama pula bila

dinilai dalam mata uang yang sama. Dengan kata lain, nilai tukar antara dua mata

uang sama dengan perbandingan (ratio) antara dua tingkat harga umum kedua

negara tersebut. PPP absolut dirumuskan sebagai berikut:

 

(2.1)

adalah nilai tukar nominal dalam negeri yang didefinisikan sebagai satuan

mata uang dalam negeri per satuan mata uang luar negeri. adalah tingkat harga

dalam negeri. Sedangkan adalah tingkat harga luar negeri. Persamaan di atas

menjelaskan hubungan antara nilai tukar dan tingkat harga domestik. Implikasinya

adalah dengan tingkat harga dalam negeri yang lebih tinggi dibandingkan tingkat

Page 28: File Utuh Tugas Akhir

16  

Universitas Indonesia

harga luar negeri, maka nilai tukar dalam negeri juga harus lebih tinggi

(depresiasi) untuk tetap menjaga PPP. Persamaan di atas juga menjelaskan bahwa

nilai tukar dapat mempengaruhi keseimbangan pasar uang melalui hubungannya

ke harga domestik dan harga luar negeri.

Secara implisit pendekatan PPP absolut ini mempunyai asumsi bahwa:

Semua barang dan jasa dapat diperdagangkan secara internasional dengan tidak

terdapat biaya dan halangan-halangan dalam perdagangan tersebut.

Tidak terdapat perubahan-perubahan yang bersifat struktural (seperti perang

atau kerusuhan) di setiap negara.

Teori PPP absolut ini tidak memperhitungkan biaya transportasi, tarif, dan

kuota sehingga menjadi tidak tepat dalam menentukan nilai tukar karena tidak

semua jenis barang dan jasa dapat diperdagangkan secara internasional.

Perdagangan antar negara dapat menyeimbangkan harga barang dan jasa yang

dapat diperdagangkan, tetapi tidak untuk barang dan jasa yang tidak dapat

diperdagangkan secara internasional. Jika PPP absolut ini dihitung dengan

menggunakan tingkat harga secara umum, maka teori ini menjadi tidak berlaku.

Oleh karena itu muncul konsep baru yaitu PPP relatif.

2. Purchasing Power Parity (PPP) Relatif

Teori PPP relatif menyatakan bahwa harga suatu produk yang sama akan

tetap berbeda karena ketidaksempurnaan pasar yang disebabkan oleh faktor biaya

transportasi, tarif, dan kuota. Menurut teori ini, perubahan nilai tukar selama satu

periode tertentu proporsional terhadap perubahan relatif tingkat harga di kedua

negara dalam periode yang sama. Perubahan nilai tukar tersebut dapat dihitung

sebagai berikut:

(2.2)

Keterangan:

= indeks harga domestik

= tingkat inflasi domestik

= indeks harga luar negeri

Page 29: File Utuh Tugas Akhir

17  

Universitas Indonesia

= tingkat inflasi luar negeri

= persentase (%) perubahan nilai tukar

Karena telah diasumsikan berdasarkan law of one price bahwa harga di

kedua negara, yaitu harga domestik ( ) dan harga luar negeri ( ) adalah sama

( ) sehingga keduanya dapat dieliminasikan, atau dirumuskan sebagai

berikut:

(2.3)

Dari formula di atas, dikemukakan catatan penting yaitu:

Jika , maka (positif), sehingga nilai tukar mata uang asing akan

apresiasi dan sebaliknya nilai tukar mata uang domestik depresiasi.

Jika , maka (negatif), sehingga nilai tukar mata uang asing

akan depresiasi dan sebaliknya nilai tukar mata uang domestik apresiasi.

Pendekatan PPP relatif juga mempunyai kelemahan. Rasio antara harga

barang dan jasa non-traded terhadap harga barang dan jasa traded lebih tinggi di

negara-negara maju daripada di negara-negara berkembang. Selama barang dan

jasa traded dan non-traded termasuk di dalam indeks harga umum, dan harga-

harga barang dan jasa non-traded tidak sama dalam perdagangan internasional

tetapi lebih tinggi di negara maju, maka pendekatan PPP relatif akan cenderung

memberikan hasil bahwa mata uang negara berkembang dinilai terlalu rendah

(undervalued).

Sampai saat ini masih menjadi perdebatan apakah PPP mampu menjelaskan

pergerakan nilai tukar. Menurut teori PPP, nilai tukar riil yang didefinisikan

sebagai rasio dari tingkat harga antara dua negara, harus sama untuk semua negara

pada setiap waktu. Pendekatan PPP ini dinilai lebih cocok untuk menjelaskan

penentuan nilai tukar dalam jangka pendek daripada dalam jangka panjang.

Berdasarkan PPP menurut Mishra & Sharma (2010), nilai tukar riil antara

dua negara dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:

(2.4)

Page 30: File Utuh Tugas Akhir

18  

Universitas Indonesia

dimana:

= logaritma nilai tukar riil bilateral

= logaritma nilai tukar nominal domestik terhadap base country

= logaritma tingkat harga/CPI base country

= logaritma tingkat harga/CPI domestik

Hipotesis PPP mengasumsikan ekuilibrium nilai tukar jangka panjang

konstan sepanjang waktu dan pergerakan level harga antara dua negara

disesuaikan oleh pergerakan apresiasi atau depresiasi nilai tukar nominal. Nilai

tukar riil pada persamaan di atas didefinisikan sebagai ukuran deviasi PPP. Perlu

diperhatikan bahwa naiknya nilai tukar riil antara dua negara mengindikasikan

terdepresiasinya nilai mata uang domestik.

Stasioneritas nilai tukar riil adalah kondisi yang sangat penting untuk

validitas PPP sehingga PPP akan berlangsung dalam jangka panjang. Nilai tukar

riil yang non-stasioner menunjukkan bahwa guncangan terhadap nilai tukar riil

permanen secara alamiah dan sebagai konsekuensinya PPP tidak berlaku. Uji PPP

secara empiris memaksakan kondisi simetris yang mengimplikasikan nilai tukar

riil stasioner. Akan tetapi, beberapa studi menyatakan bahwa nilai tukar riil tidak

stasioner. Hal ini terjadi karena variabel-variabel fundamental makroekonomi

yang mempengaruhi nilai tukar riil seperti terms of trade, pendapatan dan belanja

negara, money supply, dan yang lainnya biasanya non-stasioner.

2.5 Teori Generalized Purchasing Power Parity (G-PPP)

Salah satu penjelasan teoritik yang penting dalam menjelaskan perilaku nilai

tukar riil adalah teori Generalized Purchasing Power Parity (G-PPP) yang

dikemukakan pertama kali oleh Enders dan Hurn pada tahun 1994. Walaupun

nilai tukar bilateral secara umum biasanya non-stasioner, hipotesis G-PPP

menyatakan bahwa negara-negara dapat memperlihatkan common trend jika

faktor-faktor fundamental dalam ekonomi di antara negara-negara tersebut saling

berhubungan. G-PPP pun menyebutkan bahwa nilai tukar riil bilateral harus

terkointegrasi.

Analisis G-PPP penting karena metode ini dapat menghubungkan variabel

makroekonomi, nilai tukar riil, dan konsep PPP. Secara empiris, teori ini melihat

Page 31: File Utuh Tugas Akhir

19  

Universitas Indonesia

bagaimana nilai tukar riil bilateral di antara negara-negara didasarkan pada sebuah

mata uang yang dijadikan sebagai peg dapat memperlihatkan common trend yang

ditunjukkan oleh hubungan kointegrasi di antara negara-negara yang

bersangkutan. Apabila di antara negara-negara tersebut dapat memperlihatkan

common trend maka mereka dapat membentuk sebuah optimum currency area

(OCA).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mishra & Sharma (2010), teori

G-PPP dirumuskan sebagai berikut:

(2.5)

dimana adalah logaritma nilai tukar riil bilateral antara negara 1 dan negara

pada periode , sedangkan dan masing-masing adalah parameter vektor

kointegrasi dan error term yang stasioner. Persamaan di atas mencerminkan

hubungan PPP absolut jika semua sama dengan nol. Di dalam pengujian,

harus ada setidaknya satu kombinasi linear yang stasioner dari berbagai nilai tukar

riil bilateral non-stasioner untuk membuktikan potensi terbentuknya area mata

uang (currency area).

2.6 Penelitian-penelitian Sebelumnya

Kriteria untuk menilai apakah suatu zona mata uang bersama menghasilkan

lebih banyak manfaat atau tidak dapat dilihat berdasarkan faktor mobilitas

(Mundell, 1961), integrasi perdagangan (McKinnon, 1963), serta persamaan

dalam struktur ekonomi nasional dan dalam respon terhadap common shock.

Masalah persamaan struktur ekonomi dan respon terhadap guncangan ini dapat

diuji melalui tiga pendekatan. Pendekatan pertama adalah menggunakan

Structural Vector Auto-Regression (S-VAR) untuk mengidentifikasi simetri dari

guncangan ekonomi makro di antara sekelompok negara. Kedua adalah

Generalized Purchasing Power Parity (G-PPP), yaitu pendekatan untuk

mengidentifikasi adanya common trend dalam fundamental ekonomi di antara

sekelompok negara. Terakhir adalah pendekatan analisis kluster terhadap

kelompok negara-negara target dengan menyelidiki homogenitas beberapa elemen

Page 32: File Utuh Tugas Akhir

20  

Universitas Indonesia

ekonomi. Berikut beberapa penelitian representatif dari masing-masing

pendekatan yang difokuskan pada kawasan Asia.

Huang & Guo (2006) secara empiris meneliti kelayakan pembentukan

currency union di Asia Timur. Menggunakan model S-VAR, studi yang dilakukan

mengidentifikasi berbagai jenis guncangan di sembilan negara Asia Timur dengan

sembilan negara European Monetary Union (EMU) sebagai tolok ukurnya.

Analisis gangguan struktural menunjukkan bahwa kemungkinan akan

menguntungkan apabila Hong Kong, Indonesia, Korea, Malaysia, Singapura, dan

Thailand memimpin dalam mendukung dan mendorong zona mata uang bersama.

Sementara itu, kajian mengenai pembentukan OCA melalui pendekatan

Generalized Purchasing Power Parity (G-PPP) dilakukan oleh Mishra & Sharma

(2010). Studi potensi pembentukan OCA dilakukan terhadap kelompok negara-

negara di wilayah Asia bagian timur yaitu Indonesia, India, Korea, Malaysia,

Filipina, Singapura, Thailand, dan Srilanka untuk periode sebelum dan sesudah

krisis Asia tahun 1997-1998. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar riil

bilateral negara-negara Asia memiliki common stochastic trend dan karenanya

memenuhi kriteria standar minimum untuk membentuk currency union yang

diperlukan oleh teori OCA. Kointegrasi nilai tukar riil ditemukan pada periode

pasca-krisis yang merupakan bukti yang mendukung untuk G-PPP di wilayah

Asia bagian timur.

Melihat adanya fenomena dominasi ekonomi di kawasan Asia Timur, Quah

& Crowley (2010) mencoba mengkaji evolusi konvergensi di antara negara-

negara Asia Timur menurut teori OCA menggunakan analisis kluster hirarkis.

Analisis kluster ini dilakukan untuk periode sebelum dan setelah krisis Asia tahun

1997-1998. Hasilnya, terdapat peningkatan yang signifikan dalam derajat simetri

regional setelah krisis Asia.

Penelitian ini mencoba untuk mengembangkan hasil penelitian yang sudah

ada dengan mengambil beberapa poin. Pertama, studi ini meneliti kemungkinan

terbentuknya blok mata uang di kawasan ASEAN. Sebagian besar penelitian

sebelumnya lebih banyak memfokuskan ke wilayah Asia Timur, termasuk

ASEAN didalamnya padahal ASEAN sebagai suatu lembaga regional memiliki

potensi untuk menjadi kekuatan ekonomi yang besar. Kedua, sebagian besar

Page 33: File Utuh Tugas Akhir

21  

Universitas Indonesia

penelitian sebelumnya memasukkan periode sebelum krisis dalam pengujiannya.

Namun, sebagian besar penelitian juga menyatakan bahwa kointegrasi yang

signifikan ditemukan pada masa setelah krisis. Sebagai contoh, Choudhry (2005)

menyimpulkan bahwa bukti-bukti yang mendukung suatu OCA hanya dalam

periode pasca-krisis. Oleh karena itu, pada penelitian ini estimasi yang dilakukan

berfokus pada periode setelah krisis mata uang Asia 1997-1998. Ketiga, untuk

teknik estimasi dengan G-PPP, digunakan prosedur dua langkah, yaitu uji

kointegrasi nilai tukar riil bilateral di antara semua negara sampel kemudian uji

kointegrasi multilateral untuk kelompok negara yang secara bilateral

terkointegrasi.

Page 34: File Utuh Tugas Akhir

22  Universitas Indonesia

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Spesifikasi Model

Sebelum dilakukan estimasi, nilai tukar riil dalam bentuk logaritma dihitung

terlebih dahulu menggunakan rumus:

(3.1)

log merupakan logaritma nilai tukar riil antara base country dengan

negara pada tahun . merupakan nilai tukar riil nominal dalam bentuk

satuan mata uang negara per satuan mata uang base country pada tahun .

Sedangkan adalah tingkat harga pada base country dan adalah tingkat

harga pada negara .

Nilai tukar riil mengindikasikan berapa banyak barang dan jasa yang dapat

dibeli di negara untuk satu satuan barang dan jasa di base country. Pada kasus

tertentu, apabila nilai tukar riil sama dengan satu, PPP absolut berlaku. Hal ini

menunjukkan bahwa mata uang antar dua negara memiliki daya beli yang sama.

Hubungan kointegrasi bilateral di antara dua negara anggota ASEAN

ditunjukkan oleh persamaan berikut:

(3.2)

Salah satu indikasi adanya co-movement nilai tukar riil dapat dilihat berdasarkan

koefisien korelasi ( ). Apabila dan signifikan, maka nilai tukar riil di

antara dua negara bergerak secara bersamaan. Lebih lanjut, jika residual dari

persamaan di atas stasioner, dapat disimpulkan bahwa co-movement nilai tukar riil

kedua berlangsung dalam jangka panjang.

Untuk menganalis adanya vektor kointegrasi antara nilai tukar riil negara-

negara ASEAN, digunakan persamaan sebagai berikut:

(3.3)

Page 35: File Utuh Tugas Akhir

23  

Universitas Indonesia

dimana adalah konstanta, adalah estimasi parameter vektor kointegrasi, dan

adalah error term dengan mean nol. Vektor kointegrasi multilateral kemudian

dihitung dengan menggunakan trace test dan maximum eigenvalue test.

Dari persamaan di atas, apabila G-PPP berlaku, nilai tukar riil antara negara

dan base country dapat dinyatakan sebagai rata-rata tertimbang nilai tukar riil

negara lainnya di dalam currency area. Nilai rata-rata tertimbang ini tidak hanya

mencerminkan hubungan perdagangan antar negara saja, tetapi juga hubungan

yang lebih luas seperti transfer teknologi, imigrasi, dan pergerakan sumber

keuangan. Untuk kasus khusus jika semua sama dengan nol, persamaan di atas

menjadi hubungan PPP biasa antara harga dalam negeri, harga luar negeri, dan

nilai tukar (Choudhry, 2005).

Pada tahap paling akhir, beberapa penyesuaian harus dilakukan supaya OCA

lebih potensial. Untuk itu dilakukan analisis ECM untuk mengetahui speed of

adjustment menuju ekuilibrium jangka panjang dari masing-masing negara

dengan persamaan sebagai berikut:

(3.4)

Keterangan:

= vektor kointegrasi (elastisitas jangka panjang)

= kecepatan menuju keseimbangan (speed of adjustment)

3.2 Variabel Data

Nilai tukar riil di dalam analisis dihitung menggunakan Amerika Serikat

sebagai base country. Pilihan base country tersebut memiliki alasan bahwa AS

memiliki pengaruh keuangan dan hubungan perdagangan yang besar dengan

negara-negara ASEAN sehingga terdapat hubungan erat antara nilai tukar nominal

negara-negara ASEAN dengan Dollar AS. Nilai tukar riil bilateral dengan AS

dalam bentuk logaritma didefinisikan menjadi logaritma indeks harga konsumen

atau consumer price index (CPI) dalam negeri ditambah logaritma dari nilai tukar

nominal domestik terhadap Dollar AS dikurangi dengan logaritma dari CPI AS.

Semua variabel time series disesuaikan dan dinyatakan dalam logaritma sebelum

Page 36: File Utuh Tugas Akhir

24  

Universitas Indonesia

dilakukan uji secara ekonometrik. Data tingkat harga berupa indeks harga

konsumen (CPI) berasal dari International Financial Statistics (IFS) yang

disediakan oleh International Monetary Fund (IMF). Sedangkan data nilai tukar

nominal bersumber dari Forex Trading & Exchange Rates Services oleh situs

http://www.oanda.com.

Soo dan Choong (2009) dalam Mishra & Sharma (2010) menemukan bahwa

sebagian besar pasar negara Asia masih sangat tersegmentasi selama periode

sebelum krisis, yaitu sebelum Juli 1997. Oleh karena itu, periode sampel pasca

krisis mata uang Asia tahun 1997-1998 diasumsikan dimulai dari periode Juli

1999 sampai periode sekarang (Juni 2010) menurut ketersediaan data. Negara-

negara sampel di dalam penelitian ini yaitu 10 negara-negara anggota ASEAN,

antara lain Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei

Darussalam, Vietnam, Myanmar, Kamboja, dan Laos. Karena kurangnya

ketersediaan data CPI pada periode yang diperlukan untuk estimasi, maka periode

data untuk Brunei Darussalam dimulai dari Januari 2000-Juni 2010.

3.3 Pengujian Pra-estimasi

Sebelum dilakukan uji kointegrasi, baik kointegrasi bivariat maupun

multivariat, seluruh variabel data yang dipakai dalam penelitian ini harus

memenuhi syarat-syarat tertentu. Untuk itu, terlebih dahulu dilakukan uji derajat

integrasi dan pemilihan lag optimum.

3.3.1 Uji Derajat Integrasi

Penggunaan data time series memiliki suatu permasalahan tersendiri yang

timbul dari sifat data yang non-stasioner. Stasioneritas sangat diperlukan dalam

analisis time series agar tidak terjadi spurious pada metode estimasi yang

digunakan. Namun, bukan berarti bahwa regresi antara variabel yang non

stasioner selalu tidak valid. Enders (1995) menyatakan bahwa regresi variabel-

variabel yang non stasioner dapat memiliki makna (non spurious) selama residual

dari regresi tersebut stasioner. Kondisi tersebut memiliki arti bahwa di antara

variabel-variabel tersebut terdapat kointegrasi.

Pengujian derajat integrasi adalah suatu tahap yang penting untuk menguji

adanya hubungan antar variabel dengan menggunakan data time series. Uji derajat

integrasi dari masing-masing variabel bertujuan untuk memastikan bahwa

Page 37: File Utuh Tugas Akhir

25  

Universitas Indonesia

variabel-variabel dalam analisis tidak memiliki order integrasi yang berbeda atau

semua variabel stasioner pada order yang sama. Stasioneritas dapat dilihat dengan

menggunakan uji formal yang dikenal dengan sebutan ‘Uji Unit Root’. Misalkan

terdapat persamaan sebagai berikut:

(3.5)

dimana adalah koefisien autoregresif dan adalah white noise term dengan

varians konstan dan mean sama dengan nol. Jika nilai , maka memiliki

sebuah akar unit atau data tidak stasioner. Dalam ekonometrika, maka model

tersebut menjadi random walk tanpa tren. Apabila dinyatakan dalam bentuk

hipotesis menjadi:

Data mengandung akar unit (non stasioner)

Data tidak mengandung akar unit (stasioner)

Jika data dari suatu series sudah stasioner, maka data tersebut berintegrasi

pada order nol atau dilambangkan dengan I(0). Sebaliknya, bila data non

stasioner, maka data harus dibuat turunannya sehingga diperoleh data yang

stasioner pada order d atau dilambangkan dengan I(d). Model di atas apabila

dinyatakan dalam bentuk turunan pertama (first difference) adalah sebagai berikut:

(3.6)

; (3.7)

Sehingga hipotesis yang diuji mempunyai bentuk:

Data mengandung akar unit (non stasioner)

Data tidak mengandung akar unit (stasioner)

Uji akar unit dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik,

tergantung pada karakteristik data dan kekuatan yang diinginkan. Teknik yang

sangat populer yaitu menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF) dan

Phillips-Perron (PP). Pada prinsipnya, kedua teknik tersebut merupakan pengujian

terhadap persamaan berikut:

(3.8)

Page 38: File Utuh Tugas Akhir

26  

Universitas Indonesia

atau dapat ditulis dengan:

 

(3.9)

dimana adalah panjangnya lag yang digunakan. Model tersebut merupakan

model dengan intercept dan tren . Selain model di atas, masih terdapat dua

model lain yang dapat digunakan untuk melakukan uji akar unit, yaitu:

a. Model dengan intercept ( ) saja, yaitu:

 

(3.10) b. Model tanpa intercept dan tren (slope), yaitu:

 

(3.11)

Jika maka . Artinya, data memiliki akar unit di mana data time

series tidak stasioner. Uji signifikansi koefisien regresi dibandingkan dengan

nilai kritis tabel Mc Kinnon. Jika probabilitas nilai akar unit kurang dari level

signifikansi (α) sebesar 5%, maka ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa

data time series telah stasioner.

3.3.2 Lag Optimum

Analisis time series sangat sensitif terhadap panjang lag yang digunakan

dalam model. Pemilihan lag yang optimal dilakukan untuk memastikan bahwa

residual model ECM terdistribusi normal (Haris, 1995 dalam Ariefianto, 2006).

Penentuan lag optimum dapat diidentifikasi melalui informasi kriteria, diantaranya

adalah Akaike Info Criterion (AIC), Schwarz Information Criterion (SIC), dan

Hannan-Quinn Criterion (HQ). Nilai informasi kriteria masing-masing dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Page 39: File Utuh Tugas Akhir

27  

Universitas Indonesia

(3.12)

(3.13)

(3.14)

Keterangan:

= jumlah observasi

= jumlah parameter yang diestimasi

= nilai dari fungsi log likelihood untuk penggunaan parameter

Besarnya lag yang optimal ditentukan oleh lag yang memiliki nilai

informasi kriteria yang terkecil.

3.4 Pendekatan Estimasi

Setelah dua asumsi yang telah dijelaskan sebelumnya sudah terpenuhi,

langkah selanjutnya adalah melakukan estimasi hubungan kointegrasi. Penelitian

ini mengambil prosedur dua langkah untuk memeriksa adanya hubungan

kointegrasi antara nilai tukar riil di negara-negara ASEAN dalam kerangka

pendekatan G-PPP, yaitu: verifikasi kointegrasi bilateral dan kointegrasi

multilateral. Ketika memeriksa area mata uang yang optimal, penelitian ini bukan

hanya menilai hubungan kointegrasi secara kelompok, yaitu ASEAN saja, tetapi

juga mengamati hubungan bilateral di negara-negara ASEAN secara keseluruhan.

Itulah sebabnya pertama-tama dilakukan uji kointegrasi bilateral semua kombinasi

nilai tukar riil di antara semua negara sampel. Berdasarkan pengamatan pada

langkah pertama, kemudian dilakukan uji kointegrasi multilateral untuk kelompok

ASEAN yang mencakup setidaknya satu pasangan negara teridentifikasi memiliki

kointegrasi bilateral dalam pengamatan.

3.4.1 Uji Kausalitas Granger

Uji kausalitas ditemukan pertama kali oleh Granger pada tahun 1969. Dalam

uji kausalitas ini, penentuan lag optimum harus tepat. Menurut Granger, hubungan

kausalitas adalah hubungan jangka pendek antara kelompok tertentu dengan

menggunakan pendekatan ekonometrik yang mencakup hubungan timbal balik.

Uji ini pada intinya dapat mengindikasikan apakah suatu variabel mempunyai

hubungan dua arah atau hanya satu arah saja (Nachrowi & Usman, 2006). Uji

Page 40: File Utuh Tugas Akhir

28  

Universitas Indonesia

kausalitas Granger bertujuan untuk melihat pengaruh kondisi masa lalu terhadap

kondisi sekarang. Dengan uji ini, akan diketahui variabel mana di dalam sampel

yang lebih endogen dan eksogen.

Bentuk umum model kausalitas Granger adalah sebagai berikut:

atau

 

(3.15)

atau

 

(3.16)

Bentuk matriks persamaan di atas adalah:

(3.17)

Dalam persamaan (3.17), dan adalah variabel pengganggu dan

diasumsikan tidak berkorelasi. Statistik uji yang digunakan pada uji kausalitas

Granger adalah statistik uji F, dengan rumus:

 

(3.18)

Keterangan:

Page 41: File Utuh Tugas Akhir

29  

Universitas Indonesia

= jumlah observasi

= jumlah parameter model terbatas

= jumlah parameter model penuh

= residual model terbatas

= residual model penuh

Restricted residual sum of square ( ) adalah jumlah kuadrat residual

dari model terbatas. Misalnya variabel adalah variabel tidak bebas, maka model

yang terbatas diperoleh dengan meregresikan variabel dengan semua nilai lag

tanpa memasukkan lag sebagai variabel bebasnya. Bentuk model terbatas

adalah sebagai berikut:

 

(3.19)

Unrestricted residual sum of square ( ) adalah jumlah kuadrat residual

dari model penuh. Misalnya variabel adalah variabel tidak bebas, maka model

penuh diperoleh dengan meregresikan variabel dengan semua nilai lag dan

nilai lag sebagai variabel bebasnya. Bentuk model penuh adalah sebagai

berikut:

 

(3.20)

Hipotesis pada uji kausalitas Granger adalah:

( tidak menyebabkan )

( menyebabkan )

( tidak menyebabkan )

Page 42: File Utuh Tugas Akhir

30  

Universitas Indonesia

( menyebabkan )

Dari uji kausalitas, dapat diketahui variabel mana yang memiliki hubungan

kausalitas dan variabel mana yang terjadi sebelum variabel lainnya. Beberapa

kemungkinan yang dapat dihasilkan dari uji kausalitas Granger, yaitu (Gujarati,

2003):

mempengaruhi atau unidirectional causality from to ( ), dapat

diidentifikasikan jika yang pertama ditolak dan yang kedua tidak

ditolak.

mempengaruhi atau unidirectional causality from to ( ), dapat

diidentifikasikan jika yang pertama tidak ditolak dan yang kedua

ditolak.

dan saling mempengaruhi atau bilateral causality ( ↔ ), jika yang

pertama dan kedua ditolak.

dan tidak saling mempengaruhi atau independent ( // ), jika yang

pertama dan kedua tidak ditolak.

3.4.2 Uji Kointegrasi Engle-Granger

Istilah kointegrasi pertama kali dikenalkan oleh Granger di tahun 1981. Ide

dasar konsep ini adalah jika hubungan antar variabel seperti yang dipreposisikan

oleh teori itu berlaku, maka terdapat hubungan yang bersifat ekuilibrium antar

variabel tersebut. Hubungan ekuilibrium ini mensyaratkan kombinasi linear yang

stasioner, yang dapat dilihat melalui residual persamaan (Engle & Granger, 1987).

Engle dan Granger (1987) menerapkan metode estimasi dua tahapan untuk

menguji adanya hubungan kointegrasi bivariat. Model yang digunakan adalah

sebagai berikut:

 

(3.21)

Hipotesis yang diajukan yaitu:

(tidak ada kointegrasi)

(ada kointegrasi)

Page 43: File Utuh Tugas Akhir

31  

Universitas Indonesia

Uji kointegrasi Engle-Granger memerlukan dua tahap estimasi. Tahap

pertama yaitu uji stasioner dari kedua variabel yang digunakan. Kedua variabel

harus terintegrasi pada order yang sama atau memiliki satu akar unit karena uji

kointegrasi adalah tes untuk keseimbangan antara time series yang non-stasioner.

Tahap kedua adalah menguji apakah kedua variabel terkointegrasi menggunakan

persamaan (3.21). Hal ini dapat dilakukan dengan cara terlebih dahulu meregresi

satu variabel dengan variabel lain menggunakan OLS. Model regresi tersebut

adalah sebagai berikut:

;

(3.22)

Nilai residual dari proses estimasi tersebut kemudian diuji menggunakan

statistik uji ADF. Jika residual terms stasioner, maka dapat dikatakan bahwa

kedua variabel memiliki keseimbangan jangka panjang atau kointegrasi jangka

panjang.

3.4.3 Uji Kointegrasi Johansen

Teknik kointegrasi oleh Engle-Granger mengasumsikan terlebih dahulu arah

kausalitas dari persamaan kointegrasi. Tanpa asumsi tersebut, Johansen pada

tahun 1988 melakukan teknik kointegrasi menggunakan dua tes yang berbeda

untuk menentukan jumlah vektor kointegrasi, yaitu trace test dan maximum

eigenvalue test. Secara sederhana, uji kointegrasi Johansen merupakan

pengembangan multivariat dari pengujian akar unit Dickey-Fuller (Enders, 1995).

Prosedur ini cocok untuk tahap kedua tes multilateral, karena memberikan hasil

yang lebih kuat daripada metode kointegrasi lainnya, terutama ketika lebih dari

dua variabel yang terlibat. Urutan lag optimal diperlukan pada uji kointegrasi

dipilih menggunakan Kriteria Informasi Akaike.

Dasar dari metode Johansen adalah metodologi Vector Autoregressive

(VAR). Persamaan VAR variabel dengan lag 1 adalah sebagai berikut:

(3.23)

Page 44: File Utuh Tugas Akhir

32  

Universitas Indonesia

dimana merupakan vektor ( ) variabel dependen pada lag 0 dan lag 1

sementara dan masing-masing adalah matriks parameter ( ) dan

gangguan dengan vektor ( ). Dengan mengurangkan sisi kiri dan kanan

persamaan di atas dengan , maka persamaan tersebut menjadi:

(3.24)

dengan dan masing-masing adalah matriks identitas berukuran ( ) dan

jumlah vektor kointegrasi.

Keberadaan kointegrasi di antara variabel tergantung pada rank matriks .

Terdapat tiga kondisi yang dapat diperoleh:

1. Jika rank matriks sama dengan nol, maka tidak terdapat kointegrasi.

2. Jika matriks adalah full rank atau sama dengan , maka semua variabel

terkointegrasi.

3. Jika rank matriks ( ) bernilai , maka terdapat sejumlah vektor

terkointegrasi.

Pada prakteknya, prosedur ini hanya mengestimasi dan characteristic

root. Pengujian terhadap derajat signifikansinya menggunakan statistik trace test

dan maximum eigenvalue sebagai berikut:

 

(3.25)

(3.26)

Hipotesis yang diajukan antara lain:

(tidak terdapat kointegrasi)

Hipotesis alternatif ( ):

(1 vektor terkointegrasi)

(2 vektor terkointegrasi)

Page 45: File Utuh Tugas Akhir

33  

Universitas Indonesia

(3 vektor terkointegrasi)

dst.

3.4.4 Error Correction Model (ECM)

Apabila dua variabel tidak stasioner dan saling berkointegrasi, artinya ada

hubungan jangka panjang atau keseimbangan antara kedua variabel tersebut.

Dalam jangka pendek, ada kemungkinan terjadi ketidakseimbangan

(disekuilibrium) di antara variabel. Karena adanya ketidakseimbangan ini maka

diperlukan adanya koreksi kesalahan. Teknik untuk mengoreksi

ketidakseimbangan jangka pendek menuju pada keseimbangan jangka panjang

disebut dengan Error Correction Model (ECM). ECM diperkenalkan oleh Sargan,

dikembangkan oleh Hendry, dan dipopulerkan oleh Engle dan Granger.

Lebih lanjut, Engle dan Granger (1987) menyatakan bahwa kointegrasi

adalah langkah awal untuk menilai apakah hubungan kuantitatif antara dua atau

lebih variabel dapat diestimasi dengan menggunakan Error Correction Model

(ECM). Dalam ECM, hubungan dinamis jangka pendek antar variabel dalam

sistem dipengaruhi oleh deviasi dari keseimbangan jangka panjang. Istilah

kointegrasi disebut juga sebagai “eror ekuilibrium” yang dapat digunakan untuk

mengikat tingkah laku jangka pendek variabel dependen terhadap nilai jangka

panjangnya.

Pada kointegrasi bivariat, jika variabel dan terkointegrasi pada model

, maka persamaan ECM yaitu:

(3.27)

dimana merupakan residual pada dari persamaan kointegrasi

. Persamaan (3.27) menunjukkan bahwa bergantung

pada dan eror ekuilibrium . Jika koefisien eror ekuilibrium ,

maka error term melakukan koreksi pada partial adjustment

menuju ekuilibrium jangka panjang.

Pada kointegrasi multivariat, ECM secara matematis ditunjukkan oleh

persamaan berikut:

Page 46: File Utuh Tugas Akhir

34  

Universitas Indonesia

 

(3.28)

Keterangan:

= koefisien hubungan jangka pendek

= koefisien hubungan jangka panjang

= kecepatan menuju keseimbangan (speed of adjustment)

Page 47: File Utuh Tugas Akhir

35  Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS

Semua time series disesuaikan dan dinyatakan dalam logaritma sebelum

dilakukan uji secara ekonometrik. Untuk lebih mempersingkat, sampel nilai tukar

riil dalam logaritma dengan mata uang base country Dollar AS dinyatakan dalam

variabel sebagai berikut:

Brunei Darussalam BNDIndonesia IDRKamboja KHR

Laos LAKMyanmar MMKMalaysia MYRFilipina PHP

Singapura SGDThailand THBVietnam VND

Tabel 4.1 Variabel data

Negara log

Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai perkembangan nilai tukar

riil negara-negara ASEAN pasca krisis Asia 1997-1999, disajikan grafik nilai

tukar riil yang dihitung menggunakan CPI dengan base country AS serta tingkat

korelasi antar nilai tukar sebagai berikut:

Page 48: File Utuh Tugas Akhir

36  

Universitas Indonesia 

Gra

fik n

ilai t

ukar

riil

kaw

asan

ASE

AN

.16

.18

.20

.22

.24

.26

0001

0203

0405

0607

0809

10

BN

D

3.8

3.9

4.0

4.1

4.2

0001

0203

0405

0607

0809

10

IDR

3.4

4

3.4

8

3.5

2

3.5

6

3.6

0

3.6

4

0001

0203

0405

0607

0809

10

KH

R

3.7

3.8

3.9

4.0

4.1

4.2

0001

0203

0405

0607

0809

10

LAK

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

0001

0203

0405

0607

0809

10

MM

K

.50

.52

.54

.56

.58

.60

0001

0203

0405

0607

0809

10

MY

R

1.5

5

1.6

0

1.6

5

1.7

0

1.7

5

1.8

0

0001

0203

0405

0607

0809

10

PH

P

.12

.14

.16

.18

.20

.22

.24

0001

0203

0405

0607

0809

10

SG

D

1.4

5

1.5

0

1.5

5

1.6

0

1.6

5

1.7

0

0001

0203

0405

0607

0809

10

TH

B

4.0

8

4.1

2

4.1

6

4.2

0

4.2

4

4.2

8

0001

0203

0405

0607

0809

10

VN

D

Page 49: File Utuh Tugas Akhir

37  

Universitas Indonesia 

BND

IDR

KH

RLA

KM

MK

MY

RPH

PSG

DTH

BV

ND

BN

DID

R0.

2344

4K

HR

0.74

609

0.50

821

LAK

0.24

082

0.59

916

0.59

551

MM

K0.

2648

70.

9213

10.

6362

20.

7084

4M

YR

0.73

20.

6017

30.

8786

40.

4398

10.

6395

6PH

P0.

7298

70.

6510

10.

8754

40.

3932

40.

7202

20.

9223

SGD

0.85

807

0.60

466

0.93

319

0.56

541

0.67

013

0.89

864

0.90

902

THB

0.61

106

0.81

560.

7417

90.

4880

50.

8366

10.

8514

70.

9193

40.

8454

9V

ND

0.71

392

0.59

893

0.92

520.

5065

20.

7254

40.

8280

90.

9257

30.

9253

50.

8326

7

Tabe

l 4.2

Kor

elas

i nila

i tuk

ar ri

il ne

gara

-neg

ara

ASE

AN

Page 50: File Utuh Tugas Akhir

38  

Universitas Indonesia 

Grafik nilai tukar riil kawasan ASEAN menunjukkan bahwa secara garis

besar nilai tukar riil memiliki tren atau non stasioner. Selain itu, grafik tersebut

secara tidak langsung juga menunjukkan tingkat korelasi antara nilai tukar.

Seperti juga tampak pada Tabel 4.2, nilai tukar negara-negara kawasan ASEAN

berkorelasi positif dengan nilai korelasi rata-rata di atas 50%. Artinya, nilai tukar

bergerak pada arah dan derajat yang sama (co-movement). Nilai tukar negara-

negara ASEAN tampaknya sama-sama menurun drastis di tahun 2008 saat krisis

keuangan global dan berada pada puncaknya pada tahun 2001.

4.1 Pengujian Pra-estimasi

4.1.1 Uji Derajat Integrasi

Pada langkah awal analisis empiris, uji derajat integrasi dilakukan dengan

memeriksa stasioneritas nilai tukar riil setiap negara untuk memastikan ada atau

tidaknya nilai tukar riil negara tertentu dalam sampel yang bersifat stasioner

(mean dan varians tetap). Untuk tujuan tersebut, penelitian ini melakukan dua tes

akar unit, yaitu uji Dickey-Fuller dan Phillips-Perron. Kedua metode memiliki

asumsi yang berbeda. Dickey-Fuller mensyaratkan bahwa error term harus

berkorelasi dan homogen. Sedangkan uji Phillips-Perron berlaku jika error term

berkorelasi dan heterogen.

log

BND -2.1579 -2.15496 -7.44326*** -7.87329***IDR -0.80424 -0.80573 -9.78523*** -9.52164***KHR -0.83145 -0.52877 -7.31342*** -7.09977***LAK -3.23342** -3.44973** -12.0938*** -12.0732***MMK -1.29646 -1.17971 -7.54576*** -7.53085***

MYR -0.16004 -0.20525 -4.28435*** -8.43249***PHP -0.68406 -0.76435 -8.16133*** -8.1479***SGD -0.73429 -0.41268 -9.87127*** -9.83352***THB -0.68439 -0.55297 -5.0459*** -8.49869***

VND -0.34832 -0.23843 -4.41717*** -8.7836***

Level signifikansi: *: 10%; **: 5%; ***: 1%

Tabel 4.3 Hasil uji stasioneritas nilai tukar riil individu

I(0) I(1)

DF PP ADF PP

Page 51: File Utuh Tugas Akhir

39  

Universitas Indonesia 

Tabel 4.3 menyajikan hasil uji akar unit yang dilakukan pada nilai tukar riil

dari sepuluh negara ASEAN yang termasuk dalam sampel. Hasil yang didapat

menjelaskan hampir seluruh nilai tukar riil individu tidak stasioner pada data level

(untuk level signifikansi 5%). Selain Laos, hasil secara keseluruhan menunjukkan

bahwa semua negara sama-sama stasioner pada order satu atau terintegrasi pada

I(1). Hanya nilai tukar Laos yang stasioner pada order nol sehingga PPP absolut

tidak berlaku. Karena nilai tukar riil Laos tidak terintegrasi di order yang sama

dengan nilai tukar lainnya, maka nilai tukar Laos tidak memenuhi prasyarat untuk

analisis kointegrasi lebih lanjut dan harus dikeluarkan dari sampel.

Nilai tukar yang stasioner memperlihatkan bahwa fluktuasi nilai tukar

tersebut relatif lebih stabil. Kip Laos berfluktuasi sekitar KN 10.000 terhadap

Dollar dari November 2005 sampai Januari 2008 dan bergerak sesuai dengan

tingkat harga pasar dengan varians tidak lebih dari 0,2%. Kemungkinan

penyebabnya yaitu Laos tidak terlalu terintegrasi dengan ekonomi AS dalam hal

hubungan perdagangan maupun hubungan ekonomi lain. Nilai perdagangan dalam

bentuk Dollar AS di negara ini hanya 1%-2% dari total perdagangan. Di sisi lain,

nilai perdagangan dengan Thailand adalah sekitar 50%-60% dari total nilai

perdagangan Laos (Capannelli & Menon, 2010). Nilai tukar Laos masih lebih

banyak ditentukan oleh pemerintah, bukan ditentukan oleh pergerakan nilai tukar

lain.

4.1.2 Lag Optimum

Sebelum melakukan estimasi lebih lanjut, penentuan lag optimal sangat

penting demi mendapatkan hasil yang baik. Pengujian panjang lag optimal ini

sangat berguna agar residual model bersifat white noise. Residual yang white

noise adalah residual yang mempunyai distribusi normal dan tidak memiliki

autokorelasi. Dengan begitu, diharapkan tidak lagi muncul masalah autokorelasi

di dalam model.

Hasil pengujian penentuan lag optimal untuk sembilan negara sampel

ditunjukkan pada Tabel 4.4 menggunakan tiga kriteria informasi yang berbeda.

Untuk penelitian ini, kriteria penentuan lag optimal ditentukan berdasarkan nilai

Akaike Info Criterion (AIC) terkecil. Nilai AIC terkecil yaitu -65.51342 terdapat

Page 52: File Utuh Tugas Akhir

40  

Universitas Indonesia 

pada lag dua. Oleh karena itu, untuk analisis selanjutnya akan digunakan lag dua

sebagai lag optimalnya.

Lag AIC SIC HQ0 -47.53189 -47.30967 -47.441771 -65.50662 -63.28440* -64.60543*2 -65.51342* -61.29122 -63.801163 -65.28433 -59.06213 -62.7614 -64.99598 -56.77379 -61.661595 -64.83136 -54.60918 -60.685896 -65.0011 -52.77892 -60.04456

*Lag optimum berdasarkan kriteria informasi

Tabel 4.4 Hasil uji lag optimum

4.2 Pengujian Estimasi

4.2.1 Uji Kausalitas Granger

Berdasarkan penentuan lag optimum menggunakan AIC, lag optimum untuk

kesembilan variabel nilai tukar riil negara-negara ASEAN berada pada lag dua

sehingga hasil tersebut digunakan untuk pengujian kausalitas Granger. Pada lag

dua, error term sudah tidak memiliki autokorelasi sehingga variabel kondisi nilai

tukar di masa lalu mampu menerangkan perilaku nilai tukar riil sekarang secara

sistematis.

Hasil uji kausalitas Granger berpasangan dengan nilai probabilitas dan

statistik uji-F masing-masing ditunjukkan pada Tabel 4.5. Uji kausalitas Granger

menyimpulkan bahwa negara yang memiliki kausalitas nilai tukar riil bilateral

adalah nilai tukar antara Thailand dan Brunei Darussalam, Singapura dan Brunei

Darussalam, Myanmar dan Indonesia, Malaysia dan Kamboja, Singapura dan

Kamboja, serta Vietnam dan Singapura. Sebaliknya, Rupiah Indonesia tidak

memiliki hubungan kausalitas dengan Riel Kamboja (KHR), Ringgit Malaysia

(MYR), dan Dollar Singapura (SGD). Hal ini menunjukkan bahwa penentuan

nilai tukar di Indonesia tidak terpengaruh oleh pergerakan nilai tukar KHR, MYR,

dan SGD. Dengan kata lain, baik nilai tukar Singapura, Malaysia, dan Kamboja

tidak bisa menjadi prediktor bagi nilai tukar Indonesia.

Page 53: File Utuh Tugas Akhir

41  

Universitas Indonesia 

y t x

t BN

D2.

3639

9 *0.

8761

61.

5584

70.

0037

32.

4129

*4.

2128

5 **

5.31

351 *

**1.

2337

7ID

R2.

5037

1 *1.

9971

85.

3183

5 ***

1.45

552.

4299

4 *2.

6626

55.

1701

6 ***

7.46

228 *

**K

HR

7.69

571 *

**0.

6300

21.

4497

13.

0745

6 **

0.03

553

10.5

578 *

**0.

5558

30.

3212

8M

MK

2.72

431 *

4.60

863 *

*2.

7188

9 *1.

1992

74.

1173

1 **

3.91

503 *

*2.

8260

4 *8.

6199

***

MY

R3.

0272

1 *0.

5192

16.

9782

1 ***

0.82

038

0.02

507

2.93

379 *

0.56

821

6.24

408 *

**PH

P6.

0553

3 ***

0.07

163

8.31

204 *

**1.

1323

4.68

085 *

*5.

7290

8 ***

0.34

793

5.87

173 *

**SG

D6.

3355

5 ***

0.43

873.

1142

1 **

0.11

821

0.54

535

0.35

607

2.51

406 *

3.59

465 *

*TH

B4.

4491

1 **

0.23

267

8.13

136 *

**1.

0224

85.

0092

8 ***

4.34

37**

6.05

034 *

**11

.282

9 ***

VN

D4.

7240

7 **

0.04

907

6.80

975 *

**0.

3434

81.

2578

80.

8001

23.

1564

8 **

0.52

174

Tabe

l 4.5

Has

il uj

i kau

salit

as G

rang

er

MY

RPH

PSG

DTH

BV

ND

Leve

l sig

nifik

ansi

: *: 1

0%; *

*: 5

%; *

**: 1

%

BN

DID

RK

HR

MM

K

Page 54: File Utuh Tugas Akhir

42  

Universitas Indonesia 

Nilai tukar riil Dollar Brunei Darussalam (BND) merupakan nilai tukar riil

yang paling endogen karena secara signifikan dipengaruhi oleh nilai tukar riil

kedelapan negara ASEAN lainnya. Sedangkan nilai tukar riil yang paling eksogen

adalah Peso Filipina (PHP) yang secara signifikan mempengaruhi hampir semua

nilai tukar riil negara-negara anggota ASEAN, kecuali nilai tukar riil Baht

Thailand (THB), Rupiah Indonesia (IDR), dan Kyat Myanmar (MMK). Dalam hal

sistem nilai tukar, Brunei Darussalam menganut sistem currency board yang

mematok nilai tukarnya terhadap Dollar Singapura sehingga nilai tukarnya

bersifat lebih endogen. Sebaliknya, Indonesia dan Filipina menganut sistem

mengambang bebas tanpa ada intervensi pada pasar devisa.

Sebagai tambahan, berbeda dengan Laos, Filipina memiliki hubungan

khusus dengan AS sebagai bekas negara jajahan. Latar belakang tersebut mungkin

menjadikan nilai tukar Peso Filipina menjadi lebih eksogen. Eratnya hubungan

nilai tukar Peso Filipina dengan Dollar AS, sebagai mata uang terpenting di dunia,

mencerminkan kenyataan bahwa AS memiliki pangsa terbesar dalam transaksi

internasional Filipina. Sekitar sepertiga dari perdagangan luar negeri Filipina

disumbangkan oleh AS dalam dekade terakhir (Bautista, 2003).

Secara umum, urutan negara dengan nilai tukar riil dari yang paling

endogen sampai yang paling eksogen, yaitu Brunei Darussalam (BND), Singapura

(SGD), Myanmar (MMK), Kamboja (KHR), Thailand (THB),Vietnam (VND),

Malaysia (MYR), Indonesia (IDR), dan yang terakhir Filipina (PHP).

4.2.2 Uji Kointegrasi Engle-Granger

Uji kointegrasi Engle-Granger dilakukan untuk memverifikasi keberadaan

hubungan kointegrasi bilateral pada semua kombinasi nilai tukar riil di antara

semua negara sampel selama periode pasca-krisis. Untuk menguji adanya

hubungan kointegrasi bilateral, metode ini memerlukan dua tahap estimasi.

Tahap pertama uji kointegrasi ini adalah membuktikan bahwa nilai tukar riil

terintegrasi pada order yang sama yaitu pada proses I(1), atau memiliki satu akar

unit, Uji stasioneritas menegaskan bahwa nilai tukar riil delapan negara ASEAN,

yaitu Indonesia, Filipina, Kamboja, Myanmar, Singapura, Thailand, Vietnam,

Malaysia, dan Brunei Darussalam, non-stasioner pada data level tetapi stasioner

setelah first difference (lihat Tabel 4.3).

Page 55: File Utuh Tugas Akhir

43  

Universitas Indonesia 

BN

DSG

DM

MK

KH

RTH

BV

ND

MY

RID

RPH

PB

ND

SGD

-3.1

7996

**M

MK

-2.6

5068

*-1

.940

33K

HR

-4.0

9126

***

-2.5

9028

*-1

.122

36TH

B-2

.860

27*

-1.6

2547

-3.0

2223

**-2

.273

32V

ND

-3.4

8416

***

-3.3

6683

**-2

.692

73*

-2.2

5947

-2.6

7725

*M

YR

-3.6

3108

***

-2.9

1904

**-2

.274

88-2

.976

99**

-1.9

5554

-3.0

0205

**ID

R-2

.311

84-1

.587

49-4

.577

50**

*-1

.598

41-1

.930

63-1

.495

04-1

.095

03PH

P-3

.452

24**

-2.9

6087

**-2

.879

20*

-2.6

0048

*-2

.618

32*

-2.8

9817

**-3

.304

43**

-2.1

4784

Leve

l sig

nifik

ansi

: *: 1

0%; *

*: 5

%; *

**: 1

%

Tabe

l 4.6

Has

il uj

i koi

nteg

rasi

bila

tera

l Eng

le-G

rang

er

Page 56: File Utuh Tugas Akhir

44  

Universitas Indonesia 

Tahap kedua adalah menguji apakah nilai tukar riil terkointegrasi dengan

cara terlebih dahulu meregresi satu nilai tukar dengan nilai tukar lain

menggunakan OLS. Pada prosedur ini, variabel dependen dan independen

ditentukan berdasarkan asumsi endogenitas yang dihasilkan oleh uji kausalitas

Granger. Selanjutnya penelitian ini memeriksa apakah residual proses estimasi

stasioner menggunakan statistik uji ADF. Jika residual terms stasioner, maka

terdapat hubungan kointegrasi bilateral antara nilai tukar riil. Hasil regresi nilai

tukar riil bilateral negara-negara ASEAN dan grafik residual dari kointegrasi

bilateral dapat dilihat pada Lampiran 4.

Tabel 4.6 melaporkan hasil uji ADF pada residual estimasi hasil regresi nilai

tukar riil bilateral. Uji ADF menggunakan model dengan intercept dan tanpa tren

menemukan stasioneritas pada residual estimasi di beberapa pasangan nilai tukar

riil. Dengan kata lain, terdapat hubungan kointegrasi bilateral pada pasangan-

pasangan nilai tukar riil tersebut.

Dollar Brunei Darussalam memiliki hubungan kointegrasi hampir dengan

semua nilai tukar. Kointegrasi terkuat yaitu dengan Riel Kamboja, Dong Vietnam,

dan Kyat Myanmar. Sebaliknya, Rupiah Indonesia hanya berkointegrasi dengan

Kyat Myanmar. Hasil ini konsisten dengan uji kausalitas Granger. Artinya, selain

tidak memiliki hubungan timbal-balik bilateral, nilai tukar Indonesia juga tidak

memiliki hubungan bilateral jangka panjang dengan negara lain di dalam satu

kawasan.

4.2.3 Uji Kointegrasi Johansen

Dalam studi G-PPP, ada atau tidak adanya vektor kointegrasi yang

signifikan untuk sepasang negara dalam sistem tidak menunjukkan apa-apa

tentang hubungan kointegrasi kelompok negara-negara untuk membentuk serikat

mata uang. G-PPP berlaku apabila semua nilai tukar riil bilateral non-stasioner

secara individu dan harus ada setidaknya satu kombinasi linear yang stasioner dari

semua nilai tukar riil non-stasioner. Dalam konteks ini, untuk menilai apakah

negara-negara ASEAN merupakan suatu area mata uang yang optimal

menggunakan konsep G-PPP, penelitian ini melakukan uji kointegrasi multilateral

Johansen untuk sembilan nilai tukar riil dengan syarat lebih dari satu kointegrasi

bilateral diverifikasi pada uji kointegrasi sebelumnya. Penelitian ini menggunakan

Page 57: File Utuh Tugas Akhir

45  

Universitas Indonesia 

asumsi data level nilai tukar riil tidak memiliki tren deterministik dan persamaan

kointegrasi memiliki intersep tanpa tren yang tak terbatas (unrestricted intercepts

without trends), mengikuti spesifikasi model yang disajikan oleh Enders dan Hurn

(Taguchi, 2010). 1

Tabel 4.7 Hasil uji kointegrasi multilateral Johansen

*Level signifikansi 5%

At most 7 12.97398 10.18751At most 8 2.786471 2.786471

At most 5 44.3359 18.03372At most 6 26.30218 13.3282

At most 3 95.48563 30.78278At most 4 64.70285 20.36696

At most 1 189.0621* 51.0765At most 2 137.9856* 42.49992

None 252.7298* 63.66771*

Hypothesized Trace Max-EigenNo. of CE(s) Statistic Statistic

Tabel 4.7 memperlihatkan jumlah vektor kointegrasi berdasarkan hasil trace

test dan maximum eigenvalue test pada kawasan ASEAN. Pada tingkat kawasan,

hasil uji kointegrasi Johansen multivariat mengkonfirmasi adanya hubungan

kointegrasi antara nilai tukar riil dari negara-negara ASEAN. Hasil dari

kointegrasi Johansen menolak hipotesis nol bahwa vektor kointegrasi adalah nol

pada tingkat 5% yang signifikan di seluruh kawasan ASEAN. Trace test dan

maximum eigenvalue test masing-masing mengindikasikan adanya tiga dan satu

vektor kointegrasi. Ini adalah bukti yang mendukung atas kebenaran G-PPP dan

kemungkinan OCA di wilayah ini.

Implikasi dari temuan ini adalah bahwa adanya kointegrasi antara nilai tukar

riil dari negara-negara ASEAN menunjukkan bahwa nilai tukar riil cukup saling

berhubungan dan memiliki tren stokastik bersama dalam jangka panjang.

1 Untuk detail lebih lanjut, pembaca dapat merujuk pada: Enders, W., & Hurn, S. (1994). Theory and tests of generalized purchasing-power parity: Common trends and real exchange rates in the Pacific Rim. Review of International Economics, 2, 179−190.

Page 58: File Utuh Tugas Akhir

46  

Universitas Indonesia 

Penemuan lebih dari satu vektor kointegrasi multilateral memungkinkan estimasi

selanjutnya menggunakan ECM.

Uji kointegrasi multilateral (Lampiran 5) menghasilkan persamaan berikut:

74.72708 BND – 2.463033 SGD + 12.48433 MMK – 105.1691 KHR – 58.38637 THB + 77.63582 VND + 232.6196 MYR – 12.52765 IDR – 60.22469 PHP + 141.6488 = 0

(4.1)

Persamaan (4.1) membuktikan bahwa teori PPP tidak berlaku. Koefisien

yang bernilai besar menunjukkan pola parameter permintaan agregat yang

berbeda antara sepasang negara (Enders & Hurn, 1994 dalam Mishra & Sharma,

2010). Sedangkan koefisien yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan negara

lainnya mungkin berarti bahwa negara tersebut memiliki parameter permintaan

lebih mirip terhadap negara lainnya.

4.2.4 Error Correction Model (ECM)

Normalized coefficients

Speed of adjustment parameters

IDR 1.000000 0.035281*BND -5.964971* 0.024562*SGD 0.196608 0.034938*MMK -0.996542* 0.01708KHR 8.394961* 0.004788THB 4.6606* 0.01999*VND -6.197156* 0.003373MYR -18.56849* 0.023217*PHP 4.80734* 0.011466

*Level signifikansi 5%

Tabel 4.8 Hasil estimasi ECM

Pada langkah terakhir, penelitian ini mengestimasi persamaan normalisasi

dari vektor kointegrasi dan parameter speed of adjustment untuk sistem nilai tukar

riil. Hasilnya dilaporkan dalam Tabel 4.8. Untuk mendapatkan persamaan

normalisasi dalam model, digunakan nilai tukar riil Rupiah Indonesia. Tidak ada

alasan khusus dalam pemilihan Rupiah Indonesia untuk menciptakan persamaan

normalisasi nilai tukar riil dan nilai tukar riil bilateral manapun bisa diterapkan

untuk tujuan tersebut. Koefisien normalisasi memberikan informasi tentang

Page 59: File Utuh Tugas Akhir

47  

Universitas Indonesia 

keterkaitan antara nilai tukar riil yang dianalisis dalam studi ini. Koefisien

normalisasi juga dapat diartikan sebagai elastisitas jangka panjang antara nilai

tukar riil (Mishra & Sharma, 2010).

Adapun persamaan kointegrasi (4.1) setelah dinormalisasi terhadap IDR

menghasilkan parameter jangka panjang sebagai berikut:

5.964971 BND – 0.196608 SGD + 0.996542 MMK – 8.394961 KHR – 4.660600 THB + 6.197156 VND + 18.56849 MYR –IDR – 4.807340 PHP + 11.30689 = 0

(4.2)

sehingga persamaan kointegrasi untuk nilai tukar riil Indonesia yang terbentuk

adalah:

IDR = 5.964971 BND – 0.196608 SGD + 0.996542 MMK – 8.394961 KHR (2.06008) (– 0.05245) (4.88883) (-6.14730)

– 4.660600 THB + 6.197156 VND + 18.56849 MYR – 4.807340 PHP + 11.30689 (-4.08793) (5.18433) (7.14671) (-4.18314) (2.20425)

(4.3)

Berdasarkan hasil estimasi ECM, terdapat beberapa asimetri dalam proses

penyesuaian nilai tukar dalam merespon setiap ketidakseimbangan dalam sistem.

Integrasi nilai tukar riil Indonesia dengan nilai tukar riil Singapura, Kamboja,

Thailand, dan Filipina adalah negatif sedangkan hubungannya dengan Brunei

Darussalam, Myanmar, Vietnam, dan Malaysia adalah positif. Apresiasi riil 1%

dalam mata uang Ringgit Malaysia mengarah pada kenaikan lebih dari 18% nilai

riil Rupiah Indonesia. Sedangkan depresiasi riil 1% dalam mata uang Riel

Kamboja menyebabkan kenaikan lebih dari 8% nilai riil Rupiah Indonesia.

Seluruh variabel signifikan kecuali Dollar Singapura.

Persamaan kointegrasi jangka panjang untuk nilai tukar riil negara-negara

ASEAN lainnya antara lain:

BND = 0.032960 SGD – 0.167066 MMK + 1.407377 KHR + 0.781328 THB (0.09910) (-4.85338) (5.81843) (4.14366)

– 1.038925 VND – 3.112923 MYR + 0.1667645 IDR+ 0.805929 PHP – 1.895548 (-5.69458) (-7.61390) (1.95621) (4.45998) (-1.96200)

(4.4)

Page 60: File Utuh Tugas Akhir

48  

Universitas Indonesia 

SGD = 30.33946 BND + 5.068682 MMK – 42.69902 KHR – 23.70507 THB (4.00199) (4.37933) (-6.50245) (-4.03721)

+ 31.52042 VND + 94.44439 MYR – 5.086271 IDR – 24.45144 PHP + 57.50993 (5.84074) (7.52510) (-2.01120) (-4.66362) (2.74224)

(4.5) MMK = – 5.985670 BND + 0.197290 SGD + 8.424091 KHR + 4.676772 THB

(-2.23771) (0.05000) (6.04503) (4.50152)

– 6.218661 VND – 18.63293 MYR+ 1.003470 IDR + 4.824022 PHP – 11.34613 (-5.13848) (-8.04499) (2.14040) (4.19353) (-1.77998)

(4.6) KHR = 0.710542 BND – 0.023420 SGD + 0.118707 MMK – 0.555166 THB

(2.00222) (-0.05541) (4.51176) (-4.70614)

+ 0.738200 VND + 2.211862 MYR – 0.119119 IDR – 0.572646 PHP + 1.346867 (5.29931) (7.94599) (-2.00873) (-4.21062) (2.24829)

(4.7) THB = 1.279872 BND – 0.042185 SGD + 0.213823 MMK – 1.801262 KHR

(2.00886) (-0.04847) (4.73332) (-6.63016)

+ 1.329691 VND + 3.984142 MYR – 0.214565 IDR – 1.031485 PHP + 2.426060 (5.15336) (7.58665) (-1.88192) (-4.51959) (1.75608)

(4.8) VND = – 0.962534 BND + 0.031725 SGD – 0.160806 MMK + 1.354647 KHR

(-2.18157) (0.05541) (-4.26957) (5.89959)

+ 0.752055 THB – 2.996293 MYR + 0.161364 IDR + 0.775733 PHP – 1.824529 (4.07224) (-9.34859) (1.88596) (5.53370) (-1.93393)

(4.9) MYR = – 0.321242 BND + 0.010588 SGD – 0.053668 MMK + 0.452108 KHR

(-2.09312) (0.05123) (-4.79681) (6.34788)

+ 0.250995 THB – 0.333746 VND + 0.053855 IDR + 0.258898 PHP – 0.608929 (4.30201) (-6.70849) (1.86563) (5.06642) (-1.68133)

(4.10) PHP = 1.240805 BND – 0.040897 SGD + 0.207296 MMK – 1.746280 KHR

(2.08541) (-0.05400) (4.25285) (-5.72135)

– 0.969476 THB + 1.289103 VND + 3.862529 MYR – 0.208015 IDR + 2.352006 (-4.35906) (6.75408) (8.61734) (-1.85735) (1.94151)

(4.11)

Koefisien kecepatan penyesuaian (speed of adjustment) menunjukkan

bagaimana kecepatan berbagai nilai tukar riil dalam sistem menyesuaikan

terhadap keseimbangan jangka panjang dalam menanggapi setiap kejutan (shock)

atau penyimpangan dari G-PPP (Mishra & Sharma, 2010). Hasil ini menjelaskan

seberapa cepat perubahan dalam nilai tukar riil dalam sistem cenderung untuk

Page 61: File Utuh Tugas Akhir

49  

Universitas Indonesia 

memperbaiki dirinya dalam kerangka VAR. Dari representasi error correction,

dapat diturunkan lamanya proses penyesuaian terhadap disekuilibrium bagi setiap

nilai tukar sebagai berikut:

1. IDR membutuhkan waktu ± 28 bulan (setiap bulan terjadi penyesuaian sebesar

3,53% dari kondisi disekuilibrium).

2. BND membutuhkan waktu ± 41 bulan (setiap bulan terjadi penyesuaian

sebesar 2,46% dari kondisi disekuilibrium).

3. SGD membutuhkan waktu ± 29 bulan (setiap bulan terjadi penyesuaian

sebesar 3,49% dari kondisi disekuilibrium).

4. MMK membutuhkan waktu ± 59 bulan (setiap bulan terjadi penyesuaian

sebesar 1,71% dari kondisi disekuilibrium).

5. KHR membutuhkan waktu ± 209 bulan (setiap bulan terjadi penyesuaian

sebesar 4,79% dari kondisi disekuilibrium).

6. THB membutuhkan waktu ± 50 bulan (setiap bulan terjadi penyesuaian

sebesar 2% dari kondisi disekuilibrium).

7. VND membutuhkan waktu ± 296 bulan (setiap bulan terjadi penyesuaian

sebesar 0,34% dari kondisi disekuilibrium).

8. MYR membutuhkan waktu ± 43 bulan (setiap bulan terjadi penyesuaian

sebesar 2,32% dari kondisi disekuilibrium).

9. PHP membutuhkan waktu ± 87 bulan (setiap bulan terjadi penyesuaian

sebesar 1,15% dari kondisi disekuilibrium).

Penyesuaian tercepat dilakukan oleh Rupiah Indonesia dan Dollar

Singapura, yaitu sekitar 2,5 tahun. Sedangkan Dong Vietnam membutuhkan

waktu terlama dalam meningkatkan pergerakan nilai tukarnya untuk mencapai

ekuilibrium (hampir 25 tahun). Koefisien penyesuaian nilai tukar riil negara-

negara yang tidak signifikan, seperti Myanmar, Kamboja, Vietnam, dan Filipina,

menunjukkan kemungkinan bahwa nilai tukar negara-negara tersebut eksogen

lemah (Mishra & Sharma, 2010) atau tidak mempunyai kontribusi yang signifikan

dalam memicu co-movement dari variabel-variabel yang berkointegrasi.

Page 62: File Utuh Tugas Akhir

50  Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Integrasi di kawasan ASEAN telah mengalami perkembangan yang

signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini dapat diamati dari kenaikan

perdagangan intra-regional dan arus investasi di kawasan ini. Suku bunga dalam

kerjasama moneter dan nilai tukar negara-negara ASEAN juga telah kembali

membaik pada periode pasca-krisis di Asia dan integrasi negara-negara ini dalam

hubungan perdagangan telah mengalami peningkatan yang cukup besar.

Terdapat sejumlah inisiatif yang mendukung adanya hubungan ekonomi dan

keuangan yang lebih besar, salah satunya adalah pembentukan Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA). MEA pada akhirnya akan mengarah pada penggunaan

mata uang lokal dalam perdagangan intra-regional ASEAN. Menyangkut inisiatif

tersebut, tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memeriksa pergerakan

bersama (co-movement) nilai tukar riil ASEAN dan memberikan bukti lebih lanjut

apakah negara-negara ASEAN berpotensi membentuk Optimum Currency Area

(OCA) atau tidak serta penyesuaian-penyesuaian yang harus dilakukan supaya

pembentukan OCA lebih potensial.

Penelitian ini memeriksa kelayakan ekonomi pembentukan blok mata uang

regional di ASEAN, dengan mengadopsi pendekatan Generalized Purchasing

Power Parity (G-PPP). G-PPP bertujuan untuk mengidentifikasi adanya

kecenderungan common trends dalam nilai tukar riil di antara sekelompok negara.

Secara khusus, penelitian ini melakukan estimasi kointegrasi bilateral dan

multilateral nilai tukar riil dengan sampel dari sepuluh negara ASEAN selama

periode pasca-krisis 1997-1998. Uji korelasi nilai tukar sepuluh negara ASEAN

menunjukkan bahwa nilai tukar bergerak pada arah dan derajat yang sama.

Sebelum variabel nilai tukar riil diestimasi, terlebih dahulu dilakukan uji

derajat integrasi dan pemilihan lag optimum. Hasil uji derajat integrasi

menunjukkan bahwa nilai tukar riil Laos stasioner pada order nol dan nilai tukar

kesembilan negara ASEAN lainnya stasioner pada order satu. Selanjutnya, lag

optimum tanpa menyertakan nilai tukar riil Laos terdapat pada lag dua.

Page 63: File Utuh Tugas Akhir

51  

Universitas Indonesia

Pada tahap pertama estimasi, penelitian ini memeriksa kausalitas nilai tukar

riil bilateral untuk melihat hubungan timbal balik dan pengaruh kondisi masa lalu

terhadap kondisi sekarang. Uji kausalitas Granger menyimpulkan bahwa nilai

tukar riil antara Thailand dan Brunei Darussalam, Singapura dan Brunei

Darussalam, Myanmar dan Indonesia, Malaysia dan Kamboja, Singapura dan

Kamboja, serta Vietnam dan Singapura memiliki kausalitas bilateral. Sedangkan

Indonesia tidak memiliki kausalitas dua arah dengan Kamboja, Malaysia, dan

Singapura, menunjukkan bahwa nilai tukar Indonesia tidak bisa diprediksi oleh

pergerakan nilai tukar negara-negara tersebut.

Pada tahap kedua, penelitian ini menerapkan hipotesis G-PPP untuk

mengevaluasi potensi OCA untuk negara-negara ASEAN. Teori G-PPP

mendalilkan bahwa meskipun secara individu nilai tukar riil bilateral non-

stasioner tetapi dalam serikat mata uang harus ada setidaknya satu kombinasi

linear dari berbagai nilai tukar riil yang stasioner. Uji kointegrasi Engle-Granger

membuktikan bahwa Dollar Brunei Darussalam memiliki kointegrasi dengan

seluruh nilai tukar negara ASEAN dalam sampel kecuali dengan Indonesia.

Rupiah Indonesia hanya berkointegrasi jangka panjang dengan Kyat Myanmar.

Beberapa pasangan negara lainnya yang secara signifikan saling terkointegrasi

menunjukkan bahwa nilai tukar riil bilateral negara-negara ASEAN tersebut

berbagi tren stokastik bersama dan karenanya mereka memenuhi kriteria standar

minimum untuk membentuk serikat mata uang. Uji kointegrasi Johansen

memperkuat bukti tersebut dengan menghasilkan setidaknya satu vektor

kointegrasi di antara sembilan negara anggota ASEAN. Kointegrasi yang

ditemukan merupakan bukti yang mendukung G-PPP di kawasan ASEAN.

Penemuan lebih dari satu vektor kointegrasi multilateral memungkinkan

estimasi selanjutnya menggunakan ECM. ECM bertujuan untuk mengoreksi

keseimbangan jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang. Koefisien

normalisasi sebagai elastisitas jangka panjang antara nilai tukar riil menunjukkan

adanya beberapa asimetri dalam proses penyesuaian nilai tukar dalam merespon

setiap ketidakseimbangan dalam sistem. Sementara itu, koefisien speed of

adjustment menjelaskan bahwa semua negara harus melakukan penyesuaian untuk

mencapai ekuilibrium supaya OCA lebih potensial. Indonesia dan Singapura

Page 64: File Utuh Tugas Akhir

52  

Universitas Indonesia

memerlukan waktu penyesuaian dari disekuilibrium tercepat, yaitu sekitar 2,5

tahun.

Secara bilateral, Indonesia tidak terkointegrasi dengan negara-negara lain

dalam satu kawasan. Indonesia dinilai lebih konvergen dengan Singapura dan

tidak konvergen dengan negara-negara ASEAN lainnya. Dengan demikian respon

Rupiah akan lebih cepat stabil dalam menghadapi guncangan nilai tukar negara

ASEAN lainnya bila Rupiah bersatu dengan Dollar Singapura. Namun, baik

Rupiah Indonesia maupun Dollar Singapura sebaiknya mendasarkan nilai

tukarnya terhadap mata uang lain selain Dollar AS.

Secara umum, penelitian yang dilakukan memberikan hasil diantaranya:

1. Nilai tukar riil ASEAN bergerak pada arah dan derajat yang sama. Dengan

kata lain, terdapat co-movement pada mata uang negara-negara ASEAN. Ini

merupakan indikasi awal adanya kointegrasi.

2. Nilai tukar riil negara-negara ASEAN berkointegrasi jangka panjang atau

berbagi tren stokastik bersama dan karenanya memenuhi kriteria standar

minimum untuk membentuk serikat mata uang.

3. Negara-negara yang berkointegrasi harus sama-sama meningkatkan

pergerakan nilai tukarnya untuk mencapai ekuilibrium supaya OCA lebih

potensial.

5.2 Saran

Hasil penelitian kointegrasi bilateral dan multilateral menunjukkan bahwa

negara-negara ASEAN memenuhi kriteria standar minimum untuk membentuk

serikat mata uang. Namun, berdasarkan estimasi ECM, kesembilan negara

ASEAN masih memiliki respon yang asimetris terhadap shock. Pengadopsian

mata uang tunggal mungkin sulit dilakukan dalam waktu dekat untuk jangka

menegah atau panjang. Untuk itu, ASEAN masih perlu untuk meningkatkan

konvergensi nilai tukarnya.

Untuk dapat lebih mendorong terjadinya integrasi ekonomi dan keuangan,

maka perlu didukung oleh beberapa kebijakan. Adapun saran-saran bagi

pengambil kebijakan adalah sebagai berikut:

1. Memperkuat dasar dan pondasi perekonomian masing-masing negara,

khususnya bagi negara yang perekonomiannya masih rentan dan lemah agar

Page 65: File Utuh Tugas Akhir

53  

Universitas Indonesia

tidak tertinggal, misalnya Indonesia yang belum sepenuhnya terintegrasi

dengan negara-negara lain di dalam satu kawasan. Hendaknya para pengambil

kebijakan lebih berusaha meningkatkan keunggulan komparatif negara

masing-masing.

2. Menjaga stabilitas nilai tukar masing-masing negara, khususnya bagi negara

yang fluktuasi kursnya masih sangat rentan dan tidak stabil. Hal ini bertujuan

untuk mengurangi asimetri penyesuaian nilai tukar terhadap guncangan yang

terjadi dalam kawasan.

3. Meningkatkan keterbukaan perekonomian dan kerjasama bilateral di antara

negara-negara dalam kawasan ASEAN, terutama dalam liberalisasi

perdagangan dan perkembangan pasar keuangan. Tujuannya yaitu untuk lebih

meningkatkan hubungan kausalitas antar negara. Salah satu caranya adalah

dengan merealisasi pembentukan MEA yang diharapkan dapat memperkuat

pasar tunggal ASEAN dan mendorong pertumbuhan ekonomi negara-negara

anggotanya.

Selain saran-saran bagi pengambil kebijakan, studi empris ini membuka

peluang bagi pendekatan yang lebih lanjut terhadap pembuktian empiris yang

berkaitan dengan teori dan aplikasi OCA, khususnya di wilayah ASEAN.

Pengembangan dan saran yang diberikan diantaranya:

1. Penambahan atau pemilihan variabel-variabel kontrol yang diduga kuat

mempengaruhi seluruh mata uang atau nilai tukar yang diamati. Hal ini tidak

hanya dilakukan secara teoritis, melainkan juga dilakukan secara empiris

dengan menguji signifikansi variabel-variabel dugaan berdasarkan suatu

kriteria statistik tertentu. Kriteria yang dirujuk dalam teori OCA yang dapat

dijadikan variabel kontrol yaitu variabel ekonomi makro, seperti perbedaan

inflasi, pendapatan nasional, suku bunga, dan jumlah uang yang beredar.

2. Meneliti kemungkinan adanya mata uang dasar lain sebagai pembanding.

Pencantuman dua mata uang dasar yang berbeda memungkinkan untuk

memverifikasi apakah hasil peka dengan jarak dan pilihan mata uang dasar.

Mata uang yang bisa dijadikan jangkar adalah mata uang utama dunia yang

memiliki pengaruh keuangan dan hubungan perdagangan yang besar dengan

negara-negara ASEAN, misalnya Yen Jepang atau Dollar Hongkong.

Page 66: File Utuh Tugas Akhir

54  

Universitas Indonesia

3. Menguji beberapa restriksi parameter vektor kointegrasi dan speed of

adjustment di dalam ECM untuk menguji apakah parameter yang ditemukan

telah sesuai dengan hipotesis berdasarkan teori ekonomi dan keuangan oleh

karena tidak semua variabel terkointegrasi (tidak full rank).

4. Penggunaan metode Generalized Impulse Response Function dan Generalized

Forecasting Error Variance Decomposition. Hal ini bertujuan agar urutan

variabel dalam ordering tidak berpengaruh pada hasil penelitian yang

diperoleh. Generalized Impulse Response Function menentukan respon suatu

variabel endogen terhadap guncangan (shock) variabel tertentu dan berapa

lama (periode) pengaruh tersebut. Sedangkan Generalized Forecasting Error

Variance Decomposition memberi proporsi pengaruh pergerakan dalam

variabel-variabel dependen yang terkait dengan guncangan dari variabel itu

sendiri, di samping terhadap guncangan dari variabel-variabel lainnya.

5. Melakukan penelitian empiris tentang keberadaan OCA dengan pendekatan

SVAR dan analisis kluster. Model SVAR menjembatani antara teori ekonomi

dan keuangan dengan analisa time series dengan tujuan untuk menentukan

respon dinamis dari variabel-variabel ekonomi terhadap berbagai gangguan

atau shock yang terjadi dalam perekonomian. Dibandingkan dengan uji

kausalitas Granger yang digunakan dalam model VAR non struktural, SVAR

dibangun atas asumsi informasi berdasar teori dan kenyataan empiris untuk

membentuk restriksi yang digunakan untuk mengestimasi model (imposed

restrictions).  

Page 67: File Utuh Tugas Akhir

55  

Universitas Indonesia

DAFTAR REFERENSI

Ariefianto, M.D. (2006). Aplikasi Teori Optimum Currency Area pada Pergerakan Bersama Mata Uang ASEAN4 Periode 1997-2005 dengan Menggunakan Model VECM. [Tesis]. Depok: Universitas Indonesia.

Arifin, S., R. Winantyo, & Y. Kurniati (Ed.). (2007). Integrasi Keuangan dan Moneter di Asia Timur: Peluang dan Tantangan bagi Indonesia. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Arifin, S., R. A. Djaafara, & A. S. Budiman (Ed.). (2008). Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global. Jakarta: Elex Media Komputindo.

ASEAN Siapkan Mata Uang Lokal Dalam Perdagangan Regional. (2010, April 8). Warta Ekonomi. http://www.wartaekonomi.co.id

Baele, L., et al. (2004). Measuring Financial Integration in the Euro Area. Occasional Paper Series, No. 14/April 2004. European Central Bank.

Baldwin, R. & Wyplosz, C. (2006). The Economics of European Integration (2nd ed). McGraw Hill.

Bautista, R. M. (2003). Exchange Rate Policy in Philippine Development, Research Paper Series, No.2003-01, Philippine Institute for Development Studies.

Bernstein, D.J. (2000). Generalized Purchasing Power Parity and the Case of the European Union as a Successful Currency Area. Atlantic Economic Journal, 28, 4; ABI/INFORM Global pg.385.

Biro Riset Ekonomi Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter. (2008). Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2012, Integrasi Ekonomi ASEAN dan Prospek Perekonomian Nasional. Jakarta: Bank Indonesia.

Capanelli, G. & J. Menon (Ed.). (2010). Dealing with Multiple Currencies in Transitional Economies: The Scope for Regional Cooperation in Cambodia, The Lao People's Democratic Republic, and Viet Nam. Manila: Asian Development Bank.

Choudhry, T. (2005). Asian Currency Crisis and the Generalized PPP: Evidence from the Far East. Asian Economic Journal, 19: 137–157.

Enders, W. (1995). Applied Econometric Time Series. New York: John Wiley & Son, Inc.

Engle, R.F. & C. W. J. Granger. (1987). Co-Integration and Error Correction: Representation, Estimation, and Testing. Econometrica, Vol. 55, No. 2. (Mar., 1987), pp. 251-276. http://links.jstor.org/sici?sici=0012-9682%28198703%2955%3A2%3C251%3ACAECRE%3E2.0.CO%3B2-T

Gujarati, D. (2004), Basic Econometric (4th ed). The McGraw-Hill Companies. Hady, Hamdy. (2008). Manajemen Keuangan Internasional (4th ed). Jakarta:

Penerbit YAI. Haug, A. A., MacKinnon, J.G., & Michelis, L. (2000). European Monetary Union:

a cointegration analysis. Journal of International Money and Finance, 19, 419-432.

Page 68: File Utuh Tugas Akhir

56  

Universitas Indonesia

Huang Y., Guo F. (2006). Is currency union a feasible option in East Asia? A multivariate structural VAR approach. Research in International Business and Finance, 20 (1), pp. 77-94.

International Monetary Fund. (2010, September). International Financial Statistics. http://www.imfstatistics.org/imf/

Lee, Minsoo. (2003). Common Trend and Common Currency: Australia and New Zealand. International Journal of Business and Economics, Vol 2, No 2, 155-165.

Lee, Yoong Yoong. (2009, April 21). Is Asean ready for a common currency? The Straits Times.

McKinnon, R. I. (1963). Optimum Currency Areas. American Economic Review, 53: 717-724.

Mishra, R. K. & C. Sharma. (2010). Real exchange rate behavior and optimum currency area in East Asia: Evidence from Generalized Purchasing Power Parity. International Review of Financial Analysis, 19 205–213.

Mundell, R. (1961). A Theory of Optimum Currency Areas. American Economics Review, 51: 657-665.

Nachrowi, D. N. &H. Usman. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.

Oanda. (2010, September). Historical Exchange Rate. http://www.oanda.com/currency/historical-rates

Ong Keng Yong. (2004, February). Towards Asean Financial Integration. Remarks at the Economix 2004 Conference, University of Indonesia.

Quah, C. H. & Crowley, P. M. (2010). Monetary Integration in East Asia: A Hierarchical Clustering Approach. International Finance, 13: 283–309.

Sulit Wujudkan Mata Uang Tunggal ASEAN. (2010, April 22). Bisnis Jakarta. http://issuu.com/epaper-kmb/docs/bjk22042010

Taguchi Hiroyuki. (2010). Feasibility of Currency Unions in Asia― An Assessment Using Generalized Purchasing Power Parity ―. Policy Research Institute, Ministry of Finance, Japan, Public Policy Review, Vol.6, No.5, June 2010.

Thoha, Asep. (2010, April 8). BI Kaji Penggunaan Mata Uang Lokal ASEAN. Media Indonesia. http://www.mediaindonesia.com

Towards the Asean Community: from Vision to Action. (2010, April 9). Chairman’s Statement of the 16th ASEAN Summit, Ha Noi, Vietnam. http://www.aseansec.org/24509.htm

Woo Kai-Yin. (1999). Cointegration Analysis of the Intensity of the ERM Currencies Under the European Monetary System. Journal of International Financial Markets, Institutions and Money, 9, 393-405.

Page 69: File Utuh Tugas Akhir

57  

LAMPIRAN

Page 70: File Utuh Tugas Akhir

58  

Page 71: File Utuh Tugas Akhir

59  

Page 72: File Utuh Tugas Akhir

60  

Page 73: File Utuh Tugas Akhir

61  

Page 74: File Utuh Tugas Akhir

62  

Page 75: File Utuh Tugas Akhir

63  

Page 76: File Utuh Tugas Akhir

64  

Page 77: File Utuh Tugas Akhir

65  

Page 78: File Utuh Tugas Akhir

66  

Page 79: File Utuh Tugas Akhir

67  

Page 80: File Utuh Tugas Akhir

68  

Page 81: File Utuh Tugas Akhir

69  

Page 82: File Utuh Tugas Akhir

70  

Page 83: File Utuh Tugas Akhir

71  

Page 84: File Utuh Tugas Akhir

72  

Page 85: File Utuh Tugas Akhir

73  

Page 86: File Utuh Tugas Akhir

74  

Page 87: File Utuh Tugas Akhir

75  

Page 88: File Utuh Tugas Akhir

76  

Page 89: File Utuh Tugas Akhir

77  

Page 90: File Utuh Tugas Akhir

78  

Page 91: File Utuh Tugas Akhir

79  

Lampiran 2 Lag optimum VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: BND IDR KHR MMK MYR PHP SGD THB VND Exogenous variables: C Date: 12/06/10 Time: 17:52 Sample: 1999M07 2010M06 Included observations: 109

Lag LogL LR FPE AIC SC HQ

0 2599.488 NA 1.84e-32 -47.53189 -47.30967 -47.44177 1 3660.111 1926.635 2.89e-40* -65.50662 -63.28440* -64.60543* 2 3741.482 134.3740* 2.95e-40 -65.51342* -61.29122 -63.80116 3 3809.996 101.8285 3.99e-40 -65.28433 -59.06213 -62.76100 4 3875.281 86.24843 6.17e-40 -64.99598 -56.77379 -61.66159 5 3947.309 83.26171 9.37e-40 -64.83136 -54.60918 -60.68589 6 4037.560 89.42287 1.19e-39 -65.00110 -52.77892 -60.04456

* indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion

 

Page 92: File Utuh Tugas Akhir

80  

Lampiran 3 Uji kausalitas Granger Pairwise Granger Causality Tests Date: 11/24/10 Time: 01:01 Sample: 1999M07 2010M06 Lags: 2

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.

IDR does not Granger Cause BND 122 2.50371 0.0862 BND does not Granger Cause IDR 2.36399 0.0985

KHR does not Granger Cause BND 122 7.69571 0.0007 BND does not Granger Cause KHR 0.87616 0.4191

MMK does not Granger Cause BND 117 2.72431 0.0699 BND does not Granger Cause MMK 1.55847 0.2150

MYR does not Granger Cause BND 122 3.02721 0.0523 BND does not Granger Cause MYR 0.00373 0.9963

PHP does not Granger Cause BND 122 6.05533 0.0031 BND does not Granger Cause PHP 2.41290 0.0940

SGD does not Granger Cause BND 122 6.33555 0.0024 BND does not Granger Cause SGD 4.21285 0.0171

THB does not Granger Cause BND 122 4.44911 0.0137 BND does not Granger Cause THB 5.31351 0.0062

VND does not Granger Cause BND 122 4.72407 0.0106 BND does not Granger Cause VND 1.23377 0.2950

KHR does not Granger Cause IDR 130 0.63002 0.5343 IDR does not Granger Cause KHR 1.99718 0.1400

MMK does not Granger Cause IDR 123 4.60863 0.0118 IDR does not Granger Cause MMK 5.31835 0.0061

MYR does not Granger Cause IDR 130 0.51921 0.5963 IDR does not Granger Cause MYR 1.45550 0.2372

PHP does not Granger Cause IDR 130 0.07163 0.9309 IDR does not Granger Cause PHP 2.42994 0.0922

SGD does not Granger Cause IDR 130 0.43870 0.6459 IDR does not Granger Cause SGD 2.66265 0.0737

THB does not Granger Cause IDR 130 0.23267 0.7928 IDR does not Granger Cause THB 5.17016 0.0070

VND does not Granger Cause IDR 130 0.04907 0.9521 IDR does not Granger Cause VND 7.46228 0.0009

MMK does not Granger Cause KHR 123 2.71889 0.0701 KHR does not Granger Cause MMK 1.44971 0.2388

MYR does not Granger Cause KHR 130 6.97821 0.0013 KHR does not Granger Cause MYR 3.07456 0.0497

Page 93: File Utuh Tugas Akhir

81  

Lampiran 3 Uji kausalitas Granger (lanjutan)

PHP does not Granger Cause KHR 130 8.31204 0.0004 KHR does not Granger Cause PHP 0.03553 0.9651

SGD does not Granger Cause KHR 130 3.11421 0.0479 KHR does not Granger Cause SGD 10.5578 6.E-05

THB does not Granger Cause KHR 130 8.13136 0.0005 KHR does not Granger Cause THB 0.55583 0.5750

VND does not Granger Cause KHR 130 6.80975 0.0016 KHR does not Granger Cause VND 0.32128 0.7258

MYR does not Granger Cause MMK 123 0.82038 0.4428 MMK does not Granger Cause MYR 1.19927 0.3051

PHP does not Granger Cause MMK 123 1.13230 0.3258 MMK does not Granger Cause PHP 4.11731 0.0187

SGD does not Granger Cause MMK 123 0.11821 0.8886 MMK does not Granger Cause SGD 3.91503 0.0226

THB does not Granger Cause MMK 123 1.02248 0.3629 MMK does not Granger Cause THB 2.82604 0.0633

VND does not Granger Cause MMK 123 0.34348 0.7100 MMK does not Granger Cause VND 8.61990 0.0003

PHP does not Granger Cause MYR 130 4.68085 0.0110 MYR does not Granger Cause PHP 0.02507 0.9752

SGD does not Granger Cause MYR 130 0.54535 0.5810 MYR does not Granger Cause SGD 2.93379 0.0569

THB does not Granger Cause MYR 130 5.00928 0.0081 MYR does not Granger Cause THB 0.56821 0.5680

VND does not Granger Cause MYR 130 1.25788 0.2878 MYR does not Granger Cause VND 6.24408 0.0026

SGD does not Granger Cause PHP 130 0.35607 0.7011 PHP does not Granger Cause SGD 5.72908 0.0042

THB does not Granger Cause PHP 130 4.34370 0.0150 PHP does not Granger Cause THB 0.34793 0.7068

VND does not Granger Cause PHP 130 0.80012 0.4516 PHP does not Granger Cause VND 5.87173 0.0037

THB does not Granger Cause SGD 130 6.05034 0.0031 SGD does not Granger Cause THB 2.51406 0.0850

VND does not Granger Cause SGD 130 3.15648 0.0460 SGD does not Granger Cause VND 3.59465 0.0303

VND does not Granger Cause THB 130 0.52174 0.5948 THB does not Granger Cause VND 11.2829 3.E-05

Page 94: File Utuh Tugas Akhir

82  

 

  

BN

D =

-0.0

7283

691

+0.

0707

4950

8534

7*ID

RSG

D =

0.14

1564

111

+0.

0700

1727

0552

9*M

MK

(-0.7

9215

9)(3

.060

397)

***

(17.

9324

5)**

*(7

.629

099)

***

BN

D =

-0.9

5955

4658

+0.

3256

9889

6296

*KH

RSG

D =

-0.4

8958

6944

+1.

2350

3844

279*

MY

R(-

10.5

5281

) ***

(12.

8469

6)**

*(-1

7.05

375)

***

(23.

9719

7)**

*

BN

D =

0.18

9357

92+

0.02

3979

2988

222*

MM

KSG

D =

-0.5

6405

337

+0.

4484

1552

2626

*PH

P(2

8.10

880)

***

(2.9

9635

8)**

*(-1

9.50

867)

***

(26.

3767

8)**

*B

ND

=-0

.181

1293

75+

0.69

8738

7927

19*M

YR

SGD

=-0

.560

5304

66+

0.47

9974

3853

06*T

HB

(-5.

7523

08) *

**(1

2.38

287)

***

(-13.

6795

4)**

*(1

8.52

422)

***

BN

D =

-0.2

1514

6545

+0.

2486

3853

6638

*PH

PSG

D =

-2.0

8554

9316

+0.

5450

4773

9437

*VN

D(-

6.24

7367

) ***

(12.

3093

0)**

*(-2

5.71

627)

***

(28.

1610

8)**

*

BN

D =

0.09

0070

557

+0.

5922

4701

5036

*SG

DM

MK

=-1

0.12

3884

92+

2.75

2192

4325

1*ID

R(1

4.34

336)

***

(19.

0532

4)**

*(-2

0.62

47) *

**(2

2.32

137)

***

BN

D =

-0.1

6693

7798

+0.

2373

0340

3085

*TH

BM

MK

=-9

.567

4177

5+

2.89

9132

443*

KH

R(-

3.98

0756

) ***

(8.9

5766

2)**

*(-7

.241

608)

***

(7.8

7121

4)**

*

BN

D =

-0.9

9204

2729

+0.

2863

9775

3023

*VN

DM

MK

=-2

.912

9817

02+

6.70

6748

4946

5*M

YR

(-9.

6824

81) *

**(1

1.71

839)

***

(-6.4

4622

4)**

*(8

.290

407)

***

SGD

=-0

.760

0075

95+

0.24

0942

6557

1*ID

RM

MK

=-4

.578

7311

89+

3.41

7954

0504

2*TH

B(-

7.03

6435

) ***

(8.8

7216

6)**

*(-1

1.56

564)

***

(13.

6716

8)**

*

SGD

=-1

.949

1058

33+

0.59

8994

2140

62*K

HR

(-26

.747

45) *

**(2

9.46

847)

***

Leve

l sig

nifik

ansi

: *: 1

0%; *

*: 5

%; *

**: 1

%

Reg

resi

nila

i tuk

ar r

iil b

ilate

ral

Page 95: File Utuh Tugas Akhir

83  

 

MM

K =

-2.9

7428

3932

+2.

2353

4189

758*

PHP

THB

=0.

2394

2119

8+

0.78

9068

5092

2*PH

P(-6

.245

020)

***

(7.9

9451

4)**

*(4

.474

883)

***

(25.

0823

1)**

*M

MK

=-1

1.66

0821

91+

2.98

0079

1432

8*V

ND

THB

=-2

.113

5430

81+

0.8

8168

8810

438*

VN

D(-8

.869

356)

***

(9.5

0207

8)**

*(-1

0.31

014)

***

(18.

0217

1)**

*

KH

R =

2.27

7388

479

+0.

3287

5690

6158

*ID

RV

ND

=2.

5679

2525

8+

0.40

7869

5242

74*I

DR

(12.

6806

7)**

*(7

.280

502)

***

(13.

9416

7)**

*(8

.807

139)

***

KH

R =

2.53

6538

938

+1.

8824

0215

371*

MY

RV

ND

=3.

1073

8934

1+

1.94

3968

0841

9*M

YR

(52.

1432

1)**

*(2

1.56

263)

***

(49.

7977

8)**

*(1

7.35

948)

***

KH

R =

2.45

1490

494

+0.

6667

2038

8431

*PH

PV

ND

=2.

8837

8132

3+

0.76

8410

3407

39*P

HP

(44.

8941

4)**

*(2

0.76

524)

***

(61.

2196

6)**

*(2

7.74

314)

***

KH

R =

2.52

5851

246

+0.

6699

1097

7961

*TH

BM

YR

=-0

.169

9146

17+

0.18

2756

2181

48*I

DR

(34.

1286

4)**

*(1

3.47

569)

***

(-2.

2027

87) *

*(9

.423

129)

***

KH

R =

0.01

4797

375

+ 0

.852

0398

0409

9*V

ND

MY

R =

0.00

6634

295

+0.

3237

0084

0553

*PH

P-0

.120

176

(28.

9949

2)**

*(-

0.29

4483

)(2

4.43

671)

***

THB

=-0

.686

5392

48+

0.57

0125

0800

75*I

DR

IDR

=2.

6294

0843

5+

0.79

2580

7201

91*P

HP

(-4.9

2739

3)**

*(1

6.27

433)

***

(18.

3563

5)**

*(9

.410

347)

***

THB

=0.

4190

6651

3+

2.08

5979

0206

6*M

YR

(6.9

1684

8)**

*(1

9.18

529)

***

Leve

l sig

nifik

ansi

: *: 1

0%; *

*: 5

%; *

**: 1

%

Reg

resi

nila

i tuk

ar r

iil b

ilate

ral (

lanj

utan

)

Page 96: File Utuh Tugas Akhir

84  

Lampiran 4 Uji kointegrasi bilateral Engle-Granger (lanjutan)

Residual Kointegrasi bilateral

-.04

-.02

.00

.02

00 02 04 06 08 10

RESBNDSGD

-.06

-.04

-.02

.00

.02

.04

00 02 04 06 08 10

RESBNDMMK

-.06

-.04

-.02

.00

.02

.04

00 02 04 06 08 10

RESBNDKHR

-.04

-.02

.00

.02

.04

00 02 04 06 08 10

RESBNDTHB

-.04

-.02

.00

.02

.04

00 02 04 06 08 10

RESBNDVND

-.04

-.02

.00

.02

.04

00 02 04 06 08 10

RESBNDMYR

-.06

-.04

-.02

.00

.02

.04

00 02 04 06 08 10

RESBNDIDR

-.04

-.02

.00

.02

.04

00 02 04 06 08 10

RESBNDPHP

-.06

-.04

-.02

.00

.02

.04

00 02 04 06 08 10

RESIDSGDMMK

-.04

-.02

.00

.02

.04

00 02 04 06 08 10

RESIDSGDKHR

-.04

-.02

.00

.02

.04

.06

00 02 04 06 08 10

RESIDSGDTHB

-.04

-.02

.00

.02

.04

00 02 04 06 08 10

RESIDSGDVND

-.04

-.02

.00

.02

.04

00 02 04 06 08 10

RESIDSGDMYR

-.06

-.04

-.02

.00

.02

.04

00 02 04 06 08 10

RESIDSGDIDR

-.04

-.02

.00

.02

.04

00 02 04 06 08 10

RESIDSGDPHP

-.4

-.2

.0

.2

.4

.6

00 02 04 06 08 10

RESIDMMKKHR

-.2

.0

.2

.4

.6

00 02 04 06 08 10

RESIDMMKTHB

-.2

.0

.2

.4

.6

00 02 04 06 08 10

RESIDMMKVND

Page 97: File Utuh Tugas Akhir

85  

Lampiran 4 Uji kointegrasi bilateral Engle-Granger (lanjutan)

Residual Kointegrasi bilateral (lanjutan)

-.4

-.2

.0

.2

.4

00 02 04 06 08 10

RESIDMMKMYR

-.4

-.2

.0

.2

.4

00 02 04 06 08 10

RESIDMMKIDR

-.2

.0

.2

.4

.6

00 02 04 06 08 10

RESIDMMKPHP

-.08

-.04

.00

.04

.08

00 02 04 06 08 10

RESIDKHRTHB

-.04

-.02

.00

.02

.04

00 02 04 06 08 10

RESIDKHRVND

-.08

-.04

.00

.04

.08

00 02 04 06 08 10

RESIDKHRMYR

-.10

-.05

.00

.05

.10

00 02 04 06 08 10

RESIDKHRIDR

-.050

-.025

.000

.025

.050

00 02 04 06 08 10

RESIDKHRPHP

-.10

-.05

.00

.05

00 02 04 06 08 10

RESIDTHBVND

-.08

-.04

.00

.04

.08

00 02 04 06 08 10

RESIDTHBMYR

-.08

-.04

.00

.04

.08

00 02 04 06 08 10

RESIDTHBIDR

-.08

-.04

.00

.04

.08

00 02 04 06 08 10

RESIDTHBPHP

-.10

-.05

.00

.05

00 02 04 06 08 10

RESIDVNDMYR

-.10

-.05

.00

.05

.10

00 02 04 06 08 10

RESIDVNDIDR

-.06

-.04

-.02

.00

.02

.04

00 02 04 06 08 10

RESIDVNDPHP

-.04

-.02

.00

.02

.04

00 02 04 06 08 10

RESIDMYRIDR

-.04

-.02

.00

.02

.04

00 02 04 06 08 10

RESIDMYRPHP

-.1

.0

.1

.2

00 02 04 06 08 10

RESIDIDRPHP

Page 98: File Utuh Tugas Akhir

86  

Page 99: File Utuh Tugas Akhir

87  

Page 100: File Utuh Tugas Akhir

88  

Page 101: File Utuh Tugas Akhir

89  

Page 102: File Utuh Tugas Akhir

90  

Page 103: File Utuh Tugas Akhir

91  

Page 104: File Utuh Tugas Akhir

92  

Page 105: File Utuh Tugas Akhir

93  

Page 106: File Utuh Tugas Akhir

94  

Page 107: File Utuh Tugas Akhir

95  

Page 108: File Utuh Tugas Akhir

96  

Page 109: File Utuh Tugas Akhir

97  

Page 110: File Utuh Tugas Akhir

98  

Page 111: File Utuh Tugas Akhir

99