filantropi dalam gerakan muhammadiyahdigilib.uin-suka.ac.id/39843/1/17300016004_bab i_v_daftar...
TRANSCRIPT
FILANTROPI DALAM GERAKAN MUHAMMADIYAH
DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Studi Living Hadis)
Oleh: Rohmansyah
NIM: 17300016004
DISERTASI
Diajukan kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Doktor dalam Bidang Studi Islam Konsentrasi Studi Al-Qur’an dan Hadis
YOGYAKARTA 2020
ii
PENGESAHAN REKTOR
Judul Disertasi : FILANTROPI DALAM GERAKAN
MUHAMMADIYAH DI DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
(Studi Living Hadis)
Ditulis Oleh : Rohmansyah, S.Th.I., M.Hum
NIM : 17300016004
Program/Prodi : Doktor (S3)/ Studi Islam
Konsentrasi : Studi Al-Qur’an dan Hadis
Telah dapat diterima Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Doktor
(Dr.) dalam Bidang Studi Islam
Yogyakarta, 16 Juli 2020
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SUNAN KALIJAGA
PASCASARJANA
iii
YUDISIUM
BISMILLᾹḤIRRAḤMᾹNIRRAḤĪM
DENGAN MEMPERTIMBANGKAN JAWABAN PROMOVENDUS ATAS PERTANYAAN DAN KEBERATAN PARA PENILAI DALAM UJIAN TERTUTUP (PADA TANGGAL 28 FEBRUARI 2020), DAN SETELAH MENDENGAR JAWABAN PROMOVENDUS ATAS PERTANYAAN DAN SANGGAHAN PARA PENGUJI DALAM SIDANG UJIAN TERBUKA, MAKA KAMI MENYATAKAN, PROMOVENDUS, ROHMANSYAH NOMOR INDUK: 17300016004 LAHIR DI SUKABUMI, TANGGAL 15 JUNI 1984
LULUS DENGAN PREDIKAT:
PUJIAN(CUMLAUDE)/ SANGAT MEMUASKAN/ MEMUASKAN
KEPADA SAUDARA DIBERIKAN GELAR DOKTOR STUDI ISLAM KONSENTRASI STUDI AL-QUR’AN DAN HADIS, DENGAN SEGALA HAK DAN KEWAJIBAN YANG MELEKAT ATAS GELAR TERSEBUT.
SAUDARA MERUPAKAN DOKTOR KE-733
YOGYAKARTA, 16 JULI 2020
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SUNAN KALIJAGA
PASCASARJANA
iv
DEWAN PENGUJI UJIAN TERBUKA PROMOSI DOKTOR
Nama Promovendus : Rohmansyah ( ) NIM : 17300016004 Judul Disertasi : FILANTROPI DALAM GERAKAN
MUHAMMADIYAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Studi Living Hadis)
Ketua Sidang : Prof. Noorhaidi, M.A., M.Phil.,
Ph.D. ( )
Sekretaris Sidang : Ahmad Rafiq, M.A., Ph.D.
( )
Anggota Sidang : 1. Prof. Dr. H. Muh. Zuhri, M.A (Promotor/Penguji)
2. Dr. H. Agung Danarta, M.Ag (Promotor/Penguji)
3. Dr. H. Muhammad Alfatih Suryadilaga, M.Ag (Penguji)
4. Prof. Hilman Latief, M.A., Ph.D. (Penguji)
5. Dr. H. Hamim Ilyas, M.Ag (Penguji)
6. Dr. H. Syafiq Mahmadah Hanafi, M.Ag (Penguji)
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
Diujikan di Yogyakarta pada hari Rabu tanggal 16 Juli 2020 Tempat : Aula Lt. 1 Gd. Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Waktu : Pukul 13.30 WIB. S.d. Selesai Hasil/ Nilai (IPK) : 3.78 Predikat Kelulusan : Pujian (Cumlaude)/ Sangat Memuaskan/ Memuaskan
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SUNAN KALIJAGA
PASCASARJANA
v
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rohmansyah, S.Th.I., M.Hum NIM : 17300016004 Program/Prodi : Doktor (S3)/ Studi Islam Konsentrasi : Studi Al-Qur’an dan Hadis
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa disertasi ini secara
keseluruhan adalah hasil penelitian/karya sendiri, kecuali pada bagian-
bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Yogyakarta, 30 Mei 2020
Saya yang menyatakan,
Rohmansyah, S.Th.I., M.Hum NIM: 17300016004
vi
PENGESAHAN PROMOTOR
Promotor : Prof. Dr. H. Muh. Zuhri, M.A ( )
Promotor : Dr. H. Agung Danarta, M.Ag ( )
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SUNAN KALIJAGA
PASCASARJANA
vii
NOTA DINAS
Kepada Yth., Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Assalamu’alaikum wr. wb.
Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi terhadap naskah disertasi berjudul:
FILANTROPI DALAM GERAKAN MUHAMMADIYAH
DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
(Studi Living Hadis)
Yang ditulis oleh:
Nama : Rohmansyah, S.Th.I., M.Hum NIM : 17300016004 Program/Prodi : Doktor (S3)/ Studi Islam Konsentrasi : Studi Al-Qur’an dan Hadis
Sebagaimana disarankan dalam Ujian tertutup hari Jumat, 28 Februari
2020, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan
kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diujikan
dalam Ujian terbuka.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Yogyakarta, 29 Mei 2020
Promotor,
Prof. Dr. H. Muh. Zuhri, M.A
viii
NOTA DINAS
Kepada Yth., Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Assalamu’alaikum wr. wb.
Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi terhadap naskah disertasi berjudul:
FILANTROPI DALAM GERAKAN MUHAMMADIYAH
DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
(Studi Living Hadis)
Yang ditulis oleh:
Nama : Rohmansyah, S.Th.I., M.Hum NIM : 17300016004 Program/Prodi : Doktor (S3)/ Studi Islam Konsentrasi : Studi Al-Qur’an dan Hadis
Sebagaimana disarankan dalam Ujian tertutup hari Jumat, 28 Februari 2020, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diujikan dalam Ujian terbuka. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Yogyakarta, 29 Mei 2020
Promotor,
Dr. H. Agung Danarta, M.Ag
ix
NOTA DINAS
Kepada Yth., Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Assalamu’alaikum wr. wb.
Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi terhadap naskah disertasi berjudul:
FILANTROPI DALAM GERAKAN MUHAMMADIYAH
DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
(Studi Living Hadis)
Yang ditulis oleh:
Nama : Rohmansyah, S.Th.I., M.Hum NIM : 17300016004 Program/Prodi : Doktor (S3)/ Studi Islam Konsentrasi : Studi Al-Qur’an dan Hadis
Sebagaimana disarankan dalam Ujian tertutup hari Jumat, 28 Februari 2020, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diujikan dalam Ujian terbuka.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Yogyakarta, 11 Mei 2020
Penguji,
Dr. H. Muhammad Alfatih Suryadilaga, M.Ag
x
NOTA DINAS
Kepada Yth., Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Assalamu’alaikum wr. wb.
Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi terhadap naskah disertasi berjudul:
FILANTROPI DALAM GERAKAN MUHAMMADIYAH
DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
(Studi Living Hadis)
Yang ditulis oleh:
Nama : Rohmansyah, S.Th.I., M.Hum NIM : 17300016004 Program/Prodi : Doktor (S3)/ Studi Islam Konsentrasi : Studi Al-Qur’an dan Hadis
Sebagaimana disarankan dalam Ujian tertutup hari Jumat, 28 Februari 2020, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diujikan dalam Ujian terbuka. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Yogyakarta, 19 Mei 2020
Penguji,
Dr. H. Hamim Ilyas, M.Ag
xi
NOTA DINAS
Kepada Yth., Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Assalamu’alaikum wr. wb.
Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi terhadap naskah disertasi berjudul:
FILANTROPI DALAM GERAKAN MUHAMMADIYAH
DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
(Studi Living Hadis)
Yang ditulis oleh:
Nama : Rohmansyah, S.Th.I., M.Hum NIM : 17300016004 Program/Prodi : Doktor (S3)/ Studi Islam Konsentrasi : Studi Al-Qur’an dan Hadis
Sebagaimana disarankan dalam Ujian tertutup hari Jumat, 28 Februari 2020, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diujikan dalam Ujian terbuka. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Yogyakarta, 25 Mei 2020
Penguji,
Prof. Hilman Latief, M.A., Ph.D.
xii
NOTA DINAS
Kepada Yth., Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Assalamu’alaikum wr. wb.
Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi terhadap naskah disertasi berjudul:
FILANTROPI DALAM GERAKAN MUHAMMADIYAH
DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
(Studi Living Hadis)
Yang ditulis oleh:
Nama : Rohmansyah, S.Th.I., M.Hum NIM : 17300016004 Program/Prodi : Doktor (S3)/ Studi Islam Konsentrasi : Studi Al-Qur’an dan Hadis
Sebagaimana disarankan dalam Ujian tertutup hari Jumat, 28 Februari 2020, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diujikan dalam Ujian terbuka. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Yogyakarta, 16 Juli 2020
Penguji,
Dr. H. Syafiq Mahmadah Hanafi, M.Ag
xiii
ABSTRAK
Riset tentang filantropi Muhammadiyah dalam studi kajian living hadis sebelumnya belum ada yang meneliti, sehingga perlu dilakukan kajian. Filantropi (berderma) dilakukan Muhammadiyah dalam merespon kondisi sosial masyarakat tertindas yang berlansung sejak masa kolonial hingga sekarang yang dilandasi oleh Alquran dan hadis. Namun, hadis yang dijadikan landasan tidak banyak sehingga perlu dilakukan kajian studi living hadis. Karena hal itu, penelitian ini bertujuan untuk menjawab problem tersebut dengan menguraikan gerakan filantropi dan berbagai gejala sosial yang mempengaruhinya yang dilandasi oleh hadis Nabi.
Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah field research, yaitu penelitian lapangan yang dikombinasikan dengan penelitian literature (library research). Karena selain melakukan observasi dan wawancara, peneliti juga melakukan sebuah pencarian dokumen resmi dan beberapa buku karya para tokoh Muhammadiyah. Metode pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif-analisis dan sosiologi-historis yang difokuskan kepada tiga lembaga di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu pendidikan, kesehatan dan panti asuhan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini dibagi dua teori, yaitu teori living hadis dan teori sosial. Teori living hadis yang digunakan adalah teori resepsi yang terdiri dari tiga resepsi, yaitu resepsi exegesis, resepsi aestetis dan resepsi fungsional. Sedangkan teori sosialnya yang digunakan adalah kontruksi sosial dan sosiologi pengetahuan Peter L Berger dan Thomas Luckmann.
Hasil temuan dari penelitian ini adalah: Pertama, filantropi Muhammadiyah dimulai dari bawah (bottom up), berkelanjutan dan berkembang sampai sekarang seperti lembaga pendidikan, kesehatan dan panti asuhan yang dilandasi oleh hadis-hadis Nabi. Kedua, hadis-hadis filantropi dalam pendirian lembaga tersebut tidak banyak dan lebih cenderung kepada implementasinya tanpa memperhatikan aspek kualitas hadisnya, karena ditemukan sebagian hadisnya tidak ṣaḥīḥ. Ketiga, hadis-hadis filantropi menurut tiga teori resepsi; exegesis, aestetis dan fungsional memberikan penjelasan secara eksplisit bahwa hadis-hadis tersebut diterima, dipahami dan ditafsirkan baik secara tekstual maupun kontekstual, kemudian diamalkan dalam kehidupan sosial yang terlembaga. Keempat, gerakan filantropi Muhammadiyah yang dilandasi hadis-hadis Nabi dipengaruhi oleh faktor-faktor sosio-
xiv
historis yang terjadi di masa silam pada masa kolonial Belanda sekitar abad ke-19-20. Faktor-faktor tersebut adalah faktor sosial, ekonomi, politik dan budaya Jawa yang berkembang kala itu yang mendorong organisasi ini melakukan perubahan sosial dan pembaharuan (tajdīd) Islam untuk menghilangkan segala bentuk penindasan terhadap kaum tertindas dan mengajak masyarakat Jawa khususnya untuk kembali kepada ajaran yang murni, yakni ajaran Alquran dan Sunnah yang dilakukan secara berangsur-angsur. Hal ini mengantarkan organisasi ini menuju titik pusat kebertahanan dan keberkembangan sekalipun masih terdapat kekurangan dalam peningkatan kesejahteraan sosial dan kemanusiaan secara adil dan merata.
Kata kunci: Filantropi, Muhammadiyah, Hadis, dan Living hadis
xv
ABSTRACT
Philanthropy (donation) carried out by Muhammadiyah in responding to the social conditions of oppressed communities having taken place since the colonial period is based on the Qur’an and Hadith (tradition) despite the fact that the traditions used as a basis are not many; thus, a study of living hadith is needed. Because of this, this study aims to address this problem by describing the philanthropic movement and various social phenomena that influence it based on the traditions.
This research is a combination of field and literature research to simultaneously conduct observations and interviews and to search for official documents and several books by Muhammadiyah figures. The descriptive-analysis and sociological-historical approach is focused on three institutions in the Special Region of Yogyakarta, i.e., education, health and orphanages. The theory used in this study is divided into two theories, i.e., living hadith and social theories. The theory of living hadith used is reception theory which consists of three receptions, i.e., exegesis reception, aesthetic reception and functional theory while the social theory used is social construction and sociology of knowledge of Peter L Berger and Thomas Luckmann.
There are four main findings of this research. First, Muhammadiyah philanthropy starts from the bottom (bottom up), continuing and developing until now such as educational and health institutions as well as orphanages based on the traditions of the Prophet. Second, the philanthropic traditions in the establishment of these institutions are not many and are more inclined to their implementation without regard to the quality aspects of the traditions because some of the traditions found are not ṣaḥīḥ. Third, the philanthropic traditions according to three reception theories --exegesis, aesthetics and functional-- provide explicit explanation that the traditions are accepted and understood both textually and contextually, and then practiced in social life and institutionalized. Fourth, the Muhammadiyah philanthropic movement based on the hadith of the Prophet was influenced by socio-historical factors that occurred in the past during the Dutch colonial period around the 19-20th century. These factors included the social, economic, political and
xvi
cultural factors of Java that developed at that time which encouraged this organization to make social changes and reforms (tajdīd) of Islam to eliminate all forms of oppression and invite Javanese people in particular to return to pure teachings, that is, the teachings of the Qur’an and Sunnah carried out gradually. This has led this organization to become a focal point for survival and progress even though there are still shortcomings in the equitable balance in social welfare and humanity.
Keywords: Philanthropy, Muhammadiyah, Hadith, and Living Hadith
xvii
م�خص
ا���� � ا����ل ا���� ا����� � درا�� ا���د�� ا��� � ��� أ��
����� �� ���، ���� ���� �� ا���وري أداؤه. ا����ل ا���� ا�� ���� ��
ا������ ��� ا���ة ا������ر�� �� ا�ن ا����� ا������ ����وف ا��������
وا�� ���م ��� ا���آن ا���� وا���� ا�����. ��� ا��غ� �� ذ��، �����د��
ا�� �����م أ���� �� ���� ����، ���� ���� ��ور� ��را�� ا���د��
ا���. و��� ذ��، ������ ���ف إ� �� ��ه ا����� �� خ�ل و��
�� وا���ا�� ا�������� ا������ ا�� ���� ����� وا�� ����� إ� ا���� ا��
ا����.
���� ا���� ا�����م ��� �� ا���� ا���ا�، ��� ا���� ا���ا�
ا����ج �ع ا���� ا�د�. و����، ��م ا����� ���اء ا�����ت وا�����ت،
� ����� أش��ص ا�����.������ إ� ا����ر ��� ا���ئق ا����� وا���ب ا�
وا���� ا�����م � ��ا ا���� �� �� و��� ����� و�� ا������ �ر��
��� ���ز ��� ��ث �����ت � ا��ط�� ا���� �������ر�، و�� ا������،
وا����، ودار ا����م. و����� ا������ ا������� � ��ه ا���� إ� ����،
� وا������ ا��������. ����� ا���د�� ا��� ا������� و�� ����� ا���د�� ا��
�� ����� ا������ل ا�� ����ن �� ���� ا������ت، و�� ا�����ل ا�����،
وا������ل ا����، وا������ ا��ظ����. وا������ ا�������� ا������� �� ا����ء
����ن.ا����� ���� �ـ. ��غ� و����س ا������� و��������
، ا����ل ا���� ا����� أو�وا����ئ� ا�� ���� إ���� ��ا ا���� ��:
���أ �� ا���� )�� ا���� إ� ا����(، ������ و��ط�ر �� ا�ن، ���
xviii
، ����ا����� ا��������، وا����، ودار ا����م ��� أ��س ا���د�� ا������.
��� ا���د�� �� ا����ل ا���� � إ���ء ��ه ا�����ت �� أ��� ��� إ�
������� دون ا�����م ��ا�ب ��� ا����، �ن ��ض ا���د�� ����
، ا���د�� �� ا����ل ا���� و��� ���ث ����ت ا������ل؛ ���������.
�� أ��د�� ������ و������ ��� ا�����، وا����، وا��ظ���� ���م ���� ���� �
، را����� ��اء ��� و�����، � ��رس � ا���ة ا�������� وأ���� ������.
���� ا����ل ا���� ا����� ا���ئ�� ��� ا���د�� ا������ ���ت ����ا��
ا�������� وا���ر��� ا�� ���� � ا���� خ�ل ا���ة ا������ر�� ا�������
� ا���ن ا����ع ��� وا������ ا�����. ��ه ا���ا�� �� ا���ا�� ��ا
ا��������، وا�����د��، وا�������، وا������ ا��و�� ا�� �ط�رت ����� وا��
ش��� ��ه ا����� ��� إ��اء ���� وإ��ح ا������ )����( ����م ��
ع ا��وي ���� خ�ص أ�� ا����ء ��� ��ع أش��ل ��ع ا������ ود��ة ا���
����دة إ� ا������� ا�����، و�� ������ ا���آن وا���� ���� ��ر��. و�� أدى
��ا إ� أن ���� ��ه ا����� ��ط� ��ر�� �����ء وا����م ��� ا��غ� �� و��د
أو�� ���ر � ��� ا������� ا�������� وا������ ا���د�� وا�����.
�ل ا����، ا�����، ا����، ا���� ا��ا��� الك���ت ا�ف��حية:
xix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan
0543b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.
A. Konsonan Tunggal
Huruf
Arab Nama Huruf Latin Keterangan
Alif tidak dilambangkan اtidak
dilambangkan
ba’ b be ب
ta’ t te ت
ṡa’ ṡ ثes (dengan
titik di atas)
jim j je ج
ḥa ḥ حha (dengan
titik di bawah)
kha kh ka dan ha خ
dal d de د
żal ż ذzet (dengan
titik di atas)
ra’ r er ر
zai z zet ز
sin s es س
syin sy es dan ye ش
xx
ṣad ṣ صes (dengan
titik di bawah)
ḍad ḍ ضde (dengan
titik di bawah)
ṭa’ ṭ طte (dengan
titik di bawah)
ẓa’ ẓ ظzet (dengan
titik di bawah)
‘ ain‘ عkoma terbalik
di atas
gain g ge غ
fa’ f ef ف
qaf q qi ق
kaf k ka ك
lam l el ل
mim m em م
nun n en ن
wawu w we و
ha’ h ha ه
hamzah ‘ apostrof ء
ya’ y ye ي
B. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis rangkap
ditulis muta’aqqiddīn ����د�ن
ة�د ditulis ‘iddah
xxi
C. Ta’ Marbutah
1. Bila dimatikan ditulis h
��� ditulis hibbah
ditulis jizyah �ز��
(ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang
sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat,
dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya)
Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu
terpisah, maka ditulis h.
’ditulis karāmah al-auliyā �را�� ا����ء
2. Bila ta’ marbuṭah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah,
dan dhamah ditulis t.
�طرا� ز��ة ditulis zakātul fiṭri
D. Vocal Pendek
___________ kasrah ditulis i
____________ fathah ditulis a
____________ dammah ditulis u
xxii
E. Vocal Panjang
fathah + alif
������
ditulis
ditulis
ā
jāhiliyyah
fathah + ya’ mati
���ى
ditulis
ditulis
ā
yas’ā
kasrah + ya’ mati
�ر�م
ditulis
ditulis
ī
karīm
dammah + wawu
mati
�روض
ditulis
ditulis
ū
furūḍ
F. Vocal Rangkap
fathah + ya’ mati
����م
ditulis
ditulis
ai
bainakum
fathah + wawu mati
�ول
ditulis
ditulis
au
qaulun
G. Vocal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan
dengan Apostrof
ditulis a’antum أأ��م
ditulis u’idat أ�دت
ditulis la’in syakartum �ئن ��ر�م
H. Kata Sandang Alif + Lam
a. Bila diikuti Huruf Qamariyah
ditulis al-Madrasah ا��در��
ditulis al-Qiyās ا����س
xxiii
b. Bila diikuti huruf Syamsiyah ditulis dengan menggandakan
huruf syamsiyah yang mengikutinya, serta menghilangkan
huruf (el)-nya.
’ditulis as-Samā ال�م�ء
ditulis asy-Syams الشمس
I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
ditulis ẓawī al-furūḍ ذوي ا��روض
ditulis ahl as-sunnah أ�ل ا����
xxiv
KATA PENGANTAR
� �ـ� � �� و� � � � ـ�� �� � �� و� ه � �� �� �� �� � ن� ا�� إ� �� � و� �� �� � � ـأ� ر� و � ش � �� �� �� ذ � � ��ـ ، و� ه � ��
�ت� �� ��
�� �� إ� �� ن أ� � �� ش أ� ، و� � �� ي� �د� �� �� �� � �� � �� � �� ، و� � �� �� �� � �� �� � ه� �� � ��ـ � �، �� �� ��� �� � أ�
ه ،� � � � ر� و� ه � � �ا �� �� أن� �� � �� ش أ� و� � �� �� � �� ش� �� ه �� � و� � �� إ� � و��� ر���ل� ��ـ��� ���� ��
�� و� �� �� �� ���� ا� . �� و� � ��
�� أ� �� �� ���� أ� و� �� �� � أ� ��� و� �� �� �� ��� �� ك ر� أ������ـ��.�� ��
Kajian ini mengungkap secara komprehensif gerakan filantropi
dalam Muhammadiyah yang difokuskan pada tiga lembaga filantropi
di Daerah Istimewa Yogyakarta, yakni pendidikan, kesehatan dan
Panti Asuhan. Kajian ini dilakukan untuk mengungkap doktrin ajaran
hadis yang mempengaruhi aspek gerakan filantropi dalam lembaga
Muhamadiyah dengan mengkaji realitas historis yang terjadi di masa
lampau dari sejak pendirian di masa penjajah Hindia-Belanda hingga
masa sekarang, bertahan dan berkembang.
Kajian ini menjelaskan berbagai argumentasi yang berkembang
baik dalam literature maupun dalam konteks sosial di ruang publik
sehingga bisa mengantarkan pada penyelesaian disertasi ini. Selain itu,
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang
telah memberikan dukungan dan arahannya, yaitu:
1. Prof. Dr. Phil. Al Makin, S.Ag., MA selaku Rektor, Prof.
Noorhaidi, S.Ag., MA., Ph.D selaku Direktur Pascasarjana, Dr.
Moch. Nur Ichwan, MA selaku wakil direktur Pascasarjana,
Ahmad Rafiq, MA., Ph.D selaku ketua Program Studi
Pascasarjana doktor S3, jajaran staff administrasi dan karyawan
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga.
xxv
2. Prof. Dr. H. Muh. Zuhri, M.A dan Dr. H. Agung Danarta, M.Ag
selaku promotor yang telah memberikan arahan dan bimbingan
sehingga disertasi ini bisa diselesaikan dengan baik dan sempurna.
3. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan studi S3 disertasi ini dengan tepat
waktu.
4. Ibunda Idah, istri dan anak-ku tercinta yang selalu mendoakan dan
memberikan dukungan untuk bisa semangat dan yakin atas
kemampuan penulis sehingga menghantarkan terselesaikannya
disertasi ini dengan tepat waktu.
5. Kakak-ku dan adik-adik-ku tercinta yang memberikan dukungan
dan doanya agar bisa menyelesaikan disertasi ini dengan baik.
6. Drs. Hamdan Hambali dan Kun Khayati selaku mertua-ku yang
selalu memberikan dukungan dan doanya kepada penulis dalam
mewujudkan cita-cita yang mulia ini.
7. Kepada bapak Fuad Hasyim dan ibu Rahayu yang selama ini tanpa
sepengetahuan penulis ikut mendoakan penulis hingga dapat
mengantarkan dalam penyelesaian disertasi ini.
8. Seluruh sahabat-ku dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu
persatu yang tanpa sepengetahuan penulis memberikan dukungan
dan doanya sehingga penulis bisa melewati semua ujian dengan
baik dalam menyelesaikan disertasi ini.
Semoga disertasi ini dapat memberikan kontribusi berupa
sumbangan ide dan pemikiran baik yang bersifat akademis maupun
praktis, khususnya kalangan akademik dan umumnya bagi masyarakat
luas. Dalam disertasi ini tentunya masih banyak kekurangan sehingga
diharapkan bentuk kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
disertasi ini. Akhirnya mari berharap dan berdoa kepada Allah SWT
agar senantiasa berada di jalan yang benar dan senantiasa mendapat
petunjuk dari-Nya.
Penulis,
Rohmansyah, S.Th.I., M.Hum NIM. 17300016004
xxvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN REKTOR ........................................... ii
HALAMAN YUDISIUM ................................................................. iii
HALAMAN DEWAN PENGUJI UJIAN TERBUKA PROMOSI
DOKTOR .......................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ...................................... v
HALAMAN PENGESAHAN PROMOTOR .................................... vi
NOTA DINAS PEMBIMBING ....................................................... vii
ABTRAK ........................................................................................ xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................... xix
KATA PENGANTAR ................................................................... xxiv
DAFTAR ISI ................................................................................. xxvi
BAB I: PENDAHULUAN ............................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................ 2
B. Rumusan Masalah .................................................... 10
C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian .......................... 10
D. Kajian Pustaka ......................................................... 11
E. Kerangka Teoretik ................................................... 25
F. Metode Penelitian .................................................... 37
G. Sistematika Pembahasan .......................................... 43
BAB II: TEOLOGI GERAKAN FILANTROPI
MUHAMMADIYAH ...................................................... 46
A. Gerakan Amal Al-Mā’ūn ......................................... 46
1. Allah sebagai Tuhan Yang Maha Rahman dan
Rahim ................................................................ 46
2. Nabi Muhammad sebagai Utusan dan Rahmat . 48
3. Islam sebagai Agama Rahmat ........................... 50
4. Dasar Teologi Amal Al-Mā’ūn ......................... 52
B. Manusia sebagai Penggerak Amal Al-Mā’ūn .......... 55
1. Hakekat Manusia ............................................... 55
2. Tujuan dan Fungsi Manusia .............................. 62
3. Kedudukan Manusia .......................................... 66
xxvii
4. Tauhid Sosial Kemanusiaan .............................. 71
C. Gerakan Dakwah Amar Makruf Nahi Mungkar ...... 97
1. Semangat dan Motivasi Agama ...................... 106
2. Semangat dan Motivasi Sosial ........................ 114
BAB III: SEJARAH GERAKAN FILANTROPI DALAM
MUHAMMADIYAH .................................................... 121
A. Periode Rintisan ..................................................... 121
1. Lembaga Pendidikan (1908-1918) .................. 121
2. Lembaga Kesehatan (1919-1923) .................... 124
3. Lembaga Panti Asuhan (1921-1928) ............... 128
B. Periode Pertumbuhan ............................................. 130
1. Lembaga Pendidikan (1918-1932) .................. 130
2. Lembaga Kesehatan (1923-1940) .................... 133
3. Lembaga Panti Asuhan (1928-1995) ............... 135
C. Periode Pengembangan .......................................... 136
1. Lembaga Pendidikan (1932-Sekarang) .......... 136
2. Lembaga Kesehatan (1940-Sekarang) ............ 155
3. Lembaga Panti Asuhan (1995-Sekarang) ....... 158
BAB IV: OTENTISITAS LIVING HADIS DALAM DINAMIKA
GERAKAN FILANTROPI MUHAMMADIYAH ....... 165
A. Hadis-hadis tentang Pendirian Lembaga
Pendidikan ............................................................. 165
1. Hadis tentang Kefakihan dalam Agama ......... 165
a. Naqd as-sanad (Kritik Sanad) .................. 166
b. Naqd al-matan (Kritik Matan) ................. 170
2. Hadis tentang Dicabutnya Ilmu dari
Para Ulama ..................................................... 170
a. Naqd as-sanad (Kritik Sanad) .................. 171
b. Naqd al-matan (Kritik Matan) ................. 173
3. Hadis tentang Kepemimpinan ....................... 173
a. Naqd as-sanad (Kritik Sanad) .................. 174
b. Naqd al-matan (Kritik Matan) ................. 176
4. Hadis tentang Menyebarluaskan Ilmu ............. 177
a. Naqd as-sanad (Kritik Sanad) ................... 177
b. Naqd al-matan (Kritik Matan) .................. 179
xxviii
B. Hadis-hadis tentang Pendirian Lembaga
Kesehatan ............................................................... 179
1. Hadis tentang Mencintai Saudara ................... 179
a. Naqd as-sanad (Kritik sanad) .................. 180
b. Naqd al-matan (Kritik matan) .................. 181
2. Hadis tentang Pengobatan .............................. 181
a. Naqd as-sanad (Kritik sanad) .................. 182
b. Naqd al-matan (Kritik matan) .................. 184
3. Hadis tentang Beramal Saleh ......................... 184
a. Naqd as-sanad (Kritik sanad) .................. 185
b. Naqd al-matan (Kritik matan) .................. 186
C. Hadis-hadis tentang Pendirian Lembaga
Panti Asuhan .......................................................... 186
1. Hadis tentang Menjaga Harta Anak Yatim ..... 186
a. Naqd as-sanad (Kritik Sanad) ................... 187
b. Naqd al-matan (Kritik Matan) .................. 188
2. Hadis tentang Menyayangi Sesama Manusia .. 189
a. Naqd as-sanad (Kritik Sanad) ................... 189
b. Naqd al-matan (Kritik Matan) .................. 191
3. Hadis tentang Memelihara Anak Yatim .......... 191
a. Naqd as-sanad (Kritik Sanad) ................... 191
b. Naqd al-matan (Kritik Matan) .................. 192
4. Hadis tentang Berderma dengan Barang yang
Dicintai ............................................................ 193
a. Naqd as-sanad (Kritik Sanad) ................... 194
b. Naqd al-matan (Kritik Matan) .................. 195
5. Hadis tentang Kefakiran Mendekati
Kekufuran ........................................................ 196
a. Naqd as-sanad (Kritik Sanad) ................... 196
b. Naqd al-matan (Kritik Matan) .................. 198
BAB V: RESEPSI LIVING HADIS DALAM DINAMIKA
GERAKAN FILANTROPI MUHAMMADIYAH ....... 199
A. Resepsi Exegesis .................................................... 199
1. Hadis-hadis tentang Pendirian Lembaga
Pendidikan ....................................................... 199
xxix
2. Hadis-hadis tentang Pendirian Lembaga
Kesehatan ........................................................ 211
3. Hadis-hadis tentang Pendirian Lembaga Panti
Asuhan ............................................................. 219
B. Resepsi Aestetis ..................................................... 232
1. Hadis-hadis tentang Pendirian Lembaga
Pendidikan ....................................................... 232
2. Hadis-hadis tentang Pendirian Lembaga
Kesehatan ........................................................ 236
3. Hadis-hadis tentang Pendirian Lembaga
Panti Asuhan .................................................... 240
C. Resepsi Fungsional ................................................ 242
1. Filantropi dalam Lembaga Pendidikan ............ 242
2. Filantropi dalam Lembaga Kesehatan ............. 250
3. Filantropi dalam Lembaga Panti Asuhan ........ 256
BAB VI: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RESEPSI LIVING HADIS DALAM DINAMIKA
GERAKAN FILANTROPI MUHAMMADIYAH ....... 269
A. Gerakan Pendidikan .............................................. 270
1. Pengaruh Faktor Sosial .................................... 270
2. Pengaruh Faktor Ekonomi ............................... 277
3. Pengaruh Faktor Politik ................................... 279
4. Pengaruh Faktor Budaya ................................. 281
B. Gerakan Kesehatan ................................................ 284
1. Pengaruh Faktor Sosial .................................... 284
2. Pengaruh Faktor Ekonomi ............................... 287
3. Pengaruh Faktor Politik ................................... 289
4. Pengaruh Faktor Budaya ................................. 292
C. Gerakan Kemanusian Panti Asuhan ...................... 295
1. Pengaruh Faktor Sosial .................................... 295
2. Pengaruh Faktor Ekonomi ............................... 298
3. Pengaruh Faktor Politik ................................... 300
4. Pengaruh Faktor Budaya ................................. 302
xxx
BAB VII: PENUTUP ..................................................................... 307
A. Kesimpulan ............................................................ 309
B. Saran ...................................................................... 308
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 310
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................. 333
A. Lampiran Hadis-Hadis Filantropi dalam Gerakan
Muhammadiyah ..................................................... 333
B. Lampiran Interview dengan Narasumber tentang
Lembaga Muhammadiyah ..................................... 349
C. Lampiran Gambar Lembaga dan Wawancara ....... 399
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Problem yang cukup serius yang dihadapi bangsa ini adalah
kemiskinan dan kemanusiaan yang seolah tidak berakhir yang
mengakibatkan manusia kehilangan haknya, yakni pendidikan,
kesehatan dan kesejahteraan. Karena itu, perlu kesadaran yang
terorganisasi dalam sebuah budaya filantropi.1 Tindakan tersebut
merupakan usaha solutif untuk mengantisipasi kebodohan dan
ketermarjinalan yang harus ditangani oleh lembaga filantropi di
dunia.2
Problem kemiskinan bukan masalah baru di negeri ini tetapi
telah lama dialami selama berabad-abad hingga sekarang yang
berimbas kepada masalah kebodohan dan ketertinggalan dalam
beberapa aspek kehidupan, seperti aspek ekonomi, pendidikan
dan kesehatan. Hal tersebut diperlukan kesadaran individu dan
kolektif dalam melakukan kedermawanan.3 Tindakan filantropi
juga dilakukan di Amerika yang mayoritas penduduknya non-
muslim tahun 1921-1928, mereka peduli terhadap masyarakat
miskin dan pengangguran.4 Hal itu jelas berbeda dengan bangsa
1Filantropi dalam tradisi Islam merupakan suatu kewajiban moral bagi
orang yang beriman dalam melakukan suatu pekerjaan yang baik atas nama Tuhan, seperti zakat. Zakat merupakan salah bagian dari filantropi yang sering dilakukan di dunia, lalu iḥsān, sedekah dan wakaf, amal saleh dan kebaikan yang lainnya. Lihat Amelia Fauzia, Faith and the State: A History of Islamic Philanthropy in Indonesia (Leiden: Brill, 2013), 32.
2 Kontribusi Negara sangat diperlukan untuk menyelesaikan problem kemiskinan terutama dalam hal meningkatkan masalah keuangan sehingga akan memberikan dampak positif pada masalah sosial. lihat Akkehar Tumler, Nicole Bogelein, Annilie Beller and Helmut K. Anheier, Philanthropy and Education: Strategy for Impact (New York: Palgrave Macmillan, 2014), xii.
3 Hilman Latief, Politik Filantropi Islam di Indonesia: Negara, Pasar dan Masyarakat Sipil (Yogyakarta: Ombak, 2013), 11-12.
4 Tindakan kedermawan dilakukan oleh seorang Herbert Hoover, ia adalah juru bicara besar Volkanarisme selama perang dunia pertama dan berhasil mengatasi problem kemiskinan dan pengangguran di Amerika dengan
2
Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim, tetapi tidak
banyak yang peduli terhadap masyarakat miskin, sehingga ini
berimplikasi aspek kesejahteraan ekonomi umat. Padahal Islam
mengajarkan kepada umatnya untuk peduli terhadap orang-
orang miskin, anak-anak yatim dan mustaḍ’afīn sebagai bagian
dakwah Islam dengan ajaran kasih sayang terhadap mereka.5
Di tengah-tengah terpuruknya bangsa Indonesia, terdapat
organisasi yang konsen dalam mengatasi masalah kemiskinan,
yakni Muhammadiyah dengan semboyan “Sedikit bicara dan
banyak bekerja.”6 Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi
modern yang bergerak dalam bidang keagamaan dan sosial-
kemasyarakatan. Sebelum berdirinya tahun 1912, organisasi ini
tengah melakukan tindakan sosial yang diawali dari pendirian
sekolah di ruang tamu pendiri organisasi ini, yakni KH. Ahmad
Dahlan tahun 1909.7
Sebelumnya pada tahun 1888 telah berdiri sekolah penginjil
milik Kristen di Jawa Tengah dan pindah ke Yogyakarta tahun
1905. Kemudian lahir sekolah misi untuk rakyat dan sekolah
guru. Sekitar tahun 1871, sekolah Kristen itu memiliki jumlah
murid 8.400 orang. Kemudian tahun 1892, di Sulawesi Utara
jumlah muridnya bertambah menjadi 15.750 dan Jawa 2.350
orang.8 Organisasi ini tetap membangun relasi sekaligus belajar
mengubah lembaga yayasan menjadi organisasi masyarakat yang berfungsi memberikan pelayanan sosial kepada masyarakat Amerika dengan modal filantropi secara sukarela. Lihat Olivier Zunz, Philanthropy in Amerika: A History (Oxford: Princeton University Press, 2012), 104.
5 Abdul Mun’im Al-Hafni, Ensiklopedia Muhammad SAW (Bandung: Noura Books, 2014), 1.
6 Zakiyuddin Baidhawi dan Azaki Khoirudin, Etika Muhammadiyah & Spirit Peradaban (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2017), 38-39.
7 Wawancara dengan Abdul Munir Mulkhan, 7 Januari 2019 jam 17-selesai dan dikuatkan dalam bukunya beliau. KH. Ahmad Dahlan juga membentuk Badan Amil Zakat pada tahun 1920 yang berfungsi menampung dana zakat untuk diberikan yang membutuhkan. Lihat Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran Kyai Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam Perspektif Perubahan Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), 18-34.
8 Paul W. Van Der Veur, Education and Social Change in Colonial Indonesia (Ohio: Ohio University Center for International Studies, 1969), 1.
3
dengan sekolah Boedi Utomo sehingga pendirinya yakni KH.
Ahmad Dahlan mendapatkan akses untuk mengajar ilmu agama
di sekolah tersebut kemudian ia menerapkannya di sekolahnya
yang sederhana.
Tindakan sosial Muhammadiyah difokuskan kepada kondisi
orang-orang miskin dengan menggalakan tindakan filantropi
dengan zakat, infak, sedekah sebagai bagian dari perilaku iḥsān
(kebaikan) dalam mewujudkan kesejahteraan sosial.9 Tindakan
tersebut tergolong lambat, namun lambat laun dapat mengurangi
masalah kemiskinan dengan transfer materi dari para aghniyā’
(orang-orang kaya) kepada orang miskin. Gerakan filantropi ini
dilakukan pada tahun 1919 ketika terjadi peristiwa meletusnya
gunung Kelud di Belitar, daerah Kediri Jawa Timur dengan
menghimpun dana zakat dan mendirikan Balai Pengobatan atau
Klinik.10 Belakangan sekitar tahun 1941-1942, Muhammadiyah
menggalang dana dengan menjual prangko amal. 11 Tindakan ini
terinspirasi oleh gerakan sosial misionaris Kristen dan Katolik
yang didukung oleh kolonial Belanda, Sultan Yogyakarta dan
Sultan Surakarta. Tindakan sosial tersebut adalah dalam rangka
mempraktikan tauhid yang bersifat vertikal (ḥablum minalllāhi)
Lihat M. Yusran Asrofie, Kyai Haji Ahmad Dahlan: Pemikiran & Kepemimpinannya (Yogyakarta: MPKSDI PP Muhammadiyah, 2005), 23.
9 Menegakkan ajaran Islam dengan filantropi sebenarnya untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, yakni masyarakat yang berbuat ihsan, sejahtera dan berkemajuan selain juga berakhlak dan berakidah Islam sebagai diputuskan pada Muktamar ke-37 tahun 1968 di Yogyakarta. Lihat Haedar Nashir, Understanding the Ideology of Muhammadiyah (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2015), 45-46.
10 Hilman Latief, Melayani Umat Filantropi Islam Dan Ideologi Kesejahteraan Kaum Modernis (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2017), 216-217. Wawancara dengan Budi Setiawan, selaku anak Haiban Hadjid, seorang tokoh sekaligus murid KH. Ahmad Dahlan, Sabtu, 5 Januari 2019.
11Prangko amal sengaja dibuat oleh Muhammadiyah, kemudian dijual kepada setiap acara kongres, bahkan dikirim ke daeah-daerah dalam rangka menolong anak-anak yatim, orang-orang miskin dan mengobati orang-orang sakit atas nama PKO Moehammadijah dan Ned. Indie. Lihat Pimpinan Pusat Muhammadiyah, “Franco ‘Amal Moehammadijah” dalam Soera Moehammadjah, Juli 1941, 1.
4
kepada Allah kepada suatu tauhid sosial yang bersifat horizontal
(ḥablum mina an-Nās) di ranah publik. 12
Tindakan filantropi tersebut didasarkan kepada Alquran dan
sunah. Namun, faktanya ayat Alquran lebih banyak dikaji oleh
pendiri organisasi ini daripada sunah. Tokoh pendiri organisasi
ini banyak mengkaji ayat Alquran dan terdapat sekitar 17 kajian
ayat Alquran yang tersebar dalam berbagai surat, termasuk salah
satu ayat yang dikaji adalah surat Al-Mā’ūn. Surat ini menjadi
buah bibir para tokoh Muhammadiyah dan orang yang terlibat di
dalamnya dan menjadi landasan lahirnya tiga amal usaha, yakni
pendidikan, kesehatan dan panti asuhan. Hal ini berbeda dengan
hadis. Hadis-hadis nabi sangat-lah minim dikaji oleh para tokoh
termasuk pendiri Muhammadiyah, sehingga pendirinya terkesan
mengabaikan hadis atau sunah. Padahal dalam Anggaran Dasar
pertama tahun 1912 tentang Statuten Moehammadijah Artikel 2
dinyatakan:
“Menyebarkan pengajaran Igama Kanjeng Nabi Muhammadiyah Sallallahu Alaihi Wasallam kepada penduduk Bumiputera di dalam residen Yogyakarta, dan memajukan hal Igama kepada anggauta-anggautanya.”13
Pernyataan tersebut menunjukan bahwa ajaran agama Nabi
Muhammad adalah Alquran dan hadis. Namun dalam realitasnya
hadis tidak banyak dikutip sekalipun ada beberapa hadis yang
dijadikan rujukan oleh Muhammadiyah. Padahal secara implisit
tindakan sosial organisasi ini sangat sesuai dengan ajaran Nabi
Muhammad. Di sisi lain, organisasi ini melakukan tindakan
sosial didasarkan kepada problem sosial dan kemanusiaan pada
masa silam akibat kebijakan politik etis yang dilakukan oleh
kolonial Belanda. Karena itu, living hadis sangat penting dikaji,
12Muhammad Amien Rais, Tauhid Sosial: Formula Menggempur
Kesenjangan (Bandung: Mizan, 1998), 265-269. 13 Mh. Djaldan Badawi, “Anggaran Dasar Muhammadiyah Pertama
Tahun 1912” dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah 1912-1985 (Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 1998), 1.
5
yaitu hadis yang hidup dan dihidupkan sekompok masyarakat
melalui seorang tokoh agamanya, kemudian dipraktikan dalam
kehidupan nyata. Kajian living hadis merupakan metode untuk
memperluas ruang arena penafsir yang tidak hanya menafsirkan
sebuah teks hadis yang mati, tetapi menafsirkan teks hadis yang
hidup di masyarakat,14 baik yang bersifat modernitas maupun
tradisi budaya yang berkembang di masyarakat. Dalam hal ini,
living hadis digunakan untuk mengkaji gerakan filantropi yang
dilakukan oleh organisasi modern yakni Muhammadiyah.
Belakangan tahun 2008, filantropi digalakan berdasarkan
keputusan dan fatwa Majelis Tarjid dan Tajdid Pimpinan Pusat
Muhamamdiyah,15 seperti bentuk infak, sedekah dan wakaf yang
didasarkan kepada hadis Nabi, yaitu:
��� أن� ا����� ص��ى ا�� ع��ه و���� ب� �ث ع� اب� ع���س ر�ي ا�� ع��
���ذا ر�ي ا�� ع�ه إ� ا���� ف���ل ادع�� إ� ش��دة أن � إ�ه إ��
ا�� وأ�� ر��ل ا�� ف�ن �� أط�ع�ا ���ك ف�ع���� أن� ا�� ق� اف�ض
�� ف�ن �� أط�ع�ا ���ك ف�ع���� ع���� �� ص��ات � ��� �� �م و���
14 M. Alfatih Suryadilaga, “Model-Model Living Hadis,” dalam .
Sahiron Syamsuddin (ed) Metodologi Living Qur’an Dan Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2007), 114.
15 Fatwa adalah jawaban Majelis Tarjih terhadap pertanyaan masyarakat mengenai masalah-masalah yang memerlukan jawaban dari segi hukum syari’ah. Sesuai sifat fatwa pada umumnya, fatwa Tarjih tidak mengikat baik terhadap organisasi maupun anggota sebagai perorangan. Bahkan fatwa tersebut dapat dipertanyakan dan didiskusikan. Namun demikian fatwa ini merupakan putusan resmi Majelis Tarjih yang bersifat dinamis karena bisa berubah-rubah sewaktu-waktu jika ada perkembangan dari suatu variabel baru yang merubah ketetapan hukum. Sedangkan Putusan Tarjih adalah keputusan resmi Muhammadiyah dalam bidang agama - bukan keputusan Majelis Tarjih – dan mengikat organisasi secara formal (walaupun dalam praktik terkadang diabaikan dan banyak warga Muhammadiyah tidak memahaminya atau tidak mengetahui butir penting daripadanya). Lihat Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama 5 (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2008), xii.
6
أن� ا�� اف�ض ع���� ص�ق� � أ��ا�� ��ؤخ� �� أغ���ئ�� و���د� ع�ى
ف���ائ��
“Dari Ibnu Abbās Ra, bahwa Nabi SAW mengutus Muāż bin Jabal ke Negara Yaman, kemudian beliau bersabda: ajaklah mereka untuk bersyahadat bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah. Jika mereka mentaati hal demikian maka beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka salat lima waktu selama sehari semalam dan jika mereka mentaatinya maka beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan zakat kepada
mereka mengenai harta yang telah mencapai nisāb (kadar zakat) yang diambil dari orang-orang kaya dan diserahkan kepada orang-orang fakir di sekitar mereka.” 16 Berbagai macam persoalan tentang filantropi dimuat dalam
Fatwa-fatwa Tarjih Muhammadiyah, antara lain: Fatwa Tarjih
jilid 1 memuat beberapa hal tentang zakat seperti zakat berlian,
zakat hasil tanaman selain padi, zakat bagi pegawai, zakat uang
koperasi, zakat fitrah bagi yang belum dewasa dan zakat fitrah
bagi fakir miskin dan masalah kesehatan seperti donor mata dan
darah.17 Fatwa Tarjih jilid 2 juga membahas tentang berbagai
macam zakat seperti zakat harta waris, zakat harta benda, zakat
ternak sapi, zakat modal dan keuntungan, zakat gaji (profesi),
zakat harta yang dihutang dan pinjaman dan lain-lain sampai
16Putusan Tarjih ini melewati diskusi yang panjang kemudian
dirundingkan dan ditetapkan dengan berdasarkan kepada Alquran dan Hadis. Hadis tersebut dikutip oleh Muhammadiyah dari kalimat Tu’khażu min Aghniyā’ihim wa Turaddu ‘ala Fuqarā’ihim tanpa menyebutkan periwayat. Lihat Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 1967), 362. Lihat Muḥammad bin Ismā’il bin Ibrāhīm bin al-Mughīrah al-Ju'fi al-Bukhāri, Ṣaḥīḥ al-Bukhāri, vol. 2 (Beirūt: Dār al-Ṭūq al-Najaḥ, 1422), 104. Lihat juga Abū Ḥusain Muslim bin al-Ḥajāj al-Qusyairī al-Naisābūri, Ṣaḥīḥ Muslim, vol. 1 (Riyāḍ: Bait al-Afkār al-Dawliyyah, 1998), 50.
17 Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama 1 (Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2003), 111-116 dan 162-164.
7
pada zakat fitrah anak yatim dan miskin, masalah doa untuk
orang sakit dan wakaf.18 Khusus zakat profesi, zakat ini pada
awalnya mendapatkan penolakan dari berbagai pihak karena
Muhammadiyah belum memutuskan dalam Muktamar, zakat
tersebut hanya dianggap sebagai infak atau iuran wajib. Namun,
belakangan Muhammadiyah mulai menerima zakat profesi atau
zakat pegawai dari berbagai amal usaha yang dimilikinya.19
Selanjutnya Fatwa Tarjih jilid 3 juga membahas beberapa
masalah tentang zakat, kurban, wakaf dan kesehatan.20 Fatwa
tarjih jilid 4 membahas tentang masalah kurban dan zakat.21
Fatwa Tarjih jilid 5 membahas tentang beberapa masalah zakat
seperti zakat mal untuk organisasi dan lain-lain dan masalah
kurban.22 Fatwa Tarjih jilid 6 membahas tentang zakat, infaq
dan wakaf23 dan Fatwa Tarjih jilid 7 membahas masalah zakat
warisan, wakaf dan kesehatan.24 Tampaknya gerakan filantropi
tersebut didasarkan kepada pemahaman konsep maqashid al-
18 Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama 2 (Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2003), 113-126 dan 165-166.
19 Hilman Latief, Fatwa-fatwa Filantropi Islam di Indonesia: Komparasi, Anotasi dan Kompilasi (Yogyakarta: UMY Press, 2019), 88-89.
20 Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama 3 (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2004),
21 Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama 4 (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2003), 186-202.
22 Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama 5 (Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2008), 87-103 dan 129-134.
23 Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama 6 (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2012), 91-102.
24 Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama 7 (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2013), 31 dan 153.
8
syariah, yakni menjaga agama, menjaga jiwa, akal, keturunan
dan harta yang berasal dari pemahaman Alquran dan hadis.25
Pada masa silam dan sekarang gerakan filantropi tersebut
dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor ekonomi, sosial,
politik dan budaya. Pertama, masalah ekonomi dikuasai oleh
Belanda sehingga menyebabkan perekonomian bangsa pribumi
menjadi terpuruk.26 Kedua, praktik politik pemerintah Hindia-
Belanda yang tidak memihak kepada bangsa pribumi yang
mendorong Muhammadiyah hadir untuk menyelesaikan problem
tersebut dalam rangka dakwah,27 dakwah amar makruf nahi
mungkar.28 Ketiga, faktor budaya yang diterapkan oleh
pemerintah Belanda dengan mengibarkan tiga panji, yaitu:
Glory, Gold dan Gospel dan budaya westernisasi (budaya
pembaratan) yang berkembang cepat dilakukan oleh Zending
hingga Indonesia.29 Hal ini terjadi karena pemerintah Belanda
membolehkan para misionaris Kristen Katolik Roma dan
Protestan beroperasi di Indonesia untuk mendatangi daerah yang
tidak terjamah dakwah Islam.30 Keempat, gagasan pembaharuan
Islam di Timur Tengah yang merupakan mata rantai panjang
dari gerakan pembaharuan yang dipelopori oleh Ibnu Taimiyah,
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Muhammad bin Abdul Wahab dan
gerakan salafiyah yang dipelopori oleh Jamaluddin al-Afghani,
Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyīd Riḍa. Gerakan
salafiyah tersebut dikenal sebagai gerakan pembaharuan yang
25 Fathurrahman Djamil, Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah
(Jakarta: Logos Publishing House, 1995), 41-45. 26 Alwi Shihab, Membendung Arus: Respon Gerakan Muhammadiyah
Terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2016), 106.
27 Syarifuddin Jurdi, Muhammadiyah dalam Dinamika Politik Indonesia 1966-2006 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), vii-viii.
28 Haedar Nashir, Memahami Ideologi Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2017), 171-176.
29 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam diIndonesia 1900-1942 (Jakarta: LP3ES, 1980), 187.
30 Harry J. Benda, Bulan Sabit dan Matahari Terbit Islam Indonesia Pada Masa Pendududkan Jepang (Jakarta: Pustaka Jaya, 1980), 39.
9
menggalakkan terbukanya pintu ijtihad dan menghilangkan
taklid buta.
Berdasarkan uraian di atas, variabel-variabel kajian tersebut
menunjukan banyak hal yang menjadi alat pendorong organisasi
ini melakukan gerakan filantropi, baik bidang aspek pendidikan,
kesehatan maupun kemanusiaan.31 Tetapi dalam aspek yang
lain, Muhammadiyah memproklamirkan diri sebagai organisasi
independen yang melakukan pembaharuan dan reformasi Islam
dari masa kejumudan ke masa keterbukaan yang didasarkan
pada doktrin agama. Adapun bentuk nyata dari pembaharuannya
adalah tindakan filantropi sebagai cara untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat miskin dan anak-anak yatim
atas landasan hadis Nabi. Secara rasional, hadis Nabi menjadi
sumber pokok ajaran Islam setelah Alquran sehingga mustahil
pendiri organisasi ini mengabaikan ajaran Nabi sekalipun hadis
yang dikaji minim.
Penelitian ini difokuskan kepada gerakan filantropi dalam
lembaga Muhammadiyah di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu:
lembaga pendidikan, lembaga kesehatan dan lembaga panti
asuhan. Ketiga lembaga tersebut sangat menarik dan strategis
untuk menjadi bahan kajian yang dikaitkan hadis-hadis yang
menjadi doktrin ajaran dalam melakukan tindakan sosial yang
sarat dengan sejarah kemunculan Muhammadiyah di masyarakat
Jawa kampung Kauman Yogyakarta. Selain itu, alasan-alasan
yang lainnya adalah: Pertama, DIY adalah tempat berdirinya
organisasi Muhammadiyah yang bergerak dalam bidang
keagamaan dan sosial-kemasyarakatan. Kedua, DIY adalah Kota
pelajar yang melahirkan para intelektual muda Muhammadiyah.
31 Filantropi berasal dari bahasa Inggris yakni philantrophy. Philos
berarti cinta dan antrophos berarti manusia. Lebih jauh lagi secara konseptual filantropi adalah giving, service, dan association secara sukarela untuk membantu pihak lain. Sementara menurut Pyton, bahwa filantropi adalah sebagai voluntari action for the public good atau suatu perbuatan sukarela untuk kemaslahatan publik atau masyarakat umum. Robert L. Payton and Michael P. Moody, Understanding Philanthropy (Bloomington and Indianapolis: Indiana University, 2008), 6.
10
Ketiga, DIY adalah kota yang menjadi tempat lahirnya gagasan
besar KH. Ahmad Dahlan dan muridnya Muhammad Sudja yang
melahirkan lembaga kesehatan Penolong Kesengsaran Oemoem
(PKO). Keempat, DIY adalah tempat lahirnya panti asuhan
pertama sebagai tempat penolong orang-orang miskin, anak-
anak yatim dan kaum mustaḍ’afīn. Kelima, DIY adalah kota
yang unik dan menarik dengan beragam nilai-nilai keislaman
yang masih kental dengan tradisi budaya yang menjadi ciri
khasnya yang berbeda dengan daerah-daerah lainnya. Sehingga
tidak heran daerah ini menjadi pusat penelitian dan kajian para
akademisi dari berbagai mancanegara, seperti M.C. Ricklefs,
Peacock, Mitsuo Nakamura dan lain-lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah tersebut di atas yang melatarbelakangi
penelitian ini dengan menyebutkan beberapa argumentasi yang
telah dikemukakan, maka penelitian ini dapat dirumuskan dalam
beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana kualitas hadis-hadis filantropi dalam gerakan
Muhammadiyah?
2. Bagaimana penerimaan dan pemahaman terhadap hadis-
hadis filantropi dalam gerakan Muhammadiyah studi kajian
living hadis?
3. Bagaimana dinamika gerakan filantropi Muhammadiyah
studi kajian living hadis?
C. Tujuan Penelitian dan Signifikansi Penelitian
Untuk memperoleh penelitian yang terarah dan terencana,
penelitian ini bertujuan untuk; Pertama, menjelaskan praktik
filantropi Muhammadiyah yang berdasarkan pada faham agama
Muhammadiyah. Kedua, mengetahui dan menjelaskan secara
rinci suatu penerimaan, pemahaman, dan praktik terhadap hadis-
hadis filantropi dalam suatu gerakan Muhammadiyah yang
dimulai sejak zaman Nabi Muhammad hingga zaman sekarang
yang dipraktikkan Muhammadiyah. Ketiga, melakukan analisis
11
terhadap kajian living hadis filantropi Muhammadiyah dengan
berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Adapun signifikansi penelitian ini dibagi ke dalam dua hal,
yaitu akademik dan sosial-kemasyarakatan. Pertama, akademik.
Penelitian ini tentu sangat berguna bagi kalangan akademisi
seperti dosen dan mahasiswa yang memiliki minat dan bakat
dalam kajian studi kajian living hadis khususnya dalam objek
kajian filantropi dalam gerakan Muhammadiyah dan umumnya
dalam objek kajian lainnya yang sarat dengan nilai-nilai hadis.
Kedua, sosial-kemasyarakatan. Penelitian ini tentunya memiliki
kontribusi yang cukup signifikan di dalam kajian sosial tentang
gerakan berderma (filantropi) di Muhammadiyah dengan studi
kajian living hadis, baik di kalangan Muhammadiyah maupun
masyarakat luas.
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini dilakukan untuk mencari titik perbedaan
dan posisi peneliti dalam melakukan penelitian. Secara umum
kajian tentang filantropi telah banyak dikaji atau diteliti baik
dalam sebuah skripsi, tesis disertasi dan di berbagai jurnal baik
dalam maupun luar negeri. Namun, secara khusus kajian living
hadis yang mengkaji tentang filantropi dalam Muhammadiyah
peneliti belum menemukan. Namun demikian, peneliti berusaha
mencari kajian living hadis dan kajian hadis di Muhammadiyah
secara khusus dan kajian filantropi secara umum dalam aspek
keilmuan sosial-kemanusian.
Secara khusus kajian penelitian tentang studi living hadis
adalah: dalam bentuk jurnal, tulisan Ali Muhlis dan Norkholis
Analisis Tindakan Sosial Max Weber dalam Tradisi Pembacaan
Kitab Mukhtashar Al-Bukhari (Studi Living Hadis). Ia mengkaji
tentang tradisi kajian hadis dalam kitab tersebut yang dilakukan
di pada bulan rajab selama satu bulan rajab menjelang bulan
12
Ramadan dengan menggunakan teori tindakan sosial Max
Weber.32 Penelitian dengan kajian living hadis dilakukan oleh Adrika
Fithrotul Aini tentang Tradisi Malam Kamis Majelis Shalawat
Diba’ bil-Mustofa. Penelitian tersebut menggunakan metode
deskripti-kualitatif yang bersifat induktif dengan menggunakan
pendekatan fenomenologis dan fungsional. Hasil temuannya
menunjukan bahwa shalawat itu diinisiasi oleh suatu hadis Nabi
yang dijadikan landasan teologis dalam kegiatan tersebut.33
Selanjutnya penelitian living hadis oleh Muhammad Alfatih
Suryadilaga meneliti tentang Komik Hadis Nasihat Perempuan:
Pemahaman Informatif dan Performatif. Menurut Alfatih dengan
satu teorinya informatif dan performatif mengambarkan bahwa
Komik tersebut berisi sekitar 67 Nasihat Nabi kepada seorang
perempuan dan ternyata dilandasi oleh sekitar 90 hadis dengan
beberapa riwayat yang disebutkan terutama hadis yang berbicara
tentang menuntut ilmu.34 Kemudian Faiqotul Khosiyah meneliti
tentang Living Hadis dalam Kegiatan Peringatan Maulid Nabi di
Pesantren Sunan Ampel Jombang. Penelitian ini menjelaskan
tradisi peringatan kelahiran Nabi dengan pendekatan fungsional
Emile Durkheim yang menghasilkan temuan, bahwa Maulid
Nabi itu didasarkan pada tradisi yang dibangun dari interpretasi
terhadap teks hadis Nabi yang disusun secara sistematis menjadi
pemahaman baru. Artinya, maulid Nabi ini merupakan sebuah
inovasi untuk menghidupkan hadis-nabi.35
32 Alis Muhlis dan Norkholis, “Analisis Tindakan Sosial Max Weber
Dalam Tradisi Pembacaan Kitab Mukhtashar Al-Bukhari (Studi Living Hadis),” Jurnal Living Hadis 1, no. 2 (2016)., 242-258.
33 Adrika Fithrotul Aini, “Living Hadis Dalam Tradisi Malam Kamis Majelis Shalawat Diba’ Bil-Mustofa,” Ar-Raniry: International Journal of Islamic Studies 2, no. 1 (2014), 221-235.
34 Muhammad Alfatih Suryadilaga, “Komik Hadis Nasihat Perempuan: Pemahaman Informative Dan Performatif,” Jurnal Living Hadis 2, no. 2 (2017): 209–252.
35 Faiqotul Khosiyah, “Living Hadis Dalam Kegiatan Peringatan Maulid Nabi Di Pesantren Sunan Ampel Jombang,” Jurnal Living Hadis 3, no. 1 (2018): 23–45.
13
Penelitian living hadis dilakukan Ahmad Haris dalam
sebuah disertasinya yang kemudian diterbitkan menjadi buku
yang berjudul “Bid’ah dalam Literatur Islam.” Penelitian ini
menggunakan dua metode, yaitu studi kepustakaan dan lapangan
dengan melakukan penelusuran objek kajian melalui observasi
dan wawancara difokuskan kepada tradisi bid’ah yang dilandasi
oleh Alquran dan hadis yang dilakukan oleh masyarakat Jambi.
Kemudian Ayat Alquran dan hadis tersebut ditafsirkan dengan
melihat bagaimana masyarakat meresepsikan suatu bid’ah yang
selama ini dianggapnya salah dan ditolak oleh sebagian orang,
seperti tradisi acara slametan, ziarah kubur, tradisi maulid dan
masalah khilāfiyah tentang salat jumat.36
Adapun kajian hadis di Muhammadiyah dalam suatu bentuk
jurnal antara lain: Syamsurizal Yazid, ia melakukan penelitian
tentang Analisis Otentisitas Hadis dalam Himpunan Putusan
Tarjih (HPT) Muhammadiyah Ke XXI di Klaten Jawa Tengah.
Ia melakukan studi kesahihan hadis yang mentakrij terhadap 61
hadis yang dibagi ke beberapa pembahasan, yaitu hadis tentang
transplantasi, hadis tentang bayi tabung dan hadis tentang puasa
sunnah enam hari pada bulan syawal. Hasil temuannya adalah
ditemukan 1 hadis ḍa’īf tentang transplantasi dan bayi tabung,
14 bukan hadis tetapi aṣar sahabat dari Ibnu Abbās, 1 hadis
ṣaḥīḥ tentang bayi tabung tapi hanya disebutkan matannya
saja.37 Hal yang sama juga dilakukan suatu penelitian hadis oleh
Mukhlis Rahmanto tentang Otoritas Hadis Daif dan Problem
Epistemologis Hadis di Muhammadiyah. Penelitiannya lebih
menitikberatkan pada kajian keilmuan hadis di Muhammadiyah
seputar pemakaian hadis da’if yang didasarkan manhaj yang
digunakan Muhammadiyah dalam memahami hadis atas dasar
36 Ahmad Haris, Bid’ah dalam Literatur Islam (Jakarta: Referensi,
2012). 37 Syamsurizal Yazid, “Analisis Otentisitas Hadis dalam Himpunan
Putusan Tarjih (Hpt) Muhammadiyah Ke XXI di Klaten Jawa Tengah,”Jurnal Humanity, 2, no. 1 (2013), 209-217.
14
as-Sunnah al-Maqbūlah untuk mengakomodir hadis ḥasan yang
dijadikan ḥujjah oleh Muhammadiyah.38
Syamsul Anwar melakukan penelitian tentang Metode Usul
Fikih untuk Kontekstualisasi Pemahaman Hadis-hadis Rukyat.
Hasil temuan menunjukkan, perubahan penentuan rukyat kepada
hisab didasarkan kepada empat syarat, yaitu: Pertama, tuntutan
untuk berubah dari rukyat kepada hisab. Kedua, metode rukyat
bukan ibadah tetapi sebagai sarana untuk menentukan waktu dan
saran untuk berubah untuk mencapai tujuan pokok yang lebih
efektif. Ketiga, perintah rukyat bukan perintah yang qat’i karena
didasarkan kepada hadis ahad. Keempat, penggunaan hisab itu
sebagai hukum hasil perubahan yang didasarkan kepada Alquran
dan hadis.39 Mukhlis Rahmanto tentang Posisi Hadis dalam
Ijtihad Muhammadiyah, menemukan bahwa secara konseptual
pemahaman hadis dilakukan secara kolektif atau ijtihad jama’i
yang dilakukan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat
Muhamamdiyah. Hal itu dipahami bahwa proses pemurnian dan
keotentikan hadis di Muhammadiyah itu menimbulkan dinamika
organisasi yang lebih didominasi oleh otoritas struktural.40
Burhanuddin A. Gani meneliti tentang kajian Pemahaman
Hadis Seputar Shalat Tarawih di Kalangan Muhammadiyah dan
Nahdhatul Ulama. Ia melakukan kajian hadis terhadap seputar
perbedaan salat tarawih Muhammadiyah dan Nadlatul Ulama. Ia
mengatakan, NU melaksanakan salat tarawih 20 rakaat, 2 rakaat
sekali salam ditambah witir 3 rakaat, sedangkan Muhammadiyah
salat tarawih 8 rakaat dan witir 3 rakaat sehingga berjumlah 11
rakaat. Menurut A. Gani, bahwa salat tarawih yang dipraktikan
oleh kalangan Muhammadiyah jelas berbeda dengan Putusan
Tarjih Muhammadiyah. Putusan Tarjih menyebut, salat tarawih
38Mukhlis Rahmanto, “Otoritas Hadis Daif dan Problem Epistemologis
Hadis di Muhammadiyah,” Jurnal Tarjih, 12, no. 1 (2014), 51-62. 39 Syamsul Anwar, “Metode Usul Fikih untuk Kontekstualisasi
Pemahaman Hadis-hadis Rukyat,” Jurnal Tarjih 11, no. 1 (2013), 114-130. 40 Mukhlis Rahmanto, “Posisi Hadis Dalam Ijtihad Muhammadiyah,”
Afkaruna 10, no. 1 (2014), 44-58.
15
tidak harus 11 rakaat bisa saja kurang dari 11 rakaat, termasuk
pelaksanaan witir tidak harus 3 rakaat tetapi bisa 1 rakaat.41
Selanjutnya Kasman menelakukan penelitian Hadis dalam
pandangan Muhammadiyah tentang Kehujjahan Hadis menurut
Muhammadiyah. Dengan library research yang digunakan, ia
menyebutkan, secara teoritis Muhammadiyah itu menggunakan
hadis mutawātir dalam masalah akidah dengan patokan as-Sunnah al-Maqbūlah dan masalah ibadah lebih ketat dengan
melihat aspek kesahihan sanad hadis. Kaidah-kaidah kehujahan
hadis, Muhammadiyah masih konsisten, namun dalam tataran
praktiknya masih bercorak taqlīdi dan belum istiqlāli. Kemudian
ijtihad dalam menerapkan kaidah-kaidah hadis hasilnya secara
empirik masih belum konsisten.42
Rohmansyah meneliti tentang Hadis-hadis dalam Fatwa-
fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama Muhammadiyah Bab Aqidah
(Studi Konsistensi As-Sunnah al-Maqbūlah). Penelitian tersebut
difokuskan pada kajian hadis tentang akidah yang menghasilkan
temuan yaitu; bahwa hadis-hadis tentang aspek akidah dicurigai
sebagian hadisnya ḍa’īf seperti hadis aḥad tentang menetapkan
halal dan haram diriwayatkan aṭ-Ṭabrāni adalah ḍa’īf, dan hadis
tentang memperbaharui iman yang diriwayatkan aṭ-Ṭabrāni dari
Abu Hurairah juga dinilai ḍa’īf. Sedangkan mengenai ucapan
Sayyidina di depan kata Muḥammad adalah hadis āḥād yang
ṣaḥīḥ. Berdasarkan hasil temuan tersebut, peneliti menganggap
bahwa Muhammadiyah masih belum konsisten dalam penetapan
kehujahan hadis As-Sunnah al-Maqbūlah.43
Adapun kajian filantropi secara umum yang tidak dikaitkan
hadis, antara lain penelitian filantropi dalam artikel jurnal adalah
41 Burhanuddin A. Gani, ‘Pemahaman Hadis Seputar Shalat Tarawih Di
Kalangan Muhammadiyah Dan Nahdhatul Ulama’, Al-Mu’ashirah, 13, no. 2 (2016), 1-25.
42 Kasman, Hadits dalam Pandangan Muhammadiyah (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2012)
43Rohmansyah, “Hadis-hadis dalam Fatwa-fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama Muhammadiyah Bab Aqidah (Studi Konsistensi As-Sunnah al-Maqbūlah),” (Yogyakarta: Tesis UIN Sunan Kalijaga, 2014).
16
Indah Filiyanti meneliti tentang Transformasi Tradisi Filantropi
Islam: Studi Model Pendayagunaan Zakat, Infaq, sedekah dan
Wakaf di Indonesia. Penelitian menyebutkan bahwa filantropi
yang pada awalnya dikelola oleh dua lembaga yakni masjid dan
pesantren dengan cara yang terkesan tradisional, kini mengalami
perkembangan karena dikelola dengan sistem modern. Lembaga
filantropi merupakah salah satu solusi dalam hal mengentaskan
kemiskinan melalui zakat, infaq dan sedekah. Selain itu, dapat
mengembangkan dan mengelola wakaf yang diatur dengan baik
oleh pengurus wakaf atau Nadzir wakaf sesuai dengan undang-
undang yang berlaku di Indonesia nomor 41 tahun 2004 tentang
perwakafan.44
Hilman Latief mengkaji filantropi dengan berbagai bukti
penelitian yang cukup banyak. Ia melakukan penelitian tentang
Islamic Philanthropy and the Private Sector in Indonesia. Ia
mengungkap bahwa lembaga zakat dalam sebuah perusahan
swasta berupaya mengembangkan suatu praktik filantropi dan
mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang cukup cepat
terutama di Indonesia, sehingga melahirkan sebuah konsep baru
tentang pengembangan praktik zakat seperti munculnya zakat
kekayaan dalam perusahaan. Hal ini telah membuktikan adanya
sebuah proses dinamika islamisasi yang tengah berkembang
pada sektor perusahaan swasta yang berkembang di negara
Indonesia.45 Dalam kesempatan lain, Hilman menjelaskan dalam
bukunya yang berjudul “Melayani Umat Filantropi Islam dan
Ideologi Kesejahteraan Kaum Modernis,” gerakan berderma
sangat memberikan inspiratif bagi organisasi lain seperti NU,
Persatun Islam dan al-Irsyad al-Islamiyah sehingga bermunculan
berbagai lembaga kesehatan dan panti sosial. Muhammadiyah
bergerak dalam filantropi dengan santunan kepada orang-orang
44 Indah Piliyanti, “Transformasi Tradisi Filantropi Islam : Studi Model
Pendayagunaan Zakat , Infaq ,” Economica , no. November (2010): 1–14. 45 Hilman Latief, “Islamic Philanthropy and the Private Sector in
Indonesia,” IJIMS, Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies, 3, no. 2 (2013): 175–201.
17
miskin dan terus berkembang sampai akhir abad ke-19 dan awal
abad ke-20 sekalipun negara Indonesia dikuasai oleh Kolonial
Belanda, namun tidak mematahkan semangat bahkan menjadi
tantangan bagi KH. Ahmad Dahlan untuk terus berjuang sebagai
bagian dari corak faith in action yang dianut Muhammadiyah.46
Kemudian menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam buku
karya Budi Setiawan tentang Menafsirkan Surat al-Mā’ūn dan
Aktivisme Kemanusiaan Muhammadiyah. Menurutnya, bahwa
KH. Ahmad Dahlan mengkaji surat al-Mā’ūn secara berulang-
ulang dan berminggu-minggu muridnya merasa bosan. Dahlan
mengkaji surat al-Ma’un tidak hanya sekedar dibaca namun juga
diamalkan dalam kehidupan nyata. Inilah spirit gerakan dalam
Muhammadiyah yang menghantarkannya untuk berkiprah di
ranah publik dengan melembagakan sikap kemanusiaan sampai
muncul amal usaha seperti lembaga Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC). Lembaga ini berfungi membantu
lembaga PKU Muhammadiyah yang berada di nusantara dalam
menanggulangi masalah kebencanaan seperti longsor, tsunami,
gunung meletus dan bencana lainnya.47
Tidak kalah menariknya, Zakiyuddin Baydhawy melakukan
penelitian LAZISMU and Remaking the Muhammadiyah’s New
Way of Philanthropy.” Lazismu mampu memberikan terobosan-
terobosan baru dalam hal mengelola zakat, infak dan sedekah.
Dengan model manajemen yang baik melahirkan perkembangan
filantropi produktif dan redistributif dalam upaya mewujudkan
kesetaraan dan keadilan sosial yang merata serta mewujudkan
sikap kreatif dalam mengembangkan program-program melalui
harapan muzakki, donor dan mustahiq zakat. Hal itu dilakukan
sebagai perwujudan program filantropi yang bisa memberikan
46 Hilman Latief, Melayani Umat: Filantropi Islam dan Kesejahteraan
Kaum Modernis (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), 16-18. 47Budi Setiawan, “Menafsirkan Surat Al-Ma’un dan Aktivisme
Kemanusiaan Muhammadiyah,” dalam Islam dan Urusan Kemanusiaan, ed. Hilman Latief dan Zezen Zaenal Mutaqin (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2015), 306–317.
18
kontribusi dan transformasi hingga berhasil mengubah oreintasi
kebajikan menjadi sebuah program yang kreatif dan inovatif.48
Hal yang sama juga diungkap oleh Qurratul Uyun dalam artikel
yang berjudul tentang Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf
sebagai Konfigurasi Islam. Menurut Uyun, ZISWAF merupakan
bagian dari filantropi yang sangat bermanfaat bagi kesejahteraan
masyarakat dalam mengentaskan kemiskinan, mengurangi angka
pengangguran, dan penyimpangan dalam perekonomian. Karena
itu, filantropi sangat dibutuhkan dalam mewujudkan masyarakat
yang sejahtera, adil dan makmur.49 Rizka Amalia Shofa’ dan
Imam Machali menyebutkan tentang masalah Filantropi Islam
untuk Pendidikan: Strategi Pendanaan Dompet Dhuafa dalam
Program Sekolah Guru Indonesia (SGI). Penelitiannya ditujukan
pada guru Indonesia yang dikirim ke setiap daerah dan mereka
mendapatkan bantuan dana yang diambil dari zakat produktif
dompet dhuafa karena termasuk asnāf fī sabīlillāh. Pendanaan
tersebut diawali dengan penyusunan Rencana Kerja Anggaran
Tahunan (RKAT), pencairan dana zakat, penggunaan dana zakat
dan laporan kegiatan dan keuangan yang dilakukan oleh guru
Indonesia.50
Tuti Alawiyah melakukan kajian tentang Religious Non-
Governmental Organizations and Philanthropy in Indonesia.
Menurut Tuti, organisasi nirlaba dan kegiatan aspek filantropi di
Indonesia menempuh perjalanan sejarah yang cukup panjang.
Dinamika RNGOs adalah dalam konteks organisasi nirlaba dan
perkembangan masyarakat Sipil yang dapat dilihat dari aspek
sejarah perkembangannya, struktur hukum dan fungsi lembaga
48 Zakiyuddin Baidhawy, “Lazismu and Remaking the Muhammadiyah’s
New Way of Philanthropy,” Al-Jami’ah: Journal of Islamic Studies 53, no. 2 (2015): 387, https://doi.org/10.14421/ajis.2015.532.387-412.
49 Qurratul Uyun, “Zakat, Infaq, Shadaqah, Dan Wakaf Sebagai Konfigurasi Filantropi Islam,” ISLAMUNA: Jurnal Studi Islam 2, no. 2 (2015): 218–234.
50 Imam Machali, “Filantropi Islam Untuk Pendidikan: Strategi Pendanaan Dompet Dhuafa Dalam Program Sekolah Guru Indonesia (SGI),” MADANIA Vol. 21, no. No. 1 (June 2017).
19
swadaya dan RNGOs. Sedangkan lembaga swadaya masyarakat
difokuskan pada program perubahan sosial dengan melakukan
pengembangan dalam komunitas. RNGOs sebagian besar masih
menjalankan program yang berdasar kepada amal. Namun, dari
dana keuangan yang ada, RNGOs memperoleh keuntungan dari
ranah domestik filantropi dan lembaga swadaya bagi masyarakat
mendapatkan manfaat dari sebuah lembaga donor internasional.
Sebelumnya, studi menemukan bahwa LSM sangat bergantung
pada donor internasional dan LSM ini perlu diverifikasi sumber
daya keuangan tingkat lokal filantropi. Oleh karena itu menjadi
sangat membantu jika filantropi Islam dalam sebuah organisasi
dipahami sebagai cara LSM yang bersifat sekuler dan berfungsi
sebagai organisasi masyarakat sipil lembaga filantropi yang
sangat membantu kepada sumber daya domestik.51 Selain itu,
pengamalan filantropi itu sangat membantu terhadap pendidikan
seperti halnya penelitian yang dilakukan Huiquan Zhou tentang
“Corporate Philanthropy in Contemporary China: A Case of
Rural Compulsory Education Promotion”. Ia mengungkapkan,
adanya orang-orang dermawan itu baik dari lembaga perusahaan
maupun organisasi sangat membantu pada pembangunan sosial
dan infrastruktur, karena mereka memiliki dana keunagan sosial
cukup banyak dalam hal mempromosikan secara profesional di
sektor nirlaba yang ada di Cina.52
Aan Nasrullah menyebutkan penelitian tentang Pengelolaan
Dana Filantropi Untuk Pemberdayaan Pendidikan Anak Dhuafa
(Studi Kasus pada BMH Cabang Malang Jawa Timur), bahwa
survei membuktikan dengan menggunakan pendekatan kualitatif
untuk studi kasus dapat diketahui bahwa lembaga BMH Cabang
Malang berhasil menghimpun dana filantropi Islam. Kemudian
51 Tuty Alawiyah, “Religious Non-Governmental Organizations and
Philanthropy in Indonesia,” IJIMS, Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies Vol. 3, no. No. 2 (2013): 203-221.
52 Huiquan Zhou, “Corporate Philanthropy in Contemporary China: A Case of Rural Compulsory Education Promotion,” Voluntas 26, no. 4 (2015): 1143–1163, doi:10.1007/s11266-015-9587-x.
20
didistribusikan kepada empat program, yaitu program dakwah,
program pendidikan, program sosial dan program manajemen
ekonomi. Sedangkan dalam manajemen dana filantropi untuk
pemberdayaan pendidikan anak miskin akan disalurkan kepada
tiga program, yaitu program Berpadu (Beasiswa Peduli Anak
Dhuafa), program PPAS (Pusat Pengembangan Pendidikan
Anak Sholeh) dan program PSD (Pengembangan Sekolah
Dhuafa).53 Dalam kesempatan lain, filantropi sangat bermanfaat
dalam upaya pengembangan dan pemberdayaan ekonomi seperti
halnya penelitian yang dilakukan oleh Qi Mangku Bahjatulloh
tentang Pengembangan sisi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
melalui Kegiatan Filantropi (Studi Kasus Lembaga Tazakka D-
III Perbankan Syariah IAIN Salatiga). Ia mengatakan bahwa
pelaksanaan filantropi di dalam embaga pondok Tazakka yang
dilakukan oleh para mahasiswa D-III Perbankan Syariah IAIN
Salatiga dengan menggunakan field research atau penelitian
lapangan secara intensif, terperinci dan mendalam dalam melihat
lembaga tersebut mengalami perkembangan ekonomi yang
sangat signifikan disebabkan mereka memiliki semangat untuk
melakukan filantropi, yaitu mereka semangat dalam memberi
(giving), semangat memberi bantuan kepada kaum mustadh’afin,
semangat untuk melayani (service), dan semangat kebersamaan
(associate) Tazakka dalam kegiatan dengan melakukan beberapa
tahapan, adalah: tahap manajemen, tahap perencanaan (planing),
tahap Pengorganisasian (organization) dan tahap pergerakan
Pengawasan (controlling).54
Unun Roudlotul Janah melakukan penelitian studi lapangan
tentang Nilai-nilai Filantropi dalam sebuah Tradisi Yatiman di
Brotonegaran Ponorogo. Tradisi tersebut diselenggarakan dalam
53 Aan Nasrullah, “Pengelolaan Dana Filantropi Untuk Pemberdayaan
Pendidikan Anak Dhuafa (Studi Kasus Pada BMH Cabang Malang Jawa Timur),” Hunafa: Jurnal Studia Islamika 12, no. 1 (Juni 2015): 1–18.
54 Qi Mangku Bahjatulloh, “Pengembangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Kegiatan Filantropi (Studi Kasus Lembaga Tazakka DIII Perbankan Syariah IAIN Salatiga),” INFERENSI, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 10, no. 2 (Dsember 2016): 473–494.
21
memberikan santunan kepada anak-anak yatim pada tanggal 10
Muharam dalam setiap tahun. Dengan menggunakan analisis
data penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan basic need dan paradigma social service, ia berhasil mengungkap
sebuah fenomena yang terjadi dalam tradisi, yaitu: Pertama, bahwa filantropi dalam tradisi yatiman bukan semata berasal
motivasi beramal saleh, bersedekah atau infaq saja, tetapi ada
yang lebih mendasar yakni rasa kasih dan sayang, kemanusiaan
dan keadilan sosial serta panggilan hati nurani untuk berderma.
Kedua, tradisi yatiman termasuk dari bagian filantropi
tradisional karena kegiatannya dalam karitas, tidak kontinu dan
lebih cenderung menafsirkan filantropi secara an-sich.55
Filantropi (berderma) dibutuhkan oleh minoritas penduduk
Muslim sebagaimana yang dialami masyarakat Muslim yang
tinggal di Pulau Nias. Menurut penelitian Hilman Latief dengan
judul “Islamic Charities and Dakwah Movements in A Muslim
Minority Island: The Experience of Niasan Muslims,” bahwa
minoritas Muslim yang tinggal di Nias mengalami keterpurukan
baik ekonomi, politik, dan budaya pasca bencana dan pertikaian.
Akhirnya banyak orang yang datang ke sana untuk memberikan
bantuan orang-orang luar pulau Nias, baik mereka dari kalangan
Muslim maupun non Muslim. Aktivisme dakwah dari kalangan
Muslim memberikan bantuan baik materi maupun. Jadi selain
memberi bantuan zakat dan bantuan makanan, juga memberikan
sumbangan ilmu dengan mengajarkan Alquran, dan mengajak
mereka untuk tetap teguh dan komitmen berada dalam Islam
sebagai benteng agar mereka tidak keluar dari Islam. Filantropi
juga dilakukan oleh kalangan non-Muslim, mereka memberikan
bantuan dan mengajarkan ajaran Kristen. Maka disini terjadi
persaingan aspek pemberian bantuan dan ilmu. Muhammadiyah
sebagai organisasi modernis berbeda dengan organisasi lainnya,
dimana Muhammadiyah ini ajarannya bersifat purification atau
55 Unun Roudlotul Janah, “Nilai-nilai Filantropi pada Tradisi Yatiman di
Brotonegaran Ponorogo.,” Kodifikasia 10, no. 1 (2016): 57–84.
22
pemurnian, sementara kaum tradisional ajaran Islamnya masih
bercampur dengan budaya lokal.56 Filantropi menjadi bagian
dakwah bi al-ḥāl, sebagaimana dalam penelitian Abdur Razzaq
mengenai Pengembangan Model Pembangunan Ummat melalui
Lembaga Filantropi Islam sebagai Bentuk Dakwah bi al-ḥāl.
Menurutnya, wacana filantropi Islam sejak dahulu dilaksanakan
pada masa Islam dengan sebutan zakat, wakaf dan lain-lain,
semuanya itu menjadi bagian dakwah bi al-ḥāl. Dakwah bi al-
ḥāl banyak dilakukan oleh lembaga perbankan syariah, CSR dan
lain-lain untuk memperbaiki kondisi umat dalam kesejahteraan,
kesehatan, pendidikan dan menjauhkan diri dari kefakiran yang
mendekatikan kepada sifat kekufuran. Salah satu lembaga yang
menyentuh pembangunan umat melalui kegiatan beramal dan
merealisasikan kedermawanan ke masyarakat adalah perbankan
syariah di Indonesia yang melaksanakan Corporate Social
Responsibilities (CSR) dalam bidang kesehatan, pendidikan dan
kesejahteran. Ini hubungan yang sangat mendasar dalam konsep
filantropi Islam dan konsep dakwah bi al-ḥāl.57
Filantropi juga muncul karena adanya ketegangan antara
dua kelompok seperti dalam penelitian Jamie Goodwin yang
berjudul “The Double Character of Cuban Protestantism and
Philanthropy.” Goodwin menjelaskan, kemunculan filantropi
dilatabelakangi oleh geo-politik antara Kristen Protestan Kuba
dan Amerika Serikat yang melahirkan gerakan filantropi yang
menimbulkan teologi pembebasan yang bisa menyeimbangkan
pengaruh teologi dan filantropi di Barat.58 Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Siti Khadijah, Muhammad Sabki
56 Hilman Latief, “Islamic Charities and Dakwah Movements in A
Muslim Minority Island: The Experience of Niasan Muslims,” Journal of Indonesian Islam 6, no. 2 (2012): 221–244.
57Abdur Razzaq, “Pengembangan Model Pembangunan Ummat Melalui Lembaga Filantropi Islam Sebagai Bentuk Dakwah Bil Hal,” Intizar 20, no. 1 (2014): 163–179.
58 Jamie Goodwin, “The Double Character of Cuban Protestantism and Philanthropy,” Religions 9, no. 9 (2018): 265.
23
dan Ismail dengan judul Philanthropic Commitment Traits for Waqf in Higher Education. Ketiga orang tersebut melakukan
penelitian tentang komitmen filantropi dalam bentuk wakaf di
kalangan anak-anak muda yang bekerja dalam memastikan dana
yang masuk secara terus menerus untuk beramal saleh. Dana
tersebut digunakan untuk pembangunan sebuah pendidikan yang
mengalami perkembangan yang tinggi. Peneltian ini bertujuan
untuk menguji karakteristik komitmen wakif dalam masalah
wakaf Penelitian ini menguji karakteristik komitmen wakaf di
antara waqif. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengukur
faktor-faktor yang mempengaruhi waqif untuk menyumbangkan
properti atau pendapatan mereka ke wakaf untuk pendidikan.
Cara untuk mengukur komitmen wakaf adalah mereka
membagikan 400 kuisioner kepada responden dewasa dan muda
yang bekerja di daerah Lembah Klang. Atribut komitmen wakaf
terdiri dari religiusitas, kepercayaan, altruisme, karakteristik
pribadi, citra-diri, manfaat secara psikologis, norma sosial dan
kepuasan dari pribadi. Hasil temuannya menunjukkan bahwa
religiusitas, Altruisme, dan kepuasan pribadi mengalami suatu
perkembangan yang signifikan, tetapi kepercayaan dan norma
sosial tidak terlalu berpengaruh pada perkembangan wakaf.59
Choirul Mahmud melakukan penelitian tentang filantropi
zakat Tionghoa Surabaya yakni Filantropi Islam di Komunitas
Muslim Tionghoa Surabaya: Ikhtiar Manajemen Zakat untuk
Kesejahteraan dan Harmoni Sosial. Penelitian ini juga dilakukan
dengan menggunakan data kualitatif, wawancara, dan buku serta
jurnal. Tulisan ini menjelaskan tentang optimalisasi program
zakat, manajemen zakat dan pembangunan zakat di Indonesia.
Hasil penelitian ini menunjukkan optimalisasi program zakat di
komunitas Tionghoa Surabaya masih belum signifikan, dan
manajemen zakat professional perlu kerjasama yang melibatkan
kalangan masyakat Muslim Tionghoa, masyarakat Muslim non-
59 Siti Khadijah Abd Manan, Muhammad Sabki, and A Ismail,
“Philanthropic Commitment Traits for Waqf in Higher Education,” Global Journal Al-Thaqafah 7, no. 1 (2017): 71–77.
24
Tionghoa dan pemerintah untuk memperolah hasil yang cukup
optimal.60 Hal yang menarik penelitian tentang filantropi yang
dilakukan di Amerika sebagaimana Fuad Hasyim, ia meneliti
tentang Gerakan Filantropi Islam di Amerika. Penelitian ini
menjelaskan perkembangan filantropi Islam di Amerika yang
dimanifestasikan dalam lembaga filantropi yang berkontribusi
terhadap solidaritas dan pemberdayaan umat di Amerika. Cara
yang ditempuh adalah dengan melakukan kajian literatur dengan
metode penelitian kualitatif dan pendekatan multidisipliner.
Hasil penelitiannya menunjukkan empat basis lembaga filantropi
Islam di Amerika adalah masjid, lembaga pendidikan, etnis,
aliran atau mazhab pemikiran. Selain itu, terdapat hubungan
yang sangat signifikan antara eksistensi lembaga filantropi Islam
dengan kebijakan politik pemerintah mengenai isu radikalisme
di tubuh umat Islam di Amerika.61
Berdasarkan telaah penelitian pustaka yang disebutkan di
atas, bahwa kajian tentang living hadis hanya berbicara kajian
living hadis dalam tradisi masyarakat dan praktik keagamaan
tentang label bidah dalam masyarakat Jambi yang dilandasi oleh
hadis Nabi, terutama dalam Muhammadiyah tidak ditemukan
kajian yang membahas tentang living hadis yang difokuskan
kepada praktik filantropi. Kajian hadis di Muhammadiyah hanya
berpusat kepada hadis seputar pemahaman dan kehujjahannya.
Karena itu, peneliti menganggap bahwa kajian living hadis di
Muhammadiyah belum ada yang mengkaji sehingga memberi
peluang untuk melakukan studi living hadis dalam gerakan
filantropi Muhammadiyah. Selain itu, bagi peneliti kajian hadis
dalam Muhammadiyah bukan sesuatu yang baru, karena peneliti
pernah melakukan kajian hadis tentang Muhammadiyah dalam
60 Choirul Mahfud, “Filantropi Islam di Komunitas Muslim Tionghoa
Surabaya : Ikhtiar Manajemen Zakat Untuk Kesejahteraan dan Harmoni Sosial Berdasarkan Observasi Langsung di Lokasi Masjid Cheng Muslim Tionghoa di Indonesia , Khususnya di Surabaya , Menyadari” 12, no. 1 (2018): 149–176.
61 Fuad Hasyim, “Gerakan Filantropi Islam di Amerika,” Jurnal Studi Al-Qur’an 14, no. 1 (2018): 16–31.
25
melihat sisi konsistensi Muhammadiyah terhadap As-Sunnah al-Maqbūlah, seperti yang telah disebutkan di atas.
E. Kerangka Teoretik
Untuk penelitian disertasi tentang studi kajian living hadis
dalam gerakan sosial ala Muhammadiyah, peneliti menggunakan
dua kerangka teori, yaitu teori living hadis dan teori kontruksi
sosial dan sosiologi pengetahuan. Dua teori ini sengaja dibuat
agar bisa dijadikan sebagai kaca mata dan pisau analisis dalam
melihat gerakan sosial yang dilakukan lembaga Muhammadiyah
sebagai upaya untuk mendapatkan nilai-nilai Islamic-teologis
yang disandarkan kepada hadis Nabi.
1. Teori Living Hadis
Living hadis adalah hadis yang hidup dan dipraktikkan di
masyarakat. Dengan kata lain, living hadis berarti hadis yang
hidup dan dihidupkan oleh masyarakat, baik secara material-
natural, praktikal-personal maupun praktikal komunal dengan
tidak melakukan bentuk justifikasi tentang kebenaran praktik,
artikulasi dan perwujudan yang disandarkan pada hadis Nabi.62
Istilah living hadis sebenarnya telah dipopulerkan oleh
Barbara D. Metcalf. Beliau adalah professor perempuan yang
ahli di bidang sejarah di Universitas Michigan, Ann Arbor.63
Teks hadis adalah suatu hal yang urgen karena ia berperan
sebagai simbol atau representasi dari otoritas kaum Muslimin.
Dalam penelitiannya “Living Hadith in the Tablighi Jama’at “ di
Pakistan dan kelompok Muslim, menunjukkan bahwa teks hadis
atau Alquran berfungsi sebagai sebuah framework kritik-autokritik terhadap budaya yang kurang sesuai dengan ajaran
Islam. Penyampaian teks hadis sekaligus menjawab fenomena
62 Ahmad Ubaidi Hasbillah, Ilmu Living Quran dan Hadis: Ontologi,
Epistemologi dan Aksiologi (Banten: Maktabah Darus-Sunnah, 2019), 29. 63 Barbara D. Metcalf, Islam in South Asia in Practice (New York:
Princeton University Press, 2009), xiv.
26
yang terjadi di masyarakat.64 Hal ini berarti kajian living hadis
berfungsi melakukan kritik terhadap fenomena yang terjadi di
masyarakat dengan hadis yang bisa dijadikan sebagai justifikasi
untuk mengklaim bahwa segala apa yang dilakukan oleh mereka
bertentangan dengan hadis.
Apabila dilihat dari aspek hadis, terdapat perbedaan arti di
kalangan para sarjana Muslim. Ignaz Goldziher, ia mengatakan
bahwa hadis adalah sebuah kisah, informasi baik bersifat sekular
maupun keagamaan yang terjadi pada masa lampau di waktu
tertentu.65 Menurut Goldziher, hadis jika diambil dilihat dari
kata aḥdaṡa memiliki arti inovasi baru (bidah) yang tidak pernah
dilakukan pada masa Nabi.66 Sedangkan sunah adalah praktik
atau kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Arab, baik di
masa Nabi dan masa sahabat. Praktik tersebut bisa saja sesuai
dengan apa yang dilakukan Nabi atau sebaliknya.67
Definisi hadis menurut Goldziher di atas, diamini oleh
Fazlur Rahman yang memaknai hadis sebagai sebuah refleksi
verbal atau laporan dan tuturan yang disandarkan kepada Nabi
tentang perkataan, perbuatan, dan sesuatu yang disetujui atau
tidak disetujui oleh Nabi.68 Ini berbeda dengan sunah. Sunnah
menurutnya adalah praktik atau aktualisasi dari hadis, sehingga
sunah ideal adalah tradisi praktik sedangkan hadis tradisi verbal
yang keduanya disandarkan kepada Nabi Muhammad. Maka
living hadis menurut Fazlur Rahman adalah living sunah, yakni
tradisi yang hidup yang berasal dari sunah yang ideal yang
mengalami penafsiran dan diaktualisasikan di dalam kehidupan
64 Barbara D. Metcalf, “Living Hadith in the Tablighi Jama’at,” Journal
of Asian Studies 52, no. 3 (1993), 584-608. 65 Ignaz Goldziher, Muslim Studies (London: George Alen dan Unwin,
1971), 18. 66 Ibid., 28. 67 Ibid., 25-26. 68 Fazlur Rahman, Islam (Chicago: University of Chicago Press, 1979),
68-69.
27
sehari-hari.69 Dalam hal ini, menurut Fazlur Rahman bahwa
sunah bersifat otoritatif dan nyata dalam pemberlakuan hukum
Islam yang tidak hanya sekedar penyampaian semata. Dari sini,
dipahami bahwa praktik umat Islam itu ada yang sesuai dengan
contoh Nabi-nya dan ada juga yang tidak sesuai dengan apa
yang dicontohkan oleh Nabi dalam hadisnya.
Aisha Y. Musa mengatakan bahwa hadis adalah satu-
satunya wahana yang bisa diakses oleh sebagian umat Islam
melalui sebuah sunah Nabi Muhammad SAW yang mencakup
perkataaan dan perbuatan, baik disetujui atau tidak disetujui. Hal
ini bisa mempengaruhi mayoritas umat Islam pada masa lampau
sehingga otoritas mereka seolah-olah tidak terbantahkan.70 Dari
sini, dipahami, hadis dijadikan sebagai pedoman dan memiliki
otoritas yang lebih luas sekalipun di kalangan sebagian orientalis
meragukannya seperti pemahaman definisi hadis menurut Ignaz
Goldziher.
Salah seorang sarjana Muslim, seperti Muhammad Ajāj al-
Khātīb dengan mengutip sebuah pendapat para ahli hadis yang
mengatakan bahwa hadis sama dengan sunah, yaitu segala apa
yang bersumber dari Nabi SAW, baik sebelum diangkat menjadi
Nabi atau setelahnya. Tetapi jika kata al-ḥadīṡ dimaknai secara
umum, maka maknanya segala sesuatu yang diriwayatkan dari
Rasulullah SAW pasca kenabian, baik perkataan, perbuatan
maupun taqrīr.71 Sedangkan Muhammadiyah sering menyebut
dalam beberapa hal “berpegang kepada Alquran dan As-Sunnah al-Maqbūlah.72 Kata “As-Sunnah” adalah “Hadis” yang di
69 Fazlur Rahman, Islamic Methodology in History (Pakistan: Islamic
Research Institute, 1988), 27-32. 70 Aisha Y. Musa, Hadith as Scripture: Discussions on the Authority of
Prophetic Traditions in Islam (New York: Palgrave Macmillan, 2008), 1. 71 Muḥammad ‘Ajāj Al-Khaṭīb, Uṣūl ql-Ḥadīṡ Ulūmuhu wa
Muṣṭālaḥuhu (Beirūt: Dār al-Fikr, 2008), 19. 72 As-Sunnah al-Maqbūlah ialah perkataan, perbuatan dan ketetapan
Nabi yang menurut hasil analisis memenuhi kriteria ṣaḥīḥ dan ḥasan. Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Keputusan Musyawarah Nasional XXV Tarjih Muhammadiyah (Jakarta: 3-5 Rabi’ul Akhir 1421/ 5-7 Juli 2000), 8.
28
dalamnya terdapat tiga hal, yaitu perkataan, perbuatan (praktik),
dan ketetapan Nabi. Karena itu, makna sunah dalam pandangan
Muhammadiyah juga disebut hadis atau sebaliknya.
Berdasakan uraian di atas, terjadi perdebatan di kalangan
kaum intelektual Muslim, baik klasik maupun kontemporer
tentang definisi dari kata hadis dan sunah. Perbedaan tersebut
berimplikasi pada penggunaan kata living hadis yang bisa jadi
mengandung pengertian ganda, yakni bisa living sunah dan juga
bisa living hadis. Namun, penulis lebih cenderung kepada living
hadis, karena hadis jika dilihat dari definisinya telah mencakup
segala praktik yang ada di dalamnya (sunah), sehingga hadis
lebih sesuai disandarkan kepada kata living dibanding sunah.
Kajian living hadis bisa dikatakan berbeda dengan kajian
ma’āni al-Ḥadīṡ dan fahmi al-Ḥadīṡ, keduanya fokus kepada
kajian matan dan sanad hadis, sedangkan kajian living hadis
lebih menekankan kepada praktik sosial-keagamaan masyarakat,
bagaimana pemahaman mereka terhadap teks hadis dengan
tanpa melakukan penilaian terhadap kualitas hadis. Karena itu,
dipahami bahwa kajian living hadis mengkaji praktik kegiatan
masyarakat yang diinisiasi oleh teks hadis tanpa melakukan
justifikasi tentang kesahihan hadisnya, seperti ṣaḥīḥ, ḥasan dan
daif kecuali hadis mauḍū’.73
Hadis yang hidup dan dihidupkan oleh masyarakat atau
organisasi tertentu biasanya muncul dari penyampaian materi
para tokoh agama yang disampaikan dalam tiga bentuk tradisi
varian living hadis, yaitu tradisi tulis, tradisi lisan dan tradisi
praktik.74 Varian pertama, tradisi tulis. Tradisi tulis yang
dimaksud adalah hadis-hadis tersebut biasanya tertulis dalam
tempat-tempat suci dan tempat umum seperti masjid, mushala,
gedung, sekolah dan sebagainya yang mengandung khazanah
73 Saifuddin Zuhri Qudsy, “Living Hadis: Genealogi, Teori Dan
Aplikasi,” Jurnal Living Hadis 1, no. 1 (2016): 177–196. 74 M. Alfatih Suryadilaga, “Model-Model Living Hadis,” in Metodologi
Living Qur’an Dan Hadis, ed. Sahiron Syamsuddin (Yogyakarta: Teras, 2007), 114-130.
29
khas ala Indonesia yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Misalnya, hadis tentang kebersihan dan cinta tanah air
sekalipun itu bukan hadis, tetapi masyarakat menganggapnya
sebagai hadis yaitu “kebersihan itu sebagian dari iman” dan
“cinta tanah air adalah sebagian dari pada iman”. Dalam
perkembangannya, ada juga hadis yang benar-benar bersumber
dari Nabi dan sebagian masyarakat umum mengekspresikannya
dengan melakukan reinterpretasi yang beragam. Misalnya, hadis
ketidakberuntungan seorang perempuan yang dijadikan sebagai
pemimpin, “tidak akan beruntung suatu kaum atau bangsa
seandainya urusannya diserahkan kepada perempuan”. Varian kedua, tradisi lisan. Tradisi lisan ini dalam living hadis berjalan
beriringan dengan praktik yang dilakukan umat Islam. Biasanya
disampaikan dan atau dibaca melalui oral oleh seseorang atau
pemuka agama. Misalnya, tradisi tentang membaca Alquran
surat as-Sajdah dan al-Insan pada waktu salat subuh di hari
jumat sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
dalam kitab Ṣaḥīḥ Muslim. Contoh lain, misalnya berdzikir dan
berdoa setelah salat dengan bacaan yang beragam, ada yang
pendek dan ada juga yang panjang, tradisi khataman Alquran di
Pondok Pesantren, dan lain-lain. Varian ketiga, tradisi praktik.
Tradisi ini dalam studi living hadis cenderung banyak dilakukan
oleh masyarakat khususnya Indonesia yang disandarkan kepada
Nabi sebagai sosok penyampai ajaran Islam. Misalnya, masalah
ibadah salat, ditemukan di daerah Nusa Tenggara Barat terdapat
tradisi salat wetu telu, dan wetu lima. Padahal dalam hadis Nabi
disebutkan salat lima waktu. Contoh yang lain adalah tentang
khitan perempuan. Tradisi tentang khitan perempuan telah
dilakukan sebelum masa Islam datang terutama ke Indonesia.
Tradisi khitan perempuan dilakukan di daerah Afrika dan Asia
Barat Daya yang dilakukan oleh suku Semit (Yahudi dan Arab)
dan Hamit. Mereka mengkhitan laki-laki dan perempuan yang
kebanyakan dilakukan oleh masyarakat kulit hitam di Afrika
Selatan dan Timur. Apabila ditelusuri praktik tersebut, maka
ditemukan sebuah hadis Nabi yang menjelaskan tentang khitan
30
perempuan seperti tersebut dalam riwayat Abu Dāwud dalam
kitab Sunan-nya dan Ibnu Mājah dalam kitab-nya.
Diskursus living hadis biasanya dipraktikkan dalam dua
aktor yang secara bersama berasal dari dua teks besar dan teks
kecil yang bertemu dalam sebuah praktik yang mendeskripsikan
adanya relasi kuasa dan dinamika kekuasaan yang merupakan
respon terhadap praktik fenomena yang terjadi di masyarakat.
Dalam praktik lapangan, seorang peneliti harus bisa menyingkap
fenomena hadis yang hidup di masyarakat. Hal itu dilakukan
untuk memahami bagaimana praktik itu didasarkan pada hadis
yang diproduksi secara historis sebagai bagian dari memelihara
dan mempertahankan tradisi atau praktik sosial yang diskursif.75
Berdasarkan uraian di atas, sebuah teks perlu dilakukan
interpretasi yang melibatkan aktivitas sosial, namun pada saat
yang sama teks menjadi starting point yang sangat menentukan
terhadap realitas sosial masyarakat sebagaimana telah diuraikan
oleh Barbara D. Metcalf. Proses interpretasi secara budaya bisa
dirumuskan sebagai berikut, yaitu; a) adanya unsur otoritas teks
yang terdiri dari set of mind dalam diskursif yang membentuk
mode of conduct dan directing practices sebagai bagian
terpenting dalam membentuk jati diri dalam sebuah kehidupan,
(b) otoritas teks hadir setelah praktik yang didasarkan kepada
sebuah alat atau intrumen meliputi motivation (mengharap rida
Allah, merengkuh dan lain-lain) dan mood (perasaan, emosi dan
lain-lain) terhadap sebuah praktik sosial dalam masyarakat, (c)
signifikansi otoritas teks secara budaya itu dimainkan oleh para
pemuka agama (religious leader), cultural broker dan lain-lain
dalam hal mengkondisikan komunitas muslim ketika merasakan
kebenaran (experiencing the truth) melalui dua intrumen, yaitu
mood and motivations sebagai bagian dari petunjuk Tuhan, (d)
pendukung, ada pemilihan (choice) di dalam set of conduct yang
dilakukan oleh komunitas muslim dalam melakukan kompetisi
75 Saifuddin Zuhri dan Subkhani Kusuma Dewi, Living Hadis: Praktik,
Resepsi, Dan Transmisi (Yogyakarta: Q-Media, 2018), 36.
31
budaya dalam masyarakat, (e) agensi secara sosio-psikologi
dapat menghadirkan boundary atau batasan di antara setiap
komunitas muslim.76
Sam D. Gill mengatakan, bahwa teks suci selain terdapat
aspek informative, juga didukung oleh aspek performatif. Keduanya digunakan dalam memahami dan mempraktikkan
sebuah teks (hadis). Menurut Sam D. Gill, para penganut agama
yang literal mampu memahami sebuah teks namun tidak bisa
mengekpresikan semuanya karena hanya bisa mengamalkan apa
yang ada dalam teks hadis. Hal ini berbeda dengan tradisi atau
kebiasaan non-literal, mereka memiliki pemahaman luas yang
tidak hanya terbatas kepada teks. Ketika seseorang melakukan
studi terhadap teks, paling tidak, ada dua bentuk yang perlu
diketahui, yaitu bentuk horizontal dan bentuk vertikal. Bentuk
horizontal adalah sebuah pendekatan yang dilakukan dengan
cara mengambil jenis data baik secara tertulis maupun tidak
tertulis (gerakan di lapangan), sedangkan vertikal adalah sebuah
pendekatan interpretative yang berangkat dari upaya mencari
penjelasan kepada gerakan yang didasarkan kepada pengalaman
orang. Dalam hal ini dibagi dua aspek, yaitu informatif dan
performatif. Aspek informatif adalah seorang pemeluk agama
mencari data teks yang dibaca untuk dipahami dan diamalkan,
sedangkan aspek performatif adalah berupaya mengungkap
secara simbolik dari para pemeluk agama yang muncul dari luar
teks.77 Performatif lebih cenderung pada praktik yang dilakukan
masyarakat sebagai bentuk pengamalan dari sebuah teks hadis
sekalipun tidak menyadari bahwa apa yang dilakukannya berasal
dari teks hadis.
Untuk memperkaya teori dalam penelitian di atas, peneliti
menggunakan teori resepsi, teori ini adalah teori resepsi yang
digunakan oleh Ahmad Rafiq dalam sebuah disertasinya yang
76 Zuhri dan Dewi., Living hadis…, 46. 77 Sam D. Gill, “Nonliterate Traditions and Holy Books,” in The Holy
Book In Comparative Perspective (Columbia: University of South Carolina Press, 1993), 235-236.
32
berjudul The Reception of the Quran in Indonesia: a Case Study of the Place of the Quran in a Non-Arabic Speaking Commmunity.78 Beliau menjelaskan tiga hal teori resepsi, yaitu
resepsi exegesis, resepsi aestetis dan resepsi fungsional. a)
Resepi exegesis adalah suatu tindakan untuk menafsirkan
sebuah teks yang terdapat dalam hadis Nabi, (b) resepsi aestetis
adalah suatu tindakan untuk meresepsi sebuah teks hadis yang
berasal dari pengalaman yang dirasakan oleh seorang pembaca
teks seperti seni kaligrafi dan tulisan-tulisan yang terdapat dalam
bentuk artefak atau tulisan di dinding, dan terakhir (c) resepsi
fungsional adalah upaya memperlakukan teks dengan tujuan
untuk mendapatkan manfaat dari apa yang dibaca. Dengan kata
lain, berusaha mempraktikkan teks hadis. Resepsi yang terakhir
ini memiliki dua fungsi, yaitu fungsi informatif dan fungsi
performatif. Fungsi informatif adalah sebuah upaya memahami
dan menafsirkan teks hadis, sedangkan performatif adalah
sebuah upaya untuk mempraktikkan sebuah teks hadis atau
menginternalisasikan nilai-nilai teks hadis di dalam kehidupan
sehari-hari. Teori ini berusaha mencari titik temu antara ajaran
yang tertulis dengan praktik teks yang dilakukan seseorang atau
sekelompok dalam melakukan gerakan sosial yang bersumber
dari doktrin agama (teks hadis).
Berdasarkan teori living hadis di atas, terdapat dua teori
yang memiliki kesamaan, yakni teori Sam D. Gill dan Ahmad
Rafiq. Keduanya menyatakan bahwa fenomena sosial yang
terjadi di masyarakat itu berangkat dari sebuah teks, bagaimana
sebuah teks itu dipahami dan dinterpretasi, lalu dipraktikkan
dalam kehidupan masyarakat. Artinya bahwa teks hadis itu bisa
menginspirasi pembaca yang kemudian diamalkan ke dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini bisa saja digunakan dalam melihat
tradisi masyarakat dalam melakukan sesuatu. Namun, hal itu
sedikit berbeda dengan mengkaji sebuah modernitas organisasi
78 Ahmad Rafiq, The Reception of the Quran In Indonesia: A Case Study
of the Place of the Quran in a Non-Arabic Speaking Commmunity (Florida: Temple University, 2014), 14-15.
33
Muhammadiyah. Organisasi ini melakukan gerakan sosial itu
berangkat dari respons terhadap gejala sosial yang terjadi di
masa lampau yang membuat para tokohnya ingin melakukan
sesuatu yang dilakukan oleh agama lain. Karena itu, kedua teori
itu belum bisa menjawab gejala sosial sehingga perlu digunakan
teori sosial, yaitu teori Peter L Berger dan Thomas Luckmann.
2. Teori Sosial
Untuk mengkaji tindakan sosial organisasi Muhammadiyah,
maka peneliti menggunakan teori Peter L. Berger dan Thomas
Luckmann tentang kontruksi sosial dan sosiologi pengetahuan.
Tindakan bidang sosial yang dilakukan Muhammadiyah sangat
terkait dengan teori kontruksi sosial Peter L. Berger dan Thomas
Luckmann dalam bukunya “The Social Contruction of Reality: A Treatise in the Sociologi of Knowledge”. Teori konstruksi sosial
dimulai dari sosiologi pengetahuan yang terdiri dari dua kata
kunci, yaitu “kenyataan” dan “pengetahuan”. Kenyataan berarti
sebagai suatu realitas yang terdapat dalam fenomena-fenomena
yang dianggap sudah memiliki keberadaan (being) yang tidak
tergantung kepada keinginan pribadi. Sedangkan pengetahuan
adalah kepastian tentang fenomena yang empiris dan memiliki
karakteristik yang jelas.79
Sosiologi pengetahuan berarti berbicara tentang sesuatu
yang dianggap sebagai pengetahuan di dalam suatu masyarakat
tanpa memperhatikan kebenaran dan kesalahan pengetahuan
tersebut. Karena itu, sosiologi pengetahuan berarti menekuni apa
yang dianggap sebagai pengetahuan oleh masyarakat.80
Berger dan Thomas menaruh perhatian kepada hubungan
manusia dengan suatu gejala sosial yang merupakan tempat
menghadirkan pemikiran atau gagasan yang berkembang dan
dilembagakan. Kenyataan tersebut dibuat secara sosial yang
menghadirkan sebuah sosiologi pengetahuan untuk menganalisis
79 Peter L Berger dan Thomas Luckmann, Tafsir Sosial Atas Kenyataan:
Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan, Terj. Hasan Basri (Jakarta: LP3ES, 2013), 1.
80 Ibid., 4 dan 6.
34
proses terjadinya. Selain hal itu, sosiologi pengetahuan tersebut
memusatkan perhatian pada struktur dunia akal sehat (common-sense world) dimana kenyataan sosial bisa saja didekati oleh
berbagai macam pendekatan, seperti pendekatan filosofis yang
bercorak moralistis dan pendekatan praktis dan fungsional yang
membangun sebuah struktur bangunan dunia akal sehat yang
memproduksi pengetahuan kemudian dilembagakan.
Sosiologi pengetahuan bisa menghadirkan kontruksi sosial
untuk membaca fenomena yang terjadi di lapangan. Teori ini
merupakan kelanjutan dari teori fenomenologi yang digagas
oleh Higgel, Husserl, dan Schuctz. Konstruksi sosial Peter L.
Berger dan Thomas Luckmann menyatakan, bahwa agama
menjadi bagian dari kebudayaan yang merupakan konstruksi
manusia. Teori konstruksi berarti mengandaikan suatu proses
dialektika antara individu dengan fakta realitas masyarakat yang
bisa dijadikan guidance (pedoman) untuk melihat bagaimana
setiap individu membentuk dan dibentuk oleh teks hadis sebagai
fenomena dalam aspek kehidupan sehari-hari.81 Artinya terdapat
proses dialektika antara agama dan masyarakat, karena agama
atau hadis merupakan sesuatu entitas yang obyektif dan berada
di luar diri manusia. Agama akan mengalami proses objektivitas
seperti agama dalam teks yang menjadi tata nilai, norma dan
aturan bagi setiap manusia. Karena itu, agama ditafsirkan oleh
masyarakat sebagai pedoman hidup (way of life), sehingga
agama mengalami proses eksternalisasi yang mengawasi dan
mengontrol suatu tindakan yang dilakukan oleh masyarakat.
Menurut Berger, bahwa realitas kehidupan sehari-hari memiliki
dua dimensi, yaitu dimensi subyekti dan obyektif. Manusia
merupakan instrument kunci dalam menciptakan realitas sosial
obyektif dan eksternalisasi yang berpengaruh kepada proses
internalisasi. Berger melihat bahwa masyarakat sebagai produk
manusia dan manusia sebagai produk masyarakat.
81 Qudsy, “Living Hadis: Genealogi, Teori dan Aplikasi.”, 193.
35
Masyarakat sebagai realitas obyektif, dalam hal ini Berger
sependapat dengan Durkheim yang sama-sama melihat struktur
sosial yang obyektif dan juga memiliki karakter sendiri, tetapi
sebenarnya memiliki hubungan eksternalisasi manusia dalam
struktur yang sudah terbentuk. Eksternalisasi kemudian meluas
kepada struktur sosial yang ada, sehingga struktur merupakan
suatu proses yang berkembang dan berkelanjutan. Sedangkan
masyarakat atau individu sebagai realitas subyektif merupakan
realitas yang berasal dari realitas obyektif yang ditafsirkan oleh
realitas subyektif dalam setiap kegiatan sosial. Artinya, terjadi
proses dialektika antara realitas obyektif dan subyektif.82
Berdasarkan konstruksi sosial Berger dan Thomas, maka
realitas sosial obyektif merupakan tumpukan informasi dari hasil
interaksi dalam kehidupan sehari-hari dalam suatu masyarakat
kemudian dikonstruksi oleh common sense (akal) manusia
sebagai realitas subyektif, kemudian dipahami dan diterima serta
direspons yang menghadirkan suatu perbuatan terhadap realitas
obyektif yang membentuk dan dibentuk oleh agama (teks hadis)
kemudian dipraktikkan dalam kehidupan sosial.
Bentuk operasional dari teori yang ditawarkan oleh Peter L
Berger dan Thomas Luckmann adalah bagaimana masyarakat
menerima, memahami dan mengamalkan pengetahuan itu yang
berasal dari teks. Untuk mencapai proses ini, maka dibutuhkan
transmisi dan transformasi pengetahuan yang terbagi dalam tiga
tahapan, yaitu eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi.
Ketiga tahapan tersebut merupakan interaksi dan relasi sosial
yang disebut oleh Peter Berger dan Thomas sebagai bagian dari
kebudayaan.
Eksternalisasi adalah proses individu atau kelompok yang
mempraktikkan suatu pengetahuan seseorang yang berinteraksi
dengan dunia luar. Adapun objektivasi adalah penerimaan
masyarakat akan pengetahuan subjektif yang akhirnya bertemu
82 Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer (Jakarta: Rajawali Pers,
2010), 302-305.
36
antara pengetahuan yang subjektif personal dengan pengetahuan
objektif. Kemudian internalisasi adalah mengamalkan sebuah
informasi (pengetahuan agama) yang disampaikan oleh para
tokoh agama yang disepakati secara bersama. Proses itu disebut
transmisi dan transformasi pengetahuan yang diresepsikan oleh
masyarakat secara berbeda-beda.
Perubahan sosial bisa berlangsung secara terus menerus dan
mengalami perkembangan tergantung pada proses internalisasi
masyarakat atau generasi berikutnya yang menerapkan informasi
yang disampaikan oleh eksternalisasi yakni tokoh agama melalui
teks-teks hadis yang mempengaruhi akal pemikirannya sehingga
melahirkan pelembagaan sebagai respon terhadap problem sosial
masyarakat.
Gambaran proses kerja teori sosiologi pengetahuan adalah
sebagai berikut:
Berdasarkan teori Peter L Berger dan Thomas Luckmann
tersebut, bahwa seseorang melakukan sesuatu dipengaruhi oleh
dunia luar dan interaksi sosial yang terjadi di masa lalu. Teori ini
tampaknya tidak menjelaskan secara detail tentang dunia luar
dan interaksi sosialnya yang mempengaruhi individu atau
kelompok masyarakat tertentu di dalam melakukan tindakan
sosialnya. Karena itu, peneliti akan mengembangkan teori ini,
yaitu seseorang melakukan segala tindakan tentu dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu faktor ekonomi, faktor politik, faktor
sosial dan faktor budaya masyarakat yang berkembang terutama
Eksternalisasi•Individu•Kelompok
Objektivasi •Masyarakat
Internalisasi•Tiap-tiap individu
37
di masa kolonial Belanda yang merespons kelompok organisasi
melakukan perubahan sosial.
Teori ini akan digunakan untuk menganalisis fenomena
living hadis dalam dinamika filantropi Muhammadiyah dengan
menghubungkan teori living hadis yang digunakan oleh Ahmad
Rafiq dengan tiga teori resepsinya yaitu resepsi exegesis, resepsi
aestetis dan fungsional dengan teori sosiologi pengetahuan dan
kontruksi sosial Peter L Berger dan Thomas Luckman, yaitu
faktor sosial, ekonomi, politik, dan budaya masyarakat. Atas
dasar dua teori tersebut, living hadis dalam gerakan filantropi
Muhammadiyah dapat menginspirasi dengan segala faktor yang
mengitarinya yang meliputi sosial, ekonomi, politik, dan budaya
masyarakat. Karena itu, teks hadis muncul belakangan sebagai
respons terhadap problem sosial di masa silam. Hal ini sesuai
ungkapan David Bloor yang mengatakan bahwa sosiologi
pengetahuan itu didasarkan kepada empat faktor yakni ekonomi,
politik, sosial dan budaya.83 Dalam konteks ini, kajian living
hadis dijelaskan sesuai realitanya tanpa melakukan pemihakan
(moderat) berdasarkan data yang diperoleh baik berasal dari data
literatur maupun data lapangan.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam disertasi ini adalah jenis penelitian
kualitatif, yaitu penelitian yang digunakan peneliti kepada objek
penelitian alamiah dengan melakukan suatu pengamatan,
wawancara dan penelaahan dokumen.84 Jenis penelitian tersebut
dilakukan dengan alasan agar lebih memudahkan peneliti dalam
menyajikan data penelitian dengan langsung berhadapan dengan
83 David Bloor, Knowledge and Social Imagery (Chicago: The
University of Chicago Press, 1991), 50. Lihat juga Muhyar Fanani, Metode Studi Islam: Aplikasi Sosiologi Pengetahuan sebagai Cara Pandang (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 65-66.
84 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitan Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), 4.
38
pihak responden. Adapun penelitian ini merupakan penelitian
field research, yaitu penelitian yang didasarkan kepada data
lapangan,85 yang dikombinasikan dengan data literatur atau data
kepustakaan (liberary research) yang difokuskan pada lembaga
filantropi dalam gerakan Muhammadiyah khusus di Daerah
Istimewa Yogyakarta studi living hadis.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan di lembaga Muhammadiyah
dengan menggunakan tiga langkah konkrit agar penelitian ini
menjadi jelas dan terang, yaitu: metode observasi, wawancara,
dan penelusuran dokumen. Dalam pengumpulan data terdapat
aspek Instrumen penelitian, yaitu alat bantu yang dapat dipilih
dan digunakan oleh peneliti dalam melakukan pengumpulan
data agar sistematis dan mudah.86 Instrument kunci adalah
peneliti sendiri yang berfungsi menetapkan penelitian living
hadis dalam gerakan Muhammadiyah dengan memilih para
informan yang pantas dijadikan sebagai data penelitian. Para
informan atau responden adalah mereka yang selalu membantu
peneliti dalam pengumpulan data dengan teknik observasi dan
wawancara yang dilakukan terhadap mereka dan lembaga.87
Kemudian data tersebut dikumpulkan, dianalisis, ditafsirkan,
dan disimpulkan berdasar data yang ada dalam alat perekam
untuk mendapatkan suatu data yang akurat.88 Adapun cara kerja
pengumpulan data ini adalah sebagai berikut:
a. Metode Observasi atau Pengamatan
Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan
turun langsung ke lapangan, mengamati hal-hal yang berkaitan
dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu,
85 Koentjaraningrat, “Penulisan Laporan Penelitian” dalam Metode-
metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1989), 319. Lihat Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 173
86 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 134.
87 Nata, Metodologi Studi Islam, 173. 88 Sugiono, Statistik untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2004), 306.
39
peristiwa, tujuan, dan mood (perasaan). Metode ini dilakukan
untuk mengetahui objek penelitian yang terjadi dalam lembaga
tertentu.89
Observasi di atas difokuskan kepada tiga lembaga filantropi
Muhammadiyah, yaitu; lembaga pendidikan yang difokuskan
kepada tiga lembaga, yaitu Madrasah Mu’allimin, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dan Universitas Ahmad
Dahlan (UAD). Observasi dilanjutkan kepada lembaga RS. PKU
Muhammadiyah dan Panti Asuhan Muhammadiyah, meliputi
tiga Panti Asuhan, yaitu: Panti Asuhan Putra Muhammadiyah,
Panti Asuhan Putri Aisyiyah, Panti Asuhan Al-Ghifari, dan Panti
Asuhan Nanggulan Kulonprogo.
b. Metode Wawancara (Interview)
Metode wawancara adalah teknik pengumpulan data yang
digunakan peneliti dalam penelitian kualitatif yang menekankan
pada teknik wawancara yang mendalam (dept interview) untuk
mendapat sebuah informasi. Metode ini dilakukan dengan dua
alasan: Pertama , untuk mengetahui suatu informasi yang
tersembunyi dalam objek penelitian. Kedua, untuk mengetahui
beberapa hal yang ditanyakan kepada responden atau informan,
baik bersifat lintas waktu yang mencakup hal-hal yang terjadi di
masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.90 Wawancara
yang dimaksud adalah wawancara secara terstruktur yaitu model
pilihan wawancara yang dilakukan oleh seorang pewawancara
(peneliti) kepada responden untuk mengetahui sesuatu yang
tidak diketahui, sehingga kerangka pertanyaannya menjadi tepat
dalam memperoleh data yang akurat dari seorang informan.91
Wawancara terstruktur itu digunakan untuk mendapat data
yang akurat sesuai keinginan peneliti. Wawancara itu dilakukan
kepada Tokoh-tokoh Muhammadiyah yang terlibat dan tidak
89 M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Al-Manshur, Metodologi Penelitian
Kualitatit (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 165. 90 Ibid., 175-176. 91 Rulam Ahmadi, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2014), 122.
40
terlibat dalam pendirian lembaga, tetapi mereka berkontribusi
terhadap kemajuan Muhammadiyah, para pengurus, pengasuh
dan pengelola lembaga. Tokoh-tokoh Muhammadiyah yang
diwawancarai adalah: Pertama, tokoh Muhammadiyah senior
dan terlibat dalam pendirian dan pembuatan surat keputusan,
tetapi tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan lembaga.
Kedua, mantan ketua Majelis Tarjih dan Tajdid dan juga mantan
ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dan
tidak terlibat langsung dalam pendirian lembaga, tetapi banyak
memberikan kontribusi kepada Muhammadiyah, baik tenaga,
pikiran maupun support harta. Ketiga, Pimpinan Lembaga
Muhammadiyah dan ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat
Muhammadiyah. Keempat, ketua bagian dari Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), dan anak keturunan
dari tokoh Muhammadiyah pada masa KH. Ahmad Dahlan.
Kelima, pimpinan Lembaga Muhammadiyah dan terlibat dalam
pendirian dan pengembangan suatu lembaga. Keenam, Anggota
sebuah Majelis Dikti Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ketujuh, pengurus, pengelola dan pengasuh lembaga yang turut terlibat
langsung dan berhadapan dengan realitas sosial dalam lembaga
tersebut. Kedelapan, masyarakat yang tinggal di sekitar lembaga
Muhammadiyah. c. Metode Penelusuran dokumen
Untuk mengetahui dari kebenaran wawancara, penelitian
dilanjutkan dengan penelusuran dan juga penelaahan dokumen
resmi Muhammadiyah. Penelaahan dokumen merupakan upaya
untuk mempelajari dan mengampulkan data yang tidak bisa
diobservasi, seperti Majalah Suara Muhammadiyah yang terbit
1980-an ke belakang, dokumen Surat Keputusan Resmi PP.
Muhammadiyah, Berita Resmi Muhammadiyah, Buku-buku
tentang kisah perjuangan KH. Ahmad Dahlan, buku tentang
Muhammadiyah, dan buku-buku pendukung lainnya yang terkait
dengan Muhammadiyah khususnya dalam bidang pendidikan,
41
kesehatan dan panti asuhan. Data tersebut dikumpulkan setelah
melakukan observasi dan wawancara.92
3. Analisis Data
Analisis data adalah proses menyusun, mengkategorisasi
data, mencari pola atau tema dengan maksud untuk memahami
maknanya.93 Hal tersebut dipahami bahwa analisis data adalah
peneliti melakukan penyusunan secara sistematis, baik dari data
penelitian lapangan maupun dokumen resmi yang diperoleh dari
sumber yang terpercaya dan lembaga filantropi Muhammadiyah,
kemudian dinterpretasikan agar data itu dapat dipahami secara
jelas sesuai rumusan dan tujuan penelitian gerakan filantropi
Muhammadiyah dalam kajian living hadis.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data
adalah: Pertama , menjelaskan aspek teologi filantropi dengan
menguraikan Allah Yang Maha Rahman dan Rahman, surat
Mā’ūn yang menjadi dasar awal gerakan filantropi, hakekat
manusia, tugas dan fungsinya, gerakan tauhid sosial dan gerakan
dakwah amar makruf nahi mungkar yang diiringi oleh semangat
dan motivasi KH. Ahmad Dahlan dalam mengajak umat kepada
kebaikan dengan melakukan gerakan filantropi sebagai bentuk
kepedulian kepada kaum tertindas. Kedua, menjelaskan sejarah
filantropi di lembaga pendidikan, kesehatan dan panti asuhan
yang diuraikan sejak rintisan, pertumbuhan dan pengembangan.
Ketiga, melakukan penelitian hadis-hadis filantropi dari aspek
kualitasnya. Keempat, melakukan interpretasi terhadap hadis-
hadis filantropi dengan teori resepsi dengan menggunakan kitab
syarah hadis dan pemahaman dari para tokoh Muhammadiyah.
92 Penelaahan dokumen tersebut dilakukan untuk membantu wawancara
peneliti terhadap para informan dalam melakukan penelitian living hadis tentang gerakan filantropi dalam sebuah lembaga Muhammadiyah yang difokuskan pada tiga lembaga, yaitu lembaga pendidikan, kesehatan dan panti asuhan. Lihat Moleong, Metodologi Penelitan Kualitatif, 5-6.
93 M. Amin Abdullah, dkk., Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Multidisipline, ed. Dudung Abdurahman (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2006), 218.
42
Kelima, melakukan analisis living hadis filantropi dalam teori
resepsi dan mengintegrasikannya kepada beberapa faktor yang
mempengaruhinya hingga bisa melahirkan lembaga pendidikan,
kesehatan dan panti asuhan.
4. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan peneliti adalah pendekatan
deskriptif-analisis dan sosio-historis. Deskriptif-analisis adalah
memberikan gambaran terhadap situasi dan kondisi lingkungan
manusia dan lingkungan fisikal alami yang berkaitan dengan
kerangka konseptual.94 Metode ini diterapkan kepada gerakan
filantropi Muhammadiyah yang dideskripsikan secara utuh
sesuai kerangka teori yang digunakan untuk mengetahui gerakan
filantropi di Muhammadiyah yang dilandasi oleh hadis Nabi.95
Sedangkan pendekatan sosio-historis dilihat dari dua kata, yaitu
sosiologi dan historis. Pendekatan sosiologi adalah sebuah
pendekatan untuk menjelaskan gejala sosial yang terjadi di masa
silam yang dipengaruhi oleh aspek politik, ekonomi, pendidikan,
dan agama.96 Pendekatan historis adalah sebuah pendekatan
yang dilakukan dengan cara mengaitkan antara ide atau gagasan
yang terdapat dalam hadis Nabi dengan determinasi sosial dan
historis kultural yang mengitarinya.97 Karena itu, pendekatan
historis digunakan untuk memahami peristiwa di masa lalu yang
menjelaskan tempat, waktu, dan latar belakang kondisi sosial
yang mempengaruhinya.98
Berdasarkan uraian di atas, pendekatan sosio-historis adalah
sebuah pendekatan untuk menggambarkan gerakan filantropi
94 Hadi Sabari Yunus, Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 341.
95 Ahmad Ubaydi Hasbillah, Ilmu Living Quran-Hadis: Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi (Jakarta: Maktabah Darus-Sunnah, 2019), 245.
96 Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam: Dilengkapi Pendekatan Integratif-Interkonektif (Multidisipliner) (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 222-223.
97 Said Agil Husin Munawwar, Abdul Mustaqim, Asbabul Wurud: Studi Kritis Hadis Nabi: Pendekatan Sosio-Historis-Kontektual (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), 26.
98 Nata, Metodologi Studi Islam., 16-47.
43
secara lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala
sosial lainnya yang saling berkaitan, kemudian dianalisis faktor-
faktor yang mendorong individu dan atau kelompok masyarakat
melakukan gerakan filantropi. Pendekatan ini diterapkan kepada
gerakan filantropi dalam Muhammadiyah yang dapat dilihat dari
kondisi sosio-historis sebelum berdiri Muhammadiyah hingga
berdirinya. Pendekatan ini digunakan untuk memotret situasi
dan kondisi sosial yang terjadi pada masa Belanda dan masa
KH. Ahmad Dahlan ketika merintis lembaga pendidikan,
lembaga kesehatan dan Panti Asuhan yang dipengaruhi oleh
faktor sosial-kemanusiaan yang mengundang Muhammadiyah
melakukan perubahan yang dilandasi oleh hadis Nabi. Atas
dasar hal ini, maka diketahui bagaimana proses penerimaan dan
pemahaman hadis yang dipraktikkan dalam bentuk tindakan
sosial dengan melihat kondisi historis yang mengitarinya yang
disebut dengan metode eksplanasi (sebab-akibat).
G. Sistematika Pembahasan
Penelitian filantropi dalam gerakan Muhammadiyah studi
living hadis disusun menggunakan sistematika pembahasan agar
menjadi terarah dan terencana. Sistematika pembahasan tersebut
mengurai struktur uraian tentang masalah yang dibahas dengan
baik sesuai bab-bab dan sub-bab pokok pembahasan sehingga
penelitian ini tersusun dengan rapih berdasarkan kerangka teori
dan metode penelitan yang digunakan dalam kajian ini. Adapun
sistematika pembahasan adalah sebagai berikut:
Bab I, Pendahuluan membahas tentang: pertama, latar
belakang masalah yang hendak diteliti dan menjadi sesuatu yang
sangat penting untuk dikaji terutama yang berkaitan dengan
filantropi dalam kajian living hadis. Kedua, merumuskan
masalah berdasarkan latar belakang dengan mencantumkan
beberapa pertanyaan yang dijawab dalam penelitian. Ketiga,
Kegunaan penelitian dan signifikansi penelitian sangat penting
untuk dilakukan dalam melihat dan mengetahui kontribusi
keilmuan tentang filantropi dengan kajian living hadis. Keempat,
44
kajian kepustakaan adalah sebuah kajian menelaah beberapa
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya baik
dalam sebuah buku, disertasi maupun jurnal untuk memperoleh
suatu penelitian yang beda dan melihat novelty (kebaruan)
dengan penelitian sebelumnya. Kelima, metode penelitian adalah
kajian metode dalam mengarahkan peneliti untuk mengkaji
sebuah pemasalahan dengan menggunakan metode penelitian
dan beberapa pendekatan, baik yang bersifat kualitatif maupun
kuantitatif. Keenam, kerangka teoritik, kerangka ini menjadi
dasar teori dalam mengambil langkah-langkah paradigma secara
teoritis. Ketujuh, sistematika pembahasan dibuat untuk membuat
penelitian menjadi tersusun dengan baik dan terarah.
Bab II, Teologi Al-Mā’ūn meliputi landasan teologi amal
al-Mā’ūn yang menjelaskan tentang Allah Zat yang Maha
Rahman dan Rahim. Selain juga menjelaskan Nabi Muhammad
sebagai utusan dan pembawa rahmat, Islam sebagai agama
rahmat yang memiliki karateristik, yakni agama rasional, agama
peduli dan agama peradaban. Kemudian kerangka amal al-
Mā’ūn dan lima pilar gerakan amal Al-Mā’ūn yang meliputi
landasan amal al-Mā’ūn dan makna isi kandungan surat al-
Mā’ūn. Selanjutnya manusia sebagai penggerak al-Mā’ūn yang
meliputi tentang hakekat manusia, tujuan dan fungsi manusia,
kedudukan manusia, kemudian dengan gerakan dakwah amar
makruf nahi mungkar, tauhid sosial dan semangat dan motivasi
agama dan sosial Muhammadiyah.
Bab III, Sejarah gerakan filantropi Muhammadiyah
meliputi: Pertama, rintisan lembaga pendidikan, kesehatan, dan
Panti Asuhan mencakup Panti Asuhan Lowanu, Panti Asuhan
Aisyiyah, Panti Asuhan al-Ghifari dan Panti Asuhan Nanggulan.
Kedua, pertumbuhan lembaga pendidikan, kesehatan, dan Panti
Asuhan di daerah istimewa Yogyakarta mencakup Panti Asuhan
Lowanu, Panti Asuhan Aisyiyah, Panti Asuhan al-Ghifari dan
Panti Asuhan Nanggulan. Ketiga, pengembangan lembaga
pendidikan, kesehatan, dan Panti Asuhan di daerah istimewa
45
Yogyakarta mencakup Panti Asuhan Lowanu, Panti Asuhan
Aisyiyah, Panti Asuhan al-Ghifari dan Panti Asuhan Nanggulan.
Bab IV, membahas dan melakukan kritik hadis tentang
otentisitas living hadis gerakan filantropi Muhammadiyah yang
mencakup lembaga pendidikan, kesehatan dan Panti Asuhan
Yogyakarta dan melakukan kesimpulan terhadap hasil dari
penelitian hadis tersebut.
Bab V, membahas tentang living dengan menggunakan
teori resepsi yang meliputi resepsi exegesis, resepsi aestetis dan
resepsi fungsional. Tiga resepsi tersebut digunakan untuk
mengetahui hadis-hadis yang diresepsikan oleh Muhammadiyah
sebagai living hadis dalam praktik filantropi Muhammadiyah
dalam lembaga pendidikan, kesehatan dan panti asuhan.
Bab VI, membahas tentang analisis terhadap teori resepsi
exegesis, resepsi aestetis dan resepsi fungsional dengan cara
menghubungkan berbagai faktor yang mempengaruhinya seperti
sosial, ekonomi, politik dan budaya. Pembahasan itu bertujuan
untuk mengetahui bagaimana pemahaman hadis dan pengamalan
dan praktik gerakan filantropi Muhammadiyah yang dilandasi
oleh hadis-hadis Nabi, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan
dan panti asuhan.
Bab VII, Penutup meliputi kesimpulan yang memuat
jawaban-jawaban dari uraian-uraian yang telah disampaikan
sebelumnya sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam
rumusan masalah. Kemudian peneliti membuat saran. Saran ini
menjelaskan tentang kelemahan dan keterbatasan penelitian
yang disampaikan kepada para pembaca atau peneliti yang akan
melakukan penelitian yang hampir sama membahas tentang
filantropi dalam kajian living hadis.
307
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan fokus penelitian disertasi ini tentang filantropi
dalam gerakan Muhammadiyah di Daerah Istimewa Yogyakarta
dengan studi living hadis yang telah diuraikan dalam beberapa
pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hadis-hadis Nabi yang dijadikan dasar dan rujukan oleh
Muhammadiyah dalam melakukan gerakan filantropi dalam
lembaga Muhammadiyah seperti pendidikan, kesehatan dan
panti asuhan adalah ṣaḥīḥ bersumber dari Nabi berdasarkan
penelitian takhrij al-ḥadīṡ dengan memperhatikan aspek
kesahihan sanad dan matan. Namun, ada beberapa hadis
dari landasan teologis pendirian tiga lembaga tersebut yang
diidentifikasi ḍa’īf al-isnād, yaitu: Pertama, hadis-hadis
tentang lembaga pendidikan yang diidentifikasi ḍa’īf adalah
hadis dari Ibnu Mājah karena terdapat nama Suwaid bin
Sa’īd yang dinilai ḍa’īf oleh para ulama hadis dan hadis At-
Tirmiżī dari jalur lain karena terdapat Ibnu Ṡaubān yang
dinilai ḍa’īf oleh para ulama hadis. Kedua, hadis-hadis
tentang lembaga kesehatan yang diidentifikasi ḍa’īf adalah
hadis dari Musnad Aḥmad bin Ḥanbal dari jalur yang lain,
karena terdapat al-Muṭṭalib bin Ziyād yang dinilai ḍa’īf oleh
para ulama hadis. Ketiga, hadis-hadis tentang panti asuhan
yang diidentifikasi ḍa’īf adalah hadis At-Ṭabrāni karena
terdapat dua orang perawi yang dinilai ḍa’īf, yaitu Mindal
bin Ali dan Furāt bin Muḥammad, Abu Dāwud dan An-
Nasā’i juga ḍa’īf karena terdapat satu orang perawi, yakni
Abi Qābūs yang dinilai ḍa’īf oleh para ulama hadis dan al-
Baihaqi karena terdapat Yazīd Ar-Raqāsyī yang dinilai ḍa’īf
oleh para ulama hadis.
308
2. Secara teoritis gerakan filantropi dalam Muhammadiyah
yang diresepsikan secara exegesis, aestetis dan fungsional
dapat memberi sebuah inspirasi bagi organisasi ini dalam
melakukan gerakan filantropi dalam lembaga pendidikan,
kesehatan dan panti asuhan. Tiga lembaga itu dipandang
mampu mengatasi sekaligus menjawab problem sosial yang
terjadi sejak kolonial hingga sekarang. Secara exegesis dan
aestetis, hadis-hadis tentang lembaga pendidikan, kesehatan
dan panti asuhan yang bersumber dari hasil wawancara,
dokumen resmi dan tulisan-tulisan inspiratif itu diterima,
dipahami dan ditafsirkan secara terprinci. Kemudian secara
fungsional hadis-hadis tersebut diamalkan dan dipraktikkan
dalam bentuk gerakan kedermawanan.
3. Gerakan filantropi yang diresepsikan oleh Muhammadiyah,
secara sosio-historis dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu
faktor sosial, ekonomi, politik, dan budaya Jawa yang
berkembang di masa lalu dan masa kini yang mendorong
organisasi ini melakukan tindakan sosial dan pembaharuan
(tajdīd) Islam untuk menghapus segala penindasan terhadap
kaum tertindas dan melakukan reformasi dengan mengajak
masyarakat untuk kembali kepada ajaran yang murni sesuai
Alquran dan Sunnah yang dilakukan mulai dari bawah
(bottom up). Hal tersebut mengantarkan gerakan ini menuju
kepada kebertahanan dan keberkembangan sekalipun masih
terdapat kekurangan yang perlu dibenahi untuk mencapai
kesejahteraan sosial dan kemanusian secara adil.
B. Saran-saran
Saran-saran ini ditujukan kepada para penulis setelahnya,
bahwa berdasarkan hasil kesimpulan terhadap kajian studi living
hadis tentang filantropi dalam gerakan Muhammadiyah, kiranya
masih terdapat hadis-hadis Nabi cukup menarik untuk dikaji dari
aspek penelitian sanad hadis yang dijadikan sebuah landasan
oleh lembaga filantropi Muhammadiyah. Karena itu, diperlukan
pendalaman yang lebih lanjut khususnya bagi peneliti setelahnya
309
sehingga penelitian ini bisa memberikan kontribusi yang lebih
baik bagi Muhammadiyah pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penelitian disertasi
tentang studi living hadis dalam Muhammadiyah ini memberi
peluang kepada peneliti setelahnya untuk melakukan penelitian
lebih lanjut dengan lokasi tempat lapangan yang berbeda, karena
penelitian disertasi tentang studi living hadis khususnya dan
kajian hadis pada umumnya masih tergolong sangat minim dan
lebih banyak kepada kajian tafsir Alquran. Padahal, hadis Nabi
juga menjadi konsentrasi dan menjadi bahan rujukan utama bagi
Muhammadiyah setelah Alquran, khususnya dalam kajian sosial
atau filantropi dalam gerakan Muhammadiyah. Selain itu, kajian
living hadis dalam konteks modernitas Muhammadiyah sangat
menarik untuk dikaji ulang terutama jika dikaitkan pada konteks
sosio-historis tentang pendirian suatu lembaga atau amal usaha
Muhammadiyah. Karena menurut penulis masih terdapat hadis-
hadis yang masih tersebar di lapangan, seperti tentang akidah,
ibadah, akhlak dan Muamalah duniawiyah yang bisa dikaji dari
beberapa aspek penelitian hadis.
310
DAFTAR PUSTAKA
Ābādi, Abu al-Ṭīb Muḥammad Syams al-Ḥaq al-Aẓīm. ‘Aun Al-Ma’Būd Syarḥ Sunan Abi Dāwud. Madīnah al-Munawwarah: Al-Maktabah al-Salafiyah, 1969.
Abduh, Muḥammad. Risālah Al-Tauḥīd. Beirūt: Dār al-Syurūq, 1994.
Abdullah, M. Amin. Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Multidisipline. Edited by Dudung Abdurahman. Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2006.
———. Studi Agama Normativitas dan Historisitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
---------. “Pemahaman Keagamaan Kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam Era Transformasi Teologis di Tengah Tantangan Kemanusiaan Universal dalam Pemikiran Seputar Muhamadiyah Kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.” In Berita Suara Muhammadiyah. Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 1995.
--------. “Filosofi dan Paradigma Pendidikan Muhammadiyah.” In Reformasi Pendidikan Muhammadiyah Suatu Keniscayaan, edited by Said Tuhuleley. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2003.
———. Fresh Ijtihad Manhaj Pemikiran Keislaman Muhammadiyah di Era Disrupsi. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2019.
--------. Rekontruksi Ilmu-Ilmu Agama Islam. Yogyakarta: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2014.
Abdullah, M. Amin, dkk. Menyatukan Kembali Ilmu-Ilmu Agama dan Umum: Upaya Mempertemukan Epistemologi Islam dan Umum. Edited by M. Anas Amin dan Mustofa Jarod Wahyudi. Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2003.
Abdurrahman, Asjmuni. Manhaj Tarjih Muhammadiyah: Metodologi dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
311 Abidin, Zainal. “Manivestasi dan Latensi Lembaga Filantropi Islam
dalam Praktik Pemberdayaan Masyarakat: Suatu Studi di Rumah Zakat Kota Malang.” SALAM: Jurnal Studi Masyarakat Islam 15, no. 2 (2012): 200–201.
Abror, M. Muchlas. Muhammadiyah Persamaan dan Kebersamaan. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2010.
Abū Dāwud Sulaimān bin al-Asy’aṡ al-Sijistāni. Sunan Abī Dāwud. Vol. 2. Riyāḍ: Bait al-Afkār al-Dawliyyah, t.t.
Adlabi, Ṣalaḥuddīn bin Aḥmad. Manhaj Naqd al-Ḥadīṡ ‘Inda ‘Ulamā’i Ahli al-Ḥadīṡ. Beirūt: Dār al-Afāq al-Jadīdah, 1983.
Ahmad Warson Munawwir. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1984.
Ahmadi, Rulam. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.
Alawiyah, Tuty. “Religious Non-Governmental Organizations and Philanthropy in Indonesia.” IJIMS, Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies Vol. 3, no. 2 (2013).
Alfian. Politik Kaum Modernis: Pahlawan Muhammadiyah terhadap Kolonialisme Belanda . Jakarta: Al-Wasath Publishing House, 2010.
Aljunied, Khairudin. Reformisme Islam di Nusantara . Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2016.
An-Nawawi, Muḥiddīn bin Syarf. Kitāb al-Majmū’ Syarḥ al-Muhażżab li Syīrāzī. Jeddah: Maktabah al-Irsyād, t.t.
------. Syarḥ Al-Nawawi ’ala Muslim, vol. 16. Kairo: Al-Maṭba’ah al-Miṣriyyah bi al-Azhar, 1929.
Anshoriy, Koes Moertiyah dan Nasruddin. Satu Abad Muhammadiyah: Tafsir Jawa Keteladanan Kiai Ahmad Dahlan. Yogyakarta: Adiwacana, 2010.
Anshoriy, Nasruddin. Matahari Pembaharuan Rekam Jejak KH. Ahmad Dahlan. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher, 2010.
Anwar, Yesmil dan Adang. Sosiologi untuk Universitas. Bandung:
312
Refika Aditama, 2013.
Anwar, Syamsul. Manhaj Tarjih Muhammadiyah. Yogyakarta: MTT PP Muhammadiyah, 2018
Anwar, Syed Mohammed. “Normative Structure of Human Rights in Islam.” Policy Perspectives 10, no. 1 (2013): 79–104.
Arif, Mahmud. Pendidikan Islam Transformatif. Yogyakarta: LKiS, 2008.
Arifin, MT. Muhammadiyah Potret Yang Berubah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2016.
Ash-Shidieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2010.
-------. “Pemeliharaan Anak-anak Jatim” dalam LUSTRUM II Rumah Penjantun Muhammadiyah Kutaraja (Yogyakarta: Persatuan, 1953.
As- Sijistānī, Abu Dāwud bin al-Asy’aṡ. Sunan Abi Dāwud, vol. 4. Riyāḍ: Bait al-Afkār Ad-Dawliyah, t.t.
Asqalānī, Aḥmad bin Ali bin Ḥajar. Fatḥ Al-Bārī bi Syarḥ Ṣaḥīḥ Al-Bukhārī. Vol. 10. Beirūt: Dār al-Ma’rifah, t.t.
-------. Tahżib at-Tahżīb, vol. 3. Beirūt: Muassasah ar-Risālah, t.t.
-------. Taqrīb at-Tahżīb, vol. 1. Beirūt: Dār alQalam, 1991.
Azhar, Muhammadi dan Hamim Ilyas. Pengembangan Pemikiran Muhammadiyah: Purifikasi dan Dinamisasi. Yogyakarta: LPPI UMY, 2000.
Badawi, Ahmad. Ringkasan Sju’abul-Iman. Jogjakarta: Pimpinan Pusat Muhammadijah, 1971.
Badawi, Mh. Djaldan. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah 1912-1985. Yogyakarta: PP Muhammadiyah, 1998.
Bahjatulloh, Qi Mangku. “Pengembangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Kegiatan Filantropi (Studi Kasus Lembaga Tazakka DIII Perbankan Syariah IAIN Salatiga).” Inferensi:
313
Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Qi 10, no. 2 (2016): 473–94.
Baidhawy, Zakiyuddin. “Lazismu and Remaking the Muhammadiyah’s New Way of Philanthropy.” Al-Jami’ah: Journal of Islamic Studies 53, no. 2 (2015): 387. https://doi.org/10.14421/ajis.2015.532.387-412.
Bāji, Sulaimān bin Khalaf bin Sa’ad bin Ayyūb. Al-Muntaqa Syarḥ Muwaṭṭā’ li Mālik. Beirūt: Dār al-Kutub al-Ilmiyyah, 1999.
Basyir, Ahmad Azhar. Manusia Kebenaran Agama dan Toleransi. Yogyakarta: PP Aisyiyah, 1994.
———. Syarah Hadis Tentang Iman, Ilmu dan Amal. Yogyakarta: Persatuan, 1985.
---------. “Jadilah Orang Berilmu dan Penyebar Ilmu” dalam Suara Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 1973.
Beck, Hilman L. Fenomenologi Islam Modernis: Kisah Penjumpaan Muhammadiyah dan Perilaku Beragama . Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2019.
Benda, Harry J. Bulan Sabit dan Matahari Terbit Islam Indonesia Pada Masa Pendudukan Jepang. Jakarta: Pustaka Jaya, 1980.
Berger, Peter L dan Thomas Luckmann. Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan, Terj. Hasan Basri. Jakarta: LP3ES, 1990.
Bina Ruhani Islam RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Tuntunan Agama Untuk Pegawai RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta . Yogyakarta: RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, 2003.
Bukhāri, Muḥammad bin Ismā’il bin Ibrāhīm bin al-Mughīrah al-Ju’fi. Ṣaḥīḥ Al-Bukhāri. Vol. 8. Beirūt: Dār al-Ṭūq al-Najaḥ, 1422.
Burhani, Ahmad Najib. Muhammadiyah Berkemajuan Pergeseran dari Puritanisme Ke Kosmopolitanisme. Edited by Azaki Khoirudin. Bandung: Mizan Pustaka, 2016.
---------. Muhammadiyah Jawa. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah,
314
2016.
Cornelio, Khun Eng Kuah-Pearce and Jayeel Serrano. “Introduction: Religious Philanthropy in Asia.” Asian Journal of Social Science 43, no. 4 (2015): 349–55.
Damami, Muhammad. Akar Gerakan Muhammadiyah. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2000.
Damsar. Pengantar Teori Sosiologi. Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.
Darban, Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam. Yogyakarta: Pustaka SM, 2009.
---------. Sejarah Kauman Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2011.
Dewan Redaksi Ensiklopedi. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003.
Dimasqi, Imāduddīn Abu al-Fidā Ismā’īl bin Kaṡīr. Tafsīr Qur’ān Al-Aẓīm. V. Kairo: Muassasah al-Qurṭubah, 2000.
Fathurrahman Djamil. Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah. Jakarta: Logos Publishing House, 1995.
Fachruddin, AR. Memelihara Ruh Muhammadiyah. Yogyakarta: Pustaka Suara Muhammadiyah, 1996.
---------. Anggauta Muhammadiyah. Jogjakarta: Persatuan, 1964.
Fachruddin. “Perpindahan Roemah Sekolah Moehammadijah Di Baoesasra.” Soeara Moehammadijah. Yogyakarta, 1923.
Fajar, A. Malik. Paradigma Pendidikan Muhammadiyah. Edited by Suswandari Suyatno, Pudjo Sumedi AS, Gunawan Suryoputro. Jakarta: UHAMKA PRESS, 2010.
Federspiel, Howard M. “The Muhammadijah: A Study of an Orthodox Islamic Movement in Indonesia.” Cornell University Press; Southeast Asia Program Publications at Cornell University, 1970, 57–79.
Fuad, Muhammad. “Civil Society in Indonesia: The Potential and
315
Limits of Muhammadiyah.” Sojourn: Journal of Social Issues in Southeas Asia 17, no. 2 (2002): 133.
Fauzia, Amelia. Filantropi Islam: Sejarah Dan Kontestasi Masyarakat Sipil Dan Negara Di Indonesia . Jakarta: Gading, 2013.
-------. “Penolong Kesengsaraan Umum: The Charitable Activism of Muhammadiyah During the Colonial Period” dalam South East Asia Research, 25, 4 (2017).
Geertz, Clifford. Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi dalam Kebudayaan Jawa. Depok: Komunitas Bambu, 2014.
Ghazali, Muḥammad. Mukhtaṣar Iḥyā Ulūm al-Dīn. Beirūt: Dār al-Fikr, 1993.
-------. Iḥyā’ Ulūm al-Dīn. Vol. 3. Beirūt: Dār Ibni Ḥazm, 2005.
Gill, Sam D. “Nonliterate Traditions and Holy Books.” In The Holy Book In Comparative Perspective. Columbia: University of South Carolina Press, 1993.
Goodwin, Jamie. “The Double Character of Cuban Protestantism and Philanthropy.” Religions 9, no. 9 (2018): 265.
Hadikusuma, Djarnawi. Matahari-Matahari Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2014.
-------. Aliran Pembaharuan Islam dari Jamaluddin Al-Afghani hingga KH. Ahmad Dahlan. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2014.
Hadikusuma, M. Djindar Tamimy dan Djarnawi. Pendjelasan Muqaddimah Anggaran Dasar dan Kepribadian Muhammadijah. Jogjakarta: Persatuan, 1972.
Hadjid, KRH. Pelajaran KHA. Dahlan: 7 Falsafah & 17 Kelompok Ayat Al-Qur’an. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2013.
Hamid, Dasron. Mengabdi Tiada Henti. Yogyakarta: PP Muhammadiyah, 2011.
HAMKA. Pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia. Djakarta: Tintamas, 1961.
316 -------. Perkembangan Kebatinan di Indonesia . Djakarta: Bulan
Bintang, 1971.
Hafni, Abdul Mun’im. Ensiklopedia Muhammad SAW. Bandung: Noura Books, 2014.
Ḥanafi, Badruddīn al-‘Aini. Umdah Al-Qārī Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhāri. Vol. 13. Beirūt: Dār al-Kutub al-Ilmiyyah, 2001.
Ḥanbal, Aḥmad bin. Musnad Al-Imām Aḥmad bin Ḥanbal. Vol. 42. Beirūt: al-Muassasah al-Risālah, 2001.
Hasbillah, Ahmad Ubaydi. Ilmu Living Quran-Hadis: Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Jakarta: Maktabah Darus-Sunnah, 2019.
Hasbullah. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996.
Hasyim, Fuad. “Gerakan Filantropi Islam di Amerika.” Jurnal Studi Al-Qur’an 14, no. 1 (2018): 16–31.
Hawari, Hadari. Hakekat Manusia Menurut Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1993.
HB.Moehammadijah Madjlis PKO. “Congres Besar Moehammadijah Ke XXVII Di Malang 21-26 Juli 1938: Toentoenan Pendirian Balai Kesehatan.” Soeara Moehammadijah. Yogyakarta, 1938.
HB.Muhammadiyah, Tjalon Kweekshool Islam. Ngajogjakarta: Soewara Moehammadijah, 1922.
------.“Peroebahan Statuen dan Huishoudelijk Reglement Moehammadijah,” dalam Boeah Congres 29. Djokjakarta: Hoofdcomite Congres Moehammadijah, 1941.
------. Peratoeran Pemeliharaan Anak-anak Jatim Moehammadijah. Djogjakarta: t.p, 1941.
Hefni, Harjani dkk, Metode Dakwah. Jakarta: Kencana, 2003.
Hidayat, Syamsul dkk. Studi Kemuhammadiyahan: Kajian Historis, Ideologis dan Organisasi. Surakarta: LPIK Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013.
317 Hoofdbestuur Moehammadijah Djogjakarta, Nama-Nama Gerakan.
Djogjakarta: Soeara Moehammadijah, 1941.
Hoofdbestuur Moehammadijah. “Intructie’s Madjlis-Madjlis H.B. Moehammadijah” dalam Almanak Moehammadijah. Djokjakarta: Taman Poestaka, 1940.
Humphreys, Robert. Poor Relief and Charity 1869–1945: The London Charity Organization Society. London: Palgrave, 2001.
Ḥusain, Abū Muslim bin al-Hajāj al-Qusyairi al-Naisābūri. Ṣaḥīḥ Muslim. Vol. 1. Riyāḍ: Bait al-Afkār al-Dawliyyah, 1998.
Ichwan, Moch. Nur. Official Reform of Islam: State Islam and the Ministry of Religious Affairs in Contemporary Indonesia, 1966-2004. Tilburg: Universiteit op Maandag, 2006.
Idris, Muhammady. “Kiyai Haji Ahmad Dahlan, His Life and Thought”. Thesis Presented to the Faculty of Graduat Studies and Research McGill University, Montreal, 1975.
Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: LPPI UMY, 2007.
Imam Machali. “Filantropi Islam Untuk Pendidikan: Strategi Pendanaan Dompet Dhuafa Dalam Program Sekolah Guru Indonesia (SGI).” MADANIA Vol. 21, no. No. 1 (June 2017).
Ismail, Faisal. Islam Transformasi Sosial dan Kontinuitas Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001.
--------. Pijar-Pijar Islam Pergumulan Kultur dan Struktur . Yogyakarta: LESFI, 2002.
Jabrohim. Dari Kursus B1 Muhammadiyah Ke Universitas Ahmad Dahlan dalam Menciptakan Dinamika Ilmiah dan Dinamika Amaliyah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Janah, Unun Roudlotul. “Nilai-Nilai Filantropi Pada Tradisi Yatiman di Brotonegaran Ponorogo.” Kodifikasia 10, no. 1 (2016): 57–84.
Jainuri, Achmad. “Membangun Karakter Pendidikan Muhammadiyah Yang Holistik.” In Revitalisasi Pendidikan Muhammadiayah di Tengah Persaingan Nasional dan Global, edited by Suswandari Suyatno, Pudjo Sumedi AS, Gunawan
318
Suryoputro. Jakarta: UHAMKA PRESS, 2010.
Johnson, Doyle Paul. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994.
Jurdi, Syarifuddin. Muhammadiyah Dalam Dinamika Politik Indonesia 1966-2006. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Kaelan. Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner . Yogyakarta: Paradigma, 2010.
Khaldun, Ibnu. Mukaddimah Ibnu Khaldun. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014.
Khoirudin, Zakiyuddin Baidhawi dan Azaki. Etika Muhammadiyah & Spirit Peradaban. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2017.
Kim, Hyung-Jun. Reformist Muslims in a Yogyakarta Village: The Islamic Transformation of Contemporary Socio-Religious Life. Australia: ANU E Press, 2007.
Koentjaraningrat. Javanese Culture. Singapore: Oxford University Press, 1989.
Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka, 1984.
Kuntowijoyo. Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi. Bandung: Mizan, 1998.
Latief, Hilman. “Islamic Charities and Dakwah Movements in A Muslim Minority Island: The Experience of Niasan Muslims.” Journal of Indonesian Islam 06, no. 02 (2012): 221–44.
---------. Melayani Umat Filantropi Islam Dan Ideologi Kesejahteraan Kaum Modernis. 1st ed. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2017.
———. “Islamic Philanthropy and the Private Sector in Indonesia.” IJIMS, Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies, 3, no. 2 (2013): 175–201.
———. Melayani Umat: Filantropi Islam Dan Kesejahteraan Kaum Modernis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010.
———. Melayani Umat Filantropi Islam Dan Ideologi
319
Kesejahteraan Kaum Modernis. 1st ed. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2017.
———. Politik Filantropi Islam Di Indonesia: Negara, Pasar Dan Masyarakat Sipil. Yogyakarta: Ombak, 2013.
Ma’ruf, Muhammad Kastolani Abdullah. Pelayanan Prima Islami. Yogyakarta: RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, 2008.
Maarif, Ahmad Syafii. Peta Bumi Intelektualisme Islam. Bandung: Mizan, 1993.
--------. Islam Kekuatan Doktrin Dan Keagamaan Umat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.
Mahfud, Choirul. “Filantropi Islam di Komunitas Muslim Tionghoa Surabaya : Ikhtiar Manajemen Zakat Untuk Kesejahteraan dan Harmoni Sosial Berdasarkan Observasi Langsung di Lokasi Masjid Cheng Muslim Tionghoa di Indonesia, Khususnya di Surabaya , Menyadari” 12, no. 1 (2018): 149–76.
Mahrus, Syamsul Kurniawan dan Erwin. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.
Madjid, Nurcholis. Islam Doktrin dan Peradaban Sebuah Telah Keritis Tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemoderenan. Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 2000.
Mālik, Ali bin Khalaf bin Abd. Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhāri li Ibni Baṭṭāl. Vol. 3. Riyāḍ: Maktabah al-Rusyd, 2003.
Manshur, M. Djunaidi Ghony dan Fauzan. Metodologi Penelitian Kualitatit. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.
Mansoer, Mas. “Sebab-Sebab Kemunduran Umat Islam.” dalam Kumpulan Karangan Tersebar. Yogyakarta: Persatuan, 1992.
Mansur, Mas. Tafsir Langkah Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2013.
Mansur. Sejarah Sarekat Islam Dan Pendidikan Bangsa . Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Marhumah, Urgensi Pendidikan Multikultural bagi Anak Usia Dini dalam Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Dasar
320
Islam. Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2013.
Markus, Sudibyo. “Gerakan Sosial Muhammadiyah: Strategi dan Agenda Pengentasan Kemiskinan Dalam Islam.” dalam Sarah Muwahidah dan Zakiyyudin Baidhowy (ed.), Good Governance Dan Pengentasan Kemiskinan Kebijakan Pemerintah, Kiprah Kelompok Islam Dan Potret Gerakan Inisiatif di Tingkat Lokal. Jakarta: Maarif Institute for Culture and Humanity, 2007.
Meleong, Lexy J. Metodologi Penelitan Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Mizzi, Yūsuf bin Zaki ‘Abdurraḥmān Abū al-Hajāj. Tahżību al-kamāl, vol. 3. Beirūt: al-Muasasah al-Risalah, 1980.
Moehammadijah, Hoofdbestuur. “Franco ’Amal Moehammadijah.” Soeara Moehammadijah. Djogjakarta, October 1941.
--------. Boeah Congres 26. Jogjakarta: Hoefcomite Congres, t.t.
———. Verslag Tahoen Ke IX Perserikatan Moehammadijah. Djokjakarta: Hoofdbestuur Moehammadijah, 1922.
---------. “Verslag Openbare Vergadering P.K.O.” Soeara Moehammadijah. Djokjakarta, 1923.
Moody, Robert L. Payton and Michael P. Understanding Philanthropy. Bloominton and Indianapolis: Indiana University, 2008.
Mu’arif. Modernisasi Pendidikan Islam: Sejarah Perkembangan Kweekschool Moehammadijah 1923-1932. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2012.
Mubārakfūri, Muḥammad Abdurraḥmān bin Abdurraḥīm. Tuḥfat Al-Aḥważi Bi Syarḥ Jāmi Al-Tirmiżī. Vol. 6. Beirūt: Dār al-Fikr, t.t.
Mu’ti, Abdul. The Muhammadiyah Movement: A Bibliographical Introduction. Monreal: Institute of Islamic Studies McGiil University, 1957.
Mu’ti, Abdul dan Fajar Riza Ulhaq. Kristen Muhammadiyah: Konvergensi Muslim dan Kristen dalam Pendidikan. Jakarta:
321
Al-Wasat Publishing House, 2009.
Muslich, Slamet Abdullah dan M. Seabad Muhammadiyah dalam Pergumulan Budaya Nusantara. Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2010.
Muhaimin. Pembaharuan Islam, Refleksi Pemikiran Rasyid Rida dan Tokoh-Tokoh Muhammadiyah. Cirebon: Pustaka Dinamika, 2000.
Muhammadiyah, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat. Profil Sekolah/ Madrasah /Pondok Pesantren Muhammadiyah Unggulan (Best Praktices). Jakarta: Majelis Dikdasmen Pusat, 2015.
Muhammadiyah, Majelis Diktilitbang dan LPI PP. 1 Abad Muhammadiyah: Gagasan Pembaharuan Sosial Keagamaan. Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010.
Muhammadiyah, Majelis Pembina Kesehatan Umum Pimpinan Pusat. Buku Pendamping Panduan Dakwah Amal Usaha Kesehatan Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2017.
Muhammadiyah, Pimpinan Pusat. Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2011.
———. Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 1967.
———. Manhaj Gerakan Muhammadiyah, Ideologi, Khittah, dan Langkah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2010.
———. Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua (Ẓawāhir Al-Afkār Al-Muhammadiyyah li al-Qarni Al-Ṡāni): Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah (Muktamar Muhammadiyah Ke-46) Yogyakarta 20-25 Rajab 1431 H / 3-8 Juli 2010 M. Yogyakarta: Gramasurya, 2015.
———. Buku Pedoman Santunan Keluarga, Asuhan Keluarga dan Panti Asuhan di Lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah/Aisyiyah. Jakarta: PP Muhammadiyah Majlis Pembina Kesejahteraan Ummat (PKU), 1989.
322 ———. Himpunan Pedoman dan Peraturan Organisasi
Muhammadiyah. Yogyakarta: PP Muhammadiyah, 2012.
———. Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2018.
———. Keputusan Muktamar Mhammadiyah Ke-42. Yogyakarta: PP Muhammadiyah, 1991.
———. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2018.
———. Qaidah Perguruan Tinggi Muhammadiyah dalam Almanak Muhammadiyah Tahun 1416 H. Yogyakarta: Majelis Pustaka, 1995.
———. Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah (Muktamar Muhammmadiyah Ke-46 di Yogyakarta, 20-25 Rajab 1431 H/ 3-8 Juli 2010). Yogyakarta: PP Muhammadiyah, 2010.
Muhammadiyah, Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat. Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama 1. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2003.
———. Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama 2. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2003.
———. Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama 3. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2004.
———. Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama 4. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2003.
———. Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama 5. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2008.
———. Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama 6. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2012.
———. Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama 7. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2013.
---------. AlManak Muhammadiyah Tahun 1416 H. Yogyakarta: Majelis Pustaka, 1995.
323 ———. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2011.
———. “Kebudayaan dalam Kehidupan Manusia.” Tanfidz Keputusan Munar Tarjih Muhammadiyah Berita Resmi Muhammadiyah. Yogyakarta, 2014.
———. Muhamadiyah 100 Tahun Menyinari Negeri. Yogyakarta: Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah, 2010.
———. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2018.
———. Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua (Ẓawāhir Al-Afkār Al-Muhammadiyyah Li Al-Qarni Al-Ṡāni): Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah (Muktamar Muhammadiyah Ke-46) Yogyakarta 20-25 Rajab 1431 H / 3-8 Juli 2010 M. Yogyakarta: Gramasurya, 2015.
———. Profil Amal Usaha Muhamamdiyah. Yogyakarta: Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah, 2015.
———. “Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abab Muhammadiyah Dalam Muktamar, Nomor 01/2010-2015/ Syawwal 1431 H/September 2010 M.” Berita Suara Muhammadiyah. Yogyakarta, 2010.
---------. Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah 3. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2018.
Mulkhan, Abdul Munir. Ideologi Gerakan Dakwah: Episud Kehidupan M. Natsir dan Azhar Bayir . Yogyakarta: Sipress, 1996.
———. Pemikiran Kyai Ahmad Dahlan Dan Muhammadiyah Dalam Perspektif Perubahan Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 1990.
---------. Neo-Sufisme Dan Pudarnya Fundamentalisme Di Pedesaan. Yogyakarta: UII Press, 2000.
———. Pesan dan Kisah Kiai Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2017.
———. Teologi Kebudayaan dan Demokrasi Modernitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995.
324 ---------. Manusia Alquran Jalan Ketiga Religiositas Di Indonesia .
Yogyakarta: Kanisius, 2007.
———. Warisan Intelektual KH. Ahmad Dahlan. Yogyakarta: Percetakan Persatuan, 1990.
---------. Jejak Pembaharuan Sosial Dan Kemanusiaan. Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010.
———. Marhaenis Muhammadiyah: Aliran dan Pemikiran KH. Ahmad Dahlan. Yogyakarta: Galang Pustaka, 2013.
Munir, Samsul. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2010.
Naisābūrī, Abū Ḥusain Muslim bin al-Ḥajāj al-Qusyairī. Ṣaḥīḥ Muslim. Vol. 4. Riyāḍ: Bait al-Afkār al-Dawliyah, 1998.
Nakamura, Mitsuo. Bulan Sabit Terbit di atas Mohon Beringin: Studi tentang Pergerakan Muhammadiyah di Kotagede sekitar 1910-2010. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2017.
Nashir, Haedar. Memahami Ideologi Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2017.
———. Muhammadiyah Gerakan Pembaruan. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2016.
---------. Dinamisasi Gerakan Muhammadiyah Agenda Strategi Abad Kedua. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2015.
———. Gerakan Islam Pencerahan. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2015.\
---------. Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah. Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2000.
Nashir, Haedar, dkk. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam. Yogyakarta: Badan Pendidikan Kader PP Muhamamdiyah, 1994.
Nasrullah, Aan. “Pengelolaan Dana Filantropi Untuk Pemberdayaan Pendidikan Anak Dhuafa (Studi Kasus Pada BMH Cabang Malang Jawa Timur).” Hunafa: Jurnal Studia Islamika 12, no. 1 (n.d.): 1–18.
325 Nasutioan, Muhammad Nasir. Manusia Menurut Al-Ghazali. Jakarta:
Rajawali Pers, 1988.
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Nawawi, Rif’at Syauqi. Kepribadian Qur’ani. Jakarta: Amzah, 2014.
Nawawi, Abu Zakaria Muhidin bin Syarf. Kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzab li Syirazi. Jeddah: Maktabah al-Irsyad, t.t.
Noer, Deliar. Gerakan Modern Islam Di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES, 1980.
———. The Modernist Muslim Movements in Indonesia 1900-1942. New York and Singapore: Oxpord University Press, 1973.
Nurhadi, Kebijakan Pendidikan Pemerintah Orde Baru dan Implikasinya bagi Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta 1967-1998. Disertasi Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2019.
Palmier, Leslie H. “Modern Islam in Indonesia: The Muhammadiyah After Independence.” Pacific Affairs 27, no. 3 (1954): 255–63.
Parsons, Talcott. “The Pattern of Religious Organization in the United States.” Daedalus 87, no. 3 (1958): 65–85.
Pasha, Adabi Darban dan Mustafa Kamal. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2009.
Peacock, James L. Muslim Puritans: Reformist Psychology in Southeast Asean Islam. London: University of Carifornia Press, 1978.
--------. Gerakan Muhammadiyah Memurnikan Ajaran Islam di Indonesia, Terj. Andi Makmur Makka . Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2016.
Penerangan, Departemen. Makin Lama Makin Tjinta . Jakarta: Dept. Penerangan, 1993.
Penerbitan, dan Tim Penyusun. Profil Muhammadiyah 2005. Yogyakarta: PP Muhammadiyah, 2005.
326 Pengoeroes Besar Moehammadijah, “Bagian Penolong Kesengsaran
Oemoem tentang Pemeliharan Anak Jatim” dalam Verslag Tahoen ke IX tentang Perserikatan Moehammadijah. 1 Januari-December 1922.
------. “Madrasah,” dalam Berita Tahoenan Moehammadijah Hindia Timoer. Djokjakarta: Hindia Timoer, 1927.
Piliyanti, Indah. “Transformasi Tradisi Filantropi Islam : Studi Model Pendayagunaan Zakat , Infaq ,.” Economica, no. (2010): 1–14.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, “Pedoman Pokok Pendidikan Muhammadiyah” dalam Tuntunan Organisasi. Yogyakarta: PP. Muhammadiyah, t.t.
------. “Qaidah Perguruan Dasar dan Menengah” dalam Berita Resmi Muhammadiyah. Yogyakarta: PP. Muhammadiyah, 1976.
------. Tanfidz Keputusan Muhammadiyah tahun 1428 H/ 2007 M. Yogyakarta: PP. Muhammadiyah, 2007.
-------. Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke 39 di Padang. Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 1975.
------. Tanfidz Keputusan Muktamar Muhammadiyah Ke-44. Jakarta: PP. Muhammadiyah, 2000.
-------. “Chutbah Iftitah K.H. Farid Ma’ruf” dalam Almanak Muhammadiyah. Djakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah Taman Pustaka, 1960.
-------. Himpunan Keputusan2 Muhammadiyah (Yogyakarta: P.P. Muhammadiyah Madjlis Pembinaan Karyawan, 1971.
-------. Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke 42. Yogyakarta: PP Muhammadiyah, 1991.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majlis PKU, Laporan Kegiatan PP. Muhmmadiyah Majlis PKU Periode Tahun 1985-1990. Jakarta: PP. Muhammadiyah Majlis PKU, 1990.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Tarjih. “Kitab Waqaf” dalam Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2018.
327 Podjokusumo, HS. Menelusuri dan Napak Tilas Perjuangan
Muhammadiyah 85 Tahun Perjuangan Para Anggota dan Pimpinan. Jakarta: Yayasan Amal Bakti Masyarakat, 1995.
PP Muhammadiyah. “Franco Amal Moehammadijah.” Suara Muhammadiyah. Yogyakarta, 1941.
------. Qaidah Perguruan Tinggi Muhammadiyah dalam Berita Resmi Muhammadiyah. Yogyakarta: PP Muhammadiyah, 1976.
-------. Tuntunan Organisasi. Jogjakarta: PP. Muhammadiyah, t.t.
------. Landasan Hukum Persyarikatan Muhammadiyah dan Amal Usahanya . Yogyakarta: Persatuan, t.t.
Prodjokusumo, H. S. Pembangunan, Muhammadiyah Pendidikan Pesantren Dan Pembangunan. Jakarta: A.B.M. Jakarta, 1987.
Pulungan, J. Suyuthi. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2018.
Pusat Pimpinan Muhammadijah, “Pendidikan dan Perguruan Muhammadijah,” dalam Almanak Muhammadijah. Djakarta: Pusat Pimpinan Muhammadiyah Madjlis Taman Pustaka, 1960.
Putra, Heddy Shri Ahimsa. Paradigma Profetik Islam Epistemologi, Etos Dan Model. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2017.
Qadir, Zuly, dkk. Ijtihad Politik Muhammadiyah: Politik Sebagai Amal Usaha . Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
Qazwīni, Abu Abdillah Muḥammad bin Yazīd. Sunan Ibnu Mājah. Vol. 1. Beirūt: Dār al-Iḥyā’ al-Kutub al-Arabi, t.t.
Qudamah, Ahmad bin Muhammad bin. Al-Mughni. Riyâdh: Dar Alim al-Kutub, 1998.
Qomar, Mujamil. Dimensi Manajemen Pendidikan Islam. Malang: Erlangga, 2019.
Qureshi, Istiaq Husain. The Administration of the Sultanate of Delhi. New Delhi: Oriental Book Reprint Corporation, 1971.
Rafiq, Ahmad. The Reception of the Quran In Indonesia: A Case
328
Study of the Place of the Quran in a Non-Arabic Speaking Commmunity. Florida: Temple University, 2014.
Rais, Muhammad Amien. Tauhid Sosial: Formula Menggempur Kesenjangan. Bandung: Mizan, 1998.
--------. Demi Kepentingan Bangsa . Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.
Rasjidi, M. Islam dan Socialisme. Djakarta: Jajasan Islam Studi Club Indonesia, t.t.
Razzaq, Abdur. “Pengembangan Model Pembangunan Ummat Melalui Lembaga Filantropi Islam Sebagai Bentuk Dakwah Bi al-Ḥal.” Intizar 20, no. 1 (2014): 163–79.
Ridarineni, Neni and Brahmaputra Marjadi Rosalia Sciortino. “Caught between Social and Market Considerations: A Case Study of Muhammadiyah Charitable Health Services,” Reproductive Health Matters 18, no. 36 (2010).
Ridha, Muhammad Rasyid. Tafsīr al-Manār. Kairo: Dār al-Manar, 1947.
Ricklefs, M.C. Islamisation and Its Opponents in Java, Terj. FX Dono Sunardi & Satrio Wahono. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2013.
--------. “A Political, Social, Cultural and Religious History, c. 1930 to Present” in Under Colonial Rule: Javanese Society and Islam in the 1930s, NUS Press, (2012).
Ritzer, George. Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Rohmansyah. Kuliah Kemuhammadiyahan. Yogyakarta: LP3M Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2018.
Rohmansyah, Muh. Zuhri dan Agung Danarto. "The Contextualization of Philanthropic Hadiths at PKU Muhammadiyah Hospital, Yogyakarta." Religia: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 22, no. 2 (2019): 1-24.
Rosalia Sciortino, Neni Ridarineni and Brahmaputra Marjadi.
329
“Caught between Social and Market Considerations: A Case Study of Muhammadiyah Charitable Health Services.” Reproductive Health Matters 18, no. 36 (2010): 25–34.
Roswantoro, Alim. Gagasan Manusia Otentik dalam Eksistensialisme Religius Muhammad Iqbal. Yogyakarta: Idea Press, 2009.
R. Roff, William. The Origin of Nasionalism. New Haven: Yale University Press, 1967.
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Tuntunan Ruhani Orang Sakit. Yogyakarta: RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, 2017.
Saifuddin. Arus Tradisi Tadwin dan Historiografi Islam: Kajian Lintas Aliran. Yogyakarta: 2011, 2011.
Salam, Junus. K.H.A. Dahlan Amal dan Perdjoangannja. Djakarta: Depot Pengadjaran Muhammadijah, 1968.
Salam, Solichin. K.H. Ahmad Dahlan Reformer Islam Indonesia . Jakarta: Djajamurni, 1963.
Sanusi, Ahmad. “Reaktualisasi dan Sosialisasi Amar Makruf Nahi Munkar dalam Bidang Iptek Dan Ekonomi.” dalam Seminar Nasional Reaktualisasi Konsep Amar Ma’ruf Nahi Munkar Dalam Konteks Pemikiran Muhammadiyah. Yogyakarta: LPPI UMY, 1997.
Sardar, Ziauddin. Sains, Teknologi Dan Pembangunan di Dunia Islam. Bandung: Penerbit Pustaka, 1989.
Setiawan, Budi. “Menafsirkan Surat Al-Ma’un dan Aktivisme Kemanusiaan Muhammadiyah.” dalam Hilman Latief dan Zezen Zaenal Mutaqin (ed.), Islam dan Urusan Kemanusiaan, 306–17. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2015.
Setiawan, Nur Kholis. Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar. Yogyakarta: eLSAQ Press, 2005.
Singodimedjo, Kasman. Renungan dari Tahanan. Yogyakarta: Permata, t.t.
Shihab, Alwi. Membendung Arus: Respon Gerakan Muhammadiyah
330
Terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2016.
Siswadi, Sugiarti. Rumah Sakit Bethesda dari Masa ke Masa . Yogyakarta: Bethesda, 1989.
Solichin. K.H. Ahmad Dahlan Tjita-Tjita dan Perjoangannya. Djakarta: Depot Pengadjaran Muhammadijah, 1962.
Steenbrink, Karel. Catholics in Indonesia, 1808-194: A Documented History. Leiden: KITLV Press, 2007.
-------. Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad Ke-19. Jakarta: Bulan Bintang, 1984.
Suryanegara, Ahmad Mansur. Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di Indonesia . Bandung: Mizan, 1996.
Sutiyono. Benturan Budaya Islam: Puritan dan Sinkretis. Jakarta: Kompas, 2010.
Siti Khadijah Abd Manan, S Muhammad Sabki, and A Ismail. “Philanthropic Commitment Traits for Waqf in Higher Education.” Global Journal Al-Thaqafah 7, no. 1 (2017): 71–77.
Sudibyo Markus dkk. Masyarakat Islam yang Sebenar-Benarnya . Jakarta: Civil Islamic Institute, 2009.
Sudja. Cerita Tentang Kiai Haji Ahmad Dahlan: Catatan Haji
Muhammad Sudja . Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2018. Soedja’, Muhammad. Muhammadiyah dan Pendirinya. Yogyakarta:
Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Pustaka, 1989. Suharko. Muhammadiyah Sebagi Agen Welfare Society dalam “Era
Baru Gerakan Muhammadiyah.” Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2008.
Sumbulah, Umi. Islam dan Ahlul Kitab Perspektif Hadis Dilengkapi
Kajian Living Hadis. Malang: UIN-Maliki Press, 2011.
331 Suryadilaga, M. Alfatih. “Model-Model Living Hadis.” dalam
Sahiron Syamsuddin (ed.), Metodologi Living Qur’an dan Hadis, 114. Yogyakarta: Teras, 2007.
Suyūṭi, Jalāluddīn Abdurrahmān bin Abu Bakar. Al-Dībāj ‘ala Ṣaḥīḥ Muslim Ibni Al-Ḥajāj. Al-Mamlakah al-Su’ūdiyyah: Dār Ibni Affān, 1996.
Syahlan, Ghazali. “Dasar Amal Usaha Muhammadiyah.” In Majalah Keluarga Sejahtera Muhammadiyah. Yogyakarta: PP Muhammadiyah Majlis PKU, 1982.
Syamsuddin, M. Din. Muhammadiyah Dan Tantangan Masa Depan dalam MUhammadiyah Digugat Reposisi di Tengah Indonesia yang Berubah. Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2000.
---------. “Cita-cita Sosial Islam dalam Perspektif Ajaran dan Sejarah.” In Masyarakat Utama Konsepsi dan Strategi, edited by dkk Yunan Yusuf. Jakarta: Perkasa, 1995.
Tabligh, Pusat Pimpinan Muhammadijah Madjlis. Tuntunan Tabligh Ke 3. Jogjakarta: Pusat Pimpinan Muhammadijah Madjlis Tabligh, 1954.
Tamin, Imron Hadi. “Peran Filantropi dalam Pengentasan Kemiskinan di Dalam Komunitas Lokal.” Sosiologi Islam 1, no. 1 (2011).
Ṭabrāni, Sulaimān bin Aḥmad. Al-Mu’jam al-Awsaṭ li Ṭabrāni. Vol. 7. Kairo: Dār al-Ḥaramain, 1995.
Tobroni. The Spiritual Leaderhip: Pengefektifan Organisasi Noble Industry Melalui Prinsip-Prinsip Spiritual Etis. Malang: UMM Press, 2010.
Trisnantoro, Laksono. Memahami Penanggulanan Ilmu Ekonomi dalam Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2009.
Tuhuleley, Said. Muhammadiyah dan Pemihakan Sosial: Suatu Keniscayaan dalam Menggugat Modernitas Muhammadiyah: Refleksli Satu Abab Perjalanan Muhammadiyah. Jakarta: Best Media Utama, 2010.
332 Turner, Bryan S. Relasi Agama & Teori Sosial Kontemporer.
Yogyakarta: IRCiSoD, 2012.
‘Ulfah, Rāid bin Ṣabarī bin Abu. Syurūḥ Sunan Ibni Mājah. Amān: Bait al-Afkār al-Dawliyyah, 2007.
Uyun, Qurratul. “Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Wakaf sebagai Konfigurasi Filantropi Islam.” ISLAMUNA: Jurnal Studi Islam 2, no. 2 (2015): 218–34.
Vlekke, M. The Story of The Dutch East Indies. Cambridge: Harvard University, 1945.
Weber, Max. Sosiologi Agama. Yogyakarta: IRCiSoD, 2012.
Widyawati. Filantropi dan Kebijakan Negara Pasca Orde-Baru: Studi Tentang Undang-Undang Zakat dan Undang-Undang Wakaf. Bandung: Arsyad Press, 2011.
Woodward, Mark. Java Indonesia and Islam. New York, Department of Religious Studies Arizona State University, 2011.
Yunus, Hadi Sabari. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer . Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Zhou, Huiquan. “Corporate Philanthropy in Contemporary China: A Case of Rural Compulsory Education Promotion.” Voluntas 26, no. 4 (2015): 1143–63. https://doi.org/10.1007/s11266-015-9587-x.
Zarqāni, Muḥammad bin Abd al-Bāqi bin Yūsuf. Syarḥ Al-Zarqāni ‘Ala Al-Muwaṭṭā’ Al-Imām Mālik. Beirūt: Dār al-Kutub al-Imiyyah, 1411.
Zastrom, Charles. The Practice of Social Work. Pasific Grove: Brooks Cole Publishing Company, 1999.
Jauziyah, Ibnu Qayyim. Sawā’iq al-Mursalah. Vol. 3. Al-Jāmi’ah al-Islāmiyyah al-Madīnah al-Munawwarah: Al-Mamlakah al-Arabiyyah al-Su’ūdiyyah, 1410.
Zuhri, Muh. Telaah Matan Hadis Sebuah Tawaran Metodologi. Yogyakarta: LESFI, 2013.